1
1.1 Latar Belakang Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Musyawarah merupakan titik pusat interaksi antara perencanaan dan perumusan, musyawarah berawal dari Kultur lisan, kemampuan menulis tangan, sampai dengan pemanfaatan komputer. Alat-alat komunikasi tersebut, ditunjang dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten, baik dalam hal pembuatan program maupun pengaplikasian program tersebut.
Musyawarah dapat memelihara dan menggerakkan dinamika kehidupan dan peradaban umat manusia. Pikiran dan perasaan adalah bentuk dari komunikasi seseorang atau banyak orang. Musyawarah juga dapat mengubah insting menjadi inspirasi dan tempat menyimpan ide bersama, memperkuat perasaan kebersamaan, serta mengubah pikiran menjadi perbuatan.
melaksanakan aktivitas tersebut pada intinya dilakukan oleh pejabat dan pegawai pemerintah.
Pemerintahan memiliki hierarkhi wewenang dan garis panduan formal dan informal yang harus dipatuhi oleh pegawai-pegawainya. Hal ini, karena musyawarah menjalankan fungsinya sebagai kontrol yang bertujuan untuk perumusan atau perencanaan. Munculnya musrenbang untuk arah pembangunan pemerintah yang memiliki karakteristik sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya sebagai pengayom masyarakat sekaligus sebagai motivator, mediator, dan fasilitator pelaksanaan otonomi daerah.
Musrenbang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan, kebutuhan nyata, dan aspirasi masyarakat yang tumbuh berkembang di Kabupaten Purwakarta. Pemerintah daerah kabupaten/kota memerlukan ketersediaan informasi mengenai data-data yang berhubungan dengan kualifikasi dan potensi daerah secara tepat dan akurat. Informasi yang tersedia harus diikuti dengan kemampuan aparatur pemerintah.
melalui penerapan yang sesuai dalam mekanisme perencanaan pembangunan.
Pemerintah Daerah diharapkan segera melaksanakan proses pembangunan yang khususnya di Bidang Sosial dan Budaya Kabupaten Purwakarta, Pemanfaatan dapat dioptimalisasikan dengan kemajuan pembangunan di berbagai bidang untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi birokrasi, serta membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja. Hal ini, memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu untuk mencukupi kepentingan pembangunan yang disediakan oleh pemerintah.
kejelasan atas pemanfaatan segala aset budaya berkaitan dengan kepemilikan, pengumpulan, dan imbalan pemanfaatannya. Kepemilikan aset budaya yang unik dan hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia perlu ditata dan diproses juga agar tidak menjadi masalah di kemudian hari.
Salah satu melihat permasalahan pembangunan sosial dan budaya adalah masih rendahnya kedudukan dan peranan perempuan di sebagian besar bidang kehidupan dan pembangunan yang mengakibatkan ketimpangan gender. Ketimpangan gender ini diperburuk dengan masih banyaknya kebijakan dan program pembangunan, serta hukum dan peraturan perundang-undangan yang belum tanggapan, sehingga perempuan yang paling banyak menanggung berbagai bentuk ketidaksetaraan dan ketidakadilan, seperti tingginya angka buta huruf dan kematian ibu melahirkan, lemahnya sistem perlindungan tenaga kerja terutama tenaga kerja perempuan yang bekerja di luar negeri dan di sektor informal, serta tindak kekerasan dan perdagangan perempuan dan anak.
Perencanaan memegang peranan yang cukup penting dalam pelaksanaan pembangunan. Penetapan perencanaan yang partisipatif, terintegrasi, menyeluruh dan akuntabel diyakini mampu menghasilkan output pembangunan yang optimal. Perencanaan memiliki arti yang sangat luas serta dimensi yang saling melengkapi satu sama lain. Dalam konteks akademis, terutama dalam prinsip-prinsip manajemen pada umumnya menempatkan perencanaan pada tahapan awal dari proses manajerial suatu organisasi. Pentingnya perencanaan dan peran yang dimainkannya di dalam keseluruhan proses manajerial, menempatkan perencanaan sebagai faktor penentu keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan pembangunan.
Penyelenggaraan Urusan Perencanaan Pembangunan (PUPP) pada tahun 2007 diarahkan guna mewujudkan terciptanya dokumen perencanaan yang disusun secara partisipatif dan demokratis, melalui pelibatan berbagai stakeholders pembangunan daerah serta koordinasi perencanaan dan pengendalian pembangunan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Purwakarta, sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mempunyai tugas pokok dan fungsi menyelenggarakan perencanaan pembangunan di daerah, pada tahun 2007 telah menghasilkan beberapa dokumen dan pelaksanaan perencanaan pembangunan.
sampai dengan Maret Tahun 2007 telah dilaksanakan Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan), yang meliputi kegiatan: Musrenbang Tingkat Desa dan Kelurahan, Musrenbang Tingkat Kecamatan, Forum SKPD dan Musrenbang Tingkat Kabupaten. Output dari pelaksanaan Musrenbang Tahun 2007 berupa Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Purwakarta Tahun 2008.
Aspek akuntabilitas pembangunan, pada tahun 2007 telah dilaksanakan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2006 dan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Purwakarta Tahun 2006. Melihat dari dokumen tersebut merupakan report pertanggungjawaban pengelolaan pembangunan serta perkembangan kinerja pembangunan selama tahun anggaran 2006.
DAN BUDAYA DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA) KABUPATEN PURWAKARTA”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk mempermudah arah dan proses pembahasan, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara memecahkan masalah Musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta?
2. Bagaimana kendala yang ada dalam Musrenbang Terhadap Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta?
3. Bagaimana ancaman yang timbul dalam Musrenbang Terhadap Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta?
1.3 Maksud dan Tujuan Laporan Kuliah Kerja Lapangan
1. Untuk mengetahui cara memecahkan masalah Sosial dan Budaya dalam Musrenbang di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta.
2. Untuk mengetahui kendala Musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta.
3. Untuk mengetahui ancaman yang timbul dalam Musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta.
1.4 Kegunaan Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Kegunaan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini diantaranya: 1. Untuk Kepentingan Penulis
Mengembangkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah dengan praktek di lapangan mengenai pelaksanaan Musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) di Kabupaten Purwakarta.
2. Untuk Kepentingan Ilmu (Guna Ilmiah)
3. Untuk Kepentingan Praktis
Memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Purwakarta dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Purwakarta mengenai Pelaksanaan Musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) di Kabupaten Purwakarta.
1.5 Kerangka Pemikiran Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Pengungkapan teori ini dibuat sesuai dengan pedoman dalam menganalisa masalah yang diteliti. Menurut Solichin Abdul Wahab dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara mengemukakan pendapatnya mengenai Pelaksanaan atau implementasi sebagai berikut:
“Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat, kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada terciptanya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan”.( Wahab, 2001:65).
direncanakan, karena pada dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau target yang hendak dicapai.
Musyawarah antarmanusia hanya dapat terjadi, apabila ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya musyawarah hanya dapat terjadi apabila didukung oleh adanya sumber pesan, media, penerima, dan efek. Cangara tahun 1998 dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi mengemukakan musyawarah adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran pikiran dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 1998:19).
Berdasarkan pengertian di atas, Cangara menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran pikiran atau pesan, di mana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses musyawarah. Musyawarah tidak akan berjalan apabila hanya dilakukan oleh satu orang, tetapi lebih efektifnya, dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Proses musyawarah juga dilakukan oleh pemerintahan. Komunikasi pemerintahan menurut Erliana Hasan dalam bukunya Komunikasi Antar Pemerintahan, adalah:
bisa sebaliknya masyarakat berada pada posisi sebagai penyampai ide atau gagasan dan pemerintah berada pada posisi mencermati apa yang diinginkan masyarakat” (Hasan, 2004:95).
Dalam Kondisi tersebut, berarti pemerintah memiliki kewenangan sekaligus bertanggung jawab untuk mempertimbangkan, bahkan untuk merespon keinginan-keinginan tersebut sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku. Adapun unsur-unsur dalam proses pelaksanaan musyawarah menurut Solichin Abdul Wahab dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara,sebagai berikiut:
1. Pemecahan Masalah
Pemikiran secara ilmiah yang dapat menemukansolusition. 2. Menagatasi Kendala
Suatu kendala yang ada, tetapi bisa diatasi 3. Noise(ancaman)
Anacaman tak terencana yang terjadi dalam proses perencanaan akibat adanya pesan lain yang di terima.
(Wahab, 2001:68)
Kendala terdiri dari dari berbagai aspek yang bersinggungan dengan apa yang menjadi bahasannya, suatu instansi pemerintahan memiliki kendala dalam menjalankan program pembangunan daerah yang telah di rencanakannya. Namun, perlu mensosialisasikan kembali program tersebut kepada para perencanana, karena para stakeholder yang ada dalam pelaksanaan Musrenbang yang lainnya masih terdapat ketidakmengertian dan perbedaan cara berepikir, Kemampuan manusia berpikir dalam mempertimbangkan apa yang menjadi kendala adalah cara berpikir yang normal. (Cangara, 1998:99).
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Purwakarta, sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mempunyai tugas pokok dan fungsi menyelenggarakan perencanaan pembangunan di daerah, pada tahun 2010 telah menghasilkan beberapa dokumen dan pelaksanaan perencanaan pembangunan. Guna lebih menyelaraskan rencana pembangunan tahunan daerah serta dalam rangka eksplorasi aspirasi masyarakat, pada awal Januari sampai dengan Maret 2010 telah dilaksanakan Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan), yang meliputi kegiatan: Musrenbang Tingkat Desa dan Kelurahan, Musrenbang Tingkat Kecamatan, Forum SKPD dan Musrenbang Tingkat Kabupaten. Output dari pelaksanaan Musrenbang Tahun 2010 berupa Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Purwakarta Tahun 2009.
Aspek akuntabilitas pembangunan, pada tahun 2010 telah dilaksanakan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2009 dan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Purwakarta Tahun 2009. Kedua dokumen tersebut merupakan report pertanggungjawaban pengelolaan pembangunan serta perkembangan kinerja pembangunan selama tahun anggaran 2009.
Tahun 2005-2025, dengan peserta seluruh stakeholder pada semua jenjang dan tingkatan pembangunan di Purwakarta. Pelaksanaan Musrenbang RPJPD menghasilkan pointer-pointer aspirasi pembangunan jangka panjang, sebagai bahan masukan dan penyempurnaan naskah Raperda RPJPD.
Aspek penganggaran dan keuangan daerah, pada tahun 2008 telah dilaksanakan penyusunan Rancangan Nota Kesepakatan tentang KUA dan PPAS Perubahan, sebagai dokumen acuan penyusunan dan pembahasan RAPBD Perubahan Tahun Anggaran 2008. Guna menjaga kesesuaian penggunaan dan alokasi anggaran pada APBD Perubahan Tahun Anggaran 2010, pada tahun 2009 telah pula dilaksanakan penelitian RASK Perubahan, dengan objek seluruh pengguna anggaran (SKPD Pemerintah Kabupaten Purwakarta).
Assesment), Penyusunan PDRB, Monitoring dan Evaluasi Bidang Ekonomi dan Pembiayaan, serta Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Bidang Ekonomi dan Pembiayaan. Sedangkan pada Bidang Fisik dan Prasarana, pada tahun 2009 telah melaksanakan kegiatan evaluasi pembangunan bidang fisik dan prasarana, sosialisasi Rancangan RTRW, kejian tentang kawasan agropolitan, penyusunan peta dasar citra satelit, serta rakor perencanaan pembangunan bidang prasarana wilayah. (Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Purwakarta Tahun 2010).
pemangku kepentingan pembangunan, antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintahan dan antar susunan pemerintahan.
Berdasarkan Kerangka Pemikiran di atas, maka definisi operasional dalam Kuliah Kerja Lapangan ini adalah:
✁ Pelaksanaan Musrenbang adalah memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan, kebutuhan nyata, dan aspirasi masyarakat yang tumbuh berkembang di Kabupaten Purwakarta.
Adapun yang menjadi indikatornya dalah :
a) Memilih materi yang menjadi masalah pada perencanaan pembangunan, dengan mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah dan menciptakan terobosan-terobosan baru (breaktrought) dalam perencanaan pembangunan ke depan.
b) Pembentukan kelompok (jigsaw learning). Untuk mengatasi kendala pembangunan dan membuat rancangan kerja sesuai dengan anggaran yang berhubungan dengan pembangunan c) Menutup semua ancaman untuk melaksanakan program kerja
2. Bidang Sosial dan Budaya Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Purwakarta mempunyai peranan penting dalam pelaksanakan Musrenbang yaitu :
a) Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan pembangunan lingkup sumber daya pemerintahan dan aparatur serta sosial budaya.
b) Penyusunan petunjuk teknis lingkup perencanaan pembangunan sumber daya pemerintahan dan aparatur serta sosial budaya. c) Pembinaan dan pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan
Gambar 1.1
Model Kerangka Pemikiran Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Tercapainya suatau Pemecahan Masalah, Kendala, Ancaman serta Merumuskan dan merencanakan Pembangunan Daerah Kabupaten Purwakarta Tahun 2010,
✂ ✄☎ ✆✝ ✞✆✟ ✆✆✟✠✡ ✞☛ ✄✟ ☞ ✆✟ ✌✍ ✆☎✆ ✠☞✎✍ ✆✟ ✌✞✏ ✞✎ ✆☎✍ ✆✟☞✡✍ ☞✆✍✆✟✂ ✄ ☛✄✟✑✆✟✆✆✟✂ ✄ ✠☞✆✟ ✌✡✟✆✟✍ ✆✄ ☛✆✒ (☞✆✂✂✄✍ ✆) ✝✆☞ ✂ ✡ ☛✓✆✝ ✆ ☛✔✆ ✆✟✑✆✠✆✟ ✕ ✖✗ ✘✙ ✚ ✛✜ ✢✣ ✤✥ ✙ ✢ ✦✤✥ ✤ ✧✤ ✢ ✦✤ ✙ ★✤ ✩✪✙ ✩ ✛✢ ✫ ✫✤✧✛✦✤ ✬ ✭ ✛✪✤✮✙ ✢✯ ✢✰✤ ✢✫ ✥ ✙ ✮ ✭✤ ✢ ✫✯ ✢✤ ✢✗ ✱✗ ✜ ✛ ✢ ✫✬ ✯ ✢ ✫✤ ✢✧✙ ★✥ ✙ ✢✚ ✛✜✣✤ ✢ ✧✙★ ✤ ✭✤ ✛✬ ✤ ✢ ✥ ✙ ✮ ✭✤ ✢ ✫✯ ✢✤ ✢ ✢✣ ✤ ✲✗ ✳✤ ✢✣ ✤ ✬ ✢✣ ✤✥ ✙ ✢✫✤ ✢ ✫✫✯ ★✤ ✪ ✤ ✢ ✫✤ ✧✮✙ ✢✰ ✤ ✦✛✤ ✢✚✤ ✮✤ ✢ ✭ ✛✪✤ ✢ ✫✪✴✪ ✛✤ ✜✦✤ ✢✭✯ ✦✤ ✣ ✤ ✵✗ ✶✙ ✢✣ ✙ ✜✙✷✙ ✢ ✫✤ ✢✦✤ ✢✤ ✣ ✤ ✢ ✫✮✙ ★✤✰ ✤★✙ ✜✤ ✪ ✙ ✩ ✛✢ ✫ ✫✤✮✙ ✮✥ ✙ ★✜✤ ✮ ✭✤ ✧ ✥ ✙ ✮ ✭✤ ✢ ✫✯ ✢✤ ✢✦ ✛ ✘✤ ✭✯ ✥ ✤ ✧✙ ✢✶✯ ★✷✤ ✬ ✤ ★ ✧✤ ✝ ✄✟ ✍ ✆☎✆✕ ✖✗✘✙ ✢ ✦✤ ✜ ✤ ✪ ✤★✤ ✢✤ ✥ ★✤✪ ✤ ★✤ ✢✤ ✦✛ ✭✙★✭✤ ✭ ✛✦✤ ✢✫✦ ✛✘✤ ✭✯✥ ✤ ✧✙ ✢ ✶✯★✷✤✬ ✤ ★ ✧✤✗ ✱✗✶✙ ✮ ✭✤ ✢✫✯ ✢✤ ✢ ✧✛ ✦✤ ✬ ✭✙★ ✰✤ ✜✤ ✢ ✪ ✙ ✪ ✦✙ ✢ ✫✤ ✢✥✙ ★✙ ✢ ✚✤ ✢✤ ✤ ✢✩✤ ✪ ✛✜✮✯ ✪ ★✙ ✢✭✤ ✢ ✲✗✶✙ ★ ✭✙ ✦✤ ✤ ✢✪ ✧✤ ✧✯ ✪✬ ✛ ✢✙ ★✰ ✤✙ ✢✰✤ ✦ ✛✮ ✬ ✙ ✢ ✦✤ ✜✤ ✪ ✙ ★ ✛✯ ✪✦✤ ✜✤ ✮✮✯ ✪ ★✙ ✢✭✤ ✢✫
1.6 Metode Laporan Kuliah Kerja Lapangan
1.6.1 Metode Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Metode Laporan Kuliah Kerja Lapangan yang digunakan dalam Kuliah Kerja Lapangan ini adalah metode penelitian deskriptif. Pengertian penelitian deskriptif adalah:
“Penelitian yang dimaksudkan untuk menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi dan dialami sekarang, hubungan antar variabel, pertentangan dua kondisi atau lebih, pengaruh terhadap suatu kondisi, perbedaan-perbedaan antarfakta, dan lain-lain” (Subana, 2001:26).
Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih. Menurut Sanapiah Faisal dalam bukunya Format-Format Penelitian Sosial, menjelaskan bahwa penelitian deskriptif (descriptive research) adalah:
“Untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Jenis penelitian ini tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian hipotesis, berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori” (Faisal, 1999:20).
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) tersebut. Berdasarkan metode tersebut, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu:
“Pendekatan yang berupa deskripsi dari gejala-gejala yang diamati, tidak berbentuk angka-angka atau koefisien antarvariabel. Data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis, cenderung digunakan untuk gejala yang berhubungan dengan perilaku sosial/manusia dengan berbagai argumentasi” (Subana, 2001:17). Penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena penulis mendeskripsikan teori-teori yang telah diperoleh selama perkuliahan dan dari hasil penelitian di lapangan dengan fakta-fakta yang ada yang berhubungan dengan pelaksanaan Musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini melalui:
1. Studi Pustaka, yaitu dengan membaca dan mencari buku-buku, dan surat kabar yang berhubungan dengan pelaksanaan musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) di Kabupaten Purwakarta serta dokumenter, yaitu cara pencatatan dokumen, dan sumber datanya berupa catatan, dokumen atau pun modul yang tersedia.
Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA). Studi lapangan ini terdiri dari:
a. Observasi non partisipan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara peneliti berada di luar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, sehingga peneliti dapat lebih mudah mengamati tentang data dan informasi yang diharapkan.
b. Wawancara, melakukan tanya jawab dengan nara sumber yang mengetahui dan memahami lebih jauh khususnya mengenai pelaksanaan musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).
1.6.3 Teknik Penentuan Informan
Teknik penentuan informan yang digunakan dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah purposive (pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik penentuan informan ini adalah siapa yang akan diambil sebagai anggota informan diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang sesuai dengan maksud dan tujuan Laporan Kuliah Kerja Lapangan. Menurut Sanapiah Faisal, teknik purposiveadalah:
Penentuan informan dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini berdasarkan objek yang diteliti dan berdasarkan keterkaitan informan tersebut dengan penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan yang berkaitan dengan komunikasi pemerintahan yaitu berasal dari pejabat maupun pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta karena penulis ingin mengetahui pelaksanaan pemecahan masalah pada musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta dan proses mengatasi kendala pembangunan yang menimbulkan ancaman tertentu.
Adapun informan yang berkaitan dengan Musrenbang Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Purwakarta yaitu:
1. Kepala Bappeda yang mengetahui segala aspek perencanaan pembanunan yang di hasilkan dari pelaksanaan Musrenbang.
2. Kasubag Bidang Sosial dan Budaya Bappeda, mengetahui tentang perencanaan pembangunan Bidang Sosial dan Budaya Kabupaten Purwakarta.
3. Pegawai Litbang, penulis ingin mengetahui keefektifan pembangunan dan lingkungan pemerintah Kabupaten Purwakarta.
1.6.4 Analisa Data
Teknik analisa data yang sesuai dengan penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Secara operasional teknis analis data yang dilakukan melalui beberapa tahapan sebagaimana model teknik analisis data yang dikemukakan Miles dan Huberman dalam Sugiyanto yang berjudulMemahami Penelitian Kualitatif adalah:
Pertama, reduksi data sebagai proses pemilihan, penyederhanaan klasifikasi data kasar dari hasil penggunaan teknik dan alat pengumpulan data di lapangan, reduksi data sesudah dilakukan semenjak pengumpulan data. Reduksi dilaksanakan secara bertahap dengan cara membuat ringkasan data dan menelusuri tema yang tersebar. Setiap data yang dipilih disilang melalui komentar dari informasi yang berbeda untuk menggali informasi dalam wawancara dan observasi. Informasi yang berasal dari masyarakat yang menjadi narasumber.
Kedua, penyajian data merupakan upaya penyusunan sekumpulan informasi menjadi pernyataan. Data kualitatif disajikan dalam bentuk teks yang pada mulanya terpencar dan terpisah menurut sumber informasi dan pada saat diperolehnya informasi tersebut. Kemudian data diklasifikasikan menurut pokok-pokok permasalahan yang antara lain terkait dengan pelaksanaan musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).
selaras dengan mekanisme logika pemikiran induktif, maka penarikan kesimpulan akan bertolak dengan hal-hal yang khusus (spesific) sampai dengan rumusan kesimpulan sifatnya umum (general).
Pengertian analisis data tersebut menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Sosial adalah satu data yang harus dianalisis setelah dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan lapangan. Data yang di analisis oleh Penulis adalah data kualitatif (Sugiyanto, 1992:15-20).
1.7 Lokasi dan Jadwal Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Lokasi Kuliah Kerja Lapangan di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) yang beralamat di Jl. Gandanagara No. 9 Purwakarta. Adapun pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan di mulai pada tanggal 1 Agustus 2010 s.d 30 Agustus 2010 dan Waktu kerjanya mulai pukul 07.30 s.d 16.00 WIB.
Tabel 1.1
Jadwal Kegiatan Waktu Kuliah Kerja Lapangan
No Kegiatan Tahun 2010
Juni Juli Agust Sept Okt Nov
1 Mengajukan
surat ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Purwakarta 2 Pelaksanaan
Kuliah Kerja Lapangan
3 Pengumpulan
data
4 Analisis Data
5 Penulisan
Laporan Kuliah Kerja
Lapangan
6 Pengumpulan
Laporan
Laporan Kuliah Kerja
26 ❄❅❆ ✼ ❇ ❈❉ ❊❇ ❊❋ ● ❍■❏❍● ❍❑❁ ❊❉❍▲ ■❍❋ ❍❍❋
Menurut Solichin Abdul Wahab dalam bukunya yang berjudul
Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara mengemukakan pendapatnya mengenai Pelaksanaan atau implementasi
sebagai berikut :
“Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat, kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada terciptanya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan” (Wahab, 2001:65).
Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat
dikatakan bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh pihak-pihak yang berwenang/berkepentingan baik pemerintah
maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita/tujuan yang
telah ditetapkan. Implementasi berkaitan dengan berbagai tindakan yang
dilakukan untuk melaksanakan/merealisasikan program yang telah
disusun demi tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan,
karena pada dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memiliki tujuan
atau target yang hendak dicapai.
Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks
“Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau
adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas,
tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan
kegiatan”(Usman, 2002:70).
Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat
dikatakan bahwa implementasi adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi
suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh
berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh
karena itu implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek
berikutnya.
Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul
Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut :
“Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan
proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta
memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”(Setiawan,
2004:39).
Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat
dikatakan bahwa implementasi yaitu merupakan proses untuk
melaksanakan ide, proses atau seperangkat aktivitas baru dengan
harapan orang lain dapat menerima dan melakukan penyesuaian dalam
tubuh birokrasi demi terciptanya suatu tujuan yang bisa tercapai dengan
Menurut Hanifah Harsono dalam bukunya yang berjudul
Implementasi Kebijakan dan Politik mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut :
“Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan
menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi.
Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu
program”(Harsono, 2002:67).
Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat
dikatakan bahwa implementasi adalah suatu kebijakan dalam
penyelesaian keputusan demi tercapainya tujuan yang baik dengan
bergantung bagaimana implementasi yang berjalan dengan baik dalam
melaksanakan proses penyempurnaan akhir. Oleh karen itu suatu
implementasi baik diharapkan dalam setiap program untuk terciptanya
tujuan yang diharapkan.
Musyawarah antarmanusia hanya dapat terjadi, apabila ada
seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan
tertentu, artinya musyawarah hanya dapat terjadi apabila didukung oleh
adanya sumber pesan, media, penerima, dan efek. Cangara tahun 1998
dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi mengemukakan musyawarah adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran pikiran dengan satu sama lainnya, yang pada
gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara,
▼◆ ▼ ❖ P◗yawarah
Proses musyawarah juga dilakukan oleh pemerintahan.
musyawarah pemerintahan menurut Berliana Hazmi dalam bukunya
Komunikasi pemerintahan, adalah:
“Penyampaian ide, program, dan gagasan pemerintah kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan negara. Dalam hal ini pemerintah dapat diasumsikan sebagai komunikator dan masyarakat sebagai komunikan, namun dalam suasana tertentu bisa sebaliknya masyarakat berada pada posisi sebagai penyampai ide atau gagasan dan pemerintah berada pada posisi mencermati apa yang diinginkan masyarakat” (2005:95).
Terlihat dalam kondisi tersebut, berarti pemerintah memiliki
kewenangan sekaligus bertanggung jawab untuk mempertimbangkan,
bahkan untuk merespon keinginan-keinginan tersebut sesuai dengan
aturan dan ketentuan yang berlaku.
Pemerintah sebagai pihak pertama, berada di tingkat pusat dan
daerah berperan sebagai stakeholders utama dari pelaksanaan Musrenbang. Peranan pemerintah dalam konsorsium (pengusaha yang
mengadakan usaha bersama) terkait adalah sebagai pihak yang
menentukan tujuan, kebijakan, standar, dan pola kerja sama dari segala
yang berkaitan dengan perencanaan, penerapan, dan pengembangan
konsep Musrenbang. Dengan kata lain, pemerintah memiliki kewajiban
untuk membentuk sebuah lingkungan yang kondusif agar implementasi
2.3 Musrenbang
Musrenbang lahir dari sebuah pergeseran paradigma perencanaan
pembangunan yang lebih berpihak kepada rakyat dengan pendekatan
bottom up planning. Harus diakui bahwa hampir 32 tahun lalu paradigma perencanaan masih dalam bentuk top down planning. Konsep bottom up
planning sebenarnya pernah diperkenalkan pada masa itu, akan tetapi dengan beberapa alasan dan catatan pendekatan itupun –bottom up
planning– perlahan-lahan ˝ditenggelamkan˝ berganti dengan pendekatan top down planning. Ada beberapa alasan yang berkembang pada waktu lalu, diantaranya bahwa pendekatan bottom up planning akan menghasilkan sebuah daftar aspirasi yang sangat panjang atau dikenal
dengan istilah shoping list, tidak efektif, memerlukan waktu yang relatif lebih lama, terkesan bertele-tele dan lain sebagainya.
Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor 4 Tahun 2006
Tentang Tata Cara Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Musrenbang
Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
Dapat dikatakan bahwa setiap tahun perencanaan pemerintah daerah
Kabupaten Purwakarta melakukan musyawarah rencana pembangunan
(Musrenbang) yang dihadiri oleh stakeholders pembangunan. Di tingkat Kabupaten, stakeholders pembangunan yang terlibat dalam penyusunan Musrenbang meliputi para tokoh dari unsur masyarakat; muspida; ketua,
masing-masing; perwakilan instansi vertikal di daerah, camat, pihak
swasta, akademisi, unsur perguruan tinggi, BUMD, pimpinan organisasi
masyarakat dan LSM.
2.3.1 Pemecahan Masalah
Pemecahan Masalah suatu langkah yang sangat penting, terutama
dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Para peserta musyawarah
harus terampil berpikir, mempunyai ide-ide menarik, dan penuh daya
kreativitas. Karena itu, peserta musyawarah biasa disebut pengirim,
sumber, source atau encoder. Pemecahan masalah dalam musyawarah menurut Berliana Hazmi dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Pemerintahan adalah “orang yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang” (Hazmi, 2005:36). Hal tersebut, sejalan
dengan pengertian komunikator yang dikemukakan Cangara sebagai
berikut: “Pihak yang mengirim pesan kepada khalayak”. Untuk mencapai
komunikasi yang sempurna, seorang komunikator harus memiliki
kepercayaan dan kompetensi, daya tarik, dan kekuatan.
2.3.2 Mengatasi Kendala
Mengatasi Kendala dapat terlihat sangat sederhana, namun untuk
mendapatkan komunikasi yang efektif seringkali terdapat banyak
hambatan, walaupun faktor situasi dan kondisi turut berperan. Kendala
memainkan peran yang sangat penting dalam pencapaian musyawarah
yang efektif. Adapun faktor yang mempengaruhi tercapainya musyawarah
yang efektif menurut Berliana Hazmi dalam bukunya Komunikasi Pemerintahantahun 2005 adalah:
1. Perbedaan latar belakang: a. Perbedaan persepsi
b. Perbedaan pengalaman dan latar belakang c. Sikap praduga/stereotip
2. Faktor bahasa:
a. Perbedaan arti kata
b. Penggunaan istilah atau bahasa tertentu
3. Sikap pada waktu berkomunikasi; hal ini ikut berperan, bahkan sering menjadi faktor utama, sikap-sikap seseorang yang dapat menghambat komunikasi tersebut antara lain:
a. Mendengar hanya apa yang ingin kita dengar b. Mengadakan penilaian terhadap pembicara c. Sibuk mempersiapkan jawaban
d. Bukan pendengar yang baik e. Pengaruh faktor emosi f. Kurang percaya diri
g. Gaya/cara bicara dan nada suara
4. Faktor lingkungan: faktor tempat dan faktor situasi/waktu (Hazmi, 2005:91)
Kendala dalam bermusyawarah tersebut, lebih banyak didominasi
oleh faktor perbedaan latar belakang. Hal ini, disebabkan karena setiap
orang ingin diperlukan sebagai pribadi. Berkaitan dengan perbedaan
tersebut, tanggung jawab para pemikir untuk mengenal perbedaan
tersebut dan menyesuaikan isi secara tepat, dan memilih media serta
saluran komunikasi yang sesuai. Hal tersebut, agar respon atau
tanggapan yang diharapkan dapat tercapai. Besarnya persamaan pada
orang-orang yang terlibat dalam pembicaraan, maka akan semakin besar
Kendala musyawarah dapat terjadi pada semua elemen atau
unsur-unsur yang mendukungnya, termasuk faktor perberdaan pemikiran dimana
musyawarah itu terjadi. Berkaitan dengan kendala pemikir untuk
mengatasi hal tersebut dan menyesuaikan keadaan secara tepat dengan
memperhatikan yaitu gangguan pada pendengaran, kepercayaan diri yang
kurang sehingga hal mengemukakan pendapat tidak bisa, dan
semacamnya.
Kendala yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang
digunakan. Gangguan semantik sering terjadi karena:
1. Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu.
2. Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh penerima.
3. Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya, sehingga membingungkan penerima.
4. Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhadap
simbol-sombol bahasa yang digunakan.
Kendala psikologis terjadi karena adanya gangguan yang
disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa
curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena gangguan
kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan hasil musyawarah tidak
Kendala yang disebabkan karena kondisi geografis, misalnya jarak
yang jauh, sehingga, sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor
telepon, jalur transportasi, dan semacamnya. Dalam musyawarah antar
individu yang berbeda, rintangan fisik dapat juga diartikan karena adanya
gangguan organik, yaitu tidak berfungsinya salah satu pancaindera pada
penerima.
2.3.3 Mengatasi Ancaman
Ancaman pada musyawarah adalah disebabkan karena jarak sosial
diantara peserta musyawarah, misalnya perbedaan status antara yang
sudah berpengalaman dengan yang baru mengikuti atau atasan dan
bawahan. Perbedaan seperti ini biasanya menuntut perilaku komunikasi
yang selalu memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya
dalam masyarakat, yaitu bawahan cenderung hormat pada atasannya,
atau rakyat pada raja yang memimpinnya.
Ancaman kerangka berfikir adalah rintangan yang disebabkan
adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap
pesan yang digunakan dalam berkomunikasi. Hal ini, disebabkan karena
latar belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda. Rintangan
yang sulit diatasi pada hakikatnya berada antara pikiran seseorang
dengan orang lain.
Ancaman budaya adalah rintangan yang disebabkan karena
pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Di negara-negara sedang
berkembang masyarakat cenderung menerima informasi dari sumber yang
banyak memiliki kesamaan dengan dirinya, seperti bahasa, agama, dan
kebiasaan-kebiasaan lainnya.
Pemahaman Musenbang Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Purwakarta dan Etalase Kabupaten Purwakarta yang
diakses melalui alamat website yang telah ada dan dapat di akses
(www.purwakarta.go.id_/index.php?option=com_conten&view=article&id1
19&Itemid=110) adalah saluran komunikasi yang hanya dilakukan antar
dinas, badan, lembaga di Kabupaten Purwakarta saja.
Data sebagai bahan dari informasi yang dirumuskan sebagai
sekelompok lambang-lambang tidak acak yang menunjukkan jumlah atau
tindakan atau hal-hal lain. Data menurut Teguh Wahyono dalam bukunya
Sistem Informasi Konsep Dasar, Analisis Desain, dan Implementasi adalah:
“Data adalah bahan baku informasi yang didefinisikan sebagai kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kualitas, tindakan, benda, dan sebagainya. Data terbentuk dari karakter yang dapat berupa alfabet, angka, maupun simbol khusus seperti *, $, dan /. Data disusun untuk diolah dalam bentuk struktur data, struktur file, dan basis data” (Wahyono, 2004:2).
Jadi data berhubungan dengan informasi dan data belum
menunjukkan sesuatu yang bisa dipahami karena harus diproses terlebih
dahulu. Data tersebut dapat berbentuk suara, bunyi-bunyian,
simbol-simbol, sinyal, gambar, dan sebagainya. Informasi merupakan sarana
bentuk yang berguna bagi penerimanya. Selain itu, informasi berupa nilai
yang dapat dipahami di dalam keputusan sekarang, maupun masa depan,
sesuatu yang menunjukkan hasil pengolahan data yang diorganisasi dan
berguna kepada orang yang menerimanya, sesuatu kenyataan, data, item
yang menambah pengetahuan bagi penggunanya, kenyataan atau
bentuk-bentuk yang berguna yang dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan bisnis. Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyono yang
menyatakan bahwa “informasi adalah hasil dari pengolahan data menjadi
bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan
suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu
37
❴❵❛ G❜m❝❜r❜n S❞j❜r❜h❘❜❡ ❜n❨❞❞r❢❜n n❜❜n❨❞m❝ ❜n❜gunn D❜❞r❜h ❣ ❘❙❨❨ ❱D❙❤❲ ❜❝up❜❞tn❨urw❜k❜rt❜
Badan perencanaan pembangunan (BAPPEDA) Kabupaten
Purwakarta adalah badan yang langsung berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Bupati Kepala Daerah. Keberadaan Bappeda
Kabupaten Purwakarta sejak tahun 1977 sesuai dengan Surat Keputusan
Bupati Purwakarta No. B/84/1977 tanggal 15 Juni 1977 tentang
pembentukkan BAPPEDA Daerah Tingkat II Purwakarta, dipimpin oleh
Bapak Soedaryadi, BA. sampai tanggal 15 April 1980. Pada kurun waktu
tersebut tugas dan fungsi Bappeda Kabupaten Purwakarta belum
semuanya dapat dilaksanakan karena banyak faktor seperti status hukum
formal, susunan organisasi dan tata kerja yang dirasakan masih belum
sempurna untuk Kabupaten Purwakarta.
Pada tanggal 9 September 1980 keluarlah Keppres Nomor 27
Tahun 1980 tentang pembekuan Bappeda Kabupaten Purwakarta yang
kemudian disusul Keputusan Mendagri No. 185 Tahun 1980 tentang
Pedoman di Daerah Tingkat I dan Tingkat II, dan Surat Keputusan Bupati
Purwakarta Nomor 050.1/68/1981 tentang Pembentukkan Tipe Bappeda
Kabupaten Purwakarta. Pada saai itulah keberadaan Bappeda Kabupaten
Purwakarta semakin membutuhkan perhatian dan penanganan yang lebih
intensif sesuai dengan laju perkembangan pembangunan. Termasuk juga
Purwakarta yang pada tahun 1980 masih sangat terbatas dengan fasilitas
kantor di lingkungan Setwilda, kemudian di “Gedung Nasional” bersama
Kantor Bankes dan percetakan.
Namun, dalam kurun waktu yang telah direncanakan,
perkembangan sarana dan prasarana Bappeda Kabupaten Purwakarta
semakin menunjukkan titik terang dengan menempati Kantor Pengadilan
Lama bersama BP–7 dan Dinas Pariwisata. Pada saat itu, ternyata
keberadaan Bappeda Kabupaten Purwakarta dengan segala yang terkait
didalamnya telah mendapatkan prioritas yaitu menempati sarana gedung
baru yang representatif di Jalan Gandanagara 9 Purwakarta.
✐❥❦❧♠♥♦ ♥♥n G♠og♥♣ris❧♥q♥put♠nrurw♥k♥rt♥
Kabupaten Purwakarta memiliki kedudukan yang sangat strategis,
karena berada pada jalur perlintasan antara Jakarta-Bandung-Cirebon.
Kabupaten Purwakarta terletak di bagian tenggara belahan utara Propinsi
Jawa Barat, antara 107 30' - 107 40' Bujur Barat dan 6 25' - 6 45'
Lintang Selatan. Luas Kabupaten Purwakarta adalah 97.172 Ha atau
971,72 Km2. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Purwakarta adalah:
1) Sebelah timur :berbatasan dengan Kabupaten Karawang dan
Subang
2) Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan
Karawang
3) Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Karawang dan
4) Sebelah selatan: berbatasan dengan Kabupaten Bandung
Posisi geografis ini menyebabkan Kabupaten Purwakarta memiliki
potensial dalam pengembangan sektor industri dan perdagangan/jasa
serta pemukiman, di samping sektor-sektor lainnya. Hal ini, ditunjang pula
adanya jalan tol Jakarta - Cikampek yang berujung di wilayah Purwakarta.
dan jalan tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang) yang saat ini
sudah selesai pembangunannya.
Berdasarkan kedudukannya itu, Purwakarta telah menarik minat
investor untuk menanamkan modalnya. Untuk itu, di Kabupaten
Purwakarta telah ditetapkan kawasan industri seluas 2000 ha dan zona
industri seluas 3000 ha serta kawasan pariwisata Jatiluhur. Dengan
demikian, Kabupaten Purwakarta ke depan, mempunyai prospek yang
sangat cerah dengan berbagai potensi daerah yang terus dikembangkan.
st ts✉✈✇①✇✇n D✈mog✇ ②ris✉✇③✇pu✈tn④urw✇✇k✇ trt
Faktor pertumbuhan penduduk secara kuantitatif ditentukan oleh
faktor-faktor kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk. Data yang
diperoleh dari hasil sensus penduduk tahun 2006 Kabupaten Purwakarta
berpenduduk 623.039 jiwa. Sedangkan hasil sensus penduduk tahun
2008 penduduk Kabupaten Purwakarta sebanyak 810.104 jiwa dan pada
tahun 2009 jumlah penduduk mencapai 882.262 jiwa. Dalam kurun waktu
10 tahun laju pertumbuhan penduduk rata-rata per-tahun sebesar 2,42 %.
Migrasi yang cukup besar terjadi di daerah perkembangan wilayah
kurun waktu tersebut terutama pada sektor industri. Berdasarkan kondisi
topografinya, Kabupaten Purwakarta secara umum mempunyai
kemiringan antara 2-15% sebesar 34,8% dari seluruh wilayah; kelas
lereng antara 15-40% sekitar 33,13% dari luas seluruh wilayah.
Kabupaten Purwakarta terletak pada ketinggian lahan antara 40 meter
dpl di bagian utara dan 2.064 meter dpl terdapat di bagian tenggara
(Gunung Burangrang). Adapun Penduduk Kabupaten Purwakarta pada
umumnya adalah Pemeluk Agama Islam yaitu sebanyak 99,13%,
sedangkan selebihnya 0,18% memeluk Agama Katolik, 0,46% penduduk
memeluk Agama Protestan, 0,11% penduduk memeluk Agama Hindu dan
0,12% penduduk memeluk Agama Budha.
Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
⑤⑥⑦ ⑧l ⑨⑩ ❶ ❷⑥umlh ❸ ⑧m⑧luk ❹g⑥m⑥ Di ❺⑥⑦⑥up⑧tn❸urw⑥⑥k⑥rt
Sumber : Dinas Kependudukan Kabupaten Purwakarta Tahun 2010.
⑨⑩4 ❻isi ❼⑥n ❽isi ❺ ⑥⑦⑥put⑧n❸⑥urw⑥k⑥rt
Berdasarkan sumber dari Bagian Sub Bidang Sosial dan Budaya
Bappeda Kabupaten Purwakarta Tahun 2010. Pembangunan di
Kabupaten Purwakarta bertujuan untuk mewujudkan agar masyarakat
❾❿ ❹⑥g⑥m ❷uml⑥h
1. Islam 99,13%
2. Katolik 0,18%
3. Protestan 0,46%
4. Hindu 0,11%
Kabupaten Purwakarta merasa aman, nyaman dan tentaram. Adapun visi
Kabupaten Purwakarta adalah :
Rumusan Visi dan Misi Pembangunan Tahun 2008-2013
didasarkan atas inspirasi dari analisis terhadap lingkungan dan isu
strategis lokal Kabupaten Purwakarta. Gambaran Lingkungan Strategis
dan Isu Strategis harus dapat disikapi secara proporsional berdasarkan
potensi dan kemampuan daerah.
Atas pemikiran dan tekad yang kuat untuk mewujudkan
“Purwakarta Digjaya” serta didorong dengan itikad Ngawujudkeun
Purwakarta Nagri Raharja,berikut Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten
Purwakarta Tahun 2008-2013, sebagai arah utama pembangunan jangka
menengah daerah :
1. Mengembangkan pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal,
yang berorientasi pada keunggulan pendidikan, kesehatan,
pertanian, industri, perdagangan dan jasa.
2. Mengembangkan infrastruktur wilayah yang berbasis nilai-nilai
kearifan lokal dan berorientasi pada semangat perubahan
kompetisi global.
3. Meningkatkan keutuhan lingkungan baik hulu maupun hilir, fisik
maupun sosial.
Mengembangkan struktur pemerintahan yang efektif, yang
berorientasi kepada kepuasan pelayanan publik, mengembangkan
Makna “Visi Pembangunan : Purwakarta Berkarakter” sesungguhnya
secara sederhana merupakan pencerminan dari aspek kepribadian, ciri
khas (branded), kumpulan peran, mandiri, berdaya saing, tangguh, serta
maju sesuai dengan tata nilai masyarakat Purwakarta yang berlandaskan
religikeislaman dan tata nilai lokal pilemburan(local values).
Makna Misi :
1. Mengembangkan pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal,
yang berorientasi pada keunggulan pendidikan, kesehatan,
pertanian, industri, perdagangan dan jasa.
Pendidikan :
Untuk mewujudkan Visi Pembangunan : “Purwakarta Berkarakter”
pada aspek kualitas sumber daya manusia dan tatanan kehidupan
ekonomi masyarakat, maka Pemerintah Kabupaten Purwakarta
mempunyai misi untuk senantiasa mengembangkan pembangunan
berbasis religi dan kearifan lokal, yang berorientasi pada keunggulan
pendidikan, kesehatan, pertanian, industri, perdagangan dan jasa.
Pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal yang berorientasi pada
keunggulan pendidikan, kesehatan, pertanian, industri, perdagangan dan
jasa dimaksud tercermin, antara lain :
a) Di Bidang Pendidikan, perlu dilakukannya penguatan nilai-nilai
lokal (kearifan lokal, local value), baik yang bersifat geografis,
teritorial maupun yang bersifat capacity intelectual. Hal ini sebagai
bagian dari upaya optimalisasi potensi domestik, baik yang bersifat
yang memiliki kearifan intelektual, emosional dan spiritual, sehingga
dapat membentuk generasi Purwakarta yang sesui dengan tata
nilai :cageur, bageur, bener, pinter, jeung singer.
b) Di Bidang Kesehatan, perlu dibangunnya sarana pelayanan
pengobatan masyarakat berupa Puskesmas yang memadai di
seluruh Kecamatan, untuk mendekatkan fungsi pelayanan negara
terhadap masyarakat. Pola hubungan yang dibangun adalah pola
kemitraan yang terstruktur berdasarkan kualitas ekonomi rakyat
untuk membangun dan mengintegrasikan hubungan timbal balik
(feed-back) antara ekonomi atas, menengah dan bawah.
c) Di Bidang Pertanian, perlu diupayakan penguatan basis pertanian
organisme, dengan mewujudkan integrasi potensi pertanian,
peternakan, perikanan, kehutanan dan pariwisata yang disebut
gerakan balik ka lembur, serta membangun kekuatan lumbung
pedesaan melalui penguatan jaringan ketahanan pangan desa,
sebagai bagian dari menjaga ketahanan pangan masyarakat
secara makro. Dengan pengembangan upaya tersebut, diharapkan
dapat terwujud swasembada pangan daerah serta sesuai dengan
gambaran filosofi Sunda : bru di juru, bro di panto, ngalayah di
tengah imah, rea ketan, rea keton, buncir leuit, loba duit, di hareup
undeureun, di tukang alaeun, di pipir petikeun, di kolong aya si
jambrong, na parango aya si jago.
d) Di Bidang Investasi dan industri, perlu dibukanya areazona industri
sebagai bagian dari kemudahan investor, dan simbiosis investasi
antara negara dengan pelaku industri, dengan orientasi
kemakmuran rakyat. Rancang bangun ini merupakan bagian dalam
membangun hubungan perubahan sosialisme-kapitalisme atau
dinamakan dengan istilah bumi manjing ka langitna, ti langit seah
hujana, lembur subur, kota bagja, masjid jeung diri ngahiji, harta
geus ngawujud harti, hukum geus ngawujud adil, nyanding
pamingpin ka rakyat, pandita ajeg wiwaha, ucap jeung langkah
sarua, pitutur ngawangun subur, ayat ngawujud Adab.
e) Di Bidang Ekonomi kerakyatan, optimalisasi potensi ekonomi
kerakyatan perlu ditingkatkan yaitu melalui ketauladanan untuk
mencintai berbagai produk rakyat, baik yang sudah tersentuh oleh
pemerintah maupun yang belum tersentuh oleh pemerintah yang
merupakan potensi keunggulan daerah.
f) Di Bidang Perdagangan dan Jasa, perlu dilakukannya upaya
pengembangan, proteksi dan fasilitasi terhadap pedagang kecil dan
pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi masyarakat. Pada
bidang jasa pariwisata, perlu dilakukan upaya intesifikasi dan
ekstensifikasi potensi pariwisata daerah, dengan lebih
mengedepankan objek wisata alam dan wisata budaya sebagai
wisata unggulan Purwakarta.
2. Mengembangkan infrastruktur wilayah yang berbasis nilai-nilai
kearifan lokal dan berorientasi pada semangat perubahan kompetisi
Untuk mewujudkan Visi Pembangunan : “Purwakarta Berkarakter”,
maka Pemerintah Kabupaten Purwakarta mempunyai misi untuk
senantiasa mengembangkan infrastruktur wilayah yang berbasis nilai-nilai
kearifan lokal dan berorientasi pada semangat perubahan kompetisi
global. Pembangunan infrastruktur wilayah yang berbasis nilai-nilai
kearifan lokal dan berorientasi pada semangat perubahan kompetisi
global dimaksud tercermin, antara lain dari upaya :
a) Mengembangkan jaringan jalan, arsitektur rumah, penataan
perkantoran serta sarana dan prasarana lainnya yang berbasis
nilai-nilai kearifan lokal dan berorientasi pada semangat perubahan
dan kompetisi global. Sehingga kita tidak kehilangan jatidiri dan
orientasi masa depan sebagai masyarakat yang berbudaya.
b) Di bidang transportasi darat dan air, perlu dioptimalkannya berbagai
sarana transportasi darat dan air yang mendekatkan hubungan
antar daerah. Pola hubungan yang dibangun dalam konteks
pembangunan sarana transportasi darat adalah pola simbiosis
antar pemerintah, masyarakat dan dunia usaha mulai dari
pembangunan sampai pemeliharaan, dengan prinsip sareundeuk
sa igel, sa bobot sa pihanean, ka cai jadi sa leuwi, ka darat jadi sa
logak.
3. Meningkatkan keutuhan lingkungan baik hulu maupun hilir, fisik
maupun sosial.
Untuk mewujudkan Visi Pembangunan : “Purwakarta Berkarakter”
mempunyai misi untuk senantiasa meningkatkan keutuhan lingkungan
baik hulu maupun hilir, fisik maupun sosial. Pembangunan lingkungan
dimaksud antara lain tercermin dari upaya :
a) Penegakan berbagai peraturan ataupun membuat peraturan baru,
untuk melindungi berbagai areal yang menjadi kebutuhan publik
secara luas. Seperti: perlindungan terhadap hutan, perlindungan
terhadap sumber mata air, perlindungan terhadap areal
persawahan, perlindungan terhadap keanggunan gunung, dan
perlindungan terhadap daerah aliran sungai. Hal ini sebagai bagian
dalam menjaga keutuhan lingkungan hidup serta kehidupan sosial
lainnya yang merupakan upaya terciptanya simbiosis mutualisme
antara manusia dan alam lingkungannya.
b) Mengembalikan kondisi sumber air, sungai dan danau sebagai
sumber kehidupan masyarakat, menjaga kualitas airnya, menjaga
kualitas lingkungannya, agar terjaga dari berbagai bentuk ambisi
kepentingan ekonomi, yang pada akhirnya menghancurkan sistem
nilai hayati dan nabati yang terkandung di dalamnya. Karena pada
hakikatnya, sumber air, sungai dan danau yang ada di Purwakarta
merupakan cermin watak peradaban masyarakat Purwakarta
secara keseluruhan.
4. Mengembangkan struktur pemerintahan yang efektif, yang
berorientasi kepada kepuasan pelayanan publik, mengembangkan
potensi kewirausahaan birokrasi yang berorientasi kemakmuran
Untuk mewujudkan Visi Pembangunan : “Purwakarta Berkarakter”
pada aspek birokrasi dan otonomi daerah, maka Pemerintah Kabupaten
Purwakarta mempunyai misi untuk senantiasa mengembangkan struktur
pemerintahan yang efektif, yang berorientasi kepada kepuasan pelayanan
publik, mengembangkan potensi kewirausahaan birokrasi yang
berorientasi kemakmuran rakyat. Misi tersebut antara lain tercermin dari
upaya :
a) Pengembangan tatanan birokrasi dan aparatur daerah, sehingga
mampu terwujud lembaga birokrasi dan aparatur daerah yang
mencerminkan tata nilai dan prinsip kesundaan : landung
kandungan, laer aisan, leuleus jeujeur liat tali, hade congcot, gede
bacot, someah hade ka semah.
b) Perwujudkan otonomi desa melalui penguatan otonomi kultural
dan struktural masyarakat perdesaan, serta desentralisasi
pembangunan desa dan desentralisasi pengelolaan anggaran
perimbangan desa, yang mencerminkan semangat keadilan, atau
gemah ripah, repeh rapih, sugih mukti lemah cai, wibawa karta
raharja.
c) Membangun kekuatan hukum yang memberikan perlindungan
menyeluruh terhadap masyarakat dengan berorientasi pada
produk hukum yang cerdas, tanggap terhadap perubahan dan
berkembang sesuai dengan nalar, lingkungan alam dan
➀➁5 ➂➃➄➃n ➅ ➆➆rn➇➃➃➃n n ➅ ➆➈➃m➃ngunn D➃ ➆r➃h ➉➂ ➊➅ ➅ ➋D➊➌ ➍➃➈➃upt➆n➅urw➃➃k➃rt .
➀➁5➁➎Struktu➏r ➃rg➃nissi
Perencanaan pembangunan daerah dapat diartikan sebagai suatu
usaha yang sistematik dari berbagai pelaku (aktor), baik umum (publik),
atau pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat lainnya pada
tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan
keterkaitan aspek fisik, sosial, ekonomi dan aspek lingkungan lainnya
dengan cara secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan
pembangunan daerah, merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan
daerah, menyusun konsep strategi bagi pemecahan masalah dan
melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang tersedia,
sehingga peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan.
Pihak pemerintah daerah sudah selayaknya kini melepas
paradigma ekonomi pembangunan lama (neoklasik) laissez-faire yang
memegang pandangan pasar yang murni atau liberal secara ekonomi:
bahwa pasar bebas sebaiknya dibiarkan pada seperti apa adanya, dan
akan didispensasikan dengan inefisiensi dalam cara yang lebih bebas dan
cepat seperti pemberian harga, produksi, konsumsi, dan distribusi dari
➐➑g➑n ➒➓ ➔ Struktu→r rg➑nis➑si ➐➣↔↔↕D➣
Sumber : Bagian Sub Bidang Sosial dan Budaya Bappeda Kabupaten Purwakarta Tahun 2010.
➙➛5➛➜ ➝➞ugs ➟okok ➠➞➡➞n➟ ➢r➢➤➞n n➞➞n ➟➢➥➞m➞ngunn D➞ ➢➞rh ➦ ➠➧➟ ➟ ➨D➧➩➫➞➥up➞t➢n➟urw➞➞krt➞
Berdasarkan sumber dari Bagian Sub Bidang Sosial dan Budaya
Bappeda Kabupaten Purwakarta Tahun 2010 yang menjadi Tugas Pokok
dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Purwakarta sebagai berikut :
(1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur
perencana penyelenggaraan pemerintahan daerah, dipimpin oleh
seorang Kepala yang bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah.
(2) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di
bidang perencanaan pembangunan daerah.
(3) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis perencanaan.
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan
pembangunan di daerah.
d. Pelaksanaan pelayanan teknis administratif badan.
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
(4) Susunan organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
terdiri dari :
a. Kepala Badan.
b. Sekretariat, terdiri dari :
1). Subbagian Program
2). Subbagian Keuangan
c. Bidang Fisik dan Prasarana, terdiri dari :
➭➯ ➲ Subbidang Infrastruktur Wilayah
➳➯ ➲ Subbidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup. d. Bidang Sosial Budaya, terdiri dari :
1). Subbidang Pendidikan, Agama dan Kesehatan
2). Subbidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat
e. Bidang Ekonomi, terdiri dari :
1). Subbidang Pertanian, Kehutanan, Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi dan Pertambangan.
2). Subbidang Penanaman Modal, Pendapatan, Keuangan dan
BUMD.
f. Bidang Litbang dan Statistik, terdiri dari :
➵➸➺ ➻l➼➽ ➼ ➾lur ➚ ➻➸lks➸n➸➸n➪usr➻➺ ➸n ng
➶➸➹➸n➚➻r➻n➘➸n➸➸n➚ ➻➺ ➸mn➸gunn D➸ ➻r➸h➴➶➾➚ ➚ ➷D➾➬ ➮➸➺➸upt➻n➚urw➸➸k➸ ➽rt
➱✃
4ÝÞÒ ßmßàáâ ánÜ ásáláâ Üusrßã án nä å álám ❐æåánä Ðæáosl å án
❐åuáyá åæ ❐áåán Ò ßrßnàááán n Ò ßmã ánäunán Ûáßráâ ç ❐❒ÒÒ Ø Û❒è Ö áãupátßn Òurwáé ártá
ê ëì ëíîïî ð ìîñ îòîï ó ëòîô ñ î ðîî ð õöñ ÷ ëðøî ðù úîò î ì û üúî ðù ýþñ üîò úî ð û öúî ÿî ûîó ó ëúî îúîòîï úüô ëðîò øîü ô þò ëï ó ëðë÷ ü ìî úüô ëðîò ú ëðùî ð ô ëóüî✁îüî ðð ÿî úîòî ì ì ë ✂✄ ☎✆✝✞ úî✟î✠úî✟î ÿî ðù îúî úîò îì ó ë÷ ö ìöñ î ðó ë÷ ëðíî ðîî ðó ëìø î ðùö ðî ðÿî ðù ñîò îïñ î✟ö ðÿî øüúî ðùñ þñü îò úî ð øöúî ÿî✡ ý ëòîü ð ü✟ö û îóó ëúî ìëìüòü ô ü óëùî✁îü ÿî ðù ø ë÷ ó ëðúü úüô î ð ø ë÷ ô þ ìëó ë✟ëð ñ ëñöî ü ú ëðùî ð ó ëô ë÷☛îî ð ðÿî ✟ëð✟î ðù óëò îô ñî ðîîð õöñ÷ ëðø îðù ú îò î ì û üúî ðù ýþñ üî ò úîð û öúî ÿî ú ü û îúî ð êë÷ ëðíî ðîî ð êëìøîðùö ðî ð☞î ë÷ îï ✌û✍êê✎☞✍ ✏✑îøöóî✟ëðê ö÷✁îô î÷✟î✡
✔ ✕✖ ✕✗✘✙✘ ✚ ✖✘✛✘ ✜✘✙ ✢✘ ✚✣ ✖ ✕✚✤✘✥✦ ✧★✩ ★✩ ✪✕✫ ✜✘ ✚✣✛ ✬ ✚✣ ✚✢✘ ✛ ✬✘✭✬ ✖✬✛✢✘ ✮✘ ✫✘✙ ✯ ✭ ✕✫✬✭ ✘ ✖✘ ✥✘ ✜✘✖ ✖ ✕✚✣ ✕✜★✜✘ ✯ ✖ ✕✚✣ ✕✚✥✘ ✜✦ ✩✘ ✚ ✤✘ ✜✘✚✚✢✘ ✖✬✛✢✘ ✮✘ ✫✘✙ ✰ ✱✚✭ ✬ ✩ ✦✭ ✬ ✯ ✧✘ ✫✘ ✧✕✛ ✕✫✭ ✘ ✖✬✛✢✘✮✘ ✫✘✙ ✙✘ ✫✬✛ ✭✕✫✘ ✖ ✧✦ ✜ ✪✕✫ ✩ ★✖✬✚✦ ✩✘✛✦ ✯ ✥✘ ✚ ✤✬ ✣✘ ✖ ✕✖✧✬ ✚ ✢✘✦ ✦✥ ✕✲✦ ✥ ✕ ✢✘ ✚✣ ✖✕✚✘ ✫✦ ✩ ✛ ✕✫✭ ✘ ✧✕✚✬ ✙ ✥✘ ✢✘ ✩ ✫ ✕✘✭✦ ✳✦✭ ✘✛✰✴✬✛✫ ✕✚✪✘ ✚✣ ✔✕✖ ✪✘ ✚✣✬ ✚✘ ✚ ✵✦✥✘ ✚✣ ✶ ★✛ ✦✘ ✜✥✘ ✚✵✬✥✘✢✘✥ ✦ ✛ ✬✛ ✬ ✚ ✥✘ ✜✘ ✖ ✫✘ ✚✣ ✩✘ ✖✕✖ ✪✕✫✦ ✩✘ ✚ ✣✘ ✖ ✪✘ ✫✘ ✚ ✩✕✧✘✥✘ ✛ ✕✜✬ ✫✬✙ ✤✘✤✘ ✫✘ ✚ ✧✕✜✘ ✩✛ ✘ ✚✘ ✧ ✕✖ ✪✘ ✚✣✬ ✚✘✚ ✵✦✥✘ ✚✣ ✶★✛ ✦✘ ✜ ✥✘ ✚ ✵✬✥✘ ✢✘ ✥✦ ✵✘✥✘ ✚ ✔✕✫ ✕✚✗✘✚✘✘ ✚✔✕✖ ✪✘ ✚✣✬ ✚✘ ✚ ✷✘ ✕✫✘✙✸✘✪✬✧✘✭ ✕✚✔ ✬ ✫✮✘ ✩✘ ✫✭ ✘ ✥✘ ✚✪✕✫ ✪✘✣✘✦ ✧✦✙✘ ✩ ✭ ✕✫ ✩✘✦✭✯ ✭✕✚✭✘ ✚✣ ✧✫ ★✣ ✫✘ ✖ ✥✘ ✚ ✩ ✕✣✦✘✭ ✘ ✚ ✢✘ ✚✣ ✘ ✩✘ ✚ ✥✦ ✜✘ ✩✛ ✘ ✚✘ ✩✘ ✚ ✥✘ ✜✘ ✖ ✤✘ ✚✣ ✩✘ ✖ ✕✚✕✚✣✘✙ ✘✣✘ ✫ ✥✦ ✩ ✕✭ ✘✙✬✦ ✥✘ ✚ ✥✦✤ ✘✥✦ ✩✘ ✚ ✛ ✕✪✘✣✘✦ ✧✕✥ ★✖✘ ✚ ✥✘ ✜✘ ✖ ✧ ✕✜✘ ✩✛ ✘ ✚✘✘✚ ✧✫ ★✣ ✫✘ ✖ ✥✘ ✚ ✧ ✕✫✭ ✘ ✚✣✣✬ ✚✣✤ ✘✮✘✪✘ ✚ ✩ ✕✧✘✥✘ ✧✕✖ ✕✫✦ ✚✭ ✘✙✛ ✕✫✭✘✖✘✛ ✢✘ ✫✘ ✩✘✭ ✰
✴ ✕✜✘✜✬✦ ✧ ✕✚✢✬✛ ✬ ✚✘ ✚✴ ✬✛ ✫ ✕✚✪✘ ✚✣✔✕✖✪✘ ✚✣✬ ✚✘ ✚ ✵✦✥✘✚✣ ✶ ★✛ ✦✘ ✜✥✘ ✚ ✵✬✥✘ ✢✘ ✯ ✘ ✩✘ ✚ ✭ ✘ ✖ ✧✘✩ ✤ ✕✜✘✛ ✥✘ ✚ ✭✕✫✘ ✫✘✙ ✛ ✕✫✭ ✘ ✙✘✛ ✦✜ ✢✘ ✚✣ ✦ ✚✣✦ ✚ ✥✦ ✗✘ ✧✘✦ ✛ ✕✛ ✬✘✦ ✥ ✕✚✣✘ ✚ ✳✦ ✛ ✦ ✥✘ ✚ ✖✦✛ ✦ ✵✘✥✘ ✚ ✔✕✫ ✕✚✗✘ ✚✘✘ ✚ ✔✕✖ ✪✘ ✚✣✬ ✚✘ ✚ ✷✘ ✕✫✘✙ ✵✦✥✘ ✚✣ ✶ ★✛ ✦ ✘✜ ✥✘ ✚ ✵✬✥✘ ✢✘ ✸ ✘ ✪✬ ✧✘✭✕✚ ✔ ✬ ✫✮✘ ✩✘ ✫✭✘ ✖ ✕✜✘ ✜✬✦ ✧✕✜✘ ✩✛✘ ✚✘✘✚ ✩ ✕✣✦✘✭ ✘ ✚ ✢✘ ✚✣ ✭✕✫ ✕✚✗✘ ✚✘ ✯ ✖✕✜ ✕✖✪✘ ✣✘ ✛ ✕✫✭ ✘ ✪✕ ✫✩ ✕✛ ✦ ✚✘ ✖ ✪✬ ✚✣✘ ✚ ✛ ✕✙✦✚✣✣✘ ✥✦✙✘ ✫✘ ✧✘ ✩✘ ✚✘ ✩✘ ✚✪✕ ✚✘ ✫✲ ✪✕✚✘ ✫✖ ✕✚✗✘ ✧✘✦✙✘✛ ✦ ✜✢✘ ✚✣ ✖✘ ✩✛ ✦ ✖✘ ✜✰
✿ ❀ ❁❂❃ ❂❄❃❅ ❆❇ ❂ ❆❈ ❆❆❈ ❉ ❊❂ ❀❃❈❋ ❆❈● ❍❆❅ ❆■❏ ❑❍❆❈●▲ ❁❂ ❑❆❅ ❍❆❈ ❏ ❊❍❆▼ ❆ ❍❑ ❏ ❆❍❆❈ ✿ ❃ ❀❃❈ ◆ ❆❈ ❆❆❈ ✿❃ ■❋ ❆❈● ❊❈ ❆❈ ❖❆❃ ❀ ❆P ◗ ❏ ❘✿ ✿ ❙ ❖❘❚ ❯❆❋ ❊❄ ❆❱❃❈ ✿❊❀❲ ❆❇ ❆❀❱❆❳ ■❆❇ ❆ ❋❆❄❄❃ ❍❆ ■❃❈● ❊❈ ❍❆❈● ❄ ❆❀ ❆ ❄❃ ❀❲ ❆❇ ❑❅ ❆❈ ❍❆❀ ❑❈ ❂❱ ❆❈❂ ❑ ❱ ❃ ❀❇ ❆❑❱ ❍❃❈● ❆❈ ❄❃ ■❋ ❆❈● ❊❈ ❆❈ ❄❃ ■❃ ❀ ❑❈❱❆P ❍❆❃ ❀ ❆P❨ ❩ ❆❅ ❑❈ ❑❳ ❍❑■ ❆❇ ❂ ❊❍❇ ❆❈ ❊❈❱❊❇ ■❃❈● ❆❱❆❂ ❑❄❃ ■❃ ◆❆P ❆❈ ■ ❆❂ ❆❅ ❆P▼ ❆❈●❈ ❆■❄ ❆❇ ❆❍❆❳ ❂❃❅ ❆❑❈ ❑❱❊ ❆❍❆❅❆P ■❃ ❀❃ ❇❆ ■❃ ■❑❅ ❑❇ ❑ ❇❃❄ ❑ ❆❲ ❆❑❆❈ ❍ ❆❅ ❆■ ❄❃ ❀ ❊■ ❊❂ ❆❈ ❄❃ ❀❃❈ ◆ ❆❈ ❆❆❈ ❄❃ ■❋ ❆❈● ❊❈ ❆❈ ❍❆❃ ❀ ❆P❨
❏❆❄ ❄❃❍❆ ■❃❈❃ ■❄ ❆❱ ❇ ❆❈ ❂ ❊❆❱ ❊ ❄ ❀ ❁● ❀ ❆■ ▼ ❆❈● ❂❆❈ ● ❆❱ ❄❃❈❱ ❑❈● ❍❑ ❄❃ ■❃ ❀ ❑❈❱❆P❆❈ ❯❆❋ ❊❄ ❆❱ ❃❈ ✿ ❊❀❲ ❆❇ ❆❀❱❆ ▼ ❆❑❱❊ ❂❃❋ ❆●❆ ❑ ❄ ❃ ❀❃❈ ◆ ❆❈ ❆ ❄❃ ■❋ ❆❈● ❊❈ ❆❈ ❆❄ ❆❋ ❑❅❆ ❱ ❑❍❆❇ ❍❑❱ ❊❈❬❆❈● ❍❃❈● ❆❈ ❄❃ ❈ ❍❑❍❑❇ ❆❈ ▼❆❈ ● ❂❃ ❂ ❊❆❑ ❍❃❈● ❆❈ ❄❃ ❇❃ ❀❬❆❆❈ ▼ ❆❈● ❍❑ ❇❃ ❀❬❆❇ ❆❈❈ ▼ ❆❳ ■ ❆❇ ❆ ❆❇ ❆❈ ■❃❈ ❑■❋ ❊❅ ❇ ❆❈ ❇❃ ◆❃ ■❋ ❊❀ ❊❆❈ ❆❈❱❆❀ ❄❃● ❆❲ ❆❑❨ ❇❃ ◆❃ ■❋ ❊❀❊❆❈ ❱❃ ❀ ❂❃❋ ❊❱❳ ❍❆❄ ❆❱ ■❃❈● ❆❇ ❑❋ ❆❱ ❇ ❆❈ ❄❃ ❀ ❂ ❆❑❈● ❆❈ ▼❆❈● ❱ ❑❍ ❆❇ ❂❃ P ❆❱ ❆❈❱❆❀ ❄❃ ●❆❲ ❆❑ ❖❑❈ ❆❂ ❯ ❃ ❂❃ P❆❱ ❆❈❳ ❂❃ P❑❈●● ❆ ❄ ❀ ❁● ❀ ❆■ ❑❈❱❃ ❀ ❇ ❁❈❃ ❇ ❂ ❑ ❍❆❱❆ ▼ ❆❈● ❍❑❋❃❈❱ ❊❇ ❁❅❃P ❄❃ ■❃ ❀ ❑❈❱❆P ❍ ❆❃❀❆P ❯❆❋ ❊❄ ❆❱ ❃❈ ▲ ❊❋ ❆❈ ● ❱ ❑ ❍❆❇ ❂❃ ❂ ❊❆❑ ❍❃❈● ❆❈ ▼❆❈ ● ❍❑P❆❀ ❆❄ ❇ ❆❈ ❨
❴❵❛ ❜❝❞❡ ❜❢❵ ❣❤❜ ❤❜✐ ❥ ❣❢❦❥ ❧❵✐♠❛❥ ♥♦ ♣ q ❤❥ ❣rs t✉❢ ❵ ❣❤❜❤❜✐ ❥ ❣✈❥✇❥ ❦♦ ❧✈✉ ①②✉ ❧③♣❢ ✉ ❤❥ ❣ ①♣ ✇ t✉ ❢❵ ❣❤❜❤ ❜✐ ❥ ❣ ①❵ ❣❵ ❣④❥ ♥ ♦ ❧ ①⑤✉ ① s✉ ❤❥❣ ❧ ①q t✉ ❢ ❵ ❣❤❜❤❜✐ ❥ ❣ ③ ❞❥ ❦ ❧❵✐♠❛❥ ♥✉ ❢ ❵ ❦ ④❞❦ ❞❥ ❣ s ④❥ ❴❥ ② ✇ ❛❥ ❴✉ ❢ ❵ ❴⑥❜ ❣❥❥ ❣❢ ❵ ❴ ❞❤❥ ❤❥ ❣ ⑦❛❥ ♥❦❥ ④❥⑧ q❵ ❤ ❞❥✉ ❴❵ ❣⑨ ❞✇ ❞❣ ❡❵✐❣❜✇ ⑩ ❞❣④✇ ❜♠❣❥❛ ❤❜ ⑥❜❤❥ ❣④ ❝❵ ❣ ❤❜ ❤❜✐ ❥ ❣ ⑥❵ ❦ ❤❥✇ ❥ ❦✐❥❣✐ ❵ ⑥❜❶❥✐ ❥ ❣ ❷ ❞❝❥ ❡❜⑧
❷❥ ❝ ❝❵❤❥ ❴❵ ❴ ❜❛ ❜✐ ❜ ❝❵ ④❥ ❸❥ ❜ ⑨❥ ❣④ ❛ ♠⑨❥❛ ❡❵ ❦ ♥❥ ❤❥ ❝ ❝❵✐❵❦❶❥ ❥ ❣❣⑨❥⑧ ❢ ❵ ④❥ ❸❥ ❜❣⑨❥ ❶❞④❥ ❴❵ ❴ ❜❛ ❜✐ ❜✐ ❵✇❥ ❴❥❥ ❣ ⑥❞❤❥ ⑨❥✉ ✇❵ ❴ ❞❥ ❝❵ ④❥ ❸❥ ❜ ❣⑨❥ ⑥❵ ❦❥✇ ❥❛ ❤❥ ❦ ❜ ✇ ❞✐ ❞ ✇ ❞❣❤❥⑧ ❹❥❛ ❜❣❜✉ ❴❵ ❣❶❥❤❜ ❤❥ ⑨❥ ❡❥ ❦ ❜✐ ⑥❥④ ❜ ❷❥❝❝❵ ❤❥✉ ✐ ❥ ❦❵ ❣❥ ❤❜ ❤❥❛❥ ❴ ❤❜❦ ❜ ✇❵ ❡ ❜❥ ❝ ❝❵ ④❥ ❸❥ ❜ ❴❵ ❴❜❛ ❜✐ ❜ ❦❥✇ ❥ ✐ ❵✐ ❵❛ ❞❥ ❦ ④❥❥ ❣⑧ ❧❵❛❥ ❜❣ ❜❡ ❞✉ ❝❵❛❥✐ ✇ ❥ ❣❥❥ ❣ ①❞✇ ❦❵ ❣⑥❥ ❣④ ❤❥ ❣ ❥ ❣❥❛❜✇ ❥ ❤❥ ❡❥ ✐❵ ❝❵❣ ❤❞❤❞✐ ❥ ❣ ❤❥ ❣ ✐ ❵❛ ❞❥ ❦ ④❥ ⑥❵ ❦