Pelaksanaan Hukum Waris Islam dalam Lingkungan Adat Mandailing
Godang
(Studi pada Mandailing Godang Kabupaten Madina)
Farida Hanum
Program Pasca Sarjana
Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Persoalan Hukum Waris menyangkut tiga unsur, yaitu: adanya harta peninggalan atau harta kekayaan pewaris yang disebut warisan, adanya pewaris yaitu orang yang menguasai atau memiliki harta warisan dan yang mengalihkan atau yang mewariskannya, dan adanya waris yaitu orang yang menerima pengalihan atau penerusan atau pembagian harta warisan itu. Hukum waris yang berlaku di Indonesia ada 3 (tiga) yaitu, Hukum Waris Islam, Hukum Waris Adat dan Hukum Waris Perdata Ketiga sistem hukum tersebut mempunyai perbedaan yang prinsipil misalnya antara hukum waris Islam dan hukum waris adat, berbeda dalam hal sistem kekeluargaan, pengertian kewarisan, harta peninggalan ahli waris, bagian ahli waris, lembaga penggantian ahli waris dan sistem hibah. Dalam prakteknya sering dijumpai pelaksanaan pembagian warisan ditunda-tunda, sedangkan Hukum Waris Islam tidak mengenal masa tunggu untuk melaksanakan pembagian warisan sedangkan pada prakteknya harta warisan dibiarkan tetap utuh dalam jangka waktu yang lama bahkan ada yang sampai turun kegenerasi berikutnya. Bahkan terkadang hukum waris Islam itu tercampur dengan keberadaan hukum waris adat tak terkecuali pada masyarakat hukum adat Mandiling Godang. Berdasarkan hal itu maka permasalahan dalam penulisan tesis ini adalah: Bagaimana pelaksanaan hukum waris Islam pada masyarakat Mandailing Godang, Apa sajakah yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan hukum waris Islam pada masyarakat mandailing Godang dan Bagaimana penyelesaian sengketa masalah harta warisan pada masyarakat Mandailing.
Untuk membahas permasalah tersebut maka sifat penelitain yang dilakukan adalah deskriptif analitis dengan pendekatan normatif-empiris. Lokasi penelitian dilakukan di Mandailing Godang Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Populasi yang diambil adalah masyarakat Mandailing Godang dengan sampel sebanyak 30 (tigapuluh) orang dan 6 (enam) desa yang ada, teknik pengambil sampel menggunakan metode purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan menggunakan penelitian kepustakaan dan lapangan, dengan alat pengumpulan studi dokumen, wawancara dan kueioner. Kemudian dianalisis dengan cara kualitatif sehingga dapat ditarik kesimpulan yang deduktif-induktif.
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara
Ibu belum termasuk ahli waris utama. Cara pembagian harta warisan pada umumnya langsung melaksanakan musyawarah. Pada hal seharusnya ditentukan lebih dahulu bagian masing-masing ahli waris sehingga masing-masing memahami bagiannya. Setelah masing-masing memahami bagiannya baru dilaksanakan tsaluh. Hambatan pelaksanaan hukum waris Islam ada beberapa faktor; pertama faktor adat yaitu masih berpegang pada hukum warisan adat dan kedua kurangnya sosialiasi oleh pemuka adat tentang hukum warisan Islam di tengah-tengah masyarakat. Sedangkan cara penyelesaian jika terjadi sengketa yaitu dengan cara pertama; cara musyawarah adat, tetapi tidak bersifat final dan kedua ke Pengadilan Agama .
Saran kepada masayrakat adat Mandailing Godang hendaknya melaksanakan hukum waris berdasarkan syariat Islam. Hendaknya pengaruh adat dikurangi dan adanya sosialiasai hukum tentang waris Islam oleh tokoh agama kepada masyarakat. Hendaknya kepada masyarakat dalam penyelesaian sengketa lebih mengutamakan musyawarah berdasarkan syariat Islam.
Kata kunci: Pelaksanaan Hukum Waris Islam Mandiling Godang
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara