• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Radiografi Adenoma Pleomorfik Pada Kelenjar Saliva

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Radiografi Adenoma Pleomorfik Pada Kelenjar Saliva"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

HAMDI ANSORI

NIM : 040600055

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Unit Radiologi Kedokteran Gigi

Tahun 2009

Hamdi Ansori

Gambaran Radiografi Adenoma Pleomorfik Pada Kelenjar Saliva

vi + 31 Halaman

Meskipun Adenoma Pleomorfik merupakan tumor jinak kelanjar saliva tetapi mempunyai kapasitas untuk tumbuh membesar dan berubah menjadi malignant membentuk carsinoma. Penyebab Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva belum diketahui pasti, diduga keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. Di Amerika,

Adenoma Pleomorfik di jumpai sebanyak 80% dari seluruh tumor jinak kelenjar

saliva. Untuk mengenal tumor ini, gambaran klinis, histopatologi, biopsi dan

gambaran radiografi sangat diperlukan.

CT dan MRI berguna untuk mendeteksi lesi, batas tumor, batas lesi, aspek

lesi, kontras antara lesi dan jaringan sekitarnya, gambaran intensitas dari lesi,

keberhasilan dalam pemakaian medium kontras, aspek lesi setelah injeksi medium

kontras, deteksi kapsul nya dan resorpsi tulang yang terjadi pada lesi tersebut.

Secara umum, Adenoma Pleomorfik dirawat dengan bedah eksisi, tetapi

radioterapi dibutuhkan sebagai perawatan tambahan dan kemoterapi sebagai

perawatan paliatif bila tumor kambuh dan bermetastase. Prognosa Adenoma

(3)

dapat menjadi residif apabila pengambilan tidak bersih bahkan cenderung menjadi

malignant.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 10 Desember 2009

Pembimbing Tanda Tangan

H. Asfan Bahri, drg., Sp.RKG

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji

pada tanggal , 10 Desember 2009

TIM PENGUJI SKRIPSI

KETUA : Hj. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp.RKG

ANGGOTA : 1. H. Asfan Bahri, drg., Sp. RKG

2. H. Amrin Thahir, drg

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur sebesar-besarnya kepada Allah SWT beserta salawat dan

salam kepada Nabi Besar Muhammad SWA atas limpahan kemudahan yang

diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu

syarat guna mendapat gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara.

Dengan setulus hati penulis mempersembahkan skripsi ini kepada kedua

orang tua tercinta ayahanda Amiruddin Lubis (Alm) dan ibunda Rossanna

Batubara yang begitu ikhlas mendoakan ananda dan tetap memberikan nasehat serta

kesabaran yang luar biasa sejak ananda dilahirkan ke dunia ini. Ucapan terima kasih

juga penulis persembahkan buat kakak dan adik tersayang Noni Iriani Lubis, Hilpan

Safri Lubis, Erni Sari Lubis serta Riski Hamdani Lubis yang telah memberikan

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan dan

pengarahan serta juga dorongan semangat sehingga skripsi ini dapat selesai. Untuk itu

dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Hj. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp.RKG selaku ketua Departemen Radiologi

(7)

2. H. Asfan Bahri, drg., Sp.RKG Staf Departemen Radiologi Dental selaku

pembimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi petunjuk kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Sayuti Hasibuan, drg.,Sp.PM , selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara yang telah mendidik, membimbing dan membantu penulis selama

menuntut ilmu di masa pendidikan.

5. Mardhiatul Husna, Bangun Fiqri Utama Lubis yang ikut membantu penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Taman-taman setambuk 2004 khususnya Ririn, Harmi, Rayni, Lia, Indri, El,

Beby, Agus, Ratna, Lenggo dan Risma.

7. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis hingga selesai skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

memberikan sumbangan pemikiran kepada kita semua, amin.

Medan, 10 Desember 2009 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

BAB 3 GAMBARAN KLINIS, HISTOPATOLOGI, RADIOGRAFI ADENOMA PLEOMORFIK PADA KELENJAR SALIVA ... 6

3.1 Gambaran Klinis ... 6

3.2 Gambaran Histopatologi ... 9

3.3 Gambaran Radiografi ... 14

(9)

4.2 Perawatan Pasca Pembedahan ... 23

4.3 Prognosa ... 23

4.4 Diferensial Diagnosa... 24

BAB 5 KESIMPULAN ... 25

DAFTAR RUJUKAN ... 26

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Gambaran Klinis dan Tipe Histopatologi Adenoma

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Adenoma Pleomorfik pada kelenjar parotid ... 6

Gambar 3.2. Adenoma Pleomorfik pada kelenjar parotid ... 6

Gambar 3.3. Adenoma Pleomorfik pada kelenjar submandibularis ... 7

Gambar 3.4. Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva

minor di palatum... 7

Gambar 3.5. Bengkak pada servical waktu kurang dari 2 minggu, ... dianggap infeksi akut dari gigi ... 7

Gambar 3.6. Adenoma Pleomorfik pada kiri parotid. Nodul

elevasi dari lobus telinga ... 7

Gambar 3.7. Adenoma Pleomorfik pada Palatum lunak ... 8

Gambar 3.8. Massa yang tumbuh di tengah-tengah kelenjar parotid ... 8

Gambar 3.9A. Adenoma Pleomorfik dengan kapsul fibrous yang

memisahkan tumor dari jaringan normal kelenjar parotid... 10

Gambar 3.9B. Adenoma Pleomorfik dengan lebih sedikit pocal kapsul yang absen. Nodul-nodul kecil pada satelit tumor menonjol

diluar kumpulan tumor mayor ... 10

(12)

Adenoma Pleomorfik... 10

Gambar 3.11 Tubulus atau formasi duktus pada Adenoma Pleomorfik lnner epitel terdiri dari sel cuboidal, dengan sitoplasma eusinopilic meliputi satu atau lebih lapis dari mioepitel sell dengan sitoplasma jernih. Diantara stroma berisi

spindle dan epiteloid mioepitel sel... 11

Gambar3.11B Susunan tubulur bisa dilihat, tetapi lipatan mioepitel tidak dapat digambarkan. Stroma di tengah - tengah menunjukkan sel mioepitel spindle. Pada gambar ini

natur bland sel absen dari atipi sel... 11

gambar3.12 Pasien usia 69 tahun setelah operasi menentukan sifat

bengkak FNAB dilakukan... 13

Gambar 3.13A Tumor tidak homogen, intensitas signal intrermediet

pada CTI ... 17

Gambar 3.13B Setelah pemakaian medium kontras tumor menunjukkan

peningkatan yang tidak homogen pada CE CTI ... 17

Gambar 3.13C T1-weighted MRI menunjukkan intensitas massa

Intermediet... 17

Gambar 3.13D T2-weighted MRI FS teknik menunjukkan intensitas

massa tidak homogen ... 17

Gambar 3.13E Setelah pemakaian medium kontras tumor menunjukkan

peningkatan CE T1-weighted menggunakan FS teknik .... . 17

Gambar 3.13F Resorpsi tulang pada tulang palatal dapat di deteksi dengan

koronal CE T1-weighted MRI menggunakan FS teknik ... 17

Gambar 3.14A Tumor tidak homogen, intensitas signal intrermediet

pada CTI ... 18

Gambar 3.14B Setelah pemakaian medium kontras tumor menunjukkan

peningkatan yang tidak homogen pada CE CTI ... 18

Gambar 3.14C T1-weighted MRI menunjukkan intensitas massa

intermediet. ... 18

Gambar 3.14D T2-weighted MRI FS teknik menunjukkan intensitas

(13)

Gambar 3.14E Tumor menunjukkan batas lobular pada corona

T2-weighted MRI menggunakan FS teknik ... 18

Gambar 3.14F Setelah pemakaian medium kontras tumor menunjukkan

peningkatan CE T1-weighted menggunakan FS teknik ... 18

Gambar 3.15A Tumor tidak homogen, intensitas signal intrermediet

pada CTI ... 19

Gambar 3.15B Setelah pemakaian medium kontras tumor menunjukkan

peningkatan yang tidak homogen pada aksial CE CTI ... 19

Gambar 3.15C Intensitas tumor ditunjukkan coronal CE CTI ... 19

Gambar 3.15D Pada aksial T1-weighted MRI menunjukkan

intensitas massa tinggi ... 19

Gambar 3.15E Pada aksial T2-weighted MRI menggunakan FS teknik menunjukkan tumor tidak homogen intensitas

massa tinggi ... 19

Gambar 3.15F Tumor menunjukkan batas lobus tidak homogen dan intensitas signal tinggi pada koronal T2-weighted MRI ...

menggunakan FS teknik ... 19

Gambar 4.1. Spesimen sedang operasi... 23

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

Adenoma Pleomorfik adalah tumor kelenjar saliva umumnya terdapat pada kelenjar saliva mayor dan minor dan paling banyak terjadi pada kelenjar parotid. Hal ini menunjukkan dari 60% sampai 80% dari semua tumor jinak berada didalam kelenjar saliva mayor dan 40% sampai 70% berada pada kelenjar saliva minor.1

Meskipun tumor ini digolongkan jinak, jika tidak dilakukan tindakan, sewaktu-waktu dapat berubah menjadi ganas. Hal ini diduga disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran klinis: massa tumor tunggal, pertumbuhan lambat, tanpa rasa sakit, nodul tunggal. Suatu nodul

yang terisolasi umumnya tumbuh di luar dari pada normal, dari suatu nodul utama

dibandingkan dengan suatu multinodular.2,3

Secara histologi, Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran yang ber-

variasi. Karakteristiknya merupakan satu campuran epitel poligonal dan elemen

myoepitel spindle-shaped membentuk unsur dengan latar belakang stroma oleh

mukoid, myxoid, kartilago atau hyalin. Diagnosa histopatologi dari Adenoma

Pleomorfik dapat juga dilakukan dengan prosedur- prosedur sampling termasuk fine

needle aspiration biopsy (FNAB) dan coore nedlee biopsy (bigger needle comparing

to byopsi). Pemeriksaan radiografi berguna untuk membantu menegakkan diagnosa

pada penderita Adenoma Pleomorfik. CT dan MRI berperan penting untuk

(15)

Secara umum, Adenoma Pleomorfik dirawat dengan bedah eksisi dengan

memperlebar margin. Oleh karena itu sebelum operasi pemeriksaan gambaran

radiologi Adenoma Pleomorfik memainkan peranan penting dalam rencana

pembedahan.1

Apabila Adenoma Pleomorfik kambuh dan malignant, radiasi dan kemoterapi

digunakan sebagai perawatan tambahan. Indikasi terapi radiasi sesudah operasi jika

tingkat malignansi tinggi. Kemoterapi digunakan sebagai perawatan paliatif bila

tumor kambuh dan bermetastase.2,4

Permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah gambaran klinis, histopatologi dan radiografi Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva. Dalam skripsi

ini akan dijelaskan mengenai definisi, etiologi, perawatan, prognosa dan diferensial

diagnosa dari Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva.

(16)

BAB 2

DEFINISI DAN ETIOLOGI ADENOMA PLEOMORFIK

2.1 Definisi

Adenoma Pleomorfik adalah tumor kelenjar saliva dan paling umum di

jumpai pada kelenjar parotid. Tumor ini merupakan tumor campuran (benign mixed

tumor), yang terdiri dari komponen epitel, mioepitel dan mesenkim dan tersusun

dalam beberapa variasi komponennya.2,.3,5,6,,7,8,9,10,11

Kelenjar saliva dikategorikan kedalam kelenjar saliva mayor dan minor.

Kelenjar saliva mayor ada 3 (tiga ) : parotid, submandibularis, sublingualis. Kelenjar

saliva minor terdapat disepanjang aerodigestif bagian atas submukosa : palatum,

bibir, pharynx, nasophrynx, larynx, ruang parapharyngeal.3,9 Pada kelenjar saliva

mayor Adenoma Pleomorfik paling sering di jumpai pada kelenjar parotid, sedangkan

pada kelenjar saliva minor Adenoma Pleomorfik lebih sering dijumpai pada palatum

dan bibir atas.5

Adenoma Pleomorfik dapat terjadi pada semua umur, baik anak-anak maupun

dewasa. Pada sebagian besar kasus menunjukkan 45% sampai 75% dari semua

neoplasma kelenjar saliva, timbulnya penyakit 2 sampai 35 kasus per 100,000 orang.

Adenoma Pleomorfik lebih sering terjadi pada wanita dibanding laki-laki dengan

perbandingan 2:1. Adenoma Pleomorfik paling sering terjadi diantara dekade ke- 3

sampai ke- 6, dengan presentase usia rata-rata 43-46 tahun. Di Amerika, Adenoma

(17)

β-catenin adalah suatu molekul yang dihubungkan dengan invasi dan

metastase dari karsinoma–karsinoma dari kepala dan leher, esopagus, lambung,

colon, hati, paru, genital wanita, prostat, kandung kemih, pankreas dan melanoma.8

2.2 Etiologi

Penyebab Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara

pasti, diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. Pemaparan radiasi

dihubungkan dengan pekembangan tumor jinak dan carsinoma mukoepidermoid

malignant.3,5,6

Satu studi mengatakan, bahwa simian virus (SV 40) memainkan peranan

penting dalam perkembangan Adenoma Pleomorfik.6 Virus Epstein-Barr merupakan

salah satu faktor didalam perkembangan tumor-tumor limphoephitelial kelenjar

saliva. Perubahan-perubahan genetik, seperti kehilangan allelic, monosomi dan

polisomi, dan penyusunan kembali strukturnya.3,5

Secara umum β-catenin memainkan peranan penting di dalam perkembangan

Adenoma Pleomorfik. Tidak hanya dalam perubahan bentuk yang malignant, tetapi

juga didalam pengaturan fungsi-fungsi fisiologis. Ekspresi molekul-molekul adhesi

didalam neoplasma-neoplasma kelenjar saliva telah diselidiki.8

Study saat ini mengatakan, percobaan untuk memperjelas peran sel di dalam

onkogenesis dan sitodiferensiasi Adenoma Pleomorfik dan karsinoma dari kelenjar

saliva. Ekspresi dari β-catenin adalah immunohistochemical yang di uji dalam

(18)

5

Gen β-catenin adalah CTNNB1, yang dipetakan pada kromosom 3p21.9 β

-catenin tercakup didalam tranduksi isyarat (Wingless/WNT) dan spesifikasi dari sel

selama embryogenesis. Study terbaru menunjukkan β-catenin secara langsung

berhubungan dengan anggota keluarga dari faktor transkripsi yang melibatkan aktifasi

dari gen target yang spesifik.8

Beberapa kelompok cacat genetik didalam Adenoma Pleomorfik sebagian

besar ditandai dengan penyimpangan struktur, khususnya translokasi resiprokal.

Subgrup yang besar ditandai oleh penyusunan kembali regu 8p12. Gen kromosom

8p12 dikembangkan dari regulasi zinc finger gene, menunjukkan PLAG1.8

Secara fungsional adalah signifikan, sebagaimana mempunyai pengaruh

dalam stabilitas dan translatabilitas dari hasil fusi mRNA dan sebagai

konsekuensinya juga pada konsentrasi PLAG1 dan β-catenin. Studi ini

mengkonfirmasikan reduksi ekspresi molekul adhesi didalam sel-sel neoplasma dari

tumor jika dibandingkan dengan duktus kelenjar sel. Hal ini dapat dihubungkan

dengan translokasi antara PLAG1 dan CTNNB1.8

Adanya kecenderungan sel-sel neoplasma mengorganisir struktur duktus dan

berlanjut ke β-catenin didalam lapisan-lapisan sel, clusters dan sheets, sehingga

(19)

BAB 3

GAMBARAN KLINIS, HISTOPATOLOGI, RADIOGRAFI

ADENOMA PLEOMORFIK PADA KELENJAR SALIVA

3.1 Gambaran Klinis

Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran klinis: massa tumor tunggal,

keras, bulat, bergerak (mobile), pertumbuhan lambat, tanpa rasa sakit, nodul tunggal.

Suatu nodul yang terisolasi umumnya tumbuh di luar dari pada normal, dari suatu

nodul utama dibandingkan dengan suatu multinodular.2,3,5,6

Adenoma Pleomorfik biasanya mobile, kecuali di palatum dapat menyebabkan

atropy ramus mandibula jika lokasinya pada kelenjar parotid. Ketika ditemukan di

ekor kelenjar parotid, tumor ini akan menunjukkan satu bentuk cuping telinga (ear

lobe).2

Gambar 3.1. Adenoma pleomorfik pada kelenjar parotid,dilihat nodul tunggal9

(20)

7

Meskipun Adenoma Pleomorfik digolongkan sebagai tumor jinak, tetapi

mempunyai kapasitas tumbuh membesar dan berubah menjadi malignant membentuk

carsinoma.2

Gambar 3.5. Bengkak pada servical waktu kurang dari 2 minggu, dianggap

infeksi akut dari gigi4

Gambar 3.6. Adenoma Pleomorfik pada kiri parotid. Nodul elevasi dari

lobus telinga12 Gambar 3.3. Adenoma Pleomorfik

pada kelenjar submandibularis9

(21)

Meskipun Adenoma Pleomorfik tumor “jinak” tumor ini adalah aneuploid,

dan dapat kambuh setelah reseksi, menyerang jaringan normal, bermetastase jauh

dalam jangka waktu yang lama.2

Gejala dan tanda tumor ini tergantung pada lokasinya. Ketika di jumpai pada

kelenjar parotid kelumpuhan nervus fasialis jarang di jumpai, tetapi apabila tumor ini

bertambah besar mungkin kelumpuhan nervus fasialis bisa di jumpai. Seperti ketika

tumor ini menjadi malignant.6

Apabila tumor ini di jumpai pada kelenjar saliva minor, gejala yang timbul

bermacam-macam tergantung pada lokasi tumor. Gejala yang timbul seperti :

dysphagia, dyspnea, serak ,susah mengunyah, dan epistaxsis.6

Gambar 3.7. Adenoma Pleomorfik pada palatum lunak9

(22)

9

3.2 Gambaran Histopatologi

Secara histologi, Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran yang ber-

variasi. Secara klasik Adenoma Pleomorfik adalah bifasik dan karakteristiknya

merupakan satu campuran epitel poligonal dan elemen myoepitel spindle-shaped

membentuk unsur dengan latar belakang stroma oleh mukoid, myxoid, kartilago atau

hyalin.2,3,5

Elemen-elemen epitel disusun membentuk struktur seperti duktus, sheets,

lembaran-lembaran yang poligonal, spindle atau stellate-shaped cells (bentuk

pleomorphism). Area squamous metaplasia dan ephitel pearls bisa di lihat. Adenoma

Pleomorfik tidak mempunyai kapsul, tetapi diselubungi oleh pseudocapsul yang

berserat dari bermacam-macam ketebalannya. Tumor ini meluas dari keadaan normal

melalui parenkim kedalam bentuk pseudopodia seperti jari. Tetapi bukan suatu tanda

perubahan bentuk yang malignant.2,5

Pada kelenjar parotid, Adenoma Pleomorfik biasanya dikelilingi oleh sebuah

kapsul yang fibrous, dengan bermacam-macam ketebalan yang tidak sempurna

terutama dalam tumor-tumor mukoid (gambar 3.9 A dan B). Pada kelenjar saliva

minor tidak adanya kapsul bisa di lihat. Secara mikroskopis satelit tumor dengan

nodul kecil-kecil, pseudopodia, dan penetrasi kapsul bisa di lihat diluar kapsul

(gambar 3.10). Penyebab kambuhnya Adenoma Pleomorfik dalam kasus perawatan

dengan simple enuclease atau pada kasus dimana reseksi bedah inadequat dalam

(23)

.

Gambar 3.9 : Kapsul di dalam Adenoma Pleomorfik. (a) Adenoma Pleomorfik dengan kapsul

fibrous yang memisahkan tumor dari jaringan normal kelenjar parotid. (b)

Adenoma Pleomorfik dengan lebih sedikit pokal kapsul yang absen.

Nodul-nodul kecil pada satelit tumor menonjol diluar massa tumor mayor.6

.

Gambar 3.10 : Reccuren Adenoma Pleomorfik dengan mikroskopis dua nodul-nodul kecil jinak

muncul. Tumor dengan multinodular muncul merupakan karakteristik dari

(24)

11

Komponen epitel terdiri dari epitel dan mioepitel sel dengan pertumbuhan

yang menyimpang, termasuk trabekular, tubular, solid, cystic, dan papillary.

(gambar 3.11) Sel epitel murni dan sebagian kuboidal. Sel-sel mioepitel

memperlihatkan gambaran plasmasytoid, epiteloid, spindle, oncocytic, dan bentuk sel

jernih. Pada beberapa studi, tipe myoepitel sel lebih sering muncul dengan bentuk sel

plasmasytoid kemudian tipe spindle sel. Semua elemen seluler muncul dengan

cytologic lembut tanpa akivitas mitotik.6

Gambar 3.11 : Sel dalam Adenoma Pleomorfik. (a) Tubulus atau formasi duktus pada Adenoma

Pleomorfik. lnner epitel terdiri dari sel kuboidal, dengan sitoplasma eusinopilic

meliputi satu atau beberapa lapis sel dari mioepitel sel dengan sitoplasma jernih.

Diantara stroma berisi spindle dan epiteloid mioepitel sel. (b) Susunan tubulur bisa

di lihat, tetapi lipatan mioepitel tidak dapat digambarkan. Di antara stroma

menunjukkan spindle mioepitel sel. Pada gambar ini natur bland sel absen dari atipi

(25)

Adenoma Pleomorfik seringkali muncul dengan karakteristik kromosom

translokasi diantara kromosom 3 dan 8, hal ini menyebabkan gen PLAG1 menjadi

sejajar ke gen β-catenin. Hal ini mengaktifkan lintasan β-catenin menuju arah

pembelahan sel yang abnormal.2

Penyelidikan terhadap 12 wanita dan 4 laki-laki dengan Adenoma Pleomorfik.

Rata-rata usia 44 tahun,6 bulan.(tabel 1).8

TABEL 3.1. Gambaran Klinis dan Type Histopatologi Adenoma Pleomorfik

(26)

13

Beberapa kasus menunjukkan, 71% Adenoma Pleomorfik ukuran tumor

rata-rata 3 cm menunjukkan gambaran yang tidak lazim secara histopatologi. Sel-sel

neoplastik dengan tampilan yang berbeda-beda, hypercelulery, dan hyperhcromatism.

Sel-sel yang tidak beraturan dengan nukleus dominan atau tanpa hyprkromatism, dan

nukleus kecil dengan mitosis yang sedikit. Proliferasi sel tumor dapat dilihat di area

yang padat atau lapisan-lapisan diantara struktur tubular, kumpulan sel-sel hyalin

yang rapat atau sel plasmocytoid dan kumpulan stelata yang longgar atau sel

polyhidral.8

Diagnosa histopatologi Adenoma Pleomorfik dapat juga dilakukan dengan

prosedur-prosedur sampling termasuk fine needle aspiration biopsy (FNAB) dan

coore nedlee biopsy (bigger needle comparing to byopsi). Kedua prosedur ini bisa

dilakukan pada pasien rawat jalan.2 FNAB ini sangat akurat dan merupakan satu cara

yang dilakukan untuk mendiagnosa tumor dari inflamasi sebelum reseksi bedah

dilakukan. Alat-alat FNAB ini terdiri dari 22-25 gauge needle, 20mL syringe,dan

syringe holder spesial untuk vakum yang baik. Aspirasi preparat sebelum teknik

citology dilakukan.4

Gambar 3.12 Pasien usia 69 tahun setelah operasi

(27)

FNAB dioperasikan dengan mengunakan tangan, apabila Adenoma

Pleomorfik malignant secara alami dengan keakuratan sekitar 90%.2 FNAB juga

dapat mendeteksi tumor primer kelenjar saliva dari metastase. Core needle biopsy

lebih akurat dibanding dengan FNAB dengan ketelitian diagnostik lebih besar dari

97%.2

3.3 Gambaran Radiografi

Gambaran CT Adenoma Pleomorfik (benign mixed tumor) adalah suatu

penampang yang tajam dan pada dasarnya mengelilingi lesi homogen yang

mempunyai suatu kepadatan yang lebih tinggi dibanding glandular tisssue. T1-

weighted MRI menunjukkan Adenoma Pleomorfik (benign mixed tumor) dengan area

yang relatif mempunyai intensitas signal rendah (area gelap/radiolusen) dibanding

glandular tisssue.10

Tumor mempunyai intensitas yang lebih besar ke area terang (intermediate

brightness) dengan proton density-weighted MRI dan kelihatan sebagai aspek

homogen dengan kepadatan yang tinggi (terang/radiopak) pada area T2- weighted.

Foci dengan intensitas signal rendah (area gelap/radiolusen) biasanya menunjukkan

area fibrosis atau kalsifikasi distropik. Kalsifikasi ditunjukkan dengan tanda kosong

(signal void) pada neoplasma parotid sebagai tanda Adenoma Pleomorfik (mixed

benign tumor) sewaktu hasil diagnosa.10

Pemeriksaan radiografi berguna untuk membantu menegakkan diagnosa pada

penderita Adenoma Pleomorfik. CT dan MRI berperan penting untuk mendeteksi

(28)

15

Dengan CTI, deteksi tumor 77% pada bidang aksial dan 90% pada bidang

aksial dengan CE CT. Sedangkan dengan MRI, deteksi tumor 86% pada bidang aksial

T1- weighted dan 88% pada bidang aksial T2- weighted, dan 85% pada bidang aksial

CE T1- weighted.1

Pemeriksaan Adenoma Pleomorfik dengan CTI dan MR oleh radiolog untuk

mengetahui lokasi dan besar tumor, deteksi lesi, batas tumor, batas lesi, aspek lesi,

kontras antara lesi dengan jaringan sekitarnya, gambaran intensitas dari lesi,

keberhasilan pemakaian medium kontras, aspek lesi setelah injeksi medium kontras,

deteksi kapsul nya dan resorpsi tulang yang terjadi di sekitar lesi tersebut.1

Deteksi lesi dapat diklasifikasikan menjadi positif atau negatif. Pinggir lesi

dapat diklasifikasikan menjadi kurang jelas atau semuanya jelas. Batas lesi dapat

diklasifikasikan menjadi halus atau berlobus. Aspek lesi dapat diklasifikasikan

menjadi homogen atau tidak homogen. Kontras antara lesi dengan jaringan sekitarnya

dapat diklasifikasikan menjadi tinggi atau rendah. Gambaran intensitas dari lesi

dengan otot disebelah lesi diklasifikasikan kedalam empat kelompok: tinggi,

intrermediet, rendah, atau gabungan tinggi dengan rendah. Aspek lesi terhadap injeksi

medium kontras diklasifikasikan menjadi homogen, tidak homogen dan perifer.

Deteksi kapsul nya dan resorpsi tulang diklasifikasikan menjadi positif atau negatif.1

Dari beberapa laporan kasus, tampilan CTI Adenoma Pleomorfik

menunjukkan margin tumor smooth, tumor kecil seperti spherical dan tumor besar

lobular. Setelah keberhasilan dalam pemakaian medium kontras Adenoma

(29)

Bogeart et al, melaporkan Adenoma Pleomorfik pada kelenjar parotid

menunjukkan pola inhomogenous pada sebagian besar kasus CTI. Lev at al,

melaporkan bahwa pada CTI, penigkatan variabel ditemukan didalam Adenoma

Pleomorfik pada kelenjar parotid dengan pola penigkatan homogenous dengan

bahan-bahan kontras dari waktu ke waktu.1

Dari tampilan MRI, Adenoma Pleomorfik menunjukkan pola homogenous

dengan intensitas signal intermediete atau rendah (radiolusen) pada T1- weighted

images, intensitas signal tinggi (radiopak) dengan pola inhomogenous pada

T2-weighted images, dan peningkatan pola inhomogenous pada CE T1-T2-weighted images.1

Tsushima et al, dan Joe at al, melaporkan intensitas tinggi atau terang dengan

T2- weighted menunjukkan Adenoma Pleomorfik. Ikeda at al, melaporkan MRI

menunjukkan pola kapsul komplit, kontur lobus, intensitas signal T2 tinggi untuk

(30)

17

Gambar 3.13 : Adenoma Pleomorfik di palatum laki-laki, 59 tahun. Pinggir tumor, batas tumor,dan resorpsi tulang dapat di deteksi dengan CT dan MRI. (A) Tumor tidak homogen, intensitas signal intermediet pada CTI. (B) Setelah pemakaian medium kontras tumor menunjukkan peningkatan yang tidak homogen pada CE CTI. (C)

T1-weighted MRI menunjukkan intensitas massa intermediet. (D) T2-T1-weighted MRI FS

teknik menunjukkan intensitas massa tidak homogen. (E) Setelah pemakaian medium kontras tumor menunjukkan peningkatan CE T1- weighted menggunakan FS teknik. (F) Resorpsi tulang pada tulang palatal dapat di deteksi dengan koronal

(31)

Gambar 3.14 : Adenoma Pleomorfik pada kelenjar parotid wanita, 57 tahun. Pinggir tumor, batas tumor di deteksi dengan CT dan MRI. Kalsifikasi di deteksi dengan CTI (A) Tumor tidak homogen, intensitas signal intrermediet pada CTI. (B) Setelah pemakaian medium kontras tumor menunjukkan peningkatan yang tidak homogen pada CE CTI. (C) T1- weighted MRI menunjukkan intensitas massa intermediet. (D) T2- weighted MRI FS teknik menunjukkan intensitas massa tidak homogen. (E) Tumor menunjukkan batas lobular pada korona T2- weighted MRI menggunakan FS teknik. (F) Setelah pemakaian medium kontras tumor menunjukkan peningkatan CE

(32)

19

Gambar 3.15 : Adenoma Pleomorfik pada kelenjar submandibularis wanita, 55 tahun. Pinggir tumor, batas tumor di deteksi dengan CT dan MRI. (A) Tumor tidak homogen, intensitas signal intrermediet pada CTI. (B) Setelah pemakaian medium kontras tumor menunjukkan peningkatan yang tidak homogen pada aksial CE CTI. (C) Intensitas tumor ditunjukkan koronal CE CTI. (D) Pada aksial T1- weighted MRI menunjukkan intensitas massa tinggi. (E) Pada aksial T2- weighted MRI menggunakan FS teknik menunjukkan tumor tidak homogen intensitas massa tinggi. (F) Tumor menunjukkan batas lobus tidak homogen dan intensitas signal tinggi pada koronal T2- weighted MRI

menggunakan FS teknik.1

(33)

BAB 4

PERAWATAN, PROGNOSA DAN DIFERENSIAL DIAGNOSA

Adenoma Pleomorfik pada kelenjar parotid selalu dirawat dengan

parotidektomi sebagian atau total dengan menjaga nervus fasialis.1,5 Adenoma

Pleomorfik pada kelenjar submandibularis umumnya dirawat dengan total eksisi.

Sedangkan perawatan Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva minor dirawat

dengan total eksisi dengan pengambilan seluruh jaringannya.1

4.1 Perawatan Pembedahan

Adapun perawatan pembedahan Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva

mayor dan minor adalah sebagai berikut:

1. Kelenjar Parotid dengan Parotidektomi

Kunci prosedur perawatan ini adalah melokalisir nervus fasialis di batang

utama bagian proksimal kelenjar saliva dengan aman. Kemungkinan parotidektomi

total sebelum operasi harus menjadi perhatian agar nervus fasialis terhindar dari

pemotongan.13

Parotidektomi superfisialis merupakan prosedur awal untuk tumor jinak

kelenjar saliva parotid. Insisi biasanya dari anterior ke garis spiral solenoid telinga,

meluas kebawah cuping (lobe) telinga, kemudian bergerak ke anterior dengan sudut

paralel terhadap rahang dengan jarak 2 cm. Pembedahan biasanya menggunakan alat

tajam menuju fasia parotid yang suferfisialis. Lalu, flap ditutup dan di jahit dengan

(34)

21

Pembedahan harus menyingkapkan sisa kelenjar di anterior, perbatasan dari

otot strenocleidomastoid. Pada lokasi ini, nervus telinga semakin besar dikenal dan di

jaga karena nervus ini membawa sensasi ke lobus telinga dan menyediakan pilihan

yang terbaik untuk oklusi nervus. Adakalanya tumor kelenjar parotid lebih dalam

sehingga waktu memindahkan nervus fasialis ke lokasi superfisial mudah terluka.13

Kelenjar parotid pertamakali di operasi, rangsangan nervus fisialis tidak

digunakan untuk mengidentifikasi nervus fasialis selama perawatan pembedahan.

Ketika nervus digunakan untuk menguji dan mengkonfirmasikan integritas cabang

nervus fasialis perlu suatu kelainan fungsi tubuh yang temporer yang menjadi acuan

sesudah operasi.13

2. Perawatan Kelenjar Submandibularis

Insissi dibuat pada prosesus mastoideus dan membengkok sepanjang aspek

inferior mandibula, mendekati midline. Panjang insisi kira-kira 4-6 cm. Insisi dibuat

turun ke otot platisma, meninggalkan otot yang terkait dengan kulit sebagai penutup

muskulokutaneus.13

Pada posisi ini, cabang marginal nervus fasialis ditandai dan dijaga bila

secara langsung terlibat dengan tumor. Nervus ditempatkan dibawah otot superfisialis

pembuluh darah. Hati-hati membagi aspek inferior dan posterior dari pembuluh darah

(35)

Pembedahan kelenjar di mulai dari tulang hyoid dan aspek yang lebih rendah

dari kelenjar. Pada saat membuka, identifikasi otot penting sebab nervus hipoglosus

dengan pembuluh darah diantara kelenjar dan otot yang dibuka. Pembedahan

berikutnya pada aspek posterior dari kelenjar, arteri fasialis superior lebih baik

dilokalisir.13

Ditingkat ini, suplay darah menjadi berkurang. Nervus yang berkenaan

dengan lidah ditarik kembali ke anterior otot milohiod, kemudian dengan hati-hati

pedikel kelenjar dikurangi, perhatian batang nervus lingualis. Kemudian duktus

wartolin diidentifikasi untuk menyimpulkannya kembali. Untuk melengkapi

prosedur, dilakukan hemostasis lalu dikeringkan dengan section ( tanpa dilakukan

penekanan dengan kapas pada bagian luar ) lalu kembalikan kepada cosmetic layered

closur ( penutup semula ) .13

3. Perawatan kelenjar Saliva Minor (Minor Salivary Gland Resection)

Perawatan pembedahan tergantung pada lokasi, sejarah dan tingkatan

penyakit. Tumor bibir dan palatum, dapat dirawat dengan eksisi lokal dengan penutup

utama. Tumor-tumor yang besar diruang paraparingeal memerlukan prosedur

kompleks, seperti reseksi intraoral tidak direkomendasikan.13

Pilihan perawatan ke ruang paraparingeal termasuk ke servikal parotid

(parotid insisi dengan servikal ektensi) atau servikal-parotid dengan mandibuloktomi.

Untuk mengakses ruang, posterior belly dibuka dan otot styloideus harus dibagi,

(36)

23

4.2 Perawatan Pasca Pembedahan

Apabila Adenoma Pleomorfik kambuh dan menyebar, radiasi digunakan

sebagai perawatan tambahan. Indikasi radioterapi sesudah operasi jika tingkat

penyebarannya tinggi dan bertambah besar.2,5 Kemoterapi digunakan sebagai

perawatan paliatif bila tumor kambuh dan bermetastase.4

4.3 Prognosa

Recurren Adenoma Pleomorfik dilaporkan antara 1-50%. Tingkat reccuren

Adenoma Pleomorfik dihubungkan dengan prosedur pembedahan. Study mengatakan

pasien dangan perawatan enuclease menunjukkan tingkat reccuren yang tinggi.

Degenerasi Adenoma pleomorfik menular dilaporkan antara 2-5%. Bagaimanapun,

sudah diperkirakan hampir 25% dari semua Adenoma Pleomorfik menular jika tidak

dirawat terkait dengan jalannya waktu. Oleh karena degenerasi menular tinggi,

Adenoma Pleomorfik harus direseksi sepenuhnya.1

(37)

Secara umum prognosa Adenoma Pleomorfik adalah baik apabila dilakukan

pengambilan secara sempurna. Namum dapat menjadi residif bila pengambilan tidak

bersih dan bahkan cenderung menjadi malignant.

4.4 Diferensial Diagnosa

Adapun diferensial diagnosa Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva

adalah sebagai berikut : 6,8

a. Adenoid Cystic Carsinoma f. Myoepithelioma

b. Epithelial-myoepithelial carcinoma h. Myxoid neurofibrom

c. Mukoepidermoid carcinoma i. Myxsoma

(38)

BAB 5 KESIMPULAN

Adenoma Pleomorfik adalah tumor jinak kelenjar saliva tetapi mempunyai kapasitas untuk tumbuh membesar dan berubah menjadi malignant membentuk carsinoma. Penyebab Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva belum diketahui

pasti, diduga keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. β- catenin memainkan

peranan penting dalam perubahan bentuk malignant, tetapi juga didalam pengaturan

fungsi-fungsi fisiologis.

Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran klinis: tumor biasanya tunggal,

massa pertumbuhan lambat, tanpa rasa sakit, nodul tunggal. Diagnosa dari tumor

kelenjar saliva mempergunakan baik berupa sampel histopatologi dan analisis

radiografi, lalu prosedur sampel histopatologi termasuk FNAB (fine needle aspiration

biopsy). Gambaran CT maupun MR Adenoma Pleomorfik menunjukkan batas yang

jelas, pinggiran halus, aspek tidak homogen, kontras tinggi atau rendah, intensitas

signal intermediet atau tinggi.

Secara umum perawatan Adenoma Pleomorfik adalah dengan bedah eksisi.

Prognosa Adenoma Pleomorfik adalah baik apabila dilakukan pengambilan

sempurna. Namum dapat menjadi residif apabila pengambilan tidak bersih dan

bahkan cenderung bersifat malignant. Apabila Adenoma Pleomorfik kambuh dan

menular, radiasi digunakan sebagai perawatan tambahan. Kemoterapi digunakan

(39)

DAFTAR RUJUKAN

1. Kakimoto N, Gamoh S, Tamaki J, Kishino M, Murakami S, Furukawa S. CT

and MR images of pleomorphic adenoma in major and minor salivary glands :

EJR, 2007 : 11-21.

2. Pleomorfik Adenoma – Wikepedia, the free encyclopedia < http:// www.

Pleomorphic Adenoma.htm> (Juli 2009)

3. Fadi Chahin, MD. Salivary Gland Tumors, Minor, Benign : medicine Speciaties

: Nov, 2008.

4. Joseph A.R, Sol Silverman JR, Davit W.Eisele. Malignant Salivary Gland

Tumors ; oral canser. 2001.

5. Charles W. C, Paul W. F, Lee A. H, et al. Commings Otolaryngology Heat &

Neck Surgery .4th ed. Elselver Mosby : Maryland , 1998 : 1348-76.

6. Shariff Said M. Pleomorphic Adenoma, medicine Speciaties : 14 juli 2009.

7. Andrew LW, MD. Parotid, Pleomorphic Adenoma. eMedicine Specialties

Radiology :Apr 18, 2007.

8. Prado RF, Konsolaro A, Taveira LA. Expression of β-catenin in pleomorphic

adenoma, pleomorphic adenoma and salivary gland: An immunohistochemical

study. Med Oral Cir. 2006; (11): 357-251.

9. Bechara Y.Ghorayeb, MD. Ficrures of Pleomorphic Adenoma.Texas,july 5,

(40)

27

10. White, Stuarat C. Oral Radiology : principles and interpretation / (edited by)

Pharoah, Michael J. 4ed. Mosby : Toronto, 2000 : 617-18.

11. Martins C, foncesa I, Pereira T, et al. PLAG 1 gene alterations in salivary gland

pleomorphi adenoma and carcinoma ex pleomorphic adenoma : a combinet

study using chromosome banding, in situ hybridization and

immunocytochemistry. Mod Pathol. 2005 Aug ; 18 (8) : 1048-55.

12. Lawler B, Pierce A, Sambrook PJ, Jones RHB, Goss AN. The Diagnosis and

Surgical Management of Major Salivary Gland Pathology : Aust Den Jou,

2004; 49 (1) : 9-15.

13. Fadi Chahin, MD. Salivary Gland Tumors, Minor, Benign : Treatment,

medicine Speciaties : Nov, 2008

14. .Breeze J, Ramesar K, Williams MD, Howlett DC. Pleomorphic Adenoma

Arasing From Accessory Parotid Tissue Presenting As Dysphonia. JR Army

(41)

Lampiran

• Adenoma : tumor jinak kelenjar saliva yang berasal dari epitel

dan jaringan ikat, menggangu fungsi organ dapat

berubah menjadi ganas membentuk karsinoma.

• Adhesi : kekuatan yang menyebabkan dua benda saling

melekat satu sama lain akibat tarik-menarik antara

molekul ke dua benda.

• Allelic : variasi dari suatu gen atau penanda DNA

pleomorfik yang terdapat dalam anggota suatu

spesies.

• Atropy : suatu bentuk kemunduran sel yang menyebabkan

ber tambah kecilnya organ.

• Aspiration biopsy : biopsi dengan cara penyedotan jarum.

• Anasthesi : hilang rasa atau sensasi pada tubuh selama

pemblokiran saraf oleh obat secara mekanik.

• Axial : berkaitan dengan sumbu atau aksis.

• Biopsy : pengambilan dan pemeriksaan jaringan biasanya

secara makroskopis, diambil dari jaringan hidup

untuk kepentingan diagnosa.

• β- catenin : suatu molekul yang dihubungkan dengan invasi

(42)

29

• Carsinoma : kanker sel epitel yang paling banyak di jumpai pada

manusia.

• Computed Tomografi (CT) : suatu alat untuk mendapatkan potongan melintang

densitas dan citra terkomputerisasi dari pancaran

sinar - X /sistem detektor.

• Chromosom : struktur dalam nukleus yang mengandung DNA

dan mentransmisikan informasi genetik

• Contras Medium : zat yang membantu visualisasi beberapa struktur

selama menggunakan tehnik CT/MRI, bekerja

berdasarkan prinsip dasar panjaran sinar-X

sehingga mencegah pengiriman sinar tersebut pada

pasien.

• Cluster : lembaran-lembaran, benang-benang dari epitel.

• CTNNB1 : cadherin associated protein beta 1 berfungsi untuk

mediasi sel-sel sistim adhesi, dan juga memberikan

signal kepada molekul dalam lintasan WNT.

• Embriogenesis : proses pembentukan sel didalam janin.

• Enuklease : pengangkatan kista beserta isinya atau

pengangkatan benih gigi tanpa menimbulkan

(43)

• Gene : sesutu yang dapat menghasilkan DNA yang

mengendalikan sifat-sifat herediter, biasanya

berkaitan dengan protein tunggal atau RNA.

• Hipersellulary : bertambah besarnya sel

• Hiperchromatism : bertambahnya sel yang mengalami perubahan

bentuk yang mengarah kepada keganasan.

• Intubasi : pemasukan pipa kedalam kavitas/rongga.

• Intimate : mengenal lebih baik/lebih dalam.

• Invasi : masuknya suatu zat atau sel dari luar ke dalam

struktur tubuh

• Exsisi : pengambilan seluruh jaringan yang terkena lesi.

• Kemotherapy : suatu prinsip pengobatan tumor, dimana tumor

dihancurkan untuk mengurangi resiko kekambuhan

dan merupakan prognosa pengobatan jangka

panjang.

• Metastase : berpindahnya sel malignan dari satu tempat di

tubuh ke tempat lain melalui aliran darah atau limpa

dan membentuk lesi lagi di tempat yang baru..

• MRI : suatu tehnik diagnosa berdasarkan fakta dari

struktur inti atom, tempat pembuatan sebuah

molekul berdasarkan frekuensi bunyi radio dan

(44)

31

• Metaplasia : satu bentuk sel abnormal dan mengarah kepada

malignant.

• Onkogenesis : proses pembentukan sel tumor.

• Pleomorphism : istilah morfologi sel bakteri yang mengacu pada

populasi mikroorganisme yang memperlihatkan

bentuk dan ukuran yang tidak beraturan.

• PLAG 1 : (Pleomorfik Adenoma gen 1) berfungsi sebagai satu

dari N-pusat inti yang lokasinya berada pada

(NLS1) untuk mempengaruhi karyopherin a2

mengantarkan protein-protein kedalam inti,

termasuk Zn- finger yang bertanggung jawab untuk

DNA dan PLAG1.

• Resorpsi : hilangnya material baik fisiologis maupun patologis

dari suatu jaringan.

• Radiotherpy : pengobatan malignansi dengan tujuan untuk

memperoleh kesembuhan dan menghentikan

penyakit yang progresi.

• Stroma : jaringan penyokong/matrix organik yang dibedakan

dari unsur-unsur fungsional.

• Vessel : saluran atau pembuluh yang membawa cairan

Gambar

Gambar 3.14E  Tumor menunjukkan batas lobular pada corona    T2-weighted MRI menggunakan FS teknik .....................
Gambar 3.1.  Adenoma pleomorfik pada  kelenjar parotid,dilihat nodul tunggal
Gambar 3.4.  Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva minor di palatum9
Gambar 3.7.  Adenoma Pleomorfik  pada palatum lunak9
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa hasil terbaik selalu pada nilai offset [0 1] dan [0 -1], yang sebenarnya memiliki arah yang sama, yaitu nilai tetangga yang

Dalam industri pengolahan pati, hidrolisis secara enzimatik lebih disukai dari pada hidrolisis asam, karena memiliki berbagai keuntungan seperti bersifat lebih spesifik,

PEMERINTAH KOTA SURABAY KOTA SURABAYA A DINAS KESEHATAN DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS.. UPTD PUSKESMAS SIDOTOPO WET SIDOTOPO WETAN

Selain sebagai pelopor dalam pembinaan sikap religius, Tokoh Masyarakat di desa Boto juga berperan untuk membangun etika sosial. Akhir-akhir ini kita masih sering

Mirtazapine merupakan antidepresan baru golongan noradrenergic and specific serotonin antidepressant (NaSSA). Ia dapat memperpendek onset tidur, stadium

Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung

Setelah hari ke &#34;# &amp;uga dapat dilakukan apabila tidak ada pembuahan atau tidak ada hubungan seksual% namun bila apabila tidak ada pembuahan atau tidak ada

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mem folllow up hasil penelitian ini, baik dilakukan terhadap kegiatan Khurūj Fī Sabīlillāh di Masjid Al-Madinah Antapani Bandung