• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Antar Pribadi Dan Kepribadian Anak-Anak Cacat (Studi Deskriptif Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Dalam Perkembangan Kepribadian Anak-anak Cacat Pada YPAC Melalui Pendekatan Behaviorisme di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Antar Pribadi Dan Kepribadian Anak-Anak Cacat (Studi Deskriptif Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Dalam Perkembangan Kepribadian Anak-anak Cacat Pada YPAC Melalui Pendekatan Behaviorisme di Kota Medan)"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN KEPRIBADIAN

ANAK-ANAK CACAT

(Studi Deskriptif Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Dalam Perkembangan Kepribadian Anak-anak Cacat Pada YPAC Melalui

Pendekatan Behaviorisme di Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh: MAYA MAYYESA

070922029

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI (EKSTENSION) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Komunikasi Antar Pribadi dan Kepribadian Anak-anak Cacat” dengan perumusan masalah bagaimana peranan komunikasi antar pribadi terhadap perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur melalui metode pendekatan behaviorisme.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan komunikasi antar pribadi yang terjadi diantara guru dan siswa YPAC Medan melalui pendekatan behaviorisme dilihat berdasarkan stimulus, respon dan reaksi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi dengan analisa tabel tunggal yang mana menggunakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.

Populasi dan sampel yang digunakan sebanyak 35 orang guru YPAC Medan yang mengajar di kelas SLB C (Tuna Grahita) dan SLB D (Tuna Daksa) dengan Total Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan buku-buku, internet serta penelitian lapangan dengan menyebarkan kuesioner kepada para guru YPAC Medan untuk dijadikan responden.

Analisa data yang digunakan adalah analias tabel tunggal yaitu membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisa tabel tunggal menggunakan tabulasi data dengan memindahkan variabel responden ke Foltron Cobol.

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW yang senantiasa kita harapkan syafaatnya di yaumil akhir.

Adapun judul dari penelitian ini adalah “Komunikasi Antar Pribadi dan

Kepribadian Anak-anak Cacat (Studi Deskriptif Peranan Komunikasi Antar

Pribadi Guru dalam Perkembangan Kepribadian Anak-anak Cacat pada

YPAC melalui Pendekatan Behaviorisme di Kota Medan).” Penelitian ini

dilakukan untuk melengkapi salah satu persyaratan yang harus ditempuh dalam

menyelesaikan studi Strata 1 (S1) pada program studi Ilmu Komunikasi FISIP di

Universitas Sumatera Utara (USU).

Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini adalah karena adanya

motivasi, masukan serta kritikan yang penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis pertama kali menyampaikan terima kasih kepada Ayahanda

H.Satrial,Amd dan Ibunda Tercinta Hj.Yetti Damayanti yang telah berkorban

untuk anaknya sampai saat ini dan mendukung penulis baik secara moril maupun

materil. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih untuk Adikku Tersayang

Tissa Septiana Risa dan Putria Mawaddah yang telah memberikan support dan

(4)

Penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

FISIP USU.

3. Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, M.S, selaku dosen pembimbing yang telah

membagikan pengetahuan melalui penyusunan skripsi, terima kasih untuk

saran, kritik serta waktu luang yang diberikan hingga penyelesaian skripsi

ini.

4. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU, terima kasih telah

membimbing penulis dalam perkuliahan.

5. Kak Icut, Maya yang telah membantu seluruh urusan akademis penulis di

kantor Jurusan Ilmu Komunikasi, terima kasih.

6. Kak Ros selaku staf akademik yang telah membantu urusan bidang

akademik kepada penulis.

7. Ibu Nerry Surya BSc.Psi dan Bapak Drs. Surya Ratsyah selaku Kepala

Sekolah Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Medan yang telah

memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di YPAC Medan.

Terima kasih telah mengarahkan dan membimbing penulis.

8. Seluruh guru dan pegawai YPAC Medan, terima kasih telah memberikan

kesempatan, pengarahan dan masukan kepada penulis ketika melakukan

penelitian.

9. Bapak Ratno, Mbak Yani dan Mbak Citra selaku bagian administrasi yang

(5)

10.Bapak Ruben Alang, Bapak Benny Agustian, dan Bapak Banti selaku

atasan penulis dikantor mengucapkan terima kasih atas waktu dan

kesempatan yang telah diberikan kepada penulis dalam melakukan

penelitian skripsi ini.

11. Teman-teman kantorku yang sudah memberikan motivasi bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi, Kak Anda, Kak Puput, Kak Ros, Kak Egu,

Bang Yusuf, Bang Rainly dan karyawan-karyawati PT. Perusahaan

Perdagangan Indonesia (Persero) terima kasih banyak telah membantuku.

Sukses untuk kalian semua.

12.Teman-temanku yang terbaik yang selalu kumpul dikala kita senang dan

duka: Ami, Mega, Nanda, Poppy, Irma dan Eci terima kasih ya untuk

selama ini telah mensupport penulis dan jangan lupa teruskan semangat

kalian untuk mengerjakan skripsi, jangan malas-malas ya, jangan sampai

putus hubungan kita karena semuanya itu banyak kenangan yang sudah

kita jalani bersama.

13. Terkhusus buat sahabat dekatku Putri Arde Wulan yang selalu baik,

mendukung dan mengerti aku. Tidak lupa juga teman-temanku lainnya

yang dari awal sampai akhir penyusunan skripsi ini membantu dan

mensupport aku, terima kasih.

14.Seluruh teman-teman Ilmu Komunikasi Extension stambuk 2006 dan

2007, telah menjadi tempat berbagi cerita, informasi kuliah, masukan,

(6)

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk

kesempurnaan skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa masih banyak yang

harus dibenahi dan masih jauh dari sempurna penulisan skripsi ini.

Hanya Allah-lah sumber segala kesempurnaan. Semoga kebaikan dan

kesabaran semua pihak yang telah membantu dinilai ibadah di sisi-Nya. Amiin.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

I.2 Perumusan Masalah ... 6

I.3 Pembatasan Masalah ... 6

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 7

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 7

I.5 Kerangka Teori ... 8

I.6 Kerangka Konsep ... 16

BAB II URAIAN TEORITIS ... 18

II.1 Peran Komunikasi Antar Pribadi ... 18

II.2 Proses Komunikasi Antar Pribadi ... 21

II.3 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi ... 23

II.4 Pengertian Kepribadian ... 25

II.5 Bentuk Kepribadian ... 27

II.6 Hubungan Kepribadian dengan Perilaku ... 31

II.7 Teori S-O-R ... 33

II.8 Teori Kepribadian ... 34

II.9 Teori Behaviorisme ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

III.1 Metodologi Penelitian ... 38

III.2 Lokasi Penelitian ... 38

III.3 Populasi dan Sampel ... 39

III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39

III.5 Analisis Data ... 40

III.6 Waktu Penelitian ... 40

III.7 Model Teoritis ... 41

III.8 Operasional Variabel ... 41

III.9 Defenisi Operasional ... 42

III.10 Deskripsi Daerah Penelitian ... 43

III.10.1 Sejarah YPAC Medan ... 43

III.10.2 Visi dan Misi YPAC Medan ... 49

III.10.3 Jumlah Anak Binaan ... 50

(8)

SUSUNAN YPAC Medan ... 56

Organ YPAC Medan ... 56

Pusat Rehabilitasi Anak (PRA) ... 57

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 58

IV.1 Pelaksanaan dan Pengumpulan Data ... 58

IV.1.1 Tahap Awal ... 58

IV.1.2 Pengumpulan Data ... 58

IV.2 Proses Pengolahan Data ... 59

IV.2.1 Penomoran Kuesioner ... 59

IV.2.2 Editing ... 59

IV.2.3 Coding ... 60

IV.2.4 Inventarisasi Variabel ... 60

IV.2.5 Tabulasi Data ... 60

IV.3 Analisa Tabel Tunggal ... 60

IV.4 Pembahasan……….. 78

Hasil Observasi Di YPAC Medan ………... 80

Hasil Interview Di YPAC Medan ……… 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 93

V.2 Saran ... 94

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

Tabel 1 Operasional Variabel ... 41

Tabel 2 Jenis Kelamin ... 60

Tabel 3 Pendidikan ... 61

Tabel 4 Penghasilan ... 61

Tabel 5 Golongan ... 62

Tabel 6 Suku ... 62

Tabel 7 Melakukan Komunikasi Tatap Muka ... 63

Tabel 8 Siswa Menanyakan Pelajaran yang Tidak Dimengerti ... 63

Tabel 9 Menggunakan Simbol / Lambang Ketika Siswa Berbicara ... 64

Tabel 10 Ketika Menanyakan Sesuatu Siswa Merasa tersinggung atau Marah ... 65

Tabel 11 Terbuka Kepada Guru ... 65

Tabel 12 Meniru Guru ... 66

Tabel 13 Mampu Melaksanakan Tugas yang Diberikan Guru ... 66

Tabel 14 Memberi Nasehat ... 67

Tabel 15 Menggunakan Alat Bantu Ketika Belajar ... 67

Tabel 16 Memahami apa yang Disampaikan Oleh Siswa ... 68

Tabel 17 Kedekatan Siswa Dengan Guru Seperti Orang Tua Siswa Sendiri ... 68

(10)

Tabel 19 Siswa Senang Bila Diberi Sesuatu ... 69

Tabel 20 Memberikan Pekerjaan Rumah Kepada Siswa ... 70

Tabel 21 Mmebimbing / Mengarahkan Siswa Ketika Belajar ... 70

Tabel 22 Siswa Memperhatikan Apa yang Disampaikan Guru Ketika Belajar... 71

Tabel 23 Tindakan Guru Menunjukkan Sikap Menyayangi ... 72

Tabel 24 Menggunakan Bahasa Terpilih Ketika Bertutur Kata ... 72

Tabel 25 Memandang Siswa Baik dan mampu Berkembang ... 73

Tabel 26 Memiliki Daftar Kepribadian ... 73

Tabel 27 Bermain Sendiri atau Dengan Teman-Teman Ketika Istirahat Pelajaran ... 74

Tabel 28 Menjalin Hubungan Baik dengan Orang Tua Siswa Tabel 29 Memandang Siswa Mampu dan Berkarya di Masa Depan ... 75

Tabel 30 Siswa Memperhatikan Mata Jika Berbicara ... 76

Tabel 31 Menggunakan Gaya Bicara ... 76

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar nama siswa SLB C YPAC Medan

2. Daftar nama siswa SLB D YPAC Medan

3. Daftar nama guru / pegawai SLB C YPAC Medan

4. Daftar nama guru / pegawai SLB D YPAC Medan

5. Kuesioner

6. Tabel Foltron Cobol

7. Foto kegiatan siswa YPAC Medan

8. Surat penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu

Komunikasi Universitas Sumatera Utara yang ditujukan kepada Ketua YPAC

Medan Jl.Adinegoro No.2 Medan.

9. Surat izin penelitian dari YPAC Medan Jl.Adinegoro No.2 Medan

10. Surat telah menyelesaikan penelitian di YPAC Medan Jl.Adinegoro No.2

Medan.

11. Surat pengajuan skripsi

12. Lembar catatan bimbingan skripsi

13. Biodata penulis

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Komunikasi Antar Pribadi dan Kepribadian Anak-anak Cacat” dengan perumusan masalah bagaimana peranan komunikasi antar pribadi terhadap perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur melalui metode pendekatan behaviorisme.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan komunikasi antar pribadi yang terjadi diantara guru dan siswa YPAC Medan melalui pendekatan behaviorisme dilihat berdasarkan stimulus, respon dan reaksi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi dengan analisa tabel tunggal yang mana menggunakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.

Populasi dan sampel yang digunakan sebanyak 35 orang guru YPAC Medan yang mengajar di kelas SLB C (Tuna Grahita) dan SLB D (Tuna Daksa) dengan Total Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan buku-buku, internet serta penelitian lapangan dengan menyebarkan kuesioner kepada para guru YPAC Medan untuk dijadikan responden.

Analisa data yang digunakan adalah analias tabel tunggal yaitu membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisa tabel tunggal menggunakan tabulasi data dengan memindahkan variabel responden ke Foltron Cobol.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Komunikasi antar pribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi

instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena

kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk

pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang

paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting

hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya

komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan

sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar,

televisi, ataupun lewat teknologi tercanggih pun.

Berkomunikasi antar pribadi, atau secara ringkas berkomunikasi,

merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa

berusaha membuka serta menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya.

Selain itu ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia yang hanya dapat

dipuaskan lewat komunikasi dengan sesamanya. Komunikasi antar pribadi sangat

penting bagi kehidupan manusia

Dalam menciptakan hubungan yang lebih mendalam maka manusia

melakukan komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi selalu dimulai dari

proses hubungan yang bersifat psikologi, dan proses psikologis selalu

(14)

pribadi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau

perilaku manusia berhubung prosesnya dialogis; (http://digilib.petra.ac.id;

Liliweri, 1997, p.12).

Demikian pula komunikasi yang dilakukan oleh anak-anak cacat. Banyak

penderita cacat yang menganggap bahwa keadaan cacatnya tersebut sebagai

penghalang yang telah merampas mereka dari kehidupan ini. Penderita cacat

tersebut merasa kemampuan dirinya terbatas, bahkan tak sedikit pula yang merasa

bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa dan kurang percaya diri karena

keterbatasan yang dimilikinya itu. Sikap dan usaha-usaha guru sebagai suatu

bentuk reaksi untuk menolong dan membantu anak tersebut sangatlah

mempengaruhi kualitas watak dan kepribadian si anak. Guru mengajarkan

berbagai hal kepada anak-anak cacat agar mampu untuk berkembang dan berkarya

secara mandiri. Guru juga akan membantu anak-anak cacat untuk tidak merasa

malu akan kecacatan yang dimilikinya. Sebaliknya, guru akan membantu dan

membuat anak-anak cacat bisa mandiri dan membanggakan kedua orang tuanya.

Guru mengajarkan bagaimana cara mengucapkan lafal huruf, mengenal diri anak,

mengikuti gerakan, berpikir, dan membuat sesuatu. Hal ini diajarkan kepada

anak-anak cacat untuk membuka wawasan yang mereka miliki walaupun dengan

keterbatasan yang mereka miliki. Anak-anak cacat juga akan menerima rasa kasih

sayang dari guru seperti layaknya kasih sayang orang tua terhadap anaknya.

Walaupun demikian, sering terjadi orang tua enggan mengakui bahwa

anak tersebut mempunyai cacat. Keengganan menerima situasi seperti itu sering

(15)

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa suasana emosional dalam keluarga

sangatlah penting bagi perkembangan kepribadian anak. Terlebih lagi karena

setiap anak yang cacat adalah anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan

emosional khusus. Mereka sangat tergantung pada kasih sayang, perhatian dan

perlindungan orang tua. Maka hubungan anak yang cacat dengan orang tua dan

saudara-saudaranya lebih penting daripada anak yang normal karena selain

diajarkan di sekolah tentang kasih sayang, pelajaran, dan bagaimana berbicara

serta pelafalan, anak cacat harus mendapat pelatihan di rumah oleh orang tuanya

agar apa yang telah diajarkan di sekolah dapat lebih diterapkan dan anak akan

tetap terlatih. Sehingga, disinilah komunikasi antara orang tua dan anak sangat

dibutuhkan.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah penyampaian

dan penerimaan suatu pesan (message). Komunikasi antar pribadi adalah

semacam suatu transaksi, hubungan atau spiritual yang terjadi ketika dua atau

lebih manusia rela dan mampu untuk bertemu sebagai orang-orang yang saling

berbagi satu sama lain dengan keunikan mereka, memilih secara aktif, emosi,

bernilai dan sadar akan kehadiran yang lainnya.

Dalam hal ini pendekatan behaviorisme menekankan kepada tingkah laku

yang boleh dilihat dan diukur. Pendekatan ini dipelopori oleh John B. Watson di

Universiti John Hopkins Amerika Serikat pada tahun 1913 yang berpendapat

bahwa tingkah laku dipengaruhi oleh persekitaran dan bukannya unsur-unsur

(16)

yang menekankan ide bahwa tingkah laku dan proses adalah hasil daripada

pembelajaran. Menurut pendekatan ini, tingkah laku ialah satu sisi gerak balas

yang dipelajari dengan wujudnya rangsangan. Pendekatan ini dikenali sebagai

psikologi rangsangan gerak balas atau ringkasnya R-G. Selain J.B Watson,

ahli-ahli psikologi behaviorisme yang lain ialah B.F Skinner, Ivan Pavlov dan E.L.

Thorndike.

Menurut situs e-psikologi.com, Pavlov (1962), setiap rangsangan akan

menimbulkan gerak balas dan berlaku pembelajaran apabila terdapat kaitan antara

rangsangan dan gerak balas. Hal ini bermaksud pembelajaran yang berlaku

apabila ada kaitan antara rangsangan dan gerak balas. Menurut situs

e-psikologi.com, Mahani Razali (2002), hal yang berlaku adalah pembelajaran yang

berlaku akibat dari dua rangsangan ini. B.F. Skinner (1904-1990) setuju dengan

pendapat Pavlov tetapi menyatakan bahawa tingkah laku dapat diperhatikan dalam

jangka panjang supaya dapat mengubah perlakuan yang mudah kepada perlakuan

kompleks. Menurut beliau, bimbingan, latihan, ganjaran, pengukuhan dan

pengajaran yang terus-menerus adalah penting bagi menjamin perubahan tingkah

laku yang berkesan. Bagi E.L. Thorndike, walaupun pembelajaran berlaku hasil

gabungan antara stimulus (rangsangan) dan response (gerak balas) seperti

pendapat Pavlov dan Skinner, beliau memberi penekanan terhadap pembelajaran

keberhasilan dan pengulangan. Contohnya, Ghazali, seorang murid dalam tahun

enam akan terus memperbaiki kelemahan matematikanya hasil dari pengajaran

dan pujian dari gurunya setelah ia berhasil menyelesaikan masalah matematika

(17)

Berdasarkan pendekatan behaviorisme, anak-anak cacat berkomunikasi

sesuai dengan karakteristik pribadinya berdasarkan stimulus, respon, dan reaksi.

Tetapi bagi setiap anak-anak cacat tentu memiliki karakteristik yang berbeda

berdasarkan pendekatan behaviorisme dalam komunikasi antar pribadi dalam

perkembangan kepribadian masing-masing. Untuk lebih mengenal lebih jauh

seperti apa peranan metode pendekatan behaviorisme pada anak-anak cacat

berdasarkan stimulus, respon dan reaksi maka perlu dilakukan penelitian. Subjek

yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah anak-anak YPAC Tuna Daksa

(anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang,

sendi dan otot) sedemikian rupa dan Tuna Grahita (anak yang secara nyata

mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh

di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam

tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial) usia 8-15 tahun yang berlokasi di

Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur, mengingat YPAC

adalah suatu Yayasan Pembinaan Anak Cacat yang mengajarkan hal pribadi dan

sosial serta memberikan kasih sayang kepada anak-anak cacat. Penelitian ini

bersifat mendalam dan kontinu. Beberapa anak cacat Tuna Daksa dan Tuna

Grahita akan diamati secara mendalam untuk mendapatkan karakter komunikasi

dalam pendekatan behaviorisme. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi

masukan bagi pihak yang berkaitan dalam berkomunikasi dengan anak-anak

cacat.

(18)

anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita melalui pendekatan behaviorisme;

Bagaimana stimulus, respon dan reaksi yang terjadi pada anak-anak Tuna Daksa

dan Tuna Grahita dalam berkomunikasi. Penelitian dilakukan di sebuah Yayasan

Pembinaan Anak Cacat yang berlokasi di Jl. Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu

Kec.Medan Timur karena peneliti ingin melihat bagaimana komunikasi yang

dilakukan oleh anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita dengan guru terhadap

perkembangan kepribadian melalui pendekatan behaviorisme.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka

dapat dikemukakan perumusan sebagai berikut:

“Bagaimanakah peranan komunikasi antar pribadi terhadap perkembangan

kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di YPAC Jl.Adinegoro No.2

Medan Kel.Gaharu Kec. Medan Timur melalui pendekatan behaviorisme?”

I.3 Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadi spesifik,

maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah adalah

sebagai berikut:

1. Penelitian bersifat deskriptif, yaitu menerangkan dan memberikan gambaran

ilmiah dari komunikasi antar pribadi.

2. Penelitian ini meneliti peranan pendekatan behaviorisme komunikasi

antar pribadi guru dalam perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa

(19)

3. Objek penelitian adalah anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita usia 8-15

tahun yang berlokasi di JL. Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan

Timur.

4. Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2009.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.4.1 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kegiatan anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita

dalam berkomunikasi dengan guru dan orang tua sehingga tercipta suatu

komunikasi yang komunikatif diantara anak-anak cacat dan guru serta

orang tua.

b. Untuk mengetahui bagaimana stimulus, respon dan reaksi terhadap

perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di

YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur.

c. Untuk mengetahui peranan komunikasi antar pribadi guru dalam

perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di

YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur melalui

pendekatan behaviorisme.

I.4.2 Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan

(20)

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

dalam bidang komunikasi, sumber informasi bagi yang membutuhkannya.

c. Secara praktis, penelitian ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

agar bagi yang memerlukan pemahaman tentang karakter komunikasi

manusia dapat menerapkannya pada bidang-bidang baik itu di bidang

kedokteran, psikologi, pendidikan ataupun sosial.

I.5 Kerangka Teori

Kerangka teori berfungsi sebagai pendukung untuk menganalisa variabel

yang akan diteliti. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang akan memuat

pokok-pokok fikiran dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi,

1994: 40). Kerangka teori merupakan hasil berfikir rasional yang dituangkan

secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat dalam masalah dan atau sub

masalah.

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan masalah penelitian ini

adalah Teori S-O-R, Komunikasi antar pribadi, Teori Kepribadian dan Teori

Behaviorisme.

Teori S-O-R

Menurut Effendy (1993: 254), Teori S-O-R adalah singkatan dari

Stimulu-Organism-Response yang awalnya berasal dari ilmu psikologi. Objek material

psikologi dan komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi

komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut

(21)

sehingga orang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan

dan reaksi komunikan. Model stimulus-response (rangsangan-tanggapan), atau

lebih populer dengan sebutan model S-R menjelaskan tentang pengaruh yang

terjadi pada pihak penerima (receiver) sebagai akibat dari komunikasi. Menurut

model ini, dampak atau pengaruh yang terjadi pada pihak penerima, pada

dasarnya merupakan suatu reaksi tertentu dari stimulus (rangsangan) tertentu.

Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh

tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus. Model S-R dapat

digambarkan sebagai berikut:

(Sumber: Effendy, 1993: 255)

Komunikasi antar pribadi

Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan diantara manusia dalam

keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan

sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan,

frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi diantara mereka tetapi Organisme

- Perhatian - Pengertian - Penerimaan Stimulus

(22)

juga terletak pada seberapa jauh keterlibatan diantara mereka satu dengan yang

lainnya, saling mempengaruhi.

Orang menamakan peristiwa seperti dilukiskan di atas sebagai suatu

peristiwa komunikasi. Didalam buku Alo Lili Weri (1991: 12), mengutip pendapat

beberapa para ahli; menurut Schramm (1974) di antara manusia yang bergaul,

mereka saling berbagi informasi, gagasan, sikap. Demikian pula menurut Merrill

dan Lownstein (1971) terjadi penyesuaian pikiran, penciptaan, perangkat simbol

bersama dalam pikiran para peserta, singkatnya suatu pengertian. Menurut

Theodorson (1969) komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu orang atau

kelompok kepada yang lain, terutama dengan menggunakan simbol.

Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat

psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antar

manusia yang memiliki suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya

suatu kebersamaan dalam kelompok yang tidak lain merupakan tanda adanya

proses sosial.

Masih dalam buku Alo Lili Weri (1991: 12), komunikasi antar pribadi

sebenarnya merupakan satu proses sosial di mana orang-orang yang terlibat di

dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh De Vito (1976)

bahwa, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari

seseorang dan diterima oleh orang yang lain atau, sekelompok orang dengan efek

dan umpan balik yang langsung.

Effendy (1986: 12) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi

(23)

seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya

mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis,

berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui

tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan.

Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif,

berhasil atau tidak.

Dari berbagai sumber di atas, Alo Lili Weri (1991: 12-13) dapat

dirumuskan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai cir-ciri sebagai berikut:

1. Spontan dan terjadi sambil lalu.

2. Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

3. Terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai

identitas terlebih dahulu.

4. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja.

5. Kerap kali berbalas-balasan.

6. Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dia orang, serta

hubungan harus bebas, bervariasi, adanya pengaruh.

7. Harus membuahkan hasil.

8. Menggunakan berbagai lambang bermakna.

Teori Kepribadian

Di dalam buku Paulus Budiraharjo (1997: 34); menurut B.F.Skinner,

kepribadian manusia adalah sekelompok pola-pola kebiasaan yang menjadi ciri

(24)

Skinner juga lebih menyukai menyelidiki kepribadian dengan

memfokuskan pada aspek belajar dengan perilaku-perilaku yang banyak

mengizinkan individu melangsungkan hidup dan berhasil dalam transaksinya

dengan lingkungan atau sesorang selama hidup belajar tentang

kemungkinan-kemungkinan yang menghasilkan kepuasan dan kesakitan dalam situasi tertentu.

Anak belajar membedakan stimulus atau situasi yang merupakan kesempatan

untuk memperoleh penguatan karena perilaku tertentu atau situasi yang tidak

mengarah ke penguatan perilaku yang sama. Perilaku yang dipelajari kemudian

disebut sebagai perilaku di bawah kontrol stimulus. Misalnya, seorang anak yang

belajar menangis di muka umum biasanya langsung diberi perhatian dan

kenyamanan oleh ibunya sedangkan menangis di rumah biasanya diabaikan.

Keterampilan yang sederhana dipelajari lebih dahulu kemudian perilaku yang

lebih kompleks diperoleh dan digunakan. Tetapi seseorang tidak dilihat sebagai

organisme yang pasif yang menanggapi tanda-tanda penguatan secara otomatis.

Melainkan, orang mengadakan kontrol diri terhadap lingkungan dengan secara

aktif memilih dan mengubah variabel-variabel lingkungan untuk memuaskan

kebutuhan-kebutuhan mereka.

Skinner tidak hanya tertarik dengan jadwal penguatan (schedules of

reinforcement) yang menentukan perilaku tetapi juga dalam peranan self control

process. Individu dikatakan melatih self control bila mereka secara aktif

mengubah variabel-variabel yang menentukan perilaku mereka. Misalnya, ketika

seseorang tidak dapat belajar karena ada radio dengan suara musik yang sangat

(25)

yang mempengaruhi perilaku kita. Skinner telah menguraikan sejumlah teknik

yang digunakan untuk mengendalikan perilaku, yang kemudian banyak

diantaranya telah dipelajari oleh social-learning theorist yang tertarik dalam

modeling dan modifikasi perilaku. Teknik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengekangan fisik (physical restraints)

2. Bantuan fisik (physical aids)

3. Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)

4. Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)

5. Melakukan respons-respons lain (performing alternative responses)

6. Menguatkan diri secara positif (positif self reinforcement)

7. Menghukum diri sendiri (self punishment)

Pendekatan Skinner memperhatikan fenomena yang dapat diamati yang

dibagi dalam dua kelas utama: stimulus-stimulus, yaitu ciri-ciri lingkungan yang

dapat diamati yang mempengaruhi organisme dan respons-respons, perilaku yang

tampak dari organisme tersebut. Semua variabel yang ada diantara atau

menengahi stimulus dan respons dan tidak dapat dijelaskan berkenaan dengan

stimulus atau respon, dianggap ada di luar daerah kepentingan pendekatan

tersebut.

Teori Behaviorisme

Radical behaviorism pada awal pemunculannya hanya mempercayai hal

yang observable (dapat diamati) dan measurable (dapat diukur) sebagai sesuatu

(26)

hal yang abstrak. Kemudian, kaum behavioris muda mulai mengadakan revisi

terhadap behaviorisme ortodoks dengan menerima fenomena kejiwaan yang

abstrak seperti ego, id, ilusi, mimpi dan sebagainya. Kelompok ini menamakan

diri sebagai methodological behaviorism.

Optimisme kaum behavioris terhadap kondisi objektif yang

memperngaruhi perilaku manusia membuat teori ini banyak dikritik tidak banyak

memberi sumbangan berarti terhadap pemahaman (teori-teori) kepribadian

manusia. Akan tetapi, bukan berarti bahwa behaviorisme tidak memberi

kontribusi apa pun terhadap psikologi. Behaviorisme banyak dipakai dalam terapi,

terutama dalam usaha menyembuhkan perilaku menyimpang yang sudah lama

tidak ditolong.

The token economy adalah contoh penerapan behavioristik di rumah sakit

jiwa, di mana pasien yang may mengatur hidupnya dengan baik diberikan

stimulus berupa uang-uangan yang bisa ditukar dengan makanan atau minuman.

Setelah pasien menjadi sadar akan tugas keseharian, disiplin diri, terapi lain harus

diterapkan untuk mengobati akar masalah psikologis yang sebenarnya.

Behaviorisme disini sangat bermanfaat sebagai sistem terapi darurat, karena

behaviorisme tidak pernah mempersoalkan kompleksitas kejiwaan yang muncul

sebagai akar persoalan psikis individu. Behaviorisme hanya memandang perilaku

yang malajusted adalah hasil belajar dari lingkungan secara keliru.

Jadi, pada prinsipnya dibutuhkan berbagai pendekatan lain yang menyertai

strategi behavioristik dalam sistem terapeutik yang efektif. Karena perilaku

(27)

yang dipikirkan dan dirasakannya. Mengubah perilaku individu yang dianggap

menyimpang tanpa memahami lebih mendalam kompleksitas problematika psikis

manusia akan menghasilkan terapi yang sia-sia.

Pendekatan behaviorisme ini memandang perubahan perilaku manusia dari

stimulus, respon dan reaksi yang nantinya akan menentukan perilaku manusia itu

sendiri.

Stimulus

Apa saja yang menyentuh alat indera – dari dalam atau dari luar – disebut

stimulus. Saat ini Anda sedang membaca tulisan saya (stimulus eksternal),

padahal pikiran Anda sedang diganggu oleh perjanjian utang yang habis waktu ini

(stimulus internal). Anda serentak menerima dua macam stimulus. Alat penerima

Anda segera mengubah stimulus ini menjadi energi saraf untuk disampaikan ke

otak melalui proses transduksi. Agar dapat diterima pada alat indera Anda,

stimulus harus cukup kuat. Batas minimal intensitas stimulus disebut ambang

mutlak (absolute threshold). Demikian juga dalam menerima informasi yang

disampaikan tentu sesuai dengan kapasitas stimulus yang dimiliki.

Respon

Tanggapan yang diberikan informan dari informasi yang disampaikan

dalam mengolah dan memanipulasi informasi. Respon yang diberikan ini tentu

akan berbeda-beda sesuai dengan hasil pengolahan informasi oleh informan.

Respon ini juga akan membantu informan untuk menghasilkan reaksi yang

(28)

Reaksi

Hasil dari stimulus dan respon yang dihasilkan dalam mengubah perilaku.

Dalam reaksi tersebut manusia memilih dan menjalankan hasil perubahan perilaku

tersebut yang merupakan kunci dalam melakukan pendekatan behaviorisme.

Dalam pendekatan behaviorisme ini, perubahan perilaku akan terus berubah

sesuai dengan stimulus yang datang dan bagaimana respon itu terjadi sehingga

timbulnya reaksi yang menentukan perilaku manusia.

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat

kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang akan dicapai (Nawawi,

1993: 40). Kerangka konsep memuat variabel-variabel yang akan diteliti dalam

penelitian tersebut. Dalam penelitian ini ada tiga variabel yang akan diteliti, yaitu:

a. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor yang menentukan atau

mempengaruhi ada atau munculnya gajala/unsur yang lain yaitu variabel terikat

(Nawawi, 1993: 56).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi antar pribadi,

indikatornya adalah:

1. Stimulus

2. Respon

3. Reaksi

(29)

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada

atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel bebas (Nawawi, 1993: 457)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perkembangan kepribadian

anak-anak cacat, indikatornya adalah:

1. Arah pandangan mata

2. Gaya bicara

(30)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II. 1 Peran Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan suatu bidang ilmu

komunikasi, bidang ini setiap hari hadir dalam setiap hubungan antar manusia

kapan dan dimana saja. Seorang tukang kayu, tukang foto, dramawan dan

sastrawan, pastor dan haji, profesor dan musikus, pelajar dan mahasiswa dalam

dunianya sendiri maupun dunia bersamanya melakukan komunikasi antar

manusia. Dari jenis pekerjaan dan profesi seseorang kepada orang lain, mungkin

masih ditambah lagi dengan cara berpikirnya, melahirkan perasaannya dan

perilaku nyatanya. Ilmu komunikasi, khususnya komunikasi antar pribadi

mempelajari objek hubungan antara manusia.

Meskipun demikian banyak ahli juga berpendapat bahwa semua yang

menjadi tekanan dalam komunikasi antar pribadi akhirnya bermuara pada:

perspektif situasi. Perspektif situasi merupakan suatu perspektif yang menekankan

bahwa sukses tidaknya komuniksi antar pribadi sangat tergantung pada situasi

komunikasi, mengacu pada hubungan tatap muka antara dua orang atau sebagian

kecil orang dengan mengandalkan suatu kekuatan yang segera saling mendekati

satu dengan yang lain pada saat itu juga daripada memperhatikan umpan balik

yang tertunda (misalnya dalam hal komunikasi antar manusia bermedia seperti

surat menyurat, percakapan, telepon, faximile), menurut De Haan (1952) dalam

(31)

Masih dalam buku Alo Liliweri (1991: 31), ada tujuh sifat yang

menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi

antar pribadi dan bukan komunikasi lainnya yang terangkum dari

pendapat-pendapat Reardon (1987), Effendy (1986a), Porter dan Samovar (1982). Sifat-sifat

komunikasi antar pribadi itu adalah:

1. Melibatkan didalamnya perilaku verbal dan non verbal.

2. Melibatkan pernyataan/ungkapan yang spontan, scripted dan contrived.

3. Komunikasi antar pribadi tidaklah statis melainkan dinamis.

4. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi

(pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).

5. Dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.

6. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan.

7. Melibatkan didalamnya bidang persuasif.

Disamping itu, Halloran (1980) dalam buku (Alo Liliweri, 1991: 48)

mengemukakan bahwa manusia sebenarnya berkomunikasi dengan orang lain

karena beberapa faktor, yaitu:

1. Perbedaan antar pribadi.

2. Manusia meskipun merupakan makhluk yang utuh namun tetap

mempunyai kekurangan.

3. Adanya perbedaan motivasi antar manusia.

4. Kebutuhan akan harga diri yang harus mendapat pengakuan dari orang

(32)

Masih dalam buku Alo Liliweri (1991: 48), Cassagrande juga berpendapat

hampir senada, bahwa orang berkomunikasi dengan orang lain karena:

1. Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan

dan membagi kelebihan.

2. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif tetap.

3. Interaksi hari ini merupakan spektrum pengalaman masa lalu, dan buat

orang mengantisipasi masa depan.

4. Hubungan yang diciptakan kalau berhasil merupakan pengalaman yang

baru.

Kita akhirnya dapat mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi tidak

dapat dielakkan dalam hidup bermasyarakat itu. Suatu kesadaran akan kekurangan

yang dimiliki, suatu perbedaan kesadaran akan adanya perbedaan yang hakiki

antar pribadi, perbedaan dalam motif (dorongan-dorongan untuk mencapai

kebutuhan yang berbeda baik kebutuhan biologis, sosiologis) keinginan untuk

mendapatkan pengakuan dari orang lain menyebabkan setiap orang mencari relasi

dengan orang lain. Relasi, interaksi itu dapat dimulai oleh setiap orang mulai dari

dalam rumah, tetangga, kemudian meluas ke bidang pekerjaan.

Saling melengkapi kekurangan atas perbedaan tersebut senantiasa dialami

karena masyarakat terus berubah untuk memenuhi kebutuhan yang satu terhadap

kebutuhan lainnya yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Ia, manusia mencatat

pelbagai pengalamannya masa lalu dari relasinya dengan orang lain kemudian

mengantisipasikan, memperkirakan apakah komunikasi masih relevan dilakukan

(33)

Oleh karena itu, pada saat sekarang para ahli komunikasi menghendaki

supaya seorang yang berkomunikasi harus mampu mengubah cara berpikir,

perasaan atau perilaku sesama, hal itu akan tercapai kalau ia juga memberikan

kesempatan pada pihak lain untuk dapat mengungkapkan pikiran, pendapat,

perasaan dan perilakunya.

II. 2 Proses Komunikasi Antar Pribadi

Ciri Komunikasi Antar Pribadi yang sifatnya adalah dua arah atau timbal

balik. Istilah ini disebut dengan Two Ways Communication. Apabila dua orang

individu atau lebih terlibat dalam suatu percakapan dan terdapat adanya kesamaan

makna dari apa yang mereka percakapan maka dapat dikatakan bahwa komunikasi

itu mengarah kepada komunikasi antar pribadi apalagi bila komunikasinya cukup

efektif untuk mengubah perilaku orang lain.

Segi efektifnya adalah adanya arus balik langsung yang dapat ditangkap

baik oleh komunikator maupun komunikan sesuai dengan lambang-lambang

komunikasi verbal atau juga non verbal sebagaimana dipergunakan bila terjadi

proses komunikasi.

Dalam memahami proses komunikasi antar pribadi akan dikemukakan

pendapat beberapa para ahli dari beberapa sumber yang dikutip dari situs

bagaimana proses komunikasi antar pribadi.

Menurut William F. Glueck dalam bukunya “Management” menyatakan

(34)

dimana komunikasi merupakan sesuatu yang menguntungkan bagi seorang

komunikator adalah karena ia dapat mengetahui diri komunikan

selengkap-lengkapnya dari mulai nama, pekerjaan, agama, pengalaman, cita-citanya, dan

sebagainya. Dari sini komunikator akan dapat melakukan perubahan sikap,

pendapat, dan perilaku komunikannya ke arah tujuan sebagaimana ia inginkan.

Disamping itu, Everet M. Rogers dalam bukunya “Mass Media and

Interpersonal Communication” mengatakan komunikasi antar pribadi adalah

merupakan aspek yang sangat penting dalam teori komunikasi yang merupakan

komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dari interaksi tatap muka oleh antar

pribadi.

Lebih lanjut Rogers mengatakan proses komunikasi antar pribadi adalah

proses pengaruh mempengaruhi yang merupakan proses yang bersifat psikologis

dan oleh karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis manusia

yang memiliki suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu

kesamaan dalam kelompok yang tidak lain tanda adanya proses sosial.

Proses komunikasi antar pribadi juga merupakan pengungkapan oleh pihak

seseorang / lebih yang mengatur secara sadar tindakan-tindakan pihak lain dan

kemudian mengadakan pengamatan kembali atas tindakan yang dilakukan

sebelumnya. Kegiatan seperti ini adalah suatu kesadaran dari komunikator ke

komunikan yang merupakan jalinan antar pribadi.

Proses komunikasi antar pribadi akan muncul bila mempunyai enam ciri,

(35)

1. Dilaksanakannya karena adanya faktor pendorong.

2. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja.

3. Kerap kali berbalas-balasan.

4. Mempersyaratkan adanya hubungan atau interaksi antar dua orang atau

lebih.

5. Suasana hubungan harus bebas, bervariasi dan adanya keterpengaruhan.

6. Menggunakan berbagai lambang-lambang yang berguna.

II.3 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi dapat diperoleh dengan membangun kontak

dengan orang lain, untuk kemudian memberikan kesamaan dalam makna pesan

maka komunikasi antar pribadi bisa dikembangkan lebih luas akibat orang

menukarkan pengalamannya.

Kadang-kadang ketika terlibat dalam suatu proses komunikasi antar

pribadi diantara kita tidak sadar bahwa sukses komunikasi disebabkan karena kita

berhasil mempertukarkan pengalaman masing-masing. Ketika kita berkomunikasi

maka kita memberitahukan suatu informasi, membujuk, menukarkan ide dan

pengalaman, ataupun orang lain. Pada saat seperti itu kita secara bergantian

mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap suatu ceritera tentang hidup

ketiadaan orang tua, kekurangan uang, tugas-tugas kuliah yang berat, kemarahan

sang profesor, putusnya tali cinta dengan sang pacar. Pertukaran pengalaman

seperti itu merupakan pemerkayaan komunikasi antar pribadi untuk lebih

(36)

sekali pertanyaan yang sudah secara langsung maupun tidak langsung dijawab

dalam beragam ceritera.

Kelebihan komunikasi antar pribadi atau komunikasi tatap muka ini

merupakan satu rangkaian pertukaran-pertukaran pesan antara dua orang dalam

proses komunikasi diantara mereka berhasil menjalin suatu kontak, kontak itu

berhasil karena mereka saling mempertukarkan pesan secara bergantian dan

berbalas-balasan. Bentuk komunikasi tatap muka mempunyai keistimewaan

dimana efek dan umpan balik, aksi dan reaksi langsung terlihat karena jarak fisik

partisipan yang dekat sekali. Aksi maupun reaksi verbal dan non verbal, semuanya

terlihat dengan jelas langsung. Oleh karena itu, tatap muka yang dilakukan terus

menerus kemudian dapat mengembangkan komunikasi antar pribadi yang

memuaskan dua pihak.

Kegiatan tatap muka yang dilakukan antar pribadi dengan sesamanya

merupakan suatu gerakan yang terus menerus dalam waktu dan ruang sebagai

wujud keberadaan dan hubungannya yang aktif dengan orang lain. Dalam proses

seperti ini, komunikasi tatap muka selalu berusaha saling menarik lawannya untuk

memasuki area pengaruh komunikasi, area pengalaman dan area rujukannya.

Komunikasi tatap muka merupakan suatu komunikasi yang dinamis yang dimulai

(37)

II. 4 Pengertian Kepribadian

Kepribadian itu memiliki banyak arti, bahkan saking banyaknya boleh

dikatakan jumlah definisi dan arti dari kepribadian adalah sejumlah orang yang

menafsirkannya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam penyusunan teori,

penelitian dan pengukurannya.

Kepribadian secara umum

Personality atau kepribadian berasal dari kata persona, kata persona

merujuk pada topeng yang biasa digunakan para pemain sandiwara di Zaman

Romawi. Secara umum kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil

dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi

dari kepribadian secara umum ini adalah lemah karena hanya menilai perilaku

yang dapat diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini

bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut

lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada

dasarnya kepribadian itu tidak dapat dinilai “baik” atau “buruk” karena bersifat

netral.

Kepribadian menurut Psikologi

Untuk menjelaskan kepribadian menurut psikologi saya akan

menggunakan teori dari George Kelly yang memandang bahwa kepribadian

sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman

hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu”

(38)

Lebih detail tentang definisi kepribadian menurut Allport yaitu

kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu

yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.

Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud

menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan

tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi

interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas dalam batasan

kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki

kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu

tidak ada dua orang yang berperilaku sama.

Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang

terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut

Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem

kerpibadian tersebut.

Dari sebagian besar teori kepribadian diatas, dapat kita ambil kesamaan

menurut E.Koswara yakni sebagai berikut:

1. Sebagian besar batasan melukiskan kerpibadian sebagai suatu struktur atau

organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi

dan diintegrasikan oleh kepribadian. Atau dengan kata lain kepribadian dipandang

sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku kita.

(39)

perbedaan-perbedaan individual. Dengan istilah “kepribadian,” keunikan dari setiap individu

ternyatakan. Dan melalui study tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat

individu yang membedakannya dengan individu lain diharapkan dapat menjadi

jelas atau dapat dipahami. Para teoris kepribadian memandang kepribadian

sebagai sesuatu yang unik atau ciri khas pada diri setiap orang.

3. Sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat kepribadian dari sudut

“sejarah hidup”, perkembangan, dan perspektif. Kepribadian, menurut teoris

kepribadian, merepresentasikan proses keterlibatan subyek atau individu atas

pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup factor-faktor genetic

atau biologis, pengalaman-pengalaman social, dan perubahan lingkungan. Atau

dengan kata lain, corak dan keunikan kepribadian individu itu dipengaruhi oleh

factor-faktor bawaan dan lingkungan.

II.5 Bentuk Kepribadian

Kepribadian manusia terbentuk dari banyak sekali komponen (sifat), dan

setiap komponen merupakan variabel. Setiap orang memiliki kepribadian yang

susunan komponennya berbeda dengan orang lain. Karena itu setiap orang

memiliki kepribadian yang berbeda dengan orang lain.

Namun demikian, untuk memudahkan kepribadian itu dapat

dikelompokkan menjadi 4 jenis, yakni sebagai berikut:

1. Sanguinis yang Populer

2. Melankolis yang Sempurna

(40)

Setiap kepribadian memliki kekuatan dan kelemahan. Semua jenis

kepribadian diperlukan adanya dalam setiap sistem sosial/organisasi. Kepribadian

sebagai totalitas sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang tidak bisa disebut baik

atau jelek, komponen-komponennya yang bisa jelek/lemah atau baik/kuat.

Sanguinis

Kekuatan

Kepribadian yang menyenangkan, ceria, supel, suka bicara dan bercerita,

punya selera humor yang baik, emosional dan demonstratif, antusias dan

ekspresif, optimis, penuh rasa ingin tahu, berhati tulus, tidak menyimpan dendam

dan cepat meminta maaf, menyukai kegiatan spontan dalam bekerja, mengajukan

diri secara sukarela untuk bekerja, mengilhami orang lain untuk bergabung dan

dapat mempesona orang lain untuk bekerja.

Kelemahan

Mendominasi percakapan dan suka membesar-besarkan, egoistis, suka

mengeluh, kekanak-kanakan, tidak pernah dewasa, mudah marah/emosional,

sensitif terhadap yang dikatakan orang tentang dirinya, melupakan kewajiban,

keyakinan cepat luntur, tidak disiplin, mudah teralihkan perhatiannya,benci

sendirian, tidak tetap/mudah berubah dan pelupa, pandai berdalih, suka mencari

perhatian, sorotan dan kasih sayang, dukungan dan penerimaan orang di

(41)

Melankolis

Kekuatan

Perfeksionis, standar tinggi, cenderung diam dan pemikir sehingga

membutuhkan ruang dan ketenangan supaya bisa berpikir dan melakukan sesuatu.

Serius dan bertujuan, analitis, berbakat dan kreatif, berfilsafat dan puitis,

bijaksana, idealis, menghargai keindahan, sensitif kepada orang lain, berteman

dengan hati-hati. Puas ada di belakang layar, menghindari perhatian, setia dan

mengabdi, mau mendengarkan keluhan dan mudah terharu, dalam bekerja: suka

keteraturan, serba tertib dan hati-hati, rapi dalam perencanaan, dan hemat.

Kelemahan

Mengingat yang negatif dan menikmati sakit hati. Citra diri rendah dan

merendahkan diri sendiri. Standar suka terlalu tinggi. Sangat memerlukan

persetujuan. Mementingkan diri sendiri. Terlalu instropektif. Tertekan karena

ketidaksempurnaan. Tidak aman secara sosial. Menarik diri dan menjauh. Suka

mengkritik orang lain. Tidak menyukai yang menentang. Mencurigai orang lain,

pendendam. Tidak mudah memaafkan dan penuh kontradiksi. Dalam kerjaan :

suka memilih pekerjaan sulit. suka ragu-ragu dan melewatkan banyak waktu.

Kholeris

Kekuatan

Tipe ini berbakat menjadi pemimpin. Suka berprestasi dan

(42)

emosi. Bebas dan mandiri. Dalam bekerja, suka yang serba teratur dan mencari

pemecahan praktis. Mau melakukan tugas yang sulit dan suka ditantang. Bisa

mendelagasikan pekerjaan dan mau bekerja untuk kegiatan kelompok . Bergerak

cepat untuk bertindak sehingga unggul dalam keadaan darurat.

Kelemahan

Orang bertipe koleris terlalu bersemangat, suka memerintah dan tidak

sabaran, keras kepala dan kaku. Menyukai kontroversi dan pertengkaran, tidak

mau menyerah kalau kalah. Tidak simpatik/kurang peka terhadap perasaan orang

lain. Suka merasa benar sendiri. Mendominasi orang lain Dalam bekerja, termasuk

pecandu kerja, menuntut loyalitas dan penghargaan bawahan. Bisa kasar atau

taktis. Mngharapkan pengakuan atas prestasinya.

Phlegmatis

Kekuatan

Kadang tipe ini dipandang sebagai orang yang lamban. Sebenarnya bukan

karena ia kurang cerdas, tapi justru karena ia lebih cerdas dari yang lain. Mudah

bergaul dan santai. Mudah diajak rukun dan menyenangkan. Tenang, teguh, sabar

dan seimbang. Hidup konsisten. Tidak banyak cakap tetapi bijaksana. Simpatik

dan baik hati. Menyembunyikan emosi. Hidupnya penuh tujuan. Tidak suka

mempersoalkan hal sepele. Punya banyak akal dan bisa mengucapkan kata-kata

yang tepat di saat yang tepat. Pendengar yang baik, memiliki rasa humor yang

(43)

cakap dan mantap, dapat menengahi masalah. Menghindari pertikaian.

Menemukan cara yang mudah. Baik dibawah tekanan.

Kelemahan

Terlalu pemalu dan tidak banyak bicara. Tidak suka keramaian. Suka takut

dan kawatir. Mementingkan diri sendiri dan suka merasa benar sendiri. Tidak

antusias. Suka menilai orang lain. Suka menunda-nunda sesuatu. Kurang disiplin

dan motivasi diri. Malas dan tidak peduli. Membuat orang lain merosot

semangatnya. Lebih suka menonton. Tidak suka tantangan/resiko. Terlalu suka

kompromi. Perlu waktu untuk menerima perubahan. Tidak suka didesak-desak.

II. 6 Hubungan Kepribadian dengan Perilaku

Kepribadian yang dimiliki oleh setiap orang tentu akan mencerminkan

perilakunya. Kepribadian tersebut akan menggamabarkan karekteristik seseorang

bagaimana dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi

atau interaksi yang terjadi akan menggambarkan bagaimana pesan yang

ditimbulkan dari kepribadian seseorang yang mencerminkan perilaku.

Perilaku yang tercipta akan menghasilkan suatu gambaran komunikasi

yang mencerminkan diri seseorang. Perilaku yang tercipta misalnya dari perkataan

atau perbuatan. Kata-kata kasar yang diucapkan oleh seseorang tentu akan

mencerminkan orang tersebut berkepribadian arogan dan pemarah. Kepribadian

demikian membuat orang akan mempunyai persepsi bahwa seseorang tersebut

(44)

Perilaku yang dihasilkan karena kepribadian yang dimiliki membuat

seseorang akan dikategorikan atau dipersepsikan tentang karakter yang ada.

Hubungan antara kepribadian dengan perilaku membuat suatu sinkronisasi yang

baik dimana kepribadian merupakan cerminan dari perilaku. Kepribadian yang

dimiliki akan menjadi kelengkapan kategori seseorang dalam bertindak atau

berbicara, terutama ketika berkomunikasi.

Ketika berkomunikasi komunikator akan menyampaikan pesan kepada

komunikan dengan intonasi atau cara yang berbeda. Cara dalam menyampaikan

pesan ini akan didukung dengan kepribadian yang dimiliki dan nantinya akan

menghasilkan perilaku komunikator tersebut. Pesan yang disampaikan tentu akan

berbeda pula mengingat dalam hal penangkapan pesan. Pesan yang diterima

haruslah disampaikan dengan baik dan dengan kepribadian yang baik pula

sehingga hasil dari pesan yang disampaikan akan menghasilkan respon atau

tanggapan yang baik dan diterima dengan perilaku yang baik.

Dengan demikian, hubungan antara kepribadian dengan perilaku sangatlah

penting mengingat kepribadian merupakan cerminan dari perilaku seseorang.

Seseorang yang memiliki kepribadian yang baik tentu akan berperilaku yang baik

pula karena cerminan dari perilaku yang baik akan memperoleh respon atau

(45)

II.7 Teori S-O-R

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan

perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi

dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya

kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan

perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

Didalam situs Hosland, et al (1953) mengatakan

bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar.

Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu

yang terdiri dari :

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.

Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak

efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus

diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut

efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia

mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan

untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka

stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan

(46)

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya

apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus

semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang

diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini,

faktor reinforcement memegang peranan penting.

II. 8 Teori Kepribadian

Kata kepribadian berasal dari kata Personality (Bahasa Inggris) yang

berasal dari kata Persona (Bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng; Yaitu

tutup muka yang sering dipakaioleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya

adalah untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Hal itu

dilakukan oleh karena terdapat ciri-ciri yang khas yang hanya dimiliki oleh

seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik, ataupun yang kurang

baik.

Menurut Kurt Lewin dalam buku Alo Liliweri (1991: 88-89) kepribadian

akan mengalami perkembangan seiring dengan perubahan tingkah laku. Adapun

pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan, berarti perubahan didalam variasi tingkah laku.

Semakin bertambah usia seseorang, variasi kegiatannya semakin

bertambah pula.

b. Perkembangan, berarti perubahan dalam organisasi dan struktur

tingkah laku.

c. Perkembangan, berarti bertambah luasnya arena aktivitas.

(47)

e. Perkembangan, berarti semakin terdifferensiasinya tingkah laku.

f. Perkembangan, berarti stratifikasi.

Masih dalam buku Alo Liliweri (1991: 94), menurut Allport kepribadian

adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psychopysis yang

menentukan caranya yang khas menyesuaikan diri terhadap sekitar.

Pernyataan “dynamic organization” menekankan kenyataan bahwa

kepribadian itu selalu berkembang dan berubah, walaupun dalam pada itu ada

organisasi atau sistem yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen

dari kepribadian.

Istilah “psychophysical” menunjukkan bahwa kepribadian bukanlah

eksklusif (semata-mata) mental bukan pula neural. Organisasi kepribadian

melingkupi kerja tubuh dan jiwa (tak terpisah-pisah) dalam kesatuan kepribadian.

Istilah “determine” menunjukkan bahwa kepribadian mengandung

tendens-tendens determinasi yang memainkan peranan aktif didalam tingkah laku

individu.

Jadi, kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu………..

Kepribadian terletak dibelakang perbuatan-perbuatan khusus dan didalam

individu.

Dari apa yang dikemukakan diatas itu nyata, bahwa bagi Allport

kepribadian bukanlah hanya susunan si pengamat, bukan pula sesuatu yang hanya

ada selama ada orang lain yang beraksi terhadapnya. Jauh dari itu kepribadian

(48)

Satu unsur lagi yang penting dalam definisi diatas ialah kata khas

(“unique”) yang menunjukkan tekanan utama yang diberikan oleh Allport pada

individualitas. Tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam caranya

menyesuaikan diri terhadap sekitar, jadi dengan demikian berarti tidak ada dua

orang yang mempunyai kepribadian yang sama.

Dengan menyatakan “adjustments to his environment” Allport

menunjukkan keyakinannya, bahwa kepribadianlah yang mengantarai individu

dengan lingkungan fisis dan lingkungan psychologisnya, kadang-kadang

mendudukinya, kadang-kadang menguasainya. Jadi, kepribadian adalah sesuatu

yang mempunyai fungsi atau arti adaptasi yang menentukan.

II. 9 Teori Behaviorisme

Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak

saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih

dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil

belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organisme sebagai pengaruh

lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau

jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana

perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar

yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia, memandang individu sebagai

makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan

pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbul konsep

”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan

(49)

lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan

pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan

peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku

yang diinginkan. (www.dosen.wordpress.com).

Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah

laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau

reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar

terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya.

Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa

merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.

Prinsip-prinsip teori behaviorisme:

- Obyek psikologi adalah tingkah laku

- Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

III. 1 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode

deskriptif yaitu metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Tidak

mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat

prediksi (Rakhmat, 1995: 34)

Penelitian yang bersifat deskriptif, memberi gambaran secermat mungkin

mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Ada kalanya

penelitian demikian bertolak dari beberapa hipotesa tertentu, ada kalanya tidak.

Sering kali juga arah penelitiannya dibantu oleh adanya hasil penelitian

sebelumnya. (Koentjaraningrat, 1986: 30)

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau

daerah tertentu. (Suryabrata, 2003: 75)

Deskriptif termasuk salah satu penelitian eksperimen yang banyak

dilakukan. Artinya, data yang sudah ada (dalam arti tidak sengaja ditimbulkan)

dan penelitian tinggal merekam. (Arikunto, 2002: 12)

III. 2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan

Kel.Gaharu Kec.Medan Timur.

(51)

III. 3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek yang dapat terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa

sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dari dalam suatu

penelitian (Nawawi, 1991: 41).

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan

cara-cara tertentu (Nawawi, 1994: 144). Besarnya sampel dalam penelitian adalah

35 orang guru disebut total sampling yaitu keseluruhan sampel yang dipilih atau

diambil berdasarkan kemudahan mendapatkan data yang diperlukan atau

dilakukan seadanya dan seandainya belum terpenuhi, tidak tertutup kemungkinan

akan diambil beberapa sampel lagi sampai data terpenuhi.

III. 4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan data

melalui literatur maupun sumber bacaan lain yang mendukung.

b. Penelitian lapangan (field research) diperoleh dengan cara:

• Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati langsung objek yang diteliti.

• Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan

pertanyaan lisan kepada subjek penelitian dan akan dilakukan

wawancara langsung kepada informan.

(52)

1995: 117). Jenis kuesioner yang dipakai adalah kuesioner tertutup,

yaitu kuesioner yang sudah tersedia jawabannya sehingga responden

tinggal memilih.

III. 5 Analisis Data

Analisa data menggunakan pendekatan kualitatif, dimana silogisme

dibangun berdasarkan pada hal-hal khusus atau data di lapangan dan bermuara

pada kesimpulan-kesimpulan umum. Strategi analisis data kualitatif umumnya

tidak digunakan sebagai alat mencari data dalam arti frekuensi akan tetapi

digunakan untuk menganalisa proses sosial yang berlangsung dan makna dari

fakta-fakta yang tampak dipermukaan.

Dengan demikian, maka analisis data kualitatif digunakan untuk

memahami sebuah proses dan fakta bukan sekedar untuk menjelaskan fakta

tersebut, Burhan Bungin (2007: 143).

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis ke dalam bentuk

penyajian, yaitu:

Analisis Tabel Tunggal

Merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan

variabel ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel

tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom,

sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori (Singarimbun,1995: 226).

III. 6 Waktu Penelitian

(53)

III. 7 Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

dapat dibuat model teoritis sebagai berikut:

III. 8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk

memudahkan penelitian ini perlu dibuat operasional variabel sebagai berikut:

Tabel 1

Operasional Variabel

Varibel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel bebas (X)

Komunikasi Antar Pribadi

a. Stimulus

b. Respon

c. Reaksi

d. Kedekatan

2. Variabel terikat (Y)

Perkembangan kepribadian

a. Arah pandangan mata

b. Gaya bicara

c. Tingkah laku Variabel Bebas (X)

Komunikasi Antar Pribadi

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Jenis Kelamin
Tabel 6 Suku
Tabel 8
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan teori konsep azas dari hukum lalu lintas angkutan jalan raya yang berhubungan dengan Peranan Poltabes Kota

Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan program wajib yang telah ditetapkan oleh UPT PPL Universitas Negeri Semarang sebagai salah satu lembaga Pendidikan

berpendapat bahwa individu yang mempunyai minat belajar tinggi akan berusaha.. keras demi suksesnya

Berdasarkan hasil olah statistik SPSS dengan regresi linear dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa tingkat kekayaan daerah (PAD), belanja modal (BM), dan temuan audit

Jika potensiometer diubah dalam keadaan 0%, maka arus dan tegangan listrik yang mengalir akan maksimal, karena nilai tahanan dalam potensiometer menjadi 0 sehingga arus

Aliran ini menyatakan hakikat benda adalah ruhani, spirit. Karena nilai ruh lebih tinggi daripada badan dan materi bagi kehidupan manusia. Manusia lebih dapat

a) Menghubungkan kompetensi yang telah dimiliki peserta didik dengan materi yang akan disajikan. b) Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik hasil pemeriksaan serologi anti dengue IgM dan IgG di laboratorium Rumah Sakit Surya Husadha, Periode 1 Juni – 20