KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN KEPRIBADIAN
ANAK-ANAK CACAT
(Studi Deskriptif Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Dalam Perkembangan Kepribadian Anak-anak Cacat Pada YPAC Melalui
Pendekatan Behaviorisme di Kota Medan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh: MAYA MAYYESA
070922029
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI (EKSTENSION) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Komunikasi Antar Pribadi dan Kepribadian Anak-anak Cacat” dengan perumusan masalah bagaimana peranan komunikasi antar pribadi terhadap perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur melalui metode pendekatan behaviorisme.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan komunikasi antar pribadi yang terjadi diantara guru dan siswa YPAC Medan melalui pendekatan behaviorisme dilihat berdasarkan stimulus, respon dan reaksi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi dengan analisa tabel tunggal yang mana menggunakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.
Populasi dan sampel yang digunakan sebanyak 35 orang guru YPAC Medan yang mengajar di kelas SLB C (Tuna Grahita) dan SLB D (Tuna Daksa) dengan Total Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan buku-buku, internet serta penelitian lapangan dengan menyebarkan kuesioner kepada para guru YPAC Medan untuk dijadikan responden.
Analisa data yang digunakan adalah analias tabel tunggal yaitu membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisa tabel tunggal menggunakan tabulasi data dengan memindahkan variabel responden ke Foltron Cobol.
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang senantiasa kita harapkan syafaatnya di yaumil akhir.
Adapun judul dari penelitian ini adalah “Komunikasi Antar Pribadi dan
Kepribadian Anak-anak Cacat (Studi Deskriptif Peranan Komunikasi Antar
Pribadi Guru dalam Perkembangan Kepribadian Anak-anak Cacat pada
YPAC melalui Pendekatan Behaviorisme di Kota Medan).” Penelitian ini
dilakukan untuk melengkapi salah satu persyaratan yang harus ditempuh dalam
menyelesaikan studi Strata 1 (S1) pada program studi Ilmu Komunikasi FISIP di
Universitas Sumatera Utara (USU).
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini adalah karena adanya
motivasi, masukan serta kritikan yang penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis pertama kali menyampaikan terima kasih kepada Ayahanda
H.Satrial,Amd dan Ibunda Tercinta Hj.Yetti Damayanti yang telah berkorban
untuk anaknya sampai saat ini dan mendukung penulis baik secara moril maupun
materil. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih untuk Adikku Tersayang
Tissa Septiana Risa dan Putria Mawaddah yang telah memberikan support dan
Penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan FISIP USU.
2. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi
FISIP USU.
3. Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, M.S, selaku dosen pembimbing yang telah
membagikan pengetahuan melalui penyusunan skripsi, terima kasih untuk
saran, kritik serta waktu luang yang diberikan hingga penyelesaian skripsi
ini.
4. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU, terima kasih telah
membimbing penulis dalam perkuliahan.
5. Kak Icut, Maya yang telah membantu seluruh urusan akademis penulis di
kantor Jurusan Ilmu Komunikasi, terima kasih.
6. Kak Ros selaku staf akademik yang telah membantu urusan bidang
akademik kepada penulis.
7. Ibu Nerry Surya BSc.Psi dan Bapak Drs. Surya Ratsyah selaku Kepala
Sekolah Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Medan yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di YPAC Medan.
Terima kasih telah mengarahkan dan membimbing penulis.
8. Seluruh guru dan pegawai YPAC Medan, terima kasih telah memberikan
kesempatan, pengarahan dan masukan kepada penulis ketika melakukan
penelitian.
9. Bapak Ratno, Mbak Yani dan Mbak Citra selaku bagian administrasi yang
10.Bapak Ruben Alang, Bapak Benny Agustian, dan Bapak Banti selaku
atasan penulis dikantor mengucapkan terima kasih atas waktu dan
kesempatan yang telah diberikan kepada penulis dalam melakukan
penelitian skripsi ini.
11. Teman-teman kantorku yang sudah memberikan motivasi bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi, Kak Anda, Kak Puput, Kak Ros, Kak Egu,
Bang Yusuf, Bang Rainly dan karyawan-karyawati PT. Perusahaan
Perdagangan Indonesia (Persero) terima kasih banyak telah membantuku.
Sukses untuk kalian semua.
12.Teman-temanku yang terbaik yang selalu kumpul dikala kita senang dan
duka: Ami, Mega, Nanda, Poppy, Irma dan Eci terima kasih ya untuk
selama ini telah mensupport penulis dan jangan lupa teruskan semangat
kalian untuk mengerjakan skripsi, jangan malas-malas ya, jangan sampai
putus hubungan kita karena semuanya itu banyak kenangan yang sudah
kita jalani bersama.
13. Terkhusus buat sahabat dekatku Putri Arde Wulan yang selalu baik,
mendukung dan mengerti aku. Tidak lupa juga teman-temanku lainnya
yang dari awal sampai akhir penyusunan skripsi ini membantu dan
mensupport aku, terima kasih.
14.Seluruh teman-teman Ilmu Komunikasi Extension stambuk 2006 dan
2007, telah menjadi tempat berbagi cerita, informasi kuliah, masukan,
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
kesempurnaan skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa masih banyak yang
harus dibenahi dan masih jauh dari sempurna penulisan skripsi ini.
Hanya Allah-lah sumber segala kesempurnaan. Semoga kebaikan dan
kesabaran semua pihak yang telah membantu dinilai ibadah di sisi-Nya. Amiin.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Penulis,
DAFTAR ISI
I.2 Perumusan Masalah ... 6
I.3 Pembatasan Masalah ... 6
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
I.4.1 Tujuan Penelitian ... 7
I.4.2 Manfaat Penelitian ... 7
I.5 Kerangka Teori ... 8
I.6 Kerangka Konsep ... 16
BAB II URAIAN TEORITIS ... 18
II.1 Peran Komunikasi Antar Pribadi ... 18
II.2 Proses Komunikasi Antar Pribadi ... 21
II.3 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi ... 23
II.4 Pengertian Kepribadian ... 25
II.5 Bentuk Kepribadian ... 27
II.6 Hubungan Kepribadian dengan Perilaku ... 31
II.7 Teori S-O-R ... 33
II.8 Teori Kepribadian ... 34
II.9 Teori Behaviorisme ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
III.1 Metodologi Penelitian ... 38
III.2 Lokasi Penelitian ... 38
III.3 Populasi dan Sampel ... 39
III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39
III.5 Analisis Data ... 40
III.6 Waktu Penelitian ... 40
III.7 Model Teoritis ... 41
III.8 Operasional Variabel ... 41
III.9 Defenisi Operasional ... 42
III.10 Deskripsi Daerah Penelitian ... 43
III.10.1 Sejarah YPAC Medan ... 43
III.10.2 Visi dan Misi YPAC Medan ... 49
III.10.3 Jumlah Anak Binaan ... 50
SUSUNAN YPAC Medan ... 56
Organ YPAC Medan ... 56
Pusat Rehabilitasi Anak (PRA) ... 57
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 58
IV.1 Pelaksanaan dan Pengumpulan Data ... 58
IV.1.1 Tahap Awal ... 58
IV.1.2 Pengumpulan Data ... 58
IV.2 Proses Pengolahan Data ... 59
IV.2.1 Penomoran Kuesioner ... 59
IV.2.2 Editing ... 59
IV.2.3 Coding ... 60
IV.2.4 Inventarisasi Variabel ... 60
IV.2.5 Tabulasi Data ... 60
IV.3 Analisa Tabel Tunggal ... 60
IV.4 Pembahasan……….. 78
Hasil Observasi Di YPAC Medan ………... 80
Hasil Interview Di YPAC Medan ……… 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 93
V.2 Saran ... 94
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
Tabel 1 Operasional Variabel ... 41
Tabel 2 Jenis Kelamin ... 60
Tabel 3 Pendidikan ... 61
Tabel 4 Penghasilan ... 61
Tabel 5 Golongan ... 62
Tabel 6 Suku ... 62
Tabel 7 Melakukan Komunikasi Tatap Muka ... 63
Tabel 8 Siswa Menanyakan Pelajaran yang Tidak Dimengerti ... 63
Tabel 9 Menggunakan Simbol / Lambang Ketika Siswa Berbicara ... 64
Tabel 10 Ketika Menanyakan Sesuatu Siswa Merasa tersinggung atau Marah ... 65
Tabel 11 Terbuka Kepada Guru ... 65
Tabel 12 Meniru Guru ... 66
Tabel 13 Mampu Melaksanakan Tugas yang Diberikan Guru ... 66
Tabel 14 Memberi Nasehat ... 67
Tabel 15 Menggunakan Alat Bantu Ketika Belajar ... 67
Tabel 16 Memahami apa yang Disampaikan Oleh Siswa ... 68
Tabel 17 Kedekatan Siswa Dengan Guru Seperti Orang Tua Siswa Sendiri ... 68
Tabel 19 Siswa Senang Bila Diberi Sesuatu ... 69
Tabel 20 Memberikan Pekerjaan Rumah Kepada Siswa ... 70
Tabel 21 Mmebimbing / Mengarahkan Siswa Ketika Belajar ... 70
Tabel 22 Siswa Memperhatikan Apa yang Disampaikan Guru Ketika Belajar... 71
Tabel 23 Tindakan Guru Menunjukkan Sikap Menyayangi ... 72
Tabel 24 Menggunakan Bahasa Terpilih Ketika Bertutur Kata ... 72
Tabel 25 Memandang Siswa Baik dan mampu Berkembang ... 73
Tabel 26 Memiliki Daftar Kepribadian ... 73
Tabel 27 Bermain Sendiri atau Dengan Teman-Teman Ketika Istirahat Pelajaran ... 74
Tabel 28 Menjalin Hubungan Baik dengan Orang Tua Siswa Tabel 29 Memandang Siswa Mampu dan Berkarya di Masa Depan ... 75
Tabel 30 Siswa Memperhatikan Mata Jika Berbicara ... 76
Tabel 31 Menggunakan Gaya Bicara ... 76
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar nama siswa SLB C YPAC Medan
2. Daftar nama siswa SLB D YPAC Medan
3. Daftar nama guru / pegawai SLB C YPAC Medan
4. Daftar nama guru / pegawai SLB D YPAC Medan
5. Kuesioner
6. Tabel Foltron Cobol
7. Foto kegiatan siswa YPAC Medan
8. Surat penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu
Komunikasi Universitas Sumatera Utara yang ditujukan kepada Ketua YPAC
Medan Jl.Adinegoro No.2 Medan.
9. Surat izin penelitian dari YPAC Medan Jl.Adinegoro No.2 Medan
10. Surat telah menyelesaikan penelitian di YPAC Medan Jl.Adinegoro No.2
Medan.
11. Surat pengajuan skripsi
12. Lembar catatan bimbingan skripsi
13. Biodata penulis
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Komunikasi Antar Pribadi dan Kepribadian Anak-anak Cacat” dengan perumusan masalah bagaimana peranan komunikasi antar pribadi terhadap perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur melalui metode pendekatan behaviorisme.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan komunikasi antar pribadi yang terjadi diantara guru dan siswa YPAC Medan melalui pendekatan behaviorisme dilihat berdasarkan stimulus, respon dan reaksi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi dengan analisa tabel tunggal yang mana menggunakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.
Populasi dan sampel yang digunakan sebanyak 35 orang guru YPAC Medan yang mengajar di kelas SLB C (Tuna Grahita) dan SLB D (Tuna Daksa) dengan Total Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan buku-buku, internet serta penelitian lapangan dengan menyebarkan kuesioner kepada para guru YPAC Medan untuk dijadikan responden.
Analisa data yang digunakan adalah analias tabel tunggal yaitu membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisa tabel tunggal menggunakan tabulasi data dengan memindahkan variabel responden ke Foltron Cobol.
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Komunikasi antar pribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi
instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena
kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk
pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang
paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting
hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya
komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan
sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar,
televisi, ataupun lewat teknologi tercanggih pun.
Berkomunikasi antar pribadi, atau secara ringkas berkomunikasi,
merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa
berusaha membuka serta menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya.
Selain itu ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia yang hanya dapat
dipuaskan lewat komunikasi dengan sesamanya. Komunikasi antar pribadi sangat
penting bagi kehidupan manusia
Dalam menciptakan hubungan yang lebih mendalam maka manusia
melakukan komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi selalu dimulai dari
proses hubungan yang bersifat psikologi, dan proses psikologis selalu
pribadi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku manusia berhubung prosesnya dialogis; (http://digilib.petra.ac.id;
Liliweri, 1997, p.12).
Demikian pula komunikasi yang dilakukan oleh anak-anak cacat. Banyak
penderita cacat yang menganggap bahwa keadaan cacatnya tersebut sebagai
penghalang yang telah merampas mereka dari kehidupan ini. Penderita cacat
tersebut merasa kemampuan dirinya terbatas, bahkan tak sedikit pula yang merasa
bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa dan kurang percaya diri karena
keterbatasan yang dimilikinya itu. Sikap dan usaha-usaha guru sebagai suatu
bentuk reaksi untuk menolong dan membantu anak tersebut sangatlah
mempengaruhi kualitas watak dan kepribadian si anak. Guru mengajarkan
berbagai hal kepada anak-anak cacat agar mampu untuk berkembang dan berkarya
secara mandiri. Guru juga akan membantu anak-anak cacat untuk tidak merasa
malu akan kecacatan yang dimilikinya. Sebaliknya, guru akan membantu dan
membuat anak-anak cacat bisa mandiri dan membanggakan kedua orang tuanya.
Guru mengajarkan bagaimana cara mengucapkan lafal huruf, mengenal diri anak,
mengikuti gerakan, berpikir, dan membuat sesuatu. Hal ini diajarkan kepada
anak-anak cacat untuk membuka wawasan yang mereka miliki walaupun dengan
keterbatasan yang mereka miliki. Anak-anak cacat juga akan menerima rasa kasih
sayang dari guru seperti layaknya kasih sayang orang tua terhadap anaknya.
Walaupun demikian, sering terjadi orang tua enggan mengakui bahwa
anak tersebut mempunyai cacat. Keengganan menerima situasi seperti itu sering
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa suasana emosional dalam keluarga
sangatlah penting bagi perkembangan kepribadian anak. Terlebih lagi karena
setiap anak yang cacat adalah anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan
emosional khusus. Mereka sangat tergantung pada kasih sayang, perhatian dan
perlindungan orang tua. Maka hubungan anak yang cacat dengan orang tua dan
saudara-saudaranya lebih penting daripada anak yang normal karena selain
diajarkan di sekolah tentang kasih sayang, pelajaran, dan bagaimana berbicara
serta pelafalan, anak cacat harus mendapat pelatihan di rumah oleh orang tuanya
agar apa yang telah diajarkan di sekolah dapat lebih diterapkan dan anak akan
tetap terlatih. Sehingga, disinilah komunikasi antara orang tua dan anak sangat
dibutuhkan.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah penyampaian
dan penerimaan suatu pesan (message). Komunikasi antar pribadi adalah
semacam suatu transaksi, hubungan atau spiritual yang terjadi ketika dua atau
lebih manusia rela dan mampu untuk bertemu sebagai orang-orang yang saling
berbagi satu sama lain dengan keunikan mereka, memilih secara aktif, emosi,
bernilai dan sadar akan kehadiran yang lainnya.
Dalam hal ini pendekatan behaviorisme menekankan kepada tingkah laku
yang boleh dilihat dan diukur. Pendekatan ini dipelopori oleh John B. Watson di
Universiti John Hopkins Amerika Serikat pada tahun 1913 yang berpendapat
bahwa tingkah laku dipengaruhi oleh persekitaran dan bukannya unsur-unsur
yang menekankan ide bahwa tingkah laku dan proses adalah hasil daripada
pembelajaran. Menurut pendekatan ini, tingkah laku ialah satu sisi gerak balas
yang dipelajari dengan wujudnya rangsangan. Pendekatan ini dikenali sebagai
psikologi rangsangan gerak balas atau ringkasnya R-G. Selain J.B Watson,
ahli-ahli psikologi behaviorisme yang lain ialah B.F Skinner, Ivan Pavlov dan E.L.
Thorndike.
Menurut situs e-psikologi.com, Pavlov (1962), setiap rangsangan akan
menimbulkan gerak balas dan berlaku pembelajaran apabila terdapat kaitan antara
rangsangan dan gerak balas. Hal ini bermaksud pembelajaran yang berlaku
apabila ada kaitan antara rangsangan dan gerak balas. Menurut situs
e-psikologi.com, Mahani Razali (2002), hal yang berlaku adalah pembelajaran yang
berlaku akibat dari dua rangsangan ini. B.F. Skinner (1904-1990) setuju dengan
pendapat Pavlov tetapi menyatakan bahawa tingkah laku dapat diperhatikan dalam
jangka panjang supaya dapat mengubah perlakuan yang mudah kepada perlakuan
kompleks. Menurut beliau, bimbingan, latihan, ganjaran, pengukuhan dan
pengajaran yang terus-menerus adalah penting bagi menjamin perubahan tingkah
laku yang berkesan. Bagi E.L. Thorndike, walaupun pembelajaran berlaku hasil
gabungan antara stimulus (rangsangan) dan response (gerak balas) seperti
pendapat Pavlov dan Skinner, beliau memberi penekanan terhadap pembelajaran
keberhasilan dan pengulangan. Contohnya, Ghazali, seorang murid dalam tahun
enam akan terus memperbaiki kelemahan matematikanya hasil dari pengajaran
dan pujian dari gurunya setelah ia berhasil menyelesaikan masalah matematika
Berdasarkan pendekatan behaviorisme, anak-anak cacat berkomunikasi
sesuai dengan karakteristik pribadinya berdasarkan stimulus, respon, dan reaksi.
Tetapi bagi setiap anak-anak cacat tentu memiliki karakteristik yang berbeda
berdasarkan pendekatan behaviorisme dalam komunikasi antar pribadi dalam
perkembangan kepribadian masing-masing. Untuk lebih mengenal lebih jauh
seperti apa peranan metode pendekatan behaviorisme pada anak-anak cacat
berdasarkan stimulus, respon dan reaksi maka perlu dilakukan penelitian. Subjek
yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah anak-anak YPAC Tuna Daksa
(anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang,
sendi dan otot) sedemikian rupa dan Tuna Grahita (anak yang secara nyata
mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh
di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam
tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial) usia 8-15 tahun yang berlokasi di
Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur, mengingat YPAC
adalah suatu Yayasan Pembinaan Anak Cacat yang mengajarkan hal pribadi dan
sosial serta memberikan kasih sayang kepada anak-anak cacat. Penelitian ini
bersifat mendalam dan kontinu. Beberapa anak cacat Tuna Daksa dan Tuna
Grahita akan diamati secara mendalam untuk mendapatkan karakter komunikasi
dalam pendekatan behaviorisme. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi
masukan bagi pihak yang berkaitan dalam berkomunikasi dengan anak-anak
cacat.
anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita melalui pendekatan behaviorisme;
Bagaimana stimulus, respon dan reaksi yang terjadi pada anak-anak Tuna Daksa
dan Tuna Grahita dalam berkomunikasi. Penelitian dilakukan di sebuah Yayasan
Pembinaan Anak Cacat yang berlokasi di Jl. Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu
Kec.Medan Timur karena peneliti ingin melihat bagaimana komunikasi yang
dilakukan oleh anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita dengan guru terhadap
perkembangan kepribadian melalui pendekatan behaviorisme.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka
dapat dikemukakan perumusan sebagai berikut:
“Bagaimanakah peranan komunikasi antar pribadi terhadap perkembangan
kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di YPAC Jl.Adinegoro No.2
Medan Kel.Gaharu Kec. Medan Timur melalui pendekatan behaviorisme?”
I.3 Pembatasan Masalah
Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadi spesifik,
maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian bersifat deskriptif, yaitu menerangkan dan memberikan gambaran
ilmiah dari komunikasi antar pribadi.
2. Penelitian ini meneliti peranan pendekatan behaviorisme komunikasi
antar pribadi guru dalam perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa
3. Objek penelitian adalah anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita usia 8-15
tahun yang berlokasi di JL. Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan
Timur.
4. Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2009.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kegiatan anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita
dalam berkomunikasi dengan guru dan orang tua sehingga tercipta suatu
komunikasi yang komunikatif diantara anak-anak cacat dan guru serta
orang tua.
b. Untuk mengetahui bagaimana stimulus, respon dan reaksi terhadap
perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di
YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur.
c. Untuk mengetahui peranan komunikasi antar pribadi guru dalam
perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di
YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur melalui
pendekatan behaviorisme.
I.4.2 Manfaat Penelitian
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dalam bidang komunikasi, sumber informasi bagi yang membutuhkannya.
c. Secara praktis, penelitian ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
agar bagi yang memerlukan pemahaman tentang karakter komunikasi
manusia dapat menerapkannya pada bidang-bidang baik itu di bidang
kedokteran, psikologi, pendidikan ataupun sosial.
I.5 Kerangka Teori
Kerangka teori berfungsi sebagai pendukung untuk menganalisa variabel
yang akan diteliti. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang akan memuat
pokok-pokok fikiran dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi,
1994: 40). Kerangka teori merupakan hasil berfikir rasional yang dituangkan
secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat dalam masalah dan atau sub
masalah.
Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan masalah penelitian ini
adalah Teori S-O-R, Komunikasi antar pribadi, Teori Kepribadian dan Teori
Behaviorisme.
Teori S-O-R
Menurut Effendy (1993: 254), Teori S-O-R adalah singkatan dari
Stimulu-Organism-Response yang awalnya berasal dari ilmu psikologi. Objek material
psikologi dan komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut
sehingga orang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan
dan reaksi komunikan. Model stimulus-response (rangsangan-tanggapan), atau
lebih populer dengan sebutan model S-R menjelaskan tentang pengaruh yang
terjadi pada pihak penerima (receiver) sebagai akibat dari komunikasi. Menurut
model ini, dampak atau pengaruh yang terjadi pada pihak penerima, pada
dasarnya merupakan suatu reaksi tertentu dari stimulus (rangsangan) tertentu.
Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh
tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus. Model S-R dapat
digambarkan sebagai berikut:
(Sumber: Effendy, 1993: 255)
Komunikasi antar pribadi
Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan diantara manusia dalam
keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan
sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan,
frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi diantara mereka tetapi Organisme
- Perhatian - Pengertian - Penerimaan Stimulus
juga terletak pada seberapa jauh keterlibatan diantara mereka satu dengan yang
lainnya, saling mempengaruhi.
Orang menamakan peristiwa seperti dilukiskan di atas sebagai suatu
peristiwa komunikasi. Didalam buku Alo Lili Weri (1991: 12), mengutip pendapat
beberapa para ahli; menurut Schramm (1974) di antara manusia yang bergaul,
mereka saling berbagi informasi, gagasan, sikap. Demikian pula menurut Merrill
dan Lownstein (1971) terjadi penyesuaian pikiran, penciptaan, perangkat simbol
bersama dalam pikiran para peserta, singkatnya suatu pengertian. Menurut
Theodorson (1969) komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu orang atau
kelompok kepada yang lain, terutama dengan menggunakan simbol.
Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat
psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antar
manusia yang memiliki suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya
suatu kebersamaan dalam kelompok yang tidak lain merupakan tanda adanya
proses sosial.
Masih dalam buku Alo Lili Weri (1991: 12), komunikasi antar pribadi
sebenarnya merupakan satu proses sosial di mana orang-orang yang terlibat di
dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh De Vito (1976)
bahwa, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang yang lain atau, sekelompok orang dengan efek
dan umpan balik yang langsung.
Effendy (1986: 12) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi
seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis,
berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui
tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan.
Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif,
berhasil atau tidak.
Dari berbagai sumber di atas, Alo Lili Weri (1991: 12-13) dapat
dirumuskan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai cir-ciri sebagai berikut:
1. Spontan dan terjadi sambil lalu.
2. Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.
3. Terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai
identitas terlebih dahulu.
4. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja.
5. Kerap kali berbalas-balasan.
6. Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dia orang, serta
hubungan harus bebas, bervariasi, adanya pengaruh.
7. Harus membuahkan hasil.
8. Menggunakan berbagai lambang bermakna.
Teori Kepribadian
Di dalam buku Paulus Budiraharjo (1997: 34); menurut B.F.Skinner,
kepribadian manusia adalah sekelompok pola-pola kebiasaan yang menjadi ciri
Skinner juga lebih menyukai menyelidiki kepribadian dengan
memfokuskan pada aspek belajar dengan perilaku-perilaku yang banyak
mengizinkan individu melangsungkan hidup dan berhasil dalam transaksinya
dengan lingkungan atau sesorang selama hidup belajar tentang
kemungkinan-kemungkinan yang menghasilkan kepuasan dan kesakitan dalam situasi tertentu.
Anak belajar membedakan stimulus atau situasi yang merupakan kesempatan
untuk memperoleh penguatan karena perilaku tertentu atau situasi yang tidak
mengarah ke penguatan perilaku yang sama. Perilaku yang dipelajari kemudian
disebut sebagai perilaku di bawah kontrol stimulus. Misalnya, seorang anak yang
belajar menangis di muka umum biasanya langsung diberi perhatian dan
kenyamanan oleh ibunya sedangkan menangis di rumah biasanya diabaikan.
Keterampilan yang sederhana dipelajari lebih dahulu kemudian perilaku yang
lebih kompleks diperoleh dan digunakan. Tetapi seseorang tidak dilihat sebagai
organisme yang pasif yang menanggapi tanda-tanda penguatan secara otomatis.
Melainkan, orang mengadakan kontrol diri terhadap lingkungan dengan secara
aktif memilih dan mengubah variabel-variabel lingkungan untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan mereka.
Skinner tidak hanya tertarik dengan jadwal penguatan (schedules of
reinforcement) yang menentukan perilaku tetapi juga dalam peranan self control
process. Individu dikatakan melatih self control bila mereka secara aktif
mengubah variabel-variabel yang menentukan perilaku mereka. Misalnya, ketika
seseorang tidak dapat belajar karena ada radio dengan suara musik yang sangat
yang mempengaruhi perilaku kita. Skinner telah menguraikan sejumlah teknik
yang digunakan untuk mengendalikan perilaku, yang kemudian banyak
diantaranya telah dipelajari oleh social-learning theorist yang tertarik dalam
modeling dan modifikasi perilaku. Teknik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengekangan fisik (physical restraints)
2. Bantuan fisik (physical aids)
3. Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)
4. Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)
5. Melakukan respons-respons lain (performing alternative responses)
6. Menguatkan diri secara positif (positif self reinforcement)
7. Menghukum diri sendiri (self punishment)
Pendekatan Skinner memperhatikan fenomena yang dapat diamati yang
dibagi dalam dua kelas utama: stimulus-stimulus, yaitu ciri-ciri lingkungan yang
dapat diamati yang mempengaruhi organisme dan respons-respons, perilaku yang
tampak dari organisme tersebut. Semua variabel yang ada diantara atau
menengahi stimulus dan respons dan tidak dapat dijelaskan berkenaan dengan
stimulus atau respon, dianggap ada di luar daerah kepentingan pendekatan
tersebut.
Teori Behaviorisme
Radical behaviorism pada awal pemunculannya hanya mempercayai hal
yang observable (dapat diamati) dan measurable (dapat diukur) sebagai sesuatu
hal yang abstrak. Kemudian, kaum behavioris muda mulai mengadakan revisi
terhadap behaviorisme ortodoks dengan menerima fenomena kejiwaan yang
abstrak seperti ego, id, ilusi, mimpi dan sebagainya. Kelompok ini menamakan
diri sebagai methodological behaviorism.
Optimisme kaum behavioris terhadap kondisi objektif yang
memperngaruhi perilaku manusia membuat teori ini banyak dikritik tidak banyak
memberi sumbangan berarti terhadap pemahaman (teori-teori) kepribadian
manusia. Akan tetapi, bukan berarti bahwa behaviorisme tidak memberi
kontribusi apa pun terhadap psikologi. Behaviorisme banyak dipakai dalam terapi,
terutama dalam usaha menyembuhkan perilaku menyimpang yang sudah lama
tidak ditolong.
The token economy adalah contoh penerapan behavioristik di rumah sakit
jiwa, di mana pasien yang may mengatur hidupnya dengan baik diberikan
stimulus berupa uang-uangan yang bisa ditukar dengan makanan atau minuman.
Setelah pasien menjadi sadar akan tugas keseharian, disiplin diri, terapi lain harus
diterapkan untuk mengobati akar masalah psikologis yang sebenarnya.
Behaviorisme disini sangat bermanfaat sebagai sistem terapi darurat, karena
behaviorisme tidak pernah mempersoalkan kompleksitas kejiwaan yang muncul
sebagai akar persoalan psikis individu. Behaviorisme hanya memandang perilaku
yang malajusted adalah hasil belajar dari lingkungan secara keliru.
Jadi, pada prinsipnya dibutuhkan berbagai pendekatan lain yang menyertai
strategi behavioristik dalam sistem terapeutik yang efektif. Karena perilaku
yang dipikirkan dan dirasakannya. Mengubah perilaku individu yang dianggap
menyimpang tanpa memahami lebih mendalam kompleksitas problematika psikis
manusia akan menghasilkan terapi yang sia-sia.
Pendekatan behaviorisme ini memandang perubahan perilaku manusia dari
stimulus, respon dan reaksi yang nantinya akan menentukan perilaku manusia itu
sendiri.
Stimulus
Apa saja yang menyentuh alat indera – dari dalam atau dari luar – disebut
stimulus. Saat ini Anda sedang membaca tulisan saya (stimulus eksternal),
padahal pikiran Anda sedang diganggu oleh perjanjian utang yang habis waktu ini
(stimulus internal). Anda serentak menerima dua macam stimulus. Alat penerima
Anda segera mengubah stimulus ini menjadi energi saraf untuk disampaikan ke
otak melalui proses transduksi. Agar dapat diterima pada alat indera Anda,
stimulus harus cukup kuat. Batas minimal intensitas stimulus disebut ambang
mutlak (absolute threshold). Demikian juga dalam menerima informasi yang
disampaikan tentu sesuai dengan kapasitas stimulus yang dimiliki.
Respon
Tanggapan yang diberikan informan dari informasi yang disampaikan
dalam mengolah dan memanipulasi informasi. Respon yang diberikan ini tentu
akan berbeda-beda sesuai dengan hasil pengolahan informasi oleh informan.
Respon ini juga akan membantu informan untuk menghasilkan reaksi yang
Reaksi
Hasil dari stimulus dan respon yang dihasilkan dalam mengubah perilaku.
Dalam reaksi tersebut manusia memilih dan menjalankan hasil perubahan perilaku
tersebut yang merupakan kunci dalam melakukan pendekatan behaviorisme.
Dalam pendekatan behaviorisme ini, perubahan perilaku akan terus berubah
sesuai dengan stimulus yang datang dan bagaimana respon itu terjadi sehingga
timbulnya reaksi yang menentukan perilaku manusia.
I.6 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat
kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang akan dicapai (Nawawi,
1993: 40). Kerangka konsep memuat variabel-variabel yang akan diteliti dalam
penelitian tersebut. Dalam penelitian ini ada tiga variabel yang akan diteliti, yaitu:
a. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor yang menentukan atau
mempengaruhi ada atau munculnya gajala/unsur yang lain yaitu variabel terikat
(Nawawi, 1993: 56).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi antar pribadi,
indikatornya adalah:
1. Stimulus
2. Respon
3. Reaksi
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada
atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel bebas (Nawawi, 1993: 457)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perkembangan kepribadian
anak-anak cacat, indikatornya adalah:
1. Arah pandangan mata
2. Gaya bicara
BAB II
URAIAN TEORITIS
II. 1 Peran Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi merupakan suatu bidang ilmu
komunikasi, bidang ini setiap hari hadir dalam setiap hubungan antar manusia
kapan dan dimana saja. Seorang tukang kayu, tukang foto, dramawan dan
sastrawan, pastor dan haji, profesor dan musikus, pelajar dan mahasiswa dalam
dunianya sendiri maupun dunia bersamanya melakukan komunikasi antar
manusia. Dari jenis pekerjaan dan profesi seseorang kepada orang lain, mungkin
masih ditambah lagi dengan cara berpikirnya, melahirkan perasaannya dan
perilaku nyatanya. Ilmu komunikasi, khususnya komunikasi antar pribadi
mempelajari objek hubungan antara manusia.
Meskipun demikian banyak ahli juga berpendapat bahwa semua yang
menjadi tekanan dalam komunikasi antar pribadi akhirnya bermuara pada:
perspektif situasi. Perspektif situasi merupakan suatu perspektif yang menekankan
bahwa sukses tidaknya komuniksi antar pribadi sangat tergantung pada situasi
komunikasi, mengacu pada hubungan tatap muka antara dua orang atau sebagian
kecil orang dengan mengandalkan suatu kekuatan yang segera saling mendekati
satu dengan yang lain pada saat itu juga daripada memperhatikan umpan balik
yang tertunda (misalnya dalam hal komunikasi antar manusia bermedia seperti
surat menyurat, percakapan, telepon, faximile), menurut De Haan (1952) dalam
Masih dalam buku Alo Liliweri (1991: 31), ada tujuh sifat yang
menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi
antar pribadi dan bukan komunikasi lainnya yang terangkum dari
pendapat-pendapat Reardon (1987), Effendy (1986a), Porter dan Samovar (1982). Sifat-sifat
komunikasi antar pribadi itu adalah:
1. Melibatkan didalamnya perilaku verbal dan non verbal.
2. Melibatkan pernyataan/ungkapan yang spontan, scripted dan contrived.
3. Komunikasi antar pribadi tidaklah statis melainkan dinamis.
4. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi
(pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).
5. Dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
6. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan.
7. Melibatkan didalamnya bidang persuasif.
Disamping itu, Halloran (1980) dalam buku (Alo Liliweri, 1991: 48)
mengemukakan bahwa manusia sebenarnya berkomunikasi dengan orang lain
karena beberapa faktor, yaitu:
1. Perbedaan antar pribadi.
2. Manusia meskipun merupakan makhluk yang utuh namun tetap
mempunyai kekurangan.
3. Adanya perbedaan motivasi antar manusia.
4. Kebutuhan akan harga diri yang harus mendapat pengakuan dari orang
Masih dalam buku Alo Liliweri (1991: 48), Cassagrande juga berpendapat
hampir senada, bahwa orang berkomunikasi dengan orang lain karena:
1. Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan
dan membagi kelebihan.
2. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif tetap.
3. Interaksi hari ini merupakan spektrum pengalaman masa lalu, dan buat
orang mengantisipasi masa depan.
4. Hubungan yang diciptakan kalau berhasil merupakan pengalaman yang
baru.
Kita akhirnya dapat mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi tidak
dapat dielakkan dalam hidup bermasyarakat itu. Suatu kesadaran akan kekurangan
yang dimiliki, suatu perbedaan kesadaran akan adanya perbedaan yang hakiki
antar pribadi, perbedaan dalam motif (dorongan-dorongan untuk mencapai
kebutuhan yang berbeda baik kebutuhan biologis, sosiologis) keinginan untuk
mendapatkan pengakuan dari orang lain menyebabkan setiap orang mencari relasi
dengan orang lain. Relasi, interaksi itu dapat dimulai oleh setiap orang mulai dari
dalam rumah, tetangga, kemudian meluas ke bidang pekerjaan.
Saling melengkapi kekurangan atas perbedaan tersebut senantiasa dialami
karena masyarakat terus berubah untuk memenuhi kebutuhan yang satu terhadap
kebutuhan lainnya yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Ia, manusia mencatat
pelbagai pengalamannya masa lalu dari relasinya dengan orang lain kemudian
mengantisipasikan, memperkirakan apakah komunikasi masih relevan dilakukan
Oleh karena itu, pada saat sekarang para ahli komunikasi menghendaki
supaya seorang yang berkomunikasi harus mampu mengubah cara berpikir,
perasaan atau perilaku sesama, hal itu akan tercapai kalau ia juga memberikan
kesempatan pada pihak lain untuk dapat mengungkapkan pikiran, pendapat,
perasaan dan perilakunya.
II. 2 Proses Komunikasi Antar Pribadi
Ciri Komunikasi Antar Pribadi yang sifatnya adalah dua arah atau timbal
balik. Istilah ini disebut dengan Two Ways Communication. Apabila dua orang
individu atau lebih terlibat dalam suatu percakapan dan terdapat adanya kesamaan
makna dari apa yang mereka percakapan maka dapat dikatakan bahwa komunikasi
itu mengarah kepada komunikasi antar pribadi apalagi bila komunikasinya cukup
efektif untuk mengubah perilaku orang lain.
Segi efektifnya adalah adanya arus balik langsung yang dapat ditangkap
baik oleh komunikator maupun komunikan sesuai dengan lambang-lambang
komunikasi verbal atau juga non verbal sebagaimana dipergunakan bila terjadi
proses komunikasi.
Dalam memahami proses komunikasi antar pribadi akan dikemukakan
pendapat beberapa para ahli dari beberapa sumber yang dikutip dari situs
bagaimana proses komunikasi antar pribadi.
Menurut William F. Glueck dalam bukunya “Management” menyatakan
dimana komunikasi merupakan sesuatu yang menguntungkan bagi seorang
komunikator adalah karena ia dapat mengetahui diri komunikan
selengkap-lengkapnya dari mulai nama, pekerjaan, agama, pengalaman, cita-citanya, dan
sebagainya. Dari sini komunikator akan dapat melakukan perubahan sikap,
pendapat, dan perilaku komunikannya ke arah tujuan sebagaimana ia inginkan.
Disamping itu, Everet M. Rogers dalam bukunya “Mass Media and
Interpersonal Communication” mengatakan komunikasi antar pribadi adalah
merupakan aspek yang sangat penting dalam teori komunikasi yang merupakan
komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dari interaksi tatap muka oleh antar
pribadi.
Lebih lanjut Rogers mengatakan proses komunikasi antar pribadi adalah
proses pengaruh mempengaruhi yang merupakan proses yang bersifat psikologis
dan oleh karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis manusia
yang memiliki suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu
kesamaan dalam kelompok yang tidak lain tanda adanya proses sosial.
Proses komunikasi antar pribadi juga merupakan pengungkapan oleh pihak
seseorang / lebih yang mengatur secara sadar tindakan-tindakan pihak lain dan
kemudian mengadakan pengamatan kembali atas tindakan yang dilakukan
sebelumnya. Kegiatan seperti ini adalah suatu kesadaran dari komunikator ke
komunikan yang merupakan jalinan antar pribadi.
Proses komunikasi antar pribadi akan muncul bila mempunyai enam ciri,
1. Dilaksanakannya karena adanya faktor pendorong.
2. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja.
3. Kerap kali berbalas-balasan.
4. Mempersyaratkan adanya hubungan atau interaksi antar dua orang atau
lebih.
5. Suasana hubungan harus bebas, bervariasi dan adanya keterpengaruhan.
6. Menggunakan berbagai lambang-lambang yang berguna.
II.3 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi dapat diperoleh dengan membangun kontak
dengan orang lain, untuk kemudian memberikan kesamaan dalam makna pesan
maka komunikasi antar pribadi bisa dikembangkan lebih luas akibat orang
menukarkan pengalamannya.
Kadang-kadang ketika terlibat dalam suatu proses komunikasi antar
pribadi diantara kita tidak sadar bahwa sukses komunikasi disebabkan karena kita
berhasil mempertukarkan pengalaman masing-masing. Ketika kita berkomunikasi
maka kita memberitahukan suatu informasi, membujuk, menukarkan ide dan
pengalaman, ataupun orang lain. Pada saat seperti itu kita secara bergantian
mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap suatu ceritera tentang hidup
ketiadaan orang tua, kekurangan uang, tugas-tugas kuliah yang berat, kemarahan
sang profesor, putusnya tali cinta dengan sang pacar. Pertukaran pengalaman
seperti itu merupakan pemerkayaan komunikasi antar pribadi untuk lebih
sekali pertanyaan yang sudah secara langsung maupun tidak langsung dijawab
dalam beragam ceritera.
Kelebihan komunikasi antar pribadi atau komunikasi tatap muka ini
merupakan satu rangkaian pertukaran-pertukaran pesan antara dua orang dalam
proses komunikasi diantara mereka berhasil menjalin suatu kontak, kontak itu
berhasil karena mereka saling mempertukarkan pesan secara bergantian dan
berbalas-balasan. Bentuk komunikasi tatap muka mempunyai keistimewaan
dimana efek dan umpan balik, aksi dan reaksi langsung terlihat karena jarak fisik
partisipan yang dekat sekali. Aksi maupun reaksi verbal dan non verbal, semuanya
terlihat dengan jelas langsung. Oleh karena itu, tatap muka yang dilakukan terus
menerus kemudian dapat mengembangkan komunikasi antar pribadi yang
memuaskan dua pihak.
Kegiatan tatap muka yang dilakukan antar pribadi dengan sesamanya
merupakan suatu gerakan yang terus menerus dalam waktu dan ruang sebagai
wujud keberadaan dan hubungannya yang aktif dengan orang lain. Dalam proses
seperti ini, komunikasi tatap muka selalu berusaha saling menarik lawannya untuk
memasuki area pengaruh komunikasi, area pengalaman dan area rujukannya.
Komunikasi tatap muka merupakan suatu komunikasi yang dinamis yang dimulai
II. 4 Pengertian Kepribadian
Kepribadian itu memiliki banyak arti, bahkan saking banyaknya boleh
dikatakan jumlah definisi dan arti dari kepribadian adalah sejumlah orang yang
menafsirkannya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam penyusunan teori,
penelitian dan pengukurannya.
Kepribadian secara umum
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona, kata persona
merujuk pada topeng yang biasa digunakan para pemain sandiwara di Zaman
Romawi. Secara umum kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil
dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi
dari kepribadian secara umum ini adalah lemah karena hanya menilai perilaku
yang dapat diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini
bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut
lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada
dasarnya kepribadian itu tidak dapat dinilai “baik” atau “buruk” karena bersifat
netral.
Kepribadian menurut Psikologi
Untuk menjelaskan kepribadian menurut psikologi saya akan
menggunakan teori dari George Kelly yang memandang bahwa kepribadian
sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman
hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu”
Lebih detail tentang definisi kepribadian menurut Allport yaitu
kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu
yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.
Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud
menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi
interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas dalam batasan
kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki
kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu
tidak ada dua orang yang berperilaku sama.
Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang
terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut
Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem
kerpibadian tersebut.
Dari sebagian besar teori kepribadian diatas, dapat kita ambil kesamaan
menurut E.Koswara yakni sebagai berikut:
1. Sebagian besar batasan melukiskan kerpibadian sebagai suatu struktur atau
organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi
dan diintegrasikan oleh kepribadian. Atau dengan kata lain kepribadian dipandang
sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku kita.
perbedaan-perbedaan individual. Dengan istilah “kepribadian,” keunikan dari setiap individu
ternyatakan. Dan melalui study tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat
individu yang membedakannya dengan individu lain diharapkan dapat menjadi
jelas atau dapat dipahami. Para teoris kepribadian memandang kepribadian
sebagai sesuatu yang unik atau ciri khas pada diri setiap orang.
3. Sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat kepribadian dari sudut
“sejarah hidup”, perkembangan, dan perspektif. Kepribadian, menurut teoris
kepribadian, merepresentasikan proses keterlibatan subyek atau individu atas
pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup factor-faktor genetic
atau biologis, pengalaman-pengalaman social, dan perubahan lingkungan. Atau
dengan kata lain, corak dan keunikan kepribadian individu itu dipengaruhi oleh
factor-faktor bawaan dan lingkungan.
II.5 Bentuk Kepribadian
Kepribadian manusia terbentuk dari banyak sekali komponen (sifat), dan
setiap komponen merupakan variabel. Setiap orang memiliki kepribadian yang
susunan komponennya berbeda dengan orang lain. Karena itu setiap orang
memiliki kepribadian yang berbeda dengan orang lain.
Namun demikian, untuk memudahkan kepribadian itu dapat
dikelompokkan menjadi 4 jenis, yakni sebagai berikut:
1. Sanguinis yang Populer
2. Melankolis yang Sempurna
Setiap kepribadian memliki kekuatan dan kelemahan. Semua jenis
kepribadian diperlukan adanya dalam setiap sistem sosial/organisasi. Kepribadian
sebagai totalitas sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang tidak bisa disebut baik
atau jelek, komponen-komponennya yang bisa jelek/lemah atau baik/kuat.
Sanguinis
Kekuatan
Kepribadian yang menyenangkan, ceria, supel, suka bicara dan bercerita,
punya selera humor yang baik, emosional dan demonstratif, antusias dan
ekspresif, optimis, penuh rasa ingin tahu, berhati tulus, tidak menyimpan dendam
dan cepat meminta maaf, menyukai kegiatan spontan dalam bekerja, mengajukan
diri secara sukarela untuk bekerja, mengilhami orang lain untuk bergabung dan
dapat mempesona orang lain untuk bekerja.
Kelemahan
Mendominasi percakapan dan suka membesar-besarkan, egoistis, suka
mengeluh, kekanak-kanakan, tidak pernah dewasa, mudah marah/emosional,
sensitif terhadap yang dikatakan orang tentang dirinya, melupakan kewajiban,
keyakinan cepat luntur, tidak disiplin, mudah teralihkan perhatiannya,benci
sendirian, tidak tetap/mudah berubah dan pelupa, pandai berdalih, suka mencari
perhatian, sorotan dan kasih sayang, dukungan dan penerimaan orang di
Melankolis
Kekuatan
Perfeksionis, standar tinggi, cenderung diam dan pemikir sehingga
membutuhkan ruang dan ketenangan supaya bisa berpikir dan melakukan sesuatu.
Serius dan bertujuan, analitis, berbakat dan kreatif, berfilsafat dan puitis,
bijaksana, idealis, menghargai keindahan, sensitif kepada orang lain, berteman
dengan hati-hati. Puas ada di belakang layar, menghindari perhatian, setia dan
mengabdi, mau mendengarkan keluhan dan mudah terharu, dalam bekerja: suka
keteraturan, serba tertib dan hati-hati, rapi dalam perencanaan, dan hemat.
Kelemahan
Mengingat yang negatif dan menikmati sakit hati. Citra diri rendah dan
merendahkan diri sendiri. Standar suka terlalu tinggi. Sangat memerlukan
persetujuan. Mementingkan diri sendiri. Terlalu instropektif. Tertekan karena
ketidaksempurnaan. Tidak aman secara sosial. Menarik diri dan menjauh. Suka
mengkritik orang lain. Tidak menyukai yang menentang. Mencurigai orang lain,
pendendam. Tidak mudah memaafkan dan penuh kontradiksi. Dalam kerjaan :
suka memilih pekerjaan sulit. suka ragu-ragu dan melewatkan banyak waktu.
Kholeris
Kekuatan
Tipe ini berbakat menjadi pemimpin. Suka berprestasi dan
emosi. Bebas dan mandiri. Dalam bekerja, suka yang serba teratur dan mencari
pemecahan praktis. Mau melakukan tugas yang sulit dan suka ditantang. Bisa
mendelagasikan pekerjaan dan mau bekerja untuk kegiatan kelompok . Bergerak
cepat untuk bertindak sehingga unggul dalam keadaan darurat.
Kelemahan
Orang bertipe koleris terlalu bersemangat, suka memerintah dan tidak
sabaran, keras kepala dan kaku. Menyukai kontroversi dan pertengkaran, tidak
mau menyerah kalau kalah. Tidak simpatik/kurang peka terhadap perasaan orang
lain. Suka merasa benar sendiri. Mendominasi orang lain Dalam bekerja, termasuk
pecandu kerja, menuntut loyalitas dan penghargaan bawahan. Bisa kasar atau
taktis. Mngharapkan pengakuan atas prestasinya.
Phlegmatis
Kekuatan
Kadang tipe ini dipandang sebagai orang yang lamban. Sebenarnya bukan
karena ia kurang cerdas, tapi justru karena ia lebih cerdas dari yang lain. Mudah
bergaul dan santai. Mudah diajak rukun dan menyenangkan. Tenang, teguh, sabar
dan seimbang. Hidup konsisten. Tidak banyak cakap tetapi bijaksana. Simpatik
dan baik hati. Menyembunyikan emosi. Hidupnya penuh tujuan. Tidak suka
mempersoalkan hal sepele. Punya banyak akal dan bisa mengucapkan kata-kata
yang tepat di saat yang tepat. Pendengar yang baik, memiliki rasa humor yang
cakap dan mantap, dapat menengahi masalah. Menghindari pertikaian.
Menemukan cara yang mudah. Baik dibawah tekanan.
Kelemahan
Terlalu pemalu dan tidak banyak bicara. Tidak suka keramaian. Suka takut
dan kawatir. Mementingkan diri sendiri dan suka merasa benar sendiri. Tidak
antusias. Suka menilai orang lain. Suka menunda-nunda sesuatu. Kurang disiplin
dan motivasi diri. Malas dan tidak peduli. Membuat orang lain merosot
semangatnya. Lebih suka menonton. Tidak suka tantangan/resiko. Terlalu suka
kompromi. Perlu waktu untuk menerima perubahan. Tidak suka didesak-desak.
II. 6 Hubungan Kepribadian dengan Perilaku
Kepribadian yang dimiliki oleh setiap orang tentu akan mencerminkan
perilakunya. Kepribadian tersebut akan menggamabarkan karekteristik seseorang
bagaimana dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi
atau interaksi yang terjadi akan menggambarkan bagaimana pesan yang
ditimbulkan dari kepribadian seseorang yang mencerminkan perilaku.
Perilaku yang tercipta akan menghasilkan suatu gambaran komunikasi
yang mencerminkan diri seseorang. Perilaku yang tercipta misalnya dari perkataan
atau perbuatan. Kata-kata kasar yang diucapkan oleh seseorang tentu akan
mencerminkan orang tersebut berkepribadian arogan dan pemarah. Kepribadian
demikian membuat orang akan mempunyai persepsi bahwa seseorang tersebut
Perilaku yang dihasilkan karena kepribadian yang dimiliki membuat
seseorang akan dikategorikan atau dipersepsikan tentang karakter yang ada.
Hubungan antara kepribadian dengan perilaku membuat suatu sinkronisasi yang
baik dimana kepribadian merupakan cerminan dari perilaku. Kepribadian yang
dimiliki akan menjadi kelengkapan kategori seseorang dalam bertindak atau
berbicara, terutama ketika berkomunikasi.
Ketika berkomunikasi komunikator akan menyampaikan pesan kepada
komunikan dengan intonasi atau cara yang berbeda. Cara dalam menyampaikan
pesan ini akan didukung dengan kepribadian yang dimiliki dan nantinya akan
menghasilkan perilaku komunikator tersebut. Pesan yang disampaikan tentu akan
berbeda pula mengingat dalam hal penangkapan pesan. Pesan yang diterima
haruslah disampaikan dengan baik dan dengan kepribadian yang baik pula
sehingga hasil dari pesan yang disampaikan akan menghasilkan respon atau
tanggapan yang baik dan diterima dengan perilaku yang baik.
Dengan demikian, hubungan antara kepribadian dengan perilaku sangatlah
penting mengingat kepribadian merupakan cerminan dari perilaku seseorang.
Seseorang yang memiliki kepribadian yang baik tentu akan berperilaku yang baik
pula karena cerminan dari perilaku yang baik akan memperoleh respon atau
II.7 Teori S-O-R
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi
dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya
kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan
perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Didalam situs Hosland, et al (1953) mengatakan
bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar.
Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu
yang terdiri dari :
a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak
efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus
diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut
efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan
untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya
apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus
semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang
diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini,
faktor reinforcement memegang peranan penting.
II. 8 Teori Kepribadian
Kata kepribadian berasal dari kata Personality (Bahasa Inggris) yang
berasal dari kata Persona (Bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng; Yaitu
tutup muka yang sering dipakaioleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya
adalah untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Hal itu
dilakukan oleh karena terdapat ciri-ciri yang khas yang hanya dimiliki oleh
seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik, ataupun yang kurang
baik.
Menurut Kurt Lewin dalam buku Alo Liliweri (1991: 88-89) kepribadian
akan mengalami perkembangan seiring dengan perubahan tingkah laku. Adapun
pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan, berarti perubahan didalam variasi tingkah laku.
Semakin bertambah usia seseorang, variasi kegiatannya semakin
bertambah pula.
b. Perkembangan, berarti perubahan dalam organisasi dan struktur
tingkah laku.
c. Perkembangan, berarti bertambah luasnya arena aktivitas.
e. Perkembangan, berarti semakin terdifferensiasinya tingkah laku.
f. Perkembangan, berarti stratifikasi.
Masih dalam buku Alo Liliweri (1991: 94), menurut Allport kepribadian
adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psychopysis yang
menentukan caranya yang khas menyesuaikan diri terhadap sekitar.
Pernyataan “dynamic organization” menekankan kenyataan bahwa
kepribadian itu selalu berkembang dan berubah, walaupun dalam pada itu ada
organisasi atau sistem yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen
dari kepribadian.
Istilah “psychophysical” menunjukkan bahwa kepribadian bukanlah
eksklusif (semata-mata) mental bukan pula neural. Organisasi kepribadian
melingkupi kerja tubuh dan jiwa (tak terpisah-pisah) dalam kesatuan kepribadian.
Istilah “determine” menunjukkan bahwa kepribadian mengandung
tendens-tendens determinasi yang memainkan peranan aktif didalam tingkah laku
individu.
Jadi, kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu………..
Kepribadian terletak dibelakang perbuatan-perbuatan khusus dan didalam
individu.
Dari apa yang dikemukakan diatas itu nyata, bahwa bagi Allport
kepribadian bukanlah hanya susunan si pengamat, bukan pula sesuatu yang hanya
ada selama ada orang lain yang beraksi terhadapnya. Jauh dari itu kepribadian
Satu unsur lagi yang penting dalam definisi diatas ialah kata khas
(“unique”) yang menunjukkan tekanan utama yang diberikan oleh Allport pada
individualitas. Tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam caranya
menyesuaikan diri terhadap sekitar, jadi dengan demikian berarti tidak ada dua
orang yang mempunyai kepribadian yang sama.
Dengan menyatakan “adjustments to his environment” Allport
menunjukkan keyakinannya, bahwa kepribadianlah yang mengantarai individu
dengan lingkungan fisis dan lingkungan psychologisnya, kadang-kadang
mendudukinya, kadang-kadang menguasainya. Jadi, kepribadian adalah sesuatu
yang mempunyai fungsi atau arti adaptasi yang menentukan.
II. 9 Teori Behaviorisme
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak
saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organisme sebagai pengaruh
lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau
jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana
perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar
yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia, memandang individu sebagai
makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbul konsep
”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan
lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan
pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan
peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku
yang diinginkan. (www.dosen.wordpress.com).
Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah
laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau
reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar
terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya.
Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa
merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
Prinsip-prinsip teori behaviorisme:
- Obyek psikologi adalah tingkah laku
- Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek
BAB III
METODE PENELITIAN
III. 1 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode
deskriptif yaitu metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Tidak
mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat
prediksi (Rakhmat, 1995: 34)
Penelitian yang bersifat deskriptif, memberi gambaran secermat mungkin
mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Ada kalanya
penelitian demikian bertolak dari beberapa hipotesa tertentu, ada kalanya tidak.
Sering kali juga arah penelitiannya dibantu oleh adanya hasil penelitian
sebelumnya. (Koentjaraningrat, 1986: 30)
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu. (Suryabrata, 2003: 75)
Deskriptif termasuk salah satu penelitian eksperimen yang banyak
dilakukan. Artinya, data yang sudah ada (dalam arti tidak sengaja ditimbulkan)
dan penelitian tinggal merekam. (Arikunto, 2002: 12)
III. 2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan
Kel.Gaharu Kec.Medan Timur.
III. 3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek yang dapat terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dari dalam suatu
penelitian (Nawawi, 1991: 41).
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan
cara-cara tertentu (Nawawi, 1994: 144). Besarnya sampel dalam penelitian adalah
35 orang guru disebut total sampling yaitu keseluruhan sampel yang dipilih atau
diambil berdasarkan kemudahan mendapatkan data yang diperlukan atau
dilakukan seadanya dan seandainya belum terpenuhi, tidak tertutup kemungkinan
akan diambil beberapa sampel lagi sampai data terpenuhi.
III. 4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan data
melalui literatur maupun sumber bacaan lain yang mendukung.
b. Penelitian lapangan (field research) diperoleh dengan cara:
• Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati langsung objek yang diteliti.
• Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan
pertanyaan lisan kepada subjek penelitian dan akan dilakukan
wawancara langsung kepada informan.
1995: 117). Jenis kuesioner yang dipakai adalah kuesioner tertutup,
yaitu kuesioner yang sudah tersedia jawabannya sehingga responden
tinggal memilih.
III. 5 Analisis Data
Analisa data menggunakan pendekatan kualitatif, dimana silogisme
dibangun berdasarkan pada hal-hal khusus atau data di lapangan dan bermuara
pada kesimpulan-kesimpulan umum. Strategi analisis data kualitatif umumnya
tidak digunakan sebagai alat mencari data dalam arti frekuensi akan tetapi
digunakan untuk menganalisa proses sosial yang berlangsung dan makna dari
fakta-fakta yang tampak dipermukaan.
Dengan demikian, maka analisis data kualitatif digunakan untuk
memahami sebuah proses dan fakta bukan sekedar untuk menjelaskan fakta
tersebut, Burhan Bungin (2007: 143).
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis ke dalam bentuk
penyajian, yaitu:
Analisis Tabel Tunggal
Merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan
variabel ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel
tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom,
sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori (Singarimbun,1995: 226).
III. 6 Waktu Penelitian
III. 7 Model Teoritis
Berdasarkan kerangka konsep yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapat dibuat model teoritis sebagai berikut:
III. 8 Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk
memudahkan penelitian ini perlu dibuat operasional variabel sebagai berikut:
Tabel 1
Operasional Variabel
Varibel Teoritis Variabel Operasional
1. Variabel bebas (X)
Komunikasi Antar Pribadi
a. Stimulus
b. Respon
c. Reaksi
d. Kedekatan
2. Variabel terikat (Y)
Perkembangan kepribadian
a. Arah pandangan mata
b. Gaya bicara
c. Tingkah laku Variabel Bebas (X)
Komunikasi Antar Pribadi