• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Potensi Produksi Padi Di Daerah Irigasi Sungai Ular Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Potensi Produksi Padi Di Daerah Irigasi Sungai Ular Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DI DAERAH IRIGASI

SUNGAI ULAR KECAMATAN PEGAJAHAN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

OLEH:

ROSIANNA SIANTURI 100308054

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ii

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI

SUNGAI ULAR KECAMATAN PEGAJAHAN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

OLEH:

ROSIANNA SIANTURI

100308054/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sumono, MS) Ketua

(3)

ABSTRAK

ROSIANNA SIANTURI: Kajian Potensi Produksi Padi Di Daerah Irigasi Sungai Ular Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai dibimbing oleh SUMONO dan SAIPUL BAHRI DAULAY.

Serdang Bedagai sebagai salah satu daerah lumbung padi di daerah Sumatera Utara yang mempunyai sumber air irigasi dari daerah irigasi Sungai Ular, untuk itu perlu dikaji untuk meningkatkan produksi padinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi di Daerah Irigasi Sungai Ular Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai dalam aras produksi padi yang maksimal, berdasarkan tingkat radiasi matahari, lama waktu pertumbuhan tanaman padi, serta varietas padi yang ditanam. Penelitian ini juga mengkaji mengenai nisbah antara antara lahan irigasi teknis dengan semi teknis dan sederhana serta keandalan jaringan irigasi yang ada.

Dalam kurun waktu 2009-2013 diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa keandalan jaringan irigasi sudah cukup baik. Rata-rata nilai nisbah antara lahan irigasi teknis dengan semi teknis dan sederhana yaitu 0,78 yang menunjukkan bahwa manajemen irigasi sudah cukup baik dan aras pencapain produksi padi mencapai 59,86%.

Kata Kunci: padi, aras produksi, potensi produksi, jaringan irigasi.

ABSTRACT

ROSIANNA SIANTURI: Study of Rice Production Potential Irrigation Area in the Ular River District of Pegajahan Serdang Bedagai guided by SUMONO and SAIPUL BAHRI DAULAY.

Serdang Bedagai as one granary areas in North Sumatra that have a source of irrigation water from the Ular River irrigation area, it needs to be studied to increase rice production. This study aims to assess the potential for rice production in the Ular River Irrigation Area Serdang Bedagai District of Pegajahan the maximum level of rice production, based on the level of solar radiation, the length of time the growth of rice plants, as well as varieties of rice planted. This study also examines the ratio between the technical irrigated land with semi-technical and simple and the reliability of the existing irrigation network.

In the period 2009-2013 obtained results show that the reliability of the irrigation network is good enough. The average value of the ratio between technical irrigated land with semi-technical and simple is 0.78 which indicates that irrigation management is quite good and the achievement levels of rice production reached 59.86%.

(4)

ii

RIWAYAT HIDUP

Rosianna Sianturi dilahirkan di Muara pada tanggal 07 Oktober 1991 dari ayah Lamro Sianturi dan ibu Asminah Saragi. Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA N. 1 Muara dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota di organisasi Ikatan Mahasiswa Keteknikan Pertanian (IMATETA) dan di Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Unit Pelayanan Fakultas Pertanian (UKM KMK UP FP USU).

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari draft ini adalah “Kajian Potensi Produksi Padi Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai” yang merupakan salah satu syarat untuk gelar sarjana skripsi di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sumono, MS dan Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan krtik serta saran yang membangun kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Keteknikan Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga dengan adanya penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Agustus 2014

(6)

DAFTAR ISI

Manfaat Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Irigasi... 6

Tanaman Padi ... 8

Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan ... 11

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Padi ... 13

Potensi Sistem Irigasi Untuk Mendukung Budidaya Padi Sawah ... 15

Aras Pencapaian Produksi Padi... 18

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

Bahan dan Alat Penelitian ... 20

Metode Penelitian ... 20

Pelaksanaan Penelitian ... 20

Parameter Penelitian Pertambahan Berat Kering Tumbuhan ... 22

Lama Waktu Pertumbuhan... 22

Rerata Radiasi Matahari Yang Sampai Dipermukaan Bumi ... 22

Koefisien Konversi Energi Surya ... 22

Luas Lahan Sawah ... 22

Luas Lahan Beririgasi ... 22

Luas Lahan Panen ... 22

Produktivitas Total ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 23

Rerata Radiasi Matahari ... 23

Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan ... 24

Luas dan Perkembangan lahan Irigasi ... 26

Nisbah Antara Luas Penen Dengan Luas Lahan Beririgasi ... 30

Keandalan Jaringan Irigasi ... 31

Aras Pencapaian Produksi Beras ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36

Saran ... 36

(7)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1. Nilai Rerata Radiasi Matahari ... .. 24

Tabel 2. Potensi Produksi Beras Per Satuan Luas Lahan ... 24

Tabel 3. Luas Lahan Beririgasi dan Produksi Padi Sawah ... 26

Tabel 4. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi ... 28

Tabel 5. Nisbah Antara luas Panen Dengan Luas Irigasi ... 30

Tabel 6. Kerusakan Areal Panen (Puso) ... 32

(8)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1. Potensi Produksi Beras Per Satuan Luas Lahan ... 25

Gambar 2. Luas Lahan Beririgasi ... 27

Gambar 3. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi ... 29

Gambar 4. Nisbah Antara luas Panen Dengan Luas Irigasi ... 31

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1. Flowchrt Pelaksanaan Penelitian ... 39

Lampiran 2. Perhitungan Rearata Radiasi Matahari ... 40

Lampiran 3. Perhitungan Potensi Produksi Beras Per Satuan Luas Lahan ... 41

Lampiran 4. Perhitungan Nilai Aras ... 44

Lampiran 5. Nisbah Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi ... 45

Lampiran 6. Pelayanan Jasa Informasi Radiasi Matahari ... 46

Lampiran 7. Luas Baku Lahan Sawah 5 Tahun Terakhir ... 47

Lampiran 8. Luas Panen, Puso dan Produktivitas 5 Tahun Terakhir ... 52

Lampiran 9. Wawacara Petani ... 53

(10)

ABSTRAK

ROSIANNA SIANTURI: Kajian Potensi Produksi Padi Di Daerah Irigasi Sungai Ular Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai dibimbing oleh SUMONO dan SAIPUL BAHRI DAULAY.

Serdang Bedagai sebagai salah satu daerah lumbung padi di daerah Sumatera Utara yang mempunyai sumber air irigasi dari daerah irigasi Sungai Ular, untuk itu perlu dikaji untuk meningkatkan produksi padinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi di Daerah Irigasi Sungai Ular Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai dalam aras produksi padi yang maksimal, berdasarkan tingkat radiasi matahari, lama waktu pertumbuhan tanaman padi, serta varietas padi yang ditanam. Penelitian ini juga mengkaji mengenai nisbah antara antara lahan irigasi teknis dengan semi teknis dan sederhana serta keandalan jaringan irigasi yang ada.

Dalam kurun waktu 2009-2013 diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa keandalan jaringan irigasi sudah cukup baik. Rata-rata nilai nisbah antara lahan irigasi teknis dengan semi teknis dan sederhana yaitu 0,78 yang menunjukkan bahwa manajemen irigasi sudah cukup baik dan aras pencapain produksi padi mencapai 59,86%.

Kata Kunci: padi, aras produksi, potensi produksi, jaringan irigasi.

ABSTRACT

ROSIANNA SIANTURI: Study of Rice Production Potential Irrigation Area in the Ular River District of Pegajahan Serdang Bedagai guided by SUMONO and SAIPUL BAHRI DAULAY.

Serdang Bedagai as one granary areas in North Sumatra that have a source of irrigation water from the Ular River irrigation area, it needs to be studied to increase rice production. This study aims to assess the potential for rice production in the Ular River Irrigation Area Serdang Bedagai District of Pegajahan the maximum level of rice production, based on the level of solar radiation, the length of time the growth of rice plants, as well as varieties of rice planted. This study also examines the ratio between the technical irrigated land with semi-technical and simple and the reliability of the existing irrigation network.

In the period 2009-2013 obtained results show that the reliability of the irrigation network is good enough. The average value of the ratio between technical irrigated land with semi-technical and simple is 0.78 which indicates that irrigation management is quite good and the achievement levels of rice production reached 59.86%.

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia tercatat sebagai negara pengimpor beras pada tahun 1960-an dan sampai tahun 1990 masih dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri melalui kegiatan intensifikasi dan perluasan areal. Namun, mulai tahun 1991 sampai 2007 kebutuhan beras mulai tidak terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan beras secara nasional melalui Departemen pertanian melakukan upaya pencapaian swasembada beras. Mulai tahun 2007 sampai 2009 pemerintah memberikan subsidi pupuk yang cukup tinggi, benih secara cuma-cuma dan kemudahan lainnya untuk meningkatkan produktivitas beras dalam mencapai swasembada beras. Namun, upaya ini belum menghasilkan produksi yang maksimal karena jumlah penduduk yang terus meningkat dan kurangnya pemanfaatan teknologi serta pengetahuan modren yang efisien (Gaybita, 2009).

(12)

hektar. Dengan usaha tersebut, pada awal Pelita IV (1984) Indonesia berhasil mencapai swasembada beras dengan produksi sebesar 24,06 juta ton beras.

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan sebagai sumber energi yang umumnya dikonsumsi masyarakat Indonesia. Hampir separuh penduduk dunia, terutama di Asia menggantungkan hidupnya dari tanaman padi. Begitu pentingnya arti padi sehingga kegagalan panen dapat mengakibatkan gejolak sosial luas. Upaya peningkatan produksi tanaman pangan dihadapkan pada berbagai kendala dan masalah, antara lain kekeringan dan banjir (Supartha, dkk, 2012).

Krisis ekonomi yang menimpa negara kita akhir-akhir ini yang diikuti dengan terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap nilai dollar menyebabkan harga bahan pangan impor menjadi lebih mahal. Untuk menanggulangi masalah tersebut perlu dilakukan peningkatan produksi pangan di dalam negeri. Program-program yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian terutama bahan pangan beras telah dirumuskan oleh pemerintah dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, program-program tersebut meliputi: intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi, dan dever-sifikasi. Akan tetapi di dalam pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian kita dapatkan perbedaan antara hasil nyata yang diperoleh petani dengan hasil potensial yang bisa dicapai oleh petani atau disebut dengan yield gap (Mahananto, 2009).

(13)

menggunakan metode irigasi yang layak dan tepat pelaksanaanya, waktu dan pengaplikasian air yang benar dan pengangkutan air irigasi yang tepat sehingga meminimalkan air terbuang, sehingga dengan cara ini dapat membuat produksi pertanian meningkat.

Tanah dalam kondisi alamiah selalu mengandung air. Tanaman dapat tumbuh dengan mengabsorbsi air itu. Supaya tanaman dapat bertumbuh dengan baik, maka di samping air, pemberian pupuk dan penanaman, tanah itu harus berada dalam kondisi baik (menguntungkan). Pemberian air yang cukup adalah yang paling utama yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman mencoba mengabsorbsi kadar air secukupnya dari tanah untuk pertumbuhan. Jadi yang terpenting untuk tanaman itu ialah bahwa air dalam tanah itu berada dalam keadaan yang mudah diabsorbsi (Sosrodarsono, 2003).

Dumairy (1992) menyatakan bahwa irigasi adalah usaha pengadaan dan pengaturan air secara buatan, baik air tanah maupun air permukaan, untuk menunjang pertanian. Ruang lingkup atau bidang tugas irigasi meliputi empat pekerjaan pokok sebagai berikut :

1. Pengadaan/pengembangan sumber-sumber air alamiah dan penggunaannya

2. Pengaliran air dari daerah sumber ke areal pertanian yang membutuhkan 3. Pemberian dan pembagian air areal pertanian sampai ke tingkat usaha tani 4. Pembuangan kelebihan air dari areal pertanian secara teratur dan

terkendali (drainasi).

(14)

4

pertanian. Meskipun curah hujan mungkin tersedia untuk pertumbuhan tanaman pada tahun-tahun yang normal, telah diketahui melalui berbagai pengalaman yang mahal bahwa waktu yang pendek tanpa curah hujan telah merusak tanam-tanaman yang akhirnya merugikan petani (Hansen, 1992).

Menurut Sosrodarsono (2003) irigasi adalah penambahan kadar air tanah secara buatan yakni dengan memberikan air secara sistematis pada tanah yang diolah. Sebaliknya pemberian air yang berlebihan pada tanah yang diolah akan merusakkan tanaman. Irigasi adalah menyalurkan air yang perlu untuk pertumbuhan tanaman ke tanah yang diolah dan mendistribusikannya secara sistematis. Perancangan irigasi disusun terutama berdasarkan kondisi-kondisi meteorologi di daerah bersangkutan dan kadar air yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Kondisi-kondisi meteorologi yang sangat erat bersangkutan dengan perancangan irigasi adalah suhu udara/atmosfer dan curah hujan. Oleh suhu udara yang tinggi, evapotranspirasi dari tanah yang diolah dan dari daun-daunan meningkat, sehingga tanaman memerlukan air yang banyak. Jika curah hujan itu banyak, maka keperluan irigasi sedikit. Akan tetapi, jika distribusi curah hujan selama periode pertumbuhan tanaman tidak merata, maka meskipun curah hujan tahunan itu banyak, akan dibutuhkan juga irigasi selama periode kekurangan air.

(15)

irigasi untuk kawasan pertanian di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km2 (190.022 Ha) yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan. Ibu kota Kabupaten Serdang Bedagai adalah Sei Rampah. Salah satu dari 17 kecamatan itu adalah kecamatan Pegajahan yang merupakan penghasil beras yang cukup banyak di Kabupaten Serdang Bedagai. Namun sampai saat ini belum diketahui apakah potensi produksi padi pada Kecamatan Pegajahan sudah mencapai produktivitas padi yang tinggi.

Tujuan Penelitian

Penelitan ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi pada daerah irigasi Sungai Ular Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dalam pengembangan dan peningkatan produksi padi bagi masyarakat.

2. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi pendukung bagi mahaasiswa yang melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kajian produksi padi.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Irigasi

Dari segi konstruksi jaringan irigasinya, Pasandaran (1991) dalam Susanto, dkk (2006) mengklasifikasikan sistem irigasi menjadi empat jenis yaitu:

1. Irigasi sederhana

Adalah sistem irigasi yang sistem konstruksinya dilakukan dengan sederhana, tidak dilengkapi dengan pintu pengatur dan alat pengukur sehingga air irigasinya tidak teratur dan tidak terukur, sehingga efisiensinya menjadi rendah.

2. Irigasi setengah teknis

Adalah suatu sistem irigasi dengan konstruksi pintu pengatur dan alat pengukur pada bengunan pengambilan (head work) saja, sehingga air hanya teratur dan terukur pada bangunan pengambilan saja dengan demikian efisiensinya sedang.

3. Irigasi teknis

Adalah suatu sistem irigasi yang dilengkapi dengan alat pengukur dan pengatur air pada bangunan pengambilan, bagunan bagi, dan bangunan sadap sehingga air terukur dan teratur sampai bangunan bagi dan sadap, diharapkan efisiensinya tinggi.

4. Irigasi teknis maju

(17)

Irigasi adalah proses aplikasi buatan air ke permukaan tanah untuk pertumbuhan tanaman di bidang pertanian. Secara praktis dalam penanaman dan merancang sistem pasokan air untuk lahan pertanian untuk melindungi tanaman dari efek buruk dari kekeringan atau curah hujan yang rendah. Hal tersebut termasuk pembangunan bendung, bendungan, dan sistem kanal untuk pasokan reguler dari sumber air ke lahan (Basak, 1999).

Saluran irigasi di daerah teknis dibedakan menjadi saluran irigasi pembawa dan saluran pembuang. Ditinjau dari jenis dan fungsinya saluran irigasi pembawa dapat dibedakan menjadi saluran primer, sekunder, tersier, serta kuarter. Ditinjau dari letak saluran irigasi pembawa dapat pula dibedakan menjadi saluran garis tinggi/kontur dan saluran garis punggung. Saluran garis tinggi yaitu saluran yang ditempatkan sejurusan dengan garis tinggi/kontur. Saluran garis punggung yaitu saluran yang ditempatkan pada punggung medan. Pada saluran pembawa, dapat dibuat saluran tanpa pasangan dan saluran dengan pasangan (Mawardi, 2007).

Irigasi untuk padi mempunyai tujuan untuk memberi yang cukup dan stabil ke persawahan untuk menjamin produksi padi. Dalam pemilihan irigasi ada tiga jenis cara irigasi yaitu:

1. Irigasi aliran yang kontiniu

(18)

8

2. Irigasi terputus-putus

Cara ini adalah cara yang memberikan air terputus-putus pada interval tertentu selama beberapa hari. Cara ini diterapkan pada daerah yang air irigasi berlimpah dan air itu dapat ditahan dengan baik.

3. Irigasi aliran balik (return flow irrigation)

Cara ini adalah cara yang mempertinggi penggunaan berulang-ulang yang kadang-kadang dilaksanakan di daerah-daerah yang kekurangan air irigasi (Sosrodarsono, 2003).

Irigasi merupakan salah satu faktor utama dalam menunjang keberhasilan produksi padi. Ketersediaan air irigasi secara cukup yang dapat dikendalikan pada waktu yang tepat di sawah-sawah petani dapat dipenuhi dengan sistem irigasi yang baik dan teratur. Selain itu, pembangunan dan perbaikan irigasi yang meliputi semua jaringan (jaringan utama dan tersier) perlu dilakukan.

Tanaman Padi

Padi (Oriyza sativa L.) tumbuh baik di daerah tropis maupun sub-tropis. Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Oleh karena air menggenang terus menerus maka tanah sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah lempung. Untuk kebutuhan air tersebut, diperlukan sumber mata air yang besar, kemudian ditampung dalam bentuk waduk (danau). Dari waduk inilah sewaktu – waktu air dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padi sawah (Suparyono dan Setyono, 1997).

(19)

beriklim panas yang lembab. Pengertian ini menyangkut curah hujan, temperatur, ketinggian tempat, sinar matahari, angin dan musim.

1. Curah Hujan

Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500-2000 mm. Curah hujan yang baik akan membawa dampat positif dalam pengairan, sehingga penggenangan air yang diperlukan tanaman padi di sawah dapat tercukupi.

2. Temperatur (Suhu)

Suhu mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan tanaman. Suhu yang panas merupakan temperatur yang sesuai bagi tanaman padi, misalnya daerah tropika yang dilalui garis khatulistiwa sepert negara kita ini. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 230C ke atas, sedangkan negara di Indonesia pengaruh suhu tidak terasa, sebab suhunya hampir konstan sepanjang tahun. Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi yaitu kehampaan pada biji.

3. Tinggi tempat

a. Daerah antara 0-650 meter dengan suhu antara 26,50C-22,50C termasuk 96% dari luas tanah di Jawa, cocok untuk tanaman padi.

b. Daerah antara 650-1500 meter dengan suhu antara 22,50C-18,70C masih cocok untuk tanaman padi.

4. Sinar matahari

(20)

10

samping itu, sinar matahari diperlukan untuk berlangsungnya proses fotosintesis, terutama pada saat tanaman berbunga sampai proses pemasakan buah. Proses pembungaan dan kemasakan buah berkaitan erat dengan intensitas penyinaran dan keadaan awan.

5. Angin

Angin mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap tanaman padi. Pengaruh positifnya, terutaman pada proses penyerbukan dan pembuahan. Tetapi angin juga berpengaruh negative, karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau jamur dapat ditularkan oleh angin, dan apabila terjadi angin kencang pada saat tanaman berbunga, buah dapat menjadi hampa dan tanaman roboh. Hal ini akan lebih terasa lagi apabila penggunaan pupuk N berlebihan, sehingga tanaman tumbuh terlalu tinggi.

6. Musim

Musim berhubungan erat dengan hujan yang berpengaruh di dalam penyediaan air, dan hujan dapat berpengaruh terhadap pembentukan buah (ingat penyerbukan dan pembuahan) sehingga sering terjadi bahwa penanaman padi pada musim kemarau mendapatkan hasil yang lebih tinggi daripada penanaman padi pada musim hujan, dengan catatan apabila pengairan baik.

(AAK, 1992).

Pertumbuhan tanaman padi dibagi dalam tiga fase yaitu:

(21)

dan luas daun. Lama fase ini beragam, yang menyebabkan adanya perbedaan umur tanaman.

2. Fase reproduktif (primordial sampai pembungaan). Fase ini ditandai dengan memanjangnya beberapa ruas teratas batang tanman, berkurangnya jumlah anakan (matinya anakan tidak produktif), munculnya daun bendera, bunting dan pembungaan. Di daerah tropis, untuk kebanyakan varietas padi lama fase reprroduktif adalah 35 hari.

3. Fase pematangan (pembungaan sampai gabah matang). Lamanya fase ini sekitar 30 hari.

(Makarim dan Suhartatik, 2013).

Dalam budidaya padi, perlu diperhatikan faktor-faktor penentu keberhasilan, diantaranya syarat tumbuh, pH tanah, bibit tanaman, serta cara mengendalikan hama dan penyakit tanaman padi. Lokasi budidaya padi dan syarat tumbuh tanaman perlu diketahui untuk menentukan varietas maupun pengendalian hama dan penyakit. Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan antara 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun, ketinggian tempat optimal 0-1500 m dpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman 23°C. Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan. Budidaya padi sawah dapat dilakukan di segala musim. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman padi. Saat musim kemarau, air harus tersedia untuk meningkatkan produksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah mengandung pasir, debu, maupun lempung (Kurnianti, 2013).

Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan

(22)

12

yang tidak dapat dilampaui tanpa merubah set sistem produksi itu sendiri. Sampai dengan satu dasawarsa yang akan datang secar pasti dapat ditetapkan bahwa energi surya yang dapat sampai di permukaan bumi (incedent solar radiation) akan merupakan faktor penentu nilai batas produktivitas lahan akan budidaya sawah.

Menurut Yoshida (1983) dalam Jurnal Teknik Pertanian Pusposutardjo (1991) secara kasar produksi maksimum padi yang ditentukan oleh faktor pembatas energi radiasi surya yang sampai di bumi dapat dihitung dengan rumus:

W = Eu x T x Rs

K x 10

4 gm/m2 ... (1)

dengan :

W = pertambahan berat kering tumbuhan T = lama waktu pertumbuhan (hari)

Rs = rerata radiasi matahari yang sampai di permukaan bumi (kal/cm2, hari)

K = tetapan (kal/gr)

Eu = koefisien konversi energi surya.

Untuk kawasan tropis, Yoshida (1983) dalam Jurnal Teknik Pertanian Pusposutardjo (1991) menyarankan nilai Eu (dengan kemampuan konversi energi

surya dari tanaman padi tengahan sampai tinggi seperti varietas unggul) sebesar 0,025 (2,5 %), lama waktu pengisian bulir sampai masak (T) = 25 hari, K= 4000 kal/g. Nilai Rs dapat diperhitungkan dengan memakai rumus empiris Hargraeves

(Hansen, et al, 1980):

Rs = 0,10 Rso (S)1/2 kal/cm2hari ... (2) dengan :

(23)

S = persen lama penyinaran

Nilai W (ku/ha) merupakan nilai karbohidrat (hasil fotosintesis) bersih yang dihasilkan. Kalau niai W dianggap merupakan berat beras, maka dengan memakai konversi 0,50 dari gabah kering giling ke beras akan diperoleh produksi/ha padi kering giling.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Padi

Salah satu cara untuk meningkatkan potensi produksi pertanian adalah dengan menggunakan irigasi yang efisien. Sumber air dan lahan yang menguntungkan dalam irigasi pertanian adalah salah satu yang penting dalam memajukan pertanian. Dengan menggunakan metode irigasi yang layak dan tepat pelaksanaanya, waktu dan pengaplikasian air yang benar dan pengangkutan air irigasi yang tepat sehinga meminimalkan air terbuang. Dan cara ini dapat membuat produksi pertanian meningkat (Mandal and Jana, 2000).

Upaya untuk meningkatkan produksi pertanian (padi) telah banyak dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan perguruan tinggi. Akan tetapi didalam pelaksanaannya diperoleh fakta bahwa hasil potensial produksi padi berbeda dengan hasil nyata yang diperoleh petani. Perbedaan hasil ini secara garis besar disebabkan oleh dua faktor yaitu:

(24)

14

Dimana faktor non-teknis dan faktor teknis tersebut akan mempengaruhi pertimbangan petani sebagai menajer untuk mengambil keputusan dalam penggunaan input seperti bibit, pupuk, tenaga kerja, dan obat-obatan. Dengan demikian faktor-faktor non-teknis dan faktor teknis bekerja secara simultan (besama-sama) akan menentukan petani dalam penggunaan pupuk, tenaga kerja efektif, dan obat-obatan yang akan menetukan tingkat produksi dan produktivitas usahatani padi sawah (Mahananto, dkk, 2009).

Salikin (2003) dalam Supartha, dkk (2012) menyatakan salah satu upaya peningkatan produktivitas tanaman padi adalah dengan mencukupkan kebutuhan haranya. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak selalu mencukupi untuk memacu pertumbuhan tanaman secara optimal. Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan peranan pupuk kimia tersebut menjadi tidak efektif. Kurang efektifnya peranan pupuk kimia dikarenakan tanah pertanian yang sudah jenuh oleh residu sisa bahan kimia. Selama ini petani cenderung menggunakan pupuk anorganik secara terus-menerus. Pemakaian pupuk anorganik yang relatif tinggi dan terus-menerus dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan tanah, sehingga menurunkan produktivitas lahan pertanian.

(25)

besar terhadap peningkatan produksi padi. Karena irigasi sangan menguntungkan bagi tanaman pada musim kemarau baik dari segi luas areal yang ditanami maupun hasil yang dicapai.

Potensi Sistem Irigasi Untuk Mendukung Budidaya Padi Sawah

Menurut Asnawi dalam Varley (1995) potensi beririgasi di Indonesia ditandai oleh keanekaragaman kondisinya baik dari segi haikat sumber utama irigasi, tingkat pengaturan air, luas jaringan irigasi, maupun struktur organisasi. Tidak ada dasar empiris yang memuaskan untuk menaksir besarnya kontribusi investasi irigasi di masa lalu terhadap peningkatan penyediaan beras. Konsekuensinya adalah bahwa berbagai keputusan tentang investasi di masa mendatang akan dibuat dalam kondisi yang sangat tidak pasti. Irigasi telah membantu mendorong pemakaian varietas padi yang responsif terhadap pemupukan dan lebih peka terhadap kekurangan air dari pada jenis yang tradisional.

Kinerja jaringan irigasi ditentukan oleh empat anasir utama, yaitu keadaan fisik jaringan, kemampuan pengoperasian jaringan oleh petugas (personil Dinas Pengairan, PU), petani pemanfaat air, dan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang mengingat pengoperasian dan pemanfaatan. Ke empat anasir tersebut beserta proses kegiatannya dinamakan sebagai sistem irigasi.

(26)

16

a. Luas dan perkembangan lahan irigasi

Menurut Pusposutardjo (1991) luas lahan beririgasi adalah luas lahan yang dirancang untuk dapat diberi air irigasi di dalam suatu daerah irigasi (DI). Ada tiga hal yang menarik selama empat kali Pelita tentang analisi luas dan perkembangan lahan irigasi di Indonesia, yaitu:

1. Wirosoemarto (1983) dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa biaya pembangunan jaringan irigasi perkesatuan luas yang cenderung naik. Kecenderungan akan naiknya biaya pembangunan jaringan irigasi ternyata tidak hanya semata-mata disebabkan oleh karena faktor perkembangan moneter, tetapi juga disebabkan oleh faktor kesulitan teknis konstruksi yang terus meningkat sebagai akibat keterbatasan air dan lahan.

2. Di Jawa pertambahan luas lahan irigasi teknis ternyata diikuti dengan menurunnya luas lahan irigasi semi teknis dan irigasi sederhana. Bila perubahan luas lahan klas irigasi dihubungkan dengan nisbah luas lahan antar klas irigasi maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan jaringan irigasi di Jawa dimaksudkan untuk lebih bersifat peningkatan mutu kemampuan pelayanan (pengelolaan air) dibandingkan dengan bertambah luasnya kemampuan pelayanan.

(27)

Jenis irigasi teknis merupakan kategori utama dipandang dari segi luas sawah yang teririgasi melalui jaringan primer, sekunder, dan tersier yang biasanya bersumber dari sungai. Irigasi teknis lebih berkaitan dengan bangunan-bangunan permanen dan pintu-pintu pengendali yang menghubungkan saluran-saluran menurut tingkatannya dibandingkan irigasi semi-teknis. Menurut Pusposutardjo (1991) luas lahan irigasi teknis dapat dihitung dengan rumus: Nisbah Luas Lahan Irigasi Teknis

……….(3)

b. Nisbah Antara Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi

Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa nisbah antara luas panen dengan luas lahan beririgasi dapat dipakai sebagai petunjuk kemampuan pelayanan jaringan irigasi sebagai sarana budidaya padi dilahan sawah. Apabila nilai nibah selalu dibawah 2, hal ini berarti bahwa sasaran 2 x tanam padi dapat tercapai. Untuk Indonesia secara keseluruhan ternyata perkembangan luas lahan irigasi tidak dapat secara proposional diimbangi dengan luas panen.

c. Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah

(28)

18

Pusposutardjo (1991) mengemukakan bahwa keandalan fungsional jaringan irigasi dapat pula ditentukan oleh manajemen irigasinya. Varley (1995) mengemukakan bahwa kemajuan pembangunan fisik jaringan irigasi di Indonesia tidak diimbangi dengan kemajuan manajemen irigasinya. Kenyataan di lapangan banyak jaringan irigasi yang tidak berfungsi dengan baik, terjadi kebocoran dalam penyaluran dan pemberian air, lemahnya perawatan dan pemeliharaan jaringan irigasi, distribusi air yang tidak merata, serta jadwal giliran pemakaian air yang yang tidak tertib.

Beberapa kendala dalam meningkatkan keandalan jaringan irigasi dalam stabilisasi produk padi sawah, antara lain:

1. sumber air irigasi umumnya berasal dari air limpasan yang diambil dengan bendung ( run off on the river system)

2. sistem irigasi yang ada dirancang untuk dioperasikan atas dasar jadwal waktu operasi yang tetap sedangkan pasok air hujan berlangsung secara stokhastik

3. perubahan lingkungan yang mempengaruhi sifat hubungan hujan-limpasan berlangsung cepat

4. keterbatasan data dan sarana pengumpulan data klimatologi dan hidrologi yang sangat menentukan berhasilnya pencapaian funsional jaringan

(Pusposutardjo, 1991).

Aras Pencapaian Produksi Padi

(29)

teoritis produksi padi/ha (rerata produksi maksimum) berarti bahwa aras produksi telah mencapai 90,2 %. Angka ini menunjukkan nilai produksi yang sangat tinggi dan produksi yang sangat tinggi dan penerapan teknologi yang sangat efisien (Pusposutardjo, 1991).

(30)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan dari bulan April sampai Juni 2014 di daerah irigasi Sungai Ular di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian yaitu data produksi padi, data luas irigasi, data luas panen, data rerata radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi, data lamanya waktu pertumbuhan padi yang diperoleh dari petani di tempat penelitian dengan metode wawancara, alat tulis, kamera dan komputer.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah observasi lapangan. Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan petani di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. Data sekunder diperoleh dari dinas/lembaga pemerintah terkait antara lain: Dinas pertanian Kabupaten serdang Bedagai, Unit Pelaksana Teknis Sungai Ular Dinas PSDA Provinsi Sumatera Utara dan Badan Metorologi, Klimatologi, dan Geofisika provinsi Sumatera Utara.

Pelaksanaan Penelitian

(31)

1. Pertambahan Berat Kering Tumbuhan

Dihitung dengan menggunakan persamaan (1) 2. Lama Waktu Pertumbuhan

Lama waktu pertumbuhan yaitu lamanya waktu bulir padi terisi sampai padi siap panen, ditentukan dengan metode wawancara dengan petani dan dari studi literatur.

3. Rerata Radiasi Matahari Yang Sampai Dipermukaan Bumi Dihitung dengan menggunakan persamaan (2)

4. Koefisien Konversi Energi Surya

Yoshida dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa koefisien konversi energi surya untuk kawasan tropis sebesar 0,025

5. Luas Lahan Beririgasi

Luas lahan beririgasi diperoleh dari Unit Pelaksana Teknis Sungai Ular Dinas PSDA Provinsi Sumatera Utara

6. Luas Lahan Panen

Luas lahan panen merupakan perkalian antara luas lahan beririgasi dengan frekuensi waktu panen

7. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi 5 Tahun Terakhir

Perkembangan luas lahan beririgasi 5 tahun terakhir diperoleh dari Unit Pelaksana Teknis Sungai Ular Dinas PSDA Provinsi Sumatera Utara dan dihitung dengan persamaan (3)

(32)

22

9. Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah berdasarkan perkembangan kerusakan areal panen minimal dalam 5 tahun terakhir.

10.Aras Produksi Padi

Dibandingkan antara potensi produksi padi dengan hasil pengukuran/ data produksi padi dilapangan.

Parameter Penelitian

Adapun parameter penelitian ini yaitu: 1. Pertambahan Berat Kering Tumbuhan 2. Lama Waktu Pertumbuhan

3. Rata-Rata Radiasi Matahari 4. Koefisien Konversi Energi Surya 5. Luas Lahan Sawah

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kecamatan Pegajahan adalah bagian dari wilayah Kabupaten Serdang Bedagai, dimana sebelumnya tergabung dengan Kecamatan Perbaungan. Sejak disahkannya Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2006, tentang Pembentukan Kecamatan Pegajahan, Kecamatan Sei Bamban, Kecamatan Tebing Syahbandar, dan Kecamatan Bintang Bayu. Kecamatan Pegajahan bersama kecamatan pemekaran lainnya diresmikan oleh Bapak Menteri Dalam Negeri pada tanggal 7 Januari 2007 (Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai, 2012).

Irigasi untuk lahan pertanian di Kecamatan Pegajahan berasal dari Daerah Irigasi (DI) kawasan Buluh. Kawasan DI Buluh merupakan suatu kawasan yang berada di dearah Irigasi Sungai Ular. Kawasan ini terletak di Kecamatan Teluk Mengkudu yang mengairi lahan pertanian di Kecamatan Pegajahan, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kecamatan Tanjung Beringin, dan Kecamatan Sei Rampah (UPT PSDA Belawan Padang, 2014).

Kecamatan Pegajahan mempunyai luas areal sawah tahun 2009-2012 1.472 Ha (irigasi teknis 651 Ha, irigasi semi teknis 815 Ha dan irigasi sederhana 6 Ha) dan pada tahun 2013 berkurang menjadi 1.464 Ha (irigasi teknis 643 Ha, irigasi semi teknis 815 Ha dan irigasi sederhana 6 Ha). Kecamatan ini terdiri dari 13 desa. (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten serdang Bedagai, 2014).

Rerata Radiasi Matahari

(34)

24

dapat dilihat pada Tabel 1. Apabila lama waktu pertumbuhan (T) 30 hari, maka nilai pertambahan berat kering tanaman (W) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Nilai Rerata Radiasi Matahari 5 Tahun Terakhir Kecamatan Pegajahan

No. Tahun Rerata radiasi matahari (kal/cm2, hari)

Sumber: BBMKG Wilayah I Medan (2014).

Nilai Rs sangat berpengaruh terhadap produktivitas lahan padi sawah. Karena radiasi matahari sangat penting dalam tahap pemasakan biji, pengisian gabah dan pembungaan tanaman padi. Hal ini sesuai dengan literatur Yang et al. (2008) dalam Satoto, dkk (2013) yang menyatakan bahwa radiasi sinar matahari pada fase pemasakan biji, akumulasi biomassa khususnya pada saat pengisian gabah, kapasitas produksi sink per unit biomassa dan saat pembungaan merupakan faktor kritis yang menyebabkan senjang hasil antara musim kemarau dan musim hujan pada ekosistem lahan sawah irigasi.

Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan

Potensi produksi padi per satuan luas lahan di Kecamatan Pegajahan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 1.

Tabel 2. Potensi Produksi padi Per Satuan Luas Lahan 5 Tahun Terakhir Kecamatan Pegajahan

(35)

karbohidrat (hasil fotosintesis) bersih yang dihasilkan. Apabila nilai W dianggap merupakan berat beras, maka dengan menggunakan konversi 0,50 dari gabah kering giling ke beras maka akan diperoleh potensi produksi/ha padi kering giling yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 1. Potensi Produksi Beras Per Satuan Luas Lahan Kecamatan Pegajahan

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa potensi produksi padi/ha pada tahun 2009 – 2010 mengalami penurunan, tahun 2010 – 2012 mengalami peningkatan dan tahun 2013 mengalami penurunan lagi. Hal ini diakibatkan oleh rerata radiasi matahari yang sampai di permukaan bumi tidak sama setiap tahunnya. Semakin tinggi radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi maka akan semakin tinggi potensi produksi padi/ha akan budidaya padi sawah. Pada tahun 2012 mempunyai nilai Rs yang tertinggi yaitu 259,54 kal/cm2, hari (dapat dilihat pada Tabel 1) akan mempunyai potensi produksi padi/ha yang tertinggi juga yaitu 97,33 kw/ha (dapat dilhat padaTabel 2). Tinggi rendahnya nilai Rs akan berpengaruh terhadap potensi produksi padi yang dihasilkan padi sawah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Menurut Pusposutardjo (1991) energi surya yang sampai ke permukaan bumi setiap tahunnya merupakan faktor penentu nilai batas produktivitas lahan akan budidaya padi pada suatu daerah.

80

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(36)

26

Di samping itu potensi produksi padi juga dipengaruhi oleh lama waktu pengisian bulir padi. Rumus Yoshida (1983) dalam Jurnal Teknik Pertanian Pusposutardjo (1991) menunjukkan bahwa makin lama waktu pengisian bulir, makin besar berat kering tanaman.

Luas dan Perkembangan Lahan Irigasi

Perkembangan luas lahan irigasi pada daerah irigasi Sungai Ular 5 tahun terakhir di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai secara keseluruhan dicantumkan dalam Tabel 3 dan Gambar 2 dan rincian perkembangan luas lahan irigasi menurut kelas irigasinya dapat dicantumkan pada Tabel 4 Gambar 3. Tabel 3. Luas Lahan Beririgasi dan Produksi Padi Sawah 5 Tahun Terakhir

Kecamatan Pegajahan

No. Tahun Produkvitas (Kw/Ha) Luas Lahan Beririgasi (Ha)

1. 2009 49,13 1.472

2. 2010 49,38 1.472

3. 2011 54,00 1.472

4. 2012 55,49 1.472

5. 2013 55,91 1.464

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Serdang Bedagai (2014).

(37)

Gambar 2. Luas Lahan Beririgasi sawah Kecamatan Pegajahan

Di samping itu kenaikan produktivitas juga karena pemeliharaan dan pengelolaan jaringan irigasi yang semakin meningkat dari pemerintah dan petani. Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa kinerja jaringan irigasi sangat tergantung pada cara eksploitasi, pemeliharaan jaringan irigasi dan pengelolaan air yang ditentukan oleh empat anasir utamanya yaitu: keadaan fisik jaringan, kemampuan pengoperasiaan jaringan oleh petugas (Dinas Pengairan, PU), petani pemakai air dan ketentuan-ketentuan dalam pengoperasian dan pemanfaatan air.

Dalam hal ini peranan para petani sawah khususnya petani pemakai air irigasi sawah dituntut untuk memahami pendisribusian air sesuai standar kebutuhan tanaman. Oleh karena itu untuk menguatkan kapasitas pengetahuan, keterampilan bagi petani sawah, Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai melalui Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) memberikan bimbingan dan pelatihan kepada jajaran kelompok Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) dan dinas terkait (Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, 2014).

Di Kecamatan Pegajahan terdapat lima desa yang mempunyai P3A yaitu desa Pegajahan, Lestari Dadi, Petuaran Hulu, Petuaran Hilir dan Bingkat dan

48

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(38)

28

nama GP3A (Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air) di Kecamatan Pegajahan adalah ‘SEPAKAT’ (UPT PSDA Belawan Padang, 2014).

Tabel 4. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi 5 Tahun Terakhir Kecamatan Pegajahan

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Serdang Bedagai (2014).

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa nisbah luas lahan irigasi teknis dengan luas lahan irigasi semi teknis + sederhana tahun 2009-2012 tidak ada perubahan, tetapi nisbah luas lahan irigasi teknis pada tahun 2013 mengalami penurunan yang diakibatkan oleh berkurangnya luas lahan irigasi teknis tetapi luas lahan irigasi 1/2 teknis dan irigasi sederhana tidak ada perubahan.

(39)

Gambar 3. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi Kecamatan Pegajahan

Analisis tentang luas dan perkembangan irigasi di Kec. Pegajahan Kab. Serdang Bedagai selama 5 tahun terakhir (2009-2013) antara lain:

1. Pada Gambar 3 dapat dilihat tidak ada perubahan luas lahan irigasi pada daerah irigasi sungai Ular Kec. Pegajahan tahun 2009-2012 kecuali pada tahun 2013 luas lahan irigasi mengalami penurunan.

2. Di luar Jawa (Sumatera) masih ada potensi untuk meningkatkan nisbah antara luas lahan irigasi teknis dengan luas lahan irigasi semi teknis dan irigasi sederhana. Pada Tabel 4 dapat dilihat luas lahan irigasi semi teknis dan luas lahan irigasi sederhana masih tergolong tinggi sehingga ada potensi untuk mengembangkan irigasi semi teknis dan irigasi sederhana menjadi irigasi teknis yang akan meningkatkan nilai nisbah irigasi teknis dengan irigasi semi teknis dan irigasi sederhana. Sehingga pengembangan irigasi mengarah pada potensi untuk perluasan areal pelayanan dan peningkatan mutu pelayanan irigasi yang diupayakan dengan peningkatan kelas irigasinya.

0

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(40)

30

Nisbah Antara Luas Penen Dengan Luas Lahan Beririgasi

Perkembangan kemampuan pelayanan jaringan irigasi secara umum dinilai atas perkembangan luas panen yang dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 4. Tabel 5. Nisbah Antara luas Panen Dengan Luas lahan Irigasi 5 Tahun Terakhir

Kecamatan Pegajahan

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Serdang Bedagai (2014).

Pada Tabel 5 dapat dilihat luas panen berkurang tahun 2009-2011 dengan luas irigasi yang tetap dan luas panen meningkat tahun 2012-2013 meskipun tahun 2013 luas lahan beririgasi berkurang. Hal ini disebabkan oleh pemanfaatan lahan sawah dari tahun ke tahun semakin intensif. Varley (1995) menyatakan bahwa luas areal panen dapat bertambah karena pemanfaatan lahan yang lebih intensif atau karena perluasan areal sawah beririgasi yang digunakan.

(41)

berarti bahwa sasaran 2 x tanam padi per tahun di lahan sawah beririgasi dapat tercapai dan usaha pemerintah dan petani untuk meningkatkan hasil panen dapat tercapai dengan cara memperhatikan pengolahan lahan, bibit, dan penyuluhan yang diadakan pemerintah untuk petani padi sawah.

Gambar 4. .Nisbah Antara luas Panen Dengan Luas Lahan Irigasi Kecamatan Pegajahan

Kecenderungan kenaikan kemampuan pelayanan jaringan irigasi 5 tahun terakhir di Kecamatan Pegajahan dapat dilihat dengan meningkatnya nisbah anatara luas panen dengan luas lahan lahan beririgasi dari 1 x tanam per tahun menjadi 2 x tanam per tahun. Menurut Pusposutardjo (1991) dalam nisbah antara luas lahan panen dengan luas lahan beririgasi dapat dipakai sebagai petunjuk kemampuan pelayanan jaringan irigasi sebagai sarana budidaya padi di lahan sawah. Berdasarkan data di atas bahwa secara umum pelayanan irigasi di Kecamatan Pegajahan dalam 2 tahun terakhir cukup baik.

Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produk Padi Sawah

Keandalan jaringan irigasi berdasarkan perkembangan kerusakan areal panen (puso) 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 6.

0

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(42)

32

Tabel 6. Kerusakan Areal Panen (Puso) 5 Tahun Terakhir Kecamatan Pegajahan

No. Tahun Produktivitas (kw/ha) Puso (ha)

1. 2009 49,13 0

2. 2010 49,38 0

3. 2011 54,00 0

4. 2012 55,49 0

5. 2013 55,91 0

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Serdang Bedagai (2014).

Produktivitas dari tahun ke tahun yang cenderung meningkat menunjukkan jaringan irigasi sudah mampu mengatasi masalah musim kemarau dan luas kerusakan panen yang hampir tidak ada (Tabel 6) dan keandalan jaringan irigasi di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai untuk menunjang stabilisasi produksi padi sawah sudah maksimal. Hal ini sesuai dengan literatur Pusposutardjo (1991) yang menyatakan bahwa fluktuasi luas panen per satuan luas lahan irigasi merupakan salah satu indikator keandalan fungsional jaringan irigasi terhadap perubahan iklim. Pada daerah ini luas lahan yang dapat dibudidayakan padi sawah 2 x masa tanam setahun selama kurun waktu 2012 – 2013 meningkat dibandingkan tahun 2009 – 2011 yang masih 1 x setahun.

(43)

Aras Pencapaian Produksi Padi

Aras pencapaian produksi padi di Kecamatan Pegajahan selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 5. Dengan membandingkan produktivitas lahan yang didapat dari data sekunder dengan nilai W (nilai teoritis) yang didapat dengan menggunakan rumus Yoshida (1983) maka akan didapat aras pencapaian produksi padi 5 tahun terakhir seperti dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 5 .

Tabel 7. Aras Pencapaian Produksi Padi 5 Tahun Terakhir Kecamatan Pegajahan

No. Tahun Potensi Produksi Padi

(*) Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai (2014).

(44)

34

Kemampuan tanaman memanfaatkan air bergantung kepada ketersediaan air dan kebutuhan yang sesuai dengan fase-fase pertumbuhan tanaman. Pada padi beririgasi pemakaian air dalam jumlah yang sesuai secara terkendali dan tepat waktu disertai dengan drainase yang efektif merupakan persyaratan pemanfaatan air dan produksi maksimal dari berbagai varietas padi. Dengan 2x tanam setahun irigasi tidak menjadi kendala. Faktor lain dalam meningkatan produksi padi disamping air irigasi sebagai sarana produksi, juga perlu diimbangi dengan sarana produksi lainnya seperti pupuk, peptisida, dan zat perangsang tumbuh, peningkatan pengetahuan sumberdaya manusia dan memberdayakan kembali organisasi kelompok tani yang ada (Sumono, 2012)

Gambar 5. Aras Pencapaian Produksi Beras Kecamatan Pegajahan

Aras pencapaian produksi padi di daerah ini masih dapat ditingkatkan dengan melakukan intensifikasi (usaha untuk meningkatkan hasil pertanian dengan mengoptimalkan lahan yang sudah ada), memberikan penyuluhan secara langsung kepada petani untuk meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia dan memperkenalkan teknologi tanaman dan perangkatnya kepada petani.

56

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

A

ra

s (%)

(45)
(46)

KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Kecamatan Pegajahan mempunyai luas areal sawah tahun 2009-2012 1.472 Ha (irigasi teknis 651 Ha, irigasi semi teknis 815 Ha dan irigasi sederhana 6 Ha) dan pada tahun 2013 berkurang menjadi 1.464 Ha (irigasi teknis 643 Ha, irigasi semi teknis 815 Ha dan irigasi sederhana 6 Ha).

2. Lama waktu pertumbuhan pada derah ini adalah 30 hari .

3. Berat beras bersih yang dihasilkan di Kecamatan Pegajahan 5 tahun terakhir yaitu 43,39 kw/ha, 40,59 kw/ha, 42,70 kw/ha, 48,66 kw/ha dan 45,35 kw/ha. 4. Potensi produksi padi/Ha yang merupakan konversi berat beras bersih

menjadi berat padi kering giling di Kecamatan Pegajahan 5 tahun terakhir adalah 86,78 Kw/Ha, 81,18 Kw/Ha, 85,40 Kw/Ha, 97,33 Kw/Ha dan 90,70 Kw/Ha.

5. Nisbah antara luas panen dengan luas lahan beririgasi di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai 5 tahun terakhir yaitu 1,93, 1,33, 0,80, 2,25 dan 2,48.

6. Derajat irigasi di Kecamatan Pegajahan mencapai 79% yang menunjukkan bahwa manajeman irigasi di Kecamatan Pegajahan sudah baik.

7. Dengan membandingkan produktivitas lahan dari data sekunder dengan nilai potensi produksi padi maka akan didapat aras pencapaian produksi padi 5 tahun terakhir yaitu 56,61%, 60,83%, 63,23%, 57,01% dan 61,64%.

Saran

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Aak, 1992. Budidaya Tanaman Padi. Konsius. Jakarta.

Basak, N. N., 1999. Irrigation Engineering. Tata Mc-Graw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi.

Dumairy, 1992. Ekonomika Sumberdaya Air Pengantar ke Hidronomika. BPFE, New Dehli

Hansen, V. E., Israelsen, O. W. dan Stringham , G. E., 1992. Dasar dan Praktik Irigasi, diterjemahkan oleh Tachyan, E. P., Erlangga. Jakarta.

Gaybita, N. M. H., 2009. Swasembada Beras dan Mutu Beras Nasional Dalam Perdagangan Global Kurnianti, N., 2013. Budidaya Tanaman Padi Sawah.

[Diakses pada 2 Januari 2014]

Mahananto, Sutrisno, S. dan Ananda, F. C., 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi. Januari 2014]

Makirim, K. A. dan Suhartatik. E., 2013. Morfologi Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Jakarta.

Mandal, C. R and P. K. Jana, 2000. Water Resource Utilization & Micro-Irrigation. Kalyani Publishers. New Delhi.

Mawardi, E., 2007. Desain Hidrolik Bangunan Irigasi, Alfabeta, Bandung. Noor, M., 1996. Padi Lahan Marjinal. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pasandaran. E. dan D. C. Taylor, 1984. Irigasi Perencanaan dan Pengolahan. Gramedia, Jakarta.

Pusposutardjo, S., 1991. Analisis Tinjau (Reconaissance Analysis) Potensi Sistem Irigasi Indonesia Untuk Mendukung Swasembada Beras, Jurnal Teknik Pertanian. UGM, Yogjakarta.

Satoto, Yuni. Y., Untung. S. dan Made. J. M., 2013. Perbedaan Hasil Padi Antarmusim Di Lahan Sawah Irigasi. Balai Besar Penelitian Padi, Jawa barat.

Sosrodarsono, S., 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramita, Jakarta. Sumono, 2012. Meningkatkan Daya Dukung Irigasi Dan Pemahaman Aktivitas

(48)

38

Supartha, Y. N., Wijana, G. dan Adnyana, M. G., 2012. Aplikasi Pupuk Jennis Pupuk Organik Pada Tanaman Padi. Udayana, Bali.

Suprayono dan Setyono, A., 1993. Padi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Susanto, E., 2006. Teknik Irigasi dan Drainase. Universitas Sumatera utara, Medan.

Swasika, S. K. D., J. Wargiono dan A. Hasanuddin, 2007. Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi Melalui Efesiensi Pemanfaatan Lahan Sawah Di Indonesia. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Tryanto, J., 2006. Analisis Produksi Padi Di Jawa Tengah. Universitas Diponegoro, Semarang.

(49)

Lampiran 1. Flowchrt Pelaksanaan Penelitian

Dimulai

Ditentukan lokasi penelitian

Dikumpulkan data

Data primer

Data sekunder

Analisi Data

Deskriptif

(Digambarkan kondisi luasan lahan sawah, saluran irigasi, dan produktivitas lahan padi)

Kuantitatf

1. Dihitung lama waktu pertumbuhan atau waktu pengisian bulir padi hingga panen.

2. Dihitung rerata radiasi matahari

3. Dihitung potensi produksi padi per satuan luas lahan

Dibuat Kesimpulan

(50)

40

Lampiran 2. Perhitungan Rerata Radiasi Matahari

Rataan 2009 = 859+977+1087+1075+998+1047+996+931+1030+1056+823+750 Joule /hari

12

= 11.629 Joule /hari

12

= 969,08 Joule/hari x 0,2388 = 231,42 Kalori/hari

Rataan 2010 = 925+1100+1040+1115+994+964+923+1033+1006+967+811 Joule /hari

12

= 10.878 Joule /hari

12

= 906,5 Joule/hari x 0,2388 = 216,47 Kalori/hari

Rataan 2011 = 848+1111+1078+929+1036+1016+1025+908+1021+926+759+787 Joule /hari

12

= 11.444 Joule /hari

12

= 953,66 Joule/hari x 0,2388 = 227,74 Kalori/hari

= 1086,83 Joule/hari x 0,2388 = 259,54 Kalori/hari

Rataan 2013 = 956+940+1157+908+1167+1220+1095+1011+955+932+947+866 Joule /hari

12

= 12.154 Joule /hari

12

(51)
(52)
(53)

K = 4000 kal/g

W = 0,025 x 30 x 241,86

4000 10

4 gr/m2

(54)

44

Lampiran 4. Perhitungan Nilai Aras

(55)

Lampiran 5. Nisbah Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi

Tahun 2009

= luas lahan panen luas lahan beririgasi

= 2.838 ha 1.472 ha

= 1,93 Tahun 2010

= luas lahan panen luas lahan beririgasi

= 1.960 ha 1.472 ha

= 1,33 Tahun 2011

= luas lahan panen luas lahan beririgasi

= 1.184 ha 1.472 ha

= 0,80 Tahun 2012

= luas lahan panen luas lahan beririgasi

= 3.310 ha 1.472 ha

= 2,25 Tahun 2013

= luas lahan panen luas lahan beririgasi

= 3.628 ha 1.464 ha

(56)

46

Lampiran 6. Pelayanan Jasa Informasi Radiasi Matahari daerah Sampali Dan Sekitarnya

Tahun Bulan (Joule/hari) Total Rataan

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nop Des (Joule/hari) Joule/hari Kalori/hari

2009 859 977 1087 1075 998 1047 996 931 1030 1056 1056 750 11.629 969,08 231,42

2010 925 1100 1040 1115 994 964 923 1033 1006 967 967 811 10.878 906,5 216,47

2011 848 1111 1078 929 1036 1016 1025 908 1021 926 926 787 11.444 953,67 227,74

2012 1011 1160 1056 1008 11073 1111 1125 1165 1169 1211 1211 948 13.042 1086,83 259,54

2013 956 940 1157 908 1167 1220 1095 1011 955 932 932 866 12.154 1012,83 241,86

(57)

Lampiran 7. Luas Baku Lahan Sawah Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

Tahun 2009

Berpengairan Tidak Berpengairan

Desa Irigasi

(58)

48

Tahun 2010

Berpengairan Tidak Berpengairan

Desa Irigasi

(59)

Tahun 2011

Berpengairan Tidak Berpengairan

Desa Irigasi

(60)

50

Tahun 2012

Berpengairan Tidak Berpengairan

Desa Irigasi

(61)

Tahun 2013

Berpengairan Tidak Berpengairan

Desa Irigasi

(62)

52

Lampiran 8. Luas Panen, Puso dan Produktivitas Padi Sawah Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

Tahun Luas Panen Puso (Ha) Produktivitas (Kw/Ha)

Kotor (Ha) Bersih (Ha)

2009 2.950 2.835 0 49,13

2010 2.039 1.960 0 49,38

2011 1.232 1.184 0 54,00

2012 3.444 3.310 0 55,49

2013 3.775 3.628 0 55,91

(63)
(64)

54

Gambar

Tabel 1. Nilai Rerata Radiasi Matahari 5 Tahun Terakhir Kecamatan Pegajahan
Gambar 1. Potensi Produksi Beras Per Satuan Luas Lahan Kecamatan Pegajahan
Gambar 2. Luas Lahan Beririgasi sawah Kecamatan Pegajahan
Tabel 4. Perkembangan Luas Lahan Beririgasi 5 Tahun Terakhir Kecamatan Pegajahan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Jum’at tanggal Dua Puluh Empat bulan Pebruari tahun Dua Ribu Tujuh Belas, kami Pokja Pelelangan Konsultansi Pengawasan Pembangunan Gedung Kuliah Kampus II

In this context, according to responsible person of socialization program in the level of Area Management Coordinator of National Program of Independent Urban Society Empowerment

Solo sebagai kota heritage tersusun oleh elemen elemen pembentuk kota antara lain kawasan hunian khususnya kampung, kawasan karya (tempat kerja, industri,

[r]

Penelitian yang dilakukan oleh Nurjana (2016) dengan judul Pengaruh Penyuluhan Kanker Serviks Terhadap Motivasi Wanita Usia Subur Untuk Pemeriksaan Tes Inspeksi

“Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecahan, atau pengucilan yang langsung ataupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik,

Khusus untuk masalah Kurang Energi Protein (KEP) atau biasa dikenal dengan gizi kurang atau yang sering ditemukan secara mendadak adalah gizi buruk terutama pada anak balita,

Dalam pembuatan situs tampilan halamannya dapat dibuat lebih menarik dengan menggunakan Dreamweaver MX, Dreamweaver MX pun memberikan kemudahan-kemudahan bagi perancang situs web