The Analysis of the Conventional Bank’s Interest Rate Deposit Effected to the Rate of Profit And Its Implication to the Funds Deposited of Mudharaba of
PT Bank Syariah Mandiri
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh: Rima Rismayanti
21107129
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
i
HASIL DAN IMPLIKASINYA PADA PENGHIMPUNAN DEPOSITO MUDHARABAHPADA PT BANK SYARIAH MANDIRI
Penelitian ini dilakukan pada PT Bank Syariah Mandiri. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat suku bunga deposito bank konvensional pengaruhnya terhadap tingkat bagi hasil dan implikasinya pada penghimpunan deposito Mudharabah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan tahunan PT Bank Syariah Mandiri selama kurun waktu 10 tahun, dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Pearson, analisis jalur, koefisien determinasi, uji hipotesis, dan juga menggunakan bantuan program aplikasi SPSS 15.0 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku bunga deposito bank konvensional dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 cenderung mengalami penurunan, hal ini berdasarkan ketentuan BI rate yang menjadi acuan penetapan tingkat suku bunga. Sedangkan untuk variabel tingkat bagi hasil dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 pun cenderung mengalami penurunan, hal ini karena penentuan tingkat bagi hasil mengikuti tingkat suku bunga bank konvensional. Variabel penghimpunan deposito mudharabah dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 cenderunng mengalami kenaikan. Tingkat suku bunga deposito bank konvensional berdampak positif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil. Secara parsial, tingkat suku bunga deposito bank konvensional berdampak negatif dan signifikan terhadap penghimpunan deposito mudharabah. Sedangkan tingkat bagi hasil berdampak positif dan signifikan terhadap penghimpunan deposito
mudharabah.Kemudian dampak secara simultan lebih besar dari secara parsial.
ii
IMPLICATIONS TO THE FUNDS DEPOSITED OF MUDHARABA OF PT BANK SYARIAH MANDIRI
This research was conducted at the PT Bank Syariah Mandiri. The purpose of this study is to find out the conventional bank’s interest rate deposit effected to the rate of profit and its implications to the funds deposited of mudharaba.
The methods used in this research are descriptive and verification methods. The units of analysis in this study are financial report of Balance Sheet and Notes to the Financial Statement on years of PT Bank Syariah Mandiri for 10 years, from 2001 until 2010. The tests of statistic used are the calculation of Pearson correlation, path analysis, determination coefficient, hypothesis test, and also use the help of an application program of SPSS 15.0 for windows.
The result showed that the conventional bank’s interest rate deposit from 2001 until 2010 disposed to have some decreases, these things are based on the stipulation of BI rate becoming the reference of interest rate’s decision. Whereas the variable of the rate of profit from 2001 until 2010 disposed to have some decreases too, these things are because the determination of rate of profit following the conventional bank’s interest rate. The variable funds deposited of mudharaba from 2001 until 2010 disposed to have some increases. The conventional bank’s interest rate deposit have positive impact and significant on the rate of profit. Partially, the conventional bank’s interest rate deposit has negative impact and significant on the funds deposited of mudharaba. The other ways, the rate of profit has positive impact and significant on the funds deposited of mudharaba. Then, simultaneously impact is greater than partially.
Alhamdulillah, segala SWT yang telah memberikan senantiasa tercurah pada
sehingga kita menjadi manusia yang berilmu penge Skripsi ini dimaksudkan
menempuh program Ekonomi di Universitas yang diambil yaitu:
BANK KONVENSIONAL
BAGI HASIL DAN
DEPOSITO MUDHARABAH PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI
Penulis tidak bisa menemukan hambatan Setyanusa, S.E.,M.Ak.
waktu guna membimbing, berharga demi selesainya
ikhtiar penulis mampu melewatinya. Penulis menyadari bahwa dalam teknik penulisannya keterbatasan pengetahuaan
iii
dulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat tercurah pada revolusioner peradaban manusia, Muhammad sehingga kita menjadi manusia yang berilmu pengetahuan.
maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM).
yaitu: “ANALISIS TINGKAT SUKU BUNGA KONVENSIONAL PENGARUHNYA TERHADAP
HASIL DAN IMPLIKASINYA PADA PENGHIMPUNAN
DEPOSITO MUDHARABAH PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI
tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun skripsi hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan Bapak
E.,M.Ak.selaku dosen pembimbing yang telah banya membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk
selesainya penyusunan skripsi ini, akhirnya dengan ikhtiar penulis mampu melewatinya.
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih terdapat kekuran penulisannya maupun materi serta pembahasanya, pengetahuaan dan pengalaman penulis. Oleh karena
panjatkan kehadirat Allah Shalawat dan salam manusia, Muhammad SAW
syarat kelulusan dalam
DEPOSITO MUDHARABAH PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI”.
skripsi ini, penulis Bapak Inta Budi yang telah banyak meluangkan petunjuk yang sangat dengan doa, semangat
iv
semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik moril maupun materil, sehingga laporan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.S.E.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri Dewi Anggadini, S.E.,M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.
4. Ony Widilestraningtyas, S.E.,M.Si., selaku dosen wali kelas penulis, kelas Akuntansi-3.
5. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.
6. PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank Mandiri, Tbk dan Bursa Efek Indonesia yang telah menyajikan informasi keuangan secara transparan sebagai bahan penelitian dalam skripsi ini.
7. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan support baik moril dan materil serta kasih sayang dan doa yang tiada henti.Gomawo omma, appa. 8. Rika onni, Hilman oppa, dan uri dongsaeng; Riki, Resa dan Iqbal.
v
11. Ros, Gita dan teman-temanku di kelas Akuntansi-3 angkatan 2007.
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu ucapan terima kasih.
Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bandung, Juli 2011 Penulis
Rima Rismayanti NIM. 21107129
1 1.1 Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya muslim.
Dewasa ini mereka menyadari bahwa penerapan hukum Islam harus menyeluruh diterapkan dalam semua sektor kehidupan, termasuk di dalamnya perekonomian. Sistem perekonomian yang diinginkan oleh sebagian besar masyarakat muslim di
Indonesia adalah berbasis syariah (berlandaskan Al-Quran). Oleh karena itu, MUI sebagai pembimbing dan pelayan umat (Ra'iy wa khadim al ummah) mengupayakan adanya perekonomian yang sesuai dengan prinsip Islam yaitu perbankan syariah yang sekarang marak keberadaanya. Bahkan, bank konvensional pun sekarang menyediakan basis syariahnya.
Fenomena perkembangan perbankan syariah ini merupakan sebuah fenomena yang sangat menarik dan unik, karena fenomena ini terjadi justru di saat
kondisi perekonomian nasional berada pada keadaan yang mengkhawatirkan. Meskipun kalau dilihat dari volume usaha perbankan syariah jika dibandingkan dengan total keseluruhan volume usaha perbankan nasional, maka nilainya masih
relatif kecil, yaitu sebesar Rp 2,5 trilyun. Sedangkan total volume usaha perbankan nasional secara keseluruhan mencapai angka Rp 1.087 trilyun
Beberapa fakta pesatnya pertumbuhan perbankan syariah dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah:
Dana Pihak Ketiga, jumlah dana masyarakat yang ditempatkan di perbankan
Keterangan Des 05 Des 06 Des 07 Des 08 Des 09 Juni 10
Bank umum 1,127,937 1,287,102 1,510,834 1,753,292 1,950,712 2,096,036 Bank
syariah
15,581 19,347 28,011 36,852 52,271 58,078 Market
share bank
syariah
1.38% 1.50% 1.85% 2.10% 2.68% 2.77%
Sumber: www.syariahmandiri.co.id
Pembiayaan, jumlah dana yang disalurkan perbankan kepada masyarakat Pembiayaan Des 05 Des 06 Des 07 Des 08 Des 09 Juni 10
Bank Umum 695,648 792,297 1,002,012 1,307,688 1,437,930 1,586,492 Bank
Syariah
12,405 16,113 20,717 26,109 34,452 46,260 Market share
bank syariah
1.78% 2.03% 2.07% 2.00% 2.40% 2.92%
Sumber: www.syariahmandiri.co.id
Aset, total kekayaan yang dimiliki perbankan
Aset Des 05 Des 06 Des 07 Des 08 Des 09 Juni 10
Bank umum 1,469,827 1,693,850 1,986,501 2,310,557 2,534,106 2,678,265 Bank
syariah
20,880 26,722 33,016 49,555 66,090 75,205 Market share
bank syariah
1.42% 1.58% 1.66% 2.14% 2.61% 2.81%
Sumber: www.syariahmandiri.co.id
Dana pihak ketiga, pembiayaan dan aset perbankan syariah tumbuh lebih pesat dibandingkan perbankan umum sehingga market share perbankan syariah
Jumlah Outlet Des 05 Des 06 Des 07 Des 08 Des 09 Juni 10
Konvensional 8236 9,110 9,680 10,868 12,837 12,972
Syariah 434 509 568 790 998 1,302
Perbandingan 5.27% 5.59% 5.87% 7.27% 7.77% 10.04%
Sumber: www.syariahmandiri.co.id
Selain ekspansi perbankan syariah untuk meningkatkan jumlah outletnya,
pertumbuhan outlet yang pesat juga karena maraknya pembukaan bank syariah, baik Bank Umum Syariah (BUS) ataupun Unit Usaha Syariah (UUS).
Perkembangan ini membuat banyak pihak, mulai pemerintah, akademisi, perusahaan hingga masyarakat mencoba untuk memahami perbankan syariah lebih jauh, mulai dari filosofi, sistem operasional hingga produknya.
Dalam rangka akselerasi pencapaian market share bank syariah, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan baru bagi industri perbankan syariah, yaitu
PBI No 8/3/PBI/2006. Materi paling penting pada peraturan tersebut adalah penerapan office channeling bagi bank-bank syariah. Kebijakan ini merupakan inovasi baru bagi pengembangan industri perbankan syariah di Indonesia.
Kebijakan office channeling juga dimaksudkan untuk meningkatkan akses masyarakat kepada jasa perbankan syariah. Dengan sistem baru ini bank syariah
Data yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) sampai dengan akhir tahun 2008 menunjukkan bahwa Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan
Syariah di Indonesia yang kian merosot. Nilai dana masyarakat di bank syariah pada akhir Juli 2008 sebesar Rp 32,90 triliun, nilai tersebut lebih kecil Rp 150 miliar dibandingkan dengan dana masyarakat per akhir Juni, yang sebesar Rp
33,05 triliun. Penurunan tersebut diindikasikan karena persaingan antara bank syariah dengan bank konvensional yang semakin ketat, dalam bentuk agresifitas
bank umum dalam menawarkan bunga.
Saat likuiditas di pasar ketat, bank umum berupaya menggaet dana masyarakat dengan mengerek bunga tinggi. Tentunya bunga tinggi ini hanya
diberikan pada berbagai produk yang tidak diikutsertakan dalam program penjaminan. Sehingga faktor utama yang menjadi bahan pertimbangan nasabah
adalah perolehan bunga dan imbal hasil yang tinggi. Laporan yang dirilis oleh BI menunjukkan bahwa Dana Pihak Ketiga di bank umum didominasi oleh nasabah korporat, yaitu institusi dan perusahaan yang memiliki nilai rata-rata diatas Rp.
100 juta untuk simpanan tabungan atau deposito.
Sedangkan nasabah ritel faktor utama yang menjadi bahan pertimbangan
adalah berbagai jenis pelayanan dan kemudahan yang ditawarkan, sehingga di pasar retail persaingan bunga cenderung diabaikan. Untuk mempertahankan besaran dana masyarakat, bank syariah kini mulai memberikan nisbah atau bagi
hasil simpanan yang lebih kompetitif. Beberapa bank Syariah yang sudah mulai kompetitif memperbaiki struktur nisbahnya diantaranya adalah Niaga Syariah
nasabah ritel berkisar 7,75%-8,75%; BSMI juga menaikkan nisbah dari 8,5%-9% menjadi sekitar 10% (http://nustaffsite.gunadarma.ac.id).
Faktor-faktor yang menyebabkan minat menjadi nasabah (Sri Eka Sadriatwati, 2009), yaitu:
a. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan maupun
produk pinjaman.
b. Jasa-jasa bank lainnya, menerapkan biaya nominal atau persentase
tertentu.
c. Sistem perbankan syariah yang digunakan adalah sistem bagi hasil, sehingga tidak memberatkan nasabah.
Data publikasi BI menyebutkan, dari total dana pihak ketiga per Januari 2008, simpanan deposito mudharabah (bagi hasil) masih mengkomposisi sebesar 51,98 persen atau Rp 10,663 triliun. Sedangkan, tabungan mudharabah mengkomposisi 32,05 persen atau Rp 6,574 triliun. Sementara, giro wadiah mengkomposisi sebesar 15,98 persen dari total dana pihak ketiga bank syariah
(Agustianto, 2008).
Pada fase perkembangan saat ini, perbankan syariah tidak hanya memiliki peluang, melainkan juga berbagai permasalahan. Nasabah dan masyarakat secara
umum masih melihat bank syariah sama dengan bank konvensional karena margin yang harus dibayar oleh nasabah tak kalah tinggi dengan bunga (Saifuddin, 2007).
Kunci kesuksesan bank syariah sangat ditentukan oleh tingkat kepercayaan publik terhadap kekuatan finansial bank yang bersangkutan, dan kepercayaan
yang diberikan para depositor dan investor, karena keduanya adalah stakeholder utama. Untuk meraih kepercayaan tersebut adalah dengan kualitas informasi yang diberikan kepada publik. Bank syariah harus mampu meyakinkan publik bahwa ia
memiliki kemampuan dan kapasitas di dalam mencapai tujuan-tujuan finansial maupun tujuan-tujuan yang sesuai syariat Islam (Nurmala dan Dian Nirmala
Dewi, 2009).
Masyarakat yang loyal syariah terbatas paling sekitar 10-15% (Agustianto, 2008). Bank-bank syariah harus berjuang keras untuk memberikan bagi hasil yang
kompetitif dengan memperhatikan efisiensi dan manajemen risiko yang cermat. Jika tingkat bagi hasil jauh di bawah bunga bank, maka sebagian kecil nasabah
rasioanl-materialis akan kembali menarik dananya dari bank syariah. Namun bagi nasabah yang rasional-moralis, tingkat bunga tidak berpengaruh baginya untuk pindah ke bank konvensional. Apalagi nasabah spiritual, betapapun tingginya
Tabel 1.1
Penghimpunan Deposito Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri Tahun Suku Bunga
2003 8,57 9,90 1.616.617.346.000
2004 6,5 7,81 3.333.868.710.000
2005 8,27 7,29 3.951.761.029.000
2006 11,12 7,06 3.510.183.617.000 2007 7,39 7,33 5.526.360.715.000
2008 7,56 7,32 8.020.742.499.243
2009 8,36 7,47 9.791.401.299.742
2010 6,47 6,72 15.437.049.088.976
(Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BSM yang telah diolah)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 10 tahun yaitu dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010, tingkat suku bunga deposito bank
konvensional cenderung mengalami penurunan dan hal ini diikuti oleh tingkat bagi hasil yang juga mengalami penurunan. Sedangkan, jumlah penghimpunan deposito mudharabah pada PT Bank Syariah Mandiri dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 cenderung mengalami kenaikan tiap tahunnya meskipun tidak diimbangi oleh tingkat bagi hasil yang cenderung mengalami penurunan.
Kenaikan penghimpunan deposito mudharabah ini lebih disebabkan oleh tingkat suku bunga deposito bank konvensional yang mengalami penurunan.
Pada tahun 2003, 2004, dan 2010, terdapat penurunan tingkat bagi hasil
Pada tahun 2002 dan 2007, penghimpunan deposito mudharabah mengalami kenaikan yang diikuti oleh kenaikan tingkat bagi hasil. Sedangkan
tingkat suku bunga deposito bank konvensional mengalami penurunan.
Pada tahun 2005 dan 2008, terdapat penurunan tingkat bagi hasil yang justru membuat penghimpunan deposito mudharabah meningkat. Sedangkan tingkat suku bunga deposito bank konvensional pun mengalami kenaikan. Hal tersebut terjadi sebaliknya pada tahun 2006, penghimpunan deposito mudharabah
mengalami penurunan yang disebabkan tingkat suku bunga deposito bank konvensional pun mengalami kenaikan, sedangakan tingkat bagi hasil mengalami penurunan. Hal ini kemungkinan membuat nasabah bank syariah menarik
depositonya atau beralih menjadi nasabah bank konvensional yang notabene sebelumnya nasabah bank syariah ini merupakan nasabah bank konvensional.
Pada tahun 2009, kenaikan jumlah deposito mudharabah diikuti oleh kenaikan tingkat bagi hasil. Dan kenaikan tingkat bagi hasil tersebut dipengaruhi oleh tingkat suku bunga bank konvensional mengalami kenaikan juga.
Secara teori, penghimpunan deposito mudharabahsangat dipengaruhi oleh besar imbal jasa atau return. Jika tingkat suku bunga deposito bank konvensional
Dari fenomena tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul “Analisis
Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional Pengaruhnya terhadap Tingkat Bagi Hasil dan Implikasinya pada Penghimpunan Deposito Mudharabahpada PT Bank Syariah Mandiri”.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini diantaranya adalah:
1) Pada tahun 2003, 2004 dan 2010, tingkat suku bunga deposito bank
konvensional mengalami penurunan dan hal ini menyebabkan jumlah penghimpunan deposito mudharabah mengalami kenaikan meskipun tidak
diimbangi oleh tingkat bagi hasil yang mengalami penurunan.
2) Pada tahun 2005 dan 2008, tingkat suku bunga deposito bank konvensional mengalami kenaikan tetapi jumlah penghimpunan deposito
mudharabah mengalami kenaikan meskipun tidak diimbangi oleh tingkat bagi hasil yang mengalami penurunan. Hal ini dapat diartikan bahwa
tingkat suku bunga deposito bank konvensional dan tingkat bagi hasil tidak berpengaruh terhadap penghimpunan deposito mudharabah.
3) Pada tahun 2009, penghimpunan deposito mudharabah mengalami kenaikan yang diimbangi oleh kenaikan tingkat bagi hasil. Akan tetapi, tingkat suku bunga deposito bank konvensional pun mengalami kenaikan.
return yang tinggi, kemudian nasabah memilih mendepositokan uangnya di bank syariah, hal ini mungkin disebabkan oleh loyalitas nasabah PT
Bank Syariah Mandiri yang semakin baik. Selain itu, bank tersebut lebih gencar memberikan pelayanan dan pemahaman yang baik mengenai perbankan syariah.
1.2.2 Rumusan Masalah
Beberapa masalah yang akan dirumuskan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat suku bunga deposito bank konvensional.
2. Bagaimana tingkat bagi hasil bank syariah. 3. Bagaimana penghimpunan deposito mudharabah.
4. Adakah hubungan antara tingkat bunga deposito bank konvensional dan tingkat bagi hasil bank syariah.
5. Adakah pengaruh tingkat bunga deposito bank konvensional terhadap
penghimpunan deposito mudharabahpada PT Bank Syariah Mandiri. 6. Adakah pengaruh tingkat bagi hasil terhadap penghimpunan deposito
mudharabahpada PT Bank Syariah Mandiri.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian atas “Analisis Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional Pengaruhnya terhadap Tingkat Bagi Hasil dan Implikasinya pada Penghimpunan Deposito mudharabah“, dapat memberi masukan untuk kebijakan pengambilan keputusan bagi perusahaan dalam meningkatkan penghimpunan jumlah dana pihak ketiga, yaitu deposito mudharabah. Khususnya pada PT Bank
Syariah Mandiri yang menjadi tempat penelitian.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat suku bunga deposito bank konvensional.
2. Untuk mengetahui tingkat bagi hasil bank syariah. 3. Untuk mengetahui penghimpunan deposito mudharabah.
4. Untuk mengetahui hubungan tingkat suku bunga deposito bank
konvensional dan tingkat bagi hasil bank syariah.
5. Untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga deposito bank konvensional
terhadap penghimpunan deposito mudharabah pada PT Bank Syariah Mandiri.
6. Untuk mengetahui pengaruh tingkat bagi hasil terhadap penghimpunan
7. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito bank konvensional dan tingkat bagi hasil terhadap penghimpunan deposito
mudharabahpada PT Bank Syariah Mandiri secara simultan.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis
Dapat memberikan informasi bagi perusahaan yang diteliti, yaitu PT Bank
Syariah Mandiri mengenai deposito mudharabah yang penghimpunannya dipengaruhi oleh tingkat suku bunga deposito bank konvensional dan tingkat bagi hasil itu sendiri.
1.4.2 Kegunaan Akademis
1. Bagi pengembangan ilmu Akuntansi
Memberikan referensi dalam dunia perbankan syariah yang saat ini marak dikaji, khususnya tentang keterkaitan antara tingkat suku bunga deposito bank konvensional dan tingkat bagi hasil terhadap
penghimpunan deposito mudharabah. 2. Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian lain yang ingin mengkaji di bidang yang sama, yaitu menganalisis tingkat suku bunga deposito bank konvensional, tingkat bagi hasil dan penghimpunan
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengambil instansi perbankan
untuk dijadikan tempat penelitian yaitu PT Bank Syariah Mandiri. Kantor pusat beralamat di Jl. M.H. Tamrin No. 5 Jakarta 10340, telepon: (021) 2300509, 39839000, fax: (021) 09832989. Adapun penelitian pada perusahaan ini dilakukan
dari mulai bulan Maret sampai dengan bulan Juli.
1.6 Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Maret 2011 sampai dengan Juli 2011, seperti yang dapat dilihat melalui tabel di bawah ini.
Tabel 1.2 a. Membuat outline dan
proposal UP
b.Mangambil formulir penyusunan skripsi c. Menentukan tempat
III
Tahap Pelaporan : a. Menyiapkan draft
skripsi
b.Sidang akhir skripsi c. Penyempurnaan
15
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Gambaran Umum Bank Konvensional dan Bank Syariah
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November
1998 tentang Perbankan (Kasmir, 2008:25), yang dimaksud dengan bank adalah:
“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Menurut Ahmad Rodoni, Abdul Hamid (2008:14) bank syariah adalah:
“Bank yang dalam aktivitasnya; baik dalam penghimpunan dana maupun
dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan
atas dasar prinsip syariah.”
Sedangkan menurut Perwataatmadja (Edy dan Untung, 2005:33) bank
syariah adalah:
“Bank yang beroperasi sesuai sengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank
ini tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran
Persamaan antara bank syariah dengan bank konvensional terletak pada
salah satu tujuannya dalam mencari keuntungan dan pelayanan masyarakat dalam
lalu lintas uang. Persamaan lainnya adalah dalam persaingan antarbank. Tanpa
memandang bank syariah atau bank konvensional, masyarakat cenderung memilih
bank dengan pelayanan yang paling baik. Dari segi produk bank, keduanya pun
tidak jauh berbeda, hanya saja bank syariah memiliki istilah sendiri dalam
penyebutannya.
Tabel 2.1
Komparasi Istilah-Istilah dalam Operasional Perbankan Syariah
No. Produk/Jasa Prinsip Syariah
1 Giro Wadi’ah yad dhamanah
2 Tabungan Wadi’ah yad dhamanah danmudharabah
3 Deposito Mudharabah
4 Simpanan khusus Mudharabah muqayyadah
Sumber: Edy dan Untung (2005:47)
Secara umum, perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
Bank Konvensional Bank Syariah
Memakai metode bunga Berdasarkan margin keuntungan Profit Oriented Profit danfalah oriented
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor-kreditor
Kemitraan
Creator of money supply Users of real fund Tidak membedakan investasi yang
halal dan haram
Investasi hanya pada bidang usaha yang halal
Tidak memiliki Dewan Pengawas Syariah
Opersional harus sesuai dengan arahan Dewan Pengawas Syariah
2.1.2 Suku Bunga Bank Konvensional
2.1.2.1 Konsep Bunga Bank
Menurut Kasmir (2008:131):
“Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartkan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).”
Selain itu, menurut Rahman (2001:173) tingkat bunga adalah:
“Harga yang harus dibayarkan terhadap pinjaman uang dan besarnya
ditentukan pula oleh besarnya permintaan dan penawaran uang.”
Dari pengertian di atas dapat dijabarkan bahwa bunga bank di dapat oleh
nasabah atas “hasil” dari penyimpanan uangnya di bank (dana pihak ketiga), baik
itu berupa giro, tabungan maupun deposito. Sebaliknya, nasabah yang meminjam
uang dari bank (kredit) akan membayar bunga yang dikenakan bank atas pinjaman
atau kreditnya tersebut.
2.1.2.2 Jenis Bunga Bank
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang
diberikan kepada nasabahnya (Kasmir, 2008:131-132), yaitu sebagai berikut.
1. Bunga simpanan
Bunga yang diberikan sebagai balas jasa bagi nasabah yang menyimpan
uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar
bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan
2. Bunga pinjaman
Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang
harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga
kredit.
Kedua macam bunga diatas merupakan komponen utama faktor biaya dan
pendapatan bagi bank. Selain itu, baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman
masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh
seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga
terpengaruh ikut naik dan demikian pun sebaliknnya.
2.1.2.3 Faktor yang mempengaruhi Suku Bunga
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku
bunga (Kasmir, 2008:132-134), adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman
meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat
terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga
simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman.
Namun, apabila dana yang ada simpanan banyak sementara permohonan
simpanan sedikit, maka bunga simpanan akan turun.
b. Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka di samping faktor promosi,
arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16%, maka jika hendak
membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan di atas
bunga pesaing misalnya 16%. Namun, sebaliknya untuk bunga pinjaman
kita harus berada di bawah bunga pesaing.
c. Kebijakan pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman bank
tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditatapkan oleh pemerintah.
d. Target laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan
besar, maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
e. Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya.
Hal ini disebabkan besarnya kemungkinan risiko di masa mendatang.
Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka
bunganya relatif lebih rendah.
f. Kualitas jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang
dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito
berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini
adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan
bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau
rekening giro yang diberikan akan lebih mudah untuk dicairkan jika
g. Reputasi perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat
menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena
biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan risiko kredit macet di
masa mendatang ralatif kecil dan sebaliknya.
h. Produk yang kompetitif
Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk
produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika
dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.
i. Hubungan baik
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer)
dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan
serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama
biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank sehingga
dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.
j. Jaminan pihak ketiga
Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan penerima kredit. Biasanya
jika pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan
membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, maka bunga
yang dibebankan pun berbeda. Demikian pula sebaliknya jika penjamin
pihak ketiganya kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya, maka mungkin
2.1.2.4 Metode Pemberian Bunga
Bank dalam memberikan bunga kepada nasabah yang mendepositokan
uangnya (deposan) disesuaikan atau berdasarkan jenis deposito yang dipilih
nasabah. Adapun jenis-jenis deposito yang ada di Indonesia adalah diantaranya:
1. Deposito Berjangka
Merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu.
jangka waktu deposito biasanya bervariasi mulai dari 1, 2, 3, 6, 12, 18
sampai dengan 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik
perorangan maupun lembaga. Artinya di dalam bilyet deposito tercantum
nama seseorang atau lembaga.
Bunga deposito dapat ditarik setiap bulan atau setelah jatuh tempo
(jangka waktu) sesuai jangka waktunya, baik ditarik tunai maupun
nontunai (pemindahbukuan) dan dikenakan pajak dari jumlah bunga yang
diterimanya. Jumlah yang disetorkan dalam bentuk bulat dan batas
minimalnya. Penarikan deposito sebelum jatuh tempo dikenakan penalty rate(denda).
Insentif diberikan untuk jaminan nominal yang besar baik berupa,
special rate maupun insentif, seperti hadiah atau cendramata lainnya. Insentif juga dapat diberikan kepada nasabah yang loyal terhadap bank
tersebut.
Deposito yang diterbitkan dalam valuta asing biasanya diterbitkan
oleh bank devisa. Perhitungan, penerbitan, pencairan dan bunga dilakukan
valas biasanya diterbitkan dalam valas yang kuat seperti US Dollar, Yen
Jepang atau DM Jerman. Berikut adalah rumus perhitunganya:
prosentase bunga (PA) x nominal
Bunga= x bulan pengambilan bunga
12 bulan
2. Sertifikat Deposito
Merupakan deposito yang diterbtikan dengan jangka waktu 2, 3, 6
dan 12 bulan. Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk
sertifikat dan dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada pihak
lain. Pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan di muka, baik
tunai maupun nontunai.
Penerbitan nilai sertifikat deposito sudah tercetak dalam berbagai
nominal dan biasanya dalam jumlah bulat. Dengan demikian, nasabah
dapat membeli dalam lembaran banyak untuk jumlah nominal yang sama.
Berikut adalah rumus perhitunganya:
prosentase bunga (PA) x nominal
Bunga= x bulan jatuh tempo
12 bulan
3. Deposito on Call
Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal tujuh hari dan
paling lama kurang dari satu bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya
dalam jumlah yang besar misalnya 50 juta rupiah (tergantung bank yang
bersangkutan).
Pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan deposito on call.
nasabah sudah memberitahukan bank penerbit. Besarnya bunga biasanya
dihitung per bulan dan biasanya untuk menentukan bunga dilakukan
negosiasi antara nasabah dengan pihak bank.
prosentase bunga (PM) x nominal
Bunga= x hari jatuh tempo
30 hari
2.1.3 Bagi Hasil Bank Syariah
2.1.3.1 Konsep Bagi Hasil
Pengertian dari bagi hasil menurut Karim (2004:191) adalah:
“Bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah.”
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa bagi hasil merupakan return
dari investasi yang dilakukan. Adapaun besar kecilnya return bergantung pada hasil (profit)usaha yang dilakukan dari investasi tersebut. Jadi penerimaan return
ini tidak tetap jumlah atau nominalnya.
2.1.3.2 Metode Bagi Hasil
Mekanisme perhitungan bagi hasil terdiri dari dua sistem (IBI, 2001:264),
diantaranya adalah:
1. Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil net
dari pendapatan setelah dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
2. Revenue sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi biaya-biaya yang
telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
2.1.3.3 Faktor yang mempengaruhi Bagi Hasil
Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil terbagi menjadi dua garis
besar (Syafi’i Antonio, 2001:139-140), diantaranya:
1. Faktor langsung
a. Invesment rate
Merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana.
Jika bank menentukan investment rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan
Merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk
diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
salah satu metode yaitu rata-rata saldo minimum bulanan atau rata-rata
saldo harian. Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual
yang digunakan.
c. Nisbah (profit sharing ratio)
Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan
dan disetujui pada awal perjanjian.
Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank,
misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.
Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainnya
sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
2. Faktor tidak langsung
a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya
(profit and sharing). Pendapatan yang “dibagihasilkan” merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya.
Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing.
b. Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas
yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan
dan biaya.
2.1.3.4 Perhitungan Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Perhitungan bagi hasil deposito mudharabah didasarkan pada kewenangan yang diberikan oleh pihak pemilik dana, yaitu berdasarkan mudharabah mutlaqah
(URIA) atau mudharabah muqayyadah(RIA). 1. Mudharabah muthlaqah(URIA)
Dalam menghitung bagi hasil deposito mudharabah mutlaqah (URIA), basis perhitungan adalah hari bagi hasil sebenarnya, termasuk tanggal
mudharabah mutlaqah (URIA) dan tanggal jatuh tempo. Sedangkan jumlah hari dalam sebulan yang menjadi angka penyebut/angka pembagi
adalah hari kalender bulan yang bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari,
31 hari). Berikut adalah rumus perhitungannya:
hari bagi hasil x nominal deposito mudharabahx tingkat bagi hasil
hari kalender yang bersangkutan
Sumber: Karim (2010:352)
Dalam memperhitungkan bagi hasil deposito mudharabah mutlaqah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
Hasil perhitungan bagi hasil dalam angka satuan bulat tanpa
mengurangi hak nasabah.
a. Pembulatan ke atas untuk nasabah
b. Pembulatan ke bawah untuk bank
Hasil perhitungan pajak dibulatkan ke atas sampai puluhan terdekat.
Pembayaran bagi hasil deposito mudharabah mutlaqah (URIA) dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu:
Anniversary date
Pembayaran dilakukan secara bulanan, yaitu tanggal yang sama
dengan tanggal pembukaan deposito.
Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup
buku bulan terakhir.
Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke
End of month
Pembayaran dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal tutup
buku setiap bulan.
Bagi hasil bulan pertama dihitung secara propoorsional hari efektif
termasuk tanggal tutup buku, namun tidak termasuk tanggal
pembukaan deposito.
Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proporsional hari efektif
tidak termasuk tanggal jatuh tempo deposito. Tingkat bagi hasil
yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan
terakhir.
Jumlah hari sebulan adalah jumlah hari kalender bulan yang
bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, 31 hari).
Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke
rekening lainnya sesuai permintaan deposan.
2. Mudharabah muqayyadah(RIA)
Perhitungan bagi hasil mudharabah mutlaqah (RIA) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Perhitungan bagi hasil Cluster Pool of Fund
Cluster Pool of Fund adalah metode pembayaran bagi hasil deposito
mudharabah muqayyadah (RIA) yang dilakukan secara bulanan, triwulanan, semesteran atau periodisasi lain yang disepakati. Berikut
hari bagi hasil x nominal deposito muqayyadahx tingkat bagi hasil
hari kalender yang bersangkutan
Sumber: Karim (2010:355)
Dalam hal ini, pembayaran bagi hasil deposito mudharabah muqayyadah(RIA) dapat dilakukan melalui metode sebagai berikut:
Anniversary date
Pembayaran dilakukan secara bulanan, yaitu tanggal yang sama
dengan tanggal pembukaan deposito.
Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil
tutup buku bulan terakhir.
Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke
rekening lainnya sesuai permintaan deposito.
End of month
Pembayaran dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal tutup
buku setiap bulan.
Bagi hasil bulan pertama dihitung secara propoorsional hari
efektif termasuk tanggal tutup buku, namun tidak termasuk
tanggal pembukaan deposito.
Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proporsional hari
efektif tidak termasuk tanggal jatuh tempo deposito. Tingkat
bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku
bulan terakhir.
Jumlah hari sebulan adalah jumlah hari kalender bulan yang
Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke
rekening lainnya sesuai permintaan deposan.
b. Perhitungan bagi hasil Specific Project
Specific Project adalah metode pembayaran bagi hasil yang disesuaikan dengan arus kas proyek yang dibiayai. Dalam menghitung
bagi hasil ini, basis perhitungan hari bagi hasil deposito adalah hari
tanggal pembukaan deposito sampai dengan tanggal pembayaran bagi
hasil terdekat, dan menjadi angka pembilang atau number of day. Sedangkan jumlah hari tanggal pembayaran bagi hasil terakhir sampai
tanggal pembayaran bagi hasil berikuntya menjadi angka
penyebut/angka pembagi. Dalam hal nominal proyek yang dibiayai
lebih dari satu nasabah atau oleh bank dan nasabah, maka bagi hasil
dihitung secara proporsional. Rumus perhitungan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
hari bagi hasil nominal deposito
hari bagi hasil
terakhir sampai bagi
hasil berikutnya x
nominal proyek
yang dibiayai
x return
proyek
Sumber: Karim (2010:356)
2.1.4 Deposito Mudharabah
2.1.4.1 Konsep Mudharabah
tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha
(Muhammad Rawas Qal’aji, Mujam Lughat Al-Fuqaha (Beirut:Darun Nafs:1985)). Secara teknis, al-mudharabah adalah kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung
oleh pemilik modal.
Menurut Sri dan Wasilah (2008:111), menerangkan bahwa mudharabah
adalah:
“Akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence atauviolationoleh pengelola dana.”
PERJANJIAN BAGI HASIL
Sumber: Syafi’i Antonio (2001:98)
Gambar 2.1 Skema Mudharabah
PROYEK / USAHA
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
MODAL
Bank (Shahibul Maal)
Nasabah
Dari skema di atas dapat dijabarkan bahwa bank dan nasabah sebelumnya
melakukan kesepakatan (akad) pembagian prosentase bagi hasil atas proyek atau usaha tertentu. besar kecilnya nisbah tergantung kesepakatan kedua belah pihak atas pertimbangan dan kemashlahatan kedua belah pihak. Setelah keuntungan dibagikan berdasarkan kesepakatan sebelumnya, Bank selain mendapatkan bagian
keuntungan juga menerima kembali uang (modal) yang ditanam kepada nasabah.
Atau sebaliknya jika nasabah berada di posisi shahibul maal (pemilik dana) atas uangnya yang disimpan di bank; seperti giro, tabungan atau deposito.
2.1.4.2 Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah
Rukun Mudharabahada empat (Syafi’i Antonio, 2008:116-117), yaitu: 1. Pelaku, terdiri atas: pemilik dana dan pengelola dana
2. Objek Mudharabah, berupa: modal dan kerja 3. Ijab kabul/serah terima
4. Nisbah keuntungan
Ketentuan syariah adalah sebagai berikut:
1. Pelaku
a. Pelaku harus cakap hukum dan baliqh.
b. Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan nonmuslim.
c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia
2. Objek Mudharabah
Modal
a. Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya
(dinilai sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.
b. Modal hanya tunai dan tidak utang.
c. Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat
dibedakan dari keuntungan.
d. Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan
kembali modal mudharabah, dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelangaran kecuali atas seizin pemilik dana.
e. Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut
kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak dilarang
syariah.
Kerja
a. Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan,
selling skill, management skilldan lain-lain.
b. Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh
pemilik dana.
c. Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.
d. Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam
kontrak.
e. Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan
modal dan sudah bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan
imbalan/ganti rugi/upah.
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridhaatau rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi
atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Nisbah Keuntungan
a. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan,
mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak
yang bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh. Nisbah keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak. Jika
dalam akad tidak disebutkan akad tersebut tidak dijelaskan
masing-masing porsi, maka pembagiannya menjadi 50% dan 50%.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Shahibul maal (Pemilik dana) tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat
menimbulkan riba.
2.1.4.3 Konsep Deposito Mudharabah
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan
deposito (Kasmir, 2008:85) adalah:
“Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang
dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan syariah Nasional
MUI telah mengeluarkan fatwa No. 03/DSN-MUI/IV/2000 yang menyatakan
bahwa:
“Deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip
mudharabah.”
Dilihat dari pengertian diatas, secara teknis hampir sama dengan deposito
di bank konvensional. Hanya deposito mudharabah menggunakan prinsip syariah yaitu mudharabah. Konsekuensi dari penggunaan prinsip mudharabah adalah adanya sistem bagi hasil dari bank untuk investor.
2.1.4.4 Bentuk Mudharabah
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak pemilik dana, terdapat
dua bentuk mudharabah, yaitu:
1. Mudharabah Muthalaqah (Unrestricted Invesment Account, URIA)
Pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu
kepada bank syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan
dengan tempat, cara maupun objek investasinya. Dengan kata lain, bank
syariah mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam
menginvestasikan dana URIA ini ke berbagai sektor bisnis yang
diperkirakan akan memperoleh keuntungan. Dalam hal pencairan
deposito ini dengan pembayaran bagi hasil bulanan yang dilakukan
(penalty) kepada nasabah yang bersangkutan sebesar 3% dari nominal bilyet deposito mudharabah muthalaqah(URIA). Klausula denda harus ditulis dalam akad dan dijelaskan kepada nasabah pada saat pembukaan
deposito mudharabah muthalaqah(URIA) semua jangka waktu (1, 3, 6 dan 12 bulan) untuk disepakati bersama oleh nasabah dan bank. Dalam
hal ini, bagi hasil yang menjadi hak nasabah dan belum dibayarkan,
harus dibayarkan.
2. Mudharabah Muqayyadah (Restricted Invesment Account, RIA)
Berbeda halnya dengan deposito mudharabah muthalaqah (URIA), dalam deposito mudharabah muqayyadah (RIA), pemilik dana memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syariah
dalam mengelola investasinya. Dengan kata lain, bank syariah tidak
mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan
dana RIA ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan
memperoleh keuntungan. Dalam penggunaan dana deposito
mudharabah muqayyadah(RIA) terdapat dua metode, yakni:
a. Cluster of Fund yaitu penggunaan dana untuk beberapa proyek dalam suatu jenis industri bisnis.
b. Specific Projectyaitu pengunaan dana untuk suatu proyek tertentu.
Dalam hal pencairan deposito mudharabah muqayyadah(RIA),terdapat ketentuan sebagai berikut:
Khusus untuk cluster, apabila dikehendaki oleh deposan, deposito
disepakati dalam akad. Akibat tidak terpenuhinya jangka waktu
akad, bank mengenakan denda (penalty)sesuai klausula denda yang disepakati dalam akad.
Khusus untuk specific project, deposito tidak dapat dicairkan atau
ditarik kembali sebelum jatuh temponya tanpa konfirmasi dan
persetujuan tertulis di bank. Bank dapat menolak permohonan
pencairan sebelum jatuh tempo bila memberatkan bank. Dalam hal
bank menyetujui pencairan sebelum jatuh tempo, bank dapat
mengenakan denda (penalty)sesuai kesepakatan.
Deposito mudharabah muqayyadah (RIA) dengan pembayaran bagi hasil secara bulanan dapat dicairkan sebelum tanggal jatuh tempo
dengan dikenakan denda (penalty) sebesar 3% dari nominal bilyet deposito mudharabah muqayyadah (RIA). Klausula denda harus ditulis dalam akad dan dijelaskan kepada nasabah pada saat pembukaan
deposito mudharabah muqayyadah(RIA) semua jangka waktu (1, 3, 6 dan 12 bulan) untuk disepakati bersama oleh nasabah dan bank. Dalam
hal ini, bagi hasil yang menjadi hak nasabah dan belum dibayarkan,
harus dibayarkan.
2.1.4.5 Ketentuan Umum Deposito Mudharabah
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharibatau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya menjadi mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan
piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akadpembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbahkeuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
2.1.5 Hubungan Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional dan
Tingkat Bagi Hasil Bank Syariah
Tarsidin (2010:189) menyatakan bahwa:
“Saat ini pendapatan bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah terhadap
simpanan masyarakat diindikasikan masih merujuk pada tingkat bunga
yang diberikan oleh bank konvensional.”
konvensional. Hal tersebut dapat diartikan jika tingkat suku bunga pada bank
konvensional naik, maka tingkat bagi hasil pada bank syariah pun akan
mengalami kenaikan.
Hal ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya oleh M. Showwam (2009)
yang menyatakan bahwa:
“Untuk uji parsial hanya CAR, inflasi, dan suku bunga yang mampu berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat bagi hasil simpanan
mudharabah bank umum syariah. Hasil uji t menyimpulkan bahwa CAR dan inflasi berpengaruh negatif terhadap tingkat bagi hasil. Temuan yang cukup menarik adalah pengaruh positif suku bunga bank konvensional terhadap tingkat bagi hasil. Hal ini mengindikasikan masih digunakannya suku bunga bank konvensional sebagai tolok ukur (benchmark) dalam penentuan tingkat bagi hasil simpanan bank umum syariah.”
Dari penelititan di atas dapat dilihat bahwa tingkat suku bunga deposito
bank konvensional berpengaruh positif terhadap tingkat bagi hasil. Hal itu
menunjukkan tingkat suku bunga deposito bank konvensional masih digunakan
sebagai tolok ukur dalam penentuan tingkat bagi hasil bank syariah.
2.1.6 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional terhadap
Penghimpunan Deposito Mudharabah
Edy dan Untung (2005:89) menyatakan bahwa:
“Produk perbankan syariah ternyata tidak seutuhnya bebas dari pengaruh
metode bunga.”
Dari pernyataan di atas dapat dijabarkan bahwa produk perbankan syariah
1. Produk penyaluran dana
Dalam menyalurkan dana pada nasabah, secara garis besar produk
pembiayaan syariah terbagi ke dalam tiga kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaanya yaitu:
a) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan
dengan prinsip jual beli.
b) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakukan dengan prinsip sewa.
c) Transaksi pembiayaan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna
mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan di
depan menjadi harta atas barang atau jasa lainnya. Produk yang termasuk
dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual beli,
seperti murabahah, salam dan istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa yaitu ijarah. Sedangkan pada kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai
dengan prinsip bagi hasil. Produk perbankan yang termasuk ke dalam
kelompok ini adalah musyarakahdan mudharabah. 2. Produk penghimpunan dana
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan
deposito. Prinsip operasional yang ditetapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip wadi’ahdan mudharabah.
Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada
nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa
perbankan antara lain berupa:
a) Sharf merupakan prinsip dalam jual beli valuta asing, dimana bank mengambil keuntungan dari hasil jual beli valuta asing ini.
b)Ijarah atau sewa dengan jenis kegiatannya yaitu, penyewaan kotak simpanan (safe deposit box)dan jasa tata laksana administrasi dokumen
(custodian). Bank mendapatkan imbalan sewa dari jasa tersebut.
Dari penjabaran di atas dapat dilihat bahwa deposito termasuk ke dalam
produk penghimpunan dana yang termasuk ke dalam produk perbankan syariah
yang tidak seutuhnya bebas dari pengaruh metode bunga. Hal ini diperkuat oleh
penelitian sebelumnya oleh Nurdin Farikh (2007) yang menyebutkan bahwa:
“Dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah dipengaruhi oleh tingkat suku bunga deposito konvensional. Apabila suku bunga deposito konvensional naik, maka deposito Mudharabah akan mengalami penurunan karena masyarakat akan cenderung menyimpan dananya di bank konvensional. Hal ini bertentangan dengan tingkat bagi hasil bank syariah yang memiliki hubungan yang searah dengan perkembangan jumlah deposito perbankan syariah.”
2.1.7 Pengaruh Tingkat Bagi Hasil terhadap Penghimpunan Deposito
Mudharabah
Bagi hasil merupakan nama lain dari return yang digunakan dalam perbankan syariah. Sama halnya dengan produk penghimpunan dana seperti
Tarsidin (2010:192) mengatakan bahwa:
“Besarnya rasio bagi hasil antara bank syariah dan deposannya pada dasarnya ditentukan dengan memperhatikan tingkat inflasi, juga level kompetitif dibandingkan yang ditawarkan bank lain, serta premi risiko. Besarnya simpanan masyarakat yang dapat dihimpun oleh bank syariah akan sangat ditentukan oleh tingkat bagi hasil yang diperolah deposan.”
2.1.8 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional terhadap
Tingkat Bagi Hasil dan Implikasinya pada Penghimpunan Deposito
Mudharabah
Muhammad (2005:111) menyatakan bahwa:
“Bank Islam harus mampu memberikan bagi hasil kepada penyimpan dana minimal sama dengan atau lebih besar dari suku bunga yang berlaku di bank konvensional. Ini adalah konsep ideal yang diharapkan dapat dicapai oleh bank syariah dalam menjalankan aktivitasnya. Sebab masyarakat sekarang masih selalu membandingkan tingkat bunga yang berlaku dibank konvensional. Jika bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah lebih kecil dari suku bunga, maka dimungkinkan banyak nasabah bank syariah yang mengundurkan diri. Demikian pula sebaliknya jika bank syariah meminta kepada nasabah.”
Dalam penelitian sebelumnya oleh Haron dan Ahmad (2000) yang
menyatakan bahwa:
“Since there is no pre-determined rate of return involved in Islamic banking system, it is unknown whether Islamic bank customers are subjected to the normal conventional theory of economic behavior. If this assumption is true, a conclusion can be made that both interest rate of deposit account of conventional banks and rate of profit declared by Islamic bank have strong relationship with the amount of deposit of Islamic banks. ”
Penelitian ini didukung oleh penelitian Ani dan Wasilah (2010) yang
“Tingkat bagi hasil akan mempunyai hubungan yang positif terhadap jumlah dana deposito bank syariah. Asumsinya, bahwa para deposan menyimpan uangnya di dana deposito berjangka bank konvensional dengan motif profit maximization. Jika manajemen bank syariah juga mempunyai asumsi yang sama, maka bank syariah akan berusaha untuk memberikan tingkat bagi hasil minimal sama atau bahkan lebih tinggi dari pada yang diinfokan oleh bank konvensional.”
Mengingat seluruh atau sebagian nasabah bank syariah sebelumnya adalah
juga nasabah bank konvensional, bahkan sejumlah konsumen merupakan nasabah
dikeduanya. maka kemungkinan besar mereka juga menganggap faktor harga
dana (yield atas nisbah bagi hasil) sebagai faktor yang penting pula dalam menempatkan dana deposito disuatu bank syariah.
Asumsinya, semakin tinggi tingkat suku bunga deposito di bank
konvensional, maka nasabah akan tergiur untuk menyimpan uangnya
(mendepositokan) di bank konvensioanl. Hal itu menyebabkan berkurangnya atau
beralihnya depositor bank syariah ke bank konvensional.
Dari penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
sebagai nasabah dalam hal meyimpan uangnya untuk didepositokan di bank
berorientasi pada keuntungan (profit maximization). Oleh karena itu, bank syariah dalam menghimpun dana pihak ketiga melalui deposito mudharabah harus bersaing dengan bank konvensional dalam hal memberikan pendapatan atas
deposito yang disimpan nasabah. Itu artinya, tingkat suku bunga deposito bank
2.2 Kerangka Pemikiran
Konsep perbankan syariah adalah relatif baru bagi masyarkat Indonesia,
termasuk masyarakat muslim itu sendiri. Bank syariah muncul sebagai solusi
alternatif terhadap persoalan antara bunga bank dengan riba, dengan demikian
kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan diri dari persoalan riba
telah mendapatkan jawaban dengan lahirnya bank syariah. Keberadaan perbakan
Islam di Indonesia telah mendapatkan pijakan dengan adanya Peraturan
Pemerintah No. 72 tahun 1992 yang merevisi dengan UU No. 10 tahun 1998,
dengan tugas mengakui keberadaan dan berfungsinya bank bagi hasil atau bank
syariah.
Pengembangan produk-produk bank tidak dapat dilepaskan dari metode
operasi bank yang pendekatannya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
mempelajari ketentuan syariah tentang metode ekonomi Islam atau melihat
mekanisme yang lazim berkembang dalam operasional perbankan konvensional
dan kemudian menempatkan ketentuan hukum Islam yang dapat
diimplementasikan ke dalam mekanisme tersebut.
Sama halnya dengan bank konvensional, bank syariah menghimpun
dananya dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip
operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat
adalah prinsip wadi’ahdan mudharabah. Prinsip wadi’ahditerapkan pada produk giro dan tabungan, sedangkan mudharabahuntuk produk tabungan dan deposito.
dana tersebut dapat ditarik setiap saat oleh nasabah penyimpan dana. Manfaat
yang diperoleh nasabah penyimpan dana adalah jaminan keamanan terhadap
simpanannya serta fasilitas-fasilitas giro dan tabungan lainnya.
Prinsip mudharabah terbagi atas dua jenis, yaitu mudharabah mutlaqah
dan mudharabah muqayyadah. Dalam kegiatan penghimpunan dana pada bank syariah, prinsip mudharabah mutlaqah dapat diterapkan untuk pembukaan rekening tabungan dan deposito. Berdasarkan prinsip ini, tidak ada batasan bagi
bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Sedangkan prinsip mudharabah muqayyadah merupakan simpanan khusus dimana nasabah penyimpan dana menetapkan syarat-syarat penyaluran dana yang harus diikuti bank.
Hubungan antara nasabah dan penyimpan dana dengan bank adalah
hubungan investor dengan pengelola investasi. Menurut Yuslam (dalam buku Edy
dan Untung) menyatakan bahwa dalam perspektif bisnis, nasabah penyimpan dana
yang berinvestasi di bank syariah memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi
daripada di bank konvensional. Hal ini karena investasi di bank syariah tidak
memberikan janji yang pasti mengenai return, sedangkan bank konvensional menjanjikan bunga yang pasti.
Sri (2009) dalam penelitiannya meyatakan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan minat menjadi nasabah bank syariah yaitu:
1. Menetapakan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan maupun
produk pinjaman.
2. Jasa-jasa bank lainnya, menerapkan biaya nominal atau persentase
3. Sistem perbankan syariah yang digunakan adalah sistem bagi hasil,
sehingga tidak memberatkan nasabah.
Meski produk tabungan atau depoisto bank syariah kurang populer di
Indonesia, kecenderungan masyarakat menempatkan dana di bank Islam
diperkirakan akan terus meningkat. Apalagi jika kondisi ekonomi terus membaik
dan bank-bank konvensional menawarkan bunga rendah. Juga bertambahnya
jumlah bank maupun cabang syariah membuat metode bank ini (dan
produk-produknya) lebih dikenal oleh masyarakat. (http://takaful.com)
Tabel 2.3
Matrik Penelitian Terdahulu
No Nama Tahun Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan
Berdasarkan uraian tersebut penulis menuangkan kerangka pemikirannya
dalam bentuk skema sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Dari kerangka pemikiran tersebut maka dapat dibuat paradigma penelitian.
Menurut Sugiyono (2010:42) paradigma penelitian adalah:
“Pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statsitik yang akan digunakan.”
BI
Bank Konvensonal Bank Syariah
Menghimpun dana pihak ketiga
Menghimpun dana pihak ketiga
Deposito Mudharabah Deposito
Bagi hasil Bunga
Tingkat suku bunga deposito bank konvensional berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil dan implikasinya pada
Dengan paradigma penelitian, penulis dapat menggunakannya sebagai
panduan untuk membuat hipotesis penelitian dan selanjutnya dapat digunakan
dalam mengumpulkan data dan analisis. Selain itu, paradigma penelitian juga
mempermudah penulis dalam menjelaskan hubungan antarvariabel dan
pengaruhnya.
Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
X: Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional Y: Tingkat Bagi Hasil
Z: Penghimpunan Deposito Mudharabah
Gambar 2.3 Paradigma Penelitian
2.3 Hipotesis
Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara yang digunakan
sebelum dilakukannya penelitian dalam hal pendugaannya menggunakan statistika
untuk menganalisanya.
Sugiyono (2009:64) menyatakan bahwa hipotesis adalah:
“Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam kalimat.” X
Y
Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian
merupakan pernyataan mengenai hubungan antarvariabel yang belum terbukti.
Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya pengaruh tingkat suku bunga deposito
bank konvensional terhadap tingkat bagi hasil dan implikasinya pada