Influence Cost of Production and Fixed Asset Depreciation
to Profit at PT. PINDAD (persero) Bandung
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh:
LINDAYATI 21208085
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
B A N D U N G
v
PERIODE 2000-2011
Oleh
LINDAYATI 21208085
Perusahaan harus memperhatikan laba untuk mengetahui apakah perusahaan dapat melangsungkan kegiatannya. Dimana laba tersebut dapat dilihat dari selisih antara pendapatan dan beban-beban perusahaan. selain itu perusahaan juga harus memperhatikan faktor lain yang berhubungan dengan perhitungan laba. Harga Pokok Produk dan Penyusutan Aktiva Tetap merupakan beberapa faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan atas Laba perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga pokok produk dan penyusutan aktiva tetap terhadap laba pada PT. PINDAD (persero) bandung periode 2000-2011.
Penelitian dilakukan terhadap 12 sampel laporan keuangan perusahaan pindad (persero) bandung dengan menggunakan data time series dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2011. Variabel yang digunakan adalah harga pokok produk dan penyusutan aktiva tetap sebagai variabel independen dan laba sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda untuk mengetahui apakah ada hubungan linear antara satu variabel dependen dengan beberapa variabel independen.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel harga pokok produk secara parsial berpengaruh signifikan erhadap laba, sedangkan penyusutan aktiva tetap secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap laba.
iv
By
LINDAYATI 21208085
The management must be considering their profit to make certain the activity ongoing. It is can find out in difference of cost and benefit. Moreover, the business must bear in mind the other factor that related to the profit estimation. Product price and reduction of fixed asset are influencing factors to the decision making on benefit. The study aimed to find out an influence of product price and reduction of fixed asset against the benefit in PT. PINDAD (Persero) Bandung.
The study arranged toward 12samples of business financial report of Pindad (Persero) Bandung by using financial report of 2000 to 2011. The variables used are product price and reduction of fixed asset as the independent variable and benefit as the dependent one. The study uses dual linier regression to observe any linier correlation between dependent variable and independent one.
The result shows that variable of product price partially influences in significant toward the benefit, while reduction of fixed asset in partially is not.
vi
melimpahkan segala rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam
penelitian ini, penulis mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Harga Pokok Produk dan Penyusutan Aktiva Tetap Terhadap Laba pada PT.
PINDAD (Persero) Bandung”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang SI pada Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi – Universitas Komputer Indonesia.
Dalam proses pendalaman materi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Linna Ismawati,SE.,M.Si. selaku dosen pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan dan
memberikan petunjuk yang sangat berharga. Selama menyusun Skripsi ini. Dan tak
pula kritik dan saran yang membangunlah yang penulis selalu harapkan demi
pembelajaran kedepan, karena hanya setitik ilmu yang penulis miliki dari luasnya
lautan ilmu yang ada. Untuk itu penulis hanya dapat menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr.Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, Selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof.Dr. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
vii
perizinan yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Staff Dosen dan Sekretariat Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
7. Orang tua tercinta, alm Papa dan Mama yang telah memberikan doa, kasih
sayang, semangat dan pengorbanan tak terhingga baik secara moril maupun
materil.
8. Seluruh keluarga penulis yang selalu memberikan doa dan semangat tiada henti
kepada penulis.
9. Kakak aku tercinta Badru Sanusi dan Sahabat-sahabatku Endang Maria,
Yatimah, Dina Ochtaviana, Euis (boiz), Hilman Erik, dan Nova liana untuk
kebersamaan, keceriaan, dan persahabatan kita selama ini.
10. Seluruh teman MN-2 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
memberikan dukungannya.
11. Seluruh pihak yang secara langsung atau pun tidak langsung turut membantu
penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengharapkan semoga amal kebaikan yang telah diberikan oleh semua
pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini diterima dan dibalas oleh Tuhan Yang
viii
konstruktif akan senantiasa diterima penulis sebagai masukan yang berarti. Sehingga
dalam penyusunan karya tulis lainnya penulis dapat menyusun dengan lebih baik.
Akhir kata penulis berharap semoga penulisan skripsi ini ini dapat bermanfaat
dan menjadi pendorong untuk lebih maju serta semangat berbuat yang terbaik untuk
diri sendiri dan orang lain.
Bandung, Agustus 2012
Penulis
Lindayati
ix
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
MOTTO ... iii
ABSSTRACT ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGHANTAR ... vi
DAFRAR ISI...ix
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 7
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 7
1.2.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Maksud dan Tujuan Peneliti ... 8
x
1.4.1 Kegunaan Praktis ... 9
1.4.2 Kegunaan Akademis ... 9
1.5 Lokasidan Waktu Penelitian ... 10
1.5.1 Lokasi Penelitian ... 10
1.5.2 Waktu Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 12
2.1.1 Harga Pokok Produk ... 12
2.1.1.1 Pengertian Harga Pokok Produk ... 12
2.1.1.2 Manfaat Informasi Harga Pokok Produk ... 14
2.1.1.3 Unsur-unsur Harga Pokok Produk ... 15
2.1.1.4 Metode Penentuan Harga Pokok ... 18
2.1.2 Aktiva Tetap ... 20
2.1.2.1 Pengertian Aktiva Tetap ... 20
2.1.2.2 Ciri-ciri AktivaTetap ... 21
2.1.2.3 Harga Perolehan Aktiva Tetap ... 21
xi
2.1.3.1 Jenis-jenisLaba ... 25
2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba ... 27
2.1.4 Hasil Peneiti Sebelumnya ... 28
2.2 Kerangka Pemikiran ... 30
2.2.1 Keterkaitan Antar Variabel Harga Pokok Produk dengan laba ... 31
2.2.2 Keterkaitan Antar Variabel Penyusutan Aktiva Tetap dengan laba ... 33
2.3 Hipotesis ... 35
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 36
3.2 Metode Penelitian ... 36
3.2.1 Desain Penelitian ... 38
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 40
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 42
3.2.3.1 Sumber Data ... 42
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 43
3.2.3.2.1 Populasi ... 43
3.2.3.2.2 Sampel ... 43
3.2.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 45
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 62
4.1.1 Sejarah perusahaan PT. PINDAD (persero) bandung ... 62
4.1.2 Struktur Organisasi PT. PINDAD (persero) bandung ... 64
4.1.3 Jod Descriftion ... 65
4.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 73
4.2 Analisis Deskriftif ... 76
4.2.1 Perkembangan harga Pokok Produk ... 76
4.2.2 Perkembangan penyusutan Aktiva Tetap ... 78
4.2.3 Perkembangan Laba ... 81
4.3 Analisis Verifikatif ... 83
4.3.1 Pengaruh Harga Pokok Produk, Penyusutan Aktiva Tetap dengan Laba Secara Parsial ... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 97
5.2 Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 100
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 102
xiii
Gambar 3.1 Gambar Desain Penelitian ... 39
Gambarl 3.2 Uji Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Secara Parsial ... 59
Gambarl 3.3 Uji Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ... 60
Gambarl 4.1 Perkembangan Harga Pokok Produk ... 78
Gambarl 4.2 Perkembangan Penyusutan Aktiva Tetap ... 80
Gambarl 4.3 Perkembangan Laba ... 82
Gambarl 4.4 Grafik Normalitas... 84
Gambarl 4.5 Daearah Pengujian Autokorelasi ... 88
Gambarl 4.6 Grafik Penolakan dan Penerimaan Ho pada Uji t Harga Pokok Produk Terhadap Laba ... 94
xiv
terhadap Laba PT.PINDAD (persero) Bandung ... 6
Tabel 1.2 Jadwal Penelitian ... 11
Tabel 2.1 Hasil penelitian Terdahulu ... 28
Tabel 3.1 Opersionalisasi Variabel Penelitian ... 41
Tabel 3.2 Interprestasi Koefisiensi Korelasi ... 54
Tabel 4.1 Perkembangan HPP PT. Pindad Persero Bandung ... 77
Tabel 4.2 Perkembangan PAT PT. Pindad Persero Bandung ... 79
Tabel 4.3 Perkembangan Laba PT. Pindad Persero Bandung ... 81
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas ... 83
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas ... 85
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Asumsi Heterodastisitas ... 86
Tabel 4.7 Nilai Durbin-Watson Untuk Uji Autokorelasi ... 87
Tabel 4.8 Hasil Analisi Regresi Linier Berganda ... 89
Tabel 4.9 Koefisien Korelasi Parsial Harag Pokok Produk Dengan Laba ... 90
Tabel 4.10 Koefisien Korelasi Parsial Penyusutan Aktiva Tetap Dengan Laba .. 91
xv
Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian dari PT. PINDAD (Persero)... 104
Lampiran 3 : Berita Acara Bimbingan Skripsi ... 105
Lampiran 4 : Lembar Revisi Usulan Penelitian (UP) ... 107
Lampiran 5 : Lembar Revisi Sidang ... 109
Lampiran 6 : Struktur Organisasi PT PINDAD (Persero) ... 112
Lampiran 7 : Struktur Organisasi Divisi Direktur Keuangan ... 113
Lampiran 8 : Laporan Laba/Rugi PT PINDAD (Persero) Tahun 2000- 2011 .. 114
Lampiran 9 : Laporan Posisi Keuangan Tahunan PT PINDAD (Persero) Tahun 2000- 2011... 115
Lampiran 10 : Hasil Perhitungan SPSS.18 For Windows ... 116
Lampiran 11 : Hasil Perhitungan Manual ... 117
1
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dalam menghadapi perkembangan usaha yang semakin maju, sebuah
perusahaan yang didirikan harus memiliki suatu tujuan agar dapat membuat
perusahaan hidup dalam jangka panjang, artinya perusahaan harus
mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui pencapaian tujuan. Suatu tujuan
akan tercapai apabila perusahaan dikelola dengan baik, sehingga sesuai dengan
harapan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Kemajuan dunia usaha dewasa ini jauh berkembang dengan pesat baik
dalam skala besar maupun kecil dan juga perkembangan di sektor industri yang
memiliki peran juga penting dalam sektor perekonomian. Banyaknya Industri
yang terus bermunculan, maka timbul suatu persaingan di antara industri sejenis.
Perusahaan-perusahaan atau industri-industri itu didirikan dan beroperasi, tentu
memiliki suatu tujuan atau rencana yang akan dicapai. Dari sekian banyak tujuan
tersebut, yang paling utama adalah mendapatkan keuntungan atau laba. Demikian
dengan perusahaan kecil dan menenggah yang menghasilkan sesuatu untuk
memperoleh keuntungan atau laba.
Komponen pembentukan laba adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil
adalah pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi
atau menghasilkan sesuatu barang atau jasa. Biaya tersebut disebut sebagai biaya
harga pokok atau harga pokok produk (Mulyadi, 1992). untuk menentukan
besarnya biaya tersebut harus tepat dan akurat sehingga harga pokok yang juga
akan menunjukan harga pokok sesungguhnya. Sedangkan harga pokok produk
Menurut Mulyadi (2007:10) “Harga pokok produk adalah pengobanan sumber
ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan
terjadi untuk memperoleh penghasilan” .Penetuan harga pokok produk merupakan
hal yang sangat penting mengingat manfaat informasi harga pokok produk adalah
untuk menetukan harga jual produk serta penetuan harga pokok persedian produk
jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan dalam neraca.
Di dalam penetuan harga pokok produk, informasi yang dibutuhkan oleh
perusahaan adalah informasi mengenai biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik. Ketiga jenis biaya tersebut harus ditentukan secara cermat,
baik dalam pencatatan maupun penggolongannya. Informasi harga pokok produk
yang dihasilkan dapat diandalkan baik untuk penetuan harga jual produk maupun
untuk perhitungan laba rugi periodik.
Harga pokok produk sangat berpengaruh dalam perhitungan laba rugi
perusahaan, apabila perusahaan kurang teliti atau salah dalam penentuan harga
pokok produk, mengakibatkan kesalahan dalam penentuan laba rugi yang
diperoleh perusahaan. Mengingat arti pentingnya harga pokok produk yang
memerlukan ketelitian dan ketepatan. Persaingan yang tajam di industri seperti
dalam menghasilkan produk yang sejenis maupun produk substitusi. Informasi
biaya dan informasi harga pokok produk sangat diperlukan untuk berbagai
pengambilan keputusan. Di sisi lain penentuan harga pokok yang wajar akan
dapat dipakai dalam penetuan laba rugi perusahaan, sehingga dapat
mencerminkan laba yang sesungguhnya yang menjadi tujuan perusahaan. Harga
pokok produk berpengaruh terhadap laba karena apabila harga pokok produk
naik maka laba pun akan naik.
Setiap perusahaan pasti memiliki aktiva tetap yang berwujud maupun yang
tidak berwujud karena aktiva merupakan sarana bagi perusahaan didalam
menjalankan kegiatan operasional, seperti bangunan atau gedung sebagai kantor,
mesin dan peralatan untuk berproduksi, kendaraan sebagai alat untuk transportasi,
dan lain-lain sebagai alat yang dapat mendukung semua kegiatan perusahaan.
Aktiva tetap biasanya memiliki masa pemakaian yang lama, sehingga bisa
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan selama bertahun-tahun.
Namun demikian, manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama
semakin menurun pemakaiannya secara terus menerus, dan menyebabkan terjadi
penyusutan.
Bersamaan dengan berlalunya waktu, nilai ekonomis suatu aktiva tetap
tersebut harus dapat dibebankan secara tepat dan salah satu caranya adalah dengan
menentukan metode penyusutan. Untuk itu perlu diketahui apakah metode
penyusutan yang diterapkan perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai
aktiva tetap yang menurun disebabkan karena berlalunya waktu atau menurunnya
Anggadini (2009;249) “penurunan nilai manfaat secara periode dari aktiva tetap
disebut penyusutan ( depreciation).
Perusahaan harus mampu menerapkan metode penyusutan yang tepat pada
aktiva tertentu, metode penyusutan yang berbeda akan menghasilkan alokasi biaya
penyusutan yang berbeda sehingga akan mempengaruhi harga beban usaha yang
akan mempengaruhi besarnya laba yang akan diperoleh perusahaan. Oleh sebab
itu, metode penyusutan aktiva tetap harus ditentukan secara tepat. Agar biaya
penyusutan yang akan dibebankan dapat mencerminkan kewajaran nilai aktiva
tetap pada neraca.
Besarnya beban penyusutan aktiva tetap mempengaruhi besar kecilnya laba
yang akan yang diterapkan perusahaan pada aktiva tetap. Pada umumnya nilai
ekonomis suatu aktiva tetap akan mengalami penurunan yang disebabkan
pemakaian dan kerusakan dan keusangan karena faktor ekonomis dan teknis,
karena apabila aktiva tetap mengalami penyusutan yang tinggi maka laba akan
tinggi pula.
Dimana dalam hal ini perusahaan harus memperhatikan masalah pada harga
pokok produk dan penyusutan akiva tetap, dengan melakukan perhitungan atas
harga produknya berdasarkan pengumpulan dan penggolongan sesuai dengan
harga pokok produk di dalam perusahaan. Untuk mengetahui apakah perusahaan
telah melakukan pengumpulan dan penggolongan biaya serta penentuan harga
pokok produknya, maka diperlukan adanya evaluasi di dalamnya. Dengan adanya
keputusan. juga agar bisa memelihara apakah relatif konstan sepanjang umur
aktiva tetap atau semakin meningkat. Dan dapat berhati-hati dalam pengeluaran
untuk aktiva atas jumlah minimal yang harus kapitalisasi sebagai pengeluaran
modal.
PT. PINDAD (Persero) merupakan perusahaan manufaktur nasional yang
menghasilkan produk militer dan berbagai produk komersial. Produk militer yaitu
berupa alat dan peralatan untuk keperluan TNI dan POLRI. Sedangkan produk
komersial yaitu berupa alat dan peralatan untuk industri elektrik, industri
transportasi, agro industri dan komponen produk komersial yang dimaksud untuk
memenuhi kebutuhan untuk proyek-proyek strategis pemerintah. Untuk itu, PT.
PINDAD (persero) merupakan perusahaan yang harus mempunyai ketelitian
dalam menentukan harga pokok produk apabila perusahaan kurang teliti atau
salah dalam penentuan harga pokok produk, mengakibatkan kesalah dalam
penentuan laba rugi yang diperoleh perusahaan. Juga berusaha menerapkan
pengelolaan dalam harga pokok produk dan dalam penyusutan aktiva tetap yang
baik sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien, sehingga apa yang
menjadi sasaran perusahaan yang dilakukan dapat dicapai yaitu menghasilkan laba
Tabel 1.1
Data jumlah Harga Pokok Produk dan Penyusutan Aktiva Tetap Terhadap laba
PT. PINDAD (persero) Bandung
Periode Harga Pokok Produk (dalam jutaan rupiah)
Depresiasi Aktiva Tetap (dalam jutaan rupiah)
Laba
(dalam jutaan rupiah)
2000 118.251 94.178 17.977
2001 129.081 102.552 22.526
2002 169.075 111.856 5.052
2003 244.679 122.188 20.308
2004 315.952 137.516 30.407
2005 200.965 158.690 17.234
2006 263.945 175.130 14.314
2007 309.081 192.848 17.127
2008 424.655 208.974 5.864
2009 783.417 224.382 28.006
2010 865.264 240.055 34.221
2011 921.976 252.856 47.200
Sumber : data keuangan PT. Pindad
Berdasarkan laporan keuangan terlihat bahwa harga pokok produk dan
penyusutan aktiva tetap pada PT. PINDAD (persero) Bandung cenderung
berfluktuasi yang berdampak pada perubahan laba. Kondisi yang cukup
signifikan dari harga pokok produk terhadap laba terjadi pada tahun 2006,
dimana harga pokok produk lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2005
tetapi dalam kegiatan operasionalnya PT.PINDAD justru mengalami
kenaikan. Sedangkan penyusutan aktiva tetap terhadap laba terlihat pada tahun
2007, dimana penyusutan aktiva tetap mengalami kenaikan begitupun dengan
laba. Berdasarkan survey awal diketahui bahwa pada akhir tahun 2007 terjadi
krisis global yang berdampak terhadap perolehan keuntungan pada PT.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan
penelitian untuk mengetahui sejauh mana harga pokok produk dan penyusutan
aktiva tetap, mempengaruhi laba suatu perusahaan dengan judul “Pengaruh
Harga Pokok Produk dan Penyusutan Aktiva Tetap Terhadap Laba pada
PT. Pindad (persero)”.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Masalah yang terjadi pada PT. PINDAD (Persero) adalah mengenai harga
pokok produk, penyusutan aktiva tetap dan laba tahun 2000 sampai tahun 2011
yang cenderung berfluktuasi. Kondisi yang cukup signifikan terjadi pada tahun
2006, dimana harga pokok produk mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan tahun 2005 namun laba justru mengalami penurunan. Seharusnya dengan
meningkatnya harga pokok produk maka laba tahun 2006 juga ikut meningkat
namun pada kenyataannya laba PT. PINDAD (Persero) mengalami penurunan,
sedangkan pada penyusutan aktiva tetapnya mengalami kenaikan, tapi pada tahun
2007 laba meningkat, dimana seharusnya laba mengalami penurunan karena
penyusutan tahun 2007 meningkat.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
1. Bagaimana Perkembangan Harga Pokok Produk pada PT. PINDAD
PERSERO.
2. Bagaimana perkembangan Penyusutan Aktiva Tetap pada PT. PINDAD
PERSERO
3. Bagaimana Perkembangan Laba pada PT.PINDAD PERSERO
4. Seberapa besar pengaruh Harga Pokok Produk dan Penyusutan Aktiva
Tetap secara parsial terhadap Laba pada PT. PINDAD PERSERO.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan
memperoleh pemahaman mengenai pengaruh harga pokok produk dan penyusutan
aktiva tetap terhadap laba pada perusahaan.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui perkembangan harga pokok produk pada PT.PINDAD
PERSERO.
2. Mengetahui perkembangan penyusutan aktiva tetap pada PT. PINDAD
PERSERO.
4. Mengetahui pengaruh harga pokok produk dan penyusutan aktiva tetap
terhadap laba pada PT. PINDAD PERSERO.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Praktis
a. Perusahaan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pimpinan
perusahaan dalam menentukan harga pokok produk dan penyusutan aktiva
tetap yang berpengaruh terhadap laba.
b. Bagi pihak lain.
Dengan melakukan penelitian ini penulis akan dapat gambaran langsung
mengenai harga pokok produk dan penyusutan aktiva tetap dalam
menghasilkan laba dan manfaat penerapannya.
1.4.2 Kegunaan Akademis
a. Bagi penulis.
Penulis mendapatkan wawasan dan pandangan serta pengembangan ilmu
pengetahuan yang diterima selama perkuliahan khususnya mata kuliah yang
berhubungan dengan judul dari penelitian yang dilakukan baik dari segi
b. Bagi peneliti lain.
Dapat dijadikan sebagai masukan bagi pengembangan ilmu manajemen
khususnya manajemen keuangan dalam pengaruh harga pokok produk dan
penyusutan aktiva tetap terhadap laba.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.5.1 Lokasi Penelitian
Dalam penyusunan penetian ini, peneliti dilaksanakan dengan cara
pengumpulan dan memperoleh data-data yang diperlukan. Penulis
melakukan penelitian pada PT. PINDAD (PERSERO) Bandung yang
terletak di JL. Ters. Jend.Gatot Soebroto. No 517 Bandung Kode pos:40284.
1.5.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada maret 2012
Tabel 1.2
Jadwal Penelitian
No
Jadwal Kegiatan
Bulan
Februari Maret April Mei Juni Juli Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
12
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Harga Pokok Produk
Harga pokok produk atau products cost merupakan elemen penting untuk menilai keberhasilan (performance) dari perusahaan dagang maupun manufaktur. Harga pokok produk mempunyai kaitan erat dengan indikator-indikator tentang
sukses perusahaan, seperti misalnya: laba kotor penjualan, laba bersih. Tergantung
pada rasio antara harga jual dan harga pokok produknya, perubahan pada harga.
Pokok produk yang relatif kecil bisa jadi berdampak singnifikan pada indikator
keberhasilannya.
2.1.1.1 Pengertian Harga Pokok Produk
Menurut Mulyadi (2007:10) : Harga pokok produk pada dasarnya
menunjukan harga pokok produk (barang dan jasa) yang diproduksikan dalam
suatu periode tertentu. Hal ini berarti bahwa harga pokok produksi merupakan
bagian dari harga pokok. Harga pokok dari produk yang terjual dalam suatu
periode akuntansi. Berikut ini pengertian harga pokok menurut beberapa
Menurut Tresno Lesmono (1998:1) Harga pokok produk adalah pengobanan
sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau
kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan.
Harga pokok produk adalah nilai pengorbanan untuk memperoleh barang dan jasa
yang diukur dengan nilai mata uang. Besarnya biaya diukur dengan berkurangnya
atau timbulnya utang. Mulyadi lebih lanjut menjelaskan bahwa, biaya produk
merupakan biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan pengolahan
bahan baku menjadi barang jadi. Sedangkan menurut Supriyono (1999 : 144)
biaya-biaya dalam penetuan harga pokok produk terdiri dari tiga unsur:
(a) Biaya bahan Baku
Biaya bahan baku adalah biaya bahan yang dipakai untuk diolah dan akan
menjadi bahan produk jadi. Bahan dari suatu produk merupakan bagian terbesar
yang membentuk suatu produk jadi, sehingga dapat dikasifkasikan secara
langsung dalam harga pokok dari setiap macam barang tersebut.
(b) Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja merupakan balas jasa yang diberikan kepada karyawan
produksi baik yang secara langsung maupun tidak langsung turut mengerjakan
produksi barang yang bersangkutan.
(c) Biaya Overhead Pabrik
Merupakan biaya yang tidak dapat dibebankan secar langsung pada suatu
2.1.1.2 Manfaat Informasi Harga Pokok Produk
Untuk mengetahui laba atau rugi secara periodik suatu perusahaan dihitung
dengan mengurangkan pendapatan yang diperoleh dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Oleh karena hitu diperlukan
informasi dari harga pokok produk menurut Mulyadi (2007 : 41) manfaat dari
penetuan harga pokok produk secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Menetukan Harga Jual Produk
Perusahaan yang berproduksi masa memproses produknya untuk
memenuhi persediaan di gudang dengan demikian biaya produk dihitung untuk
jangka waktu tertentu untuk menghasilakan informasi biaya produk per satuan
produk. Penetuan harga jual produk, biaya produk per unit merupakan salah satu
data yang dipertimbangkan disamping data biaya lain serta data non biaya.
2. Memantau Realisasi Biaya Produk
Manjemen memerlukan informasi biaya produk yang sesungguhnya
dikeluarkan dibandingkan dengan rencana produksi yang telah ditetapkan , oleh
sebab itu akuntansi biaya digunakan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau
apakah produksi mengkonsumsi total biaya produk sesuai dengan yang
diperhitungkan sebelumnya.
3. Menghitung Laba rugi Periodik
Guna mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan
informasi biaya produk yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam
periode tertentu.
4. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam
Proses yang Disajikan dalam Neraca.
Saat manajemen di tuntut untuk membuat pertanggungjawaban perperiode,
manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba
rugi, yang menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok yang
pada tanggal neraca masih dalam proses. Berdasarkan catatan biaya poduk yang
masih melekat pada produk jadi yang belum di jual pada tanggal neraca serta
dapat diketahui biaya produknya. Biaya yang melekat pada produk jadi pada
tanggal neraca disajikan dalam harga pokok persediaan produk jadi. Biaya produk
yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses
pengerjaan disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam
proses.
2.1.1.3 Unsur-Unsur Harga Pokok Produk
Untuk menentukan harga pokok produk yang mutlak diperlukan sebangai
dasar penilaian dan penentuan laba rugi periodik, biaya produk perlu
dikeasifikasikan menurut jenis atau objek pengeluarannya. Hal ini penting agar
pengumpulan data biaya dan alaokasinya yang seringkali menuntut adanya
ketelitian yang tinggi, seperti misalnya penetuan tingkat penyelesaian produk
dalam proses pada produksi secara massal dapat dilakukan dengan mudah.
yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya produk tak
langsung atau biaya overhead pabrik.
1. Biaya Bahan Baku
Biaya ini meliputi harga pokok dari semua bahan yang secara prektis dapat
diidentifikasi sebagai dari produk selesai. Misalnya, papan atau kayu pada
perusahaan produsen mebel, pasir dan semen pada perusahaan produse tegal tidak
semua bahan yang dipakai dalam pembuatan suatu produk, memang
dikasifikasikan sebangai bahan baku. Paku dan lem pada perusahaan produsen
mebel, umpamanya barangkali tidak dikalsifikasi sebagai bahan baku. Ini
disebabkan oleh karana biaya yang didapat dari ketelitian harga pokok produknya.
Bahan-bahan yang relatif kecil nilainya sepeti itu disebut bahan penolong dan
diklasifikasikan sebangai bagian produksitak langsung.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Meliputi gaji dan upah dari seluruh tenaga kerja langsung yang secara
praktis dapat diidentifikasikan dengan pengolahan bahan menjadi produk jadi atau
setengah jadi. Gaji dan upah operasional mesin umpamanya merupakan contoh
biaya tenaga kerja langsung. Seperti halnya biaya bahan baku, kenyataan adanya
gaji dan upah tenagga kerja yang ikut membantu terlaksanaya kegiatan produksi
mungkin saja tidak digaolongkan sebagai biaya tenaga kerja langsung. Karena itu,
terhadap gaji dan upah tenaga kerja dibebakan menjadi biaya tenaga kerja
langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung. Biaya tenaga kerja tak langsung
tenaga kerja langsung. Gaji dan upah mandor adalah salah satu contoh dari biaya
tenaga kerja tidak langsung. Adalah tidak praktis untuk mengdefinisikan biaya,
sebagai halnya gaji dan upah mandor itu kepala produk tertentu, sementara itu,
perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk.
3. Biaya Overhead Pabrik
Biaya ini meliputi semua biaya produk selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik meliputi juga biaya
bahan penolong, gaji dan upah tenaga kerja tidak langsung dan biaya produk tak
langsung lainnya. Biaya depersiasi atau biaya dari satu macam produk,
umpamanya merupakan contoh dari biaya overhead pabrik.
Untuk menentukan harga pokok, produk sebagai dasar penilaian persediaan,
terdapat perbedaan yang fundamental tentang apa yang harus dilakukan terhadap
biaya produksi langsung dan biaya overhead pabrik. Untuk biaya produk
langsung, pengumpulan data biaya dilakukan dengan menggunakan
dokumen-dokumen transaksi seperti misalnya Surat permintaan Bahan untuk bahan baku,
dan Kartu jam kerja untuk tenaga kerja langsung ke dalam dokumen itu dicatat
data kuantitas dan harga atau tarif per satuannya. Setiap kali terjadi transaksi
pemakaian bahan baku atau pelaksanaan, satuan order produk. Lain halnya
dengan biaya overhead pabrik, biaya ini tidak dapat diidentifikasi secara langsung
kepada masing-masing produk berdasarkan suatu taksiran. Untuk mengatasi hal
janka waktu tertentu, misalnya satu tahun, kemudian membebankannya kepada
produk yang dihasilkan dalam jangka waktu tersebut berdasarkan tarif tertentu.
2.1.1.4 Metode Penentuan Harga Pokok Produk
Menurut Mulyadi (2007 : 18) metode penentuan harga pokok produk adalah
menghitung semua unsur biaya kerja dalam harga pokok produk. Dalam
menghitung unsur-unsur biaya pada harga pokok produk terdapat dua pendekatan
yaitu metode , full costing dan metode variabel costing.
1. Metode Full Costing
Full costing merupakan metode penetuan harga pokok produk yang menghitung semua unsusr biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Harga pokok produk menurut
metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya produk sebagai berikut :
Persediaan Awal xxx
Biaya bahan Baku xxx
Biaya Tenaga Kerja xxx
Biaya Overhead Pabrik variabel xxx
Biaya Overhead Pabrik Tetap xxx
Total Biaya Produk xxx
xxx
Persediaan Akhir (xxx)
Harga Pokok Produk xxx
pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non
produk ( biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum ).
2. Metode variabel costing
Variabel costing merupakan metode penetuan harga pokok produk yang hanya menghitung biaya produk yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok
produknya. Metode variabel costing terdiri dari unsur-unsur biaya produk sebagai berikut :
Persediaan Awal xxx
Biaya bahan Baku xxx
Biaya Tenaga Kerja xxx
Biaya Overhead Pabrik variabel xxx
Total Biaya Produk xxx
xxx
Persediaan Akhir (xxx)
Harga Pokok Produk xxx
Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan variabel costing
terdiri dari unsur harga pokok produk variabel ( biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel ) ditambah dengan biaya non
produk variabel (biaya pemasaran variabel, dan biaya administrasi dan umum
variabel ) dan biaya tetap ( biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap,
2.1.2 Aktiva Tetap
Aktiva yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas
usaha dan sifatnya relatif tetap atau jangka waktu perputarannya lebih dari satu
tahun.
2.1.2.1 Pengertian Aktiva Tetap
Menurut SAK dalam Sri Dewi Anggadini (2009 : graha ilmu) aktiva tetap adalah
“aktiva berwujud; diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih
dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk
dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun periode akuntansi”.
Definisi aktiva tetap menurut Soemarso S.R dalam Ely Suhayati aktiva tetap
(2010:20) adalah “aktiva berwujud ( tangible fixedassets) yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun; digunakan dalam kegiatan perusahaan; dimiliki tidak untuk
dijual kembali dalam kegatan normal perusahaan serta nilainya cukup besar.
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga batasan
agar suatu aktiva dapat dikatakan sebagai aktiva tetap, yaitu:
1. Aktiva berwujud
2. Aktiva itu diperuntukan dalam operasi normal perusahaan, bukan untuk
di jual.
2.1.2.2 Ciri-ciri Aktiva Tetap
Menurut Ely Suhayati (2009:247) ada beberapa ciri dari aktiva tetap, yaitu:
a) Jangka waktu pemakaiannya lama (lebih dari satu tahun)
b) Tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal
perusahaan.
c) Nilainya cukup tinggi.
d) Penurunan manfaat (penurunan dari nilai aktriva tetap) secara
periodik disebut depreciation expense (penyusutan) e) Memiliki umur ekonomis dan nilai residu.
2.1.2.3 Harga Perolehan Aktiva Tetap
Nilai aktiva tetap didasarkan atas harga perolehannya yang mencangkup
segala pengeluaran untuk memperoleh aktiva tetap sampai siap digunakan.
Biaya-biaya yang tidak menambah manfaat pada aktiva tetap tidak boleh dimasukan
kedalam harga perolehan aktiva tetap. Misalnya: Kerusakan akibatnya kekerasan,
Kesalahan pemasangan, Pencurian yang tidak diasuransikan, Kerusakan selama
bongkar pasang, Denda akibat tidak lengkapnya izin dari badan pemerintah.
Hak perolehan aktiva tetap
a) Harga beli
b) Asuransi
c) Angkutan
e) Biaya lain-lain (materai)
2.1.2.4 Penyusutan (depresiasi)
Semua jenis aktiva terkecuali tanah akan makin berkurang kemampuannya
untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu beberapa faktor yang
mempengaruhi menurunnya kemampuan ini adalah pemakaian, keausan,
ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan
keterbelakangan teknologi. Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai
aktiva tetap yang bersangkutan.
Menurut Soemarso.S.R (2010:24) “penyusutan adalah pengakuan adanya
penurunan nilai aktiva tetap berwujud”.
Menurut Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini (2009:249) “ penyusutan
merupakan penurunan nilai manfaat secara periode dari aktiva tetap”. Sedangkan
menurut SAK dalam buku akuntansi keuangan “penyusutan adalah alokasi
sistematik jumlah yang disusutkan setiap periode dari suatu aktiva tetap sepanjang
masa manfaat.
Jumlah yang dapat di susutkan = harga perolehan – nilai sisa
2.1.2.5 Metode penyusutan
Ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan. Dua faktor itu
adalah nilai aktiva tetap yang digunakan dalam perhitungan penyusutan ( dasar
penyusutan) dan taksiran manfaat. Dasar penyusutan dapat berupa harga
adalah harga perolehannya. Tetapi ada kalanya dianggap bahwa setelah habis
pakai, aktiva tetap yang bersangkutan masih mempunyai nilai, yang disebut nilai
sisa. Nilai sisa adalah taksiran harga pasar aktiva tetap pada akhir masa manfaat.
Dalam hal demikian, nilai yang dapat disusutkan adalah harga perolehan
dikurangi nilai sisa.
Ada beberapa cara untuk menghitung penyusutan, metode garis lurus
(straight), metode saldo menurun (declining balance), jumlah angka-angka tahun (sum of the years digit) dan unit produksi (unit of production) menurut Ely Suhayati (2009:252).
a) Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Dalam metode garis lurus, penyusutan dibebankan berdasarkan berlalunya
waktu dalam jumlah yang sama sepanjang umur ekonomis aktiva, rumus:
Besar Penyusutan = Harga Perolehan-Nilai Sisa
Umur Ekonomis
b) Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)
Metode saldo menurun menghasilkan beban periodic yang terus menurun
sepanjang estimasi umur manfaat aktiva. Untuk menerapkan metode ini, tarif
penyusutan garis lurus tahunan terlebih dahulu harus digandakan.
1. Tentukan tarif penyusutan
Tarif = 1- ns 1/n
Tentukan besar penyusutan
Besar Penyusutan = Tarif x Nilai Buku
Nilai Buku = Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan
c) Metode dengan Angka-angka Tahunan (Sum of the Years Digit Methods)
Metode ini menghasilkan beban penyusutan periodik semakun menurun
sepanjang umur estimasi aktiva.
Beban penyusutan = tarif x (HP – NR) x n
12
d) Metode Unit Produksi (Unit of Production Method)
Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang berbeda-beda setiap
periode menurut jumlah penggunaan aktiva. Umur aktiva dinyatakan dalam
kapasitas produksi rumus:
Beban penyusutan = (HP-NS) x produksi tahun berjalan
Jam mesin
2.1.3 Pengertian Laba
Salah satu tujuan utama dari kegiatan operasi perusahaan adalah
mendapatkan laba yang maksimal.Maka penting bagi manajemen perkiraan
besarnya laba yang diharapkan oleh perusahaan.
Berikut pengertian laba menurut Sofyan S Harahap( 2007 : 155) sebagai
dan bukan kegiatan utama entity dan dari transaksi atau kegiatan lainnya yang mempengaruhi entity selama satu periode tertentu, terkecuali yang berasal dari
hasil atau investasi dari pemilik. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
laba adalah naiknya nilai equity dari transaksi yang bersifat insidentil yang mempengaruhi entity selama satu periode tertentu.
Sedangkan menurut Henry Simamora (2002 : 25) menjelaskan :“ laba
adalah perbedaan pendapatan dengan beban, jikalau pendapatan melebihi
beban maka hasilnya adalah laba bersih “.
Daniel Wijaya (2001 : 11) menjelaskan pengertian laba sebagai berikut: “
Laba adalah pendapatan penjualan setelah dikurangi dengan biaya yang
digunakan untuk menjalankan usaha”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laba adalah pendapatan
penjualan setelah dikurangi dengan biaya yang digunakan untuk menjalankan
usaha.
2.1.3.1 Jenis – jenis laba
Laba yang dicapai oleh perusahaan pada laporan laba rugi berbeda-beda
tergantung pada perhitungan yang dibuat oleh bagian keuangan dengan
berdasarkan pada aturan pembuatan laporan laba rugi yang telah di tetapkan,
Menurut Supriono (2002 : 177) menjelaskan jenis-jenis laba yaitu:
1. Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan
dengan harga pokok penjualan.
2. Laba dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban
operasi.
3. Laba bersih yaitu angka terakhir dari perhitungan laba rugi dimana untuk
mencarinya laba operasi ditambah pendapatan dan dikurangi dengan beban
lain-lin.
4. Dari pengertian diatas maka dapat di simpulkan bahwa jenis-jenis laba
dalam hubungannya dengan perhitungan laba terdiri dari laba kotor, laba
dari operasi dan laba bersih.
Sedangkan menurut Hendri Simamora (2002 : 307) mengemukakan bahwa
jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba yaitu:
1. Tambahan nilai( value addend ) yaitu harga jual produksi barang dan jasa
perusahaan dikurangi harga pokok barang dan jasa yang dijual.
2. Laba bersih perusahaan yaitu kelebihan hasil dari biaya seluruh
pendapatan dan rugi, biaya tidak termasuk bunga, pajak dan bagi hail.
3. Laba bersih bagi investor yaitu sama seperti laba bersih perusahaan tetapi
setelah dikurangi pajak penghasilan.
4. Adapun laba bruto adalah selisih antara penjualan bersih dengan harga
5. Laba usaha adalah jumlah akumulasi laba bersih dari beban usaha atau
laba usaha adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama
perusahaan.
6. Laba ditahan adalah jumlah akumulasi laba bersih dari sebuah perseroan
terbatas dikurangi distribusi laba yang dilakukan.
Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa jenis-jenis laba dilihat dari
hubungannya dengan perhitungan laba terdiri dari tambahan nilai, laba bersih
perusahaan dan laba bersih bagi investor.
2.1.3.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Laba
Menurut Henry Simamora (2002:29) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi laba diantaranya, yaitu:
1. Biaya
Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa
akan harga jual mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.
2. Harga Jual
Harga jual pokok atau jasa akan mempengaruhi besar volume penyalur
produk atau jasa yang bersangkutan.
3. Volume Penjualan dan Produksi
Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk
atau jasa tersebut, selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dalam mengamati
pengaruh modal kerja dan likuiditas terhadap laba bersih perusahaan ditampilkan
dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Penelitian Judul Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
1 Join satria Gugup tugi prihatma ( 2008 )
Aktiva tetap terhadap laba perusahaan suatu kasus pada PT, yusunli abadi utama plastik
Dimana kenaikan beban penyusutan pada suatu periode akuntansi disebabkan oleh adanya penambahan kuantitas aktiva tetap, adanya kegiatan peluasan atau peningkatan mutu aktiva tetap, sebaliknya, penurunan besarnya beban penyusutan pada suatu periode akuntansi dikarenakan adanya penghentian penggunaan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan.
Berbeda dari perusahaan dan variabel X1 Sama-sama menggunak an variabel X2 dan variabelY
2 Hendra setiawan Victor lisias (2009)
Evaluasi atas harga produk sampingan dalam kaitannya dengan perhitungan laba prusahaan study kasus pada CV morinda house bogor
Penjualan bersih produk merupakan hasil penjualan produk sampingan yang dikurangi dengan biayaproduksi produk setelah dipisah, biaya pemasaran atas produk. Produk sampingan akan berguna bagi manajemen dalam merencanakan laba yang memaksimalkan perusahaan
Berbeda dari Variabel X2 dan
Perusahaan
Sama-sama menggunak an Variabel X1dan Variabel Y.
3 R gunawan sudarmant o
(2003)
Pengaruh penerapan metode harga pokok
terhadap laba prrusahaan studi kasus pada
perusahaan kopi di lampung
Jika perusahaan mempunyai banyak kesalahan dalam harga pokok akan memiliki dampak pada besarnya nilai persediaan produk dan laba perusahaan akan buruk. Tetapi bila terlalu tinggi penetapan harga pokok penjualan mengakibatkan nilai persediaan dalam neraca menjadi rendah. Dan laba pada periode tersebut juga menjadi telalu rendah.
Berbeda dari Perusahaand an Variabel X2
4 Ande Sofian (2003) Peranan perhitungan harga pokok produksi dalam menetapkan laba yang diharapkan pada PT. Intinusa Salareksa. Tbk
Dari hasil penelitian menunjukan perusahaan telah menerapkan perhitungan harga pokok produksi untuk mengawasi jalannya produksi sehingga biaya-biaya dapat di kendalikan. Dengan efesiensi biaya harga pokok produksi dapat ditekankan dan mampu bersaing dipasaran serta membantu manajemen dalam menetapkan laba yang diharapkan, sehingga kerugian yang terjadi dapat di hindarkan
Berbeda dari Perusahaan Dan Variabel X2
Sama-sama menggunak an Variabel X1dan Variabel Y
5 I Ketut Puja Wirya Sanjaya (2007) Penerapan analisis biaya_volume _laba pada perhitungan harga pokok produksi berdasarkan aktifitas
Analisis ini menggabungkan semua informasi keuangan perusahaan, analisis volume laba dapat menjadikan alat yang berharga untuk mengindentifikasi luas dan besarnya masalah ekonomi yang dihadapi perusahaan dan membantu menunjukan secara tepat jawaban yang diperlukan. Dan dampak peningkatan harga pada laba dengan menguji pengaruhnya
Berbeda dari perusahaan dan Variabel X2
Sama-sama menggunak an Variabel X1 dan Variabel Y
6 Rismayani (2007)
Analisis saluran distribusi sebagai penentu harga dan laba pada produk hasil pertanian sayuran buah tomat
Sebaiknya pendistribusian buah tomat perlu mempertimbangkan resiko yang berkaitan dengan daya tahannya. Selain itu perlu pula diperhatikan agar penyampaian buah tomat ini dapat lebih cepat dalam pengertian lebih baik dengan saluran distribusi yang pendek. Karena keadaan ini dapat memberikan dan menentukan harga dan laba lebihb baik
Berbeda dari perusahaan dan Variabel X2
Sama-sama menggunak an Variabel X1 dan Variabel Y
7 Pantjar Simatupan gdan Andreng Purwoto (1995) Dampak perubahan harga solar terhadap produksi dan laba usahatani padi
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa perubahan harga BBM sangat berpengaruh terhadap produksi dan usahatani padi. Oleh karena itu agar tidak terlalu menimbulkan dampak yang besar terhadap penurunan produksi pertanian maupun pendapatan petani maka pada setiap kebijakan peningkatan harga BBM pemerintah juga meningkatkan
Berbeda dari perusahaan dan Variabel X2
2.2 Kerangka Pemikiran
Indikasi dari pengelolaan harga pokok produk yaitu dimana perusahaan
harus bisa mejalankan dalam kegiatan tersebut dengan efisien yang meliputi biaya
bahan baku, tenaga kerja sampai kepenyelesaian dalam menghasilkan produk.
Menurut Mulyadi (2007:10) “ biaya produk merupakan biaya-biaya yang terjadi
dalam hubungannya dengan pengelolaan bahan baku menjadi bahan jadi”.
Apabila dalam persahaan kurang efektif dalam mengelola untuk harga pokok
produknya kurang baik, maka hasil akhir atau laba perusahaan pun ikut mengikuti
dan akan menjadi turun, tetapi bila harga pokok produk itu baik, maka
keuntungan perusahaan pun akan meningkat.
Menurut Ely Suhayati (2009:249) “ Penyusutan merupakan penurunan nilai
manfaat secara periode dari aktiva tetap”. Disamping itu juga, perusahaan pasti
harga komoditi pertanian dan menunda atau paling tidak memperkecil kenaikan harga 8 Suryadi
(2008)
Penentuan laba optimal melalui fungsi pendapatan dan biaya
Penetapan harga guna optimalisasi laba dapat menggunakan pendekatan pendekatan fungsi permintaan dengan penggunaan fungsi harga dan permintaan, karena dalam kondisi sekarang persaingan yang semakin ketat perlu kebijakan tentang harga yang fleksibel dengan harapan perusahaan dapat meningkatkan efisiensi cara produksinya.Pendekatan atau metode apapun dalam penetapan tentunya tidak terlepas dari komponen biaya produksi,distribusi dan yang terpenting daya saing yang harus dipertimbangkan dalam penetapan harga
Berbeda dari perusahaan dan Variabel X2
mempunyai aktiva tetap yang dipakai dalam kegiatan perusahaan itu tersebut. Hal
itupun harus diperhitungkan, dimana aktiva tetap mempunyai keterbatasan dalam
masa manfaatnya. Bisa saja mungkin sering terjadi dalam perusahaan kurang
memperhatikan akan masa manfaat aktivanya tersebut, sehingga menimbulkan
biaya tambah untuk memperbaiki salah satu aktiva tersebut. Dan dampaknya
perusahaan akan mengalami kerugian karena adanya biaya tambah dalam
pemeliharan aktiva tetap tersebut.
Dalam pembahasan ini pun terdapat dua penjelasan tentang laba seperti,
laba adalah perbedaan pendapatan dengan beban, jikalau pendapatan melebihi
beban maka hasilnya adalah laba bersih. Dan dari Daniel Wijaya (2001 : 11)
menjelaskan pengertian Laba adalah pendapatan penjualan setelah dikurangi
dengan biaya yang digunakan untuk menjalankan usaha.
Itulah tujuan perusahaan dalam kegiatannya, mendapatkan laba sebesar
mungkin, dengan cara kegiatan yang efektif dan efisien dalam penentuan harga
pokok produksi dan dalam pemeliharan aktiva tetap.
2.2.1 Keterkaitan Antara Variabel Harga Pokok Produk dengan Laba
Secara sederhana kemajuan suatu perusahaan dapat dilihat dari
perkembangan tingkat laba yang dicapai dari satu periode ke periode berikutnya.
Apabila laba yang diperoleh selalu tinggi dan mengalami peningkatan, maka
perusahaan memiliki prospek yang sangat baik. Secara sederhana, laba yang
dicapai oleh perusahaan dapat dihitung dengan cara mengurangkan penghasilan
akuntansi tersebut. Biaya-biaya yang terjadi dalam satu periode akuntansi
diantaranya terdapat biaya langsung yang berhubungan dengan proses produk
yang disebut dengan biaya produk atau harga pokok produk
Secara sederhana, laba yang dicapai oleh perusahaan dapat dihitung dengan
cara mengurangkan penghasilan yang dicapai dalam periode tertentu dengan
semua biaya yang terjadi dalam suatu periode akuntansi tersebut. Biaya-biaya
yang terjadi dalam suatu periode akuntansi diantaranya terdapat biaya langsung
yang berhubungan dengan biaya produk. Dengan demikian harga pokok produk
mempunyai keterkaitan terhadap besar kecilnya laba perusahaan. R. Gunawan
Sudarmanto (2003:02). Dalam perusahaan manufaktur, biaya industri atau harga
pokok produk merupakan jumlah yang sangat besar porsinya dibandingkan
dengan biaya-biaya usaha yang lainnya. Oleh karena itu perusahaan haruslah
mampu bekerja secara cermat dan teliti dalam menggunakan dan menentukan
besarnya harga pokok produk agar dapat dilakukan penekanan biaya produk.
Penyusutan harga pokok produk yang seharusnya di lakukan perusahaan
adalah menggunakan metode fulll costing. Dimana metode ini menghendaki
pembebanan seluruh biaya produk baik itu biaya tetap maupun biaya variabel
sebagai komponen pembentukan harga pokok produk. Biaya-biaya yang
dikeluarkan didasarkan pada pengumpulan biaya sesuai dengan penggolongan
biaya serta pengumpulan biaya produk beserta alokasi pemakaiannya ke dalam
produk secara merata . Sehingga hasil akhirnya akan di peroleh harga pokok
Dari penetuan harga pokok produk hendaknya perusahaan
memperhitungkan penyusutan harga pokok yang benar, sehingga informasi harga
produk dapat tersaji dengan wajar, maka dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan bagi manajemen, sehingga keputusan dapat diambil
dengan tetap dan dapat mendukung keberhasilan perusahan di masa akan datang.
2.2.3 Hubungan Penyusutan Aktiva Tetap dengan Laba
Suatu badan usaha baik yang bergerak dibidang jasa, dagang, maupun
manufaktur membutuhkan aktiva tetap untuk menjalankan kegiatan
operasionalnya. Namun, karena berkurangnya manfaat suatu aktiva tetap selain
tanah maka diperlukan alokasi sistematis terhadap suatu aktiva selama masa umur
manfaatnya yang disebut dengan penyusutan. Dalam menentukan beban
penyusutan periodik atas aktiva tetap perusahaan menggunakan metode garis
lurus. Proses penyusutan akan menghasilkan alokasi biaya penyusutan yang akan
mempengaruhi laba atau rugi perusahaan, jika nilai buku dalam neraca Join Satria
dan Gugup Tugi Prihatma(2008 : 02).
Analisis yang dilakukan penulis terhadap pengaruh metode penyusutan
aktiva tetap terhadap laba usaha yang diperoleh perusahaan, Berdasarkan hasil
analisis terhadap penyusutan aktiva tetap, beban penyusutan dengan metode garis
lurus yang digunakan perusahaan lebih rendah pada awal-awal perolehan aktiva
tetap yang mempunyai beban penyusutan yang tinggi pada awal-awal tahun
perolehannya. Dengan demikian pada awal-awal tahun perolehan, laba usaha yang
dengan laba usaha apabila perusahaan menggunakan metode saldo menurun
ganda.
Berdasarkan keragka pemikiran dan keterkaitan variabel diatas, maka dapat
dibuat suatu paradigma penelitian dari pengaruh harga pokok produk dan
penyusutan aktiva tetap terhadap laba secara sistematis pada gambar berikut:
R.GunawanSudarmanto (2003:02)
[image:49.595.115.563.279.603.2]Join Satria dan Gugup Tugi Prihatma (2008:02)
Gambar 2.1
Paradigma Penelitian
ℎ��=total biaya produk persediaan akhir
Harga Pokok Produk (x1)
- Total biaya produk - Persediaan akhir
Laba (y)
- Pendapatan - Beban-beban
Laba = pendapatan – jumlah beban
���=harga perolehan−nilai sisa umur ekonomis
Penyusutan Aktiva Tetap (x2)
2.3 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban suatu teori sementara yang sebenarnya masih
memerlukan pengujian. Hipotesis juga dapat di artikan sebagai jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian (Arikuntro : 2003:62). Jadi
hipotesis merupakan suatu rumus yang menyatakan adanya hubungan tertentu
atau antara dua variable atau lebih. Dari penjelasan diatas menunjukan bahwa:
Terdapat pengaruh antara harga pokok produk dengan Laba Terdapat pengaruh antara penyusutan aktiva tetap dengan Laba.
62 4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Perusahaan PT PINDAD (Persero) Bandung
PT. PINDAD (Persero) Bandung pada mulanya adalah suatu usaha
komando TNI – AD yang bergerak dalam bidang instalasi industri. Oleh karena
itu maka industri ini disebut Komando Perindustrian Angkatan Darat yang
disingkat dengan nama KOPINDAD. Fungsi utama KOPINDAD adalah
memproduksi senjata, amunisi, untuk kebutuhan Angkatan Darat khususnya dan
ABRI pada umumnya.
Dengan adanya penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada
Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1950, maka instalasi ini
diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1950
Sesuai dengan surat keputusan Menhankam nomor : 12/M/IV/1984 tentang
alih usaha PINDAD menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maka sejak
tanggal 19 April 1983 PINDAD beralih status menjadi Perseroan Terbatas.
Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia nomor : 114/M/1983 tanggal
23 Mei 1983, maka diangkatlah Menteri Negara Riset dan Teknologi Menristek
selaku Direktur Utama PT. PINDAD (Persero).
Dalam aktivitas perusahaan PINDAD sejak menjadi BUMN, PT. PINDAD
(Persero) mempunyai fungsi ganda sebagai penunjang HANKAMNAS dalam hal
dalam arti kata seluas – luanya. Contoh bidang produksi komersialnya adalah
generator, mesin perkakas, air brake, produk cor, produk tempa, pengait rel, mesin
derek kapal, peralatan mesin, motor elektrik, dan pemutus arus.
Dalam rangka mengemban tugas dan misi perusahaan, filsafah yang
mendasari untuk perkembangan perusahaan adalah “Dalam keadaan damai akan
diwujudkan komposisi turn over produk komersial lebih besar dari produk
militer”, dengan maksud bahwa laba dari penjualan produk komersial dapat untuk
mendukung biaya investasi, litbang, overhead. Sehingga pengembangan produk militer tetap dapat dilaksanakan, sedangkan dalam keadaan perang komposisi
tersebut dengan kebutuhan. PT PINDAD (Persero) merupakan salah satu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi peralatan militer dan produk
komersial.
Adapun visi dan misi PT PINDAD (Persero) adalah sebagai berikut :
(1). Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan yang sehat yang mempunyai inti
usaha terpadu beroperasi secara flexible serta mandiri secara financial .
(2). Misi perusahaan adalah melakukan kegiatan usaha dalm bidang alat dan
peralatan untuk mendukung kemandirian pertahanan dan keamanan Negara,
alat dan peralatan industry, dengan mendapatkan laba untuk pertumbuhan
4.1.2 Struktur Organisiasi PT PINDAD (Persero) Bandung
Struktur organisasi yang dibuat perusahaan disesuaikan dengan kebutuhan
organisasi itu sendiri, dengan demikian lalu lintas kegiatan dalam organisasi
tersebut sesuai dengan kegiatannya.
Struktur organisasi PT. PINDAD (Persero) diatur berdasarkan Surat
Keputusan Direksi PT. PINDAD (Persero) Nomor : SKEP/1/P/BD/VII/2009
tanggal 1 Juli 2009 mengenai organisasi dan tugas perusahaan PT. PINDAD
(Persero) dimana PT. PINDAD (Persero) mempunyai struktur organisasi yang
berbentuk staf dan garis. Hal ini terlihat dengan adanya pembagian tugas antara
satu bidang dengan bidang lainnya.
PT PINDAD dalam menjalankan operasional organisasinya dipimpin oleh
Direksi yang terdiri dari, sebagai berikut :
1. Direktur Utama (Dirut)
Staf Pembantu Umum Dirut terdiri dari :
a. Kepala Sekretariat Perusahaan (SP)
b. Kepala Satuan Pengawasan Intern (SPI)
c. ( PUS Kepala Pusat Pengamanan Satuan-PAM)
2. Staf Direksi terdiri dari :
a. Direktur Produk Komersial (DK)
b. Direktur Produk Militer (DM)
c. Direktur Administrasi dan Keuangan (KU)
3. Staf pembantu Direksi terdiri dari :
a. Deputi Direktur Perusahaan dan Pengembangan Bidang Pengembangan
Usaha
b. Deputi Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bidang
Pengembangan Sumber Daya
c. Deputi Direktur Produk Militer Bidang Penelitian dan Pengembangan
d. Deputi Direktur Produk Militer Bidang Pemasaran dan Penjualan
e. Deputi Direktur Produk Pemasaran Bidang Pemasaran
f. Deputi Direktur Administrasi dan Keuangan Bidang Administrasi
g. Deputi Direktur Administrasi dan Keuangan Bidang Keuangan
Sedangkan unit-unit pelaksana di PT.PINDAD (Persero) terdiri dari
lima divisi dan satu unit khusus dengan kegiatan produksi yang berbeda-beda.
Kelima divisi tersebut antara lain :
a. Divisi Munisi dibawah Direktur Produk Militer
b. Divisi Senjata dibawah Direktur Produk Militer
c. Divisi Mesin Industri dan Jasa dibawah Direktur Produk Komersial
d. Divisi Tempa dan Cor dibawah Direktur Produk Komersial
e. Divisi Rekayasa dan Industri dibawah Direktur Produk Komersial
f. Unit Pengembangan Kendaraan (Unit Khusus) dibawah Direktur Poduk
Komersial
4.1.3 Job Descripstion
Berikut ini akan diuraikan mengenai tugas masing-masing unsur yang
a. Memimpin dan mengelola perusahaan sesuai dengan tugas pokok untuk
mencapai maksud dan tujuan perusahaan.
b. Menguasai, memelihara, dan mengelola kekayaan perusahaan.
c. Mewakili perusahaan di dalam dan diluar pengadilan serta melakukan segala
perbuatan dan tindakan baik mengenai kepengurusan maupun kepemilikan
serta mengikat perusahaan dengan pihak lain dalam hal :
Mengadakan pinjaman jangka pendek dengan Bank atau lembaga keuangan lainnya atau meminjakan uang atas nama perusahaan, dengan
terlebih dahulu ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dan mendapat persetujuan dari Komisaris.
Atas sepengatuhan Dewan Komisaris dan persetujuan dari RUPS untuk melepas atau menjaminkan barang-barang modal, perjanjian kerjasama,
lisensi, manajemen, bantuan teknik dan hal lain yang sejenis.
Adapun uraian tugas dan tanggungjawab dari masing-masing unsur yang
berada di pusat adalah sebagai berikut :
1. Direktur Utama (Dirut)
Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan sesuai tugas pokok untuk mencapai maksud dan tujuan perusahaan.
Mengambil kebijakan untuk kepentingan perusahaan yang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
2. Kepala Satuan Pengawasan (SPI)
Menyusun program kerja pemeriksaan tahunan, membuat laporan hasil
pemeriksaan dan melaksanakan pemeriksan laporan keuangan operasional
maupun pemeriksaan khusus berdasarkan undang-undang.
3. Kepala Pusat Pengamanan (PUSPAM)
Bertanggungjawab atas semua aspek menyangkut keamanan perusahaan
4. Kepala Sekretariat Perusahaan
Melaksanakan pengurusan yang berkaitan dengan perizinan asuransi
mengelola kesekertariatan kantor pusat dan melaksanakan kegiatan hubungan
masyarakat dan protokoler.
5. Direktur Perencanaan dan Pengembangan
Melakukan kajian, menyususn dan melaksanakan langkah pokok
pengembangan usaha, menyusun dan memonitor program penelitian dan
pengembangan.
6. Direktur Produk Militer
Menyusun potensi pasar untuk produk militer, melakukan kontrak dengan pelanggan, memonitor pelaksanaan komitmen perusahaan dengan
pelanggan.
7. Direktur Produk Komersial
Menyusun potensi pasar untuk produk komersial, melakukan kontrak dengan
pelanggan dan melaporkan semua kegiatan dan hasilnya kepada Dirut serta
memonitor program penelitian dan pengembangan.
8. Direktur Administrasi dan Keuangan
Mengelola keuangan perusahaan, melakukan kontrak dengan debitur dan mengadministrasikan kegiatan perusahaan.
Membina hubungan dengan lembaga atau instasi yang berkaitan dengan masalah pendanaan dan perpajakan.
Melaporkan semua kegiatan dan hasilnya kepada Direktur Utama. 9. Deputi Direktur Perecanaan dan pengembangan Bidang Pengembangan
Usaha
Melakukan kajian atas dinamika pasae dan menyusun langkah pokok
pengembangan usaha, serta menyelenggarakan hubungan kerjasama usaha
dan membina keberadaan akan perusahaan.
10. Deputi Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bidang Pengembangan
Sumber Daya.
Melakukan kajian atas sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan serta
melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitasnya, antara lain melalui
pelatihan.
11. Deputi Direktur Produk Militer Bidang Penelitian dan Pengembangan
Melakukan penelitian dan pegembangan atas produk-produk militer, meneliti
12. Deputi Direktur Produk Militer Bidang Pemasaran dan Penjualan
Melakukan riset pasar produk militer, membuat strategi pemasaran produk
militer dan melakukan kegiatan pelayanan purna jual, membina hubungan
dengan pelanggan dan calon pelanggan, serta membuat kontrak penjualan.
13. Deputi Direktur Produk Komersial Bidang Pemasaran
Melakukan riset pasar, membuat rencana strategis pemasaran, melakukan
ekstensi pasar dan membina hubungan dengan pelanggan dan calon
pelanggan.
14. Deputi Direktur Administrasi dan Keuangan Bidang Administrasi
Merencanakan hal-hal yang berhubungan dengan administrasi perusahaan
serta menyediakan sarana dan prasarana untuk keperluan administrasi
perusahaan.
15. Deputi Direktur Administrasi dan Keuangan Bidang Keuangan
Merencanakan dan mengendalikan anggaran perusahaan, mengupayakan tersedianya dana, melakukan analisa biaya dan
keuangan dan melakukan kegiatan akuntansi dan perpajakan.
Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan dalam misi produksi, pembinaan dan pengembangan setiap divisi yang dipimpinnya.
Adapun Divisi Mesin Industri dan Jasa yang dipimpin oleh seorang Kepala
Divisi Mesin Industri dan Jasa. Divisi Mesin Industri dan Jasa semula bernama
Struktur organisasi Divisi Mesin Industri dan Jasa yang dapat terlihat dalam
lampiran diatur berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. PINDAD (Persero)
Nomor : SKEP/11/P/BD/XI/2009 tanggal 12 Nopember 2009.
Unsur-unsur yang terdapat dalam struktur organisasi Divisi Mesin dan Jasa
secara garis besar terdiri dari :
1. Kepala Divisi Mesin Industri dan Jasa
<