• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERIMAAN ORANGTUA DAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA TUNA RUNGU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERIMAAN ORANGTUA DAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA TUNA RUNGU"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENERIMAAN ORANGTUA DAN PENYESUAIAN DIRI

REMAJA TUNA RUNGU

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

NANI RAHAYU

NIM: 04810061

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Assalamuailaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapakan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Penerimaan Orangtua dan Penyesuaian Diri Remaja Tuna Rungu.

Penulisan skripsi ini merupakan puncak dari segala perjuangan yang dilakukan penulis selama berkuliah di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang dan merupakan syarat bagi tercapainya gelar Sarjana Psikologi.

Penulis sadari bahwa dalam kehidupan penulis banyak sekali orang-orang yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. Maka dari itu penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Siti Suminarti Fasikhah., M.Si, selaku dosen pembimbing I terima kasih segala arahan dan bimbingan dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Muhammad Shohib., M.Si, selaku dosen pembimbing II atas segala

masukan, motivasi, bimbingan dan kesabarannya selama penulisan skripsi ini juga telah memberikan bantuan dan ilmunya kepada penulis.

3. Bapak Ari Firmanto., S.Psi, selaku dosen wali yang selalu memberikan motivasi kepada anak didiknya.

4. Bapak Drs. Abdul Aziz Muslich selaku kepala sekolah SMAKH Sinar Harapan probolinggo dan Ibu Sri Nidayati., S.Pd, selaku kepala sekolah UPT SMPLB NEGERI Purworejo Pasuruan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian, terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Orangtuaku yang terhebat Abah dan Umi serta mbah Biyung untuk segala doa, kasih sayang, kesabaran, semangat. Semoga tiap waktu penuh berkah Allah kepada kalian.

6. Suamiku tersayang Yudi Hadi Pranata, terima kasih atas semangat, kesabaran, ketelatenan dan kasih sayang yang sudah diberikan.

(6)

Insyaallah pengorbanan kalian tidak akan sia-sia. Tetaplah jadi anak-anak yang kuat dan kelak jadi pria-pria sholeh, pintar, sehat dan selalu dalam berkah Allah SWT.

8. Mbakku yang baik Yani Manohara dan mas Subkhan beserta keponakan tercinta Ichsan dan Firza terima kasih atas nasehat dan dukungannya.

9. Buat sahabatku Be-nul, Be-jo, Meong, Capu, Be-fen, Via, Widi terima kasih telah menyemangatiku. Zeni, Ratna, Umbar, Dewi, Aulia, Ritna, Desy senang sekali menikmati masa sulit bersama kalian. Aku akan merindukan ‘kegiatan’ kita di lantai 5 =D.

10.Seluruh teman-teman seperjuanganku angkatan 2004 sungguh menyenangkan waktu yang sudah aku lalui bersama kalian.

Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya serta memberikan petunjuk bagi kajian selanjutnya. Kepada berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini penulis ucapakan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Malang, 22 Mei 2011

(7)

DAFTAR ISI

1. Pengertian Penyesuaian Diri... 8

2. Faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Diri... 8

3. Ciri-ciri Penyesuaian Diri yang baik... 10

B. Penerimaan Orangtua... 11

1. Pengertian Penerimaan Orangtua... 11

2. Faktor yang mempengaruhi Penerimaan Orangtua... 12

3. Aspek Penerimaan Orangtua... 14

4. Efek Penerimaan Orangtua... 15

C. Remaja... 16

1. Pengertian Remaja... 16

2. Batasan Usia Remaja... 17

3. Ciri-ciri masa Remaja... 17

4. Tugas Perkembangan masa Remaja... 19

D. Tuna Rungu... 20

1. Pengertian Tuna Rungu... 20

2. Klasifikasi Tuna Rungu... 21

3. Karakteristik Tuna Rungu... 23

E. Pengaruh penerimaan orangtua terhadap penyesuaian diri remaja tuna rungu... 24

1. Pengertian variabel penelitian... 28

2. Identifikasi variabel penelitian... 29

3. Definisi operasional... 29

C. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel... 30

(8)

1. Jenis data... 31

2. Instrumen pengumpulan data... 31

E. Prosedur Penelitian... 34

1. Persiapan penelitian... 34

2. Pelaksanaan penelitian... 34

F. Validitas dan Reliabilitas... 34

G. Rancangan Analisa Data... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 40

B. Hasil Analisa Data... 42

C. Pembahasan... 43

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 48

B. Saran... 48

DAFTAR PUSTAKA... 50

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distributor skor pilihan jawaban... ... 32

Tabel 3.2 Blue print skala penerimaan orangtua... 33

Tabel 3.3 Blue print skala penyesuaian diri... 33

Tabel 3.4 Uji validitas item skala penerimaan orangtua... 36

Tabel 3.5 Uji validitas item skala penyesuaian diri... 36

Tabel 3.6 Uji reliabilitas skala penerimaan orangtua... 37

Tabel 3.7 Uji reliabilitas skala penyesuaian diri... 38

Tabel 3.8 Uji reliabilitas skala I dan skala II ... 38

Tabel 3.9 Rancangan analisa data... 39

Tabel 4.1 Perhitungan T-score skala penerimaan orangtua... 40

Tabel 4.2 Perhitungan T-score skala penyesuaian diri... 41

Tabel 4.3 Perhitungan tabel silang... 41

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2004). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---. (1997). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Edisi ke2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---. (2005). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Darling & Darling, J. (1982). Children who are different meeting the challenges of birth defect in society. London : The C.V. Mosby Company.

Efendi, M. (2006). Pengantar psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Fahmy, M. (1982). Penyesuaian diri : pengertian dan peranannya dalam kesehatan mental. Jakarta : Bulan Bintang.

---. (1982). Kesehatan jiwa dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Jakarta: Bulan Bintang.

Gerungan, W.A . (2004). Psikologi Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama.

Ghozali, I. (2007). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang : UNDIP Press.

Gordon, T. (1991). Menjadi orang tua efektif. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gunarsa & Gunarsa . (2008). Psikologi perawatan. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia

Gunarsa . (1995). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.

Hadi . (1992). Analisis regresi. Yogyakarta : UGM press.

Heward & Orlansky. (1990). Exceptional children : an introductory survey of special education. Third edition. Melbourne : The Ohio State University.

Huber & Runyon. (1984). Psychology of adjustment. Illinois : The Dorsey Press.

Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan anak. Jakarta : Erlangga.

(11)

Johnson & Medinnus, R. (1965). Child psychology : behavior and development. New York : The United States of Amerika.

Kerlinger, N. (2000). Asas-asas penelitian behavioral. Edisi ketiga. Yogyakarta : UGM Press.

Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja. Surabaya : Usaha Nasional.

Monks & Knoers A.M.P. (2004). Psikologi perkembangan: pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Mu,tadin. (tt). Penyesuaian diri remaja. http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp

Musen,dkk. (1979). Child develoment and personality. Fourth edition. New York : Haper & Row Publishers.

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Poerwanti, E. (1998). Dimensi-dimensi riset ilmiah. Malang : UMM Press.

Purnomo . (1990). Memahami dunia anak-anak. Yogyakarta : CV. Mandar Maju.

Rakhmat, J. (2000). Psikologi komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sattler, Jerome M. (2002). Assesment of children : behavioral and clinical applications. Fourth edition, San Diego : San Diego State University.

Somantri, S. (2006). Psikologi anak luar biasa. Bandung : PT. Refika Aditama.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence perkembangan remaja. Jakarta : Erlangga.

Winarsunu, T. (2002). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang : UMM Press.

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan anugerah dari Yang Maha Kuasa yang harus dijaga, dirawat dan diasuh dengan penuh kasih sayang. Anak adalah harapan bagi kedua orangtuanya bukan hanya sebagai penerus keturunan tapi juga mengharapkan anaknya dapat tumbuh menjadi orang yang sukses kelak dikemudian hari. Namun seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan terkadang mengalami hambatan, baik itu secara genetis seperti cacat tubuh, retardasi mental, dan gangguan psikologis lainnya. Tidak terkecuali pada remaja tuna rungu, hal ini menyebabkan berbagai masalah yang kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis saja namun juga menyangkut masalah penyesuaian dirinya.

Sebagai makhluk sosial manusia sangat membutuhkan kehadiran orang lain, dibutuhkan adanya keselarasan diantara manusia itu sendiri. Agar hubungan interaksi berjalan baik diharapkan manusia mampu untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya, sehingga dapat menjadi bagian dari lingkungan tanpa menimbulkan masalah pada dirinya. Dengan kata lain berhasil atau tidaknya manusia dalam menyelaraskan diri dengan lingkungannya sangat tergantung dari kemampuan penyesuaian dirinya.

Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan yang sangat penting bagi terciptanya kesehatan jiwa atau mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak mampuannya dalam menyesuaiakan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya (Mu’tadin:1).

Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai dalam fase remaja adalah

memiliki ketrampilan sosial untuk dapat menyesuaiakan diri dengan kehidupan

sehari-hari. Ketrampilan- ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan menjalin

hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, memberi dan

(13)

2

Tidak terkecuali pada remaja tuna rungu, seiring dengan bertambahnya usia

sebagai makhluk sosial individu tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan dimana

ia berada. Dimana dalam hidupnya seseorang selalu ingin membentuk hubungan baik

dengan lingkungannya. Khususnya pada saat remaja, justru pada saat remaja

penyesuaian diri jadi sangat penting. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja

individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas.

Meskipun berbeda dari individu normal, pada dasarnya remaja tuna rungu mempunyai hak-hak dan keinginan yang sama seperti remaja normal. Remaja tunarungu sangat memerlukan teman untuk bergaul dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Mereka juga butuh dicintai, dihargai, serta diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri. Akan tetapi karena mereka memiliki kelainan dalam segi fisik, biasanya akan menyebabkan suatu kelainan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan (Somantri 2006:98). Banyak ditemukan anak tuna rungu yang mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial,

yaitu ketidakmampuannya dalam berkomunikasi dan hal ini seringkali dialami anak

tuna rungu dalam penyesuaian dirinya.

Hal ini disebabkan karena individu yang mengalami cacat (tuna rungu) akan

mempunyai perasaan rendah diri yang berlebih, karena mereka belum mampu

menerima keadaan fisiknya yang tidak sempurna dibanding dengan orang yang

normal. Menurut Cobb, 1989 (dalam Sattler,2002:246) Anak-anak dengan kebutuhan

khusus cenderung lebih negatif self-konsep dan mengalami frustasi, penolakan, menggoda, prasangka, deprsesi, gelisah dan kekurangan motivasi dari pada anak tanpa kebutuhan khusus.

Penyesuaian diri yang baik tentunya ingin diraih oleh setiap orang termasuk anak-anak yang berkebutuhan khusus. Tentunya penyesuaian diri tidak akan tercapai, kecuali bila kehidupan orang tersebut benar-benar terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan orang tersebut mampu menghadai kesukaran dengan cara objektif yang kemudian berpengaruh pada kehidupannya sehingga mereka bisa menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja dan berprestasi.

(14)

3

kaitannya dengan penyesuaian diri remaja. Unsur-unsur dalam keluarga seperti interaksi orangtua dengan anak, karakteristik keluarga, peran keluarga akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri remaja tersebut.

Anak-anak dengan kebutuhan khusus termasuk tuna rungu, membentuk konsep diri mereka dengan cara sama seperti yang digunakan oleh anak-anak lain. Orangtua adalah sumber utama dari umpan balik, diikuti oleh saudara dan kerabat lain, teman dan tetangga, guru dan profesional lainnya (Sattler 2002:24). Hal ini senada dengan (Somantri 2006: 100) Peranan orang tua dalam perkembangan seorang anak sangatlah penting, karena orangtua dan keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang diperkenalkan kepada anak. Lingkungan keluarga merupakan faktor yang mempunyai pengaruh penting dan kuat terhadap perkembangan anak, terutama anak luar biasa. Hal ini berarti, berhasil tidaknya remaja tuna rungu melaksanakan tugasnya sangat tergantung pada bimbingan dan pengaruh keluarga.

Purwanti (2005:63) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan antara konsep diri (self concept) dengan penyesuaian diri remaja awal di sekolah bahwa ada korelasi positif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan penyesuaian diri pada remaja awal di SLTPN 1 Jiwan Madiun, artinya semakin positif konsep diri pada remaja awal maka penyesuaian dirinya semakin efektif.

Harapan bagi setiap orangtua sangat menginginkan dan mendambakan buah hatinya dapat lahir secara normal dan sehat. Akan tetapi keinginan dan harapan tersebut tentunya tidak selalu sejalan dengan apa yang diharapkannya. Keadaan anak yang serba kekurangan (pertumbuhan dan perkembangannya) akan menimbulkan kekecewaan yang sangat mendalam dan merupakan kenyataan pahit yang harus dihadapi oleh orangtua. Bila anak yang dinanti-nanti gagal memenuhi harapan orangtua, maka orangtua akan merasa kecewa dan mulai bersikap menolak (Hurlock, 1978:202).

(15)

4

atau cacat. Reaksi pertama saat orangtua mengetahui bahwa anaknya menderita tuna rungu adalah merasa terpukul dan bingung. Reaksi ini kemudian diikuti dengan reaksi lain.

Farza (2008:111) dalam penelitiannya yang berjudul Penerimaan orang tua terhadap anak yang menderita Cerebral Palsy (CP) menunjukkan bahwa orangtua yang anaknya menderita Cerebral Palsy (CP) sebelum dapat menerima keadaan anaknya terlebih dahulu melalui suatu proses. Adapun proses penerimaan subyek terhadap anaknya yang menderita CP adalah tahap pertama menyadari keadaan anaknya yang berbeda dengan anak normal. Dalam situasi ini sebagian besar subyek menolak keadaan anaknnya. Reaksi subyek terhadap kondisi anaknya yang menderita CP sebagian besar kaget, kecewa, bingung dan tidak percaya.

Sedangkan Sulastri (2002) dalam penelitiannya berjudul Proses penerimaan orangtua terhadap anak yang menyandang cacat fisik bawaan dan cacat fisik perolehan, menunjukkan bahwa persamaan dari proses penerimaan orang tua yang anaknya cacat fisik bawaan dan cacat fisik perolehan, adalah keduanya merasakan shock ketika pertama kali melihat dan menghadapi keadaan anaknya yang cacat.

Sikap-sikap orangtua yang kurang mendukung keadaan anaknya tersebut tentu saja akan menghambat perkembangan anak terutama pada saat remaja misalnya dengan melindunginya secara berlebihan atau bahkan mengabaikannya. Perlindungan orangtua yang berlebihan pada anak sangat tidak baik karena akan menghambat rasa percaya diri, sedangkan sikap penolakan orangtua terhadap anak akan mengakibatkan anak merasa terasing dan kesepian.

Sikap orangtua terhadap remaja tuna rungu juga sangat berpengaruh terhadap prestasi dan sikap sosial remaja tuna rungu. Apabila orangtua menghargai anak sebagai individu seutuhnya, mencintai anak tanpa syarat serta memenuhi kebutuhan anak terutama remaja tuna rungu untuk mengekspresikan perasaan maka akan terbentuk sikap positif terhadap dirinya. Sebagai remaja mereka akan mampu menerima keadaan dirinya, mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial, mampu menghargai sesama dan menerima tanggung jawab sosial, sehingga akan memunculkan kemampuan dalam penyesuaian diri.

(16)

5

bahwa dari subyek-subyek penelitian yang ada, penyesuaian yang baik ada pada mereka yang mendapat motivasi dan bimbingan dari orangtuanya. Dari pola pengasuhan yang baik dan adil dari orangtua mereka, maka anak tersebut akan lebih percaya diri. Sedangkan subyek yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan baik, itu karena mereka kurang mendapat bimbingan dan motivasi orangtua.

Suhartini (2006:66) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan penyesuaian diri dengan kesepian pada remaja, menyebutkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara penyesuaian diri dengan kesepian pada remaja. Artinya semakin baik penyesuaian diri seseorang maka semakin rendah kesepian dan semakin kurang baik penyesuaian diri maka semakin tinggi kesepian.

Hiqmaya, 2001:46 (dalam Purbadi 2004:5) dalam penelitiannya yang berjudul hubungan Ketergantungan terhadap orang dewasa dengan penyesuaian diri pada remaja awal di SLTP Baharudin Taman Sidoarjo menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan sangat signifikan antara ketergantungan terhadap orang dewasa dengan penyesuaian diri pada remaja awal, yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat ketergantungan remaja awal terhadap orang dewasa maka semakin rendah penyesuaian diri remaja awal.

Hal yang paling penting dan harus diingat oleh orangtua adalah selalu mengingat bahwa setiap anak memiliki ciri khas. Sikap menerima atau menolak orangtua terhadap anaknya dapat mempengaruhi remaja tuna rungu dalam mencapai tugas perkembangannya secara optimal. Penerimaan orangtua ditandai dengan perhatian yang besar dan kasih sayang pada anak (Hurlock, 1978:204).

Lingkungan keluarga merupakan hakekat dari pembinaan kepribadian anak yang sesungguhnya bersandar pada sikap orangtua. Purnomo (1990: 104-105) menjelaskan orangtua yang memiliki anak cacat harus dapat berpikir secara positif, yaitu mengenal dan menerima kecacatan anaknya dengan tenang dan bijaksana. Penyesuaian diri dengan kecacatan anaknya tersebut harus selalu diusahakan sebab ketidaksempurnaan fisiknya (cacat) bisa menjadi berkurang atau malah menjadi semakin serius. Bila tidak ada penyesuaian diri maka akan timbul sikap tidak menerima cacat itu, sehingga mengurangi dorongan dalam penyesuaian diri mereka.

(17)

6

baik, remaja tuna rungu juga mempunyai hubungan harmonis dengan orang di sekeliling mereka, dengan demikian penyesuaian diri terbentuk dalam interaksi dengan lingkungan, khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam penyesuaian diri remaja tuna rungu.

Uraian-uraian di atas menjelaskan masih terdapat adanya konflik dalam keluarga yang memiliki anak cacat. Konflik ini terjadi karena adanya kesenjangan antara keinginan dan harapan orang tua yang tidak terpenuhi untuk memiliki anak

yang dapat dibanggakan dalam keluarga, sehingga dapat mempengaruhi penerimaan

orang tua yang memiliki anak cacat (tuna rungu). Orang tua yang memiliki anak tuna

rungu memiliki penerimaan yang berbeda-beda. Tingkat penerimaan ini akan

berperan dalam bagaimana mereka dengan rela membimbing anak-anaknya secara

khusus. Orang tua yang kurang bisa menerima kondisi anaknya cenderung kurang

memperlakukan anak dengan baik dan hal tersebut dapat menghambat kemajuan bagi

anak di masa remaja, dimana remaja membutuhkan penyesuaian diri dalam

bersosialisasi. Sebaliknya orang tua yang menerima anak tuna rungu secara apa

adanya maka mereka akan memperlakukan anaknya sesuai dengan kondisi anak dan

hal yang demikian ini tentunya dapat mendukung dan menunjang tugas

perkembangan anak di masa remaja secara optimal.

Berdasarkan pada uraian di atas, maka dirumuskanlah judul penelitian :

“penerimaan orang tua dan penyesuaian diri remaja tuna rungu”

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh antara penerimaan orang tua terhadap penyesuaian diri remaja tuna rungu?

C. Tujuan

(18)

7

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi disiplin ilmu psikologi pada umumnya, dan psikologi perkembangan dan pendidikan pada khususnya. 2. Secara Praktis

a. Bagi orang tua dan masyarakat agar lebih dapat menerima kekurangan pada remaja tuna rungu. Hal ini supaya remaja tuna rungu dapat menumbuhkan dan mengembangkan penyesuaian dirinya.

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan produktivitas adalah suatu tahap yang menentukan program peningkatan produktivitas , dengan adanya perencanaan yang baik maka... suatu perusahaan dapat menelusuri

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Bioavailabilitas Karotenoid Ekstrak Buah Merah (Pandanus Conoideus Lam.) pada Hati Dan Plasma Tikus adalah karya saya dengan arahan dari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hal yang menjadi alasan sopir truk melakukan “jajan” dijalan antara lain: Alasan Melepas ketegangan di perjalanan, sebagian

Perancangan dimulai dari penelitian yang dilakukan melalui metode wawancara, survey, dan dokumentasi, sehingga terciptalah sebuah perancangan corporate branding dan media

2) Karakteristik bahan bakar 3) Temperatur udara masuk 4) Desain karburator. Motor bakar modern kebanyakan beroperasi pada kecepatan tinggi, dan menyebabkan waktu yang tersedia

Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Menempuh Ujian Tugas Akhir Guna Mencapai Gelar Ahli Medya Program Studi. Desain Komunikasi

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : bagaimana pelaksanaan nilai-nilai kearifan ekologis masyarakat Cigugur Kuningan dalam melestarikan lingkungan?; bagaimana

PU oleh POKJA I Kontruksi Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Bangka Tengah Tahun Anggaran 2012 dengan ini kami harapkan untuk hadir pada :. Hari