• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN TINGKAT ASERTIVITAS DAN TIPE KEPRIBADIAN PADA REMAJA YANG MENGALAMI DAN TIDAK MENGALAMI KEKERASAN DALAM PACARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN TINGKAT ASERTIVITAS DAN TIPE KEPRIBADIAN PADA REMAJA YANG MENGALAMI DAN TIDAK MENGALAMI KEKERASAN DALAM PACARAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena tentang perilaku berpacaran sudah sangat umum di kalangan masyarakat

Indonesia.Bahkan perilaku ini juga banyak dilakukan oleh anak-anak yang masih duduk di

bangku sekolah menengah.Mungkin sebagian besar orang masih merasa malu bila tidak

mempunyai pacar atau yang biasa disebut “jomblo”.Menjadi “jomblo” tidak disukai oleh para

remaja sehingga menyebabkan mereka tetap memilih berpacaran meskipun pacar mereka

berperilaku buruk.

Di Indonesia sendiri, definisi tentang pacaran juga beragam. Menurut Hafidz (2002),

pacaran merupakan hubungan antara dua orang yang berlawanan jenis dan mereka saling

memiliki keterikatan emosi dimana hubungan ini didasarkan karena ada perasaan tertentu di

dalam hati masing-masing. Perasaan tersebut dapat berbentuk perhatian, rasa sayang, dan

cinta, ingin memiliki, ingin selalu dekat, rindu, dan lain-lain. Tito (2000) mendefinisikan

pacaran sebagai proses mengenal dan memahami lawan jenis (sebagai calon pasangan hidup)

dan belajar membina hubungan yan erat (mampu berkomunikasi dan menyelesaikan konflik)

dengan pasangannya sebagai persiapan sebelum menikah.

Banyak yang beranggapan bahwa dalam berpacaran tidaklah mungkin terjadi kekerasan,

karena pada umumnya masa berpacaran adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah,

di mana setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku dan kata-kata yang dilakukan dan

diucapkan sang pacar. Hal tersebut dapat dipahami sebagai salah satu bentuk ketidaktahuan

akibat kurangnya informasi dan data dari laporan korban mengenai kekerasan ini.

Menurut laporan Rifka Anisa, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang

bergerak di bidang kesehatan reproduksi dan jender, bahwa yang banyak menjadi korban

adalah perempuan yang berusia antara 16-21 tahun, berikut adalah contoh kasus KDP yang

ditangani Rifka Anisa.

(2)

pranikah dengan pacarnya. Selain itu Sarah juga sering dipukul, di caci maki dan masih banyak kekerasan yang dialami Sarah. Akibat kekerasan yang dialaminya itu, sarah tidak hanya mengalami kekerasan fisik dan psikologis tapi Sarah juga mengalami penurunan prestasi belajar”. (Rifka Anisa 2009).

Perilaku atau tindakan seseorang dapat digolongkan sebagai tindak kekerasan dalam

pacaran apabila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan disakiti dengan apa yang

telah dilakukan oleh pasangannya baik dalam hubungan suami istri atau pada hubungan

pacaran.Harian Suara Merdeka (8 Maret 2009) bahwa terdapat 28 kasus kekerasan dalam

berpacaran. Rifka Anisa, menemukan sejak tahun 2001-2005, dari 1683 kasus yang

ditangani, 385 diantaranya adalah kasus kekerasan dalam berpacaran. Sedangkan PKBI

Yogyakarta mendapatkan bahwa dari bulan Januari hingga Juni 2008 saja, terdapat 47 kasus

kekerasan dalam berpacaran, 57% diantaranya adalah emosional, 20% mengaku mengalami

kekerasan seksual, 15% kekerasan fisik, dan 8% lainnya adalah kekerasan ekonomi.

Menurut data Komnas Perempuan (2009) pada tahun 2004 terdapat 321 kasus kekerasan

dalam pacaran yang teridentifikasi dan mengalami peningkatan yang tinggi pada tahun 2007

yaitu terdapat 776 kasus KDP. Kasus yang tercatat data komnas perempuan tersebut hanya

sebagian kecil dari korban yang melaporkan kasus KDP yang dialami kepada pihak

berwenang.Sebagian besar koraban yang melapor merupakan korban yang sudah mengalami

tingkat KDP yang cukup berat seperti laporan Rifka Anisa (2009).

Beberapa kejadian kekerasan dalam berpacaran yang diungkap Lembaga Pratista

Indonesia Bogor yang bergerak di bidang perlindungan terhadap anak dan perempuan dari

tindak kekerasan menemukan beberapa kasus tindak kekerasan dalam berpacaran yang terjadi

di kota Bogor, seperti pada tabel 1.

Tabel 1

Kasus kekerasan dalam berpacaran yang masuk melalui hot line service No. Usia ketika

pengaduan

Kasus

1. 17 th Kekerasan seksual, dengan bujukan (janji akan menikahi)

2. 21 th Fisik (pemukulan), psikis (dimarah-marahi, dilecehkan,

(3)

kebutuhan pelaku)

3. 16 th Seksual (diberi minuman sampai pingsan sebelum disetubuhi)

4. 20 th Fisik (pemukulan), Psikis (pembatasan ruang gerak bergaul,

dimarah-marahi, diancam, tidak boleh putus), ekonomi (P

sering minta ditraktir)

Sumber : Lembaga Pratista Indonesia

Berkaitan dengan kekerasan dalam pacaran, berikut adalah hasil wawancara peneliti

dengan NR (21 th) remaja di salah satu perguruan tinggi swasta di Malang menceritakan

pengalamannya:

“saya merasa sering dimanfaatin oleh pacar saya. Setiap kali mau jalan-jalan selalu saya yang mentraktir pacar saya. Dia tidak pernah mengeluarkan uang, makan, jajan dan rokok dari saya. Sebenarnya saya keberatan dengan perlakuan pacar saya yang seakan-akan tak peduli menguras dompet saya.Uang dari orang tua saya pun kadang habis sebelum waktunya. Sehingga saya berbohong pada orang tua dengan alasan untuk membeli buku atau keperluan lain”.

Berdasarkan data yang telah disebutkan, menunjukkan tindak kekerasan yang terjadi

saat berpacaran cukup mengkhawatirkan dan sangat merugikan bagi para wanita. Hal tersebut

berkaitan dengan dampak yang diterima oleh korban kekerasan dalam berpacaran.

Permasalahan kekerasan dalam berpacaran harus segera dicari jalan keluarnya, karena remaja

merupakan generasi penerus bangsa yang akan memegang peranan penting bagi kemajuan

bangsa di masa yang akan datang. Apabila pada masa remajanya seseorang mendapat

perlakuan yang kasar baik secara fisik maupun psikis sehingga dapat mengganggu kestabilan

jiwanya, maka hal ini dapat membawa dampak yang buruk bagi perkembangannya, terutama

perkembangan jiwanya saat ia dewasa.

Dampak kekerasan dalam berpacaran yang dialami oleh individu dapat menyebabkan

dampak baik secara fisik maupun psikologis.Dampak secara fisik yaitu dapat berupa

luka-luka, memar, dan tidak berfungsinya bagian tubuh karena penyikasaan. Sedangkan dampak

psikologis adalah short term effect (dampak jangka pendek) yaitu gangguan emosional, marah, jengkel, malu, dan susah tidur. Sedangkan long term effect (dampak jangka panjang) yaitu timbul sikap atau persepsi negatif hingga dapat menyebabkan trauma (Marlia, 2007)

Seseorang yang biasanya mendapat kekerasan dari pacarnya atau mengalami kekerasan

dalam pacaran adalah individu yang memiliki karakteristik tidak berani menolak meskipun

(4)

maupun psikis terhadap dirinya, individu tersebut hanya bisa diam dan menerima perlakuan

kasar dari pasangannya.Selain itu individu yang cenderung mengalami kekerasan dalam

pacaran memiliki karakteristik kurang percaya diri, kurang jujur, dan kurang menguasai

kemampuan yang dimiliki dirinya.Oleh karena itu setiap individu diharapkan memiliki sikap

asertif yaitu memiliki tingkah laku yang tegas, penuh percaya diri, berani menolak dan

berkata “tidak” bila situasi mengancam dirinya (Niken, 2011).

Orang asertif akan memegang kendali atas dirinya, menetukan pilihannya sendiri dan

percaya sepenuhnya pada kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian perempuan yang

asertif akan mengungkapkan kebutuhan dan perasaannya jika ia merasa tertekan tetap

menghormati kepentingan pasangannya. Sebaliknya perempuan yang tidak asertif tidak

memiliki kemampuan komunikasi yang membuatnya mampu mengasosiasikan

kepentingannya, maka tanpa disadari ia telah menjadi korban kekerasan karena kegagalannya

menyatakan pikiran dan kebutuhannya secara terus terang dan telah memberi peluang pada

orang lain untuk tidak menghargainya. Hal tersebut sama halnya dengan membiarkan diri

mereka tersakiti secara fisik, seksual, emosi maupun sosial.

Remajadiharapkan dapat memanfaatkan masa pacaran sebagai upaya untuk lebih

mengenal kepribadian pasangan, menilai kekurangan dan kelebihan pasangan sebagai bahan

pertimbangan untuk melangkah ke jenjang hubungan yang lebih tinggi yaitu pernikahan.

Namun kenyataannya yang kerap terjadi, dalam setiap hubungan antara lawan jenis

khususnya pacaran, perempuan selalu berada dalam posisi yang lemah dan

terpinggirkan.Remaja perempuan maupun laki-laki kerap menjadi korban kekerasan baik

secara fisik, psikis, emosional maupun secara ekonomis oleh pasangannya. Dan yang lebih

memprihatinkan pelaku kekerasan seringkali tidak mendapatkan hukuman yang layak, selain

itu korban tindakan kekerasan yang telah terjadipun kerap dipersalahkan dan tidak mendapat

dukungan.

Remaja yang berpacarandan memiliki asertivitas diharapkan memiliki ketegasan dan

keberanian untuk mengungkapkan perasaan yang menganggu dirinya serta kondisi yang tidak

diinginkannya kepada pasangannya. Oleh karena itu tindakan kekerasan sebenarnya dapat

dicegah jika perempuan memiliki asertivitas yang tinggi untuk berani menolak atau

mencegah potensi kekerasan yang mungkin akan ia alami.

Asertivitas dapat pula dikaitkan dengan tipe kepribadian ekstraversi dan introversi.Sikap

ekstraversi adalah sikap yang mengarahkan pribadinya ke pengalaman yang obyektif,

(5)

adalah sikap yang mengarahkan pribadinya ke pengalaman yang subyektif, memusatkan

perhatian pada dunia dalam, cenderung pendiam, bahkan antisosial. Sehingga individu yang

ektravert dapat bersikap asertif yaitu dengan brsikap jujur, tegas dan berani menolak bila

situasi itu mengancam dan membuat dirinya tidak nyaman seperti menolak dan mencegah

terjadinya kekerasan dalam berpacaran yang mungkin ia alami.

Melihat berbagai fenomena kekerasan yang kerap dialami oleh remaja yang berpacaran,

peneliti tertarik untuk menelaah secara lebih mendalam untuk mengangkat penelitian dengan

judul Perbedaan Tingkat Asertivitas dan Tipe Kepribadian pada Remaja yang Mengalami dan

Tidak Mengalami Kekerasan dalam Pacaran.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka masalah yang akan diteliti adalah perbedaan

tingkat asertivitas dan tipe kepribadian pada remaja yang mengalami dan tidak

mengalami kekerasan dalam pacaran.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan tingkat asertivitas dan tipe

kepribadian pada remaja yang mengalami dan tidak mengalami kekerasan dalam

pacaran.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dalam

mengembangkan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial, klinis dan

perkembangan.

2. Manfaat secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagaimana perbedaan

tingkat asertivitas dan tipe kepribadian pada remaja yang mengalami dan tidak

(6)
(7)

PERBEDAAN TINGKAT ASERTIVITAS DAN TIPE KEPRIBADIAN PADA REMAJA YANG MENGALAMI DAN TIDAK MENGALAMI

KEKERASAN DALAM PACARAN

SKRIPSI

Oleh :

R. Aj. Nurul Rahmaniyah

07810117

FAKULTAS PSIKOLOGI

(8)

PERBEDAAN TINGKAT ASERTIVITAS DAN TIPE KEPRIBADIAN PADA REMAJA YANG MENGALAMI DAN TIDAK MENGALAMI

KEKERASAN DALAM PACARAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

R. Aj. Nurul Rahmaniyah

07810117

FAKULTAS PSIKOLOGI

(9)
(10)
(11)
(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat

dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan

Tingkat Asertivitas dan Tipe Kepribadian pada Remaja yang Mengalami dan Tidak

Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Malang.

2. Hudaniah, S. Psi.,M. Si dan Yuni Nurhamida, S. Psi.,M. Si selaku Pembimbing I dan

Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan

arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. M. Salis Yuniardi, S. Psi.,M. Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi

pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

4. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi yang telah bersedia menjadi subyek penelitian.

5. Ayahanda Asirullah dan ibunda Nur Aini dan seleruh keluarga besar yang selalu memberi

dukungan, doa dan kasih sayang sehingga penulis memiliki motivasi dalam

meneyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat tersayang Binbin, Uchi’, Echa, Vajrin, dan semua yang tidak bisa saya

sebutkan satu-persatu.

7. Ekoo Julianto yang selalu memberikan semangat, selalu membantu dalam pelaksanaan dan

pengumpulan data.

8. Teman-teman Kost Dekopin yaitu mba’ Dyah, Vita, mb’ Nurin, mb’ Wulan, mb’ Ifa dan

teman-teman Part Time UPT Perpustakaan semester genap 2011.

9. Teman-teman angkatan 2007 khususnya kelas B yaitu Yiyip, Dian, Bheb, Iin, Feb, Riris,

Nisa, Nina, Icha, Ratih yang selalu memberi semangat sehingga penulis terdorong untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan

(13)

berharapa semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Malang, 12 Agustus 2011

Penulis

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

INTISARI ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ……… ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang masalah ...1

B. Rumusan masalah ... 6

C. Tujuan penelitian ... 6

D.Manfaat penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. . Asertivitas ...7

1. Pengertian...7

2. Ciri-ciri individu asertif...8

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas... 10

4. Keuntungan bersikap asertif ... 11

B. Kepribadian………...12

1. Pengertian ………... 12

2. Tipe kepribadian ekstraversi dan intraversi ………... 13

C. Remaja Berpacaran ………... 15

1. Pengertian ………... 15

2. Tujuan pacaran ………... 16

D. Kekerasan Dalam Pacaran ………... 16

1. Pengertian ………... 17

2. Bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran ………... 19

3. Dampak kekerasan dalam pacaran ……… ... 20

E. Pengaruh Asertivitas dan Tipe Kepribadian terhadap Kekerasan dalam Pacaran ………... 22

F. Kerangka Pemikiran ………... 23

(15)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ………... 25

B. Variable Penelitian ………... 25

1. Identifikasi variable penelitian ………... 25

2. Definisi operasional variable penelitian ………...25

C. Populasi dan Sampel ………... 26

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ………... 27

1. Jenis data ………... 27

2. Metode pengumpulan data ………... 28

3. Validitas dan reliabilitas ………... 32

a. Validitas ………... 32

b. Reliabilitas ………... 34

E. Prosedur Penelitian ………... 35

F. Teknik Analisa Data ………... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ………... 38

B. Analisis Data ………... 40

C. Pembahasan ………... 40

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………... 44

B. Saran-saran ………... 44

DAFTAR PUSTAKA ………... 46

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kasus Kekerasan dalam Pacaran ……….. 3

Tabel 2 Blue Print Skala Asertivitas ………..……….…….. 29

Table 3 Penilaian Skala Asertivitas ……….…….. 30

Tabel 4 Blue Print Angket Kekerasan dalam Pacaran ……….. 31

Tabel 5 Penilaian Angket Kekerasan dalam Pacaran…………...……….. 31

Tabel 6 Blue Print Skala EPI………...…….……….. 32

Tabel 7 Uji Validitas Skala Asertivitas………..…….……….. 34

Tabel 8 Uji Reliabilitas Skala Asertivitas……….….. 35

Tabel 9 t-score Tingkat Asertivitas……….. 39

Tabel 10 Hasil Tes EPI……….….. 40

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Asertivitas

Lampiran 2 Angket Kekerasan dalam Pacaran

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, L. dan Lenz, E. (1995). Be Your Best: Jadilah Diri Anda Sendiri. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Alsa, A. (2004). Pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian. Edisi ke-1. Malang : UMM Press.

Bachtiar, Aziz. (2004). Cinta Remaja Mengungkap Pola dan Perilaku Remaja. Surabaya : Indiebooks.

Baron dan Byrne. (2004). Psikologi Sosial, Jilid Pertama. Jakarta: Erlangga.

Dariyo, Agoes. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Refika Aditama.

Devito, Joseph. (1989). The Interpersonal Communication Book. London: Harper dan Row. Feist, Jess., dan Gregory, J. (2009). Teori Kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika.

Gunarsa,.S.D, dan Gunarsa, Y. S.D (2001). Psikologi Remaja. Edisi ke-14. Jakarta : PT Gunung Mulia.

Hadi. S. (1986). Metodologi penelitian jilid II cetakan XVI. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Hafidz, W. (2002). Remaja Berpacaran. (http://centramitra.com, yang diakses Januari 2011).

Hendra, 2007. Kekerasan Dalam Pacaran. Skripsi tidak diterbitkan. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

Hurlock, E.B. (1990). Psikologi Suatu Pendidikan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Edisi ke -5.

Harian Suara Merdeka, (2009). Kasus Kekerasan Pacaran. Terbit tanggal 8 Maret 2009. LBH APIK. . Kekerasan Dalam Pacaran. (http://www.lbh-apik.or.id, diakses

tanggal 27 Desember 2010).

Martono, Nanang. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Monks, F. J. Knoers, A. M. P & Haditono, S. R. (1996). Psikologi perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : UGM Press.

(19)

Rifka, Annisa Women’s Crisis Center, Annual Report 2004, Data Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan.

.Data Kasus Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan. (http://www.rifka-annisa.or.id, diakses Februari 2011).

Saifuddin, Azwar. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(2003). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(2003). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Santosa. Peran Orang Tua dalam Mengajar Asertivitas pada Remaja. Indonesia Jurnal Psikologi vol. 15 no. 1. Anima.

Sofyan. (2008). Perbedaan Tingkat Asertivitas Etnis Jawa dan Etnis Madura. Skripsi.

Fakultas Psikologi UMM.

Sujianto, Agus., Halem, L., Taufik, H., (2001). Psikologi Kepribadian. Yogyakarta : Bumi Aksara.

Tito, (2000). Resep Pacaran Sehat. (www.sp18.com/berita-umum/resep pacaran sehat740.html, diakses 8 Februari 2011).

Winarsunu,Tulus, (2004). Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang : UMM Press.

Referensi

Dokumen terkait

Aspek-aspek penilaian para siswa terhadap kebermanfaatan layanan bimbingan belajar dalam skala ini adalah mendapatkan cara belajar yang efektif, mampu mengatur waktu dan

Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan buku (non book material)

Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if

Berdasarkan Berita Acara Hasil Evaluasi File 1 (Penawaran Administrasi dan Teknis) Nomor : Tr- 02/11/BAHE.File1/Konsultan/2012 dan Berita Acara Hasil Evaluasi File 2 (Kombinasi

[r]

Based on the previous analysis, the researcher found that there were three types of gambits that were uttered by the students in EFL classroom and they always use in

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis mengenai pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap kualitas pelayanan publik

Bank Muamalat Indonesia Divisi Konsumer Area Cabang Surabaya sebanyak 40 orang, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 36 orang yang diambil