• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENGASUH PESANTREN DALAM MEMBINA RELIGIUSITAS MAHASISWI DI PESANTREN MAHASISWA/MAHASISWI FIRDAUS MERJOSARI MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PENGASUH PESANTREN DALAM MEMBINA RELIGIUSITAS MAHASISWI DI PESANTREN MAHASISWA/MAHASISWI FIRDAUS MERJOSARI MALANG"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PENGASUH PESANTREN DALAM MEMBINA RELIGIUSITAS MAHASISWI DI PESANTREN MAHASISWA/MAHASISWI FIRDAUS MERJOSARI MALANG

SKRIPSI

OLEH:

TIKA FAUZIYAH

201010010311030

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

(2)

PERAN PENGASUH PESANTREN DALAM MEMBINA RELIGIUSITAS MAHASISWI DI PESANTREN MAHASISWA/MAHASISWI FIRDAUS MERJOSARI MALANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)

OLEH:

TIKA FAUZIYAH

201010010311030

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

PERAN PENGASUH PESANTREN DALAM MEMBINA AKHLAK MAHASISWI DI PESANTREN MAHASISWA/MAHASISWI FIRDAUS

MERJOSARI MALANG

SKRIPSI

Oleh:

TIKA FAUZIYAH 201010010311030

Disetujui oleh: Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Drs. HN Taufiq, M.Ag

Pembimbing II

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang dan diterima untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI) Pada Tanggal: 01 November 2014

Dewan Penguji

1. Drs. HN Taufiq, M.Ag

2. Drs. Sunarto, M.Ag

3. Drs. Nurul Humaidi, M.Ag

4. Nur Afifah K. M, M.Kes

Tanda Tangan

1. ...

2. ……….

3. ……….

4. ……….

Mengesahkan

Fakultas Agama Islam Dekan,

(5)

MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman,

bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”

(QS. Ali-Imron: 102)

Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,

dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu)”

(6)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan teruntuk; Ayah-Bunda-Adik dan seluruh keluarga besar,

dan

semua teman-teman yang mendukung dalam mengerjakan karya ini, terspesial Ari Kurnia, Hafidz, Shofront dan Irvan

(7)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tika Fauziyah

NIM : 201010010311030

Tempat tanggal lahir : Pasuruan, 24 Mei 1991 Fakultas / Jurusan : Agama Islam / Tarbiyah Menyatakan bahwa Tugas Akhir/ Skripsi dengan judul:

“Peran Pengasuh Pesantren Dalam Membina Akhlak Mahasiswi Di Pesantren Mahasiswa/Mahasiswi Firdaus Merjosari Malang”

adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini kami buat sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapat sanksi akademis.

Malang, 01 November 2014 Mahasisiswa Ybs,

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini dengan judul “Peran

Pengasuh Pesantren dalam Membina Akhlak Mahasiswi (Studi di Pesantren

Mahasiswa/mahasiswi Firdaus Malang)”.

Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad saw, yang telah mengantarkan umatnya dari jaman jahilia menuju jaman

yang terang dengan jalan Dinul Islam seperti saat ini.

Selama penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan

terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini.

1. Ayah dan bunda terhebat yang telah menyayangi, mendidik dan mendo’akan

dengan sabar untuk yang terbaik bagi peneliti.

2. Prof. Dr. Muhajir Effendy, M. Ap selaku rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Prof, Dr. Bambang Widagdo, M.M selaku PR I, Drs. Fauzan, M.Pd

selaku PR II, dan Dr. Diah Karmiati, Psi selaku PR III.

3. Drs. Faridi, M.Si selaku Dekan Fakultas Agama Islam, pembantu dekan I Drs.

Hadi Nur Taufiq, M.Ag, pembantu dekan II Syaiful Amin, M.Pd, dan pembantu dekan III Drs. Muhammad Syarif, M.Ag.

4. Drs. Hadi Nur Taufiq, selaku pembimbing I yang telah memberikan waktu,

(9)

bimbingan, motivasi, serta arahan bagi peneliti hingga terselesaikan skripsi

ini.

5. Bapak/Ibu dosen Jurusan Tarbiyah yang senantiasa memberikan bimbingan

dan ilmu kepada peneliti selama menempuh perkuliahan di Jurusan Tarbiyah FAI-UMM.

6. Pengasuh pesantren Firdaus Bapak Halim Rofi’e dan Ibu Nurainy Al

-Mascatty yang dengan rela hati menerima dan memberikan ijin bagi peneliti untuk penelitian.

7. Teman-teman Tarbiyah 2010 yang telah banyak memberikan dukungan dan sumbangan pikiran yang bermanfaat dalam penelitian skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu

kelancaran penyusunan karya ini.

Tiada balasan yang dapat penulis berikan selain do’a semoga amal mereka

mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Peneliti sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dan kekurangan peneliti. Oleh karenanya, saran dan kritik yang

konstruktif dari semua pihak sangat peneliti harapkan demi kesempurnaannya. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT peneliti memohon maghfiroh dan berserah diri,

semoga karya tulis ini bisa memberikan manfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Malang, 01 November 2014 Penulis

(10)

TRANSLITERASI

Adapun penulisan bacaan arab dengan menggunakan panduan transliterasi sebagai berikut:

ا

:

a

ب

:

b

ت

:

t

ث

:

ج

:

j

ح

:

خ

:

kh

د

:

d

ذ

:

dz

ر

:

r

ز

:

ż

س

:

s

ش

:

sy

ص

:

ض

:

ط

:

ظ

:

ع

:

غ

:

g

ف

:

f

ق

:

q

ك

:

k

ل

:

l

م

:

m

ن

:

n

و

:

w

ه

:

h

ء

:

ي

:

y

Vocal panjang dan dipotong

a panjang : aa i panjang : ii u panjang : uu

وا : aw

وُا : uw

يا : ay

يٍا : iy

Ta’ marbuthah (ة) pada:

(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

MOTTO... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRAC ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

TRANSLITERASI ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Batasan Istilah ... 10

F. Sistematika Penulisan... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... A. Pesantren Dan Pengasuhan 1. Pengertian Pondok Pesantren ... 13

2. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren ... 16

3. Sistem Pendidikan Pesantren ... 19

4. Peran Pengasuh ... 21

5. Tugas-Tugas Pengasuh Pesantren ... 23

B. Pembinaan Religiusitas Mahasiswi 1. Definisi Religiusitas ... 26

2. Dimensi Religiusitas ... 29

3. Mahasiswa, Remaja dan Santri Serta Karakteristiknya ... 30

4. Pembinaan Religiusitas Mahasiswi ... 37

5. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Nasional ... 49

B. Lokasi Penelitian ... 51

C. Informan ... 52

(12)

E. Teknik Analisis Data ... 55 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 58 B. Analisis dan Penyajian Data... 68

1. Peran Pengasuh Pesantren dalam Membina Religiusitas

Mahasiswi... 68 2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Membina

Religiusitas Mahasiswi ... 75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 82 B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA ... 85

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mukmin Sa’aduddin , Imam. (2006). Meneladani Akhlak Nabi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Agama RI, Departemen. (2003). Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan dan Perkembangannya, Jakarta: Direktorat Jenderal kelembagaan Agama Islam.

Ahmad, Abu. (1997). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Semarang: Toha Putra. Ahmadi, Wahid. (2004). Risalah Akhlak, Panduan Perilaku Muslim Modern, Solo:

Era Intermedia.

Al-Ghozali, Muhd .(1970) Khuluk al-Muslim, Darul bayan, Kuwait. Ali, Zainuddin. (2008). Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

An-Nahlawi, Abdurrahman. (1992). Prinsip-prinsip dan metode Pendidikan Islam,

diterjemahkan Dahlan dan Sulaiman, Bandung: Diponegoro.

An-Nahlawi, Abdurrahman. (1995). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani.

Arifin. (1985). Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,

Jakarta: Bulan Bintang.

Arifin. (1991). Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum, Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu pendekatan Praktik),

Jakarta: Rineka Cipta.

Asmaran, As., (1992). Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: CV Rajawali.

Burhanudin, Tamyiz. (2001). Akhlak Pesantren: Solusi Bagi Kerusakan Akhlak,

Yogyakarta: Ittaqa Press.

Contoh Proposal Penelitian, diakses pada tanggal 5 Mei 2014 dari

http://andiedison.blogspot.com/2012/04/contoh-proposal-penelitian.html

D. Raharjo, Muhammad, (1985). Pergulatan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah, Jakarta: P3M.

(14)

Endarmoko, Eko. (2007). The Saurus bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hamid, Abu. (1983). Sistem Pendidikan Madrasah dan Pesantren di Sulawesi Selatan, dalam Taufik Abdulloh (ed), Agama dan Perubahan Sosial, Jakarta: Rajawali Press.

Ilyas, Yunahar. (2001). Kuliah Akhlak, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI).

Langgulung, Hasan. (2004). Manusia dan Pendidikan; Suatu analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka al-Husna Baru.

Madjid, Nurcholis. (1997). Bilik-Bilik Pesantren, Jakarta: Paramadina.

Mardalis. (2007). Metode Penelitian-Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara.

Marimba. (1992). Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: AL Ma’arif.

Musbikin, Imam. (2007) Misteri Sholat Berjamaah, Bagi Kesehatan Fisik dan Psikis,

Yogyakarta : Mitra Pustaka.

Mustofa. (2010). Akhlak tasawuf, Bandung : Pustaka Setia.

Nasirudin. (2010). Pendidikan Tasawuf, Semarang: Rasail Media Group.

Nata, Abuddin. (2012). Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo. Nawawi, Hadari. (1994). Metode Penelitian Ilmiah, Jakarta: Rineka Cipta.

Nawawi, Hadari. (1999). Pendidikan Dalam Islam, Surabaya: Al-Ikhlas.

Poerbakawatja, Soegarda. (1982). Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta:Gunung Agung Poerwadarminta, (1982). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarata: Balai Pustaka. Putra, Uhar, Suharsa. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan,

Bandung : Refika Aditama.

Qomar, Mujamil. (2008). Pesantren dari Tranformasi Metodologi Menuju Demikratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga

Rahman Shaleh, Abdul, dkk. (1982). Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren,

Jakarta: Proyek Pembinaan dan Bantuan Pondok Pesantren.

(15)

Sugiono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&B), Bandung, Alfabeta.

Sulismanto. (2004). Menelusuri Jejak Pesantren, Yogyakarta: Alief Press Syukur, Amin . (2010). Studi Akhlak, Semarang: Walisongo Press.

Teknik Analisis Data, diakses pada tanggal 05 Maret 2014 dari atcontent.com/Publication/869668844195999av.text/-/Model-Model-Teknik-Analisis-Data-Penelitian-Kualitatif

Tim Dosen Tarbiyah IAIN Wali Songo Semarang. (1995). Metodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Uhar, Suharsa Putra. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Tindakan, Bandung : Refika Aditama.

Usman Husaini. dan Akbar, Purnomo Setiady. (1996). Metodologi Penenlitian Sosial,

Jakarta: Bumi Aksara.

(16)
(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara berkembang, maka dibutuhkan generasi

yang dapat mewujudkan Negara yang lebih maju dan beradab. Mahasiswa merupakan aset suatu bangsa yang sangat berharga. Mahasiswa merupakan calon pemimpin dan penerus perjuangan bangsa. Apabila mahasiswa yang

sekarang yang masih belajar di perguruan tinggi dapat terdidik secara utuh dan terarah, maka masa depan bangsa dan Negara ini akan lebih baik. Tetapi

apabila mereka mendapatkan pendidikan yang persial, hanya mementingkan sisi kecerdasan intelektual dan kekuatan fisik dan mengesampingkan pembinaan kecerdasan intelektual dan spiritual, maka bangsa yang majemuk

ini akan terancam keberlangsungannya.

Mahasiswa adalah penerus perjuangan untuk menjadikan bangsa dan

Negara berkedaulatan, adil dan makmur. Mahasiswa adalah sosok yag siap untuk membangun peradaban yang lebih baik. Maka dari itu, sudah menjadi

kewajiban bagi mahasiswa untuk memiliki kecerdasan yang seimbang antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual untuk menjadikan akhlak mulia yang melekat pada dirinya demi membangun

peradaban yang lebih baik. Spiritualitas dalam setiap diri seseorang sangat dibutuhkan untuk menjadi penyeimbang antara kecerdasan intelektual dan

(18)

2

Tantangan besar kedua yang harus dihadapi mahasiswa di era sekarang tidak hanya pada tuntutan kemampuan pada aspek kecerdasan intelektual

(kognitif) dan keterampilan fisik (skill), tetapi yang juga harus memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang kokoh. Hal ini dikarenakan tantangan

permasalahan dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat semakin beragam dan semakin komplek. Oleh karena itu dalam proses menjadi insan yang signifikan antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan

spiritual, mahasiswa sebaiknya mendapatkan pembinaan yang baik agar kecerdasan emotional dan spiritualnya agar dapat berkembang optimal.

Banyak sekali mahasiswa yang mementingkan kecerdasan intelektualnya saja sehingga nilai religius pada diri mahasiswa kurang, karena seperti yang sudah kita ketahui bahwa kesuksesan seseorang tergantung pada

diri masing-masing dan kehendak yang Maha Kuasa. Apabila seseorang ingin mencapai kesuksesan dan cita-cita yang diimpi-impikan, maka yang

dibutuhkan adalah dengan bekerja keras dan atas izin yang Maha Kuasa. Salah satu aspek dalam diri mahasiswa yang harus dikembangkan dalam

proses pendidikan adalah aspek afeksi (sikap, perilaku dan kepribadian). Selama ini relatif banyak berkembang dan menjadi perhatian utama adalah pengembangan aspek kognisi dan psikomotorik. Hal ini tercermin pada jumlah

jam mata kuliah pengembangan aspek-aspek ini yang harus ditempuh oleh mahasiswa selama masa studinya jauh lebih baik banyak dibandingkan dengan

(19)

3

yang siap menampung mereka yang ingin mengembangkan kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional mereka. Demi membangun anak bangsa

yang intelek dan religi.

Salah satu pesantren yang siap menampung mahasiswa/wi yang ingin

mengembangkan kecerdasan spiritual mereka adalah pesantren mahasiswa/wi Firdaus. Pesantren ini terletak di jln. Mertojoyo Selatan Blok B/10 Merjosari Dalam upaya mengembangkan kemampuan pada aspek afeksi, secara formal

para mahasiswa diwajibkan mengikuti kuliah Pendidikan Agama Islam. Ungkapan Malik Fadjar dan Muhajir Effendy dalam bukunya,

tampaknya dari jaman ke jaman, gaya mahasiswa berada dalam pola yang sama. Sebagai ekspresi dari semangat membangun impian-impian besar ke depan, dan juga ulah yang diakibatkan oleh adanya dorongan selera sesaat itu.

Bedanya hanya terletak pada intensitasnya baik intensitas individu-individunya, maupun pola umum mahasiswa pada zaman tertentu. Mana dari

dua kecenderungan itu yang lebih menonjol sehingga menjadi stereotype bagi mahasiswa dalam kurun waktu tertentu. Intensitas itu depengaruhi oleh tiga

faktor yaitu keadaan di luar kampus: perubahan dan perkembangan system perguruan tinggi yang ada: serta masalah seberapa jauh keadaan saling terlibat antara kampus dengan luar kampus.1 Terdapat beberapa tipe gaya mahasiswa

yang sangat menonjol pada saat ini. Yaitu gaya “Gaya Mahasiswa Utun”,

“Mahasiswa Unjuk Diri” dan “Mahasiswa asal katut”. Melihat tipe-tipe

mahasiswa di atas dapat disimpulkan bahwa tipe mahasiswa yang religi belum

1

A. Malik Fadjar dan Muhadjir Effendy, Dunia Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan,

(20)

4

ada. Apabila dilihat dari Negara yang menjadi tempat tinggal kita, Indonesia adalah salah satu Negara yang didominasi rakyat yang beragama Islam,

walaupun terbagi menjadi beberapa golongan dimana golongan-golongan tersebut masih berlomba untuk menunjukkan metode beribadah seperti apakah

yang benar dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah.

Menjadi pribadi religi merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam agama Islam. Hal ini karena Islam itu tidak hanya ajaran normatif yang

hanya diyakini dan dipahami tanpa diwujudkan dalam kehidupan nyata, tapi Islam memadukan dua hal antara keyakinan dan aplikasi, antara norma dan

perbuatan, antara keimanan dan amal saleh. Oleh sebab itulah ajaran yang diyakini dalam Islam harus tercermin dalam setiap perbuatan dan sikap pribadi-pribadi muslim.

Manusia dilebihkan oleh Allah berupa akal pikiran dibanding makhluk lainnya. Dengan daya pikir, manusia bisa memilih perbuatan yang baik dan

buruk.2 Kedudukan seseorang yang memiliki keseimbangan antara sikap religi dengan intelektualitas sangat mulia dalam Islam, apalagi jika dengan sikapnya

itu ada orang lain dapat terbantu. Bahkan dapat dikatakan bahwa sesungguhnya tujuan Islam diturunkan adalah untuk menciptakan perilaku manusia yang terpuji, bukan sekedar untuk menjadi ahli ibadah yang tidak

mengenal kehidupan sosial di sekitarnya. Menggunakan intelektualitas dan ibadah yang benar akan menciptakan religiusitas yang sebenarnya dan bukan

yang diada-adakan.

2

(21)

5

Berbicara mengenai kehidupan sosial, pesantren adalah lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosialisasi. Pesantren mendidik para santri

agar bisa diterima dan berguna bagi masyarakat, sedangkan mahasiswa merupakan agen perubahan. Penggabungan karakter antar keduanya

diharapkan bisa menghasilkan pribadi-pribadi unggul, yakni ia bisa menjadi pribadi yang bisa diterima dan mengubah masyarakat serta lingkungan sekitarnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pesantren mahasiswa Firdaus

merupakan salah satu lembaga yang mencoba mengintegrasikan kedua unsur tersebut. Pesantren tersebut menerima semua mahasiswa tanpa syarat tertentu,

seperti universitas, semester ataupun kelompok masyarakat tertentu.

Pengaruh lingkungan sosial terhadap pembentukan religiusitas tergantung pada pengalaman di mana seseorang berada. Kehidupan seseorang

yang tinggal dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren dengan berbagai ketentuan dan aturan yang berlaku dalam kelompok sosial tersebut, sedikit

banyak berpengaruh terhadap kepribadiaannya. Sebab di tempat lingkungan inilah dia belajar loyalitas, simpati, respon, pengabdian, dan bekerjasama

dengan ciri-ciri atau sifat-sifat akhlak lainnya.

“Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di

Indonesia. Ia memiliki hubungan fungsional simbiotik dengan ajaran

Islam. Yaitu, dari satu sisi keberadaan pesantren diwarnai oleh corak dan dinamika ajaran Islam yang dianut oleh para pendiri dan kiai

(22)

6

ajaran Islam kepada masyarakat. Melalui pesantrenlah agama Islam menjadi membumi dan mewarnai seluruh aspek kehidupan

masyarakat: sosial, keagaam, hukum, politik, pendidikan, lingkungan,

dan lain sebagainya”.3

Pengasuh Pesantren Mahasiswa Firdaus memberikan pelajaran keagamaan kepada para santrinya agar memiliki sikap yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Pesantren juga memiliki kedekatan hubungan dengan

masyarakat di sekitarnya. Karena dari satu sisi, keberadaan pesantren bergantung kepada masyarakat yang ikut memberikan support bagi

keberadaannya; sedangkan pada sisi lain pesantren juga harus memberikan jawaban atas masalah atau memenuhi kebutuhan intelektual, spiritual, sosial, kultural, politik, bahkan medis dan lainnya yang dibutuhkan masyarakat.4

Sejauh ini Pesantren Mahasiswa Firdaus diberikan sarana prasarana dari masyarakat sekitar, seperti masjid beserta proyektor dan yang lainnya. Ini

sangat membantu proses belajar para santri. Selain itu santri juga diwajibkan

sholat berjama’ah di masjid tersebut, selain berjamaah untuk pembudayaan

dan pembiasaan, ini juga membantu memberikan contoh bagi masyarakat

sekitar akan kebiasan berjama’ah. Berdasarkan petunjuk Alqur’an surat

Ali-Imron (3) ayat 104 “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah dari yang

mungkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung).

3

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2012), 311

4

(23)

7

Kata pesantren berasal dari kata pesantrian, yang berarti asrama dan tempat murid-murid belajar mengaji.5 Adapun pengertian umum yang

digunakan, pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang di dalamnya terdapat: pondokan atau tempat tinggal; kiai,

santri, masjid, dan kitab kuning.6 Pesantren Mahasiswa Firdaus memiliki pengasuh, santri, dan kitab-kitab yang berbahasa arab serta kosa kata bahasa

arab yang disesuaikan dengan bahasa arab Alqur’an. Pelajaran-pelajaran yang

diberikan adalah disesuaikan dengan moto Pesantren Mahasiswa Firdaus yaitu dengan al-Quran, bangun militansi, intelektualitas, dan spiritual. Pesantren

Mahasiswa Firdaus juga memiliki kedisiplinan bersih lingkungan, baik dalam maupun luar pesantren hal ini agar tercipta lingkungan yang bersih karena lingkungan yang bersih menciptakan kenyamanan belajar dan bermukim.

Bersih adalah sebagian dari iman, maka disiplin kebersihan adalah salah satu pendidikan pembentukan akhlak. Pengasuh pesantren memberikan bimbingan

dan juga menentukan apa saja yang harus diuatamakan saat membersihkan lingkungan pesantren.

Menyadari pentingnya menjadi pribadi yang memiliki sikap religi bagi para mahasiswi, maka pesantren mahasiswa/mahasiswi Firdaus mempunyai misi untuk melekatkan religiusitas pada jiwa dan diri santri. Namun di

pesantren Firdaus ini santrinya adalah mahasiswi yang memiliki kesibukan masing-masing, baik tugas dari dosen, organisasi kampus, dan lain-lain,

sehingga kurangnya pengontrolan yang eksklusif pada santri. Walaupun

5

Ibid, hal 314

6

(24)

8

demikian pengasuh pesantren tetap memberikan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh para santri, agar tetap berada dalam pengawasan pengasuh

pesantren.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa untuk mewujudkan

mahasiswi yang memiliki sikap religi, diperlukan pendidikan yang baik dan benar. Bukan hanya pada aspek kognisi saja, namun juga pada aspek afeksi dan psikomotoriknya. Pesantren mahasiswa/mahasiswi Firdaus mencoba

menerapkan model seperti halnya pondok pesantren pada umumnya, meskipun terdapat perbedaan bekal atau latar belakang santri yang tinggal di sana. Maka

dari hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana proses pembinaan religiusitas mahasiswi. Sehingga peniliti mengemasnya dalam sebuah judul: PERAN PENGASUH PESANTREN DALAM

MEMBINA RELIGIUSITAS MAHASISWI DI PESANTREN

MAHASISWA/WI FIRDAUS MERJOSARI MALANG.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka

yang menjadi topik permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa peran pengasuh pesantren dalam membina religiusitas mahasiswi

di Pesantren Mahasiswa/mahasiswi Firdaus Merjosari Malang?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam membina religiusitas mahasiswi di Pesantren Mahasiswa/mahasiswi Firdaus Merjosari

(25)

9

C. Tujuan Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan

dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan peran pengasuh dalam membina religiusitas

mahasiswi di Pesantren Mahasiswa/mahasiswi Firdaus Merjosari Malang

2. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam membina

religiusitas mahasiswi di Pesantren Mahasiswa/mahasiswi Firdaus Merjosari Malang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk lembaga pendidikan dan hususnya bagi peneliti.

1. Lembaga Pendidikan

Sebagai bahan evaluasi pengasuh dalam meningkatkan mutu lembaga

pendidikan dalam membina religiusitas santri.

Sebagai tolak ukur pendidikan yang telah diberikan dalam pembinaan

religiusitas santri. 2. Peneliti

Memberikan wawasan tentang pembinaan religiusitas mahasiswi di

(26)

10

E. Batasan Istilah

1. Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal

maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi

harapan-harapan mereka sendiri atau harapan-harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut. Peranan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah yang

diperbuat, tugas, hal yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa.7 Perilaku atau cara-cara yang digunakan pengasuh pesanren dalam membina akhlak islami mahasiswa.

2. Pengasuh

Kata pengasuh berasal dari kata “asuh” yang berarti: pembimbing,

penanggung jawab, atau wali.8 Pengertian pengasuh secara umum adalah orang dewasa, yang turut bertanggung jawab dalam kelangsungan hidup

dan pendidikan anak, yang termasuk dalam pengertian ini adalah ayah, ibu, orang tua asuh, kakek, nenek, paman dan bibi, kakak atau wali.9

7

Daryanto, S.S Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Apolo, Surabaya, 1997), 487

8

Eko Endarmoko, The Saurus Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm.37

9

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,

(27)

11

3. Pesantren

Pesantren dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah tempat

belajar mengaji secara bersama dan juga sebagian besar tinggal di sana.10 Pesantren identik dengan tempat tinggal yang islami dimana diharapkan

kepada para lulusannya memiliki banyak pengetahuan tentang Islam dan berperilaku islami.

4. Membina

5. Religiusitas

Harun nasution (dalam Jalaluddin, 2004) membedakan pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi (relegere, religare) dan

agama. Al-din berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam

bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, dan kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (latin) atau relegere berarti

mengumpulkan atau membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a-tidak; gam-pergi, mengandung arti tidak

pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun temurun.

6. Mahasiswa

Mahasiswa dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah orang

yang belajar diperguruan tinggi.11 Mahasiswi bagian dari mahasiswa. Mahasiswa merupakan seseorang yang mulai menginjak usia dewasa, yang

10

Op.,Cit, Daryanto, S.S,hal. 488

11

(28)

12

memiliki keinginan kuat dalam menjalani hidup untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah untuk menyelesaikan penulisan dengan baik, terbagi menjadi lima Bab yaitu:

Bab I, Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian dan batasan istilah.

Bab II, Kajian pustaka yang berisi tentang tinjauan mengenai pesantren dan pengasuh, serta pembinaan religiusitas mahasiswa.

Bab III, Metodologi penelitian yang menjabarkan jenis penelitian, pendekatan penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik

analisa data.

Bab IV, Hasil penelitian yang berkaitan dengan latar belakang obyek penelitian, hasil penelitian yang didapat dalam proses penelitian dan data-data yang didapat dari berbagai sumber.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan konseling dan penyuluhan kesehatan dan gizi harus dilakukan setiap bulan karena permasalahan lanjut usia akan meningkat dengan seiring waktu, selain itu dapat memantau

Identitas leksikal bentuk yang dihasilkan dari proses istiqaq tidak sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya atau dengan kata lain kelompok derivasi adalah

Kolom pertama dan kedua merupakan hasil perkalian dari dua bilangan dengan hasil seperti pada baris pertama pada tiap tabel. Bilangan yang terbesar adalah 8. Jadi banyaknya maksimal

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Dari tinjauan pustaka yang ada, dapat dibentuk persamaan luas panen kedelai di Indonesia yang dipengaruhi oleh variabel harga kedelai di tingkat petani, harga pupuk,

Metode: Penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan post test only control group design, dilakukan pada 15 ekor mencit (Mus musculus), mencit dibagi 3 kelompok secara

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmano,dkk (2013) diketahui bahwa distribusi status fungsional responden berdasarkan aktifitas makan yang

Sedangkan jaringan yang masing-masing alat terpisah dan berada pada jarak yang dekat dan menggunakan jalur transmisi berupa kabel disebut sebagai jaringan lokal atau lebih kta