• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bahan Stek dan Pemupukan terhadap Produksi Terubuk (Saccharum edule Hasskarl)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Bahan Stek dan Pemupukan terhadap Produksi Terubuk (Saccharum edule Hasskarl)"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BAHAN STEK DAN PEMUPUKAN

TERHADAP PRODUKSI TERUBUK

(

Saccharum edule

Hasskarl)

Oleh:

Nia Kurniatusolihat A34304020

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PENGARUH BAHAN STEK DAN PEMUPUKAN

TERHADAP PRODUKSI TERUBUK

(

Saccharum edule

Hasskarl)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Oleh:

Nia Kurniatusolihat A34304020

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

RINGKASAN

Nia Kurniatusolihat. Pengaruh Bahan Stek dan Pemupukan terhadap Produksi Terubuk (Saccharum edule Hasskarl), dibimbing oleh Bambang S. Purwoko

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis bahan dan posisi tanam stek batang dan pengaruh pemupukan dengan pupuk kandang, urea, SP-36 dan KCl terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terubuk. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan SANREM (Sustainable Agriculture and

Natural Resources Management: Vegetable Agroforestry) Project yang terletak di

Kecamatan Nanggung dan Unit Lapangan Darmaga University Farm – Institut Pertanian Bogor, mulai bulan Desember 2007 sampai Desember 2008.

Rancangan percobaan yang digunakan untuk penelitian jenis bahan dan posisi tanam stek adalah rancangan acak kelompok dua faktor. Faktor pertama adalah jumlah buku dengan tiga taraf, yaitu stek 1 buku, 2 buku atau 3 buku. Faktor kedua adalah posisi tanam stek, stek ditanam horizontal atau vertikal. Pada penelitian pengaruh pemupukan, rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan satu faktor, yaitu pengaruh pemupukan dengan empat taraf percobaan (kontrol, pupuk kandang, Urea + SP36 + KCl dan pupuk kandang + Urea+ SP36 + KCl).

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan jumlah buku stek serta perlakuan pemupukan berpengaruh nyata terhadap produksi terubuk. Perlakuan stek 3 buku dapat meningkatkan bobot bunga terubuk dan jumlah tunas, namun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Pemupukan dengan pupuk gabungan (pupuk kandang + Urea + SP36 + KCl) meningkatkan tinggi tanaman, bobot bunga dan diameter bunga, tetapi tidak meningkatkan jumlah tunas.

(4)

Judul : PENGARUH BAHAN STEK DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI TERUBUK (Saccharum edule Hasskarl)

Nama : Nia Kurniatusolihat NRP : A34304020

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc.

NIP: 131 404 220

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr

NIP: 131 124 019

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 10 Agustus 1986 di Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Ahmad Hasanudin dan Ibu Natih Nurulaen.

Tahun 1991 penulis memulai studi di TK Al- Hidayah. Pada tahun 1992 penulis melanjutkan studi di SD Negeri Sukamaju, lalu melanjutkan studi di SLTP Negeri I Sumedang pada tahun 1998 dan tamat pada tahun 2001. Tiga tahun kemudian, penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri I Sumedang. Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas segala kekuatan dan kemudahan yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Bahan Stek dan Pemupukan terhadap Produksi Terubuk (Saccharum edule Hasskarl)”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Terubuk merupakan sayuran lokal yang memiliki nilai gizi dan ekonomis yang cukup tinggi, tetapi produksinya masih sedikit. Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti cara budidaya yang dapat meningkatkan produksi terubuk.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk bapak (alm.) dan mama tercinta, sebagai hadiah khusus untuk semua doa, kasih sayang dan pengorbanan yang telah mereka lakukan sehingga penulis gigih dan sabar sampai saat ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc. atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis mulai dari awal penelitian hingga skripsi ini dapat saya selesaikan.

2. Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi dan Dwi Guntoro, S.P., MSi. sebagai penguji atas koreksi dan saran yang telah diberikan kepada penulis untuk perbaikan penulisan laporan penelitian ini.

3. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc. atas bimbingan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi di Program Sarjana Institut Pertanian Bogor.

4. SANREM Project (Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi. sebagai Country Coordinator) yang telah mendanai penelitian ini, serta untuk Site Manager Kebun SANREM Nanggung, Tisna Prasetyo, SP. Terima kasih untuk segala bantuan dalam pelaksanaan penelitian.

5. University Farm (UF) atas bantuan yang telah diberikan demi kelancaran penelitian ini

(7)

7. Sahabat, saudara sekaligus teman seperjuanganku, Mega dan Ratna, terima kasih untuk persahabatan, semua bantuan dan semangatnya.

8. NJ crew (Mbah mput, Budhe, Bundo Aci, my room mate Bul2, Indah, Mba Pur, Nopy’unyil, Dhai, Mba Ii, Ratna, Fru, Fuji, Dede, April, Rizka, Gita dan c chubby wawat), keluarga keduaku yang telah mewarnai hari-hariku dan setia memberi dukungan serta doa. Luv u girls. I’m gonna miz u. Ur very very amazing.

9. Dwik adhi, thanks for all the things that we share (doa, semangat, dan warna yang berbeda dalam hidupku)

10.Teman KKP Kaliwadas (Mz Yan, Om Cecep, Mba Yesi, Nana, Erika, Mba Yeni) atas semangatnya.

11.Hortiers 41, terima kasih untuk setiap pengalaman seru dan moment berharga yang telah kita lalui bersama selama 4 tahun.

12.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu selama penelitian maupun penyelesaian laporan penelitian ini.

Penulis berharap semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang memerlukannya.

Bogor, April 2009

(8)

DAFTAR ISI

Percobaan Jumlah Buku dan Posisi Tanam Stek ... 16

Jumlah Tunas ... 17

Tinggi Tanaman ... 18

Jumlah Bunga dan Bobot Bunga Total dengan dan Tanpa Kelobot ... 19

Bobot Bunga Total dengan dan Tanpa Kelobot ... 26

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks

1. Komposisi Beberapa Jenis Pupuk Kandang (%)…....……...……….6 2. Dosis Perlakuan Pemupukan………...………...12 3. Jumlah Tunas Terubuk pada Perlakuan Jumlah Buku dan

Posisi Tanam Stek ……….18 4. Tinggi Tanaman Terubuk pada Perlakuan Jumlah Buku

dan Posisi Tanam Stek………...19 5. Jumlah Bunga dan Bobot Bunga Berkelobot pada

Perlakuan Jumlah Buku dan Posisi Tanam Stek ………...…....20 6. Bobot Bunga Dikupas pada Perlakuan Jumlah Buku dan

Posisi Tanam Stek………..20 7. Bobot Kelobot pada Perlakuan Jumlah Buku dan Posisi Tanam Stek...…21 8. Persentase Bobot Kelobot terhadap Bunga Berkelobot………...21 9. Persentase Bobot Bunga Kupas terhadap Bunga Berkelobot.……..…….21 10.Jumlah Tunas Terubuk pada Perlakuan Pemupukan………..24 11.Tinggi Tanaman Terubuk pada Perlakuan Pemupukan………..25 12.Jumlah Bunga pada Perlakuan Pemupukan………...26 13.Bobot Bunga Terubuk Kupas dan Bobot Bunga Terubuk

Berkelobot pada Perlakuan Pemupukan……….…27 14.Bobot Kelobot dan Persentase Kelobot terhadap

Bobot Bunga Total dan Persentase Bunga Kupas terhadap

Bobot Bunga Total pada Perlakuan Pemupukan………28 15.Panjang dan Diameter Terubuk dengan Kelobot dan Tanpa

Kelobot pada Perlakuan Pemupukan……….…....29 16.Jumlah Bunga Terubuk Kupas Berdasarkan Pengkelasan………..31 17.Bobot Bunga Terubuk (gram) Berdasarkan Pengkelasan……….…..31

Lampiran

(10)

4. Sidik Ragam Bobot Bunga Total pada Percobaan Stek ... 41

5. Sidik Ragam Bobot Kelobot pada Percobaan Stek ... 42

6. Sidik Ragam Persentase Bobot Kelobot terhadap Bunga Berkelobot pada Percobaan Stek ... 42

7. Sidik Ragam Persentase Bobot Kupas terhadap Bunga Berkelobot pada Percobaan Stek ... 42

8. Sidik Ragam Jumlah Tunas pada Percobaan Pemupukan ... 43

9. Sidik Ragam Tinggi Tanaman pada Percobaan Pemupukan ... 44

10.Sidik Ragam Jumlah Bunga pada Percobaan Pemupukan...45

11.Sidik Ragam Bobot Bunga Total pada Percobaan Pemupukan ... 45

12.Sidik Ragam Bobot Kelobot pada Percobaan Pemupukan ... 45

13.Sidik Ragam Persentase Bobot Kelobot terhadap Bunga Berkelobot pada Percobaan Pemupukan ... 45

14.Sidik Ragam Persentase Bobot Kupas terhadap Bunga Berkelobot pada Percobaan Pemupukan ... 45

15.Sidik Ragam Diameter Bunga pada Percobaan Pemupukan... 46

16.Sidik Ragam Panjang Bunga pada Percobaan Pemupukan... 46

17.Sidik Ragam Jumlah Bunga Berdasarkan Pengkelasan pada Percobaan Pemupukan ... 46

18.Sidik Ragam Bobot Bunga Berdasarkan Pengkelasan pada Percobaan Pemupukan ... 46

19.Data Cuaca di Leuwiliang dan Darmaga, Bogor ... 46

(11)

PENGARUH BAHAN STEK DAN PEMUPUKAN

TERHADAP PRODUKSI TERUBUK

(

Saccharum edule

Hasskarl)

Oleh:

Nia Kurniatusolihat A34304020

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PENGARUH BAHAN STEK DAN PEMUPUKAN

TERHADAP PRODUKSI TERUBUK

(

Saccharum edule

Hasskarl)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Oleh:

Nia Kurniatusolihat A34304020

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

RINGKASAN

Nia Kurniatusolihat. Pengaruh Bahan Stek dan Pemupukan terhadap Produksi Terubuk (Saccharum edule Hasskarl), dibimbing oleh Bambang S. Purwoko

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis bahan dan posisi tanam stek batang dan pengaruh pemupukan dengan pupuk kandang, urea, SP-36 dan KCl terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terubuk. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan SANREM (Sustainable Agriculture and

Natural Resources Management: Vegetable Agroforestry) Project yang terletak di

Kecamatan Nanggung dan Unit Lapangan Darmaga University Farm – Institut Pertanian Bogor, mulai bulan Desember 2007 sampai Desember 2008.

Rancangan percobaan yang digunakan untuk penelitian jenis bahan dan posisi tanam stek adalah rancangan acak kelompok dua faktor. Faktor pertama adalah jumlah buku dengan tiga taraf, yaitu stek 1 buku, 2 buku atau 3 buku. Faktor kedua adalah posisi tanam stek, stek ditanam horizontal atau vertikal. Pada penelitian pengaruh pemupukan, rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan satu faktor, yaitu pengaruh pemupukan dengan empat taraf percobaan (kontrol, pupuk kandang, Urea + SP36 + KCl dan pupuk kandang + Urea+ SP36 + KCl).

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan jumlah buku stek serta perlakuan pemupukan berpengaruh nyata terhadap produksi terubuk. Perlakuan stek 3 buku dapat meningkatkan bobot bunga terubuk dan jumlah tunas, namun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Pemupukan dengan pupuk gabungan (pupuk kandang + Urea + SP36 + KCl) meningkatkan tinggi tanaman, bobot bunga dan diameter bunga, tetapi tidak meningkatkan jumlah tunas.

(14)

Judul : PENGARUH BAHAN STEK DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI TERUBUK (Saccharum edule Hasskarl)

Nama : Nia Kurniatusolihat NRP : A34304020

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc.

NIP: 131 404 220

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr

NIP: 131 124 019

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 10 Agustus 1986 di Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Ahmad Hasanudin dan Ibu Natih Nurulaen.

Tahun 1991 penulis memulai studi di TK Al- Hidayah. Pada tahun 1992 penulis melanjutkan studi di SD Negeri Sukamaju, lalu melanjutkan studi di SLTP Negeri I Sumedang pada tahun 1998 dan tamat pada tahun 2001. Tiga tahun kemudian, penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri I Sumedang. Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

(16)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas segala kekuatan dan kemudahan yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Bahan Stek dan Pemupukan terhadap Produksi Terubuk (Saccharum edule Hasskarl)”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Terubuk merupakan sayuran lokal yang memiliki nilai gizi dan ekonomis yang cukup tinggi, tetapi produksinya masih sedikit. Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti cara budidaya yang dapat meningkatkan produksi terubuk.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk bapak (alm.) dan mama tercinta, sebagai hadiah khusus untuk semua doa, kasih sayang dan pengorbanan yang telah mereka lakukan sehingga penulis gigih dan sabar sampai saat ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc. atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis mulai dari awal penelitian hingga skripsi ini dapat saya selesaikan.

2. Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi dan Dwi Guntoro, S.P., MSi. sebagai penguji atas koreksi dan saran yang telah diberikan kepada penulis untuk perbaikan penulisan laporan penelitian ini.

3. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc. atas bimbingan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi di Program Sarjana Institut Pertanian Bogor.

4. SANREM Project (Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi. sebagai Country Coordinator) yang telah mendanai penelitian ini, serta untuk Site Manager Kebun SANREM Nanggung, Tisna Prasetyo, SP. Terima kasih untuk segala bantuan dalam pelaksanaan penelitian.

5. University Farm (UF) atas bantuan yang telah diberikan demi kelancaran penelitian ini

(17)

7. Sahabat, saudara sekaligus teman seperjuanganku, Mega dan Ratna, terima kasih untuk persahabatan, semua bantuan dan semangatnya.

8. NJ crew (Mbah mput, Budhe, Bundo Aci, my room mate Bul2, Indah, Mba Pur, Nopy’unyil, Dhai, Mba Ii, Ratna, Fru, Fuji, Dede, April, Rizka, Gita dan c chubby wawat), keluarga keduaku yang telah mewarnai hari-hariku dan setia memberi dukungan serta doa. Luv u girls. I’m gonna miz u. Ur very very amazing.

9. Dwik adhi, thanks for all the things that we share (doa, semangat, dan warna yang berbeda dalam hidupku)

10.Teman KKP Kaliwadas (Mz Yan, Om Cecep, Mba Yesi, Nana, Erika, Mba Yeni) atas semangatnya.

11.Hortiers 41, terima kasih untuk setiap pengalaman seru dan moment berharga yang telah kita lalui bersama selama 4 tahun.

12.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu selama penelitian maupun penyelesaian laporan penelitian ini.

Penulis berharap semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang memerlukannya.

Bogor, April 2009

(18)

DAFTAR ISI

Percobaan Jumlah Buku dan Posisi Tanam Stek ... 16

Jumlah Tunas ... 17

Tinggi Tanaman ... 18

Jumlah Bunga dan Bobot Bunga Total dengan dan Tanpa Kelobot ... 19

Bobot Bunga Total dengan dan Tanpa Kelobot ... 26

(19)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks

1. Komposisi Beberapa Jenis Pupuk Kandang (%)…....……...……….6 2. Dosis Perlakuan Pemupukan………...………...12 3. Jumlah Tunas Terubuk pada Perlakuan Jumlah Buku dan

Posisi Tanam Stek ……….18 4. Tinggi Tanaman Terubuk pada Perlakuan Jumlah Buku

dan Posisi Tanam Stek………...19 5. Jumlah Bunga dan Bobot Bunga Berkelobot pada

Perlakuan Jumlah Buku dan Posisi Tanam Stek ………...…....20 6. Bobot Bunga Dikupas pada Perlakuan Jumlah Buku dan

Posisi Tanam Stek………..20 7. Bobot Kelobot pada Perlakuan Jumlah Buku dan Posisi Tanam Stek...…21 8. Persentase Bobot Kelobot terhadap Bunga Berkelobot………...21 9. Persentase Bobot Bunga Kupas terhadap Bunga Berkelobot.……..…….21 10.Jumlah Tunas Terubuk pada Perlakuan Pemupukan………..24 11.Tinggi Tanaman Terubuk pada Perlakuan Pemupukan………..25 12.Jumlah Bunga pada Perlakuan Pemupukan………...26 13.Bobot Bunga Terubuk Kupas dan Bobot Bunga Terubuk

Berkelobot pada Perlakuan Pemupukan……….…27 14.Bobot Kelobot dan Persentase Kelobot terhadap

Bobot Bunga Total dan Persentase Bunga Kupas terhadap

Bobot Bunga Total pada Perlakuan Pemupukan………28 15.Panjang dan Diameter Terubuk dengan Kelobot dan Tanpa

Kelobot pada Perlakuan Pemupukan……….…....29 16.Jumlah Bunga Terubuk Kupas Berdasarkan Pengkelasan………..31 17.Bobot Bunga Terubuk (gram) Berdasarkan Pengkelasan……….…..31

Lampiran

(20)

4. Sidik Ragam Bobot Bunga Total pada Percobaan Stek ... 41

5. Sidik Ragam Bobot Kelobot pada Percobaan Stek ... 42

6. Sidik Ragam Persentase Bobot Kelobot terhadap Bunga Berkelobot pada Percobaan Stek ... 42

7. Sidik Ragam Persentase Bobot Kupas terhadap Bunga Berkelobot pada Percobaan Stek ... 42

8. Sidik Ragam Jumlah Tunas pada Percobaan Pemupukan ... 43

9. Sidik Ragam Tinggi Tanaman pada Percobaan Pemupukan ... 44

10.Sidik Ragam Jumlah Bunga pada Percobaan Pemupukan...45

11.Sidik Ragam Bobot Bunga Total pada Percobaan Pemupukan ... 45

12.Sidik Ragam Bobot Kelobot pada Percobaan Pemupukan ... 45

13.Sidik Ragam Persentase Bobot Kelobot terhadap Bunga Berkelobot pada Percobaan Pemupukan ... 45

14.Sidik Ragam Persentase Bobot Kupas terhadap Bunga Berkelobot pada Percobaan Pemupukan ... 45

15.Sidik Ragam Diameter Bunga pada Percobaan Pemupukan... 46

16.Sidik Ragam Panjang Bunga pada Percobaan Pemupukan... 46

17.Sidik Ragam Jumlah Bunga Berdasarkan Pengkelasan pada Percobaan Pemupukan ... 46

18.Sidik Ragam Bobot Bunga Berdasarkan Pengkelasan pada Percobaan Pemupukan ... 46

19.Data Cuaca di Leuwiliang dan Darmaga, Bogor ... 46

(21)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Teks

1.Bunga Terubuk yang Terserang Penyakit Karat (a) dan Busuk (b) ... 17 2. Jumlah Bunga (a) dan Bobot Bunga (b) Tiap Waktu Panen

pada Percobaan Jumlah Buku dan Posisi Stek...23 3. Jumlah Bunga (a) dan Bobot Bunga (b) Tiap Waktu Panen

(22)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Terubuk (Saccharum edule Hasskarl) merupakan jenis sayuran lokal yang belum terlalu dikenal masyarakat secara luas dan termasuk dalam kategori sayuran indigenous. Sayuran ini dikenal pula dengan sebutan tebu terubuk atau telur terubuk. Tebu terubuk atau telur terubuk sampai saat ini belum dikenal masyarakat luas, hanya di daerah Jawa Barat. Pemanfaatannya pun masih terbatas yaitu dikonsumsi sebagai sayuran dan lalab. Walaupun demikian permintaan akan sayuran ini cukup besar.

Berdasarkan asal bagian tanaman yang diambil, terubuk termasuk jenis sayuran bunga. Terubuk biasa dikonsumsi dalam bentuk mentah (lalab), ditumis atau dikukus. Seperti pada jenis sayuran lainnya, terubuk juga kaya akan nutrisi dan zat-zat yang baik bagi tubuh. Terubuk banyak mengandung mineral, terutama kalsium dan fosfor, disamping vitamin C (Van den Bergh, 1994).

Sampai saat ini, terubuk masih dibudidayakan secara tradisional dengan areal yang tidak terlalu luas. Dengan demikian, produksinya pun belum dapat memenuhi permintaan pasar secara kontinyu. Sayuran terubuk cukup disukai dan permintaan terubuk di pasar cukup besar. Harga bunga terubuk di pasar sekitar Rp.1000,00/ bunga. Mengingat bahwa terubuk memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi serta memungkinkan untuk dibudidayakan secara intensif, maka perlu dilakukan usaha peningkatan produksi dan kualitasnya, salah satunya melalui penerapan teknik budidaya yang tepat.

Teknik perbanyakan tanaman terubuk yang paling tepat adalah dengan menggunakan stek batang. Hal ini dikarenakan tanaman terubuk tidak memproduksi benih. Selain itu, teknik perbanyakan melalui stek merupakan cara yang sederhana dan mudah diaplikasikan oleh para petani. Melalui teknik perbanyakan ini diharapkan dapat diperoleh tanaman terubuk yang sempurna, yaitu tanaman yang telah mempunyai akar, batang dan daun dalam waktu yang relatif singkat (Wudianto, 2002).

(23)

pengakaran, suhu, kelembaban, cahaya) (Harjadi, 1989). Panjang stek berpengaruh terhadap pembantukan akar dan tunas. Semakin panjang stek semakin besar kandungan karbohidrat, sehingga akar yang dihasilkan semakin banyak (Hartmann dan Kester, 1983). Selain kedua faktor tersebut posisi penanaman bahan stek berpengaruh terhadap pertumbuhan stek. Menurut Aziz (1999) stek batang yang ditanam secara vertikal akan menghasilkan pertumbuhan (tinggi) yang baik, sedangkan stek yang ditanam horizontal akan menghasilkan tunas yang lebih banyak.

Seperti halnya tanaman lain, secara umum ketersediaan unsur hara dalam tanah merupakan faktor yang dapat mempengaruhi produksi dan kualitas terubuk. Nitrogen, fosfor dan kalium merupakan unsur-unsur hara makro yang berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Secara alami, unsur-unsur hara tersebut terkandung di dalam tanah akan tetapi jumlahnya terbatas. Ketersediaan unsur hara di dalam tanah dapat ditingkatkan melalui penambahan pupuk.

Berdasarkan asalnya, pupuk dibagi menjadi dua, yaitu pupuk organik dan anorganik. Penambahan bahan organik (pupuk kandang) berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan menambah unsur hara dalam tanah. Menurut Khan et al. (2007), pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kandungan N (~27%), K (3-11%) dan P (~23%). Pemberian bahan organik secara signifikan meningkatkan hasil tanaman tebu (Yadav, 1995). Namun demikian, kandungan unsur hara dalam pupuk kandang biasanya sedikit dan tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan hara bagi tanaman. Hal inilah yang membuat penambahan aplikasi pupuk buatan diperlukan bagi tanaman. Pada penelitian Khaliq et al. (2006), penambahan bahan organik dan pupuk NPK dapat meningkatkan produksi kapas sebesar 14%. Bokhtiar dan Sakurai (2007), melaporkan penggunaan pupuk kandang dan pupuk NPK pada tanaman tebu menunjukkan hasil dan kualitas yang paling baik

(24)

perlakuan urea (N), SP-36 (P2O5) dan KCl (K2O) terhadap jagung semi

meningkatkan tinggi tanaman, produktivitas, bobot tongkol dan diameter tongkol. Nitrogen sangat berperan dalam pertumbuhan vegetatif. Pupuk dengan kandungan nitrogen yang tinggi dapat meningkatkan jumlah akar pada stek tanaman. Menurut Kano et al. (2007), aplikasi pupuk nitrogen dapat meningkatkan kandungan gula terutama glukosa dan fruktosa dalam sel pada tanaman kubis. Pada penelitian Suryanto (1999), pemupukan nitrogen sebesar 100 kg/ha dan 150 kg/ha pada brokoli meningkatkan bobot bunga 520.43 g dan 556.83 g per tanaman, lebih besar dibandingkan bobot bunga pada perlakuan tanpa pemupukan sebesar 393.73 g per tanaman.

Kalium berperan dalam proses fisiologi dan ketahanan tanaman. Hasil penelitian Sanjaya (2002), menunjukkan aplikasi pupuk K pada jagung manis meningkatkan jumlah dan bobot tongkol yang dihasilkan serta menambah kadar kemanisannya.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari: (1) pengaruh jumlah buku dan posisi tanam stek batang dan (2) pengaruh pemupukan dengan pupuk kandang, urea, SP-36 dan KCl terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

Hipotesis

Percobaan 1

1. Stek 3 buku menghasilkan pertumbuhan dan produksi bunga yang paling baik

2. Posisi horisontal dapat meningkatkan jumlah tunas dan produksi bunga terubuk

3. Terdapat pengaruh interaksi antara jumlah buku dan posisi tanam stek.

Percobaan 2

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Terubuk (Saccharum edule Hasskarl)

Terubuk (Saccharum edule Hasskarl) termasuk ke dalam famili Graminae. Tanaman ini telah dikenal di daerah Jawa dan Madura. Di daerah Jawa Barat, tanaman ini dikenal dengan nama tiwu endog atau terubus, sedangkan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal dengan nama tebu endog atau tebu terubuk. Sebutan endog atau telur pada nama tanaman ini dikarenakan tekstur bagian yang dikonsumsi menyerupai telur ikan (Daulay, 1984). Nama asing terubuk adalah Fiji asparagus, duruka dan pit-pit (http://ecocrop.fao.org).

Bentuk tanaman ini sama dengan tanaman tebu yaitu memiliki batang yang beruas-ruas dan berwarna hijau kemerahan (http://www.ias.ac.in). Menurut Van den Bergh (1994), tebu terubuk mungkin merupakan suatu bentuk tanaman tebu dengan pertumbuhan bunga tak normal atau mungkin merupakan hibrida dari tanaman tebu.

Terubuk tumbuh optimal pada temperatur 20o-30oC. Daerah pertumbuhan tanaman terubuk berkisar antara 1-2000 m di atas permukaan laut (dpl). Tanaman ini tumbuh subur pada kondisi tanah dengan pH sekitar 5-6 (French, 2006). Tanaman ini dikembangbiakkan dengan cara menanam potongan batang (stek) karena tanaman ini tidak memproduksi benih. Stek batang akan berakar dan membentuk suatu rumpun tanaman. Bunga tebu terubuk terbentuk di dalam batang (malai muda) dan terbungkus pelepah daun/kelobot (Van den Bergh, 1994).

(26)

Seperti pada sayuran lainnya, terubuk kaya akan nutrisi dan zat-zat yang baik bagi tubuh. Terubuk banyak mengandung mineral terutama kalsium dan fosfor, disamping vitamin C. Dalam 100g bunga terubuk segar mengandung air 89 g, protein 3.8-4.1 g, karbohidrat 6.9-7.6 g, serat 0.7 g, Ca 10 mg, Fe 0.4-2 mg, fosfor 80 mg, vitamin C 21 mg dengan total energi sebesar 143-160 kJ/100 g (Van den Bergh, 1994)

Stek

Stek merupakan salah satu cara perbanyakan vegetatif. Menurut Denisen (1979), stek adalah pemotongan atau pemisahan bagian dari tanaman (akar, batang, daun dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian tersebut membentuk akar. Dari pengertian ini, maka stek digolongkan berdasarkan bagian tanaman yang dipotong, yaitu stek akar, stek batang dan stek daun.

Perbanyakan dengan stek sangat sederhana dan tidak memerlukan teknik yang rumit. Prinsip dasarnya hanya memotong untuk menghasilkan jaringan kambium dimana akar akan tumbuh (Adams, 1995). Keuntungan perbanyakan stek yang lain adalah bahan stek yang dibutuhkan hanya sedikit tetapi dapat menghasilkan bibit tanaman yang banyak, tanaman yang dihasilkan mempunyai persamaan dalam umur, ukuran dan sifat tanaman yang dihasilkan sama dengan induknya, serta dapat diperoleh tanaman yang sempurna (mempunyai akar, batang dan daun) dalam waktu yang relatif singkat (Wudianto, 2002).

Jenis stek yang banyak digunakan untuk perbanyakan tanaman adalah stek batang. Stek batang dapat dibagi dalam empat kelompok berdasarkan tipe jaringannya (kayu), yaitu hardwood, semihardwood, softwood, dan herbaceous

(Ashari, 2006). Dalam pemilihan stek batang perlu diperhatikan beberapa faktor, salah satunya adalah umur batang. Apabila batang yang digunakan terlalu tua, maka batang akan sulit membentuk akar (waktu yang dibutuhkan akan lama), sedangkan bila digunakan batang yang terlalu muda, proses penguapannya akan cepat sehingga stek akan lemah dan mati. Batang yang baik untuk stek kayu umumnya berumur kurang dari satu tahun (Wudianto, 2002).

(27)

dalam pengakaran batang adalah status hara tanaman. Kandungan nitrogen dan karbohidrat yang tinggi berhubungan dengan pertumbuhan akar yang kuat dan berpengaruh pada jumlah akar yang dihasilkan (Harjadi, 1989). Selain faktor dalam sel, faktor lingkungan juga berpengaruh dalam induksi akar. Faktor lingkungan yang berpengaruh dalam pembentukan akar adalah kelembaban, suhu, cahaya, dan media perakaran.

Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan salah satu pupuk organik yang dapat memperbaiki kesuburan tanah. Menurut Lingga (1994), pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak, baik berupa kotoran padatnya yang bercampur sisa makanan maupun air kencing atau cairannya.

Menurut sumbernya, pupuk kandang terdiri dari beberapa jenis, yaitu pupuk kandang yang berasal dari sapi, kuda, domba, unggas dan lain-lain. Susunan kimia yang dikandung dalam setiap pupuk kandang berbeda-beda (Tabel 1) menurut tempat dan tergantung beberapa hal, yaitu jenis pupuk kandang, macam tanah, umur dan keadaan hewan, sifat dan jumlah amparan, cara mengurus dan menyimpan pupuk sebelum dipakai (Soepardi, 1983).

Tabel 1. Komposisi Beberapa Jenis Pupuk Kandang (%)

Jenis Pupuk Kandang N P2O5 K2O

Sumber: Buckman dan Brady (1972)

Secara umum dalam setiap satu ton pupuk kandang mengandung 5 kg N, 3 kg P2O5 dan 5 kg K2O serta unsur-unsur hara esensial lain dalam jumlah yang

(28)

tanah serta mendorong kehidupan jasad renik. Menurut Hardjowigeno (2003), pupuk kandang dapat memperbaiki sifat tanah seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, daya tahan air dan kapasitas tukar kation. Shukla et al. (2008), melaporkan pemberian bahan organik pada tanaman tebu mampu meningkatkan hasil batang dan gula tebu (70.2 ton/ha dan 7.93 ton/ha) dibandingkan kontrol (62.3 ton/ha dan 7.06 ton/ha)

Dibandingkan pupuk buatan, pupuk kandang lebih lambat bereaksi karena sebagian besar unsur yang dikandungnya harus mengalami perombakan terlebih dahulu sebelum diserap tanaman. Hal ini yang menyebabkan tanah yang dipupuk dengan pupuk kandang dalam jangka waktu lama masih dapat memberikan hasil yang baik. Banyaknya pupuk kandang yang diperlukan tergantung pada jenis tanah, jenis tanaman yang diusahakan, bentuk usaha tani dan banyaknya pupuk kandang yang tersedia (Buckman dan Brady, 1972).

Permasalahan yang sering terjadi dalam penggunaan pupuk kandang yaitu penguapan nitrogen dalam bentuk NH3. Untuk mencegah hal tersebut pupuk

kandang harus dibenamkan, tetapi proses pembenamannya tidak terlalu dalam karena proses penguraian pupuk tersebut dapat terhambat akibat aerasi yang kurang baik (Sabiham, 1989).

Pupuk Nitrogen

Nitrogen merupakan salah satu komponen nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Sumber utama nitrogen bagi tanaman di alam adalah N2 udara (78%).

Nitrogen dengan bentuk tersebut tidak dapat digunakan, perlu diubah dahulu agar dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Menurut Hardjowigeno ( 2003), nitrogen yang terdapat dalam tanah berbentuk protein (bahan organik), senyawa-senyawa amino, amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Ketersediaan nitrogen dalam tanah yang

(29)

produksi bunga sebesar 520.43 g dan 556.83 g per tanaman sedangkan kontrol sebesar 393.73 g per tanaman.

Berdasarkan bentuk N yang terdapat dalam senyawa pupuk, pupuk N dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu nitrat, amida dan amonium (Buckman dan Brady, 1972). Pupuk N yang sering digunakan adalah pupuk N berbahan dasar amida yaitu urea (CO(NH2)2). Urea dapat langsung dimanfaatkan

tanaman, tetapi umumnya di dalam tanah akan diubah menjadi amonium dan nitrat melalui proses amonifikasi dan nitrifikasi oleh bakteri tanah (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Menurut Sabiham (1989), tingkat keefisienan serapan pupuk nitrogen sangat tergantung dari tanaman yang diusahakan, sumber pupuk dan keadaan reaksi tanah, kandungan air tanah, adanya tambahan pupuk P, cara dan waktu pemberian N, serta keadaan tekstur tanah. Faktor–faktor yang mempengaruhi efektivitas urea antara lain pH tanah, KTK tanah, kapasitas buffer tanah, suhu tanah dan kelembaban tanah (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Pupuk Fosfor

Fosfor (P) secara garis besar dibedakan atas fosfor organik dan anorganik. Fosfor organik berupa phytin, inositol heksafosfat, DNA dan asam ribonukleat (RNA), sedangkan fosfor anorganik di dalam tanah umumnya bersifat sukar larut sehingga kurang tersedia bagi tanaman (Sabiham, 1989). Fosfor diserap oleh tanaman dalam bentuk H2PO4- dan HPO4- yang terlarut dalam air tanah.

(30)

Pengaruh fosfor terhadap tanaman cukup besar. Fosfor berperan dalam proses pemecahan karbohidrat menjadi energi, penyimpanan dan peredarannya ke seluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP (Leiwakabessy, 2004). Fosfor juga berperan dalam pembungaan, pembuahan dan pembentukan biji, pematangan tanaman, serta perkembangan akar (Hardjowigeno, 2003).

Pupuk P dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan sifat kelarutannya, yaitu larut dalam asam keras, larut dalam asam sitrat dan larut dalam air (Hardjowigeno, 2003). Pupuk P yang larut dalam asam keras lambat tersedia bagi tanaman, sedangkan yang larut dalam asam sitrat atau air mengandung P yang mudah tersedia bagi tanaman. Pupuk P larut air yang sering dipakai di Indonesia adalah TSP dan SP-36. Berdasarkan sifat fisik, warna dan sifat pupuknya, pupuk TSP dan SP-36 memiliki kemiripan namun kadar P2O5nya berbeda. Pada TSP

kandungan P2O5 sebesar 46-48%, sedangkan pada SP-36 sebesar 36%

(Hardjowigeno, 2003).

Pupuk Kalium

Kalium merupakan unsur ketiga yang penting setelah nitrogen dan fosfor. Kalium diserap oleh tanaman dalam jumlah yang cukup besar dan kadang-kadang lebih besar dibanding nitrogen, seperti yang terjadi pada tanaman umbi-umbian. Kalium dalam tanaman tidak ditemukan dalam hasil-hasil metabolisme pada senyawa organik tertentu seperti halnya unsur N, P, dan S, akan tetapi unsur kalium ini umumnya terdapat dalam ikatan yang mudah sekali larut (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

(31)

Jumlah kalium yang tersedia di dalam tanah tergantung dari keadaan reaksi tanah, kisaran pergerakan kalium (difusi K) dalam tanah, serta intensitas erosi dan pencucian. Pergerakan kalium dalam tanah sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah, kelembaban tanah, aerasi dan bahan organik (Buckman dan Brady, 1972).

Kalium berpengaruh besar dalam proses fisiologi, seperti pembelahan sel, fotosintesis, translokasi gula, buka tutup stomata, reduksi nitrat dan sintesis protein, mengatur tekanan osmotik dalam sel dan dalam aktivitas enzim (Adams, 1995). Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004), kekurangan K dapat menyebabkan tanaman menjadi kurang tahan terhadap kekeringan, peka terhadap penyakit dan menurunkan kualitas produksi tanaman.

Pupuk kalium yang umum dikenal adalah garam kalium dari klorida, sulfat, dan nitrat. Kalium sulfat (K2SO4) memiliki sifat kurang higroskopik

dibandingkan KCl sehingga lebih mudah dikelola dan dapat disimpan lama. Pupuk ini juga bersifat mudah larut air. Jenis pupuk K ini juga baik digunakan pada tanaman yang tidak tahan klorida dan tanah yang kekurangan S (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Berbeda dengan kalium sulfat, kalium klorida (KCl) hanya digunakan untuk tanaman yang tahan klorida. Kadar K2O yang

terdapat pada KCl berkisar antara 52-55%.

(32)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2007 hingga Desember 2008. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan SANREM (Sustainable

Agriculture and Natural Resources Management: Vegetable Agroforestry) Project

yang terletak di Kecamatan Nanggung, Bogor dan Unit Lapangan Darmaga, University Farm – Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah stek terubuk

(Saccharum edule Hasskarl) yang diperoleh dari petani di daerah

Cigudeg-Leuwiliang, pupuk kandang (ayam) yang berasal dari campuran kotoran ayam pedaging dan sekam dengan perbandingan 1:3, pupuk urea, pupuk SP-36 dan pupuk KCl, Furadan 3G. Adapun peralatan yang digunakan terdiri atas penggaris (meteran), jangka sorong, kamera, alat tulis, timbangan dan alat-alat pertanian lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan di lapangan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial. Untuk penelitian pengaruh jumlah buku dan posisi tanam stek digunakan rancangan acak kelompok dua faktor. Faktor pertama adalah jumlah buku dengan tiga taraf percobaan: stek 1 buku, 2 buku dan 3 buku. Faktor kedua adalah posisi tanam stek: stek ditanam horizontal dan vertikal. Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + τi + βj + (τβ)ij + ρk + εijk

Keterangan:

Yijk = Nilai pengamatan pada taraf ke-i dari faktor jumlah buku, taraf ke-j dari faktor posisi stek, dan kelompok ke-k

µ = Nilai rataan umum

(33)

βj = Pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor posisi tanam stek

(τβ)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor jumlah buku dan taraf ke-j faktor posisi tanam stek

ρk = Pengaruh kelompok ke-k

ε ijk = Pengaruh galat pada taraf ke-i faktor jumlah buku dan taraf ke-j faktor posisi tanam stek, dan kelompok ke-k.

Penelitian pengaruh pemupukan menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor, dengan empat taraf percobaan: kontrol (P0), pupuk kandang (P1), Urea + SP36 + KCl (P2), pupuk kandang + Urea + SP36 + KCl (P3).

Tabel 2. Dosis Perlakuan Pemupukan

Perlakuan Pupuk kandang

Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yik = µ + τi + ρk + εik

Keterangan:

Yik = Nilai pengamatan pada taraf ke-i dari faktor pengaruh pemupukan dan kelompok ke-k

µ = Nilai rataan umum

τi = Pengaruh aditif dari taraf ke-i faktor pengaruh pemupukan ρk = Pengaruh kelompok ke k

ε ik = Pengaruh galat pada taraf ke-i faktor pengaruh pemupukan dan kelompok ke k.

(34)

Pelaksanaan

Percobaan 1. Pengaruh Jumlah Buku dan Posisi Tanaman Stek

Percobaan ini dilakukan di Kebun Percobaan SANREM Leuwiliang-Bogor. Bahan tanaman yang digunakan adalah stek terubuk satu buku, dua buku atau tiga buku. Bahan stek yang telah tersedia ditanam pada tanah berukuran 4 m x 1 m dengan jarak tanam 50 cm x 30 cm yang sebelumnya telah diolah dan diberi pupuk dasar (pupuk kandang) sebanyak 3 kg/petak (7.5 ton/ha). Stek ditanam dengan posisi horizontal atau posisi vertikal tergantung perlakuan. Percobaan ini dilakukan pada awal Desember 2007 hingga Agustus 2008.

Percobaan 2. Pengaruh Pemupukan

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Unit Lapangan Darmaga, University Farm - IPB. Bahan stek yang digunakan adalah stek 2 buku. Bahan stek ditanam dengan posisi horizontal di lahan yang berukuran 4 m x 1 m. Lahan sebelumnya telah diolah. Stek ditanam dengan jarak tanam 50 cm x 30 cm. Percobaan dimulai pada bulan April 2008 hingga Desember 2008.

Empat perlakuan pemupukan yang digunakan (1) kontrol/tanpa pemupukan (P0), (2) pemupukan dengan pupuk kandang (P1), (3) urea, SP-36, dan KCl (P2) dan (4) pupuk kandang + urea, SP-36, dan KCl (P3). Pupuk kandang diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang ayam dan diberikan sebanyak 2 kg/petak (5 ton/ha). SP-36 diberikan saat awal penanaman sebanyak 150 g/petak (P2O5 135 kg/ha). Urea dan

KCl diberikan secara bertahap masing-masing sebanyak 87 g/petak (N 100 kg/ha) dan 90 g/petak (K2O 135 kg/ ha) dimana 50% diberikan pada 2 minggu setelah

tanam dan 50% pada 6 minggu setelah tanam.

Pemeliharaan

(35)

serangan rayap. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan. Pembuangan daun tua dilakukan untuk mengendalikan serangan penyakit dan tanaman rebah.

Panen

Panen mulai dilakukan pada bulan ke lima atau ke enam setelah tanam. Bagian tanaman yang dipanen adalah bunga yang tertutup kelobot. Adapun ciri bunga yang telah siap panen yaitu saat bunga telah mengisi hampir seluruh ruang kosong yang tertutup kelobot. Waktu panen yang ditunda menyebabkan bunga menjadi terlalu tua sehingga tidak dapat dikonsumsi lagi.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan selama penelitian berlangsung merupakan pengamatan kuantitatif yang terdiri atas:

1. Jumlah tunas

Jumlah tunas yang diamati merupakan jumlah semua tunas yang tumbuh pada bahan stek yang ditanam. Perhitungan jumlah tunas dilakukan pada 5 tanaman contoh. Pengamatan ini dilakukan setiap satu minggu sekali.

2. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang yang berada di permukaan tanah hingga daun yang terpanjang. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada 5 tanaman contoh dan dilakukan setiap minggunya.

3. Jumlah bunga

Jumlah bunga yang dihitung merupakan jumlah total bunga yang dipanen pada setiap perlakuan.

4. Bobot bunga

(36)

5. Diameter dan panjang bunga

Diameter dan panjang bunga diukur pada bunga yang berkelobot dan tanpa pelepah (kupas). Diameter bunga diukur dengan jangka sorong.

6. Umur panen

Pengamatan umur panen berupa pengamatan waktu panen awal hingga panen terakhir (MST).

7. Pengkelasan

Kriteria pengkelasan diambil berdasarkan survey dan wawancara dengan petani terubuk dan pedagang terubuk di pasar Leuwiliang dan Bantar Kemang-Bogor. Pengkelasan dilakukan berdasarkan panjang bunga kupas.

Grade A : panjang >10.0 cm

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian studi bahan stek dilaksanakan di lokasi dengan ketinggian 308 m di atas permukaan laut. Jenis tanah di lahan percobaan ini adalah podzolik merah kuning dengan pH 4.3. Struktur tanah di lahan percobaan ini didominasi oleh struktur liat. Pada kondisi basah, tanah jenis ini sangat lengket dan licin, namun pada kondisi kering tanah berubah menjadi keras. Lahan percobaan yang digunakan untuk setiap ulangannya berada pada blok yang terpisah. Penelitian pemupukan dilakukan di Kebun Percobaan, Jalan Lengkeng yang berada pada ketinggian 200 m di atas permukaan laut. Jenis tanahnya merupakan tanah latosol dengan pH 4.8.

Berdasarkan data iklim yang tercatat oleh Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor, selama penelitian berlangsung, suhu rata-rata bulanan di sekitar tempat penelitian adalah 25.50C dengan kelembaban udara rata-rata 84.4%. Adapun curah hujan mencapai 208.6 mm/bulan (Leuwiliang) dan 303.1 mm/bulan (Darmaga) (Tabel Lampiran 19). Kondisi tersebut cukup sesuai untuk pertumbuhan terubuk. Tanaman terubuk dapat tumbuh dengan baik pada suhu 20-30oC dengan curah hujan tahunan 1800-2500 mm/tahun (http://ecocrop.fao.org).

(38)

Hama lainnya yang banyak ditemukan pada tanaman terubuk pada kedua percobaan adalah belalang (Valanga sp.). Serangan belalang menyebabkan daun berlubang, namun tidak mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Penyakit yang menyerang tanaman terubuk adalah penyakit karat, dengan gejala pada daun terdapat bercak-bercak berwarna kuning kecoklatan. Gejala penyakit ini juga ditemukan pada bunga.

Beberapa bunga tanaman terubuk pada perlakuan pemupukan mengalami kerusakan (busuk) sehingga tidak dapat dipanen (Gambar 1). Kondisi ini disebabkan air hujan masuk ke dalam kelobot bunga sehingga bunga rusak (busuk). Pada 30 MST, beberapa tanaman terubuk pada perlakuan pemupukan mengalami rebah. Hal ini dikarenakan tiupan angin yang kencang dan batang tanaman tidak cukup kuat menahan tanaman yang semakin tinggi. Tanaman yang rebah kemudian ditopang dengan ajir bambu dan diikat antara tanaman agar lebih kuat menahan angin.

Gambar 1. Bunga terubuk yang terserang penyakit karat (a) dan busuk (b)

Percobaan Jumlah Buku dan Posisi Tanam Stek

Jumlah Tunas

(39)

buku menghasilkan 4.2 tunas, lebih banyak dibandingkan dengan stek 1 buku (2.8 tunas) (Tabel 3).

Tabel 3. Jumlah Tunas Terubuk pada Perlakuan Jumlah Buku dan Posisi Tanam Stek

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5% (*)

tn: tidak berbeda nyata

Stek dengan 3 buku memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan bahan stek lainnya. Hal ini diduga karena cadangan makanan yang tersimpan di dalam stek 3 buku lebih banyak dibandingkan cadangan makanan yang dimiliki perlakuan lainnya. Selain itu, semakin banyak jumlah buku tentunya tunas yang muncul akan semakin banyak, karena pada buku tersebut terdapat mata tunas yang akan tumbuh menjadi tunas baru. Setiyawan (2000) menyatakan bahwa perlakuan stek 3 buku memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah tunas pada stek bambu ampel hijau. Pada penelitian Belehu dan Hammes (2004) stek ubi jalar 3 buku menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak dari stek 1 buku.

Tinggi Tanaman

(40)

peningkatan tinggi tanaman bambu apel hijau. Hal ini diduga karena pengaruh asal (bagian basal) serta umur bahan stek yang terlalu tua serta kelembaban

Tabel 4. Tinggi Tanaman Terubuk pada Perlakuan Jumlah Buku dan Posisi Tanam Stek

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata

Pada perbanyakan stek, pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh asal stek. Menurut Hartmann et al. (1983), faktor yang menentukan keberhasilan dan pertumbuhan stek antara lain adalah bagian yang diambil sebagai bahan stek (apikal dan basal) dan tingkat ketuaan bahan stek. Bahan stek yang berasal dari bagian basal pertumbuhannya cenderung lebih lambat dibandingkan dengan bahan stek yang berasal dari bagian apikal. Apabila bahan stek yang digunakan terlalu tua pertumbuhannya akan lambat (waktu yang dibutuhkan lebih lama) (Wudianto, 2002). Kondisi kelembaban tanah yang rendah akibat kekurangan air dan rendahnya curah hujan juga diduga mempengaruhi tinggi tanaman terubuk. Pada tanaman tebu kekurangan air (defisit air) memperlambat pemanjangan batang (Inman-Bamber, 2004 ; Inman-Bamber dan Smith, 2005). Pada penelitian Robertson et al. (1999) rendahnya kadar air pada tanah berpengaruh terhadap biomassa batang dan hasil tanaman tebu.

Jumlah Bunga dan Bobot Bunga Total dengan dan Tanpa Kelobot

Posisi tanam stek tidak berpengaruh terhadap jumlah bunga terubuk. Berdasarkan data pada Tabel 5, jumlah buku berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga. Stek 3 buku menghasilkan jumlah bunga terbanyak 85.2 bunga

Perlakuan MST

Horizontal 17.4 22.9 28.2 34.3 39.1 43.9 50.6 58.7

Vertikal 16.5 22.7 29.2 33.2 36.1 40.7 45.4 53.4

Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn

(41)

(horizontal) sedangkan stek 2 buku menghasilkan 76.0 bunga. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan perlakuan stek 1 buku yang menghasilkan 56.2 bunga.

Perlakuan posisi tanam stek serta interaksinya dengan jumlah buku tidak berpengaruh nyata terhadap bobot bunga kupas dan bobot bunga berkelobot serta bobot kelobot. Stek 3 buku menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot bunga terubuk berkelobot dan bobot bunga dikupas (Tabel 5 dan Tabel 6). Pada peubah ini stek 3 buku mampu meningkatkan bobot bunga berkelobot 4992.6 g/4 m2 (4.16 ton/ha) dan bobot bunga dikupas sebesar 899.5 g/4 m2 (0.75 ton/ha). Perlakuan stek 3 buku juga menghasilkan bobot kelobot sebesar 4093.2 g/m2 (Tabel 7).

Tabel 5. Jumlah Bunga dan Bobot Bunga Berkelobot pada Perlakuan Jumlah Buku dan Posisi Tanam Stek

Perlakuan Jumlah Bunga Bobot Bunga Berkelobot

g/4 m2 ton/ha

1 Buku 56.2b 2912.5b 2.43b

2 Buku 76.0a 4446.7a 3.71a

3 Buku 85.2a 4992.6a 4.16a

Uji F ** ** **

Horizontal 73.7 4314.7 3.60

Vertikal 71.2 3919.8 3.27

Uji F tn tn tn

Interaksi tn tn tn

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata pada uji BNJ taraf 1%

Tabel 6. Bobot Bunga Dikupas pada Perlakuan Jumlah Buku dan Posisi Tanam Stek

(42)

Tabel 7. Bobot Kelobot pada Perlakuan Jumlah Buku dan Posisi Tanam Stek

Horizontal 3616.8 3.01

Vertikal 3296.0 2.75

Uji F tn tn

Interaksi tn tn

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNJ taraf 1%

Pembentukan bunga berhubungan dengan serapan nutrisi oleh tanaman. Semakin banyak jumlah buku, cadangan makanan semakin banyak sehingga akar dan jumlah tunas yang dibentuk akan semakin banyak pula. Akar yang banyak membuat tanaman dapat menyerap nutrisi lebih banyak. Pada tanaman terubuk, satu tunas yang telah berkembang menjadi tanaman dewasa menghasilkan satu bunga. Dengan demikian, semakin banyak jumlah tunas semakin banyak pula bunga yang dihasilkan dan bobot total bunga yang diperoleh pun besar.

Tabel 8. Persentase Bobot Kelobot terhadap Bunga Berkelobot

Perlakuan Horizontal Vertikal

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%

Tabel 9. Persentase Bobot Bunga Kupas terhadap Bunga Berkelobot

Perlakuan Horizontal Vertikal

(43)

Dari data di atas (Tabel 9) dapat dilihat bahwa persentase bobot bunga kupas terhadap bobot bunga berkelobot pada perlakuan stek buku 3 (17.8%) lebih besar dibandingkan stek 1 buku dan 2 buku (13.9% dan 15.8%). Hal ini menunjukkan bahwa pada stek 3 buku partisi fotosintat ke arah bagian yang dapat dimakan lebih tinggi dibandingkan stek 1 buku dan 2 buku.

Umur Panen

Berdasarkan Gambar 2, panen terjadi pada periode 25 MST hingga 40 MST. Panen bunga terubuk pertama dilakukan pada 25 MST, yaitu pada tanaman dengan perlakuan stek 3 buku. Tanaman dengan perlakuan stek 2 buku mulai dipanen pada 26-27 MST, sedangkan untuk perlakuan stek 1 buku pada 28-29 MST. Pada keempat grafik tersebut terlihat bahwa pada perlakuan stek 3 buku, panen terbanyak dan bobot bunga terbesar diperoleh pada periode 31 MST hingga 33 MST.

(44)

(a)

(b)

(45)

Percobaan Pemupukan

Jumlah Tunas

Perlakuan pemupukan (Tabel 10) menunjukkan jumlah tunas yang tidak berbeda nyata. Pemberian pupuk yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah tunas kemungkinan terjadi karena kurangnya ketersediaan unsur-unsur hara di dalam tanah akibat pH yang rendah yaitu sebesar 4.8 (N-total: 0.16%, P: 8.4 ppm, K: 0.21 me/100g) (Tabel Lampiran 20). Menurut Harjadi (1989) kandungan nitrogen dalam tanah berhubungan dengan pertumbuhan akar dan pemunculan tunas.

Tabel 10. Jumlah Tunas Terubuk pada Perlakuan Pemupukan

Perlakuan MST

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata N+P+K: Urea + SP36 + KCl

Sifat pupuk kandang yang lama bereaksi dan pengaplikasian Urea + SP36 + KCl yang baru dilakukan pada minggu ke 2 diduga menyebabkan hara untuk tanaman menjadi lambat tersedia. Selain itu, kondisi curah hujan pada awal penanaman yang cukup tinggi (527 mm/bulan) juga mengakibatkan terjadinya pencucian unsur hara oleh air hujan. Menurut Buckman dan Brady (1972), jumlah nitrogen di dalam tanah sangat sedikit, hal ini karena sifat nitrogen yang mudah tercuci oleh drainase dan mudah menguap. Sama halnya dengan N, unsur K dalam tanah juga mudah tercuci. Pada kondisi tanah asam (pH rendah) P akan terikat oleh unsur Fe dan Al sehingga P tidak tersedia bagi tanaman (Hanafiah, 2005).

Tinggi Tanaman

(46)

memberikan tinggi tanaman tertinggi (189.97 cm) meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dan pupuk Urea + SP36 + KCl.

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%

tn: tidak berbeda nyata N+P+K: Urea + SP36 + KCl

Menurut Sanjaya (2002), pemberian pupuk urea, SP36 dan KCl secara nyata mempengaruhi peningkatan tinggi tanaman. Pemberian pupuk kandang juga akan meningkatkan kandungan unsur hara tanah termasuk N, P dan K. Berdasarkan penelitian Alemu dan Bayu (2005) pemberian pupuk kandang sebesar 10 ton/ha meningkatkan kandungan N total dalam tanah menjadi 0.21 %, lebih besar dibandingkan kontrol yang hanya mengandung 0.17 % N.

Peningkatan tinggi tanaman berkaitan dengan fungsi nitrogen dalam pertumbuhan vegetatif tanaman. Menurut Soepardi (1983), nitrogen memberikan pengaruh paling nyata dan cepat serta dapat merangsang pertumbuhan vegetatif. Dalam fase vegetatif, tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat yang dibentuk untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Harjadi, 1989). Menurut Hanafiah (2005), secara fisiologis kalium berfungsi dalam metabolisme karbohidrat seperti pembentukan, pemecahan pati dan translokasi sukrosa serta percepatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem (pucuk dan tunas). Penambahan pupuk kalium akan mempercepat metabolisme karbohidrat dan proses pembelahan sel, sehingga proses pertumbuhan tanaman berlangsung lebih cepat.

Tabel 11. Tinggi Tanaman Terubuk pada Perlakuan Pemupukan

Perlakuan

MST

4 6 8 10 12 14 16 18 20 22

---cm---

Kontrol 28.50 36.83 48.33 71.48 85.53 105.07 121.73b 142.00b 158.13b 173.53

Pukan 27.17 34.77 53.20 70.53 87.23 107.93 136.97ab 152.13ab 175.13ab 187.43

N+P+K 26.51 33.17 45.13 69.23 89.08 104.53 140.73ab 162.93ab 175.87ab 184.30

Pukan +

N+P+K 24.05 34.57 59.07 76.24 97.68 118.80 149.17a 177.40a 189.97a 202.07

(47)

Peningkatan pertumbuhan vegetatif tanaman juga tidak lepas dari peranan unsur fosfor. Menurut Hardjowigeno (2003), fosfor berfungsi untuk meningkatkan panjang akar, kehalusan dan kerapatannya. Pada tanaman tebu fosfor berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan akar dan tinggi tanaman (Roy et al., 2006) Tersedianya unsur fosfor yang cukup dalam tanah akan mendukung pembentukan dan pemanjangan akar, sehingga jumlah unsur hara yang akan diserap akar semakin tinggi. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan tanaman akan semakin cepat.

Jumlah Bunga

Perlakuan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga pada perlakuan pemupukan (Tabel 12). Hal ini dipengaruhi oleh jumlah tunas yang dihasilkan, karena pada terubuk satu tunas yang telah berkembang menjadi tanaman dewasa menghasilkan satu buah bunga. Apabila tunas yang dihasilkan sedikit, jumah bunga yang dihasilkan pun akan sedikit.

Tabel 12. Jumlah Bunga pada Perlakuan Pemupukan

Perlakuan Jumlah Bunga

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata N+P+K: Urea + SP36 + KCl

Bobot Bunga Total dengan dan Tanpa Kelobot

(48)

Tabel 13. Bobot Bunga Terubuk Kupas dan Bobot Bunga Terubuk Berkelobot

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji F taraf 5% (*) dan 10% (+)

Angka dalam kurung hasil perbandingan dengan kontrol dalam % N+P+K: Urea + SP36 + KCl

Peningkatan bobot bunga berkelobot dan dikupas diduga berhubungan erat dengan besarnya fotosintat yang ditranslokasikan ke bagian bunga. Semakin besar fotosintat yang ditranslokasikan ke bunga maka semakin meningkat pula bobot bunga tersebut. Salisbury dan Ross (1992) menyatakan bahwa tersedianya hara yang cukup sepanjang pertumbuhan tanaman berpengaruh terhadap besarnya fotosintat. Hal ini terlihat jelas pada bobot panen bunga kupas pada perlakuan pupuk kandang + Urea + SP36 + KCl dibandingkan kontrol sebesar 207% (Tabel 13).

(49)

Tabel 14. Bobot Kelobot dan Persentase Kelobot terhadap Bobot Bunga Total dan Persentase Bunga Kupas terhadap Bobot Bunga Total pada Perlakuan Pemupukan

Perlakuan

Bobot Kelobot Bobot Kelobot /Bobot Total

Bobot Kupas /Bobot Total

g/4 m2 % %

Kontrol 1090.9 b 61.3 38.7

Pukan 1372.4ab 59.7 40.3

N+P+K 1345.8ab 58.1 41.9

Pukan + N+P+K 1929.0 a 57.4 42.6

Uji F * tn tn

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5% (*)

tn: tidak nyata

N+P+K: Urea + SP36 + KCl

Apabila dibandingkan hasil dari percobaan pertama dan kedua, bobot bunga dikupas di Percobaan Leuwiliang lebih rendah dibandingkan percobaan pemupukan. Hal ini diduga berhubungan dengan tanah Leuwiliang yang bersifat asam dan miskin hara. Pada percobaan di Leuwiliang, hanya diberikan pupuk kandang sebanyak 7.5 ton/ha. Pemberian pupuk kandang (5 ton/ha) dan pupuk Urea (100 kg/ha) + SP36 (135 kg/ha) + KCl (135 kg/ha) akan meningkatkan kandungan unsur hara tanah, terutama unsur N, unsur P dan unsur K. Ketiga unsur ini berperan dalam proses produksi tanaman. Menurut Nyakpa (1988), nitrogen merupakan unsur yang paling banyak dibutuhkan tanaman sebagai komponen produksi. Unsur N merupakan unsur pembentuk protein dan klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis. Semakin meningkatnya proses fotosintesis menyebabkan pembentukan karbohidrat juga semakin besar. Menurut Sanjaya (2002) pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif, bobot dan jumlah tongkol pada jagung manis. Hasil penelitian Alemu dan Bayu (2005) pada sorghum menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan hasil 51% lebih besar dibanding kontrol.

(50)

juga merupakan unsur yang paling banyak dibutuhkan sebagai penyusun jerami tanaman.

Diameter dan Panjang Bunga dengan dan Tanpa Pelepah

Berdasarkan kriteria panjang dan diameter bunga, sebagian besar bunga terubuk memenuhi kriteria bunga terubuk yang baik. Diameter bunga kupas berkisar antara 1.84 cm - 2.16 cm dengan panjang 9.70 cm - 10.81 cm (Tabel 15). Perlakuan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang dan diameter bunga berkelobot serta panjang bunga kupas. Berdasarkan Tabel 15, perlakuan pupuk kandang + Urea + SP36 + KCl pada tanaman terubuk dapat meningkatkan diameter bunga kupas dari 1.84 cm menjadi 2.16 cm.

Tabel 15. Panjang dan Diameter Bunga Terubuk dengan Kelobot dan Bunga Tanpa Kelobot pada Perlakuan Pemupukan

Bunga dengan Kelobot Bunga Kupas

Perlakuan Panjang Diameter Panjang Diameter ---cm---

Kontrol 35.66 2.23 10.33 1.84b

Pukan 36.68 2.58 10.19 2.01ab N+P+K 37.32 2.50 10.81 2.00ab Pukan+N+P+K 37.12 2.43 9.70 2.16a

Uji F tn tn tn +

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji BNJ taraf 10% (+), tn: tidak berbeda nyata

N+P+K: Urea + SP36 + KCl

Umur Panen

(51)

(a)

(b)

Gambar 3. Jumlah Bunga (a) dan Bobot Bunga (b) Tiap Waktu Panen pada Percobaan Pemupukan

Penambahan pupuk gabungan telah meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Pada 27 MST perlakuan pupuk gabungan menghasilkan jumlah bunga lebih banyak dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan pupuk gabungan juga menunjukkan bobot bunga terbesar pada 30 dan 38 MST. Gambar 3 menunjukkan selama periode panen terjadi peningkatan dan penurunan jumlah bunga yang dipanen. Hal ini terjadi karena panen dilakukan dengan melihat tingkat kematangan bunga. Kematangan bunga yang tidak seragam membuat jumlah bunga yang dipanen tiap minggunya berbeda.

Pengkelasan

(52)

pengkelasan (A, B dan C) serta adanya kerusakan fisik (busuk atau terkena penyakit).

Tabel 16. Jumlah Bunga Terubuk Kupas Berdasarkan Pengkelasan

Perlakuan Kelas Total

Keterangan: Analisis statistik pada jumlah tongkol berdasarkan pengkelasan merupakan data hasil transformasi dengan rumus √y+0.5 dan log y+1. data yang disajikan dalam tabel merupakan nilai asli. Angka dalam kurung adalah persentase terhadap jumlah bunga total.

tn: tidak berbeda nyata N+P+K: Urea+SP36+KCl

Tabel 17. Bobot Bunga Terubuk Kupas (gram) Berdasarkan Pengkelasan

Perlakuan Kelas Total

Keterangan: Analisis statistik pada jumlah tongkol berdasarkan pengkelasan merupakan data hasil transformasi dengan rumus √y+0.5 dan log y+1. data yang disajikan dalam tabel merupakan nilai asli. Angka dalam kurung adalah persentase terhadap bobot bunga total.

tn: tidak berbeda nyata N+P+K: Urea+SP36+KCl

(53)

Kondisi tanah yang bersifat masam dan kekurangan unsur hara dapat mempengaruhi kualitas hasil panen tanaman. Jika kebutuhan suatu tanaman akan beberapa unsur hara tidak dapat terpenuhi, maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut akan terganggu. Soepardi (1983) menyatakan bahwa salah satu fungsi kalium bagi tanaman adalah membuat tanaman lebih tahan terhadap serangan penyakit.

(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penanaman terubuk dengan stek 3 buku menghasilkan jumlah tunas lebih banyak dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu sebesar 4.2 tunas. Stek 3 buku menghasilkan bunga dengan kelobot sebesar 4992.6 g/4 m2 (4.16 ton/ha) dan bunga dikupas sebesar 899.5 g/4 m2 (0.75 ton/ha).

Pemupukan dengan pupuk gabungan (pupuk kandang+Urea+SP36+KCl) menunjukkan respon yang paling baik terhadap pertumbuhan dan produksi bunga. Perlakuan ini memberikan tinggi tanaman tertinggi sebesar 189.97 cm. menghasilkan bunga dengan kelobot 3352.7 g/4 m2 (2.79 ton/ha) dan bunga dikupas 1429.7 g/4 m2 (1.19 ton/ha) serta diameternya sebesar 2.16 cm. Dibandingkan kontrol, perlakuan pupuk gabungan (pupuk kandang + Urea + SP36 + KCl) meningkatkan bobot bunga berkelobot sebesar 88% dan bunga dikupas sebesar 107%. Perlakuan pupuk kandang meningkatkan bobot bunga berkelobot 29% dan bunga dikupas 34%, sedangkan perlakuan pupuk Urea+SP36+KCl meningkatkan bobot bunga berkelobot 30% dan bunga dikupas 40%.

Persentase bobot bunga kupas terhadap bobot bunga berkelobot pada perlakuan stek 3 buku (17.8%) lebih besar dibandingkan stek 1 buku dan 2 buku (13.9% dan 15.8%). Perlakuan pupuk gabungan (pupuk kandang + Urea + SP36 + KCl) meningkatkan persentase bobot bunga kupas terhadap bunga berkelobot (42.6% vs kontrol 38.7%). Stek 3 buku dan perlakuan pupuk gabungan mengarahkan fotosintat ke bagian tanaman yang dapat dimakan.

Saran

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, C. R. 1995. Principles of Horticulture. Butterworth Heinmann Ltd. London. 204p.

Alemu G. and W. Bayu. 2005. Effect of farmyard manure and combined N and P fertilizer on sorghum and soil characteristics on northeastern Ethiopia. Journal of Sustainable Agriculture 26 (2): 23-41

Anonim. 2007. Saccharum edule. http://ecocorp.fao.org (11 November 2007).

---. 2006. Herbaceous Plants. http://www.ias.ac.in (25 Mei 2008).

Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 635 hal.

Aziz, S. A. 1999. Studi Pembiakan Vegetatif Bambu Betung dan Bambu Ampel Hijau dengan Setek Buluh dan Kultur in vitro. Disertasi. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 189 hal.

Belehu, T. and P. S. Hammes. 2004. Effect of temperature, soil moisture content and type of cutting on establishment of sweet potato cuttings. African Journal Plant Soil 21(2): 85-89.

Bokhtiar, S.M. and K. Sakurai. 2007. Effect of integrated nutrient management on plant crop and successive first and second ratoon crops of sugarcane in Bangladesh. Journal of Plant Nutrition 30(1): 135-147. Abstract.

Buckman, H. O. and N. C. Brady. 1972. The Nature and Properties of Soils. The Macmillan Company. New York. 653 p.

Daulay, D. 1984. Mempelajari Peningkatan Daya Simpan dan Pemanfaatan Tebu Terubuk. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 70 hal.

Denisen, E. L. 1979. Principles of Horticulture. The Macmillan Company. New York. 483 p.

French, B. R. 2006. Growing Food in the Southern Highland Province of Papua New Guinea. http://bfrench@vision.net.au (25 Mei 2008).

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 360 hal.

(56)

Harjadi, S. S. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 506 hal.

---. 2005. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta. 195 hal.

Hartmann, H.T and D. E. Kester. 1983. Plant Propagation-Principle and Practices . Prentice Hall International Inc. New York. 238 p.

Inman-Bamber, N. G. 2004. Sugarcane water stress criteria for irrigation and drying off. Field Crops Research 89: 107-122.

--- and A. D. Smith. 2005. Water relations in sugarcane and respons to water deficits. Field Crops Research 92: 185-202.

Kano, Y., H. Nakagawa, M. Sekine, H. Goto and A. Sugiura. 2007. Effect of nitrogen fertilizer on cell size and sugar accumulation in the leaves of cabbage (Brassica oleraceae L.). Hort Science 42: 1317-1501.

Khaliq, A., M. K. Abbasi and T. Hussain. 2006. Effect of integrated use of organic and inorganic nutrient sources with effective microorganisms (EM) on seed cotton yield in Pakistan. Bioresource Technology 97: 967-972.

Khan, A. U. H., M. Iqbal and K. R. Islam. 2007. Dairy manure and tillage effects on soil fertility and corn yields. Bioresource Technology 98: 1972-1979

Komariah. 2007. Pengaruh Pemupukan Nitrogen, Fosfor dan Kalium terhadap Produksi dan Kualitas Jagung Semi (Zea mays L.). Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52 hal.

Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 208 hal.

Lingga, P. 1994. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hal.

Nyakpa, M. Y. 1988. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung. 258 hal.

Robertson, M. J., N. G. Inman-Bamber, R. C. Muchow and A. W. Wood. 1999. Physiology and productivity of sugarcane with early and mid-season water deficit. Field Crops Research 64:211-227.

Roy, R. N., A. Finck, G. J. Blair and H. L. S. Tandon. 2006. Plant Nutrition for Food Security. Food and Agriculture Organization. Roma. 349 hal.

(57)

Salisbury, F.B. & C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. 4th Ed. Wadsworth Publishing Company Bellmount,California. 681 hal.

Sanjaya, L. 2002. Kombinasi pemupukan Urea, TSP dan KCl terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis SD II. J. Hort. 5(2): 74-78.

Setiyawan, A. 2000. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam pada Transplanting Setek Cabang 1 Buku dan 2 Buku Bambu Ampel Hijau. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 48 hal.

Shukla, S. K., R. L. Yadav, A. Suman and P. N. Singh. 2008. Improving rhizospheric environment and sugarcane ratoon yield through bioagents amended farm yard manure in udic ustochrept soil. Soil & Tillage Research 99: 158-168.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal.

Suryanto, A.. 1999. Kajian bentuk dan dosis pupuk nitrogen pada tanaman brokoli. Habitat Jurnal Ilmiah. 10(108): 43-47

Van den Bergh, M. H. 1994. Saccharum edule Hasskarl, p. 243-244. In: J. S. Siemonsma and K. Piluek (Eds). Plant Resources of South-East Asia. PROSEA: Vegetables. PROSEA. Bogor.

Wudianto, R. 2002. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 172 hal.

(58)
(59)

A. Studi Setek

Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Jumlah Tunas pada Percobaan Stek

(60)

Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Jumlah Tunas pada Percobaan Stek

Umur SK db JK KT Fhit Pr>F

8 MST Buku 2 2.458 1.229 2.77 0.111

Posisi Setek 1 0.109 0.109 0.25 0.631

Buku*Posisi 2 0.031 0.016 0.04 0.966

Ulangan 2 2.919 1.459 3.29 0.080

Galat 10 4.440 0.444

Total 17 9.956

KK (%) 26.418

9 MST Buku 2 4.564 2.282 4.27 0.046

Posisi Setek 1 0.031 0.031 0.06 0.814

Buku*Posisi 2 0.033 0.016 0.03 0.970

Ulangan 2 6.687 3.343 6.25 0.017

Galat 10 5.348 0.535

Total 17 16.662

KK (%) 24.399

10 MST Buku 2 7.591 3.796 5.61 0.023

Posisi Setek 1 0.802 0.802 1.19 0.302

Buku*Posisi 2 0.764 0.382 0.56 0.586

Ulangan 2 14.964 7.482 11.05 0.003

Galat 10 6.769 0.677

Total 17 30.891

(61)

Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Tinggi Tanaman pada Percobaan Stek

Posisi Setek 1 0.125 0.125 0.01 0.909

Buku*Posisi 2 12.703 6.352 0.70 0.519

Posisi Setek 1 5.120 5.120 0.28 0.607

Buku*Posisi 2 9.693 4.847 0.27 0.771

Ulangan 2 126.004 63.002 3.48 0.071

(62)

Tabel Lampiran 2. Lanjutan...

Posisi Setek 1 120.642 120.642 3.10 0.109

Buku*Posisi 2 3.988 1.994 0.05 0.950

Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Jumlah Bunga pada Percobaan Stek

Jumlah Bunga SK db JK KT F Hitung Pr>F

Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Bobot Bunga Total pada Percobaan Stek

Bobot Bunga SK db JK KT Fhit Pr>F

dengan kelobot Buku 2 13957716.208 6978858.104 25.91 0.0001

Posisi Setek 1 701727.428 701727.428 2.61 0.1376

Buku*Posisi 2 112955.948 56477.974 0.21 0.8143

(63)

Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Bobot Kelobot pada Percobaan Stek

Total 17 11410722.77638160

KK (%) 12.65607

Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Persentase Bobot Kelobot terhadap Bunga Berkelobot pada Percobaan Stek

(64)

B. Studi Pemupukan

Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Jumlah Tunas pada Percobaan Pemupukan

(65)

Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Tinggi Tanaman pada Percobaan Pemupukan

Perlakuan 3 1247.17 415.722 3.57 0.0865

Galat 6 699.038 116.506

Gambar

Gambar 1. Bunga terubuk yang terserang penyakit karat (a) dan busuk (b)
Tabel 3. Jumlah Tunas Terubuk pada Perlakuan Jumlah Buku dan Posisi Tanam Stek
Tabel 4. Tinggi Tanaman Terubuk pada Perlakuan Jumlah Buku dan Posisi Tanam Stek
Tabel 5. Jumlah Bunga dan Bobot Bunga Berkelobot pada Perlakuan Jumlah Buku dan Posisi Tanam Stek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyidik pejabat pegawai negeri sipil berwenang melakukan pemeriksaan atas kebe- naran laporan atau keterangan berkenaan de- ngan tindak pidana menyangkut hutan, Kawa- san

 Mempraktikkan variasi dan kombinasi pola gerak dasar lokomotor, non- lokomotir, dan manipulatif yang dilandasi konsep gerak dalam berbagai permainan dan atau

Hasil penelitian yang dilakukan Watson (2002) memberi arah yang lebih jelas, yakni strategi konflik kognitif dalam pembelajaran membantu peserta didik dalam merekontruksi

Sesuai dengan hasil penelitian pada Tabel 1 bahwa pemberian pupuk berdasarkan bagan warna daun menghasilkan tanaman lebih tinggi, hal ini diduga karena tersedianya unsur

Sedangkan Intensifikasi Pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam

Berdasarkan paparan diatas maka peneliti akan melakukan penelitian untuk mengungkap bagaimana proses pembelajaran jarak jauh yang telah dilakukan di Sekolah Dasar Islam

Sebagai anggota PMSM, para alumni akan mempunyai banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan para praktisi pengelola sumber daya manusia seluruh Indonesia dalam berbagai

Secara operasional, yang dimaksud dengan “ Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan