• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor industri di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor industri di Kota Bogor"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

DI KOTA BOGOR

Oleh :

EVA DWI PRIHARTANTI H14103031

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

EVA DWI PRIHARTANTI. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Kota Bogor (dibimbing oleh WIDYASTUTIK ).

Persoalan ketenagakerjaan yang dihadapi saat ini adalah meningkatnya jumlah angkatan kerja yang cukup besar, sementara kesempatan kerja yang tersedia sangat terbatas jumlahnya sehingga menyebabkan timbulnya pengangguran. Pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi mengharuskan pemerintah untuk menyediakan dan memperluas lapangan pekerjaan yang diperuntukkan bagi angkatan kerja tersebut. Salah satu sektor yang mampu menyerap tenaga kerja serta mampu mengurangi tingkat pengangguran ialah sektor industri. Oleh karena itu, usaha untuk menciptakan lapangan kerja baru yang dianggap sebagai salah satu pilihan terbaik saat ini adalah mengembangkan sektor industri.

Pembangunan sektor industri merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang secara potensial mampu memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian khususnya bagi Kota Bogor. Selain itu, sektor industri merupakan sektor yang berpotensial dalam proses penyerapan tenaga kerja, karena sektor tersebut mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Kota Bogor, dan (2) untuk menganalisis bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Kota Bogor.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder tahunan dari tahun 1994 sampai 2005. Data diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. Variabel yang digunakan dalam model ini adalah variabel upah, investasi, PDRB, jumlah perusahaan industri serta dummy krisis. Penelitian ini menggunakan analisis model regresi linier berganda dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Squares).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pada taraf nyata 5 persen adalah upah, investasi, PDRB, jumlah unit usaha dan dummy krisis. Untuk variabel upah secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Kota Bogor. Peningkatan upah di sektor industri yang tidak disertai dengan meningkatnya penerimaan yang diperoleh perusahaan akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja di sektor industri menurun.

Variabel investasi secara signifikan memberikan pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya nilai investasi, maka jumlah perusahaan yang bergerak pada sektor industri akan mengalami peningkatan sehingga menimbulkan peningkatan penyerapan akan tenaga kerja pada sektor industri.

(3)

di Kota Bogor. Dengan semakin banyaknya investor di Kota Bogor akan menyebabkan terjadinya peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri.

Variabel jumlah unit usaha yang ada di Kota Bogor secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja khususnya pada sektor industri. Kondisi ini menunjukkan bahwa dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan baru khususnya pada sektor industri akan mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut.

Variabel dummy krisis telah memberikan pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri, yaitu dengan adanya krisis ekonomi akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja meningkat. Hal ini ditunjukkan ketika krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 lalu berakhir, banyak karyawan Korban PHK yang mulai menciptakan lapangan pekerjaan baru seperti Industri Kecil, sehingga hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan akan penyerapan tenaga kerja.

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah unit usaha ataupun jumlah perusahaan di Kota Bogor merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja khususnya dalam sektor industri. Untuk itu Pemerintah Kota Bogor diharapkan lebih berperan dalam meningkatkan pembangunan sektor industri khususnya pada pengembangan dan perluasan Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga, yaitu dengan cara mempermudah dalam proses pemberian kredit dari Lembaga Keuangan seperti Bank, menurunkan suku bunga kredit, dan memberikan dukungan serta pendampingan dari Pemerintah.

(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI

DI KOTA BOGOR

Oleh :

EVA DWI PRIHARTANTI H14103031

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

(5)

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian yang ditulis oleh : Nama Mahasiswa : Eva Dwi Prihartanti

Nomor Registrasi Pokok : H14103031 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Kota Bogor

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Widyastutik, S.E., M.Si. NIP. 132 311 725

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR - BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Eva Dwi Prihartanti lahir pada tanggal 27 April 1985 di Bogor, Jawa Barat. Penulis anak ke dua dari empat bersaudara, dari pasangan Walidi dan Sariyati. Dalam jenjang Pendidikan, penulis menamatkan Sekolah Dasar pada SD Rimba Putra, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN 2 dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMU Rimba Madya dan lulus pada tahun 2003.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul ”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Kota Bogor”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih serta rasa hormat kepada :

1. Widyastutik, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan sehingga pembuatan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik.

2. Dr. Sri Mulatsih selaku dosen penguji utama yang telah memberikan masukan dan sarannya dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Tanti Novianti, M.Si. selaku komisi pendidikan atas perbaikan dalam tata cara penulisan skripsi ini.

4. Orang tua penulis, Bapak Walidi dan Ibu Sariyati serta saudara-saudara penulis terutama Wahyu Purnamasari, Rachmat Tri Yulianto dan Voni Yulianti atas doa, perhatian dan dukungan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh staf di Disperindag dan Disnaker Kota Bogor, yang telah membantu dalam memberikan data dan informasi.

6. Teman-teman satu bimbingan Uti, Arum dan Ana atas dukungan, semangat dan kritik yang diberikan selama berlangsungnya pembuatan skripsi ini.

7. Teman-teman IE 40, khususnya kepada Asieh, Tanti, Prima, Desy, Nadia, Eka, Opie, Arie ”Ucup”, Onye, Echa, dan Ana ”Bunda” atas kebersamaannya selama empat tahun ini dan dukungannya dalam pembuatan skripsi ini.

8. Seluruh staf pengajar dan staf akademik Departemen Ilmu Ekonomi yang telah membantu penulis selama menyelesaikan pendidikan di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

(9)

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2007

Eva Dwi Prihartanti

(10)

DAFTAR ISI 1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... II. TINJAUAN PUSTAKA ...

Pengertian Industri ... Ketenagakerjaan ... Teori Permintaan Tenaga Kerja ... Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja ... Penelitian Terdahulu ... Pemikiran Penelitian ... III. METODE PENELITIAN ...

Jenis dan Sumber Data ...…... Metode Analisis Data ... Model Ekonometrika untuk Analisis Data ...

(11)

DI KOTA BOGOR

Oleh :

EVA DWI PRIHARTANTI H14103031

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

RINGKASAN

EVA DWI PRIHARTANTI. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Kota Bogor (dibimbing oleh WIDYASTUTIK ).

Persoalan ketenagakerjaan yang dihadapi saat ini adalah meningkatnya jumlah angkatan kerja yang cukup besar, sementara kesempatan kerja yang tersedia sangat terbatas jumlahnya sehingga menyebabkan timbulnya pengangguran. Pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi mengharuskan pemerintah untuk menyediakan dan memperluas lapangan pekerjaan yang diperuntukkan bagi angkatan kerja tersebut. Salah satu sektor yang mampu menyerap tenaga kerja serta mampu mengurangi tingkat pengangguran ialah sektor industri. Oleh karena itu, usaha untuk menciptakan lapangan kerja baru yang dianggap sebagai salah satu pilihan terbaik saat ini adalah mengembangkan sektor industri.

Pembangunan sektor industri merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang secara potensial mampu memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian khususnya bagi Kota Bogor. Selain itu, sektor industri merupakan sektor yang berpotensial dalam proses penyerapan tenaga kerja, karena sektor tersebut mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Kota Bogor, dan (2) untuk menganalisis bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Kota Bogor.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder tahunan dari tahun 1994 sampai 2005. Data diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. Variabel yang digunakan dalam model ini adalah variabel upah, investasi, PDRB, jumlah perusahaan industri serta dummy krisis. Penelitian ini menggunakan analisis model regresi linier berganda dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Squares).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pada taraf nyata 5 persen adalah upah, investasi, PDRB, jumlah unit usaha dan dummy krisis. Untuk variabel upah secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Kota Bogor. Peningkatan upah di sektor industri yang tidak disertai dengan meningkatnya penerimaan yang diperoleh perusahaan akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja di sektor industri menurun.

Variabel investasi secara signifikan memberikan pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya nilai investasi, maka jumlah perusahaan yang bergerak pada sektor industri akan mengalami peningkatan sehingga menimbulkan peningkatan penyerapan akan tenaga kerja pada sektor industri.

(13)

di Kota Bogor. Dengan semakin banyaknya investor di Kota Bogor akan menyebabkan terjadinya peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri.

Variabel jumlah unit usaha yang ada di Kota Bogor secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja khususnya pada sektor industri. Kondisi ini menunjukkan bahwa dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan baru khususnya pada sektor industri akan mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut.

Variabel dummy krisis telah memberikan pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri, yaitu dengan adanya krisis ekonomi akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja meningkat. Hal ini ditunjukkan ketika krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 lalu berakhir, banyak karyawan Korban PHK yang mulai menciptakan lapangan pekerjaan baru seperti Industri Kecil, sehingga hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan akan penyerapan tenaga kerja.

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah unit usaha ataupun jumlah perusahaan di Kota Bogor merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja khususnya dalam sektor industri. Untuk itu Pemerintah Kota Bogor diharapkan lebih berperan dalam meningkatkan pembangunan sektor industri khususnya pada pengembangan dan perluasan Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga, yaitu dengan cara mempermudah dalam proses pemberian kredit dari Lembaga Keuangan seperti Bank, menurunkan suku bunga kredit, dan memberikan dukungan serta pendampingan dari Pemerintah.

(14)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI

DI KOTA BOGOR

Oleh :

EVA DWI PRIHARTANTI H14103031

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

(15)

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian yang ditulis oleh : Nama Mahasiswa : Eva Dwi Prihartanti

Nomor Registrasi Pokok : H14103031 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Kota Bogor

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Widyastutik, S.E., M.Si. NIP. 132 311 725

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR - BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Eva Dwi Prihartanti lahir pada tanggal 27 April 1985 di Bogor, Jawa Barat. Penulis anak ke dua dari empat bersaudara, dari pasangan Walidi dan Sariyati. Dalam jenjang Pendidikan, penulis menamatkan Sekolah Dasar pada SD Rimba Putra, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN 2 dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMU Rimba Madya dan lulus pada tahun 2003.

(18)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul ”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Kota Bogor”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih serta rasa hormat kepada :

1. Widyastutik, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan sehingga pembuatan skripsi ini dapat terlaksana dengan baik.

2. Dr. Sri Mulatsih selaku dosen penguji utama yang telah memberikan masukan dan sarannya dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Tanti Novianti, M.Si. selaku komisi pendidikan atas perbaikan dalam tata cara penulisan skripsi ini.

4. Orang tua penulis, Bapak Walidi dan Ibu Sariyati serta saudara-saudara penulis terutama Wahyu Purnamasari, Rachmat Tri Yulianto dan Voni Yulianti atas doa, perhatian dan dukungan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh staf di Disperindag dan Disnaker Kota Bogor, yang telah membantu dalam memberikan data dan informasi.

6. Teman-teman satu bimbingan Uti, Arum dan Ana atas dukungan, semangat dan kritik yang diberikan selama berlangsungnya pembuatan skripsi ini.

7. Teman-teman IE 40, khususnya kepada Asieh, Tanti, Prima, Desy, Nadia, Eka, Opie, Arie ”Ucup”, Onye, Echa, dan Ana ”Bunda” atas kebersamaannya selama empat tahun ini dan dukungannya dalam pembuatan skripsi ini.

8. Seluruh staf pengajar dan staf akademik Departemen Ilmu Ekonomi yang telah membantu penulis selama menyelesaikan pendidikan di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

(19)

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2007

Eva Dwi Prihartanti

(20)

DAFTAR ISI 1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... II. TINJAUAN PUSTAKA ...

Pengertian Industri ... Ketenagakerjaan ... Teori Permintaan Tenaga Kerja ... Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja ... Penelitian Terdahulu ... Pemikiran Penelitian ... III. METODE PENELITIAN ...

Jenis dan Sumber Data ...…... Metode Analisis Data ... Model Ekonometrika untuk Analisis Data ...

(21)

3.3.2.3. Heteroskedastisitas ... 3.3.3. Uji Normalitas ... VI. GAMBARAN UMUM ... 4.1. Penduduk dan Ketenagakerjaan ... 4.2. Perekonomian Kota Bogor ... 4.3. Profil Sektor Industri ... V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5.1. Hasil Analisis Model Regresi ... 5.1.1. Uji Statistik ... 5.1.2. Uji Ekonometrika ... 5.1.3. Uji Normalitas ... 5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1.1. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

di Jawa Barat Tahun 2003-2005 ... 2 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa Barat Menurut Lapangan

Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2003-2005 ... 3 1.3. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

di Kota Bogor Tahun 2003-2005 ... 4 1.4. Nilai PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar

Harga Konstan Tahun 2001-2005 ... 5 4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Bogor Menurut Jenis

Kelamin Tahun 2001-2005 . ... 34 4.2. Jumlah Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja di Kota Bogor

Tahun 2003-2005 ... 35 4.3. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha

Atas Harga Konstan 2000 Tahun 2003-2005 ... 37 4.4. Perkembangan Industri, Tenaga Kerja dan Investasi di Kota Bogor

Tahun 2001-2005 ... 39 4.5. Komoditas Unggulan di Kota Bogor, Tahun 2003 dan 2005 ... 39 5.1. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan

Tenaga Kerja Sektor Industri Kota Bogor Tahun 1991-2005 ... 40 5.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Sektor

Industri ... 42

5.3. Hasil Uji Autokorelasi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri ... 42 5.4. Hasil Uji Multikolinearitas Penyerapan Tenaga Kerja Sektor

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

2.1. Diagram Ketenagakerjaan ... 2.2. Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Tetap ... 2.3. Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Menurun ... 2.4. Kerangka Konseptual Penelitian ...

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Data Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan

Tenaga Kerja Sektor Industri di Kota Bogor ... 2. Hasil Analisis Penyerapan Tenaga Kerja ... 3. Uji Ekonometrika ... 4. Uji Normalitas ...

Halaman

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pelaksanaan pembangunan khususnya di bidang ekonomi tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan kesempatan kerja. Kesempatan kerja, kuantitas serta kualitas tenaga kerja menjadi indikator penting dalam pembangunan ekonomi, karena mempunyai fungsi yang menentukan dalam pembangunan, yaitu : (1) tenaga kerja sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan distribusi barang dan jasa, dan (2) tenaga kerja sebagai sarana untuk menimbulkan dan mengembangkan pasar. Kedua fungsi tersebut memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus dalam jangka panjang, atau dapat dikatakan bahwa tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan (Suroto, 1992).

Persoalan ketenagakerjaan yang dihadapi saat ini adalah meningkatnya jumlah angkatan kerja yang cukup besar, sementara kesempatan kerja yang tersedia sangat terbatas sehingga menyebabkan timbulnya pengangguran. Pergeseran yang lebih cepat dari lapangan kerja sektor pertanian ke sektor non-pertanian khususnya ke sektor industri pengolahan merupakan salah satu usaha untuk mengatasi jumlah angkatan kerja yang terus meningkat.

(26)

mengalami peningkatan. Peningkatan ini disebabkan oleh iklim usaha regional di Jawa Barat yang menuju ke arah perbaikan setelah sempat mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997.

Tabel 1.1. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Jawa Barat, Tahun 2003-2005 (Orang)

No Lapangan Pekerjaan Jumlah Penduduk yang Bekerja

2003 2004 2005 1 Pertanian 5.158.605 4.353.604 4.450.695 2 Pertambangan dan

Penggalian

113.718 64.068 59.917

3 Industri Pengolahan 2.361.807 2.569.523 2.743.602 4 Listrik, Gas dan Air 51.056 39.839 40.256 5 Kontruksi 723.327 849.855 902.209 6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran Total 14.795.247 14.598.311 15.011.002 Sumber : BPS Kota Bogor, Tahun 2006.

(27)

Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2003-2005 (Persen)

No Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan PDRB

2003 2004 2005

1 Pertanian 13,43 14,61 14,11

2 Pertambangan dan Penggalian 5,91 3,31 2,93

3 Industri Pengolahan 42,58 42,01 42,67

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 2,32 2,29 2,30

Sumber : BPS Kota Bogor, Tahun 2006.

Berdasarkan Tabel 1.2, maka laju pertumbuhan PDRB untuk sektor industri hingga tahun 2005 mencapai 42,67 persen dan untuk sektor pertanian hanya 14,11 persen. Hal ini menunjukkan sektor industri mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi khususnya dari segi pendapatan, walaupun dalam segi penyerapan tenaga kerja tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan sektor pertanian maupun sektor perdagangan, hotel dan restoran. Keadaan ini dijadikan peluang bagi sektor industri untuk memberikan kontribusinya tidak hanya pada PDRB tetapi juga dalam penyerapan tenaga kerja.

(28)

Tabel 1.3. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Di Kota Bogor, Tahun 2003-2005 (Orang)

No Lapangan Pekerjaan Jumlah Penduduk yang Bekerja

2003 2004 2005 Sumber : BPS Kota Bogor, Tahun 2006.

(29)

Tabel 1.4. Nilai PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2003-2005 (Juta Rupiah)

No Lapangan Usaha Nilai PDRB

2003 2004 2005

1 Pertanian 11.642,98 12.193,68 12.716,02

2 Pertambangan dan Penggalian

- - -

3 Industri Pengolahan 881.718,49 940.062,95 1.002.371,58 4 Listrik, Gas dan Air

Bersih

98.132,83 105.087,61 112.491,06

5 Kontruksi 244.414,67 255.205,11 266.037,24

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

9 Jasa-jasa 243.925,99 255.671,20 268.139,21

Sumber : BPS Kota Bogor, Tahun 2006.

Pembangunan sektor industri merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang secara potensial mampu memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian Kota Bogor. Selain itu, sektor industri merupakan salah satu sektor yang sangat berpotensial dalam proses penyerapan tenaga kerja, karena sektor tersebut mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

(30)

yang terjadi di Kota Bogor, seperti masalah pengangguran yang seringkali menjadi ancaman bagi pembangunan ekonomi.

1.2. Perumusan Masalah

Pembangunan industri di Kota Bogor diarahkan untuk mendorong terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dalam rangka menciptakan landasan perekonomian yang kuat atas kekuatan sendiri. Pembangunan yang diharapkan ialah pembangunan yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Hal ini dilakukan dalam rangka mengurangi jumlah pengangguran yang semakin tinggi di Kota Bogor.

(31)

Pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi mengharuskan pemerintah untuk menyediakan dan memperluas lapangan kerja yang diperuntukkan bagi angkatan kerja tersebut. Salah satu sektor yang mampu menyerap tenaga kerja serta mampu mengurangi tingkat pengangguran ialah sektor industri. Oleh karena itu, usaha untuk menciptakan lapangan kerja baru yang dianggap sebagai salah satu pilihan terbaik saat ini adalah mengembangkan sektor industri baik dari sektor produksi (peningkatan kualitas dan kuantitas barang hasil produksi) maupun sektor distribusi (pemasaran dan penjualan).

Struktur perekonomian Kota Bogor saat ini selain didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restaurant, juga didominasi oleh sektor industri, yang diharapkan mampu menyerap tenaga kerja lebih tinggi. Tingginya angka penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan salah satunya ialah jumlah perusahaan industri. Apabila terjadi peningkatan dalam jumlah perusahaan yang bergerak di sektor industri, maka akan menyebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja baru dalam jumlah yang cukup besar. Selama beberapa tahun belakangan ini, perkembangan sektor industri di Kota Bogor terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah unit usaha, dan jumlah tenaga kerja di Kota Bogor yang terus berkembang. Pembangunan sektor industri berhasil meningkatkan jumlah industri dari 2.576 unit pada tahun 2001 meningkat menjadi 2.845 unit pada tahun 2005. Bertambahnya unit usaha tersebut berdampak pada penyerapan tenaga kerja dari 42.014 orang pada tahun 2001 meningkat menjadi 49.588 orang pada tahun 2005 (Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, 2006).

(32)

Hal ini membuktikan bahwa sektor industri mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Tingginya penyerapan tenaga kerja dalam sektor industri diharapkan dapat mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan pendapatan daerah di Kota Bogor.

Selain jumlah perusahaan industri, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi tingginya tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor industri. Oleh karena itu, untuk mengetahui faktor-faktor tersebut maka dalam Penelitian ini dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Kota Bogor ?

2. Bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Kota Bogor ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Kota Bogor,

2. Menganalisis bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Kota Bogor.

(33)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada Pemerintah Kota mengenai keadaan angkatan kerja dan tingkat kesempatan kerja yang ada di Kota Bogor, sehingga menjadi acuan dalam pengambilan keputusan untuk menyusun kebijakan yang dapat menunjang pembangunan daerah Kota Bogor terutama kebijakan di bidang ketenagakerjaan, khususnya mengenai perluasan dan pemerataan penyerapan tenaga kerja. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan tambahan masyarakat dan dijadikan sebagai bahan kepustakaan bagi penelitian lebih lanjut.

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Industri

Industri ialah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri terdiri dari kelompok industri hulu atau dasar, kelompok industri hilir atau aneka industri dan industri kecil (UU No.5 Tahun 1984 dalam Yusman, 2004).

Industri merupakan kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang bersifat erat (Hasibuan, 1993). Menurut Dumairy (2000) istilah industri memiliki dua arti, yaitu : (1) industri dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis, dan (2) industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.

Sektor industri digolongkan menjadi industri besar, sedang dan kecil serta industri rumah tangga dilihat dari jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Apabila tenaga kerja yang digunakan diatas 99 orang maka termasuk dalam industri besar, antara 20-99 orang termasuk dalam industri sedang, dan untuk industri kecil tenaga kerja yang digunakan antara 5-19 orang, sedangkan untuk industri rumah tangga maka jumlah tenaga kerja yang digunakan ialah kurang dari 5 orang (BPS, 2000).

2.2. Ketenagakerjaan

(35)

No.13 dalam Disnaker, 2003). Sektor tenaga kerja merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan ekonomi khususnya dalam upaya pemerintah menanggulangi kemiskinan. Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan, sehingga kemakmuran suatu Negara atau daerah banyak tergantung kepada pemanfaatan tenaga kerja seefektif mungkin.

Upaya yang dilakukan dengan menciptakan lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai, diharapkan dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahunnya. Perkembangan jumlah tenaga kerja yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan akan menyebabkan tingkat kesempatan atau penyerapan tenaga kerja cenderung menurun.

Penduduk terbagi menjadi dua bagian yaitu penduduk usia kerja dan bukan usia kerja. Sesuai dengan UU No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan, maka telah ditetapkan batas usia kerja penduduk Indonesia menjadi 15 tahun. Oleh karena itu, pada tanggal 1 Oktober 1998 tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih (Simanjuntak, 1998).

(36)

Gambar 2.1.

Sumber : Disnaker (2003).

Gambar 2.1. Diagram Ketenagakerjaan

Sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 2.1, golongan angkatan kerja terdiri atas penduduk yang bekerja dan yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan. Menurut BPS (2000), bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan tujuan memperoleh nafkah atau membantu memperoleh nafkah paling sedikit satu jam secara terus menerus selama seminggu yang lalu. Kegiatan bekerja ini mencakup baik yang sedang bekerja maupun yang memiliki pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak aktif bekerja, misalnya karena cuti, sakit dan sejenisnya. Sementara yang dimaksud dengan mencari pekerjaan adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh pekerjaan.

Selain golongan angkatan kerja, penduduk usia kerja juga terdiri atas golongan bukan angkatan kerja. Golongan bukan angkatan kerja terdiri dari tiga golongan, yaitu: a) golongan yang masih bersekolah, yaitu mereka yang kegiatannya hanya atau terutama sekolah, b) golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah, dan c) golongan lain-lain. Golongan yang masih

Bekerja Mencari pekerjaan Sekolah Mengurus

Rumah Tangga

Lain-lain Bukan usia kerja Usia kerja

Penduduk

Bukan Angkatan kerja Angkatan

(37)

sekolah dan yang mengurus rumah tangga dalam kelompok bukan angkatan kerja ini, sewaktu-waktu dapat masuk ke pasar kerja. Oleh sebab itu, kelompok ini dapat juga disebut sebagai angkatan kerja potensial (Simanjuntak, 1998).

2.3. Teori Permintaan Tenaga Kerja

Teori permintaan tenaga kerja adalah teori yang menjelaskan seberapa banyak suatu perusahaan akan mempekerjakan tenaga kerja dengan berbagai tingkat upah pada suatu periode tertentu. Permintaan atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang karena barang tersebut memberikan kegunaan kepada pembeli. Akan tetapi bagi pengusaha, mempekerjakan seseorang bertujuan untuk membantu memproduksi barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen. Dengan kata lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Oleh karena itu, permintaan akan tenaga kerja merupakan permintaan turunan (derived demand) (Simanjuntak, 1998).

(38)

disini merupakan besarnya tambahan hasil marjinal dikalikan dengan harga per unit, sehingga MR = VMPPL = MPPL . P, dan (3) biaya marjinal yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan pengusaha dengan mempekerjakan tambahan seorang karyawan, dengan kata lain upah karyawan tersebut. Apabila tambahan penerimaan marjinal lebih besar dari biaya marjinal, maka mempekerjakan orang tersebut akan menambah keuntungan pengusaha, sehingga pengusaha akan terus menambah jumlah karyawan selama MR lebih besar dari tingkat upah (w) (Simanjuntak, 1998).

Peningkatan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang dikonsumsinya. Semakin tinggi permintaan masyarakat akan barang-barang yang dihasilkan oleh sektor industri, maka jumlah tenaga kerja yang diminta oleh suatu perusahaan akan semakin meningkat dengan asumsi tingkat upah tetap. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Upah

VMPP D1

W

DL = MPPL . P

L* L1 Tenaga Kerja

Sumber : Bellante dan Jackson, 1990.

Gambar 2.2. Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Tetap Keterangan :

VMPP = Value Marginal Physical Product of Labor (Nilai Pertambahan Hasil Marjinal Tenaga Kerja)

(39)

W = Upah

L = Tenaga Kerja

Peningkatan jumlah tenaga kerja oleh perusahaan tidak dilakukan untuk jangka pendek, walaupun permintaan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan tinggi. Dalam jangka pendek, perusahaan akan lebih mengoptimalkan jumlah tenaga kerja yang ada dengan penambahan jam kerja atau penggunaan mekanisasi, sedangkan dalam jangka panjang, kenaikan jumlah permintaan masyarakat akan direspon oleh perusahaan dengan menambah jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Hal ini berarti terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja baru.

Suatu perusahaan akan melakukan penyesuaian penggunaan tenaga kerja tergantung dari tingkat upahnya. Jika w mengalami penurunan, maka perusahaan akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Penurunan tingkat upah ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Upah W1

W* E

DL=VMMPL (MPPL . P) L1 L* Tenaga Kerja

Sumber : Bellante dan Jackson, 1990.

Gambar 2.3. Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Menurun

(40)

tingkat upah berada pada W1 dan jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah L1. Jika

tingkat upah di suatu perusahaan diturunkan menjadi W*, maka jumlah tenaga kerja yang diminta meningkat menjadi L*.

2.4. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja didefinisikan sebagai jumlah tenaga kerja yang terserap pada suatu sektor dalam waktu tertentu (Rahardjo, 1984). Penyerapan tenaga kerja diturunkan dari fungsi produksi suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau masukan (faktor produksi) ke dalam output atau keluaran. Jika diasumsikan bahwa suatu proses produksi hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K), maka fungsi produksinya adalah:

Qt = f ( Lt, Kt ) (2.1) sedangkan persamaan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan menurut Model Neoklasik adalah sebagai berikut :

πt = TR – TC (2.2)

dimana :

TR = pt . Qt (2.3) Dalam menganalisa penentuan penyerapan tenaga kerja, diasumsikan bahwa hanya ada dua input yang digunakan, yaitu Kapital (K) dan Tenaga Kerja (L). Tenaga Kerja (L) diukur dengan tingkat upah yang diberikan kepada pekerja (w) sedangkan untuk Kapital (K) diukur dengan tingkat suku bunga (r).

TC = rt Kt + wt Lt (2.4) dengan mensubstitusikan persamaan (2.1), (2.3), (2.4) ke persamaan (2.2) maka diperoleh :

(41)

Jika ingin mendapatkan keuntungan maksimum, maka turunan pertama fungsi keuntungan diatas harus sama dengan nol(π’=0), sehingga didapatkan :

wt Lt = pt . f(Lt,Kt) – rt Kt (2.6) Lt = pt . f(Lt,Kt) – rt Kt/wt (2.7)

dimana :

Lt = Permintaan Tenaga Kerja wt = Upah Tenaga Kerja pt = Harga jual barang per unit Kt = Kapital ( Investasi) rt = Tingkat Suku Bunga Qt = Output (PDRB)

Berdasarkan pada persamaan diatas, dapat diketahui bahwa permintaan tenaga kerja (Lt) merupakan fungsi dari kapital (investasi), output (pendapatan), tingkat suku bunga (r) dan tingkat upah (w).

Hukum Permintaan tenaga kerja pada hakekatnya adalah semakin rendah upah dari tenaga kerja maka semakin banyak permintaan dari tenaga kerja tersebut. Apabila upah yang diminta besar, maka perusahaan akan mencari tenaga kerja lain yang upahnya lebih rendah dari yang pertama. Hal ini karena dipengaruhi oleh banyak faktor, yang diantaranya adalah besarnya jumlah penduduk, harga dari tenaga kerja (upah) dan

skill yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut. Selain itu, faktor-faktor eksternal seperti terjadinya krisis moneter juga sangat mempengaruhi struktur penyerapan tenaga kerja dalam suatu perekonomian (Galbraith dan Darity dalam Fudjaja, 2002).

(42)

peningkatan jumlah perusahaan yang bergerak di bidang industri akan menyebabkan terjadinya peningkatan penyerapan tenaga kerja untuk sektor industri itu sendiri. Berdasarkan teori yang telah disebutkan sebelumnya maka variabel-variabel yang dianggap mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah besarnya Upah Riil yang diterima pekerja, nilai Investasi Riil yang dimiliki oleh sektor industri, besarnya PDRB riil, dan Jumlah perusahaan industri yang ada di Kota Bogor untuk setiap tahunnya, serta Dummy Krisis.

Berdasarkan dari uraian diatas, maka fungsi ekonomi dari tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri adalah sebagai berikut:

PTt = f (U Riilt, I Riilt, PDRB Riilt,UUt , DKt ) (2.8) dimana:

PTt = Jumlah tenaga kerja yang diserap pada sektor industri (orang) U Riilt = Nilai upah riil untuk sektor industri (rupiah)

I Riilt = Investasi riil pada sektor industri (rupiah) PDRB Riilt = PDRB riil pada sektor industri (rupiah) UUt = Jumlah unit usaha (unit)

DKt = Dummy krisis

2.5. Penelitian Terdahulu

(43)

kenaikan dari 6,84 persen pada tahun 1971 menjadi 11,13 persen pada tahun 1985. Kenaikan kesempatan kerja di sektor ini sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah yang mengharapkan pengembangan sektor ini sebagai penunjang sektor pertanian.

Seperti halnya sektor sekunder (M) maka sektor tersier (S) pula mengalami kenaikan dari 24,90 persen pada tahun 1971 menjadi 30,59 persen pada tahun 1985. Hal ini menunjukkan bahwa di Sulawesi Utara pada dua dekade terakhir telah terjadi pergeseran kesempatan kerja dari sektor primer (A) ke sektor sekunder (M) dan tersier (S). Sektor sekunder (M) pada periode 1971-1985 mempunyai pertumbuhan kesempatan kerja yang paling tinggi kemudian disusul sektor tersier (S) dan primer (A). Selain itu, sektor sekunder merupakan sektor yang baik dalam penyerapan tenaga kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Fazrian (2005) yang berjudul ”Peran Agroindustri dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Peningkatan Pendapatan

(44)

Menurut Octivaningsih (2006) dalam ”Analisis Pengaruh Nilai Upah Minimum Kabupaten terhadap Investasi, Penyerapan Tenaga Kerja, dan PDRB di Kabupaten

Bogor”, menyatakan bahwa besarnya penyerapan tenaga kerja sektor manufaktur sangat dipengaruhi oleh nilai UMK. Nilai UMK berpengaruh negatif secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor manufaktur di Kabupaten Bogor. Peningkatan nilai UMK di sektor manufaktur sebesar 1 persen akan menurunkan penyerapan tenaga kerja sektor manufaktur sebesar 0,61047 persen. Nilai UMK tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor non manufaktur di Kabupaten Bogor. Kondisi ini terjadi karena pada sektor non manufaktur di Kabupaten Bogor, para pekerja bersedia bekerja pada berapapun tingkat upah agar kebutuhan hidup mereka dapat tercukupi. Pengaruh nilai UMK terhadap PDRB di Kabupaten Bogor jika dilihat dari pengaruh nilai UMK terhadap penyerapan tenaga kerja sektor manufaktur dan non manufaktur adalah negatif. Hal tersebut dikarenakan nilai dugaan parameter UMK sektor non manufaktur tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor non manufaktur.

Penelitian terdahulu membahas tentang peranan sektor agroindustri, sektor tersier maupun sektor manufaktur terhadap penyerapan tenaga kerja, serta membahas tentang dampak yang terjadi akibat adanya upah minimum regional terhadap penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, penelitian ini lebih membahas pada :

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja untuk sektor industri dan dengan menambahkan variabel jumlah perusahaan industri di Kota Bogor, 3. Melihat faktor yang lebih berpengaruh terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja

(45)

4. Lingkupnya hanya pada sektor industri yang ada di Kota Bogor, dimana Kota Bogor memiliki karakteristik yang berbeda dengan Kabupaten Bogor.

2.6. Pemikiran Penelitian

Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pembangunan ekonomi sangat penting dilakukan oleh setiap wilayah, tidak hanya sekedar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, akan tetapi harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada didalamnya. Namun, tidak semua proses pembangunan dapat berjalan dengan baik atau sesuai dengan rencana. Hal ini dikarenakan terdapat permasalahan yang membuat pembangunan ekonomi menjadi terhambat.

(46)

Pada dasarnya pembangunan industri ditunjukkan untuk menciptakan struktur ekonomi dengan titik berat pada industri yang maju. Oleh karena itu, pembangunan sektor industri secara nyata harus menjadi penggerak utama peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan sekaligus dapat menjadi penyedia lapangan kerja yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.

(47)

Gambar 2.4. Kerangka Konseptual Penelitian Pasar Tenaga Kerja di

Kota Bogor

Permintaan Tenaga Kerja

Industri Pengolahan (Non Migas)

Upah Riil Investasi Riil Unit Usaha

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan

Tenaga Kerja

PDRB Riil

(48)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, mulai dari tahun 1994 sampai 2005. Data diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Tenaga Kerja Kota Bogor, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dan BAPEDA Kota Bogor, seperti data PDRB, Jumlah Penduduk, data tentang perkembangan industri di Kota Bogor, dll. Selain itu, data juga diperoleh dari studi kepustakaan dan literatur lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.2. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis metode analisis, yaitu metode diskriptif dan kuantitatif. Penggunaan metode diskriptif bertujuan untuk menggambarkan kondisi jumlah tenaga kerja khususnya pada sektor industri dan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap proses penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Kota Bogor yang merupakan tujuan awal dari penelitian.

Model ekonometrika yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Squares). Regresi berganda adalah persamaan regresi yang melibatkan tiga atau lebih variabel dalam suatu analisa. Menurut Gujarati (1978), OLS dapat menjadi suatu metode analisis regresi yang kuat dengan menggunakan beberapa asumsi, yaitu:

1. Nilai rata-rata hitung dari deviasi yang berhubungan dengan setiap variabel bebas harus sama dengan nol,

2. Variasi unsur sisa menyebar normal,

(49)

4. Tidak ada korelasi berurutan (autokorelasi) dalam setiap variabel dalam model, 5. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti tidak terdapat hubungan linear yang pasti

antara variabel bebas.

3.3. Model Ekonometrika Untuk Analisis Data

Penelitian ini menggunakan fungsi regresi berganda, dan diasumsikan dipengaruhi oleh variabel-variabel yang telah ditetapkan. Secara sistematis, model fungsi penyerapan tenaga kerja yang akan digunakan dapat ditulis sebagai berikut:

LogPTt = a0 + a1LogU Riilt + a2LogI Riilt + a3LogPDRB Riilt + a4LogUUt+ a5 DKt + εt (3.1)

dimana:

PTt = Jumlah tenaga kerja yang diserap pada sektor industri (orang) U Riilt = Nilai upah riil pada sektor industri (rupiah)

I Riilt = Investasi riil pada sektor industri (rupiah) PDRB Riilt = PDRB riil pada sektor industri (rupiah) UUt = Jumlah unit usaha (unit)

DKt = Dummy krisis, dimana D=0 saat sebelum krisis (tahun 1994-1996), dan D=1 sesudah krisis (tahun 1997-2005)

εt = Faktor gangguan

(50)

autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Apabila terjadi pelanggaran maka akan diperoleh hasil estimasi yang tidak valid.

3.3.1. Uji Statistik

3.3.1.1. Uji koefisien Determinan R2

Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas yang terpilih terhadap variabel tidak bebas. Sifat dari R² adalah besarannya yang selalu bernilai positif namun lebih kecil dari satu (0 ≤ R² ≤ 1). Jika R² bernilai satu maka terjadi kecocokan sempurna dimana variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh garis regresi, sedangkan jika nilainya nol itu berarti tidak ada varians variabel tak bebas dapat diterangkan oleh variabel bebas. Oleh karena itu, semakin dekat nilai R² dengan satu maka model tersebut semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebas, demikian juga sebaliknya. Untuk menghitung R², maka dapat menggunakan rumus di bawah ini:

R² = JKR (3.2) JKT

dimana:

R² : Koefisien determinasi JKR : Jumlah kuadrat regresi JKT : Jumlah kuadrat total

3.3.1.2. Uji t-Statistik

(51)

untuk melihat secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel dalam suatu model bersifat signifikan atau tidak.

Hipotesis:

H0 : ai = 0 i = 1,2,3,…..k H1 : ai≠ 0

t-hitung = ai (3.3)

S(a)

t-tabel = tα / 2(n-k) dimana :

S(a) = Simpangan baku koefisien dugaan Kriteria uji :

t-hitung > tα / 2(n-k) , maka tolak H0 t-hitung < tα / 2(n-k) , maka terima H0

Jika H0 ditolak dalam kriteria uji-t berarti variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas, dan sebaliknya jika H0 diterima berarti variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Semakin besar nilai t-hit maka akan semakin kuat bukti bahwa variabel tersebut signifikan secara statistik.

3.3.1.3. Uji F-Statistik

(52)

H0 : ai = 0

H1 : minimal ada salah satu ai≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji F :

F Hitung = R² / k – 1 (3.4) (1-R²) / n-k

F tabel = Fα(k-1,n-k) Kriteria uji :

F-hitung > Fα(k-1,n-k) , maka tolak H0 F-hitung < Fα(k-1,n-k) , maka terima H0 dimana :

R = Koefisien Determinasi n = Banyaknya data

k = Jumlah koefisien regresi dugaan

Jika H0 ditolak berarti minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas, dan sebaliknya jika H0 diterima berarti tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Semakin besar nilai F-hit maka akan semakin kuat bukti bahwa terdapat minimal salah satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap keragaman dari variabel tak bebas.

3.3.2. Uji Ekonometrika 3.3.2.1. Multikolinearitas

(53)

Multikolinearitas dapat dideteksi apabila terjadi korelasi yang sangat kuat antara variabel-variabel bebas. Untuk melihat masalah multikolinearitas dalam penelitian ini dipergunakan uji correlation matrix hasil perhitungan dengan Eviews. Semakin besar

correlation matrix, maka hubungan antara variabel-variabel bebas tersebut semakin erat atau multikolinearitas yang terjadi akan semakin tinggi. Demikian juga sebaliknya jika nilai correlation matrix semakin kecil atau kurang dari |0,8| maka tidak ada multikolinearitas (Gujarati, 1978).

Berdasarkan ketentuan dari Uji Klein, disebutkan bahwa masalah korelasi sederhana antara variabel penjelas bisa diabaikan apabila nilai koefisien korelasinya lebih kecil dari nilai koefisien determinasi. Apabila terjadi nilai korelasi yang lebih besar dari |0,8|, maka menurut Uji Klien model tidak terjadi multikolinearitas selama nilai korelasi tidak lebih besar dari nilai Adj R-Squared (Koutsoyiannis, 1977).

3.3.2.2. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antara serangkaian observasi yang diurutkan melalui deret waktu (time series). Adanya gejala autokorelasi pada suatu persamaan akan menyebabkan suatu persamaan akan memiliki selang kepercayaan yang semakin lebar dan pengujian menjadi kurang akurat, dan mengakibatkan hasil dari uji-t, uji-F, menjadi tidak sah dan penaksiran regresi akan menjadi lebih tinggi (Gujarati,1978).

(54)

Oleh karena itu, digunakan pengujian lain yaitu dengan menggunakan uji

Breunch and Godfrey Serial Correlation LM-Test. Kriteria uji yang digunakan dalam model ini adalah:

ƒ Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Squared > taraf nyata (α) yang digunakan,

maka model persamaan yang digunakan tidak mengalami autokorelasi.

ƒ Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Squared < taraf nyata (α) yang digunakan,

maka model persamaan yang digunakan terdapat autokorelasi. 3.3.2.3. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan suatu kondisi dimana nilai ragam error term

tidak memiliki nilai yang sama untuk setiap observasi. Pada heteroskedastisitas menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien.

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas yaitu dengan menggunakan White heteroskedasticity. Kriteria uji yang digunakan :

ƒ Jika nilai probabilitas pada Obs*R-squared > taraf nyata (α) yang digunakan,

maka model persamaan yang digunakan tidak mengalami heteroskedastisitas.

ƒ Jika nilai probabilitas pada Obs*R-squared < taraf nyata (α) yang digunakan,

maka model persamaan yang digunakan mengalami heteroskedastisitas.

3.3.3. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan jika sampel yang digunakan kurang dari 30. Karena sampel dalam penelitian ini kurang dari 30, maka pada error term perlu dilakukan uji kenormalan, uji ini disebut Jarque-Bera Test. Dan kriteria uji yang digunakan:

ƒ Jika nilai probabilitas pada Jarque-Bera (J-B) > taraf nyata (α) yang digunakan,

(55)

ƒ Jika nilai probabilitas pada Jarque-Bera (J-B) < taraf nyata (α) yang digunakan,

(56)

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Penduduk dan Ketenagakerjaan

Salah satu aset pembangunan yang paling dominan dibanyak negara berkembang pada umumnya memiliki jumlah penduduk dan angkatan kerja yang demikian besar jumlahnya. Berdasarkan hasil registrasi penduduk Kota Bogor hingga akhir tahun 2005 berjumlah 855.085 jiwa yang terdiri dari 431.862 jiwa laki-laki dan 423.223 jiwa perempuan.

Tabel 4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Bogor Menurut Jenis Kelamin Tahun 2001-2005 (Orang)

No Tahun Jumlah Penduduk Total

Laki-laki Perempuan

1 2001 382.896 377.433 760.329

2 2002 397.820 391.603 789.423

3 2003 419.252 401.455 820.707

4 2004 424.819 406.752 831.571

5 2005 431.862 423.223 855.085

Sumber : BPS Kota Bogor, 2006.

Pada tahun 2001 jumlah penduduk Kota Bogor sebesar 760.329 jiwa dan tahun 2005 meningkat menjadi 855.085 jiwa. Berdasarkan dari tabel diatas, terlihat bahwa jumlah penduduk Kota Bogor terus bertambah dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi bukan hanya dipengaruhi oleh banyaknya jumlah kelahiran tetapi juga dipengaruhi oleh adanya migrasi masuk, dimana keberadaan Kota Bogor sendiri sebagai daerah penyangga ibu kota dan juga sebagai daerah konsentrasi perguruan tinggi yang menarik perhatian para pendatang dari luar untuk menetap di kota hujan ini.

(57)

pada Usia Kerja dengan umur 15 tahun keatas dibedakan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Golongan angkatan kerja terdiri dari jumlah orang yang bekerja dan yang mencari kerja, sedangkan yang termasuk golongan bukan angkatan kerja yaitu penduduk usia kerja yang tidak memasuki pasar kerja karena bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Jumlah angkatan kerja di Kota Bogor selama tahun 2003 hingga tahun 2005 meningkat setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa porsi penduduk yang memasuki pasar kerja baik yang bekerja maupun yang mencari pekerjaan setiap tahunnya semakin banyak. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Jumlah Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja di Kota Bogor Tahun 2003-2005 (Orang)

Kegiatan Utama Penduduk Jumlah Angkatan Kerja

2003 2004 2005

Angkatan Kerja 338.682 295.250 343.991

Bukan Angkatan Kerja 482.025 536.321 511.094 Sumber : Disnaker Kota Bogor, 2006.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja di Kota Bogor mencapai 338.682 jiwa pada tahun 2003 dan meningkat menjadi 343.991 pada tahun 2005. Tingginya pertumbuhan angkatan kerja bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja diduga menjadi salah satu pemicu timbulnya permasalahan sentral dalam hal ketenagakerjaan yaitu munculnya pengangguran. Banyaknya jumlah angkatan kerja yang tidak terserap dalam lapangan pekerjaan yang ada, akan berdampak pada tingginya angka pengangguran.

4.2. Perekonomian Kota Bogor

(58)

dan restoran dan sektor industri pengolahan. Sektor-sektor tersebut sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan daya beli masyarakat. Oleh karena itu, dengan semakin tingginya jumlah penduduk serta daya beli masyarakat maka diharapkan sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan dapat terus berkembang sehingga mampu meningkatkan perekonomian Kota Bogor.

Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah khususnya Kota Bogor adalah dengan melihat laju pertumbuhan PDRB. Indikator ini menunjukkan persentase pertumbuhan jumlah produk yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di Kota Bogor. Selain itu, PDRB merupakan komponen terpenting dalam mengukur pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Semakin tinggi nilai PDRB suatu wilayah maka mencerminkan pertumbuhan yang baik dari wilayah tersebut. Setiap tahunnya nilai PDRB Kota Bogor terus mengalami peningkatan, ini dapat dilihat pada laju pertumbuhan PDRB pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Konstan 2000 Tahun 2003-2005 (Persen)

No Lapangan Usaha

Laju Pertumbuhan PDRB 2003 2004* 2005**

1 Pertanian 4,94 4,73 4,28

2 Pertambangan dan Penggalian - - -

3 Industri Pengolahan 6,58 6,62 6,63

4 Listrik, Gas dan Air 6,96 7,09 7,05

5 Bangunan 4,24 4,41 4,24

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 4,09 4,10 4,10

7 Pengangkutan dan Komunikasi 7,09 7,13 6,85 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 11,17 10,76 10,86

9 Jasa-Jasa 4,81 4,82 4,88

Total 6,07 6,10 6,12

(59)

Laju pertumbuhan yang terdapat pada Tabel diatas adalah suatu indikasi terjadinya peningkatan pertumbuhan perekonomian di wilayah Kota Bogor. Laju kenaikan tersebut adalah hasil dari kerja sama berbagai sektor yang ada di Kota Bogor termasuk didalamnya sektor industri. Dilihat dari Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kota Bogor diatas, maka Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan merupakan sektor paling tinggi pertumbuhannya yaitu sebesar 10,86 persen dan sektor yang pertumbuhannya paling rendah adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebesar 4,10 persen yang kemudian diikuti oleh sektor Bangunan sebesar 4,24 persen. Walaupun dari segi angka-angka terdapat suatu perbedaan yang mutlak tetapi dari masing-masing sektor tersebut memiliki ketergantungan satu sama lain atau terjadi hubungan yang saling melengkapi dalam menciptakan suatu barang atau komoditi.

4.3. Profil Sektor Industri

(60)

Elektronika dan Aneka ialah Industri Mesin dan Rekayasa, Industri Logam, Industri Alat Angkut, Industri Tekstil, Industri Kulit, Industri Alpora, dan Industri Elektronika.

Sektor industri telah mengalami perkembangan yang cukup baik selama beberapa tahun belakangan ini. Hal ini dapat dilihat bahwa aktivitas bidang industri di Kota Bogor pada tahun 2005 melibatkan 2.845 unit usaha, ini berarti terjadi peningkatan dari tahun 2001 yang awalnya berjumlah 2.576 unit usaha, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 42.014 orang pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 49.588 orang pada tahun 2005. Peningkatan jumlah unit usaha dan investasi yang semakin besar di setiap tahunnya, akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri semakin meningkat. Jika keadaan ini terus meningkat, maka angka pengangguran di Kota Bogor akan menurun, dan secara tidak langsung laju pertumbuhan ekonomi Kota Bogor akan mengalami peningkatan.

Tabel 4.4. Perkembangan Industri, Tenaga Kerja dan Investasi di Kota Bogor, Tahun 2001-2005

Tahun Unit Usaha Investasi

(Rp Milyar)

Sumber : Dinas perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, 2006.

Industri yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan merupakan industri unggulan di Kota Bogor kini didominasi oleh Industri Tekstil dan Industri Makanan. Pada tahun 2003, Industri Tekstil dan Industri Makanan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 20.862 orang dan 6.364 orang, yang kemudian meningkat pada tahun 2005 menjadi 23.165 orang dan 7.292 orang.

Tabel 4.5. Komoditas Unggulan di Kota Bogor, Tahun 2003 dan 2005

(61)

Komoditas Unit Usaha (Unit)

Tenaga Kerja (Orang)

Unit Usaha (Unit)

Tenaga Kerja (Orang)

Tekstil 222 20.862 238 23.165

Makanan 1.089 6.364 1.133 7.292

Sepatu dan

Sandal 360 2.756 376 2.801

(62)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Analisis Model Regresi 5.1.1. Uji Statistik

Pengujian statistik dilakukan untuk menguji koefisien determinasi (R2), pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja secara bersama-sama dapat dilakukan dengan uji F-statistik, dan yang terakhir uji t-statistik yaitu uji yang dilakukan untuk menguji masing-masing variabel dalam mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Hasil estimasi dari fungsi regresi dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Kota Bogor Tahun 1991-2005

Variabel Parameter

Dugaan St-Error Probabilitas

Konstanta -11,10058 1,245921 0,0001

LogU Riil -0,225479 0,039395 0,0012

LogI Riil 0,160618 0,043383 0,0101

LogPDRB Riil 0,356783 0,072055 0,0026

LogUU 1,342086 0,131457 0,0001

DK 0,093433 0,033110 0,0303

R-Squared = 0,996351 F-Statistik = 327,6527 R-Squared (Adj) = 0,993310 Prob (F-Statistik) = 0,000000 Sumber:Hasil olahan, Lampiran 2.

(63)

keragaman sebesar 99,63 persen, dan sisanya 0,37 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar persamaan penyerapan tenaga kerja yang telah disebutkan diatas.

Uji t-Statistik bertujuan untuk menguji tingkat signifikasi hubungan tiap masing variabel bebas. Uji ini dilakukan dengan melihat nilai probabilitas dari masing-masing variabel bebas tersebut. Pada Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa variabel Upah, Investasi, PDRB, Jumlah Unit Usaha dan Dummy Krisis berpengaruh nyata terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri di Kota Bogor pada taraf 5 persen (α = 5 %).

Kemudian dilakukan pengujian F-statistik untuk melihat pengaruh peubah bebas terhadap peubah tidak bebas secara keseluruhan dan untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam persamaan. Uji ini dilakukan dengan melihat nilai F-statistik sebesar 327,6527 dengan probabilitas F-statistik sebesar 0,000000 yang nyata pada taraf 5 persen. Berdasarkan pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa minimal ada salah satu variabel (Upah, Investasi, PDRB, Jumlah Unit Usaha dan Dummy Krisis) berpengaruh nyata terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri.

5.1.2. Uji Ekonometrika

(64)

hasil estimasi persamaan penyerapan tenaga kerja tidak mengandung heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Penyerapan Tenaga kerja Sektor Industri F-statistic 1,283648 Probability 0,512513 Obs*R-squared 10,22915 Probability 0,332255 Sumber:Hasil Olahan, Lampiran 3.

Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Suatu model terbebas dari masalah autokorelasi jika nilai probabilitas Obs*R-Squared dari Breusch-Godfrey serial correlation LM test lebih besar dari taraf nyata yang digunakan pada model. Nilai probabilitas Obs*R-Squared dari uji ini adalah 0,057448 dan nilai tersebut lebih besar dari pada tingkat signifikasinya yaitu pada taraf nyata 5 persen. Nilai probabilitas Obs*R-Squared

0,057448 lebih besar dari pada 0,05 maka disimpulkan bahwa pada persamaan ini tidak terdapat gejala autokorelasi.

Tabel 5.3. Hasil Uji Autokorelasi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri F-statistic 2,150999 Probability 0,202388 Obs*R-squared 3,609564 Probability 0,057448 Sumber: Hasil olahan, Lampiran 3.

Pengujian yang terakhir dilakukan ialah pengujian multikolinearitas. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan uji Correlation Matrix, dimana jika nilai correlation semakin kecil atau kurang dari |0,8| maka tidak ada multikolinearitas. Berdasarkan hasil pengujian persamaan ini terdapat gejala multikolinearitas. Pada tabel

(65)

terhadap Upah, Investasi, dan Unit Usaha, korelasi antara Unit Usaha terhadap Upah, Investasi, dan PDRB.

Masalah multikolinearitas dapat diatasi dengan menggunakan uji Klien. Apabila nilai korelasi antar variabel bebas tersebut tidak lebih besar dari nilai Adj R-Squared, maka tidak terdapat multikolinearitas. Pada analisis regresi ini nilai Adj R-Squared yang diperoleh adalah 0,993310, sedangkan nilai korelasi terbesar antar variabel penjelas dalam model ini adalah 0,919796 yaitu korelasi antar unit usaha terhadap upah riil. Oleh karena nilai Adj R-squared lebih besar dari nilai korelasi antar variabel bebas yaitu 0,993310 > 0,919796, maka dalam model persamaan ini dapat disimpulkan bahwa masalah multikolinearitas dapat diatasi.

Tabel 5.4. Hasil Uji Multikolinearitas Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri LogU RIIL LogI RIIL LogPDRB Riil LogUU DK LogU RIIL 1,000000 0,860429 0,857417 0,919796 0,664678

LogI RIIL 0,860429 1,000000 0,905453 0,812610 0,575669 LogPDRB Riil 0,857417 0,905453 1,000000 0,826929 0,777527 LogUU 0,919796 0,812610 0,826929 1,000000 0,646236 DK 0,664678 0,575669 0,777527 0,646236 1,000000 Sumber:Hasil Olahan, Lampiran 3.

Berdasarkan ketiga uji asumsi klasik diatas, ternyata model yang digunakan terbebas dari masalah multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Oleh karena itu, model tersebut telah memenuhi kriteria ekonometrik.

5.1.3. Uji Normalitas

(66)

Lampiran 4. Berdasarkan Lampiran 4, nilai probabilitas (P-Value) yaitu sebesar 0,905234, sedangkan taraf nyata bernilai α = 0,05. Karena nilai P-Value (0,90) > α (0,05), maka dengan tingkat keyakinan 90 persen maka error term terdistribusi normal.

5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Kota Bogor

Berdasarkan hasil analisis regresi penyerapan tenaga kerja sektor industri pada Tabel 5.1, maka secara matematis dapat diperoleh persamaan tingkat penyerapan tenaga kerja pada sektor industri sebagai berikut:

LogPT = -11,1 - 0,22LogU Riil + 0,16LogI Riil + 0,36LogPDRB Riil + 1,34LogUU + 0,09DK

Dugaan parameter untuk tingkat upah riil sebesar -0,22 dan nyata pada taraf 5 persen. Nilai upah riil secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Kota Bogor. Berdasarkan hasil uji ekonomi menunjukkan bahwa adanya peningkatan upah sebesar 1 persen akan menurunkan penyerapan tenaga kerja sektor industri sebesar 0,22 persen. Peningkatan upah di sektor industri yang tidak disertai dengan meningkatnya penerimaan yang diperoleh perusahaan akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja di sektor industri menurun. Hal ini sesuai dengan penelitian Sandra (2004), yang menyebutkan bahwa upah riil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja.

(67)

perusahaan yang bergerak pada sektor industri akan mengalami peningkatan sehingga menimbulkan peningkatan penyerapan akan tenaga kerja pada sektor industri. Hal ini sesuai dengan penelitian Octivaningsih (2006).

Variabel PDRB memiliki nilai dugaan parameter sebesar 0,35 persen, dan berpengaruh nyata pada taraf 5 persen. Hal ini berarti nilai PDRB memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Apabila nilai PDRB naik sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektor industri di Kota Bogor sebesar 0,35 persen. Angka ini menunjukkan bahwa semakin meningkat nilai PDRB di Kota Bogor pada sektor industri, maka dapat meningkatkan investor yang ingin menanamkan modalnya di Kota Bogor. Semakin banyak investor di Kota Bogor akan menyebabkan semakin tingginya peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri. Hal ini sesuai dengan penelitian Octivaningsih (2006), yang menyebutkan bahwa PDRB secara signifikan memberikan kontribusi positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Dugaan parameter untuk jumlah unit usaha yang ada di Kota Bogor adalah sebesar 1,34 dan signifikan pada taraf 5 persen, hal ini berpengaruh secara positif terhadap penyerapan tenaga kerja khususnya pada sektor industri. Berdasarkan uji ekonomi, peningkatan jumlah unit usaha atau perusahaan yang bergerak di sektor industri sebesar 1 persen akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 1,34 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan baru khususnya pada sektor industri akan mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut.

(68)

(Tahun 1997-2005). Dugaan parameter untuk dummy krisis sebesar 0,09 yang artinya dengan adanya krisis ekonomi akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja meningkat. Hal ini menunjukkan ketika krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 lalu berakhir, banyak karyawan Korban PHK yang mulai menciptakan lapangan pekerjaan baru seperti Industri Kecil, sehingga menyebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (2006), pada tahun 1997 jumlah Industri Kecil di Kota Bogor hanya 1.968 unit, namun pada tahun 1998 mencapai 2.026 unit. Hal ini memperlihatkan terjadinya peningkatan jumlah Industri Kecil setelah terjadi krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Pada tahun 2005 pertumbuhan Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga telah mengalami peningkatan cukup besar dengan jumlah unit usaha sebanyak 2.770 unit. Oleh sebab itu, secara tidak langsung peningkatan tersebut akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di Kota Bogor.

Gambar

Tabel 1.1. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Jawa
Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa Barat Menurut Lapangan
Tabel 1.3. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Di Kota
Tabel 1.4. Nilai PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
+7

Referensi

Dokumen terkait

dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Analisis Manajemen Pembiayaan Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Menurut Perspektif Ekonomi

Regulasi diri adalah kemampuan mengatur tingkah laku dan menjalankan tingkah laku tersebut sebagai strategi yang berpengaruh terhadap performansi seseorang mencapai

Hasil uji regresi logistik menunjukkan hanya variabel komisaris independen yang berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba, sedangkan ukuran perusahaan, nilai perusahaan,

Menurut Amalia Levanoni, sikap para petinggi Mamlûk yang se­ belumnya menyerahkan urusan kepemimpinan kepada Syajarat al­ Durr dan tanggapan Syajarat al­Durr yang menerima

Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam waktu 30 menit akan menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen

Mata kuliah pada kelompok ini wajib diambil oleh seluruh mahasiwa Program Studi Sosio Ekonomi Perikanan Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kinerja pengelolaan sarana, prasarana, dan administrasi perkantoran Perangkat Daerah 100% 94,81% 5,19% 3 Melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan untuk

pengumpulan data utama ( primary data collection) yang mana ia merupakan satu kaedah yang asli digunakan oleh para pengkaji dengan menggunakan soal selidik. Kelebihan