• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatkan kemampuan menulis paragraf persuasi melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif teknik student team Achievement division (STAD) : penelitian tindakan kelas pada siswa X SMA Yasih Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatkan kemampuan menulis paragraf persuasi melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif teknik student team Achievement division (STAD) : penelitian tindakan kelas pada siswa X SMA Yasih Bogor"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

Ani Septiani

106013000290

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik Student Team

Achievement Division (STAD).”

Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi. Peranan dunia pendidikan harus mampu menghasilkan siswa yang terampil dalam berbahasa. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa yaitu keterampilan menulis. Menulis paragraf persuasi merupakan salah satu cakupan dari keterampilan menulis. Kenyataan yang ada di sekolah dalam menulis paragraf persuasi, siswa selalu menghadapi masalah seperti, sebagian siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat menuangkan ide dan gagasannya, siswa belum mampu mengungkapkan ide atau gagasan dengan baik, siswa kurang memahami pemakaian tanda baca, dan siswa kurang dapat memperhatikan ejaan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam menulis paragraf persuasi dapat ditunjang dengan menggunakan strategi dan metode belajar yang tepat. Metode pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD memberikan alternatif pembelajaran secara kelompok-kelompok kecil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menulis paragraf persuasi dan mengetahui keefektifan metode pembelajaran kooperatif teknik STAD.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan objek penelitian adalah kelas X SMA YASIH Bogor yang berjumlah 20 siswa dan dideskripsikan melalui proses dan hasil belajar mengajar. Penelitian ini dilakukan dengan satu siklus pretest dan postest.

Perolehan nilai siswa ketika mengerjakan pretest pada awal pertemuan, sebelum diterapkan metode pembelajaran kooperatif teknik STAD hanya mencapai skor rata-rata 41,6 dan nilai tersebut belum mencapai nilai KKM (65). Sedangkan pada pertemuan kedua terlihat adanya peningkatan karena kesulitan yang dihadapi siswa pada kegiatan pretest dapat teratasi sehingga rata-rata skor

postest yang didapat siswa melebihi nilai KKM, yaitu 75,8.

(6)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Persuasi Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik Student Team Achievement Division (STAD) ini dapat terselesaikan guna memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan kekeliruan, sehingga membutuhkan banyak bimbingan, motivasi dan arahan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan kesabaran dan pengertian yang tak henti mengingatkan kepada mahasiswa agar selalu mengerjakan skripsi ini hingga penulis terus termotivasi untuk menyelesaikan skripsi hingga selesai.

3. Bapak Drs. E. Kusnadi, sebagai dosen penasehat akademik angkatan 2006, yang telah memberikan ilmu dan waktunya dengan keikhlasan, pengertian, dan kesabaran sampai selesai masa perkuliahan.

(7)

5. Bapak Drs. H. Maslahul Ihsan, Kepala Sekolah SMA YASIH Bogor, dewan guru, khususnya Ibu Dra. Nurlaela, para staf dan seluruh siswa kelas X.

6. Almarhum Abah, semoga amal ibadahnya diterima Allah Swt, dan ibunda tercinta, mamah Sopinah yang telah memberikan kasih sayang, doa restu serta dukungan moril dan materiil. Terima kasih yang tulus kuucapkan. 7. Keluargaku tersayang, abang, teteh terutama keponakan-keponakanku

yang selalu menghibur dikala ku penat dengan tugas-tugas, celotehan kalian membuatku terus bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 8. Kekasih yang telah menemani dikala suka maupun duka yang telah

memberikan banyak arti dalam kehidupanku dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat PBSI angkatan 2006 yang telah memberikan dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dan bantuan dengan tulus baik berupa moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga karya tulis yang sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca yang selalu peduli dan prihatin terhadap perkembangan dunia pendidikan baik sekarang maupun yang akan datang. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca untuk penyempurnaan skripsi ini.

Jakarta, Februari 2011

(8)

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II ACUAN TEORETIS A. Hakikat Pembelajaran Kooperatif ... 7

B. Hakikat Teknik STAD ... 18

C. Hakikat Menulis ... 23

D. Hakikat Paragraf Persuasi ... ... 26

E. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan ………. 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Objek Penelitian ... 33

C. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian ... 33

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian………. 38

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 39

(9)

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ... 51

K. Teknik Analisis Data ... 52

L. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 55

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, INTERPRESTASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMA YASIH Bogor ... 56

B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan Efek/Hasil Intervensi Tindakan ... 57

C. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 61

D. Analisis Data ... 62

E. Interprestasi Hasil Analisis ... 84

F. Pembahasan Temuan Penelitian ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

(10)

vi

3.2 Instrument Pretest ... 43

3.3 Instrument Postest ... 44

3.4 Kriteria Penilaian ... 45

3.5 Format Penilaian ... 50

3.6 Aspek Penilaian Menulis Paragraf Persuasi dengan Skala 1-5 ... 52

3.7 Penetuan Patokan Tingkat Penguasaan dengan Perhitungan Persentase untuk Skala Lima ... 53

4.1 Keadaan siswa SMA YASIH Bogor Tahun Pelajaran 2010-2011... 57

4.2 Data Pretest Kelas X ... 58

4.3 Urutan Nilai Pretest Terendah Sampai Tertinggi Siswa Kelas X SMA YASIH Bogor ... 59

4.4 Data Postest Kelas X ... 60

4.5 Urutan Nilai Postest Terendah Sampai Tertinggi Siswa Kelas X SMA YASIH Bogor ... 61

4.6 Kegiatan Awal Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD ... 64

4.7 Kegiatan Inti Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD ... 65

4.8 Kegiatan Akhir Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD ... 66

4.9 Aktifitas Siswa Pada Awal Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD ... 67

4.10 Aktifitas Siswa Pada Inti Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD ... 68

(11)

vii

bahasa Indonesia akan dimulai? ... 79 4.16 Apakah kamu senang dengan pembelajaran

menulis dalam bahasa Indonesia? ... 79 4.17 Apakah kamu pernah belajar menulis paragraf persuasi? ... 80 4.18 Apakah menulis paragraf persuasi sulit

apabila dikerjakan secara berkelompok? ... 80 4.19 Apakah kamu tahu metode pembelajaran kooperatif

teknik STAD ... 81 4.20 Apakah kamu senang menulis paragraf persuasi

dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif

teknik STAD? ... 81 4.21 Apakah menulis paragraf persuasi dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif

teknik STAD dapat meningkatkan motivasi belajarmu? ... 82 4.22 Apakah kamu merasa kemampuan menulis paragraf

persuasi mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran menulis dengan menggunakan

metode pembelajaran kooperatif teknik STAD? ... 82 4.23 Apakah kamu menemui kesulitan dalam

pembelajaran menulis paragraf persuasi dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif

teknik STAD? ... 83 4.24 Apakah kamu berkesan terhadap pembelajaran

menulis paragraf persuasi dengan menggunakan

(12)
(13)

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi. Selain itu, bahasa juga berfungsi sebagai penunjuk identitas seperti bahasa Indonesia. Pentingnya bahasa Indonesia dalam kehidupan manusia menjadikan bahasa tersebut harus dipelajari. Oleh sebab itu, bahasa Indonesia diajarkan di sekolah sejak sekolah dasar. Peranan dunia pendidikan harus mampu menghasilkan siswa yang terampil dalam berbahasa baik di sekolah maupun di masyarakat, menjadi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Keterampilan berbahasa siswa salah satunya dipengaruhi oleh suasana belajar di kelas. Siswa harus memperoleh suasana belajar yang menyenangkan, menarik, dan bermanfaat. Dalam hal ini, persiapan dan proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas sangat berpengaruh. Agar dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, seorang guru harus memiliki pengetahuan dan wawasan tentang metode pembelajaran yang dapat dimodifikasi dengan kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung melalui metode pembelajaran mengacu pada pembelajaran aktif (active learning).

(14)

Terdapat berbagai teknik dalam pembelajaran kooperatif, di antaranya

Student Team Achievement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT),

Jigsaw (tim ahli), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan

Group Investigation (Kelompok Investigasi). Teknik yang umum diterapkan

dalam pembelajaran kooperatif adalah teknik Student Team Achievement Division (STAD) atau teknik pembagian tim siswa berprestasi. Teknik Student Team

Achievement Division (STAD) lahir dari sebuah gagasan yang menyatakan untuk

memotivasi siswa agar dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Student Team

Achievement Division (STAD) lebih merupakan metode umum dalam mengatur

kelas dibandingkan metode komprehensif dalam mengajarkan mata pelajaran tertentu.

Terkait dengan aspek keterampilan berbahasa, salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa yaitu keterampilan menulis. Keterampilan menulis diajarkan agar siswa memiliki kemampuan dalam menuangkan gagasan, ide, dan pengalamannya dengan benar. Dalam menulis, penulis dituntut mampu menerapkan sejumlah keterampilan sekaligus. Sebelum menulis perlu membuat perencanaan, misalnya menyeleksi topik, menata, dan mengorganisasikan gagasan serta mempertimbangkan ragam tulisannya. Selain itu, penggunaan aspek kebahasaan seperti bentuk kata, penggunaan ejaan, tanda baca, diksi, dan kalimat harus disusun secara efektif. Seluruh keterampilan tersebut menjadi bukti kesempurnaan keterampilan menulis. Oleh karena itu, dibutuhkan praktik dan latihan yang berkelanjutan.

(15)

Berdasarkan bentuknya, paragraf terdiri dari paragraf eksposisi, narasi, argumentasi, deskripsi, dan persuasi. Salah satu dari lima bentuk paragraf yang dapat dijadikan media siswa untuk menuangkan gagasan kreatifitas menjadi sebuah paragraf utuh dan menarik dibaca , yaitu siswa dapat mencurahkan pikiran dan kreatifitas tersebut melalui paragraf persuasi. Paragraf persuasi merupakan paragraf yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan baik berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat ataupun perasaan seseorang.

Dari observasi yang dilakukan di SMA YASIH Bogor mengenai kemampuan menulis paragraf persuasi, penulis mendapat informasi bahwa nilai menulis paragraf persuasi siswa hampir mendekati tingkat ketuntasan minimal. Dengan kata lain, hasil menulis siswa belum mencapai tingkat ketuntasan minimal sesuai ketuntasan minimal kompetensi menulis yang telah ditentukan. Masalah-masalah yang dihadapi siswa saat membuat paragraf persuasi umumnya berkaitan dengan pemilihan kata atau diksi yang bagus agar pembaca terpengaruh, ide yang harus diungkapkan dalam persuasi, ketepatan penempatan ejaan dan tanda baca, dan menghubungkan kata antarkalimat. Selain itu, kurang tepatnya pemilihan metode pembelajaran juga dapat dijadikan sebagai penyebab hasil belajar menulis paragraf persuasi siswa belum mencapai maksimal. Terkadang metode dan media yang digunakan terkesan membosankan dan membingungkan.

Oleh karena itu, peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam menulis paragraf persuasi dapat ditunjang dengan menggunakan strategi dan metode belajar yang tepat. Metode pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD memberikan alternatif pembelajaran secara kelompok-kelompok kecil.

(16)

B. Identifikasi Masalah

Untuk memudahkan penelitian, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Siswa senang dengan pelajaran menulis.

2. Tingkat pemahaman menulis paragraf persuasi.

3. Metode yang diterapkan oleh guru saat pembelajaran keterampilan menulis berlangsung.

4. Tingkat kemampuan siswa dalam menulis paragraf persuasi.

5. Metode pembelajaran kooperatif teknik STAD efektif diterapkan pada pembelajaran keterampilan menulis paragraf persuasi.

6. Tingkat kemampuan siswa dalam menulis paragraf persuasi setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif teknik STAD.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan operasional, penulis membatasi masalah kepada:

1. Kemampuan menulis paragraf persuasi pada siswa kelas X SMA YASIH Bogor.

2. Metode pembelajaran kooperatif teknik STAD efektif diterapkan pada pembelajaran menulis paragraf persuasi.

3. Metode pembelajaran kooperatif teknik STAD dapat meningkatkan kemampuan menulis paragraf persuasi.

D. Perumusan Masalah dan Hipotesis

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah tingkat kemampuan menulis persuasi pada siswa kelas X SMA YASIH Bogor?

(17)

3. Seberapa tinggi tingkat kemampuan siswa dalam menulis paragraf persuasi setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif teknik STAD?

Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif teknik STAD dapat meningkatkan keterampilan dan kualitas hasil pembelajaran menulis paragraf persuasi.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan.

1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis siswa.

2. Untuk mengetahui tingkat keefektifan metode pembelajaran kooperatif teknik STAD dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf persuasi.

3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menulis paragraf persuasi setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif teknik STAD.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pengetahuan para guru dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa. Selain itu, manfaat penelitian ini juga dapat dirasakan oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses belajar mengajar baik secara teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman siswa terhadap materi keterampilan menulis khususnya menulis paragraf, memotivasi siswa agar lebih senang dengan pelajaran menulis.

b. Bagi guru, semoga penelitian ini sebagai sumbangan pengetahuan baru mengenai metode pembelajaran aktif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf persuasi.

(18)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, penelitian ini dapat bermanfaat meningkatkan kemampuan menulis siswa, dan meningkatkan kompetensi sosial antara satu siswa dengan yang lainnya dengan saling berinteraksi.

b. Bagi guru, dapat mengatasi kesulitan guru dalam memilih metode yang tepat untuk pembelajaran keterampilan menulis paragraf persuasi.

c. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengalaman dan wawasan baru setelah melaksanakan penelitian.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab, dan bab-bab tersebut memiliki beberapa sub, yaitu:

Bab I. Pendahuluan, terdiri atas: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika penulisan.

Bab II. Acuan Teoretis, terdiri atas: Hakikat Metode Pembelajaran Kooperatif, Hakikat Menulis, dan Hakikat Paragraf.

Bab III. Metodologi Penelitian, terdiri atas: Tempat dan Waktu Penelitian, Objek dan Subjek Penelitian, Metode dan Rancangan Penelitian, Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian, Tahapan Intervensi Tindakan, Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan, Data dan Sumber Data, Instrumen Pengumpulan Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi, Teknik Analisis Data, dan Tindak Lanjut/ Pengembangan Perencanaan Tindakan.

Bab IV. Deskripsi Data, Analisis Data, Interpretasi Hasil Analisis, dan Pembahasan, terdiri atas: Gambaran Umum SMA YASIH Bogor, Deskripsi Data Hasil Pengamatan Efek/ Hasil Intervensi Tindakan, Pemeriksaan Keabsahan Data, Analisis Data, Interpretasi Hasil Analisis, dan Pembahasan Penemuan Hasil Analisis.

(19)

BAB II

ACUAN TEORETIS

A. Hakikat Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar atau melaksanakan pembelajaran yang dipergunakan seorang guru atau instruktur. Metode pembelajaran dapat dikatakan sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, agar pelajaran dapat dipahami, diserap, dan dimanfaatkan oleh peserta didik.1 Semakin baik metode pembelajaran, semakin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Macam-macam metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran di antaranya adalah metode tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, proyek, karya wisata, dan metode pembelajaran aktif.

1. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama

cooperative learning. Menurut Isjoni, dalam Ekowati berpendapat bahwa

cooperatif learning berasal dari kata cooperative yang berarti mengerjakan

sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai suatu kelompok atau satu tim. Selanjutnya dikatakan pula pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dengan sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.2 Banyak pakar yang mendefinisikan tentang pembelajaran kooperatif di antaranya:

Johnson dan Holubec, dalam Saparudin berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil,

1

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 52.

2

(20)

sehingga siswa dapat bekerja sama dan memaksimalkan diri dan anggota kelompok lainnya dalam belajar.3 Senada dengan Jonson dan Holubec, Slavin juga mengemukakan bahwa:

”Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain.”4

Sependapat dengan Slavin, Johnson seperti dikutip oleh Ekowati juga mengemukakan bahwa cooperative learning atau pembelajaran koooperatif merupakan metode mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut5.

Begitu pula dengan Nurhadi dan Senduk, dalam Wena, mengatakan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.6 Seperti Nurhadi dan Senduk, Abdurahman dan Bintoro dalam Wena, juga memperkuat definisi pembelajaran kooperatif dengan mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antarsesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.7

Dari pemaparan para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan mengelompokkan siswa ke dalam suatu kelompok kecil secara kolaboratif agar siswa dapat bekerja sama sebagai satu kelompok dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan

3

Yudhi Saparudin, Suara Daerah Majalah PGRI Jawa Barat. (Bandung, No.416, 2005), h. 13.

4

ipotes.wordpress.com/2008/05/10/metode-pembelajaran-kooperatif. Diakses 2

Desember 2011.

5

Ainiyah Ekowati, Skripsi: Penerapan Model Pembejaran Kooperatif dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa (Bogor: Universitas Pakuan, 2008),h. 24.

6

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Sebuah Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakara: Bumi Aksara, 2009), cet. 3, h. 189.

7Ibid

(21)

pelajari satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif juga merupakan sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar lainnya.

2. Landasan Teori Pembelajaran Kooperatif

Salah satu metode pembelajaran aktif adalah metode pembelajaran kooperatif. Landasan teori yang mendukung pembelajaran kooperatif, yaitu teori motivasi dan kognitif.

a. Teori Motivasi

Teori motivasi pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan siswa bekerja. Deutsch, dalam Slavin mengidentifikasikan tiga struktur tujuan: kooperatif, usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain;

kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi

pencapaian tujuan anggota lainnya; dan individualistik di mana usaha berorientasi dari tiap individu tidak memiliki konsekuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya. Sedangkan menurut Slavin, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu, untuk meraih tujuan personal mereka, anggota kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun guna membuat kelompok berhasil, dan mungkin yang lebih penting mendorong anggota satu kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal.8

Menurut teori motivasi, motivasi siswa pada pembelajaran kooperatif terletak pada bagaimana bentuk hadiah atau tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan. Pada pembelajaran kooperatif siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika siswa lain juga akan mencapai tujuan tersebut.9

8

Robert E. Slavin, Cooperative Learning; Teori, Riset, dan Praktik,(Terjemahan: Narulita Yusron), (Bandung: Nusa Media, 2008), h. 34.

9

(22)

Dengan kata lain, teori motivasi dalam pembelajaran kooperatif menekankan pada derajat perubahan tujuan kooperatif mengubah insentif bagi siswa untuk melakukan tugas-tugas akademik.

b. Teori Kognitif

Teori kognitif pada pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama itu sendiri (apakah kelompok tersebut mencoba meraih tujuan kelompok ataupun tidak). Teori kognitif pada pembelajaran kooperatif terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu teori pembangunan atau perkembangan dan elaborasi kognitif.

1) Teori Pembangunan atau Perkembangan

Asumsi dasar dari teori pembangunan atau perkembangan adalah nteraksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Vygotsky, dalam Slavin mendefinisikan wilayah pembangunan paling dekat sebagai ”jarak antara level pembangunan aktual seperti yang ditentukan oleh penyelesaian masalah secara independen dan level pembangunan potensial seperti yang ditentukan melalui penyelesaian masalah dengan bantuan dari orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman yang lebih mampu.” Vygotsky, dalam Slavin menggambarkan pengaruh kegiatan kolaboratif pada pembelajaran sebagai berikut.

”Fungsi-fungsi pertama kali terbentuk secara kolektif di dalam bentuk hubungan di antara anak-anak dan kemudian menjadi fungsi-fungsi mental bagi masing-masing individu... penelitian membuktikan bahwa pemikiran muncul dari argumen.”10

Dengan kata lain, teori pembangunan atau perkembangan mengasumsikan bahwa interaksi antar siswa di sekitar tugas-tugas yang sesuai, dapat meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep yang sulit.

1) Teori Elaborasi Kognitif

Teori elaborasi kognitif memiliki pandangan yang berbeda, penelitian dalam psikologi kognitif telah menemukan bahwa agar informasi dapat disimpan

10

(23)

dalam memori dan terkait dengan informasi yang sudah ada di dalam memori itu, maka siswa harus terlibat dalam beberapa macam kegiatan pengaturan kognitif kembali atau elaborasi kognitif atas suatu materi. Salah satu contoh kegiatan mengatur kembali kognitif misalnya menulis rangkuman atau ringkasan dari pelajaran yang disampaikan adalah pelajaran tambahan yang lebih baik daripada sekadar menyalin catatan, karena rangkuman atau ringkasan menuntut para siswa untuk mengatur kembali materinya dan memilih bagian yang penting dari pelajaran tersebut. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain.11

Di antara landasan teori pembelajaran kooperatif yang ada, teori yang lebih dominan dalam penelitian yang peneliti lakukan adalah teori kognitif. Teori kognitif sendiri terdiri dari teori pembangunan dan elaborasi kognitif yang berasumsi bahwa dengan berinteraksi siswa mampu memecahkan masalah yang sulit diatasi. Terbukti pada hasil penelitian yang peneliti lakukan di kelas X SMA YASIH Bogor, dengan saling berinteraksi siswa dapat saling menuangkan ide, bertukar pikiran mengenai penempatan tanda baca, penggunaan ejaan, memadukan kalimat dalam paragraf, dan memilih diksi yang tepat dalam membuat paragraf persuasi secara berkelompok.

3. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa ciri,12 sebagai berikut.

a. Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. b. Siswa dalam kelompok sehidup semati.

c. Siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama. d. Membagi tugas dan tanggung jawab sama.

e. Akan dievaluasi untuk semua.

11

Muslimin Ibrahim,dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2001), h. 18.

12

(24)

f. Berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama. g. Diminta mempertanggungjawabkan individual materi yang ditangani. h. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok

secara kooperatif.

i. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula. j. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

4. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Ada lima prisip yang mendasari pembelajaran kooperatif.13

a. Positive independent, artinya adanya ketergantungan positif yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam pencapaian tujuan. Suasana saling ketergantungan tersebut dapat diciptakan melalui berbagai strategi, yaitu sebagai berikut.

1) Saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan. Dalam hal ini

masing-masing siswa merasa memerlukan temannya dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran.

2) Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini

masing-masing siswa membutuhkan teman dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Siswa yang kurang pandai merasa perlu bertanya pada yang lebih pandai, sebaliknya yang lebih pandai merasa berkewajiban untuk mengajari temannya yang belum bisa.

3) Saling ketergantungan bahan atau sumber belajar. Siswa yang tidak

memiliki sumber belajar akan berusaha meminjam pada temannya.

4) Saling ketergantungan peran. Siswa yang sebelumnya mungkin sering

bertanya pada temannya, suatu saat ia akan berusaha mengajari temannya yang mungkin mengalami masalah (berperan sebagai pengajar).

13

(25)

5) Saling ketergantungan hadiah. Penghargaan atau hadiah diberikan kepada kelompok, karena hasil kerja adalah hasil kerja kelompok bukan hasil kerja perseorangan.

b.Face to face interaction atau interaksi bersemuka, artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan siswa lain.

c. Individual accountability atau tanggung jawab individu, artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok. Untuk mencapai keberhasilan kelompok, setiap siswa harus bertanggung jawab terhadap penguasaan materi pembelajaran secara maksimal, Karena hasil belajar kelompok didasari atas rata-rata nilai anggota kelompok.14

d. Use of collaborative/social skill atau keterampilan menjalin hubungan antarpribadi, artinya harus menggunakan keterampilan bekerjasama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi, perlu adanya bimbingan guru. Dengan demikian, dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengeritik ide dan bukan mengeritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan, tetapi secara sengaja diajarkan oleh guru.

e. Group processing pengolahan kelompok, artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara aktif.

5. Jenis Pembelajaran Kooperatif

Secara umum, pembelajaran kooperatif dibagi menjadi tiga tipe15, yaitu: a. Pembelajaran kooperatif formal

Ciri dari tipe pembelajaran ini seperti kelompok yang dibentuk untuk melaksanakan pembelajaran bersifat permanen mulai dari awal sampai

14

Robert E. Slavin, Cooperative Learning; Teori, Riset, dan Praktik, (Terjemahan: Narulita Yusron), (Bandung: Nusa Media, 2008), h.39.

15

(26)

pembelajaran selesai, tugas yang diberikan pada kelompok lengkap, adanya pembelajaran untuk mempersiapkan tugas yang harus dikerjakan kelompok, dan setiap kelompok diberi proyek untuk memaksimalkan belajar diri sendiri dan kelompoknya.

b. Pembelajaran kooperatif informal

Ciri dari tipe pembelajaran ini yaitu kelompok yang dibentuk tidak tetap dan bersifat fleksibel untuk membahas berbagai materi yang berbeda, buatlah diskusi dalam bentuk pertanyaan untuk memfokuskan perhatian, buatlah organisasi pengetahuan yang harus dipahami siswa, serta ciptakan suasana belajar yang baik dan menyenangkan dan yakinkan bahwa proses kognitif terjadi.

c. Kelompok berbasis kooperatif

Ciri dari tipe pembelajaran ini adalah kelompok-kelompok yang telah dibentuk dari awal sampai akhir hanya membahas suatu materi, dan pembelajaran ini harus bisa membuat kemajuan akademis serta pengembangan secara kognitif dan sosial dengan cara yang sehat.

Adapun secara khusus tipe-tipe pembelajaran kooperatif terdiri atas: a. Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Tipe STAD adalah metode pembelajaran kooperatif untuk pengelompokkan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Keanggotaan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.16

b. Tipe Team Game Tournament (TGT)

TGT merupakan metode yang berkaitan dengan STAD, siswa memainkan permainan dengan anggota- anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. Penerapan tipe ini dengan cara

16

(27)

mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa pula berbeda.17

c. Tipe Jigsaw (Tim Ahli)

Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan 5 atau 6 anggota kelompok belajar heterogen. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari materi yang diberikan.18

d. Tipe Kelompok Investigasi (KI)

Tipe kelompok investigasi dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. 19

e. Tipe Kepala Bernomor Struktur (KBS)

Pada tipe ini siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. Penugasan berangkai diberikan kepada siswa berdasarkan nomor. Bila perlu, guru dapat menyuruh siswa keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok lain dan merumuskan simpulan.20

17

Ibid, h. 54.

18

Muslimin Ibrahim, dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2001), h. 21.

19

Muslimin Ibrahim,dkk., Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2001), h. 23.

20

(28)

6. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah umum yang biasa dilakukan dalam pembelajaran kooperatif antara lain21:

a. Berikan informasi dan sampaikan tujuan serta skenario pembelajaran. b. Organisasikan siswa atau peserta didik dalam kelompok kooperatif. c. Bimbing siswa atau peserta didik dalam kelompok koperatif. d. Evaluasi.

e. Berikan penghargaan.

7. Kelebihan Metode Pembelajaran Kooperatif

Penggunaan metode pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan antara lain:22

a. Membangun kepedulian dan keberhasilan bersama sesuai dengan upaya yang diberikan rekan kelompok.

b. Setiap orang akan merasa memiliki nilai, karena pengalaman kerjasama menghasilkan keyakinan individu akan keberadaan dirinya dan nilainya. c. Orang yang bekerjasama secara intrinsik dapat mengembangkan motivasi

untuk belajar. Belajar adalah tujuan bukan kemenangan. Siswa akan selalu tertarik terhadap tugas yang diberikan.

d. Saling ketergantungan yang positif.

e. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. f. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. g. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.

h. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.

i. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

21

Ibid, h. 271.

22

(29)

8. Kelemahan Metode Pembelajaran Kooperatif

Selain memiliki kelebihan, metode pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan antara lain23:

a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakukan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di tempat yang terbuka.

b. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam model pembelajaran kooperatif bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.24

c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.

d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.

23

Ibid, h. 13

24

(30)

e. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat memotivasi belajar siswa dimana kekurangan yang mungkin terjadi dapat diminimalisirkan.

B. Hakikat Teknik STAD 1. Pengertian STAD

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekannya di Univesitas John Hopkin serta merupakan teknik paling sederhana serta paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Guru yang menggunakan teknik STAD juga mengacu kepada kelompok belajar siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks.25

Teknik STAD adalah metode pembelajaran kooperatif untuk pengelompokkan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu. Keanggotaan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.26 Menurut Slavin, STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.27

a. Presentasi Kelas. Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari cara pengajaran yang biasa. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Siswa harus betul-betul memperhatikan presentasi ini karena dalam presentasi terdapat materi yang dapat membantu untuk mengerjakan kuis yang diadakan setelah pembelajaran.

b. Tim. Tim terdiri dari empat atau lima siswa Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa

25

Muslimin Ibrahim,dkk, Pembelajaran Kooperatif., (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2001), h. 20.

26

Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), h. 52.

27

(31)

semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

c. Kuis. Setelah sekitar satu atau dua periode guru mempresentasikan materi dan praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.

d. Skor Kemajuan Individual. Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan siswa tujuan kinerja yang akan dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Skor tim diperoleh dengan menambahkan skor peningkatan semua anggota dalam 1 tim. Nilai rata-rata diperoleh dengan membagi jumlah skor penambahan dibagi jumlah anggota tim.

e. Rekognisi Tim. Tim akan mendapat sertifikat atau bentuk penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menetukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

2. Langkah-langkah Teknik STAD

Secara umum penerapan teknik STAD di kelas adalah sebagai berikut.28 a. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok

b. Tiap kelompok siswa terdiri atas 4-5 orang yang bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya.

c. Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus dikerjakan.

d. Tiap kelompok didorong untuk mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran melalui diskusi kelompok.

e. Selama proses pembelajaran secara kelompok, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.

f. Tiap satu atau dua minggu guru melaksanakan evaluasi, baik secara individu maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.

28

(32)

g. Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna diberi penghargaan. Demikian pula jika semua kelompok memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna maka semua kelompok wajib diberi penghargaan

Ada 8 fase metode pembelajaran kooperatif teknik STAD.29

Fase 1 : Guru presentasi, memberikan materi yang akan dipelajari secara garis besar dan prosedur kegiatan, juga tata cara kerja kelompok.

Fase 2 : Guru membentuk kelompok berjumlah antara 3-5 siswa tiap kelompok berdasarkan kemampuan, jenis kelamin, ras, dan suku. Fase 3 : Siswa bekerja dalam kelompok, diskusi atau mengerjakan tugas yang

diberikan guru.

Fase 4 : Scafolding, guru memberikan bimbingan.

Fase 5 : Validation, guru mengadakan validasi hasil kerja kelompok dan memberikan kesimpulan tugas kelompok.

Fase 6 : Quizzes, guru mengadakan kuis secara individu, hasil nilai dikumpulkan, dirata-rata dalam kelompok, selisih skor awal individu dengan skor hasil kuis (skor perkembangan).

Fase 7 : Penghargaan kelompok, berdasarkan skor perhitungan yang diperoleh anggota, dirata-rata, hasilnya disesuaikan dengan predikat tim.

Fase 8 : Evaluasi yang dilakukan oleh guru.

29

(33)

Slavin memaparkan dalam bukunya bahwa ada beberapa langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu sebagai berikut30.

a. Persiapan 1) Materi

Materi yang digunakan harus sesuai dengan kurikkulum sehingga RPP (Rencana Pelaksanaan Belajar) dirancang sesuai dengan teknik STAD. Selain itu, perlu dipersiapkan juga lembar kegiatan siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.

2)Membagi siswa ke dalam tim

Pembagian siswa ke dalam tim diusahakan besifat heterogen, yaitu setiap anggota tim memiliki kemampuan yang berbeda. Jika memungkinkan, kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial.

3) Menentukan Skor Awal Pertama

Skor awal yang digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal tersebut dapat berubah setelah ada kuis.

4) Membangun Tim

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok.31 Hal tersebut bertujuan agar siswa mengenal masing-masing individu dalam kelompoknya, misalnya setiap tim menciptakan logo tim, lagu atau syair.

b. Jadwal Kegiatan

1) Mengajar. Mengajar adalah menyampaikan pelajaran

2) Belajar tim. Para siswa bekerja dengan lembar kegiatan dalam tim masing-masing secara kooperatif untuk menguasai materi.

3) Tes. Siswa mengerjakan kuis-kuis individual.

4) Rekognisi Tim. Skor tim dihitung berdasarkan kemajuan siswa.

30

Robert E. Slavin, Cooperative Leaning; Teori, Riset, dan Praktik, (Terjemahan: Narulita Yusron), (Bandung: Nusa Media, 2008), h. 147 – 153.

31

(34)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah STAD itu bertahap dan terperinci, mulai dari persiapan sampai jadwal kegiatan atau pelaksanaannya.

3. Evaluasi dan Penilaian Teknik STAD

Penilaian dalam teknik STAD untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam penguasaan suatu materi dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut.

a. Menghitung skor kemajuan individu

Para siswa akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat skor mereka berdasarkan skor kuis mereka (persentase yang benar) melalui skor awal mereka. Sebelum mulai menghitung poin kemajuan individu, diperlukan satu lembar kopian skor kuis. Tujuan dibuatnya skor awal dan poin kemajuan individual adalah untuk memungkinkan semua siswa memberikan poin maksimum bagi kelompok mereka, berapa pun tingkat kinerja mereka sebelumnya.

[image:34.595.113.514.373.655.2]

Tabel 2.1

Perhitungan Skor Kemajuan Individual32

NO. Skor Kuis Poin kemajuan

1 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

2 10-1 poin di bawah skor awal 10

3 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal

20

4 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

32

(35)

b. Menghitung skor kelompok

Dalam menghitung skor kelompok, catatlah tiap poin kemajuan semua anggota kelompok pada lembar rangkuman kelompok dan bagilah jumlah total poin kemajuan seluruh anggota kelompok dengan jumlah anggota yang hadir, bulatkan semua pecahan.33

c. Pemberian hadiah dan penghargaan skor kelompok

Penghargaan kelompok berdasarkan skor perhitungan yang diperoleh anggota, dirata-rata, hasilnya disesuaikan dengan predikat kelompok.

[image:35.595.110.517.136.539.2]

Tabel 2.2

Perolehan Skor dan Penghargaan Tim34

NO. Perolehan Skor Predikat Kelompok

1 2 3

15 – 19 20 – 24 25 – 30

Kelompok Baik Kelompok Hebat Kelompok Super

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa STAD memiliki penilaian tersendiri untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam penguasaan suatu materi.

C. Hakikat Menulis 1. Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan sebagai kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya.35 Kegiatan menulis tersebut pun banyak didefinisikan oleh para pakar di antaranya.

Guntur dalam bukunya Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa mengatakan bahwa;

33

Robert E. Slavin, Cooperative Leaning; Teori, Riset, dan Praktik, (Terjemahan: Narulita Yusron), (Bandung: Nusa Media, 2008), h. 160.

34

Ainiyah Ekowati, Skripsi: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa, (Bogor: Universitas Pakuan, 2008), h. 42.

35

(36)

”Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Jika dapat memahami bahasa dan grafik itu, mereka pun dapat mengerti tujuan pesan yang disampaikan seseorang.36

Suparno dan Muhammad Yunus dalam Keterampilan Dasar Menulis mendifinisikan menulis sebagai kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan dan pembaca sebagai penerima pesan.37

Dari pendapat para pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah pemindahan pikiran atau perasaan ke dalam lambang grafik yang dapat dilihat dan dipahami oleh pembaca.

2. Tujuan dan Manfaat Menulis

Yang dimaksud dengan tujuan menulis adalah ”responsi atau jawaban yang diharapkan oleh pembaca.”38

Berdasarkan batasan ini, dapat dikatakan bahwa:

a. Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse).

b. Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse).

c. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse).

36

Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 22.

37

Suparno dan Muhammad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis………, h. 1.29.

38

(37)

Sehubungan dengan ”tujuan” suatu tulisan, Hugo Hartig dalam Guntur merangkumnya sebagai berikut.39

a. Assigment Purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri.

b. Alturistic Purpose (tujuan alturistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

c. Persuasive Purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d. Informational Purpose (tujuan informasional)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/ penerangan kepada para pembaca.

e. Self-Expressive Purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f. Creative Purpose (tujuan kreatif)

Tujuan ini berhubungan erat dengan tujuan pernyataan diri tetapi ”keinginan kreatif” ini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik.

g. Problem-Solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasannya agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

39Ibid

(38)

3. Langkah Menulis

Langkah dalam menulis yang dikemukakan Semi, dalam Ekowati relatif dengan cara sebagai berikut.

”Pemilihan dan penetapan topik, pengumpulan data, penetapan tujuan, perancangan tulisan, penulisan, penyuntingan atau revisi, dan terakhir penulisan naskah jadi.”40

Selanjutnya Akhadiah dkk, berpendapat bahwa kegiatan menulis dapat dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi paragraf), dan pasca panulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan).41

D. Hakikat Paragraf Persuasi 1. Pengertian Paragraf

Paragraf adalah suatu kesatuan pikiran yang dituangkan dalam kalimat atau kumpulan kalimat yang saling berkaitan untuk membentuk satu ide atau gagasan pokok.42 Berikut ini pandangan para pakar mengenai pengertian paragraf.

Keraf dalam bukunya mengatakan bahwa paragraf bukanlah suatu pembagian secara sepakat dari satu bab yang terdiri dari kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari kesatuan kalimat saja. Paragraf tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat.43

Sependapat dengan Keraf, Akhadiah dkk dalam Pembinaan Kemampuan

Menulis Bahasa Indonesia juga mengemukakan bahwa paragraf merupakan inti

penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama, kalimat penjelas sampai pada kalimat

40

Ainiyah Ekowati, Skripsi: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa, (Bogor: Universitas Pakuan, 2008), h. 44.

41

Sabarti, Akhadiah dkk, Menulis I, (Jakarta: Universitas Terbuka,1986), h. 1.20.

42

Claudia L. Sulistianingsih, Messe Bahasa Indonesia; Tata Bahasa dan Sastra Indonesia, (Yogyakarta: Messemedia, 2010), h. 61.

43

(39)

penutup. Himpunan kalimat ini saling berkaitan dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.44

Sedangkan Ramlan dan Mahmudah dalam Disiplin Berbahasa Indonesia berpendapat bahwa paragraf bukan sekedar kumpulan kalimat. Artinya, tulisan yang terdiri dari sekumpulan kalimat belum tentu paragraf. Dikategorikan paragraf jika sekumpulan kalimat tersebut terdiri dari satu kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas.45

Berdasarkan beberapa pandangan pakar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah satu kesatuan pikiran yang dituangkan dalam sekumpulan kalimat yang terdiri dari kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas.

2. Syarat Paragraf yang Baik

Dalam menyusun paragraf yang baik, seorang penulis dituntut untuk memperhatikan syarat paragraf yang baik, yaitu kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.

a. Kesatuan

Kesatuan paragraf adalah unsur yang membangun sebuah paragraf tersebut. Sebuah paragraf yang baik, biasanya terdiri dari satu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas.46 Keraf, dalam buku Komposisi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kesatuan dalam paragraf adalah semua kalimat yang terdapat dalam paragraf tersebut secara bersama menyatakan suatu hal, suatu tema tertetu.47 Finoza, dalam bukunya mengatakan bahwa sebuah paragraf dikatakan memiliki kesatuan jika keseluruhan kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu ide pokok.48 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesatuan

44

Sabarti, Akhadiah,dkk, Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 144.

45

Ramlan dan Mahmudah Fitriyah, Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK Press, 2010), Cet. 1, h. 86.

46Ibid

, h.87.

47

Gorys Keraf, Komposisi; Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa, (Ende Flores: Nusa Indah, 1993), Cet. 9, h. 67

48

(40)

merupakan unsur pembangun paragraf terdiri dari satu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas yang menyatakan suatu masalah dalam paragaf.

b. Kepaduan

Maksud dari kepaduan adalah dalam sebuah paragraf tidak boleh ada kalimat yang tidak ada hubungannya atau menyimpang dari paragraf itu. Akhadiah dkk, dalam buku Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia mengatakan satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan kalimat yang berdiri sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya loncatan pikiran yang membingungkan. Jadi, kepaduan dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat.49 c. Kelengkapan

Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya, suatu paragraf dikatakan tidak lengkap jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.50

3. Jenis Paragraf

Berdasarkan tujuannya, paragraf dibedakan atas beberapa jenis: a. Paragraf Narasi

Paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah mengalami kejadian yang diceritakan. 51

b. Paragraf Deskripsi

Paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah

49

Sabarti, Akhadiah,dkk, Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2003),h. 150.

50

Ibid, h.152.

51

(41)

memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca seolah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya.52

c. Paragraf Eksposisi

Eksposisi artinya paparan. Dengan paparan, penulis menyampaikan suatu penjelasan dan informasi. Setelah membaca, seseorang akan mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh penulis dalam paparan tersebut.53 d. Paragraf Argumentasi

Jenis tulisan yang memberikan alasan berdasarkan fakta dan data. Dengan fakta dan data, penulis berusaha meyakinkan pembaca sehingga tulisan itu diterima oleh pembacanya.54

e. Paragraf Persuasi

Paragraf yang ditujukan untuk memengaruhi sikap dan pembaca mengenai suatu hal yang disampaikan oleh penulisnya. Persuasi menggunakan pendekatan emosional.55 Paragraf persuasi juga merupakan paragraf yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan baik berupa fakta, suatu pendapat/ gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam persuasi, fakta-fakta yang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat diterima secara meyakinkan.

4. Pengertian Paragraf Persuasi

Dalam bahasa Inggris kata to persuade berarti ’membujuk’ atau ’meyakinkan.’ Bentuk nominanya adalah persuation yang kemudian menjadi kata serapan dalam bahasa Indonesia: persuasi.56 Paragraf persuasi adalah paragraf yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan baik berupa fakta, suatu pendapat/ gagasan ataupun perasaan seseorang. Para pakar pun berpendapat bahwa paragraf persuasi merupakan jenis

52

Suparno dan Muhammad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 1.11.

53

Ramlan dan Mahmudah Fitriyah, Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK Press, 2010), Cet. 1, h. 93.

54Ibid

, h. 98.

55

Suparno dan Muhammad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, …………., h. 1.13.

56

(42)

paragraf yang bersifat memengaruhi pembaca. Berikut ini beberapa pendapat para pakar tentang definisi dari paragraf persuasi.

Tarigan, dalam bukunya mengemukakan bahwa persuasi merupakan tulisan yang dapat merebut perhatian pembaca, yang dapat menarik minat, dan dapat meyakinkan pembaca bahwa pengalaman pembaca merupakan suatu hal yang amat penting.57

Sependapat dengan Tarigan, Suparno dan Mohamad Yunus, dalam buku

Keterampilan Dasar Menulis juga mengatakan persuasi adalah paragraf yang

ditujukan untuk memengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai suatu hal yang disampaikan penulisnya dan lebih menggunakan pendekatan emosional. Persuasi juga menggunakan bukti atau fakta, hanya saja dalam persuasi bukti-bukti itu hanya digunakan sepeerlunya saja.58

Senada pula dengan Suparno, Keraf dalam buku Eksposisi berpendapat bahwa persuasi adalah suatu bentuk paragraf yang merupakan penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha memengaruhi orang lain atau para pembaca agar melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi.59

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan para pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa paragraf persuasi merupakan jenis paragraf yang bersifat memengaruhi, membujuk, dan meyakinkan pembaca agar mau melakukan sesuatu sesuai persuasi yang diadakan.

5. Macam-Macam Paragraf Persuasi

Ditinjau dari segi medan pemakaiannya, paragraf persuasi digolongkan menjadi empat macam, yaitu a. Persuasi Politik, b. Persuasi Pendidikan, c. Persuasi Advertensi, d. Persuasi Propaganda.60

57

Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008) h. 113.

58

Suparno dan Muhammad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009),h. 1.13.

59

Gorys Keraf, Eksposisi, (Jakarta: Grasindo, 1995), h. 14.

60

(43)

a. Persuasi Politik

Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan sering menggunakan persuasi ini untuk keperluan politik dan negaranya.

b. Persuasi Pendidikan

Persuasi pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Seorang motivator dan inovator pendidikan bisa memanfaatkan persuasi pendidikan dengan menampilkan konsep-konsep pendidikan untuk diterapkan oleh pelaksana pendidikan.

c. Persuasi Advertensi/ Iklan

Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau pendengar berusaha untuk memiliki barang atau jasa yang ditawarkan.

d. Persuasi Propaganda

Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah informasi. Tentu saja tujuan persuasi propaganda tidak hanya berhenti pada penyebaran informasi saja. Lebih dari itu, dengan informasi diharapkan pembaca atau pendengar mau dan sadar untuk berbuat sesuatu. Persuasi propaganda sering dipakai dalam kegiatan kampanye.61

E. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang peneliti lakukan berelevansi dengan judul skripsi “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa pada Siswa Kelas X MAN 2 Bogor”. Hanya saja dalam penelitian tersebut, Ainiyah Ekowati menggunakan metode penelitian quasi eksperimen, dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan metode Pembelajaran

61Ibid

(44)

Kooperatif Tipe STAD dalam pembelajaran menulis paragraf deskripsi dan kelas eksperimen yang memakai metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ainiyah Ekowati menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol. Maka dapat disimpulkan penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD telah berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen mencapai 78 dan kelas kontrol hanya mencapai 65 dengan indikator penilaian yang sudah ditentukan, yaitu mengenai isi paragraf, koherensi dan unitas, pengembangan deskripsi kalimat topik, diksi, ejaan dan tanda baca.

(45)

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA YASIH Bogor, adapun waktu pelaksanaannya pada 10-18 Januari 2011.

B. Objek Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas X SMA YASIH Bogor yang berjumlah 20 siswa yang dideskripsikan melalui proses dan hasil belajar mengajar.

C. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian

yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Action Research pada hakikatnya adalah rangkaian riset tindakan yang dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah di dalam kelas, hingga masalah tersebut terpecahkan. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Dapat dikatakan pula bahwa classroom action research adalah kegiatan penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif.1 Kolaborasi adalah adanya kerja sama antara berbagai disiplin ilmu, keahlian, dan profesi dalam memecahkan masalah. Sedangkan partisipatif adalah dilibatkannya khalayak sasaran dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan, melaksanakan kegiatan, dan melakukan penilaian akhir.

1

(46)

Secara garis besar, dalam penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan/ observasi, (4) refleksi.

a. Tahap 1: Perencanaan

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amanat yang dilakukan.

b. Tahap 2: Tindakan/ Pelaksanaan

Penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.

c. Tahap 3: Observasi

(47)

pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. d. Tahap 4: Refleksi

[image:47.595.112.509.264.697.2]

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selelsai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Istilah refleksi di sini sama dengan “memantul, seperti halnya memancar dan menatap kena kaca”. Dalam hal ini, guru pelaksan sedang memantulkan pengalamannya pada peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan. 2

Gambar 1. Siklus Kegiatan PTK (Suharsimi Arikunto, dkk., 2007: 16)

2

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 17 – 20.

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

SIKLUS II

Refleksi

Perencanaan

Pengamatan

?

(48)

Dasar utama dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk mengadakan perbaikan atau peningkatan mutu praktik pembelajaran di kelas. Kata perbaikan di sini terkait dengan proses belajar mengajar terutama pada pembelajaran menulis narasi. Secara umum, penelitian tindakan kelas bertujuan untuk menanggulanggi masalah atau kesulitan yang dihadapi guru terutama yang berkenaan dengan pembelajaran dan pengembangan materi ajar, untuk memberikan pedoman bagi guru atau administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki atau meningkatkan mutu kinerja agar lebih baik dan produktif, serta untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi serta interaksi antara praktisi dengan para peneliti akademis.3

Ciri-ciri dari penelitian tindakan adalah masalah yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan sehari-hari, menggunakan pendekatan yang kolaboratif, bersifat parsipatori (apabila penelitian dilakukan secara kelompok) yakni masing-masing anggota tim ikut mengambil bagian dalam pelaksanaan penelitiannya, adanya langkah berpikir reflektif dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan, langkah-langkah

Gambar

Perhitungan Skor Kemajuan IndividualTabel 2.1 32
Perolehan Skor dan Penghargaan TimTabel 2.2 34
Gambar 1. Siklus Kegiatan PTK
gambar sebagai dokumentasi. Setelah itu, peneliti berdiskusi dengan guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Senin-Kamis tanggal Dua Puluh Lima – Dua Puluh Delapan bulan Mei tahun Dua Ribu Lima Belas (25/28-05-2015), kami Kelompok Kerja III ULP Koordinator Wilayah

1 Penyelenggara upacara ini adalah unit kerja yang memiliki tugas menangani keprotokolan. 2 Pejabat yang meletakkan batu pertama dan meresmikan penggunaan

Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan sediaan gel penyembuh luka dengan ekstrak daun mengkudu dan gelling agent karbopol 940 yang dapat memiliki sifat fisik dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai strategi yang dipakai oleh 24 Mobile Spa menjemput bola calon pelanggannya lewat pengemasan pesan yang

Eksport secara langsung (tanpa melelui eksportir) belum dilaksanakan karena UKM belum mengetahui caranya. Promosi dilakukan dengan membagi kartu nama dan mengikuti

Skripsi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Sumatera Utara. Sriatun,O

(4) Dalam hal hasil verifikasi tidak lengkap atau tidak sesuai persyaratan, pejabat yang secara fungsional membidangi urusan kepegawaian di Unit Kerja Pembina

Kedua orang tua peneliti yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil, menuntun peneliti dengan sabar serta doa restu yang selalu diberikan kepada peneliti