• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode snowball throwing dalam peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas III MI Pembangunan UIN Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan metode snowball throwing dalam peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas III MI Pembangunan UIN Jakarta"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

PADA SISWA KELAS III MI PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

SITI NURKHOYAH PELATUN NIM 1110018300025

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Siti Nurkhoyah Pelatun (1110018300025), Penerapan Metode Snowball Throwing Dalam Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Siswa Kelas III MI Pembangunan UIN Jakarta, Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui penerapan metode Snowball throwing dalam pelajaran bahasa Indonesia di kelas III MI Pembangunan UIN Jakarta. Penelitian ini dilakukan di MI Pembangunan UIN Jakarta kelas III pada tahun pelajaran 2014/2015. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing empat tahapan antara lain: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi aktivitas mengajar guru, tes keterampilan berbicara siswa dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode

Snowball Throwing dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Peningkatan keterampilan berbicara siswa dilihat dari peningkatan nilai rata-rata pada siklus I sebesar 69,5 menjadi 74,3 pada siklus II yang mengalami peningkatan 4,8. Selain itu, penerapan metode Snowball Throwing juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini terlihat dari persentase aktivitas belajar pada siklus I sebesar 45,7% menjadi 79,4 % pada siklus II yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebanyak 33,7 %.

(7)

ii

Siti Nurkhoyah Pelatun (1110018300025) , Implementation of Throwing Snowball Method To Improve Speaking Skills Students In Class III Student MI Development UIN Jakarta , Thesis Department of Elementary School Teacher Education , Faculty of Tarbiyah and Teaching Science UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .

The aims of research is to analyze the application of Throwing Snowball method to improve speaking skills students' and learning activities of students on the Throwing Snowball methods . while, this research was conducted in Class III MI Development UIN Jakarta in the school year 2014/2015 . The method used in this study was Classroom Action Research ( CAR), which is conducted in two cycles using four stages include: the planning , implementation, observation and reflection stages . The research instrument used is the observation sheet student learning activities , teacher observation sheet teaching activities , test of students' speaking skills and documentation.

From the research it can be concluded that the application of Throwing Snowball method can improve students' speaking skills . Increasing students' speaking skills seen from the increase in the average value of the first cycle of 69.5 to 74.3 in the second cycle . In addition, the application of Throwing Snowball method also can enhance the students' learning activities . This can be seen from the percentage of learning activities in the first cycle by 45.7 % to 79.4 % in the second cycle .

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senatiasa mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan pada jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan hambatan dalam penulisan skripsi ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulisa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis ssampaikan kepada:

1. Dr. fauzan, MA, ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, yang telah memberikan izin atas penyusunan skripsi.

2. Asep Ediana Latip, M.Pd, sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

3. Rusydy Zakaria, M.Ed.M.phill , Dosen Pembimbing I yang dengan sabar memberikan bimbingan, masukan serta mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

4. Dindin Ridwanudin, M.Pd, Dosen Pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan, masukan serta mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

(9)

iv

6. Drs. Sugiono, kepala MI Pembangunan UIN Jakarta yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian ini serta Drs.Haeruddin selaku guru bidang studi bahasa Indonesia MI Pembangunan UIN Jakarta yang telah membantu dan membimbing penulis dalam penelitian skripsi ini.

7. Teristimewa untuk kedua orang tua Bapak Kosim dan Ibu Suniti yang tiada hentinya mencurahkan kasih sayang, selalu mendo’akan serta memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Kakakku tersayang Nur Azizah Turohmah yang telah memotivasi dan membantu dalam penyelesaian penulis skripsi ini.

8. Mbah Tasrip, Mbah Salyad , dan Mbah Kesi yang tak henti-hentinya

mendo’akan kepada penulis. Pa’de Poniman beserta keluarga, Pa’de Toro

beserta keluarga, Lik Muryani beserta keluarga, Lik Supri beserta keluarga

yang telah memberikan do’a kepada penulis.

9. Seluruh keluarga besar yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

memberikan motivasi dan do’a kepada penulis.

10.Sahabat-sahabatku Lia, Uus, dan Aila, yang telah memberikan motivasi,

semangat, do’a serta selalu menemani penulis.

11.Teman-teman PGMI EXPERT angkatan 2010, teman seperjuangan dari semester awal sampai terakhir yang selalu memotivasi penulis dalam membuat karya ilmiah.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat membangun demi penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jakarta, September 2014 Penulis

(10)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 2

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 3

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 3

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Deskripsi Teoritik... 5

1. Pembelajaran Cooperative Learning ... 5

a. Pengertian Pembelajaran Cooperative Learning ... 5

b. Unsur-unsur Pembelajaran Cooperative Learning ... 6

c. Tujuan pembelajaran Cooperative Learning ... 7

2. Hakikat Metode Pembelajaran ... 8

a. Pengertian Metode pembelajaran ... 8

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Metode Pembelajaran ... 9

c. Prinsip-prinsip Metode Pembelajaran ... 9

3. Hakikat Snowball Throwing ... 10

a. Pengertian Snowball Throwing ... 10

(11)

vi

c. Kelebihan Snowball Throwing ... 13

d. Kelemahan Snowball Throwing ... 14

4. Hakikat Berbicara ... 15

a. Pengertian Berbicara ... 15

b. Tujuan Berbicara ... 16

c. Jenis-jenis Berbicara ... 17

5. Hakikat Keterampilan Berbicara ... 18

a. Pengertian Keterampilan Berbicara ... 18

b. Tujuan Berbicara ... 18

c. Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Keterampilan Berbicara... 19

d. Penilaian Keterampilan Berbicara ... 19

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20

C. Kerangka Berpikir ... 21

D. Hipotesis Tindakan... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 24

C. Subjek Penelitian ... 26

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 26

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 26

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 29

G. Data dan Sumber Data ... 29

H. Teknik Pengumpulan Data ... 30

I. Instrumen Pengumpulan Data ... 30

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 32

K. Analisis Data dan Interpretasi Data... 32

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 33

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskrisi Data ... 34

(12)

vii

b. Pelaksanaan Siklus I ... 37

c. Pelaksanaan Siklus II ... 57

B. Analisis data ... 76

C. Pembahasan Temuan Penelitian ... 80

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 81

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(13)

vii

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I ... 86

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II ... 100

Lampiran 3 Instrumen Tes Keterampilan Berbicara Pre Test ... 115

Lampiran 4 Instrumen Tes Keterampilan Berbicara Siklus I ... 116

Lampiran 5 Instrumen Tes Keterampilan Berbicara Siklus II ... 117

Lampiran 6 Kunci jawaban tes berbicaraPre Test ... 118

Lampiran 7 Kunci jawaban tes berbicara Siklus I ... 119

Lampiran 8 Kunci jawaban tes berbicara Siklus II ... 120

Lampiran 9 Hasil Tes Keterampilan Berbicara Pre Test ... 121

Lampiran 10 Hasil Tes Keterampilan Berbicara Siklus I ... 122

Lampiran 11 Hasil Tes Keterampilan Berbicara Siklus II ... 123

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I ... 124

Lampiran 13 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 125

Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus II ... 126

Lampiran 15 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 127

Lampiran 16 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I ... 128

Lampiran 17 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 131

Lampiran 18 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus II .... 133

Lampiran 19 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 136

(14)

viii

Tabel 3.1 Model Penilaian Keterampilan Berbicara ... 31

Tabel 3.2 Analisis Data ... 33

Tabel 4.1 Hasil Pre Test Keterampilan Bebicara Siswa ... 36

Tabel 4.2 Aktivitas mengajar guru siklus I pertemuan 1 ... 40

Tabel 4.3 Aktivitas belajar siklus I pertemuan 1 ... 41

Tabel 4.4 Aktivitas mengajar guru siklus I pertemuan 2 ... 44

Tabel 4.5 Aktivitas belajar siklus I pertemuan 2 ... 45

Tabel 4.6 Aktivitas mengajar guru siklus I pertemuan 3 ... 47

Tabel 4.7 Aktivitas belajar siklus I pertemuan 3 ... 48

Tabel 4.8 Hasil keseluruhan pengamatan aktivitas belajar siswa siklus I ... 49

Tabel 4.9 Hasil keseluruhan pengamatan aktivitas mengajar guru siklus I 53

Tabel 4.10 Hasil tes siklus I keterampilan berbicara siswa ... 55

Tabel 4.11 Aktivitas mengajar guru siklus II pertemuan 4 ... 59

Tabel 4.12 Aktivitas belajar siklus II pertemuan 4 ... 61

Tabel 4.13 Aktivitas mengajar guru siklus II pertemuan 5 ... 63

Tabel 4.14 Aktivitas belajar siklus II pertemuan 5 ... 64

Tabel 4.15 Aktivitas mengajar guru siklus II pertemuan 6 ... 66

Tabel 4.16 Aktivitas belajar siklus II pertemuan 6 ... 68

Tabel 4.17 Hasil keseluruhan pengamatan aktivitas belajar siswa siklus II . 69

Tabel 4.18 Hasil keseluruhan pengamatan aktivitas mengajar guru siklus II ... 72

Tabel 4.19 Hasil tes siklus II keterampilan berbicara siswa ... 74

Tabel 4.20 Perbandingan hasil pengamatan aktivitas belajar siswa siklus I dan siklus II ... 77

(15)

ix

Gambar 3.1 Desain PTK Model Kurt Lewin ... 25

Gambar 3.2 Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 27

Gambar 4.1 Kegiatan belajar mengajar... 39

Gambar 4.2 Siswa sedang melakukan diskusi ... 44

(16)

x

Grafik 4.1 Persentase aktivitas belajar siswa dengan penerapan metode

snowball throwing Siklus I ... 51 Grafik 4.2 Persentase aktivitas mengajar guru dengan penerapan metode

snowball throwing Siklus I ... 54 Grafik 4.3 Persentase aktivitas belajar siswa dengan penerapan metode

snowball throwing Siklus II ... 71 Grafik 4.4 Persentase aktivitas mengajar guru dengan penerapan metode

snowball throwing Siklus II ... 73 Grafik 4.5 Hasil perbandingan aktivitas belajar siswa siklus I dan siklus II .. 78 Grafik 4.6 Perbandingan peningkatan keterampilan berbicara siswa pada

(17)

1

A. Latar Belakang Masalah

Dari hasil pengamatan yang berkaitan kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya pada pelajaran bahasa Indonesia ditemukan beberapa faktor yang berkaitan dengan rendahnya keterampilan berbicara siswa. Faktor tersebut yakni: proses pembelajaran yang pasif karena guru lebih banyak menggunakan metode ceramah atau konfensional, siswa kurang percaya diri dalam berbicara, kurang menunjangnya sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah sehingga guru memilih media yang seadanya dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.

Dalam pendidikan formal diarahkan kepada terbinanya manusia Indonesia yang dengan kualifikasi seperti yang tercantum pada Permendiknas No.41 Tahun 2007 dalam standar proses yang berbunyi:1

Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

“Salah satu tujuan pengajaran bahasa Indonesia secara umum adalah siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan, keperluan dan keadaan.”2 Pengajaran berbahasa terdiri dari keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

1

Peraturan Menteri pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007

tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

2

Budinuryanta Y., Kasuriyanta, dan Imam Koermen, Pengajaran Ketrampilan

(18)

Keempat keterampilan tersebut sangat berkaitan dan sangat bermanfaat bagi manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya.

“Keterampilan berbahasa mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi.”3 Kemampuan berbicara yang telah dimiliki siswa harus terus dilatih dan dikembangkan melalui pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, yang pada akhirnya akan meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara.

Berdasarkan akar permasalahan yang dikemukakan di atas, maka perlu dicarikan solusinya, sehingga penulis memandang perlu untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan demi ketercapaiannya tujuan pembelajaran. Dalam proses balajar mengajar di kelas terdapat katerkaitan yang erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk memilih model dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi ketercapaiannya tujuan pembelajaran. Hal ini dapat di atasi salah satunya dengan menerapkan metode Snowball throwing. Snowball throwing

merupakan modifikasi dari teknik bertanya yang dikemas dalam bentuk permainan yang menyenangkan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk

menyusun skripsi dengan judul “Penerapan Metode Snowball Throwing Dalam Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Siswa Kelas III MI Pembangunan UIN Jakarta.”

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Dari latar belakang tersebut, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Keterampilan berbicara siswa rendah 2. Siswa dalam berbicara kurang percaya diri

3. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran berbicara kurang

3

(19)

efektif, salah satu contoh metode yang efektif misalnya metode Snowball throwing

4. Media pembelajaran keterampilan berbicara kurang tersedia 5. Keselarasan KD dalam keterampilan berbicara kurang tepat 6. Suasana belajar untuk keterampilan berbicara belum kondusif

7. Sarana dan prasarana untuk meningkatkan keterampilan berbicara kurang menunjang

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Dari identifikasi masalah tersebut serta mengingat luasnya permasalahan yang ada, maka untuk mempermudah penulisan skripsi agar menjadi lebih terarah penulis membatasi masalah ini pada kelas III semester Ganjil bulan Agustus-September tahun pelajaran 2014/2015 serta pada metode Snowball Throwing dan keterampilan berbicara siswa.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:“Bagaimana penerapan metode snowball throwing dalam keterampilan berbicara siswa pada kelas III MI Pembangunan UIN Jakarta?”

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui penerapan metode Snowball throwing dalam pelajaran bahasa Indonesia di kelas III MI Pembangunan UIN Jakarta.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1) Bagi Guru

Memperkaya pengetahuan keterampilan serta inovasi metode yang digunakan guru dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar. 2) Bagi Siswa

(20)

3) Bagi Sekolah

Dari penerapan metode yang variatif dapat menjadikan sekolah yang produktif dan berkualitas.

4) Bagi Ilmu Pengetahuan

(21)

5

INTERVENSI TINDAKAN

A. Deskripsi Teoritik

1. Pembelajaran Cooperative Learning

a. Pengertian pembelajaran Cooperative Learning

Sebuah proses pembelajaran dapat terjadi ketika ada hubungan keterkaitan antara peserta didik agar suatu kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Di bawah ini akan dijelaskan tentang pengertian pembelajaran kooperatif yang lebih menitikberatkan pada interaksi antar peserta didik.

Masitoh berpendapat bahwa, “Pembelajaran kooperatif dapat

didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur.”1

Sedangkan Wina Sanjaya mengutarakan, “Pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu utnuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.”2

Etin Solihatin berpendapat, Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama diantara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktifitas, dan perolehan belajar.3

Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

cooperative learning merupakan sistem kerja atau belajar kelompok yang bertujuan untuk membantu pemahaman serta sikap di antara anggota kelompoknya agar meningkat motivasi serta produktifitasnya.

1

Masitoh, laksmi dewi.Strategi Pembelajaran.(Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Islam)

h. 232

2

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan.(Jakarta:Prenada) Cet, VII h.241

3

(22)

b. Unsur-unsur Pembelajaran Cooperative Learning

Unsur-unsur pembelajaran kooperatif sangat beragam tetapi didalamnya tetap sama dimana perlu adanya keterkaitan atara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Muslimin Ibrahim, dkk memaparkan ada 7 unsur-unsur pembelajaran Cooperative Learning, antara lain:

(a) Para siswa harus memliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama”, (b) para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didk lain dalam kelompoknya. Selain tanggung jawab terhadap diri sendiri. (c) para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memliki tujun yang sama, (d) para siswa membagi tugas dan berbagi tnggung jawab di antara para anggota kelompok, (e) para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keteampilan bekerja sama selama belajar, (f) para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok, (g) setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan

secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif”.4

Sedangkan Wina Sanjaya berpendapat, ada 4 unsur pembelajaran

Cooperative Learning, “yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai”.5

Ahli lain memaparkan, yaitu Masitoh, “ ada 5 unsur dalam pembelajaran kooperatif, antara lain: saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok”.6

Kunandar berpendapat bahwa unsur-unsur pembelajaran Cooperative Learning, yakni ada 4 unsur di antaranya:

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan antar sesame.

Dengan saling membutuhkan antar sesama maka mereka

salingketergantungan satu sama lain. b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menurut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesame siswa. Dengan interaksi tatap muka, memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar, sehingga sumber belajar menjadi variasi.

4

Muslimin Ibrahim, dkk. Pembelajaran kooperatif. (Surabaya: UNESA, 2001) Cet.2 h.6

5

Wina Sanjaya, Op.cit. h.241

6

(23)

c. Akuntabilitas individu

Pembelajaran kooperatif lebih mengarah kepada kinerja secara kelompok, tetapi penilaian untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran dilakukan secara individu. d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Melalui pembelajaran kooperatif menumbuhkan keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran kooperatif menekankan aspek-aspek: tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik orangnya, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat positif lainnya.7

Dari beberapa pendapat di atas penulis menggunakan unsur-unsur pembelajaran cooperative learning menurut pendapat Kunandar yaitu saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individu, dan keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.

c. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning

Dalam suatu pembelajaran harus adanya tujuan yang akan menjadi acuan dalam pembelajaran tersebut, Adapun tujuan pembelajaran kooperatif sangat beragam dan bervariasi.

Muslimin Ibrahim, dkk menjelaskan bahwa ”tujuan pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keagamaan dan mengembangkan keterampilan sosial siswa”.8 Yatim Riyanto memaparkan, “ada 3 tujuan kooperatif, antara lain: individu, kompetitif, dan

kooperatif” .9

Bahrissalim dan Abd. Haris berpendapat bahwa, “Tujuan pembelajaran Kooperatif setidaknya ada 3 tujuan yaitu, hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, pengembangan

keterampilan sosial”.10

Dari beberapa tujuan pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai pembelajaran Kooperatif harus adanya 3 tujuan pembelajaran

7

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dan sukses dalam sertifikasi Guru. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Cet.II,h.359-360

8

Muslimin Ibrahim, dkk. Op.cit. h.7

9

Yatim Riyanto. Paradigma Baru pembelajaran. (Jakarta: Kencana, 2012) Cet.3 h. 267

10

(24)

yaitu, pentingnya hasil belajar didalam sebuah tujuan pembelajaran, kemudian kembali pada perbedaan latar belakang seluruh siswa sehingga sulit menyatukan cara belajar mereka sehingga mau tidak mau antara siswa satu dengan yang lainnya memerlukan adaptasi, setelah sudah dimiliki kesadaran siswa untuk membantu hal ini juga perlu diterapkan dikehidupan luar sekolah.

2. Hakikat Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode pembelajaran

Terdapat beberapa definisi tentang pengertian metode pembelajaran, sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini.

Masitoh menjelaskan, “Metode adalah cara yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan bahan pelajaran agar tujuan atau kompetensi dasar

dapat tercapai.”11

Wina Sanjaya berpendapat bahwa, “Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal.”12

Sedangkan Puput Fathurohman dan M.Sobry Sutikno memaparkan, “Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.13

Adapun Arti metode menurut Abdul Majid, yaitu:

Metode dalam interaksi pembelajaran adalah cara bersifat prosedural,

“bagi segala sesuatu ada metodenya, dan metode masuk surga adalah Ilmu.”(HR.Dailami) Hadis di atas menegaskan bahwa untuk mencapai sesuatu itu harus menggunakan metode atau cara yang ditempuh termasuk keinginan masuk serga. Dalam hal ini ilmu termasuk sarana atau metode untuk memasukinya. Begitu juga dalam proses pembelajaran ada metode yang digunakan yang turut menentukan sukses atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan agama Islam.14

Dari pengertian metode pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan oleh pendidik

11

Masitoh, laksmi Dewi, Op.cit,.h.39

12

Wina Sanjaya, Op.cit. h. 147

13

Pupuh Fathurohman dan M.Sobry Sutikno, strategi Belajar Mengajar melalui konsep umum dan konsep islami.(Bandung:Refika Aditama,2010) Cet,I h.15

14

(25)

didalam menyajikan materi-materi pelajaran untuk mencapai kompetensi dasar secara optimal dan sukses.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran, faktor itu dari internal maupun eksternal. Adapun beberapa ahli yang akan memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran.

Djamarah dan Saeful Bahri berpendapat bahwa, “pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut: anak didik, tujuan, situasi, fasilitas, guru”.15 Sedangkan Pupuh Fathurohman dan M. Sobry Sutikno mengutarakan bahwa, “ faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode, antara lain:tujuan yang hendak dicapai,

materi pelajaran, peseta didik, situasi, fasilitas dan guru”.16

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran di antaranya: pesertadidik, tujuan, situasi, fasilitas serta guru.

c. Prinsip-prinsip Metode Pembelajaran

Ada beberapa pendapat tentang prinsip-prinsip metode, menurut Abdul

Majid, “ prinsip-prinsip metode yakni: (1) berpusat pada anak didik (student oriented), (2) belajar dengan melakukan (learning by doing), (3) mengembangkan kemampuan sosial, (4) mengembangkan keingintahuan dan imajinasi, (5) mengembangkan kreativitas dan keterampilan memecahkan

masalah.”17

Adapun Pupuh Fathurohman berpendapat bahwa, “prinsip-prinsip metode antara lain: motivasi dan tujuan belajar, kematangan dan perbedaan individual, penyediaan peluang dan pengalaman praktis, integrasi pemahaman

15

Djamarah,Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta:Rineka Cipta,2002) h. 88-92

16

Pupuh Faturahman, Op.cit. h.60-61

17

(26)

dan pengalaman, fungsional dan menggembirakan”.18

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip metode antara lain: berpusat pada anak didik (student oriented), belajar dengan melakukan (learning by doing), mengembangkan kemampuan sosial, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi, mengembangkan kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah.

3. Hakikat Snowball throwing

a. Pengertian Snowball throwing

Ada beberapa pendapat tentang pengertian metode snowball throwing

atau yang lebih dikenal dengan lempar bola salju.

Jhon M. Echols dan Hasan Shadily menyebutkan bahwa, “Kata Snowball throwing berasal dari bahasa Inggris “snow” artinya salju, “ball” berarti bola

dan “throwing” berasal dari kata dasar “throw” artinya melempar”.19 Jadi

Snowball throwing memiliki pengertian lempar bola salju. Slamet Widodo memaparkan bahwa, “metode snowball throwing merupakan salah satu modifikasi teknik bertanya menitikberatkan pada kemampuan membuat pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan menarik yaitu saling melemparkan bola salju yang berisi pertanyaan kepada sesama teman.”20

Arta Januwardana, dkk memaparkan bahwa ” metode Snowball throwing adalah cara belajar melalui permainan yaitu saling lemapr kertas yang berisi pertanyaan, mengajak siswa untuk selalu siap dan tanggap menerima pesan dari orang lain serta lebih responsif dalam menghadapi segala tantangan khususnya dalam pembelajaran”.21

18

Pupuh Fathurohman. Op.cit. h. 56-59

19

Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta:Gramedia,1997)

Cet, X h.337

20Slamet Widodo, “ Meningkatkan Motivasi Siswa Ber

tanya Melalui Metode Snowball Throwing Dalam Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan”, Jurnal Pendidikan Penabur, 2009, h. 44-45

21Arta Januwardana,dkk, “ Pengaruh Metode Snowball Throwing Berbantuan Media

Sederhana Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa kelas V SD Gugus 1 Kuta Badung “, Jurnal

(27)

Diantara metode permainan Snowball throwing secara kooperatif dan aktif sangat berbeda pelaksanaannya, apabila dilihat dari pengertian secara pembelajaran kooperatif memiliki pengertian yaitu salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melempar bola salju yang berisi pertanyaan kepada sesama teman.

Dilihat dari model pembelajaran yang digunakan, metode snowball throwing ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara, akan tetapi mereka juga melakukan aktifitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas.

b. Langkah-langkah metode Snowball throwing

Terdapat beberapa pendapat tentang langkah-langkah metode snowball throwing. Langkah-langkah metode Snowball throwing menurut Yatim Riyanto, sebagai berikut:

(a) guru menyampaikan materi yang akan diberikan kepada siswa, (b) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi tersebut. Ketua kelompok sudah dibentuk sebelumnya, (c) setelah dijelaskan masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya,kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada teman-temannya., (d) kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok, (e) kemudian siswa menentukan kelompok mana yang dapat melempar terlebih dahulu, lalu kertas yang berisi pertanyaan tersebutdibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain secar bersamaan, (f) setelah siswa dapat satu bola atau satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, (g) Evaluasi, (h) Penutup.22

22

(28)

Langkah-langkah snowball throwing yang dikemukakan oleh Yatim Riyanto merupakan lagkah-langkah yang menggambarkan pembelajaran kooperatif yang dikemas dalam suatu permainan lempar bola.

Menurut buku karya Hisyam Zaini, dkk, langkah-langkah metode

Snowball throwing yaitu, (a) sampaikan topik yang akan diajarka, (b) minta peserta didik untuk menjawab secara berpasangan, (c) setelah peserta didik yang bekerja berpasangan tadi mendapatkan jawaban, pasangan tadi digabungkan dengan pasangan di sampingnya. Dengan ini terbentuk kelompok dengan anggota empat orang, (d) kelompok berempat ini mengerjakan tugas yang sama seperti dalam kelompok dua orang, (e) setelah kelompok berempat ini selesai mengerjakan tugas, setiap kelompok digabungkan dengan satu kelompok lain, dengan ini muncul kelompok baru yang anggotanya delapan orang (f) yang dikerjakan kelompok baru ini sama dengan tugas pada langkah keempat di atas, langkah ini dapat dilanjutkan sesuai dengan jumlah peserta didik atau waktu yang tersedia, (g) masing-masing kelompok dimintai manyampaikan hasilnya kepada kelas, (h) pengajar akan membandingkan jawaban dari masing-masing kelompok kemudian memberikan ulasan-ulasan dan penjelasan secukupnya sebagai klarifikasi dari jawaban peserta didik. 23

Dari dua pendapat di atas penulis memakai langkah-langkah metode

snowball throwing, antara lain:

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai

2. Guru membentuk siswa kelompok-kelompok

3. Guru meminta tiap kelompok untuk mendiskusikan dan membuat pertanyaan untuk tiap-tiap siswa

4. Guru memberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan pertanyaan

5. Guru membantu siswa untuk membuat bola dari kertas tersebut dan dilempar pada kelompok lain

6. Setelah membuat bola, guru mengarahkan kelompok yang mendapatkan bola untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas

23

(29)

7. Kelompok yang telah menjawab pertanyaan, melemparkan pertanyaan yang telah dibuat pada kelompok lain

8. Memberikan kesimpulan.

c. Kelebihan metode Snowball throwing

Setiap metode dalam suatu pembelajaran pasti mempunyai kelebihan, seperti halnya metode snowball throwing. Adapun kelebihan-kelebihan metode ini akan dikemukakan oleh beberpa pendapat.

Arta Januwardana, dkk, mengemukakan bahwa “kelebihan dari metode

Snowball throwing adalah sebagai berikut:.(1) untuk melatih kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, (2) agar dapat saling memberikan pengetahuan antara siswa yang satu dengan yang lainnya, (3) pada metode ini ada unsur permainan, yaitu saling lempar-melempar pertanyaan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya, (4) menarik perhatian siswa mengenai materi yang dipelajari24

Slamet Widodo memaparkan bahwa, “metode Snowball throwing

mempunyai kelebihan di antaranya melatih kesiapan siswa dalam

merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta

saling memberikan pengetahuan”. 25

Berdasarkan beberapa ahli di atas kelebihan metode Snowball throwing

sangat banyak khususnyapada peserta didik, yaitu: siswa lebih percaya diri

untuk mengungkapkan pendapat di depan orang banyak, siswa mempunyai

rasa tanggung jawab untuk menjawab pertanyaan, tidak malu, dan yang

terpenting pembelajaran lebih menyenangkan.

d. Kekurangan Metode Snowball Throwing

Selain mempunyai kelebihan metode snowball throwing juga mempunyai kelemahan. Adapun kelemahan dari metde ini dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Slamet Widodo, metode Snowball throwing juga mempunyai kekurangan.

24

Arta Januawardana, dkk. Op.cit..,h.4

25

(30)

1) Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan siswa 2) Siswa tidak efektif26

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kekurangan pada metode snowball throwing adalah: kurang kondusifnya

belajar mengajar karena gaduh, beberapa siswa mengandalkan siswa yang

lain, dan materi tidak meluas, memerlukan waktu yang lama.

4. Hakikat Berbicara

a. Pengertian Berbicara

Pada kamus besar Bahasa Indonesia pusat Bahasa “Bicara adalah pikiran, akal budi, sedangkan pengertian dari berbicara ialah berkata, bercakap,

berbahasa atau melahirkan pendapat”.27

Sedangkan Henry Guntur Tarigan menjelaskan bahwa, “Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan-kebutuhan pendengar dan penyimak”.28

Kudharu berpendapat bahwa, “Berbicara merupakan kemampuan menyampaikan ide, gagasan, pikiran atau perasaan dengan tujuan tertentu, yaitu agar pesan yang disampaikan dapat dipahami atau diterima oleh

pendengarnya”.29

Isah Cahyani memaparkan bahwa, “berbicara adalah lebih daripada sekedar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata saja, melainkan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak”.30

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan suatu penyampaian ide, pikiran serta isi hati yang seseorang

26

Ibid. h.45

27

Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat Bahasa, op.cit, Edisi ke 4, h 188

28

Henry Guntur Tarigan, Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung:

Angkasa, 2008)h. 16

29

Kundharu Sadhono, Slamet, meningkatkan keterampilan Berbahasa Indonesia,

(Bandung: Karya Putra Darwati) h.57

30

Isah Cahyani, Bahasa Indonesia, (Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

(31)

kepada orang lain dan dapat dikatakan juga sebagai alat komunikasi yaitu pemindahan pesan dari pembicara kepada pendengar melalui bahasa lisan atau ucapan.

b. TujuanBerbicara

Berbicara merupakan kemampuan menyampaikan ide, dalam

menyampaikan ide pasti mempunyai tujuan yang lain. Terdapat beberapa pendapat yang mengemukakan tentang tujuan berbicara.

Tarigan menjelaskan, “Adapun tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, serta

pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.”31

Pendapat Djago Tarigan dalam bukunya Isa Cahyani, tujuan berbicara antara lain: menghibur, menginformasikan, menstimulasi dan menggerakan.32

Kundharu memaparkan bahwa, berbicara mempunyai tujuan yaitu alat berkomunikasi agar dapat menyampaikan gagasan, perasan, serta kemauan secara efektif, seyogyanya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan: dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya: dan lain sebagainya dapat dimanfaatkan untuk mengotrol diri, mempunyai kesanggupan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dengan tepat, mengungkapkan fakta-fakta dengan spontan, dan menerapkan kaidah bahasa dengan benar secara otomatis.33

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa intinya tujuan utama berbicara adalah berkomunikasi, baik itu untuk menghibur, memberitahu atau mengajak, menstimulasi dan menggerakan.

c. Jenis-jenis Berbicara

Kundharu berpendapat, berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan sebagai ilmu. Berbicara sebagai seni menekankan penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan yang menjadi perhatiannya antara lain, (1)

31

Henry Guntur Tarigan, op.cit, hal.16

32

Isa Cahyani, Op.cit. h. 60

33

(32)

berbicara dimuka umum, (2) diskusi kelompok, (3) serta debat. Berbicara sebagai ilmu menelaah hal-hal yang berkaitan dengan (1) mekanisme berbicara dan mendengar, (2) latihan dasar tentang ujaran dan suara, (3) bunyi-bunyi bahasa, dan (4) patologi ujaran.34

Henry Guntur Tarigan menjelaskan bahwa, berbicara sebagai seni mempunyai 3 macam, antara lain:

1) Berbicara dimuka umum

a) Berbicara yang bersifat memberitahukan atau melaporkan b) Berbicara yang bersifat kekeluargaan, persahabatan

c) Berbicara yang bersifat membujuk, mendesak dan meyakinkan d) Berbicara yang bersifat merundingkan dengan tenang dan

hati-hati

2) Berbicara konferensi, meliputi: a) Prosedur parlemen

b) Diskusi kelompok c) Debat35

Sri Wahyuni, dkk memaparkan bahwa jenis berbicara terdiri dari 4 macam, yaitu antara lain:

1) Berbicara berdasarkan situasi, yaitu: ceramah, interviu, bercerita, bertelefon, menyampaikan berita, memberi petunjuk.

2) Berbicara berdasarkan tujuan yaitu: menghibur, menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan, dan menggerakkan.

3) Berbicara berdasarkan metode penyampaian, yaitu: mendadak, berdasarkan catatan kecil, berdasarkan hafalan, dan berdasarkan naskah.

4) Berbicara berdasarkan peristiwa khusus yang melatarbelakangi, yaitu: presentasi, penyambutan, perpisahan, jamuan, perkenalan, dan nominal. 36

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulan bahwa jenis-jenis berbicara antara lain: berbicara dimuka umum, diskusi kelompok, dan debat.

34

Kundharu Sadhono, op.cit,.hal. 38

35

Henry Guntur Tarigan. Op.cit.,h.24

36

Sri Wahyuni, dkk. Strategi Peningkatan Kemampuan Berbicara..(Surabaya: LAPIS

(33)

5. Hakekat Keterampilan Berbicara a. Pengertian Keterampilan Berbicara

Iskandarwassid menjelaskan bahwa, “Keterampilan berbicara merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain”.37Guntur

Tarigan mengemukakan bahwa, ”keterampilan berbicara adalah

mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mngekspresikan mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”.38

Kundharu berpendapat bahwa, “Keterampilan berbicara yaitu kemampuan menyampaikan ide, gagasan, pikiran atau perasaan dengan tujuan tertentu, yaitu agar pesan yang disampaikan dapat dipahami atau diterima oleh pendengarnya.”39

Dari beberapa pengertian dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi untuk mengungkapkan dan mengekspresikan ide, gagasan.

b. Tujuan Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara mempunyai beberapa tujuan, adapun tujuannya akan dipaparkan oleh beberapa ahli.

Iskandarwassid menjelaskan bahwa, “ tujuan keterampilan berbicara terdapat lima golongan, yaitu: kemudahan berbicara, kejelasan, bertanggung jawab, membentuk pendengaran yang kritis dan membentuk kebiasaan.”40

Tanpa berbicara orang lain tidak dapat mengetahui kebutuhan, perasaan, tidak akan memberikan petunjuk, dan sebagainya. Jadi berbicara merupakan hal yang paling penting dalam berkomunikasi.

37

Iskandarwassid. Op.cit. h.241

38

Guntur Tarigan, Op.cit., h.16

39

Kundharu, Op.cit., h. 58

40

(34)

c. Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Keterampilan Berbicara

Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara selain harus memberikan kesan bahwa ia menguasai maslah yang dibicarakan, pembicara juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan. Selain itu pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat.

Isah Cahyani mengemukakan bahwa, faktor yang mempengaruhi efektivitasan keterampilan berbicara ada 2 macam, antara lain:

1. Faktor kebahasaan, yaitu: ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada sandi, dan durasi yang sesuai, pilihan katadan ketepatan sasaran kebahasaan.

2. Faktor non kebahasaan, yaitu: sikap yang wajar, tenang dan tidak kau, pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan suara, kelancaran, relevansi atau penalaran, dan penguasaan topik.41

Arsyad berpendapat dalam bukunya Novi Resmini dan Dadan Juanda, “ faktor yang mempengaruhi kemahiran/keterampilan berbicara ada 2 aspek, yakni aspek kebahasaan mencangkup: (a) lafal, (b) intonasi, tekanan, dan ritme, (c) penggunaan kata dan kalimat. Sedangkan aspek non kebahasaan mencangkup: kenyaringan suara, kelancaran, sikap berbicara, serak dan

mimik, penalaran, dan santun berbicara”.42

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor keterampilan dalam berbicara harus memperhatikan ketepatan ucapan, penggunaan nada, pilihan kata, kelanaran, mimik serta pengasaan topik.

d. Penilaian Keterampilan Berbicara

Keberhasilan sebuah pengajaran dapat diketahui hasilnya melalui asesmen atau penilaian pembelajaran yang berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa setelah dilakasanakan proses pembelajaran itu. Adapun pendapat dari beberapa ahli tentang penilaian keterampilan berbicara.

41

Isah Cahyani. Op.cit. h. 61-62

42

(35)

Suhendar menjelaskan dalam bukunya Isah Cahyani, “ ada enam hal yang harus diperhatikan, yaitu: lafal, struktur, kosakata, kefasihan, isi

pembicaraan dan pemahaman”.43

Henry Guntur Tarigan memaparkan, “ ada lima faktor, yaitu: vokal dan konsonan, intonasi, ketetapan dan ketepatan

ucapan, dan kelancaran”.44

Pendapat lain yaitu Budinuryanta mengemukakan, “ penilaian yang harus diperhatikan antara lain: keakuratan informasi, hubungan antar informasi, ketepatan struktur, kelancaran, kewajaran urutan wacana, dan gaya

pengucapan”.45

Kundharu berpendapat, “ penilaian keterampilan berbicara, antara lain: tekanan, tata bahasa, kelancaran, kosa kata dan pemahaman”.46

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian keterampilan berbicara yang harus diperhatikan antara lain: ketepatan, kelancaran, intonasi dan ekspresi.

B. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Mutiara Sonicha Yogya dengan

judul “ Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran

Kooperatif tipe permainan snowball throwing (Bola salju) pada mata pelajaran

IPS terpadu kelas VII”. Program Strata satu Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode permainan Snowball throwing

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Rahmadini Husna dengan judul

“ Pengaruh model Cooperative Learning tipe Snowball throwing terhadap

hasil belajar matematika siswa”. Program Strata satu Jurusan Pendidikan

Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

43

Isah.Cahyani.Op.cit. h. 64

44

Henry, Guntur. Op.cit. h. 28

45

Burhan, Nurdiyantoro. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

(Yogyakarta:BPFE,2001) Cet.3. h.290

46

(36)

Cooperative LearningSnowball throwing (kelompok Eksperimen) lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (kelompok kontrol).

Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Mia Rosmiati dengan judul

“Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing) dalam Peningkatan Keterampilan Berbicara siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Pangkalan Kota

Sukabumi”. Program Strata satu Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa Pembelajaran keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Pangkalan Kota Sukabumi dengan menggunakan metode Bermain peran (Role Playing) meningkat.

Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Mohammad Qomaruddin

dengan judul “peningkatan kemampuan berbicara melalui teknik bermain

peran pada siswa kelas V MI Negeri Kudus tahun ajaran 2007/2008”. Program

Strata satu Jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP PGRI Semarang, pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan teknik bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas V MI Negeri Kudus.

C. Kerangka Berpikir

Setelah mempelajari BAB I dan mengkaji teori-teori pada BAB II dapat dikembangkan menjadi kerangka berpikir maka dapat diidentifikasi masih rendah kemampuan berbicara siswa, metode yang digunakan kurang menarik, pelajaran bahasa Indonesia masih membosankan, kurang percaya dirinya siswa untuk bertanya, dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia siswa lebih banyak menulis daripada berbicara.

(37)

Melihat dari kenyataan dan apa yang diharapkan terjadi ketidaksesuaian maka terjadi masalah-masalah di antaranya: belum meningkatnya keterampilan berbicara siswa, belum diterapkannya metode yang menarik pada pembelajaran, kepercayaan diri siswa belum terlihat.

Agar tidak ada kesenjangan antara kenyataan dan tujuan yang diharapkan maka penulis memberikan perlakuan menggunakan strategi PTK dengan tahapan perncanaan, pelaksanaan, observasi, serta refleksi. Yang kemudian menggunakan metode yang menarik seperti meyode Snowball throwing agar keterampilan berbicara siswa meningkat.

Penjelasan lebih lanjut mengenai kerangka berpikir akan dijelaskan di bawah ini:

Bagan 1.Kerangka Berpikir Kondisi Nyata

1.Rendahnya keterampilan berbicara siswa 2.Kurang percaya dirinya siswa dalam

berbicara

3.Kurang efektif metode yang digunakan dalam pembelajaran berbicara, misalnya metode Snowball throwing

4.Kurang tersedianya media pembelajaran keterampilan berbicara

5.Kurang tepatnya materi yang digunakan dalam keterampilan berbicara

6.Suasana belajar yang belum kondusif untuk keterampilan berbicara siswa 7.Kurang menunjang sarana dan prasarana

untuk meningkatkan keterampilan berbicara Masalah Kurang efektif metode yang digunakan dalam pembelajara n berbicara dan kurang percaya diri siswa dalam berbicara. Hasil Keterampilan berbicara siswa meningkat, siswa menjadi percaya diri dan mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan pengalaman belajar

Input Proses Output

Strategi Dalam penelitian ini menggunakan PTKdengn langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi dengan menggunakan metode Snowball throwing

(38)

D. Hipotesis Tindakan

(39)

24

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Pembangunan UIN Jakarta, yang ber alamat di Jl. Ibnu Taimia IV, Komplek UIN Jakarta, Tangerang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September tahun ajaran 2014/2015.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Dalam skripsi ini, jenis penelitian yang digunakan penulis adalah dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini lebih menekankan kepada proses atau tindakan penelitian, oleh karena itu berhasil atau tidaknya penelitian dapat dilihat dari proses tindakan penelitian. Peneliti harus mempersiapkan segala sesuatu yang menjadi pendukung sebuah proses agar dapat berjalan dengan lancar sehingga penelitian dapat dikatakan berhasil.

Adapun tahapan dalam penelitian tindakan menurut Suhasimi Arikunto, dkk adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.1 Sedangkan kerangka dari setiap aspek pokok yang akan menjadi gambaran dari proses penelitian ini meliputi:

1) Perencanaan

Dalam tahap ini peneliti membuat rancangan yang akan dilakukan pada tahapan tindakan. Mulai dari membuat rancangan pelaksanaan tindakan, lembar observasi serta tes.

2) Pelaksanaan

Tahap ke-2 ini merupakan pelaksanaan dari isi rancangan pada tahap perencanaan yang akan dilaksanakan di kelas. Dan yang perlu diingat dalam pelaksanaan guru harus ingat dan menaanti apa yang sudah

1

(40)

dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus juga dalam pelaksanaan guru bersikap wajar tidak dibuat-buat.

3) Pengamatan

Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh pengamat. Pelaksanaan pengamatan ini dilakukan pada waktu proses tindakan sedang berlangsung. Selain dilakukan oleh pengamat, guru pelaksana juga mencatat sedikit demi sedikit yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

4) Refleksi

Pada tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali yang sudah dilakukan. Keiatan refleksi ini dilakukan setelah guru pelaksana selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan pengamat untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.2 Rancangan siklus penelitian ini adalah sebagai berikut:

[image:40.595.101.529.89.662.2]

Gambar 3.1: Alur Penelitian Tindakan Kelas menurut Kurt Lewin

2

Suharsimi, Arikunto, dkk. Op.cit.h. 23 Perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

(41)

Penelitian akan dilaksanakan sebanyak 2 siklus, apabila pada siklus ke 2 intervensi yang diharapkan belum tercapai maka ada dua kemungkinan, yaitu dilanjutkan dengan siklus selanjutnya atau dengan melakukan remedial sampai tercapainya intervensi yang diharapkan.

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta yang berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perancang dan pelaksana kegiatan. Peneliti merencanakan kegiatan, melaksanakan tindakan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil penelitian. Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, peneliti dibantu oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang bertindak sebagai observer (pengamat).

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Sebelum dilakukannya tindakan kelas, peneliti harus melakukan tahapan pra penelitian di antaranya sebagai berikut:

1. Meminta izin ke sekolah yang akan menjadi tempat pelaksanaan penelitian

2. Menentukan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian

3. Mengobservasi proses belajar mengajar bahasa Indonesia di kelas 4. Melakukan Pre test, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar keterampilan berbicara siswa sebelum dilakukan tindakan kelas. Adapun pre test ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel dari keseluruhan siswa kemudian dilakukan test berbicara dengan mengacu pada kriteria tes berbicara.

5. Kemudian barulah peneliti melakukan tindakan kelas dengan melihat tingkat keterampilan berbicara siswa sebelumnya.3

3

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi

(42)

Berikut adalah gambaran tentang langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini:

1. Siklus I, dilakukan dengan susunan kegiatan sebagai berikut:

Tahap Perencanaan

a) Menyusun suatu materi pelajaran yang sesuai dengan penelitian b) Menyusun rangcangan tindakan dalam bentuk rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode snowball throwing

c) Menyusun rancangan evaluasi dalam bentuk tes dan non tes.

Tahap Pelaksanaan

a) Memastikan seluruh siswa siap untuk mengikuti pembelajaran b) Menyampaikan materi sesuai dengan RPP yang dibuat dengan

menggunakan model Cooperative Learning metode Snowball throwing

c) Mencatat hal-hal penting yang terjadi di kelas

Tahap Pengamatan

a) Mengamati dan mencatat secara cermat proses yang terjadi selama pembelajaran siklus I berlangsung, pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh kolaborator

b) Mendokumentasikan (foto dan rakaman) kegiatan pembelajaran dan aktifitas belajar siswa di kelas

c) Memberikan penilain dan komentar

Tahap Refleksi

a) Peneliti merefleksikan hasil pengamatan untuk menentukan keberhasilan serta dilakukan perbaikan-perbaikan dari tindakan tersebut

(43)

kriteria tes berbicara.

c) Merencanakan tindakan pada siklus II, berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I

2. Siklus II, dilakukan dengan susunan kegiatan sebagai berikut:

Tahap Perencanaan

a) Memperbaiki satuan pelajaran yang sesuai dengan paradigma tindakan kelas

b) Memperbaiki rancangan tindakan yang ditulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

c) Menyusun rancangan tes penugasan dan pedoman penilaian yang pada dasarnya sama pada siklus I

d) Menyusun rancangan evluasi yang meliputi tes dan non tes

Tahap Pelaksanaan

a) Menjelaskan kembali tentang keterampilan berbicara dan hal-hal yang belum dipahami pada siklus I

b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan berbicara

c) Menyampaikan materi sesuai dengan RPP yang dibuat dengan menggunakan metode Snowball throwing

a) Mencatat hal-hal penting dan mengevaluasi yang terjadi di kelas

Tahap Pengamatan

a) Mengamati dan mencatat proses yang terjadi selama pembelajaran siklus II berlangsung, terhadap kekurangan yang terjadi pada siklus I b) Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktifitas belajar

siswa di kelas

c) Memberikan penilaian dan komentar seperti pada siklus I

Tahap Refleksi

a) Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dari hasil pengamatan untuk dilakukan perbaikan- perbaikan dari tindakan tersebut

(44)

kriteria tes berbicara.

c) Setelah proses analisis dan evaluasi, peneliti dan guru membuat kesimpulan dari hasil penelitian

[image:44.595.115.512.200.644.2]

d) Apabila pada siklus 2 masih belum mencapai intervensi yang diharapkan kemudian dilakukan remedial.

Gambar 3.2: Tahapan dalam Penelitian F. Hasil Intervensi yang Diharapkan

Penelitian tindakan ini dilakukan berdasarkan hipotesis bahwa keterampilan berbicara siswa akan meningkat setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing pada pembelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memenuhi standar yang telah ditentukan yaitu:

1. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran melalui metode snowball throwing terlaksana ≥ 75 %. Keseluruhan langkah-langkah mempunyai 8 poin, dimana kemudian peneliti menargetkan 6 poin. (Lihat Bab II, hal 13)

2. Hasil pengukuran keterampilan berbicara siswa mengacu pada kriteria tes keterampilan berbicara melalui tes pada pelajaran bahasa Indonesia pada akhir siklus menunjukkan 70 % dari jumlah siswa dalam Indikator keterampilan berbicara mencapai nilai KKM yaitu 70. Penetapan KKM ini berdasarkan ketetapan rapat kepala sekolah dengan guru sebagai nilai minimal dari mata pelajaran bahasa Indonesia.

G. Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi proses pembelajaran, hasil dokumentasi dalam bentuk rekaman dan foto jalannya proses pembelajaran.

2. Data kuantitatif

(45)

H. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua cara atau teknik antara lain:

1. Tes Performance

Teknik yang digunakan berupa tes lisan untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa. Untuk memperoleh data, tes dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada awal (pre test) dan pada akhir tiap siklus. bentuk tes yang dilakukan berupa perintah untuk menceritakan sesuatu yang dialami oleh siswa. Bentuk tes dan kriteria penilaian yang digunakan dalam siklus I dan siklus II sama, yaitu berbentuk tes bercerita. Tes diberikan kepada seluruh siswa kelas III MI Pembangunan UIN Jakarta.

2. Observasi

Observasi adalah alat penilaian yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang keadaan yang menjadi subjek penelitian. Observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang penerapan metode

snowball throwing terhadap keterampilan berbicara.

I. Instrument Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrument antara lain:

a. Gambar Kronologi

Gambar ini digunakan sebagai alat untuk mengetahui tingkat kemampuan berbicara siswa kelas III MI Pembangunan UIN Jakarta, dalam penguasaan keterampilan berbicara. Hal-hal yang dinilai meliputi aspek ketepatan, aspek kelancaran, dan aspek intonasi, ekspresi, dan tema.4

4

[image:45.595.116.511.177.663.2]
(46)
[image:46.595.120.522.95.587.2]

Tabel: 3.2 Model Penilaian Keterampilan Berbicara

No Indikator Deskriptor Skor

1 Ketepatan struktur dan kosa kata

Tepat dalam penggunaan bahasa serta pemilihan kata dalam berbicara

3

Kurang tepat dalam penggunaan bahasa serta pemilihan kata dalam berbicara

2

Tidak tepat dalam penggunaan bahasa serta pemilihan kata dalam berbicara

1

2 Kelancaran Lancar dalam berbicara 3

Kurang lancar dalam berbicara 2

Tidak lancar dan putus-putus dalam berbicara 1

3 Intonasi Jelas dalam pemenggalan kata / jeda 3

Kurang jelas dalam pemenggalan kata / jeda 2

Tidak jelas dalam pemenggalan kata / jeda 1

4 Ekspresi Ekspresif dalam menceritakan cerita 3

Kurang ekspresif dalam menceritakan cerita 2

Tidak ekspresif dalam menceritakan cerita 1

Nilai

=

x 100

b. Lembar observasi

Lembar Observasi digunakan untuk mengetahui keberhasilan dari langkah-langkah metode Snowball throwing aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa dengan cara memberikan tanda chek list pada lembar observasi/ pengamatan sebagai instrumen datanya.

J. Teknik Pemeriksaan Ketepercayaan

(47)

instrumen yang dibuat layak atau tidak digunakan dalam penelitian. Dengan cara menetapkan SK dan KD dari mata pelajaran bahasa Indonesia kemudian merumuskan soal test yang mencakup dari tujuan pembelajaran bahasa Indonesia.

K. Analisis Data dan Intepretasi data

Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif. Data yang berupa skor kemampuan berbicara dianalisis dengan membandingkan hasil nilai keterampilan berbicara siswa dengan nilai KKM.

[image:47.595.121.513.205.580.2]

Data kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil tes. Hasil tes dari tindakan awal, siklus I, siklus II, dibandingkan. Dari hasil perbandingan tersebut akan diketahui peningkatan kemampuan berbicara. Data kualitatif ini akan memberikan gambaran mengenai siswa yang mengalami kesulitan dalam berbicara. Analisis data tes kemampuan berbicara disajikan dengan tabel seperti berikut ini :

Tabel: 3.4 Analisis Data

No Nama

Siswa

Aspek yang Dinilai

Ketepatan Kelancaran Intonasi Ekspresi Jumlah

Skor Nilai

Tabel analisis data di atas diperoleh dari rentangan nilai yang meliputi penguasaan intonasi, kelancaran, ketepatan, ekspresi dan tema pada model penilaian keterampilan berbicara.

Penelitian tindakan kelas ini menempatkan indikator keberhasilan sebagai berikut:

(48)

2) Implementasi pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing: telah terjadi perubahan perilaku setelah mengikuti pembelajaran yang dilihat dari data melalui observasi/pengamatan tentang peningkatan keterampilan

berbicara siswa yaitu sebanyak ≥ 75 %.

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan keterampilan berbicara pada bahasa Indonesia siswa maka akan ditindaklanjuti dengan melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menguji penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing dalam meningkatkan

(49)

34 A. Deskripsi Data

1. Survei Pendahuluan

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dimulai dengan melakukan observasi awal di MI Pembangunan UIN Jakarta. Observasi ini dilakukan peneliti pada tanggal 14 Agustus 2014. Dari hasil observasi diperoleh informasi mengenai jumlah siswa pada kelas III yang akan dijadikan subjek penelitian PTK yaitu 26 siswa yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus yang terdiri dari 3 kali pertemuan pada setiap siklusnya dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 x 35 menit. Adapun observasi pembelajaran di kelas yaitu merekam proses kegiatan belajar mengajar, adalah sebagai berikut:

a. Metode yang digunakan oleh guru menggunakan metode ceramah dan penugasan dan sekedar menjelaskan materi.

b. Selama proses belajar mengajar siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran, sehingga mengakibatkan keterampilan berbicara siswa rendah.

c. Suasana belajar yang belum kondusif untuk keterampilan berbicara siswa

d. Ekspresi muka siswa yang menunjukkan bosan dan mengantuk ketika pembelajaran bahasa Indonesia sedang berlangsung karena selama pembelajaran siswa hanya duduk dan memperhatikkan guru menjelaskan materi di depan kelas.

e. Kurang menunjang sarana dan prasarana untuk meningkatkan keterampilan berbicara, contoh: infocus.

(50)

Pada tanggal 15 Agustus 2014 peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelpelajaran bahasa Indonesia untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Setelah melakukan observasi dan wawancara, peneliti mensosialisasikan tentang pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode Snowball throwing dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh peneliti kepada siswa.

Hasil wawancara deng

Gambar

Gambar 3.1: Alur Penelitian Tindakan Kelas menurut Kurt Lewin
Gambar 3.2: Tahapan dalam Penelitian
Gambar ini digunakan sebagai alat untuk mengetahui tingkat
Tabel: 3.2 Model Penilaian  Keterampilan Berbicara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil penelitian, (1) ada perbedaan keterampilan berbicara antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Snowball Throwing

Latar Belakang penelitian ini adalah rendahnya keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas III A MI Dahlaniyah Merakurak Tuban dikarenakan salah satu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Peningkatan aktivitas belajar siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Pada Materi Lingkungan Hidup di kelas XI IPS

“ PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SISWA KELAS VD SD MUHAMMADIYAH 1 KETELAN

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENYIMAK DAN MENULIS PENGUMUMAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Putatnganten penerapan

Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan media boneka tangan dan pengaruhnya terhadap keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran kemampuan menulis teks berita menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing pada siswa kelas