• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Pola Komunikasi Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kecamatan Mampang Prapatan Dalam Pengawasan Pemilu Legislatif 2014.”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“Pola Komunikasi Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kecamatan Mampang Prapatan Dalam Pengawasan Pemilu Legislatif 2014.”"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun Oleh: Muhammad Rizky

108051000149

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Mampang Prapatan Dalam Pengawasan Pemilu Legislatif 2014.

Sebagai orang yang baru mengetahui pemilu sangat penting untuk mengetahui dan mempelajari serta memahami apa yang harus dilakukan ketika mengawasi pemilu. Semakin banyak ilmu pengetahuan tentang pemilu yang diperoleh maka akan banyak juga manfaat yang akan diraih. Oleh karena itu, para ppl dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh panwas kota agar dapat membantu memperkenalkan tentang pemilu. Panitia pengawas pemilu tingkat kecamatan pertama kali ada pada tahun 2004 dan awalnya hanya ada satu orang panitia pengawas pemilu yang dibantu oleh kapolsek diwilayah kecamatan mampang prapatan, namun pada pemilu selanjutnya baru mulai ada 2 anggota panwascam dan pengawas pemilu disetiap kelurahan 1 orang dan sekarang pengawas pemilu disetiap kelurahan ada lebih dari 1 orang pada setiap kelurahan.

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah pertama, mengetahui pola komunikasi panitia pengawas pemilu. Kedua,mengetahui metode yang dilakukan oleh panwaslu dalam melakukan pengawasan. Sedangkan pertanyaan peneliti adalah pertama, bagaimana pola komunikasi yang dilakukan dalam pengawasn pemilu? Kedua, metode apa saja yang dilakukan panwaslu dalam melakukan pengawasan?

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu memaparkan seluruh data yang diperoleh dari hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penulis mengadakan observasi langsung kelapangan dan mewawancarai panwascam dan ppl serta mengumpulkan file-file dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini guna memperoleh data yang lebih akurat.

(6)

ii

Bismillah al rahman al rahim

Dengan perasaan senang dan bangga atas selesainya skripsi ini, penulis memanjatkan untaian kalimat puja dan puji beriring syukur secara tulus hanya pantas dipersembahkan kepada Allah Subhanah wa Ta’ala. Dialah zat Maha agung yang telah menciptakan manusia dan seluruh ciptaan-Nya baik di bumi maupun di langit, menjadikan agama sebagai cahaya untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada-Nya. Dan yang selalu ada ketika manusia fana. Sholawat beriring salam semoga senantiasa tercurah kepada manusia terbaik yang dengan segenap daya dan upaya-Nya sukses menunjukan manusia pada cahaya Ilahi dan menyelamatkan mereka dari kegelapan serta meletakkan pondasi yang kuat bagi peradaban manusia.

Perjalanan menempuh sarjana bagi penulis memang tidak semudah yang dibayangkan. Berbagai halangan yang merintangi baik selama perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi ini selalu ada. Namun dengan kekuasaannya, Allah memperlihatkan kasih sayangnya dengan caranya sendiri sehingga penulis diberikan kekuatan fisik dan psikis untuk mampu menyelesaikan skripsi ini sesuai ketentuan tradisi akademik.

Dalam hal ini penulis mengangkat tema tentang Pola Komunikasi Panitia Pengawas Pemilu (PANWASLU) Kecamatan Mampang Prapatan

(7)

iii

Atas selesainya skripsi ini, penulis sangat berterimaksih kepada semua pihak yang telah memberikan peranan penting dan kontribusi berharga terhadap penulis, baik selama penyusunan skripsi ini maupun ketika menjalani masa perjuangan di kampus tercinta sampai menempuh jenjang pendidikan sarjana. Dengan segala kerendahan hati, penulis menghanturkan rasa terimaksih dari lubuk hati terdalam atas kerjasama yang manis ini kepada mereka:

Akhirnya penulis sadar betul berhutang budi kepada mereka yang telah memberikan kontribusi yang berharga selama penulis menempuh jenjang pendidikan sarjana dan penyelesaian skripsi ini. Mereka adalah:

(8)

iv

Terimakasih telah memberikan dukungan untuk penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Dr. H. Arief Subhan M.A, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakhwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto, M,Ed, Ph.D. Selaku Wadek I bidang akademik, Drs. Jumroni, M.Si, Selaku Wadek II bidang administrasi umum, dan Dr. Sunandar, M.Ag, Selaku Wadek III bidang kemahasiswaan, beliau-beliaulah yang telah berusaha memberikan dan menciptakan lingkungan intelektual yang kondusif serta menyediakan sarana berikut fasilitas memadai yang memungkinkan penulis khususnya, dan mahasiswa Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi umumnya mampu mengembangkan kreatifitas berfikir hingga taraf yang maksimal.

4. Bapak Rachmat Baihaki M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dan Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekertaris jurusan yang telah memberikan masukan dan saran yang berharga pada draft awal pengajuan skripsi ini. Semoga kerja kerasnya bisa membantu Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam menjadi salah satu jurusan terfavorit di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

(9)

v

dialogis, terbuka dan meberikan kebebasan berfikir pada setiap pokok bahasan yang disampaikan, telah memberikan sengatan intelektual dengan penuh rasa saling menghargai, terbuka, dan menjunjung tinggi kebebasan intelektual, dengan tetap bertumpu pada kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku. Mereka juga telah memberikan apresiasi terhadap aneka ragam pikiran yang muncul sehingga memungkinkan terjadinya pendewasan intelektual dan bisa mengetahui serta mamahami bagaimana menjadikan hidup ini lebih bermakna.

7. Ketua Panwascam Kecamatan Mampang Prapatan Ust Anas Kurdi M.A, Ust Munawir M.A dan H. Abdul Rofiq sebagai Anggota Panwascam, yang telah memberikan izin melakukan penelitian skripsi dan untuk seluruh ppl disetiap Kelurahan di Kecamatan Mampang Prapatan yang telah membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi.

8. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah melayani penulis dalam mempergunakan buku-buku dan literatut yang penulis butuhkan selama penyusunan skripsi ini.

(10)

vi memang Oke...

10. Teman-temanku seangkatan di program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI 2008) dan kawan-kawan HMI Komfakda yang selalu menemani dan berdiskusi dalam belajar.

Semoga segala partisipasi, dukungan dan motivasi serta doa kepada penulis dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna bagi wacana keilmuan. Akhirnya kepadanyalah segala urusan akan kembali dan kepadanyalah kita memohon hidayah dan taufiq serta ampunan.

Jakarta, 29 November 2014

(11)

vii

DAFTAR ISI... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

1. Pendekatan Penelitian... 7

2. Subjek dan Objek Penelitian... 8

3. Teknik Pengumpulan Data ... 8

4. Teknik Analisa Data ... 9

5. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian... 10

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Ruang Lingkup Komunikasi... 14

1. Pengertian Pola Komunikasi ... 14

2. Unsur-Unsur Komunikasi... 17

2. Tugas dan Wewenang Panwaslu ... 27

3. Kewajiban Panwaslu... 30

C. Pemilu... 31

1. Pengertian pemilu ... 31

2. Tahapan-tahapan dalam pemilu... 33

3. Penyelenggara-penyelenggara Pemilu... 35

BAB III GAMBARAN UMUM PANITIA PENGAWAS PEMILU A. Profile Panitia Pengawas Pemilu... 40

1. Latar Belakang Panitia Pengawas Pemilu ... 40

2. Visi dan Misi Panitia Pengawas Pemilu ... 43

3. Struktur Organisasi Panitia Pengawas Pemilu... 48

4. Program Kegiatan Panitia Pengawas Pemilu ... 51

B. Gambaran Pemilih Kecamatan Mampang Prapatan Dalam Pemilihan Legislatif 2014... 52

1. Pemilih Berdasarkan Geografis Wilayah ... 52

(12)

viii

Pengawasan Pemilu Legislatif 2014... 66 BAB V PENUTUP

(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang hanya dapat hidup, berkembang, dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dengan manusia lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain adalah menggunakan komunikasi.

Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Melalui komunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari-sehari, di rumah, tempat kerja, pasar, masyarakat atau dimanapun manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam komunikasi.

Menurut perspektif agama, komunikasi sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia dalam bersosisal. Manusia dituntut agar pandai dalam berkomunikasi. Hal ini dijelaskan dalam al-qur’an surat Ar-Rahman ayat 1-4 :

ُن َﻣ ْﺣ ﱠر ﻟ ا

Artinya : “(Tuhan) yang maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Qur’an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.”

Komunikasi dalam kehidupan manusia semakin dirasakan urgensinya, bukan saja disebabkan kemajuan teknologi, tetapi hasrat sosial yang terdapat dalam diri manusia, karena komunikasi merupakan hal yang mendalam di kehidupan manusia. Manusia tidak bisa berinteraksi jika tidak berkomunikasi.

(14)

modern menunjukan kepada kita, peran dan fungsi komunikasi politik yang semakin penting.1 Politik merupakan salah satu kegiatan penting bagi manusia, karena suatu negara yang memiliki masyarakat yang beragam atau bermacam-macam kebudayaan, suku, dan bahasa seperti indonesia ini, dituntut untuk memiliki struktur organisasi kepemimpinan yang langsung.

Pemilihan umum telah dilakukan berulang kali di Indonesia, Tetapi proses yang dilaluinya dalam rentang waktu sejak orde lama, orde baru, hingga orde reformasi, tampak memperlihatkan kualitas komunikasi politik yang bervariasi.2

Pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam negara kesatuan republik indonesia, diharapkan menjaring para wakil rakyat serta presiden dan wakilnya yang memiliki integritas, kompeten, memegang amanah dan visioner sehingga bangsa Indonesia menemukan kembali harkat dan martabatnya sebagai bangsa yang disegani masyarakat dunia.

Ketika mantan presiden BJ. Habibie pertama kali mengeluarkan gagasan agar bangsa Indonesia perlu melakukan pemilihan presiden secara langsung, disusul pemilihan gubernur dan kepala daerah, disitulah kelak rakyat benar-benar akan memepergunakan hak dan kedaulatanya. Kini pemilihan secara langsung presiden, calon legislatif, gubernur, bupati dan walikota benar-benar sudah terjadi.

1

Heryanto. Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Indoneia Citra, (Jakarta: PT Lasswell Vistiama, 2010), H.3.

2

(15)

Ada orang yang kecewa dan ada orang yang gembira, itu wajar. Tetapi yang penting bangsa Indonesia sudah selangkah lebih maju dalam praktek demokrasi.3

Pesta demokrasi yang dilakuakan setiap lima tahun sekali kini kita rasakan kembali, semua elemen masyarakat berlomba-lomba untuk menilai pemimpin yang pantas untuk menjadi wakil rakyat yang siap menampung aspirasi rakyatnya, mulai dari masyarakat yang berkecimpung langsung dalam pesta demokrasi ini maupaun yang ikut serta menilai melalui media sosial.

Paratai-partai politik menyiapkan calon-calonnya yang akan diusung untuk menjadi wakil rakyat, baik calon legislatif DPR-RI, DPRD serta DPD-RI yang mengusungkan dirinya sebagai calon tanpa dukungan dari partai politik manapun. Semua calon legislatif pun menyiapkan persiapan-persiapan untuk menghadapi pesta demokrasi ini. mulai dari menyiapkan visi, misi, serta logistik-logistik guna kelancaran dalam bersosialisasi kepada masyarakat. Warna warni bendera, sepanduk serta baliho yang menempel di pepohonan dan tiang listrik pinggir jalan maupun di dalam gang seakan menjadi pemandangan yang wajar pada pesta demokrasi yang diadakan setiap lima tahun sekali ini.

Namun dibalik kemeriahan pesta demokrasi ini ada beberapa hal yang harus dipatuhi oleh setiap calon legislatif dalam melakukan kampanye, baik dalam bidang administratif maupun kode etik. Karena setiap calon legislatif yang melakukan kampanye di setiap daerah, ada panitia pengawas pemilu yang ikut serta mengawasi jalannya pemilu. Oleh karena itu baiknya calon legislatif maupun

3

(16)

panitia pengawas pemilu harus adanya komunikasi yang baik agar tidak terjadi kesalah pahaman antara ke dua belah pihak.

Sebagai institusi negara, pengawas pemilu memiliki peran yang vital untuk ikut serta mendorong bagi berlangsungnya proses pemilu yang adil, karena lembaga ini memiliki legalitas untuk memproses berbagai bentuk pelanggaran pemilu, namun untuk mengoptimalkan peran pengawas pemilu membutuhkan peran serta masyarakat, yaitu keberanian dan kesediaan masyarakat untuk melapor pada pengawas pemilu jika terjadinya pelanggaran, oleh karena itu perlu menjalin kerjasama dengan semua elemen masyarakat untuk bersama-sama mengawasi jalannya pemilu ini, sehingga terhindar dari hal-hal yang merusak jalannya pemilu.

Mencermati konfigurasi dan konstelasi politik menjelang dan saat pemilu 2014, semua pihak dituntut untuk mempersiapkan diri secara lebih baik, dan berkompetisi secara sehat, elegan, dan sportif yang harus diwujudkan dalam sikap “siap kalah dan siap menang dengan terhormat dan bermartabat”. Tampaknya seluruh steakholder pemilu, khususnya masyarakat sangat mengharapkan pemilu berlangsung dalam suasana kondusif dan sehat, meskipun terjadi kompetisi yang ketat. Oleh karenanya, segala tindakan atau manuver politik yang hendak mengotori dan mencederai pemilu 2014 dengan cara-cara tidak terpuji untuk meraih dukungan politik, dipastikan tidak akan mendapat simpati dari masyarakat luas.

(17)

oleh panitia pengawas pemilu dalam mengawasi pemilu lagislatif dan peneliti memberi judul “POLA KOMUNIKASI PANITIA PENGAWAS PEMILU

(PANWASLU) KECAMATAN MAMPANG PRAPATAN DALAM

PENGAWASAN PEMILU LEGISLATIF 2014.” Sebagai syarat menyandang Gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penilitaian ini difokuskan hanya pada pola komunikasi yang di lakukan panitia pengawas pemilu Kecamatan Mampang Prapatan dalam pengawasan pemilu legislatif sebelum pelaksanaan, ketika pelaksanaan, dan setelah pelaksanaan.

2. PerumusanMasalah

Memberikan kejelasan batasan masalah yang telah diuraikan di atas maka perlu untuk menyusun perumusan masalah dalam penelitian karena hal ini merupakan penentu dalam penelitian kualitatif. Maka penulis merumuskan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimana pola komunikasi yang diterapkan panitia pengawas

(18)

b. Bagaimana metode yang di lakukan panitia pengawas pemilu Kecamatan Mampang Prapatan dalam pengawasan pemilu legislatif 09 April 2014?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui pola komunikasi apa yang diterapkan oleh Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan Mampang Prapatan dalam pengawasan pemilu legislatif 09 April 2014.

b. Mengetahui metode apa saja yang di lakukan oleh panitia pengawas pemilu Kecamatan Mampang Prapatan dalam pengawasan pemilu legislatif 09 April 2014.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diterapkan di bidang Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dalam hal pola komunikasi panitia pengawas pemilu dalam mengawasi pemilu.

b. Manfaat Praktis

(19)

membutuhkan rujukan serta bagi khalayak yang hendak mendapatkan informasi mengenai pola komunikasi secara tepat. 2) Dibukukan menjadi sebuah karya ilmiah yang menghimpun

data-data akurat dan spesifik agar dipergunakan sebagaimana lazimnya, tanpa mengandung unsur-unsur yang dapat merugikan siapapun.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif yaitu :

“Metode yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian kualitatif lebih ditekankan pada persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data.”4 Sehingga memungkinkan peneliti untuk menggambarkan secara sistematis dan akurat mengenai pola komunikasi yang dilakukan panitia pengawas pemilu pada calon legislatif dalam pengawasan tahapan pemilu di wilayah Kecamatan Mampang Prapatan.

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai “mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan dan perilaku yang dapat diamati oleh

4

(20)

peneliti. Penelitian kualitatif menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur statistik atau cara pengukuran.”5

Penerapannya, “pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis isi yang bersifat non kuantitatif, seperti penggunaan instrumen wawancara mendalam dan pengamatan. “6 Metode yang digunakan dalam penelitian adalah “analisis deskriptif yang berfokus pada penelitian nonhipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. “7

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah pengawasan pemilu legislatif 09 April 2014 di wilayah Kecamatan Mampang Prapatan. Sedangkan objek penelitian adalah panitia pengawas pemilu Kecamatan Mampang Prapatan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Memperoleh data dari penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :

a. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sitematik terhadap fenomena-fenomena yang sedang diselidiki.8 Pengamatan yang dilakukan yakni penulis langsung mendatangi dan ikut serta

5

Lexy J. Moeloeng,Metodologi Penelitian Komunikasi(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009). h. 4.

6

Antonius Birowo,Metode Penelitian Komunikasi(Yogyakarta: Gintanyali, 2004).h 2. 7

Suharisme Arikonto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik(Jakarta: PT. Bina Aksara,1898),h. 194.

8

(21)

dalam pengawasan tahapan pemilu, guna memperoleh data yang lebih akurat tentang hal-hal yang menjadi objek penelitian.

b. Wawancara adalah suatu tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab antara penanya dengan responden.9 Peneliti mengadakan wawancara langsung kepada seluruh komisioner panitia pengawas pemilu Kecamatan Mampang Prapatan, pengawas pemilu lapangan, panitia pemilihan kecamatan, panitia pemungutan suara, dan panitia pengawas pemilu tingkat kota (panwas kota) guna mendapatkan informasi yang akurat.

c. Dokumentasi yakni dalam hal ini dikumpulkan file-file dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini, guna untuk melengkapi teori yang digunakan dalam penyususnan skripsi ini dan juga dilakukan melalui buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh melalui pengamatan, observasi dan wawancara dijadikan sebagai bahan untuk menggambarkan objektifitas dari pengawasan pemilu legislatif di wilayah Kecamatan Mampang Prapatan, kemudian diolah menjadi uraian pembahasan.

Dokumentasi, sebagai bahan kerangka analisis dalam menimbang dan memperkuat hasil penelitian.

9

(22)

Setelah data terkumpul dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, maka data-data tersebut kemudian diolah menjadi bentuk verbal (kata-kata) sehingga kata-kata tersebut menjadi bermakna dan dapat dipertanggungjawabkan.

Analisis data merupakan proses mengatur urutan data mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerjanya.

Teknik yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif, dengan jalan ini dari data yang terkumpul, peneliti jabarkan dengan memberikan analisa-analisa berupa paparan yang didapat dari hasil penelitian dan wawancara ke beberapa panitia pengawas pemilu, berkaitan dengan pola komunikasi yang terjadi selama pengawasan pemilu diwilayah Kecamatan Mampang Prapatan.

5. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

(23)

E. Tinjauan Pustaka

Penulis meninjau beberapa tulisan, buku dan skripsi yang membahas tentang pola komunikasi. Beberapa skripsi yang penulis temukan diantaranya:

1. Pola komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al-Asmaniyah Kampung Dukuhpinang, Tangerang, Banten. Skripsi tersebut ditulis oleh Fajar Adzananda Siregar (104051001783) mahasiswa fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi jurusan komunikasi penyiaran islam. 2. Pola komunikasi Santri dan Kyai di Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah Desa Kalang Gunung Cipeucang Pandeglang. Skripsi tersebut ditulis oleh Anna Lestari Anwari (108051000148) mahasiswi fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi jurusan komunikasi penyiaran islam.

3. Pola komunikasi Antar Umat Beragama (studi komunikasi antarbudaya tionghoa dengan muslim pribumi di RW 04 Kelurahan Mekar Sari Tangerang). Skripsi tersebut ditulis oleh Siti Asiyah (108051000157) mahasiswi fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi jurusan komunikasi penyiaran islam.

(24)

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan adalah penjelasan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat akademis dan praktis, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Teoritis Membahas ruang lingkup komunikasi, pengertian pola komunikasi, unsur-unsur komunikasi, bentuk-bentuk dan media komunikasi, tekhnik komunikasi, serta jenis-jenis pola komunikasi. pengertian panwaslu, tugas dan wewenang serta kewajiban panwaslu dan pengertian pemilu, tahapan-tahapan dalam pemilu serta penyelenggara-penyelenggara pemilu.

Bab III : Gambaran Umum Panitia Pengawas Pemilu Menjelaskan sejarah berdirinya panitia pengawas pemilu, visi dan misinya, struktur organisasi serta program-program panwaslu dan menjelaskan kondisi pemilih berdasarkan geografis dan demografis di wilayah Kecamatan Mampang Prapatan.

(25)
(26)

14 A. Ruang Lingkup Komunikasi

1. Pengertian Pola Komunikasi

Pola komunikasi merupakan penggabungan dua suku kata yaitu pola dan komunikasi keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Kita harus memahami terlebih dahulu, arti dari kedua suku kata ini apa itu pola dan apa itu komunikasi ini menjadi penting agar kita dapat lebih mudah memahami pengertian dari pola komunikasi.

Syaiful Bahri Djamrah mengatakan bahwa “pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang tua atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami”.

Pola menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti sebagai “bentuk atau struktur”.1 Sedangkan dalam Kamus Besar Ilmiah Populer pola diartikan sebagai “model atau rancangan”.2

Sedangkan pengertian komunikasi secara etimologis atau menurut asal katanya, berasal dari bahasa latin communicatio, kata ini berasal dari kata communis yang berarti “sama”, dalam arti kata sama makna, yaitu

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai pustaka, 2005), cet. Ke-3, h. 585.

2

(27)

sama makna mengenai suatu hal.3 Sedangkan secara terminologis berarti “proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain”.4

Menurut Onong Uchajana Effendy dalam Kamus Komunikasi, komunikasi berarti “proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik secara tatap muka maupun tak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap pandangan atau perilaku”.5

Menurut Everett M. Rogers yang dikutip oleh Roudhonah mengemukakan bahwa komunikasi adalah “proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”6

Menurut James komunikasi ialah “perbuatan atau proses

penyampaian suatu gagasan dan informasi dari seseorang kepada orang lain.”7Menurut Gunadi komunikasi adalah “proses kegiatan manusia yang

diungkapkan melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat,

3

Onong Uchajana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-6, h. 3.

4

Onong Uchajana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 4. 5

Onong Uchajana Effendy, Kamus Komunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1998), cet. Ke-1, h. 69.

6

Roudhonah,Ilmu Komunikasi,(Jakarta: UIN Jakarta Press), h. 21. 7

(28)

bunyi-bunyi, dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimengerti oleh orang lain”.8

Komunikasi yang baik dan efektif tentunya memiliki ciri-ciri tersendiri. Menurut Stewart L. Tubbs dan Silvia Mass, yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat, dalam bukunya “Psikologi Komunikasi” beliau

menguraikan ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya :

a. Pengertian yaitu komunikator dapat memahami mengenai pesan-pesan yang disampaikan kepada komunikan.

b. Kesenangan yaitu menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan.

c. Mempengaruhi sikap yaitu dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa. d. Hubungan sosial yang baik yaitu menumbuhkan dan mempertahankan

hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi. e. Tindakan yaitu membuat komunikasi melakukan suatu tindakan yang

sesuai dengan pesan yang diinginkan”.9

Semua pengertian yang telah dijelaskan, penulis menyimpulkan pengertian dari pola komunikasi bahwa pola komunikasi adalah suatu bentuk atau rancangan seorang komunikator agar dapat menyampaikan pesan kepada seorang komunikan sehingga komunikan memahami setiap

8

Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1998), cet. Ke-1, h. 69.

9

(29)

pesan yang disampaikan, agar dapat menghasilkan suatu persamaan makna antara komunikator dengan komunikan.

2. Unsur-unsur Komunikasi

Pengertian komunikasi sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, dapat dilihat adanya sejumlah unsur-unsur komunikasi yang merupakan syarat terjadinya proses komunikasi. Unsur-unsur dalam komunikasi adalah sebagai berikut :

a. Sender, yaitu komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. Berperan sebagai encoding, yakni orang yang memformulasikan pesan atau informasi yang kemudian disampaikan kepada orang lain. Dalam perannya sebagai seorang komunikator tentunya seorang komunikator tersebut memiliki beberapa syarat yang diperlukan, berikut adalah syarat yang diperlukan:

1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya. 2) Memiliki keterampilan dalam berkomunikasi.

3) Berpengalaman luas.

4) Dapat bersikap baik kepada komunikan.

5) Memiliki daya tarik, dalam arti komunikator memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau penambahan pengetahuan bagi atau pada diri komunikan.10

10

(30)

b. Massage, yaitu “sebuah gagasan atau ide, informasi, pengalaman yang telah dituangkan baik berupa kata-kata, lambang, isyarat, tanda-tanda atau gambar untuk disebarkan kepada pihak lain”.11

c. Media, yaitu “alat yang digunakan untuk berkomunikasi, agar hasil komunikasi dapat mencapai sasaran yang lebih banyak dan luas. Media ini ada yang bersifat nirmasi, seperti : telepon, HP, dan lainnya, dan ada pula yang bersifat media massa, seperti : televisi, radio, koran (pers) dan film”.12

d. Encoding, yaitu penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang/suatu usaha komunikator dalam menafsirkan pesan yang akan disampaikan kepada komunikan agar komunikan dapat memahaminya.

e. feed back, yaitu umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. feed back atau umpan balik adalah respon atau tanggapan dari komunikan atas apa yang telah disampaikan oleh komunikator.

f. Efek berupa hasil akhir komunikasi, yaitu “sikap dan tingkah orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan”.13 Keberhasilan suatu komunikasi dapat terlihat jika sikap dan tingkah laku seorang komunikan sesuai dengan pesan yang disampaikan.

11

Roudhonah,Ilmu Komuniklasi,h. 46. 12

Ibid, h. 46 13

(31)

3. Bentuk-bentuk Komunikasi

Menurut Onong Uchajana Eeffendy “komunikasi memiliki empat macam bentuk yang berbeda keempat macam bentuk itu diantaranya adalah: komunikasi pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa dan komunikasi media”.14

a. Komunikasi Pribadi(Personal Communication)

Komunikasi pribadi ini dibagi menjadi dua jenis komunikasi yaitu komunikasi intrapersona dan komunikasi antarpersona keduanya memiliki pengertian sebagai berikut:

1) Komunikasi Intrapribadi(Intrapersona Communication)

Komunikasi intrapersona dapat diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang proses terjadinya dengan diri sendiri. Suatu proses pengolahan informasi yang melalui panca indra atau sistem syaraf yang ada di dalam diri seseorang. Dalam hal ini seorang memiliki peran ganda baik peran sebagai komunikator dan peran sebagai komunikan dalam dirinya sendiri.

Menurut Ronald L. Applbaum di kutip oleh Onong Uchajan Effendy mendefinisikan bahwa “komunikasi intrapribadi sebagai

komunikasi yang berlangsung didalam diri kita sendiri dan kegiatan-kegiatan mengamati dan memberi makna (intelektual dan emosional) kepada lingkungan kita”.15 Jika seseorang mampu melakukan komunikasi ini dengan baik itu berarti seseorang 14

Ibid, h. 18-19. 15

(32)

tersebut telah mampu mengenal dirinya sendiri maka dapat dikatakan ia telah menjadi manusia yang seutuhnya.

2) Komunikasi Antarpribadi (Interpersona Communication)

Komunikasi antarpersona adalah “komunikasi yang proses

terjadinya melibatkan dua belah pihak atau lebih yaitu komunikator dan komunikan. Dibandingkan dengan komunikasi lain komunikasi ini dianggap yang paling efektif karena komunikasi terjadi secara langsung atau bertatap muka sehingga pesan yang disampaikan dapat langsung didiskusikan”.16

b. Komunikasi Kelompok(Group Communication)

Komunikasi kelompok (group communication) adalah komunikasi sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua.17 Komunikasi kelompok dibedakan menjadi dua yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.

Kelompok kecil (small group) adalah “kelompok komunikan yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan verbal, dengan kata lain komunikator dapat melakukan komunikasi antar pribadi dengan salah satu anggota”.18

Dibandingkan dengan komunikasi kelompok besar, komunikasi kelompok kecil lebih bersifat rasional. Ketika menerima suatu pesan

16

Onong Uchajana Effendy,Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), cet. Ke-3 , h. 60.

17

Onong Uchajana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 75. 18

(33)

dari komunikator, komunikan menaggapinya dengan lebih banyak menggunakan pikiran dari pada perasaan.

Kelompok besar (large group) dalam kelompok besar situasi yang ada sangat berbeda dengan situasi yang terjadi di dalam kelompok kecil. Komunikasi antar pribadi yang terjadi sangat kecil kemungkinannya. Hal ini terjadi karena begitu banyaknya individu yang berkumpul sehingga pertukaran informasi tersebut sulit berjalan. Memberikan tanggapan kepada komunikator, maka tanggapannya bersifat emosional.19

c. Komunikasi Massa

Dalam bukunya “Dinamika Komunikasi” Onong Uchajana

Effendy mengatakan komunikasi massa adalah “komunikasi yang terjadi melalui media massa modern seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. Peneliti sudah dapat melihat bahwa komunikasi massa bersifat satu arah(one way traffic)”.20

d. Komunikasi Media

Komunikasi media adalah komunikasi yang pada pelaksanaannya menggunakan media sebagai sarana untuk menyampaikan pesan seperti surat, telepon, poster, spanduk, pamflet, brosur, dan telegram.

19

Ibid, h. 55-56. 20

(34)

4. Teknik Komunikasi

Berkomunikasi tentunya tidak hanya terjadi begitu saja. Diperlukan teknik-teknik yang tepat dalam berkomunikasi hal ini yang akan menjadi penunjang keberhasilan seseorang dalam berkomunikasi. Ada beberapa teknik komunikasi yang diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Komunikasi Persuasif

Berisikan bujukan, yaitu membangkitkan pengertian dan kesadaran bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan perubahan sikap, perubahan sikap yang dimaksud adalah atas kehendak sendiri atau kesadaran diri.

b. Komunikasi Koersif

Penyampaian pesan yang bersifat memaksa menggunakan sanksi-sanksi yang akan dikenakan apabila tidak dilaksanakan.

c. Komunikasi Informatif

Bersifat memberikan ketegangan-ketegangan (fakta-fakta), kemudian komunikan mengambil keputusan atau kesimpulan sendiri.

d. Hubungan Manusiawi (Human Relation)

Hubungan ini dapat dilakukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan komunikasi, meniadakan salah pengertian, dan mengembangkan segi konstruktif sifat tabiat manusia.

5. Jenis-Jenis Pola Komunikasi

Menurut H.A.W. Widjaja di dalam bukunya “Ilmu Komunikasi

(35)

pola rantai, pola lingkaran, dan pola bintang. Berikut adalah gambar dari ke-empat pola tersebut.

a. Pola Roda

Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Seseorang dalam posisi sentral menerima kontak, informasi dan memecahkan masalah dengan sasaran atau persetujuan anggota lain.

Menurut gambar dari pola roda ini dapat dijelaskan bahwa sesorang berkomunikasi dengan banyak orang, yaitu B, C, D dan E. Dalam pola komunikasi ini, komunikasi yang terjadi cendrung satu arah tanpa adanya reaksi ataupun timbal balik.

b. Pola Rantai

Dalam pola rantai jaringan komunikasi terdiri dari lima tingkatan dalam jaring hirarkinya dan hanya dikenal komunikasi sistem arus ke atas (upward)dan ke bawah (dawnward), yang artinya menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando) balik ke atas atau ke bawah tanpa terjadinya suatu penyimpangan.

A C

E

D B

(36)

Pengertiannya adalah seseorang berkomunikasi (A) dengan orang lain (B) dan seterusnya ke (C), ke (D), dan ke (E).

Pola komunikasi ini dijelaskan bahwasannya seseorang berkomunikasi (A) dengan orang lain (B) dan seterusnya ke (C), ke (D), dan ke (E) dalam pola komunikasi ini, komunikasi yang terjadi ialah komunikasi garis langsung (komando) balik ke atas atau ke bawaha tanpa terjadinya suatu penyimpangan.

c. Pola Lingkaran

Pola lingkaran merupakan pola yang mempunyai kemiripan dengan pola rantai, akan tetapi orang terakhir yang berkomunikasi (E) berkomunikasi pula dengan orang pertama (A).

A B C D E

Gambar 2.2 : Gambar Pola Rantai

A

B E

D C

(37)

Pola komunikasi ini tidak terdapat pemimpin. Semuanya berhak dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkomunikasi dengan orang yang berada disisi mereka.

d. Pola Bintang

Dalam pola ini semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota.21 Hampir sama dengan pola sebelumnya yaitu pola lingkaran dimana semua anggotanya memiliki hak dan ketentuan.

Menurut gambar dari pola bintang ini dapat dijelaskan bahwa pola komunikasi ini tidak terdapat pemimpin. Semuanya berhak dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkomunikasi dengan orang yang berada disisi mereka hampir sama dengan pola lingkaran.

21

H.A.W Widjaja,Ilmu Komunikasi Pengantarstudi, h. 102-103. A

B E

C D

(38)

B. Panwaslu

1. Pengertian Panwaslu

Panwaslu adalah singkatan dari panitia pengawas pemilu. yang bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilu baik di tingkat provinsi, kabupaten / kota, kecamatan, dan desa / kelurahan.

Pengawasan pemilu adalah kegiatan mengamati (melihat dan mencatat hasil amatan), mengkaji (melakukan sistematisasi hasil amatan ke dalam format 5 W + 1 H), memeriksa (kesesuaian aturan dengan pelaksanaan), menilai (benar atau salah serta konsekuensi) proses penyelenggaraan pemilu, menerima dan menindaklanjuti laporan pelanggara pemilu.22

Sedangkan tujuan umum dari pengawas pemilu adalah menegakan integritas, kredibilitas penyelenggara, transparansi penyelenggaraan serta akuntabilitas hasil pemilu. Mewujudkan pemilu yang demokratis, dan memastikan terselenggaranya pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, dan berkualitas, serta dilaksanakannya peraturan perundang-undangan mengenai pemilu secara menyeluruh. Selain itu pengawas pemilu mempunyai tugas untuk menemukan dugaan pelanggaran pemilu dari hasil pengawasan atau menerima laporan dugaan pelanggaran pemilu berdasarkan tempat terjadinya pelanggaran pada setiap

22

(39)

tahapan penyelenggaraan pemilu. Pengawas pemilu menyampaikan temuan dan atau laporan kepada instasi yang berwenang.23

2. Tugas dan Wewenang Panwaslu

Ada beberapa tugas serta wewenang panitia pengawas pemilu dalam mengawasi pemilu diantaranya :

1. Mengawasi persiapan penyelenggaraan pemilu

2. Mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan pemilu 3. Mengelola , memelihara, dan merawat arsip / dokumentasi

4. Memantau atas pelaksanaan tindak lanjut penanganan pelanggaran pidana Pemilu oleh instansi yang berwenang

5. Mengawasi atas pelaksanaan putusan pelanggaran pemilu 6. Evaluasi pengawasan pemilu

7. Menyusun laporan hasil pengawasan penyelenggaraan pemilu

8. Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan ketentuan undang-undang mengenai pemilu

9. Menerima laporan adanya dugaan pelanggaran administrasi Pemilu dan mengkaji laporan dan temuan, serta merekomendasikannya kepada yang berwenang

10. Menyelesaikan sengketa pemilu 11. Menjalankan / melaksanakan :

a. Tugas dan wewenang lain yang ditetapkan oleh undang-undang (Bawaslu, Bawaslu Provinsi /Panwaslu kab/kota)

23

(40)

b. Tugas lain dari Panwaslu Kecamatan untuk PPL c. Tugas lain dari Bawaslu untuk PPLN.24

Uraian tugas dan hubungan kerja antara Panitia Pengawas Pemilu, Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten / Kota, dan Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan diatur oleh Panitia Pengawas Pemilu.

Guna menunjang pelaksanaan pengawasan Pemilu, penyelenggaraan Pemilu dan pihak terkait lainnya harus memberikan kemudahan kepada pengawas Pemilu untuk memperoleh informasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.25

Selain tugas dan wewenang diatas, ada beberapa tugas dan wewenang pula yang dimiliki oleh panitia pengawas Pemilu Kecamatan : a) Mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu di wilayah kerjanya yang

meliputi :

1. Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan, penetapan Daftar Pemilih Sementara (DPS) dan Daftar Pemilih Tetap (DPT).

2. Pelaksanaan kampanye

Yang dimaksud dengan “pelaksanaan kampanye”, terutama

mengenai bentuk dan materi kampanye, waktu dan jadwal kampanye, serta dana kampanye.

24

Ibid,h. 134-135. 25

(41)

3. Perlengkapan pemilu dan pendistribusiannya

Yang dimaksud dengan “perlengkapan pemilu” terutama mengenai

surat suara, kotak suara, tinta dan segel.

4. Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil pemilu.

5. Pergerakan surat suara dari tingkat TPS sampai sampai ke PPK. 6. Prosese rekapitulasi suara yang dilakukan oleh PPK, dari seluruh

TPS.

7. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, pemilu lanjutan, dan pemilu susulan.

b) Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap tahapan penyelenggaraan Pemilu yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu. c) Menyampaikan temuan dan laporan kepada PPK untuk ditindak

lanjuti.

Temuan dan laporan yang disampaikan kepada PPK untuk ditindak lanjuti, antara lain temuan dan laporan mengenai masalah teknis dan administratif yang berkaitan dengan tahapan penyelenggaraan Pemilu oleh penyelenggara Pemilu serta pelanggaran yang dilakukan oleh peserta pemilu.

d) Meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi yang berwenang.

(42)

f) Memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan laporan mengenai tindakan yang mengandung unsur pidana.

g) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang.26

3. Kewajiban Panwaslu

Kewajiban pengawas pemilu secara umum meliputi :

1. Bersikap tidak diskriminatif dalam jalankan tugas dan wewenang 2. Melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan

wewenang pengawas Pemilu pada setiap tingkatan

3. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkait dengan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai pemilu

4. Menyampaikan temuan dan laporan kepada Bawaslu berkaitan dengan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu

5. Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Presiden, DPR, dan KPU sesuai tingkatan secara periodik dan atau berdasarka kebutuhan lain, dan

6. Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan perudang-undangan.27

26

Abdullah Rozali, Mewujudkan Pemilu Yang Lebih Berkualitas (Pemilu Legislatif), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 111-113.

27

(43)

Sedangkan pada tigkat kecamatan, Panwaslu Kecamatan mempunyai kewajiban sebagai berikut :

a. Bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenang. b. Menyampaikan laporan kepada Panwaslu Kabupaten/Kota berkaitan

dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu di tingkat kecamatan.

c. Menyampaikan laporan pengawasan atas tahapan penyelenggaran Pemilu di wilayah kerjanya kepada Panwaslu Kabupaten/Kota.

d. Menyampaikan temuan dan laporan kepada Panwaslu Kabupaten/Kota berkaitan dengan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh PPK yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan Pemilu di tingkat kecamatan.

e. Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.28

C. Pemilu

1. Pengertian Pemilu

Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

28

(44)

Republik Indonesia Tahun 1945.29 Dengan kata lain pemilu harus dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Pemilu dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali, dan ada beberapa kategori pemilu yang dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali :

a. Pemilu Legislatif (Pileg) sebutan akrab di masyarakat, Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan rakyat daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daeah Kabupaten/Kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Pemilu Presiden (Pilpres) sebutan akrab di masyarakat, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

c. Pemilu Gubernur (Pilgub) sebutan akrab di masyarakat, Pemilu Gubernur, Bupati, dan Walikota adalah Pemilihan untuk memilih gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis dalam Negara

29

(45)

Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Tahapan-tahapan Dalam Pemilu

Ada beberapa tahapan dalam penyelenggaraan pemilu diantaranya :

a. Perencanaan program dan anggaran, serta penyusunan peraturan pelaksanaan penyelenggaraan pemilu.

b. Pemutakhiran data Pemilih dan penyusunan daftar pemilih. c. Pendaftaran dan verifikasi peserta Pemilu.

d. Penetapan peseta pemilu

e. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan.

f. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.

g. Masa kampanye pemilu. h. Masa tenang.

i. Pemungutan dan penghitungan suara. j. Penetapan hasil pemilu, dan

k. Pengucapan sumpah / janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.30

Sedangkan menurut KPU Kota Administrasi Jakarta Selatan, tahapan-tahapan penyelenggaraan Pemilu 2014 meliputi :

1. Perencanaan program dan anggaran 2. Penyusunan peraturan KPU

30

(46)

3. Pendaftaran dan verifikasi peserta Pemilu

4. Pemutakhiran Data Pemilih dan penyusunan daftar pemilih 5. Penyusunan Daftar Pemilih di Luar Negri

6. Penataan dan penetapan daerah pemilihan

7. Pencalonan Anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota

8. Kampanye 9. Masa tenang

10. Pemungutan dan penghitungan suara 11. Rekapitulasi hasil penghitungan suara 12. Penetapan hasil Pemilu secara nasional

13. Penetapan partai politik memenuhi ambang batas 14. Penetapan perolehan kursi dan calon terpilih 15. Peresmian keanggotaan

16. Pengucapan sumpah / janji anggota.31

Menurut Yusuf Satyanegara selaku ketua Panwaslu Kota Administrasi Jakarta Selatan, ada dua tahapan dalam Pemilu Legislatif : 1. Non Tahapan

a. Regulasi KPU DKI

b. Rekruitmen PPK dan Panwas c. Sertifikasi pemantau

d. Sosialisasi

31

(47)

2. Tahapan

a. Pemutakhiran data pemilih b. Pencalonan

c. Kampanye

d. Pemungutan dan penghitungan e. Penetapan dan penyelesaian MK32 3. Penyelenggara-penyelenggara Pemilu

Pemilu diselenggarakan oleh KPU yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. KPU bertanggung jawab atas penyelenggaraan pemilu. Melaksanakan tugasnya, KPU menyampaikan laporan dalam tahap penyelenggaraan Pemilu kepada Presiden dan DPR.

Struktur organisasi penyelenggara Pemilu terdiri atas KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota, dengan tugasnya masing-masnig : 1. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota adalah pelaksana Pemilu di

provinsi dan kabupaten/kota yang merupakan bagia dari KPU.

2. Dalam menjalankan tugasnya, KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota mempunyai sekretariat.

3. Pola organisasi dan tata kerja KPU sebagaimana dimaksud pada diatas ditetapkan dengan keputusan Presiden berdasarkan usul KPU sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Pelaksanaan Pemilu, KPU Kabupaten/Kota membentuk PPK dan PPS. 5. Melaksanakan pemungutan suara di TPS, PPS membentuk KPPS.

32

(48)

6. Pelaksanaan Pemilu di luar negeri, KPU membentuk PPLN dan selanjutnya PPLN membentuk KPPLSN.

7. Mengawasi pelaksanaan Pemilu, KPU membentuk Pengawas Pemilu.33 Selanjutnya dalam Undang-Undang No.15 Tahun 2011 tentang penyelenggara pemilihan umum dijelaskan pula bahwasannya, penyelenggara-penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk memilih gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis.

Undang-Undang No.15 tahun 2011, dijelaskan pula tugas-tugas dari penyelengara pemilihan umum :

a. Komisi Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat KPU, adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang bertugas melaksanakan Pemilu.

b. Komisi Pemilihan Umum Provinsi, selanjutnya disingkat KPU Provinsi, adalah penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu di provinsi.

33

(49)

c. Komisi Pmilihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya disingkat KPU Kabupaten/Kota, adalah penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu di kabupaten/kota.

d. Panitia Pemilihan Kecamatan, selanjutnya disingkat PPK, adalah panitia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk melaksanakan Pemilu di tingkat kecamatan atau nama lain.

e. Panitia Pemungutan Suara, selanjutnya disingkat PPS , adalah panitia yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota untuk melaksanakan Pemilu di tingkat desa atau nama lain / kelurahan.

f. Panitia Pemilihan Luar Negeri selanjutnya disingkat PPLN, adalah panitia yang dibentuk oleh KPU untuk melaksanakan Pemilu di luar negeri.

g. Kelompok penyelenggara Pemungutan Suara, selanjutnya disingkat KPPS adalah kelompok yang dibentuk oleh PPS untuk melaksanakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara.

h. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri, selanjutnya disingkat KPPSLN, adalah kelompok yang dibentuk oleh PPLN untuk melaksanakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara luar negeri.

i. Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya disingkat TPS, adalah tempat dilaksanakannya pemungutan suara.

(50)

k. Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disingkat Bawaslu, adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

l. Badan Pengawas Pemilu Provinsi, selanjutrnya disingkat Bawaslu Provinsi, adalah badan yang dibentuk oleh Bawaslu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi.

m. Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, selanjutnya disingkat Panwaslu Kabupaten/Kota, adalah panitia yang di bentuk oleh Bawaslu Provinsi yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota.

n. Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan, selanjtnya disingkat Panwaslu Kecamatan, adalah panitia yang dibentuk oleh Panwaslu Kabupaten/Kota yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan atau nama lain.

o. Pengawas Pemilui Lapangan adalah petugas yang dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di desa atau nama lain/ kelurahan.

p. Pengawas Pemilu Luar Negeri adalah petugas yang dibentuk oleh Bawaslu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di luar negeri.

(51)

etik penyelenggaraan Pemilu dan merupakan satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu.

Para penyelenggara dan pengawas Pemilu berpedoman pada asas : 1. Mandiri

2. Jujur 3. Adil

4. Kepastian hukum 5. Tertib

6. Kepentingan umum 7. Keterbukaan 8. Proporsionalitas 9. Profesionalitas 10. Akuntabilitas 11. Efisiensi, dan 12. efektivitas34

34

(52)

40 A. Profile Panitia Pengawas Pemilu

1. Latar Belakang Panitia Pengawas Pemilu

Panwaslu kota jakarta selatan merupakan lembaga penyelenggara pemilu yang bertugas melaksanakan pengawasan pemilu. Undang-Undang No. 15 tahun 2011 tentang penyelenggara pemilu, Panwaslu dipimpin oleh tiga orang anggota Panwaslu dari kalangan profesional yang memiliki kemampuan dalam pengawasan terhadap pelaksanaan Pemilu di Indonesia. Terlebih, netral dan tidak menjadi anggota partai politik tertentu.

Melaksanakan tugasnya, Panwaslu didukung oleh Kesekretariatan yang dipimpin oleh seorang Kepala Sekretariat. Kedudukan Kepala Sekretariat didukung oleh staff bendahara dan staff sekretariat.1

Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2011 tentang penyelenggara pemilu, Panwaslu juga memiliki jajaran yang bersifat ad hoc (sementara) hingga tingkat kelurahan. Dalam jajaran tugasnya, Panwaslu memiliki dua tugas yakni ; melaksanakan pencegahan dan penindakan terhadap pelanggaran. Dari kedua tugas tersebut, Panwaslu lebih mengedepankan pengawasan Pemilu berbasis pencegahan terhadap potensi pelanggaran dalam pemilu.

1

(53)

Membicarakan penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) di Indonesia tidak lengkap kalau tidak membahas pengawasan pemilu, atau Panitia Pengawas Pemilu Umum (Panwas Pemilu) atau dalam bahasa sehari-hari biasa cukup disebut Panwas. Menurut Undang-Undang pemilu, Panwas Pemilu sebetulnya adalah nama lembaga pengawas pemilu tingakat nasioanal atau pusat. Sedang di provinsi disebut Panwas Pemilu Provinsi, di kabupaten/kota disebut Panwas Pemilu Kabupaten/Kota, dan di kecamatan disebut Panwas Pemilu Kecamatan.

Pengawas Pemilu adalah lembaga ad hoc yang dibentuk sebelum tahapan pertama pemilu (pendaftaran pemilih) dimulai dan dibubarkan setelah calon yang terpilih dalam pemilu dilantik. Lembaga pengawas pemilu adalah khas Indonesia. Pengawas Pemilu dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan tahapan pemilu, menerima pengaduan, serta menangani kasus-kasus pelanggaran administrasi dan pelanggaran pidana pemilu.2

Proses pelaksanaan pemilu 1955 sama sekali tidak mengenal lembaga pengawas pemilu. Lembaga pengawas pemilu baru muncul pada Pemilu 1982, pembentukan panwaslak pemilu pada pemilu 1982 dilatari oleh protes-protes atas banyaknya pelanggaran dan manipulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh para petugas pemilu pada pemilu 1971.

2

(54)

Pelanggaran dan kecurangan pemilu yang terjadi pada pemilu 1977 jauh lebih masif. Protes-protes ini lantas direspon pemerintah dan DPR yang didominasi Golkar dan ABRI. Akhirnya menculah gagasan memperbaiki undang-undang yang bertujuan meningkatkan ‘kualitas’

Pemilu 1982.

Memenuhi tuntutan PPP dan PDI, pemerintah setuju untuk menempatkan wakil peserta pemilu ke dalam kepanitian pemilu. Selain itu, pemerintah juga mengintroduksi adanya badan baru yang akan terlibat dalam urusan pemilu untuk mendampingi Lembaga Pemilihan Umum (LPU). Badan baru ini bernama Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum (Panwaslak Pemilu) yang bertugas mengawasi pelaksanaan pemilu. Struktur, fungsi, dan mekanisme kerja yang baru, pengawasan pemilu tetap diaktifkan untuk pemilu 1999. Namanya pun diubah dari Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilu Umum (Panwaslak Pemilu) menjadi Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu).3

Perubahan terhadap pengawas pemilu baru dilakukan lewat UU No. 12/2003. UU No.12/2003 menegaskan, untuk melakukan Pengawasan Pemilu, dibentuk Panitia Pengawas Pemilu, Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, dan Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan.

2. Visi dan Misi Panitia Pengawas Pemilu

a. Visi

3

(55)

1) Tegaknya integritas penyelenggara, penyelenggaraan dan hasil

pemilu melalui pengawasan pemilu berintegritas dan

berkredibilitas untuk mewujudkan pemilu yang demokratis.

Sesuai dengan pertimbangan dalam merumuskan visi bawaslu, penekanan pada aspek integritas dan kredebilitas menjadi substansi yang sangat penting untuk diwujudkan sebagai prasyarat dalam mewujudkan pemilu yang demokratis. Oleh karena kata integritas dan kredibilitas merupakan kata kunci dari visi bawaslu, perlu ada pemahaman bersama (common platform)mengenai substansi integritas dan kredibilitas yang menjadi tekanan penting dan menjadi bagian dari Visi Bawaslu.4

a) Integritas

Pengertian integritas adalah sebuah konsep memiliki keterkaitan dengan konsistensi (consistency), tindakan (action),

nilai-nilai (value), metode (methods), ukuran-ukuran (measures),

prinsip-prinsip (prinsiciples), harapan (expectation) dan capaian

(outcome). Pada umumnya terminologi integritas digunakan sebagai konsep yang holistik, memastikan (judging) integritas sebuah sistem dengan parameter yang dikembangkan sendiri mampu mencapai (ability to acvieve) tujuan (goal) yang dirumuskan sendiri. Ada juga yang melihat integritas sebagai kualitas(quality)dalam memiliki sense of honestydantruthfulness

4

(56)

yang memotivasi adanya sebuah sebuah tindakan. Kosa kata yang sering dikontraskan dengan integrity adalah hypocrisy (kepura-puraan). Sedangkan secara etimologis, kosa kata integritas berasal dari bahasa latin integer yang artinya whole atau complete

(menyeluruh atau lengkap). Konteks ini integritas dapat dibandingkan dengan personal inner sensi dari “wholeness”

sebagai derivasi dari dari say (perkataan) yang honest (jujur) dan

consistency(konsistensi) dari karakter. b) Kredibilitas

Terminologi kredibilitas secara tradisional memiliki dua komponen kunci ; trustworthiness (dapat dipercaya) dan expertise

(memiliki keahlian) yang keduanya memiliki komponen subyektif dan obyektif. Trustworthiness lebih pada faktor subyektif tetapi tetap meletakkan ukuran-ukuran (measurements) yang obyektif seperti establishes reliability. Expertise dapat berupa penerimaan secara subyektif akan tetapi juga termasuk karakteristik obyektif dari sumber daya (source) atau warta (massage), seperti mandat

(credentials), keterangan (certification) atau informasi yang bekualitas. Komponen kedua dari kredibilitas adalah source dynamism(kharisma) andphysical attractiveness.

(57)

lembaga yang terlibat dalam proses penyelenggaraan dan menetapkan hasil pemilu.

c) Pemilu yang dmokratis

Pemilu adalah salah satu pilar negara demokrasi, selain pilar-pilar lainnya seperti adanya peradilan yang bebas dan indeendent dan dijalankannya trias politica yakni pemisahan antara kekuasaan anatara lembaga eksekutif, legislataif dan yudisial serta adanya check and balance. Tanpa adanya pemilu yang demokratis maka adanya negara demokratis sulit untuk diwujudkan.

b. Misi

Misi (mission statement) sebagai bentuk operasionalisasi dari Visi Bawaslu. Oleh karea itu substansi strategis yang menjadi kandungan dari visi harus menjadi pertimbangan dalam merumuskn misi. Substansi yang harus digarisbawahi dan diterjemahkan adalah integritas, kredibilitas dan ukuran-ukuran terwjudnya pemilu yang demokratis. Berdasarkan penjelasan yang ada pada Visi maka Misi Bawaslu yang relevan dan mendukung pencapaian Visi Bawaslu adalah :

(58)

secara moral dan hukum untuk semua pihak untuk mendukung pelaksanaan Pemilu yang luber dan jurdil.

2) Memperkuat integritas pengawas pemilu. Ketika integritas diletakkan sebagai sebuah konsep yang memiliki keterkaitan dengan konsistensi tindakan, nilai-nilai, metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, harapan dan capaian, maka pengawasan pemilu yang dilakukan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penyelenggaraan dan hasil pemilu. 3) Mengawal integritas penegakan hukum pemilu. Pelanggaran Pemilu

dapat terjadi karena sejak awal ada proses pembiaran tanpa ada upaya yang sungguh-sungguh untuk menyelesaikannya. Salah satu faktor penting yang ikut menyumbang terjadinya pelanggaran Pemilu adalah penegakkan hukum Pemilu yang masih bermasalah. Hukum dan kebijakan, serta aparat penegak hukum Pemilu harus sungguh-sungguh menjalankan fungsinya sesuai dengan kewenangan dan kapasitas yang dimilikinya. Penegakan hukum Pemilu memiliki urgensi secara politik, ekonomi dan sosial budaya. Penegakan hukum Pemilu memiliki korelasi yang kuat dengan kepercayaan masyarakat terhadap kekuasaan. Substansi dasarnya adalah kapasitas hukum Pemilu bisa berdiri tegak terhadap semua pihak (justice for all), serta kemandirian dan kapasitas penyelenggara pemilu dalam mendorong Pemilu yang luber dan jurdil.

(59)

on the right track. Lembaga yang kuat adalah organisasi yang secara manajerial memiliki kapasitas untuk menggerakkan roda organisasi, didukung oleh perangkat keras (hardwer) seperti struktur kelembagaan yang baku dan mengabdi pada program sebagai jembatan untuk mencapai Visi kelembagaan, dimana struktur organisasi dibangun dengan membagi habis pekerjaan kelembagaan. Sedangkan perangkat lunak (software) yang transparan, dimana software yang dianggap penting dan prioritas adalah standard operating procedure (SOP) dan job description yang berbasis pada masalah kontekstual. Dengan demikian dapat dimungkinkan semua bagian organisasi bisa bekerja maupun membuat turunan kebijakan yang lebih rendah seperti juklak

danjuknis. Secara kelembagaan, Bawaslu yang diatur secara permanen juga harus mampu mengatasi masalah relasi secara struktural dengan kelembagaan Panwaslu yang ad hoc.

(60)

PLENO

Panwas

Kabupaten /Kota

Panitia Pengawas Kecamatan

SEKRETARIAT

dalam pemilu terutama berkenaan dengan peran strategis pengawasan dalam mendorong terwujudnya Pemilu yang luber dan jurdil.5

Penetapan Visi dan Misi Bawaslu memberikan konsekuensi logis pada upaya bagaimana Bawaslu mengembangkan tujuan dan sasaran, strategi dan rumusan tujuan yang harus dicapai. Sesuai dengan kesepakatan, tujuan bawaslu yang harus dicapai adalah : “meningkatkan kualitas pengawasan Pemilu untuk mewujudkan Pemilu yang demokratis

sebagai bagian dari konsolidasi demokrasi”.

3. Struktur Organisasi Panitia Pengawas Pemilu6

Sumber. Data Tertulis Pada Dokumen PANWASCAM tahun 2013

Panwaslu

Kota Administrasi Jakarta Selatan

5

Data Panitia Pengawas Pemilu (PANWASLU) Jakarta Selatan.2013. h 7-8

6

(61)

No Nama Jabatan No. Handphone 1. Yusuf Satyanegara, SH Ketua 081398821234 2. Ahmad Ari Masyhuri, MA Anggota 081269970469 3. Drs. Anwar Sanusi Anggota 085217723956

Panwaslu

Kecamatan Mampang Prapatan

No Nama Jabatan No.Handphone

1. Drs. H. Anas Kurdi, M.A Ketua 08128932534 2. Munawir, S.Ag.,M.Pd. Anggota 08128203439 3. H. Abd Rofiq, MA Anggota 08159981128

4. Ahdiani Staff 085694912997

1. Edy Latuheru Kuningan Barat 0818174162 2. A.Rizal Fahlevi Kuningan Barat 08997424998 3. H. Abdul Fatah Mampang

(62)

Panitia Pengawas Lapangan (PPL)

Kelurahan Bangka : Kelurahan Kuningan Barat :

12. Abdulloh Pela Mampang 087881605817 13. Sumarni Pela Mampang 085770017895 14 Latifah Pela Mampang 089631182782 Sumber. Data Tertulis Pada Dokumen PANWASCAM tahun 2013

1. H. Abdul Syakur, SE 1. Edy Latuheru

2. M. Rizky 2. Ahmad Rizal Fahlevi

Kelurahan Tegal Parang : Kelurahan Mampang Prapatan :

1. H. Andi Fathuzzaman, SE 1. H. Abdul Fattah

2. Amiruddin 2. Ahmad Bustomi

(63)

4. Program Kegiatan Panitia Pengawas Pemilu7

Kegiatan yang dilakukan oleh panwaslu antara lain :

a. Melakukan sosialisasi kepada pemangku kepentingan tentang peraturan perundang-undangan pemilu

b. Melibatkan semua pihak untuk berperan aktif mengawasi semua tahapan pemilu

c. Menyampaikan peringatan dini kepada KPU dan jajarannya, parpol dan pemerintah agar tidak melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan pemilu

d. Mengingatkan secara tegas kepada parpol peserta pemilu serta KPU dan jajarannya tentang aturan dan sanksi terhadap pelanggaran dalam pelaksanaan pemilu

e. Mempublikasikan melalui media massa tentang adanya kecendrungan/indikasi pelanggaran dalam pelaksanaan pemilu

f. Melakukan sosialisai langkah penindakan yang akan dilakukan oleh panwaslu kepada semua pihak yang terindikasi melakukan pelanggaran dalam pelaksanaan pemilu

g. Menyampaikan rekomendasi secara lisan dan atau tertulis kepada KPU dan jajarannya apabila terindikasi melakukan pelanggaran dan

h. Melakukan kegiatan lain sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

7

(64)

B. Gambaran Pemilih Kecamatan Mampang Prapatan Dalam Pileg 2014

1. Pemilih Berdasarkan Geografis Wilayah8

Secara geografis Kecamatan Mampang Prapatan terbagi menjadi 5 wilayah atau 5 kelurahan dengan karakteristik wilayah yang berbeda-beda. Masyarakatnya yang agamis merupakan karakter utama pada masyarakat Kec. Mampang Prapatan, wilayah sepanjang kali Mampang dan krukut yang dijadikan industri tahu-tempe, rawan kemacetan sepanjang Jl. Mampang Raya dan perubahan fungsi hunian menjadi komersil dan kantor, kafe dan restoran koridor Jl. Kemang Raya dan Kemang Selatan dan berbatasan dengan wilayah :

a. Sebelah Utara : Jl. Jend. Gatot Subroto , Kec. Setiabudi b. Sebelah Timur : Kali Ciledug, Kali Mampang, Kec. Pancoran c. Sebelah Selatan : Jl. Mamp. Prapatan XV, XVI, Jl. Ampera Raya d. Sebelah Barat : Kali Krukut, Kec. Kebayoran Baru

Luas wilayah dan banyaknya Rt dan Rw di wilayah Kec. Mampang prapatan dapt dilihat ditabel :

2 Pela Mampang 163,27 14 157

-3 Mampang Prapatan

77,70 7 74

-4 Tegal Parang 105,60 7 66

-5 Kuningan Barat 90,87 5 48

-JUMLAH 773,07 41 411

-Sumber. Data Tertulis Pada Dokumen Kec. Mampang Prapatan tahun 2013

8

(65)

2. Pemilih Berdasarkan Demografis Wilayah9

a. Jumlah Penduduk

Populasi penduduk di Kec. Mampang Prapatan sebagian besar dihuni oleh laki-laki yang jumlahnya lebi banyak dibandingkan perempuan baik itu dari orang tua maupun anak-anak disetiap kelurahan. Untuk itu populasi penduduk di Kec. Mampang Prapatan dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

2 PELA MAMPANG 27.664 21.257

-3 MAMPANG

PRAPATAN

11.320 9.071

-4 TEGAL PARANG 19.852 15.596

-5 KUNINGAN BARAT 8.779 6.326

-JUMLAH 79.595 61.364

-Sumber. Data Tertulis Pada Dokumen Kec. Mampang Prapatan tahun 2013

b. Jumlah Pemilih Berdasarkan Dafar Pemilih Tetap (DPT)10

Jumlah seluruh pemilih yang ada di Kec. Mampang Prapatan menurut Daftar Pemilih Tetap (DPT) adalah 112.763 orang. Yang terdiri dari pemilih yang suduh mempunyai hak suara dan pemilih pemula. Laki-laki sebanyak 58.008 dan perempuan sebanyak 54.755. dan jumlah tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

9

Data Kecamatan Mampang Prapatan.2013. h 7

10

(66)

No Kelurahan

Jumlah Daftar Pemilih Tetap Rw Tps

Laki-Laki

Perempuan Jumlah

1 Bangka 5 42 9.772 9.385 19.157

2 Pela Mampang 14 90 19.426 18.546 37.972 3 Mampang

Prapatan

7 40 8.451 8.027 16.476

4 Tegal Parang 7 62 14.021 13.132 27.153 5 Kuningan Barat 5 31 6.338 5.665 12.003 Total 38 265 58.008 54.755 112.763 Sumber. Data Tertulis Pada Dokumen PPK Mampang Prapatan tahun 2013

Gambar

Gambar 2.1: Gambar Pola Roda
Gambar 2.2 : Gambar Pola Rantai
Gambar 2.4: Gambar Pola Bintang
GAMBARAN UMUM PANITIA PENGAWAS PEMILU

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagikan kepada pemegang saham (investor) dalam bentuk dividen

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat akulturasi pada fasad rumah si Pitung di Marunda, dengan pengaruh kebudayaan yang sangat beragam dari berbagai etnis

Hasil penelitian tersebut menujukkan bahwa perusahaan dengan sturktur kepemilikan tersebar, dimana pemilik terbesar memegang kurang dari 20% dari total suara, berpengaruh

Semua data-data dalam tahapan manajemen aset di atas diintegrasikan dalam Sistem Informasi Geografis, sehingga informasi-informasi yang ada dapat disimpan secara sistematis dan

53 JABATAN : PENYUSUN HASIL MONITORING DAN EVALUASI

Berdasarkan hasil penelitian, risiko yang tergolong pada kategori extreme risk adalah kebakaran, sehingga diperlukan pengendalian lebih lanjut untuk menekan risiko

Kolam retensi merupakan kolam/waduk penampungan air hujan dalam jangka waktu tertentu, berfungsi untuk memotong puncak banjir yang terjadi dalam badan