SKRIPSI
PERBANDINGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), RETURN ON ASSETS (ROA) DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR)
ANTARA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA YANG GO PUBLIC DAN TERDAFTAR PADA
BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
OLEH :
FITHRI YANTI ADHAINI 090522104
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Perbandingan Corporate Social Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) Dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Antara Bank Pemerintah Dan Bank Swasta Yang Go Public Dan Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban
akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etikapenulisan
ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Medan, 11 Desember 2013 Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
PERBANDINGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), RETURN ON ASSETS (ROA) DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR)
ANTARA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA YANG GO PUBLIC DAN TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tanggung jawab sosial perusahaan, return on asset dan capital adequacy ratio antara bank pemerintah dan bank swasta. Penelitian ini dilakukan pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal komparatif. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode nonprobability sampling. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011 yang diperoleh dari
purposive sampling,
pengujian data menggunakan uji beda dua rata-rata (independent sample t-test). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa corporate social responsibility dan return on assets antara bank pemerintah dan bank swasta memiliki perbedaan sedangkan capiral adequacy ratio antara bank pemerintah dan bank swasta tidak memiliki perbedaan.
ABSTRACT
COMPARATIVE CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), RETURN ON ASSETS (ROA) AND CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR)
BANK BETWEEN THE GOVERNMENT AND PRIVATE BANKS GO PUBLIC AND LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX)
This study aims to determine the ratio of corporate social responsibility , return on assets and capital adequacy ratio between state banks and private banks . This research was conducted at the bank listed on the Indonesia Stock Exchange .
The method used in this study is causal comparative . The data used in the form of financial statements and annual reports listed banks in Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2011. The sample with nonprobability sampling method . The data used in the form of financial statements and annual reports listed banks in Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2011 were obtained from www.idx.co.id . The sample purposive sampling method , test data using two different test average ( independent sample t - test) .
The results of this study concluded that corporate social responsibility and return on assets between banks and the government , while private banks have capiral adequacy ratio difference between government and private banks, the banks do not have a difference .
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilaalamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan dan
menyusun laporan skripsi ini dengan judul “ Perbandingan Corporate Social
Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) Dan Capital Adequacy Ratio
(CAR) Antara Bank Pemerintah Dan Bank Swasta Yang Go Public Dan Terdaftar
Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) ”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen
Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
kedua orang tua saya Azwar Manday dan H. Hasniah Hanim, S.pd yang
senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada penulis dan kepada berbagai
pihak yang banyak membantu penulis, yaitu :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., selaku Ketua
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan
Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak., selaku sekertaris DEpartemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak., selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.
Mutia Ismail, MM, Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi
4. Bapak Keulana Erwin S.E., Ak., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk membimbing dan
mengarahkan penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Bapak Drs. Zainal Abidin Tarigan Silangit, Ak., selaku Dosen Pembaca
Penilai yang telah meluangkan waktu,tenaga dan fikiran untuk membaca dan
menilai skripsi ini.
6. Kepada abang kakak dan adik penulis Khairil Azmi S.H, Neni Apriani,
Annisa Sri Rizki S.E, Didin Manday, Hanum, Rifa Lucia S.H, dan Zalni
Fartinal dan sahabat-sahabat penulis Widya, Risha, Ayu, Novi, Hydri,
Samsuri, Eka, Ali, Yuli, Wanda dan rekan-rekan kerja penulis kak Linda,
Riris, Novita, Sukma, Wira dan semua team yang ada di PT. Bank
Danamon Indonesia Tbk cabang SM. Raja yang telah memberikan dukungan
dan doa.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penulis membuka diri atas
segala kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap skripsi ini
bermanfaat bagi para pembaca dan dapat digunakan untuk menambah
pengetahuan dan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, 11 Desember 2013
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN ……… i
ABSTRAK ………...………… ii
ABSTRACT ……… iii
KATA PENGANTAR ……… iv
DAFTAR ISI ……….……….. vi
DAFTAR TABEL ………... viii
DAFTAR GAMBAR ……….. ix
DAFTAR LAMPIRAN ……….. x
BAB I : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ……… …… 1
1.2.Perumusan Masalah ……… 9
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 9
1.3.1. Tujuan Penelitian ………. 9
1.3.2. Manfaat Penelitian ………..……. 10
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Teoritis ……….. 11
2.1.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaa... 11
2.1.1.1. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan... 11
2.1.1.2. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan……….… 18
2.1.1.3. Bentuk Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ……… 20
2.1.1.4. Tahap – Tahap Penerapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaa……… 22
2.1.1.5. Indikator Kinerja Tanggung Jawab Sosial ……….….. 24
2.1.2. Kinerja Keuangan Bank ………. 29
2.1.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan ………….. 29
2.1.2.2. Laporan Keuangan Bank ……...……….. 30
2.1.2.3. Analisis Laporan Keuangan ………. 32
2.1.3. Pengertian Bank ……… 41
2.1.3.1. Perbedaan Bank Pemerintah dengan Bank Swasta ………... 43
2.1.3.2. Sumber Dana Bank ………. 44
2.3.Kerangka Konseptual ……….. 48
2.4.Hipotesis Penelitian ……….. 50
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1.Desain Penelitian ……….. 51
3.2.Populasi Sampel ………... 51
3.3.Jenis dan Sumber Data ……… 55
3.4.Teknik Pengumpulan Data ………. 55
3.5.Definisi Operasional Variabel ………... 55
3.6.Metode Analisis Data …..……….. 58
3.7.Jadwal Penelitian ………... 61
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Analisis Data Penelitian …………...………. 62
4.1.1. Sekilas Gambaran Mengenai BEI.……... 62
4.1.2. Deskripsi Data Variabel ……….... 64
4.2.Pengujian Hipotesis ……… 66
4.2.1. Pengujian Hipotesis CSR ………... 67
4.2.2. Pengujian Hipotesis ROA ……….. 68
4.2.3. Pengujian Hipotesis CAR ……….. 70
4.3.Pembahasan Hasil Penelitian ……… 71
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ………..……….. 73
5.2.Keterbatasan Penelitian ...………. 75
5.3.Saran …………..……… 75
DAFTAR PUSTAKA ………. 77
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
2.1 Indikator Kinerja Tanggung Jawab Sosial ………. 26
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ……… 45
3.1 Daftar Populasi ……….……… 52
3.2 Daftar Sampel ……….………. 54
3.7 Jadwal Penelitian ………. 61
4.1 Hasil Perhitungan Deskripsi Statistik Group Statistics... 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Piramida Konsep Tanggung Jawab Sosial ……….. 21
2.2 Kerangka Konseptual ………….………. 49
DATA LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 Data-Data Sampel Perusahaan ……...…… 79
2 Group Statistics ………...………. 80
3 Independent Sample Test ………...……… 81
4 Independent Sample Test …………...……… 82
ABSTRAK
PERBANDINGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), RETURN ON ASSETS (ROA) DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR)
ANTARA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA YANG GO PUBLIC DAN TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tanggung jawab sosial perusahaan, return on asset dan capital adequacy ratio antara bank pemerintah dan bank swasta. Penelitian ini dilakukan pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausal komparatif. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode nonprobability sampling. Data yang digunakan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011 yang diperoleh dari
purposive sampling,
pengujian data menggunakan uji beda dua rata-rata (independent sample t-test). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa corporate social responsibility dan return on assets antara bank pemerintah dan bank swasta memiliki perbedaan sedangkan capiral adequacy ratio antara bank pemerintah dan bank swasta tidak memiliki perbedaan.
ABSTRACT
COMPARATIVE CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), RETURN ON ASSETS (ROA) AND CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR)
BANK BETWEEN THE GOVERNMENT AND PRIVATE BANKS GO PUBLIC AND LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX)
This study aims to determine the ratio of corporate social responsibility , return on assets and capital adequacy ratio between state banks and private banks . This research was conducted at the bank listed on the Indonesia Stock Exchange .
The method used in this study is causal comparative . The data used in the form of financial statements and annual reports listed banks in Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2011. The sample with nonprobability sampling method . The data used in the form of financial statements and annual reports listed banks in Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2011 were obtained from www.idx.co.id . The sample purposive sampling method , test data using two different test average ( independent sample t - test) .
The results of this study concluded that corporate social responsibility and return on assets between banks and the government , while private banks have capiral adequacy ratio difference between government and private banks, the banks do not have a difference .
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun
dana dari pihak yang memilik dana lebih dan menyalurkannya ke pihak yang
kekurangan dana dan memberikan jasa-jasa lainnya. Ditopang dengan
kecanggihan tekhnologi dizaman sekarang ini perbankan sudah menjadi suatu
kebutuhan bagi masyarakat. Perbankan merupakan industri yang dibutuhkan dan
memiliki peranan yang sangat penting sekarang ini terutama bagi dunia bisnis.
Dalam kegiatan bisnis bank merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatannya, bank diperlukan untuk mengatur lalu lintas pembayaran dari
berbagai macam jual beli yang dilakukan oleh masyarakat. Banyak sektor yang
ditopang pertumbuhannya oleh industri perbankan, bahkan dibeberapa negara
maju pebankan merupakan sektor utama yang menunjang perkonomian negara
tersebut. Perbankan dapat mendorong pengembangan dan pembangunan ekonomi
suatu daerah atau suatu negara sehingga dapat meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan
ekonomi suatu negara (Kasmir, 2005:7). Lembaga keuangan perbankan ini
berfungsi sebagai lembaga yang mempercepat penyaluran dana dari pihak yang
memiliki dana lebih dengan pihak yang kekurangan dana fungsi ini dikenal
sebagai fungsi perantara (financial intermediation). Bank sebagai perantara
keuangan memperoleh keuntungan dari selisih bunga yang diberikan kepada
(bunga kredit) dan bank juga memperoleh keuntungan dari biaya kegiatan
jasa-jasa lainnya yang dikenal dengan istilah fee based. Pada bank konvensional
keuntungan ini disebut Spread Based, sedangkan pada bank syariah tidak dikenal
bunga karena diharamkan sedangkan keuntungan yang diperoleh dikenal dengan
istilah bagi hasil atau profit sharing (Kasmir, 2005;10).Seiring dengan semakin
pesatnya pertumbuhan dalam dunia usaha membuat persaingan dalam bisnis
perbankan pun semakin tajam, hal ini dapat dilihat dengan terus bertambahnya
jumlah bank yang beroperasi baik itu bank pemerintah, bank swasta maupun bank
asing yang bersaing di dalam perbankan di Indonesia. Selain itu, pengetahuan
masyarakat saat sekarang ini semakin berkembang, sehingga membuat masyarakat
semakin selektif dalam memilih bank yang mereka percayai untuk mengelola
dana mereka. Masyarakat memiliki pertimbangan-pertimbangan untuk
menyimpankan dananya pada suatu bank. Pertimbangan-pertimbangan tersebut
antara lain keamanan, teknologi, citra bank, kepedulian suatu bank terhadap
lingkungan sekitarnya dan keunggulan produk-produk yang ditawarkan suatu
bank. Semakin ketatnya persaingan dalam dunia perbankan membuat manajemen
bank melakukan berbagai macam cara agar laporan yang diberikan terhadap
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap bank yang bersangkutan merasa puas
atas kinerja manajemen bank dalam mengelola asset yang dipercayakan kepada
mereka.
Keberhasilan suatu perusahaan biasanya ditandai dengan kinerja keuangan
yang positif, baik dari segi pencapaian laba maupun pertumbuhan perusahaan
suatu perusahaan yaitu keberlangsungan (sustainability) (Wibisono, 2007:5).
Keberlangsungan suatu perusahaan juga tergantung pada penerimaan publik atau
masyarakat akan kehadiran perusahaan tersebut. Untuk mencapai
keberlangsungan tersebut lahirlah suatu konsep yang dikenal dengan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) (Elkington
dalam Wibisono 2007:7). Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan sebuah
gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab
yang berpijak pada aspek keuntungan semata, yaitu nilai perusahaan yang
direflesikan dalam kondisi keuangan, namun juga harus memperhatikan aspek
sosial dan lingkungannya. Konsep CSR menyatakan bahwa tanggung jawab
perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi
juga terhadap para stakeholders yang terkait dan atau terkena dampak dari
keberadaan perusahaan. Perusahaan tidak lagi hanya dihadapkan pada tanggung
jawab yang berpijak pada Single Bottom Line, yaitu nilai perusahaan (corporate
value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja, namun juga harus
memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya (Altman & Berman dalam
Wibisono:2007). Dunia usaha bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk
menciptakan profit demi kelangsungan usahanya, melainkan juga tanggung jawab
terhadap sosial dan lingkungannya. Menurut Global Compact Initiative (2002)
menyebutkan pemahaman CSR dengan 3P atau dikenal dengan Triple Bottom
Line yaitu Profit (keuntungan), People (masyarakat) dan Planet (lingkungan).
Kesadaran tentang pentingnya menerapkan CSR ini menjadi tren seiring
yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah
sosial. Salah satu contoh kongkretnya adalah bank-bank yang memberikan
beasiswa pendidikan kepada masyarakat yang kurang mampu tetapi memiliki
kemauan untuk belajar. Corporate Social Responsibility saat ini bukan lagi
bersifat sukarela/komitmen yang dilakukan perusahaan didalam
mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaan untuk melakukan atau
menerapkannya. Disamping itu beberapa peristiwa yang terjadi belakangan akibat
aktivitas perusahaan yang menyebabkan timbulnya permasalahan dan kerusakan
pada lingkungan sekitar perusahaan ini menyadarkan arti pentingnya penerapan
CSR (Wibisono, 2007:4). Seperti pada kasus PT Freeport Indonesia yang berada
di Papua yang mengakibatkan timbulnya konflik antara penduduk sekitar dengan
perusahaan yang dipicu oleha aktivitas perusahaan PT Freeport Indonesia dalam
mendulang emas yang berada di Gunung Earnsberg menyebabkan perusakan
terhadap lingkungan disekitar gunung yang mengakibatkan timbulnya kerukan
yang menyebabkan terbentuknya danau yang dikenal dengan Danau Wilson.
Timbulnya pelanggaran hak azasi pekerja yang ditandai dengan penembakan yang
berakibat kematian pada pekerja karena berunjuk rasa untuk menuntut hak
mereka. Dan tidak adanya kejujuran dan transparansi perusahaan dalam
menyampaikan laporan perusahaan kepada pemerintah bahwa perusahaan
semenjak tahun 2010 bukan hanya mengelola emas tetapi juga mengelola timah
dan tembaga yang berasal dari daerah eksplorasi (Dominggus A. Mampioper,
www.kabarindonesia,com diakses 11/08/2009 dan
PT Exxon Mobil Indonesia yang berada di Aceh mengeksplor gas alam yang
ada di daerah Arun, pada tahun 1999 PT Exxon Mobil Indonesia dinyatakan
sebagai perusahaan petrokimia terbesar di dunia dan setahun kemudian
perusahaan dilaporkan menjadi korporasi dengan keuntungan terbesar di dunia
tetapi sedikit sekali keuntungan yang dihasilkan dari perusahaan untuk dipakai
dalam pembangunan daerah Aceh, aktivitas perusahaan menimbulkan kerusakan
lingkungan yang signifikan, tanah masyarakat sekitar diambil tanpa kompensasi,
karyawan Indonesia yang direkrut bukan dari masyarakat setempat tetapi dari luar
Aceh khususny Jawa dan dengan adanya explorasi yang dilakukan PT Exxon
Mobil Indonesia yang tidak didukung dengan tindakan yang memperhatikan
kehidupan dan permasalahan masyarakat Aceh sedangkan perusahaan
terus-menerus menguras kekayaan alam yang ada di daerah tersebut menimbulkan
kemarahan masyarakat sekitar sehingga terciptanya suatu kelompok Gerakan
Aceh Merdeka (GAM) yang mewakili keinginan masyarakat sekitar
Selanjutnya kasus lumpur Lapindo yang diakibatkan kesalahan teknis dalam
operasi PT Lapindo Brantas menimbulkan dampak yang sangat luas, masyarakat
lokal di beberapa desa sekitar telah kehilangan rumah dan pekerjaan, kerusakan
sarana pabrik, infrastruktur, jalan tol dan bahkan perusahaan kecil menengah dan
industri besar ikut terkena dampaknya. Contohnya PT Petrokimia Gresik terpaksa
harus menghentikan operasi pabrik amoniak dan ureanya. PT PLN terpaksa harus
menurunkan dayanya dan mensubtitusi bahan bakarnya dengan solar yang
akan melaksanakan program tentu tidak terlepas dari tujuan utamanya untuk
menghasilkan keuntungan. Walaupun program CSR bersifat sosial, tentu
perusahaan ingin menjalankan program yang mendukung kinerja perusahaan dan
memberikan manfaat bagi perusahaan (Wibisono, 2007 : 49).
Krisis yang terjadi pada dunia perbankan di Indonesia pertengahan tahun
1997 sampai tahun 1998 menjadi awal dari penyebab kehidupan masyarakat
Indonesia menjadi terpuruk, dimana krisis keuangan di Asia atau di Indonesia
biasa disebut dengan krisis moneter berawal dari Thailand pada bulan Juli yang
membawa dampak sangat besar terhadap nilai tukar, bursa saham, dan harga asset
lainnya di beberapa negara asia. Akibat dari pergolakan nilai tukar (kurs) yaitu
nilai tukar rupiah yang jatuh terhadap dollar dan ditambah dengan semakin
memburuknya arus kas perbankan menyebabkan banyak bank mengalami
kesuliatan likuiditas, sehingga membuat bank kehilangan kepercayaan masyarakat
dan mengakibatkan nasabah beramai-ramai melakukan penarikan dananya secara
besar-besaran (rush), akibatnya banyak bank yang harus ditutup sehingga
berdampak pada lumpuhnya perekonomian secara total. Selain dari pengalaman
krisis yang terjadi pada tahun 1997, pada tahun 2008 krisis keuangan global
melanda Amerika dan beberapa negara di Eropa. Imbas dari krisis yang
ditimbulkan oleh kegagalan industri properti di Amerika menjadi pemicu jatuhnya
institusi keuangan di negara tersebut dan berakibat dunia mengalami krisis global
yang sempat dirasakan Indonesia, yaitu nilai tukar rupiah sempat melonjak dan
Bursa Efek Indonesia sempat menghentikan (suspen) perdagangan saham selama
Krisis keuangan dan semakin meningkatanya persaingan dalam dunia
perbankan dapat memicu permasalahan sehingga banyak bank dinyatakan
bangkrut dan harus ditutup. Krisis keuangan dan praktik-praktik perbankan yang
tidak legal membuat terjadinya krisis kepercayaan masyarakat terhadap dunia
perbankan, karena itu pembenahan di sektor perbankan dapat mengembalikan
kepercayaan masyarakat baik nasional maupun internasional dipandang sebagai
suatu hal yang mendesak, karena sekali kepercayaan masyarakat hilang maka
dunia perbankan Indonesia akan mengalami krisis yang berkepanjangan.Dengan
didorong oleh kemajuan perekonomian maka sektor perbankan perlahan-lahan
bangkit kembali. Bank pemerintah dan swasta saling bersaing dalam hal
pelayanan dan pemenuhan kewajiban kepada nasabahnya. Segmen-segmen dari
bank ini tentunya menawarkan kekuatan (strength) dan memberikan gambaran
kelemahan (weakness) masing-masing.
Bagi manajemen nilai asset perlu dicermati karena menjadi dasar pengukuran
prestasi keuangan perusahaan. Ukuran ini menjadi pembanding prestasi sesuatu
perusahaan dengan prestasi perusahaan yang lain dalam hal yang sama, apakah
lebih baik atau tidak, sehingga dapat menjadi dasar keputusan manajemen untuk
mempertahankan atau meningkatkannya. Pengelolaan asset bank mempunyai
pengaruh terhadap, likuiditas maupun keamanan usaha bank. Manajemen harus
mampu mengelola asset bank sedemikian rupa sehingga berhasil menciptakan
pendapatan yang optimal dengan tingkat likuiditas yang sehat dan aman. Asset
bank pada dasarnya terbentuk oleh dana yang dapat dihimpun dari masyarakat
menghasilkan pendapatan bagi bank (Pandia, 2012:59). Asset inilah nantinya
yang akan menunjukkan kemampuan aktiva untuk mmenghasilkan laba. Maka
return on assets berfungsi untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu bank
maka semakinbesar tingkat keuntungan bank dan semakin baik pula posisi bank
dari segi penggunaan asset.
Modal merupkan uang yang ditanamkan oleh pemiliknya sebagai pokok
untuk memulai usaha maupun untuk memperbesar usahanya yang dapat
menghasilkan sesuatu guna menambah kekayaan. Modal merupakam faktor
penting dalam bisnis perbankan namun modal hanya membiayai sebagian kecil
dari harta bank, artinya modal bagi bank penting dalam rangka pengembangan
usaha dan menampung resiko kerugiaannya. Selain itu modal juga berfungsi
untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan bank dalam
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Keberhasilan suatu bank
bukan terletak pada jumlah modal yang dimilikinya, tetapi bagaimana bank
tersebut mempergunakan modal itu untuk mendapatkan sebanyak mungkin dana
masyarakat yang kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat yang
membutuhkan sehingga membentuk pendapatan bagi bank (Pandia, 2012:28,31).
Asumsi masyarakat Indonesia cenderung menilai bahwa bank pemerintahlah
yang lebih baik kinerjanya dibandingkan bank swasta. Masyarakat Indonesia pada
umumnya lebih cenderung memiliki pola pikir bahwa bank pemerintah lebih
unggul dan lebih baik untuk menjadi pilihan mereka untuk mempercayakan
penelitian apakah asumsi masyarakat tersebut benar adanya jika dilihat dari
indikator kinerja keuangan, selain itu kita juga dapat mengetahui kinerja
manajemen bank mana yang lebih baik dalam mengelola dana nasabah yang
dipercayakan kepada mereka. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Perbandingan Corporate Social Responsibility (CSR),
Return On Assets (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Antara Bank
Pemerintah Dan Bank Swasta Yang Go Publik Dan Terdaftar Pada Bursa Efek
Indonesia “.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan Corporate Social Responsibility (CSR) antara
bank pemerintah dan bank swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah terdapat perbedaan Return on Assets (ROA) antara bank pemerintah
dan bank swasta yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah terdapat perbedaa Capital Adequacy Ratio (CAR) antara bank
pemerintah dan bank swasta yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?”
1.3.Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui perbedaan antara pelaksanaan Corporate Social Responsibility
(CSR) bank pemerintah dan dank swasta yang terdaftar di Bursa Efek
2. Mengetahui perbedaan antara kinerja Return On Assets (ROA) antara bank
pemerintah dan bank swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Mengetahui perbedaan antara kinerja Capital Adequacy Ratio (CAR) antara
bank pemerintah dan bank swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian
mengenai perbandingan tangung jawab sosial perusahaan dan kinerja keuangan
bank pemerintah dengan bank swasta ini antara lain :
1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan mengenai dunia perbankan
khususnya tentang kinerja keuangan yang dilihat dari Corporate Social
Responsibility (CSR), Return On Assets (ROA) dan Capital Adequacy Ratio
(CAR).
2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan atau referensi dan sumber
informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
3. Bagi masyarakat, sebahai bahan masukan dan sumber informasi agar lebih
bijak dalam memilih bank sebagai tempat untuk menyimpan uang dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Teoritis
Tinjauan pustaka dalam bab II ini terdiri dari tinjauan teoritis yang
membahas tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja keuangan bank.
2.1.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan di dalam bab II ini membahas
antara lain definisi tanggung jawab sosial perusahaan, manfaat tanggung
jawab sosial perusahaan, bentuk implementasi tanggung jawab sosial
perusahaan, tahap-tahap penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dan
indikator kinerja tanggung jawab sosial.
2.1.1.1. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Dewasa ini keberhasilam suatu perusahaan ditandai dengan
keberlangsungan suatu perusahaan. Dalam melakukan kegiatan
operasionalnya sehari-hari tanpa disadari ataupun disadari perusahaan
memanfaatkan sumber daya yang ada dilingkungannya baik berupa
sumber daya alam ataupun sumber daya manusia. Dunia usaha merupakan
bagian dari komunitas masyarakat dan memiliki tanggung jawab sosial
yang sama dengan masyarkat.
Sejarah CSR dunia terbagi atas beberapa fase. Untuk fase pertama
tanggungjawab sosial perusahaan kepada masyarakat bermula di Amerika
Serikat sekitar tahun 1900 atau lebih dikenal sebagai permulaan abad
ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan raksasa yang muncul
dan hidup berdampingan dengan masyarakat. Pasa saat itu, banyak
perusahaan besar menyalahgunakan kuasa mereka dalam hal diskriminasi
harga, menahan buruh dan prilaku lainya yang menyalahi moral
kemanusiaan. Dengan kata lain, banyak perusahaan yang berbuat
semena-mena terhadap masyarakat. Hal itu jelas membuat emosi masyarakat.
Emosi yang meluap membuat masyarakat melakukan aksi protes.
Menanggapi hal itu, pemerintah Amerika Serikat melakukan perubahan
peraturan perusahaan untuk mengatasi masalah tersebut. Dimana
perusahaan harus bertindak adil dan menghargai masyarakat. Gaji buruh
harus dikeluarkan dan tidak ada diskriminasi harga kepada masyarakat
Amerika. Fase kedua munculnya evolousi CSR tercetus pada tahun
1930-an. Dimana pada waktu ini banyak protes yang muncul dari masyarakat
akibat ulah perusahaan yang tidak mempedulikan masyarakat sekitarnya.
Segala sesuatu hanya diketahui oleh perusahaan, ditambah kenyataan
bahwa pada saat itu telah terjadi resesi dunia secara besar-besaran yang
mengakibatkan pengangguran dan banyak perusahaan yang bangkrut. Pada
masa ini dunia berhadapan dengan kekurangan modal untuk melakukan
produksinya. Buruh terpaksa berhenti bekerja, pengangguran sangat
meluas dan merugikan pekerjannya. Saat itu timbul ketidakpuasan
terhadap sikap perusahaan yang tidak bertanggung jawab terhadap
pekerjanya karena perusahaan hanya diam dan tidak bisa berbuat apa-apa.
tanggung jawab moral. Menyadari kemarahan masyarakat muncul
beberapa perusahaan yang meminta maaf kepada masyarakat dan memberi
beberapa jaminan kepada para karyawannya yang dipecat.
Sesuatu yang menarik dari kedua fase ini adalah belum dikenalnya istilah
CSR. Meskipun upaya perusahaan untuk memperhatikan masyarakat
sekitarnya sudah jelas terlihat. Namun usaha itu lebih dikenal sebatas
tanggung jawab moral (Gunna Harmayani, diakses 14 Mei 2013).
Sedangkan untuk sejarah awal penggunaan istilah CSR itu dimulai
pada tahun 1970an. Pada saat ini banyak perusahaan yang memberikan
bantuan kepada masyarakat baik berupa bantuan bencana alam, tunjangan
dan lain sebagainya. Ketenaran istilah CSR semakin menjadi ketika buku
Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business
(1998) terbit dipasaran, buku ini adalah karangan John Elkington. Didalam
buku ini ia mengembangkan tiga komponen penting sustainable
development, yakni economic growth, environmental protection, dan
social equity, Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus yang sengaja
ia singkat menjadi 3P yaitu singkatan dari profit, planet dan people.
Didalam bukunya itu ia menjelaskan bahwa Perusahaan yang baik tidak
hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), melainkan pula
memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan
kesejahteraan masyarakat (people). Menurut Elkington dalam Wibisono
(2007), sebuah perusahaan tidak akan pernah menjadi besar jika
lingkungannya rusak, maka tidak akan terjadi arus komunikasi dan
transportasi yang bagus untuk kelancaran usaha perusahaan.
Sedangkan sejarah CSR di Indonesia dimulai pada tahun 1980-an,
namun semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Sama seperti
sejarah munculnya CSR didunia dimana istilah CSR muncul ketika
kegiatan CSR sebenarnya telah terjadi. Di Indonesia, kegiatan CSR ini
sebenarnya sudah dilakukan perusahaan bertahun-tahun lamanya. Namun
pada saat itu kegiatan CSR Indonesia dikenal dengan nama CSA
(Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan” (Gunna
Harmayani, diakses 14 Mei 2013).
Kegiatan CSA ini dapat dikatakan sama dengan CSR karena
konsep dan pola pikir yang digunakan hampir sama. Layaknya CSR, CSA
ini juga berusaha merepresentasikan bentuk “peran serta” dan
“kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan, misalnya
bantuan bencana alam, pembagian Tunjangan Hari Raya (THR), beasiswa
dan lain sebagainya. Melalui konsep investasi sosial perusahaan “seat
belt”, yang dibangun pada tahun 2000-an. sejak tahun 2003 Departemen
Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang selalu aktif dalam
mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai
perusahaan nasional. Dalam hal ini departemen sosial merupakan pelaku
awal kegiatan CSR di Indonesia. Selang beberapa waktu setelah itu,
pemerintah mengimbau kepada pemilik perusahaan untuk memperhatikan
ada peraturan yang mengikat. Pemerintah menegaskan bahwa yang perlu
diperhatikan perusahaan bukan hanya sebatas stakeholders atau para
pemegang saham. Melainkan stakeholders, yakni pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat
mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat
sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, lingkungan,
media massa dan pemerintah.. Setelah tahun 2007 tepatnya
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang kewajiban Perseroan Terbatas
keluar, hampir semua perusahaan Indonesia telah melakukan program
CSR, meski lagi-lagi kegiatan itu masih berlangsung pada tahap cari
popularitas dan keterikatan peraturan pemerintah.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan
pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan (Untung : 2008).
Lembaga International The Word Business Council for Sustainable
Development (WBCSD) yang dikutip oleh Wibisono (2007:7)
mendefenisikan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai komitmen
dunia usaha untuk terus-menerus bertindak secara etis, melakukan
operasional perusahaan secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan
sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat
secara lebih luas.
Definisi lain mengenai tanggung jawab sosial dikemukakan oleh
World Bank dalam Siagian (2010:66) adalah sebagai suatu komitmen
perusahaan agar bermanfaat bagi pembangunan ekonomi yang
berkesinambungan, bekerja dengan para perwakilan mereka, masyrakat
untuk meningkatkan kualitas hidup sehingga eksistensi perusahaan akan
baik bagi perusahaan itu sendiri dan baik pula bagi pembangunan.
Selain itu, ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility
juga memberikan definisi tanggung jawab sosial yang mulai ditetapkan
tahun 2010. Menurut ISO 26000, tanggung jawab sosial adalah tanggung
jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari
keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatan kepada masyarakat dan lingkungan yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat,
mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan
hukum yang berlaku yang ditetapkan dan norma-norma perilaku
internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.
Corporate Social Responsibility merupakan upaya dan komitmen
suatu perusahaan untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan
berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup karyawan dan
keluarganya, komunitas masyarakat luas untuk memperoleh profit
panjang. Berdasarkan definisi tersebut dapat ditemukan kesamaan yaitu
bahwa tanggung jawab sosial menawarkan konsep keseimbangan antar
perhatian terhadap aspek ekonomis dan perhatian terhadap aspek sosial
serta lingkungan. Di dalam laporan keuangan bank juga terdapat laporan
mengenai tanggung jawab sosial yang dilaksanakan perusahaan dalam
kegiatan perbankannya sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan
sekitar perusahaan. CSR berhubungan erat dengan pembangunan
berkelanjutan dimana suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitas
keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan misalnya
keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi
social dan lingkungan untuk saat ini maupun jangka panjang. Hal ini
menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah
ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap
lingkungan dan masalah etika.Peraturan pemerintah pada beberapa Negara
mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas.
Tanggung jawab sosial perusahaan diatur pemerintah Indonesia dalam
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU
PT), yang disahkan pada 20 Juli 2007. Pasal 74 Undang-Undang Perseroan
Terbatas menyatakan:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan
sosial dan perbuatan baik. CSR bukan hanya sekedar kegiatan amal,
dimana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan
keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat
terhadap seluruh stakeholder perusahaan termasuk lingkungan hidup.
Skala dan keuntungan dari CSR untuk suatu organisasi dapat
berbeda-beda tergantung dari sifat perusahaan tersebut. Banyak pihak berpendapat
bahwa amat sulit untuk mengukur kinerja CSR, walaupun sesungguhnya
cukup banyak literatur yang memuat tentang cara mengukurnya.
2.1.1.2. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Konsep triple bottom line reporting memuat pengertian bahwa
bisnis tidak hanya sekedar mencari keuntungan (profit) melainkan juga
memberikan kesejahteraan kepada orang lain (people) dan menjamin
keberlangsungan hidup bumi (planet) (Nugroho, 2007). Dalam
menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan memfokuskan
perhatiannya kepada tiga hal, yaitu laba, lingkungan dan masyarakat,yang
disebut dengan 3P yaitu :
a. Profit atau laba sebagai suatu lembaga keuangan bank juga harus
berorintasi untuk mencari keuntungan agar dapat terus beroperasi dan
memberikan deviden bagi pemegang saham, mengalokasikan
sebagian laba yang diperoleh guna membiayai pertumbuhan dan
pengembangan usaha dimasa depan, serta membayar pajak kepada
pemerintah. People atau masyarakat
b. People atau masyarakat, dalam kegiatannya perusahaan menjamin
kelangsungan hidup dan meningkatkan daya saing perusahaan,
perusahaan harus memilikikepedulian terhadap kesejahteraan
karyawan dan manusia yang merupakan asset berharga dalam
organisasi maupun Negara
c. Planet atau lingkungan, kepedulian terhadap lingkungan hidup dan
keberlanjutan keragaman hayati bias dilakukan melalui pelaksanaan
program penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih,
perbaikan pemukiman.
Apabila prinsip triple bottom line dapat diimplementasikan
dengan baik, maka akan menunjukkan akuntabilitas perusahaan tidak
hanya untuk melaksanakan kegiatan ekonomi saja tetapi juga untuk
pelaksanaan kegiatan sosial dan lingkungan yang akan berpengaruh
terhadap masyarakat. Dengan menjalankan tanggung jawab sosial,
perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek,
namun juga turut berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan
kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitar dalam jangka panjang.
Menurut Wibisono (2007:78), manfaat perusahaan menerapkan CSR
a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image
perusahaan
b. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial (social lisence to
operate)
c. Mereduksi resiko bisnis perusahaan
d. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha
e. Membuka peluang pasar yang lebih luas
f. Mereduksi biaya, misalnya biaya yang terkait dengan dampak
pembuangan limbah
g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders
h. Memperbaiki hubungan dengan regulator
i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan
j. Peluang mendapatkan penghargaan.
2.1.1.3. Bentuk Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Menurut Saidi dan Zaim (2004:32) dalam pelaksanaan CSR
sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan
oleh perusahaan di Indonesia, yaitu :
a. Keterlibatan langsung, artinya perusahaan menjalankan program CSR
secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.
b. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, artinya perusahaan
ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan
diperusahaan-perusahaan di Negara maju. Biasanya diperusahaan-perusahaan menyediakan dana
awal, dana rutin secara teratur bagi kegiatan yayasan.
c. Bermitra dengan pihak lain, artinya perusahaan menyelenggarakan CSR
melalui kerjasama dengan lembaga sosial/ organisasi non pemerintah
(NGO/LSM), instansi pemerintah, universitas atau media massa baik
dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
d. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium, artinya
perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu
lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.
Dibandingkan dengan model lainnya pola ini lebih berorientasi pada
pemebrian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembanguna”.
Menurut Trevino dan Nelson dalam Ernawan (2007:112) tanggung
jawab sosial perusahaan dapat dikonsepkan sebagai piramid yang terdiri
dari segi empat macam tanggung jawab yang harus dipertimbangkan
secara berkesinambungan, yaitu ekonomi, hukum, etika dan
[image:34.595.168.511.506.700.2]berprikemanusiaan.
Gambar 2.1
Piramida Konsep Tanggung Jawab Sosial Tanggung Jawab
Berprikemanusiaan
Tanggung Jawab Etis
Tanggung Jawab Hukum
2.1.1.4. Tahap-Tahap Penerapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Menurut Wibisono (2007:121) perusahaan-perusahaan yang
berhasil dalam menerapkan tanggung jawab sosial menggunakan tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan terdiri atas tiga langkah yaitu awareness Building,
CSR Assessement dan CSR Manual Building. Awareness Building
merupakan langkah awal untuk membangu kesadaran mengenai arti
penting CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat dilakukan
antara lain melalui seminar, lokakarya dan diskusi kelompok. CSR
assessment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan
dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas
perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur
perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. CSR
manual building merupakan dasar untuk penyusunan manual atau
pedoman implementasi CSR. Upaya yang harus dilakukan antara lain
dengan cara menggali referensi atau meminta bantuan tenaga ahli
independen dari luar perusahaan. CSR manual bilding dibuat sebagai
acuan, pedoman dan panduan dalam pengelolaan kegiatan sosial
b. Tahap Implementasi
Tahap implementasi terdiri atas tiga langkah utama yaitu sosialisasi,
pelaksanaan dan internalisasi. Sosialisasi diperlukan untuk
memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai
aspek yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai
pedoman penerapan CSR. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada
dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada. Internasilisasi
adalah tahap jangka panjang. Internalisasi mencangkup upaya-upaya
untuk memperkenalkan CSR didalam seluruh proses bisnis perusahaan
misalnya melalui system manajemen kinerja, proses produksi,
pemasaran dan proses bisnis lainnya
c. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari
waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan
CSR. Evaluasi bisa dilakukan dengan meminta pihak independen
untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR yang telah
dilakukan. Langkah ini tak terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan
dan prosedur operasi standar tetapi juga mencakup pengendalian resiko
perusahaan. Evaluasi dalam bentuk assessment audit atau scoring juga
dapat membantu perusahaan memetakan kembali kondisi dan situasi
serta pencapaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat
mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan
d. Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik
untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan
keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
Tanggung jawab sosial perusahaan diungkapkan didalam laporan yang
disebut Sustainability Reporting. Menurut ACCA dalam Angraini
(2006:5) Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijkan
ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan
produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Sustainable reporting meliputi pelaporan mengenai
ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi.
2.1.1.5. Indikator Kinerja Tanggung Jawab Sosial
`Indikator kinerja pengungkapan tanggung jawab sosial dapat
diukur dengan proksi corporate social responsibility disclosure index
(CSRDI) berdasarkan Global Reporting Initiatives (GRI) yang diperoleh
dari website
(GRI) adalah sebuah kerangka pelaporan untuk membuat sustainability
reports yang terdiri atas prinsip-prinsip pelaporan, paduan pelaporan dan
standar pengungkapan (termasuk didalamnya insikator kinerja).
Indikator kinerja tanggung jawab sosial dalam GRI terdiri dari 6 item
1. Kinerja Ekonomi
Indikator kinerja ekonomi menunjukkan aliran dana perusahaan diantara
para pemegang kepentingan (stakeholder) dan dampak ekonomi utama
organisasi terhadap masyarakat.
2. Kinerja Lingkungan
Indikator lingkungan meliputi kinerja yang berhubungan dengan input
yang digunakan perusahaan (misalnya material, energi dan air) dan output
yang digunakan perusahaan (misalnya emisi, air limbah dan limbah).
Indikator ini juga melingkupi kinerja yang berhubungan dengan biodiversity
(keanekaragaman hayati), kepatuhan lingkungan dan informasi relevan
lainnya seperti pengeluaran lingkungan (environmental expenditure) dan
dampaknya terhadap produk dan jasa.
3. Kinerja Praktik Tenaga Kerja
Indikator praktik kerja meliputi jumlah lapangan pekerjaan yang
disediakan oleh perusahaan, hubungan tenaga kerja dengan manajemen,
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, pelatihan dan pendidikan tenaga
kerja dan keberagaman dan kesempatan yang setara bagi karyawan.
4. Kinerja Hak Azasi Manusia
Indikator kinerja hak azasi manusia menentukan bahwa organisasi harus
melaporkan sejauh mana hak azasi manusia diperhitungkan dalam investasi
dan praktek pemilihan supplier/ konraktor. Indikator ini meliputi pelatihan
kebebasan berserikat, tenaga kerja anak, hak adat, serta kerja paksa dan kerja
wajib.
5. Kinerja Sosial
Indikator kinerja sosial memperhatikan dampak organisasi terhadap
masyarakat dimana mereka beroperasi dan menjelaskan resiko dari interaksi
dengan institusi sosial lainnya yang mereka kelola.
6. Kinerja Tanggung Jawab Produk
Indikator kinerja tanggung jawab produk membahas aspek produk dari
perusahaan dan jasa yang diberikan oleh perusahaan yang mempengaruhi
pelanggan, terutama kesehatan dan keselamatan pelanggan, informasi dan
pelabelan produk, pemasaran produk, privasi pelanggan dan kepatuhan
mengenai pengadaan dan penggunaan produk.
Keberhasilan suatu indikator kinerja tanggung jawab sosial menurut GRI
dengan menggunakan metode content analys, dengan cara menggunakan
[image:39.595.112.514.580.745.2]checklist pada aspek- aspek berikut :
Tabel 2.1
Indicator Kinerja Tanggung Jawab Sosial
No Kategori Bank
Pemerintah
Bank Swasta Kinerja Ekonomi
1 Bantuan financial signifikan yang diterima dari pemerintah
Y T
2 Rentang rasio standar upah terendah dibandingkan dengan upah minimum setempat pada daerah operasi utama
Y Y
3 Prosedur penerimaan pegawai lokal dan proporsi manajemen senior yang direkrut secara lokal dan
diperkerjakan didaerah operasi utama
4 Pembangunan dan dampak investasi infrastruktur serta jasa yang diberikan kepada publik secara komersial (interaksi dengan komunitas lokal)
Y T
Kinerja Lingkungan
1 Penggunaan bahan daur ulang Y Y
2 Pemakaian energi tidak langsung berdasarkan sumber primer seperti penggunaan listrik
Y Y
3 Penghematan energI melalui konservasi dan peningkatan efisiensi
Y Y
4 Total pengambilan atau penggunaan air per sumber
Y Y
5 Inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pencapaiannya.
Y Y
Tanggung Jawab Produk 1 Tahapan daur hidup dimana dampak produk dan
jasa yang menyangkut kesehatan dan keamanan dinilai untuk penyempurnaan, dan persentase dari kategori produk dan jasa yang penting yang harus mengikuti prosedur tersebut
Y Y
2 Jumlah ketidak patuhan peraturan mengenai penyediaan informasi produk dan jasa serta pemberian label per produk
Y Y
3 Praktek yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan termasuk hasil survey yang mengukur kepuasan pelanggan
Y Y
4 Program-program untuk ketaatan kepada hukum, standar dan yang terkait dengan komunikasi pemasaran termasuk periklanan, promosi dan sponsor
Y Y
5 Jumlah keseluruhan dari pengaduan mengenai pelanggaran keleluasan pribadi (privacy) pelanggan dan hilangnya data pelanggan
Y Y
Praktek Tenaga kerja 1 Mengungkapkan jumlah angkatan kerja menurut
jenis pekerjaan, kontrak pekerjaan dan wilayah
Y Y
2 Mengungkapkan jumlah dan tingkat perputaran karyawan menurut kelompok usia, jenis kelamin dan wilayah
3 Memberi manfaat yang disediakan bagi karyawan tetap yang tidak disediakan bagi karyawan tidak tetap menurut kegiatan pokoknya
Y Y
4 Mengungkapkan Persentase jumlah angkatan kerja yang resmi diwakili dalam panitia kesehatan dan keselamatan antara manjemen dan pekerja yang membantu memantau dan memberI nasihat untuk program keselamatan dan kesehatan jabatan
Y Y
5 Melaksanakan program pendidikan, pelatihan, penyuluhan, bimbingan, pencegahan, pengendalian resiko setempat untuk membantu karyawan, anggota keluarga dan anggota masyarakat mengenai penyakit berat dan berbahaya.
Y Y
6 Melaksanakan masalah kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam perjanjian resmi dengan serikat karyawan
Y Y
7 Melaksanakan program untuk pengaturan keterampilan dan pembelajaran sepanjang hayat yang menunjang kelangsungan pekerjaan karyawan dan membantu mereka dalam mengatur akhir karier
Y Y
8 Mengungkapkan persentase karyawan yang menerima peninjauan kinerja dan pengembangan karier secara teratur
Y Y
Hak Azasi Manusia 1 Menghindari kasus diskriminasi yang terjadi dan
tindakan yang diambil
Y Y
2 Memberikan kebebasan berserikat dan melaksanakan perjanjian bersama serta tindakan yang diambil untuk mendukung hak-hak tersebut
Y Y
3 Menghindari kasus pekerja anak dan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung upaya penghapusan pekerja anak
Y Y
Masyarakat
1 Mengurangi persentase dan jumlah unit usaha yang memiliki resiko terhadap korupsi
Y Y
3 Tindakan yang diambil dalam menanggapi kejadian korupsi
Y Y
4 Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat
Y Y
5 Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni
Y Y
Sumber : GRI Ket : Y = Ya
T = Tidak
2.1.2. Kinerja Keuangan Bank
Kinerja keuangan bank dalam bab II ini membahas pengertian
kinerja keuangan, laporan keuangan bank dan analisis laporan keuangan.
2.1.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu hasil dari berbagai macam
keputusan yang diambil oleh pihak manajemen secara terus-menerus
dalam menjalankan suatu perusahaan. Kinerja keuangan dapat menjadi
gambaran atau alat ukur yang sangat efektif untuk menilai tanggung jawab
manajemen dalam menjalankan tugasnya, hal ini disebabkan karena yang
dimaksud dengan kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang
diperlihatkan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam mencapai
tujuan suatu perusahaan. Menurut Bastian dalam Fahmi (2012)
mengatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan
visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategi (strategic
planning) suatu organisasi.
Terdapat berbagai macam cara yang bisa dilakukan untuk menilai
keuangan yang disajikan. Dalam suatu perusahaan, penilaian kinerja
keuangan sangat bermanfaat selain membantu manajemen dalam
mengambil keputusan juga dapat memotivasi manajemen atau karyawan
dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan dari perusahaan
tersebut. Seperti yang penulis lakukan dalam penelitian ini, dimana penulis
menilai kinerja keuangan bank melalui rasio likuiditas, solvabilitas dan
rentabilitas/ profitabilitas.
2.1.2.2. Laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan merupakan catatan informasi atas kondisi
keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada periode waktu tertentu
yang dapat dijadikan sebagai objek analisis dalam menilai kinerja
keuangan perusahaan yang bersangkutan. Adapun jenis laporan keuangan
pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, lapoaran perubahan
ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang
merupakan catatan yang tidak dapat dimasukkan dalam laporan-laporan
yang telah disebutkan sebelumnya.
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan inforamsi tentang
posisi keuangan, kinerja maupun perubahan dari posisi keuangan
perusahaan yang mana dapat bermanfaat bagi pengguna dalam mengambil
keputusan ekonomi. Selain itu laporan keuangan juga memberikan
informasi tentang apa yang telah dilakukan manajemen dalam mengelola
perusahaan dan juga untuk mempertanggungjawabkan atas sumber daya
yang memiliki kepentingan dari perusahaan tersebut dapat mengambil
keputusan untuk mempertahankan atau mengganti manajemen tersebut.
Menurut Munawir (2004) laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat
dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan
(progress report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang
bersangkutan. Tujuan laporan keuangan menurut PSAK No.1 paragraf 5
adalah tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan
informasi tentang keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi dan menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengguna
sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam PSAK No.31 paragraf 80 menyatakan bahwa laporan
keuangan bank terdiri atas :
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan arus kas
d. Laporan perubahan ekuitas
e. Catatan atas laporan keuangan
Dari PSAK No.31 yang telah disebutkan diatas, sekilas dapat kita
lihat bahwa laporan keuangan bank juga sama dengan laporan keuangan
bukan bank, hanya saja yang membedakannya adalah dalam catatan atas
laporan komitmen dan kontinjensi, sedangkan dalam laporan keuangan
perusahaan bukan bank tidak terdapat laporan tersebut.
2.1.2.3. Analisis Laporan Keuangan
Analisa laporan keuangan merupakan suatu alat yang dipergunakan
agar laporan keuangan yang disajikan lebih berarti dan mudah dipahami
oleh banyak pihak. Melakukan analisis terhadap laporan keuangan berarti
menggali lebih jauh informasi yang terkandung dalam laporan keuangan,
sebagaimana telah diketahui bahwa laporan keuangan merupakan cakupan
informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan.
Menurut Harahap (2008) analisis laporan keuangan merupakan
suatu cara untuk menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit
informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat
signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik
antara data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam
proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan menurut Wild, dkk
(2005) mengemukakan bahwa analisis laporan keuangan (financial
statement analysis) adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk
laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk
menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis
bisnis.
Analisis laporan keuangan mengurangi ketergantungan pada
menjadi pertimbangan yang dapat membuat suatu pihak tidak salah dalam
mengambil keputusan. Analisis laporan keuangan dapat memberikan
informasi yang maksimal, lebih luas dan akurat dari informasi yang relatif
sedikit jika hanya dengan melihat laporan keuangan yang disajikan. Selain
itu analisis laporan keuangan juga dapat mengetahui kesalahan-kesalahan
baik yang tidak disengaja ketika proses akuntansi seperti salah dalam
mencatat, menjumlahkan, memposting dan menjurnal atau kesalahan yang
disengaja seperti tidak mencatat, menghilangkan data dan sebagainya.
Dapat diketahuinya kesalahan-kesalahan ini tidak lain karena proses
analisis laporan keuangan hampir identik dengan proses dalam melakukan
pembukuan. Analisis laporan keuangan sangat bermanfaat terhadap
berbagai pihak untuk lebih mudah memahami laporan keuangan sehingga
keputusan yang diambil nantinya akan lebih tepat. Tujuan analisis laporan
keuangan menurut Bernstein yang dikutip Harahap (2008) adalah sebagai
berikut:
a. Screening
Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan
dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger.
b. Forcasting
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan
dimasa yang akan datang.
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya
masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi keuangan atau
masalah lainnya.
d. Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional,
efesiensi dan lain-lain.
Menurut Kasmir (2008), adanya berbagai tujuan dan manfaat dengan
adanya analisis laporan keuangan, yaitu:
a. Untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan dalam satu
periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha
yang telah dicapai untuk beberapa periode
b. Untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan apa saja yang dimiliki
perusahaan
c. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan kedepan yang berkaitan dengan posisi keuangan saat ini
d. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen kedepan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
e. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis
tentang hasil yang mereka capai.
Walaupun analisis laporan keuangan sangat membantu dalam
proses pembuatan keputusan, terkadang hasil analisis keuangan juga dapat
mengalami kesalahan sehingga keputusan yang diambil tidak sesuai
Manurut Martono (2005) analisis laporan keuangan yang banyak
digunakan adalah analisis tentang rasio keuangan. Rasio keuangan sangat
besar peranannya dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan,
dimana rasio keuangan dapat menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos satu dengan yang lainnya sehingga
dapat dengan cepat memberikan informasi untuk lebih mudah dalam
menilai dan mengambil keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Teknik analisis dengan menggunakan rasio keuangan sangat bagus
karena dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi
keuangan dan prestasi perusahaan, selain itu juga memungkinkan manajer
memperkirakan reaksi kreditor dan investor serta dapat memberikan
pandangan bagaimana kira-kira dana dapat dihimpun/dikumpulkan.
Walaupun teknik analisis rasio merupakan alat yang sangat bagus dalam
melakukan analisis laporan keuangan, tetap saja tidak terlepas dari
berbagai kekurangan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan dari alat
analisis rasio tersebut.
Perbedaan jenis perusahaan dapat mengakibatkan perbedaan
jenis-jenis rasio yang akan dipergunakan dalam menganalisa laporan keuangan.
Perbankan merupakan bisnis jasa yang tergolong dalam industri
“kepercayaan” dan mempunyai rasio-rasio keuangan yang khas. Menurut
Sawir (2005) “Rasio-rasio keuangan perbankan dapat diklasifikasikan
menjadi lima kelompok rasio, yaitu rasio likuiditas, rasio
bank dan rasio efesiensi usaha”. Rasio keuangan bank berbeda dengan
rasio keuangan perusahaan umumnya. Hal ini disebabkan karena
komponen neraca dan laporan laba rugi yang dimiliki oleh bank berbeda
dengan laporan neraca dan laba rugi perusahaan bukan bank sehingga
rasio keuangan bank mempunyai peraturan perundang-undangan sendiri
dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Menurut
Rahardjo (2007:115) rasio keuangan perusahaan diklasifikasikan menjadi
lima kelompok berikut :
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas atau sering disebut sebagai rasio modal kerja
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiaban jangka pendeknya pada saat ditagih atau
kewajiban yang sudah jatuh tempo. Bank bias dikatakan likuid jika dapat
membayar kembali semua depositonya, mampu melunasi kewajiban
utang-utangnya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang
diajukannya tanpa terjadinya penangguhan. Oleh sebab itu menurut Sawir
(2005) bank dikatakan likuid apabila:
1. Bank tersebut memiliki asset kas sebesar kebutuhan yang akan
digunakan untuk memenuhi likuiditasnya
2. Bank tersebut memiliki asset kas yang lebih sedikit dari butir (a)
diatas, tetapi yang berasngkutan juga mempunyai asset lainnya
(khususnya surat-surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu
3. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan asset kas
baru melalui berbagai bentuk utang.
Menurut James O.Gill yang dikutip oleh Kasmir (2008) mengatakan
rasio likuiditas mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat
dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran,
tagihan dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo. Likuiditas
sebaliknya tidak dikelola sembarangan, karena sangat berakibat fatal
dalam kelangsungan hidup perusahaan, seperti yang pernah terjadi pada
masa krisis moneter tahun 1997. Likuitas bank sebaiknya dikelola dengan
terencana, terus menerus dan selalu menerapkan manajemen resiko dalam
setiap pengambilan keputusan.
Hasil dari analisis rasio likuiditas sangat besar manfaatnya bagi
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, terlebih terhadap
manajemen perusahaan karena dapat mengambil sikap atau keputusan
yang tepat agar operasional perusahaan dapat terus berjalan. Rasio
likuiditas terdiri rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), rasio
kas (cash ratio) dan lain-lain.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas sering juga disebut dengan istilah rasio permodalan.
Rasio solvabilitas merupakan ukuran kemampuan bank dalam membayar
kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban apabila terjadi likuidasi
(dibubarkan) terhadap perusahaan. Menurut Dendawijaya (2005):
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka
panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban
jika terjadi likuidasi bank. Disamping itu rasio ini digunakan untuk
mengetahui perbandingan antar volume (jumlah) dana yang diperolehdari
berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-sumber
lain diluar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut
pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank”.
Rasio solvabilitas yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini
adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung
resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut
dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana
dari sumber-sumber di luar bank seperti dana masyarakat, pinjaman
(utang) dan lain-lain (Dendawijaya, 2005). CAR adalah jumlah modal
minimal yang harus dimiliki oleh suatu bank sehingga kepentingan para
investor dapat terlindungi dari ancaman terjadinya insolvensi kegiatan
usaha perbankan, dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank dalam menunjang aktiva
yang mengandung atau menghasilkan resiko misalnya kredit yang
diberikan.
Perhitungan CAR diperoleh dari perbandingan modal sendiri dengan
aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) yang dihitung bank
semakin besar daya tahan suatu bank dalam menghadapi penyusutan nilai
harta bank yang timbul karena adanya harta yang bermasalah. Berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank
sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%, hal ini didasarkan
kepada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for International
Settlement). Sesuai dengan ketentuan Peraturan Bank Indonesia No.
10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008 tentang kewajiban modal
minimum bank umum (Pandia,2012:31). Rasio solvabilitas terdiri dari
rasio hutang atas aktiva (total debt to total assets ratio), rasio hutang
jangka panjang atas aktiva (long term debt to total assets), rasio hutang
jangka panjang atas modal (long term to equity ratio) dan lain-lain.
c. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas atau sering juga disebut rasio profitabilitas selain
bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba
selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur efektivitas
manajemen dalam menjalankan