• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Tokoh Legenda Putri Pinang Mancung pada Masyarakat Melayu Kerajaan Padang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Tokoh Legenda Putri Pinang Mancung pada Masyarakat Melayu Kerajaan Padang Bedagai"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT TOKOH LEGENDA PUTRI PINANG MANCUNG PADA MASYARAKAT MELAYU KERAJAAN PADANG BEDAGAI

SKRIPSI

O L E H

NAMA : SURYA DHARMA

NIM : 080702012

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU MEDAN

(2)

KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT TOKOH LEGENDA PUTRI PINANG MANCUNG PADA MASYARAKAT MELAYU

KERAJAAN PADANG BEDAGAI

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan Oleh

NAMA : SURYA DHARMA

NIM : 080702012

Diketahui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D Dra. Rosita Ginting, Mhum. NIP 19650909 199403 1004 NIP 195905201986012002

Disetujui Oleh : Departemen Sastra Daerah

Ketua

(3)

PENGESAHAN

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk

melengkapi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu

Bahasa dan Sastra pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Medan.

Hari / Tanggal : ………..

Fakultas Ilmu Budaya USU

Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A

NIP 195110131976031001

Panitia Ujian :

No Nama Tanda Tangan

1. ……….. ……….

2. ……….. ……….

3. ……….. ……….

4. ……….. ……….

(4)

Disetujui Oleh :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

MEDAN

2014

Departemen Sastra Daerah

Ketua

(5)

ABSTRAK

Surya Dharma, 2014. Judul skripsi : Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Tokoh Legenda Putri Pinang Mancung pada Masyarakat Melayu Kerajaan Padang Bedagai. Terdiri dari 5 bab, halaman.

Penelitian ini menggunakan metode psikologi sastra dengan pendekatan kepribadian Ekstrovert dan Introvert. Dalam menganalisis struktur secara umum menggunakan teori struktural untuk memaparkan tema, watak dan perwatakan Legenda Putri Pinang Mancung. Masalah dalam penelitian ini adalah memahami aspek psikologis dan kepribadian Ekstrovert dan Introvert tokoh-tokoh Legenda Putri Pinang Mancung.

Hasil yang dicapai dalam Penelitian menunjukkan tema Legenda Putri Pinang Mancung adalah kekayaan bukanlah segalanya dan bukalanlah jaminan kebahagian hidup. Perwatakan dalam Legenda Putri Pinang Mancung yaitu, Putri Pinang Mancung, Tualang, Raja Tebing Pangeran, Pak Tua. Kepribadian tokoh-tokoh yang ada dalam Legenda Putri Pinang Mancung lebih banyak berkpribadian Ekstrovert atau terbuka. Namun ada juga tokoh yang berkepribadian Introvert atau tertutup. Hal ini berdasarkan pemahaman terhadap gejolak perasaan dan konflik batin tokoh-tokoh Legenda Putri Pinang Mancung. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kepribadian seseorang menentukan tingkah laku seseorang. Apabila kepribadian seseorang itu baik maka tingkah laku sesorang itu akan baik pula.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, yang atas rahmat dan hidayah-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai sebuah syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Shalawat beriring salam tidak lupa penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan seluruh umat manusia, yang membawa manusia dari jaman jahiliyah menuju jaman terang-benderang. Semoga syafaat beliau berikan kepada kita semua. Amin

skripsi ini berjudul Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert Tokoh Legenda Putri Pinang Mancung Pada Masyarakat Melayu Kerajaan Padang Bedagai. Penulis berpendapat judul tersebut sangat menarik dan belum pernah dikaji sebelumnya sehingga penulis begitu tertarik untuk menuliskannya dalam bentuk skripsi.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi seluruh masyarakat umumnya dan bermanfaat bagi penulis khususnya. Penulis juga berharap hasil dari penelitian ini bermanfaat sebagai penambah wawasan dan sebagai arsip mengenai kebudayaan Melayu.

Medan, November 2013 Penulis,

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Melalui skripsi ini , dengan penuh kerendahan hati yang tulus dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum, sebagai Ketua Departemen

Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Herlina Ginting, M.Hum, selaku sekretaris Departemen Sastra

Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Syaifuddin, M.a., Ph. D, selaku pembimbing I penulis

yang telah banyak mengorbankan waktu dan tenaga serta kesabaran

beliau dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Rosita Ginting, M.Hum, selaku pembimbing II penulis yang

telah banyak mengorbankan waktu dan tenaga serta kesabaran beliau

dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak / Ibu staf pengajar dan pegawai di lingkungan Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis sejak

berada di Departemen Sastra Daerah Universitas Sumatera Utara.

7. Ayahanda dan Ibunda yang tercinta Sudarnoto Daruji dan Erni

Herawani yang tidak lelah mendidik penulis dari masa kecil hingga

saat ini serta yang telah banyak berkorban baik waktu, tenaga, pikiran,

bahkan materi serta doa dan kasih sayang yang menjadi kekuatan

(8)

8. Adik-adik penulis, Nugrah Pranata, Suci Pratika Devi yang tidak

hentinya memotivasi dan memberi semangat kepada penulis

9. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan bantuan

kepada penulis selama ini.

10.Yang tercinta Maya Hani Ismed, Amd. Atas segala doa, motivasi,

perhatian, kesabaran, serta kasih sayang dan bantuannya dalam

penulisan skripsi ini.

11.Rekan-rekan Hijau Hitam bang Vai, bang Dera,bang Eka,kak Indah,

Ika, Fitri, Ibnu, Takim, Fadlan, Bobby, Fahri, Jabal, Hasan, Nafator,

Andi, Nuari, Dewi, Maya, Ardi sejarah, Cuya dan lainnya yang tidak

penulis sebutkan

12.Rekan-Rekan stambuk 2008, Fadhlan, Mustaqim, Fahri, Bobby,

Rendy, Juni, Hasudungan, Girson Tarigan, Ardiani Tarigan, Fitri,

Rama, Widya, Nurmaini, Pinky, Nadila serta kawan-kawan lainnya

13.Kak fifi dan adik-adik Imsad Andhika Syahputra Lubis, Umay, Panji,

Fanny, cherly, Anwar, Hanafi, Nuari, Imam, Prayogo, Amrullah,

Hamdhany Harahap, Iqbal Marliza, Rizky Fiandra, Risky Yudistira,

Ageng, Afan, Dedi,Reni, Gemi, Ari serta yang lainnya

14.Kawan-kawan kontrakan lajang, Aam, Tongfang, Pesek, Dani Dina,

Juventini, wak Alang, Kudis.

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Singkat Kerajaan Padang Bedagai...6

2.2 Teori Struktural...12

2.2.1 Tema...12

2.2.2 Watak dan Perwatakan...12

2.3 Teori Psikologi Sastra...14

2.4 Teori Ekstrovert... 16

2.5 Teori Introvert...18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Dasar ... 21

3.2 Lokasi Penelitian ... 21

3.3 Instrumen Penelitian ... 23

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.5 Metode Analisis Data ... ... ....25

(10)

4.1.1 Sinopsis Legenda Putri Pinang Mancung...26

4.1.2 Tema...………..…30

4.1.3 Watak Dan Perwatakan…...………..…..31

4.2 Kepribadian Tokoh Legenda Putri Pinang Mancung...40

4.2.1 Kepribadian Putri Pinang Mancung...40

4.2.2 Kepribadian Tualang………...42

4.2.3 Kepribadian Raja Pangeran………..…43

4.2.4 Kepribadian Pak Tua………..…..46

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... ..49

5.2 Saran ... ..50

DAFTAR PUSTAKA ... ...51

LAMPIRAN 1. Legenda Putri Pinang Mancung ... ..53

2. Daftar Pertanyaan ... ..77

(11)

ABSTRAK

Surya Dharma, 2014. Judul skripsi : Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Tokoh Legenda Putri Pinang Mancung pada Masyarakat Melayu Kerajaan Padang Bedagai. Terdiri dari 5 bab, halaman.

Penelitian ini menggunakan metode psikologi sastra dengan pendekatan kepribadian Ekstrovert dan Introvert. Dalam menganalisis struktur secara umum menggunakan teori struktural untuk memaparkan tema, watak dan perwatakan Legenda Putri Pinang Mancung. Masalah dalam penelitian ini adalah memahami aspek psikologis dan kepribadian Ekstrovert dan Introvert tokoh-tokoh Legenda Putri Pinang Mancung.

Hasil yang dicapai dalam Penelitian menunjukkan tema Legenda Putri Pinang Mancung adalah kekayaan bukanlah segalanya dan bukalanlah jaminan kebahagian hidup. Perwatakan dalam Legenda Putri Pinang Mancung yaitu, Putri Pinang Mancung, Tualang, Raja Tebing Pangeran, Pak Tua. Kepribadian tokoh-tokoh yang ada dalam Legenda Putri Pinang Mancung lebih banyak berkpribadian Ekstrovert atau terbuka. Namun ada juga tokoh yang berkepribadian Introvert atau tertutup. Hal ini berdasarkan pemahaman terhadap gejolak perasaan dan konflik batin tokoh-tokoh Legenda Putri Pinang Mancung. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kepribadian seseorang menentukan tingkah laku seseorang. Apabila kepribadian seseorang itu baik maka tingkah laku sesorang itu akan baik pula.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sastra adalah fenomena yang tepat didekati secara psikologis. Seperti

wawasan yang telah lama menjadi pegangan umum dalam dunia sastra, psikologi

sastra juga memandang bahwa sastra merupakan hasil kreativitas pengarang yang

menggunakan media bahasa, yang diabdikan untuk kepentingan estetis. Sastra

merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya

ternuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

suasana rasa (Endraswara 2008:86)

Karya sastra adalah karya yang dimaksudkan oleh pengarangnya sebagai

karya sastra, berwujud karya sastra, dan diterima oleh masyarakat sebagai karya

sastra.(Damono, dalam Siswanto 2008:92).

Karya sastra adalah artefak, adalah benda mati, baru mempunyai makna

dan menjadi objek estetik bila diberi arti oleh manusia pembaca sebagaimana

artefak peninggalan manusia purba mempunyai arti bila diberi makna oleh

arkeolog (Teew, dalam Pradopo 2003:106)

Karya sastra dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : sastra lisan dan sastra

tulisan. Sastra lisan adalah sastra yang cara perkembangannya melalui lisan atau

dari mulut ke mulut yang berisi tentang hikayat, cerita rakyat, pantun, legenda dan

lainnya dan didalamnya berisi pesan moral, petuah-petuah dan asal muasal suatu

tempat. Sedangkan sastra tulisan adalah sastra yang dalam perkembangan atau

(13)

di bukukan dan isinya tentang cara bercocok tanam, obat-obatan, hukum adat dan,

lainnya

Legenda sebagai bagian dari sastra lisan merupakan genre yang populer

dalam khazanah kesusasteraan melayu dan merupakan bagian dari sastra lisan.

Awang juga mengatakan dalam Wan Syaifuddin (1995:44) Legenda adalah

sebuah uraian atau pernyataan yang biasanya bercorak cerita atau naratif, yang

berlatar belakang masa ataupun sejarah yang masih diingat oleh masyarakat

berkenaan, yang mungkin menghubungkan pengalaman masa lampau dengan

kekinian, yang biasanya dipercayai sebagai benar oleh mereka yang

menyampaikannya dan juga oleh mereka yang menerima penyampaian cerita itu

terutama apabila wujud tanda-tanda dimula alam yang seolah-olah mensahihkan

semua kandungan cerita atau naratif itu.

Pada dasarnya sastra lisan hanya bermula dari cerita mulut ke mulut

hingga kemudian dituliskan dalam lembaran-lembaran naskah. Pada saat ini dunia

sastra semakin bersifat dinamis, sehingga banyak legenda sebagai sastra lisan

mulai dibukukan untuk dijadikan bahan bacaan atau sekedar untuk mengarsipkan

karya sastra lama.

Penulis memilih LegendaPutriPinangMancung sebagai bahan penelitian

karena di dalamnya terdapat sesuatu yang dapat dianalisis mengenai karakter para

tokoh-tokoh di dalam cerita. Salah satu diantaranya adalah tentang kepribadian

ekstrovert dan introvert tokoh-tokohnya. Berdasarkan pengamatan penulis,

(14)

baik dalam bentuk makalah maupun skripsi yang secara khusus membahas

kepribadian ekstrovert dan introvert tokoh-tokoh Legenda Putri Pinang Mancung.

Perilaku yang beragam dari manusia sering menimbulkan tanda tanya

tentang apa yang membuat setiap manusia mempunyai perilaku yang beragam. Itu

dikarenakan karakter psikologi setiap manusia yang berbeda-beda. Dan bila ingin

mempelajari manusia lebih jauh dan mendalam diperlukan psikologi. Apalagi saat

ini sering kita dengar dan kita lihat banyak manusia yang mengalami konflik

kejiwaan baik dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi yang sering kita sebut gila.

Faktor lingkungan juga mempengaruhi pola kejiwaan manusia. Tidak sedikit

manusia yang termotifasi oleh lingkungan dan ada pula yang menjadi strees

karena tidak mampu mengimbangi pola hidup dilingkungannya. Dan hal itulah

yang akan diteliti penulis dalam Legenda Putri Pinang Mancung khususnya

tentang kepribadian ekstrovert dan introvert tokoh-tokoh didalamnya.

1.2Rumusan Masalah

Terlalu luasnya materi cakupan sastra dapat berpengaruh terhadap hasil

karya sastra itu sendiri. Hal itu dikarenakan terlalu banyaknya cabang ilmu sastra

yang ada saat ini. Maka dari itu penulis membatasi masalah agar pembahasan di

jalur yang tepat dan terarah serta tidak menyimpang dari permasalahan pokok.

Maka sesuai dengan judul penelitian ini, permasalahan yang akan dibahas

adalah :

1. Mengenai aspek psikologis/watak tokoh dalam Legenda Putri Pinang

(15)

2. Mengenai kepribadian ekstrovert dan introvert tokoh-tokoh Legenda

Putri Pinang Mancung

1.3Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah inventaris budaya

Melayu, yang sampai saat ini hampir punah ditelan arus globalisasi dan

perkembangan jaman. Kajian ini diharapkan menjadi salah satu dari sekian

banyak referensi untuk memberikan kontribusi dalam usaha mempertahankan

budaya daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan di

atas, yaitu :

1. Untuk mengetahui psikologis para tokoh dalam Legenda Putri Pinang

Mancung

2. Untuk mengetahui kepribadian ekstrovert dan introvert tokoh dalam

LegendaPutri Pinang Mancung

1.4Manfaat penelitian

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna bagi

pembaca pada umumnya dan bermanfaat bagi penulis pada khususnya. Dan

diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai:

1. Untuk menambah khazanah Budaya Melayu Sumatera Utara

(16)

3. Menambah inventaris di Departemen Sastra Daerah Universitas Sumatera

Utara

4. Sebagai rujukan bagi masyarakat umum yang tertarik pada LegendaPutri

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Sejarah singkat Kerajaan Padang Bedagai

Menurut sejarah,Kerajaan Padang diperintah Tuan Hapultakan Saragih

Dasalak yang asalnya dari daratan Simalungun. Beliau masuk Islam di tahun

1630. Lalu beliau memakai nama Umar Baginda Saleh Komar. Beliau ini

merupakan Raja yang pertama di Kerajaan Padang. Ia memerintah dengan

bijaksana, karena itu memiliki pengaruh besar di tengah-tengah masyarakatnya.

Raja Umar Baginda Saleh Komar mempunyai empat putra dan seorang putri.

Keempat putra itu antaranya, Marah Muhammad Ledin, Ia meninggal di saat

masih muda, Marah Sudin, Marah Ali Maludin, dan seorang lagi yaitu Marah

Adam. Sedang yang seorang lagi adalah putri, ia bernama Puang Zainab (Panak

boru, anak ke-2).Saat Raja Umar Baginda Saleh Komar memerintah, kerajaan

selalu ingin memperluas wilayahnya, sehingga Kerajaan Padang memiliki

kekuasaan yang jauh keluar dari lingkungan kerajaan wilayah Padang. Namun

sayangnya tatkala kerajaan sedang jaya-jayanya, Raja Umar Baginda Saleh

Komar meninggal dunia. Kedudukan raja dipegang oleh anak yang ketiga

bernama Marah Sudin. Sedang putra yang lain keturunannya mewakili Kerajaan

Padang dan menguasai wilayah, ia adalah Ali Maludin. Tidak hanya terbatas pada

wilayah Pabatu, tetapi malah lebih jauh lagi sampai ke Dalak Merawan. Dan tidak

lama lagi Marah Sudin diangkat sebagai raja kedua pengganti ayahanda yang

memiliki tiga orang anak laki-laki, yaitu Marah Sudin, Marah Saleh Safar, dan

(18)

wilayah kekuasaan baru. Marah Saleh Safar beserta keturunannya membentuk

wilayah baru berkedudukan di Mandaris yang letaknya berbatasan dengan

Kerajaan Tanjung Kasau. Ia merupakan wakil dari Raja Padang kekuasaan

ayahnya yang telah wafat lebih dahulu. Sedang Sutan Ali memiliki kedudukan di

Kampung Bulianialahsatu bagian dari wilayah kekuasaan Raja Padang di abad

XVI. Sejarah Kerajaan Padang pada masa-masa berikutnya dengan wafatnya Raja

Marah Sudin yang saat itu berkedudukan di Kerajaan Padang, lalu kekuasaan

dialihkan kepada putranya yang bernama Raja Marah Saladin sebagai raja III.

Menurut sejarah, pemerintahan Kerajaan Padang saat dipegang oleh Raja Marah

Saladin, rakyat di kerajaan itu merasakan suatu kegembiraan seperti yang

diinginkan. Semua rakyat merasa hidup makmur karena hasil pertanian melimpah.

Sedang pungutan pajak tidak memberatkan rakyat. Tetapi akibat kesehatannya

terus menerus memburuk, tidak lama kemudian beliau pun wafat, rakyat pun

merasa bersedih. Dalam mengisi kedudukan Raja Padang untuk masa berikutnya,

yaitu raja IV, bernama Marah Adam. Dalam pemerintahan Raja Marah Adam,

Kerajaan Padang tidak sejaya saat diperintah oleh ayahnya. Dalam pemerintahan

Marah Adam terdapat berbagai kelemahan-kelemahan. Raja Marah Adam wafat

lalu diangkat raja Syahdewa yang merupakan putra pertama raja Marah Adam.

Peristiwa penggantian ini berlangsung tahun 1780. Raja Syahdewa memerintah

dengan kemampuan yang ada. Setelah Raja Syahdewa wafat lalu digantikan oleh

Raja Sidin, sebagai raja VI, Raja Sidin inipun bertahta hingga usia tua. Lalu

setelah Raja Sidin wafat, diangkatlah Raja Padang yang bernama Raja Pangeran.

Ini merupakan raja VII di Kerajaan Padang. Dalam sejarah Kota Tebing Tinggi,

(19)

yang terus berbenah diri. Bahkan Raja Pangeran lalu mendapat gelar Raja Tebing

Pangeran. Menurut beberapa penuturan kalangan orang-orang tua di Kota Tebing

Tinggi menyebutkan raja yang bergelar Raja Tebing Pangeran inilah yang

memerintah paling menonjol dalam membangun Kota Tebing Tinggi pada

pemerintahannya di tahun 1823, bahkan dalam sejarah pemerintahannya Raja

Tebing Pangeran sempat membangun sebuah pangkalan yang dapat dijadikan

pusat jual beli hasil bumi penduduk sekitar Kota Tebing Tinggi. Menurut sejarah

perkembangan Kota Tebing Tinggi tempat yang paling tepat untuk berjual beli

hasil bumi di Kota Tebing Tinggi pada masa-masa kejayaan Kerajaan Padang di

Kota Tebing Tinggi adalah tempat di antara muara Sungai Bahilang dengan

Sungai Padang. Dan saat itu tempat itu diberi nama Pangkalan Tebing. Disitulah

tempat orang-orang dari berbagai pelosok untuk transaksi jual beli hasil bumi dari

berbagai desa di sekitar tempat itu. Dan menurut sejarahnya lagi di tempat

Pangkalan Tebing yang terletak antara Muara Bahilang dan Sungai Padang inilah

nama asal Kota Tebing Tinggi dimulai. Dalam kisah hidup Raja Tebing Pangeran

dalam memajukan perdagangan di kota yang baru dibangun ini, Raja Tebing

Pangeran selalu mengadakan pengawasan ketat terhadap jalannya perdagangan

yang ada di kawasan kekuasaanya. Berkat kesanggupannya dan kerja keras dalam

mengurus perdagangan di Kerajaan Padang maka lambat laun terciptalah

Pelabuhan Bandar Khalifah. Dengan kegigihannya mengurus perdagangan inilah,

maka beliau semakin terkenal dan penduduk pun menjulukinya dengan gelar

”Raja Tebing Pangeran” dan istananya pun di Bandar Khalifah Tebing Tinggi

sampai seberang masih bisa dilihat di Desa Kampung Gelam. Hal ini suatu bukti

(20)

contoh. Sejarah mencatat atas kejayaan Kerajaan Padang di Tebing Tinggi tatkala

di kerajaan dipegang oleh Raja Tebing Pangeran, Kerajaan Deli yang terletak di

Kota Medan pun merasa iri, Sultan Usman Perkasa Alamsyah yang memerintah

Kerajaan Deli menginginkan bahwa Kerajaan Padang takluk di bawah

kekuasaannya, tetapi ditolak mentah-mentah oleh Raja Tebing Pangeran. Karena

itu keduanya menyatakan perang. Dan terjadilah peperangan dahsyat. Berkat

bujukan Raja Sultan Deli Raja Siti (seorang raja perempuan) dari Kerajaan

Bedagai turut menyerang Kerajaan Padang di Tebing Tinggi. Pasukan dari

Kerajaan Bedagai dipimpin Panglima Daud, ia Etnis Bugis. Tetapi dalam berbagai

peperangan Panglima Daud tidak bisa mengalahkan Raja Tebing Pangeran di

Kerajaan Padang yang sudah kokoh kuat dan itu. Dalam sejarah peperangan

antara Kerajaan Deli yang dibantu Raja Siti dari Kerajaan Bedagai dengan

Kerajaan Padang dengan rajanya Tebing Pangeran, pertempuran paling dahsyat

adalah terjadi di tepian Sungai Padang yang dulu dikenal dengan nama Sungai

Berong dan sekarang orang menyebut Sungai Birong (kini dikenal Desa Sei

Barong). Kisah sei birong dalam bahasa kampung saat itu artinya hitam. Sebab

saat terjadi pertempuran sengit antara pasukan Kerajaan Deli, Bedagai dengan

Kerajaan Padang, air sungai itu menjadi hitam. Hal ini karena air sungai itu

bercampur dengan darah manusia akibat pertempuran sengit menyebabkan

pertempuran darah yang tidak dapat dielakkan lagi.Akibat pertempuran sengit itu

akhirnya kerajaan Deli menawarkan perundingan. Tempat perundingan

berlangsung di Kerajaan Bedagai. Tetapi anehnya pada saat perundingan

berlangsung Raja Deli seolah-olah melakukan penghinaan terhadap Raja Tebing

(21)

Tebing Pangeran sampai di Kampung Juhar Kecamatan Bandar Khalifah

sekarang, Raja Tebing Pangeran dibunuh oleh Panglima Daud yang merupakan

komandan pasukan dari Kerajaan Bedagai. Bahkan senjata untuk membunuh Raja

Tebing Pangeran adalah senjata pasukan dari Negeri Padang sendiri yang dicuri

dari seorang penghianat. Bahkan makam Raja Tebing Pangeran hingga sampai

sekarang masih bisa dilihat secara jelas di Tanah Wakaf Kampung Gelam,

Kecamatan Bandar Khalifah, Serdang Bedagai. Sepeninggal Raja Tebing

Pangeran, kaum bangsawan Kerajaan Padang masa itu lalu mengadakan

musyawarah untuk mengangkat raja baru. Dalam musyawarah yang berlangsung

ketat akhirnya memutuskan untuk mengangkat Raja VIII Kerajaan Padang. Dan

pengangkatan raja tersebut terpilih adalah Marah Hukum yang kemudian bergelar

Raja Geraha (Groha). Pengangkatan Raja Geraha pada tahun 1823 hingga tahun

1870. Raja Geraha ini merupakan keturunan dari putra Puang Zainab yang

bersuamikan laki-laki dari Barus bukan dari keturunan bangsawan.Dari sejarah

keturunan, sebenarnya yang harus menjadi raja adalah keturunan dari Raja Marah

Saleh Safar yang salah satu putranya bernama Marah Jakfar atau juga keturunan

dari Raja Marah Sudin sendiri yang merupakan keturunan dari Raja Kedua

Kerajaan Padang. Tetapi menurut penuturan penduduk Kerajaan Padang Marah

Jakfar ternyata menderita sakit gila. Sedangkan saat itu putra Raja Tebing Pangran

sendiri masih belum berumur diangkat menjadi raja. Sejarah mencatat bahwa

rakyat dari Kerajaan Padang saat itu sebagian besar adalah berbagai etnis dan

pada umumnya mereka memiliki sumber daya manusia yang baik. Dan akhirnya

mereka bisa mengembangkan Kerajaan Padang sebagai yang diharapkan kerajaan.

(22)

rakyat Kerajaan Padang tersebut agar mereka lebih mengabdikan diri pada

kerajaan. Di antara rakyat yang mendapat tanda penghormatan dari RajaGeraha

adalah OK Aliviah, Datuk Bandar Kajum, OK Matlahan, Tuan Rambutan, Bandar

Hasan, OK Syahimbang Saragih, OK Bakir dan OK Dasiah serta Datuk Alang

yang kemudian diangkat menjadi Panglima Kerajaan Padang. Dengan

kelengkapan panglima yang dipegang oleh Datuk Alang, Kerajaan Padang

semakin maju. Apalagi Raja Geraha memerintah dengan bijaksana. Semua rakyat

Kerajaan Padang merasa aman, gembira karena mereka dapat cukup sandang dan

pangan. Bahkan tatkala Kerajaan Padang bertahta Raja Geraha ini banyak

pendatang baru yang bermunculan. Hal ini karena mereka tahu bahwa Kerajaan

Padang sedang berjaya dan pembangunan sangat maju. Sehingga penduduk dari

tempat lain misalnya dari Kerajaan Rayayang tidak jauh dari Kerajaan Padang

mereka berduyun-duyun merantau ke Kerajaan Padang. Berhubung pedagang itu

semakin banyak jumlahnya, bahkan sebagian besar mereka memiliki sumber daya

manusia yang patut diharapkan, sehingga dapat mengembangkan Kerajaan

Padang yang sudah bisa digolongkan sebagai kerajaan besar. Dari sebab itu, Raja

Geraha lalu memberikan gelar kehormatan kepada beberapa orang tokoh

masyarakat atas pengabdiannya terhadap Kerajaan Padang yang dipimpin oleh

Raja Geraha

2.2 Teori Struktural

Teori struktural adalah pendekatan yang bertujuan untuk memaparkan

unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra. Unsur-unsur yang

(23)

2.2.1 Tema

Tema adalah pokok permasalahan sebuah cerita, gagasan sentral, atau

dasar cerita. Tema suatu cerita biasanya bersifat tersirat (tersembunyi) dan dapat

dipahami setelah membaca keseluruhan cerita.

2.2.2 Watak dan Perwatakan

Dalam pembicaraan sebuah karya sastra, sering dipergunakan

istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan atau karakter dan

karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama.

Istilah tokoh menunjukan pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai

jawaban terhadap pertanyaan : “siapakah tokoh utama cerita rakyat itu?”, atau

“ada berapa orang pelaku dalam cerita rakyat itu?”, atau siapakah tokoh

pratagonis dan antagonis dalam cerita itu?”, dan sebagainya. Watak, perwatakan

dan karakter, menunjukan pada sikap dan sifat para tokoh seperti yang ditafsirkan

oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan

dan karakterisasi, kareakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter

dan perwatakan, menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak

tertentu dalam sebuah cerita.

Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah karya sastra dapat dibedakan ke dalam

beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan.

Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat saja

dikategorikan ke dalam beberapa jenis penamaan sekaligus, misalnya sebagai

tokoh utama-protagonis- berkembang-tipikal, adapun jenis-jenis tokoh cerita

(24)

a. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

Dilihat dari segi peranan dan tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah

cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus menerus

sehingga terus mendominasi sebagai besar cerita, dan sebaliknya, ada

tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan

itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek. Tokoh yang

disebut pertama adalah tokoh utama (central character, main character),

sedang yang kedua adalah tokoh tambahan (peripheral character). Tokoh

utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam sebuah cerita

yang bersangkutan.

b. Tokoh Protagonis dan Antagonis

Jika dilihat dari peran tokoh-tokoh dalam perkembangan plot dapat

dibedakan adanya tokoh utama dan tokoh tambahan, dilihat dari fungsi

penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan

antagonis. Membaca sebuah karya sastra , pembaca sering

mengidentifikasikan diri dengan tokoh tertentu, memberikan simpati dan

simpati melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh

yang disikapi demikian oleh pembaca disebut sebagai tokoh protagonis

(alterband dan lewis dalam nurgiyantoro, 2001 : 178).

Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, tokoh yang

mendahulukan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Demikian

pula sebaliknya, tokoh antagonis adalah tokoh yang menampilkan sesuatu

yang tidak sesuai dengan pandangan kita, tidak sesuai dengan

(25)

c. Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat

Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh

sederhana (simple atau flat character) dan tokoh kompleks atau tokoh

bulat (complex atau round character). Tokoh sederhana adalah tokoh yang

hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang

tertentu saja. Sebagai seorang tokoh manusia, ia tidak diungkap berbagai

kemungkinan sisi kehidupannya. Dan tokoh bulat atau komleks adalah

tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi

kehidupannya, sisi kepribadiannya dan jati dirinya.

2.3 Teori Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai

aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta rasa, dan karsa dalam

berkarya. Pembaca dalam menanggapi karya tidak lepas dari kejiwaan

masing-masing. Psikologi sastra juga mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan.

Pengarang akan menangkap gejala jiwa, kemudian diolah ke dalam teks dan

dilengkapi dengan kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri dan pengalaman

hidup di sekitar pengarang akan terproyeksi secara imajiner ke dalam teks sastra

(Endraswara, 2008:96).

Sebagaimana dijelaskan Ratna (2009 : 350) bahwa, psikologi sastra

adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi

psikologis. Dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh maka akan dapat

dianalisis konflik batin yang mungkin saja bertentangan dengan teori psikologis.

(26)

sengaja disembunyikan oleh pengarangnya, yaitu dengan memanfaatkan

teori-teori psikologi yang dianggap relevan.

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa fokus penelitian psikologi

sastra adalah aspek kejiwaan. Kejiwaan memang luas, namun penulis

memfokuskan pada satu sisi yang dominan saja. Oleh sebab itu penulis

mempersempit penelitian dan fokus membahas kepribadian para tokoh.

Pada dasarnya kajian psikologi sudah banyak diterapkan oleh

pengarang sejak dulu, namun terkadang pengarang dengan sengaja tidak

memunculkan gejala-gejala psikologi secara terang-terangan. Berdasarkan

kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan psikologi pada karya sastra

memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh, dari tokoh-tokoh tersebut maka akan

ditemukan adanya konflik batin di dalamnya. Oleh karena itu, pendekatan

psikologi sastra sangat diperlukan untuk menganalisis dan menemukan

gejala-gejala yang tidak terlihat atau bahkan dengan sengaja disembunyikan oleh

pengarang pada karya sastra.

2.4 Teori Ekstrovert

Menurut Jung (dalam Jess Feist dan Gregory J Feist terjemahan

Handrianto 2010 hlm. 137-138). Ekstrovert adalah sebuah sikap yang

menjelaskan aliran psikis ke arah luar sehingga orang yang bersangkutan akan

memiliki orientasi objektif dan menjauh dari subjektif. Ekstrovert akan lebih

mudah untuk dipengaruhi oleh sekelilingnya dibanding oleh kondisi dirinya

sendiri. Mereka cenderung untuk berfokus pada sikap objektifnya dan menekan

(27)

daripada merenung dan berpikir. Ia juga adalah orang yang penuh motif-motif

yang dikoordinasi oleh kejadian-kejadian eksternal.

Jung percaya bahwa perbedaan tipe kepribadian manusia dimulai sejak

kecil. Jung mengtakan bahwa “tanda awal dari perilaku ekstrovert seorang anak

adalah kecepatannya dalam beradaptasi dengan lingkungan dan perhatian yang

luar biasa, yang diperankan pada objek-objek, khususnya pada efek yang

diperoleh dari objek-objek itu. Ketakutannya pada objek-objek sangat kecil. Ia

hidup dan berpindah antara objek-objek itu dengan penuh percaya diri. Karena itu

ia bebas bermain dengan mereka dan belajar dari mereka. Ia sangat berani.

Kadang ia mengarah pada sikap ekstrem sampai pada tahap risiko. Segala sesuatu

yang tidak diketahuinya selalu memikat perhatiannya.

Bentuk neurotik yang sering diderita orang ekstrovert adalah hysteria.

Hysteria akan semakin besar dan panjang untuk menarik perhatian orang lain dan

untuk menimbulkan kesan yang baik bagi orang lain. Mereka adalah orang yang

suka diperhatikan, suka menganjurkan, berlebihan dipengaruhi orang lain, suka

bercerita, yang kadang mengaburkan kebenaran.

Jung selanjutnya memberikan deskripsi tipologi manusia dalam beberapa

tipe. yaitu:

1. Tipe Pemikiran yang Ekstraversi/Ekstrovert. Adalah orang yang

memiliki sifat demikian juga mengapresiasikan perasaannya,

ideal-idealnya, dan cenderung menolak kegiatan estetis atau artistik. Jung

(28)

2. Tipe Perasaan yang Ekstraversi/Ekstrovert adalah orang yang hidup

dalam situasi objektif dan nilai-nilai umum. Dengan kata lain, perasaan

dan perilaku mereka dikontrol oleh norma-norma sosial, yaitu sesuatu

yang justru diinginkan orang lain. Sebagai konskuensinya, perasaan

mereka dapat berubah dari satu situasi ke situasi yang lain dari satu

orang ke orang lain.

3. Tipe Sensasi yang Ekstraversi/Ekstrovert. Jung menggambarkan pria

sebagai contoh utama tipe ini. Mereka terutama berorientasi pada

realitas dan secara tipikal menjauhi pemikiran dan dan kontemplasi

atau perenungan. Orang demikian senang berpergian karena setiap

pengalaman merupakan sesuatu yang baru. Mereka mempunyai

kapasitas besar untuk bersenang-senang atau makan enak. Memiliki

perasaan estetis, senang pada lukisan, patung, dan sastra sama baiknya

seperti makan dan penampilan fisiknya. Akan tetapi sisi negatifnya

adalah ketika mereka menjadi serakah.

4. Tipe Intuitif yang Ekstraversi/Ekstrovert. Mengeksploitasi kesempatan

di luar merupakan ciri utama tipe ini. Dalam kata-kata Jung, mereka

memiliki penciuman yang tajam terhadap sesuatu yang baru dan

menantang. Mereka memiliki ciri positif dalam inisiatif dan sering

memberi inspirasi kepada orang lain. Negatifnya adalah orang dengan

(29)

2.5 Teori Introvert

Menurut Jung (dalam Jess Feist dan Gregory J Feist terjemahan

Handrianto 2010 hlm.137) Introvert adalah aliran energi psikis ke arah dalam

yang memiliki orientasi subjektif. Introvert memiliki pemahaman yang baik

terhadap dunia dalam diri mereka, dengan semua bias, fantasi, mimpi dan persepsi

yang bersifat individu. Orang-orang ini akan menerima dunia luar dengan sangat

selektif dan dengan pandangan subjektif mereka. Jung menguraikan perilaku

introvert sebagai orang pendiam, menjauhkan diri dari kejadian-kejadian luar,

tidak mau terlibat dengan dunia objektif, tidak senang berada di tengah orang

banyak, merasa kesepian dan kehilangan di tengah orang banyak. Ia melakukan

sesuatu menurut caranya sendiri, menutup diri terhadap pengaruh dunia luar. Ia

orang yang tidak mudah percaya, kadang menderita perasaan rendah diri, karena

itu ia gampang cemburu dan iri hati. Ia mengahadapi dunia luar dengan suatu

system pertahanan diri yang sistematis dan teliti, tamak sebagai ilmuan, cermat,

berhati-hati, menurut kata hati, sopan santun, dan penuh curiga.

Dalam kondisi kurang normal ia menjadi orang yang pesimis dan cemas,

karena dunia dan manusia sekitarnya siap menghancurkannya. Dunianya adalah

suatu pelabuhan yang aman. Tempat tinggalnya (rumah) adalah yang teraman.

Teman pribadinya yang terbaik. Karena itu tidak mengherankan orang-orang

introvert sering tampak sebagai orang yang cinta diri tinggi, egois, bahkan

menderita patologis.

Jung selanjutnya memberikan deskripsi tipologi manusia dalam beberapa

(30)

1. Tipe Pemikiran yang Introversi/Introvert. Pondasi subjektif pemikiran

yang introvert ini merupakan ketidaksadaran kolektif. Ide-ide kreatif

muncul dari sumber ini dan bukan dari sumber lain, seperti otoritas

moral tradisional. Sebagai akibat pemusatan perhatian internal itu,

pemikiran introvert tampak dingin, menjauhkan diri, dan tidak mudah

bergabung dengan orang lain. Dia juga menjadi orang yang susah

mengartikulasikan ide-idenya.

2. Tipe Perasaan yang Introversi/Introvert. Walaupun tidak tampak

menunjukkan perasaan atau emosi kepada orang lain, kenyataannya

mereka mampu menunjukkan emosinya. Akan tetapi, perasaannya

tersimpan dalam ketidaksadaran kolektif. Mereka sesungguhnya

memiliki emosi yang dalam yang sering kali terwujud dalam

religiositas atau bentuk-bentuk puitik.

3. Tipe Sensasi yang Introversi/Introvert. DalampandanganJung, tipe ini

adalah irasional. Mereka berpegang pada intensitas sensasi subjektif,

terutama objek stimulus. Mereka tampil secara overacting terhadap

stimulus di luar dirinya. Mereka juga bisa tampil rasional dan dengan

baik mengontrol tindakannya yang tidak berhubungan dengan

objeknya. Misalnya, bila mereka berada dalam lingkungan masyarakat.

Orang demikian juga memiliki pandangan objektif terhadap dunia dan

mampu pula melawak

4. Tipe Intuitif yang Introversi/Introvert. Orang dengan tipe ini memiliki

intensitas intuitif yang tinggi. Akibatnya, mereka terpisah dari realitas

(31)

sahabatnya. Segi positifn ya, mereka berpandangan luas dan mistis.

Segi negatifnya, mereka sukar dipahami orang lain karena fungsi

pertimbangan mereka (pemikiran dan perasaan) relatif direpresikan.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi berasal dari bahasa Yunani “metodos” dan "logos". Kata

"metodos" terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau

melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan

yang dilalui untuk mencapai tujuan. "Logos" artinya ilmu. Metodologi adalah

ilmu-ilmu/cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan

penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung

dari realitas yang sedang dikaji.

Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk

meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis

dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

3.1 Metode Dasar

Metode yang penulis gunakan adalah metode analisis deskritif yaitu

dengan cara mengumpulkan, menganalisa dan memahami teks dalam Legenda

Putri Pinang Mancung agar dapat diketahui unsur pembentuk ceritanya sehingga

dapat dianalisis psikologis tokoh serta keperibadian ekstrovert dan introvert tokoh

dalam LegendaPutri Pinang Mancung.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pinang Mancung Kotamadya

(33)

tersebut merupakan tempat terjadinya legenda dan masyarakatnya merupakan asli

etnis Melayu.

Letak Geografis Kelurahan Pinang Mancung Kecamatan Bajenis terletak pada Sebelah Barat Pusat Wilayah Kota Tebing Tinggi dengan ketinggian berkisar

32-37 meter diatas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 250 – 270 C

Luas Wilayah Kelurahan Pinang Mancung adalah berkisar 1,27 Km2

dengan batas-batas sebagai berikut :

o Sebelah Utara berbatas dengan Wilayah Kelurahan Berohol Kecamatan Bajenis.

o Sebelah Timur berbatas dengan Wilayah Kelurahan Bulian Kecamatan Bajenis

o Sebelah Selatan berbatas dengan Kelurahan Teluk Karang Kecamatan Bajenis dan Perkebunan Bandar Bejambu Kabupaten

Serdang Bedagai

o Sebelah Barat berbatas dengan Desa Mariah Padang Kabupaten Serdang Bedagai.

Pembagian luas Wilayah Kelurahan Pinang Mancung dapat dilihat dalam tabel

sebagai berikut :

No L A H A N LUAS ( KM2 )

1. Pemukiman 0,37

(34)

3. Perkantoran 0,01

4. Kuburan 0,02

5. Prasana Lainnya 0,02

JUMLAH 1,27

Penduduk Kelurahan Pinang Mancung berjumlah 4.314 jiwa (1.034

Kepala Keluarga), terdiri dari Laki laki 2.214 jiwa dan Perempuan 2.100 jiwa

yang berdomisili pada 3 (tiga) lingkungan yang ada.

Populasi Penduduk Kelurahan Menurut Lingkungan;

No LINGKUNGAN

JUMLAH

KK JIWA

1 Satu ( I ) 240 1.267

2 Dua ( II ) 350 1.796

3 Tiga ( III ) 444 1.251

JUMLAH 1.034 4.314

3.3 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis deskritif yang menganalisis data yang

diperoleh langsung dari lapangan, baik melalui wawancara dengan informan

maupun dari buku-buku yang mendukung. Dalam proses wawancara antara

penulis dengan informan, penulis merangkum beberapa pertanyaan dalam sebuah

(35)

digunakan dalam mewawancarai informan yaitu alat rekam(telepon genggam,tape

recorder), pulpen, pensil, buku catatan, kamera. Instrumen tersebut diharapkan

dapat memperlancar proses pengumpulan data.

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi diperlukan untuk mengamati lokasi dan keadaan di sekitar

lokasi penelitian dan mencari informasi-informasi yang berkenaan dengan

penelitian

b. Metode kepustakaan

Metode yang menggunakan buku-buku yang sesuai dengan masalah yang

di teliti sebagai bahan rujukan dan hasil penelitian yang dituliskan sesuai dengan

syarat karya ilmiah.

c. Wawancara

Wawancara adalah metode yang digunakan untuk memperoleh keterangan

yang terperinci tentang objek yang di teliti. Hal tersebut memungkinkan penulis

mendapatkan informasi yang akurat

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan metode yang digunakan penulis untuk

menganalisis data yang telah di peroleh baik dari lapangan maupun data yang di

dapat dari buku-buku yang mendukung. Penulis menganalisis data yang ada

(36)

ekstrovert dan introvert tokoh-tokoh, struktur umum legenda, tema, watak dan

perwatakan dalam legenda Putri Pinang Mancung.

Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data yang telah diperoleh adalah:

1. Mentabulasi data

2. Menganalisis psikologis tokoh-tokoh dalam Legenda Putri Pinang

Mancung

3. Menentukan kpribadian ekstrovert dan introvert dalam tokoh Legenda

(37)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Struktur Umum Legenda

4.1.1 Sinopsis Legenda Putri Pinang Mancung

Raja Pangeran mempunyai seorang putri. Parasnya elok dan mempesona.

Tubuh tinggi semampai. Oleh karena hidungnya mancung, gadis itu diberi nama

dan gelar Putri Pinang Mancung. Nama dan gelarnya di ambil dari tubuhnya yang

tinggi semampai seperti pohon pinang dan mancung di ambil dari hidung si gadis

yang mancung. Nama dan gelar tersebut melekat hingga akhir hayatnya.

Konon, ramai pula raja-raja dari seberang dan putra-putra raja yang saling

bersaing untuk merebut hati dan simpati Putri Pinang Mancung. Sang raja

memamerkan kekayaan harta benda yang melimpah, meskipun sudah berusia

lanjut, mereka ingin menjadikan Putri Pinang Mancung sebagai istri kesekian.

Akan tetapi, bagi Putri Pinang Mancung, materi atau harta kekayaan bukan

menjadi ukuran yang utama. Menurutnya kekayaan itu tidak abadi dan bukan

jaminan kebahagiaan, dalam sekejap mata semua bisa sirna begitu saja.

Putri Pinang Mancung lebih mengutamakan kekayaan akal budi. Karena

akal budi bisa membawa perasaan bahagia dunia dan akhirat.

Itulah mengapa Putri Pinang Mancung selalu menolak dipersunting oleh

raja-raja dan bagi siapa saja yang hanya membanggakan harta dan kekayaan.

Padahal ayah Putri Pinang Mancung dikenal sebagai raja yang kaya raya dan

(38)

raya pula. Agar kelak hidup Putri Pinang Mancung berkecukupan dalam hal

materi bahkan bergelimangan harta benda dan memiliki koleksi emas permata

yang beragam.

Dalam hal ini Putri Pinang Mancung sering berselisih paham kepada

ayahnya. Itu terbukti dari keseharian Putri Pinang Mancung memang selalu

menjalani hidup dengan bersahaja. Tidak pernah mengenakan pakaian mewah

kapan saja dan di mana saja.

Bahkan dalam pergaulan sehari-hari Putri Pinang Mancung ia lebih

memilih berteman dengan rakyat biasa. Sering pula bersenda gurau dengan

orang-orang biasa yang bekerja di istana.

Di antara orang-orang itu ada seorang budak istana bernama Tualang, dia

seorang anak muda yang bekerja sebagai pesuruh (budak) di istana. Konon, Putri

Pinang Mancung menaruh perhatian lebih pada si budak yang bernama tualang.

Hal itu mungkin disebabkan Tualang yang sering disuruh-suruh di lingkungan

istana mempunyai disiplin kerja yang tinggi dalam menjalankan tugasnya

sehari-hari.

Tualang tidak pernah membantah apalagi menolak setiap perintah yang

diberikan padanya. Selain sifat disiplin, ia juga memiliki sifat jujur dan hasil

setiap pekerjaannya selalu sesuai dengan yang diperintahkan. Itu sebabnya

Tualang sering dipercaya untuk menemani Putri Pinang Mancung sekaligus

menjaga dan mengawasi Putri Pinang Mancung.

Hubungan keduanya semakin akrab dan sudah mengenal kepribadian satu

(39)

berjalan-jalan ke taman bunga Borjonis yang letaknya tidak jauh dari lingkungan

istana. Di sana mereka bersama-sama menikmati keindahan bunga-bunga dan

pemandangan alam.

Mereka tetap saling menjaga jarak, bahkan sama sekali keduanya tidak

pernah bersentuhan tangan sekalipun. Tualang selalu menjaga adat kesopanan dan

selalu bicara santun. Hal-hal seperti itu yang membuat Putri Pinang Mancung

semakin tertarik pada Tualang. Kesopanan dan kesantunannya menjadi pemikat

hubungan yang berbeda kasta tersebut.

Akhirnya kedekatan antara Putri Pinang Mancung dengan Tualang

terdengar Raja Tebing Pangeran. Raja Tebing Pangeran segera memecat Tualang

untuk menjauhkannya dari tualang dan langsung menjodohkan Putri Pinang

Mancung kepada Pangeran dari kerajaan seberang.

Ketika Putri Pinang Mancung mendengar bahwa tualang telah dipecat,

Putri Pinang Mancung langsung menemui ayahnya untuk menanyakan mengapa

Tualang dipecat. Betapa terkejutnya hati Putri Pinang Mancung ketika mengetahui

sebab Tualang dipecat yang tak lain adalah karena kedekatannya kepada tualang.

Putri Pinang Mancung memutuskan untuk melarikan diri dengan tujuan

mencari dimana keberadaan Tualang. Dalam pelariannya Putri Pinang Mancung

mendapat hambatan dihutan dan ditolong oleh seorang Pak Tua yang sakti dan

Putri Pinang mancung diajak kerumahnya dan Pak Tua mau membantu Putri

Pinang Mancung agar dapat bertemu Tualang kembali asalkan Putri Pinang

(40)

Mancung tidak percaya dengan tawaran pak Tua, tetapi akhirnya Putri Pinang

Mnacung sepakat untuk dirubah menjadi sebuah bukit.

Ketika Putri Pinang Mancung telah menjadi bukit, datanglah seorang

pemuda pencari kayu yang tidak lain adalah Tualang, dan memotong sebuah kayu

dibukit yang tidak lain adalah jelmaan Putri Pinang Mancung. Beberapa saat

kemudian bukit itu berubah kembali kewujud asalnya yaitu Putri Pinang Mancung

dan membuat tualang bingung dan bahagia karena wanita yang dicintiannya

berada tepat didepan matanya.

Akhirnya pihak istana mengetahui dimana keberadaan Putri Pinang

Mancung, dan Putri Pinang Mancung dijemput Pulang ke istana. Sesmpainya di

istana Putri Pinang Mancung kembali dijodohkan. Putri Pinang Mancung

melarikan diri kedua kalinya dan langsung menuju rumah Pak Tua. Setelah

sampai dirumah Pak Tua, dan ternyata Tualang telah menunggunya dan mereka

berdua bertemu dan meminta Pak Tua untuk menikahkan mereka. Setelah mereka

dinikahkan mereka berubah menjadi bukit dan sungai. Putri Pinang Mancung

menjadi Bukit yang indah sedangkan Tualang menjadi sungai.

4.1.2 Tema

Tema Legenda Putri Pinang Mancung adalah kekayaan bukanlah

segalanya dan bukalanlah jaminan kebahagiaan dalam hidup ini, melainkan akal

budi dan ketidaksombongan. Hal itu dapat terlihat dalam kutipan berikut :

(41)

Sudahlah, tidak perlu ananda memuji-muji Tualang, ia bukanlah keturunan para bangsawan dan tidak sederajat dengan keluarga kita” jawab sang Raja dengan emosi. Putri Pinang Mancung terdiam. Membisu seribu bahasa. Dia menunduk lesu menahankan beban perasaan yang harus ditanggungnya karena harus berpisah dengan orang yang dicintainya. Air mata pun menetes sebagai bentuk kesedihan yang begitu mendalam. Bagaikan pauh di layang. Melihat keadaan putrinya itu, Raja Tebing Pangeran menjadi terenyuh juga, lalu ia berkata,”Putriku…Engkau adalah satu-satunya harapan ayahanda, yang kelak menjadi satu-satunya pewaris kerajaan ini. Engkaulah yang akan menjadi penerus kerajaan ini saat ayahanda telah tiada. Sudah lama ayahanda berkeinginan hendak menikahkan ananda dengan seorang putra raja dari kerajaan yang lokasinya di ujung sungai sana. Putra raja itu adalah seorang pria yang perkasa, mahir menunggang kuda. Selain itu, ia dikabarkan akan menerima kekayaan yang tidak sedikit manakala ayahnya mangkat kelak…” sambung Raja Pangeran. Putri Pinang Mancung tetap saja menunduk dan membisu, tak ingin mengomentari ucapan ayahnya. “Ananda Putri Pinang Mancung,,,” lanjut Raja Tebing Pangeran terkesan membujuk. “Jadi, kalau ananda bersedia menikah dengan putra raja itu, sudah pasti hidup kalian akan senang dan bahagia.

Harta dan kekayaan bukanlah jaminan kebahagian bagi Putri Pinang

Mancung, melainkan akal budi yang baik yang menjadikan hidup bahagia. Harta

dan kekayaan bisa hilang dalam sekejap mata, berbeda dengan kebaikan yang

akan selalu diingat orang. Dan sekeras apapun Raja tebing Pangeran

Menjodohkan Putri Pinang Mancung dengan sesorang yang bergelimangan harta,

Putri Pinang Mancung tetap memilih Tualang sebagai orang yang pantas Putri

Pinang Mancung cintai.

4.1.3 Watak dan Perwatakan

Setelah membaca dan memahami Legenda Putri Pinang Mancung dapat

diketahui watak dan perwatakan sebagai berikut :

(42)

Tokoh utama dari LegendaPutri Pinang Mancung adalah Putri Pinang

Mancung karena tokoh ini adalah tokoh yang paling banyak diceritakan dalam

Legenda tersebut. Mulai dari awal cerita sampai akhir cerita, fokus cerita lebih

banyak ditujukan pada Putri Pinang Mancung.

Sedangkan tokoh sederhana dalam Legenda Putri Pinang Mancung adalah

tokoh dayang istana, pengawal istana, Pak Tua Lukman Hakim. Tokoh ini

merupkan tokoh yang tidak diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya.

Dan tokoh bulat dalam Legenda Putri Pinang Mancung adalah Tualang,

Datuk Tua Sakti, Raja Tebing Pangeran. Tokoh ini memiliki kapasitas yang

hampir sama dengan tokoh Putri Pinang Mancung, namun porsinya lebih sedikit

dibandingkan dengan Putri Pinang Mancung, tokoh ini juga merupakan tokoh

yang banyak diceritakan dalam Legenda, namun fokus cerita lebih ditunjukan

Putri Pinang Mancung, tokoh ini lebih banyak mengungkap berbagai

kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiannya dan jati dirinya.

2. Perwatakan atau Penokohan

Tokoh cerita dalam Legenda Putri Pinang Mancung terdiri dari yaitu Putri

Pinang Mancung, Tualang, Raja Tebing Pangeran, Pak Tua. Adapun perwatakan

dari keempat tokoh ini adalah :

a. Putri Pinang Mancung

Bersahaja adalah sifat sederhana, tidak berlebih-lebihan. Meskipun Putri

(43)

Dia juga tidak bergaul hanya kepada golongan bangsawan saja melainkan kepada

siapapun tanpa memandang latar belakang sosial.

“Itu terbukti dari keseharian Putri Pinang Mancung memang selalu menjalani hidup dengan bersahaja, tidak pernah mengenakan pakaian mewah kapan saja dan di mana saja. Bahkan dalam pergaulan sehari-hari Putri Pinang Mancung ia lebih memilih berteman dengan rakyat biasa. Sering pula bersenda gurau dengan orang-orang biasa yang bekerja di istana.”Bagi Putri Pinang Mancung, materi atau harta kekayaan bukan menjadi ukuran yang utama. Menurutnya kekayaan itu tidak abadi dan bukan jaminan kebahagiaan, dalam sekejap mata semua bisa sirna begitu saja. Putri Pinang Mnacung lebih mengutamakan kekayaan akal budi. Karena akal budi bisa membawa perasaan bahagia dunia dan akhirat.”Itulah mengapa Putri Pinang Mancung selalu menolak dipersunting oleh raja-raja dan bagi siapa saja yang hanya membanggakan harta dan kekayaan. Padahal ayah Putri Pinang Mancung dikenal sebagai raja yang kaya raya dan mendambakan pendamping hidup anaknya berasal dari keturunan raja yang kaya raya pula. Agar kelak hidup Putri Pinang Mancung berkecukupan dalam hal materi bahkan bergelimangan harta benda dan memiliki koleksi emas permata yang beragam. Dalam hal ini Putri Pinang Mancung sering berselisih paham kepada ayahnya. Itu terbukti dari keseharian Putri Pinang Mancung memang selalu menjalani hidup dengan bersahaja. Tidak pernah mengenakan pakaian mewah kapan saja dan di mana saja. Bahkan dalam pergaulan sehari-hari Putri Pinang Mancung ia lebih memilih berteman dengan rakyat biasa. Sering pula bersenda gurau dengan orang-orang biasa yang bekerja di istana.

Jujur adalah selalu berkata apa adanya, tidak melebih-lebihkan fakta yang

ada. Putri Pinang Mancung adalah pribadi yang jujur. Kejujurannya terbukti

ketika tualang dipecat dari pekerjaannya sebagai budak di istana, putri pinang

mancung langsung menanyakan perihal itu kepada ayahandanya mengapa tualang

dipecat dan diusir dari istana. Karena ketakutan ayahnya atas kedekatan putri

pinang mancung kepada tualang, putri pinang mancung berkata jujur bahwa dia

menyukai tualang.

(44)

Sangat susah baginya untuk menjawab, walaupun ia memiliki rasa . akan tetapi ia takut apabila hal ini diketahui lingkungan istana dan itu akan mengancam pekerjaannya di istana. “Tualang” putri kembali bertanya. “Saya tuan putri”. “Kamu jangan membohongi diri sendiri”.Saya tidak mengerti maksud tuan putrid. “Kamu harus mengerti, jangan biarkan aku seperti lesung mencari penumbuk, atau sumur mencari timba”. “Tetapi tuan putrid. Tak perlu kata tapi, aku sudah tau bahwa kita merasakan hal yang sama, dan sebaiknya rasa ini sama-sama kita jaga.“Tak perlu kata tapi, aku sudah tau bahwa kita merasakan hal yang sama, dan sebaiknya rasa ini sama-sama kita jaga.“Tualang adalah orang baik dan jujur, itu sebabnya ananda jatuh hati padanya, ayahanda.”

Pemberani adalah sifat seorang manusia yang siap mengambil keputusan

yang segala resiko di kemudian hari siap ditanggungnya, tidak mudah menyerah,

melakukan tindakan dan mempunyai tujuan yang pantas diperjuangkan. Putri

pinang mancung adalah sosok gadis yang pemberani. Dia berani mengutarakan

perasaannya kepada tualang, bahkan dia berani berterus terang kepada

ayahandanya tentang perasaannya kepada tualang. Keberanian putri pinang

mancung menjadi motivasi untuk mendapatkan cinta tualang merupakan sesuatu

yang amat luar biasa.

Waktu terus berlalu, dan kedekatan antara Putri Pinang Mancung

dengan Tualang menarik perhatian Raja Tebing Pangeran. Dan beliau

berniat memisahkan keduanya dengan cara memecat Tualang. Begitu

Putri Pinang Mancung mengetahui hal itu, ia segera menghadap

ayahnya untuk menanyakan tentang dipecatnya tualang.

“Ayahanda..kenapa Tualang dipecat?” “Itu karena kedekatan ananda

dengannya”. “Tualang adalah orang baik dan jujur, itu sebabnya

ananda jatuh hati padanya”. “Berhari-hari hati Putri Pinang Mancung

(45)

meninggalkan istana dan mencari orang yang dicintainya.” Di suatu

pagi, dengan cara mengendap-endap dan menyamar dengan

mengenakan pakaian laki-laki, Putri Pinang Mancung berhasil

mengelabuhi para hulubalang yang menjaga gerbang istana. Namun

setelah itu Putri Pinang Mancung bingung harus melangkahkan kaki

kemana.

Gigih adalah sanggup dan kuat hati untuk memperjuangkan sesuatu,

pantang menyerah dan bersungguh-sungguh. Sifat gigih putri pinang mancung

untuk menemui Tualang dan demi memperjuangkan cintanya kepada tualang.

“Dan orang yang dicintainya di usir dari istana setelah dipecat dari pekerjaannya. Setelah itu, Putri Pinang Mancung melarikan diri dengan tujuan mencari keberadaan Tualang. Sampai akhirnya terjebak dan tersesat di hutan.”Ia kebingungan diantara rerimbunan pohon di hutan belantara. Perasaan panik melanda diri Putri Pinang Mancung. Sempat terlintas dibenaknya untuk mengurungkan niatnya, tetapi ketika ingin kembali ke istana ia tersadar bahwa ia sudah melangkah terlalu jauh dan tak tau arah jalan pulang. Dan dia pun tetap gigih melanjutkan pelariannya untuk terus berusaha menemukan orang yang dicintainya

Setia adalah sikap mempertahankan dengan baik, menjaga cinta hanya

untuk seseorang dan tidak membaginya kepada orang lain. Putri pinang mancung

begitu mencintai tualang dan putri pinang mancung juga merasa Tualang juga

mencintainya sehingga putri pinang mancung kepada Tualang dengan menolak

semua bangsawan yang ingin mempersuntingnya.

(46)

Pinang Mancung melarikan diri dengan tujuan mencari keberadaan Tualang. Sampai akhirnya terjebak dan tersesat di hutan.

Rendah hati adalah sifat bijak yang melekat pada seseorang memposisikan

dirinya dengan orang lain sama, merasa tidak lebih baik, tidak lebih mahir, tidak

lebih pintar, tidak juga lebih mulia. Walaupun Putri Pinang Mancung merupakan

anak raja, tapi ia tidak menganggap orang lain lebih rendah darinya. Bahkan ia

akan menghormati seseorang apabila ia lebih baik dari dirinya.

“Putri Pinang Mancung bersimpuh di hadapan pria tua. Dan menurut Putri Pinang Mancung sosok pria tua adalah sosok pribadi yang berbudi.”Dalam keseharian Putri Pinang Mancung telah meninggalkan statusnya sebagai seorang putri raja, dia tidak segan-segan membantu pria tua itu dalam bekerja apa saja, yang ketika di istana tidak pernah dilakukannya.

Rajin adalah suka dan giat bekerja, belajar dan sebagainya; selalu berusaha

dan getol; kerapkali melakukan sesuatu. Putri Pinang Mancung rajin dalam

bekerja walaupun saat di istana ia tidak pernah diajarkan hal tersebut.

“Dalam keseharian Putri Pinang Mancung telah meninggalkan statusnya sebagai seorang putri raja, dia tidak segan-segan membantu pria tua itu dalam bekerja apa saja, yang ketika di istana tidak pernah dilakukannya.”“Pada suatu pagi saat Putri Pinang Mancung sedang membantu pria tua membersihkan rumput di depan rumahnya, Putri Pinang Mancung teringat pada kekasihnya, seorang budak yang bernama Tualang.”

Rela berkorban adalah bersedia dengan ikhlas, senamg hati dengan tidak

mengharapkan imbalan dan mau memberikan sebagian yang dimiliki, sekalipun

menimbulkan penderitaan bagi dirinya. Putri Pinang Mancung rela berkorban

demi orang yang dicintainya, bahkan sekalipun harus menjelma menjadi lereng

(47)

“Lalu dalam sekejap Putri Pinang Mancung tiba-tiba berubah wujud menjadi sebuah bukit-bukit kecil yang di atasnya ditumbuhi pohon-pohon yang berdaun rimbun.” “Begitu dia tiba disana dia langsung memilih sebuah pohon jati untuk ditebangnya. Namun begitu mata kapaknya menancap di batang pohon jati tersebut, alangkah kagetnya pemuda itu melihat ada darah di mata kapaknya. Rasa takut hinggap di benak pemuda itu karena melihat pohon jati yang berusaha ditebangnya mengeluarkan darah. Kemudian pohon jati itu berubah menjadi seorang gadis yang sangat cantik.”

b. Tualang

Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan atau tata tertib.

Disiplin juga diartikan sebagai sikap seseorang yang selalu mengerjakan sesuatu

sesuai kewajiban dengan tidak menunda pekerjaan dan hasil pekerjaannya

maksimal. Tualang memiliki disiplin kerja yang tinggi dalam menjalankan

tugasnya sehari-hari. Ia tidak pernah membantah apalagi menolak setiap perintah

yang diberikan padanya.

“Di antara orang-orang itu sebut saja namanya Tualang, dia seorang anak muda yang bekerja sebagai pesuruh (budak) di istana. Konon, Putri Pinang Mancung menaruh perhatian lebih pada si budak yang bernama tualang. Hal itu mungkin disebabkan Tualang yang sering disuruh-suruh di lingkungan istana mempunyai disiplin kerja yang tinggi dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.”

Jujur adalah selalu berkata apa adanya, tidak melebih-lebihkan fakta yang

ada. Tualang bersifat jujur dalam pekerjaannya karena setiap hasil pekerjaannya

selalu sesuai dengan yang diperintahkan untuknya.

“Selain sifat disiplin, ia juga memiliki sifat jujur dan hasil setiap pekerjaannya selalu sesuai dengan yang diperintahkan. Itu sebabnya Tualang sering dipercaya untuk menemani Putri Pinang Mancung sekaligus menjaga dan mengawasi Putri Pinang Mancung.”

Tabah adalah kuat hati dalam menghadapi setiap cobaan ataupun

kesulitan. Tualang bersifat tabah walaupun ia tahu ia akan kehilangan pekerjaan

(48)

“Tualang dengan keadaan sedih mengemasi pakaiannya, karena selain dipecat ia juga diusir dari istana tanpa mendapat penjelasan tentang kesalahannya.”

Santun adalah halus dan baik budi bahasanya, tingkah lakunya sabar dan

tenang, serta sopan. Tualang selalu menjaga kesopanan dalam bertingkah laku dan

kesaantunan dalam berbicara. Karena menurutnya hal tersebut harus dijunjung

tinggi.

“Mereka tetap saling menjaga jarak, bahkan sama sekali keduanya tidak pernah bersentuhan tangan sekalipun. Tualang selalu menjaga adat kesopanan dan selalu bicara santun. Hal-hal seperti itu yang membuat Putri Pinang Mancung semakin tertarik pada Tualang. Kesopanan dan kesantunannya menjadi pemikat hubungan yang kasta tersebut.” “Tualang” Putri Pinang Mancung memanggil setengah berbisik. “Saya tuan putri” sambil menunduk. “Pandanglah kearahku wahai Tualang”.“Maaf tuan putri...sebaiknya kita saling menjaga pandangan....”

c . Raja Tebing Pangeran

Kharisma adalah pengolahan diri seseorang dimana orang tersebut terus

menerus mengembangkan kelebihan dirinya yang bisa memancar keluar membuat

orang lain jadi bisa mereasakannya. Raja Pangeran sangat dikasihi dan

dielu-elukan oleh rakyatnya karena beliau memiliki sifat yang berwibawa dan

berkharisma.

“Selama berkuasa di kerajaan Padang, Raja pangeran dikenal sebagai raja terkaya dan berwibawa serta berkharisma. Rakyatnya selalu mengelu-elukan beliau sebagai raja yang santun dan berjiwa sosial serta berpihak pada kepentingan rakyatnya.”

Adil adalah Meletakkan sesuatu pada tempatnya, menerima hak tanpa

(49)

menegakkan keadilan terutama terhadap rakyat miskin dan tertindas. Beliau juga

selalu mengasihi mereka.

“Beliau terkenal sebagai pribadi yang sangat adil. Teguh menegakkan

kebenaran. Kaum miskin diberikan bantuan setiap bulan hingga mempunyai

pekerjaan. Sifat pengasih dan penyayangnya tidak diragukan lagi.”

d . Pak Tua

Baik hati adalah Mengasihi orang lain dan aktif berkeinginan

kesejahteraan mereka. Pak Tua adalah orang yang baik hati yang saat melihat

Tuan Putri terluka ia mengobatinya dan memberinya makan dan tempat tinggal.

“Pria tua itu kemudian mencari diantara semak belukar kemudian memetik beberapa daun. Kemudian dipatah-patahkannya dedaunan tersebut dan cairan getah putih kekuninggan mengalir denan lancar. Selanjutnya cairan itu di oleskan di sekujur tubuh yang terluka.” “Tiba-tiba terdengar suara gumaman seorang pria dari arah semak belukar. Putri Pinang Mancung gemetar mendengar suara asing dan logat asing dari sosok misterius dari semak belukar itu. Tapi ia berkeyakinan sosok itu yang telah mengusir hewan buas itu.” “Sesampai di rumah pria tua itu, Putri Pinang Mancung dipersilahkan masuk dan disuguhi bermacam-macam jenis makanan. Kemudian Putri Pinang Mancung dipersilahkan makan.” “Kalau begitu ceritanya, maka untuk sementara kau boleh tinggal dirumahku ini...karena aku cukup prihatin atas nasib malang yang menimpamu”.

Sakti adalah kuasa yang melampaui kodrat alam, seperti dapat

mendatangkan angin ribut, tidak mempan ditembak dan sebagainya. Pak Tua

merupakan orang sakti yang dapat mengusir makhluk jahat serta dapat

(50)

“Putri Pinang Mancung menurut dan seketika gurat samar di kulit Putri Pinang Mancung hilang dan ajaibnya kulit Putri Pinang Mancung kembali seperti semula.” “Pria tua itu mulai bermeditasi. Lalu dalam sekejap Putri Pinang Mancung tiba-tiba berubah wujud menjadi sebuah bukit-bukit kecil yang di atasnya ditumbuhi pohon-pohon yang berdaun rimbun.” “Dalam hatinya, Putri pinang Mancung berkata-kata, bahwa pria tua yang sudah dianggapnya sebagai ayahnya sendiri itu ternyata memang sangat sakti. Hanya sekejap saja ia sudah bisa kembali sebagai manusia lagi.”

Tegas adalah Nyata, jelas dan terang benar; tentu dan pasti, tidak

ragu-ragu lagi, tidak bimbang. Pak Tua adalah orang yang tegas, ia tidak ingin orang

yang tidak ia kenal berada dirumahnya terutama itu adalah lawan jenisnya.

“Waktu semakin sore dan pria tua itu mulai bersikap dingin kepada Putri Pinang Mancung. Dari mulut pria tua itu keluar kata-kata “Waktunya engkau pergi wahai perempuan cantik”.

4.2 Kepribadian Tokoh Legenda Putri Pinang Mancung

4.2.1 Kepribadian Putri Pinang Mancung

Putri pinang mancung adalah seorang yang Ekstrovert. Sifatnya yang objektif membuat mudah bergaul kepada siapa saja tanpa memandang status sosial orang tersebut, apakah seorang pangeran atau rakyat biasa, kaya atau miskin. Gelar dan harta bukan menjadi patokan putri pinang mancung dalam bergaul. Kepribadian Ekstrovert putri pinang mancung dapat dilihat dalam kutipan berikut :

(51)

dari keturunan raja yang kaya raya pula. Agar kelak hidup Putri Pinang Mancung berkecukupan dalam hal materi bahkan bergelimangan harta benda dan memiliki koleksi emas permata yang beragam. Dalam hal ini Putri Pinang Mancung sering berselisih paham kepada ayahnya. Itu terbukti dari keseharian Putri Pinang Mancung memang selalu menjalani hidup dengan bersahaja. Tidak pernah mengenakan pakaian mewah kapan saja dan di mana saja. Bahkan dalam pergaulan sehari-hari Putri Pinang Mancung ia lebih memilih berteman dengan rakyat biasa. Sering pula bersenda gurau dengan orang-orang biasa yang bekerja di istana.

Dalam kesehariannya Putri Pinang Mancung adalah seorang yang

Ekstrovert dan dominasi kepribadiannya begitu terlihat jelas ketika kepribadian

Putri Pinang Mancung yang Ekstrovert dihadapkan dengan kepribadian

Tualang.yang Introvert. Putri Pinang Mancung terlihat Lebih aktif dalam

berbicara dan bertindak, sedangkan Tualang cenderung memilih diam dan

mengikuti kehendak Putri Pinang Mancung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kepribadian Putri Pinang Mancung Mendominasi kepribadian Tualang. Hal

tersebut dapat dilihat pada kutipan cerita berikut;

(52)

diketahui lingkungan istana dan itu akan mengancam pekerjaannya di istana. Semua orang akan menggunjing dan mencemooh mereka. tualang tidak menginginkan hal itu terjadi. Sehingga dengan mantap pemuda itu menjawab,”Maaf, Tuan Putri! Kalau memang ada sesuatu yang saya rasakan selama ini, anggap saja merupakan pengabdian saya yang tulus terhadap Tuan Putri sebagai junjungan hamba. Tidak lebih dari itu!”. “Tualang…” Putri Pinang Mancung kembali bertanya. “Hamba, tuan putri”. “Janganlah engkau membohongi dirimu sendiri!”. “Hamba tidak paham maksud Tuan Putri”. “engkau harus mengerti, jangan engkau biarkan aku bagai lesung mencari penumbuk, atau sumur mencari timba!”. “Tetapi tuan putri...”. “Sudahlah Tualang!” potong Tuan Putri dengan cepat. “Aku tahu bahwa apa yang aku rasakan engkau merasakannya pula, dan hendaknya rasa ini sama-sama kita jaga, dan tiada yang boleh menghalangi.”

4.2.2 Kepribadian Tualang

Tualang adalah seorang Introvert yang memandang sesuatu dengan subjektif. Tualang merasa tidak pantas mencintai putri pinang mancung karena Putri Pinang Mancung adalah seorang putri raja sementara dia hanya seorang budak istana. Perhatikan kutipan berikut :

Aku hanya ingin bertanya pada engkau wahai Tualang” Putri Pinang Mancung bertanya dengan setengah berbisik. “Perihal apakah itu, Tuan Putri?” Tualang menjawab. “Apakah engkau tidak merasakan sesuatu hal ketika engkau dan aku bersama seperti saat ini? ” Tanya Putri Pinang Mancung kepada Tualang. Tualang tetap tertunduk. Sangat susah baginya untuk menjawab. Namun dengan perlahan ia mulai berani mengangkat wajahnya. Pandangannya kosong. Sesungguhnya ia pun memiliki rasa yang sama. Namun sangat mustahil hal itu diucapkannya, karena ia tahu diri. Kondisi ini bagi Tualang bagaikan pungguk merindukan bulan.

Tualang juga memiliki pribadi yang hati-hati dalam berbicara maupun bertindak. Segala hal yang akan dikatakan ataupun akan diperbuatnya terlebih dahulu dia pikirkan secara matang. Tualang lebih memilih diam daripada harus berkata hal yang sia-sia atau hal yang dapat merugikannya. Perhatikan kutipan berikut :

(53)

kosong. Sesungguhnya ia pun memiliki rasa yang sama. Namun sangat mustahil hal itu diucapkannya, karena ia tahu diri. Kondisi ini bagi Tualang bagaikan pungguk merindukan bulan. Ia juga takut apabila hal ini diketahui lingkungan istana dan itu akan mengancam pekerjaannya di istana. Semua orang akan menggunjing dan mencemooh mereka. tualan

Referensi

Dokumen terkait