• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan model alokasi air untuk mendukung optimal water sharing: Kasus DAS Cicatih-Cimandiri, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan model alokasi air untuk mendukung optimal water sharing: Kasus DAS Cicatih-Cimandiri, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat"

Copied!
484
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL ALOKASI AIR

UNTUK MENDUKUNG OPTIMAL WATER SHARING

Kasus DAS Cicatih-Cimandiri, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

POPI REDJEKININGRUM

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi ” Pengembangan Model Alokasi

Air untuk Mendukung Optimal Water Sharing: Kasus DAS

Cicatih-Cimandiri, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat” adalah karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Desember 2010

(3)

POPI REDJEKININGRUM. Development of Water Allocation Model for Supporting Optimal Water Sharing: Case of Cicatih-Cimandiri Watershed, District of Sukabumi, West Java. Under the Advisory Commission of HIDAYAT PAWITAN as Chairman and BUDI INDRA SETIAWAN, IRSAL LAS and BUDI KARTIWA as Members of the Advisory Commission.

There are many stakeholders in Cicatih watershed ranging from farmer to water industry laborers. In relation to the water resources stakeholders in the Cicatih watershed, the more stakeholders are the higher its potential to becoming conflicting each other. However, the most prevalent conflict is among industrial and domestic use; as according to the socio-economic survey, water uses conflict tend to erupt whenever spring water that already been utilized by local people then subsequently also utilized by water company that make shortage water for local people. The conflict ever erupted since ten years ago and has increased since 5 years ago. So as to minimize conflicts, the proportion of water use by water users need to be more transparent. The objectives of this research are: (1). Characterization and analysis of water availability and identification of effects of land cover change and the influence trend of climate change on water availability, (2). Characterization and analysis of water demands (agriculture, domestic, and industry) at various scenario water use models, and (3). Development of

OptiWaSh software as an optimization model to develop recommendations of

optimal water-sharing between sectors to minimize water use conflicts. The analyses using the optimization approach gave the following results. Using Verhulst projection model, the population of Cicatih Watershed could be nicely projected from 1971 through 2030 with a value of r2=0.98932. The total population in 1971 was 546 402 persons to become 1.047.164 persons in 2030. The result of trend analysis on climate variability, represented by the increase in temperature, decrease in rainfall and debit, as well as the increase in evapotranspiration through Mann Kendall analysis gave the indication of the climate change trend in Cicatih Watershed. To minimize conflicts of water use required an optimal distribution among water users, by applying the concept of optimal water sharing. To realize the optimal water-sharing concept has been developed OptiWaSh model that can be used to calculate the optimum water demands. This model has the objective function to maximize the added value of water use with the constraint that the population needs to be fulfilled. On the condition of business as usual with existing water management systems, application IP300 can only be done until 1999, whereas IP200 until 2020, and IP100 until 2028. This condition can be anticipated if the water demands to be optimized to obtain the optimum allocation of water use using the OptiWaSh

model. Applications of OptiWaSh model shows that the optimum allocation of water demand are: (a) For one cropping the optimum allocation ranged from 29.5% to 30.0% (domestic), from 6.3% to 6,9% (non bottled water industry/NBWI), and from 63.2% to 64.2% (agriculture), (b) For two cropping, the optimum allocation ranged from 25,3% -25,5% (domestic), 3,7% - 3,8% (NBWI), and 70,7% - 71,0% (agriculture), (c) For three cropping conventional irrigation, the optimum allocation ranged from 17,8% -17,9% (domestic), 2,7% - 2,8% (NBWI), and 79,6% - 79,7% (agriculture).

Keywords: water supply, water demand, optimal water sharing, Cicatih

(4)

POPI REDJEKININGRUM. Pengembangan Model Alokasi Air untuk

Mendukung Optimal Water Sharing: Kasus DAS Cicatih-Cimandiri,

Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Di bawah bimbingan HIDAYAT PAWITAN sebagai Ketua Komisi Pembimbing, BUDI INDRA SETIAWAN, IRSAL LAS, dan BUDI KARTIWA sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Terjadinya peningkatan kebutuhan berbagai sektor pengguna air (rumah tangga/domestik, pertanian, dan industri) di DAS Cicatih mengakibatkan tekanan dan persaingan dalam penggunaan sumber daya air semakin tinggi. Persaingan dalam penggunaan air telah memunculkan konflik terbuka antara petani/penduduk yang telah menggunakan mata air untuk keperluan air domestiknya dan pemanfaat air yang datang kemudian, yaitu perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK). Hasil survei sosial ekonomi menunjukkan bahwa konflik telah terjadi sejak sepuluh tahun lalu dan semakin meningkat sejak lima tahun lalu. Konflik umumnya terjadi bilamana ada pihak yang merasa haknya diambil secara tidak adil, sehingga proporsi penggunaan air oleh para pengguna perlu diketahui secara transparan.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan alokasi air optimal untuk memenuhi kebutuhan air untuk domestik, pertanian, dan industri di DAS Cicatih untuk keberlanjutan ketersediaan sumber daya air. Dengan tujuan khusus adalah: (1) Karakterisasi dan analisis ketersediaan air dan identifikasi pengaruh perubahan penutupan lahan serta pengaruh pola cuaca (tren perubahan iklim) terhadap ketersediaan air, (2) Karakterisasi dan analisis kebutuhan air (domestik, pertanian, dan industri) pada berbagai skenario model penggunaan air, dan (3) Pengembangan perangkat lunak OptiWaSh sebagai model optimasi untuk menyusun rekomendasi optimal water sharing antar sektor untuk meminimalisir konflik penggunaan air.

DAS Cicatih yang merupakan sub DAS dari DAS Cimandiri secara geografis terletak antara 106o39’8’’-106o57’30’’ BT dan 6o42’54’’-7o00’43’’ LS dan secara administratif masuk ke dalam Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. DAS Cicatih mencakup 15 kecamatan yaitu Bojong Genteng, Caringin, Centayan, Cibadak, Cicurug, Cidahu, Cikembar, Cikidang, Cisaat, Kadudampit, Kalapanunggal, Nagrak, Parakansalak, Parungkuda, dan Warungkiara. Total Luas DAS Cicatih adalah 53.286 ha atau 530 km2. Mempunyai curah hujan tahunan 2900-3500 mm/tahun dengan perbedaan musim hujan dan kemarau yang jelas. Debit sungai rata-rata berkisar antara 12 m3/dt – 230 m3/dt. Ketinggian tempat bervariasi mulai 200 meter di atas permukaan laut (m dpl) pada daerah hilir sampai mencapai 3000 m dpl di Gunung Pangrango, Gunung Salak, dan Gunung Gede. Fisiografi DAS Cicatih dengan geologinya yang spesifik telah menghasilkan banyak sumber mata air di bagian lereng dan lembahnya yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan masyarakat, beberapa diantaranya mempunyai debit yang tinggi yaitu di mata air Cibuntu sebesar 695 l/dt dan Cipanas 2500 l/dt yang saat ini terutama digunakan oleh penduduk setempat untuk keperluan domestik, pertanian dan industri sedangkan banyak mata air lebih kecil telah dikuasai oleh pemilik lahan.

(5)

sebesar 546.402 jiwa menjadi 1.047.164 jiwa pada tahun 2030. Selain itu hasil analisis tren perubahan iklim, yang direpresentasikan oleh kenaikan suhu dan evapotranspirasi serta penurunan curah hujan dan debit melalui analisis Mann Kendall mengindikasikan terjadinya tren perubahan iklim di DAS Cicatih. Indikasi adanya tren perubahan iklim mengakibatkan tren penurunan ketersediaan air.

Identifikasi satuan lahan DAS Cicatih berdasarkan unsur-unsur penyusun satuan lahan menunjukkan bahwa satuan lahan DAS Cicatih dapat dibedakan menjadi 148 satuan lahan. Berdasarkan identifikasi peta satuan lahan diketahui bahwa di wilayah penelitian didominasi oleh bahan lahar volkanik yang berupa endapan lahar yang lebih tua dan muda yang terdapat di bagian timur sungai Cicatih yang membentuk jalur aliran lava dari puncak Gunung Pangrango ke arah barat daya dengan tingkat penurunan lereng melandai sampai ke sungai Cicatih. Wilayah ini mempunyai sumber air yang dikoleksi melalui lapisan bahan induk tanah (lahar) yang tembus air. Air yang terkoleksi tersebut secara gravitasi turun ke dalam tanah dan sampai ke lapisan lava yang kedap, sehingga muncul mata air. Hal ini menjadi bukti bahwa di wilayah penelitian banyak terdapat mata air.

Hasil analisis tren debit maksimum lima tahunan dan sepuluh tahunan menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan peningkatan debit maksimum pada tahun 1990-2008, sehingga di wilayah DAS Cicatih mempunyai potensi banjir yang cenderung meningkat. Tren debit minimum cenderung menurun sehingga potensi debit yang bisa disimpan sebagai aliran dasar cenderung menurun. Salah satu penyebabnya adalah adanya dampak perubahan tutupan lahan, yaitu terjadinya penurunan luas hutan dan peningkatan luas pemukiman.

Hasil analisis ketersediaan dan kebutuhan air menunjukkan bahwa pada kondisi business as usual dengan sistem pengelolaan air existing, penerapan IP300 hanya dapat dilakukan sampai dengan tahun 1999, sedangkan IP200 hingga tahun 2020, dan IP100 sampai tahun 2028. Kondisi krisis air (kebutuhan air melebihi ketersediaan air) terjadi pada penerapan IP300 setelah tahun 1999, pada penerapan IP200 setelah tahun 2020, dan pada penerapan IP100 setelah tahun 2028. Permasalahan ini dapat diantisipasi apabila dilakukan optimasi kebutuhan air dengan pendekatan konsep optimal water sharing sehingga didapatkan alokasi penggunaan air optimal untuk domestik, pertanian, dan industri. Salah satu alternatif untuk mengimplementasikan konsep optimal water sharing adalah dengan menggunakan model optimasi.

Model optimasi yang dikembangkan mempunyai fungsi tujuan untuk memaksimalkan nilai tambah penggunaan air dengan kendala bahwa kebutuhan untuk domestik harus terpenuhi. Model optimasi alokasi air yang dikembangkan dikemas dalam perangkat lunak (software) OptiWaSh. Aplikasi model

OptiWaSh menunjukkan bahwa alokasi kebutuhan air optimal pada kondisi

(6)

tren perubahan iklim untuk sekali tanam, dua kali, dan tiga kali tanam alokasi optimalnya berturut-turut 37,65%; 29,45%; 20,25% (domestik), 4,25%; 3,55%; 3,05% (industri non AMDK), dan 58,10%; 67,05%; 76,70% (pertanian), (c) Pada aplikasi irigasi intermittent kondisi normal untuk sekali, dua kali, dan tiga kali tanam alokasi optimalnya berturut-turut 57,20%; 50,65%; 47,05% (domestik), 8,50%; 7,50%; 7,16% (industri non AMDK), dan 34,15%; 41,80%; 45,75% (pertanian), dan (d) Pada aplikasi irigasi intermittent saat terjadi tren perubahan iklim untuk sekali, dua kali, dan tiga kali tanam alokasi optimalnya berturut-turut adalah 35,95%; 47,65%; 45,60% (domestik), 13,55%; 11,25%; 10,85% (industri non AMDK), dan 50,40%; 41,15%; 43,65% (pertanian).

Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan aplikasi irigasi intermittent, penggunaan air untuk padi sawah lebih efisien. Dengan irigasi konvensional alokasi air optimal untuk pertanian dengan sekali tanam dan dua kali tanam mencapai 60-70%, sedangkan dengan irigasi intermittent hanya berkisar antara 30-40%. Untuk tiga kali tanam dengan irigasi konvensional alokasi optimal berkisar antara 75-80%, sedangkan dengan aplikasi irigasi intermittent, alokasi air untuk pertanian hanya 45-50%.

(7)

©

Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(8)

Optimal Water Sharing: Kasus DAS Cicatih-Cimandiri, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

Nama : Popi Redjekiningrum Dwi Mustatiningsih

NIM : G261060011

Disetujui: Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr.

Ketua Anggota

Prof. Dr. Ir. Irsal Las, M.S. Dr. Ir. Budi Kartiwa, CESA.

Anggota Anggota

Diketahui:

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Klimatologi Terapan

Prof. Dr. Ir. Handoko, MSc. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

(9)

UNTUK MENDUKUNG OPTIMAL WATER SHARING:

Kasus DAS Cicatih-Cimandiri, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

POPI REDJEKININGRUM

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Klimatologi Terapan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadlirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmah, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penelitian dan disertasi ini dapat diselesaikan. Disertasi dengan judul “Pengembangan Model Alokasi Air untuk Mendukung Optimal Water Sharing: Kasus DAS Cicatih-Cimandiri, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat” membahas tentang pengembangan model alokasi air yang berkaitan dengan ketersediaan dan kebutuhan sumber daya air untuk mendukung upaya optimalisasi sumber daya air suatu wilayah serta mendukung pembagian air secara adil dan optimal (optimal water sharing).

Penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan, MSc., Prof. Dr. Ir. Budi I. Setiawan, M. Agr, Prof. Dr. Ir. Irsal Las, M.S, Dr. Ir. Budi Kartiwa, CESA yang dengan sabar memberikan bekal ilmu pengetahuan dan arahan kepada penulis melalui konsultasi dan diskusi dalam memahami substansi penelitian sampai pada penyelesaian disertasi.

2. Kepala Badan Litbang dan Ketua Komisi Pembinaan Tenaga Badan Litbang Kementerian Pertanian yang telah memberikan beasiswa, ijin, fasilitas, dan kesempatan selama penulis tugas belajar di IPB. Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dan Perguruan Tinggi (KKP3T) DIPA TA. 2008-2009, atas dukungan dana selama penulis melaksanakan penelitian. Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi yang telah memberikan kesempatan dan dorongan semangat kepada penulis.

3. Ketua program Studi Klimatologi Terapan Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB beserta staf atas bimbingan dan dukungannya selama penulis mengikuti pendidikan.

4. Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, M.Sc. (Dosen Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan FAPERTA-IPB) dan Dr. Satyanto Krido Saptomo, S.TP. M.Si. (Dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FATETA-IPB) selaku penguji luar komisi pada Ujian Tertutup.

5. Dr. Ir. Muhrizal Sarwani MSc. (Kepala Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian) dan Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr (Dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura/Dekan Fakultas Pertanian IPB) yang bertindak sebagai penguji luar komisi pada Ujian Terbuka.

6. Dr. Ir. Kasdi Subagyono, M.Sc. (Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian) yang telah banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis selama melakukan penelitian.

7. Teman-teman di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi khususnya Budi Rahayu, Ir. Sawiyo, dan Ir. Adang Hamdani yang telah banyak memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian, serta Ir. Hendri Sosiawan, CESA. yang telah memberikan inspirasi penulis untuk melakukan penelitian dengan topik ini.

(11)

M.Sc, Ir. Meiske Widyarti, M.Sc., Ir. Yanto Surdianto, MS, Chusnul Arief, STP MSi, Dr. Mustafril, Dr. Oktovian Bertie A Sompie, M.Eng, M. Taufik, SSi MSi, Ahmad Tussi, ST MSi, Fadli Irsyad, STP, dan Mas Mul; atas kebersamaan, persahabatan, bantuan, dan perhatiannya.

10. Teman-teman mahasiswa S3 Program Studi Klimatologi Terapan Departemen Geomet IPB (Ir. Yayan Apriyana, MSc, Dr. Ir. Gusti Rusmayadi, MSi, Ir, Abdul Syakur, MSi), mahasiswa S3 Program Studi Pengelolaan DAS (Ir. Nani Heryani, MSi. dan Ir. Zuherna Mizwar, MS), dan mahasiswa S1 Siti Khomariah, STP, dan Mirani Oktavia; atas persahabatan, bantuan, dan sarannya.

11. Kepada Bapak (alm), ibu, suami tercinta mas Adi, anakku Fifin, Nadia, dan Helmi; atas pengorbanan, dorongan, kasih sayang dan doanya.

Akhirnya kepada semua pihak yang memberi masukan, saran, dan kritik membangun yang telah mengilhami dan menginspirasi penulis, disampaikan penghargaan dan terimakasih yang tulus atas semua kontribusinya. Kepada Allah SWT kita pasrahkan usaha dan niat yang baik ini, dengan harapan semoga karya ilmiah ini bermanfaat adanya. Amin.

(12)

Penulis dilahirkan di Semarang Jawa Tengah pada tanggal 29 Nopember 1964, sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Alm. M. Moestar dan Hj. Soekini.

Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang, lulus pada tahun 1987. Pada tahun 1993 menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Program Studi Agroklimatologi. Pada tahun 2006 mendapat kesempatan untuk melanjutkan Program Doktor pada Program Studi Klimatologi Terapan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Beasiswa pendidikan S3 diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.

Penulis mulai bekerja di Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor sejak Desember 1988 sebagai staf di Unit Basis Data dan Komputer. Mulai tahun 1990 penulis diangkat menjadi PNS di Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat sebagai peneliti bidang Agroklimat dan Hidrologi. Jabatan Fungsional Peneliti yang pertama diperoleh tahun 1994 sebagai Asisten Peneliti Muda bidang Agroklimat dan Hidrologi, pada tahun 1997 sebagai Asisten Peneliti Madya, tahun 1998 dan 2001 masing-masing sebagai Ajun Peneliti Muda dan Madya, dan pada tahun 2005 menjadi Peneliti Madya. Selama menjadi peneliti, karya tulis yang telah dipublikasikan di Jurnal Ilmiah dan Prosiding Nasional sebagai penulis utama kurang lebih 40 buah.

Selama mengikuti program S3, penulis menyajikan karya ilmiah sebagai berikut: (1) “Peluang Pemanfaatan Air Tanah untuk Keberlanjutan Sumber Daya

Air” dalam Jurnal Sumberdaya Lahan, Vol. 3 No. 2, Nopember 2009, Balai Besar

(13)

Nomor Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Kerangka Pemikiran ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Novelty (Kebaruan) Penelitian ... 8

1.7 Keterbatasan Penelitian ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Water Supply and Demand (Pasokan dan Permintaan Air) ... 10

2.1.1 Ketersediaan dan Kebutuhan Air Dunia ... 11

2.1.2 Ketersediaan dan Kebutuhan Air di Indonesia... 14

2.1.3 Proyeksi Ketersediaan dan Kebutuhan Air ... 16

2.1.4 Kelangkaan Air ... 24

2.2 Water Allocation (Alokasi Air) ... 25

2.2.1 Konflik dan Dampak Penggunaan Air antar Sektor ... 25

2.2.2 Rekomendasi Alokasi Air ... 28

2.3 Water Sharing (Berbagi Air) ... 28

2.3.1 Permasalahan dalam Water Sharing (Berbagi Air) ... 28

2.3.2 Konsep Water Sharing (Berbagi Air) ... 30

2.3.3 Implementasi Water Sharing (Berbagi Air) ... 35

2.4 Water Governance (Tata Air) ... 48

2.4.1 Konsep Umum Water Governance (Tata Air) ... 48

2.4.2 Permasalahan dan Mekanisme Water Governance (Tata Air) ... 50

2.5 Pendekatan Sistem untuk Alokasi Sumber Daya Air ... 52

III BAHAN DAN METODE ... 59

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 59

3.2 Bahan dan Alat ... 59

3.3 Tahapan Penelitian ... 60

3.4 Metode Penelitian ... 61

3.4.1 Karakterisasi dan Analisis Ketersediaan Air dan Identifikasi Pengaruh Perubahan Penutupan Lahan serta Pengaruh Pola Cuaca (Tren Perubahan Iklim) terhadap Ketersediaan Air ... 61

3.4.1.1 Potensi Curah Hujan (Variabilitas Antar Tahun dan Peluang Terlampaui) ... 61

3.4.1.2 Potensi Debit (Analisis Kurva Lengkung Debit ... 61

(14)

melalui survei geolistrik ... 71

3.4.1.5 Identifikasi Potensi Risiko Kejadian Ekstrim ... 74

3.4.1.6 Dampak Perubahan Tutupan Lahan pada Kondisi Kondisi Hidrologis DAS ... 74

3.4.1.7 Analisis Tren Perubahan Iklim ... 75

3.4.2 Karakterisasi dan Analisis Kebutuhan Air (Pertanian, Domestik, dan Industri) pada Berbagai Skenario Model Penggunaan Air ... 76

3.4.2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk ... 76

3.4.2.2 Kebutuhan Air Domestik (Rumah Tangga) ... 78

3.4.2.3 Kebutuhan Air Industri ... 79

3.4.2.4 Kebutuhan Air Pertanian ... 79

3.4.2.5 Kebutuhan Air untuk Lingkungan ... 85

3.4.2.6 Kebutuhan Air untuk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ... 88

3.4.2.7 Optimasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air ... 89

3.4.3 Pengembangan Perangkat Lunak OptiWaSh ... 90

3.4.4 Peta Satuan Lahan ... 92

IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 96

4.1 Letak Geografis dan Administratif ... 96

4.2 Topografi ... 97

4.3 Iklim ... 98

4.4 Tutupan Lahan ... 100

4.5 Satuan Lahan ... 103

V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 115

5.1 Karakterisasi dan Analisis Ketersediaan Air dan Identifikasi Pengaruh Perubahan Penutupan Lahan serta Pengaruh Pola Cuaca (Tren Perubahan Iklim) terhadap Ketersediaan Air ... 115

5.1.1 Potensi Curah Hujan (Variabilitas Antar Tahun dan Peluang Terlampaui) ... 115

5.1.2 Potensi Debit (Analisis Kurva Lengkung Debit) ... 116

5.1.3 Karakterisasi dan Analisis Ketersediaan Air ... 118

5.1.3.1 Aplikasi Model Tangki ... 118

5.1.3.2 Karakterisasi dan Analisis Potensi Airbumi (Groundwater) melalui Survei Geolistrik ... 121

5.1.4 Identifikasi Potensi Risiko Kejadian Ekstrim ... 125

5.1.5 Dampak Perubahan Tutupan Lahan pada Kondisi Hidrologis DAS . 126 5.1.6 Analisis Tren Perubahan Iklim ... 127

5.1.7 Perhitungan Total Ketersediaan Air ... 130

5.2 Karakterisasi dan Analisis Kebutuhan Air (Domestik, Industri, dan Pertanian) pada Berbagai Skenario Model Penggunaan Air ... 130

5.2.1 Kebutuhan Air Domestik ... 130

5.2.2 Kebutuhan Air Industri ... 130

5.2.3 Kebutuhan Air Pertanian ... 132

(15)

Tren Perubahan Iklim ... 132

5.3.2 Proyeksi Kebutuhan Air ... 134

5.3.2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk ... 134

5.3.2.2 Proyeksi Kebutuhan Air Rumah Tangga (Domestik) ... 136

5.3.2.3 Proyeksi Kebutuhan Air Industri ... 136

5.3.2.4 Proyeksi Kebutuhan Air Pertanian ... 138

5.3.2.5 Proyeksi Kebutuhan Air untuk Lingkungan ... 140

5.3.3 Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air (Business as Usual) ... 140

5.3.4 Optimasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air (Business as Unusual) . 144 5.3.4.1 Optimasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air pada Kondisi Normal dan Saat Terjadi Tren Perubahan Iklim dengan Irigasi Konvensional untuk Sekali Tanam Padi ... 145

5.3.4.2 Optimasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air pada Kondisi Normal dan Saat Terjadi Tren Perubahan Iklim dengan Irigasi Konvensional untuk Dua Kali Tanam Padi ... 155

5.4.4.3 Optimasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air pada Kondisi Normal dan Saat Terjadi Tren Perubahan Iklim dengan Irigasi Konvensional untuk Tiga Kali Tanam Padi ... 163

5.4 Hasil Survei Sosial Ekonomi ... 171

5.5 Pembahasan Umum ... 177

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 184

6.1 Kesimpulan ... 184

6.2 Saran ... 185

DAFTAR PUSTAKA ... 186

(16)

Nomor Halaman

1 Potensi sumber daya air di 9 negara di dunia... 12

2 Ketersediaan sumber daya air di pulau-pulau di Indonesia ... 16

3 Ketersediaan dan permintaan air aktual untuk keperluan rumah tangga, perkotaan, industri dan irigasi. ... 19

4 Neraca air pada MK tahun 2003. ... 19

5 Proyeksi keadaan neraca air pada MK tahun 2020. ... 20

6 Total air tersedia menurut wilayah/kepulauan di Indonesia ... 20

7 Rasio ketersediaan air dan luas lahan pertanian dan ketersediaannya per kapita 22 8 Penggunaan minimum air sungai untuk irigasi. ... 36

9 Ketentuan aliran maksimum bagi Pakistan yang digunakan untuk pertanian. 36

10 Ketentuan aliran maksimum bagi India untuk pertanian. ... 36

11 Water sharing di beberapa benua... 48

12 Gambaran pemakaian air rumah tangga di beberapa negara. ... 78

13 Koefisien tanaman (kc). ... 82

14 Tiga kategori metodologi EFA. ... 87

15 Kebutuhan air untuk ikan, satwa liar, rekreasi dan sumber daya lingkungan yang terkait ... 87

14 Luas wilayah Sub-sub DAS yang berada di DAS Cicatih. ... 97

17 Tipe iklim Schmidt-Ferguson (SF) dan Koppen (K) di beberapa Kecamatan di DAS Cicatih. ... 99

18 Luas masing-masing tipe penutupan lahan pada tahun 1991, 2001, dan 2008. 101 19 Laju perubahan penutupan lahan per tahun periode 1991-2008 ... 102

20 Rata–rata bulanan curah hujan di DAS Cicatih(1990 – 2008 ... 115

21 Parameter model tangki DAS Cicatih ... . 119

22 Penentuan potensi air tanah berdasarkan tahanan jenis batuan dan ketebalan. 123 23 Potensi airbumi untuk 15 Kecamatan di DAS Cicatih ... 124

24 Tren perubahan iklim berdasarkan analisis Mann Kendall untuk curah hujan, suhu, ETo, dan debit DAS Cicatih ... 129

(17)

Nomor Halaman

1 Kerangka pemiikiran model alokasi air dalam mendukung

optimal water sharing ... 7

2 Fluktuasi penggunaan air untuk berbagai sektor periode 1900-2025 ... 13

3 Peningkatan manfaat ekosistem air tawar... ... 34

4. Suatu keputusan dalam permasalahan alokasi sumber daya air ... 53

5 Grafik penggunaan air dengan solusi optimal jika bg > 0 and bs< 0... ... 56

6 Grafik penggunaan air: feasible region ... ... 57

7 Penggunaan air: solusi optimal jika bg < 0 and bs > ... ... 58

8 Skema model tangki standar (Setiawan et.al., 2003) ... ... 64

9 Skema survei geolistrik dengan metode Schlumberger. ... ... 73

10 Skema model optimasi alokasi air ... ... 93

11 Diagram alir analisis optimal water sharing. ... ... 94

12 Lokasi DAS Cicatih-Cimandiri. ... ... 96

13 Sub-Sub DAS di DAS Cicatih-Cimandiri ... ... 96

14 Peta Administrasi DAS Cicatih-Cimandiri Kabupaten Sukabumi ... ... 97

15 Peta kemiringan lereng DAS Cicatih ... ... 98

16 Wilayah curah hujan dengan menggunakan metode Polygon Thiessen di DAS Cicatih ... ... 99

17 Curah hujan rata-rata bulanan 1990-2008 berdasarkan metode polygon Thiessen di DAS Cicatih ... ... 100

18 Grafik suhu udara tahun 1984-2004 di DAS Cicatih... ... 100

19 Grafik kelembaban udara selama 21 tahun (1984-2004) di DAS Cicatih . ... 100

20 Grafik radiasi selama 21 tahun (1984-2004) di DAS Cicatih ... ... 100

21 Peta penutupan lahan DAS Cicatih tahun 1991 ... ... 101

22 Peta penutupan lahan DAS Cicatih tahun 2001 ... ... 101

23 Peta penutupan lahan DAS Cicatih tahun 2008 ... ... 102

24 Peta satuan lahan DAS Cicatih ... ... 104

25 Curah hujan rerata bulanan DAS Cicatih berdasarkan analisis sebaran peluang terlampaui ... ... 116

26 Lokasi AWS dan AWLR ... ... 116

26 Penampang melintang sungai Cibojong ... ... 117

27 Kurva lengkung debit sungai Cibojong ... ... 117

29 Tampilan program model tangki ... ... 118

30 Hidrograf periode Juli 1999-Juni 2000 ... ... 119

31 Hidrograf periode Juli 2003-Juni 2004 ... ... 119

32 Hidrograf periode Juli 2005-Juni 2006 ... ... 119

33 Hidrograf periode Juli 2006-Juni 2007 ... ... 119

34 Aliran lateral periode Juli 1999-Juni 2000 ... ... 120

35 Aliran lateral periode Juli 2003-Juni 2004 ... ... 120

36 Aliran lateral periode Juli 2005-Juni 2006 ... ... 120

37 Aliran lateral periode Juli 2006-Juni 2007 ... ... 120

38 Indikator kesalahan perhitungan periode Juli 1999-Juni 2000 ... ... 121

39 Indikator kesalahan perhitungan periode Juli 2003-Juni 2004 ... ... 121

(18)

42 Peta sebaran pengamatan airbumi di DAS Cicatih ... ... 122

43 Peta potensi airbumi DAS Cicatih ... ... 122

44 Peta potensi airbumi Departemen Pekerjaan Umum ... ... 123

45 Tren debit minimum Sungai Cicatih berdasarkan analisis rata-rata bergerak 5 tahunan pada periode tahun 1990-2008 ... ... 126

46 Tren debit minimum Sungai Cicatih berdasarkan analisis rata-rata bergerak 10 tahunan pada periode tahun 1990-2008 ... ... 126

47 Tren debit maksimum Sungai Cicatih berdasarkan analisis rata-rata bergerak 5 tahunan pada periode tahun 1990-2008 ... ... 126

48 Tren debit maksimum Sungai Cicatih berdasarkan analisis rata-rata bergerak 10 tahunan pada periode tahun 1990-2008 ... ... 126

49 Perbandingan debit berdasarkan kondisi tutupan lahan sebelum dan sesudah terjadi perubahan ... ... 127

50 Perbandingan debit berdasarkan kondisi tutupan lahan sebelum dan sesudah terjadi perubahan meggunakan analisis peluang ... ... 127

51 Tren curah hujan periode tahun 1990-2008 ... ... 128

52 Tren suhu minimum periode tahun 1990-2008 ... ... 128

53 Tren suhu maksimum periode tahun 1990-2008 ... ... 128

54 Tren evapotranspirasi periode tahun 1999-2008 ... ... 128

55 Tren debit sungai DAS Cicatih periode tahun 1990-2008... ... 128

56 Ketersediaan air di DAS Cicatih saat kondisi normal ... ... 130

57 Ketersediaan air di DAS Cicatih saat terjadi tren perubahan iklim ... ... 130

58 Fluktuasi jumlah penduduk di DAS Cicatih periode 2000-2008... ... 131

59 Kebutuhan air domestik di DAS Cicatih ... ... 131

60 Perkembangan industri kecil di DAS Cicatih periode 2000-2007 ... ... 131

61 Perkembangan industri sedang di DAS Cicatih periode 2000-2007 ... ... 131

62 Perkembangan industri besar di DAS Cicatih periode 2000-2007 ... ... 131

63 Kebutuhan air untuk industri kecil, sedang, dan besar di DAS Cicatih .... ... 131

64 Fluktuasi luas lahan sawah penduduk di DAS Cicatih periode 2000-2008... 132

65 Kebutuhan air pertanian di DAS Cicatih periode 2000-2008 ... ... 132

66 Validasi ketersediaan air permukaan pada kondisi normal ... ... 133

67 Validasi ketersediaan mata air pada kondisi normal ... ... 133

68 Validasi ketersediaan mata air pada kondisi normal ... ... 133

69 Proyeksi ketersediaan air total pada kondisi normal ... ... 133

70 Proyeksi ketersediaan air permukaan, mata air, dan air tanah pada kondisi normal ... ... 133

71 Proyeksi ketersediaan air total pada saat terjadi tren perubahan iklim ... ... 134

72 Proyeksi ketersediaan air permukaan, mata air, dan air tanah pada saat terjadi tren perubahan iklim... ... 134

73 Grafik validasi data aktual jumlah penduduk dengan hasil proyeksi geometrik, eksponensial, dan Verhulst ... ... 135

74 Validasi jumlah penduduk DAS Cicatih... ... 135

75 Proyeksi jumlah penduduk DAS Cicatih sampai tahun 2030 ... ... 135

76 Validasi kebutuhan air domestik ... ... 136

77 Proyeksi kebutuhan air domestik ... ... 136

78 Validasi kebutuhan air untuk industri kecil ... ... 137

79 Proyeksi kebutuhan air untuk industri kecil sampai tahun 2030 ... ... 137

(19)

82 Validasi kebutuhan air untuk industri besar ... ... 137

83 Proyeksi kebutuhan air untuk industri besar sampai tahun 2030 ... ... 137

84 Proyeksi kebutuhan air untuk industri total sampai tahun 2030 ... ... 138

85 Validasi kebutuhan air untuk sekali tanam padi ... ... 139

86 Validasi kebutuhan air untuk dua kali tanam padi... ... 139

87 Validasi kebutuhan air untuk tiga kali tanam padi ... ... 139

88 Prediksi kebutuhan air untuk sekali, dua kali, dan tiga kali tanam padi .... ... 139

89 Validasi kebutuhan air untuk lingkungan ... ... 140

90 Proyeksi kebtuhan air untuk lingkungan sampai tahun 2030 ... ... 140

91 Proyeksi kebutuhan air setelah digunakan untuk kebutuhan domestik ... ... 141

92 Proyeksi kebutuhan air setelah digunakan untuk kebutuhan domestik dan pertanian sekali tanam ... ... 141

93 Potensi air setelah digunakan untuk kebutuhan domestik, pertanian sekali tanam, dan industri non AMDK ... ... 141

94 Proyeksi kebutuhan air setelah digunakan untuk kebutuhan domestik ... ... 142

95 Proyeksi kebutuhan air setelah digunakan untuk kebutuhan domestik dan pertanian dua kali tanam ... ... 142

96 Potensi air setelah digunakan untuk kebutuhan domestik, pertanian dua kali tanam, dan industri non AMDK... ... 142

97 Proyeksi kebutuhan air setelah digunakan untuk kebutuhan domestik ... ... 143

98 Proyeksi kebutuhan air setelah digunakan untuk kebutuhan domestik dan pertanian tiga kali tanam ... ... 143

99 Potensi air setelah digunakan untuk kebutuhan domestik, pertanian tiga kali tanam, dan industri non AMDK ... ... 143

100 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan irigasi konvensional pada kondisi normal untuk sekali tanam padi... ... 143

101 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan irigasi konvensional pada saat terjadi tren perubahan iklim untuk sekali tanam padi ... ... 146

102 Optimal water sharing untuk sekali tanam padi pada irigasi konvensional pada kondisi normal ... ... 146

103 Persentase optimal water sharing existing tahun 2010 ... ... 146

104 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010 ... ... 147

105 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010 ... ... 147

106 Optimal water sharing untuk sekali tanam padi pada irigasi konvensional saat terjadi tren perubahan iklim ... ... 147

107 Persentase optimal water sharing existing tahun 2010 ... ... 147

108 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010 ... ... 147

109 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010 ... ... 147

110 Alokasi air untuk sekali tanam padi pada irigasi konvensional berdasarkan pengguna air ... ... 148

111 Alokasi air untuk sekali tanam padi pada irigasi konvensional berdasarkan sumber air ... ... 148

112 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan irigasi intermittent pada kondisi normal untuk sekali tanam padi... ... 150

113 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan irigasi intermittent pada kondisi saat terjadi tren perubahan iklim untuk sekali tanam padi .. ... 151

(20)

116 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010 ... ... 151

117 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010 ... ... 151

118 Optimal water sharing untuk sekali tanam padi pada irigasi intermittent saat terjadi tren perubahan iklim... ... 153

119 Persentase optimal water sharing existing tahun 2010 ... ... 153

120 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010 ... ... 153

121 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010 ... ... 153

122 Alokasi air untuk sekali tanam padi pada irigasi intermittent berdasarkan pengguna air ... ... 153

123 Alokasi air untuk sekali tanam padi pada irigasi intermittent berdasarkan sumber air ... ... 153

124 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan irigasi konvensional pada kondisi normal untuk dua kali tanam padi ... ... 155

125 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan irigasi konvensional pada kondisi saat terjadi tren perubahan iklim untuk dua kali tanam padi ... 156

126 Optimal water sharing untuk dua kali tanam padi pada irigasi konvensional tahun normal ... ... 156

127 Persentase optimal water sharing existing tahun 2010 ... ... 156

128 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010 ... ... 156

129 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010 ... ... 156

130 Optimal water sharing untuk dua kali tanam padi pada irigasi konvensional saat terjadi tren perubahan iklim ... ... 157

131 Persentase optimal water sharing existing tahun 2010 ... ... 157

132 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010 ... ... 157

133 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010 ... ... 157

134 Alokasi air untuk dua kali tanam padi pada irigasi konvensional berdasarkan pengguna air ... ... 157

135 Alokasi air untuk dua kali tanam padi pada irigasi konvensional berdasarkan sumber air ... ... 157

136 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan irigasi intermittent pada kondisi normal untuk dua kali tanam padi ... ... 160

137 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan irigasi intermittent pada saat terjadi tren perubahan iklim untuk dua kali tanam padi ... ... 160

138 Optimal water sharing untuk dua kali tanam padi pada irigasi intermittent tahun normal ... ... 160

139 Persentase optimal water sharing existing tahun 2010 ... ... 160

140 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010 ... ... 161

141 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010 ... ... 161

142 Optimal water sharing untuk dua kali tanam padi pada irigasi intermittent saat terjadi tren perubahan iklim ... ... 161

143 Persentase optimal water sharing existing tahun 2010 ... ... 161

144 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010 ... ... 161

145 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010 ... ... 161

146 Alokasi air untuk dua kali tanam padi pada irigasi intermittent berdasarkan pengguna air ... ... 162

(21)

saat kondisi normal untuk tiga kali tanam padi ... ... 163

149 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan irigasi konvensional pada saat terjadi tren perubahan iklim untuk tiga kali tanam padi ... ... 164

150 Optimal water sharing untuk tiga kali tanam padi pada irigasi konvensional tahun normal ... ... 164

151 Persentase optimal water sharing existing tahun 2010 ... ... 164

152 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010 ... ... 164

153 Persentase optimal water sharing dari mata air tahun 2010 ... ... 164

154 Optimal water sharing untuk tiga kali tanam padi pada irigasi konvensional saat terjadi perubahan iklim ... ... 165

155 Persentase optimal water sharing existing tahun 2010 ... ... 165

156 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010 ... ... 165

157 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010 ... ... 165

158 Alokasi air untuk tiga kali tanam padi pada irigasi konvensional berdasarkan pengguna air ... ... 165

159 Alokasi air untuk tiga kali tanam padi pada irigasi konvensional berdasarkan sumber air ... ... 165

160 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan sistem irigasi intermittent pada kondisi normal untuk tiga kali tanam padi ... ... 167

161 Optimasi ketersediaan dan kebutuhan air dengan sistem irigasi intermittent saat terjadi tren perubahan iklim untuk tiga kali tanam padi . ... 167

162 Optimal water sharing untuk tiga kali tanam padi pada irigasi intermittent pada kondisi normal ... ... 168

163 Persentase optimal water sharing existing tahun 2010 ... ... 168

164 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010 ... ... 168

165 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010 ... ... 168

166 Optimal water sharing untuk tiga kali tanam padi pada irigasi intermittent saat terjadi tren perubahan iklim ... ... 169

167 Persentase optimal water sharing existing tahun 2010 ... ... 169

168 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010 ... ... 169

169 Persentase optimal water sharing dari air permukaan tahun 2010 ... ... 169

170 Alokasi air untuk tiga kali tanam padi pada irigasi intermittent berdasarkan pengguna air ... ... 169

171 Alokasi air untuk tiga kali tanam padi pada irigasi intermittent berdasarkan sumber air ... ... 169

172 Persentase jumlah responden pada setiap tingkat pendidikan ... ... 172

173 Asal responden... ... 172

174 Persentase sumber air yang digunakan untuk sehari-hari ... ... 172

175 Persentase sumber air yang digunakan untuk usaha ... ... 172

176 Persentase jenis usaha yang menggunakan sumber air ... ... 172

177 Persentase kontribusi usaha terhadap sumber pendapatan keluarga ... ... 172

178 Persentase kondisi sumber air ketika musim kemarau ... ... 173

179 Persentase latar belakang menurunnya pasokan sumber air ... ... 173

180 Persentase pihak-pihak dibalik kerusakan sumber air ... ... 173

181 Persentase waktu kerusakan sumber air berlangsung ... ... 173

182 Persentase efek akibat kerusakan sumber air... ... 174

(22)
(23)

Nomor Halaman

1 Daftar Istilah ... 196 2 Profil litologi hasil identifikasi potensi airbumi untuk setiap

titik pengukuran di DAS Cicatih. ... 202 3 Tampilan program OptiWaSh. ... 204 4 Satuan Lahan di DAS Cicatih. ... 207 5 Interpretasi survei geolistrik... 217 6 Algoritma model tangki standar dalam bahasa Pascal. ... 220 7 Alokasi air optimal untuk domestik, industri non AMDK, dan pertanian

untuk sekali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan

iklim pada irigasi konvensional berdasarkan pengguna air ... . 221 8 Alokasi air optimal untuk domestik, industri non AMDK, dan pertanian

untuk sekali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan

iklim pada irigasi konvensional berdasarkan sumber air ... . 221 9 Alokasi air optimal untuk domestik, industri non AMDK, dan pertanian

untuk sekali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan

iklim pada irigasi intermittent berdasarkan pengguna air ... . 222 10 Alokasi air optimal untuk domestik, industri non AMDK, dan pertanian

untuk sekali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan

iklim pada irigasi intermittent berdasarkan sumber air ... . 222 11 Alokasi air optimal untuk domestik, industri non AMDK, dan pertanian

untuk dua kali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan

iklim pada irigasi konvensional berdasarkan pengguna air ... . 223 12 Alokasi air optimal untuk domestik, industri non AMDK, dan pertanian

untuk dua kali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan

iklim pada irigasi konvensional berdasarkan sumber air ... . 223 13 Alokasi air optimal untuk domestik, industri non AMDK, dan pertanian

untuk dua kali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan

iklim pada irigasi intermittent berdasarkan pengguna air ... . 224 14 Alokasi air optimal untuk domestik, industri non AMDK, dan pertanian

untuk dua kali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan

iklim pada irigasi intermittent berdasarkan sumber air ... . 224 15 Alokasi air optimal untuk domestik, industri non AMDK, dan pertanian

untuk tiga kali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan

iklim pada irigasi konvensional berdasarkan pengguna air ... . 225 16 Alokasi air optimal untuk domestik, industri non AMDK, dan pertanian

untuk tiga kali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan

iklim pada irigasi konvensional berdasarkan sumber air ... . 225 17 Alokasi air optimal untuk domestik, industri non AMDK, dan pertanian

untuk tiga kali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan

iklim pada irigasi intermittent berdasarkan pengguna air ... . 226 18 Alokasi air optimal untuk domestik, industri non AMDK, dan pertanian

untuk tiga kali tanam pada kondisi normal dan saat terjadi tren perubahan

(24)

Air permukaan

: wadah air yang terdapat di permukaan bumi. Bentuk air permukaan meliput

Air tanah

: semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akifer) di bawah permukaan tanah, mengisi ruang pori batuan dan berada di bawah permukaan tanah.

Akifer

: suatu formasi geologi yang jenuh air yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan meluluskan air dalam jumlah cukup dan ekonomis, serta yang mana bentuk dan kedalamannya terbentuk ketika terbentuknya cekungan air tanah.

Air Tanah Dangkal/Air Freatis

: air tanah yang terletak di atas lapisan kedap air tidak jauh dari permukaan

tanah. Air freatis sangat dipengaruhi oleh resapan air di sekelilingnya. Pada musim musim hujan jumlah air freatis akan bertambah. Air freatis dapat diambil melalui sumur atau mata air.

Air Tanah Dalam/Air Artesis

: air tanah yang terletak jauh di dalam tanah, di antara dua lapisan kedap air

(akifer). Jika lapisan kedap air retak, secara alami air akan keluar ke permukaan. Air yang memancar ke permukaan disebut mata air artesis. Air artesis dapat diperoleh melalui disebut sumur artesis.

Aliran air bawah permukaan (subsurface flow)

: bagian dari curah hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah kemudian mengalir dan bergabung dengan aliran debit. Aliran air bawah permukaan merupakan penyumbang debit yang cukup besar di daerah berhutan.

Aliran dasar (baseflow)

: (aliran air lambat) adalah debit aliran yang mengalir sepanjang MK ketika tidak ada curah hujan.

Aliran lingkungan(Environmental flow)

: volume air yang sengaja dibiarkan atau dilepas kesungai, danau atau waduk, untuk memelihara atau memulihkan nilai-nilai ekologis tertentu

Alokasi air (water allocation)

(25)

berkelanjutan dari sumber daya yang ditetapkan, berasal dari pemahaman tentang kapasitas penyimpanan, tingkat pengisian dan dampak ekstraksi.

Berbagi Air (water sharing)

: konsep yang menyatakan bahwa semua stakeholder pengguna air dapat terpenuhi kebutuhan airnya untuk jangka waktu yang panjang tetapi tidak berdampak negatif terhadap lingkungan

Cekungan air tanah

: suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengisian (recharge), pengaliran, dan pelepasan (discharge) air tanah berlangsung.

Cubic spline interpolation (CSI)

: metode pengukuran debit sungai yang bisa digunakan untuk menggambarkan profil sungai secara kontinyu yang terbentuk atas hasil pengukuran jarak dan kedalaman sungai. Dengan metode baru ini, luas dan perimeter sungai lebih mudah, cepat dan tepat dihitung. Demikian pula, fungsi kebalikannnya (inverse function) tersedia menggunakan metode Newton-Raphson sehingga memudahkan dalam perhitungan luas dan perimeter bila tinggi air sungai diketahui. Metode ini dapat langsung menghitung debit sungai menggunakan formula Manning, dan menghasilkan kurva lengkung debit (rating curve) (Setiawan et al., 1997).

Daerah Aliran Sungai (DAS)

: suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-batas topografi secara alami sedemikian rupa sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam DAS tersebut akan mengalir melalui titik tertentu (titik pengukuran di sungai) dalam DAS tersebut. Dalam Bahasa Inggris pengertian DAS sering diidentikan dengan watershed, catchment area atau river basin.

Debit sungai

: volume air yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu

Debit andalan (dependable discharge)

: debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan. Metode yang digunakan untuk menentukan debit andalan adalah metode stastistik rangking menggunakan rumus Weibull

Efisiensi irigasi:

: angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu pengambilan (intake)

Hidrograf

(26)

ada di suatu daerah pada waktu yang bersamaan. Apabila karakteristik daerah itu berubah-ubah, maka bentuk hidrograf juga akan berubah

Hujan efektif/netto (effectif rainfall)

: merupakan bagian hujan bruto yang sampai di permukaan tanah setelah mengalami proses intersepsi dan infiltrasi.

Infiltrasi

: proses aliran air (pada umumnya dari curah hujan) masuk ke dalam tanah selama hujan berlangsung. Prosesnya adalah aliran air masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler dan gravitasi, setelah lapisan tanah bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi (perkolasi)

Irigasi intermittent

: mengalirkan air ke areal (blok) irigasi selama waktu tertentu kemudian menghentikan dan mengalirkannya kembali sesuai jadwal Inti konsep pengairan Intermittent SRI adalah hanya memberikan air irigasi sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan oleh tanaman. Pada saat genangan air di sawah telah habis, tidak langsung diairi kembali melainkan dibiarkan sampai tanah sawah dalam “kondisi retak” atau pada kondisi mendekati titik stress tanaman, baru diairi kembali

Kawasan resapan air

: daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air.

Koefisien runoff (RO)

: bilangan yang menunjukkan perbandingan antara limpasan permukaan dengan besarnya curah hujan

Lahan Sawah

: lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status tanah tersebut. Termasuk di sini lahan yang terdaftar di Pajak Hasil Bumi, Iuran Pembangunan Daerah, lahan bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami padi dan lahan-lahan bukaan baru (transmigrasi dan sebagainya).

Limpasan permukaan (surface runoff)

: bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan.

Linear programming

(27)

dan meminimumkan biaya. Ada 3 tahapan: (1) Tentukan variabel keputusan& nyatakan dlm simbol matematik, (2) Membentuk fungsi tujuan dengan suatu hubungan linear (bukan perkalian) dari variabel keputusan, (3) Menentukan semua kendala masalah dan mengekspresikan dlm persamaan atau pertidaksamaan yg mrp hubungan linear dari variabel keputusan yg mencerminkan keterbatasan sumber daya

Mata Air

: akifer yang memotong permukaan tanah. Sumber utama mata air adalah airbumi. Airbumi dapat ditemui pada lapisan akifer. (Linsley et al, 1996).

Model

: rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisi

Model tangki

: model ini menunjukkan suatu bagan yang menggambarkan komponen-komponen aliran air dalam suatu rejim aliran air, seperti DAS, sub DAS, atau suatu plot lahan padi sawah, yang mana berdasarkan persamaan diwakili oleh suatu model tangki yang merupakan hidrologi model yang terdiri dari empat kompartemen (tangki) yang tersusun seri secara vertikal

Pasokan Air(Water supply)

: proses atau kegiatan oleh air yang disediakan untuk beberapa penggunaan, misalnya, ke sebuah rumah, pabrik, atau bisnis. Istilah ini juga berarti pasokan air yang disediakan dengan cara tertentu. Sumber dasar air adalah curah hujan, yang mengumpul di sungai dan danau, di bawah tanah, dan di waduk buatan. Air dari bawah tanah disebut airbumi dan tersedia sebagai sumur.

Penggunaan air (water use)

(28)

untuk penggunaan selanjutnya; dan (3) Non-consumptive water use (penggunaan air non-konsumtif) yaitu penggunaan in situ tubuh air untuk navigasi, aliran instream untuk ikan, rekreasi, pembuangan limbah cair dan pembangkit listrik hidroelektrik. (Wallingford, 2003)

Permeabilitas

: menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air

Tanah

Periode Ulang atau Frekuensi

: kemungkinan atau probabilitas sebuah kejadian yang mempunyai intensitas dan durasi tertentu. Satu Intensitas hujan dapat diprediksi kapan dan berapa lama akan terjadi lagi berdasarkan pada data sejarah hujan untuk satu lokasi tertentu.

Perkolasi

: masuknya air dari daerah tak jenuh ke daerah jenuh air, pada proses ini air tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat tanah daerah kajian yang dipengaruhi oleh karakteristik geomorfologis dan pola pemanfaatan lahannya

Peta rupabumi:

: merupakan dokumen Negara yang menggambarkan sumberdaya berisi informasi kenampakan permukaan bumi secara detil, bersifat baku (hanya isinya) tidak untuk desain dan tata letak, dibuat berdasarkan interpretasi data penginderaan jauh

Peta geologi

: bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah/wilayah/ kawasan dengan tingkat kualitas yang tergantung pada skala peta yang digunakan dan menggambarkan informasi sebaran, jenis dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, tektonika, fisiografi dan potensi sumber daya mineral serta energi yang disajikan dalam bentuk gambar dengan warna, simbol dan corak atau gabungan ketiganya.

Peta hidrogeologi

: peta yang menggambarkan pelamparan akifer, bersama-sama dengan kondisi geologi, hidrogeologi, meteorologi dan tampilan air permukaan yang perlu untuk memahami suatu rejim air tanah (International Legend for Hydrogeological Maps, Unesco, 1983).

Permintaan air (water demand)

(29)

Siklus hidrologi

: suatu proses peredaran at menerus. Pemanasan sinar matahari menjadi pengaruh pada siklus hidrologi. Air di seluruh permukaan bumi akan menguap bila terkena sinar matahari. Pada ketinggian tertentu ketika akan mengalami sebagai

Sungai

: air hujan ata

atau diantara dua tepian dengan batas jelas, menuju tempat lebih rendah

Tata air (water governance)

(30)

Penguji pada Ujian Tertutup: 1. Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, M.Sc. 2. Dr. Satyanto Krido Saptomo, S.TP. M.Si.

Penguji pada Ujian Terbuka: 1. Dr. Ir. Muhrizal Sarwani M.Sc.

(31)

I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sumber daya air menjadi isu penting dalam dua dekade terakhir di Indonesia, dan pengelolaannya untuk kelangsungan sumber daya air tersebut masih menghadapi banyak kendala dan bahkan memunculkan masalah baru yaitu kelangkaan air, kekeringan dan banjir dan banyak persoalan air lain yang terkait seperti konflik penggunaan air. Persoalan yang semakin berat ditinjau dari sisi permintaan adalah terjadinya peningkatan yang semakin besar karena meningkatnya jumlah penduduk dan meluasnya diversifikasi penggunaan air di berbagai sektor. Konsumen terbesar yang semula dari sektor pertanian, sekarang mengalami diversifikasi ke industri, domestik, penggelontoran kota (untuk keperluan taman, toilet, menyiram tanaman, dan pemadam kebakaran), dan lain-lain. Ditinjau dari pemerataan konsumsinya, sumber daya air juga masih mengalami ketimpangan antara konsumsi kelompok yang memiliki pendapatan tinggi dengan yang berpendapatan rendah. Dari sisi suplai, sumber daya air mengalami penyusutan akibat kerusakan lingkungan di wilayah tangkapan air akibat alih fungsi lahan dan pencemaran. Sehingga mengakibatkan menurunnya kapasitas tampung DAS baik secara kuantitas maupun kontinyuitas sehingga pasokan air semakin terbatas.

Dengan semakin meningkatnya permintaan terhadap air terutama air tawar untuk keperluan rumah tangga di perkotaan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan adanya persaingan di antara pengguna air, maka suplai air menjadi masalah yang krusial di suatu wilayah. Karena air telah memiliki nilai ekonomi dalam semua persaingan penggunaannya sehingga trend permintaan terhadap air menjadi lebih cepat dibandingkan pertumbuhan suplainya (Seragelgin, 1994).

(32)

musim kemarau produksinya meningkat sehingga penggunaan airnya semakin intensif. Survei di lapangan juga menunjukkan bahwa banyak warga di DAS Cicatih khususnya di Kecamatan Cicurug dan Cidahu yang terpaksa menggunakan limpahan air irigasi sawah untuk keperluan hidup sehari-hari karena kekurangan air bersih.

Data menunjukkan bahwa perusahaan air tidak hanya memanfaatkan mata air dan air permukaan, tetapi juga mengebor airbumi (ground water) sehingga terjadi penurunan muka air tanah. Sumur- sumur menjadi semakin dalam dibandingkan sepuluh tahun lalu dengan debit yang cenderung menurun. Survei kedalaman sumur berdasarkan data sekunder dan pengukuran menunjukkan bahwa sepuluh tahun yang lalu kedalaman sumur kurang dari 5 m, tetapi pengukuran tahun 2009 menunjukkan kedalaman sumur sudah lebih dari 8 m, bahkan di beberapa tempat sudah lebih dari 10 m. Selain perusahaan AMDK, di wilayah ini juga terdapat puluhan perusahaan yang produksinya berbasis air, misalnya teh botol dan susu cair. Sehingga semakin banyak perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan potensi air yang ada.

Survei menunjukkan bahwa sejak sepuluh tahun terakhir, saluran irigasi selalu kering saat musim kemarau sehingga penduduk hanya bisa menanam padi sekali setahun. Sebelumnya dengan adanya saluran irigasi masyarakat di wilayah ini pasokan air masih terjamin walaupun musim kemarau sehingga masih bisa menanam padi dua kali atau bahkan tiga kali setahun. Ironisnya kendati jutaan meter kubik air tanah telah di eksplorasi oleh industri-industri air, pemerintah setempat hanya mendapat pemasukan yang kecil dari pajak penggunaan air. Uang hasil pajak penggunaan air ini yang seharusnya diperuntukan untuk kesejahteraan masyarakat dan pembangunan infrastruktur, tidak digunakan sesuai peruntukakan. Hal ini terlihat dari masyarakat sekitar perusahaan AMDK tersebut tetap hidup miskin dan infrastruktur lingkungan seperti jalan desa yang juga rusak parah.

(33)

Terjadinya persaingan dalam penggunaan air antar pengguna air baik domestik, pertanian, maupun industri berpotensi memunculkan konflik antar pengguna air. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengembangan model optimasi alokasi air yang berkaitan dengan kebutuhan, potensi dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya air, terutama dalam mendukung pertanian berkelanjutan di masa datang.

Pendekatan model ketersediaan dan kebutuhan air telah banyak dikembangkan. Sutoyo (2005) membuat model ketersediaan dan kebutuhan air berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS) menggunakan model STELLA untuk mengevaluasi antara ketersediaan air permukaan dan kebutuhan air dalam suatu kawasan DAS. Wallingford (2003) melakukan pendekatan melalui penilaian dan peramalan (assessment and forecast) kebutuhan air permukaan untuk lingkungan, pertanian, domestik pedesaan, perkotaan, dan industri di Sahara Afrika dalam upaya pengelolaan sumber daya air di Sub DAS dan DAS. Amarasinghe (2005) menghitung prakiraan pasokan air permukaan dan permintaan air yang kemudian digunakan untuk membuat akuntansi (account) total sumber daya air terbarukan di DAS di Srilangka. Hasil parameter akuntansi air digunakan untuk menentukan indikator tingkatan perkembangan air, fraksi deplesi/penipisan air yang dikembangkan, tingkat abstraksi air tanah dan produksi bijian dan non biji-bijian surplus atau defisit. Sehingga indikator ini dapat digunakan untuk mengklasifikasikan DAS menjadi salah satu dari empat kategori yaitu: (1) air langka/makanan kurang, (2) air langka/surplus makanan, (3) surplus air/ defisit makanan, dan surplus air/surplus makanan. Sedangkan yang secara komprehensif mengembangkan program tentang optimasi ketersediaan air (air permukaan, air tanah, dan mata air) dan kebutuhan air di DAS belum banyak dilakukan.

(34)

dapat menghemat penggunaan air apabila diaplikasikan irigasi intermittent di lahan sawah?. Bagaimana kondisi neraca ketersediaan dan kebutuhan air pada saat terjadi tren perubahan iklim?. Sampai kapan ketersediaan air masih mencukupi kebutuhan air untuk masing-masing pengguna?.

1.2 Perumusan Masalah

Penyebab utama dari permasalahan sumber daya air di DAS Cicatih adalah: (1) Berkurangnya pasokan sumber daya air terutama pada musim kemarau, mengakibatkan persaingan penggunaan air pada musim kemarau semakin tinggi, (2) Adanya peningkatan kebutuhan air berbagai sektor (rumah tangga/domestik, pertanian, dan industri) dengan peningkatan jumlah penduduk, (3) Penguasaan absolut mata air oleh sektor industri AMDK, memunculkan keterbatasan akses bagi pengguna air lain yang menafaatkan mata air (domestik, pertanian, kolam ikan, industri non AMDK, dan pariwisata), dan (4) Belum berjalannya institusi pengelola alokasi air di daerah mengakibatkan masing-masing pengguna air menggunakan air melebihi kebutuhan khususnya sektor industri.

(35)

Faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisis ketersediaan dan kebutuhan air di suatu wilayah adalah:

a. Ketersediaan air tidak selalu stabil, yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, seperti kondisi curah hujan, kondisi lingkungan DAS, penggunaan lahan, dan penggunaan lainnya.

b. Kecukupan air untuk domestik dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: jumlah dan komposisi penduduk, jenis kelamin, dan umur.

c. Kecukupan air industri dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: jumlah dan jenis industri, jumlah tenaga kerja, dan kebutuhan air per unit industri. d. Kebutuhan air untuk pertanian dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

luas lahan sawah, pola tanam, intensitas tanam, dan kebutuhan air tanaman. e. Status air di suatu wilayah ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:

ketersediaan, kebutuhan, dan kecukupan air.

1.3 Kerangka Pemikiran

Peningkatan kebutuhan berbagai sektor (rumah tangga/domestik, pertanian, dan industri) terhadap air yang semakin meningkat di DAS Cicatih mengakibatkan tekanan dan persaingan pemanfaatan sumber daya air semakin tinggi. Persaingan dalam penggunaan air telah memunculkan konflik terbuka antara penduduk dan pengelola industri air. Konflik umumnya terjadi bilamana ada pihak yang merasa haknya diambil secara tidak adil, sehingga batas penggunaan air oleh para pihak perlu diketahui secara transparan.

Dalam meminimalisir terjadinya konflik penggunaan air diperlukan pembagian air yang optimal antar pengguna, dengan menerapkan optimal water sharing. Dengan optimal water sharing diharapkan semua stakeholder pengguna air dapat terpenuhi kebutuhan airnya untuk jangka waktu yang panjang tetapi tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini bisa dicapai dengan melakukan optimasi dengan tujuan memaksimalkan dampak terhadap nilai tambah ekonomi dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

(36)

optimalisasi pemanfaatan sumber daya air, terutama dalam mendukung pemanfaatan air yang berkelanjutan di masa yang akan datang. Model optimal water sharing harus mempunyai tujuan untuk memaksimalkan nilai tambah penggunaan air dengan kendala bahwa kebutuhan untuk domestik harus terpenuhi karena berhubungan dengan kelangsungan hidup masyarakat. Air untuk industri merupakan potensi karena apabila air sedikit tidak bisa berproduksi, dan untuk pertanian, air merupakan ketersediaan karena managable (dapat diatur) dimana apabila air tidak tersedia bisa dilakukan efisiensi penggunaan air misalnya dengan irigasi intermittent, irigasi tetes, mengintroduksi varietas padi hemat air, dan lain-lain.

Model optimal water sharing yang dikembangkan memberikan gambaran secara lengkap mengenai kemampuan setiap wilayah dalam menyediakan sumber daya air. Hasil studi ini dapat digunakan untuk mendukung upaya optimalisasi sumber daya air suatu wilayah serta mendukung pembagian air secara adil dan optimal.

(37)
[image:37.842.123.743.100.477.2]

Gambar 1. Kerangka pemikiran model alokasi air dalam mendukung optimal water sharing

TOTAL KEBUTUHAN AIR

Business as usual Jumlah penduduk,

trend kebutuhan air/orang

Penggunaan air untuk industri

non AMDK

Penggunaan air untuk pertanian

1,2,3 kali

tanam

Business as unusual

Tidak Optimasi

Optimal Water Sharing

Terpenuhi

Ya

Penggunaan air untuk domestik

KETERSEDIAAN

Jumlah industri, jenis industri, kebutuhan

air/unit industri

Luas lahan sawah, intensitas tanam, pola tnm, kebutuhan air tan

KEBUTUHAN

Potensi air yang dapat dimanfaatkan

Kebutuhan air untuk lingkungan

- Data iklim, debit

- Citra (landuse)

- Peta-peta (stasiun hujan, rupabumi, satuan lahan)

Identifikasi Mata Air

Survei geolistrik

Ketersediaan air Saat Kondisi Normal

Ketersediaan air saat terjadi tren perubahan iklim

TOTAL

KETERSEDIAAN AIR

(38)

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menentukan alokasi air optimal untuk memenuhi kebutuhan air untuk domestik, pertanian, dan industri di DAS Cicatih untuk mendukung keberkelanjutan ketersediaan sumber daya air.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Karakterisasi dan analisis ketersediaan air dan identifikasi pengaruh perubahan penutupan lahan serta pengaruh pola cuaca (tren perubahan iklim) terhadap ketersediaan air.

2. Karakterisasi dan analisis kebutuhan air (pertanian, domestik, dan industri) pada berbagai skenario model penggunaan air.

3. Pengembangan perangkat lunak OptiWaSh sebagai model optimasi untuk menyusun rekomendasi optimal water sharing antar sektor untuk meminimalisir konflik penggunaan air.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai:

1. Dasar bagi penyusunan peraturan tentang penetapan alokasi air optimal untuk kebutuhan riil antar sektor dan subsektor untuk saat ini dan perencanaan jangka panjang.

2. Dasar bagi penyusunan kebijakan, peraturan, dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan air yang berkelanjutan.

3. Dasar bagi penerbitan SIPPA (Surat Ijin Pengambilan dan Pemanfaatan Air) untuk industri.

4. Dapat dijadikan sebagai tolok ukur data (benchmarking data) bagi penelitian selanjutnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang terkait dengan optimal water sharing.

1.6 Novelty (Kebaruan) Penelitian

Beberapa kebaruan penelitian antara lain adalah:

(39)

2. Penggunaan model verhults untuk memprediksi ketersediaan air dan kebutuhan air (lingkungan, domestik, pertanian, dan industri).

3. Dihasilkannya peta satuan lahan DAS Cicatih sebagai peta dasar dalam pengelolaan DAS Cicatih.

4. Dihasilkannya peta potensi airbumi (groundwater) DAS Cicatih yang memberikan gambaran tentang karakteristik dan potensi debit airbumi.

5. Dihasilkannya software OptiWaSh sebagai program komputer untuk menghitung alokasi kebutuhan air optimal pada berbagai skenario penggunaan air.

1.7 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan berkaitan dengan ketersediaan data untuk analisis, sehingga memerlukan asumsi-asumsi yang digunakan dalam pengembangan model optimasi alokasi air, yaitu:

1. Kebutuhan air digunakan untuk memenuhi konsumsi di wilayah tersebut, sehingga mengabaikan distribusi masuk dan keluar.

2. Kebutuhan air untuk perikanan dan peternakan tidak diperhitungkan karena dianggap relatif kecil bila dibandingkan dengan kebutuhan lainnya.

3. Model proyeksi pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan industri tidak memasukkan faktor sosial dan ekonomi seperti perubahan harga bahan baku industri, bencana alam, konflik, dan peperangan.

(40)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Water Supply and Demand (Pasokan dan Permintaan Air)

Water supply (pasokan air) adalah proses atau kegiatan oleh air yang disediakan untuk beberapa penggunaan, misalnya, ke sebuah rumah, pabrik, atau bisnis. Istilah ini juga berarti pasokan air yang disediakan dengan cara tertentu. Sumber dasar air adalah curah hujan, yang mengumpul di sungai dan danau, di bawah tanah, dan di waduk buatan. Air dari bawah tanah disebut airbumi (groundwater) dan tersedia sebagai sumur. Paling sering air diambil dari sumur dengan pompa. Dalam beberapa kasus sumur akan menarik air dari lapisan batuan permeabel yang disebut akifer di mana air berada di bawah tekanan; seperti sumur butuh sedikit atau tanpa pemompaan (lihat sumur artesis). Air yang terkumpul di sungai, danau, atau waduk disebut air permukaan. Sebagian besar sistem pasokan air permukaan menarik air melalui pipa-pipa masuk khusus atau terowongan dan transportasi ke wilayah pengguna melalui kanal, terowongan, atau pipa, yang dikenal sebagai pipa saluran air. (www.answers.com/topic/water-supply).

(41)

Non-consumptive water use (penggunaan air non-konsumtif) yaitu penggunaan in situ tubuh air untuk navigasi, aliran instream untuk ikan, rekreasi, pembuangan limbah cair dan pembangkit listrik hidroelektrik (Wallingford, 2003)

Permintaan air (water demand) didefinisikan sebagai volume air yang diminta oleh pengguna u

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran model alokasi air dalam mendukung optimal water sharing
Tabel 4 Neraca air pada MK tahun 2003
Gambar 3 Peningkatan manfaat ekosistem air tawar
Gambar 4 Suatu keputusan dalam permasalahan alokasi sumber daya air
+7

Referensi

Dokumen terkait

Segala jenis Penyakit, Cedera, atau Ketidakmampuan, baik yang tanda atau gejalanya diketahui Tertanggung ataupun tidak, baik telah mendapatkan perawatan/pengobatan/saran/konsultasi

Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat, seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia

Bagi kandungan nutrien tersedia dalam kedua-dua profil, didapati kandungan Mg mempunyai kepekatan purata yang paling tinggi iaitu masing-masing 137.6 μg/g bagi Stesen T1S1 dan

Seseorang yang mempunyai kemauan kuat untuk menjadi seorang hafizh (hafal Al- Qur‟an) hendaklah menetapkan niatnya untuk ikhlas, tidak sekali - kali mengharapkan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk memenuhi ketentuan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa : 1) Pengaruh lingkungan kerja fisik di Kantor Camat Nanga Pinoh ;2) Pengaruh prestasi kerja di Kantor

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan hubungan korelasi atau sebab-akibat antar tiga variabel, yaitu tingkat inflasi, indeks harga konsumen (IHK),

Meningkatkan tahap kepuasan pelanggan adalah penting kerana perkara ini mampu menyumbang kepada sikap untuk terus melibatkan diri dalam perkhidmatan dan program kerjaya