SUHU DAN WAKTU
ANNEALING
YULI ASTUTI
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
terhadap Variasi Suhu dan Waktu
Annealing. Dibimbing oleh Dr. Ir. IRZAMAN
dan Dr. Ir. IRMANSYAH.
Pada penelitian ini telah berhasil ditumbuhkan film LiTaO3 murni dengan ketebalan film
berkisar antara 1,07-3,80 m di permukaan substrat Si (100) tipe-
p.
Penumbuhan film
LiTaO3
dibuat dengan menggunakan metode
chemical solution deposition
(CSD) dengan
teknik
spin coating
pada suhu
annealing
800
oC, 850
oC, 900
oC selama 1 jam, 8 jam,
15 jam dan 22 jam. Karakterisasi arus-tegangan dan sifat optik dilakukan terhadap variasi
suhu dan waktu
annealing
. Hasil karakterisasi arus-tegangan menunjukkan bahwa film
LiTaO3 dapat dijadikan sebagai fotodioda dan sensor warna dilihat dari perbedaan nilai
arus pada kondisi gelap-terang serta menggunakan
filter
merah, kuning dan hijau. Energi
bandgap
dari pengukuran karakterisasi optik berkisar antara 2,62-3,43 eV. Berdasarkan
hasil karakterisasi arus-tegangan dan optik, film LiTaO3 setelah proses
annealing
pada
suhu 800
oC selama 8 jam merupakan yang terbaik karena perbedaan arus terang-gelap
paling besar yang disebabkan energi
bandgap
yang besar. Struktur kristal LiTaO3 setelah
proses
annealing
pada suhu 800
oC selama 1 jam, 8 jam, 15 jam dan 22 jam adalah
rhombohedral
. Terbentuk pula puncak LiTaSiO5 yang memiliki struktur kristal
monoclinic
.
SUHU DAN WAKTU
ANNEALING
YULI ASTUTI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Fisika
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama : Yuli Astuti
NIM : G74060893
Menyetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Irzaman, M.Si
Dr. Ir. Irmansyah, M.Si
NIP. 19630708 199512 1001
NIP. 19680916 199403 1001
Mengetahui
Ketua Departemen Fisika
Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si
NIP. 19660907 199802 1006
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada saya sebagai penulis sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Pembuatan dan Karakterisasi Film Litium Tantalat (LiTaO3) terhadap Variasi
Suhu dan Waktu
Annealing
. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk
memperoleh gelar Sarjana Sains program sarjana di Departemen Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Orang tua saya yang senantiasa mendoakan, adik-adik tersayang dan abi tercinta
yang senantiasa memberikan semangat.
2.
Bapak Dr. Ir. Irzaman, M.Si dan Dr. Ir. Irmansyah, M.Si sebagai dosen pembimbing
yang selalu mendorong dan memotivasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
3.
Bapak Ir. Hanedi Darmasetiawan sebagai dosen editor yang telah membantu
memperbaiki skripsi dan telah banyak memotivasi saya untuk menjadi lebih baik.
4.
Seluruh dosen dan staf Departemen Fisika serta rekan-rekan angkatan 42, 43, 44, 45
dan 46.
5.
Kawan-kawan Humairoh dan Rumah Bintang.
6.
Senior Resident
Asrama TPB IPB dan adik-adik lorong serta
club Cybertron
, KCL,
Greda-C dan ADC.
7.
Semua teman-teman sivitas IPB yang selalu mendorong dan memberikan semangat
serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dan mendoakan saya.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Saya menyadari
bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan. Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan untuk kita
semua. Amiin.
Bogor, Desember 2012
RIWAYAT HIDUP
Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana strata satu di Departemen Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam kegiatan kampus baik
internal maupun ekstra kampus antara lain sebagai ketua Ikatan Mushola Asrama Putri
(IM3) TPB IPB dan pengajar Bina Baca Quran Asrama 2006-2007, sekretaris
Departemen Kaderisasi KAMMI IPB 2007-2008, staf Departemen Instrumentasi dan
Teknologi HIMAFI 2007-2008, sekretaris Divisi Syiar Lembaga Pengajaran Quran
(LPQ) IPB 2007-2008, ketua Keputrian Keluarga Muslim Fisika (KMF) 2007-2008,
Badan Pengawas HIMAFI 2008-2009, anggota Departemen Kaderisasi KAMMI Daerah
Bogor 2008-2009,
Senior Resident
Asrama Putri TPB IPB 2008-2010.
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi ………...
vi
Daftar Tabel ………..
vii
Daftar Gambar ………..
viii
Daftar Lampiran
………...
ix
BAB I PENDAHULUAN ………...
1
1.1 Latar belakang ……….
1
1.2 Tujuan ………..
1
1.3 Perumusan masalah ……….
1
1.4 Hipotes
is ………..
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………..
1
2.1 Litium tantalat (LiTaO
3) ……….
1
2.2 Silikon (Si) ………...
2
2.3 Metode
chemical solution deposition
(CSD)
………...
2
2.4 Metode volumetrik ………..
2
2.5 Fotodioda ……….
2
2.6 Energi
bandgap
semikonduktor ………...
3
2.7
X-ray diffraction
(XRD)
………...
3
BAB
III METODE PENELITIAN ………..
4
3.1 Tempat dan waktu penelitian ………..
4
3.2 Bahan dan alat ………
4
3.3 Prosedur penelitian ………..
4
3.3.1 Persiapan substrat
silikon ………...
4
3.3.2 Pembuatan larutan LiTaO3
1 M ……….
4
3.3.3 Penumbuhan film LiTaO
3………...
4
3.3.4 Proses
annealing
………...
6
3.3.5
Perhitungan ketebalan film ………....
7
3.3.6 Pembuatan kontak ………...
7
3.3.7 Karakterisasi film LiTaO3
………...
7
3.3.7.1 Karakterisasi sifat listrik ………...
7
3.3.7.2 Karakterisasi sifat optik ………..
7
3.3.7.3 Karakterisasi XRD ………..
7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………
7
4.1 Pembuatan film LiTaO
3………...
7
4.2 Karakterisasi arus tegangan
………..
8
4.3 Karakterisasi sifat optik ………...
13
4.4 Karakterisasi XRD ………...
16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….
18
5.1 Kesimpulan
……….
18
5.2 Saran ………...
18
DAFTAR PUSTAKA ………...
19
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Nomor sampel film LiTaO3 setelah proses
annealing
………..
6
Tabel 4.1 Selisih nilai arus kondisi gelap dan terang film LiTaO
3setelah
proses
annealing
………...
10
Tabel 4.2 Tegangan
knee
film LiTaO3 setelah proses
annealing
……….
11
Tabel 4.3 Ketebalan sampel film LiTaO
3setelah proses
annealing
……..
16
Tabel 4.4 Energi
bandgap
film LiTaO
3………...
16
Tabel 4.5 Parameter kisi film LiTaO3 setelah proses
annealing
pada
suhu 800
oC (
rhombohedral
)...………...
17
Tabel 4.6 Parameter kisi film LiTaSiO
5setelah proses
annealing
pada
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Susunan atom pada kristal semikonduktor silikon
intrinsic
.. 2
Gambar 2.2
Struktur
bandgap
isolator, semikonduktor dan
konduktor…
3
Gambar 2.3
Struktur kristal
rhombohedral
………..
4
Gambar 2.4
Struktur kristal
monoclinic
………...
4
Gambar 3.1
Diagram alir penelitian ……….
5
Gambar 3.2
Proses penumbuhan film LiTaO
3……….
6
Gambar 3.3
Hubungan suhu dan waktu selama proses
annealing
……...
6
Gambar 3.4
Film LiTaO
3tampak samping ………..
7
Gambar 4.1
Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang film LiTaO
3pada suhu dan waktu
annealing
(a) 800
oC, 1 jam (b)
800
oC, 8 jam (c) 800
oC, 15 jam (d) 800
oC, 22 jam
……...
8
Gambar 4.2
Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang film LiTaO
3pada suhu dan waktu
annealing
(a) 850
oC, 1 jam (b)
850
oC, 8 jam (c) 850
oC, 15 jam (d) 850
oC, 22 jam
……..
9
Gambar 4.3
Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang film LiTaO
3pada suhu dan waktu
annealing
(a) 900
oC, 1 jam (b)
900
oC, 8 jam (c) 900
oC, 15 jam (d) 900
oC, 22 jam
……
...
10
Gambar 4.4
Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang dan
filter
(merah, hijau, kuning) film LiTaO
3pada suhu dan waktu
annealing
(a) 800
oC, 1 jam (b) 800
oC, 8 jam (c) 800
oC,
15 jam (d) 800
oC, 22 jam
………...
11
Gambar 4.5
Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang dan
filter
(merah, hijau, kuning) film LiTaO
3pada suhu dan waktu
annealing
(a) 850
oC, 1 jam (b) 850
oC, 8 jam (c) 850
oC,
15 jam (d) 850
oC, 22 jam
………...
12
Gambar 4.6
Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang dan
filter
(merah, hijau, kuning) film LiTaO
3pada suhu dan waktu
annealing
(a) 900
oC, 1 jam (b) 900
oC, 8 jam (c) 900
oC,
15 jam (d) 900
oC, 22 jam
………...
12
Gambar 4.7
Hubungan absorbansi dan panjang gelombang film LiTaO
3setelah proses
annealing
pada variasi suhu (a) 800
oC, (b)
850
oC, (c) 900
oC terhadap waktu
annealing
………...
14
Gambar 4.8
Hubungan reflektansi dan panjang gelombang film LiTaO
3setelah proses
annealing
pada variasi suhu (a) 800
oC, (b)
850
oC, (c) 900
oC terhadap waktu
annealing
………...
15
Gambar 4.9
Energi
bandgap
film LiTaO
3setelah proses
annealing
pada
suhu (a) 800
oC, (b) 850
oC, (c) 900
oC terhadap variasi
waktu
annealing
………..
15
ix
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian terhadap material ferroelectric semikonduktor mendapat banyak perhatian. Hal ini didorong oleh potensi aplikasinya yang sangat luas. Beberapa aplikasi diantaranya sebagai lapisan penyangga (buffer layer), transduser, saklar, sensor, kapasitor dan sebagai memori.1
Pada perkembangannya, tahun 60-an sampai 70-an bahan ferroelectric banyak dibuat dalam bentuk kristal tunggal maupun bulk. Namun sepuluh tahun terakhir terjadi paradigma baru dalam fabrikasi, yaitu dalam bentuk lapisan (film).2 Beberapa metode yang
dapat digunakan untuk penumbuhan film diantaranya chemical vapor deposition (CVD), pulse laser ablation deposition (PLAD),
solution gelation (Sol-gel), metalorganic
chemical vapor deposition (MOCVD),
sputtering dan lain-lain.3
Pada penelitian ini, penumbuhan film litium tantalat (LiTaO3) dibuat dengan
menggunakan metode chemical solution deposition (CSD) dengan teknik spin coating. Keunggulan metode ini dapat mengontrol stokiometri film dengan kualitas yang baik, prosedur yang mudah, dilakukan pada suhu rendah dan biaya yang relatif murah.4,5
Substrat yang digunakan dalam penumbuhan film ini adalah silikon (100) tipe-p. Sedangkan material yang digunakan adalah litium tantalat (LiTaO3), bahan material yang memiliki sifat
ferroelectric, piezoelectric dan pyroelectric.6 Pada penelitian ini dilakukan uji sifat listrik dari setiap film dengan mengukur arus-tegangan (I-V), uji sifat optik yang melihat sifat absorbansi dan reflektansi serta struktur kristal LiTaO3 terhadap variasi suhu dan
waktu annealing. Pembuatan film LiTaO3
diharapkan bisa menjadi device fotodioda dan sensor warna.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menumbuhkan film litium tantalat (LiTaO3)
pada substrat Si (100) tipe-p dengan variasi suhu dan waktu annealing, kemudian diuji sifat listrik, optik dan struktur kristal dari setiap film yang telah dibuat.
Tujuan khusus penelitian ini adalah 1. Penumbuhan film LiTaO3 murni di
permukaan substrat Si (100) tipe-p dengan variasi suhu dan waktu annealing. 2. Melakukan karakterisasi terhadap
arus-tegangan (I-V) pada setiap film LiTaO3.
3. Melakukan karakterisasi sifat optik antara lain sifat absorbansi dan reflektansi pada setiap film LiTaO3.
4. Melakukan karakterisasi XRD pada setiap film LiTaO3.
1.3 Perumusan Masalah
Pada penelitian ini bahan LiTaO3
ditumbuhkan di permukaan substrat silikon dengan metode CSD dengan memperhatikan pengaruh suhu dan waktu annealing dengan variasi 800 oC, 850 oC, 900 oC selama 1 jam,
8 jam, 15 jam dan 22 jam. Kemudian film diuji sifat listrik, optik dan struktur kristal.
1.4 Hipotesis
1. Pembuatan larutan LiTaO3 dari bahan
litium asetat (LiO2C2H3) ditambah
tantalum oksida (Ta2O5) sebagai
bahan dasar pembuatan film yang ditumbuhkan pada permukaan substrat silikon (100) tipe-p menggunakan metode CSD dengan teknik spin coating pada kecepatan 3000 rpm dan diameter luar ujung pipet 1 mm akan memiliki ketebalan antara 1-10 m.
2. Film LiTaO3 memiliki sifat yang
mirip dioda dan dapat diaplikasikan sebagai fotodioda dan sensor warna. 3. Film LiTaO3 memiliki energi
bandgap yang cukup besar antara 3-4 eV.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Litium Tantalat (LiTaO3)
Litium tantalat (LiTaO3) merupakan
bahan yang mempunyai sifat elektro-optik dan koefisien nonlinier optik yang tinggi.7-9
LiTaO3 juga merupakan bahan pyroelectric
dan piezoelectric yang mempunyai stabilitas mekanik dan kimia yang baik. Oleh karena itu, LiTaO3 sering digunakan untuk beberapa
aplikasi termasuk electro-optic modulators,
pyroelectric detectors, piezoelectric
transducer dan lain-lain.5,10
LiTaO3 merupakan bahan yang
memiliki konstanta dielektrik yang tinggi, serta kapasitas penyimpanan muatan yang tinggi.11 Pembuatan LiTaO
3 dengan metode
Irzaman et al dan Hikam et al menggunakan peralatan yang cukup sederhana, biaya murah dan dilakukan dalam waktu yang relatif singkat.4,5
LiTaO3 merupakan campuran dari hasil
99,99 %] dan tantalum oksida [(Ta2O5) 99 %].
Berikut ini persamaan reaksi untuk menghasilkan LiTaO3.
2LiO2C2H3 + Ta2O5 + 4O2
2LiTaO3 + 3 H2O + 4 CO2
LiTaO3 merupakan kristal ferroelectric yang
mengalami proses suhu Currie tinggi sebesar (601 5,5) oC. Massa jenis LiTaO
3 sebesar
7,45 g/cm3 yang digunakan untuk menghitung ketebalan film.12
2.2 Silikon (Si)
Silikon (Si) adalah unsur yang banyak terdapat di bumi ini. Silikon adalah semikonduktor pengganti germanium. Sebuah atom silikon terisolasi mempunyai14 proton dan 14 elektron.13 Bahan semikonduktor yang
paling banyak adalah kristal silikon, yang merupakan unsur dari kelompok IVA dalam sistem periodik unsur-unsur.
Kristal semikonduktor intrinsic terdiri atas atom silikon seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1. Tiap atom silikon mempunyai 4 buah elektron valensi. Atom silikon menempati kisi-kisi dalam kristal. Tiap atom Si terikat dengan 4 buah atom Si lain membentuk ikatan kovalen.14
Kristal silikon merupakan semikonduktor intrinsic, yaitu semikonduktor murni yang belum dicampur atau dikotori oleh atom lain. Pada suhu 0 K, kristal silikon bersifat sebagai isolator karena memiliki pita konduksi yang kosong. Namun, ketika dipanaskan, elektron mendapat energi. Hal ini mengakibatkan perpindahan elektron dari pita valensi ke pita konduksi sehingga dapat bersifat sebagai konduktor.14
2.3 Metode chemical solution deposition
(CSD)
Metode CSD merupakan metode pembuatan film dengan cara pendeposisian atau pengendapan larutan kimia di permukaan substrat, kemudian dipreparasi dengan menggunakan spin coater pada kecepatan putaran tertentu. Dalam pembuatan film pada penelitian ini digunakan metode chemical solution deposition (CSD) karena pada metode ini stoikiometrinya mudah dikontrol dengan baik, mudah dibuat dan dilakukan pada suhu rendah.5
2.4 Metode Volumetrik
Metode ini dapat dipakai dengan tepat jika film yang ditumbuhkan di permukaan substrat terdeposisi secara merata. Metode ini
Gambar 2.1 Susunan atom pada kristal semikonduktor silikon intrinsic
dilakukan dengan cara menimbang massa substrat sebelum dilapisi film dan menimbang substrat setelah dilakukan proses annealing dan terdapat film dipermukaannya, sehingga akan didapatkan massa film yang terdeposisi pada permukaan substrat.4 Ketebalan film dari
metode ini menggunakan rumus :
d=
(2.1) Keterangan : d adalah ketebalan film (cm), m1
adalah massa substrat sebelum ditumbuhkan film (g), m2 adalah massa substrat setelah annealing dan terdapat film dipermukaannya (g), A adalah luas permukaan film yang terdeposisi pada permukaan substrat (cm2) dan
adalah massa jenis film yang terdeposisi pada permukaan substrat (g/cm3).
2.5 Fotodioda
Fotodioda adalah dioda yang didesain khusus memiliki sifat fotoelektrik. Dioda merupakan komponen elektronik yang dapat melewatkan arus satu arah saja, yaitu jika kutub anoda dihubungkan pada tegangan (+) dan kutub katoda dihubungkan dengan tegangan (-) (bias maju). Energi foton cahaya diserap elektron dalam pita valensi sehingga elektron tersebut dapat bertransisi ke pita konduksi. Energi yang didapatkan elektron dari penyerapan foton tersebut harus lebih besar dari energi bandgap atom. Semakin kuat cahaya yang datang, semakin banyak jumlah pembawa yang dihasilkan cahaya dan semakin cepat arus yang dihasilkan.15
Dioda adalah nama lain dari persambungan semikonduktor tipe-p dan semikonduktor tipe-n yang membentuk kristal. Daerah pertemuan semikonduktor tipe-p dan semikonduktor tipe-n disebut p-n junction.16
Bahan semikonduktor tipe-p terdiri atas unsur-unsur dalam kelompok IVA pada sistem periodik seperti silikon. Bahan semikonduktor tipe-n terdiri atas unsur-unsur dalam kelompok V atau kelompok III pada sistem periodik.14
pendifusian ketidakmurnian dalam bentuk uap ke dalam wafer semikonduktor.17
2.6 Energi bandgap semikonduktor
Sifat optik material semikonduktor dapat diketahui dari lebar celah pita energinya (bandgap). Proses absorpsi terjadi ketika foton dengan energi yang lebih besar dari celah pita energi semikonduktor terserap oleh material. Proses ini biasanya menghasilkan pasangan elektron-hole.18 Energi bandgap film LiTaO
3
diperoleh dengan menggunakan metode perhitungan reflektansi.19 Energi bandgap dari
perhitungan reflektansi menggunakan hubungan [ln(Rmax-Rmin)/(R-Rmin)]2 dan energi
foton yang datang pada film, ditunjukkan pada persamaan:
=[(Rmax-Rmin)/(R-Rmin)]2 (2.2) Keterangan: adalah koefisien absorbansi (cm-1), R adalah nilai reflektansi (%), dan d
adalah ketebalan film (cm).
Energi bandgap antara pita konduksi dan pita valensi di dalam bahan semikonduktor sekitar 1 eV seperti pada silikon, germanium dan lain-lain. Sedangkan energi bandgap pada isolator sangat besar (sekitar 6 eV), berbeda dengan konduktor dimana pita konduksi dan pita valensinya yang overlap sehingga elektron selalu ada di dalam pita konduksi. Struktur bandgap dari isolator, semikonduktor dan konduktor dapat dilihat pada Gambar 2.2.20
2.7 X-ray diffraction (XRD)
Struktur kristal dipelajari menggunakan metode x-ray diffraction (XRD). Orde panjang gelombang sinar-x hampir sama dengan jarak antar atom pada kristal, maka sinar-x dapat didifraksi oleh kristal. Pola difraksi sinar-x muncul akibat hamburan atom-atom yang terletak pada bidang hkl dalam kristal dan pola intensitas difraksi mengandung informasi penting mengenai struktur kristalografi suatu bahan.21
Difraksi sinar-x oleh atom-atom yang tersusun di dalam kristal akan menghasilkan pola yang berbeda bergantung pada konfigurasi atom-atom pembentuk kristal. Elektron yang dipancarkan dengan tegangan yang sangat tinggi menumbuk target (Cu, Cr, Fe, Co, Mo dan W). Sebagian energi kinetik elektron yang menumbuk target berubah menjadi sinar-x. Sinar-x yang dipancarkan pada peristiwa ini terdistribusi secara kontinyu
dengan panjang gelombang ( ) yang berbeda. 21
Gambar 2.2 Struktur bandgap isolator, semikonduktor dan konduktor
Tumbukan antara elektron yang dipercepat dengan atom target bersifat tidak elastik. Jika energi elektron yang datang memiliki energi yang cukup maka akan melepaskan elektron pada kulit K, sehingga atom dalam keadaan tereksitasi. Proses transisi ini akan diikuti oleh pelepasan energi berupa radiasi sinar-x. Sinar-x ditembakkan pada material sehingga terjadi interaksi dengan elektron dalam atom. Ketika foton sinar-x bertumbukkan dengan elektron, beberapa foton hasil tumbukan akan mengalami pembelokkan dari arah datang awal.22
Jika panjang gelombang hamburan sinar-x tidak berubah (foton sinar-x tidak kehilangan banyak energi) dinamakan hamburan elastik dan terjadi transfer momentum dalam hamburan. Sinar-x inilah yang digunakan untuk pengukuran sebagai hamburan sinar-x yang tersusun periodik dalam kristal. Gelombang yang terdifraksikan dari atom-atom berbeda dapat saling mengganggu dan distribusi intensitas resultannya termodulasi kuat oleh interaksi ini.
Syarat terjadinya difraksi harus memenuhi hukum difraksi Bragg,
(2.3) Keterangan: d adalah jarak antar bidang,
adalah sudut difraksi dan adalah panjang gelombang (Cu = 1,50546 Å).22
Untuk mencari parameter kisi dapat menggunakan metode Cohen. Metode ini sangat akurat karena kesalahan sistematis tereliminasi oleh pemilihan fungsi ekstrapolasi yang tepat dan kesalahan acak dikurangi dengan metode kuadrat terkecil.21 Pada
penelitian ini diperoleh struktur rhombohedral
dan monoclinic berdasarkan data hasil
Gambar 2.3 Struktur kristal rhombohedral
Gambar 2.4 Struktur kristal monoclinic
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material, Biofisika dan Spektroskopi Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2010 sampai dengan bulan Februari 2012.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah substrat Si (100) tipe-p, bubuk litium asetat [(LiO2C2H3) 99,99 %], bubuk
tantalum oksida [(Ta2O5) 99 %], pelarut
2-metoksietanol [(C3H8O2) 99,3 %], deionized
water, aseton PA [(CH3COCH3) 58,06 g/mol],
metanol PA [(CH3OH) 32,04 g/mol], asam
florida (HF), kaca preparat, pasta perak, kawat tembaga halus dan alumunium foil.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pisau mata intan, penggaris, pinset, gelas ukur, beaker glass, bransonic 2510, pipet volumetrik, hot plate, neraca analitik, reaktor spin coater, gunting, spatula, stop watch, tabung reaksi, pipet, perekat, double tape, tissue, furnace vulcanTM 3-130, alat
metalisasi, I-V meter Keithley's SourceMeter
family model 2400, light meter lutron
LX-100, lampu moritex MHF-M1002, Spectrophotometer UV-VIS ocean optics USB 1000 oceanoptic dan Shimadzu XRD-7000.
3.3 Prosedur Penelitian
Skema diagram alir penelitian pembuatan film LiTaO3 diperlihatkan pada Gambar 3.1
adapun penjelasan setiap tahapannya sebagai berikut:
3.3.1 Persiapan substrat Si tipe-p
Substrat yang digunakan adalah Si (100) tipe-p. Substrat dipotong membentuk segi empat berukuran 1 cm x 1 cm menggunakan pisau mata intan. Substrat dibersihkan dengan proses pencucian sebagai berikut : (1) substrat yang telah dipotong, direndam di dalam larutan aseton PA selama 10 menit sambil digetarkan dengan ultrasonik, (2) substrat direndam di dalam deionized water selama 10 menit sambil digetarkan dengan ultrasonik, (3) substrat direndam di dalam metanol PA selama 10 menit sambil digetarkan dengan ultrasonik, (4) substrat direndam selama beberapa detik di dalam campuran HF dan deionized water dengan perbandingan 1:5, (5) tahap terakhir substrat direndam di dalam deionized water selama 10 menit sambil digetarkan dengan ultrasonik. Setelah selesai semua tahap pencucian, substrat dikeringkan di permukaan hot plate pada suhu 100 oC selama 1 jam.
3.3.2 Pembuatan larutan LiTaO3 1 M
Film LiTaO3 yang ditumbuhkan di
permukaan substrat Si tipe-p dibuat dengan mereaksikan bubuk litium asetat dan bubuk
tantalum oksida dengan pelarut 2-metoksietanol sebanyak 2,5 ml.
Bahan-bahan tersebut direaksikan dalam tabung reaksi kemudian digetarkan dengan ultrasonik. Hasil reaksi berupa larutan LiTaO3 murni.
Komposisi massa masing-masing bahan ditentukan dengan perhitungan stoikiometri, kemudian bahan-bahan tersebut ditimbang menggunakan neraca analitik.
3.3.3 Penumbuhan film LiTaO3
Penumbuhan film LiTaO3 menggunakan
metode CSD di permukaan reaktor spin coater. Metode CSD merupakan metode pembuatan film dengan cara pendeposisian larutan bahan kimia di permukaan substrat, kemudian dipreparasi dengan spin coater pada kecepatan tertentu. Langkah penumbuhan film LiTaO3 sebagai berikut: substrat yang telah
dibersihkan, diletakkan di permukaan piringan reaktor spin coater kemudian ditutup 1/3 bagiannya dengan perekat. Bagian 2/3 substrat ditetesi larutan LiTaO3 sebanyak 1 tetes
dengan 3 kali ulangan. Reaktor spin coater diatur pada kecepatan 3000 rpm selama 30 detik setiap penetesan larutan LiTaO3.
Setelah itu substrat dipanaskan di permukaan hot plate untuk menguapkan sisa cairan yang ada. Proses penumbuhan film LiTaO3
3.3.4 Proses annealing
Proses annealing bertujuan untuk mendifusikan larutan LiTaO3 dengan substrat
silikon. Proses annealing dilakukan secara bertahap menggunakan furnace vulcanTM
3-130. Pemanasan dimulai dari suhu ruang kemudian dinaikkan hingga suhu annealing yang diinginkan yaitu 800 oC, 850 oC dan
900 oC dengan kenaikan suhu 1,7 oC/menit.
Setelah didapatkan suhu 800 oC, 850 oC dan
900 oC kemudian suhu annealing tersebut
ditahan konstan selama 1 jam, 8 jam, 15 jam dan 22 jam. Selanjutnya dilakukan proses pendinginan sampai kembali pada suhu ruang. Nomor sampel film LiTaO3 setelah proses
annealing terlihat seperti pada Tabel 3.1. Hubungan suhu dan waktu selama proses annealing dapat dilihat pada Gambar 3.3. Pada Gambar 3.3 diperlihatkan proses kenaikan
suhu awal sampai suhu annealing berupa garis linier karena pengaturan kenaikan suhu per menit, sedangkan proses pendinginan diperlihatkan berupa garis tidak linier karena tidak ada pengaturan penurunan suhu per menitnya.
Gambar 3.2 Proses penumbuhan film LiTaO3
Tabel 3.1 Nomor sampel film LiTaO3 setelah proses annealing
Keterangan : yang diberi warna adalah sampel uji xrd
Gambar 3.4 Film LiTaO3 tampak samping
3.3.5 Perhitungan ketebalan film LiTaO3
Film LiTaO3 setelah proses annealing
dihitung ketebalannya dengan metode volumetrik menggunakan persamaan (2.1). Substrat silikon yang telah dicuci kemudian ditimbang sebagai massa awal (m1). Substrat silikon yang telah ditumbuhkan film LiTaO3 di
permukaannya setelah proses annealing kemudian ditimbang sebagai massa akhir (m2). Luas film LiTaO3 di permukaan silikon diukur
menggunakan penggaris. Perhitungan lengkap ketebalan film LiTaO3 dapat dilihat pada
Lampiran 1.
3.3.6 Pembuatan kontak pada film LiTaO3
Proses selanjutnya adalah pembuatan kontak. Diawali dengan cara membuat pola kontak pada film yang berukuran 1 mm x 1 mm menggunakan aluminium foil. Setelah itu dilakukan proses metalisasi di Lab MOCVD Fisika ITB menggunakan bahan kontak aluminium 99,99 %. Selanjutnya pemasangan kawat tembaga halus menggunakan pasta perak pada kontak. Film LiTaO3 tampak samping yang telah
ditumbuhkan pada substrat Si tipe-p dan telah dipasang kontak dapat dilihat pada Gambar 3.4.
3.3.7 Karakterisasi film LiTaO3
3.3.7.1 Karakterisasi sifat listrik
Karakterisasi sifat listrik yang dilakukan adalah karakterisasi arus-tegangan. Pengukuran hubungan arus-tegangan film menggunakan I-V meter Keithley's
SourceMeter family model 2400. Data
keluaran dari I-V meter merupakan nilai arus dan tegangan. Dari data tersebut kemudian dibuat grafik hubungan arus dan tegangan menggunakan microsoft excel. Pada grafik terlihat adanya pergeseran antara kurva yang diperoleh pada kondisi gelap dan kondisi
terang serta yang menggunakan filter. Hal ini menunjukkan besar sensitivitas film tersebut.
3.3.7.2 Karakterisasi sifat optik
Karakterisasi sifat optik dilakukan untuk mempelajari tingkat absorbansi dan reflektansi film LiTaO3 menggunakan
Spectrophotometer UV-VIS ocean optics USB 1000 oceanoptic. Data yang diperoleh berupa kurva absorbansi terhadap panjang gelombang dan reflektansi terhadap panjang gelombang. Dari data tersebut dapat dianalisa dan dihitung nilai energi bandgap.
3.3.7.3 Karakterisasi XRD
Karakterisasi XRD merupakan metode untuk mengidentifikasi struktur kristal film LiTaO3.Karakterisasi XRD menggunakan
Shimadzu XRD-7000. Sifat-sifat material film
LiTaO3 dapat ditentukan jika telah diketahui
struktur kristalnya. Data hasil karakterisasi XRD diolah menggunakan sofware sigmaplot. Data tersebut digunakan untuk menentukan indeks Miller dari pola difraksi sinar-x dan menghitung parameter kisi film LiTaO3.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembuatan Film LiTaO3
Pembuatan film LiTaO3 dimulai
dengan persiapan substrat Si (100) tipe-p yang dipotong membentuk segiempat berukuran 1 cm x 1 cm. Kemudian substrat dicuci menggunakan proses pencucian seperti yang telah dijelaskan pada hlm 4. Bahan dasar pembuatan film LiTaO3 adalah litium asetat
(LiO2C2H3) ditambah tantalum oksida (Ta2O5).
Berikut ini persamaan reaksi untuk menghasilkan LiTaO3 murni: 2 LiO2C2H3 +
Ta2O5 + 4O2 2 LiTaO3 + 3 H2O + 4 CO2.
tabung reaksi dengan menambahkan pelarut 2-metoksietanol sebanyak 2,5 ml. Film LiTaO3 ditumbuhkan pada permukaan substrat
Si (100) tipe-p menggunakan metode CSD dengan teknik spin coating. Reaktor spin coater diatur pada kecepatan 3000 rpm selama 30 detik setiap penetesan larutan LiTaO3.
Setelah film LiTaO3 ditumbuhkan di
permukaan substrat Si tipe-p, kemudian dilakukan proses annealing dengan variasi suhu dan waktu annealing. Suhu annealing yang digunakan adalah 800 oC, 850 oC dan
900 oC. Sedangkan waktu annealing yang
digunakan adalah 1 jam, 8 jam, 15 jam dan 22 jam. Hubungan suhu dan waktu selama proses annealing dapat dilihat pada Gambar 3.3. Film LiTaO3 setelah proses
annealing dihitung ketebalannya dengan metode volumetrik menggunakan persamaan (2.1). Perhitungan lengkap ketebalan film dapat dilihat pada Lampiran 1. Ketebalan film LiTaO3 berkisar antara 1,07-3,80 m. Proses
selanjutnya adalah pembuatan kontak. Film LiTaO3 tampak samping yang ditumbuhkan
pada permukaan substrat Si tipe-p dan telah dipasang kontak dapat dilihat pada Gambar 3.4.
4.2 Karakterisasi Sifat Listrik
Karakterisasi sifat listrik yang dilakukan adalah karakterisasi arus-tegangan.
Karakterisasi ini untuk melihat sifat dominan dari film LiTaO3, apakah bersifat dioda,
fotodioda, resistor atau fotoresistor. Pengukuran arus-tegangan dilakukan pada kondisi gelap dan kondisi terang serta pada kondisi terang yang memakai filter warna merah, kuning dan hijau yang disinari lampu dengan intensitas cahaya 3000 lux pada semua kombinasi kontak setiap film. Tegangan catu yang diberikan adalah -15 volt sampai 15 volt dengan kenaikan 0,05 volt.
Gambar 4.1 menunjukkan hubungan arus-tegangan pada kondisi gelap-terang pada suhu annealing 800 oC selama 1 jam, 8 jam,
15 jam dan 22 jam. Gambar 4.2 menunjukkan hubungan arus-tegangan pada kondisi gelap-terang pada suhu annealing 850 oC selama
1 jam, 8 jam, 15 jam dan 22 jam. Gambar 4.3 menunjukkan hubungan arus-tegangan pada kondisi gelap-terang pada suhu annealing 900 oC selama 1 jam, 8 jam, 15 jam dan
22 jam. Pada suhu annealing 800 oC, nilai arus kondisi terang yang tertinggi terdapat pada waktu annealing 8 jam dan 15 jam sebesar 2 mA. Pada suhu annealing 850 oC, nilai arus
yang tertinggi pada waktu annealing 1 jam dan 8 jam sebesar 1,4 mA. Pada suhu annealing 900 oC, nilai arus tertingginya hanya pada
waktu annealing 8 jam sebesar 0,8 mA.
Gambar 4.1 Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang film LiTaO3 pada suhu dan waktu
Gambar 4.2 Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang film LiTaO3 pada suhu dan waktu
annealing (a) 850 oC, 1 jam (b) 850 oC, 8 jam (c) 850 oC, 15 jam (d) 850 oC, 22 jam
Berdasarkan data tersebut, suhu dan waktu annealing telah mempengaruhi nilai arus maksimum dari film LiTaO3 yang diberi
tegangan sampai 15 volt. Hubungan arus-tegangan menunjukkan film LiTaO3 yang
ditumbuhkan pada substrat Si (100) tipe-p memiliki sifat yang mirip dengan dioda. Adanya perbedaan antara nilai arus pada kondisi gelap dan terang juga menunjukkan bahwa film yang dibuat mempunyai sifat sebagai fotodioda.
Film LiTaO3 mempunyai sifat
sebagai fotodioda karena menghasilkan arus ketika dikenai cahaya. Film LiTaO3 yang
merupakan semikonduktor tipe-n dan substrat silikon tipe-p membentuk sambungan p-n. Elektron bebas pada bahan tipe-n berdifusi melalui sambungan, masuk ke dalam bahan tipe-p dan terjadi rekombinasi dengan hole. Sebaliknya juga terjadi, yaitu hole bahan p berdifusi masuk ke dalam bahan n dan berekombinasi dengan elektron serta saling meniadakan muatan. Akibatnya, tepat pada sambungan p-n terjadi daerah tanpa muatan bebas yang disebut depletion region. Oleh karena itu, muatan positif terpisah dari muatan negatif, maka di dalam depletion region terjadi
medan listrik yang melawan proses difusi selanjutnya. Dengan adanya medan listrik ini terjadi beda potensial listrik antara bagian p dan bagian n dalam depletion region.14
Agar elektron dalam film LiTaO3
dapat berdifusi masuk ke dalam bahan p, maka elektron tersebut harus memiliki energi yang lebih besar daripada beda potensial antara bagian p dan bagian n dalam depletion region. Dalam hal ini, energi foton dapat memberikan energi yang cukup untuk difusi elektron. Pemberian cahaya menyebabkan film LiTaO3
menjadi lebih konduktif. Hal inilah yang mengakibatkan adanya perbedaan nilai arus pada kondisi gelap dan terang pada pengukuran karakterisasi arus-tegangan. Arus pada kondisi terang lebih tinggi daripada arus pada kondisi gelap.
Film LiTaO3 setelah proses annealing
pada suhu 800 oC selama 8 jam memberikan
respon yang paling baik terhadap intensitas cahaya yang mengenainya. Hal ini ditunjukkan oleh selisih nilai arus pada kondisi terang dan gelap saat dikenai tegangan 15 volt yaitu sebesar 0,5 mA. Selisih nilai arus kondisi gelap dan terang untuk seluruh film LiTaO3
Tabel 4.1 Selisih nilai arus kondisi gelap dan terang film LiTaO3 setelah proses annealing
Gambar 4.3 Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang film LiTaO3 pada suhu dan waktu
Tabel 4.2 Tegangan knee film LiTaO3 setelah proses annealing
Gambar 4.4 Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang dan filter (merah, hijau, kuning) film LiTaO3 pada suhu dan waktu annealing (a) 800 oC, 1 jam (b) 800 oC, 8 jam (c)
800 oC, 15 jam (d) 800 oC, 22 jam (biru : gelap, pink : terang, merah : filter merah,
Gambar 4.5 Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang dan filter (merah, hijau, kuning) film LiTaO3 pada suhu dan waktu annealing (a) 850 oC, 1 jam (b) 850 oC, 8 jam (c)
850 oC, 15 jam (d) 850 oC, 22 jam (biru : gelap, pink : terang, merah : filter merah,
hijau : filter hijau, kuning : filter kuning).
Gambar 4.6 Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang dan filter (merah, hijau, kuning) film LiTaO3 pada suhu dan waktu annealing (a) 900 oC, 1 jam (b) 900 oC, 8 jam (c)
900 oC, 15 jam (d) 900 oC, 22 jam (biru : gelap, pink : terang, merah : filter merah,
Tegangan yang menyebabkan arus mulai naik saat pengukuran karakterisasi arus-tegangan disebut tegangan knee. Nilai tegangan knee film LiTaO3 setelah proses
annealing ditunjukkan pada Tabel 4.2. Berdasarkan data yang diperoleh, suhu dan waktu annealing mempengaruhi nilai tegangan knee. Pada film LiTaO3 setelah
proses annealing pada suhu 800 oC selama
15 jam menunjukkan nilai tegangan knee yang paling rendah yaitu sebesar 1 volt.
Karakterisasi sifat listrik dan material (mikrostruktur) banyak dipengaruhi oleh metode pembuatan film, suhu annealing dan ukuran grain.22 Perubahan suhu
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk lengkung ciri dioda pada tegangan knee dan arus breakdown. Jika suhu dinaikkan maka tegangan knee berkurang, tetapi arus breakdown bertambah dan kemiringan lengkung ciri pada tegangan mundur pun bertambah.13 Namun berdasarkan Tabel 4.2,
terjadi fluktuasi nilai tegangan knee. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh waktu annealing.
Film LiTaO3 ini dapat diaplikasikan
sebagai sensor warna. Terlihat dari Gambar 4.4 yang menunjukkan hubungan arus-tegangan pada kondisi yang diberi filter untuk film LiTaO3 setelah proses annealing
pada suhu 800 oC. Semakin meningkatnya
suhu dan waktu annealing, sensitivitasnya semakin berkurang ditunjukkan oleh grafik yang berimpit seperti pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 untuk film LiTaO3 setelah
proses annealing pada suhu 850 oC dan
900 oC.
4.3 Karakterisasi Sifat Optik
Karakterisasi sifat optik dilakukan untuk mempelajari tingkat absorbansi dan reflektansi film LiTaO3 terhadap panjang
gelombang cahaya dari 350-950 nm. Film LiTaO3 setelah proses annealing selama
8 jam pada suhu 800 oC merupakan yang terbaik karena absorbansinya paling tinggi. Nilai absorbansi yang tinggi menunjukkan bahwa film LiTaO3 banyak menyerap energi
foton dari cahaya yang mengenainya. Gambar 4.7 menunjukkan hubungan absorbansi dan panjang gelombang film LiTaO3 setelah proses annealing. Dari grafik
tersebut dapat dilihat nilai absorbansi dari film LiTaO3 setelah proses annealing pada
suhu 800 oC selama 8 jam lebih tinggi
dibandingkan film LiTaO3 setelah proses
annealing selama 1 jam, 15 jam dan 22 jam.
Sedangkan pada suhu annealing 850 oC dan
900 oC tidak menunjukkan perbedaan yang
jelas berdasarkan absorbansinya karena grafiknya cenderung berimpit dan bertumpuk
Film LiTaO3 setelah proses
annealing pada suhu 800 oC selama 8 jam
dan 22 jam menyerap paling banyak cahaya pada rentang panjang gelombang 380-450 nm. Intensitas absorbansi film LiTaO3 setelah proses annealing selama
8 jam lebih tinggi. Selain itu, grafik absorbansi pada rentang panjang gelombang 450-950 nm cenderung horizontal, hal ini menunjukkan bahwa film LiTaO3 dapat
menyerap seluruh cahaya pada rentang panjang gelombang tersebut. Pada film LiTaO3 setelah proses annealing selama
1 jam dan 15 jam menyerap cahaya pada rentang panjang gelombang 380-600 nm, namun intensitas absorbansi yang lebih tinggi pada film LiTaO3 setelah proses
annealing selama 15 jam. Terdapat hubungan antara nilai absorbansi ini dengan nilai arus pada karakterisasi arus-tegangan. Semakin tinggi nilai absorbansinya, maka semakin tinggi pula kenaikan arus listrik dan sebaliknya.
Reflektansi (pemantulan) merupakan kebalikan dari absorbansi yang diperlihatkan dalam Gambar 4.8, hubungan antara reflektansi dan panjang gelombang pada rentang 350-950 nm. Energi bandgap dapat dicari menggunakan perhitungan dari reflektansi.19 Perhitungan nilai energi
bandgap dilakukan dengan metode
perhitungan reflektansi yang menggunakan persamaan (2.2).19 Energi bandgap pada
metode perhitungan reflektansi diperoleh dari ekstrapolasi [ln(Rmax-Rmin)/(R-Rmin)]2 ke
0, dengan sumbu x adalah hv dan sumbu y adalah [ln(Rmax-Rmin)/(R-Rmin)]2 seperti
diperlihatkan oleh Gambar 4.9.
Selain energi bandgap, dengan menggunakan persamaan (2.2) dapat diperoleh koefisien absorbansi optis ( ) dari spektrum reflektansi24 dan harga ketebalan lapisan film yang didapatkan dari metode volumetrik pada persamaan (2.1).5 Tabel 4.3
menunjukkan ketebalan film LiTaO3 setelah
proses annealing menggunakan metode volumetrik. Perhitungan lengkap ketebalan film LiTaO3 dapat dilihat pada Lampiran 1.
Ketebalan film LiTaO3 bervariasi. Hal
sekitar substrat yang dipengaruhi suhu substrat. Ketika suhu substrat mencapai suhu optimum, atom yang terbentuk menyebar secara merata di permukaan substrat sehingga meningkatkan laju penumbuhan film. Sedangkan ketika suhu substrat melewati suhu optimum, atom yang terbentuk dapat terlepas dari permukaan substrat (evaporasi) yang mengakibatkan laju penumbuhan film menurun. Kedua, metode CSD bergantung pada keterampilan penetesan larutan di permukaan spin coater. Ketebalan film pun akan berbeda. Ketiga, dari hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa bagian film yang menjadi kering dan lepas dari substrat sehingga mengurangi ketebalan film.25
Ketebalan film sangat berpengaruh terhadap besar energi bandgap. Variasi suhu dan waktu annealing juga mempengaruhi besarnya energi bandgap dari film LiTaO3. Film LiTaO3 telah
ditumbuhkan Youssef et al dengan teknik sol-gel pada suhu annealing 600-750 oC.
Didapatkan puncak (006) yang sensitif terhadap variasi suhu annealing dan hasil yang paling baik pada suhu 700 oC dengan
energi bandgap yang diperoleh sebesar 4,6 eV.25 Sedangkan, energi bandgap film
LiTaO3 pada penelitian ini diperoleh pada
rentang nilai 2,62-3,43 eV seperti ditunjukkan pada Tabel 4.4. Dilihat dari nilai energi bandgap yang diperoleh, film LiTaO3 merupakan semikonduktor
berdasarkan literatur (1-6 eV).20
Film LiTaO3 setelah proses annealing
pada suhu 800 oC, 8 jam dan 850 oC, 22 jam
memiliki energi bandgap paling tinggi sebesar 3,43 eV. Diperlukan energi yang cukup besar pada elektron untuk tereksitasi dari pita valensi ke pita konduksi. Sedangkan pada film LiTaO3 setelah proses
annealing 800 oC selama 1 jam, energi
bandgap yang diperoleh sebesar 2,62 eV. Hal ini memudahkan elektron untuk tereksitasi dari pita valensi ke pita konduksi karena energi yang dibutuhkan tidak terlalu besar.
Gambar 4.8 Hubungan reflektansi dan panjang gelombang film LiTaO3 setelah proses annealing
pada variasi suhu (a) 800 oC, (b) 850 oC, (c) 900 oC terhadap waktu annealing
Gambar 4.9 Energi bandgap film LiTaO3 setelah proses annealing pada suhu (a) 800 oC, (b)
Tabel 4.3 Ketebalan film LiTaO3 setelah proses annealing
Tabel 4.4 Energi bandgap film LiTaO3
4.4 Karakterisasi XRD
Karakterisasi XRD merupakan metode untuk mengidentifikasi struktur kristal film LiTaO3. Film yang dikarakterisasi hanya film
LiTaO3 setelah proses annealing pada suhu
800 oC selama 1 jam, 8 jam, 15 jam dan
22 jam. Berdasarkan data hasil karakterisasi XRD film LiTaO3 yang ditumbuhkan pada
substrat silikon (100) telah terbentuk beberapa puncak yaitu puncak Si (100), puncak SiO2
(040) dan (033), puncak LiTaO3 dan puncak
LiTaSiO5. Litium tantalum silikat (LiTaSiO5)
terbentuk dari LiTaO3 yang bersenyawa
dengan substrat silikon karena suhu dan waktu
annealing yang tinggi (800 oC) melebihi
literatur (600 oC).6 Film LiTaO
3 telah
ditumbuhkan Gonzalez et al menggunakan teknik spin coating pada kecepatan putar 5000 rpm dan metode polymeric organic solution (metode Pechini) dengan suhu annealing 600 oC selama 3 jam diperoleh
puncak LiTaO3 pada hkl (012), (104), (110),
(006), (202), (024), (116), (122), (018), (214), (300).6
orientasinya sesuai dengan orientasi kristal substrat. Proses annealing mempengaruhi ukuran grain film. Grain film menjadi lebih rapat, kompak, teratur dan homogen. Proses annealing meningkatkan homogenitas dari kerapatan grain kristal dalam film.27 Gambar 4.7 menunjukkan pola XRD film LiTaO3 setelah proses annealing pada suhu
800 oC selama 1 jam, 8 jam, 15 jam dan
22 jam. Terlihat perbedaan intensitas puncak yang terbentuk pada masing-masing grafik.
Pada waktu annealing 1 jam terbentuk 12 puncak LiTaO3 pada hkl (012), (104), (110),
(202), (024), (116), (122), (018), (214), (300), (306) dan (312). Pada waktu annealing 8 jam terbentuk 2 puncak LiTaO3 pada hkl (122) dan
(312). Pada waktu annealing 15 jam terbentuk 6 puncak LiTaO3 pada hkl (012), (014), (110),
(202), (122), (312). Pada waktu annealing 22 jam terbentuk 9 puncak LiTaO3 pada hkl
(012), (104), (110), (202), (024), (116), (122), (018), (300) dan (312). Sebagian besar LiTaO3
yang terbentuk memiliki intensitas yang lebih rendah dibandingkan dengan intensitas LiTaSiO5. Pada seluruh variasi waktu
annealing terbentuk 9 puncak LiTaSiO5 pada
hkl (020), (200), (002), (022), (130), ( ̅12), (122), (040) dan (312).
Pada film yang tumbuh dengan orientasi monokristal, derajat kualitas kristal ditentukan berdasarkan tingginya intensitas puncak yang terbentuk. Film yang memiliki intensitas tinggi dikatakan mempunyai kualitas kristal yang lebih baik dibandingkan dengan film yang tumbuh dengan intensitas yang lebih rendah.28 Puncak yang terbentuk dari struktur kristalin berupa puncak tajam (sharp) karena memiliki derajat keteraturan yang tinggi (long range order). Sedangkan pada amorf, puncak-puncak yang dihasilkan sangat landai karena memiliki
derajat keteraturan yang sangat rendah (short range order).21 Kristalitas lapisan film
sebanding dengan bertambahnya ukuran grain. Ini berarti bahwa semakin besar grain size dari suatu morfologi film, kualitas kristalnya semakin baik.28 Perlakuan panas menggunakan suhu annealing yang bervariasi dapat berpengaruh terhadap mikrostruktur bahan.27
Semakin tinggi suhu annealing, semakin besar ukuran grain. Pertumbuhan grain terjadi karena peningkatan suhu memperbesar energi vibrasi termal, yang kemudian mempercepat difusi atom melintasi batas ukuran grain dari grain yang kecil menuju grain yang besar.30
Kristal LiTaO3 telah ditumbuhkan dengan
teknik Czochralski oleh Tao Yan et al. Diperoleh 12 puncak LiTaO3 dengan struktur
kristal rhombohedral dalam space group R3c
(JCPDS file 71-950) (a = 5,15428 Å, c = 13,78350 Å). Reduksi kimia tidak
mempengaruhi struktur kristal. Parameter kisi
dan volume unit sel meningkat seiring dengan
peningkatan suhu selama proses reduksi.10
Begitu pun dengan film LiTaO3 setelah proses
annealing pada suhu 800 oC selama 1 jam,
8 jam, 15 jam dan 22 jam pada penelitian ini memiliki struktur kristal rhombohedral dalam space group R3c (161) (JCPDS file 29-0836) (a = 5,1530 Å, c = 13,7550 Å).31 Parameter
kisi film LiTaO3 dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Berdasarkan data tersebut, waktu annealing mempengaruhi nilai parameter kisi. Sedangkan LiTaSiO5 memiliki struktur kristal
monoclinic dalam space group P21/c (14)
(JCPDS file 45-0644) (a = 7,514 Å, b = 7,929 Å, c = 7,445 Å).32 Parameter kisi
LiTaSiO5 dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Perhitungan lengkap parameter kisi LiTaO3
dan LiTaSiO5 dapat dilihat pada Lampiran 2
dan3.
Tabel 4.5 Parameter kisi film LiTaO3 setelah proses annealing pada suhu 800 oC (rhombohedral)
Parameter kisi
Waktu annealing (jam) Data JCPDS
1 8 15 22
a (Å) 5,1608 5,1569 5,1588 5,1595 5,1530 c (Å) 13,7738 13,6705 13,7681 13,7692 13,7550
Tabel 4.6 Parameter kisi LiTaSiO5 setelah proses annealing pada suhu 800 oC (monoclinic)
Parameter
kisi 1 Waktu annealing (jam) 8 15 22 Data JCPDS
a (Å) 6,2478 6,2478 6,2478 6,2478 7,5140
b (Å) 7,2785 7,2785 7,2785 7,2785 7,9290
Gambar 4.10 Pola XRD film LiTaO3 setelah proses annealing pada suhu 800 oC selama 1 jam,
8 jam, 15 jam dan 22 jam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variasi suhu dan waktu annealing mempengaruhi sifat listrik dan optik dari film LiTaO3 yang ditumbuhkan pada
substrat Si (100) tipe-p. Struktur kristal film LiTaO3 dipengaruhi oleh variasi waktu
annealing. Film LiTaO3 mempunyai sifat yang
mirip dengan dioda dan dapat berperan sebagai fotodioda. Selain itu, film LiTaO3
dapat dijadikan sebagai sensor warna dilihat dari perbedaan nilai arus pada kondisi gelap-terang serta menggunakan filter merah, kuning dan hijau. Sensitivitas yang tinggi dari hasil pengukuran arus-tegangan diperoleh karena intensitas absorbansi yang tinggi dan nilai energi bandgap yang besar. Nilai energi bandgap berkisar antara 2,62-3,43 eV yang menunjukkan bahwa film LiTaO3merupakan semikonduktor.Berdasarkan hasil karakterisasi arus-tegangan dan optik, film LiTaO3 setelah
proses annealing pada suhu 800 oC selama
8 jam merupakan yang terbaik karena perbedaan arus terang-gelap paling besar yang disebabkan oleh energi bandgap yang besar. Struktur kristal film LiTaO3 yang telah
disesuaikan dengan data JCPDS menunjukkan struktur rhombohedral dengan parameter kisi yang mendekati nilai dari data JCPDS (a = 5,1530 Å, c = 13,755 Å). Selain itu
muncul puncak LiTaSiO5 yang memiliki
struktur monoclinic.
5.2 Saran
Pada penelitian selanjutnya diharapkan menumbuhkan film LiTaO3 pada variasi suhu
annealing tidak melebihi suhu Currie (601 5,5) oC dan waktu annealing tidak lebih
dari 5 jam agar mendapatkan intensitas puncak kristal LiTaO3 yang tinggi. Pada saat
menumbuhkan film di permukaan spin coater, peneliti hendaknya memperhatikan lebih seksama saat penetesan larutan LiTaO3 agar
menghasilkan ketebalan film yang tidak terlalu bervariasi dengan cara meneteskan larutan pada kedua bagian pinggir dan tengah di permukaan substrat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Saragih H, Kurniati M, Maddu A, Arifin P dan Barmawi M. 2004. Penumbuhan film tipis Ti1-xCoxO2 dengan metode
MOCVD. J. Matematika dan Sains 9 (3): 263-268.
2. Darmawansyah A, Susanto A dan Litasari. 2003. Implementasi teknologi hibrid film tebal pada rangkaian filter
high pass butterworth orde dua.
Teknosains 16B (3): 443-456.
4. Irzaman, Maddu A, Syafutra H dan Ismangil A. 2010. Uji konduktivitas listrik dan dielektrik film tipis lithium tantalate (LiTaO3) yang didadah niobium pentaoksida (Nb2O5) menggunakan
metode chemical solution deposition. Di dalam : prosiding seminar nasional fisika. hlm 175-183.
5. Hikam M, Sarwono E dan Irzaman. 2004. Perhitungan polarisasi spontan dan momen quadrupol potensial listrik bahan PIZT (PbInxZryTi1-x-yO3-x/2). Makara,
Sains 8 (3): 108-115.
6. Gonzalez A H M, Simoes A Z, Zaghete M A dan Varela J A. 2003. Effect of preannealing on the morphology of LiTaO3 thin films prepared from the polymeric precursor method. Materials Characterization 50: 233-238.
7. Kostritskii S M, Sevostyanov O G, Bourson P, Aillerie M, Fontana M D dan Kip D. 2007. Comparative study of composition dependences of photorefractive and related effects in LiNbO3 and LiTaO3 crystal.
Ferroelectrics 352: 61-71.
8. Abedin K S, Sato M dan Ito H. 1995. Ordinary and extraordinary continuous wave lasing at 1.092 and 1.082 m in bulk Nd:LiTaO3 crystal. J. Appl. Phys 78 (2): 691-693.
9. Gopalan V dan Gupta M C. 1996. Origin of internal field and visualization of 180o
domains in congruent LiTaO3 crystal. J. Appl. Phys 80 (11): 6099-6106.
10. Tao Yan, Feifei Zheng, Yonggui Yu, Shubin Qin, Hong Liu, Jiyang Wang dan Dehong Yu. 2011. Formation mechanism of black LiTaO3 single crystal through chemical reduction. J. Appl. Cryst 44: 158-162.
11. Uchino K. 2000. Ferroelectric Devices. New York : Marcel Dekker, Inc.
12. Irzaman, Darvina Y, Fuad A, Arifin P, Budiman M dan Barmawi M. 2003. Physical and pyroelectric properties of tantalum oxide doped lead zirconium titanate [Pb0.9950(Zr0.525Ti0.465Ta0.010)O3]
thin films and its applications for IR sensor. Physica Status Solidi (a) Germany 199 (3): 416-424.
13. Malvino A V. 1990. Prinsip-prinsip Elektronika. Jakarta: Salemba Teknika. 14. Sutrisno. 1986. Elektronika Teori dan
Penerapannya. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
15. Sze S M. 1936. Physic of Semikonduktor Devices. New Jersey: Bell Laboratories, Incorporated Murray Hill.
16. Beiser A. 1992. Konsep Fisika Modern, Edisi keempat. Jakarta: Erlangga.
17. Kwok K N. 2001. Complete to Semiconductor Devices. New York: McGraw-Hill, Inc.
18. Hillaludin M N. 2011. Pembuatan sel surya berbasis film tipis Ba0.5Sr0.5TiO3 (BST) [skripsi]. Bogor: FMIPA, IPB. 19. Kumar V, Sharma S Kr, Sharma T P dan
Singh V. 1999. Bandgap determination in thick films from reflectance measurements. Optical Materials 12: 115-119.
20. Muktavat K dan Upadhayaya A K. 2010. Applied Physics. New Delhi: L.K. International publishing House Pvt. Ltd. 21. Frimasto H. 2007. Sifat optik film tipis
bahan ferrolektrik BaTiO3 yang didadah tantalum (BTT) [skripsi]. Bogor: FMIPA, IPB.
22. Cullity D B. 2001. Elements of X-Ray Diffraction, 3rd ed. New Jersey: Prentice Hall Inc.
23. Huriawati F. 2009. Sintesis film tipis BST didadah niobium dan tantalum serta
aplikasinya sebagai sensor cahaya
[Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca sarjana IPB.
24. Munisa L dan Saleh R. 2002. Studi disorder lapisan tipis amorf silikon karbon (a-SiC:H) hasil deposisi metode DC sputtering. Makara, Sains 6 (2): 78-81.
25. Hendrawan A Y. 2006. Sifat optik film tipis Ba0.5Sr0.5TiO3 doping Fe2O3 [skripsi]. Bogor: FMIPA, IPB.
26. Youssef S, Al Amar R, Podlecki J, Sorli B dan Foucaran A. 2008. Structural and optical characterization of oriented LiTaO3 thin films deposited by sol-gel technique [abstract]. Eur. Phys. J. Appl. Phys. 43 (1): 65-71.
27. Umiati N A K, Irzaman, Budiman M dan Barmawi M. 2001. Efek annealing pada penumbuhan film tipis ferroelektrik PbZr0.625Ti0.375O3 (PZT). Kontribusi
Fisika Indonesia 12 (4): 94-98.
28. Suhaldi, Marwoto P dan Sugianto. 2006. Pengaruh kondisi penumbuhan pada sifat fisis film tipis Ga2O3 dengan doping ZnO [skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Zr-Nb-Sn-Fe. Hasil-hasil Penelitian EBN. hlm 47-54.
30. Sinaga P. 2009. Pengaruh temperatur annealing terhadap struktur mikro, sifat listrik dan sifat optik dari film tipis oksida konduktif transparan ZnO:Al yang dibuat dengan teknik screen printing. J. Pengajaran MIPA 14 (2): 51-59.
31. Natl. Bur. Stand. 1977. (U. S.) Monogr. 25, 14, 20 (JCPDS file 29-0836)
Lampiran 1 Perhitungan ketebalan film LiTaO3
Metode volumetrik
Keterangan :
(cm)
(g)
(g)
(cm
2)
(g/cm
3)
1.
Film LiTaO3 setelah proses
annealing
800
oC, 1 jam
m
2= 0,1297 gram;
m
1= 0,1291 gram;
= 7,45 gram/cm
3;
A
= 0,6 cm
22.
Film LiTaO3 setelah proses
annealing
800
oC, 8 jam
m
2= 0,1253 gram;
m
1= 0,1249 gram;
= 7,45 gram/cm
3
;
A
= 0,5 cm
23.
Film LiTaO3 setelah proses
annealing
800
oC, 15 jam
m
2= 0,1272 gram;
m
1= 0,1265 gram;
= 7,45 gram/cm
3;
A
= 0,5 cm
24.
Film LiTaO3 setelah proses
annealing
800
oC, 22 jam
m
2= 0,1314 gram;
m
1= 0,1305 gram;
= 7,45 gram/cm
3;
A
= 0,5 cm
25.
Film LiTaO3 setelah proses
annealing
850
oC, 1 jam
m
2= 0,1315 gram;
m
1= 0,1303 gram;
= 7,45 gram/cm
3;
A
= 0,5 cm
2Lanjutan Lampiran 1 Perhitungan ketebalan film LiTaO3
6.
Film LiTaO3 setelah proses
annealing
850
oC, 8 jam
m
2= 0,1395 gram;
m
1= 0,1381 gram;
= 7,45 gram/cm
3;
A
= 0,6 cm
27.
Film LiTaO3 setelah proses
annealing
850
oC, 15 jam
m
2= 0,1248 gram;
m
1= 0,1231 gram;
= 7,45 gram/cm
3;
A
= 0,6 cm
28.
Film LiTaO3 setelah proses
annealing
850
oC, 22 jam
m
2= 0,1331 gram;
m
1= 0,1323 gram;
= 7,45 gram/cm
3;
A
= 0,6 cm
29.
Film LiTaO3 setelah proses
annealing
900
oC, 1 jam
m
2= 0,1317 gram;
m
1= 0,1305 gram;
= 7,45 gram/cm
3;
A
= 0,6 cm
210.
Film LiTaO3 setelah proses
annealing
900
oC, 8 jam
m
2= 0,1375 gram;
m
1= 0,1359 gram;
= 7,45 gram/cm
3;
A
= 0,6 cm
211.
Film LiTaO3 setelah proses
annealing
900
oC, 15 jam
m
2= 0,1404 gram;
m
1= 0,1397 gram;
= 7,45 gram/cm
3;
A
= 0,6 cm
212.
Film LiTaO3 setelah proses
annealing
900
oC, 22 jam
m
2= 0,1519 gram;
m
1= 0,1509 gram;
= 7,45 gram/cm
3
;
A
= 0,6 cm
2Lampiran 2 Perhitungan parameter kisi LiTaO
3Tabel 1.a Perhitungan parameter kisi LiTaO
3setelah proses
annealing
800
oC, 1 jam
peak
no
H
k
l
2Ѳ
Ѳ
α
α²
²
α
sin²2Ѳ
sin²Ѳ
²
α
αsin²Ѳ
sin²Ѳ
sin²Ѳ
1
0
1
2
23.739
11.870
1
1
4
16
4
0.1619
0.0423
1.6191
2.6214
6.4763
1.6191
0.0423
0.1691
0.0684
2
1
0
4
32.864
16.432
1
1
16
256
16
0.2942
0.0799
2.9420
8.6554
47.0721
2.9420
0.0799
1.2791
0.2352
3
1
1
0
34.784
17.392
3
9
0
0
0
0.3252
0.0893
3.2516
10.5732
0.0000
9.7549
0.2678
0.0000
0.2902
4
2
0
2
42.569
21.285
4
16
4
16
16
0.4572
0.1316
4.5725
20.9075
18.2899
18.2899
0.5266
0.5266
0.6019
5
0
2
4
48.623
24.312
4
16
16
256
64
0.5626
0.1693
5.6264
31.6562
90.0221
22.5055
0.6773
2.7093
0.9527
6
1
1
6
53.478
26.739
3
9
36
1296
108
0.6454
0.2022
6.4537
41.6497
232.3317
19.3610
0.6067
7.2808
1.3052
7
1
2
2
56.102
28.051
7
49
4
16
28
0.6885
0.2209
6.8849
47.4023
27.5397
48.1945
1.5466
0.8837
1.5211
8
0
1
8
57.400
28.700
1
1
64
4096
64
0.7093
0.2304
7.0926
50.3057
453.9295
7.0926
0.2304
14.7456
1.6342
9
2
1
4
61.169
30.585
7
49
16
256
112
0.7670
0.2586
7.6700
58.8287
122.7198
53.6899
1.8105
4.1384
1.9838
10
3
0
0
62.379
31.190
9
81
0
0
0
0.7846
0.2679
7.8460
61.5600
0.0000
70.6142
2.4115
0.0000
2.1023
11
3
0
6
76.218
38.109
9
81
36
1296
324
0.9429
0.3806
9.4293
88.9126
339.4565
84.8641
3.4250
13.7001
3.5884
12
3
1
2
78.434
39.217
13
169
4
16
52
0.9595
0.3994
9.5953
92.0694
38.3811
124.7386
5.1924
1.5976
3.8325
Σ
482
7520
788
515.1420
1376.2188
463.6664
16.8170
47.0303
18.1160
Tabel 1.b Perhitungan parameter kisi LiTaO3 setelah proses
annealing
800
oC, 8 jam
peak
no
h
k
l
2Ѳ
Ѳ
α
α²
²
α
sin²2Ѳ
sin²Ѳ
²
α
αsin²Ѳ
sin²Ѳ
sin²Ѳ
1
1
2
2
56.102
28.051
7
49
4
16
28
0.6885
0.2209
6.8849
47.4023
27.5397
48.1945
1.5466
0.8837
1.5211
2
3
1
2
78.434
39.217
13
169
4
16
52
0.9595
0.3994
9.5953
92.0694
38.3811
124.7386
5.1924
1.5976
3.8325
Σ
218
32
80
139.4717
65.9208
172.9332
6.7389
2.4814
5.3536
Tabel 1.c Perhitungan parameter kisi LiTaO
3setelah proses
annealing
800
oC, 15 jam
peak
no
h
k
l
2Ѳ
Ѳ
α
α²
²
α
sin²2Ѳ
sin²Ѳ
²
α
αsin²Ѳ
sin²Ѳ
sin²Ѳ
1
0
1
2
23.739
11.870
1
1
4
16
4
0.1619
0.0423
1.6191
2.6214
6.4763
1.6191
0.0423
0.1691
0.0684
2
1
0
4
32.864
16.432
1
1
16
256
16
0.2942
0.0799
2.9420
8.6554
47.0721
2.9420
0.0799
<