• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Pengaruh Penambahan Serat Kaca dan Serat Poliester Terhadap Kekuatan Impak Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi panas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Pengaruh Penambahan Serat Kaca dan Serat Poliester Terhadap Kekuatan Impak Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi panas"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

(2)
(3)

Serat polyester 3% -1.16667 .77181 .143 -2.7562 .4229

Serat polyester 3% Kontrol 3.50000* .77181 .000 1.9104 5.0896

Serat kaca 1% .83333 .77181 .291 -.7562 2.4229

Serat kaca 3% -.41667 .77181 .594 -2.0062 1.1729

Serat polyester 1% 1.16667 .77181 .143 -.4229 2.7562

(4)

Lampiran 2

(5)

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KACA DAN

SERAT POLIESTER TERHADAP KEKUATAN IMPAK

BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK

POLIMERISASI PANAS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

WENNIE FRANSISCA NIM : 100600079

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(6)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Prostodonsia

Tahun 2013

Wennie Fransisca

Perbedaan Pengaruh Penambahan Serat Kaca dan Serat Poliester Terhadap Kekuatan Impak Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

xii + 73 halaman

(7)

mengetahui pasangan perlakuan mana yang bermakna setelah penambahan serat kaca dan serat poliester. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh penambahan serat kaca dan serat poliester terhadap kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan p = 0,001 (p < 0,05) dengan pasangan perlakuan yang bermakna adalah kelompok tanpa serat dan penambahan serat kaca 1% 6 mm dengan nilai p = 0,002 (p < 0,05), kelompok tanpa serat dan penambahan serat kaca 3% 6 mm dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05), kelompok tanpa serat dan penambahan serat poliester 1% 6 mm dengan nilai p = 0,006 (p < 0,05) serta kelompok tanpa serat dan penambahan serat poliester 3% 6 mm dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05), sedangkan pasangan perlakuan yang tidak bermakna adalah kelompok serat kaca 1% 6 mm dan serat kaca 3% 6 mm dengan nilai p = 0,118 (p > 0,05), kelompok serat kaca 1% 6 mm dan serat poliester 1% 6 mm dengan nilai p = 0,670 (p > 0,05), kelompok serat kaca 1% 6 mm dan serat poliester 3% 6 mm dengan nilai p = 0,291 (p > 0,05), kelompok serat kaca 3% 6 mm dan serat poliester 1% 6 mm dengan nilai p = 0,051 (p > 0,05), kelompok serat kaca 3% 6 mm dan serat poliester 3% 6 mm dengan nilai p = 0,594 (p > 0,05) dan kelompok serat poliester 1% 6 mm dan serat poliester 3% 6 mm dengan nilai p = 0,143 (p > 0,05). Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan, cukup dengan penambahan serat kaca 1% atau serat poliester 1% pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat meningkatkan kekuatan impak bahan, sehingga bahan basis gigitiruan yang dihasilkan akan lebih resisten terhadap benturan.

(8)

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KACA DAN

SERAT POLIESTER TERHADAP KEKUATAN IMPAK

BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK

POLIMERISASI PANAS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

WENNIE FRANSISCA NIM : 100600079

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(9)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skirpsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 11 Desember 2013

Pembimbing : Tanda Tangan

Prof. Ismet Danial Nasution,drg.,Ph.D.,Sp.Pros(K).

(10)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 11 Desember 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Eddy Dahar, drg.,M.Kes

ANGGOTA : 1. Prof. Ismet Danial Nasution,drg.,Ph.D.,Sp.Pros(K).

2. Siti Wahyuni, drg

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada orang tua tercinta yaitu Ayahanda (Anwar) dan Ibunda (Siertje Tanoto dan Meithy), nenek tercinta (Ratna), kakak dan adik tercinta (Winnie Fransisca dan Veruschka Fransisca) serta sepupu tercinta (Jennifer Candy) yang telah membesarkan serta memberikan kasih sayang yang tidak terbalas, doa, semangat dan dukungan baik moral maupun materi kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat pengarahan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besanya kepada:

1. Prof. Ismet Danial Nasution,drg.,Ph.D.,Sp.Pros(K). selaku pembimbing penulis dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan serta dorongan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

2. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., C.Ort, Sp. Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Prof Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator Skripsi yang telah turut memberikan bimbingan, bantuan serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(12)

5. Eddy Dahar, drg., M.Kes. selaku ketua tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Siti Wahyuni,drg dan Putri Welda Utami Ritonga drg.,MDSc sebagai anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Indri Lubis, drg. selaku penasehat akademik atas motivasi dan bantuan selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan motivasi sehingga skripsi ini berjalan dengan lancar.

9. Yudi Syahputra, serta seluruh pimpinan dan karyawan Unit Uji Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam pembuatan sampel serta memberikan dukungan kepada penulis.

10. Prof. Dr Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil. selaku pimpinan Laboratorium FMIPA USU dan Bang Aman atas bantuannya selama peneliti melakukan penelitian.

11. Maya Fitria, SKM., M.Kes staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas bantuannya kepada penulis dalam analisis statistik.

12. Kartika Aju Ramli., drg atas dukungan dan bantuannya yang diberikan kepada penulis selama penulis menjalani pendidikan sarjana kedokteran gigi maupun selama pengerjaan skripsi.

(13)

14. Jeffri Simatupang, selaku sahabat khusus penulis yang telah banyak meluangkan waktu dalam membantu proses pengerjaan skripsi dan memberikan dukungan moral.

15. sahabat-sahabat penulis : Dessi Natalia , Ervi Gani, Vivi Leontara, Sunny Chailes, Winnie Neormansyah, Melisa Yang, Jocelyn, Silvia Sandra, Nota Via, Verra, Apriliantina, Nora Linda, Wieny Delvonia, Ervina Angelia dan Wesley Kuandinata serta seluruh teman-teman angkatan 2010, senior : Calvin, Steven Tiopan, Olivia, Witta, Umay serta senior dan junior yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas bantuan, dukungan moral, dan doa yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan memberikan kemudahan kepada kita. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 11 Desember 2013 Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

(15)

2.2.2 Manipulasi ………... 14

3.3 Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ... 34

(16)

3.4.2 Tempat Pengujian Sampel ... 38 4.1 Kekuatan Impak Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa Penambahan Serat, dengan Penambahan Serat Kaca 1% Potongan Kecil 6 mm, Penambahan Serat Kaca 3% Potongan Kecil 6 mm, Penambahan Serat Poliester 1% Potongan Kecil 6 mm dan Penambahan Serat Poliester 3% Potongan Kecil 6 mm ... 50

4.2 Pengaruh Penambahan Serat Kaca 1% Potongan Kecil 6 mm, Penambahan Serat Kaca 3% Potongan Kecil 6 mm, Penambahan Serat Poliester 1% Potongan Kecil 6 mm dan Penambahan Serat Poliester 3% Potongan Kecil 6 mm Terhadap Kekuatan Impak Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 52

4.3 Perbedaan Pengaruh Penambahan Serat Kaca 1% Potongan Kecil 6 mm, Penambahan Serat Kaca 3% Potongan Kecil 6 mm, Penambahan Serat Poliester 1% Potongan Kecil 6 mm dan Penambahan Serat Poliester 3% Potongan Kecil 6 mm Terhadap Kekuatan Impak Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 53

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Metodologi Penelitian ... 56

5.2 Hasil Penelitian ……….. ... 56

(17)

6 mm, Penambahan Serat Kaca 3% Potongan Kecil 6 mm, Penambahan Serat Poliester 1% Potongan Kecil 6 mm dan Penambahan Serat Poliester 3% Potongan Kecil 6 mm Terhadap Kekuatan Impak Bahan Basis

Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 60

5.2.3 Perbedaan Pengaruh Penambahan Serat Kaca 1% Potongan Kecil 6 mm, Penambahan Serat Kaca 3% Potongan Kecil 6 mm, Penambahan Serat Poliester 1% Potongan Kecil 6 mm dan Penambahan Serat Poliester 3% Potongan Kecil 6 mm Terhadap Kekuatan Impak Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 63

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan …… ... 67

6.2 Saran ………. ... 68

6.2.1 Substansi Ilmu ... 68

6.2.2 Metodologi Penelitian ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas

tanpa penambahan serat, dengan penambahan serat kaca dan

penambahan serat poliester ... 51

2 Rerata dan SD kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas tanpa penambahan serat, dengan penambahan

serat kaca dan penambahan serat poliester ... 51

3 Hasil uji Levene terhadap data hasil penelitian ... 52

4 Hasil uji ANOVA satu arah terhadap kekuatan impak ... 52

5 Perbedaan pengaruh penambahan serat kaca dan penambahan serat

poliester terhadap kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas ... 54

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Serat kaca bentuk batang ... 23

2 Serat kaca bentuk anyaman ... 24

3 Serat kaca bentuk potongan kecil ... 25

4 Serat poliester bentuk linear ... 27

5 Serat poliester bentuk potongan kecil ... 28

6 Ukuran batang uji kekuatan impak ... 32

7 Model induk dari logam stainless steel ... 40

8 Vibrator ... 41

9 Model induk yang telah dibenamkan ... 41

10 Mould ... 41

11 Pres hidrolik ... 45

12 Sampel yang telah dihaluskan ... 46

13 Alat uji kekuatan impak ... 46

14 Sampel pada posisinya ... 47

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Analisis statistik

(21)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Prostodonsia

Tahun 2013

Wennie Fransisca

Perbedaan Pengaruh Penambahan Serat Kaca dan Serat Poliester Terhadap Kekuatan Impak Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

xii + 73 halaman

(22)

mengetahui pasangan perlakuan mana yang bermakna setelah penambahan serat kaca dan serat poliester. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh penambahan serat kaca dan serat poliester terhadap kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan p = 0,001 (p < 0,05) dengan pasangan perlakuan yang bermakna adalah kelompok tanpa serat dan penambahan serat kaca 1% 6 mm dengan nilai p = 0,002 (p < 0,05), kelompok tanpa serat dan penambahan serat kaca 3% 6 mm dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05), kelompok tanpa serat dan penambahan serat poliester 1% 6 mm dengan nilai p = 0,006 (p < 0,05) serta kelompok tanpa serat dan penambahan serat poliester 3% 6 mm dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05), sedangkan pasangan perlakuan yang tidak bermakna adalah kelompok serat kaca 1% 6 mm dan serat kaca 3% 6 mm dengan nilai p = 0,118 (p > 0,05), kelompok serat kaca 1% 6 mm dan serat poliester 1% 6 mm dengan nilai p = 0,670 (p > 0,05), kelompok serat kaca 1% 6 mm dan serat poliester 3% 6 mm dengan nilai p = 0,291 (p > 0,05), kelompok serat kaca 3% 6 mm dan serat poliester 1% 6 mm dengan nilai p = 0,051 (p > 0,05), kelompok serat kaca 3% 6 mm dan serat poliester 3% 6 mm dengan nilai p = 0,594 (p > 0,05) dan kelompok serat poliester 1% 6 mm dan serat poliester 3% 6 mm dengan nilai p = 0,143 (p > 0,05). Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan, cukup dengan penambahan serat kaca 1% atau serat poliester 1% pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat meningkatkan kekuatan impak bahan, sehingga bahan basis gigitiruan yang dihasilkan akan lebih resisten terhadap benturan.

(23)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut. Anasir gigitiruan tidak termasuk bagian dari basis gigitiruan.1 Fungsi basis gigitiruan adalah menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang, mengembalikan estetis wajah, menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung gigi, linggir sisa alveolar atau gigi penyangga dan mendukung komponen gigitiruan.2 Basis gigitiruan harus biokompatibel, memiliki stabilitas dimensi baik, tahan terhadap tekanan kunyah, mudah direparasi, tidak larut dalam saliva, radiopak, estetik baik serta mudah dibersihkan.2-5

Basis gigitiruan sudah dikenal sejak 2500 tahun sebelum masehi. Pada masa itu, bahan yang dapat digunakan untuk membuat basis gigitiruan berupa kayu, tulang,

ivory, porselen, vulkanit, emas, aluminium, seluloid, alloys dan resin akrilik.5 Secara umum, basis gigitiruan dapat terbuat dari bahan logam dan non logam.2,5 Bahan logam biasanya merupakan campuran logam (alloy) seperti Ni-Cr dan Co-Cr (E. Haynes 1907).5 Bahan non logam biasanya terbuat dari bahan polimer.1,3,6 Bahan basis gigitiruan dari polimer dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan reaksi termalnya, yaitu termoplastik dan termoset.Bahan termoplastik adalah polimer yang jika dipanaskan pada suhu dan tekanan tertentu akan menjadi lunak, tetapi akan kembali seperti semula jika didinginkan, contohnya adalah thermoplastic nylon. Bahan termoset adalah bahan yang mengalami perubahan kimia dalam proses pembuatan dan pembentukannya, contohnya cross-linked poly(methyl methacrylate).7,8

(24)

gigitiruan, bahan restorasi serta basis gigitiruan.5,10 Resin akrilik banyak digunakan dalam kedokteran gigi karena harganya yang relatif murah, mudah direparasi, proses pembuatannya sederhana, warnanya yang stabil, biokompatibel serta mudah dipoles.11-13

Resin akrilik dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu resin akrilik swapolimerisasi, resin akrilik polimerisasi sinar dan resin akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik swapolimerisasi adalah resin akrilik yang memerlukan aktivator kimia dalam proses polimerisasinya. Aktivator kimia berfungsi untuk mempercepat proses polimerisasi sehingga working time resin ini berlangsung cepat. Polimerisasi yang dicapai oleh resin akrilik swapolimerisasi tidak sesempurna resin akrilik polimerisasi panas karena banyak monomer yang tidak bereaksi sehingga banyak terdapat monomer sisa. Monomer sisa dapat bertindak sebagai iritan dan menurunkan kekuatan basis gigitiruan. Resin akrilik polimerisasi sinar adalah resin akrilik yang memerlukan gelombang cahaya yang berfungsi sebagai aktivator selama proses polimerisasinya, sehingga penggunaannya harus menggunakan mesin kuring khusus. Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik yang tidak memerlukan aktivator kimia dalam polimerisasinya dan memerlukan energi panas. Working time dari resin ini membutuhkan waktu yang paling lama, tetapi polimerisasi yang dicapai lebih sempurna apabila dibandingkan dengan resin akrilik swapolimerisasi.3,14-16

(25)

Kekuatan dari bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat ditingkatkan yaitu dengan cara menambahkan bahan penguat ke dalam bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Bahan penguat yang dapat ditambahkan untuk memperkuat basis gigitiruan resin akrilik yaitu berupa bahan dari kimia, logam dan serat.20-22 Penambahan bahan penguat pada bahan basis gigitiruan akrilik bertujuan untuk meningkatkan sifat mekanis dari resin akrilik yaitu resistensi terhadap fraktur akibat benturan, beban pengunyahan dan penggunaan yang terlalu lama.10,20,23 Bahan penguat berupa serat yang ditambahkan sebagai penguat dapat meningkatkan kekuatan impak bahan basis gigitiruan hingga sebesar 360%.24 Serat yang dapat ditambahkan sebagai penguat diantaranya serat kaca, serat karbon dan serat polimer berupa serat polietilen, serat rayon, serat aramid, serat poliester dan serat nilon.25-29

(26)

polimerisasi panas (QC 20) yang ditambahkan serat kaca (Juneng) potongan kecil ukuran 3 mm dengan konsentrasi berbeda, yaitu 1%, 1.5% dan 2% yang sebelumnya telah direndam dalam cairan monomer selama 10 menit menyatakan adanya peningkatan kekuatan impak seiring dengan bertambahnya konsentrasi. Kekuatan impak terbesar pada penelitian ini terdapat pada kelompok penambahan serat kaca sebesar 2% yaitu 10,5 KJ/m2.33 Penelitian yang dilakukan oleh Siregar R. (2011) yang menggunakan resin akrilik polimerisasi panas (GC America) yang ditambahkan serat kaca (Glass Taiwan) potongan kecil dengan ukuran berbeda yaitu ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm dengan konsentrasi 1% yang sebelumnya telah direndam dalam cairan monomer metil metaklirat selama 10 menit mendapatkan adanya peningkatan kekuatan impak seiring dengan bertambahnya panjang ukuran serat. Kekuatan impak terbesar pada penelitian ini terdapat pada kelompok dengan penambahan serat kaca ukuran 8 mm, yaitu 7 KJ/m2.34

Dari beberapa hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya, kekuatan impak terbesar adalah sebesar 17,35 KJ/m2 yaitu pada resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca berbentuk batang. Secara mikroskopik, ikatan adhesi pada serat kaca berbentuk batang dan matriks polimer akan terlihat adanya celah atau

(27)

resin akrilik polimerisasi panas akan memberikan penambahan kekuatan impak, fatik dan transversal yang seimbang. Semakin tinggi konsentrasi serat, maka semakin besar kemungkinan terjadinya penggumpalan serat pada saat proses pengadukan monomer dan polimer sehingga menyebabkan terjadinya porositas yang terbentuk karena adanya rongga kosong (void) pada matriks resin.20

Serat Poliester dapat ditambahkan sebagai bahan penguat resin akrilik polimerisasi panas. Serat poliester merupakan polimer yang terbuat dari campuran

(28)

terhadap kekuatan impak pada resin akrilik polimerisasi panas (Meliodent) dengan penambahan serat poliester (Kordsa) bentuk potongan kecil dengan ukuran berbeda, yaitu 2 mm, 4 mm dan 6 mm dengan konsentrasi 3%. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut yaitu adanya peningkatan kekuatan impak yang signifikan setelah ditambahkan serat poliester. Kekuatan impak bertambah seiring dengan bertambahnya panjang serat dan kekuatan impak terbesar pada kelompok dengan penambahan serat poliester adalah sebesar 6,9 KJ/m2 dengan ukuran 6 mm.28

Dari beberapa hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya, kekuatan impak terbesar pada resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat poliester adalah 7,67 KJ/m2 yaitu pada kelompok resin akrilik yang ditambahkan serat poliester berbentuk potongan kecil ukuran 6 mm dengan konsentrasi 3%. Serat poliester dengan konsentrasi 1% yang ditambahkan dalam bahan basis resin akrilik polimerisasi panas akan menyebabkan terjadinya peningkatan kekuatan impak dan transversal secara bersamaan.27

1.2 Permasalahan

(29)

satu alternatif bahan penguat untuk meningkatkan kekuatan impak basis gigitiruan. Berdasarkan hal tersebut, maka timbul permasalahan bagaimana pengaruh serat kaca dan serat poliester terhadap kekuatan impak pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

1.3 Rumusan Masalah

1. Berapa kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat, dengan penambahan serat kaca 1% potongan kecil 6 mm, serat kaca 3% potongan kecil 6 mm, serat poliester 1% potongan kecil 6 mm dan serat poliester 3% potongan kecil 6 mm.

2. Apakah ada pengaruh penambahan serat kaca 1% potongan kecil 6 mm, serat kaca 3% potongan kecil 6 mm, serat poliester 1% potongan kecil 6 mm dan serat poliester 3% potongan kecil 6 mm terhadap kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

3. Apakah ada perbedaan pengaruh penambahan serat kaca 1% potongan kecil 6 mm, serat kaca 3% potongan kecil 6 mm, serat poliester 1% potongan kecil 6 mm dan serat poliester 3% potongan kecil 6 mm terhadap kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat, penambahan serat kaca 1% potongan kecil 6 mm, serat kaca 3% potongan kecil 6 mm, serat poliester 1% potongan kecil 6 mm dan serat poliester 3% potongan kecil 6 mm.

2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan serat kaca 1% potongan kecil 6 mm, serat kaca 3% potongan kecil 6 mm, serat poliester 1% potongan kecil 6 mm dan serat poliester 3% potongan kecil 6 mm terhadap kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

(30)

potongan kecil 6 mm dan serat poliester 3% potongan kecil 6 mm terhadap kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu basic science mengenai bahan basis dibidang prostodonsia.

b. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai bahan penguat serat kaca dan serat poliester.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Sebagai pendekatan yang dilakukan untuk meningkatkan kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

b. Sebagai salah satu usaha untuk memperbaiki kelemahan sifat mekanis bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigitiruan

2.1.1 Pengertian

Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut. Anasir gigitiruan tidak termasuk bagian dari basis gigitiruan.1 Fungsi basis gigitiruan adalah menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang, mengembalikan estetis wajah, menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung gigi, linggir sisa alveolar atau gigi penyangga, mempertahankan residual ridge dan tempat untuk melekatkan komponen gigitiruan lainnya seperti anasir gigitiruan,

occlusal rest, lengan retentif dan lengan resiprokal pada gigitiruan dari bahan resin akrilik.2,38,39

2.1.2 Persyaratan

Bahan basis gigituruan harus memenuhi persyaratan sehingga layak untuk digunakan, tetapi sampai saat ini belum ada basis gigitiruan yang memenuhi semua persyaratan tersebut. Persyaratan ideal untuk bahan basis gigitiruan antara lain: persyaratan biologis, persyaratan fisis dan mekanis.2,3,8,38

2.1.2.1 Persyaratan Biologis

1. Tidak toksik dan tidak mengiritasi jaringan (biokompatibel) 2. Tidak larut dalam saliva dan tidak mengabsorbsi saliva 3. Penghantar termal yang baik

2.1.2.2 Persyaratan Fisis dan Mekanis

1. Berat jenis rendah

(32)

3. Warna sesuai dengan jaringan sekitarnya (estetik)

4. Modulus elastisitas yang tinggi untuk rigiditas yang lebih baik

5. Tidak mudah mengalami abrasi, sehingga bentuk gigitiruan tetap baik dalam jangka waktu yang lama

7. Radiopak, sehingga terlihat pada saat melakukan foto ronsen 8. Mudah dimanipulasi dan direparasi apabila patah atau retak 9. Mudah dibersihkan baik secara mekanis maupun kemis 10. Resistensi yang tinggi terhadap crazing dan creeping

2.1.3 Bahan Basis Gigitiruan

Berdasarkan bahan yang digunakan, basis gigitiruan dapat dibagi menjadi basis gigitiruan logam dan basis gigitiruan non logam.38

2.1.3.1 Basis Logam

Bahan berbasis logam biasanya terbuat dari campuran 2 logam atau lebih yang disebut dengan logam alloy, contohnya adalah basis dari alloy kobalt-kromium, alloy

kobalt-kromium nikel dan alloy nikel kromium.3 Basis dengan bahan logam memiliki beberapa keuntungan apabila dibandingkan dengan bahan non logam, yaitu penghantar termis yang lebih baik dari bahan non logam, stabilitas dimensi yang lebih baik dan kekuatan yang diperoleh maksimal dengan ketebalan yang minimal. Kerugian dari bahan logam adalah estetik yang buruk serta sulit diperbaiki apabila patah.2,3,39

2.1.3.2 Basis Non Logam

(33)

reaksi termalnya, basis non logam dapat terbagi menjadi 2 macam, yaitu polimer termoplastik dan polimer termoset.7,8,38

2.1.3.2.1 Termoplastik

Polimer termoplastik adalah jenis polimer yang akan melunak ketika dipanaskan dan mengeras kembali saat didinginkan secara reversible. Degradasi

irreversibel akan terjadi apabila pemanasan dilakukan dalam temperatur yang melewati batas ambang. Contoh polimer termoplastik yang sering digunakan pada kedokteran gigi adalah nilon termoplastik.7,8,38

2.1.3.2.2 Termoset

Polimer termoset adalah jenis polimer yang akan menjadi keras secara permanen pada saat pembuatannya dan tidak akan melunak ketika dipanaskan kembali. Salah satu contohnya adalah cross-linked poly (methyl methacrylate) atau resin akrilik.7,8,38 Resin akrilik mulai diperkenalkan oleh Rohm dan Hass pada tahun 1936 dalam bentuk lembaran, kemudian Nemours pada tahun 1937 memperkenalkan resin akrilik dalam bentuk bubuk. Pada tahun yang sama Dr. Walter Wright memperkenalkan bahan polimetil metaklirat atau resin akrilik sebagai bahan basis gigitiruan yang hingga saat ini paling banyak digunakan.5 Sejak pertengahan tahun 1940, resin akrilik sudah banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk berbagai keperluan seperti splinting, pelapis estetik, bahan pembuat anasir gigitiruan, piranti ortodonti, bahan reparasi dan bahan basis gigitiruan.10

(34)

1. Resin akrilik swapolimerisasi (cold cured/chemically activated acrylic resin) adalah resin akrilik yang terdiri dari bubuk dan cairan yang dilengkapi dengan aktivator kimia untuk mempercepat proses polimerisasi yaitu dimetil-para-toluidin

atau amin tersier. Bahan ini memiliki kekuatan dan stabilitas warna yang kurang apabila dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi panas, tetapi working time

yang lebih cepat dari resin akrilik polimerisasi panas. Bahan ini biasanya digunakan untuk basis gigitiruan sementara serta bahan reline dan rebase gigitiruan.3,8,16,38,39

2. Resin akrilik polimerisasi sinar (light-activated resin) adalah resin akrilik yang menggunakan sinar tampak untuk proses polimerisasinya. Penyinaran dilakukan selama 10 menit dengan panjang gelombang cahaya sebesar 400-500 nm pada unit kuring khusus. Resin akrilik jenis ini dilapisi oleh komponen lapisan non reaktif untuk mencegah masuknya oksigen selama proses polimerisasi berlangsung.3,14,38

3. Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured acrylic resin) adalah resin akrilik yang menggunakan proses pemanasan untuk polimerisasinya. Resin akrilik jenis ini tidak memerlukan aktivator dalam proses polimerisasinya, sehingga working time dari resin akrilik ini paling lama apabila dibandingkan dengan resin akrilik swapolimerisasi dan polimerisasi sinar, tetapi resin akrilik jenis ini memiliki kekuatan yang paling besar.8,14,38

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan basis gigitiruan yang paling sering digunakan sebagai basis gigitiruan dalam kedokteran gigi. Bahan ini terbuat dari bahan polimetil metaklirat yang memerlukan energi termal atau energi panas dalam proses polimerisasinya. Energi termal yang dibutuhkan untuk proses polimerisasinya dapat diperoleh dari perendaman dalam air yang dipanaskan (waterbath).15

2.2.1 Komposisi

(35)

Komponen-komponen yang terkandung dalam bubuk dan cairan resin akrilik polimerisasi panas antara lain:3,14,39

a. Bubuk (powder)

Polimer: granul prepolimerisasi dari polimetil metaklirat Inisiator: benzoil peroksida (0,5-1,5%) atau diisobutylazonitrile

Pigmen: merkuri sulfida, kadmium sulfida, ferri oksida atau pigmen organik Lainnya: serat sintetik yang telah diwarnai

b. Cairan (liquid)

Monomer: metil metaklirat

Inhibitor: hidrokuinon (0,003-0,1%)

Cross-linking agent : etilen glikol dimetaklirat (2-14%)

2.2.2 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas dimanipulasi sehingga menghasilkan bentuk yang keras dan kaku dengan menggunakan teknik compression moulding (tekanan). Proses manipulasi resin akrilik polimerisasi panas dengan teknik molding-tekanan antara lain:15

a. Perbandingan monomer dan polimer

Pencampuran bubuk polimer dan cairan monomer dilakukan dengan perbandingan volume 3:1 atau perbandingan berat 2,5:1.3,15

b. Proses Pencampuran polimer dan monomer

Bubuk dan cairan dengan rasio yang tepat dicampurkan didalam wadah yang bersih, kering dan tertutup lalu di campurkan hingga homogen. Selama proses pencampuran, ada beberapa tahapan yang terjadi, yaitu:3,9,15

1. Sandy stage adalah tahap terbentuknya campuran yang menyerupai pasir basah. Pada tahap ini polimer secara bertahap bercampur dengan monomer.

(36)

3. Dough stage adalah tahap saat monomer sudah berpenetrasi seluruhnya ke dalam polimer yang ditandai dengan konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak lengket lagi. Tahap ini merupakan waktu yang tepat memasukkan adonan ke dalam

mould.

4. Rubbery (elastic) stage adalah tahap saat monomer sudah tidak dapat bercampur dengan polimer lagi. Pada tahap ini, akrilik akan berwujud seperti karet dan tidak bisa lagi dimasukkan dalam mold.

5. Stiff stage adalah tahap sewaktu akrilik sudah kaku dan tidak dapat dibentuk lagi.

c. Proses Pengisian dalam mold

Pengisian dalam mold dilakukan pada fase dough stage yaitu setelah pengisian dilakukan pres hidrolik sebanyak 2 fase. Fase pertama yaitu dengan tekanan 1000 psi supaya mold terisi secara padat dan kelebihannya dibuang dengan lekron. Fase kedua dilakukan pengepresan dengan tekanan sebesar 2200 psi dan dibiarkan pada suhu kamar selama 30-60 menit.40,41

d. Proses Kuring

Proses kuring dilakukan sebanyak 2 fase. Fase pertama dilakukan pada

waterbath pada suhu 700 C selama 90 menit dan dilanjutkan dengan fase kedua yang dilakukan pada suhu 1000 C selama 30 menit sesuai dengan JIS (Japan Industrial Standard).11 Proses kuring dengan cara pemanasan yang tinggi dan cepat dapat menyebabkan sebagian monomer tidak sempat berpolimerisasi menjadi polimer sehingga dapat menguap dan membentuk bola-bola uap, bola uap tersebut dapat terperangkap didalam matriks resin sehingga menyebabkan terjadinya internal porosity yang tidak terlihat.38

e. Proses Pendinginan dan Penyelesaian

(37)

2.2.3 Kelebihan

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki kelebihan, antara lain:8,19,22,38 1. Mudah digunakan dan diperbaiki

2. Estetik yang baik karena warnanya yang menyerupai jaringan rongga mulut 3. Harga yang lebih murah apabila dibandingkan dengan basis gigitiruan logam dan nilon termoplastik

4. Biokompatibel, yaitu tidak toksik dan tidak bersifat iritan

5. Tidak larut dalam cairan rongga mulut dan tidak mengabsorpsi saliva 6. Stabilitas warna yang baik

7. Mudah dipoles

8. Proses pembuatannya mudah dan hanya memerlukan peralatan sederhana

2.2.4 Kekurangan

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki beberapa kekurangan, yaitu:8,9,14,38 1. Kekuatan impak (resistensi terhadap benturan) yang rendah apabila dibandingkan dengan nilon termoplastik dan logam

2. Kekuatan transversal (fleksural) yang rendah apabila dibandingkan dengan nilon termoplastik dan logam

3. Ketahanan terhadap fatique yang rendah 4. Ketahanan terhadap abrasi yang rendah 5. Konduktivitas termal yang rendah

6. Apabila proses polimerisasinya tidak sempurna, monomer sisa yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi.

7. Working time yang lama apabila dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi sinar dan resin akrilik swapolimerisasi.

2.2.5 Sifat

(38)

2.2.5.1 Sifat Kemis

Bahan basis gigitiruan harus stabil secara kimia yaitu tidak boleh larut dalam cairan apapun termasuk cairan dalam rongga mulut, tidak boleh mengalami erosi maupun korosi. Sifat kemis dari resin akrilik berhubungan dengan penyerapan air dan kelarutannya. Besarnya penyerapan air resin akrilik polimerisasi panas adalah 0,6 mg/cm2, sedangkan besar kelarutan dalam cairannya adalah 0,02 mg/cm2.1,6,8

2.2.5.2 Sifat Biologis

Bahan basis gigitiruan harus biokompatibel, yaitu bahan basis gigitiruan tidak bersifat toksik, tidak bersifat iritan, tidak karsinogenik dan tidak berpotensi menyebabkan alergi. Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang biokompatibel, tetapi monomer sisa yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi. Besarnya monomer sisa pada resin akrilik polimerisasi panas adalah sebesar 1-3% ketika dikuring dalam waktu kurang dari 1 jam dalam air mendidih. Jumlah monomer sisa akan berkurang hingga 0,4% atau bahkan lebih kecil apabila dikuring pada suhu 700 C dan dipanaskan dengan air mendidih selama 3 jam.1,6,38

2.2.5.3 Sifat Fisis

(39)

sebesar 0,97% volume. Besarnya densitas resin akrilik polimerisasi panas adalah kira-kira sebesar 1,16-1,18 g/cm. Kestabilan warna dapat ditentukan dengan pengukuran

color stability test yaitu resin akrilik akan disinari dengan sinar ultraviolet selama 24 jam. Hasil yang diperoleh hanya boleh menunjukkan sedikit perubahan warna apabila dibandingkan dengan resin akrilik sebelum dilakukan penyinaran.1,3,38

2.2.5.4 Sifat Mekanis

Sifat mekanis adalah respon yang terukur baik elastis maupun plastis dari bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan. Sifat mekanis bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah kekuatan tarik, kekuatan impak, kekuatan transversal dan fatik. Kekuatan tarik merupakan tekanan tarik yang menyebabkan terpisahnya rantai molekul-molekul polimer, kekuatan tarik merupakan kekuatan yang sering menyebabkan terjadinya retak pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Kekuatan impak merupakan kekuatan yang menyebabkan suatu bahan menjadi patah akibat benturan yang tiba-tiba. Kekuatan transversal (fleksural) merupakan ukuran kekuatan terhadap tekanan yang terjadi pada bahan basis gigitiruan akibat pengunyahan. Kekuatan fatik merupakan kekuatan yang menyebabkan patahnya basis gigitiruan akibat pembengkokan yang berulang yang disebabkan oleh pemakaian gigitiruan yang terlalu lama.1,8

2.2.6 Kekuatan Impak

Kekuatan impak adalah ukuran kekuatan dari suatu bahan ketika bahan tersebut patah akibat benturan yang terjadi secara tiba-tiba. Dua tipe alat pengujian kekuatan impak yang sering digunakan pada resin akrilik polimerisasi panas, yaitu

(40)

selanjutnya energi yang tertera pada alat penguji dibaca dan dicatat lalu dilakukan perhitungan kekuatan impak.1,8,38

Kekuatan impak = E_ b x d

Keterangan: E = Energi (Joule)

b = Lebar batang uji (mm) d = Tebal batang uji (mm)

2.3 Bahan Penguat Resin Akrilik

Resin akrilik merupakan bahan yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi, tetapi resin akrilik memiliki berbagai kelemahan, salah satunya ialah kekuatan impak yang rendah. Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas hanya sekitar 0,26 (charpy, Nm).6 Untuk meningkatkan kekuatan resin akrilik polimerisasi panas dapat digunakan berbagai macam bahan penguat. Bahan penguat yang dapat digunakan yaitu bahan logam, kimia dan serat.10,21,22

2.3.1 Bahan Logam

(41)

2.3.2 Bahan Kimia

Bahan polifungsional berupa cross-linking agent seperti polietilen glikol dimetaklirat dapat ditambahkan kedalam monomer resin akrilik sebagai penguat.21 Penambahan cross-linking agent dapat menambah ikatan kovalen antar monomer sehingga secara mikroskopik akan berpengaruh pada kekuatan resin akrilik pada saat dicampur kedalam polimer. Ikatan kovalen yang kuat akan mencegah terputusnya rantai polimer pada saat pemanasan dan meningkatkan elastisitas.7 Penggunaan bahan kimia sebagai penguat resin akrilik polimerisasi panas jarang digunakan, karena penggunaan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan resin akrilik menjadi fatik akibat elastisitas yang berlebihan serta harganya yang sangat mahal yang bahkan melebihi harga resin akrilik polimerisasi panas yang konvensional. Bahan kimia lainnya yang dapat ditambahkan kedalam resin akrilik polimerisasi panas sebagai penguat adalah rubber particles dan filler kimia.8,42 Bahan rubber yang dapat ditambahkan kedalam resin akrilik polimerisasi panas adalah butadienestyrene rubber

yang dapat bertindak sebagai shock absorber untuk menahan stress yang diterima oleh resin akrilik polimerisasi panas sehingga dapat meningkatkan kekuatan impak.10

2.3.3 Bahan Serat

Serat merupakan bahan yang paling sering digunakan sebagai penguat pada bahan yang terbuat dari polimer. Berdasarkan bahan pembuatnya, serat terbagi menjadi dua macam, yaitu serat alami dan serat buatan.43

2.3.3.1 Serat Alami

(42)

2.3.3.2 Serat Buatan

Serat buatan dapat berbentuk filamen maupun stapel. Serat buatan yang sering dijadikan sebagai penguat adalah serat karbon, serat kaca dan serat polimer.43,44 Serat karbon merupakan serat yang memiliki kekuatan yang sangat kuat, ringan dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, tetapi serat ini jarang digunakan sebagai bahan penguat basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas karena warnanya yang gelap serta harganya yang relatif mahal. Warna yang gelap dari serat karbon akan mengurangi estetik apabila dijadikan sebagai bahan penguat resin akrilik polimerisasi panas.7,18 Serat kaca adalah material berbentuk serabut yang sangat halus dan mengandung bahan kaca, serat ini lebih murah daripada serat karbon. Serat ini termasuk serat estetis, sehingga tidak akan menggangu estetik dari bahan basis gigitiruan. Serat polimer merupakan serat yang terbuat dari rantai polimer panjang yang berada di sepanjang aksis dan membentuk serabut. Serat polimer umumnya memiliki kekuatan yang tinggi.44 Serat polimer yang dapat dijadikan sebagai bahan penguat adalah serat aramid, serat rayon, serat polietilen, serat nilon dan serat poliester.Serat rayon, serat polietilen, serat nilon dan serat poliester merupakan serat estetik sehingga estetika dari basis gigitiruan akan terjaga.18,28 Serat aramid berwarna kekuningan dan dapat menambah kekasaran resin akrilik polimerisasi panas sehingga sulit dipoles serta daya adhesi yang rendah antara serat aramid dan resin akrilik membuat serat aramid tidak digunakan secara luas sebagai bahan penguat.20

2.4 Serat Kaca

2.4.1 Pengertian

(43)

2.4.2 Komposisi

Serat kaca umumnya mengandung komposisi sebagai berikut :7,44 1. SiO2 = 52-56%

2. CaO = 16-25% 3. Al2O3 = 12-16% 4. B2O3 = 8-13% 5. MgO = 3,3% 6. Na2O = 0.3% 7. K2O = 0,2% 8. Fe2O3 = 0,3% 9. F2 = 0,3%

Silikon dioksida (SiO2) atau silika merupakan komponen utama dalam serat kaca yang merupakan gabungan dari polimer (SiO2)n. Komponen ini memiliki titik leleh yang tinggi yaitu sekitar 20000 C dan kekakuan serta kekuatan yang tinggi, sehingga serat kaca banyak digunakan sebagai bahan penguat.43,44

2.4.3 Bentuk

Bentuk serat kaca yang dapat ditambahkan kedalam resin akrilik sebagai penguat adalah bentuk batang, anyaman dan potongan kecil.10

2.4.3.1 Bentuk Batang

Serat kaca berbentuk batang terbuat dari serat kaca continous undirectional

yang terdiri atas 1.000-200.000 serabut serat kaca yang diameternya adalah 3-25 µm.45 Serat kaca berbentuk batang dapat ditambahkan kedalam resin akrilik polimerisasi panas sebagai penguat karena posisi serat yang perpendikular dan menyebar sepanjang basis gigitiruan. Posisi serat yang sedemikian rupa akan meningkatkan kekuatan basis gigitiruan.

(44)

ditambahkan serat kaca (stick tech) berbentuk batang dan anyaman, peningkatan kekuatan pada resin akrilik yang ditambakan serat berbentuk batang lebih besar daripada resin akrilik yang ditambahkan serat berbentuk anyaman.32

Penggunaan serat berbentuk batang sebagai penguat mempunyai kerugian yaitu ikatan adhesi antara serat kaca terhadap bahan basis gigitiruan tidak kuat. Hal ini telah dibuktikan secara mikroskopik dari gambaran mikroskop. Secara mikroskopik akan terlihat adanya celah atau void antara serat kaca dengan resin akrilik yang membuktikan bahwa ikatan antara serat kaca dan bahan basis gigitiruan tidak adekuat serta sulitnya pendistribusian serat berbentuk batang pada bagian yang lemah pada gigitiruan.20,23,26

Gambar 1. Serat kaca bentuk batang

2.4.3.2 Bentuk Anyaman

(45)

serat kaca itu sendiri saja, tetapi peningkatan kekuatan tersebut berasal dari besarnya kuantitas dan diameter dari bentuk anyaman dari serat kaca.24 Kanie T, dkk (2000) dalam penelitiannya yang menggunakan tiga jenis E-glass fiber (Mie Textile)

berbentuk anyaman dengan ketebalan berbeda yang ditambahkan silane coupling agent (Toray Dow) pada resin akrilik polimerisasi panas (Wako) menyatakan adanya peningkatan kekuatan impak pada yang signifikan pada semua sampel.16 Serat kaca berbentuk anyaman mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari serat berbentuk batang serta serat ini dapat keluar pada permukaan basis gigitiruan dan menyebabkan iritasi pada jaringan mukosa oral.20,46

Gambar 2. Serat kaca bentuk anyaman

2.4.3.3 Bentuk Potongan Kecil

(46)

pada kelompok resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca daripada kelompok resin akrilik yang tidak ditambahkan serat kaca.31 Zuriah S dan Eddy (2012) dalam penelitiannya yang menggunakan resin akrilik polimerisasi panas (GC America) yang ditambahkan serat kaca (taiwan glass) potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm, dan 8 mm mendapatkan peningkatan kekuatan impak yang signifikan apabila dibandingkan dengan kelompok resin akrilik yang tidak ditambahkan serat kaca.Pada penelitian tersebut, kelompok dengan penambahan serat kaca ukuran 6 mm memperlihatkan peningkatan kualitas fisik yang paling optimal apabila dibandingkan dengan kelompok lainnya.10 Koray dkk (2013) pada penelitiannya yang menggunakan resin akrilik polimerisasi panas (Meliodent) dengan penambahan serat kaca tipe E-glass (Carn Elyaf) potongan kecil ukuran 4 mm dengan konsentrasi 3%, peneliti mendapatkan peningkatan kekuatan impak yang signifikan apabila dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca.22 Mowade, dkk (2012) dalam penelitiannya yang menggunakan resin akrilik polimerisasi panas (Trevalon) dengan penambahan serat kaca potongan kecil 6 mm (Vetrotex) dengan konsentrasi 2% yang sebelumnya telah dilakukan preimpregnasi dengan menggunakan silane coupling agent (Dow-Coming) menyatakan adanya peningkatan kekuatan impak yang signifikan.9

(47)

pengepresan dalam teknik compression molding juga dapat mempengaruhi kekuatan impak.26

Gambar 3. Serat kaca bentuk potongan kecil

2.5 Serat Poliester

2.5.1 Pengertian

Poliester merupakan polimer kondensasi sintesis yang pertama. Poliester ditemukan oleh Carothers dkk pada awal tahun 1930. Pada tahun 1953, Pont menghasilkan serat dari bahan poliester melalui proses pencairan polimer yang di

spinning sehingga membentuk serat yang disebut dengan serat poliester atau

polyester staple fiber.47

(48)

2.5.2 Komposisi

Serat poliester merupakan polimer dari polyethylene terephthalate (PET) yang merupakan serat sintetik yang terdiri dari komposisi sebagai berikut:36,47,48

1. Bahan mentah berupa poly hydroxy compounds yaitu etilen glikol 2. Monomer berupa asam teraptalik atau dimetil teraptalat

3. Dihydric alcohol sebesar 85%

Serat poliester merupakan serat dengan kekuatan mekanis yang baik karena memiliki ikatan rantai polimer yang kuat dan panjang. Ikatan rantai yang kuat disebabkan karena susunan struktur molekulernya yang padat dan kompak sehingga akan menghasilkan daya tarik menarik antar molekul lebih besar. Semakin kuat ikatan suatu rantai polimer, maka semakin besar resistensi mekanisnya, serta semakin panjang rantai polimer serat, maka akan menghasilkan ikatan antar molekul yang besar juga. Semakin besar ikatan antar molekul polimer, maka semakin kuat suatu bahan.35,36

2.5.3 Bentuk

Serat poliester yang dapat digunakan sebagai bahan penguat memiliki dua macam bentuk, yaitu bentuk linear dan bentuk potongan kecil.27,28,37

2.5.3.1 Bentuk Linear

(49)

didapatkan yaitu adanya peningkatan kekuatan impak pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.37

Gambar 4. Serat Poliester bentuk linear

2.5.3.2 Bentuk Potongan Kecil

(50)

penelitian tersebut menunjukkan serat dengan panjang 6 mm akan memberikan kekuatan mekanis yang terbaik.27

Serat poliester bentuk potongan kecil yang ditambahkan ke dalam campuran monomer dan polimer resin akrilik polimerisasi panas akan tersebar secara homogen di dalam matriks polimer resin akrilik polimerisasi panas. Sebagian dari serat poliester akan beradhesi secara parsial dengan matriks polimer dan sebagian lagi akan berkontak rapat dengan matriks polimer.28

(51)

2.6 Landasan Teori

RA Polimerisasi Sinar RA Swapolimerisasi RA Polimerisasi Panas

Komposisi Manipulasi Kelebihan Kekurangan Sifat

Fisis Kemis

Apakah ada pengaruh penambahan serat kaca dan serat poliester terhadap kekuatan impak pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas?

Nilon Aramid Polietilen Rayon

(52)

2.7 Kerangka Konsep

kelemahan

Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Serat Kaca 1% dan 3% 6 mm Serat Poliester 1% dan 3% 6 mm

Silikon Dioksida

Kekuatan yang tinggi pada serat kaca

Ikatan rantai polimer yang panjang dan kuat serta persen kristalinitas tinggi

Kekuatan yang tinggi pada serat poliester

Adhesi antara serat poliester dengan matriks polimer

Kekuatan impak ↑↑

Makarem dkk (2011) mendapatkan peningkatan kekuatan impak pada RAPP yang ditambahkan serat kaca potongan kecil 6 mm 1%

Zuriah dan Eddy (2012) mendapatkan peningkatan kekuatan impak pada RAPP yang ditambah serat kaca potongan kecil 6 mm 1%

Dogan dkk (2006) mendapatkan peningkatan kekuatan impak RAPP yang ditambahkan serat poliester potongan kecil 6 mm 3%

San Chen dkk (2000) mendapatkan peningkatan kekuatan impak RAPP yang ditambahkan serat poliester potongan kecil 6 mm 1% dan 3%

Adhesi antara serat kaca dengan matriks polimer

Sifat mekanis ↑↑

(53)

2.8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat disusun hipotesis penelitian yaitu :

1. Ada pengaruh penambahan serat kaca 1% potongan kecil 6 mm, serat kaca 3% potongan kecil 6 mm, serat poliester 1% potongan kecil 6 mm dan serat poliester 3% potongan kecil 6 mm terhadap kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

(54)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian pada penelitian ini merupakan jenis eksperimental laboratoris dengan desain post test group only control.

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah bahan basis resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat, bahan basis resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil 6 mm 1%, bahan basis resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil 6 mm 3%, bahan basis resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat poliester potongan kecil 6 mm 1% dan bahan basis resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat poliester potongan kecil 6 mm 3%. Ukuran model induk dari logam yang akan digunakan untuk pengujian kekuatan impak berukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm (ISO 179–1:2000).46

Gambar 6. Ukuran batang uji kekuatan impak

3.2.2 Besar Sampel Penelitian

Pada penelitian ini, besar sampel minimal diasumsikan berdasarkan rumus frederer:

80 mm 10 mm

(55)

(t-1) (r-1) ≥ 15

Keterangan:

t: jumlah perlakuan r: jumlah ulangan

Dalam penelitian ini akan digunakan t=5 karena jumlah perlakuan sebanyak lima perlakuan, yaitu bahan basis resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat, bahan basis resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil 6 mm 1%, bahan basis resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil 6 mm 3%, bahan basis resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat poliester potongan kecil 6 mm 1% dan bahan basis resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat poliester potongan kecil 6 mm 3%. Jumlah (r) tiap kelompok sampel dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

(t-1) (r-1) ≥ 15 (5-1) (r-1) ≥ 15 4(r-1) ≥ 15 r-1 ≥ 15

4 r-1 ≥ 3,75 r ≥ 3,75 + 1

r ≥ 4,75 r ≥ 5

(56)

3.3 Variabel dan Definisi Operasional Penelitian

3.3.1 Variabel Penelitian

3.3.1.1 Variabel Bebas

Bahan basis resin akrilik polimerisasi panas: 1. Tanpa penambahan serat (A)

2. Dengan penambahan serat kaca 1% (B) 3. Dengan penambahan serat kaca 3% (C) 4. Dengan penambahan serat poliester 1% (D) 5. Dengan penambahan serat poliester 3% (E)

3.3.1.2 Variabel Terikat

1. Kekuatan impak plat resin akrilik polimerisasi panas

3.3.1.3 Variabel Terkendali

1. Ukuran model induk logam 2. Perbandingan adonan gips keras 3. Waktu pengadukan gips keras 4. Tekanan pengepresan

5. Suhu dan waktu kuring

6. Jenis resin akrilik polimerisasi panas

7. Perbandingan bubuk dan cairan resin akrilik polimerisasi panas 8. Bentuk, ukuran dan konsentrasi serat kaca

9. Bentuk, ukuran dan konsentrasi serat poliester 10. Cara menambahkan serat kaca

11. Cara menambahkan serat poliester 12. Waktu dan suhu perendaman sampel

(57)

3.3.2. Definisi Operasional

Variabel Bebas Definisi Operasional Skala

ukur

Alat ukur Serat kaca Material mineral berbentuk serat yang

mengandung komponen kaca yang sangat halus yang berfungsi sebagai penguat dan ditambahkan ke dalam plat resin akrilik polimerisasi panas.

- -

Serat poliester Material sintetik yang terbuat dari polimerisasi antara asam teraptalat dengan etilen glikol yang kemudian dilakukan proses spinning untuk membentuk serat yang berfungsi sebagai penguat yang ditambahkan ke dalam plat resin akrilik polimerisasi panas

- -

Variabel Terikat Definisi Operasional Skala

ukur

Alat ukur

Kekuatan Impak Besarnya kekuatan atau energi yang dibutuhkan untuk mematahkan suatu bahan dengan gaya benturan (KJ/m2)

Skala terbuat dari logam berukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm untuk uji kekuatan impak

(58)

Sampel Penelitian Sampel merupakan kelompok perlakuan yang terbagi atas kelompok tanpa penambahan serat sebagai kelompok kontrol (A), kelompok dengan penambahan serat kaca 6 mm 1% (B), kelompok dengan penambahan serat kaca 6 mm 3% (C), kelompok dengan penambahan serat poliester 1% 6 mm (D) dan kelompok dengan penambahan serat poliester 6 mm 3% (E)

- -

Perbandingan adonan gips keras

Proses pencampuran gips keras dan air yang dilakukan dalam mangkuk karet yang diaduk dengan spatula dan pengadukan dilakukan diatas vibrator

dengan perbandingan 300 gr gips keras :

Waktu yang dibutuhkan untuk mengaduk gips selama 15 detik

- stopwatch

Tekanan pres Tekanan yang dibutuhkan untuk proses pengepresan kuvet, yaitu 1000 psi untuk

(59)

Resin akrilik polimerisasi panas

Bahan basis gigitiruan yang terdiri dari bubuk dan cairan yang setelah pencampuran dan proses kuring dengan pemanasan selama 60 menit akan

Perbandingan monomer : polimer yang digunakan adalah 2 : 1 = 3 gr : 1,5 ml untuk 1 buah sampel. Total berat monomer dan polimer adalah 4,5 gr

- Sendok

Serat kaca berbentuk potongan kecil dengan ukuran 6 mm. Serat kaca 1% ditimbang sebanyak 0,045 gr untuk 1 buah sampel pada kelompok B dan serat kaca

Serat poliester berbentuk potongan kecil dengan ukuran 6 mm. Serat poliester 1% ditimbang sebanyak 0,045 gr untuk 1 buah sampel pada kelompok D dan serat poliester 3% ditimbang sebanyak 0,135 gr untuk 1 buah sampel pada kelompok E

- Timbangan digital

Teknik

penambahan serat

Serat kaca dan serat poliester direndam terlebih dahulu kedalam cairan monomer sebanyak 10 ml selama 10 menit didalam wadah, kemudian serat kaca dan serat poliester ditiriskan lalu dimasukkan kedalam polimer dan diaduk hingga homogen

(60)

Waktu dan suhu perendaman sampel

Sampel direndam dalam aquadest selama 48 jam dengan suhu 370 C didalam

Volume monomer untuk merendam serat kaca dan serat poliester yaitu sebanyak 10 ml

- Sendok takar

Waktu

perendaman serat

Waktu yang dibutuhkan untuk perendaman serat kaca dan serat poliester yaitu selama 10 menit

- Stopwatch

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel

1. Unit Uji Laboratorium FKG USU 2. Laboratorium Prostodonsia FKG USU

3.4.2 Tempat Pengujian Sampel

Laboratorium Penelitian FMIPA USU

3.4.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2013

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

1. Model induk dari logam berukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm sebanyak 3 buah

(61)

4. Spatula

11. Timbangan digital (sartorius AG Gontingen, Germany) 12. Vibrator (Pulsar 2 Filli Manfredi, Italia)

13. Pres hidrolik (OL 57 Manfredi, Italia) 14. Kompor gas (Hock, Indonesia)

21. Kertas pasir waterproof (Atlas) no. 600

22. Charpy impact tester (Amslerotto Walpret Werke GMBH, Germany) 23. Vacuum mixer (Mixyvac Manfredi, Italia)

3.5.2 Bahan Penelitian

1. Resin akrilik polimerisasi panas (QC 20, UK)

2. Serat kaca bentuk potongan kecil berukuran 6 mm (Taiwan Glass) 3. Serat poliester bentuk potongan kecil berukuran 6 mm (TIFICO Fiber) 4. Plastik bening

5. Vaseline

6. Gips tipe III (gips stone, Korea) 7. Aquadest

(62)

3.6 Cara Penelitian

3.6.1 Pembuatan Lempeng Uji

Sampel penelitian didapatkan dari pembuatan model induk dari logam

stainless steel dengan ukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm sebanyak tiga buah untuk pembuatan molduntuk uji kekuatan impak.

Gambar 7. Model induk dari logam stainless steel

3.6.1.1 Pembuatan Mold

1. Gips keras dicampur dengan perbandingan 300 gr : 90 ml air untuk pengisian kuvet bawah.

2. Adonan gips keras diaduk dengan vacuum mixer selama 15 detik.

3. Adonan gips dimasukkan kedalam kuvet bawah dan digetarkan diatas

vibrator.

4. Model induk dibenamkan pada kuvet bawah hingga setinggi permukaan adonan gips keras, satu kuvet berisi 3 buah model induk.

5. Setelah gips mengeras, gips keras dirapikan dan didiamkan selama 45 menit.

6. Permukaan gips keras dioles dengan vaselin lalu kuvet atas disatukan dengan kuvet bawah dan kuvet atas diisi adonan gips keras dengan perbandingan yang sama dengan gips untuk pengisian kuvet bawah.

7. Setelah gips mengeras, kuvet dibuka dan model induk dikeluarkan dari kuvet.

(63)

Gambar 8. Vibrator(Pulsar 2 Filli Manfredi, Italia)

Gambar 9. Model induk yang telah dibenamkan dalam gips tipe III (gips stone, Korea)

(64)

3.6.1.2 Pembuatan Sampel untuk pengujian kekuatan impak

a. Sampel resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat

(kelompok A)

1. Polimer dicampurkan dengan monomer yang telah disiapkan pada pot akrilik dengan perbandingan monomer dan polimer sebesar 3 gr : 1,5 ml dan diaduk dengan menggunakan bantuan semen spatel.

2. Setelah adonan mencapai dough stage, adonan dimasukkan ke dalam mold.

3. Resin akrilik polimerisasi panas ditutup dengan menggunakan kertas kaca lalu kuvet atas dipasang dan kuvet ditekan dengan pres hidrolik 1000 psi, lalu kuvet atas dibuka dan akrilik yang berlebihan dibersihkan dengan lekron.

4. Kuvet atas ditutup kembali dan dilakukan pres hidrolik dengan tekanan 2200 psi.

5. Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah supaya beradaptasi dengan baik, lalu dibiarkan selama 15 menit.

b. Resin akrilik polimerisasi panas dengan tambahan serat kaca 1%

(kelompok B)

1. Serat kaca bentuk potongan kecil 6 mm sebanyak 0,045 gr (untuk 1 sampel) direndam dalam monomer selama 10 menit dalam wadah yang kemudian ditiriskan.

2. Serat kaca yang telah ditiriskan dimasukkan kedalam polimer dengan perbandingan serat : polimer = 0,045 : 3, setelah itu dilakukan penambahan monomer sebanyak 1,5 ml dan diaduk pada pot akrilik dengan bantuan semen spatel.

3. Setelah adonan mencapai dough stage, adonan dimasukkan kedalam mold.

(65)

5. Kuvet atas ditutup kembali dan dilakukan pres hidrolik dengan tekanan 2200 psi.

6. Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah supaya beradaptasi dengan baik, lalu dibiarkan selama 15 menit.

c. Resin akrilik polimerisasi panas dengan tambahan serat kaca 3%

(kelompok C)

1. Serat kaca bentuk potongan kecil 6 mm sebanyak 0,135 gr (untuk 1 sampel) direndam dalam monomer selama 10 menit dalam wadah yang kemudian ditiriskan.

2. Serat kaca yang telah ditiriskan dimasukkan kedalam polimer dengan perbandingan serat : polimer = 0,045 : 3, setelah itu dilakukan penambahan monomer sebanyak 1,5 ml dan diaduk pada pot akrilik dengan bantuan semen spatel.

3. Setelah adonan mencapai dough stage, adonan dimasukkan kedalam mold.

4. Resin akrilik polimerisasi panas yang sudah ditambahkan serat kaca ditutup dengan menggunakan plastik bening lalu kuvet atas dipasang dan kuvet ditekan dengan pres hidrolik 1000 psi, kemudian kuvet atas dibuka dan akrilik yang berlebihan dibersihkan dengan lekron.

5. Kuvet atas ditutup kembali dan dilakukan pres hidrolik dengan tekanan 2200 psi.

6. Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah supaya beradaptasi dengan baik, lalu dibiarkan selama 15 menit.

d. Resin akrilik polimerisasi panas dengan tambahan serat poliester 1%

(kelompok D)

(66)

2. Serat poliester yang telah ditiriskan dimasukkan kedalam polimer dengan perbandingan serat : polimer = 0,045 : 3. Setelah itu dilakukan penambahan monomer sebanyak 1,5 ml dan diaduk pada pot akrilik dengan bantuan semen spatel.

3. Setelah adonan mencapai dough stage, adonan dimasukkan kedalam mold.

4. Resin akrilik polimerisasi panas yang sudah ditambahkan serat poliester ditutup dengan menggunakan plastik bening lalu kuvet atas dipasang dan kuvet ditekan dengan pres hidrolik 1000 psi, lalu kuvet atas dibuka dan akrilik yang berlebihan dibersihkan dengan lekron.

5. Kuvet atas ditutup kembali dan dilakukan pres hidrolik dengan tekanan 2200 psi.

6. Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah supaya beradaptasi dengan baik, lalu dibiarkan selama 15 menit.

e. Resin akrilik polimerisasi panas dengan tambahan serat poliester 3%

(kelompok E)

1. Serat poliester bentuk potongan kecil 6 mm sebanyak 0,135 gr (untuk 1 sampel) direndam dalam monomer selama 10 menit dalam wadah yang kemudian ditiriskan.

2. Serat poliester yang telah ditiriskan dimasukkan kedalam polimer dengan perbandingan serat : polimer = 0,045 : 3. Setelah itu dilakukan penambahan monomer sebanyak 1,5 ml dan diaduk pada pot akrilik dengan bantuan semen spatel.

3. Setelah adonan mencapai dough stage, adonan dimasukkan kedalam mold.

4. Resin akrilik polimerisasi panas yang sudah ditambahkan serat poliester ditutup dengan menggunakan plastik bening lalu kuvet atas dipasang dan kuvet ditekan dengan pres hidrolik 1000 psi, lalu kuvet atas dibuka dan akrilik yang berlebihan dibersihkan dengan lekron.

5. Kuvet atas ditutup kembali dan dilakukan pres hidrolik dengan tekanan 2200 psi.

(67)

Gambar 11. Pres hidrolik (OL 57 Manfredi, Italia)

3.6.1.3 Proses Kuring

1. Kuvet dimasukkan dalam air pada suhu 250 C dan dipanaskan diatas kompor selama 15 menit hingga mencapai 1000 C (fase I).

2. Suhu kuvet dijaga konstan 1000 C dan dibiarkan selama 45 menit (fase II). 3. Kuvet dibiarkan hingga mencapai suhu ruang untuk proses pendinginan.

3.6.1.4 Proses Penyelesaian

(68)

Gambar 12. Sampel yang telah dihaluskan dengan kertas pasir (Atlas no.600)

3.6.2 Pengujian Kekuatan Impak

Pengujian kekuatan impak dilakukan dengan alat uji kekuatan impak (Amslerotto Walpret Werke GMBH, Germany). Sampel diberi nomor pada kedua ujungnya, kemudian ditempatkan dengan posisi horizontal yang bertumpu pada kedua ujung alat penguji, lalu lengan pemukul pada alat penguji dikunci, lalu kunci lengan pemukul dilepaskan sehingga membentur sampel hingga patah. Energi yang tertera pada alat penguji dibaca dan dicatat dan dilakukan perhitungan kekuatan impak (KJ/m2).

Gambar 13. Alat uji kekuatan impak (Amslerotto Walpret Werke

(69)

Gambar 14. Sampel yang telah diletakkan pada posisinya

(70)

3.7 Kerangka Operasional

Model induk dari logam

Penanaman dalam kuvet

mould

Kelompok C Kelompok D Kelompok E

Kelompok A Kelompok B

Serat direndam dalam monomer lalu ditiriskan dan dimasukkan dalam polimer

Polimer dicampur kedalam monomer dan diaduk hingga mencapai fase dough stage

Pengisian akrilik dalam mould

Kuvet ditekan dengan pres hidraulik untuk pertama kali sebesar 1000 psi lalu ditunggu selama 5 menit kemudian dilakukan pengepresan kedua kali sebesar 2200 psi dan ditunggu selama 5 menit

Kuring dengan pemanasan air menggunakan kompor(suhu 250 C hingga 1000 C selama 15 menit

dilanjutkan pemanasan pada suhu 1000 C selama 45 menit)

Kuvet dibiarkan hingga mencapai suhu ruang

Penyelesaian akhir dengan menggunakan bur fraser dan kertas pasir( atlas no 600)

Sampel direndam dalam aquadest selama 48 jam dengan suhu 370 C menggunakan inkubator

Uji kekuatan impak (amslerotto Walpret Werke GMBH, Germany)

(71)

3.8 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan beberapa uji statistik, yaitu:

1. Analisis Univarian untuk mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi masing-masing kelompok.

2. Uji One way ANOVA untuk mengetahui pengaruh penambahan serat kaca dan serat poliester potongan kecil terhadap kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas.

(72)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Kekuatan Impak Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi

Panas Tanpa Penambahan Serat, dengan Penambahan Serat Kaca

1% Potongan Kecil 6 mm, Serat Kaca 3% Potongan Kecil 6 mm,

Serat Poliester 1% Potongan Kecil 6 mm dan Serat Poliester 3%

Potongan Kecil 6 mm

(73)

Tabel 1. Kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat, dengan penambahan serat kaca dan penambahan serat poliester (KJ/m2)

Keterangan : * = Nilai Terkecil ** = Nilai Terbesar

Rerata dan SD dari kekuatan impak resin akrilik tanpa penambahan serat (kelompok A) adalah 5,29 ± 0,62 KJ/m2. Rerata dan standar deviasi (SD) dari kekuatan impak resin akrilik dengan penambahan serat kaca 1% 6 mm (kelompok B) adalah 7,96 ± 0,71 KJ/m2. Rerata dan standar deviasi (SD) dari kekuatan impak resin akrilik dengan penambahan serat kaca 3% 6 mm (kelompok C) adalah 9,20 ± 1,78 KJ/m2. Rerata dan standar deviasi (SD) dari kekuatan impak resin akrilik dengan penambahan serat poliester 1% 6 mm (kelompok D) adalah 7,62 ± 0,75 KJ/m2. Rerata dan standar deviasi (SD) dari kekuatan impak resin akrilik dengan penambahan serat poliester 3% 6 mm (kelompok E) adalah 8,79 ± 2,07 KJ/m2. (Tabel 2)

Tabel 2. Rerata dan SD kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat, dengan penambahan serat kaca dan penambahan serat poliester (KJ/m2).

Gambar

Gambar Halaman
Gambar 1. Serat kaca bentuk batang
Gambar 2. Serat kaca bentuk anyaman
Gambar 3. Serat kaca bentuk potongan kecil
+7

Referensi

Dokumen terkait

ULP Polres Bangli Tahun Anggaran 2017, melaksanakan penjelasan dokumen pengadaan untuk pekerjaan Pemeliharaan Ranmor Roda 4 Polres Bangli TA. Pemberian Penjelasan secara

Tidak terdapat penyedia yang meminta penjelasan terhadap dokumen pengadaan paket pekerjaan Pemeliharaan Ranmor Roda 2 Polres Bangli dan telah di Upload ke situs

Aplikasi ini juga sebagai panduan dengan harapan pemakai dapat dengan mudah dan cepat mengetahui

[r]

Mengenal tata cara ibadah hají Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif Kegiatan Pembelajaran Indikator

[r]

[r]

Mengetahui Guru bidang studi FIQIH Kepala