• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Polri Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Labuhanbatu (Studi Kasus Polres Labuhanbatu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Polri Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Labuhanbatu (Studi Kasus Polres Labuhanbatu)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Atmasasmita, Romli, 2010, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Kencana Prenada Grub, Jakarta

Barda, Nawawi Arief, 1998, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung

Chazawi, Adam, 2002, Pengantar Hukum Pidana Bagian I, Grafindo, Jakarta

Dirjosisworo, Soedjono, 1984, Sosiolo Kriminologis, Sinar Baru, Bandung

Ediwarman, 2014, Penegakan Hukum Pidana dalam Perspektif Kriminologi, Genta Publishing, Yogyakarta

Hamzah, Andi, 2000, hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta

Hamidjojo, Martiman Prodjo, 1997, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

Harahap, M. Yahya, 2000, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Sinar Grafika, Jakarta

Kemal, Mohammad, 1994, Strategi Pencegahan Kejahatan, Citra Aditya Bhakti, Bandung

L.Sumiatri, 2000, Pembahasan Perkembangan Pembangunan Hukum Nasional tentang Hukum Acara Pidana, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta

Muladi, 1995, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Undip, Semarang

Poernomo, Bambang, 2005, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta

Prasetyo, Teguh, 2010, Kriminalisasi dalam Hukum Pidana, Nusa Media, Bandung

Sedarmayanti, 2001, Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sunaryo, Sidik, 2005, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, UMM Press, Malang

(2)

W.A. Bounger, 1981, Pengantar Tentang Psikologi Kriminal, Ghalia Indonesia Edisi Keempat, Jakarta

Wijayanto, Roni, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, CV. Mandar Maju, Bandung

PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 Tentang Kendaraan dan Pengemudi

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

INTERNET

(3)

BAB III

UPAYA DAN HAMBATAN PENYIDIK POLRI SEBAGAI

SUB SISTEM PERADILAN PIDANA DALAM

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA

PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR

DI KABUPATEN LABUHANBATU

A. Polri Sebagai Sub Sistem Peradilan Pidana

Proses penyelesaian perkara pidana berdasarkan hukum yang berlaku di

Indonesia saat ini dilakukan dalam suatu sistem peradilan pidana (Criminal

justice system). Sistem peradilan pidana atau criminal justice system kini

telah menjadi suatu istilah yang menunjukkan mekanisme kerja dalam

penanggulangan kejahatan dengan mempergunakan dasar pendekatan sistem.

Istilah criminal justice system menurut Ramington dan Ohlin sebagaimana

dikutip oleh Romli Atmasasmita adalah sebagai berikut:39

39Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, (Jakarta: Kencana Prenada

Grub, 2010), hal.2

Criminal justice system dapat diartikan sebagai pemakaian pendekatan sistem

terhadap mekanisme administrasi peradilan pidana, dan peradilan pidana

sebagai suatu sistem merupakan hasil interaksi antara peraturan

perundang-undangan, praktik administrasi dan sikap atau tingkah laku sosial. Pengertian

sistem itu sendiri mengandung implikasi suatu proses interaksiyang

dipersiapkan secara rasional dan dengan cara efisien untuk memberikan hasil

(4)

Menurut Muladi, sistem peradilan pidana sesuai dengan makna dan

ruang lingkup sistem dapat bersifat phisik dalam arti sinkronisasi structural

(structural synchronization) dalam arti keselarasan mekanisme administrasi

peradilan pidana, dapat pula bersifat substansial (substancial syncronization)

dalam kaitannya dengan hukum positif yang berlaku, dan dapat pula yang

bersifat kultural (cultural syncronization) dalam arti menghayati pandangan,

sikap, dan falsafah yang secara menyeluruh mendasari jalannya sistem

peradilan pidana.40

Sistem Peradilan Pidana yang Terpadu (SPPT) atau Integrated Criminal

Justice System (ICJS) merupakan unsur hukum pidana yang sangat penting

dalam kerangka penegakan hukum pidana materil. Philip. P. Purpura

menyatakan bahwa sistem peradilan pidana (criminal justice system)

merupakan suatu sistem yang terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan,

dan Lembaga Pemasyarakatan yang bertujuan untuk melindungi dan menjaga

ketertiban masyarakat, mengendalikan kejahatan, melakukan penangkapan,

dan penahanan terhadap pelaku kejahatan, memberikan batasan bersalah atau

tidaknya seseorang, memidana pelaku yang bersalah dan melalui komponen

sistem secara keseluruhan dapat member perlindungan hukum terhadap hak-hak

terdakwa.41

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara RI. Fungsi kepolisian merupakan salah satu fungsi

pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban

40Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, (Semarang: Undip, 1995), hal. 13. 41Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, (Malang, UMM Press, 2005),

(5)

masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan

kepada masyarakat. Kepolisian bertujuan untuk mewujudkan keamanan

dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban

masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,

pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta terbinanya ketentraman

masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Polri dikatakan

sebagai sub sistem peradilan pidana karena Polri merupakan instansi pertama

dan terdepan dalam menghadapi kejahatan dengan kewenangannya untuk

melakukan penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana. Penyelidikan

dan penyidikan memiliki perbedaan diantaranya yaitu:

1. Penyelidikan

KUHAP memberi defenisi penyelidikan sebagai “Penyelidikan

adalah serangkaian tindakan penyelidikan untuk mencari dan menemukan

suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat

atau tindakannya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur menurut

undang-undang ini”42

Penyelidik adalah orang yang melakukan “penyelidikan”.Penyelidikan

berarti serangkaian tindakan mencari dan menentukan sesuatu keadaan

atau peristiwa yang berhubungan dengan kejahatan dan pelanggaran tindak

pidana atau yang diduga sebagai perbuatan tindak pidana.Penyelidikan

merupakan tindakan tahap pertama permulaan penyidikan. Penyelidikan

merupakan salah satu cara atau metode atau sub dari pada fungsi

(6)

penyidikan yang mendahului tindalan lain yaitu penindakan yang berupa

penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat,

pemanggilan, tindakan pemeriksaan, dan penyerahan berkas perkara

kepada penuntut umum.43

4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Wewenang melakukan penyelidikan diatur dalam Pasal 1 Butir 4 :

Penyelidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang diberi

wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan.

Selanjutnya sesuai pasal 4, yang berwenang melaksanakan fungsi

penyelidikan adalah “setiap Pejabat Polisi Negara Republik

Indonesia”.Tegasnya penyelidik adalah setiap Pejabat Polri.Penyelidikan

:monopoli tunggal” Polri. Penyelidik adalah setiap pejabat Kepolisian

Negara Republik Indonesia, yang karena kewajibannya melakukan proses

penyidikan maka KUHAP memberikan wewenang sebagaimana yang

terdapat dalam pasal 5.

(1). Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 :

a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang :

1. Menerima laporan/pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak

pidana

2. Mencari keterangan dan alat bukti

3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta

meminta identitas diri

43M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, (Jakarta:

(7)

b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa :

1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan, dan

penyitaan.

2. Pemeriksaan dan Penyitaan surat

3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

4. Membawa dan menghadapkan seseorang kepada penyidik

(2). Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan

tindakan sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan huruf b

kepada penyidik.

2. Penyidikan

Penyidikan berasal dari kata sidik dan menurut kamus umum bahasa

Indonesia berarti penyelidikan jari untuk mengetahui dan membedakan

orang.44

44L. Sumartini, Pembahasan Perkembangan Pembangunan Hukum Nasional tentang Hukum acara Pidana, (Jakarta: Penerbit Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2000), hal 30

Pengertian penyidikan sebagaimana dalam ketentuan Pasal 1 butir 2 KUHAP menjelaskan bahwa: “Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir 2 KUHAP di atas, unsur-unsur yang

terkandung dalam pengertian penyidikan adalah:

a. Penyidikan merupakan serangkaian tindakan yang mengandung tindakan-tindakan yang antara satu dengan yang lain saling berhubungan;

b. Penyidikan dilakukan oleh pejabat publik yang disebut penyidik; c. Penyidikan dilakukan dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan. d. Tujuan penyidikan ialah mencari dan mengumpulkan bukti, yang

(8)

Berdasarkan keempat unsur tersebut dapat disimpulkan bahwa

sebelum dilakukan penyidikan, telah diketahui adanya tindak pidana tetapi

tindak pidana itu belum terang dan belum diketahui siapa yang

melakukannya. Adanya tindak pidana yang belum terang itu diketahui dari

penyelidikannya.

Ketentuan Pasal 7 KUHAP menjelaskan bahwa penyidik karena

kewajibannya memiliki kewenangan sebagai berikut:

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya

tindak pidana.

b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal

diri tersangka.

d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.

g. Memanggil orang untuk didengarkan dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi.

h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara.

i. Mengadakan penghentian penyidikan.

(9)

Demi terjaminnya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum, serta

terbinanya ketentuan yang mengandung kemampuan membina serta

mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal,

mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan

bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat, aparat

kepolisian diharapkan bersandar pada pedoman yang telah diatur dalam

Undang-Undang nomor 2 Tahun 2001 Tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

Pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menjalankan

tugas dan wewenangnya di atur dalam BAB III dalam Pasal 13, Pasal 14,

Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19 nomor 2 Tahun 2002

Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang tercantum sebagai

berikut:

Tugas dan wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia

menurut Pasal 13 adalah sebagai berikut :

Tugas pokok Kepolisian Negara RI adalah :

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat b. Menegakkan hukum dan

c.Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Dalam melaksanakan tugas pokoknya tersebut, Pasal 14 menyatakan,

kepolisian bertugas untuk:

1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patrol terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan. 2. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

(10)

3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.

4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.

5. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

6. koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

7. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

8. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian.

9. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

10.melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang.

11.Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian.

12.melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Selanjutnya Pasal 15 menjelaskan bahwa dalam menjalankan tugasnya

tersebutkepolisian berwenang untuk:

a. menerima laporan dan/atau pengaduan;

b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum;

c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalm lingkup kewenangan administratif kepolisian;

f. melaksakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;

g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i. mencari keterangan dan barang bukti;

j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

k. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;

(11)

Semua wewenang di atas masih ditambahkan beberapa wewenang lainnya,

antara lain:

a. memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya;

b. menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor; c. memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;

d. menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;

e. memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak dan senjata tajam;

f. memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan;

g. memberikan petunjuk, mendidik dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian; h. melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan

memberantas kejahatan internasional;

i. melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;

j. mewakili pemerintah RI dalam organisasi kepolisian internasional;

k. melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.

Pasal 16 mengatur mengenai wewenang kepolisian dalam proses pidana yaitu:

a. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledehan dan penyitaan; b. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian

perkara untuk kepentingan penyidikan;

c. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;

d. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;

e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. mengadakan penghentian penyidikan;

i. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

j. mengajukan permintaan secara langsung kepada imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;

k. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum;

(12)

Ketentuan terkait “tindakan lain” tersebut menyatakan:

a. tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;

b. selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut

dilakukan;

c. harus patut, masuk akal dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;

d. pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa;

e. menghormati hak asasi manusia.

Pasal 17 mengatur mengenai wewenang kepolisian sebagai berikut:

Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia menjalankan tugas dan

wewenangnya di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia khusunya di

daerah hukum pejabat yang bersangkutan ditugaskan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan

Pasal 18 memuat tentang tugas dan wewenang kepolisian sebagai berikut:

(1) Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peratutran perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 19 memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan serta menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.

(13)

Terkait dengan pejabat kepolisian, Pasal 18 menyatakan, untuk

kepentingan umum pejabat kepolisian negara RI dalam melaksanakan tugas

dan wewenangnya dapat bertindakmenurut penilaiannya sendiri (Ayat 1).

Pelaksanaan ayat ini hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu

dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta Kode Etik

Profesi Kepolisian negara RI (Ayat 2). Selanjutnya dikatakan dalam Pasal 19,

dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, pejabat kepolisian senantiasa

bertindak berdasarkan norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta

menjunjung tinggi hak asasi manusia (Ayat 1).

Bagi pejabat Kepolisian penguasaan Hukum Kepolisian merupakan

suatu keharusan bahkan kebutuhan. Polri memiliki Tri Brata sebagai

pedoman hidup dan landasan ideal filsafat, asas-asas Hukum Kepolisian

adalah :45

g. asas akuntabilitas 1. Asas hukum nasional

2. Asas Kodifikasi

3. Asas umum penyelenggaraan Negara

a. asas kepastian hukum

b. asas tertib penyelenggaraan Negara

c. asas kepentingan umum

d. asas keterbukaan

e. asas proporsionalitas

f. asas profesionalitas

(14)

Demi memelihara kehidupan bernegara dan bermasyarakat,

anggota Polisi dilarang, antara lain :46

1. Melakukan kegiatan politik praktis

2. Mengikuti aliran yang dapat menimbulkan perpecahan dan

mengancam kesatuan bangsa

3. Bekerjasama dengan orang lain untuk memperoleh keuntungan pribadi

atau golongan yang merugikan kepentingan Negara

4. Bertindak sebagai perantara penguasa atau golongan untuk

mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor polisi demi

kepentingan pribadi

5. Memiliki saham atau modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya

berada dalam lingkup kekuasaannya

6. Bertindak sebagai pelindung tempat perjudian, prostitusi, dan tempat

hiburan

7. Menjadi penagih piutang atau pelindung orang yang punya utang

8. Menjadi perantara atau makelar perkara

Demikianlah antara lain cakupan 3 macam tugas pokok dan fungsi

kepolisian RI yang dijabarkan lebih lanjut dalam 12 macam tugas dengan

dibekali sebanyak 36 wewenang dan asas-asas Hukum Kepolisian untuk

melaksanakan semua tugas tersebut. Wewenang sebanyak itu masih juga

diberi “kewenangan lain” (Pasal 15 Ayat 2 poin k) yang masih dalam lingkup

tugas kepolisian.

(15)

Sistem Peradilan Pidana merupakan terjemahan dari Criminal Juctice

System secara singkat dapat diartikan sebagai suatu sistem dalam masyarakat

untuk menanggulangi kejahatan agar hal tersebut masih berada dalam

batas-batas toleransi masyarakat. Gambaran ini hanyalah salah satu dari tujuan

sistem peradilan pidana yang secara universal, sehingga cakupan tugas sistem

peradilan pidana dapat dikatakan luas, yaitu :

a. mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan

b.menyelesaikan kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat menjadi puas

bahwa keadilan telah ditegakkan dan pelaku kejahatan dapat dipidana

c.berusaha agar mereka yang pernah melakukan kejahatan itu tidak

mengulangi perbuatannya lagi.

Sebagai suatu sistem, Sistem Peradilan Pidana mempunyai

komponen-komponen penyelenggara, antara lain Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan

Lembaga Pemasyarakatan yang kesemuanya akan saling terkait dan

diharapkan adanya suatu kerjasama yang terintegrasi. Jika terdapat

kelemahan pada salah satu sistem kerja komponennya, akan mempengaruhi

komponen lainnya dalam sistem terintegrasi itu.

Sistem Peradilan Pidana dapat dilihat dari berbagai perspektif, antara

lain polisi, jaksa, hakim, tersangka/terdakwa dan korban kejahatan. Di antara

perspektif tersebut, perspektif korban kejahatan akan membawa pada

kecerahan sekaligus sebagai penyempurna dari perspektif lainnya yang

(16)

harus melindungi semua orang dan keadilan (substansial) ditujukan kepada

orang yang terlanggar haknya dan orang yang disangka melanggar hukum

pidana harus diperlakukan secara adil (fair trial) atau keadilan prosedural.47

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan kejahatan

pencurian kendaraan bermotor yang terjadi di Kabupaten Labuhanbatu, maka

dibawah ini penulis akan meninjau data mengenai kejahatan pencurian

B. Data Kejahatan Delik Pencurian Kendaraan Bermotor

Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI), ditugaskan oleh

negaea sebagai penyidik tunggal terhadap setiap tindak pidana umum. Hal ini

dapat dilihat dalam KUHP Pasal 6 ayat (1) sub a bahwa penydik adalah

pejabat polisi Negara Republik Indonesia.

Pencurian kendaraan bermotor sebagai tindak pidana umum yang diatur

dalam KUHP dan merupakan wewenang kepolisian untuk mengadakan

penyidikan, sehingga di Kepolisian dapat diketahui tentang jumlah kejahatan

pencurian kendaraan bermotor .

Seperti halnya dengan daerah lain, di Sumatera Utara pada umumnya dan

di Kabupaten Labuhanbatu pada khususnya, tidak luput pula dari gangguan

keamanan dan ketertiban dalam bentuk kejahatan yang menjadi problematika

sosial khususnya kejahatan pencurian kendaraan bermotor. Hal ini telah

membawa dampak negatif dan merugikan penduduk atau masyarakat

Kabupaten Labuhanbatu sendiri.

47Teguh Prasetyo, Kriminalisasi dalam Hukum Pidana, (Bandung: Nusa Media, 2010),

(17)

kendaraan bermotor yang terjadi di Kabupaten Labuhanbatu dalam kurun

waktu 4 (empat) tahun terakhir, yaitu dari tahun 2010 sampai tahun 2014

(Januari-Maret).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis di kantor Polres

Labuhanbatu, bahwa jumlah kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor

yang dilakukan di Kabupaten Labuhanbatu dari tahun 2010 sampai tahun 2014

secara keseluruhan tercatat ada 920 kasus. Untuk lebih jelasnya penulis

memaparkan dalam bentuk table dibawah ini:

Tabel 3

Rekapitulasi Kasus Curanmor Sat Reskrim Polreslabuhanbatu Tahun 2010 s/d Tahun 2014 (Januari-Maret)

Sumber : Unit Ranmor Sat Reskrim Polres Labuhanbatu Tahun 2010 s/d 2014

KET :

JTP : Jumlah Tindak Pidana

JPTP : Jumlah Penyelesaian Tindak Pidana Persentase Penyelesaian Perkara

Berdasarkan data tersebut, jumlah kasus pencurian kendaraan bermotor di

Kabupaten Labuhanbatu yang dilaporkan dan kasus yang selesai, selama 4

tahun mengalami peningkatan akan tetapi justru pada tahun 2013 jumlah kasus

yang diselesaikan paling banyak. Apabila diuji maka dapat dijabarkan bahwa

pada tahun 2010 tercatat laporan sebanyak 126 kasus, dan selesai sebanyak 24

(18)

kasus atau hanya sekitar 19,04%. Pada tahun 2011 tercatat laporan sebanyak

139 kasus, dan yang selesai sebanyak 27 kasus atau hanya sekitar 19,41 %.

Pada tahun 2012 tercatat laporan sebanyak 283 kasus, dan selesai sebanyak 40

kasus atau hanya sekitar 14,13%. Pada tahun 2013 tercatat laporan sebanyak

318 kasus, dan selesai sebanyak 85 kasus atau hanya sekitar 26,72 %. Pada

tahun 2014 (Januari-Maret) tercatat laporan sebanyak 54 kasus, dan yang

selesai sebanyak 37 kasus atau hanya sekitar 68,51 %.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa grafik kinerja kepolisian tidak

stabil. Pada tahun 2010 dan tahun 2011 kinerja kepolisian tercatat meningkat

dari 19,04 % menjadi 19,42 %, dan pada tahun 2012 kinerja kepolisian

menurun hingga 14,13 % . Dan di tahun 2013 sampai tahun 2014 meningkat

kembali dari 26,74 % menjadi 68,51 %.

Menurut AKP Fahrizal, Sik ada beberapa kendala yang membuat beberapa

kasus pencurian kendaraan bermotor yang dilaporkan tidak dapat terselesaikan,

diantaranya:

a. Alat bukti tidak mencukupi

b. Tersangka tidak diketahui keberadaannya

c. Perkara tersebut dapat dibuktikan oleh penyidik

d. Perkara tahun sebelumnya masih berjalan dan belum selesai.48

Dapat disimpulkan bahwa pihak kepolisian belum maksimal dalam

menyelesaikan laporan masyarakat, padahal polisi sebagai salah satu

instrument pertama dalam mengungkap kasus-kasus pencurian kendaraan

(19)

bermotor sangat diharapkan dapat menjalankan atau melaksanakan tugas yang

diamanahkan guna lebih meminimalisir lagi tindakan pencurian kendaraan

bermotor di Kabupaten Labuhanbatu.

Berbicara masalah efektifitas kerja Polisi, terdapat penilaian-penilaian

yang menyangkut tiga aspek pokok yaitu Sifat dan luas kejahatan, lingkungan

tempat polisi beroperasi dan faktor-faktor intern Kepolisian49

Upaya penanggulangan pihak Polres Labuhanbatu dianggap belum

maksimal, karena dalam hasil operasi terakhir ranmor Polres Labuhanbatu

selama tahun 2010 sampai tahun 2014 (Januari sampai Maret) hanya berhasil

mengungkap beberapa kasus target operasi atau TO ranmor. Kasus-kasus

tersebut merupakan target utama karena pelakunya merupakan residivis yang

professional dan sulit untuk ditangkap. Para pelaku juga merupakan

orang-orang yang sudah menjadi target operasi atau TO pihak Polres Labuhanbatu.

Dalam pelimpahan kasus ke kejaksaan, pihak Polres Labuhanbatu hanya

melimpahkan beberapa saja berkas kasus kejahatan pencurian kendaraan

bermotor karena barang bukti hasil kejahatan curanmor belum ditemukan. .

Pada tabel pencurian kendaraan bermotor dari tahun 2010 sampai 2014, dapat

diketahui bahwa angka laju pencurian kendaraan bermotor selalu meningkat

dari tahun ke tahun.

C. Upaya Penanggulangan Kejahatan Pencurian Kendaraan Bermotor

50

49Soerjono Soekamto, Op.cit. hal57.

(20)

Penanggulangan kejahatan tidak dapat diselesaikan hanya dengan

penerapan hukum pidana, karena hukum pidana memiliki

keterbatasan.Terdapat dua sisi keterbatasan hukum pidana dalam

penanggulangan kejahatan.51

Pihak Polres Labuhanbatu mengatakan bahwa disamping melakukan

upaya pencegahan dalam bentuk pengamanan awal untuk mengantisipasi

terjadinya kasus kejahatan curanmor pihak Polres Labuhanbatu melakukan

upaya penanggulangan kejahatan ranmor. Upaya yang dilakukan yaitu : 1. Dari sisi hakikat terjadinya kejahatan. Kejahatan sebagai suatu masalah yang

berdimensi sosial dan kemanusiaan disebabkan faktor yang kompleks dan

berada di luar jangauan hukum pidana. Jadi, hukum pidana tidak akan mampu

melihat secara mendalam akar persoalan kejahatan jka tidak dibantu oleh

disiplin ilmu lain. Oleh karena itu, hukum pidana harus terpadu dengan

pendekatan sosial.

2. Dari hakikat berfungsinya hukum pidana itu sendiri. Penegakan hukum pidana

pada hakikatnya hanya obat sesuai dengan penanggulangan gejala semata

(kurieren am symptom) dan bukan alat penyesuaian yang tuntas dengan

menghilangkan sumber penyakitnya. Hukum pidana dianggap berfungsi

setelah kejahatan terjadi sehingga hukum pidana tidak mempunyai efek

pencegahan sebelum terjadinya kejahatan terjadi.

(21)

1. Upaya Penal

Kebijakan untuk menggunakan sarana-sarana penal di dalam

menanggulangi tindak pidana pencurian dalam menggunakan sarana penal

yang pada dasarnya lebih menitik beratkan pada tindakan

represif.Usaha/upaya represif dilakukan setelah terjadinya peristiwa pidana

dengan menjatuhkan hukuman yang berat bagi si pelaku atau dengan

mengasingkan di suatu tempat.Tahap ini diterapkan kepada mereka yang

telah melakukan kejahatan walaupun mereka masih tergolong anak-anak

kepada mereka yang telah melakukan kejahatan ditindak, kemudian diproses

dan dilanjutkan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.52

Dalam upaya pencegahan represif tindak pidana pencurian di

Kabupaten Labuhanbatu, maka upaya penal yang dilakukan pihak Kepolisian

Polres Labuhanbatu berdasarkan wawancara adalah :53

a. Melakukan penyelidikan terhadap pelaku tindakn pidana pencurian.

b. Melakukan penyidikan terhadap si pelaku.

c. Melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap suatu tindak pidana

khususnya tindak pidana pencurian kendaraan bermotor.

d. Melakukan penyidikan dan mengharapkan memvonis pelaku semaksimal

mungkin sesuai dengan prosedur yang ada agar efek jera serta diberikan

pembenahan mental agar si pelaku sadar.

52Ediwarman, Penegakan hukum pidana dalam perspektif kriminologi, (Yogyakarta:

Genta Publishing, 2014), hal 28

(22)

2. Upaya Non Penal

Pada dasarnya non-penal policy lebih menitik beratkan pada tindakan

preventif yaitu untuk mencegah jauh sebelum terjadi kejahatan.Oleh karena

itu, upaya preventif adalah usaha yang baik untuk menanggulangi kejahatan

maka perlu adanya kerja sama yang baik dari aparat pemerintah, penegak

hukum, dan masyarakat dalam mencegah terjadinya kejahatan.

Upaya preventif yang dapat dilakukan oleh pihak Kepolisian Polres

Labuhanbatu adalah sebagai berikut :

1. Upaya Pencegahan kejahatan

Preventif disini dimaksudkan sebagai suatu usaha pencegahan tindak

pidana pencurian di Kabupaten Labuhanbatu sebelum tindak pidana

pencurian terjadi. Upaya ini antara lain dapat dilakukan dengan :54

Menurut AKP. Fahrizal, Sik yang menjabat sebagai Kasat Reserse

Kriminal Polres Labuhanbatu (wawancara tanggal 28 April 2014) bahwa

para anggota kepolisian yang tergabung dalam divisi Lalu Lintas (Lantas)

senantiasa melakukan patroli berkeliling yang dilaksanakan oleh Polres dan

berkoordinasi dengan setiap Polsek di seluruh Labuhanbatu, yang dilakukan

terutama di tempat-tempat yang rawan terjadi kejahatan pencurian

kendaraan bermotor. Salah satu tempat yang paling rawan terjadi pencurian

kendaraan bermotor adalah di tempat parkir, pertokoan, kantor, pasar, di

halaman rumah maupun di tempat ibadah, di daerah tersebut kerapkali

terjadi delik pencurian kendaraan bermotor.

a. Melakukan Patroli

55

(23)

Menurut penulis, kegiatan rutin patroli merupakan salah satu alat

preventif (pencegahan) untuk mengawasi dan menjaga daerah Kabupaten

Labuhanbatu dari berbagai macam bentuk kejahatan di jalanan serta efektif

dalam membatasi ruang gerak para pelaku-pelaku potensial.

b. Operasi Penertiban Kelengkapan Kendaraan Bermotor (Sweeping)

Operasi Penertiban Kelengkapan Kendaraan Bermotor atau biasa

disebut sweeping juga merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan

oleh Kepolisian Republik Indonesia. Di seluruh wilayah Indonesia, operasi

ini terus dilakukan demi mencegah dan menertibkan

pelanggaran-pelanggaran lalu lintas. Operasi ini juga bertujuan untuk mengamankan

kendaraan-kendaraan bermotor yang tidak memiliki kelengkapan surat-surat

yang dicurigai sebagai kendaraan bermotor hasil curian. Melakukan

operasi-operasi yang secara kontinyu terus dilakukan dengan menggunakan

kepolisian secara lengkap diantaranya Samapta, Intelijen, Bimas, dan

Reserse. Operasi-operasi tersebut dilakukan diberbagai tempat dan waktu

yang berbeda sehingga tujuan dari diadakannya operasi tersebut banyak

pelaku kejahatan yang tertangkap.

c. Membuat Spanduk

Dari hasil wawancara adapun upaya-upaya pencegahan yang

dilakukan oleh Polres Labuhanbatu adalah dengan seringnya mereka

membuat spanduk- spanduk yang berisi himbauan terhadap masyarakat agar

selalu ingat akan keamanan diri, harta benda yang dimiliki. Himbauan

tersebut banyak pula dipasang di sudut-sudut jalan sehingga mudah untuk

dibaca masyarakat sehingga mereka mudah dan selalu mengingatnya.56

(24)

d. Mengadakan Penyuluhan

Pihak Polres juga sering mengadakan penyuluhan kepada masyarakat

yang isi dari penyuluhan tersebut adalah memberikan arti penting menjaga

keamanan lingkungan mereka sendiri dan juga dengan cara pemulisian sipil

supaya masyarakat menjadi polisi terhadap dirinya sendiri, dengan hal

semacam itu maka setiap kejahatan yang akan terjadi mudah terdeteksi oleh

masyarakat secara dini, karena bagaimanapun personel Polri sangat terbatas

jika dibandingkan dengan masyarakat yang ada diwilayah Kabupaten

Labuhanbatu sehingga akan lebih efektif jika pengawasan juga dilakukan

oleh masyarakat secara aktif. 57

Labuhanbatu pendirian pos tersebut dengan tujuan untuk lebih memudahkan

koordinasi dan juga memudahkan pemantauan keamanan diwilayah-wilayah

yang disinyalir cukup rawan terhadap kejahatan. Dengan adanya pos

tersebut bisa dengan cepat dilakukan penangkapan terhadap seseorang yang

diduga melakukan tindak pidana.

e. Melakukan Pendataan

Polri juga melakukan pendataan terhadap residifis-residifis yang

baru keluar dari lembaga pemasyarakatan dimana pendataan itu berguna

apabila seorang residifis yang melakukan kejahatan lebih mudah di

identifikasi dan segera dilakukan penangkapan.

f. Membentuk pos koordinasi antar Polsek

Pihak Polres Labuhanbatu juga membentuk pos koordinasi antar

Polsek, khususnya polsek-polsek yang berada diwilayah Kabupaten

58

(25)

g. Mengembangkan Penyidikan melalui Keterangan-keterangan Pelaku Delik Pencurian Kendaraan Bermotor

Biasanya para pelaku delik pencurian kendaraan bermotor memiliki

suatu jaringan dan kelompok yang terorganisir yang dinamakan dengan

sindikat. Kriminalitas yang tergabung dalam sindikat ini biasanya beraksi

secara teratur, rapi, dan bergerombol yang terkadang melalui instruksi

pimpinan sindikat atau yang paling dituakan/dihormati dalam sindikat

tersebut. Sindikat inilah yang berusaha diungkap keberadaannya oleh para

petugas intelijen kepolisian dengan berusaha mengumpulkan informasi

sebanyak-banyaknya.

Salah satu informasi yang paling berguna adalah dengan menggali

informasi dari anggota-anggota sindikat yang tertangkap. Keterangan atau

informasi inilah yang dijadikan acuan dalam pergerakan kepolisian untuk

mengetahui nama-nama anggota sindikat, menemukan lokasi persembunyian

anggota-anggota sindikat tersebut. Teknik ini memang merupakan salah satu

strategi yang efektif dalam membrantas kejahatan. Namun, penggunaan

teknik ini setidaknya harus memperhatikan hak-hak tersangka atau terpidana

karena pengambilan keterangan dan informasi sangat rawan dengan

tindakan kekerasan fisik oleh penyidik.

D. Hambatan Yang dihadapi Polres Labuhanbatu Untuk Menanggulangi Pencurian Kendaraan Bermotor

Tindakan atau perilaku masyarakat yang dianggap kurang mendukung

upaya penanggulangan pencurian kendaraan bermotor adalah berasal dari

(26)

keamanan kendaraan bermotor miliknya sendiri.Kurangnya sistem keamanan

di setiap gedung-gedung, pasar-pasar, pusat keramaian dan tempat ibadah

yang menjadi pusat berkumpulnya kendaraan bermotor yang diparkir yang

kurang memadai dan mengandalkan seorang tukang parkir yang kurang

membantu keamanan masyarakat.Selain hal tersebut adanya faktor kurangnya

fasilitas pendukung keamanan seperti kamera CCTV di pusat perbelanjaan

atau pusat keramaian yang belum memadai juga ikut menjadi kendala pihak

kepolisian dalam mengungkap pelaku kejahatan pencurian kendaraan

bermotor.Selain itu biaya operasional yang terbatas dalam memburu pelaku

kejahatan pencurian kendaraan bermotor ikut andil dalam menghambat upaya

penanggulangan pencurian kendaraan bermotor.59

59Hasil Wawancara dengan AKP Fahrizal, Op. Cit

Hambatan diatas akan bermuara kembali pada tanggung jawab pihak

kepolisian dan masyarakat. Karena penanggulangan pencurian kendaraan

bermotor terletak pada pembinaan pelakunya dan sikap kewaspadaan yang

dipunyai masyarakat dalam mengawasi barang kepunyaannya.Kejahatan

pencurian kendaraan bermotor sebagai suatu siklus yang harus diputus oleh

polisi secara represif oleh masyarakat, polisi, kejaksaan, lembaga pengadilan

dan lembaga pemasyarakatan yang saling memiliki keterkaitan.Semua entitas

tersebut harus berjalan beriringan untuk melakukan upaya preventif dalam

mencegah pencurian kendaraan bermotor khususnya di wilayah Kabupaten

(27)

Hambatan yang lain terjadi dikarenakan setiap terjadi pencurian

kendaraan bermotor masyarakat lambat atau tidak segera melaporkan kepada

kepolisian setempat, selain itu dengan adanya laporan dari masyarakat

tersebut dan setelah dilakukan identifikasi secara mendalam ternyata tidak

ditemukan rangkaian yang nyata dari perbuatan pencurian kendaraan bermotor,

sehingga menyulitkan pihak serse untuk mengidentifikasi lebih lanjut.

Juga terjadi bahwa laporan yang masuk tersebut setelah dilakukan

penelitian lebih lanjut didapati kurangnya bukti baik berupa saksi atau bukti

lainnya.Kurangnya alat bukti tersebut dikarenakan lambatnya masyarakat

untuk segera melaporkan kejahatan sehingga kebanyakan TKP

(TempatKejadian Perkara) rusak, dengan rusaknya TKP mengakibatkan sulit

untuk menginfentariskan sidik jari maupun alat bukti lainnya.

Selain itu yang menjadi penyebab hambatan atau kendala yang dihadapi

Polres Labuhanbatu untuk menanggulangi pencurian kendaraan bermotor

adalah wilayah didaerah Kabupaten Labuhanbatu cukup luas, luasnya daerah

wilayah Kabupaten Labuhanbatu tidak didukung oleh pihak keamanan yang

memadai. Dengan luasnya wilayah Kabupaten jumlah pihak kepolisian

dengan masyarakat tidak seimbang sehingga sulit sekali melakukan kontrol

terhadap masyarakat yang akan melakukan tindak pidana dan juga medan

antara Polsek satu dengan Polsek yang lainnya saling berjauhan sehingga sulit

untuk memberantas pencurian kendaraan bermotor. Beberapa kendala

tersebut juga sering dihadapi dalam menyelesaikan kejahatan-kejahatan

lainnya.60

(28)

Melalui tabel pencurian kendaraan bermotor dari tahun 2010 sampai

2014 (Januari-Maret), dapat diketahui bahwa angka pencurian kendaraan

bermotor tetap terus meningkat dari tahun ke tahun, walaupun kegiatan

operasi penanggulangan pencurian kendaraan bermotor telah dilaksanakan.

Hambatan lain dihubungkan dengan peranan Polri dalam menjalankan

wewenangnya sebagai penyidik yaitu perilaku polisi dan kebudayaan yang

tumbuh di tengah masyarakat memandang terhadap Polisi. Terlepas dari

peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara kita, mandat (tugas)

yang dibebankan kepada polisi sejak kelahirannya adalah menegangkan

hukum dan memelihara keamanan dan ketertiban.Dilain pihak, polisi selaku

penyidik tidak mungkin berhasil menjalankan tugasnya tanpa adanya

(29)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Pembahasan diatas, penulis menark kesimpulan sebagai

berikut:

1. Faktor-faktor yang meyebabkan pencurian kendaraan bermotor

a. Adanya tekanan ekonomi yaitu keadaan ekonomi dari pelaku tindak

pidana pencurilah yang kerap kali muncul melatarbelakangi seseorang

melakukan tindak pidana pencurian, para pelaku yang tidak mempunyai

pekerjaan yang tetap, karena desakan ekonomi yang menghimpit, yaitu

harus memenuhi kebutuhan keluarganya.

b. Rendahnya pendidikan yaitu menjadikan seseorang mudah untuk berlaku

jahat, hal ini bisa dipahami karena seseorang yang berpendidikan rendah

pastikan banyak mengalami kesulitan hidup bermasyarakat. Kesulitan

tersebut terkait dengan kesempatan untuk meraih kesejahteraan hidup,

dimana selalu identik dengan kesempatan kerja yang mampu diraih

seseorang. Semakin tinggi pekerjaan seseorang maka tingkat penghasilan

dalam mencapai kesejahteraan akan semakin tercapai. Hal ini akan

berbeda jauh jika seseorang berpendidikan rendah mencapai kesejahteraan

(30)

c. Kurang sadarnya masyarakat untuk menjaga lingkungannya sendiri karena

baik buruknya tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan

dimana orang tersebut berada, pada pergaulan yang diikuti dengan

peniruan suatu lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian

dan tingkah laku seseorang. Lingkungan yang dimaksud adalah keluarga

dan lingkungan masyarakat itu sendiri.

d. Lemahnya penegak hukum, karena pihak penegakan hukum terkadang

menyimpang dari nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat,

sehingga ada pelaku kejahatan pencurian yang mendapat hukuman yang

terlalu ringan dan akhirnya begitu keluar dari lembaga pemasyarakatan

maka pelaku mengulangi perbuatan tersebut.

2. A. Upaya penanggulangan yang dilakukan oleh Polres Labuhanbatu terhadap

penanggulangan pencurian kendaraan bermotor.

a. Upaya preventif

1). Mengadakan patroli didaerah rawan pencurian kendaraan bermotor.

2). Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat dan pemulisian sipil

supaya masyarakat menjadi polisi terhadap dirinya sendiri.

3). Membuat spanduk-spanduk yang berisi himbauan terhadap

masyarakat agar selalu ingat akan keamanan diri dan harta benda

yang dimiliki.

4). Membentuk pos koordinasi antar Polsek dengan tujuan untuk lebih

memudahkan koordinasi dan juga memudahkan pemantauan

keamanan diwilayah-wilayah yang disinyalir cukup rawan terhadap

kejahatan.

(31)

1). Melakukan operasi-operasi yang secara kontinyu terus dilakukan.

2). Mengadakan operasi (Sweeping) dan penegakan hukum terhadap

penadah-penadah dari hasil kejahatan.

3). Melakukan pendataan terhadap residivis-residivis yang baru keluar

dari lembaga pemasyarakatan.

4). Mengembangkan penyidikan melalui keterangan pelaku delik

pencurian kendaraan bermotor.

2. B. Kendala yang dihadapi Polres Labuhanbatu untuk menanggulangi pencurian

kendaraan bermotor.

a. Kurangnya sistem keamanan di setiap gedung-gedung, pasar-pasar,

pusat keramaian dan tempat ibadah yang menjadi pusat berkumpulnya

kendaraan bermotor.

b. Kurangnya fasilitas pendukung keamanan seperti kamera CCTV di

pusat perbelanjaan atau pusat keramaian yang belum memadai.

c. biaya operasional yang terbatas dalam memburu pelaku kejahatan

pencurian kendaraan bermotor.

d. Pada umumnya setiap terjadi pencurian kendaraan bermotor masyarakat

lambat atau tidag segera laporkan kepada polisi setempat.

e. Mengingat kurang cepatnya laporan, sehingga kebanyakan tempat

kejadian perkara (TKP) rusak sehingga menyulitkan tim TKP untuk

menginventarisasi sidik jari latar maupun alat bukti langsung.

f. Luasnya daerah wilayah Kabupaten Labuhanbatu tidak didukung oleh

(32)

g. Dan juga medan antar Polsek satu dengan Polsek yang lainnya saling

berjauhan sehingga sulit untuk memberantas pencurian kendaraan

bermotor.

B. Saran

1. Pihak Kepolisian

a. Peran kepolisian sebagai mitra masyarakat dalam konteks pencegahan dan

pemberantasan masyarakat harus senantiasa ditingkatkan dengan

program-program yang langsung terjun ke dalam masyarakat.

b. Agar dilakukan operasi secara mendalam terhadap daerah-daerah rawan

kejahatan.

c. Penambahan personil maupun pos pemantauan didaerah-daerah rawan

kejahatan.

d. Benar-benar melakukan tindakan yang tegas terhadap pelaku yang diduga

melakukan kejahatan, khususnya pencurian kendaraan bermotor.

2. Masyarakat

a. Diharapkan kesadaran dan kerjasama yang baik pada waktu terjadi tindak

pidana agar segera melapor.

b. Agar masyarakat turut membantu dan bekerja sama dengan pihak

(33)

BAB II

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA

PENCURIANKENDARAAN BERMOTOR

DI KABUPATEN LABUHANBATU

A. Faktor Internal

Disini sebab-sebab kejahatan dicari pada diri pelaku, mengapa sampai

melakukan kejahatan. Menuru Lombroso, kejahatan merupakan bakat

manusia yang dibawa sejak lahir. Berdasarkan pendapat ini, bahwa

sifat-sifat jahat seseorang dapat diturunkan sehingga kejahatan tersebut melekat

pada diri seseorang karena adanya proses pewarisan, sehingga mereka

sering melakukan kejahatan yang tidak berperikemanusiaan. Ajaran

Lombroso tersebut telah tidak berlaku, hal ini disebabkan karena tidak

semua penjahat berasal dari penjahat sebelumnya, juga diketahui bahwa

kejahatan bukanlah karena keturunan.27

Penyebab lain dari faktor internal adalah pendidikan seseorang.

Pendidikan bagi manusia adalah perlu walaupun sangat sederhana. Dengan

adanya pendidikan menjadikan manusia dapat memahami diri serta potensi

yang dimiliki juga dapat memahami orang lain. Pada tingkatan yang lain

pendidikan memberikan pembaharuan bagi manusia karena mampu

memberikan pengertian-pengertian inovatif bagi manusia untuk mencapai

kesejahteraan. Dari sini pendidikan mampu mempengaruhi manusia secara

utuh. Rendahnya pendidikan seseorang akan menjadikan seseorang mudah

untuk berlaku jahat.

27W.A. Bounger, Pengantar tentang Psikologi Kriminal, (Jakarta: Ghalia-Indonesia, Edisi

(34)

Hal ini bisa dipahami karena seseorang yang berpendidikan rendah

pastikan banyak mengalami kesulitan hidup bermasyarakat. Kesulitan

tersebut terkait dengan kesempatan untuk meraih kesejahteraan hidup,

dimana selalu identik dengan kesempatan kerja yang mampu diraih

seseorang. Semakin tinggi pekerjaan seseorang maka tingkat penghasilan

dalam mencapai kesejahteraan akan semakin tercapai. Hal ini akan berbeda

jika seseorang yang berpendidikan rendah mencapai kesejahteraan yang

diimpikannya. Mereka akan mengalami kesulitan berkait dengan

pendidikannya seperti ditolak dalam suatu pekerjaan tertentu atau kalaupun

diterima sering mendapat posisi pinggiran yang sering posisinya selalu

terancam kena PHK.

Kondisi-kondisi masyarakat yang terpinggirkan dan terancam PHK

seringkali menjadikan seseorang merasa cepat putus asa, dan buah dari

putus asa adalah mencari jalan pintas dalam mencapai tujuan. Hal ini

menjadikan orang yang berpendidikan rendah tergelincir dalam perbuatan

pidana karena putus asa. Satu hal yang sangat ironis adalah mereka mudah

tergelincir dalam perbuatan pidana yang bersifat konvensional atau

tradisional seperti, pembunuhan, pencurian dan lain-lain.

Demikian pula dengan pencurian kendaraan bermotor, maka dari

hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak serse Polres Labuhanbatu

didapat pemahaman, bahwa lebih banyak pelaku pencurian khususnya

pencurian kendaraan bermotor yang dari latar belakang pendidikannya dapat

(35)

menjadikan mereka semakin sulit untuk meraih apa yang dicita-citakan,

yang berakibat mereka lebih mudah untuk putus asa dan sering menjadi buta

dan melakukan suatu kejahatan khususnya pencurian kendaraan bermotor.28 Dengan rendahnya pendiddikan tersebut mereka akan mengalami

kesulitan berkait dengan pendidikannya seperti ditolak dalam suatu

pekerjaan tertentu atau kalaupun diterima sering mendapat posisi pinggiran

yang sering posisinya selalu terancam kena PHK. Dengan adanya PHK

tersebut maka timbullah pengangguran.

Orang yang tidak mempunyai mata pencaharian atau biasa disebut

dengan istilah pengangguran seringkali menjadikan seseorang merasa cepat

putus asa, dan buah dari putus asa adalah mencari jalan pintas dalam

mencapai tujuan. Hal tersebut dapat menjadikan seorang pengangguran

dapat lebih mudah untuk melakukan suatu kejahatan. Demikian dengan

pencurian kendaraan bermotor AKP Fahrizal Sik berpandapat bahwa salah

satu penyebab kejahatan tersebut adalah banyaknya pengangguran.

28 Hasil Wawancara dengan AKP Fahrizal, Kasat Reskrim, Senin 28 April 2014, Polres

(36)

Tabel 1

Faktor Pendidikan sebagai penyebab terjadinya pencurian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2010 s/d 2014 (Januari-Maret)

No Tingkat Pendidikan Persentase

1 Sekolah Dasar 36, 61 %

2 Sekolah Menengah Pertama 20, 18 %

3 Sekolah Menengah Atas 15, 96 %

4 Perguruan Tinggi 2, 34 %

5 Tidak bersekolah 24, 88 %

Sumber : Unit Ranmor Sat Reskrim Polres Labuhanbatu Tahun 2010 s/d 2014

B. Faktor Eksternal

Selain beberapa faktor internal yang mempengaruhi maraknya

aksi-aksi pencurian kendaraan bermotor tersebut yang lebih mencari pada

penyebab pada diri pelaku maka dapat pula dijelaskan beberapa faktor lain

yang mempengaruhi maraknya aksi pencurian kendaraan bermotor tersebut.

Faktor ini lebih dititik beratkan pada situasi masyarakat yang terjadi

akhir-akhir ini. Faktor ini menjadi sangat berpengaruh ketika kondisi

masyarakat secara umum semakin sulit dan keputusan dirasakan oleh

banyak pihak. Beberapa faktor tersebut adalah :

1. Faktor Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu hal yang penting di dalam kehidupan

manusia, maka keadaan ekonomi dari pelaku tindak pidana pencurilah

(37)

pidana pencurian. Para pelaku sering kali tidak mempunyai pekerjaan yang

tetap, atau bahkan tidak punya pekerjaan. Karena desakan ekonomi yang

menghimpit, yaitu harus memenuhi kebutuhan keluarga, membeli sandang

maupun pangan, atau ada sanak keluarganya yang sedang sakit, maka

seseorang dapat berbuat nekat dengan melakukan tindak pidana pencurian.

Rasa cinta seseorang terhadap keluarganya yang menyebabkan ia

sering lupa diri dan akan melakukan apa saja demi kebahagiaan

keluarganya. Terlebih lagi apabila faktor pendorong tersebut diliputi rasa

gelisah, kekhawatiran, dan lain sebagainya, disebabkan orang tua (pada

umumnya ibu yang sudah janda), atau isteri atau anak maupun

anak-anaknya, dalam keadaan sakit keras memerlukan obat sedangkan uang

sulit didapat. Oleh karena itu, maka seseorang pelaku dapat termotifasi

untuk melakukan pencurian. Faktor ini penulis kemukakan karena sesuai

dengan hasil wawancara penulis terhadap beberapa narapidana kasus

pencurian kendaraan bermotor di Polres Labuhanbatu, perhitungan

pendapatan pelaku curanmor penulis ukur dengan jumlah pendapatan dari

3 narapidana yang telah diwawancarai, dimana tingkat pendapatan rendah

yaitu Rp. 200.000/bulan sedangkan tingkat pendapatan tinggi adalah Rp.

450.000/bulan. Data tersebut mrnunjukkan bahwa para pelaku

berpenghasilan rendah, ini jelas menunjukkan bahwa faktor ekonomi

sangat berpengaruh terhadap pencurian kendaraan bermotor. 29

29Hasil Wawancara dengan Suryono, Ridwan, Amrul, Narapidana Polres Labuhanbatu,

(38)

Hal ini berkaitan dengan faktor pekerjaan, yang menunjukkan bahwa

pencurian kendaraan bermotor tiap tahunnya disebabkan oleh perkembangan

peningkatan ekonomi dan kurangnya lapangan kerja yang tersedia di

masyarakat maupun lapangan kerja yang diciptakan oleh pemerintah. Dapat

dibuktikan dengan melihat data para pelaku pencurian kendaraan bermotor

kebanyakan tidak mempunyai pekerjaan tetap sehingga penghasilannya

tidak menentu, berbanding terbalik dengan tingkat kebutuhan hidup yang

semakin hari semakin tinggi. Belum lagi dengan mereka yang telah

berkeluarga, tekanan-tekanan akan selalu timbul dalam keluarganya,

sehingga terpaksa melakukan perbuatan yang tidak dibenarkan untuk

menghidupi keluarganya.

Contoh kasus yang dapat penulis paparkan dari hasil wawancara

dengan seorang narapidana di Polres Labuhanbatu30

Adapun Ridwan (35 tahun) swasta, ia hanya lulusan SD. Karena tidak

mampu membiayai istri dan anaknya ia terpaksa melakukan pencurian yang bernama Suryono

(38 tahun) yang dulunya bertani di lading milik orang lain yang juga

seorang residivis pencurian kendaraan bermotor mengaku mencuri

kendaraan bermotor dengan niat untuk dijual dan uangnya untuk membiayai

keluarganya. Ia sempat mengalami frustasi akibat tidak ada satupun tempat

yang didatanginya mau mempekerjakannya, oleh karena itu ia nekat seorang

diri untuk mencuri motor. Suryono ditangkap saat lari membawa motor

seorang warga di jalan Imam Bonjol Rantauprapat.

(39)

motor, dan Amrul (19 tahun) ia hanya lulusan SD, berusaha mencari

pekerjaan tetapi tidak berhasil menemukan pekerjaan, ia terpaksa

melakukan pencurian sepeda motor di salah satu pusat pertokoan.31

Tabel 2

Faktor Ekonomi Sebagai Penyebab Terjadinya Pencurian KendaraanBermotor di Kabupaten Labuhanbatu tahun 2010 s/d 2014 (Januari-Maret)

Sumber : Unit Ranmor Sat Reskrim Polres Labuhanbatu Tahun 2010 s/d 2014

2. Faktor Lingkungan

Baik buruknya tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh

lingkungan dimana orang tersebut berada, pada pergaulan yang diikuti

dengan peniruan suatu lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap

kepribadian dan tingkah laku seseorang. Lingkungan yang dimaksud adalah

keluarga dan lingkungan masyarakat itu sendiri.

Pergaulan teman-teman dan tetangga merupakan salah satu penyebab

terjadinya pencurian kendaraan bermotor. Hal itu menunjukkan bahwa

31Hasil Wawancara dengan Suryono, Ridwan, Amrul, Op.cit

No Pekerjaan Persentase

1 Tuna Karya 28,16 %

2 Serabutan 23,47 %

3 Pedagang Kaki Lima 18,77 %

4 Supir 14,08 %

(40)

dalam memilih teman harus memperhatikan sifat, watak, serta kepribadian

seseorang. Baik buruknya tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh

lingkungan pergaulan, apabila bergaul dengan orang baik maka perbuatan

mereka pasti baik pula dan apabila bergaul dengan orang yang suka

melakukan perbuatan buruk maka besar kemungkinan akan

dipengaruhinya.32

3. Faktor Lemahnya Penegakan Hukum

Pihak penegak hukum kadang-kadang menyimpang dari nilai-nilai

hukum yang hidup dalam masyarakat, sehingga ada pelaku kejahatan

pencurian kendaraan bermotor yang mendapat hukuman yang terlalu ringan.

Dan akhirnya begitu keluar dari lembaga pemasyarakatan maka pelaku

mengulangi perbuatan tersebut. Sekail lagi penulis mengemukakan bahwa

dalam hal ini, masalah keterampilan dan kesadaran yang tidak dimiliki

sehingga menyebabkan kejahatan pencurian itu dianggap sebagai pekerjaan

utama untuk menghidupi keluarganya.

C. Unsur-unsur Tindak Pidana Pencurian

Pencurian menurut Pasal 362 KUHP yaitu : “Barang siapa mengambil

barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan

maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian,

dengan pidana penjara paling lama lima tahun, atau pidana denda paling

banyak sembilan ratus rupiah”.

(41)

Jenis-jenis pencurian yang diatur Pasal 362 KUHP sampai Pasal 367 KUHP

dikenal beberapa jenis yaitu :

1. Pencurian biasa, diatur dalam pasal 362 KUHP

2. Pencurian dengan pemberatan diatur dalam Pasal 363 KUHP

3. Pencurian ringan diatur dalam Pasal 364 KUHP

4. Pencurian dengan kekerasan diatur dalam Pasal 365 KUHP

5. Pencurian dalam keluarga diatur dalam Pasal 367 KUHP

Berikut diuraikan mengenai unsure-unsur pencurian Pasal 362 sampai

dengan Pasal 367 KUHP:

a. Pasal 362 KUHP (pencurian biasa)

Pasal 362 KUHP berbunyi :”Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang

seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk

dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana

penjara paling lama lima tahun, atau pidana denda paling banyak sembilan

ratus rupiah”.

Pencurian menurut penjelasan Pasal 362 Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :33

33 R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Bogor: Politeia,1988), Hal 249

1). Perbuatan mengambil, yaitu mengambil untuk dikuasai.

Mengambil=mengambil untuk dikuasai, maksudnya waktu pencuri

mengambil barang itu, barang tersebut belum ada dalam kekuasaannya,

apabila waktu memiliki itu barangnya sudah ada ditangannya, maka

(42)

Pengembalian (pencurian) itu sudah dapat dikatakan selesai, apabila barang

tersebut sudah pindah tempat. Bila orang baru memegang saja barang it, dan

belum berpindah tempat, maka orang itu dapat dikatakan mencuri, akan

tetapi ia baru mencoba mencuri.

2). Yang diambil harus “sesuatu barang”

Sesuatu barang = segala sesuatu yang berwujud termasuk pula binatang

(manusia tidak masuk), misalnya, uang, baju, kalung dsb. Dalam pengertian

barang masuk pula daya listrik dan gas meskipun tidak terwujud, akan tetapi

dialirkan dikawat atau pipa. Barang itu tidak perlu mempunyai harga

ekonomis.Oleh karena itu mengambil beberapa helai rambut warna (untuk

kenang-kenangan) tidak dengan izin wanita itu masuk pencurin, meskipun

dua helai rambut tidak ada harganya.

3). Barang itu harus “seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain”

Sebagian kepunyaan oang lain misalnya A bersama B membeli sebuah

sepeda, maka sepeda itu kepunyaan A dan B, disimpan di rumah A,

kemudian dicuri oleh B atau A dan B menerima barang warisan dari C,

disimpan di rumah A kemudian dicuri oleh B. suatu barang yang bukan

kepunyaan seseorang tidak menimbulkan pencurian, misalnya binatang liar

yang hidup di alam, barang-barang yag sudah dibuang oleh yang punya.

4). Pengambilan itu harus dilakukan dengan masud untuk “memiliki” barang itu dengan “melawan hukum” (melawan hak).

Pengambilan itu harus dengan sengaja dan dengan maksud untuk

(43)

pencurian. Seseorang menemui barang di jalan kemudian diambilnya.Bila

waktu mengambil itu sudah ada maksud untuk memiliki barang itu, masuk

pencurian.

Jika waktu mengambil itu pikiran terdakwa barang akan diserahkan

pada polisi, akan tetapi serenta datang di rumah barang itu untuk dimiliki

sendiri (tidak diserahkan kepada polisi), ia salah menggelapkan (Pasal

372), karena waktu barang itu dimilikinya sudah berada ditangannya.

b. Pasal 362 KUHP (pencurian dengan pemberatan)

Pasal 362 KUHP berbunyi :

(1) Dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun, dihukum :

1. pencuri ternak

2. pencurian pada waktu kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi, atau

gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan

kereta api, huru hara, pemberontakan atau bahaya perang.

3. pencurian diwaktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan yang

tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu

tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh orang yang berhak.

4. pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.

5. pencurian yang untuk masuk ketempat melakukan kejahatan, atau untuk

sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak,

memotong atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu,

(44)

(2) Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengansalah satu

hal dalam butir 4 dan 5, maka diancam dengan pidana penjara paling

lama Sembilan tahun. Pencurian dalam pasal ini

dinamakan“pencurian berat” dan ancaman hukumannya berat. Yang

dimaksud dengan pencurian berat adalah pencurian biasa (Pasal 362

KUHP) yang disertai dengan salah satu keadaan seperti berikut:34

34Ibid, hal 251

a. jika barang yang dicuri itu adalah hewan

Yang dimaksud dengan hewan sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 100 KUHP ialah : “semua binatang yang berkuku satu (kuda dan

keledai), binatang memamah biak (kerbau, lembu, kambing dan

sebagainya), dan babi.

b. jika pencurian itu dilakukan pada waktu sedang terjadi

bermacam-macam bencana seperti kebakaran, peletusan, banjir, gempa bumi, atau

gempa laut, peletusan gunung berapi, karam kapal, kapal terdampar,

kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang.

Pencurian yang dilakukan dalam waktu seperti ini diancam hukuman

lebih berat karena pada waktu semua orang sedang menyelamatkan jiwa

dan raganya serta harta bendanya si pelaku mempergunakan

kesempatan itu untuk melakukan kejahatan yang menandakan bahwa

(45)

c. jika pencurian itu dilakukan pada waktu malam hari di dalam rumah

sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup yang ada di rumahnya

yang dilakukan oleh orang yang berada di situ tanpa setahu atau tanpan

izin.

Waktu malam hari sebagaimana dimaksud Pasal 98 KUHP yaitu : “yang

disebut waktu malam yaitu waktu antara matahari terbenam dan matahari

terbit”.

Yang dimaksud rumah disini adalah bangunan yang dipergunakan

sebagai tempat tinggal siang dan malam, sebaliknya gubug, gerbong kereta

api dan petak-petak kamar di dalam perahu apabila diami siang dan malam

termasuk dalam pengertian rumah.

d. jika pencurian itu dilakukan oleh dua orang atau lebih secara

bersama-sama, supaya dapat dituntut menurut pasal ini, maka dua orang atau lebih

itu harus bertindak bersama-sama sebagaimana dimaksud oleh Pasal 55

KUHP, dan tidak seperti halnya yang dimaksud oleh Pasal 56 yakni

seorang bertindak sedang seorang lainnya hanya pembantu saja.

e. Jika untuk dapat masuk ke tempat kejahatan itu atau untuk dapat

mengambil barang yang akan dicuri itu, pencurian yang dilakukan dengan

jalan membongkar, memecah, memanjat atau memakai anak kunci palsu,

perintah palsu atau pakaian palsu.

Yang diartikan membongkar adalah mengadakan perusakan yang agak

besar misalnya membongkar tembok pintu, jendela, dan sebagainya.Dalam

(46)

Yang diartikan memecah adalah membuat kerusakan yang agak ringan

misalnya memecah kaca jendela. Dalam pasal ini yang diartikan dengan

memanjat adalah seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 99 KUHP yaitu :

“yang disebut memanjat termasuk juga masuk melalui lubang di dalam

tanah yang dengansengaja digali, begitu juga menyeberangi selokan atau

parit yang digunakan sebagai batas penutup”.

c. Pencurian ringan diatur dalam pasal 364 KUHP

Pasal 364 KUHP berbunyi :

“perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 butir 4,

begitupun perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 butir 5, apabila

tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup yang

ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh

lima ribu rupiah, diancam karena pencurian ringan dengan pidana penjara

paling lama tiga bulan atau pidana dengan paling banyak dua ratus lima

puluh rupiah”.

Ini dinamakan pencurian ringan yaitu :

a. Pencurian biasa (Pasal 362), asal harga barang yang dicuri tidak lebih dari

Rp. 250,-

b. Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih (Pasal 363 sub 4), asal

harga barang tidak lebih dari Rp. 250,- dan

c. Pencurian dengan masuk ketempat barang yang diambilnya dengan jalan

membongkar, memecah, dsb (Pasal 363 sub 5), jika :

(47)

2) Tidak dilakukan dalam rumah atau pekarangan tertutup yang ada

rumahnya.

Dengan demikian maka pencurian yang meskipun harga barang yang

dicurinya tidak lebih dari Rp.250,- tidak bisa menjadi pencurian ringan,

yaitu :35

(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun : a) Pencurian hewan

b) Pencurian pada waktu kebakaran dan malapetaka lain-lain (Pasal 363

sub 2)

c) Pencurian pada waktu malam, dalam rumah atau pekarangan tertutup

yang ada rumahnya, oleh orang yang berada disitu tidak dengan

setahunya atau kemauannya orang yang berhak (Pasal 363 sub 3), dan

d) Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365)

d. Pencurian dengan kekerasan diatur dalam Pasal 365 KUHP

Pasal 365 KUHP berbunyi :

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian

yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau

mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap basah, untuk

memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk

tetap menguasai barang yang dicuri.

(48)

1. jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah

atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau dalam kereta api

atau trem yang sedang berjalan;

2. jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan

bersekutu;

3. jika masuk ketempat melakukan kejahatan dengan merusak atau

memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu

atau pakaian jabatan palsu;

4. jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

(3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana

penjara paling lama lima belas tahun;

(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau selama

waktu tertentu paling lama dua tahun, jika perbuatan mengakibatkan

luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih

dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan

dalam No.1 dan 3”.36

36Ibid, hal 265

e. Pencurian dengan kekerasan diatur dalam Pasal 367 KUHP

Pasal 367 KUHP berbunyi :

(1) jika pembuat atau pembantu dari salah satu kejahatan dalam bab ini

adalah suami (istri) dari orang yang terkena kejahatan dan tidak

terpisah harta kekayaan, maka terhadap pembuat atau pembantu itu

(49)

(2) jika dia adalah suami (istri) yang terpisah meja dan ranjang atau

terpisah harta kekayaan, atau jika dia adalah keluarga sedarah atau

semenda baik dalam garis lurus maupun garis menyimpang derajat

kedua, maka terhadap orang itu hanya mungkin diadakan penuntutan

jika ada pengaduan yang terkena kejahatan

(3) jika menurut lembaga matriarhal, kekuasaan bapak dilakukan oleh

orang lain dari pada bapak kandung (sendiri), maka ketentuan ayat

diatas berlaku juga bagi orang itu”.

Meningkatnya jumlah pemilik kendaraan bermotor menurunkan

efektivitas pengawasan dan pengenalan identitas kendaraan bermotor,

sehubung dengan itu peningkatan angka laju pencurian kendaraan bermotor

cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah kendaraan

ataupun pemilik kendaraan bermotor. Faktor-faktor lain yang menjadi

pendukung dilaksanakan kejahatan pencurian kendaraan bermotor adalah

pencurian kendaraan bermotor lebih mudah dilaksanakan daripada bentuk

kejahatan terhadap harta benda yang lain seperti perampokan, penodongan

dan sebagainya. Hal ini dikarenakan:37

1. Hasilnya sangat menguntungkan

2. Kemungkinan tertangkap kecil, karena sangat sulit melakukan

pengenalan kembali kendaraan bermotor yang telah dicuri

3. Penjualan ataupun pemasaran kendaraan bermotor hasil kejahatan

mudah dilaksanakan

37Soerjono Soekamto, Penanggulangan Pencurian Kendaraan Bermotor, (Jakarta: PT.

Gambar

Tabel 3 Rekapitulasi Kasus Curanmor Sat Reskrim Polreslabuhanbatu Tahun 2010
Tabel 1 Faktor Pendidikan sebagai penyebab terjadinya pencurian Kendaraan Bermotor
Tabel 2 Faktor Ekonomi Sebagai Penyebab Terjadinya Pencurian KendaraanBermotor

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011 memberikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih,

KESATU : Membentuk Dewan Pembina dan Pengurus Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kabupaten Bantul Periode Tahun 2016 Sampai Dengan Tahun 2020, dengan susunan dan

[r]

Pusat Rehabilitasi Ketergantungan Obat diharapkan dapat menjadi tempat/ wadah dari serangkaian usaha yang terkoordinasi dan saling terkait yang terdiri dari upayaupaya medis,

SURAT PERNYATAAN TIDAK KEBERATAN DARI ATASAN LANGSUNG TEMPAT BEKERJA PELAKSANA HARIAN RUMAH BERSALIN SWASTA. Yang bertanda tangan di bawah

Pilihan Jakarta sebagai kota yang dianggap cocok untuk keberadaan pusat fashion dan modeling karena melihat potensi yang dimiliki kota Jakarta dan kebijakan dari Dinas Pariwisata

- Surat pengangkatan sebagai tenaga dokter dari pemilik (untuk tenaga purna waktu).. - Surat izin atasan langsung dimana dia bekerja (untuk tenaga paruh

[r]