• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – Faktor Berpengaruh pada Ekstraksi Minyak dari Biji Alpukat (Persea Americana Mill) Menggunakan Pelarut N-Heptana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor – Faktor Berpengaruh pada Ekstraksi Minyak dari Biji Alpukat (Persea Americana Mill) Menggunakan Pelarut N-Heptana"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

45

LAMPIRAN 1

DATA PENELITIAN

L1.1 DATA BERAT, VOLUME, DAN YIELD MINYAK BIJI ALPUKAT Run (gram) Massa Volume (ml) (menit) Waktu Minyak Berat

(gram) Volume Minyak (ml) Yield (%)

1 30 115,9 110 4,90 7,00 16,33

1 13,1 300 110 1,03 3,00 15,40

3 10 150 90 3,00 6,00 15,00

4 10 350 90 1,31 1,00 6,55

5 30 300 110 6,80 15,00 11,67

6 40 150 90 1,61 3,90 6,55

7 40 350 150 3,50 5,60 8,75

8 30 300 69,5 1,40 3,60 8,00

9 30 300 170,5 5,40 8,10 18,00

10 30 300 110 6,80 15,00 11,67

11 10 150 150 6,80 11,00 34,00

11 40 350 90 1,74 1,60 4,35

13 46,8 300 110 3,70 5,40 7,90

14 40 150 150 6,18 9,50 15,70

15 30 300 110 6,80 15,00 11,67

16 30 384,1 110 1,10 1,40 7,00

17 10 350 150 3,74 5,80 18,70

L1.2 DATA ANALISIS DENSITAS MINYAK BIJI ALPUKAT Run (gram) Massa Volume (ml) (menit) Waktu (gram/ml) Densitas

1 30 115,9 110 0,67

1 13,1 300 110 0,68

3 10 150 90 0,68

4 10 350 90 0,68

5 30 300 110 0,71

6 40 150 90 0,79

7 40 350 150 0,58

8 30 300 69,5 0,74

9 30 300 170,5 0,68

10 30 300 110 0,71

11 10 150 150 0,75

11 40 350 90 0,75

13 46,8 300 110 0,74

14 40 150 150 0,74

15 30 300 110 0,71

16 30 384,1 110 0,58

(2)

46

L1.3 DATA ANALISIS VISKOSITAS MINYAK BIJI ALPUKAT Run (gram) Massa Volume (ml) (menit) Waktu Viskositas (cP)

1 30 115,9 110 0,53

1 13,1 300 110 0,49

3 10 150 90 0,50

4 10 350 90 0,51

5 30 300 110 0,43

6 40 150 90 0,66

7 40 350 150 0,43

8 30 300 69,5 0,54

9 30 300 170,5 0,48

10 30 300 110 0,43

11 10 150 150 0,49

11 40 350 90 0,51

13 46,8 300 110 0,90

14 40 150 150 0,48

15 30 300 110 0,43

16 30 384,1 110 0,41

17 10 350 150 0,90

L1.4 DATA ANALISIS FFA MINYAK BIJI ALPUKAT

Run (gram) Massa Volume (ml) (menit) Waktu V NaOH 0,25 N Viskositas (cP)

1 30 115,9 110 0,10 1,38

1 13,1 300 110 0,30 1,07

3 10 150 90 0,10 0,69

4 10 350 90 0,10 0,69

5 30 300 110 0,40 1,76

6 40 150 90 0,40 1,76

7 40 350 150 0,40 1,76

8 30 300 69,5 1,00 6,91

9 30 300 170,5 0,10 0,69

10 30 300 110 0,40 1,76

11 10 150 150 0,10 1,38

11 40 350 90 0,10 1,38

13 46,8 300 110 0,40 1,76

14 40 150 150 0,30 1,07

15 30 300 110 0,40 1,76

16 30 384,1 110 1,00 6,91

(3)

47

LAMPIRAN 2

CONTOH PERHITUNGAN

L2.1 PERHITUNGAN 2IELD MIN2AK BIJI ALPUKAT % 100 alpukat biji massa alpukat biji minyak massa (%)

Yield  

Contoh perhitungan untuk Run I: Massa minyak biji alpukat = 4,90 gram Massa biji alpukat = 30 gram

% 33 , 16 % 100 gram 30 gram 4,90 (%)

Yield   

Untuk data berikutnya mengikuti contoh perhitungan di atas.

L2.2 PERHITUNGAN DENSITAS MIN2AK BIJI ALPUKAT Berat piknometer = 15,9 gram

Berat piknometer + air = 25,6 gram

Berat air = 9,7 gram

Berat piknometer + minyak = 22,80 gram Berat minyak = 6,90 gram

Densitas air (20 oC) = 0,99823 gram/ml air densitas air berat minyak berat minyak ensitas

D  

gram/ml 0,71 gram/ml 99823 , 0 gram 9,70 gram 6,90 minyak ensitas

D   

(4)

48

L2.T PERHITUNGAN VISKOSITAS MIN2AK BIJI ALPUKAT t sg k     Dimana:

μ = viskositas (cP)

k = konstanta viskosimeter sg = spesifik graviti

t = waktu alir minyak dari batas bawah hingga batas atas (detik)

ρminyak 20 oC = 0,71 gram/ml ρair 20 oC = 0,99823 gram/ml

C 20 C 20 g s air minyak      71 , 0 gram/ml 99823 , 0 gram/ml 71 , 0 g

s  

k = 0,0043 t = 140,14 detik

43 , 0 14 , 140 71 , 0 0,0043     

Untuk data berikutnya mengikuti contoh perhitungan di atas.

L2.4 PERHITUNGAN FFA MIN2AK BIJI ALPUKAT

10 sampel berat BM V T FFA adar K     Dimana:

T = normalitas larutan NaOH (N) = 0,25 N V = volum larutan NaOH terpakai (ml)

M = berat molekul FFA minyak biji alpukat = 276,224 gram/mol

volum larutan NaOH terpakai = 0,4 ml

76 , 2 10 1 224 , 76 2 4 , 0 25 , 0 FFA adar K    

(5)

49

LAMPIRAN 3

DATA ANALISIS STATISTIK

L3.1 DATA RANCANGAN PERCOBAAN

Pengkodean variabel-variabel independen dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan: range ) 0 ( data Level 

Dimana η menyatakan nilai sesungguhnya dari variabel waktu, massa, dan volume. Level terdiri dari ±1,682; ±1; dan 0. Data(0) merupakan centre point dari data yang digunakan. Range merupakan jarak dari data pada level yang satu terhadap data pada level di atas atau dibawahnya.

Berikut perhitungannya: Untuk level = 0

menit 12030menit

menit 120 0 waktu waktu      ram g 30 ram g 10 ram g 30 0 massa massa      ml 30050ml

l m 300 0 volume volume     

Untuk level = 11

menit 15030menit

menit 120 1 waktu waktu       ram g 40 ram g 10 ram g 30 1 massa massa       ml 35050ml

l m 300 1 volume volume      

Untuk level = -1

menit 9030menit

menit 120 1 waktu waktu       ram g 20 ram g 10 ram g 30 1 massa massa       ml 25050ml

l m 300 1 volume volume      

Untuk level = 11,682

menit 5 ,

170 30menit menit 120 1,682 waktu waktu       ram g 8 , 46 ram g 10 ram g 30 1,682 massa massa       ml 1 ,

384 50ml l m 300 1,682 volume volume      

Untuk level = -1,682

menit 5 ,

69 30menit menit 120 1,682 waktu waktu       ram g 2 , 13 ram g 10 ram g 30 1,682 massa massa       ml 9 ,

(6)

50

Gambar L3.1 merupakan data hasil rancangan percobaan menggunakan software Statistica.

Gambar L3.1 Data Rancangan Percobaan

L3.2 HASIL PENGOLAHAN DATA DENGAN MINITAB

Response Surface Regression: yield versus waktu; massa; volume The analysis was done using coded units.

Estimated Regression Coefficients for yield Term Coef SE Coef T P Constant 22,598 1,0641 21,236 0,000 waktu 4,505 0,7060 6,380 0,000 massa -3,772 0,7060 -5,343 0,000 volume -3,558 0,7060 -5,040 0,001 waktu*waktu -2,947 0,6873 -4,288 0,002 massa*massa -3,424 0,6873 -4,982 0,001 volume*volume -3,419 0,6873 -4,975 0,001 waktu*massa -2,200 0,9225 -2,385 0,038 waktu*volume -1,450 0,9225 -1,572 0,147 massa*volume 1,825 0,9225 1,978 0,076

S = 2,60911 PRESS = 517,221

(7)

51 Analysis of Variance for yield

Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Regression 9 1113,05 1113,05 123,673 18,17 0,000 Linear 3 644,31 644,31 214,769 31,55 0,000 waktu 1 277,11 277,11 277,110 40,71 0,000 massa 1 194,31 194,31 194,308 28,54 0,000 volume 1 172,89 172,89 172,887 25,40 0,001 Square 3 386,56 386,56 128,855 18,93 0,000 waktu*waktu 1 79,59 125,16 125,163 18,39 0,002 massa*massa 1 138,51 168,99 168,988 24,82 0,001 volume*volume 1 168,46 168,46 168,465 24,75 0,001 Interaction 3 82,19 82,19 27,395 4,02 0,041 waktu*massa 1 38,72 38,72 38,720 5,69 0,038 waktu*volume 1 16,82 16,82 16,820 2,47 0,147 massa*volume 1 26,65 26,65 26,645 3,91 0,076 Residual Error 10 68,07 68,07 6,807

Lack-of-Fit 5 68,07 68,07 13,615 * * Pure Error 5 0,00 0,00 0,000

Total 19 1181,13

(8)

52

LAMPIRAN 4

PERHITUNGAN MANUAL ANALISIS STATISTIK

Dari analisis regresi diperoleh persamaan sebagai berikut:

Yield (%) = 22,598 + 4,505t – 3,772W - 3,558V - 2,947t2 - 3,424W2 – 3,419V2 – 2,2tW – 1,45 tV + 1,825WV

Dimana t, W, dan V merupakan waktu ekstraksi, massa biji alpukat, dan volume pelarut.

Hasil ANOVA yang diperoleh yaitu sebagai berikut. Tabel L4.1 Analysis of Varianse (ANOVA)

Sumber Variasi df (Degrees of Freedom) SS

(Sum of Squares) (Mean MS

Square) Fhitung Ftabel

Regresi k = 9 2

rata rata prediksi Y ) Y

( 

= 1108,097 df SSregresi = 123,122 residual regresi MS MS = 18,08 3,02 Residual

Error n-k-1 = 10 SStotal68,085 - SSregresi = SSdfresidual = 6,808

Total n-1 = 19 2 rata rata penelitian Y ) Y

( 

1176,182

dimana:

n = jumlah data penelitian

k = banyaknya variabel dalam regresi Ypenelitian = Y yang data hasil penelitian

Yprediksi = Y diperoleh dari persamaan regresi

Yrata-rata = Y rata-rata dari data hasil penelitian

(9)

53

Tabel L4.2 Perhitungan Manual ANOVA

W V t Ypenelitian Yprediksi (Yprediksi - Yrata-rata)2 (Ypenelitian - Yrata-rata)2

0 -1,682 0 18,910 16,333 6,638 8,988 -1,682 0 0 19,171 15,400 14,226 10,626

-1 -1 -1 13,758 15,000 1,543 4,639

-1 1 -1 5,892 6,550 0,433 100,396

0 0 0 22,598 22,667 0,005 44,705

1 -1 -1 7,064 6,550 0,264 78,284

1 1 1 8,208 8,750 0,294 59,349

0 0 -1,682 6,683 8,000 1,734 85,168

0 0 1,682 21,838 18,000 14,730 35,120 -1 -1 1 30,068 34,000 15,461 200,398

1 1 -1 6,498 4,350 4,614 88,620

1,682 0 0 6,651 7,903 1,568 85,768

1 -1 1 14,574 15,700 1,268 1,790

0 1,682 0 6,941 7,000 0,004 80,481

-1 1 1 16,402 18,700 5,281 0,240

0 0 0 22,598 22,667 0,005 44,705

0 0 0 22,598 22,667 0,005 44,705

0 0 0 22,598 22,667 0,005 44,705

0 0 0 22,598 22,667 0,005 44,705

0 0 0 22,598 22,667 0,005 44,705

Yrata-rata = 15,912

SSregresi = 1108,097

SStotal = 1176,182

SSresidual = 68,085

MSregresi = 123,122

MSresidual = 6,808

(10)

545

LAMPIRAN 5

DOKUMENTASI PENELITIAN

L5.1 FOTO BAHAN BAKU BIJI ALPUKAT

5

(a) (b)5

Gambar5L5.15(a)5Biji5Almukat5sebelum5dikeringkan5(b)5Biji5Almukat5setelah5 dikeringkan5

L5.2 FOTO PENGAYAKAN BIJI ALPUKAT

5 Gambar5L5.25Pengayakan5Biji5Almukat5

(11)

555

L5.3 FOTO EKTRAKSI MINYAK BIJI ALPUKAT

5 Gambar5L5.35Ekstraksi5Minyak5Biji5Almukat5

5

L5.4 FOTO MINYAK BIJI ALPUKAT

(12)

565

L5.5 FOTO ANALISIS DENSITAS MINYAK BIJI ALPUKAT

5 Gambar5L5.55Analisis5Densitas5Minyak5Biji5Almukat5

5

L5.6 FOTO ANALISIS VISKOSITAS MINYAK BIJI ALPUKAT

5 Gambar5L5.65Analisis5Viskositas5Minyak5Biji5Almukat5

(13)

5p5

L5.7 FOTO ANALISIS FFA MINYAK BIJI ALPUKAT

(14)

58

LAMPIRAN 6

HAIIL ANALIIII KOMPOIIII AIAM LEMAK

L6.1 HAIIL ANALIIII KOMPOIIII AIAM LEMAK MINYAK BIJI

ALPUKAT

(15)

41

DAFTAR PUSTAKA

[1] Badan Pusat Statistik, “Survey Pertanian Produksi Buah-buahan di Indonesia,” Biro Pusat Statistik, Jakarta, 2013.

[2] Prasetyowati, Retno Pratiwi, Fera Tris O, “Pengambilan Minyak Biji Alpukat (Persea Americana Mill) dengan Metode Ekstraksi,” Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010.

[3] Bambang Pramudono, Septian Ardi Widioko, Wawan Rustyawan, “Ekstraksi Kontinyu dengan Simulasi Batch Tiga Tahap Aliran Lawan Arah: Pengambilan Minyak Biji Alpukat Menggunakan Pelarut n-Hexane dan Iso Propil Alkohol,” Jurnal Reaktor, Vol. 12 No. 1, Juni 2008, hal. 37 - 41.

[4] Nancy Siti Djenar, Bintang IM, Ayu W, Eka PI, “Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Alpukat (Persea gratissima) Menggunakan Katalis CaO,” Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2012, November 2012, hal. 57 – 64.

[5] Liberty P. Malangngi, Meiske S. Sangi, Jessy J. E. Paendong, “Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill)” Jurnal MIPA UNSRAT Online, 1 (1) 2012: hal. 5 – 10.

[6] Mira Marlinda, Meiske S. Sangi, Audy D. Wuntu, “Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill)” Jurnal MIPA UNSRAT Online, 1 (1) 2012: hal. 24 – 28.

[7] Andy Chandra, Hie Maria Inggrid, Verawati, “Pengaruh pH dan Jenis Pelarut pada Perolehan dan Karakterisasi Pati dari Biji Alpukat,” Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Katolik Parahyangan, 2013.

[8] Linda Masniary Lubis, “Ekstraksi Pati dari Biji Alpukat,” Karya Ilmiah, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008.

[9] Adama, K. K dan Edoga, M. O, “Avocado Apple (Persea americana) Pericarp Waste: A Source of Oil for Industrial Application Obtained and Characterized Using Extraction With Different Solvents,” Archived of Applied Science Research Vol.3, No. 4, 2011, hal. 398 – 410.

[10] Orhevba, B.A dan Jinadu, A.O, “ Determination of Physico-Chemical Properties and Nutritional Contents of Avocado Pear (Persea Americana M.),”

SAVAP International Journal Volume 1, Issue 3, 2011.

[11] EPA. 2013. Hexane. United States Environmental Protection Agency.

(16)

42

[13] Ayers, A.L., and J.J. Dooley,”Extraction Solvents for Cottonseed : A Laboratory-Scale Study”, JournalAOCS, Vol. 25, 1948, hal. 372.

[14] E.J. Conkerton, P.J. Wan, O.A. Richard, “Hexane and Heptane as Extraction Solvents for Cottonseed: A Laboratory-Scale Study,” JAOCS, Vol. 72, No. 8, 1995.

[15] Menegristek, “Alpukat / Avokad (Persea americana Mill/Persea gratissima Gaerth),” Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta, 2000.

[16] Dyah Prajnaparamita Dewi,”Toksisitas Granula Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill) terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegyepti L. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi. Jurusan Pendidikan MIPA. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Jember. 2014.

[17] João Jaime Giffoni Leite, Érika Helena Salles Brito, Rossana Aguiar Cordeiro, Raimunda Sâmia Nogueira Brilhante, José Júlio Costa Sidrim, Luciana Medeiros Bertini, Selene Maia de Morais, and Marcos Fábio Gadelha Rocha,” Chemical composition, toxicity and larvicidal and antifungal activities of Persea americana (avocado) seed extracts”, Revista da Sociedade Brasileira de Medicina Tropical, Vol. 42, No.2, hal.110-113, 2009.

[18] Rachimoellah, H.M., Resti, Dyah Ayu., Zibbeni, Ali., Susila, I Wayan, “Production of Biodiesel through Transesterification of Avocado (Persea Gratissima) Seed Oil Using Base Catalyst,” Jurnal Teknik Mesin Vol. 11, No. 2, 2009, hal. 85-90.

[19] Bora, Pushkar S., Narain, Narendra, Rocha, Rosalynd V.M, and Paulo, Marcal Queiroz, “Characterization of the Oils from The Pulp and The Seed of Avocado,” Grasas y Aceites Vol. 52, Fasc. 3-4, 2001, hal. 171-174.

[20] Brunt, Vincent Van, “Extraction,” CRC Press, California.

[21] J.F. Richardson, J.H Harker, J.R. Backhurst, “Coulson and Richardson’s Chemical Engineering Volume 2 Fifth Edition Particle Technology and Separation Processes,” Butterworth-Heinemann, Oxford.

[22] Dyah Septyaningsih, “Isolasi dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak Biji Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk.).” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.

[23] Sukma, Indra Wibawa Dwi. 2012. Ekstraksi Cair-Cair. Universitas Lampung.

(17)

43

Temperature on the Recovery of Phenolic Compounds and Antioxidant Capacity of Orthosiphon stamineus Extracts”, International Food Research Journal 18(4), 2011, hal. 1427-1435.

[25] R. E. Kirk and R. F. Othmer, Encyclopedia of Chemical Technology 4th Ed,

(Canada : John Willey and Sons Ltd, 1998), Ch. 10 : hal. 88.

[26] Gloria R. Dobush, C. Davidson Ankney, and David G. Krementz,”The Effect of Apparatus, Extraction time, and Solvent Type on Lipid Extractions of Snow Geese”, NRC Research Press, Department of Zoology, University of Western Ontario, London, 1985, hal. 1918.

[27] Banat. F, Pal. P, Jwaied. N, Al-Rabadi. A,”Extraction of Olive Oil from Olive Cake Using Soxhlet Apparatus”, American Journal of Oil and Chemical Technologies, Volume 1, Issue 4, 2013, hal. 1-8.

[28] Sciencelab, “Material Safety Data Sheet n-heptane,” Sciencelab.com, Inc, 2013. Hal. 1-5.

[29] Brian McConnell and Ihab H. Farag,” Kinetics Study of the Solvent Extraction of Lipids from Chlorella vulgaris”, International Journal of Engineering and Technical Research(IJETR), Vol. 1, No. 10, 2013, hal. 28-33.

[30] Alejandra Garcia Piantanida and Andrew R. Barron,” Principles Of Gas Chromatography”, Open Stax-CNX Module, 2014, hal. 1-10.

[31] Nuryanti dan Salimi, Djati H.,”Metode Permukaan Respond an Aplikasinya pada Optimasi Eksperimen Kimia”, Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir, 2008, hal. 373 - 391.

[32] Lazic, Zivorad, “Design of Experiments in Chemical Engineering,” WILEY-VCH Verlag GmbH & Co, 2004, Weinheim.

[33] Adepoju T.F, Olawale O., Okunola A.A, Olatunji E.M,”Extraction of Oil from Soursop Oilseeds & Its Characterization”, International Journal of Suistainable Energy and Environmental Research, 3(2), 2014, hal. 80 - 89.

[34] Sri Handajani, Godras Jati Manuhara, dan R. Baskara Katri Anandito,”Pengaruh Suhu Ekstraksi terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan Sensoris Minyak Wijen (Sesamum Indicum L.)”, Agritech, Vol. 30, No.2, Mei 2010, hal. 116 – 122.

[35] Ana F. Vinha, Joana Moreira, Sérgio V. P. Barreira, “Physicochemical Parameters, Phytochemical Composition and Antioxidant Activity of the Algarvian Avocado (Persea americana Mill.),” Journal of Agricultural Science

(18)

44

[36] Sutiah, K. Sofian Firdausi, Wahyu Setia Budi,” Studi Kualitas Minyak Goreng dengan Parameter Viskositas dan Indeks Bias”, Berkala Fisika, Vol. 11, No.2, April 2008, hal. 53-58.

[37] Jansen Silalahi dan Siti Nurbaya,”Komposisi, Distribusi, dan Sifat Aterogenik Asam Lemak dalam Minyak Kelapa dan Kelapa Sawit”, J Indon Med Assoc, Vol. 61, No. 11, November 2011, hal. 453 – 457.

[38] Dewi Mariani Manurung,“ Komposisi Kimia, Asam Lemak dan Kolesterol Udang Ronggeng (Harpiosquilla raphidea) Akibat Perebusan,” Skripsi, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, 2009.

[39] Kusno Budhikarjono,“ Perbaikan Kualitas Minyak Sawit Sebagai Bahan Baku Sabun Melalui Proses Pemucatan Dengan Oksidasi”, Jurnal Teknik Kimia, Vol.1, No.2, April 2007.

[40] Mercia de Sousa Galvão, Narendra Narain, Nisha Nigam,” Influence of

Different Cultivars on Oil Quality and Chemical Characteristics of Avocado Fruit”, Food Sci. Technol (Campinas,) Vol.34, No.3, 2014.

(19)

18

BAB III

METODOLOMI PENELITIAN

3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang 6 bulan.

3.2 BAHAN DAN PERALATAN 3.2.1 Bahan Penelitian

Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain:

1. Biji Alpukat yang merupahan bahan baku dalam percobaan ini. 2. n-heptana sebagai pelarut dalam ekstraksi minyak biji alpukat.

3.2.2Peralatan Penelitian

Pada penelitian ini peralatan yang digunakan antara lain: 1. Sokhlet

2. Labu leher satu 3. Termometer 4. Hot Plate

(20)

19

3.3 RANCANMAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan variabel bebas yaitu waktu ekstraksi (t1, t2, dan t3), massa biji alpukat (W1, W2, dan W3), dan volume pelarut n-heptana (V1, V2, dan V3). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode permukaan respon (Response Surface Methodology).

Metode permukaan respon (Response Surface Methodology) merupakan sekumpulan teknik matematika dan statistika yang berguna untuk menganalisis permasalahan dimana beberapa variabel independen mempengaruhi variabel respon dan tujuan akhirnya adalah untuk mengoptimalkan respon. Ide dasar metode ini adalah memanfaatkan desain eksperimen berbantuan statistika untuk mencari nilai optimal dari suatu respon.

Level – level eksperimen pada masing – masing variabel independen dikodekan sedemikian hingga level rendah berhubungan dengan -1 dan level tinggi berhubungan dengan 1 untuk mempermudah perhitungan. Desain Central Composite Design (CCD) pada eksperimen yang menggunakan tiga variabel independen nilai rotatabilitasnya = (23)1/4 = 1,6818 ≈ 1,682. Oleh karena itu, nilai ± 1,682 termasuk nilai yang digunakan untuk pengkodean [31].

Adapun level kode dan kombinasi perlakuan penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.1 Level Kode Rancangan Penelitian

Variabel Satuan Kode -1,682 -1 Level dan Range 0 +1 +1,682

Waktu

ekstraksi menit t 69,5 90 120 150 170,5

Massa biji

alpukat gram W 13,2 20 30 40 46,8

Volume pelarut

n-heptana ml V 215,9 250 300 350 384,1

(21)

20

Tabel 3.2 Rancangan Percobaan Penelitian

Run Ekstraksi Waktu (menit)

Massa Biji Alpukat

(gram)

Volume Pelarut n-heptana (ml)

1 120 30 215,9

2 120 30 300

3 120 13,2 300

4 90 20 250

5 90 20 350

6 120 30 300

7 90 40 250

8 120 30 300

9 150 40 350

10 69,5 30 300

11 170,5 30 300

12 150 20 250

13 90 40 350

14 120 46,8 300

15 150 40 250

16 120 30 384,1

17 150 20 350

18 120 30 300

19 120 30 300

20 120 30 300

(22)

21

3.4 PROSEDUR PENELITIAN 3.4.1 Prosedur Utama

3.4.1.1Prosedur Persiapan Biji Alpukat

1. Biji alpukat yang telah dikumpulkan dikupas kulit arinya. 2. Dicuci dan dibersihkan dengan air.

3. Dipotong-potong untuk dikeringkan. 4. Dihaluskan dengan menggunakan blender.

5. Dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu ± 100 oC. 6. Diayak dengan ayakan 50 mesh.

3.4.1.2Prosedur Ekstraksi Minyak Biji Alpukat

Prosedur ekstraksi minyak biji alpukat diadopsi dari Prasetyowati [2] yaitu sebagai berikut :

1. Peralatan ekstraksi berupa labu leher tiga, refluks kondensor, penangas air, termometer, hot plate, magnetic stirrer, statif dan klem dirangkai. 2. Biji buah alpukat yang telah dihancurkan, dihaluskan, dikeringkan

dan diayak diumpankan ke dalam ekstraktor kemudian diikuti dengan penambahan pelarut n-heptana dengan rasio sesuai rancangan penelitian. 3. Dipanaskan hingga suhu titik didihnya dan dihitung waktu ekstraksi

sesuai rancangan penelitian.

4. Diperoleh ekstrak berupa campuran minyak biji alpukat dan pelarut n-heptana.

3.4.1.3Prosedur Evaporasi Pelarut Hasil Ekstraksi

(23)

22

3.4.2 Prosedur Analisis

3.4.2.1Analisis FFA (Free Fatty Acid) Minyak Biji Alpukat

Untuk Analisis kadar FFA minyak biji alpukat sesuai dengan AOCS Official Method Ca 5a-40 dengan prosedur sebagai berikut

1. Minyak biji alpukat sebanyak 7,05 ± 0,05 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer.

2. Ditambahkan etanol 95% sebanyak 75 ml.

3. Campuran dikocok kuat dan dilakukan titrasi dengan NaOH 0,25 N dengan indikator fenolftalein 3-5 tetes. Titik akhir tercapai jika warna larutan berwarna merah rosa dan warna ini bertahan selama 10 detik.

Kadar FFA= berat sampel x 10T x V x BM

Dimana: T = normalitas larutan NaOH V = volum larutan NaOH terpakai M = berat molekul FFA

3.4.2.2Analisis Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Alpukat dengan GC-MS

Minyak biji alpukat yang telah diekstraksi akan dianalisis menggunakan instrumen GC-MS yang ada pada Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) untuk mengetahui komponen asam lemak dalam minyak biji alpukat tersebut.

(24)

23

3.4.2.4Analisis Densitas Minyak Biji Alpukat dengan Metode Tes OECD 109

(25)

24

3.5 FLOWCHART PENELITIAN 3.5.1 Prosedur Persiapan Biji Alpukat

(26)

25

3.5.2 Prosedur Ekstraksi Minyak Biji Alpukat

(27)

26

3.5.3 Analisis Kadar Free Fatty Acid (FFA) Minyak Biji Alpukat dengan Metode Tes AOCS Official Method Ca 5a-40

Gambar 3.3 Flowchart Analisis Kadar Free Fatty Acid (FFA) Minyak Biji Alpukat Mulai

Minyak biji alpukat sebanyak 7,05 ± 0,05 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer.

Ditambahkan etanol 95% sebanyak 75 ml

Campuran dikocok kuat kemudian ditambahkan indikator fenolftalein 3-5 tetes

Campuran dititrasi dengan NaOH 0,25 N

Apakah larutan berwarna merah rosay

Ya

Tidak

Kadar FFA dihitung

(28)

27

3.5.4 Analisis Viskositas Minyak Biji Alpukat dengan Metode Tes ASTM D 445

Gambar 3.4 Flowchart Analisis Viskositas Minyak Biji Alpukat Mulai

Viskosimeter dikalibrasi dengan air untuk menentukan konstanta viskosimeter

Minyak biji alpukat dimasukkan sebanyak 5 ml kedalam viskosimeter

Sampel dihisap dengan karet penghisap hingga melewati batas atas viskosimeter

Waktu alir sampel dicatat dari batas atas hingga batas bawah

Selesai

Sampel dibiarkan mengalir ke bawah sampai batas bawah viskosimeter

Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali

(29)

28

3.5.5 Analisis Densitas Minyak Biji Alpukat dengan Metode Tes OECD 109

Gambar 3.5 Flowchart Analisis Viskositas Minyak Biji Alpukat Mulai

Piknometer dikalibrasi dengan air untuk mengetahui volume piknometer

Piknometer diisi dengan hasil minyak biji alpukat

Massanya ditimbang

Densitas sampel percobaan dihitung

(30)

29

BABBIVB

HASILBDANBPEMBAHASANB

B

4.1 PENGARUHB VARIABELB PENELITIANB TERHADAPB YIELDB MINYAKBBIJIBALPUKATB

Pada penelitian ini terdapat 3 variabel bebas yaitu waktu ekstraksi (t), massa biji alpukat (W), dan volume pelarut n-heptana (V). Dengan menggunakan analisis regresi dan analisis varians (ANOVA) dapat dilihat diantara ketiga variabel tersebut, variabel yang paling berpengaruh terhadap yield minyak biji alpukat. Minyak biji alpukat yang telah dipisahkan dari pelarut n-heptana, ditimbang beratnya dan diukur volumenya. Dari berat minyak biji alpukat yang diperoleh, dihitung yield minyak biji alpukat, dengan cara sebagai berikut:

% 100 alpukat

biji massa

alpukat biji

minyak massa

(%)

Yield  

[image:30.595.130.493.469.753.2]

Berikut merupakan yield minyak biji alpukat yang diperoleh dari beberapa perlakuan pada rancangan penelitian:

Tabel 4.1 Yield Minyak Biji Alpukat Hasil Ekstraksi (T = 98,4 oC)

Run (gram) W (ml) V (menit) t (%) Y

1 30 215,9 120 16,33

2 13,2 300 120 15,40

3 30 300 120 22,67

4 20 250 90 15,00

5 20 350 90 6,55

6 30 300 120 22,67

7 40 250 90 6,55

8 40 350 150 8,75

9 30 300 69,5 8,00

10 30 300 120 22,67

11 30 300 170,5 18,00

12 30 300 120 22,67

13 20 250 150 34,00

14 40 350 90 4,35

15 46,8 300 120 7,90

16 40 250 150 15,70

17 30 300 120 22,67

(31)

30

19 20 350 150 18,70

20 30 300 120 22,67

Hasil yang diperoleh dari 17 perlakuan tersebut dianalisis secara statistik menggunakan software Minitab 16, untuk mencocokkan persamaan polinomial kuadratik. Untuk memperlihatkan hubungan variabel respons yaitu yield minyak biji alpukat (Y) terhadap variabel independen (t, W, V), model regresi digunakan untuk mencocokkan koefisien model polinomial dari respons. Kualitas kecocokan model dievaluasi menggunakan tes signifikansi dan analisis varians (ANOVA). Analisis Varians menggunakan uji berdasarkan varian rasio untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan diantara beberapa kelompok observasi, dimana masing masing kelompok mengikuti distribusi normal [30]. Persamaan polinomialnya adalah sebagai berikut [33]:

     

   j k j i ij i k 1 i 2 i ii k 1 i i i

o b X b X b X X

b Y

dimana:

Y = variabel respons (yield minyak biji alpukat) bo = intersep

bi = model koefisien orde pertama

bij = pengaruh interaksi

bii = koefisien kuadrat dari Xi

ε = random error i = (1,2,…..k)

Kemudian model regresi akan dievaluasi menggunakan F-test dan koefisien determinasi (R2) yang diuji dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.

(32)
[image:32.595.110.518.104.272.2]

31

Tabel 4.2 Perkiraan Parameter Model Persamaan Statistik

TermB CoefB SEBCoefB TB PB

Constant 22,598 1,0641 21,236 0,000

t 4,505 0,7060 6,380 0,000

W -3,772 0,7060 -5,343 0,000

V -3,558 0,7060 -5,040 0,001

t*t -2,947 0,6873 -4,288 0,002

W*W -3,424 0,6873 -4,982 0,001

V*V -3,419 0,6873 -4,975 0,001

t*W -2,200 0,9225 -2,385 0,038

t*V -1,450 0,9225 -1,572 0,147

W*V 1,825 0,9225 1,978 0,076

S = 2,60911 R-Sq = 94,24% R-Sq(adj) = 89,05%

Tabel 4.3 Analysis of Varianse terhadap Yield SumberB

VariasiB dfB SSB MSB FhitungB FtabelB

Regresi 9 1113,05 123,673 18,17 3,02

Residual Error 10 68,07 6,807 TotalB 19 1181,13

Tabel 4.2 menunjukkan hasil dari uji signifikansi untuk setiap analisis regresi dari data penelitian. Hasil menunjukkan bahwa p-values dari setiap variabel penelitian signifikan secara statistik (p<0,05) kecuali interaksi antara waktu dan volume dan interaksi antara massa dan volume dengan nilai p>0,05 yaitu 0,147 dan 0,076.

Ketiga faktor linear (t, W, V), tiga faktor kuadrat (t2, W2, V2), dan satu

faktor interaksi (tW) menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap model dengan level kepercayaan sebesar 95%. Untuk mengurangi error, semua koefisien dimasukkan ke dalam model, dan berdasarkan nilai F-test yang besar dan p-values

yang rendah, semua faktor linear, semua faktor kuadrat, dan faktor interaksi (tW) memberikan pengaruh yang besar pada yield minyak biji alpukat yang dihasilkan. Koefisien determinasi (R2) dievaluasi untuk menguji kecocokan dari

(33)

32

determinasi tersebut juga dapat diartikan bahwa model ini dapat menjelaskan 94,24% dari variabilitas.

Pada tabel 4.3 ditunjukkan hasil analisis varians (ANOVA) variabel penelitian terhadap model respon permukaan orde-kedua yaitu persentase yield. Dari tabel tersebut, diperoleh Fhitung (18,17) dan Ftabel (F0,95; 9; 10 = 3,02). Jika Fhitung

> Ftabel maka disimpulkan nilai regresi signifikan [32]. Pada hasil analisis di atas

diperoleh nilai Fhitung > Ftabel, sehingga regresi dapat dinyatakan signifikan. Oleh

karena itu, ketiga variabel penelitian tersebut pengaruhnya cukup signifikan pada persentase yield minyak biji alpukat yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil analisis metode respon permukaan dengan level terkode, diperoleh hubungan % yield dengan ketiga variabel yaitu sebagai berikut:

Yield (%) = 22,598 + 4,505t – 3,772W - 3,558V - 2,947t2 - 3,424W2 – 3,419V2

2,2tW – 1,45 tV + 1,825WV

Dimana t, W, dan V merupakan waktu ekstraksi, massa biji alpukat, dan volume pelarut.

Dari model yang diperoleh berdasarkan analisis statistik di atas, persentase yield minyak biji alpukat yang tinggi diperoleh pada waktu ekstraksi yang lama, sedangkan massa biji alpukat dan volume pelarut tidak begitu berpengaruh. Dari hasil ANOVA dapat dilihat bahwa interaksi antara variabel waktu terhadap volume dan massa terhadap volume tidak terlalu signifikan. Interaksi faktor yang signifikan adalah antara variabel waktu dan massa.

(34)

33

pelarut kedalam bahan akan semakin efektif. Semakin banyak massa biji yang digunakan untuk ekstraksi maka % yield yang dihasilkan akan semakin besar pula dan sebaliknya [2]. Adama dan Edoga, 2011 menyatakan bahwa laju ekstraksi baik dilakukan dengan meningkatkan waktu dan menurunkan ukuran partikel pada suhu ekstraksi [9].

Berdasarkan analisis statistik pada tabel 4.2, dinyatakan bahwa interaksi antara waktu ekstraksi dan massa biji alpukat memberikan hasil yang signifikan yaitu dengan p = 0,038 (p < 0,05). Artinya, interaksi kedua variabel tersebut sangat berpengaruh dalam ekstraksi minyak biji alpukat.

Semakin lama waktu ekstraksi akan meningkatkan distribusi pelarut ke dalam biji alpukat sehingga akan semakin banyak minyak yang terlarut ke dalam pelarut. Sedangkan jika semakin besar massa biji alpukat yang diektraksi, akan semakin banyak minyak yang dihasilkan. Meskipun tidak terlalu berpengaruh terhadap %yield yang dihasilkan, namun massa biji alpukat sangat berpengaruh pada berat dan volume minyak biji alpukat yang dihasilkan. Dengan meningkatnya kedua variabel ini, akan semakin banyak minyak yang dihasilkan.

4.2 ANALISISBMINYAKBBIJIBALPUKATB 4.2.1 SifatBFisikaBdanBKimiaBMinyakBBijiBAlpukatB

[image:34.595.176.451.623.729.2]

Setelah dilakukan pemisahan minyak biji alpukat dari pelarut n-heptana, dilakukan pengukuran volume dan berat minyak yang dihasilkan. Kemudian dievaluasi kualitas dari minyak yang dihasilkan. Analisis yang dilakukan diantaranya, analisis densitas, viskositas, dan komposisi asam lemak. Hasil analisis minyak biji alpukat tersebut ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Sifat Fisika dan Kimia Minyak Biji Alpukat SifatBFisikaBdanBKimiaBB HasilB

Warna pada 30 oC Oranye

Densitas pada 20 oC (g/ml) 0,71

Viskositas pada 40 oC (cP) 0,43

(35)

34

Minyak biji alpukat yang diperoleh pada penelitian ini memiliki warna oranye dan sedikit encer. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna jingga atau kuning dapat disebabkan oleh adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak [34]. Biji alpukat mengandung karotenoid sebesar 0,966±0,164 mg/100 gr buah segar [35]. Oleh karena itu, warna yang dihasilkan berwarna oranye karena disebabkan oleh kandungan karoten yang cukup tinggi.

(36)

35

4.2.2 KomposisiBAsamBLemakBMinyakBBijiBAlpukatB

[image:36.595.135.503.273.707.2]

Asam lemak dapat dikelompokkan berdasarkan panjang rantai, ada tidaknya ikatan rangkap dan isomer trans-cis [37]. Untuk menganalisis komposisi asam lemak dapat digunakan instrumen Gas Chromatography (GC). Gambar 1 merupakan hasil GC minyak biji alpukat dengan perlakuan waktu ekstraksi selama 120 menit, massa bubuk biji alpukat sebanyak 30 gram, volume pelarut n-heptana sebanyak 300 ml, dan suhu ekstraksi pada titik didih pelarut n-n-heptana. Hasil analisis komposisi asam lemak minyak biji alpukat tersebut adalah sebagai berikut:

(37)

36

[image:37.595.149.476.166.393.2]

Dari kromatogram pada gambar di atas, komposisi asam lemak minyak biji alpukat tersebut disajikan pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Alpukat

AsamBLemak KomposisiB(%)

Asam Miristat (14:0) 1,4120

Asam Palmitat (16:0) 20,3439

Asam Palmitoleat (16:1) 2,7729

Asam Stearat (18:0) 1,2328

Asam Oleat (18:1) 15,8823

Asam Linoleat (18:2) 47,3531

Asam Linolenat (18:3) 4,9721

Asam Arachidat (20:0) 1,8139

Asam Gadoleat (20:1) 4,2160

TotalB 100,0000

Asam Lemak Jenuh (SFA) 24,8026

Asam Lemak Tak Jenuh Tunggal (MUFA) 22,8712 Asam Lemak Tak Jenuh Jamak (PUFA) 52,3252 Rasio Asam Linoleat/Asam Linolenat 9,52

Rasio PUFA/SFA 2,11

B

Berdasarkan data komposisi asam lemak dari minyak biji alpukat, maka dapat ditentukan bahwa berat molekul FFA minyak biji alpukat adalah 276,224 gr/mol. Dari kromatogram di atas, dapat dilihat bahwa komponen asam lemak yang dominan adalah asam lemak tidak jenuh jamak yaitu asam linoleat sebesar 47,3531% (b/b), asam lemak jenuh berupa asam palmitat sebesar 20,3439% (b/b), dan asam lemak tidak jenuh tunggal yaitu asam oleat sebesar 15,8823% (b/b).

(38)

37

menyebabkan kandungan asam linoleat yang menggunakan n-heptana lebih besar dibanding dengan yang menggunakan n-heksana.

Total dari asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) yang diperoleh sebesar 22,8712% dan asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) 52,3252% lebih besar dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh Bora [19] yaitu MUFA sebesar 20,712% dan PUFA sebesar 46,726%. Tetapi total asam lemak jenuh yang diperoleh lebih kecil dibanding dengan yang dilaporkan oleh Bora [19] sebesar 32,495%. Perbedaan komposisi asam lemak ini dapat disebabkan oleh perbedaan lokasi tumbuhan berasal dan faktor lain seperti kematangan dan proses pemanenan [20].

Rasio asam linoleat dengan asam linolenat (C18:2/C18:3) diperoleh sebesar 9,52 yang lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan Bora [19] dan Galvao [40] berturut-turut yaitu 5,92 dan 2,95. Nilai rasio C18:2/C18:3 yang lebih tinggi pada minyak biji alpukat berkhasiat menurunkan kolesterol darah (trigliserida dan HDL) yang telah diuji pada tikus [40]. Kemudian tingginya rasio PUFA/SFA telah dilaporkan dapat mengurangi penyakit kardiovaskular dan direkomendasikan nilai minimumnya adalah 0,4 [40]. Rasio PUFA/SFA yang diperoleh sebesar 2,11. Hasil di atas juga memperlihatkan bahwa asam lemak pada minyak biji alpukat didominasi oleh asam linoleat yang merupakan asam lemak tak jenuh jamak (PUFA). Sartika, 2008 menyatakan bahwa PUFA berperan penting dalam transport dan metabolisme lemak, fungsi imun, mempertahankan fungsi dan integritas membran sel [41].

Oleh karena itu, minyak biji alpukat yang dihasilkan cukup berkhasiat untuk kesehatan. Meskipun masih diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai toksisitas dan kandungan di dalam minyak tersebut.

4.3B ANALISISBEKONOMIB

(39)

38

buahnya saja. Hingga saat ini, biji alpukat yang telah dibuang dibiarkan begitu saja hingga membusuk. Biji alpukat yang telah membusuk akan menimbulkan bau tidak sedap dan bayak dihinggapi lalat, sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan sekitar.

Produksi alpukat di Indonesia cukup tinggi, hal ini dapat dibuktikan dengan data produksi buah alpukat di Indonesia pada tahun 2013 dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu mencapai 276.318 ton per tahun. Produksi alpukat mengalami peningkatan pada tahun 2014 hingga mencapai 307.326 ton [1], seiring dengan meningkatnya produksi alpukat, maka limbah biji alpukat yang dihasilkan juga meningkat.

Biji alpukat terdiri dari 65% daging buah (mesokarp), 20% biji (endocarp), dan 15% kulit buah (perikarp) [9]. Menurut Prasetyowati, biji alpukat mengandung 15 – 20 % minyak. Biji alpukat mengandung minyak yang hampir sama dengan kedelai sehingga biji alpukat dapat dijadikan sebagai sumber minyak nabati [3].

Jika diperkirakan produksi buah alpukat per tahun adalah 250 ribu ton. Biji alpukat 20% dari produksi buah alpukat yaitu 50 ribu ton. Setelah dilakukan penelitian mengenai ekstraksi minyak biji alpukat dengan pelarut heptana, diperoleh rata-rata kandungan minyak dalam biji alpukat sebesar 14,72%. Dari data tersebut, jika dikalikan dengan limbah biji alpukat Indonesia dapat dihasilkan 7.360 ton minyak biji alpukat. Densitas minyak biji alpukat yang diperoleh dari penelitian yaitu 0,7 kg/L. Dalam satuan volume, minyak biji alpukat yang dapat dihasilkan dari 50 ribu ton limbah biji alpukat yaitu lebih dari 10 juta Liter minyak biji alpukat. Dapat dilihat dari hasil tersebut, potensi minyak biji alpukat cukup besar untuk dijadikan minyak nabati.

(40)

39

digunakan dalam produksi dan harga jual minyak biji alpukat. Jumlah bahan baku yang digunakan pada proses ekstraksi dapat dihitung sebagai berikut :

Volume pelarut n-heptana yang diperlukan untuk mengekstraksi 100 gram

biji alpukat = 250ml gr

20 gr

100 = 1250 ml = 1,25 L

Harga pembelian n-heptana = ,125L L 5 , 2 000 . 100 . 2

Rp = RP 1.050.000,-

Jumlah minyak yang dihasilkan dari 20 gram biji alpukat : % minyak (20 gr) = 15%20gr= 3 gr

% minyak (100 gr) = 3gr gr 20

gr 100

= 15 gr

Massa minyak yang diperoleh = 15 gr

Harga minyak biji alpukat $138,98 per kg (Aliexpress) = Rp 2.043.700

Harga penjualan minyak biji alpukat = 15gr gr 1000 700 . 043 . 2

Rp = Rp 30.655,-

Pada saat pemisahan pelarut dari minyak setelah proses ekstraksi diperoleh sekitar 80% pelarut n-heptana yang diuapkan dapat digunakan kembali untuk proses ekstraksi yang selanjutnya.

Volume n-heptana yang diperoleh = 80% x 1,25 L = 1 L

Harga penjualan n-heptana = 1L L 5 , 2 000 . 100 . 2

Rp = Rp 840.000,-

(41)

40

BABBVB

KESIMPULANBDANBSARANB

B

5.1 KESIMPULANB

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah:

1. Analisis pengaruh variabel penelitian yang diolah dengan metode respon

permukaan menggunakan software Minitab memberikan nilai R2 sebesar

94,24% menunjukkan validitas untuk variabel terikat.

2. Interaksi antara ketiga variabel yang paling menunjukkan pengaruh

signifikan adalah hubungan interaksi antara waktu ekstraksi dan massa biji alpukat.

3. Dari analisis sifat fisika dan kimia yaitu warna, densitas, viskositas, dan

FFA diperoleh hasil berturut-turut yaitu oranye, 0,71 g/ml; 0,43 cP; dan

2,76%.B

4. Analisis komposisi asam lemak minyak biji alpukat diperoleh komponen

asam lemak yang dominan adalah asam lemak tidak jenuh jamak yaitu asam linoleat sebesar 47,3531% (b/b), asam lemak jenuh berupa asam palmitat sebesar 20,3439% (b/b), dan asam lemak tidak jenuh tunggal yaitu asam

oleat sebesar 15,8823% (b/b).B

B

5.2 SARANB

Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya waktu ekstraksi diperlama dan

dilakukan analisis lebih lanjut kandungan antioksidan pada minyak biji alpukat.B

2. Sebaiknya dilakukan analisis toksisitas minyak biji alpukat yang dihasilkan

agar diketahui keamanan pelarut n-heptana sebagai alternatif pelarut yang

aman bagi kesehatan dan lingkungan.B

(42)

5

BABBIIB

TINJAUANBPUSTATAB

2.1 ALPUTATB(Persea Americana Mill)B 2.1.1 TandunganBdanBManfaatBBuahBAlpukatB

Tanaman alpukat berasal dari Amerika tengah yang beriklim tropis dan telah menyebar hampir ke seluruh negara sub-tropis dan tropis termasuk indonesia. Di samping daging buahnya, biji alpukat juga memiliki potensi karena proteinnya tinggi bahkan alpukat memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi sehingga biji alpukat dapat dijadikan sebagai sumber minyak nabati [2]. Buah alpukat merupakan salah satu jenis buah yang digemari banyak orang karena selain rasanya yang enak, buah alpukat juga kaya antioksidan dan zat gizi. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan alpukat pada buahnya saja sedangkan bagian lain seperti biji kurang dimanfaatkan [5]. Umumnya alpukat memiliki daging buah tebal berwarna hijau kekuningan dengan biji di tengahnya berwarna kecoklatan [6].

(43)

6

Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Ranales

Keluarga : Lauraceae Marga : Persea

Varietas : Persea americana Mill [15]

[image:43.595.220.401.356.529.2]

Selain kandungan minyak yang tinggi, alpukat juga memiliki kandungan gizi yang tinggi dengan komposisi yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Kandungan Gizi di Dalam 100 gram Buah Alpukat [15]

ZatBGiziB JumlahB

Kalori 85,0 kal Protein 0,9 gram Lemak 6,5 gram Karbohidrat 7,7 mg

Kalsium 10,0 mg Fosfor 20,0 mg Besi 0,9 S.I Vitamin A 180,0 mg Vitamin B1 0,05 mg Vitamin C 13,0 mg Air 84,3 gram

B B

B Disamping kandungan gizi, biji alpukat juga dilaporkan beberapa kandungan toksisitasnya, diantaranya menurut Marlinda, 2012 nilai LC50 dari

ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (Persea americana Mill) didapatkan antara 34,302 – 42,270 mg/L. Nilai LC50 < 1000 mg/L menunjukkan ekstrak etanol biji

(44)

7

2.1.2 TandunganBMinyakBpadaBBijiBAlpukatB

Menurut Rachimoellah pada penelitiannya mengenai produksi biodiesel dari minyak biji alpukat, terdapat kandungan minyak sebesar 15% [18]. Hasil penelitian Prasetyowati, dkk., 2010 juga menyatakan biji alpukat mengandung minyak 15-20% [2]. Menggunakan pelarut n-heksana dengan variasi massa biji alpukat (30 dan 50 gram), volume pelarut (200, 300, 400 ml), dan waktu ekstraksi (60, 90, 120 menit) dihasilkan yield minyak biji alpukat berkisar antara 16,62 – 25,15% [2]. Penelitian Pramudono, dkk, 2008 menggunakan variasi pelarut n-heksana dan iso propil alkohol dengan rasio massa terhadap pelarut 20/250 gram dan waktu ekstraksi 2 jam menghasilkan yield minyak biji alpukat 18,69 dan 17,87% [3].

[image:44.595.141.485.392.757.2]

Berikut merupakan komposisi asam lemak minyak biji alpukat serta sifat fisika kimianya dengan ektraksi menggunakan pelarut heksana.

Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Alpukat [19]

AsamBLemakB B %B

Asam Lemak Jenuh B 32,495

Hexanoic Acid C6:0 0,800 ± 0,045

Heptanoic Acid C7:0 0,290 ± 0,097

Octanoic Acid C8:0 0,278 ± 0,052

Nonanoic Acid C9:0 0,217 ± 0,006

Dodecanoic Acid C12:0 0,278 ± 0,051

Tridecanoic Acid C13:0 0,166 ± 0,011

Tetradecanoic Acid C14:0 0,537 ± 0,052

Pentadecanoic Acid C15:0 2,334 ± 0,110

Hexadecanoic Acid C16:0 20,847 ± 0,843

Heptadecanoic Acid C17:0 1,725 ± 0,022

Octadecanoic Acid C18:0 1,185 ± 0,011

Nonadecanoic Acid C19:0 0,610 ± 0,341

Eicosanoic Acid C20:0 0,043 ± 0,020

Docosanoic Acid C22:0 1,114 ± 0,023

Tetracosanoic Acid C24:0 1,685 ± 0,045

Asam Lemak Tak Jenuh Tunggal 20,712

9-tetradecenoic Acid C14:1 0,251 ± 0,002

10-Pentadecenoic Acid C15:1 0,321 ± 0,159

9-Hexadecenoic Acid C16:1 1,786 ± 0,325

10-Heptadecenoic Acid C17:1 0,372 ± 0,083

9-Octadecenoic Acid C18:1 17,410 ± 0,058

11-Eicosenoic Acid C20:1 0,448 ± 0,277

(45)

8

Asam Lemak Tak Jenuh Jamak 46,726

9,12- Octadecadienoic Acid C18:2 38,892 ± 0,585

9,12,15- Octadecatrienoic Acid C18:3 6,577 ± 0,028

11,14,17-Eicosatrienoic Acid C20:3 1,257 ± 0,030

Asam lemak tak jenuh/jenuh 2,07 Asam lemak tak jenuh jamak/jenuh 1,44 Asam oleat/linoleat 0,45

2.2 ETTRATSIBB

Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solvent) sebagai separating agent. Dengan kata lain terjadi pemisahan fisika berdasarkan prinsip beda konsentrasi dan beda kelarutan. Hasil yang didapatkan kemudian dipisahkan menjadi dua bagian yaitu ekstrak dan rafinat. Ekstrak tersebut mengandung solut dan pelarut sedangkan rafinat mengandung inert, sisa pelarut dan sisa solut.

2.2.1 Macam-macamBMetodeBEkstraksiB

Berdasarkan metode operasinya, ekstraksi dibagi menjadi dua, yaitu ekstraksi tahap tunggal dimana kontak antar umpan dan pelarut dilakukan satu kali dan ekstraksi tahap banyak, ekstraksi tahap banyak ini dibagi menjadi tiga berdasarkan arah alirannya yaitu aliran searah (co-current flow), aliran silang (cross flow) dan aliran berlawanan arah (counter current flow) [20]. Pembagian ekstraksi berdasarkan bahan yang diekstrak, yaitu:

2.2.1.1Ekstraksi padat-cair (leaching)

(46)

9

terjadi sangat cepat sehingga dapat diabaikan pada perhitungan laju keseluruhan [21].

2.2.1.2Ekstraksi cair-cair

Proses pemisahan cairan dengan menggunakan solven dimana komponen yang diinginkan lebih larut terhadap salah satu solven. Salah satu contohnya dalam produksi bahan bakar pada industry nuklir, pemisahan hidrokarbon pada industry petroleum [21].

Metode ekstraksi yang biasa digunakan antara lain :

2.2.1.3Sokhlet

[image:46.595.276.383.500.702.2]

Sokhlet merupakan proses pemisahan berulang dengan sampel berupa padatan. Sampel yang akan diekstrak biasanya padatan yang telah dihaluskan. Padatan ini lalu dibungkus dengan kertas saring lalu dimasukkan dalam alat sokhlet. Alat ini pada bagian atas dihubungkan dengan pendingin balik sedangkan bagian bawah terdapat labu alas bulat sebagai tempat pelarut. Pemanasan dengan suhu tertentu akan menguapkan pelarut. Uap akan naik ke atas mengalami proses pendinginan. Ruang sokhlet akan dipenuhi oleh pelarut yang telah mengembun hingga batas tertentu pelarut tersebut akan membawa solut dalam labu. Proses ini berlangsung terus menerus. Keuntungan metode ini adalah ekstraksi berlangsung cepat, cairan pengekstraksi yang dibutuhkan sedikit, dan cairan pengekstraksi tidak pernah mengalami kejenuhan [22].

(47)

10

2.2.1.4Maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi paling sederhana yang dilakukan dengan merendam serbuk kasar simplisia dengan cairan pengekstraksi selama 4-10 hari dan disimpan terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna). Keuntungan dari maserasi adalah hasil ekstraksi banyak serta dapat menghindarkan perubahan kimia terhadap senyawa-senyawa tertentu oleh karena pemanasan namun demikian proses maserasi membutuhkan waktu yang relatif lama. Kerugian cara maserasi adalah penyarian kurang sempurna karena terjadi kejenuhan cairan penyari dan membutuhkan waktu yang lama. Walaupun demikian, maserasi merupakan proses ekstraksi yang masih umum digunakan karena cara pengerjaan dan peralatannya sederhana dan mudah [22].

Ekstraksi akan lebih menguntungkan jika dilaksanakan dalam jumlah tahap yang banyak. Setiap tahap menggunakan pelarut yang sedikit. Kerugiannya adalah konsentrasi larutan ekstrak makin lama makin rendah, dan jumlah total pelarut yang dibutuhkan menjadi .besar, sehingga untuk mendapatkan pelarut kembali biayanya menjadi mahal [23].

Cara kerja ekstraksi dengan pelarut yaitu dengan cara memasukkan bahan yang diekstraksi ke dalam sokhlet. Ekstraksi berlangsung secara sistematik pada suhu tertentu dengan menggunakan pelarut. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam bahan. Minyak hasil ekstraksi dengan pelarut mempunyai keunggulan yaitu bau yang mirip bau alamiah [2].

2.2.2 FaktorB–BFaktorByangBMempengaruhiBEkstraksiB

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi ekstraksi, diantaranya metode ekstraksi, jenis dan konsentrasi pelarut, ukuran parttikel dari bahan yang akan diekstraksi, waktu ekstraksi, suhu ekstraksi, rasio pelarut terhadap bahan, dan pH ekstraksi [24].

2.2.2.1Suhu

(48)

11

salah satunya adalah perlunya menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan [25].

2.2.2.2Ukuran partikel

Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas bidang kontak antara padatan dan solvent, serta semakin pendek jalur difusinya, yang menjadikan laju transfer massa semakin tinggi [25].

2.2.2.3Waktu Ekstraksi

Semakin lama waktu ekstraksi akan semakin banyak solut yang terlarut pada solvent hingga batas waktu tertentu dan batas kandungan solut. Namun tergantung kepada kesesuaian terhadap pelarut dan selektifitasnya [25]. Temperatur yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama lebih dibutuhkan pada ekstraksi menggunakan pelarut heptana dibandingkan ekstraksi dengan pelarut heksana [14]. Waktu yang dibutuhkan untuk mengekstraksi suatu bahan akan berbeda untuk setiap tipe pelarut dan jenis peralatan yang digunakan [26]. Waktu ekstraksi sangat penting pengaruhnya dikarenakan penentuan waktu ekstraksi yang tepat dapat menghemat biaya dan waktu pengerjaan. Sesuai dengan hukum Fick’s yang kedua mengenai difusi, dimana pada suatu waktu, aka nada kesetimbangan antara zat terlarut dan pelarut. Sehingga, waktu ekstraksi yang berlebih sebenarnya tidak diperlukan [24]. Terdapat dua tahapan dalam ekstraksi minyak dari biomassa. Tahap pertama merupakan ekstraksi minyak dari permukaan luar partikel yang merupakan proses yang sangat cepat sedangkan tahap kedua merupakan ekstraksi minyak dari partikel bagian dalam dimana prosesnya lebih lambat. Peningkatan waktu ekstraksi hingga mencapai batasan kandungan minyak merupakan indikasi bahwa ekstraksi telah selesai [27].

2.2.2.4Faktor solvent

(49)

12

setelah penambahan pelarut akibat perbedaan densitas. Pelarut dipilih sehingga zat terlarut dalam campuran dapat lebih larut terhadap pelarut. Sehingga perpindahan massa dari zat terlarut dari campuran ke pelarut terjadi hingga pemisahan tercapai ketika komponen yang akan dipisahkan terlarut dalam pelarut. Metode ekstraksi minyak yang paling dikenal adalah dengan penggunaan sokhlet [9].

Telah bertahun-tahun heksana menjadi pelarut yang dipilih untuk mengektraksi minyak. Perhatian terhadap lingkungan dan kesehatan baru-baru inni menyarankan untuk pembatasan penggunaan heksana, sehingga dibutuhkan pengganti dari pelarut tersebut. Heptana hampir sama dengan heksana tetapi tidak memiliki masalah terhadap lingkungan dan kesehatan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Conkerton, et. al yaitu membandingkan antara pelarut heksana dan heptana sebagai pelarut ekstraksi biji kapas. Disimpulkan dari penelitian ini, meskipun heptana membutuhkan temperatur yang lebih tinggi dan waktu ekstraksi yang lebih lama dibandingkan dengan ekstraksi menggunakan heksana, namun heptana merupakan alternatif yang potensial untuk dipilih dikarenakan efek terhadap lingkungan dan kesehatan yang lebih rendah dibandingkan heksana [14]. Umumnya, pelarut dengan viskositas rendah lebih disukai. Namun yang paling penting adalah keamanan terhadap kesehatan dan lingkungan [20]. Karena pelarut merupakan material utama dalam proses ekstraksi, karakteristik dan sifat-sifatnya harus dipertimbangkan pemilihannya.

[image:49.595.105.519.559.752.2]

Berikut beberapa pertimbangan dalam pemilihan pelarut:

Tabel 2.3 Karakteristik Pelarut yang diinginkan [20] Kesesuaian Proses  Selektifitas tinggi

 Kemampuan regenerasi

 Koefisien distribusi tinggi

 Perolehan solut tinggi untuk jumlah pelarut yang sedikit

 Solubilitas terhadap rafinat rendah

 Kesesuaian dengan solute Proses dan Peralatan Viskositas rendah

 Perbedaan densitas dari umpan (>2%, lebih baik >5%)

 Tegangan antarmuka sedang

(50)

13

 Korosifitas rendah Keamanan terhadap kesehatan dan

lingkungan  Tidak mudah terbakar Toksisitas rendah

 Dampak terhadap lingkungan rendah, Volatilitas rendah atau biaya penghilangan rafinat rendah

Keseluruhan Harga murah dan mudah didapat

2.2.3 N-heptanaBsebagaiBPelarutBpadaBProsesBEkstraksiB

[image:50.595.109.516.86.189.2]

n-Heptana adalah cairan tidak berwarna yang mudah menguap dengan bau yang khas. n-Heptana digunakan sebagai pelarut pengekstraksi, sebagai pelarut industri (untuk perekat, pernis dan tinta pada pencetakan) dan juga digunakan dalam pembuatan plastik serta sintesis toluen dan alkilbenzen [14]. Sifat fisika n-heptana dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4 Sifat Fisika n-Heptana [28] Sifat Fisika

Rumus kimia C7H16

Rumus molekul 100,21 g/mol Titik didih 98oC

Titik leleh -90,7oC

Specific gravity 0,6838

Tekanan uap 5,3 kPa (@ 20oC)

(51)

14

yang rendah yaitu fraksi heksana dan heptana. Hal ini didasarkan pada stabilitas, bau dan rasa dari produk, kehilangan pada saat penguapan yang rendah dan kurangnya korosi dan residu berminyak di peralatan [14]. Ayers dan Dooley [13] mengekstraksi biji kapas pada skala laboratorium dengan berbagi macam pelarut termasuk pelarut heksana dan heptana. Jumlah minyak yang di ekstraksi oleh kedua pelarut tersebut sama, tetapi kehilangan akibat refining dan warna minyak bervariasi. Mereka juga mencatat bahwa perbedaan warna minyak tergantung pada kandungan asam lemak bebas (FFA) dari bji. Secara umum minyak yang diekstraksi dengan heksana memiliki warna yang lebih tajam dibanding dengan heptana dan juga fosfolipid yang diekstraksi dengan heptana lebih tinggi dibanding dengan heksana [14].

Heksana sangat beracun bagi sistem saraf perifer sedangkan heptana hanya sedikit beracun. Ini merupakan keuntungan besar bagi hepatana. Selain itu heptana juga memiliki titik didih 98oC pada 1 atm yang 30oC lebih besar dari titik

didih heksana. Menggunakan pelarut dengan titik didih tinggi lebih menguntungkan karena proses difusi lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi dan membran sel lebih mudah pecah dan mengeluarkan minyak. Karena heptana kurang volatil dibandingkan heksana, maka akan sedikit residu yang tertinggal pada peralatan [29]. Minyak biji alpukat hasil ekstraksi akan dilakukan beberapa analisa diantaranya analisis komposisi asam lemak dengan menggunakan instrument GC-MS (gas chromatography-mass spectrometry).

2.3 ANALISISBTOMPOSISIBASAMBLEMATBMINYATBBIJIBALPUTATB DENGANBGASBCHROMATOGRAPHYB(GC)

2.3.1 Gas Chromatography (GC)

(52)

15

hampir setiap jenis senyawa organik, bahkan senyawa yang tidak stabil dalam keadaan aslinya tetapi dapat dikonversi ke derivatif yang mudah menguap [30].

Kromatografi gas adalah suatu teknik pemisahan komponen dari sebuah sampel partisi yang terdiri dari 2 fasa yaitu fasa diam dan fasa gas pembawa (fasa gerak). Menurut keadaan fasa diam, kromatografi gas dapat diklasifikasikan menjadi kromatografi gas-padat (GSC), di mana fasa diam adalah padat, dan kromatografi gas-cair (GLC) yang menggunakan cairan sebagai fasa diam. GLC sebagian besar lebih banyak digunakan daripada GSC. Selama pemisahan GC, sampel diuapkan dan dibawa oleh fasa gas pembawa melalui kolom. Pemisahan komponen yang berbeda dicapai berdasarkan tekanan uap relatifnya dan afinitas untuk fasa diam. Afinitas zat terhadap fasa diam dapat digambarkan dalam istilah kimia sebagai konstanta kesetimbangan yang disebut konstanta distribusi (Kc), yang juga dikenal sebagai koefisien partisi. Kc bergantung pada suhu dan juga sifat kimia fasa diam. Dengan demikian, suhu dapat digunakan sebagai cara untuk meningkatkan pemisahan senyawa yang berbeda melalui kolom, atau dengan fasa diam yang berbeda [30].

(53)

16

2.4 RANCANGAN DANBPENGOLAHANBDATABDENGANBRESPONSE SURFACE METHODOLOGY (RSM)B

Untuk memahami seberapa jauh suatu proses yang optimum dipengaruhi oleh sejumlah variabel, sering diperlukan data-data percobaan dalam jumlah besar dan membutuhkan waktu lama, yang secara otomatis juga akan memerlukan biaya dalam jumlah yang besar. Beberapa teknik statistika dan matematika sering dipakai untuk melakukan pendekatan guna memperoleh pemahaman terhadap kondisi optimum dari suatu proses, tanpa memerlukan data yang terlampau banyak. Diantara metode yang sering dipakai adalah metode permukaan respon [31].

Response Surface Methodology (RSM) merupakan salah satu metode

Design of Experiments (DOE) selain faktorial, mixture, taguchi, box-behnken, D-optimal, dll. Secara umum, tujuan suatu eksperimen adalah untuk memperoleh keterangan tentang bagaimana respon yang diberikan oleh suatu obyek pada berbagai keadaan tertentu yang ingin diperhatikan [31].

Metode permukaan respon (response surface methodology) merupakan sekumpulan teknik matematika dan statistika yang berguna untuk menganalisis permasalahan dimana beberapa variabel independen mempengaruhi variabel respon dan tujuan akhirnya adalah untuk mengoptimalkan respon. Ide dasar metode ini adalah memanfaatkan desain eksperimen berbantuan statistika untuk mencari nilai optimal dari suatu respon. Metode ini pertama kali diajukan sejak tahun 1951 dan sampai saat ini telah banyak dimanfaatkan baik dalam dunia penelitian maupun aplikasi industri. Misalnya, dengan menyusun suatu model matematika, peneliti dapat mengetahui nilai variabel-variabel independen yang menyebabkan nilai variabel respon menjadi optimal [31].

(54)

17

(55)

1

BABBIB

PENDAHULUAN

B

1.1 LATARBBELAKANGB

Hampir semua orapg mepgepal dap mepyukai buah alpukat karepa buah ipi mudah didapat dap rasapya lezat khususpya di Ipdopesia. Namup, kebapyakap orapg hapya memakap dagipg buahpya saja, sedapgkap biji alpukat dibuapg dap mepjadi limbah begitu saja. Produksi alpukat di Ipdopesia cukup tipggi, hal ipi dapat dibuktikap depgap data produksi buah alpukat di Ipdopesia pada tahup 2013 dari Badap Pusat Statistik (BPS) yaitu mepcapai 276.318 top per tahup. Produksi alpukat mepgalami pepipgkatap pada tahup 2014 hipgga mepcapai 307.326 top [1], seiripg depgap mepipgkatpya produksi alpukat, maka limbah biji alpukat yapg dihasilkap juga mepipgkat. Oleh karepa itu, perlu pepapgapap terhadap limbah biji alpukat depgap dilakukap pepelitiap mepgepai biji alpukat, diaptarapya ekstraksi mipyak biji alpukat [2,3], biodiesel dari mipyak biji alpukat [4], uji aptioksidap dalam biji alpukat [5,6] dap pati dari biji alpukat [7,8].

Biji alpukat terdiri dari 65% dagipg buah (mesokarp), 20% biji (epdocarp), dap 15% kulit buah (perikarp) [9]. Mepurut Prasetyowati, biji alpukat mepgapdupg 15 – 20 % mipyak. Biji alpukat mepgapdupg mipyak yapg hampir sama depgap kedelai sehipgga biji alpukat dapat dijadikap sebagai sumber mipyak pabati [3].

(56)

2

Heksapa merupakap pelarut yapg palipg bapyak digupakap uptuk proses

ekstraksi [10]. Namup, EPA (Environmental Protection Agency) mepyatakap

bahwa meskipup heksapa telah umum digupakap sebagai pelarut ekstraksi mipyak pabati dari biji dap sayurap, heksapa mepyebabkap toksisitas japgka pepdek dap papjapg seperti pusipg, sakit kepala, dap efek peurotoksik [11]. Dalam bapyak aplikasi (terutama farmasi), kegupaap p-heksapa juga dihapus dap seripg digaptikap oleh p-heptapa, yapg tidak akap membeptuk metabolit beracup (heksana-2,5-dion) [12]. Ayers dap Dooley [13] mepgekstraksi biji kapas pada skala laboratorium depgap berbagi macam pelarut termasuk pelarut heksapa dap heptapa. Jumlah mipyak yapg di ekstraksi oleh kedua pelarut tersebut sama, tetapi

kehilapgap akibat refining dap warpa mipyak bervariasi. Mereka juga mepcatat

bahwa perbedaap warpa mipyak tergaptupg pada kapdupgap asam lemak bebas (FFA) dari bji. Secara umum mipyak yapg diekstraksi depgap heksapa memiliki warpa yapg lebih tajam dibapdipg depgap heptapa dap juga fosfolipid yapg diekstraksi depgap heptapa lebih tipggi dibapdipg depgap heksapa [14].

Atas dasar pemikirap yapg telah dipaparkap, maka pepulis ipgip melakukap pepelitiap mepgepai ekstraksi mipyak biji alpukat depgap mepggupakap pelarut p-heptapa sehipgga dapat diketahui potepsi p-p-heptapa sebagai pelarut alterpatif dalam ekstraksi mipyak serta pepgaruh waktu terhadap yield mipyak biji alpukat yapg dihasilkap.

B

1.2 PERUMUSANBMASALAHB

(57)

3

1.3 TUJUANBPENELITIANB

Adapup tujuap dari dilakukappya pepelitiap ipi yaitu

1. Mepgkaji pepgaruh waktu ekstraksi dap perbapdipgap massa biji alpukat

depgap pelarut p-heptapa terhadap ekstrak mipyak biji alpukat yapg dihasilkap.

2. Mepeptukap karakteristik mipyak biji alpukat hasil ekstraksi depgap

pelarut p-heptapa.

B

1.4 MANFAATBPENELITIANBB

Adapup mapfaat yapg diharapkap diperoleh dari pepelitiap ipi yaitu :

1. Dapat memberikap ipformasi teptapg kuaptitas dap kualitas mipyak biji

alpukat.

2. Disampipg mepgurapgi limbah biji alpukat, juga dapat memberi pilai

ekopomis terhadap biji alpukat.

1.5 RUANGBLINGKUPBPENELITIANB

Adapup ruapg lipgkup dari pepelitiap ipi adalah :

1. Pepelitiap ipi dilaksapakap di Laboratorium Pepelitiap dap Laboratorium

Proses Ipdustri Kimia, Departemep Tekpik Kimia, Fakultas Tekpik, Upiversitas Sumatera Utara, Medap.

2. Bahap baku adalahbiji alpukat dap pelarut p-heptapa.

3. Ekstraksi mipyak biji alpukat dilapgsupgkap depgap memvariasikap tiga

variabel sebagai berikut :

- Waktu ekstraksi : 90 mepit, 120 mepit, 150 mepit

- Massa biji alpukat : 20 gram, 30 gram, 40 gram

- Volume pelarut p-heptapa : 250 ml, 300 ml, 350 ml

Sedapgkap variabel tetap:

- Suhu ekstraksi : 98,4 0C (titik didih pelarut p-heptapa)

(58)

4 Apalisis yapg dilakukap adalah :

1. Apalisis kualitatif terdiri dari : depsitas, viskositas, dap Free Fatty Acid

(FFA) mipyak biji alpukat.

2. Apalisis kuaptitatif terhadap massa, volume, dap yield mipyak biji alpukat

yapg dihasilkap.

3. Apalisis komposisi asam lemak mipyak biji alpukat depgap GC-MS (Gas

(59)

vii

ABSTRAK

Produksi alpukat yang cukup tinggi di Indonesia menyebabkan limbah biji alpukat meningkat. Biji alpukat memiliki kandungan minyak yang cukup besar sehingga berpotensi untuk dijadikan salah satu sumber minyak nabati. Pelarut yang umum digunakan untuk proses ekstraksi adalah heksana. Namun, heksana ternyata memiliki bahaya yang mengkhawatirkan jika digunakan untuk ekstraksi bahan makanan, sehingga diperlukan pelarut alternatif seperti n-heptana. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh variabel penelitian pada ekstraksi minyak biji alpukat dengan pelarut n-heptana. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Response Surface Methodology-Central Composite Design (RSM-CCD) dengan memvariasikan waktu ekstraksi, massa biji alpukat dan volume pelarut n-heptan

Gambar

Gambar L3.1 Data Rancangan Percobaan
Gambar L3.2 Hasil Pengolahan Data dengan Minitab
Tabel L4.2 Perhitungan Manual ANOVA
Gambar5L5.35Ekstraksi5Minyak5Biji5Almukat5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Capaian Program Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Sarana dan Prasarana Aparatur. 5

: Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten

Within this framework, individual trees were first extracted and then classified into different species based on their spectral information derived from hyperspectral imagery,

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KERINCI.. STANDAR

At the national scale, a spatial error regression model was developed to account for spatial dependency and to estimate SOC patterns based on ecological and ecosystem factors..

BIDANG DATA, INFORMASI PELAYANAN UMUM, &amp; PENGADUAN DAN BIDANG PENGOLAHAN &amp; PENERBITAN PERIZINAN &amp; NON PERIZINAN NAMA SOP : Pelayanan Surat Izin Praktek

Spatial planning professionals use a plethora of decision support tools to assist them in decision making (Brail, 2008) These tools are even more vital as planners attempt to

Invited Adjudicators adalah adjudicator yang dipilih langsung oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan atas dasar kompetensi debat atau pengalaman menjadi