Lampiran 1
Daftar Hasil Wawancara
Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah informan kunci (pemilik usaha) dan informan utama (karyawan). Wawancara terhadap informan bertujuan untuk mendapatkan data mengenai keadaan objek penelitian secara jelas. Berikut informan kunci selaku pemilik usaha Rizqa Florist :
Nama : Nelly Masril
Usia : 41 Tahun
No Pertanyaan Jawaban
Profil Usaha
1. Sejak kapan usaha Rizqa Florist ini berdiri ?
Usaha Rizqa Florist berdirik sejak tahun 2003.
2. Dimana alamat usaha Rizqa Florist ?
Alamatnya berada di Jalan Medan-Binjai Km. 12, No. 26F, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan.
3. Apakah usaha Rizqa Florist merupakan modal sendiri dan berapa besar dana awal untuk mendirikan usaha ini ?
Ya, usaha ini modal saya sendiri. Untuk modal awalnya sebesar Rp. 25 juta
papan bunga kepada saya Pertanyaan tentang SDM
1. Berapa jumlah karyawan ibu dalam menjalakan usaha ini ?
Karyawan yang saya miliki untuk menjalan usaha ini sebanyak 4 orang 2. Apa saja tugas dari karyawan ibu
?
Tugas dari karyawan saya untuk 2 orang pekerja sebagai pemasang bunga, dan 2 orang lagi sebagai supir dan asisten supirnya
3. Bagaimana proses ibu mengrekrut karyawan ?
Saya mengrekrut karyawan pastinya yang bisa untuk merangkai bunga dan sendirinya saat pemesanan lagi sepi Pertanyaan mengenai keuangan
1. Apakah dalam menjalankan usaha ibu menerapkan pencatatan transaksi-transaksi keuangan ?
Tidak ada catatan transaksi yang jelas dalam usaha saya ini, saya hanya mencatat pengeluaran dan pemesanan 2. Apakah ibu sudah pernah catat dalam usaha ini ?
7. Untuk tahun 2014 dan 2015 apakah ibu berencana menaikkan perencanaan laba ?
Sepertinya tidak karena usaha ini rata-rata orang yang ada dibidang ini menjual sekitar 100 ribu tidak penah berubah
8. Berapakah gaji yang bapak berikan untuk karyawan ibu ?
Gaji untuk pemasang 800 mendapatkan laba minimal tiap bulannya atau per tahunnya ?
Untuk tahun 2014 harapan saya 20 juta, dan 2015 sebesar 25 juta, kalau bisa tiap bulannya naik
Pertanyaan mengenai pemasaran
1. Apakah ibu melakukan pemasaran seperti iklan, sebar brosur atau yang lainnya untuk memperkenalkan usaha bapak ini ?
Untuk penyebaran browsur saya tidak pakai begituan, atau cara pemasaran lainnya, saya hanya memajangkan pamplet usaha saya di depan rumah 2. Berapa harga yang ibu tawarkan
untuk pembuatan papan bunga ini ?
Harga yang saya tawarkan Rp. 100.000/ papan, saya memberikan free antar untuk pemesanan
Pertanyaan mengenai produksi
1. Untuk operasional usaha ini mulai dari pukul berapa ?
Mulai pukul 09.00-17.00 WIB, ini hanya formalitas saja, ada juga pemesanan dilakukan pada malam hari, jika pemesanan banyak bisa karywan kerja sampai pagi
2. Berapa luas bangunan usaha ini ? Luasnya kira-kira 20 m2
3. Berapa konsumen setiap harinya ? Kadang ada yang 4 atau lebih bahkan kurang dari 4 juga pernah
4. Bagaimana cara ibu melakukan pencataan pendapatan ?
bulannya 5. Apa saja yang diperlukan untuk
pembuatan papan bunga ini ?
Yang diperlukan, kayu, karpet, bunga, dan jarumnya
6. Kapan pembelian perlengkapan dilakukan ?
Ibu biasa melakukan pembelian dilakukan setahun sekali
7. Kendala apa yang dihadapi saat menjalankan usaha ini ?
Lampiran 2
Realisasi Biaya Operasional Tahun 2014 dan 2015
Jenis Biaya 2014 (Rp) 2015 (Rp)
5. Biaya gaji 78.000.000 80.980.000
6. Biaya perlengkapan
Total biaya perlengkapan 29.750.000 29.750.000 7. Biaya Penyusutan (lampiran) 8.750.000 8.750.000 8. Biaya lain-lain
Total biaya lain-lain 5.700.000 6.540.000
Total biaya operasional 122.200.000 126.020.000
Lampiran 3
Data Pendapatan Tahun 2014
Bulan Unit Pendapatan
Januari 130 Rp. 13.000.000
Februari 145 Rp. 14.500.000
Maret 120 Rp. 12.000.000
April 130 Rp. 13.000.000
Mei 140 Rp. 14.000.000
Juni 150 Rp. 15.000.000
Juli 80 Rp. 8.000.000
Agustus 95 Rp. 9.500.000
September 100 Rp. 10.000.000
Oktober 115 Rp. 11.500.000
November 110 Rp. 11.000.000 Desember 125 Rp. 12.500.000
TOTAL 1440 Rp. 144.000.000
Lampiran 4
Data Pendapatan Tahun 2015
Bulan Unit Pendapatan
Januari 150 Rp. 15.000.000
Februari 150 Rp. 15.000.000
Maret 135 Rp. 13.500.000
April 140 Rp. 14.000.000
Mei 141 Rp. 14.100.000
Juni 130 Rp. 13.000.000
Juli 100 Rp. 10.000.000
Agustus 120 Rp. 12.000.000
September 105 Rp. 10.500.000
Oktober 130 Rp. 13.000.000
November 140 Rp. 14.000.000 Desember 148 Rp. 14.800.000
TOTAL 1589 Rp. 158.900.000
Lampiran 5
Metode garis lurus menghubungkan alokasi biaya dengan berlalunya waktu dan mengakui pembebanan periodik yang sama sepanjang umur aktiva. Estimasi umur ekonomis dibuat dalam periode bulanan atau tahunan. Perhitungan harga dan umur ekonomis usaha Rizqa Florist tidak memiliki nilai residu, maka rumusnya sebagai berikut :
Penyusutan = Harga Perolehan : Umur Ekonomis
Berikut perhitungan penyusutan peralatan per tahun :
1. Gedung
No Peralatan Penyusutan
2014 2015
1. Gedung 1.250.000 1.250.000
2. Kendaraan 7.500.000 7.500.000
Total 8.750.000 8.750.000
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ahyari, Agus. 1986. Analisis Pulang Pokok. Yogyakarta: BPFE
Carter dan Usry. 2005. Akuntansi Biaya. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
. 2006. Akuntansi Biaya. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat
Efferin, Sujoko et al. 2004. Metode Penelitian untuk Akuntansi sebuah Pendekatan Prsktis. Malang: Banyumedia Publishing
Fuad, M et al. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Garrison, Ray. H et al. 2006. Akuntansi Manajerial. Edisi kesebelas. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Kamaludin. 2013. Manajemen Keuangan. Jakarta: Bandar Muda
Krisna Warindrami, Armila. 2013. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu
Kuswandi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya. Jakarta: PT Elek Media Komputindo
Niswonger et al. 2005. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Prawironegoro, Darsono dan Ari Purwati. 2009. Akuntansi Biaya. Jakarta: Mitra Wacana Media
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE
Skripsi :
Agus Herlambang, Abdi. 2014. Analisis Break Even Point Sebagai Dassar Perencanaan Laba Pada Pangkas Mantap Mellinium. Universitas Sumatera Utara
Natasha, Febby. 2006. Analisis Break Even Point Dalam Perencanaan Laba Pada CV AZ Network Medan. Universitas Sumatera Utara
Pradita Marhaeni, Agustina. 2011. Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada Industri Kecil Tegel Di Kecamatan Pedurungan Periode 2004-2008 (Studi Kasus Pada Usaha Manufaktur). Universitas Diponegoro Semarang
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif non statiskal. Penelitian ini merupakan penelitian yang
bertujuan untuk menjelaskan suatu variabel secara mandiri, pengembangan
gambaran matematis yang menjelaskan tujuan, batasan, serta hubungan yang ada
didalam penelitian pengukuran data kuantitatif, tidak berasal dari sampel
orang-orang atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan
persentase tanggapan, melainkan dari biaya, volume penjualan dan pendapatan
pada objek penelitian.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rizqa Florist yang beralamat di Jalan
Medan-Binjai KM. 12 No. 26F Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan. Penelitian
3.3 Definisi Konsep
1. Perencanaan Laba
Menurut Carter dan Usry (2005:4) perencanaan laba merupakan suatu
proses perencanaan keuangan perusahaan yang telah diperhitungkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan baik jangka panjang
maupun jangka pendek.
2. Break Even Point
Menurut Carter dan Usry (2006:57) Break even point adalah suatu
keadaan dimana perusahaan yang menggambarkan jumlah total
penghasilan sama dengan total biaya atau keadaan dimana perusahaan
tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian.
3. Biaya Tetap
Menurut Carter dan Usry (2006:57) Biaya tetap adalah biaya yang
secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau
menurun.
4. Biaya Variabel
Menurut Carter dan Usry (2006:58) Biaya variabel adalah biaya yang
secara total meningkat secara proposional terhadap peningkatan dalam
aktivitas dan menurun secara proposional terhadap penurunan dalam
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui teknik wawancara
dan dokumentasi berupa data realisasi pendapatan dan biaya operasional
tahun 2014 dan 2015.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini berupa buku-buku kuliah, skripsi,
jurnal dan media elektronik (internet).
3.5 Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Analisis Perilaku Biaya
Menganalisi perilaku biaya yaitu tujuan variabel, biaya tetap dan biaya
semivariabel yang relevan dengan objek penelitian dan mendiagnosis
perilaku biaya dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Least
Squarest) merupakan metode memisahkan biaya semivariabel menjadi
komponen biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan seluruh
data. Garis regresi dengan rumus Y = a +bX disesuaikan dengan data yang
ada, dimana a mencerminkan biaya tetap dan b mencerminkan biaya
2. Untuk menentukan besarnya tingkat penjualan dalam keadaan break even
point dengan rumus :
(Niswonger et al, 2005:334)
3. Target laba untuk menentukan penjualan minimal
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Usaha
Usaha Rizqa Florist merupakan usaha kecil yang bergerak dibidang jasa
pembuatan papan bunga, usaha ini didirikan pada tanggal 14 Februari 2003.
Usaha ini didirikan oleh Ibu Nelly Masril yang berlokasi dijalan Medan-Binjai
Km. 12 No. 26F Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan. Usaha ini didirikan
dengan harapan dapat berkembang dan bersaing dengan usaha sejenis lainnya,
karena kita tau usaha ini banyak ditemukan disekitaran daerah ini. Tujuan dari
usaha ini adalah untuk meningkatkan pendapatan dari pemilik usaha.
Modal awal usaha Rizqa Florist adalah Rp. 25 juta yang berasal dari
pemilik usaha sendiri. Melalui modal awal tersebut usaha ini mampu memberikan
lapangan pekerjaan kepada 4 orang pekerja, 2 orang sebagai pemasangan bunga,
dan 2 orang lagi sebagai supir dan asisten supir.
Usaha Rizqa Florist buka mulai jam 09.00-17.00 WIB, jam buka tersebut
hanya formalitas saja kata pemilik, ada juga pelanggan yang memesannya diluar
jam yang ditetapkan, karyawan pemasangan pun kerja tidak berdasarkan jam kerja
tersebut melainkan banyaknya pemesanan, jika pemesanan banyak maka pekerja
4.1.2 Visi dan Misi
Usaha Rizqa Florist dalam menjalankan kegiatannya tidak ada pernyataan
visi dan misi secara tertulis seperti perusahaan atau organisasi pada umumnya,
namun bukan berarti usaha ini tidak memiliki visi dan misi, berikut visi dan misi
usaha Rizqa Floris :
1. Visi
Visi dari usaha Rizqa Florist adalah membangun solidaritas terhadap
pelanggan dan pekerja agar kepercayaan terhadap kami selalu terjaga serta
ingin memenangkan persaingan dibidangnya.
2. Misi
Untuk mencapai visi diatas maka usaha Rizqa Florist menetapkan misi
yaitu :
a. Pelanggan adalah raja
b. Memberi pelayanan terbaik untuk pelanggan
c. Kualitas bunga dan desain tetap dijaga
4.1.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu cara atau system pembagian tangung
jawab, wewenang dan tugasserta penetapan hubungan antara unsur-unsur
organisasi dalan pencapaian tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya. Penyusunan struktur organisasi suatu perusahaan sangat penting
untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan secara
perusahaan dapat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing
sehingga membuat efesiensi dan efektivitas kerja. (Abdi, 2014:38)
Bentuk struktur organisasi pada usaha Rizqa Florist adalah bentuk struktur
organisasi garis. Struktur organisasi ini hanya terdiri dari dua tingkatan, yaitu
pemilik usaha dan karyawan. Ibu Nelly Masril merupakan pemilik usaha yang
berada pada tingkatan atas, sedangkan tingkatan dibawahnya merupakan
karyawan, 2 orang sebagai pemasang bunga (Abdul dan Arman), 2 orang lagi
sebagai supir (Pinder) dan asisten supir (Beni). Untuk lebih jelasnya dapat
diperhatikan struktur organisasi pada usaha Rizqa Florist berikut ini.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
Adapun tugas dari masing-masing bagian struktur organisasi pada gambar diatas
adalah sebagai berikut :
1. Pemilik Usaha
a. Melayani pelanggan yang datang untuk pemesanan.
b. Menjalankan koordinasi dan pengawasan terhadap kegiatan usaha.
c. Melakukan pencatatan pendapatan dan pengeluaran dalam kegiatan usaha Pemilik Usaha
2. Karyawan
a. Melakukan kegiatan perangkaian bunga
b. Mengantarkan pemesanan
4.1.4 Sistem Gaji
Usaha Rizqa Florist dijalankan oleh 5 orang yang terdiri dari 1 orang
pemilik usaha dan 4 orang pekerja. Usaha Rizqa Florist memberikan gaji pada
karyawannya tiap bulan Rp. 800.000 untuk karyawan perangkai bunga dan Rp.
10.000/papan setiap kali ada pemesanan, usaha rizqa florist ini menjual per
papannya Rp. 100.000, untuk supir diberikan Rp. 1.500.000 tiap bulan dan asisten
supir Rp. 1.000.000 tiap bulannya.
4.1.5 Prosedur Kerja
Prosedur kerja adalah tahapan dalam tata kerja tentang bagaimana
mengelola sebuah pekerjaan yang mengandung pengertian tentang apa, untuk apa
dan bagaimana pekerjaan harus diselesaikan. Adapun prosedur kerja Rizqa Florist
sebagai berikut :
1. Saaat pelanggan datang untuk pemesanan, pelanggan langsung bertemu
pada pemilik usaha dan melakukan transaksi.
2. Setelah adanya pemesanan, karyawan langsung mengerjakannya.
3. Biasanya pemesanan dilakukan sehari atau 2 hari sebelum diantar
4.2 Penyajian Data
4.2.1 Sarana dan Prasarana
Dalam menjalankan kegiatan usahanya usaha Rizqa Florist memiliki
beberapa sarana dan prasarana yang digunakan, diantaranya sebagai berikut :
1. Gedung
Luas total bangunan untuk kegiatan produksi adalah 20 m2, tempat produksi berada dibelakang rumah pemilik usaha.
2. Kendaraan
Kendaraan yang digunakan Rizqa Florist adalah mobil pick up, kendaraan
digunakan untuk mengantar pemesanaan, pengantaraan ini di berikan secara
gratis oleh pemilik usaha.
3. Akses Jalan
Akses menuju lokasi usaha merupakan jalan utama Medan-Binjai, akses jalan
yang mudah untuk dijangkau konsumen.
4. Tenaga Ahli
Karyawan yang bekerja di Rizqa Florist merupakan tenaga ahli dalam
perangkaian bunga, memiliki pengalaman yang cukup baik dalam bidangnya.
5. Perlengkapan
Perlengkapan adalah suatu barang yang dimiliki perusahaan untuk melengkapi
suatu pekerjaan atau kegiatan bisnis. Perlengkapan sifatnya lebih mudah habis
(masa manfaatnya lebih pendek) jika dibandingkan dengan peralatan dan
perlengkapan tidak perlu disusutkan harganya. Berikut perlengkapan yang
a. Kayu, busa, kain karpet, paku adalah komponen yang digunakan untuk
pembuatan papan sebagai dasar untuk merangkai bunga.
b. Bunga plastik digunakan untuk membuat huruf, angka, gambar dan yang
lainnya sesuai dengan pemesanan.
c. Jarum pentol digunakan untuk melekatkan bunga plastik ke papan.
4.2.2 Perhitungan Harga dan Umur Ekonomis
Perhitungan perlu dilakukan untuk mengetahui kisaran asset yang dimiliki
perusahaan dan mengetahui umur ekonomis (ketahanan) peralatan yang
dimiliki perusahaan untuk mengetahui operasional bisnisnya. Perhitungan
ini diperlukan untuk menghitung penyusutan dari peralatan. Penyusutan
merupakan salah satu konsekuensi akibat dari penggunaan aktiva tetap.
Penyusutan aktiva tetap terjadi karena berkurangnya nilai kegunaan dari
aktiva tetap yang disesabkan karena adanya pemakaian aktiva tetap
tersebut. Untuk menghitung penyusutan menggunakan garis lurus.
Tabel 4.1 Perhitungan Harga Dan Umur Ekonomis
No Tahun Jenis Peralatan Jumlah Harga
Umur
Ekonomis
1. 2003 Gedung 1 50.000.000 40 tahun
2. 2010 Kendaraan 1 60.000.000 8 tahun
4.2.3 Pendapatan Usaha
Pendapatan merupakan hasil penjualan barang atau jasa yang dibebankan
kepada pelanggan, atau hasil yang diperoleh dari kegiatan utama perusahaan.
Tabel 4.2 Data Pendapatan
Usaha Rizqa Florist
Tahun 2014
Bulan Unit Pendapatan
Januari 130 Rp. 13.000.000
Februari 145 Rp. 14.500.000
Maret 120 Rp. 12.000.000
April 130 Rp. 13.000.000
Mei 140 Rp. 14.000.000
Juni 150 Rp. 15.000.000
Juli 80 Rp. 8.000.000
Agustus 95 Rp. 9.500.000
September 100 Rp. 10.000.000
Oktober 115 Rp. 11.500.000
November 110 Rp. 11.000.000 Desember 125 Rp. 12.500.000
TOTAL 1440 Rp. 144.000.000
Tabel 4.3 Data Pendapatan Usaha Rizqa Florist
Tahun 2015
Bulan Unit Pendapatan
Januari 150 Rp. 15.000.000
Februari 150 Rp. 15.000.000
Maret 135 Rp. 13.500.000
April 140 Rp. 14.000.000
Mei 141 Rp. 14.100.000
Juni 130 Rp. 13.000.000
Juli 100 Rp. 10.000.000
Agustus 120 Rp. 12.000.000
September 105 Rp. 10.500.000
Oktober 130 Rp. 13.000.000
November 140 Rp. 14.000.000 Desember 148 Rp. 14.800.000
TOTAL 1589 Rp. 158.900.000
4.2.4 Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya-biaya yang digunakan untuk
memperoleh barang, menghasilkan barang, melakukan pemasaran, dan melakukan
penjualan serta biaya-biaya untuk operasional perusahaan. Jika perusahaan
merupakan usaha jasa maka biaya operasional untuk memperoleh perlengkapan,
peralatan, pemasaran, dan biaya operasional lainnya. Berikut data realisasi biaya
operasional tahun 2014 dan 2015.
Tabel 4.4 Biaya Operasional
Usaha Rizqa Florist
Tahun 2014-2015
Jenis Biaya 2014 (Rp) 2015 (Rp)
1. Biaya gaji 78.000.000 80.980.000
2. Biaya perlengkapan
Total biaya perlengkapan 29.750.000 29.750.000 3. Biaya Penyusutan (lampiran) 8.750.000 8.750.000 4. Biaya lain-lain
Total biaya lain-lain 5.700.000 6.540.000
Total biaya operasional 122.200.000 126.020.000
4.3 Perencanaan Laba dengan Analisis Break Even Point
4.3.1 Analisis Perilaku Biaya
Perencanaan laba melalui analisis break even point dalam penelitian ini
menggunakan data yang relevan, data tersebut adalah data realisasi pendapatan
dan realisasi biaya operasional. Analisis break even point dimulai dengan
a. Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tetap, tidak dipengaruhi
tingkat kegiatan usaha. Biaya tetap Rizqa Florist terdiri dari biaya listrik, biaya air
dan biaya transportasi. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya berubah
sesuai dengan tingkat perubahan kegiatan usaha. Biaya variabel Rizqa Florist
terdiri dari biaya gaji dan biaya perlengkapan. Berikut adalah tabel yang
menggambarkan biaya tetap dan biaya variabel usaha Rizqa Florist tahun 2014
dan 2015.
Tabel 4.5 Realisasi Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Rizqa Florist Tahun 2014 dan 2015
Jenis Biaya 2014 (Rp) 2015 (Rp)
Tetap Variabel Tetap Variabel
1.Biaya penyusutan 8.750.000 - 8.750.000 -
Total Biaya 14.450.000 107.750.000 15.290.000 110.730.000
4.3.2 Laporan Laba/Rugi Usaha Rizqa Florist
Laporan laba/rugi adalah laporan yang merupakan bagian dari laporan
keuangan yang memuat informasi mengenai hasil operasi perusahaan. Baik itu
pendapatan maupun pengeluaran selama periode tertentu. Laporan laba/rugi ini
cukup penting, karena laporan ini dapat dijadikan alat untuk memprediksi arus kas
dimasa yang akan datang. Berikut laporan laba/rugi pada Rizqa Florist tahun
2014-2015.
Tabel 4.6 Laporan Laba/Rugi
Rizqa Florist Tahun 2014 dan 2015
Keterangan 2014 (Rp) 2015 (Rp)
1. Pendapatan 144.000.000 158.900.000
2. Biaya gaji 78.000.000 80.980.000
3. Biaya perlengkapan Total biaya perlengkapan 29.750.000 29.750.000 4. Biaya penyusutan (lampiran) 8.750.000 8.750.000 5. Biaya lain-lain Total biaya lain-lain 5.700.000 6.540.000
Total biaya operasional 122.200.000 126.020.000
Laba 21.800.000 32.880.000
4.3.3 Break Even Point Tahun 2014-2015
Break even point adalah suatu keadaan perusahaan yang menggambarkan
jumlah total penghasilan sama dengan total biaya atau keadaan dimana
perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian.
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2014 dan 2015 terdapat beberapa
biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Tahun 2014
Berikut data pendapatan, biaya tetap dan biaya variabel Rizqa Florist :
Penjualan = Rp. 144.000.000
Biaya Tetap = Rp. 14.450.000
Biaya Variabel = Rp. 107.750.000
Berdasarkan data tersebut, maka besarnya break even point untuk tahun 2014
dapat dihitung sebagai berikut :
= 57.401.381
Tahun 2015
Berikut data pendapatan, biaya tetap dan biaya variabel Rizqa Florist :
Penjualan = Rp. 158.900.000
Biaya Tetap = Rp. 15.290.000
Berdasarkan data tersebut, maka besarnya break even point untuk tahun 2015
dapat dihitung sebagai berikut :
= 50.437.638
Berdasarkan data analisis yang telah dilakukan pada Rizqa Florist pada
tahun 2014 telah mencapai break eve point pada penjualan Rp. 22.642.760 dengan
pendapatan yang telah dicapai pada tahun tersebut sebesar Rp. 144.000.000.
Untuk tahun 2015 mengalami penurunan break even point pada penjualan Rp.
21.573.720 dengan pendapatan naik pada tahun tersebut sebesar Rp. 158.900.000.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa Rizqa Florist dalam keadaan baik karena
selisih hasil penjualan dengan tingkat break even point yang telah dilakukan
sangat jauh.
4.3.4 Target Penjualan Minimal Tahun 2014-2015
Penjualan minimal merupakan penjualan yang harus dicapai untuk
menutupi biaya dan laba yang telah ditentukan. Manajemen harus
menentukankeuntungan yang harus dicapai dimasa depan, (Abdi, 2014). Usaha
Rizqa Florist menetapkan target keuntungan pada tahun 2014 sebesar Rp.
20.000.000 dan 2015 minimal sebesar Rp. 25.000.000, dengan target keuntungan
Tahun 2014
=
=
= Rp. 137.250.996
Tahun 2015
=
=
= Rp. 132.970.297
Tingkat laba yang telah diperoleh Rizqa Florist untuk tahun 2014 sebesar
Rp. 21.800.000 dengan realisasi penjualan sebesar Rp. 144.000.000, laba yang
direncanakan sebesar Rp. 20.000.000 dengan penjualan minimal Rp. 137.250.996
dan laba tahun 2015 sebesar Rp. 32.880.000 dengan realisasi penjualan Rp.
158.900.000 dan laba yang direncanakan sebesar Rp. 25.000.000 dengan
penjualan minimal Rp. 132.970.297. Hasil ini menunjukkan kinerja usaha
Break Even Point Tahun 2016
Berikut perkiraan perubahan break even point pada Juli-Desember tahun 2016
dengan harga tetap, mengikuti tahun sebelumnya.
= 50.437.638/tahun atau
=
x 6 = Rp. 25.218.819/6 bulan
Untuk perubahan laba yang terjadi bisa dilihat sebagai berikut.
Laba = Pendapatan – (Biaya tetap + Biaya variabel)
= 158.900.000 – (15.290.000 + 110.730.000)
= 158.900.000 – 126.020.000
= 32.880.000/tahun atau
=
x 6 = Rp. 16.440.000/6 bulan
Dengan harga tetap dan mengikuti tahun sebelumnya untuk laba pada
Juli-Desember tahun 2016 sebesar Rp. 16.440.000 atau Rp. 32.880.000/tahun yang
berarti perusahaan telah melebihi target laba minimal Rp. 25.000.000 pada tahun
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada Rizqa Florist, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Usaha Rizqa Florist ini didirikan pada tanggal 14 Februari 2003 oleh
Ibu Nelly Masril, yang berlokasi di jalan Medan-Binjai, Km. 12, No.
26F, Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Medan.
2. Usaha Rizqa Florist memberikan lapangan pekerjaan kepada 4 orang,
dengan gaji pemasang bunga Rp. 800.000/bulannya dan Rp.
10.000/papannya untuk 2 orang pekerja, dengan harga Rp.
100.000/papannya dan supir dengan gaji Rp. 1.500.000/bulannya dan
asisten supir Rp.1.000.000/bulannya.
3. Usaha Rizqa Florist sudah dapat mengelompokkan biaya tetap dan
biaya variabel
4. Break even point tahun 2014 sebesar Rp. 57.401.381 dengan realisasi
penjualan yang dicapai sebesar Rp. 144.000.000. Untuk tahun 2015
usaha ini mencapai penurunan break even point sebesar Rp.
50.437.638, dengan realisasi penjualan naik sebesar Rp. 158.900.000.
5. Laba pada tahun 2016 dengan harga tetap dan mengikuti tahun
sebelumnya diperkirakan Juli-Desember adalah sebesar Rp.
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan maka
dalam hal ini penulis akan mengajukan saran yang mungkin berguna bagi
perusahaan untuk memberikan masukkan kepada pemilik usaha Rizqa
Florist dalam perkembangan usaha yang akan datang, adapun saran saya
untuk usaha ini adalah sebaiknya Rizqa Florist menyusun laporan
laba/rugi, karena laporan ini sangat penting untuk melihat pekembangan
usaha dari tahun ke tahun. Usaha Rizqa Florist ini sebaiknya menjual
souvenir juga agar dapat menambah pendapatan, karena dilihat dari
pelanggannya sangat memungkinkan untuk menjual hal yang baru. Usaha
Rizqa Florist seharusnya jangan memberikan pengantaran secara gratis ini
bisa menyebabkan kerugian karena untuk pengantaran dibutuhkan biaya
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Perencanaan Laba
2.1.1 Pengertian Perencanaan Laba
Perencanaan laba sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen suatu perusahaan untuk
masa yang akan datang. Perencanaan laba merupakan rencana kerja yang telah
diperhitungkan implikasi keuangan yang dinyatakan dalam bentuk proyeksi
perhitungan rugi-laba, neraca kas dan modal kerja untuk rencana jangka panjang
dan jangka pendek perusahaan. Perencanaan laba jangka panjang merupakan
proses yang berkesinambungan untuk mengambil keputusan secara sistematik
dan disertai dengan perkiraan terbaik mengenai keadaan dimasa mendatang,
mengorganisasikan kegiatan yang diperlukan secara sistematik untuk
melaksanakan keputusan. Dengan segala laba dan pertumbuhan yang diharapkan
haruslah dipecah kedalam anggaran jangka pendek, agar dapat direncanakan dan
dikendalikan secara terarah.
Menurut Carter dan Usry (2005:4), perencanaan laba (profit planning)
adalah pengembangan dari suatu rencana operasi guna mencapai cita-cita dan
tujuan perusahaan. Laba adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya
dalam jangka waktu tertentu. Suatu rencana laba dari suatu perusahaan terdiri atas
mencerminkan tingkat laba atau target yang diperkirakan berusaha untuk dicapai
oleh manajemen.
Menurut Kamaludin (2011:88), perencanaan laba merupakan suatu proses
perencanaan keuangan yang sangat penting bagi perusahaan. Pelaku perencanaan
dalam hal ini adalah manajer keuangan menentukan segala aktivitas perusahaan
untuk mencapai target laba yang telah ditentukan.
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan laba
merupakan suatu proses perencanaan keuangan perusahaan yang telah
diperhitungkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan baik jangka panjang
maupun jangka pendek.
2.1.2 Menetapkan Tujuan Laba
Menurut Carter dan Usry (2005:4), pada dasarnya ada tiga pendekatan
yang berbeda dapat diikuti dalam menetapkan tujuan laba.
1. Dalam metode priori, tujuan laba mendominasi perencanaan. Pertama-tama
manajemen menentukan tingkat pengembalian yang diinginkan dan berusaha
untuk merealisasikannya melalui perencanaan
2. Dalam metode posteriori, tujuan laba berada dibawah perencanaan dan
diidentifikasikan sebagai hasil dari perencanaan.
3. Dalam metode pragmatis, manajemen menggunakan suatu standar laba yang
telah diuji dan dibuktikan melalui pengalaman.
Dalam menentukan tujuan laba, menajemen sebaiknya mempertimbangkan
1. Laba atau rugi yang diakibatkan dari volume penjualan tertentu.
2. Volume penjualan yang diperlukan untuk menutup semua biaya plus
menghasilkan laba yang mencukupi untuk membayar biaya oprasional serta
menyediakan kebutuhan bisnis masa depan.
3. Titik impas.
4. Volume penjualan yang dapat dicapai dengan kapasitas operasi sekarang.
5. Kapasitas operasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan laba.
6. Pengembalian atas modal yang digunakan.
2.1.3 Manfaat Perencanaan Laba
Perencanaan laba berguna untuk mengetahui target penjualan yang harus
dicapai untuk memperoleh laba yang ditargetkan. Perencanaan laba terkait dengan
jumlah penjualan yang harus dicapai dan biaya yang harus dikeluarkan. Jika biaya
yang harus dikeluarkan lebih besar, maka perusahaan harus berusaha untuk
menekan biaya tersebut agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Menurut
Adolph Matz dalam Aulia Puspita (2012:6), perencanaan laba sering digunakan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja
manajemen suatu perusahaan untuk masa yang akan datang.
Perencanaan laba atau penganggaran mempunyai manfaat bagi perusahaan
yaitu :
1. Memberikan pendekatan yang terarah dalam pemecahan permasalahan.
2. Memaksa pihak manajemen untuk secara dini mengadakan penelaahan
organisasi untuk mengadakan telaah yang seksama sebelum mengambil
suatu keputusan.
3. Menciptakan suasana organisasi yang mengarah pada pencapaian laba.
4. Merangsang peran serta dan mengkoordinasi rencana operasi berbagai
segmen dari keseluruhan organisasi manajemen sehingga keputusan akhir
dan rencana saling berkaitan.
5. Menawarkan kesempatan untuk menilai secara sistematik setiap segi atau
aspek organisasi maupun untuk memeriksa serta memperbaharui kebijakan
dan pedoman dasar secara berkala.
Dengan berbagai manfaat diatas, maka pihak manajemen merasa tergugah
atau berfikir bagaimana agar perencanaan laba tersebut dapat berhasil yang akan
berakibat pula pada keberhasilan suatu usaha.
2.2 Biaya
2.2.1 Pengertian Biaya
Salah satu data yang diperlukan oleh manajemen perusahaan untuk
memperoleh laba yang diinginkan adalah informasi biaya. Melalui informasi
biaya manajemen dapat menyusun laba yang diingikan untuk membantu
keputusan yang akan datang, sehingga diperlukan definisi kata biaya dengan tepat.
Menurut Darsono dan Ari (2009:19), biaya adalah kas dan setara kas yang
dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang
diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa yang akan
mendapatkan barang dagang, baik yang diproduksi sendiri maupun yang
merupakan hasil pembelian dari pihak lain (misalnya supplier atau pemasok)
hingga barang tersebut terjual kembali kepada pihak pembeli
(pemakai/pelanggan) baik yang berkaitan didalam maupun diluar usaha pokok
perusahaan. Sedangkan Mulyadi (2000:506) menyatakan, biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi/yang
kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Ada empat unsur
pokok dalam definisi biaya tersebut :
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi
4. Pengorbanan tertentu untuk tujuan tertentu
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya adalah
pengeluaran yang dikorbankan perusahaan dan memberikan manfaat dimasa yang
akan datang.
2.2.2 Pengelompokan Biaya
Biaya yang harus dikeluarkan di dalam pelaksanaan operasi terdiri dari
berbagai macam. Jumlah dan jenis biaya dalam rangka pelaksanaan operasi
perusahaan ini akan dapat dipisahkan atas dasar berbagai macam keperluan pula.
Untuk keperluan analisis pulang pokok ini berbagai macam biaya tersebut akan
dapat dipisahkan menurut hubungannya dengan perubahan tingkat kegiatan dalam
Menurut Carter dan Usry (2006:57), biaya umumnya akan menghasilkan
klasifikasi tiap pengeluaran sebagai biaya tetap, biaya variabel, atau biaya semi
variabel.
1. Biaya Tetap
Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat
aktivitas bisnis meningkat atau menurun. Meskipun beberapa jenis biaya
tampak sebagai biaya tetap, semua biaya sebenarnya bersifat variabel jangka
panjang. Jika semua aktivitas bisnis menurun sampai dengan titik nol dan
tidak ada prospek untuk kenaikan, perusahaan akan melakukan melikuidasi
dan menghindari semua biaya. Jika aktivitas diharapkan untuk meningkat
diatas kapasitas yang sekarang, biaya tetap harus dinaikkan untuk menangani
peningkatan volume yang diperkirakan. Misalnya, overhead pabrik
memasukkan item seperti supervise, penyusutan, sewa, asuransi properti,
pajak properti semuanya secara umum dianggap sebagai biaya tetap. Jika
manajemen memperkirakan permintaan atas produksi perusahaan meningkat
di atas kapasitas sekarang, manajemen mungkin mengusahakan tambahan
pabrik, peralatan, tenaga kerja tidak langsung. Satu jenis biaya tertentu
sebaiknya diklasifikasikan sebagai biaya tetap hanya dalam rentang aktivitas
yang terbatas. Rentang aktivitas yang terbatas ini disebut rentang yang relevan
2. Biaya Variabel
Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkatkan
secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara
proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. Biaya variabel termasuk
biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan,
beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan
unit-unit yang rusak. Biaya variabel biasanya dapat diidentifikasikan langsung
dengan aktivitas yang menimbulkan biaya. Ketika volume aktivitas meningkat
sampai batas tertentu, manajemen mungkin menambahkan mesin baru yang
lebih efesien atau menggantikan mesin sekarang dengan mesin yang lebih
produktif. Dalam rentang aktivitas yang terbatas, hubungan antara suatu
aktivitas dengan biaya yang terkait bisa mendekati liniaritas. Hubungan ini
diilustrasikan dalam gambar, dimana garis penuh (garis B) mewakili biaya
variabel aktual pada semua tingkat aktivitas dan garis putus-putus (garis A) Sumber : Carter dan Usry (2006:69)
mewakili biaya variabel yang terhitung pada semua aktivitas sebagai
ditentukan dari observasi dalam rentang aktivitas yang relevan.
3. Biaya Semivariabel
Biaya semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik
karateristik-karateristik dari biaya tetap maupun variabel. Contoh biaya
tersebut adalah biaya listik, air, gas, bensin, batu bara, perlengkapan,
pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, biaya pensiun, pajak
penghasilan dan biaya asuransi jiwa.
Dua alasan adanya karateristik semivariabel pada beberapa jenis pengeluaran :
a. Pengaturan minimum mungkin diperlukan, atau kuantitas minimum dari
perlengkapan atau jasa mungkin perlu dikonsumsi untuk memelihara
kesiapan beroperasi. Di luar tingkat minimum biaya yang biasanya tetap,
tambahan biaya bervariasi terhadap volume. Sumber : Carter dan Usry (2006:70)
b. Klasifikasi akuntansi berdasarkan objek pengeluaran atau fungsi,
umumnya mengkelompokan biaya tetap dan biaya variabel secara
bersama-sama.
Hubungan ini diilustrasikan dalam gambar, dimana garis A: mewakili
elemen biaya tetap terhitung dari biaya semivariabel, garis B: total biaya variabel
dan garis C: biaya aktual. Total biaya variabel yang diestimasikan adalah selisih
antara titik-titik di garis B dengan titik-titik di garis A. Dimana garis B dan garis
C berpotongan, asumsi linear hampir mendekati hubungan aktual.
2.2.3 Metode Memisahkan Biaya Semivariabel
Untuk merencanakan, menganalisis, mengendalikan, atau mengevaluasi
biaya pada tingkat aktivitas yang berbeda, biaya tetap dan biaya variabel harus
dipisahkan. Biaya-biaya yang seluruhnya tetap atau seluruhnya variabel dalam
rentang aktivitas yang diantisipasi harus diidentifikasi, dan komponen tetap dan
variabel dari biaya semivariabel harus diestimasikan. Menurut Armila (2013:74),
Gambar 2.3SemiVariabel
ada tiga metode yang dapat dipergunakan dalam menentukan biaya tetap dan
biaya variabel :
1. Metode Titik Tinggi dan Rendah
Untuk menghitung tarif biaya variabel per unit maka kita perlu membagi
selisih antara titik tertinggi dan terendah dan membaginya dengan selisih
jumlah jam dari kedua kegiatan tersebut. Sebagai ilustrasi kegiatan PT.
Eccobudy ingin memisahkan biaya iklan semivariabel untuk 6 bulan
terakhir tahun 2002. Data biaya dan aktivitas selama 7 bulan sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Kegiatan Semivariabel PT. Eccobudy
Bulan
Biaya Iklan Rp
(Y)
Jam Kerja
(X)
Januari 6.900.000 46
Februari 7.500.000 61
Maret 6.400.000 40
April 7.200.000 55
Mei 8.100.000 63
Juni 8.800.000 70
Juli 6.800.000 52
Perhitungan :
Tingkat Kegiatan Biaya
Tertinggi 70 jam kerja Rp. 8.800.000
Terendah 40 jam kerja Rp. 6.400.000
Selisih 30 jam kerja Rp. 2.400.000
Tarif biaya iklan variabel per jam Rp. 80.000
Biaya tetap = total biaya – biaya variabel
= Rp. 8.800.000,-(Rp. 80.000 x 70 jam)
= Rp. 3.200.000,-
Rumus persamaan : Y = Rp. 3.200.000 + Rp. 80.000 X
2. Metode Scatter Graph
Merupakan metode yang memperhatikan pertimbangan visual. Pada
metode ini yang diperhatikan adalah pola umum perilaku biaya. Dalam
menentukan pemilihan garis, manajer atau analisis biaya bebas
menentukan tetapi tetap harus mempertimbangkan pengalaman masa lalu
dengan melihat dari pola umum perilaku biaya. Sebagai ilustrasi PT.
Pandityatama bergerak dibidang pembuatan mainan mobil-mobilan.
Sebagai biaya persiapan maka ditentukanlah jam persiapan sebagai
Tabel 2.2 Kegiatan Biaya Persiapan PT. Pandityatama
Bulan Biaya Persiapan Jam Persiapan
Januari Rp. 1.000.000 100
Februari Rp. 1.250.000 200
Maret Rp. 2.250.000 300
April Rp. 2.500.000 400
Mei Rp. 2.750.000 500
Dengan asumsi pilihan terbaik setelah mempertimbangkan pengalaman
masa lalu adalah garis yang melalui titik 1 dan 3, maka biaya variabel dapat
dihitung sebagai berikut :
X1 = 100
Y1 = 1.000.000
X3 = 300
Y3 = 2.250.000
Maka biaya variabel (V)
V = (2.250.000-1.000.000)/(300/100)
V = 1.250.000/200 = 6.250
Sehingga biaya tetap adalah Rp. 2.250.000 - (Rp. 6.250 x 300)
= Rp. 375.000
3. Metode Kuadrat Terkecil (Least Squarest)
Merupakan metode memisahkan biaya semivariabel menjadi komponen
biaya tetap dan biaya variabel yang menggunakan seluruh data. Garis
regresi dengan rumus Y = a + bX disesuaikan dengan data yang ada.
Metode kuadrat terkecil menganggap bahwa hubungan biaya dengan
volume penjualan berbentuk hubungan garis lurus dengan persamaan garis
regresi. x2 y = a + bx
Keterangan :
y : Variabel tidak bebas (biaya)
x : Variabel bebas (volume kegiatan)
a : Unsur biaya tetap
b : Unsur biaya variabel
Dalam kasus biaya pemeliharaan PT. Pandityatama menghitung estimasi
regresi kuadrat kecil total biaya tetap (a) dan biaya variabel per unit (b) :
a = Rp. 35.000
b = Rp. 150
Dengan menggunakan metode regresi kuadrat kecil, elemen biaya tetap
variabel adalah Rp. 150 per hari untuk tiap unit. Dalam rumus persamaan
linier Y=a + bX, rumus biaya yang dapat dinyatakan sebagai berikut :
Y = Rp. 35.000 + Rp. 150X (X menunjukan aktivitas)
2.3 Analisis Break Even Point
2.3.1 Pengertian Break Even Point
Di dalam menyusun perhitungan break even point untuk suatu perusahaan,
maka perlu diketahui bagaimana cara menyusun perhitungan tersebut. Adapun
yang dimaksud dengan break even point di dalam hal ini adalah suatu titik yang
menunjukkan keadaan total penerimaan pendapatan sama dengan total biaya yang
ada di dalam perusahaan yang bersangkutan. Dengan kata lain dapat disebutkan
bahwa titik break even merupakan titik dimana perusahaan tidak menderita
kerugian dan tidak memperoleh keuntungan. Di dalam keadaan ini seluruh
penerimaan pendapatan perusahaan tersebut hanya akan dipergunakan untuk
menutup biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Hansen dan Mowen (2005:274), titik impas (break even point)
adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba
sama dengan nol. Menurut Darsono dan Ari (2009:247) titik impas adalah suatu
kondisi bisnis dimana pelaku bisnis tidak memperoleh laba dan tidak menderita
kerugian. Menurut Niswonger, et al (2005:231), titik impas (break even point)
adalah tingkat operasi dimana pendapatan perusahaan dan biaya yang telah
dikeluarkan persis sama. Pada kondisi impas, perusahaan tidak merealisasikan
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa break
even point atau sering disebut titik impas (pulang pokok) adalah suatu keadaan
perusahaan yang menggambarkan jumlah total penghasilan sama dengan total
biaya atau keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan tidak
menderita kerugian.
2.3.2 Pengertian Analisis Break Even Point
Analisis break even point merupakan salah satu bentuk analisis biaya,
volume dan laba yang analisisnya menggunakan biaya variabel dan biaya tetap.
Analisis break even point digunakan untuk menentukan tingkat penjualan untuk
menutup biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Menurut Riyanto (2001:359),
analisis break even point adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari
hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Arsyad (2008:209),
menjelaskan bahwa analisis pulang pokok (break even point) merupakan teknik
analisis penting yang digunakan untuk mempelajari hubungan-hubungan antara
biaya, penerimaan dan laba.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis break even
point mempelajari hubungan antara biaya keuntungan dan volume kegiatan, dan
dapat digunakan untuk mengetahui pada volume penjualan berapakah perusahaan
akan impas menutupi biaya-biaya. Suatu perusahaan dikatakan titik impas (break
even point) yaitu apabila setelah disusun perhitungan laba-rugi untuk suatu
periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan
2.3.3 Kegunaan Analisis Break Even Point
Analisis break even point adalah suatu cara atau teknik untuk mengetahui
kaitan antara penjualan, produksi, harga jual dan laba rugi. Dengan mengetahui
perkaitannya, analisis break even dapat digunakan untuk membantu menetapkan
sasaran atau tujuan perusahaan. Menurut Sigit (2002:2) kegunaan-kegunaan Break
Even, antara lain:
1. Sebagai dasar atau landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha
mencapai laba tertentu. Jadi dapat digunakan untuk perencanaan laba atau
profit planning.
2. Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan kegiatan operasi yang
sedang berjalan, yaitu untuk alat pencocokan antara realisasi dengan
angka-angka dalam perhitungan break even dan sebagai alat pengendalian.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual, yaitu setelah
diketahui hasil-hasil perhitungannya menurut break even dan laba yang
ditargetkan.
4. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus
dilakukan oleh seorang manajer.
Karena analisis break even dapat digunakan untuk berbagai bahan
pertimbangan bagi seorang manajer perusahaan di dalam mengambil keputusan,
baik perusahaannya itu hanyalah sekedar warung kopi, usaha angkutan, hotel,
pemborong, jasa, ataupun pabrik besar, maka perlu memahami analisis break
sama caranya dalam menghitung dan menganalisis break even, bedanya hanya
dalam besarnya angka-angka dan jenis-jenis komponen biaya.
2.3.4 Asumsi-Asumsi Dalam Analisis Break Even Point
Di dalam menganalisis break even termasuk menghitung dan
mengumpulkan angka-angka yang dihitung itu, analisis break even menetapkan
syarat-syarat tertentu. Jika syarat-syarat itu tidak ada dalam kenyataan, maka
harus diadakan atau dianggap ada atau diperlakukan seperti dipersyaratkan. Jadi
jika syarat tidak ada, dapat dianggap ada inilah yang disebut asumsi. Menurut
Sigit (2002:2) ada asumsi-asumsi yang diperlukan agar dapat menganalisis break
even ialah :
1. Biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan harus digolongkan kedalam biaya
tetap dan biaya variabel.
2. Biaya variabel yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume,
sedangkan biaya tetap tidak mengalami perubahan secara total.
3. Jumlah biaya tetap tidak berubah walaupun ada perubahan kegiatan,
sedangkan biaya tetap perunit akan berubah-ubah.
4. Harga jual per unit konstan selama periode analisis.
5. Jumlah produk yang diproduksi dianggap selalu terjual habis.
6. Perusahaan menjual dan membuat satu jenis produk, bila perusahaan membuat atau menjual lebih dari satu jenis produk maka “perimbangan hasil penjualan”
2.3.5 Kelemahan Dalam Analisis Break Even Point
Menurut Syafi (1997:364) mengungkapkan bahwa terdapat
kelemahan-kelemahan di dalam analisis break even point antara lain :
1. Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataan harga jual
terkadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran
pasar.
2. Asumsi terhadap penggolongan biaya tetap dan biaya variabel mengandung
kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume penjualan biaya
tetap tidak bisa tidak harus berubah karena pembelian mesin-mesin dan
peralatan lainnya sehingga perhitungan biaya variabel perunit juga akan dapat
dipengaruhi perubahan ini.
3. Biaya tetap juga tidak terlalu tetap pada berbagai kapasitas.
4. Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.
2.3.6 Penetapan Tingkat Break Even Point
Perhitungan break even point menggunakan rumus break even yang tepat.
Pada dasarnya sebagaimana telah diketahui, bahwa analisis break even ini akan
berusaha untuk mengetahui hubungan antara penerimaan pendapatan perusahaan,
biaya dan tingkat produksi di dalam sebuah perusahaan, maka untuk menyusun
perhitungan break even ini tentunya tidak terlepas dari masalah-masalah tersebut.
Untuk menetapkan besarnya tingkat break even point diperlukan seluruh data
Menurut Garrinson, et al (2008:334), ada beberapa cara pendekatan yang dapat
digunakan untuk menghitung break even point antara lain :
1. Pendekatan Persamaan
Pendekatan persamaan adalah laba sama dengan hasil penjualan dikurangi
dengan biaya, atau dapat dinyatakan dengan persamaan. Persamaan ini
diturunkan dari laporan laba/rugi keuangan perusahaan, yaitu :
Laba = (Penjualan – Biaya Variabel) – Biaya Tetap
atau
Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba
Pada titik impas, laba adalah nol. Dengan demikian titik impas dapat
dihitung dengan menemukan titik dimana penjualan sama dengan total
beban variabel dan beban tetap.
Untuk lebih menjelaskan pemahaman tentang penggunaan rumus diatas
diterangkan melalui ilustrasi berikut ini : Perusahaan Acoustic Concepts
beroperasi dengan biaya tetap Rp. 35.000biaya variabel per unit Rp. 150
dengan harga jual perunit Rp. 250. Berapa penjualan pengeras suara yang
harus dicapai perusahaan untuk mencapai titik impas.
Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba
250 Q = 150 Q + 35.000 + 0
100 Q = 35.000
Q = 350 pengeras suara
2. Pendekatan Marjin Kontribusi
Pendekatan marjin kontribusi memusatkan pada ide yang telah
didiskusikan sebelumnya bahwa setiap unit yang terjual memberikan
sejumlah marjin kontribusi yang akan menutup biaya tetap.
a. Berdasarkan Unit
Perhitungan break even point berdasarkan unit dapat dilakukan dengan
rumus :
BEP (unit) =
Untuk lebih menjelaskan pemahaman tentang penggunaan rumus
diatas diterangkan melalui ilustrasi berikut ini :
Sebuah perusahaan yang memproduksi barang jadi sejumlah 500 unit
dengan harga jual Rp. 250 per unit. Biaya tetap Rp. 35.000 setahun dan
biaya variabel Rp. 150 per unit. Berapa unit penjualan barang yang
harus dicapai perusahaan untuk mencapai titik impas.
BEP (unit) =
= 350 unit
b. Berdasarkan Penjualan dalam Rupiah
Pertimbangan break even point berdasarkan unit dapat dilakukan
dengan rumus :
Untuk lebih menjelaskan pemahaman tentang penggunaan rumus diatas
Sebuah perusahaan yang memproduksi barang jadi sejumlah 500 unit
dengan harga jual Rp. 250,- per unit. Biaya tetap Rp. 35.000,- setahun dan
biaya variabel Rp. 150,- per unit. Berapa volume penjualan barang yang
harus dicapai perusahaan untuk mencapai titik impas.
BEP (Rupiah) =
=
= Rp. 87.500
3. Pendekatan Grafik
Pendekatan grafik adalah perhitungan biaya, volume dan laba dengan
menggunakan grafik. Pada pendekatan ini, titik impas (break even point)
digambarkan sebagai titik perpotongan antara garis penjualan dengan garis
biaya total. Langkah-langkah dalam pembuatan grafik break even point
akan dijabarkan sebagai berikut :
1) Sumbu datar (sumbu x) menunjukkan volume penjualan yang
dinyatakan dalam satuan unit.
2) Sumbu tegak (sumbu y) menunjukkan pendapatan penjualan dan biaya
dalam rupiah.
3) Pembuatan garis penjualan (TR) dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Pada volume penjualan sama dengan nol, pendapatan penjualan
sama dengan nol.
4) Pembuatan garis total biaya (TC) dilakukan sebagai berikut :
a. Total (TC) ini dimulai dari titik potong antara FC dengan sumbu
vertikal ke kanan atas memotong grafik TR. TC dimulai dari grafik
FC karena titik TC merupakan penjumlahan antara biaya tetap (FC)
dan biaya variabel (VC). Ketika itu perusahaan belum berproduksi
maka biaya total adalah sebesar dengan biaya tetap.
b. Garis lurus kemudian ditarik untuk menghubungkan titik x=0; y=
biaya tetap dengan x = unit penjualan; y = pendapatan penjualan.
5) Pembuatan garis biaya tetap ditarik dengan menghubungkan titik x=0;
y = biaya tetap dengan titik x = unit penjualan. Pembuatan garis biaya
variabel ditarik dengan menghubungkan titik x = 0; y = biaya variabel
dengan titik x = unit penjualan.
6) Break even terletak pada titik perpotongan garis pendapatan penjualan
dengan garis biaya. Garis ditarik pada titik perpotongan tersebut
x=jumlah unit; y= break even dalam rupiah.
7) Daerah sebelah kiri break even yaitu bidang antara garis total biaya
dengan garis total pendapatan penjualan merupakan daerah rugi,
karena pendapatan penjualan lebih rendah dari total biaya. Sedangkan
daerah sebelah kanan BEP yaitu bidang diantara garis pendapatan
penjualan dengan garis total biaya merupakan daerah laba karena
Gambar 2.4 Grafik Break Even Point
2.3.7 Penerapan Break Even Point dalam Perencanaan Laba
Analisis break even point dapat membantu manajer/pimpinan perusahaan
untuk mengetahui dari perubahan salah satu faktor dari harga jual, biaya variabel
dan biaya tetap terhadap laba yang akan dicapai. Dengan bantuan analisis break
even point juga dapat direncanakan laba atau rugi pada setiap tingkat kapasitas
kegiatan. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut :
Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa biaya tetap diestimasikan sebesar Rp.
200.000,- dan laba yang diinginkan adalah Rp. 100.000,-. Harga jual per unit Rp.
75,- biaya variabel per unit Rp. 45,-. Hitunglah penjualan unit yang harus dicapai
perusahaan untuk mencapai laba yang direncanakan.
UNTUNG
RUGI
TR
TC
VC
FC
Volume Penjualan (Unit) Pendapatan dan
penjualan
(Niswonger et al, 2005:235)
2.3.8 Perubahan Harga dan Biaya dalam Analisis Break Even Point
Analisis break even point merupakan perubahan penerimaan pendapatan
dan biaya yang ada dalam perusahaan adalah semata-mata diakibatkan oleh
terdapatnya perubahan tingkat penjualan yang ada dalam perusahaan tersebut.
Perubahan tingkat penjualan yang ada dalam perusahaan tersebut akan
mengakibatkan perubahan terhadap penerimaan dan biaya yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan yang bersangkutan. Menurut (Ahyari, 1986:122) ada tiga
perubahan yang mempengaruhi break even point yaitu : perubahan harga jual
produk, biaya tetap, biaya variabel.
1. Perubahan Harga Jual Produk
Perubahan yang terjadi didalam harga jual produk perusahaan tersebut
akan mempunyai pengaruh langsung terhadap penerimaan pendapatan
perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu penerimaan pendapatan
perusahaan yang bersangkutan, maka besarnya break even point dalam
perusahaan yang bersangkutan ini akan berubah dengan terdapatnya
perubahan harga jual produk perusahaan.
Perubahan harga jual yang terjadi di dalam perusahaan ini akan
dalam hal ini berarti apabila harga jual produk perusahaan tersebut naik, maka
penerimaan pendapatan perusahaan juga akan naik. Demikian sebaliknya
apabila harga jual perusahaan turun maka penerimaan pendapatan perusahaan
juga akan turun.
2. Perubahan Biaya Tetap
Perubahan biaya tetap yang ada didalam suatu perusahaan akan berakibat
langsung terhadap perubahan biaya total yang ada didalam perusahaan. Biaya
tetap sebagai salah satu unsur biaya apabila bertambah besar biaya total yang
ada didalam perusahaan tersebut akan menjadi bertambah pula. Besarnya
pertambahan yang terjadi pada biaya tetap yang ada didalam perusahaan yang
bersangkutan tersebut.
Perubahan tingkat break even point ini akan searah dengan perubahan
biaya tetap yang ada dalam perusahaan tersebut, yang ini berarti apabila
terdapat kenaikkan biaya tetap dalam perusahaan, maka tingkat break even
point dalam perusahaan tersebut juga akan naik. Sebaliknya apabila terjadi
penurunan biaya tetap dalam perusahaan tersebut maka akan terdapat
penurunan tingkat break even point dalam perusahaan tersebut.
3. Perubahan Biaya Variabel
Biaya variabel yang ada dalam perusahaan ini merupakan salah satu unsur
pembentuk biaya total (disamping biaya tetap) dalam perusahaan tersebut.
Oleh karena itu biaya variabel dalam suatu perusahaan ini juga akan
mempengaruhi biaya total yang ada didalam perusahaan, sehingga tingkat
suatu perusahaan, apabila terjadi kenaikkan biaya variabel per unit, maka
untuk memproduksikan sejumlah unit tertentu akan terjadi kenaikkan dalam
jumlah biaya variabel, yang berakibat terhadap kenaikkan jumlah biaya total
yang ada dalam perusahaan. Dengan naiknya jumlah biaya total ini maka
tingkat break even point dalam perusahaan tersebut akan menjadi naik.
2.4 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian
berhubungan dengan analisis break even point sebagai perencanaan laba.
Rp. 124.645.265 dan
pada tahun 2004
Break Even Point total
yang dicapai adalah
sebesar Rp.
181.696.781. tingkat
margin of safety CV.
AZ Network medan
pada tahun 2003
adalah sebesar 60,5%
dan pada tahun 2004
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha sekarang ini berjalan sangat pesat, termasuk
juga Usaha Mikro Kecil Menengah atau sering disebut UMKM merupakan usaha
yang dijalankan dalan skala kecil yang tujuan akhirnya adalah memperoleh laba
yang akan digunakan untuk mengembangkan usaha menjadi lebih besar. Hal ini
mengakibatkan daya beli saat ini juga semakin meningkat dan dapat berpengaruh
tinggi pada perusahaan dalam menentukan tingkat harga dan volume penjualan.
Perusahaan dalam menjalankan operasinya pada umumnya bertujuan
untuk mendapatkan laba, disamping itu juga untuk menjaga kelangsungan hidup
perusahaan tersebut. Besar kecilnya laba yang akan diperoleh merupakan suatu
ukuran kesuksesan manajemen dalam mengelola suatu perusahaan, oleh karena itu
manajemen harus mampu mengambil keputusan untuk menentukan laba yang
ditargetkan, dan hal itu haruslah berdasarkan suatu analisis. Salah satu analisis
yang digunakan adalah Analisis Break Even Point atau Analisis Titik Impas.
Usaha Rizqa Florist berdiri pada 14 Februari 2003. Usaha Rizqa Florist ini
merupakan suatu usaha yang bergerak dibidang jasa yang menghasilkan hiasan
papan bunga. Sejak berdirinya, usaha ini secara umum berjalan dengan baik,
hampir tidak ditemukan adanya kendala-kendala dalam proses produksi. Namun
sehinggapemilik sulit untuk mengetahui kinerja keuangan dan menyusun
perencanaan laba.
Analisis break even point merupakan teknik analisis untuk mempelajari
hubungan antar biaya, laba serta volume penjualan. Dengan analisis break even
point ini, pemilik usaha akan memiliki target operasi yang jelas dalam
memperoleh laba. Sebenarnya Rizqa Florist dalam operasinya dapat menerapkan
analisis break even point, tetapi karena keterbatasan pengetahuan mengenai teknik
ini, pemilik usaha mengalami kesulitan dalam menerapkan analisis break even
point yang benar dalam suatu usaha. Sehingga kegiatan usaha berlangsung apa
adanya, jadi wajar saja pemilik mengalami kesulitan dalam pencapaian target
laba.
Dari hasil survey pendahuluan, maka pemilik harus mulai menerapkan
analisis break even point. Penerapan analisis break even point ini diharapkan
dapat membantu pemilik usaha di dalam menentukan langkah untuk menghindari
resiko terjadinya kerugian dan juga membantu dalam menyususn perencanaan
laba yang akan dicapai. Berikut keuntungan yang diperoleh Rizqa Florist 2 tahun
terakhir.
Tahun Rupiah
2014 144.000.000
2015 158.900.000
Sumber : Rizqa Florist (2016)
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat
judul : Analisis Break Even Point Sebagai Perencanaan Laba (Studi Pada
Rizqa Florist di Jl. Medan-Binjai Km. 12 Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang,
Medan).
1.2 Rumusan Masalah
Analisis Break Even Point membantu manajemen dalam menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian target laba yang akan datang, dan
menghindari terjadinya kerugian. Berdasarkan uraian tersebut, penulis mencoba
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimana Penerapan
Analisis Break Even Point Membantu Penyusunan Perencanaan Laba pada
Rizqa Florist ?”.
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan terhadap Rizqa Florist. Penelitian menggunakan
analisis break even point dalam penyususnan perencanaan laba. Penelitian
dilakukan dengan menganalisis realisasi biaya produksi, realisasi volume
penjualan, dan realisasi laba yang terjadi pada tahun 2014 dan 2015 untuk