LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Tentang
Gambaran Empati Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP H. Adam Malik Medan
Bersama ini saya sampaikan kepada bapak/ibu/saudara, bahwa saya: Nama : Ranafika Butarbutar
NIM : 121101040
Adalah mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang akan melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi gambaran empati perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan.
Saya sebagai peneliti untuk mencapai tujuan penelitian ini, mengharapkan partisipasi bapak/ibu/saudara sebagai responden untuk mengisi kuisioner yang akan penelti berikan. Hasil pengisian kuisioner oleh responden, peneliti akan menjamin kerahasiaan dan tidak ada orang lain yang membacanya selain peneliti sendiri. Semua data dan informasi yang didapat dari bapak/ibu/saudara akan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian dalam mengembangkan ilmu keperawatan dan sebagai bukti penelitian yang benar atau sah dalam penelitian.
Keikutsertaan sebagai responden dalam penelitian ini bersifat sukarela, jika tidak berkenan menjadi responden, bapak/ibu/saudara berhak untuk tidak ikut berperan serta tanpa sangsi apapun. Apabila bapak/ibu/saudara setuju berpartisipasi maka saya mohon kesediaannya menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.
Demikian atas partisipasi dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.
Medan, 2016 Peneliti
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Peneliti:
Ranafika Butarbutar 121101040
Berdasarkan permohonan dan penjelasan dari peneliti yang sudah disampaikan kepada saya, bahwa akan dilakukan penelitian tentang Gambaran Empati Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP H. Adam Malik Medan, maka saya bersedia membantu dan berpartisipasi serta berperan sebagai responden dalam penelitian tersebut. Saya akan memberikan jawaban yang sesuai dengan pendapat saya dan tidak dipengaruhi oleh siapapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya agar digunakan sebagaimana mestinya oleh peneliti.
Tanda Tangan :
Tanggal :
KUESIONER
Kode : Tgl/waktu :
1. Kuesioner Data Demografi
Petunjuk Pengisian:
Isilah titik di bawah ini dan beri tanda checklist (√) pada salah satu kotak □ yang tersedia sesuai dengan jawaban menurut Anda benar.
1. Umur : ... Tahun 2. Jenis kelamin :
Perempuan Laki-laki 3. Agama :
Islam Hindu
Kristen Protestan Budha Kristen Khatolik Khonghucu 4. Suku
Batak Toba Karo Mandailing Aceh
Jawa Minang Melayu Tionghoa
Lainnya. sebutkan... 5. Pendidikan
D3 S1 S2 6. Lama Bekerja
2. Kuesioner Empati Perawat
Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda checklist (√) pada salah satu kolom yang tersedia sesuai dengan jawaban yang paling benar menurut Anda.
a. Jika Anda terus menerus merasakan berarti anda memilih SL (Selalu) b. Jika Anda lebih banyak merasakan berarti Anda memilih SR (Sering)
c. Jika Anda lebih jarang merasakan berarti Anda memilih KD (Kadang-kadang) d. Jika Anda tidak pernah merasakan sama sekali berarti Anda memilih TP (Tidak
Pernah)
No Pernyataan SL SR KD TP
1. Saya memanggil pasien dengan nama panggilan kesukaan pasien.
2. Saya berinteraksi langsung dengan pasien untuk dapat mengetahui keadaan pasien.
3. Penting bagi saya untuk mengetahui apa keluhan-keluhan yang pasien rasakan.
4 Saya dengan sabar mendengarkan keluhan-keluhan yang pasien rasakan.
5. Saya memahami apa yang sedang dirasakan oleh pasien.
6. Saya berusaha memahami perasaan pasien saat mendengarkan keluhan pasien.
7.
Saya sulit mengerti apa yang disampaikan oleh pasien karena tidak pernah memiliki pengalaman yang sama sebelumnya.
8. Saya terinspirasi pada pengalaman menarik dari pasien.
9.
Saya berkhayal melakukan hal yang sama dengan yang pasien lakukan untuk dapat merasakan yang pasien rasakan.
10. Saya mencoba melihat permasalahan pasien dari perspektif pasien.
11. Saya dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan pasien dari raut wajah dan cara berbicaranya.
13. Saya merasa prihatin bila pasien mengalami masalah. 14. Saya cemas saat seorang pasien sedang dalam kesulitan. 15. Saya sulit menjalin hubungan dengan pasien dan
keluarganya.
16. Saya dengan senang hati akan memenuhi kebutuhan seorang pasien.
17. Saya merasa terbebani ketika saya tidak mampu meringankan kesulitan pasien.
18. Saya senang jika dapat membantu pasien dan keluarganya.
19. Saya akan lebih senang membantu seorang pasien jika diberi imbalan
20. Ketika saya lelah, saya cenderung tidak memperhatikan pasien.
21. Saya sulit memahami perasaan pasien ketika saya sedang memiiki suasana hati yang buruk.
22. Saya tidak peduli jika pasien dan keluarganya tersinggung dengan apa yang saya katakan.
23.
Sebelum saya mengatakan sesuatu pada pasien, terlebih dahulu saya akan membawakan diri jika saya yang berada pada posisi pasien.
24. Saya memberikan semangat pada pasien untuk segera sembuh dengan kata-kata motivasi.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Roymond 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
100
Liberta
4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
98
Jenny
3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4
89
100 67 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 2466.7
0.98668
No. Pernyataan
Validator
Total
2466,7/(25x100) =
UJI RELIABILITAS
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0 Excludeda 0 .0 Total 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items .860 25
Item Statistics
VAR00012 71.53 91.430 .657 .845
VAR00013 71.83 103.247 .090 .866
VAR00014 72.30 109.872 -.253 .875
VAR00015 71.50 94.534 .578 .849
VAR00016 71.73 99.651 .386 .855
VAR00017 72.07 97.926 .463 .853
VAR00018 71.53 94.051 .719 .845
VAR00019 71.20 95.338 .705 .847
VAR00020 71.53 94.464 .653 .847
VAR00021 71.60 96.386 .628 .849
VAR00022 71.23 94.254 .621 .847
VAR00023 72.07 101.375 .212 .861
VAR00024 71.43 96.875 .575 .850
VAR00025 71.50 90.052 .699 .843
Scale Statistics
MASTER TABLE DATA DEMOGRAFI
No. Data Demografi
Resp Umur Jenis oelamin Agama Suku Pendidikan Lama Bekerja
120 37 1 1 1 1 2
121 27 1 1 3 1 3
122 43 1 2 2 2 3
123 30 1 2 1 1 2
124 39 1 2 2 1 3
125 48 1 2 1 1 3
126 51 1 1 4 1 3
127 29 1 1 4 1 3
128 38 1 2 9 2 3
129 29 1 1 3 1 3
130 49 1 2 2 2 3
131 41 1 3 1 2 3
132 51 1 2 1 1 3
133 44 1 2 2 1 3
134 44 1 2 2 1 3
135 49 1 2 1 1 3
136 33 1 1 4 2 3
137 45 1 1 4 2 3
138 38 1 3 2 2 3
139 28 1 2 9 1 2
140 42 1 2 1 2 3
GAMBARAN EMPATI PERAWAT
Statistics
KuisionerEmpati
N Valid 141 Missing 0
Mean 2.85
Median 3.00
Minimum 2
Maximum 3
1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Cukup Baik 21 14.9 14.9 14.9
Baik 120 85.1 85.1 100.0
Total 141 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 N Valid 141 141 141 141 141 141 141 141 141
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 2.39 3.68 3.79 3.70 3.65 3.65 3.04 2.64 2.00 Median 2.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 3.00 3.00 2.00
Statistics
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 N Valid 141 141 141 141 141 141 141 141 141
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 2.39 3.68 3.79 3.70 3.65 3.65 3.04 2.64 2.00 Median 2.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 3.00 3.00 2.00
Minimum 1 2 2 2 1 2 1 1 1
Maximum 4 4 4 4 4 4 4 4 4
p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 N Valid 141 141 141 141 141 141 141 141 Missing
0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 3.02 3.36 3.38 3.31 2.84 3.35 3.40 2.80 Median 3.00 3.00 4.00 3.00 3.00 4.00 4.00 3.00
Minimum 1 1 1 1 1 1 1 1
Maximum 4 4 4 4 4 4 4 4
p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 N Valid 141 141 141 141 141 141 141 141 Missing
0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 3.72 3.86 3.52 3.40 3.75 3.11 3.61 3.78 Median 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 3.00 4.00 4.00
Minimum 1 1 1 1 1 1 2 2
Maximum
Frequency Table
p1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak Pernah 49 34.8 34.8 34.8
Kadang-Kadang 27 19.1 19.1 53.9
Sering 26 18.4 18.4 72.3
Selalu 39 27.7 27.7 100.0
Total 141 100.0 100.0
p2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kadang-Kadang 8 5.7 5.7 5.7
Sering 29 20.6 20.6 26.2
Selalu 104 73.8 73.8 100.0
Total 141 100.0 100.0
p3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kadang-Kadang 1 .7 .7 .7
Sering 27 19.1 19.1 19.9
Selalu 113 80.1 80.1 100.0
Total 141 100.0 100.0
p4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kadang-Kadang 4 2.8 2.8 2.8
Sering 34 24.1 24.1 27.0
p4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kadang-Kadang 4 2.8 2.8 2.8
Sering 34 24.1 24.1 27.0
Selalu 103 73.0 73.0 100.0
Total 141 100.0 100.0
p5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Pernah 1 .7 .7 .7
Kadang-Kadang 3 2.1 2.1 2.8
Sering 41 29.1 29.1 31.9
Selalu 96 68.1 68.1 100.0
Total 141 100.0 100.0
p6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kadang-Kadang 4 2.8 2.8 2.8
Sering 41 29.1 29.1 31.9
Selalu 96 68.1 68.1 100.0
Total 141 100.0 100.0
p7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Selalu 17 12.1 12.1 12.1
Sering 21 14.9 14.9 27.0
Kadang-Kadang 42 29.8 29.8 56.7
Tidak Pernah 61 43.3 43.3 100.0
p8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak Pernah 15 10.6 10.6 10.6
Kadang-Kadang 50 35.5 35.5 46.1
Sering 47 33.3 33.3 79.4
Selalu 29 20.6 20.6 100.0
Total 141 100.0 100.0
p9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak Pernah 51 36.2 36.2 36.2
Kadang-Kadang 48 34.0 34.0 70.2
Sering 33 23.4 23.4 93.6
Selalu 9 6.4 6.4 100.0
Total 141 100.0 100.0
p10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Pernah 4 2.8 2.8 2.8
Kadang-Kadang 33 23.4 23.4 26.2
Sering 60 42.6 42.6 68.8
Selalu 44 31.2 31.2 100.0
Total 141 100.0 100.0
p11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Pernah 1 .7 .7 .7
Kadang-Kadang 11 7.8 7.8 8.5
Selalu 64 45.4 45.4 100.0
Total 141 100.0 100.0
p12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Selalu 5 3.5 3.5 3.5
Sering 21 14.9 14.9 18.4
Kadang-Kadang 30 21.3 21.3 39.7
Tidak Pernah 85 60.3 60.3 100.0
Total 141 100.0 100.0
p13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Pernah 2 1.4 1.4 1.4
Kadang-Kadang 18 12.8 12.8 14.2
Sering 55 39.0 39.0 53.2
Selalu 66 46.8 46.8 100.0
Total 141 100.0 100.0
p14
Kadang-Kadang 24 17.0 17.0 33.3
Sering 47 33.3 33.3 66.7
Selalu 47 33.3 33.3 100.0
Total 141 100.0 100.0
p15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Selalu 9 6.4 6.4 6.4
Sering 13 9.2 9.2 15.6
Kadang-Kadang 39 27.7 27.7 43.3
Tidak Pernah 80 56.7 56.7 100.0
Total 141 100.0 100.0
p16
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak pernah 1 .7 .7 .7
Kadang-Kadang 14 9.9 9.9 10.6
Sering 54 38.3 38.3 48.9
Selalu 72 51.1 51.1 100.0
Total 141 100.0 100.0
p17
Kadang-Kadang 29 20.6 20.6 33.3
Sering 57 40.4 40.4 73.8
Selalu 37 26.2 26.2 100.0
Total 141 100.0 100.0
p18
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Pernah 2 1.4 1.4 1.4
Kadang-Kadang 5 3.5 3.5 5.0
Sering 23 16.3 16.3 21.3
Selalu 111 78.7 78.7 100.0
Total 141 100.0 100.0
p19
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Selalu 5 3.5 3.5 3.5
Sering 1 .7 .7 4.3
Kadang-Kadang 3 2.1 2.1 6.4
Tidak Pernah 132 93.6 93.6 100.0
Total 141 100.0 100.0
p20
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Sering 5 3.5 3.5 5.0
Kadang-Kadang 51 36.2 36.2 41.1
Tidak Pernah 83 58.9 58.9 100.0
Total 141 100.0 100.0
p21
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Selalu 2 1.4 1.4 1.4
Sering 14 9.9 9.9 11.3
Kadang-Kadang 50 35.5 35.5 46.8
Tidak Pernah 75 53.2 53.2 100.0
Total 141 100.0 100.0
p22
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Selalu 3 2.1 2.1 2.1
Sering 3 2.1 2.1 4.3
Kadang-Kadang 20 14.2 14.2 18.4
Tidak Pernah 115 81.6 81.6 100.0
Total 141 100.0 100.0
p23
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Pernah 6 4.3 4.3 4.3
Kadang-Kadang 21 14.9 14.9 19.1
Sering 65 46.1 46.1 65.2
Selalu 49 34.8 34.8 100.0
p24
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kadang-Kadang 3 2.1 2.1 2.1
Sering 49 34.8 34.8 36.9
Selalu 89 63.1 63.1 100.0
Total 141 100.0 100.0
p25
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kadang-Kadang 1 .7 .7 .7
Sering 29 20.6 20.6 21.3
Selalu 111 78.7 78.7 100.0
Total 141 100.0 100.0
DATA DEMOGRAFI
Statistics
Umur JenisKelamin Agama Suku Pendidikan LamaBekerja
N Valid 141 141 141 141 141 141
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 38.75 1.05 1.80 2.57 1.43 2.74
Median 39.00 1.00 2.00 2.00 1.00 3.00
Minimum 23 1 1 1 1 1
Maximum 54 2 3 9 3 3
Frequency Table
Umur
N Valid 141
Missing 0
Mean 38.75
Std. Deviation 8.226
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 23 2 1.4 1.4 1.4
24 2 1.4 1.4 2.8
25 5 3.5 3.5 6.4
26 3 2.1 2.1 8.5
27 5 3.5 3.5 12.1
28 4 2.8 2.8 14.9
29 2 1.4 1.4 16.3
30 5 3.5 3.5 19.9
31 5 3.5 3.5 23.4
32 6 4.3 4.3 27.7
33 2 1.4 1.4 29.1
34 2 1.4 1.4 30.5
35 5 3.5 3.5 34.0
36 6 4.3 4.3 38.3
37 6 4.3 4.3 42.6
38 9 6.4 6.4 48.9
39 5 3.5 3.5 52.5
40 9 6.4 6.4 58.9
41 3 2.1 2.1 61.0
42 6 4.3 4.3 65.2
44 5 3.5 3.5 70.9
45 4 2.8 2.8 73.8
46 3 2.1 2.1 75.9
47 6 4.3 4.3 80.1
48 6 4.3 4.3 84.4
49 6 4.3 4.3 88.7
50 10 7.1 7.1 95.7
51 2 1.4 1.4 97.2
52 1 .7 .7 97.9
53 1 .7 .7 98.6
54 2 1.4 1.4 100.0
Total 141 100.0 100.0
Interval
N Valid 141
Missing 0
Mean 2.55
Median 3.00
Minimum 1
Maximum 4
Interval Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 28 19.9 19.9 19.9
2 41 29.1 29.1 48.9
3 38 27.0 27.0 75.9
4 34 24.1 24.1 100.0
JenisKelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Perempuan 134 95.0 95.0 95.0
Laki-Laki 7 5.0 5.0 100.0
Total 141 100.0 100.0
Agama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Islam 45 31.9 31.9 31.9
Protestan 79 56.0 56.0 87.9
Khatolik 17 12.1 12.1 100.0
Total 141 100.0 100.0
Suku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Toba 68 48.2 48.2 48.2
Karo 33 23.4 23.4 71.6
Mandailing 7 5.0 5.0 76.6
Jawa 13 9.2 9.2 85.8
Aceh 1 .7 .7 86.5
Minang 3 2.1 2.1 88.7
Melayu 6 4.3 4.3 92.9
Lainnya 10 7.1 7.1 100.0
Total 141 100.0 100.0
Pendidikan
Valid D3 82 58.2 58.2 58.2
S1 58 41.1 41.1 99.3
S2 1 .7 .7 100.0
Total 141 100.0 100.0
LamaBekerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <1 tahun 4 2.8 2.8 2.8
1-5 tahun 28 19.9 19.9 22.7
>5 tahun 109 77.3 77.3 100.0
Taksasi Dana Penelitian
1. Proposal
a. Transportasi survey awal Rp. 40.000,-
b. Biaya print kertas proposal Rp. 50.000,-
c. Perbanyakan Proposal Rp. 50.000,-
d. Konsumsi Rp. 150.000,-
2. Pengumpulan dan Pengolahan Data
a. Transportasi Rp. 80.000,-
b. Uji Reliabilita s Rp. 200.000,-
c. Penggandaan Kuesioner Rp. 80.000,-
d. Souvenir penelitian Rp. 150.000,-
e. Izin Penelitian Rp. 200.000,-
3. Persiapan Skripsi
a. Biaya Print, Penggandaan dan Penjilidan Rp. 100.000,-
b. Konsumsi Skripsi Rp. 150.000,-
Jumlah Rp.
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Ranafika Butarbutar
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Rantau Kasai, 27 Agustus 1994
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Jamin Ginting Gang Purba No. 1 Padang Bulan
No. HP : 085372525584
Email : ranafikabutarbutar@ymail.com Nama Ayah : Agus T.P. Butarbutar
Nama Ibu : Ani Saebani br. Sitorus Riwayat Pendidikan :
a. SD Swt Kita Yadika (2000-2006)
DAFTAR PUSTAKA
Astari, F. (2012). Hubungan Antara Empati dan Perilaku Prososial pada Perawat Tenaga Kontrak RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru, Skripsi Psikologi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: Trans Info Media
Fatimah., Elita, V., & Wahyuni, S. (2010). Gambaran Tipe Empati Perawat Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru. Jurnal Keperawatan September 2010, Vol.3, No.2. Retreived September 30, 2015
Goleman, D. (2007). Emotional Intelligence, Mengapa EQ Lebih Penting daripada IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Harahap, I. A., & Erniyati. (2014). Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi
Edisi 2. Medan: USU
Hasim, N.H., Induniasih., & Asmarani, F. L. (2011). Hubungan Persepsi Pasien Tentang Empati Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta. Journal Respati. Retrieved September 10, 2015, from
journal.respati.ac.id/index.php/medika/article/viewFile/25/21
Hoffman, M.L. (2000). Empathy and Moral Development, Implications for Caring and Justice. New York: Cambriage University Press
Howe, D. (2015). Empati: Makna dan Pentingnya. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Koestner, R., Franz, C., & Weinberger, J. (1990). The Family Origin of Empathic Concern: A 26-year Longitudinal Study. Journal of Personality and Social Psychology, 58, 709-717. Retrieved June 23, 2016, from
48
Lintas Medan. (2015, 30 December). Ombudsman: Pelayanan di RS Adam Malik Masih Buruk. Lintas Medan in Kesehatan. Retrieved August 3, 2016, from lintasmedan.com
Marcysiak, M., Dabrowska, O., & Marcysiak M.B. (2014). Understanding The Concept of Empathy in Relation to Nursing. Prog Health Sci 2014, Vol 4, No 2. Retrieved September 18, 2015
Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Musliha. (2009). Komunikasi Keperawatan (plus materi komunikasi terpeutik).
Yogyakarta : Nuha Medika
Noor, J. (2015). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah. Jakarta: Prenadamedia Group
Penprase, B., Oakley, B., Ternes, R., & Driscoll, D. (2012). Empathy as a Determining Factor for Nursing Career Selection. Journal of Nursing Education 2013, Vol. 52, No. 4. Retreived September 18, 2015
Polit, D.F., & Beck, C.T. (2012). Nursing Research: Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Priyoto. (2015). Komunikasi & Sikap Empati dalam Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Putri, U.F. (2015). Hubungan antara Kemampuan Koping Berfokus Masalah, Koping Berfokus Emosi, dan Kebutuhan Afilasi dengan Empati Perawat, Skripsi Psikologi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
49
Rahmadhani, N. (2014). Gambaran Perilaku Empati Perawat Terhadap Perawatan End Of Life Pasien Kritis Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I & II, Skripsi Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t36636.pdf
Reynolds, W.J,. & Scoot, B. (2000). Do Nurses and The Professional Helpers Normally Display Much Empathy?. Journal of Advanced Nursing. 31(1),
226-234, Retrieved June 23, 2016, from
ncbi.nml.nih.gov/pubmed
Rohmah, R. F. (2010). Tingkat Empati dan Sikap Altruistik pada perawat Rumah Sakit Umum dengan Rumah Sakit Jiwa, Skripsi Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
download.portalgaruda.org/article.php?article=4806&val=434
Santjaka, A. T. (2015). Aplikasi SPSS untuk Analisa Data Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Silitonga, E. (2013). Pengaruh Kinerja Kepala Ruangan Terhadap Mutu Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP H Adam Malik Medan, Tesis Keperawatan, Universitas Sumatera Utara
Sumijatun. (2010). Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans Info Media
Suyanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan.Yogyakarta: Nuha Medika
Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Keterangan : : Variabel yang tidak diteliti : Variabel yang diteliti
Skema 3.1. Kerangka Konseptual
Pelayanan keperawatan dalam praktiknya merupakan pelayanan yang holistik yang mencakup seluruh kehidupan, yaitu bio-psiko-sosio-spiritual. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak akan terlepas dari asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan yang berkualitas oleh perawat akan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Banyak aspek yang dapat mendukung kualitas asuhan keperawatan ini, salah satunya yaitu perilaku empati yang dimiliki perawat. Hal ini dikarenakan, perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus menjalin hubungan yang baik dengan pasien agar pasien mampu menerima setiap tindakan yang diberikan oleh perawat.
Asuhan Keperawatan
Empati Perawat Pelayanan
Keperawatan
Salah satu sikap yang dibutuhkan
a. Kognitif (memahami apa yang pasien rasakan) b. Afektif (merasakan dan mengekspresikan apa yang pasien rasakan)
24
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Empati
perawat
Kemampuan perawat RSUP H. Adam Malik Medan dalam
memberikan asuhan keperawatan untuk memahami dan merasakan apa yang pasien rasakan serta mampu mengekspresikan perasaan yang diterima dari pasien, dilihat dari komponen kognitif dan juga afektif perilaku empati.
Kuesioner yang terdiri dari 25 pernyataan.
a. Baik = 100-75 b. Cukup baik = 74-50 c. Tidak baik = 49-25
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi empati perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang akurat dari suatu fenomena yang diteliti (Suyanto, 2011).
4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
4.2.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang berjumlah 217 orang perawat, yang berada di ruang rawat inap Rindu A dan Rindu B (Bidang Keperawatan RSUP H. Adam Malik, 2015).
4.2.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi perawat pelaksana yang bekerja di RSUP H. Adam Malik Medan yang diambil berdasarkan teknik tertentu dan mampu mewakili populasi. Pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus Slovin (Noor, 2015).
= N
26
Keterangan: n : Jumlah sampel N : Jumlah Populasi
e : Error level (tingkat kesalahan). Catatan: pada penelitian ini peneliti menggunakan 5% atau 0,05)
Perhitungannya sebagai berikut:
n = 217
1+(217 x 0,0,52)= 140,7 = 141
Dari rumus tersebut, didapatkan jumlah sampel sebanyak 141 (64,97%) orang.
4.2.3 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel 141 orang dari 217 orang perawat adalah dengan menggunakan teknik accidental sampling dengan sistem kuota sampel pada setiap ruangan. Perawat di ruang rawat inap Rindu A dan Rindu B RSUP H. Adam Malik bekerja di ruangan yang berbeda, maka untuk menentukan jumlah sampel supaya dapat mewakili populasi yang ada maka jumlah sampel yang diambil dari setiap ruang rawat inap sekitar 64,97% dari jumlah perawat dari setiap ruangan.
Tabel 4.1. Jumlah Sampel Perawat dari tiap ruangan rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan
No Ruangan Rawat Inap Jumlah Perawat Pelaksana
Jumlah Sampel Tiap Ruangan
1. RA-1 15 10
2. RA-2 17 11
3. RA-3 17 11
27
5. RA-5 13 8
6. RA-BS (Bedah Saraf) 19 12
7. RB-2 A 17 11
8. RB-2 B 19 12
9. RB-3 21 14
10. RB-4 25 16
11. RB-Perinatologi 21 14
12. RB-1 Obgyn 21 14
TOTAL 217 141
Sumber: Bidang Keperawatan RSUP H. Adam Malik, 2015
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Jln. Bunga Lau No. 17, Medan Tuntungan. Hal ini dipilih peneliti karena RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit pendidikan kelas A yang sudah lulus akreditasi dari Depkes RI dan memiliki sumber daya manusia yang sesuai standar. Penelitian dilakukan dari bulan September 2015 sampai dengan Juli 2016, dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2016.
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian
Peneliti telah mendapatkan ethical clearence dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU untuk melakukan penelitian. Peneliti dalam melakukan penelitian ini terlebih dahulu telah mengajukan surat permohonan kepada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU untuk mendapatkan izin persetujuan penelitian. Selain itu, peneliti juga telah mengajukan surat permohonan kepada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan untuk pengambilan data awal dan melakukan penelitian.
28
responden tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Setelah mendapat penjelasan yang lengkap dan mempertimbangkannya dengan baik, calon responden kemudian menentukan apakah ikut serta atau menolak sebagai responden (autonomy). Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan memundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko atau dampak yang merugikan bagi individu yang menjadi responden. Untuk menghormati privasi dan kerahasiaan catatan mengenai data responden (confidentiality), peneliti memilih tidak mencantumkan identitas seperti nama dan alamat responden, tetapi menggunakan nomor kode tertentu (anonymity) untuk menjaga semua kerahasiaan informasi yang diberikan. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah data untuk mengidentifikasi empati perawat langsung oleh perawat itu sendiri. Bagian pertama kuesioner yaitu data demografi responden yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, dan lama bekerja.
29
pembimbing. Kuisioner yang digunakan peneliti ini menilai empati perawat dari komponen empati yang utama yaitu kognitif dan afektif. Komponen kognitif terdiri dari 10 pernyataan, yaitu pada pernyataan nomor 2, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 15, dan 23, serta komponen afektif sebanyak 15 pernyataan, yaitu pada pernyataan nomor 1, 4, 5, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, dan 25.
Kuesioner ini terdiri dari 18 pernyataan positif (1, 2, 3,4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 23, 24, 25) dengan nilai 4 : Selalu; 3 : Sering; 2 : Kadang-kadang; dan 1 : Tidak pernah, dan 7 pernyataan negatif (7, 12, 15, 19, 20, 21, 22) dengan nilai 1 : Selalu; 2 : Sering; 3 : Kadang-kadang; dan 4 : Tidak pernah.
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.6.1 Uji Validitas
Uji validitas merupakan syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat digunakan dalam suatu pengukuran (Dharma, 2011). Validitas akan menunjukkan ketepatan pengukuran suatu instrumen, artinya suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas kuesioner ini dengan menggunakan metode validitas konten yaitu menggunakan validasi dengan menggunakan logika, apakah kata-kata atau kalimat yang digunakan dalam instrumen tersebut logis sebagai alat ukur penelitian dan sesuai dengan literatur. Uji validitas ini yaitu uji
30
dilakukan oleh tiga orang ahli, yaitu dua orang Dosen Manajemen Keperawatan dan satu orang Dosen Keperawatan Jiwa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Hasil uji CVI akan menunjukkan pernyataan yang sama sekali tidak relevan, pernyataan yang sulit untuk relevansi sehingga banyak revisi, pernyataan yang relevan dengan sedikit revisi, dan pernyataan yang sangat relevan dengan tujuan penelitian, dan akan dikatakan valid jika nilainya ≥0,8 (Polit & Beck, 2012). Hasil dari nilai validitas penelitian ini adalah 0,987.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dari suatu pengukuran, apakah pengukuran menghasilkan data yang konsisten jika instrumen digunakan kembali secara berulang. Uji reliabilitas kuesioner telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr Pirngadi Medan pada 30 orang perawat. Penentuan nilai reliabilitas pada penelitian ini mengunakan program komputer untuk analisa statistik Cronbach’s alpha. Instrumen dikatakan reliabel dan dapat digunakan jika memiliki nilai reliabilitas 0,80 – 1,00 (Dharma, 2011). Setelah dilakukan uji reliabilitas, hasil yang didapatkan adalah instrumen sudah reliabel dengan nilai koefisien 0,86.
4.7 Pengumpulan Data
31
manfaat dan prosedur pelaksanaan kepada calon responden dan yang bersedia berpartisipasi untuk mengisi kuesioner diminta untuk menandatangani informed consent. Responden yang bersedia mengisi lembar kuesioner diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Selesai pengisian kuesioner oleh para partisipan, peneliti memeriksa kelengkapan data dan jika ada data yang kurang, dapat langsung dilengkapi. Pengumpulan data dilakukan sampai jumlah sampel terpenuhi. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini sebagian tidak dilakukan langsung oleh peneliti, hal ini dikarenakan ada kepala ruangan yang menyarankan untuk meninggalkan kuisioner sehingga bisa diisi langsung oleh perawat yang ada. Setelah seluruh data terkumpul, peneliti melakukan analisis data .
4.8 Analisis Data
Analisis data dilakukan melalui beberapa tahap, yang pertama, editing
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan data hasil penelitian serta pembahasan mengenai gambaran empati perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUP H Adam Malik Medan yang telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2016 pada 141 responden.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Karakteristik Perawat
33
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Perawat Empati Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP H Adam Malik Medan (n=141)
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
34
5.1.2 Hasil Tingkat Empati Perawat
Berdasarkan hasil penelitian, dari 25 pernyataan yang dapat menunjukkan gambaran empati perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap, diketahui bahwa dari 141 perawat, empati perawat di ruang rawat inap Rindu A dan Rindu B RSUP H Adam Malik Medan sebanyak 120 perawat (85,1%) dalam kategori baik dan 21 perawat (14,9%) dalam kategori cukup baik. Hasil tingkat empati perawat ini dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2. Distibusi Frekuensi Gambaran Empati Perawat di Ruang Rawat Inap RSUP H Adam Malik Medan (n=141)
Empati Perawat Frekuensi Persentase (%)
Cukup Baik Baik
21 120
14,9 85,1
TOTAL 141 100
Empati memiliki dua komponen utama, yaitu komponen kognitif dan juga afektif. Secara terpisah, komponen kognitif dan afektif ini memiliki hasil yang cukup berbeda. Hasil distribusi frekuensi komponen kognitif empati menunjukkan ada sekitar 30,5% perawat yang hanya memiliki empati dalam kategori cukup baik dan 69,5% perawat yang telah memiliki empati dalam kategori baik (Tabel 5.3).
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Gambaran Empati Perawat berdasarkan Komponen Kognitif (n=141)
Kognitif Empati Perawat Frekuensi Persentase (%)
Cukup Baik Baik
43 98
30,5 69,5
35
Empati secara afektif dalam penelitian ini memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan komponen kognitif. Hal ini dikarenakan 87,9% perawat sudah memiliki tingkat empati yang baik, sedangkan tingkat empati cukup baik hanya 12,1% perawat (Tabel 5.4). Meskipun memiliki hasil yang cukup berbeda, secara keseluruhan komponen kognitif dan afektif ini menunjukkan sebagian besar perawat sudah memiliki empati yang baik.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Gambaran Empati Perawat berdasarkan Komponen Afektif (n=141)
Afektif Empati Perawat Frekuensi Persentase (%)
Cukup Baik Baik
17 124
12,1 87,9
TOTAL 141 100
36
Hasil penelitian yang didapatkan, menunjukkan empati perawat dalam kategori baik sesuai dengan mayoritas jawaban yang diberikan oleh perawat, namun ada juga item pernyataan yang menunjukkan empati perawat tidak dalam kategori baik. Pada pernyataan ke 9, diidentifikasi 51 perawat (36,2%) menyatakan tidak pernah membayangkan atau berkhayal melakukan hal yang sama dengan yang pasien lakukan untuk dapat merasakan yang pasien rasakan. Kemudian pada pernyataan nomor 8, ada 50 perawat (35,5%) menyatakan hanya kadang-kadang mereka terinspirasi pada pengalaman menarik pasien. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. Disribusi Empati Perawat di Ruang Rawat Inap RSUP H Adam
1. Saya memanggil pasien dengan nama panggilan kesukaan pasien. 2. Saya berinteraksi langsung dengan pasien
untuk dapat mengetahui keadaan pasien. 3. Penting bagi saya untuk mengetahui apa
keluhan-keluhan yang pasien rasakan. 4 Saya dengan sabar mendengarkan
keluhan-keluhan yang pasien rasakan. 5. Saya memahami apa yang sedang
dirasakan oleh pasien. 6. Saya berusaha memahami perasaan pasien
saat mendengarkan keluhan pasien.
37
No. Pernyataan SL SR KD TP
f (%) f (%) f (%) f (%)
8. Saya terinspirasi pada pengalaman menarik dari pasien.
Saya berkhayal melakukan hal yang sama dengan yang pasien lakukan untuk dapat merasakan yang pasien rasakan. 10. Saya mencoba melihat permasalahan
pasien dari perspektif pasien.
Saya dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan pasien dari raut wajah dan cara berbicaranya. 12. Saya tidak suka bila pasien menceritakan
masalah yang sedang dialaminya. 13. Saya merasa prihatin bila pasien
mengalami masalah. 14. Saya cemas saat seorang pasien sedang
dalam kesulitan. 15. Saya sulit menjalin hubungan dengan
pasien dan keluarganya. 16. Saya dengan senang hati akan memenuhi
kebutuhan seorang pasien. 17. Saya merasa terbebani ketika saya tidak
mampu meringankan kesulitan pasien. 18. Saya senang jika dapat membantu pasien
dan keluarganya. 19. Saya akan lebih senang membantu seorang
pasien jika diberi imbalan 20. Ketika saya lelah, saya cenderung tidak
memperhatikan pasien. ketika saya sedang memiiki suasana hati yang buruk.
Saya tidak peduli jika pasien dan
keluarganya tersinggung dengan apa yang membawakan diri jika saya yang berada pada posisi pasien. untuk segera sembuh dengan kata-kata motivasi. 25. Saya merawat pasien dengan tulus. 111
(78,7) 29 (20,6)
1
38
5.2 Pembahasan
Empati adalah salah satu aspek penting yang harus dimiliki seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai kebutuhan kepada pasien. Pada saat berinteraksi dengan pasien, perawat harusnya tidak hanya terfokus pada kebutuhan fisik pasien saja tetapi juga harus berfokus pada psikologis pasien untuk dapat memahami setiap masalah yang ditunjukkan pasien saat berinteraksi langsung. Empati yang dimiliki seorang perawat pada dasarnya bertujuan untuk membina hubungan saling percaya dan mempermudah menggali permasalah pasien, dan kemudian akan mempercepat proses penyembuhan pasien (Wilkin & Silvester, 2007). Hal inilah yang membuat empati menjadi sangat penting dalam proses asuhan keperawatan.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa empati perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rindu A dan Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan pada kategori cukup baik 21 perawat (14,9%) dan kategori baik sebanyak 120 perawat (85,1%) serta tidak ada perawat yang memiliki kategori empati yang tidak baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat empati yang dimiliki perawat di rumah sakit tersebut adalah baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Rahmadhani (2014) dan Hasim, Induniasih dan Asmarani (2011).
39
keluarga. Pasien kritis sendiri memiliki kerentanan yang berbeda, yang meliputi ketidakberdayaan, kelemahan dan ketergantungan terhadap alat bantu sehingga menyebabkan kerentanan tersebut semakin meningkat. Namun hal ini bukan berarti perawat di ruang rawat inap dapat mengesampingkan perawatan terbaik bagi pasien. Oleh sebab itu, perawat harus dapat memberikan pelayanan dalam berbagai aspek yaitu mencakup aspek bio-psiko-sosial-spiritual, dukungan sosial dan emosional pasien dan keluarga.
40
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Fatimah, Elita dan Wahyuni (2010). Penelitian tersebut diketahui bahwa gambaran empati perawat jiwa di RSJ Tampan Pekanbaru hanya 22,6% perawat yang memiliki empati yang tinggi, sedangkan perawat dengan empati sedang dan rendah memiliki jumlah yang sama yaitu 38,6%. Peneliti menjelaskan kurangnya empati yang dimiliki oleh perawat jiwa di rumah sakit jiwa ini disebabkan oleh beban kerja yang terlalu tinggi dan motivasi kerja yang rendah sehingga interaksi perawat dengan pasien menjadi kurang. Putri (2015) juga menambahkan bahwa beban kerja, kurang penghargaan yang diberikan pada perawat, serta pasien yang kurang dapat memahami keberadaan perawat sehingga hal tersebut menimbulkan kondisi stres bagi perawat. Sawitri (2010, dalam Putri 2015) juga mengemukakan bahwa stres dapat menimbulkan perubahan dalam diri perawat yang akan menimbulkan tidak terkontrolnya emosi dan juga mengurangi fungsi kognitif dalam bentuk pelemahan perhatian dan memori jangka pendek, sehingga akan mempengaruhi kmampuan empati perawat dan akan berdampak pada perlakuan perawat tersebut pada pasien.
41
seseorang sangat bergantung pada beberapa faktor termasuk mood dan situasi. Hal ini mengingat pada kondisi perawat yang sering dihadapkan pada situasi yang menekan yang berasal dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga yang tidak jarang menimbulkan stress pada perawat (Fatimah, Elita dan Wahyuni 2010).
Tinggi rendahnya empati yang dimiliki seseorang, khususnya pada penelitian ini adalah seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, diperngaruhi oleh banyak faktor-faktor, baik dari dalam diri perawat itu sendiri ataupun dari lingkungannya. Rasa empati yang dimiliki seseorang sebagian besar merupakan faktor bawaan dari dalam diri sendiri untuk bisa lebih peka terhadap orang lain. Namun, empati juga dapat ditingkatkan dan dikembangkan dalam kehidupan seseorang dengan melatih dan meningkatkannya seiring bertambahnya usia dan kematangan serta pemahaman tentang diri sendiri dan orang lain.
42
dibandingkan laki-laki (Baron & Bryne, 2005). Baiknya tingkat empati perawat di rumah sakit ini juga dapat dihubungkan dengan perawat yang lebih banyak sudah bekerja lebih dari 5 tahun. Goleman (2007) menambahkan kemampuan seseorang untuk mengenal dan berinteraksi dengan lingkungannya akan memungkinkan seseorang merasakan emosi yang berbeda-beda dari sekitarnya sehingga akan meningkatkan kemampuan empati seseorang.
Penilaian empati perawat dalam penelitian ini dengan menggunakan 25 pernyataan, yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu kognitif dan afektif. Secara kognitif, seorang perawat yang berperilaku empati mengetahui apa yang orang lain rasakan. Pada pernyataan ke 2 dan ke 3, didapatkan bahwa empati perawat dalam kategori baik dengan nilai rata-rata perawat menjawab selalu berinteraksi langsung dengan pasien untuk bisa mengetahui keadaan pasien dan juga penting bagi perawat untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pasien. Namun pada pernyataan ke 9 merupakan pernyataan dengan nilai rata-rata terendah dimana mayoritas perawat menjawab kadang-kadang saja untuk membayangkan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan pasien untuk dapat merasakan apa yang dirasakan pasien tersebut. Perawat mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh beban kerja berlebihan yang dimiliki oleh perawat, sehingga mereka mengatakan tidak mempunyai waktu untuk hal tersebut.
43
pasien jika diberi imbalan dan mengatakan selalu merawat pasien dengan tulus serta dengan sabar mendengarkan keluhan-keluhan yang pasien rasakan. Tetapi perawat yang memanggil nama pasien dengan nama panggilan masih rendah, karena rata-rata perawat hanya menjawab kadang-kadang pada pernyataan ini. Hal ini dikarenakan perawat ketika berinteraksi dengan pasien masih lebih berfokus pada fisik saja dan sering melupakan sisi psikologis pasien, karena pasien akan merasa lebih senang dengan perawat dan lebih mudah menjalin hubungan dengan pasien saat kita sudah menjalin hubungan saling percaya, salah satunya dengan menggunakan panggilan kesukaan pasien. Meskipun terbagi menjadi dua komponen utama, namun empati merupakan konsep yang multidimensional yang meliputi komponen kognitif dan afektif secara bersama-sama dan tidak dapat dipisahkan (Richendoller & Weaver, 1994 dalam Taufik, 2012).
Hasil penelitian ini jelas menunjukkan bahwa tingkat empati perawat di rumah sakit ini baik, namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak komplain oleh pasien maupun keluarga pasien yang sama sekali tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit ini. Tidak jarang kita akan menemukan berita, baik dari koran maupun media, yang menunjukkan ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang diterima. Kebebasan masyarakat saat ini untuk berpendapat, seharusnya dimanfaatkan dengan baik oleh rumah sakit untuk terus meningkatkan dan melakukan evaluasi tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diterima pasien.
44
BAB 6
KESIMPULAN DAN HASIL
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa gambaran empati perawat di RSUP H Adam Malik Medan dalam kategori baik. Empati berdasarkan komponen kognitif dan afektif, secara terpisah juga menunjukkan bahwa empati perawat di rumah sakit ini sudah dalam kategori baik. Namun, empati perawat secara kognitif masih lebih rendah dibandingkan dengan komponen afektif. Secara kognitif, baiknya tingkat empati perawat di rumah sakit ini dinyatakan oleh keinginan perawat untuk berinteraksi langsung dengan pasien untuk bisa mengetahui apa yang pasien rasakan, sedangkan secara afektif, perawat menyatakan merawat pasien dengan tulus dan dengan sabar mendengarkan keluhan-keluhan yang pasien rasakan.
6.2 Saran
6.2.1 Pelayanan Keperawatan
46
6.2.2 Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang penting mengenai empati perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap, serta dapat menjadi pertimbangan maupun perbandingan pada penelitian selanjutnya. Peneliti juga menyarankan bagi peneliti selanjutnya agar meneliti lebih dalam lagi mengenai empati perawat berhubungan dengan empati dari perspektif humanistik, apakah empati yang dimiliki perawat memberikan efek terapi bagi pasien. Penelitian mengenai perilaku perawat, peneliti menyarankan penelitian selanjutnya dilakukan dengan metode observasi, karena metode tersebut akan lebih objektif dibandingkan kuisioner yang diisi sendiri oleh perawat.
6.2.3 Pendidikan Keperawatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Empati
2.1.1Definisi Empati
Empati merupakan suatu proses memahami perasaan orang lain dan ikut merasakan apa yang orang lain alami. Empati tidak hanya sebatas memasuki dan merasakan apa yang dialami orang lain, tetapi empati yang dimiliki seseorang akan membuatnya mencoba melakukan sesuatu untuk menolong dan menunjukkan kepeduliannya. Dalam berempati, seseorang dalam keadaan sadar seolah-olah masuk ke dalam diri orang lain untuk bisa benar-benar merasakan sebagaimana yang orang lain rasakan. Namun, seseorang yang berempati harus mampu mengontrol dirinya sendiri dan tidak kehilangan identitas dirinya sendiri.
Empati berasal dari kata einfuhlung yang populer pada awal abad ke-19. Istilah einfuhlung berasal dari filsafat estetika Jerman. Pada waktu itu para filsuf Jerman sedang antusias untuk mengkaji teori-teori estetika yang dimulai dari kajian-kajian abstrak formal, dan selanjutnya berubah fokusnya pada isi, simbol, dan emosi (Taufik, 2012).
8
Pakar psikologi Edward Titchener pada tahun 1909 pertama kali menggunakan istilah empathy sebagai penerjemahan bahasa Inggris dari kata
einfuhlung. Etimologinya berasal dari kata Yunani empathia, yang berarti memasuki perasaan orang lain atau ikut merasakan keinginan atau kesedihan seseorang (Howe, 2015). Menurut Titchener (1915, dalam Taufik, 2012) empati akan membantu seseorang dalam memahami fenomena-fenomena yang membingungkan, karena ketika seseorang berempati dia sedang melakukan diskusi dengan dirinya sendiri, antara dirinya dengan orang lain, dan antara dirinya dengan lingkungannya. Proses diskusi inilah yang pada akhirnya menempatkan kita dalam alam kesadaran, yaitu kesadaran akan kondisi kita, kondisi orang lain, dan situasi disekitar kita.
Bohart & Greenberg (2002, dalam Howe, 2015) mengatakan empati merupakan suatu proses dalam melakukan simbolisasi terhadap pengalaman pribadi secara sadar yang didukung oleh respon empatik yang ada dalam dirinya. Kemampuan untuk mengungkapkan sebuah pengalaman yang sebelumnya tersirat menjadi suatu gambaran yang jelas, sehingga memberikan kemudahan untuk memahami apa yang sedang dialami oleh orang lain. Hal ini dengan sendirinya akan memberikan kejelasan dan ketenangan dari kebingungan yang ada sebelumnya.
9
orang lain. Namun, berbeda dengan Kohut, Davis (1996, dalam Howe, 2015) mendefinisikan empati bukan hanya tentang mengetahui apa yang sedang dirasakan orang lain, tetapi juga mengkomunikasikan dengan cara dan sikap yang baik, pengetahuan dan pemahaman tentang pengalaman emosional orang lain.
Sementara, Carl Rogers (1951, dalam Taufik, 2012) menawarkan dua konsep dalam mendefinisikan empati. Pertama, empati adalah melihat kerangka berpikir internal orang lain secara tepat. Kedua, dalam memahami orang lain tersebut individu seolah-olah masuk dalam diri orang lain sehingga bisa merasakan dan mengalami sebagaimana yang dirasakan dan dialami oleh orang lain itu, namun tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri. Maksudnya adalah walaupun individu menempatkan dirinya pada posisi orang lain, namun dia tetap melakukan kontrol diri atas situasi yang ada, tidak dibuat-buat, dan tidak hanyut dalam situasi orang tersebut.
10
2.1.2 Empati dalam Berbagai Perspektif
Konsep mengenai empati masih terus dibicarakan sejak awal kemunculannya sampai pada awal abad ke-20. Konsep empati ini dibicarakan oleh berbagai bidang akademisi seperti psikologi, filsafat, sastra, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan sebagainya. Perbedaan disiplin ilmu menimbulkan perbedaan pandangan mengenai empati sesuai sudut pandang masing-masing, namun secara garis besarnya tetap menjelaskan tentang bagaimana kemampuan seseorang dalam memahami kondisi orang lain (Taufik, 2012).
Taufik (2012) menjelaskan tiga pandangan ataupun perspektif teoritis mengenai empati yang telah dikembangkan, yaitu secara psikoanalisis, behaviourisme, dan humanisme.
2.1.2.1Perspektif Psikoanalisis
Dalam psikoanalisis, empati adalah pusat dari hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal dalam teori ini memunculkan konsep empati yang lebih kepada konteks interaksi emosional ibu dan anak. Peran penting empati dalam hubungan interpersonal ibu dan anak ini digambarkan tentang bagaimana seorang ibu bisa meredakan kemarahan anak, memberikan pelukan yang menenangkan, memberi solusi atas masalah yang dihadapi, dan sebagainya, juga tentang bagaimana anak bisa menempatkan diri, menghargai dan memahami otoritas peran orangtua dalam keluarga.
11
untuk manusia dan merupakan pembawaan sejak lahir. Perilaku empati diturunkan oleh orangtua pada anaknya. Namun, empati ini tidak mutlak merupakan faktor bawaan, artinya empati ini dapat dikembangkan dalam kehidupan seseorang dengan melatih dan meningkatkannya seiring bertambahnya usia dan kematangan serta pemahaman tentang diri sendiri dan orang lain.
2.1.2.2Perspektif Behaviourisme
Dalam perspektif behaviourisme, para teoretikus menghubungkan empati dengan perilaku menolong. Hal ini didasari oleh teori classical conditioning oleh Ivan Pavlov, yaitu perilaku menolong sebagai hasil dari pembelajaran sosial, yang kemudian dikembangkan ke dalam tiga bagian, yaitu pembiasaan, orangtua melatih dan membiasakan agar anak-anaknya senantiasa memberikan pertolongan pada orang lain; keteladanan, orangtua memberikan contoh kepada anak-anaknya untuk memberikan pertolongan agar anak-anaknya dapat meneladani perilaku orangtuanya; dan pemahaman, individu memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan orang lain yang membutuhkan pertolongan.
12
menimbulkan keinginan untuk memberikan pertolongan pada orang lain.
2.1.2.3Perspektif Humanistik
Dalam teori humanistik, dikatakan bahwa hubungan terapeutik merupakan kunci sukses dalam psikoterapi. Namun, menurut Bohart & Greenberg (1997, dalam Taufik, 2012), pengaruh besar hubungan terapeutik masih kalah perannya dibandingkan dengan peranan empati dalam psikoterapi. Karena menurutnya, hubungan terapeutik tanpa melibatkan empati tidak akan bisa sukses, sebab empati diyakini sebagai pintu masuk utama bagi keberhasilan terapi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Rogers (1986, dalam Taufik, 2012) yang mengatakan bahwa empati merupakan salah satu unsur kunci yang penting dalam menciptakan hubungan terapeutik.
13
Berdasarkan tiga perspektif di atas dapat disimpulkan bahwa empati merupakan suatu kemampuan bagaimana kita dapat memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan orang lain sehingga kita bisa menempatkan diri, menghargai dan memberikan pertolongan pada orang lain. Empati juga dapat dikatakan mencakup dan berpengaruh besar terhadap seluruh sistem kehidupan manusia, sebab sejak dilahirkan manusia sudah memiliki empati dan bahkan ketika seseorang sedang sakitpun empati bisa menjadi obat yang bisa menumbuhkan harapan untuk bisa segera sembuh.
2.1.3 Komponen Empati
Menurut para ahli, empati pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama, yaitu kognitif dan afektif (Baron & Byrne, 2005; Taufik, 2012). Secara kognitif, seseorang cenderung memahami perasaan orang lain dengan membayangkan dan juga memikirkan suatu situasi dari sudut pandang orang lain, sedangkan secara afektif, lebih cenderung pada kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perasaan orang lain dengan perasaannya sendiri yang pada akhirnya menghubungkan empati dengan perilaku menolong sebagai bentuk rasa kepedulian pada perasaan orang lain.
2.1.3.1Komponen Kognitif
14
Seseorang akan lebih mudah mengerti apa yang sedang orang lain rasakan saat orang tersebut memiliki pengalaman yang sama sebelumnya. Dengan lebih sederhana komponen kognitif ini dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk membedakan dan mengenali kondisi emosional yang berbeda (Fesback, 1997, dalam Taufik, 2012).
Komponen kognitif dalam empati ini didasarkan pada kemampuan memahami dengan membayangkan dan memikirkan sebuah situasi dari sudut pandang orang lain. Komponen kognitif ini lebih difokuskan pada proses pengetahuan untuk mengetahui perspektif orang lain dengan tepat dan menerima pandangan mereka, misalnya membayangkan perasaan orang lain ketika marah, kecewa, senang, dan mengetahui keadaan serta sensitif terhadap permasalahan dan kebutuhan orang lain dilihat dari cara berbicara, raut wajah dan cara pandang dalam berpendapat. Jika dihubungkan dengan perspektif empati secara humanistik, sangat penting untuk bisa mengetahui apa yang orang lain rasakan sebagai dasar untuk menciptakan hubungan terapeutik dan untuk keberhasilan terapi (Howe, 2015).
Komponen kognitif dari empati ini terdiri dari dua aspek, antara lain.
15
bentuk, yaitu membayangkan bagaimana seseorang akan berpikir dan merasakan apabila ia berada pada situasi orang lain; dan membayangkan bagaimana seseorang berpikir dan merasakan sesuatu hal. Seseorang akan cenderung mengambil perspektif secara spontan ketika sedang berinteraksi langsung dengan orang lain, misalnya dengan mendengarkan cerita ataupun pengalaman orang tersebut. Karena dengan berinteraksi langsung, seseorang dapat mengetahui keadaan dan kebutuhan orang lain, dan ketika orang lain mulai bercerita tentang pengalamannya, seseorang akan lebih mudah mendalami dan mengerti perasaan orang tersebut. 2) Fantasi (fantacy) yaitu kecenderungan untuk mengubah diri secara
16
2.1.3.2Komponen Afektif
Komponen afektif dalam empati cenderung pada kemampuan menyesuaikan pengalaman emosional seseorang dengan pengalaman emosional yang dialami oleh orang lain, misalnya dengan sabar mendengarkan keluhan-keluhan yang dirasakan orang lain serta memahami dan ikut merasakan ketika orang lain merasa sedih, menangis, terluka, menderita dan disakiti (Eisenberg, 1998, dalam Taufik 2012). Empati dalam komponen afektif ini terdiri atas simpati, sensitivitas dan berbagi penderitaan yang dialami orang lain dengan mengimajinasikan kesulitan-kesulitan orang lain seakan-akan dialami oleh diri sendiri. Komponen afektif ini tidak hanya merasakan penderitaan orang lain saja, tetapi juga mengekspresikan kepedulian dan mencoba melakukan sesuatu untuk meringankan penderitaan orang lain, hal ini berkaitan dengan empati dari perspektif behaviorisme yang menghubungkan empati dengan perilaku menolong, termasuk untuk memberikan motivasi dan harapan yang baru dengan penuh pengertian (Baron & Byren, 2005).
17
rasakan. Sebaliknya, akurasi yang rendah apabila yang dirasakan individu tentang kondisi orang lain berbeda atau tidak sama dengan apa yang sebenarnya sedang dirasakan orang tersebut. Hal inilah yang menjadi keunikan konsep empati. Sebab bisa saja ketika seseorang merasa berempati dengan kondisi yang orang lain alami seseorang tersebut memberikan respon secara berlebihan, namun kondisi yang bersangkutan sebenarnya tidak sejauh yang kita lihat dan coba rasakan. Tingkat empati seseorang juga dapat berbeda-beda setiap waktu. Seseorang dapat merasa lebih mudah ataupun lebih sulit untuk memahami perasaan seseorang disituasi ataupun kondisi tertentu (Taufik, 2012).
Sama seperti komponen kognitif, komponen afektif juga terdiri dari dua aspek, yaitu:
18
2) Tekanan personal (personal distress) yang lebih cenderung pada diri sendiri yaitu untuk dapat mengendalikan diri sendiri dalam memberi respon terhadap penderitaan orang lain. Dengan kata lain,
personal distress merupakan kecemasan dan kegelisahan yang dirasakan oleh seseorang dalam menghadapi perasaan yang tidak menyenangkan. Personal distress bisa disebut sebagai empati negatif, yang meliputi perasaan terkejut, takut, cemas, prihatin, berduka, tekanan, kegelisahan, dan tidak berdaya (Taufik, 2012).
2.1.4Faktor-faktor yang Mempengaruhi Empati
Goleman (2007) menyatakan ada bebarapa faktor yang mempengaruhi empati, baik psikologis maupun sosiologis, antara lain:
1) Sosialisasi, merupakan kemampuan individu untuk dapat mengenal dan berinteraksi secara baik dalam lingkungan tertentu dan memperoleh nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungannya tersebut. Dengan adanya sosialisasi ini akan memungkinkan seseorang dapat merasakan emosi yang berbeda-beda dari banyak orang disekitarnya, dan kemudian akan mengarahkan seseorang untuk mampu melihat keadaan orang lain dan berpikir tentang orang lain dari pengalaman bersosialisasinya.
19
berkembang bersamaan dengan perkembangan kognitif, yang kemudian akan sampai pada yang disebut kematangan kognitif, sehingga seseorang dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan hal inilah yang menunjukkan seseorang mampu berempati.
3) Mood and Feeling. Mood adalah suatu keadaan sadar pikiran atau emosi yang dominan, sedangkan feeling adalah ekspresi suasana hati terutama dalam gambaran diri. Keadaan perasaan seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya akan mempengaruhi cara seseorang dalam memberikanrespon terhadap perasaan dan perilaku orang lain.
4) Situasi, merupakan semua fakta, kondisi dan peristiwa yang mempengaruhi seseorang atau sesuatu pada waktu tertentu dan di tempat tertentu. Situasi dan tempat tertentu dapat memberikan pengaruh terhadap proses empati seseorang. Pada situasi tertentu seseorang dapat berempati lebih baik dibanding situasi yang lain.
5) Komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik secara langsung ataupun tidak langsung (melalui media). Pengungkapan empati sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang digunakan seseorang. Perbedaan bahasa dan ketidakpahaman tentang komunikasi yang terjadi akan menjadi hambatan pada proses empati.
20
ekonomi, dan hubungan dekat. Pada faktor gender, perempuan dikenal lebih mudah merasakan emosional orang lain dibandingkan laki-laki. Faktor kognitif, khususnya kecerdasan verbal yang dimiliki seseorang, akan berdampak pada ketepatannya dalam berempati terhadap orang lain. Faktor sosial, keterlibatan individu dalam suatu lingkungan sosial akan meningkatkan intensitas hubungan dengan orang lain, dan intensitas hubungan inilah yang akan mempengaruhi ketepatan seseorang dalam berempati. Status ekonomi sosial, seseorang dengan status ekonomi yang rendah lebih baik dalam menerjemahkan emosi yang dirasakan orang lain, hal ini dikarenakan pengalaman dan kondisi sekitarnya yang akhirnya membuat mereka lebih sensitif. Hubungan dekat, semakin dekat hubungan seseorang dengan oraang lain maka semakin baik pula perilaku empati yang dimiliki seseorang.
2.2 Aplikasi Empati dalam Memberikan Pelayanan Asuhan Keperawatan