• Tidak ada hasil yang ditemukan

Redesign Tata Letak Fasilitas Produksi Dalam Meningkatkan Efisiensi Operasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Redesign Tata Letak Fasilitas Produksi Dalam Meningkatkan Efisiensi Operasi"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

REDESIGN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI DALAM

MENINGKATKAN EFISIENSI OPERASI

NURUL AGUNG EKA SAPUTRA

PROGRAM ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Redesign Tata Letak Fasilitas Produksi Dalam Meningkatkan Efisiensi Operasi adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam bacaan dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

(3)

ABSTRAK

NURUL AGUNG EKA SAPUTRA. Redesign Tata Letak Fasilitas Produksi Dalam Meningkatakan Efisiensi Operasi. Dibimbing oleh EKO RUDDY CAHYADI.

PT. XYZ memiliki lahan luas sekitar 74.220 dengan bangunan 22.190 dan fasilitas sekitar 22.531 . Tata letak pada PT. XYZ digolongkan kedalam tata letak berdasarkan proses. Dengan menggunakan metode Peta Dari-Ke pada aliran barang jadi diperoleh jumlah perpindahan bahan dan barang antar stasiun kerja setiap harinya. PT. XYZ sudah merancang tata letak dengan baik, terlihat dari

pola aliran yang berbentuk „U‟. Selain itu, ruang produksi yang menjadi prioritas

utama perusahaan yang berada di titik tengah bangunan keseluruhan perusahaan dan sesuai dengan hasil hitungan Total Closenes Ratting (TCR) yang terbesar

adalah ruang produksi dengan nilai 302. Penelitian menggunakan analisis

pendekatan Systematic Layout Planning (SLP), Analisis Activity Relation Chart (ARC) yang digunakan untuk mengetahui tingkat hubungan antar aktivitas produksi dan menghasilkan layout sementara. Setelah menetukan titik pusat stasiun kerja yang baru, diperoleh jarak antar stasiun kerja yang baru. Total jarak material flow yang lama adalah 8.112 meter/ shift atau sama dengan 24.336 meter/ hari, sedangkan total jarak material flow yang baru adalah sejauh 4.419 meter/ shift atau 13.257 meter/ hari. Ini berarti material flow dapat berkurang sejauh 3.693 meter/ shift atau 11.079 meter/ hari.

Kata Kunci : ARC, material flow, SLP.

ABSTRACT

NURUL AGUNG EKA SAPUTRA. Redesign Facility Layout Production to Improve Operating Efficiency. Supervised by EKO RUDI CAHYADI.

PT. XYZ has a land area of about 74 220 with 22 190 m2 of buildings and accordance with the results of the count Total Closenes Ratting (TCR), which is the largest production halls with a value of 302. The research using analytical approach Systematic Layout Planning (SLP), Activity Relation Chart (ARC) Analysis which is used to determine the level of relationship between production activities and produces a temporary layout. After determining the center point of a new work station, the distance between the station acquired a new work. The total flow of materials long distances is 8.112 meters / shift or equal to 24.336 meters / day, while the total distance of the new material flow is as far as 4.419 meters / shift or 13.257 feet / day. This means that the material flow can be reduced as far as 3.693 meters / shift or 11.079 meters / day.

(4)

i

REDESIGN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI DALAM

MENINGKATKAN EFISIENSI OPERASI

NURUL AGUNG EKA SAPUTRA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Redesign Tata Letak Fasilitas Produksi Dalam Meningkatkan Efisiensi Operasi

Nama : Nurul Agung Eka Saputra

NIM : H24124077

Disetujui Oleh

Dr Eko Rudi Cahyadi, SHut, MM Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen

(6)

i

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penenelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014 ialah Redesign Tata Letak Fasilitas Produksi Dalam Meningkatkan Efisiensi Operasi.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Eko Ruddi Cahyadi, SHut, MM. selaku dosen pembimbing, pihak manajemen dan staf PT. XYZ atas arahan yang diberikan kepada penulis, orang tua dan keluarga penulis atas perhatian kasih sayang yang tak terhingga serta dukungan moril maupun materil yang telah dicurahkan kepada penulis selama menyelesaikan laporan ini, teman-teman satu bimbingan dan keluarga besar Program Sarjana Alih Jenis Manajemen IPB Angkatan 10, serta sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... ii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

Ruang Lingkup Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Pengertian Tata Letak Pabrik ... 3

Jenis-jenis Tata Letak ... 3

Tipe Tata Letak Produksi ... 4

Tahapan proses perancangan tata letak ... 8

Penelitian terdahulu ... 11

METODE ... 12

Kerangka Pemikiran Konseptual ... 12

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan... 13

Metode Pengumpulan Data ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

Keadaan Umum Perusahaan ... 13

Proses Produksi ... 14

Perancangan Tata Letak ... 16

SIMPULAN DAN SARAN ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(8)

ii

DAFTAR TABEL

1. Keterangan bagan dan diagram keterkaitan aktivitas... 20

2. Perhitungan pusat fasilitas ... 21

3. Derajat keterkaitan aktivitas ... 22

4. Luas area PT. XYZ ... 25

5. Jarak sebelum perubahan tata letak ... 28

6. Pergerakan aktivitas berdasarkan metode “dari ke”... 28

7. Nilai aktivitas pergerakan proses produksi ... 29

8. Jarak setelah dilakukan perubahan tata letak ... 29

9. Nilai aktivitas setelah dilakukan perubahan jarak ... 30

10. Tabel dampak perubahan tata letak ... 31

DAFTAR GAMBAR 1. Straight line ... 4

2. Serpentine / Zig zag ... 5

3. U-shaped ... 5

4. Circular ... 6

5. Odd-angle ... 6

6. Prosedur pelaksanaan SLP ... 8

7. Diagram hubungan aktivitas ... 10

8. Kerangka pemikiran penelitian ... 12

9. Peta proses operasi ... 15

10. Diagram alir ... 17

11. Bagan keterkaitan aktivitas ... 18

12. Diagram keterkaitan aktivitas ... 19

13. Template lama ... 23

14. Template baru ... 24

15. Layout sebelum perubahan ... 26

16. Tata letak akhir ... 27

DAFTAR LAMPIRAN 1. Perhitungan jarak euclidean sebelum perubahan tata letak... 35

2. Perhitungan jarak euclidean setelah perubahan tata letak ... 42

3. Perhitungan dampak perubahan tata letak... 49

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai suatu dampak semakin ketatnya persaingan perusahaan pada saat ini telah membawa dampak pada perusahaan untuk terus mengembangkan penetapan strateginya keputusan manajemen operasioanal perusahaan, baik itu pada desain barang dan jasa, pengelolaan kualitas, strategi penetapan proses, strategi lokasi dan stategi penetapan tata letak (plant layout). Keputusan-keputusan tersebut dilakukan karena adanya kedinamisan yang terjadi karena berbagai macam tekanan dari globalisasi perdagangan dunia, perpindahan ide, produk dan uang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sehingga setiap perusahaan dituntut untuk dapat menyeimbangkan antara waktu, kinerja dan hasil secara efektif dan efisien. Keseimbangan antara ketiga hal tersebut seringkali sulit untuk dicapai oleh perusahaan pada saat ini dimana perekonomian Negara kita yang tidak stabil.

Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi mencapai strategi yang menunjang diferensiasi, biaya rendah atau respon cepat. Tujuan dari strategi tata letak adalah untuk membangun tata letak yang ekonomis yang memenuhi kebutuhan persaingan perusahaan.

Sebuah tata letak yang efektif memfasilitasi adanya aliran bahan, orang dan informasi di dalam dan antar-wilayah. Untuk mencapai tujuan ini beragam pendekatan telah dikembangkan. Menurut Heizer dan Render (2006) pendekatan tersebut dibagi menjadi enam pendekatan:

1. Tata letak dengan posisi tetap, memenuhi persyaratan tata letak untuk proyek yang besar dan memakan tempat seperti proses pembuatan kapal laut dan gedung

2. Tata letak yang berorientasi pada proses, berhubungan dengan produksi yang bervolume rendah dan bervariasi tinggi (juga disebut sebagai “job shop” atau produksi terputus)

3. Tata letak kantor, menempatkan para pekerja, peralatan kantor, dan ruangan/kantor melancarkan aliran informasi

4. Tata letak ritel, menempatkan rak-rak dan memberikan tanggapan atas perilaku pelanggan

5. Tata letak gudang, melihat kelebihan dan kekurangan antara ruangan dan sistem penanganan bahan

6. Tata letak yang berorientasi pada produk, mencari utilisasi karyawan dan mesin yang paling bail dalam produksi yang kontinu dan berulang.

Dengan sistem produksi yang efektif dan efisien perusahaan akan mampu mendayagunakan segenap sumber daya yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. Hal ini tidak hanya ditunjang oleh faktor teknologi, namun juga berbagai faktor lainnya seperti tanah, modal, tenaga kerja, keahlian dalam pengorganisasian dan cara pengolahannya.

(10)

2

bagi perusahaan industri, karena perusahaan harus dapat mengalokasikan seluruh biayanya dengan target/tujuan yang telah ditetapkan terutama pada bagian proses produksi. Pada bagian ini biasanya perusahaan menginginkan efisiensi dan efektivitas yang tinggi sehingga biaya produksi perusahaan dapat ditekan agar menciptakan suatu produk dengan biaya per unit yang ekonomis. Jika sebuah perusahaan manufaktur tidak melaksanakan plant layout dengan baik, maka proses produksi tidak akan mencapai tingkat kelancaran yang baik pula dalam perputaran proses dan operasinya.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian analisis dan pengaruh tata letak untuk dijadikan sebagai skripsi dengan mengambil judul penelitian Redesign Tata Letak Fasilitas Produksi Dalam Meningkatkan Efisiensi Operasi.

Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang, bisa diperoleh rumusan masalah, antara lain: 1. Berapakah optimalisasi yang diperoleh jika dilakukan perancangan ulang tata

letak pada PT. XYZ?

2. Apakah tata letak pada PT. XYZ saat ini sudah efektif dan efisien dalam mendukung kegiatan operasi?

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis tata letak berdasarkan hasil kajian saat ini pada PT. XYZ.

2. Menganalisis penghematan yang bisa dilakukan dengan merancang ulang tata letak fasilitas produksi.

Manfaat Penelitian

1. Informasi dan bahan masukan bagi manajemen dalam melakukan strategi penyusunan tata letak / plant layout pada pabrik secara efektif dan efisien. 2. Informasi, referensi, dan masukan bagi penelitian selanjutnya khususnya

penelitian yang terkait dengan tata letak pada suatu pabrik.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian perancangan tata letak untuk mengoptimalkan proses alur barang jadi dilakukan di PT. XYZ yang berlokasi di Jl. Raya Purwakarta – Cikampek km.13, Kecamatan Bungursari Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

(11)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Tata Letak Pabrik

Tata letak pabrik (Plant Layout) atau tata letak fasilitas (Facilities Layout) sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi.

Menurut Apple (1990), ”Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata

cara pengaturan fasilitas–fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas area (space) untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan-gerakan material, penyimpanan material (storage) baik yang bersifat temporer

maupun permanen, personil pekerja dan sebagainya”. Sedangkan menurut Heizer

dan Render (2006), tata letak merupakan suatu keputusan penting yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang.

Jenis-jenis Tata Letak

Pertimbangan yang digunakan untuk menentukan tipe dasar tata letak adalah karakteristik sistem konversi/proses produksi yaitu jumlah keragaman produk, volume produksi dan pola aliran bahan. Tipe dasar tata letak terdiri dari tata letak yang berorientasi pada proses (Process layout) dan tata letak berorientasi pada produk (Product layout).

Menurut Assauri (2008), terdapat dua jenis pola yang utama dan sering di gunakan, yaitu:

1. Process Layout

Pada tipe tata letak jenis ini, semua mesin-mesin dan peralatan ditempatkan dalam departemen yang sama. Pola seperti ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang berproduksi berdasarkan job order atau job shop.

Keuntungan dari pola process layout, antara lain:

a. Investasi lebih rendah di dalam penggunaan mesin-mesin. b. Fleksibilitas pelaksanaan produksi sangat tinggi.

c. Biaya produksi biasanya lebih rendah, karena walaupun ragamnya banyak tetapi jumlahnya sedikit.

d. Kerusakan pada salah satu mesin tidak menimbulkan gangguan yang berarti pada proses keseluruhan.

e. Karena mesinnya hampir sama, maka akan terbentuk spesialisasi dari para pengawas proses.

Kerugian dari tipe ini antara lain:

a. Masuknya order baru membuat pekerjaan routing, scheduling dan cost accounting menjadi sukar karena adanya perencanaan ulang.

b. Material handling dan material transportation cost menjadi tinggi.

c. Kebutuhan ruangan untuk pelaksanaan proses produksi menjadi lebih besar.

2. Product Layout

(12)
(13)

2. Serpentine atau zig zag (S-Shaped)

Pola aliran berdasarkan garis–garis patah atau seperti pola huruf „S‟ sangat baik diterapkan bilamana aliran proses produksi lebih panjang dibandingkan dengan luasan area yang tersedia. Pola dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Serpentine / Zig zag

Untuk itu aliran bahan akan dibelokkan untuk menambah panjangnya garis aliran yang ada dan secara ekonomis hal ini akan dapat mengatasi segala keterbatasan dari area, dan ukuran dari bangunan pabrik yang ada (Apple,2003).

3. U-Shaped

Pola aliran menurut U-Shaped akan dipakai bilamana dikehendaki bahwa akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan awal proses produksinya. Pola alira dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. U-shaped

(14)

6

1

2

3

4

5 4. Circular

Pola aliran berdasarkan bentuk lingkaran (circular) sangat baik dipergunakan bilamana dikehendaki untuk mengembalikan material atau produk pada titik awal aliran produksi berlangsung. Hal ini juga baik apabila departemen penerimaan dan pengiriman material atau produk jadi direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama dalam pabrik yang bersangkutan. Pola aliran dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Circular

Pola ini juga dapat diterapkan pada proses yang menempatkan proses penerimaan bahan bahan/ material dan pengiriman barang jadi pada area yang sama.

5. Odd Angle

Pola aliran berdasarkan odd-angle ini tidaklah begitu dikenal dibandingkan dengan pola–pola aliran yang lain. Pola dapat dilihat pada gambar 5.

(15)

Menurut Apple (1990) pada dasarnya pola ini sangat umum dan baik digunakan untuk kondisi–kondisi seperti :

a. Bilamana proses handling dilaksanakan secara mekanis.

b. Bilamana keterbatasan ruangan menyebabkan pola aliran yang lain terpaksa tidak dapat diterapkan.

c. Bilamana dikehendaki adanya pola aliran yang tetap dari fasilitas– fasilitas produksi yang ada.

b. Tata letak berdasarkan aliran proses (process layout)

Tata letak berdasarkan aliran proses (process layout) sering kali disebut pula dengan functional layout. Functional layout adalah metode pengaturan dan penempatan dari mesin dan segala fasilitas produksi dengan tipe/macam yang sama dalam sebuah departemen. Disini semua mesin atau fasilitas produksi yang memiliki ciri–ciri operasi atau fungsi kerja yang sama diletakkan dalam sebuah departemen. Tata letak berdasarkan aliran proses umumnya diaplikasikan untuk industri yang bekerja dengan jumlah/volume produksi yang relatif kecil dan terutama sekali untuk jenis produk–produk yang tidak distandartkan. Menurut Apple (1990), tata letak tipe aliran proses ini akan jauh lebih fleksibel bilamana dibandingkan dengan tata letak tipe aliran produk. Industri yang beroperasi berdasarkan order pesanan (job order) akan lebih tepat kalau menerapkan layout tipe aliran proses guna mengatur fasilitas–fasilitas produksinya.

c. Tata letak berdasarkan posisi (fixed positian layout)

Untuk tata letak berdasarkan posisi tetap, material dan komponen dari produk utamanya akan tinggal tetap pada posisi/lokasinya sedangkan fasilitas produksi seperti tools, mesin, manusia serta komponen–komponen kecil lainnya akan bergerak menuju lokasi material atau komponen produk utama tersebut.

d. Tata letak berdasarkan aliran proses (process layout)

Tata letak berdasarkan aliran proses (process layout) sering kali disebut pula dengan functional layout. Functional layout adalah metode pengaturan dan penempatan dari mesin dan segala fasilitas produksi dengan tipe/macam yang sama dalam sebuah departemen. Disini semua mesin atau fasilitas produksi yang memiliki ciri–ciri operasi atau fungsi kerja yang sama diletakkan dalam sebuah departemen. Tata letak berdasarkan aliran proses umumnya diaplikasikan untuk industri yang bekerja dengan jumlah/volume produksi yang relatif kecil dan terutama sekali untuk jenis produk–produk yang tidak distandartkan. Menurut Apple (1990), tata letak tipe aliran proses ini akan jauh lebih fleksibel bilamana dibandingkan dengan tata letak tipe aliran produk. Industri yang beroperasi berdasarkan order pesanan (job order) akan lebih tepat kalau menerapkan layout tipe aliran proses guna mengatur fasilitas–fasilitas produksinya.

e. Tata letak berdasarkan posisi (fixed positian layout)

(16)

8

Tahapan proses perancangan tata letak

Tahapan proses perancangan tata letak dapat dijelaskan mengikuti urutan kegiatan yang dikembangkan oleh Richard Muther, yaitu melalui pendekatan yang dikenal sebagai Systematic Layout Planning (SLP).

1. Kebutuhan Data

Pengumpulan data merupakan langkah awal sebelum melakukan langkah selanjutnya. Data yang dibutuhkan antara lain:

a. Data yang berkaitan dengan rancangan produk seperti gambar kerja, peta perakitan, daftar komponen dari produk yang akan dibuat.

b. Data masukan yang bersumber pada rancangan proses seperti tahapan- tahapan pembuatan produk, mesin dan peralatan yang digunakan, komponen, serta waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi. Data ini bisa dalam bentuk peta proses operasi.

c. Data mengenai jadwal produksi akan memberikan gambaran mengenai dimana dan berapa besar serta kapan suatu produk akan dibuat yang didasarkan atas peramalan permintaan.

2. Diagram Proses Perancangan Tata Letak

Tahapan-tahapan proses perancangan tata letak dapat dijabarkan mengikuti urutan kegiatan yang dikembangkan oleh Richard Muther, yaitu melalui pendekatan yang dikenal sebagai Systematic Layout Planning (SLP). Berikut ini akan merupakan pembahasan langkah-langkah dasar dari SLP secara sistematis prosedur pelaksanaan SLP dapat dilihat pada Gambar 6.

Pada dasarnya, langkah-langkah dalam perencanaan tata letak pada Gambar 6 dapat dikategorikan kedalam tiga tahapan, yaitu tahap analisis

Gambar 6. Prosedur pelaksanaan SLP 1. Data masukan dan

aktivitas

4. Diagram hubungan aktivitas

6. Diagram hubungan ruangan

8. Pembuatan alternatif tata letak

9. Evaluasi 2. Aliran material

5. a. Kebutuhan

3. Hubungan Aktivitas

5. b. Ruangan yang tersedia

(17)

yaitu mulai dari analisis aliran material, analisis aktivitas, diagram hubungan aktivitas (relations diagram), pertimbangan keperluan ruangan, dan ruangan yang tersedia. Tahap yang kedua adalah tahap penelitian (research), mulai dari perencanaan diagram hubungan ruangan sampai dengan perancangan alternatif tata letak, sedangkan tahap terakhir adalah proses seleksi dengan jalan mengevaluasi alternatif tata letak yang telah dirancang.

3. Derajat Keterkaitan Aktivitas

Menurut Apple (1990), untuk membantu menentukan kegiatan yang harus diletakkan pada satu tempat. Simbol hubungan aktivitas antar departemen/ruang yang telah ditentukan oleh Richard Muther yaitu:

A (Absolute) mutlak perlu berdekatan

E (Especially) sangat penting kedua departemen/ruang berdekatan I (Important) penting untuk berdekatan

O (Ordinary) cukup/biasa penting untuk dekat U (Unimportan ) tidak penting untuk berdekatan X (Undesirable) tidak dikehendaki untuk berdekatan 4. Alasan Tingkat Hubungan

Derajat hubungan antar fasilitas menuntut adanya pemisahan, maka beberapa alasan yang mungkin antara lain bising, bau, resiko keselamatan dan gangguan lain.

5. Analisis Hubungan Aktivitas

Salah satu alat untuk menganalisa dan merancang keterkaitan aktifitas adalah Activity Relationship Chart (ARC). Langkah dalam pembuatan ARC yaitu:

a. Mengidentifikasi semua kegiatan pelayanan/pendukung yang diperlukan untuk menunjang fungsi produksi suatu perusahaan.

b. Kegiatan-kegiatan tersebut dipilih menurut kategori produksi dan pelayanan.

c. Menentukan faktor atau subfaktor (alasan) yang menentukan keterkaitan.

d. Menyiapkan bagan.

e. Mengisi kode derajat keterkaitan antar aktifitas yaitu A, E, I, O, U, dan X beserta alasan pemberian derajat.

f. Memberi kode angka alasan dibawah kode derajat keterkaitan.

g. Melakukan kaji ulang dengan pihak lain untuk menjamin bahwa derajat keterkaitan yang diberikan sudah benar.

(18)
(19)

2

8. Luas Area yang Dibutuhkan

Terdapat tiga hal yang dijadikan dasar dalam penentuan luas area yang dibutuhkan yaitu:

a. Penentuan tingkat produksi digunakan untuk mengestimasi kebutuhan ruangan dan panduan dalam proses pemilihan tipe tata letak.

b. Peralatan dan mesin yang dibutuhkan untuk proses produksi.

c. Karyawan yang diperlukan tergantung dari jumlah peralatan dan mesin serta standar penanganan mesin.

9. Analisis Aliran Bahan

Analisis aliran material atau bahan merupakan analisis pengukuran kuantitatif untuk setiap gerakan perpindahan material diantara departemen- departemen atau aktivitas-aktivitas operasional.

Salah satu tujuan dari perancangan bahan adalah meminimalkan pemindahan barang dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain. Metode yang bisa digunakan untuk mengukur pemindahan barang adalah dengan menggunakan peta dari-ke (from to chart). Perhitungan jarak perpindahan bahan antar aktivitas dapat diukur dari titik pusat aktivitas yang satu dengan yang lainnya. Titik pusat suatu aktifitas dapat diketahui jika luas ruang aktifitas tersebut telah diketahui. Caranya yaitu dengan menggunakan sumbu mendatar sebagai sumbu X (asumsikan sebagai panjang bangunan) dan sumbu tegak sebagai sumbu Y (asumsikan sebagai lebar bangunan). Dengan menggunakan teknik euclidean, analisis aliran bahan dapat ditentukan. Dengan menggunakan notasi sebagai berikut :

...(2)

Penelitian terdahulu

Menurut Eko (2010), meneliti dengan judul yaitu : “Perancangan Ulang

Tata Letak Fasilitas Produksi di CV. Dimas Rotan Gatak Sukoharjo. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Merancang tata letak fasilitas produksi Kerajinan rotan CV. Dimas Rotan di lokasi yang baru sehingga dapat meminimalkan biaya material handling. Untuk penyelesaiannya digunakan metode Blocplan (model matematis berbantuan sofware komputer). Metode Blocplan ini lebih memperhitungkan derajat kedekatan antar stasiun kerja, membangun atau mengubah tata letak dengan mencari total jarak tempuh yang minimal dilalui dalam perpindahan material dan proses ouput yang cepat secara automatic search dalam menemukan solusi terbaik. Membuat form to chart aliran material. Membuat form to chart jarak antar fasilitas. Menghitung material handling cost (MHC). Menghitung produktifitas material handling. Dalam penelitian ini dipilih satu layout usulan dengan hasil R–score tertinggi beserta koordinatnya yaitu dipilih layout nomor 13 dengan nilai R-score 0,92. Dari layout yang baru terbukti menurunkan ongkos penanganan bahan dari Rp 5.180.547,46 menjadi 3.178.996,00

(20)

12

material handling menggunakan metode algoritma bolcplan yaitu menghitung jarak rectilinear dan jarak euclidean. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa relayout yang dirancang lebih baik dari layout. Relayout memiliki jarak rectilinear perpindahan material yang lebih kecil, selisihnya 116 m atau penurunan jaraknya sebesar 13,36% dari kondisi awal. Begitu juga dengan penurunan ongkos material handling berdasarkan jarak rectilinear adalah Rp 18.900/hari atau penurunan ongkos ongkos material handling sebesar 16%.

METODE

Kerangka Pemikiran Konseptual

Penelitian ini diawali dengan melakukan studi tahap awal di PT. XYZ, yaitu mengenai struktur organisasi, ruang lingkup, tujuan serta target yang ingin dicapai. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap lingkungan dan fasilitas produksi perusahaan. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 8.

PT. XYZ

Pengamatan keadaan terkini pada bagian produksi terkait tata letak dan kegiatan penanganan bahan

Analisis terhadap dengan metode Form- To Chart dan ARC Analisis melalui pendekatan Systematic Layout Planning (SLP)

Menginput dan mengelola data yang diperoleh

Penyelesaian alternatif atau pemecahan masalah : 1. pendekatan teoritis

2. pendekatan praktis

Konfirmasi dan penetapan prioritas pemecahan masalah

Rekomendasi

(21)

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Lokasi penelitian dilaksanakan di PT. XYZ, Jl. Raya Purwakarta – Cikampek km.13, Kecamatan Bungursari Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Pengumpulan data terhitung pada bulan Mei hingga Juni 2014.

Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari observasi langsung, wawancara dan studi literatur. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari internet atau dokumen perusahaan. Metode pengumpulan data yaitu:

1. Observasi langsung adalah melakukan pengamatan secara langsung pada tata letak bangunan perusahaan, proses produksi, kondisi dan lingkungan kerja, tata cara kerja, dan penanganan bahan.

2. Wawancara secara mendalam dengan Kepala Bagian Produksi, Staf Ketenagakerjaan, Kepala Bagian Perawatan, Kepala Bagian Pergudangan dan Pengadaan Barang.

3. Studi literatur dilakukan dengan mencari data-data dan membaca literatur yang ada pada perusahaan yang berkaitan dengan perancangan tata letak pabrik dan penanganan bahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Perusahaan

Berawal dari pendirian perusahaan tepatnya pada April 1992 dengan nama Aneka Pangan Dwitama. Pembangunan pabrik dilakukan hampir setahun sejak Juli 1991 dengan total luas area sebagai berikut:

a. Land area : 74.220 m² b. Factory building : 22.190 m²

c. Other facilities : 22.531 m² (jalan, parkir terbuka, saluran, pagar, lapangan olahraga, WWTP, masjid, workshop, office)

Perusahaan yang berlokasi di Jl. Raya Purwakarta – Cikampek km.13, Kecamatan Bungursari Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat ini memiliki karyawan 1.199 orang. Perusahaan ini mengacu kepada kebijakan mutu yaitu maklumat mutu yang berbunyi “kami bertekad untuk menghasilkan produk dan jasa tanpa cacat untuk semua pelanggan kami. Kami sepenuhnya memahami persyaratan-persyaratan untuk proses kerja dan kami mematuhi semua persyaratan-persyaratan setiap

saat”. Selain mengacu kepada maklumat mutu, PT. XYZ juga mengacu kepada budaya perusahaan yaitu CONSISTENT:

a. Consumer (Our success rest on statisfying consumer needs) b. Innovation (Innovation is our key to future growth)

c. Staff (Reliable staff is our bigest asset) d. Excellence (Excellence is our way of life) e. Team Work (Team work makes a winning team)

(22)

14

serta memenuhi persyaratan halal sesuai syariat islam yang dberlakukan oleh

pihak berwenang”. PT. XYZ memproduksi 2 jenis produk, yaitu bumbu dalam bentuk bubuk (powder) dan minyak dalam bentuk cair (oil).

Lokasi yang strategis pada PT. XYZ ini memberikan keuntungan. Keuntungan tersebut adalah memudahkan dalam distribusi produk bumbu ke divisi noodle. Selain itu, letak pabrik ini dekat dengan Pantura dan Tol Jakarta-Cikampek yang mempercepat pengadaan bahan baku seperti bawang merah, bawang putih, dan rempah-rempah lainnya yang berasal dari luar Cikampek/ Jakarta. Struktur organisasi dan tata letak perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

Proses Produksi

Proses produksi adalah rangkaian kegiatan terpadu dan berjalan berkaitan dalam menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan mengolah masukan (input) berupa sumber daya menjadi keluaran (output) berupa produk dalam jangka waktu penyelesaian tertentu. Proses produksi yang baik akan menghasilkan produk berkualitas dengan tingkat produktivitas, efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Berikut penjelasan mengenai tahapan proses produksi bumbu di PT. XYZ : 1. Penggilingan

Proses penggilingan adalah langkah awal dalam proses pembuatan bumbu. Semua bahan baku yang telah ditentukan sesuai standar perusahaan akan digiling terlebih dahulu sampai halus menjadi bentuk bubuk atau powder. 2. Sieving

Proses sieving adalah proses dimana bahan baku setelah di giling akan disaring oleh shifter. Proses ini dilakukan agar semua benar-benar menjadi bubuk, sehingga tidak ada yang menggumpal.

3. Penimbangan

Selanjutnya dilakukan proses penimbangan sesuai dengan standar yang telah ditentukan perusahaan. Setelah ditimbang sesuai standar, kemudian ke proses pencampuran.

4. Mixing

Proses mixing adalah proses pencampuran dimana semua bahan di campur aduk hingga merata menjadi suatu produk yang sempurna. Setelah sempurna pencampurannya, kemudian ke proses pengepakan.

5. Packing

Proses packing adalah proses pengepakan bumbu oleh mesin. Proses pengepakan ini bisa mencapai 6.840 pcs/ jam untuk setiap mesin.

6. Cartoning

Proses cartoning adalah proses pengkartonan produk bumbu ke dalam karton sesuai dengan jenis bumbu tersebut.

7. Inspection

(23)

8. Gudang Finished Good

Setelah melalui proses pengkartonan, kemudian dibawa ke gudang penyimpanan bahan jadi dan siap untuk didistribusikan.

Dari urutan kegiatan diatas, dapat digambarkan kedalam peta proses operasi. Proses disusun berdasarkan seluruh kegiatan produksi di lapangan. Peta proses operasi yang terjadi pada PT. XYZ diuraikan pada Gambar 9.

(24)

16

Berdasarkan peta proses operasi dapat dilihat jumlah waktu yang dibutuhkan untuk memproses bumbu adalah sebanyak 39 menit. Terdapat 5 operasi dengan total waktu 24 menit, dan 3 pemeriksaan dengan total 15 waktu menit. Setelah dilakukan pengepakan ke dalam karton (cartoning) kemudian di bawa ke gudang dengan lambang segitiga.

Perancangan Tata Letak

PT. XYZ memiliki lahan sebesar 74.220 m². Didalamnya terdapat tiga gedung, yaitu gedung office, gedung produksi, serta gedung kantin dan sarana umum. Gedung office ditempati oleh staff HRD, PDQC, accounting, purchasing, dan staff lainnya. Untuk proses produksi dilakukan di gedung produksi. Selain digunakan sebagai kegiatan produksi, gedung ini juga digunakan untuk penyimpanan-penyimpanan seperti penyimpanan bahan baku, bahan jadi, dan etiket. Di gedung produksi juga terdapat ruangan untuk staff PPIC, Quality Control, loker pria/ wanita, admin produksi, dan laboratorium. Sedangkan gedung kantin dan saran umum digunakan untuk makan di waktu istirahat, sarana umum seperti klinik juga digunakan jika ada karyawan yang dalam keadaan darurat. Pusat departemen atau aktivitas dijelaskan dengan pendekatan teknik keterkaitan antar aktivitas satu dengan aktivitas lainnya. Metode keterkaitan aktivitas dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

1. Identifikasi semua aktivitas pusat atau pendukung. 2. Menentukan departemen pada peta hubungan aktivitas. 3. Menentukan faktor-faktor yang menjadi penentu keterkaitan.

4. Menggunakan simbol A, E, I, O, U, X sebagai barometer nilai keterkaitan. 5. Menentukan alasan tentang penilaian terhadap departemen atau aktivitas. 6. Mencari informasi mengenai baerbagai aktivitas yang terjadi di pabrik.

Perhitungan dengan metode keterkaitan antar aktivitas mampu menentukan satu tempat utama atau pusat yang mampu menunjang nantinya dalam kelancaran proses produksi sehingga proses produksi mampu berjalan dengan baik, efektif, dan efisien.

Tipe Tata Letak

Tata letak yang diterapkan PT. XYZ adalah tata letak dengan tipe Layout Process. Keuntungan menggunakan Layout Process adalah total investasi yang rendah karena menggunakan mesin yang umum (general purpose), tenaga kerja, fasilitas produksi lebih fleksibel karena sanggup mengerjakan berbagai macam jenis dan model produk. Pengendalian dan pengawasan akan lebih mudah khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi, dan mudah untuk mengatasi breakdown.

Pola Aliran Bahan

(25)

Gudang bahan baku solid Sieving

(Penyaringan) Mixing Packing

Cartoning

Finished Goods

penimbangan

Pekerjaan : Aliran Produk Bumbu

Nomor Peta : 2

Dipetakan Oleh : Nurul Agung Eka Saputra Dipetakan Tanggal : 8 Mei 2012

DIAGRAM ALIR

(26)

18

Berdasarkan diagram alir, terlihat jelas bahwa pola aliran bahan berpola U. Hal ini akan mempermudah pemanfaatan fasilitas transportasi dan juga sangat mempermudah pengawasan untuk keluar masuknya material dari dan menuju ruang produksi.

Bagan Keterkaitan Aktivitas

Secara keseluruhan, PT. XYZ memiliki tata letak yang sudah baik, hal itu terkait dengan penempatan ruang produksi yang berada di titik tengah area

perusahaan. Untuk perhitungan Total Closenes Ratting akan dibuat bagan

keterkaitan aktivitas terlebih dahulu pada Gambar 11.

Gambar 11. Bagan keterkaitan aktivitas

Penempatan ruang produksi sebagai titik pusat dapat dikaji melalui

perhitungan nilai aktivitas dengan membuat bagan keterkaitan, perhitungan Total

(27)

RM SAYUR & FRESH RM RM MINYAK

RM SAMBAL

RM KECAP

RM SOLID R. PROD. BUMBU

R. PROD. MINYAK

Gdg. FINISHED GOOD

Gdg. ETIKET & KARTON

Gdg. SPAREPART

OFFICE GEDUNG TEKNISI

RUANG SORTIR SARANA UMUM

COLD STORAGE

(28)

20

Tabel 1. Keterangan bagan dan diagram keterkaitan aktivitas

Berdasarkan apa yang tersaji pada gambar 7. Nilai A, E, I, O, U, X menunjukkan tingkat kedekatan dan keterkaitan diantara berbagai kegiatan antar pusat sehingga dapat dilihat aktivitas yang perlu didekatkan atau tidak antara satu fasilitas dengan fasilitas lain. Alasan-alasan tersebut diperoleh berdasarkan keterkaitan antar pasangan-pasangan aktivitas dan fasilitas yang telah diperhitungkan. Setelah menganalisis diagram keterkaitan kemudian merekapitulasi hasl analisis penilaian ke dalam duatu perhitungan dengan Total Closenes Ratting atau pusat aktivitas ke – i yang menunjukkan derajat keterkaitan suatu pusat aktivitas ke – i terhadap seluruh aktivitas.

(rij) : hubungan suatu aktivitas ke – i dan ke – j (rij) : suatu fungsi nilai yang ditetapkan rij

TCRi = ∑VX (rij)

Nilai derajat keterkaitan telah ditentukan dan nilai untuk setiap simbolnya adalah :

1. V(rij = A) = 81 4. V(rij = O) = 3 2. V(rij = E) = 27 5. V(rij = U) = 1 3. V(rij = I) = 9 6. V(rij = X) . = 0

Menggunakan rumus di atas maka pusat aktivitas dan fasilitas akan terlihat Tabel perhitungan pusat fasilitas yang dapat kita lihat pada Tabel 3.

Keterangan untuk Tabel 3:

1. RM Sayuran dan Fresh RM (RSY) 11. Gudang Sparepart (GSP)

2. RM Minyak (RMY) 12. Office (OFC) 10. Gudang Etiket dan Karton (GEK)

GARIS RATTING KETERANGAN No ALASAN

RATING O Cukup/ biasa 4 Kontak antar pekerja RATING U Tidak Penting/

tidak berdekatan 5 Tidak ada hubungan

RATING X Tidak

(29)
(30)

22

keterkaitan antar aktivitas dengan fasilitas. Hasil rekapitulasi tersebut dijelaskan pada Tabel 3.

(31)

Dengan adanya blok template ini, maka identifikasi keterkaitan fasilitas akan mudah diperhitungkan. Untuk template yang berisi pusat kegiatan dan hubungan antara setiap pusat kegiatan dapat dilihat pada Gambar 13.

RM MINYAK

(32)

24 keterkaitan aktivitas lama yang mengalami perubahan penempatan fasilitas. Fasilitas yang mengalami perubahan adalah posisi area Gudang Etiket & Karton, Ruang Produksi Bumbu, Cold Storage, dan Ruang Sortir. Perubahan tersebut dilakukan untuk meminimalisasi gerakan yang dipengaruhi oleh jarak. Selain itu, perubahan letak Gudang Etiket dilakukan agar meminimalisasi jarak untuk suplai etiket (kemasan) yang dibutuhkan untuk produksi bumbu dan minyak yang berubah tata letak menjadi di antara dua ruang produksi. Secara keseluruhan, perubahan letak keempat ruangan tersebut dilakukan agar dapat mengurangi jarak pergerakan atau untuk meminimalisasikan gerakan antar ruang/ fasilitas serta lebih efisien dalam segi biaya dan waktu.

(33)

maka penanganan bahan dapat diminimalisasi sehingga mengurangi biaya transportasi. Berikut data luas area pada PT. XYZ dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Luas area PT. XYZ

No Fasilitas Dimensi Luas Kebutuhan Modul

(m x m) (m²) (6 x 6)

1. RM Sayuran dan Fresh RM 15 x 12 180 5

2. RM Minyak 36 x 15 540 15

3. RM Sambal 23,5 x 5,8 136,3 3,78

4. RM Kecap 23,5 x 5,8 136,3 3,78

5. RM Solid 36 x 12 432 12

6. R Prod Bumbu 24,75 x 24 594 16,5

7. R Prod Minyak 69 x 25 1725 47,91

8. Cold Storage 15 x 6 90 2,5

9. Gudang Finished Good 58 x 24 1392 38,66 10. Gudang Etiket dan Karton 24 x 11,5 276 7,66 11. Gudang Sparepart 12,5 x 11,5 143,75 3,99

12. Office 30 x 12 360 10

13. Gedung Teknisi 21 x 21 441 12,25

14. Ruang Sortir 30 x 5,5 165 4,58

15. Sarana Umum 60 x 25 1500 41,6

Jumlah 225,13

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)

30

Perhitungan pada tabel 8 dapat dilihat pada lampiran 2. Pada data pergerakan aktivitas berdasarkan metode “dari ke” sebelumnya telah didapatkan jumlah pergerakan aktivitas operator pada proses produksi dapat dilihat pada Tabel 5, kemudian data tersebut dikalikan dengan jarak dan didapat hasil pada Tabel 7. Perhitungan aktivitas setelah dilakukan perubahan jarak pada tata letak dapat dilihat di Tabel 9.

Tabel 9. Nilai aktivitas setelah dilakukan perubahan jarak Pergerakan Antar area kerja (1 shift)

Aktivitas Pergerakan

Perhitungan pada Tabel 9, didapatkan hasil yang berbeda dengan nilai aktivitas sebelumnya. Perhitungan ini dapat dijadikan alternatif yang bertujuan untuk menyusun tata letak baru. PT. XYZ belum melakukan penyusunan ulang sebagai bahan evaluasi. Perhitungan nilai aktivitas dengan perubahan jarak tersebut lebih baik daripada nilai aktivitas pada Tabel 7. Nilai aktivitas berubah setelah dilakukan perbaikan tata letak dengan pola aliran bahan U, dari total pergerakan sebelumnya yaitu dari 8.112 meter berubah menjadi 4.419 meter. Hal ini membuat pergerakan menjadi lebih pendek 3.693 meter.

Rancangan tata letak baru dapat mengefisienkan pergerakan dalam proses produksi. Hal ini terlihat dari jumlah total pergerakan yang berubah dari total pergerakan sebelumnya. Selain itu, keuntungan yang didapat adalah penghematan terhadap ternaga dan biaya karena setiap meter akan memberikan beban tenaga dan biaya. Terutama biaya bahan bakar pada pemakaian satu forklift diesel di gudang FG yang digunakan untuk membawa barang jadi dari ruang produksi bumbu ke dalam gudang FG. Setelah dilakukan perubahan tata letak, ternyata dapat menghemat biaya bahan bakar solar sebesar Rp. 415.350,- per minggu atau Rp. 21.598.200,- per tahun untuk 1 forklift. Pehitungannya dapat dilihat pada Lampiran 4.

(39)

Aktivitas Jarak (meter/ shift)

Efisiensi (%)

Kebutuhan Solar (Ltr/ Shift)

Efisiensi (%)

Dari Ke Lama Baru Lama Baru

RM Solid Cold Storage 2064 1680 18,6 1,47 1,19 19,4

Cold Storage R Prod Bumbu 1305 495 62,06 0,93 0,35 62,36

R Prod Bumbu Gudang FG 4743 2244 52,68 3,38 1,59 52,95

TOTAL 8112 4419 45,52 5,78 3,13 45,84

Untuk perhitungan tabel 10 dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel ini menjelaskan tentang dampak perubahan jarak serta yang terjadi akibat dari tata letak yang telah diubah. Perubahan tersebut berdampak juga terhadap kebutuhan solar untuk forklift yang berfungsi sebagai alat aliran bahan pada PT. XYZ. Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 3 unit forklift yang beroperasi pada proses aktivitas dari ruangan RM Solid sampai pada Gudang FG. Untuk hitungan yang secara rinci dapat dilihat pada dibawah.

(40)

32

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Menyangkut tata letak perusahaan, PT. XYZ sudah merancang dengan baik, hal itu terbukti dari lancarnya aliran keluar masuk barang dan dilihat dari

pola aliran yang berbentuk „U‟. Tata letak perusahaan sudah terbilang optimal, hal ini terlihat dari ruang produksi yang menjadi prioritas utama perusahaan berada di titik tengah bangunan keseluruhan perusahaan dan sesuai dengan hasil hitungan Total Closenes Ratting yang terbesar adalah ruang produksi bumbu

dengan total nilai 302.

Setelah dilakukan perancangan ulang tata letak, hasil perhitungan nilai aktivitas dengan perubahan jarak lebih baik daripada sebelum dilakukan perancangan ulang. Nilai aktivitas dari total pergerakan sebelumnya yaitu dari 8.112 meter berubah menjadi 4.419 meter. Hal ini membuat pergerakan menjadi lebih pendek 3.693 meter.

Saran

Pada tata letak, penulis menyarankan bahwa diadakan pemindahan ruangan pada gudang etiket, ruang sortir, ruang produksi bumbu, dan penggeseran pada ruangan cold storage. Hal ini dilakukan untuk memperlancar aliran produksi, dan memperkecil tingkat wasting time, jarak pergerakan operator lebih dekat, mengurangi kelelahan dan akan lebih efektif dan efisien dalam segi waktu dan biaya serta tenaga kerja para pekerja serta memperkecil nilai aktivitas disana.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Apple JM. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung (ID): ITB Assauri. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta (ID). Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Eko SR, 2010. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi di CV. Dimas Rotan Gatak Sukoharjo [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret Hadiguna, Rika Ampuh. 2008. Tata Letak Pabrik. Yogyakarta (ID) : Andi.

Handoko, Hani. 2000. Dasar Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta (ID): BPFE.

Heizer, Render. 2006. Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh. Jakarta (ID): Salemba Empat.

Purnomo, Hari. 2004. Perencanaan dan Perancangan Fasilitas. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

Susetyo, Simanjuntak RS, dan Ramos JM. 2010. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Pendekatan Group Technology dan Algoritma blocplan Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling, Jurnal Teknologi, 10(3):75-83.

(42)

34

(43)

Lampiran 1. Perhitungan jarak euclidean sebelum perubahan tata letak [( ) ( ) ]

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 RM Sayuran – RM Sayuran

2 RM Sayuran – RM Minyak [ ] 20,6

3 RM Sayuran – RM Sambal [ ] 18,3

4 RM Sayuran – RM Kecap [ ] 18,3

5 RM Sayuran – RM Solid [ ] 5,3

6 RM Sayuran – R Prod Bumbu [ ] 14,7

7 RM Sayuran – R Prod Minyak [ ] 9,3

8 RM Sayuran – Cold Storage [ ] 7,5

9 RM Sayuran – Gudang FG [ ] 5,8

10 RM Sayuran – Gudang Etiket [ ] 16

11 RM Sayuran – Gudang Sparepart [ ] 18,5

12 RM Sayuran – Office [ ] 3,0

13 RM Sayuran – Gedung Teknisi [ ] 17,6

14 RM Sayuran – Ruang Sortir [ ] 8,9

15 RM Sayuran – Sarana Umum [ ] 9,0

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 RM Minyak – RM Sayuran 2 RM Minyak – RM Minyak

3 RM Minyak – RM Sambal [ ] 2,5

4 RM Minyak – RM Kecap [ ] 3,8

5 RM Minyak – RM Solid [ ] 20,0

6 RM Minyak – R Prod Bumbu [ ] 7,5

7 RM Minyak – R Prod Minyak [ ] 11,3

8 RM Minyak – Cold Storage [ ] 15,9

9 RM Minyak – Gudang FG [ ] 15,9

10 RM Minyak – Gudang Etiket [ ] 8,8

11 RM Minyak – Gudang Sparepart [ ] 5,5

12 RM Minyak – Office [ ] 20,5

13 RM Minyak – Gedung Teknisi [ ] 3,6

14 RM Minyak – Ruang Sortir [ ] 15,4

(44)

36

Lanjutan Lampiran 1.

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 RM Sambal – RM Sayuran 2 RM Sambal – RM Minyak 3 RM Sambal – RM Sambal

4 RM Sambal – RM Kecap [ ] 2,0

5 RM Sambal – RM Solid [ ] 17,6

6 RM Sambal – R Prod Bumbu [ ] 5,1

7 RM Sambal – R Prod Minyak [ ] 9,0

8 RM Sambal – Cold Storage [ ] 13,4

9 RM Sambal – Gudang FG [ ] 13,5

10 RM Sambal – Gudang Etiket [ ] 6,7

11 RM Sambal – Gudang Sparepart [ ] 4,0

12 RM Sambal – Office [ ] 18,4

13 RM Sambal – Gedung Teknisi [ ] 2,7

14 RM Sambal – Ruang Sortir [ ] 13,0

15 RM Sambal – Sarana Umum [ ] 10,3

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 RM Kecap – RM Sayuran 2 RM Kecap – RM Minyak 3 RM Kecap – RM Sambal 4 RM Kecap – RM Kecap

5 RM Kecap – RM Solid [ ] 17,0

6 RM Kecap – R Prod Bumbu [ ] 4,0

7 RM Kecap – R Prod Minyak [ ] 9,1

8 RM Kecap – Cold Storage [ ] 12,7

9 RM Kecap – Gudang FG [ ] 13,1

10 RM Kecap – Gudang Etiket [ ] 5,0

11 RM Kecap – Gudang Sparepart [ ] 2,0

12 RM Kecap – Office [ ] 18,7

13 RM Kecap – Gedung Teknisi [ ] 4,6

14 RM Kecap – Ruang Sortir [ ] 12,1

(45)

Lanjutan Lampiran 1.

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 RM Solid – RM Sayuran 2 RM Solid – RM Minyak 3 RM Solid – RM Sambal 4 RM Solid – RM Kecap 5 RM Solid – RM Solid

6 RM Solid – R Prod Bumbu [ ] 13,0

7 RM Solid – R Prod Minyak [ ] 9,3

8 RM Solid – Cold Storage [ ] 4,3

9 RM Solid – Gudang FG [ ] 4,3

10 RM Solid – Gudang Etiket [ ] 13,5

11 RM Solid – Gudang Sparepart [ ] 16,6

12 RM Solid – Office [ ] 8,2

13 RM Solid – Gedung Teknisi [ ] 17,7

14 RM Solid – Ruang Sortir [ ] 5,3

15 RM Solid – Sarana Umum [ ] 10,7

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 R Prod Bumbu – RM Sayuran 2 R Prod Bumbu – RM Minyak 3 R Prod Bumbu – RM Sambal 4 R Prod Bumbu – RM Kecap 5 R Prod Bumbu – RM Solid 6 R Prod Bumbu – R Prod

Bumbu 7 R Prod Bumbu – R Prod

Minyak [ ]

6,0

8 R Prod Bumbu – Cold Storage [ ] 8,7

9 R Prod Bumbu – Gudang FG [ ] 9,3

10 R Prod Bumbu – Gudang Etiket [ ] 2,6

11 R Prod Bumbu – Gudang

Sparepart [ ]

3,8

12 R Prod Bumbu – Office [ ] 15,5

13 R Prod Bumbu – Gedung

Teknisi [ ]

6,6

14 R Prod Bumbu – Ruang Sortir [ ] 8,1

(46)

38

Lanjutan Lampiran 1.

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 R Prod Minyak – RM Sayuran 2 R Prod Minyak – RM Minyak 3 R Prod Minyak – RM Sambal 4 R Prod Minyak – RM Kecap 5 R Prod Minyak – RM Solid

6 R Prod Minyak – R Prod Bumbu 7 R Prod Minyak – R Prod Minyak

8 R Prod Minyak – Cold Storage [ ] 6,0 9 R Prod Minyak – Gudang FG [ ] 5,0

10 R Prod Minyak – Gudang Etiket [ ] 8,1

11 R Prod Minyak – Gudang

Sparepart [ ]

9,7

12 R Prod Minyak – Office [ ] 9,6

13 R Prod Minyak – Gedung

Teknisi [ ]

8,5

14 R Prod Minyak – Ruang Sortir [ ] 6,4

15 R Prod Minyak – Sarana Umum [ ] 3,2

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 Cold Storage – RM Sayuran 2 Cold Storage – RM Minyak 3 Cold Storage – RM Sambal 4 Cold Storage – RM Kecap 5 Cold Storage – RM Solid 6 Cold Storage – R Prod Bumbu 7 Cold Storage – R Prod Minyak 8 Cold Storage – Cold Storage

9 Cold Storage – Gudang FG [ ] 2,1

10 Cold Storage – Gudang Etiket [ ] 9,3

11 Cold Storage – Gudang

Sparepart [ ]

12,3

12 Cold Storage – Office [ ] 9,6

13 Cold Storage – Gedung Teknisi [ ] 13,8

14 Cold Storage – Ruang Sortir [ ] 1,2

(47)

No Aktivitas Perhitungan Hasil 1 Gudang FG – RM Sayuran

2 Gudang FG – RM Minyak 3 Gudang FG – RM Sambal 4 Gudang FG – RM Kecap 5 Gudang FG – RM Solid 6 Gudang FG – R Prod Bumbu 7 Gudang FG – R Prod Minyak 8 Gudang FG – Cold Storage 9 Gudang FG – Gudang FG

10 Gudang FG – Gudang Etiket [ ] 10,3

11 Gudang FG – Gudang Sparepart [ ] 13,0

12 Gudang FG – Office [ ] 7,6

13 Gudang FG – Gedung Teknisi [ ] 13,4

14 Gudang FG – Ruang Sortir [ ] 3,5

15 Gudang FG – Sarana Umum [ ] 6,7

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 Gudang Etiket – RM Sayuran 2 Gudang Etiket – RM Minyak 3 Gudang Etiket – RM Sambal 4 Gudang Etiket – RM Kecap 5 Gudang Etiket – RM Solid 6 Gudang Etiket – R Prod Bumbu 7 Gudang Etiket – R Prod Minyak 8 Gudang Etiket – Cold Storage 9 Gudang Etiket – Gudang FG 10 Gudang Etiket – Gudang Etiket 11 Gudang Etiket – Gudang

Sparepart [ ]

3,6

12 Gudang Etiket – Office [ ] 17,2

13 Gudang Etiket – Gedung Teknisi [ ] 8,7

14 Gudang Etiket – Ruang Sortir [ ] 8,3

15 Gudang Etiket – Sarana Umum [ ] 11,0

(48)

40

Lanjutan Lampiran 1.

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 Gudang Sparepart – RM Sayuran 2 Gudang Sparepart – RM Minyak 3 Gudang Sparepart – RM Sambal 4 Gudang Sparepart – RM Kecap 5 Gudang Sparepart – RM Solid

6 Gudang Sparepart – R Prod Bumbu 7 Gudang Sparepart – R Prod Minyak 8 Gudang Sparepart – Cold Storage 9 Gudang Sparepart – Gudang FG 10 Gudang Sparepart – Gudang Etiket 11 Gudang Sparepart – Gudang

Sparepart

12 Gudang Sparepart – Office [ ] 19,2

13 Gudang Sparepart – Gedung

Teknisi [ ]

6,6

14 Gudang Sparepart – Ruang Sortir [ ] 11,5 15 Gudang Sparepart – Sarana Umum [ ] 11,9

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 Office – RM Sayuran 2 Office – RM Minyak 3 Office – RM Sambal 4 Office – RM Kecap 5 Office – RM Solid 6 Office – R Prod Bumbu 7 Office – R Prod Minyak 8 Office – Cold Storage 9 Office – Gudang FG 10 Office – Gudang Etiket 11 Office – Gudang Sparepart 12 Office – Office

13 Office – Gedung Teknisi [ ] 17,3

14 Office – Ruang Sortir [ ] 11,0

(49)

Lanjutan Lampiran 1.

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 Gedung Teknisi – RM Sayuran 2 Gedung Teknisi – RM Minyak 3 Gedung Teknisi – RM Sambal 4 Gedung Teknisi – RM Kecap 5 Gedung Teknisi – RM Solid 6 Gedung Teknisi – R Prod Bumbu 7 Gedung Teknisi – R Prod

Minyak 8 Gedung Teknisi – Cold Storage 9 Gedung Teknisi – Gudang FG 10 Gedung Teknisi – Gudang Etiket 11 Gedung Teknisi – Gudang

Sparepart 12 Gedung Teknisi – Office 13 Gedung Teknisi – Gedung

Teknisi

14 Gedung Teknisi – Ruang Sortir [ ] 13,6

15 Gedung Teknisi – Sarana Umum [ ] 9,0

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 Ruang Sortir – RM Sayuran 2 Ruang Sortir – RM Minyak 3 Ruang Sortir – RM Sambal 4 Ruang Sortir – RM Kecap 5 Ruang Sortir – RM Solid 6 Ruang Sortir – R Prod Bumbu 7 Ruang Sortir – R Prod Minyak 8 Ruang Sortir – Cold Storage 9 Ruang Sortir – Gudang FG 10 Ruang Sortir – Gudang Etiket 11 Ruang Sortir – Gudang

Sparepart 12 Ruang Sortir – Office

13 Ruang Sortir – Gedung Teknisi 14 Ruang Sortir – Ruang Sortir

(50)

42

Lampiran 2. Perhitungan jarak euclidean setelah perubahan tata letak [( ) ( ) ]

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 RM Sayuran – RM Sayuran

2 RM Sayuran – RM Minyak [ ] 20,6

3 RM Sayuran – RM Sambal [ ] 18,3

4 RM Sayuran – RM Kecap [ ] 18,3

5 RM Sayuran – RM Solid [ ] 5,3

6 RM Sayuran – R Prod Bumbu [ ] 10,1

7 RM Sayuran – R Prod Minyak [ ] 9,3

8 RM Sayuran – Cold Storage [ ] 7,4

9 RM Sayuran – Gudang FG [ ] 5,8

10 RM Sayuran – Gudang Etiket [ ] 13,9

11 RM Sayuran – Gudang Sparepart [ ] 18,5

12 RM Sayuran – Office [ ] 3,0

13 RM Sayuran – Gedung Teknisi [ ] 17,6

14 RM Sayuran – Ruang Sortir [ ] 6,6

15 RM Sayuran – Sarana Umum [ ] 9,0

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 RM Minyak – RM Sayuran 2 RM Minyak – RM Minyak

3 RM Minyak – RM Sambal [ ] 2,5

4 RM Minyak – RM Kecap [ ] 3,8

5 RM Minyak – RM Solid [ ] 20,0

6 RM Minyak – R Prod Bumbu [ ] 14,2

7 RM Minyak – R Prod Minyak [ ] 11,3

8 RM Minyak – Cold Storage [ ] 16,9

9 RM Minyak – Gudang FG [ ] 15,9

10 RM Minyak – Gudang Etiket [ ] 7,8

11 RM Minyak – Gudang Sparepart [ ] 5,5

12 RM Minyak – Office [ ] 20,5

13 RM Minyak – Gedung Teknisi [ ] 3,6

14 RM Minyak – Ruang Sortir [ ] 21,3

(51)

Lanjutan Lampiran 2.

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 RM Sambal – RM Sayuran 2 RM Sambal – RM Minyak 3 RM Sambal – RM Sambal

4 RM Sambal – RM Kecap [ ] 2,0

5 RM Sambal – RM Solid [ ] 17,6

6 RM Sambal – R Prod Bumbu [ ] 11,7

7 RM Sambal – R Prod Minyak [ ] 9,0

8 RM Sambal – Cold Storage [ ] 14,4

9 RM Sambal – Gudang FG [ ] 13,5

10 RM Sambal – Gudang Etiket [ ] 5,4

11 RM Sambal – Gudang Sparepart [ ] 4,0

12 RM Sambal – Office [ ] 18,4

13 RM Sambal – Gedung Teknisi [ ] 2,7

14 RM Sambal – Ruang Sortir [ ] 18,8

15 RM Sambal – Sarana Umum [ ] 10,3

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 RM Kecap – RM Sayuran 2 RM Kecap – RM Minyak 3 RM Kecap – RM Sambal 4 RM Kecap – RM Kecap

5 RM Kecap – RM Solid [ ] 17,0

6 RM Kecap – R Prod Bumbu [ ] 10,7

7 RM Kecap – R Prod Minyak [ ] 9,1

8 RM Kecap – Cold Storage [ ] 13,7

9 RM Kecap – Gudang FG [ ] 13,1

10 RM Kecap – Gudang Etiket [ ] 4,6

11 RM Kecap – Gudang Sparepart [ ] 2,0

12 RM Kecap – Office [ ] 18,7

13 RM Kecap – Gedung Teknisi [ ] 4,6

14 RM Kecap – Ruang Sortir [ ] 18,1

(52)

44

Lanjutan Lampiran 2.

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 RM Solid – RM Sayuran 2 RM Solid – RM Minyak 3 RM Solid – RM Sambal 4 RM Solid – RM Kecap 5 RM Solid – RM Solid

6 RM Solid – R Prod Bumbu [ ] 6,8

7 RM Solid – R Prod Minyak [ ] 9,3

8 RM Solid – Cold Storage [ ] 3,5

9 RM Solid – Gudang FG [ ] 4,3

10 RM Solid – Gudang Etiket [ ] 12,4

11 RM Solid – Gudang Sparepart [ ] 16,6

12 RM Solid – Office [ ] 8,2

13 RM Solid – Gedung Teknisi [ ] 17,7

14 RM Solid – Ruang Sortir [ ] 1,7

15 RM Solid – Sarana Umum [ ] 10,7

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 R Prod Bumbu – RM Sayuran 2 R Prod Bumbu – RM Minyak 3 R Prod Bumbu – RM Sambal 4 R Prod Bumbu – RM Kecap 5 R Prod Bumbu – RM Solid

6 R Prod Bumbu – R Prod Bumbu

7 R Prod Bumbu – R Prod Minyak [ ] 6,0

8 R Prod Bumbu – Cold Storage [ ] 3,3

9 R Prod Bumbu – Gudang FG [ ] 9,3

10 R Prod Bumbu – Gudang Etiket [ ] 6,3

11 R Prod Bumbu – Gudang

Sparepart [ ]

10,1

12 R Prod Bumbu – Office [ ] 12,0

13 R Prod Bumbu – Gedung Teknisi [ ] 12,6

14 R Prod Bumbu – Ruang Sortir [ ] 7,6

(53)

Lanjutan Lampiran 2.

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 R Prod Minyak – RM Sayuran 2 R Prod Minyak – RM Minyak 3 R Prod Minyak – RM Sambal 4 R Prod Minyak – RM Kecap 5 R Prod Minyak – RM Solid 6 R Prod Minyak – R Prod Bumbu 7 R Prod Minyak – R Prod Minyak

8 R Prod Minyak – Cold Storage [ ] 7,0

9 R Prod Minyak – Gudang FG [ ] 5,0

10 R Prod Minyak – Gudang Etiket [ ] 5,1

11 R Prod Minyak – Gudang

Sparepart [ ] 9,7 12 R Prod Minyak – Office [ ] 9,6

13 R Prod Minyak – Gedung

Teknisi [ ]

8,5

14 R Prod Minyak – Ruang Sortir [ ] 10,8

15 R Prod Minyak – Sarana Umum [ ] 3,2

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 Cold Storage – RM Sayuran 2 Cold Storage – RM Minyak 3 Cold Storage – RM Sambal 4 Cold Storage – RM Kecap 5 Cold Storage – RM Solid 6 Cold Storage – R Prod Bumbu 7 Cold Storage – R Prod Minyak 8 Cold Storage – Cold Storage

9 Cold Storage – Gudang FG [ ] 2,8

10 Cold Storage – Gudang Etiket [ ] 9,1

11 Cold Storage – Gudang

Sparepart [ ]

13,2

12 Cold Storage – Office [ ] 9,8

13 Cold Storage – Gedung Teknisi [ ] 14,9

14 Cold Storage – Ruang Sortir [ ] 4,4

(54)

46

Lanjutan Lampiran 2.

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 Gudang FG – RM Sayuran 2 Gudang FG – RM Minyak 3 Gudang FG – RM Sambal 4 Gudang FG – RM Kecap 5 Gudang FG – RM Solid 6 Gudang FG – R Prod Bumbu 7 Gudang FG – R Prod Minyak 8 Gudang FG – Cold Storage 9 Gudang FG – Gudang FG

10 Gudang FG – Gudang Etiket [ ] 8,5

11 Gudang FG – Gudang Sparepart [ ] 13,0

12 Gudang FG – Office [ ] 7,6

13 Gudang FG – Gedung Teknisi [ ] 13,4

14 Gudang FG – Ruang Sortir [ ] 5,8

15 Gudang FG – Sarana Umum [ ] 6,7

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 Gudang Etiket – RM Sayuran 2 Gudang Etiket – RM Minyak 3 Gudang Etiket – RM Sambal 4 Gudang Etiket – RM Kecap 5 Gudang Etiket – RM Solid 6 Gudang Etiket – R Prod Bumbu 7 Gudang Etiket – R Prod Minyak 8 Gudang Etiket – Cold Storage 9 Gudang Etiket – Gudang FG 10 Gudang Etiket – Gudang Etiket 11 Gudang Etiket – Gudang

Sparepart [ ]

4,6

12 Gudang Etiket – Office [ ] 14,6

13 Gudang Etiket – Gedung Teknisi [ ] 6,5

14 Gudang Etiket – Ruang Sortir [ ] 13,5

(55)

Lanjutan Lampiran 2.

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 Gudang Sparepart – RM Sayuran 2 Gudang Sparepart – RM Minyak 3 Gudang Sparepart – RM Sambal 4 Gudang Sparepart – RM Kecap 5 Gudang Sparepart – RM Solid 6 Gudang Sparepart – R Prod

Bumbu 7 Gudang Sparepart – R Prod

Minyak 8 Gudang Sparepart – Cold Storage 9 Gudang Sparepart – Gudang FG 10 Gudang Sparepart – Gudang

Etiket 11 Gudang Sparepart – Gudang

Sparepart

12 Gudang Sparepart – Office [ ] 19,2

13 Gudang Sparepart – Gedung

Teknisi [ ] 6,6 14 Gudang Sparepart – Ruang Sortir [ ] 17,6

15 Gudang Sparepart – Sarana

Umum [ ]

11,9

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 Office – RM Sayuran 2 Office – RM Minyak 3 Office – RM Sambal 4 Office – RM Kecap 5 Office – RM Solid 6 Office – R Prod Bumbu 7 Office – R Prod Minyak 8 Office – Cold Storage 9 Office – Gudang FG 10 Office – Gudang Etiket 11 Office – Gudang Sparepart 12 Office – Office

13 Office – Gedung Teknisi [ ] 17,3

14 Office – Ruang Sortir [ ] 9,6

(56)

48

Lanjutan Lampiran 2.

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 Gedung Teknisi – RM Sayuran 2 Gedung Teknisi – RM Minyak 3 Gedung Teknisi – RM Sambal 4 Gedung Teknisi – RM Kecap 5 Gedung Teknisi – RM Solid 6 Gedung Teknisi – R Prod Bumbu 7 Gedung Teknisi – R Prod

Minyak 8 Gedung Teknisi – Cold Storage 9 Gedung Teknisi – Gudang FG 10 Gedung Teknisi – Gudang Etiket 11 Gedung Teknisi – Gudang

Sparepart 12 Gedung Teknisi – Office 13 Gedung Teknisi – Gedung

Teknisi

14 Gedung Teknisi – Ruang Sortir [ ] 19,1

15 Gedung Teknisi – Sarana Umum [ ] 9,0

No Aktivitas Perhitungan Hasil

1 Ruang Sortir – RM Sayuran 2 Ruang Sortir – RM Minyak 3 Ruang Sortir – RM Sambal 4 Ruang Sortir – RM Kecap 5 Ruang Sortir – RM Solid 6 Ruang Sortir – R Prod Bumbu 7 Ruang Sortir – R Prod Minyak 8 Ruang Sortir – Cold Storage 9 Ruang Sortir – Gudang FG 10 Ruang Sortir – Gudang Etiket 11 Ruang Sortir – Gudang

Sparepart 12 Ruang Sortir – Office

13 Ruang Sortir – Gedung Teknisi 14 Ruang Sortir – Ruang Sortir

(57)

Lampiran 3. Perhitungan dampak perubahan tata letak

Berdasarkan data yang didapat, kebutuhan solar untuk 3 forklift yang beroperasi adalah sebanyak 350 Kg per minggu, perhitungannya adalah sebagai berikut : Diketahui  1 Kg solar = 1,04 Liter

Kebutuhan Solar untuk 1 forklift :

 350 Kg : 3 forklift = 116,7 Kg/ minggu

 116,7 Kg x 1,04 Liter = 121,37 Liter/ minggu

 121,37 Liter : 7 hari kerja = 17,34 Liter/ hari : 3 shift = 5,78 Liter/ shift Aktivitas Jarak (meter/

shift) Efisiensi (%)

Kebutuhan Solar

(Ltr/ Shift) Efisiensi (%)

Dari Ke Lama Baru Lama Baru

RM Solid Cold

Storage 2064 1680 18,6 1,47 1,19 19,4 Cold

Storage

R Prod

Bumbu 1305 495 62,06 0,93 0,35 62,36 R Prod

Bumbu

Gudang

FG 4743 2244 52,68 3,38 1,59 52,95

TOTAL 8112 4419 54,47 45,52 3,13 54,15

 Perhitungan sebelum perubahan tata letak

 2.064 meter x 7 hari kerja x 3 shift = 43.344 meter/ minggu

 1.305 meter x 7 hari kerja x 3 shift = 27.405 meter/ minggu

 4.743 meter x 7 hari kerja x 3 shift = 99.603 meter/ minggu TOTAL JARAK  170.352 meter/ minggu

⁄ ⁄ ⁄

⁄ ⁄

⁄ ⁄

Gambar

Gambar 3. U-shaped
Gambar 4. Circular
Gambar 6 dapat dikategorikan kedalam tiga tahapan, yaitu tahap analisis Pada dasarnya, langkah-langkah dalam perencanaan tata letak pada
Gambar 8.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien agar dapat dilaksanakan asuhan kebidanan secara efektif, karena pada akhirnya

Tarian Tradisional : Tari Sekapur Sirih, Tari Selampit Delapan, Tari Selendang Mak Inang, Tari Rentak Besapih, Tari Tauh, Tari Selaras Pinang Masak,Tarian Magis Gadis, Tari

Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan dokumen rahasia milik perusahaan sehingga pihak luar tidak dapat mengetahui maupun memilikinya dan

Mekanisme persaingan ekonomi seperti ini dengan menjadikan harga sebagai alat yang mengendalikan produsen dalam area produksi, maka kepemilikan produksi dalam Sistem Ekonomi

Pembagian kerja ini, tidak hanya terjadi dalam proses otorisasi satu permintaan individual, tetapi juga antara subjek individu, dan juga satu subjek tidak boleh diberikan

Pengaruh penggunaan lapis anyaman bambu pada tanah pasir poorly graded sebagai alternatif material perkuatan tanah terhadap nilai daya dukung batas pondasi menerus

Pada tanah kohesif yang diperkuat dengan pasir setebal 1.0D dan konfigurasi anyaman bambu lebih dari 1 lapis, besarnya daya dukung tidak dapat terdefinisi secara langsung pada

Sehingga ada hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara pola penggunaan media dalam menonton tutorial videografi pada channel YouTube Goenrock,