• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Debit Aliran Sungai Ciwidey, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Debit Aliran Sungai Ciwidey, Jawa Barat"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

JESSY EKA SEPTI

(2)
(3)

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Debit Aliran Sungai Ciwidey, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

(4)

ii

ABSTRAK

JESSY EKA SEPTI. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Debit Aliran Sungai Ciwidey, Jawa Barat. Dibimbing oleh YAYAT HIDAYAT dan WAHYU PURWA KUSUMA.

Pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah yang sangat pesat di Sub DAS Citarum Hulu (DAS Ciwidey) telah mendorong perubahan penggunaan lahan yang sangat intensif sehingga dikhawatirkan meningkatkan potensi kejadian banjir di wilayah tersebut. Penelitian bertujuan mengidenti-fikasi perubahan penggunaan lahan dan pengaruhnya terhadap debit aliran sungai Ciwidey (DAS Ciwidey). Perubahan penggunaan lahan diidentifikasi mulai tahun 1994 hingga 2005 untuk penggunaan lahan hutan primer, hutan sekunder, zona industri, kebun campuran, ladang/tegalan, perkebunan, pemukiman, dan sawah. Perubahan penggunaan lahan paling banyak terjadi pada periode tahun 1997 hingga 2001. Pada periode tahun tersebut penggunaan lahan yang dominan berubah adalah hutan primer dan hutan sekunder dengan luas masing-masing sebesar 742.3 ha dan 471.1 ha. Sementara debit maksimum aliran sungai pada tahun 1997 dan 1998 adalah sebesar 27.0 m3/detik dan 33.1 m3/detik. Pada tahun tersebut nilai koefisien aliran permukaannya menunjukan angka relatif besar dibanding tahun-tahun lainnya, masing-masing sebesar 0.69 dan 0.84. Tingginya debit maksimum dan besarnya nilai koefisien aliran permukaan pada tahun tersebut diduga berkaitan dengan adanya perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada periode tahun 1997 hingga 2001. Selain itu terdapat faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi tingginya debit maksimum dan besarnya nilai koefisien aliran permukaan yaitu adanya dampak El Nino dan La Nina yang masing-masing terjadi pada tahun 1997 dan 1998. El Nino menyebabkan musim kemarau cukup panjang dan La Nina menyebabkan musim hujan cukup panjang.

Kata kunci : Debit aliran sungai, Koefisien aliran permukaan,

(5)

iii

ABSTRACT

JESSY EKA SEPTI. Analysis of Land Use Changes and Ciwidey River Discharge, West Java. Supervised by YAYAT HIDAYAT and WAHYU PURWA KUSUMA.

Population growth and rapid regional development in Ciwidey Watershed lead to very intensive land use changes that icrease flooding risk in the region. This study aimed to identify land use changes and its effects on river discharge in Ciwidey Watershed. Land use changes that occured during 1994 up to 2005 periode werw primary forest, secondary forest, industrial zones, mixed garden, dry land agriculture, plantations, settlements, and ricefield. Most of land use changes occurred in the period 1997 to 2001. During that period, the primary forests and secondary forests esperienced the largest change where respectively 742.3 ha and 471.1 ha were converted to other land uses. The maximum discharge are Ciwidey river in 1997 and 1998 were 27.0 m3/s and 33.1 m3/s with run coefficient of respectively 0.69 and 0.84 . The high runoff coefficient was allegedly associated with dominant land use changes that occurred in the periode of 1997 to 2001. There are other factors that might contribute to the high discharge and high magnitude of runoff coefficient, namely the impact of El Nino and La Nina which occurred in 1997 and 1998. El Nino causes drought season and La Nina causes long rainy season.

(6)
(7)

iv

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan

JESSY EKA SEPTI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Debit Aliran Sungai Ciwidey, Jawa Barat

Nama : Jessy Eka Septi

NIM : A14080028

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Dr Ir Yayat Hidayat, MSi Pembimbing I

(10)
(11)
(12)

vi

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

“Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Debit Aliran Sungai Ciwidey, Jawa Barat”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Yayat Hidayat MSi dan Ir. Wahyu Purwakusuma MSc atas teldan, bimbingan, ide, kritik, saran, kesabaran, motivasi dan ilmu yang diajarkan selama penulis menempuh pendidikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Enni Dwi Wahjunie MSi sebagai Penguji atas kritik dan sarannya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Almarhum papah dan mamah yang selalu memberikan kasih sayang dan cintanya kepada saya semasa mereka masih hidup, Adik-adikku tersayang

“Fetty Dwi Lestari, Rialdi Tri Oktavialdi, dan Risvan Catur Apriansyah” atas

perhatian, kasih sayang, kesabaran, motivasi, pengorbanan dan doa yang tidak pernah putus, A. Rosid yang selalu mendukung dan memberi motivasi kepada penulis, Rekan-rekan MSL’45, Merina, Mutiara, Chaida, Hadianti temen-temen kosan Paninengan dan teman-teman seperjuangan lainnya untuk kebersamaan dan dukungannya serta Staf tata usaha dan laboratorium yang senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.

Bogor, Januari 2014

(13)
(14)

vii Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan... 2

Aliran Permukaan... 3

Koefisien Aliran Permukaan ... 4

Daerah Aliran Sungai (DAS) ... 4

METODOLOGI PENELITIAN 5 Waktu dan Tempat Penelitian ... 5

Bahan dan Alat Penelitian ... 5

Metode Penelitian... 5 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 8

Topografi dan Tanah ... 9

Iklim dan Curah hujan ... 9

Penggunaan Lahan ... 10

Perubahan Penggunaan Lahan ... 11

Curah Hujan dan Debit Aliran Sungai ... 13

Penggunaan Lahan dan Debit Aliran Sungai ... 13

Koefisien Aliran Permukaan ... 14

KESIMPULAN DAN SARAN 16 Kesimpulan ... 16

(15)

viii

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 19

DAFTAR TABEL

1. Bahan penelitian ... 5

2. Alat penelitian ... 5

3. Kelas lereng DAS Ciwidey ... 9

4. Luas penggunaan lahan DAS Ciwidey ... 10

5. Nilai koefisien aliran permukaan DAS Ciwidey ... 15

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 Diagram Alir Penelitian ... 6

2. Gambar 2 Peta lokasi penelitian ... 8

3. Gambar 3 Perubahan penggunaan lahan DAS Ciwidey ... 11

4. Gambar 4 Hubungan curah hujan dan debit aliran sungai Ciwidey tahun 1996-2005 ... 13

5. Gambar 5 Hubungan debit aliran sungai Ciwidey dan curah hujan dengan perubahan penggunaan lahan ... 14

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1994-1997 (dalam hektar) ... 19

2. Lampiran 2 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1997-2001 (dalam hektar) ... 20

3. Lampiran 3 Data Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2001-2005 (dalam hektar) ... 21

4. Lampiran 4 Data Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1994-2005 (dalam hektar) ... 22

5. Lampiran 5 Data Curah hujan (CH) (mm) dan debit (m3/detik) harian tahun 1996-2006 ... 23

6. Lampiran 6 Peta penggunaan lahan Tahun 1994 (a), Tahun 1997(b), Tahun 2001 (c), dan Tahun 2005 (d) ... 24

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk yang semakin pesat mengakibatkan terjadinya peningkatan permintaan lahan. Peningkatan permintaan lahan tersebut dapat mempengaruhi pola perubahan penggunaan lahan, termasuk diantaranya permintaan lahan di DAS Citarum Hulu. Hariyanto et al (2010) menyatakan bahwa pada periode tahun 1983-2001 di DAS Citarum Hulu telah terjadi penurunan luas hutan dan sawah masing-masing sebesar 39 621 ha (21.89%) dan 32 282 ha (17.83%) serta peningkatan luas daerah terbangun sebesar 11 521 ha (6.36%). Pada periode tahun yang sama di DAS Ciwidey yang merupakan bagian dari Sub DAS Citarum hulu juga mengalami penurunan luas hutan, sawah, semak rumput, dan tegalan. Bagian penggunaan lahan tersebut beralih menjadi belukar lahan terbuka, perkebunan, permukiman urban, permukiman sub urban, dan industri.

Perubahan lahan terbuka menjadi lahan terbangun dapat menyebabkan luas lahan kedap air meningkat. meluasnya lahan kedap air dan berubahnya hutan menjadi penggunaan lain dapat mengurangi peresapan air hujan kedalam tanah, sehingga dapat meningkatkan air limpasan dan menyebabkan debit aliran sungai meningkat (Wibowo 2005).

Semakin tingginya alih fungsi hutan di DAS Ciwidey ke lahan pertanian dan lahan pertanian menjadi penggunaan lahan lain akan menyebabkan peningkatan nilai koefisien aliran permukaan, sehingga bagian air hujan yang menjadi aliran permukaan semakin besar. Peningkatan aliran permukaan akan meningkatkan debit aliran sungai, sehingga dapat meningkatkan potensi terjadinya banjir. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu adanya penelitian mengenai hubungan antara perubahan penggunaan lahan dengan debit sungai di DAS Ciwidey, sehingga akan dapat diperkirakan perubahan pola debit aliran sungai sebagai akibat perubahan penggunan lahan di DAS Ciwidey.

Tujuan

(17)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual. Sistem penggunaan lahan digolongkan kedalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan non pertanian. Penggunaan lahan pertanian adalah tegalan, sawah, ladang, kebun, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung dan sebagainya. Penggunaan lahan non pertanian antara lain penggunaan lahan perkotaan atau pedesaan, industri, rekreasi, pertambangan, dan sebagainya (Arsyad 2000).

Perubahan penggunaan lahan diidentifikasi berdasarkan perubahan keadaan penggunaan lahan atau posisinya pada kurun waktu tertentu. Perubahan penggunaan lahan dapat terjadi secara sistematik dan non-sistematik. Perubahan sistematik terjadi dengan ditandai oleh fenomena yang berulang, sehingga kecenderungan perubahan dapat ditunjukkan dengan peta multiwaktu. Fenomena yang ada dapat dipetakan berdasarkan seri waktu,sehingga perubahan penggunaan lahan dapat diketahui. Perubahan non-sistematik terjadi karena kenampakan luasan lahan yang mungkin bertambah, berkurang, ataupun tetap. Perubahan ini pada umumnya tidak linear karena kenampakannya berubah-ubah, baik penutup lahan maupun lokasinya (Murchacke 1990).

Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lain diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda (Martin 1993 dalam Wahyunto dkk 2001). Perubahan penggunaan lahan akan terus berlangsung sejalan dengan meningkatnya jumlah dan aktivitas penduduk dalam menjalankan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya, yang pada akhirnya dapat berdampak positif maupun negatif. Perubahan penggunaan lahan dari hutan ke non-hutan misalnya, dapat mengakibatkan menurunnya daya kemampuan hutan untuk menjalankan fungsi ekologisnya sehingga dapat menimbulkan dampak pada lingkungan yang serius seperti perubahan iklim, berkurangnya keanekaragaman hayati dan ketersediaan sumber daya air serta terjadinya erosi tanah (Basyar 2009).

Faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan dibedakan menjadi faktor umum dan faktor khusus. Faktor umum yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan adalah faktor iklim, peningkatan jumlah penduduk dan proses transmigrasi. Faktor khusus yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan adalah faktor fisik, biologi, sosial, politik dan ekonomi yang terjadi dalam dimensi ruang dan waktu (Wu et al 2008 dalam As Syakur 2011).

(18)

3

baik.Pertambahan jumlah penduduk berarti bertambahnya permintaan terhadap makanan dan kebutuhan lain yang dapat dihasilkan oleh sumberdaya lahan. Permintaan terhadap hasil-hasil pertanian meningkat dengan adanya pertambahan penduduk. Demikian pula permintaan terhadap hasil non pertanian seperti kebutuhan perumahan dan sarana prasarana wilayah. Peningkatan pertumbuhan penduduk dan peningkatan kebutuhan material ini cenderung menyebabkan persaingan dalam penggunaan lahan (Barlowe 1986).

Aliran Permukaan

Aliran permukaan merupakan bagian dari hujan atau presipitasi yang alirannya menuju saluran-saluran sungai, danau, atau laut. Aliran tersebut dapat mengalir pada permukaan tanah (over land flow) maupun melalui bawah permukaan (sub-surface flow atau inter flow) (Haridjaja1991). Menurut Arsyad (2010) aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah atau bumi. Aliran air dipermukaan bumi dibedakan menjadi dua jenis menurut perilaku alirannya yaitu aliran air diatas permukaan tanah (over land flow) dan aliran air di dalam sungai (stream flow).

Aliran permukaan mempunyai sifat yang dinyatakan dalam jumlah, kecepatan, laju, dan gejolak aliran permukaan. Sifat-sifat ini mempengaruhi kemampuan untuk menimbulkan erosi. Jumlah aliran permukaan menyatakan jumlah air yang mengalir dipermukaan tanah untuk suatu masa hujan atau masa tertentu, dinyatakan dalam tinggi kolom air (mm atau cm) atau dalam volume air (m3). Laju aliran permukaan adalah banyaknya atau volume air yang mengalir melalui suatu titik persatuan waktu, dinyatakan dalam m3/detik atau m3/jam. Laju aliran permukaan juga dikenal dengan istilah debit aliran. Besarnya debit aliran ditentukan oleh luas penampang air dan kecepatan alirannya. Ada pun faktor yang mempengaruhi sifat aliran permukaan yaitu curah hujan, temperatur, tanah, luas daerah aliran, tanaman/tumbuhan penutup tanah dan sistem pengelolaan tanah(Arsyad 2010).

Proses terjadinya aliran permukaan diawali dengan masuknya air hujan diatas permukaan tanah pada suatu wilayah kedalam tanah sebagai air infiltrasi setelah ditahan oleh tajuk pohon sebagai air intersepsi. Infiltrasi akan berlangsung terus selama air masih berada dibawah kapasitas lapang. Apabila hujan terus berlangsung, dan kapasitas lapang telah terpenuhi, maka kelebihan air hujan tersebut akan tetap terinfiltrasi yang selanjutnya akan menjadi air perkolasi dan sebagiandigunakan untuk mengisi cekungan atau depresi permukaan tanah sebagai simpanan permukaan (depresion storage).Setelah simpanan depresi terpenuhi, kelebihan air tersebut akan menjadi genangan air yang di sebut tambatan permukaan (detention storage). Sebelum menjadi aliran permukaan, kelebihan air hujan diatas sebagian menguap atau terevaporasi walaupun jumlahnya sangat sedikit (Arsyad 1982 dalam Haridjaja dkk 1991).

(19)

4

aliran permukaan tidak akan terjadi sebelum evaporasi, intersepsi,infiltrasi, simpanan depresi, tambatan permukaan dan tambatan saluran terjadi.

Koefisien Aliran Permukaan

Koefisien aliran permukaan merupakan nisbah antara puncak laju aliran permukaan terhadap intensitas hujan (Arsyad 2000). Koefisien aliran permukaan dengan nilai 0.1 menunjukkan bahwa 10% dari total curah hujan akan menjadi air larian atau aliran permukaan. Nilai koefisien aliran permukaan merupakan salah satu indikator untuk menilai kerusakan fungsi hidrologi DAS.

Nilai koefisien aliran permukaan berkisar antara 0-1. Nilai 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terdistribusi menjadi air intersepsi dan infiltrasi, sedangkan nilai 1 menunjukkan bahwa semua air hujan yang jatuh mengalir sebagai aliran permukaan. Dilapangan, nilai koefisien aliran permukaan biasanya lebih dari 0 dan lebih kecil dari 1 (Asdak 1995).

Koefisien aliran permukaan biasanya diberi notasi C. Faktor utama yang mempengaruhi nilai C adalah laju infiltrasi tanah, tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan (Arsyad 2000). Nilai C dapat digunakan sebagai indikator suatu DAS memiliki kondisi yang masih baik atau tidak. Untuk nilai C < 0.25 didefinisikan bahwa DAS dalam kondisi baik, C 0.25-0.50 didefinisikan DAS dalam kondisi sedang, dan C > 0.50 didefinisikan DAS dalam kondisi buruk (SK Menhut No 52/Kpts-II/2001).

Daerah Aliran Sungai

Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh pemisah topografi yang berfungsi menerima hujan, menampung, menyimpan dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau atau ke laut. Selain itu DAS juga merupakan suatu ekosistem dimana di dalamnya terjadi suatu proses interaksi antara faktor-faktor biotik, nonabiotik, dan manusia. Sebagai suatu ekosistem, maka setiap ada masukan ke dalamnya, proses yang terjadi dapat dievaluasi berdasarkan keluaran dari sistem tersebut (Suripin 2002).

(20)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2012 sampai bulan April 2013 di DAS Ciwidey (Sub DAS Citarum Hulu), Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Persiapan, pengolahan data, dan analisis data dilakukan di Laboratorium Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat Penelitian

Data yang digunakan terdiri dari peta topografi, peta DAS Citarum Hulu, peta penggunaan lahan tahun 1994, 1997, 2001, dan 2005, peta administrasi, data debit aliran sungai, dan data curah hujan (Tabel 1), serta peralatan penunjang untuk pengolahan data penelitian (Tabel 2).

Tabel 1 Bahan penelitian

Bahan Sumber

Peta Daerah Aliran Sungai Peta topografi skala 1:25000 Bakosurtanal Peta Penggunaan Lahan Tahun

1994, 1997, 2001, dan 2005

Badan Planologi Kehutanan, Kementerian Kehutanan

Peta Administrasi,Peta Topografi Bakosurtanal 2001

Data Debit aliran sungai Balai Besar Wilayah Sungai Citarum Data Curah Hujan Balai Besar Wilayah Sungai Citarum

Tabel 2 Alat penelitian

Alat Keterangan

ArcGis 10 Interpretasi penggunaan lahan dan pengolahan data

Microsoft Office 2007 Tabulasi data dan penulisan skripsi

Metode Penelitian

(21)

6

Gambar 1 Diagram alir penelitian

Persiapan

Kegiatan persiapan meliputi studi literatur, pembuatan proposal dan pengumpulan data yang diperlukan. Studi literatur dilakukan untuk mempelajari tulisan ilmiah yang berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan, debit aliran sungai, dan daerah aliran sungai (DAS).

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa peta dan data sekunder. Peta yang dikumpulkan yaitu peta Sub DAS Citarum hulu, peta penggunaan lahan DAS Ciwidey tahun 1994, 1997, 2001, dan 2005, peta topografi, dan peta administrasi DAS Citarum hulu. Data sekunder yang dikumpulkan yaitu data debit aliran sungai yang berasal dari SPAS Cukang Genteng dan data curah hujan yang berasal dari stasiun hujan Cisondari, Cililin, dan Chincona.

Analisis Data

(22)

7

debit aliran sungai, serta analisis hubungan perubahan penggunaan lahan dan perubahan debit aliran sungai.

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan

Analisis perubahan penggunaan lahan diolah dengan menggunakan software SWAT dan ArcGIS 10. SWAT digunakan untuk mendeliniasi batas DAS penelitian berdasarkan peta topografi. ArcGIS 10 digunakan untuk mendeliniasi penggunaan lahan didalam Sub DAS, mengklasifikasi penggunaan lahan yang dijumpai dan menghitung luas masing-masing penggunaan lahan. Untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan dilakukan proses overlay penggunaan lahan tahun 1994 , 1997, 2001, dan 2005. Proses overlay dilakukan pada peta penggunaan lahan tahun 1994 dengan 1997, tahun 1997 dengan 2001, dan tahun 2001 dengan 2005.

Analisis Hubungan Curah Hujan dengan Debit Aliran Sungai

Analisis hubungan curah hujan dengan debit aliran sungai dilakukan dengan menggunakan data curah hujan wilayah dan debit aliran sungai harian. Curah hujan rata-rata harian wilayah ditentukan menggunakan metode poligon Thiessen. Berdasarkan data curah hujan wilayah harian, dihitung curah hujan rata-rata harian. Analisis dilakukan dengan membandingkan rata-rata curah hujan harian wilayah dengan debit rata-rata harian tahun 1996 hingga 2005.

Hubungan curah hujan dengan debit aliran sungai dapat dinyatakan dalam bentuk koefisien aliran permukaan, yaitu nisbah total aliran permukaan dengan jumlah curah hujan. Total aliran permukaan dihitung berdasarkan data debit aliran sungai harian dalam satuan tinggi. Curah hujan yang digunakan adalah curah hujan rata-rata harian dalam satu bulan.

Hubungan Perubahan Penggunaan dan Debit Aliran Sungai

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Berdasarkan peta rupa bumi skala 1: 25.000 (Bakosurtanal, 2001) secara geografi DAS Ciwidey (Sub DAS Citarum Hulu) terletak pada 6058’00 LS

-7012’00 LS dan 107023’00 BT-107034’00 BT. Secara Administrasi DAS Ciwidey

meliputi Kecamatan Cangkuang, Kecamatan Ciwidey, Kecamatan Katapang, Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Rancabali, Kecamatan Sindangkerta, dan Kecamatan Soreang (Gambar 2).

(24)

9

Topografi dan Tanah

DAS Ciwidey merupakan daerah dengan topografi datar hingga curam. Sebagian besar lahan mempunyai kelas lereng dengan kemiringan agak curam (lereng 15-25%) dengan luas 6 881 ha (31.04%) dan datar (lereng 0-8%) dengan luas 6 696 ha (30.20%) (Tabel 3). DAS Ciwidey terletak pada ketinggian 600 hingga 1 500 meter diatas permukaan air laut.

Tanah di DAS Ciwidey didominasi oleh asosiasi Dystropepts-Andisols. Tanah Dystropepts termasuk kedalam order Inceptisol yang memiliki sub horison penciri kambik. Tanah Dystropepts merupakan tanah yang terbentuk dibawah curah hujan dan temperatur yang tingggi dan umumnya terdapat di daerah tropika dan semitropika (Soepardi 1989 dalam Budiharjo 1993). Tanah ini berada di daerah vulkanik, baik yang berasal dari tufa maupun batuan beku yang berada pada topografi bergelombang, berombak, berbukit sampai bergunung. Tanah Dystropepts pada umumnya bertekstur lempung hinggga liat. Fraksi liat di dominasi oleh minerat kaolinit dan struktur tanah granular serta mempunnyai konsistensi gembur, sehingga menyebabkan terjadinya drainase dalam yang baik (Dudal dan Soepraptoharjo 1957 dalam Budiharjo 1993). Tanah Andisols merupakan tanah yang mengandung bahan organik tinggi yang terbentuk dari tuff dan abu vulkan intermedier, terdapat terutama di daerah berbukit dan bergunung dengan elevasi yang relatif tinggi. Tanah ini mempunyai perkembangan profil lemah, penampang tanah sedang sampai sangat dalam, lapisan atas kaya bahan organik berwarna hitam sampai coklat gelap, tekstur sedang sampai agak kasar berpasir semu dan berbatu. Tanah mudah meresapkan air, permeabilitas tinggi. Potensi tanah ini baik untuk tanaman palawija dan sayuran dengan faktor pembatas utama umumnya adalah adanya lapisan berbatu dan padas (BPDAS Citarum-Ciliwung 2008).

Tabel 3 Kelas lereng DAS Ciwidey

Kelas Lereng Luas Lahan

Topografi Kemiringan (%) Hektar Persen

Datar 0-8 6 696 30.20

Iklim dan Curah hujan

(25)

10

Curah hujan di DAS Ciwidey tidak merata. Curah hujan wilayah tahunan tertinggi sebesar 2 268 mm. Variasi curah hujan terjadi karena pengaruh topografi. Curah hujan wilayah tahunan tertinggi pada tiga stasiun hujan di DAS Ciwidey dan sekitarnya, yaitu:Cisondari,Cililin, dan Chincona berturut-turut sebesar 2019 mm, 1752 mm, dan 2382 mm.

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan DAS Ciwidey terdiri dari hutan primer (HP), hutan sekunder (HS), zona industri (ZI), kawasan pertambangan dan galian (PG), kebun campuran (Kc), ladang/tegalan (L/T), padang rumput/ilalang (Pr/I), perkebunan (Pk), permukiman (Pm), sawah (Sw), dan danau/situ (Ds). Penggunaan lahan yang paling dominan pada tahun 1994 adalah perkebunan yaitu seluas 11 837.94 Ha(54.93%) sedangkan penggunaan lahan paling sempit adalah zona industri yaitu seluas 6.32Ha (0.03%) (Tabel4).

Tabel 4 Luas penggunaan lahan DAS Ciwidey

Penggunaan Lahan

1994 1997 2001 2005

Ha % Ha % Ha % Ha %

Hp 5635.26 26.15 5635.26 26.15 4892.94 22.71 4892.94 22.71

Hs 494.03 2.29 471.08 2.19 0 0 0 0

ZI 6.32 0.03 6.32 0.03 17.93 0.08 17.93 0.08

PG 37.71 0.17 37.71 0.17 37.71 0.17 37.71 0.17

Kc 527.68 2.45 527.68 2.45 1325.23 6.15 1409.27 6.54

L/T 1185.86 5.50 1287.27 5.97 1263.17 5.86 1179.13 5.47

Pr/I 25.61 0.12 25.61 0.12 25.61 0.12 25.61 0.12

Pk 11837.94 54.93 11733.62 54.45 11829.66 54.9 11808.23 54.8

Pm 196.52 0.91 228.74 1.06 538.96 2.50 560.49 2.60

Sw 1580.40 7.33 1574.03 7.30 1596.12 7.41 1596.12 7.41

Ds 21.68 0.10 21.68 0.10 21.68 0.10 21.68 0.10

(26)

11

Perubahan Penggunaan Lahan

Pada periode 1994 hingga tahun 2005 terjadi perubahan penggunaan lahan hutan primer, hutan sekunder, zona industri, kebun campuran, ladang/tegalan, perkebunan, permukiman, dan sawah. Perubahan penggunaan lahan yang paling dominan adalah lahan hutan primer (Hp), selanjutnya adalah perkebunan (Pk), Sawah (Sw), hutan sekunder (Hs), kebun campuran (Kc), dan ladang/tegalan (L/T). Kebun campuran dan permukiman merupakan penggunaan lahan yang mengalami perluasan paling besar. Perubahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 dan Lampiran 2.

Gambar 3 Perubahan penggunaan lahan DAS Ciwidey

Keterangan :

1 580.40 Ha 11 837.94Ha 494.03Ha

(27)

12

Pada periode tahun 1997 hingga tahun 2001, hutan primer mengalami perubahan pengguanaan lahan menjadi lahan kebun campuran sebesar 176.9 ha, sawah sebesar 543.5 ha, dan permukiman sebesar 21.9 ha atau berturut-turut sebanyak 3.1% , 9.6% dan 0.4% dari luas asal lahan hutan primer sebesar 5 635.3 ha.

Perubahan penggunaan lahan perkebunan terjadi pada tahun 1994 hingga tahun 1997, tahun 1997 hingga tahun 2001, dan tahun 2001 hingga tahun 2005. Tahun 1994 hingga tahun 1997 lahan perkebunan berubah menjadi lahan sawah sebesar 11.9 ha dan lahan ladang/tegalan sebesar 92.4 ha atau berturut-turut sebanyak 0.1% dan 0.8% dari luas asal lahan perkebunan sebesar 11 837.9 ha. Tahun 1997 hingga 2001 berubah menjadi lahan kebun campuran sebesar 73.3 ha (0.6%) dari luas asal lahan perkebunan sebesar 11 733,6 ha. Tahun 2001 hingga tahun 2005 perkebunan berubah menjadi lahan permukiman sebesar 21.5 ha (0.2%) dari luas asal lahan perkebunan sebesar 11 829.6 ha.

Lahan sawah mengalami perubahan penggunaan lahan pada tahun 1994 hingga tahun 1997 dan tahun 1997 hingga tahun 2001. Tahun 1994 hingga tahun 1997 lahan sawah berubah menjadi lahan permukiman sebesar 32.2 ha (2.0%) dari luas asal lahan sawah sebesar 1 580.4 ha. Tahun 1997 hingga tahun 2001 lahan sawah berubah menjadi kebun campuran sebesar 278.9 ha, lahan perkebunan sebesar 53.5 ha, permukiman sebesar 100.1 ha, zona industri sebesar 11.6 ha dan lahan ladang/tegalan 77.3 ha atau berturut-turut sebanyak 17.7%, 3.4%, 6.4%, 0.7%, dan 4.9% dari luas asal lahan sawah sebesar 1 574.0 ha.

Perubahan penggunaan lahan pada lahan hutan sekunder terjadi pada tahun 1994 hingga tahun 1997 dan tahun 1997 hingga tahun 2001. Tahun 1994 hingga tahun 1997 lahan hutan sekunder berubah menjadi lahan sawah sebesar 13.9 ha dan lahan ladang tegalan sebesar 9.0 ha atau berturut-turut sebanyak

Lahan kebun campuran mengalami perubahan penggunaan lahan pada tahun 1997 hingga tahun 2001, lahan tersebut berubah menjadi lahan perkebunan sebesar 23.4 ha dan permukiman sebesar 18.4 ha atau berturut-turut sebanyak 4.4% dan 3.5% dari luas asal lahan kebun campuran sebesar 527.7 ha.

(28)

13

Curah Hujan dan Debit Aliran Sungai

Berdasarkan data SPAS Cukang Genteng periode tahun 1996 hingga tahun 2005 rata-rata debit aliran sungai harian tertinggi terjadi pada bulan April tahun 1998 yaitu sebesar 33.1 m3/detik (Gambar 4). Debit tersebut disebabkan oleh curah hujan rata-rata harian sebesar 11.1 mm.

Hujan merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap pola debit aliran sungai. Apabila curah hujan naik maka debit aliran sungai cenderung mengalami kenaikan. Sebaliknya jika curah hujan turun maka debit aliran sungai pun akan turun. Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa beberapa kenaikan curah hujan tidak selalu diikuti oleh kenaikan debit aliran sungai. Hal ini diduga akibat adanya faktor lain yang berpengaruh seperti terjadinya perubahan penggunaan lahan.

Penggunaan Lahan dan Debit Aliran Sungai

Penggunaan lahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku debit aliran sungai. Wibowo (2005) menyatakan bahwa bertambahnya luas penggunaan lahan hutan akan menurunkan debit aliran sungai sedangkan penambahan luas kawasan terbangun dan sawah akan menaikan debit aliran sungai. Besarnya fluktuasi debit sungai merupakan cerminan dari pola penggunaan lahan dan kondisi fisik lingkungan seperti besarnya curah hujan, luas daerah pengaliran (luas DAS), koefisien bentuk sungai dan sebagainya. Menurut Rahman (2009) tegalan merupakan jenis penggunaan lahan yang mempunyai pengaruh dominan terhadap fluktuasi debit aliran sungai.

Pada periode tahun 1997 hingga tahun 2001 terjadi perubahan penggunaan lahan paling besar sehingga cenderung akan berpengaruh terhadap pola debit aliran sungai. Pada periode tersebut penggunaaan lahan yang berubah adalah hutan primer menjadi kebun campuran, sawah dan permukiman; hutan sekunder menjadi kebun campuran dan permukiman; perkebunan menjadi kebun campuran; sawah menjadi kebun campuran, perkebunan, permukiman, zona industri dan ladang/tegalan; kebun campuran menjadi perkebunan dan permukiman; dan Gambar 4 Hubungan curah hujan dan debit aliran sungai Ciwidey tahun 1996-2005

(29)

14

ladang/tegalanmenjadi perkebunan dan permukiman dengan masing-masing seluas742.3 ha, 471.1 ha, 73.3 ha, 526.3ha, 41.7 ha, dan 101.4 ha.Pada periode tahun tersebut terjadi rata-rata debit harian maksimum sebesar 27.0 m3/detik dan 33.1 m3/detik yaitu berturut-turut terjadi pada tahun 1997 dan tahun 1998 (Gambar 5).

Koefisien Aliran Permukaan

Koefisien aliran permukaan adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan besarnya air limpasan permukaaan terhadap besarnya curah hujan (Asdak 1995). Nilai ini dapat dijadikan indikator kemampuan wilayah dalam meresapkan air. Nilai koefisien aliran permukaan di DAS Ciwidey dari tahun 1997 hingga 2005 disajikan pada Tabel 5.

Pada tahun 1997 dan tahun 1998 nilai koefisien aliran permukaan menunjukkan angka relatif besar dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya, masing-masing sebesar 0.69 dan 0.84. Nilai ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dauwani (2012) berdasarkan transformasi nilai NDVI citra satelit.Nilai koefisien aliran permukaan di DAS Ciwidey pada tahun 1997 menurut Dauwani (2012) adalah 0.31. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan

0

(30)

15

dengan nilai yang diperoleh berdasarkan nisbah total aliran permukaan terhadap jumlah curah hujan dalam satu tahun.

Besarnya nilai koefisien aliran permukaan pada tahun 1997 dan tahun 1998 diduga berkaitan dengan adanya perubahan penggunaan yang terjadi periode tahun 1997 hingga 2001. Pada periode tersebut terjadi perubahan lahan hutan primer dan hutan sekunder yang berubah menjadi permukiman, kebun campuran, sawah dan ladang/tegalan, sehingga dapat mempengaruhi besarnya aliran permukaan. Adanya pendugaan bahwa perubahan penggunaan lahan menjadi salah satu faktor meningkatnya debit aliran permukaan, diperkuat oleh pernyataaan Wibowo (2012) bahwa berubahnya lahan hutan akan menyebabkan debit aliran sungai meningkat. Selain adanya perubahan penggunaan lahan terdapat faktor lain yang diduga menyebabkan tingginya nilai koefisien aliran permukaan yaitu adanya dampak El Nino dan La Nina yang masing-masing terjadi pada tahun 1997 dan 1998. El Nino menyebabkan musim kemarau cukup panjang danLa Nina menyebabkan musim hujan cukup panjang (Pribadi 2012).

Tabel 5 Nilai koefisien aliran permukaan DAS Ciwidey Tahun Curah hujan

(mm)

Total aliran permukaan (mm)

Koefisien aliran permukaan

1997 1155 797 0.69

1998 2268 1913 0.84

1999 1619 377 0.23

2000 1557 564 0.36

2001 1664 645 0.39

2002 1722 880 0.51

2003 1796 709 0.39

2004 1463 666 0.45

(31)

16

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penggunaan lahan dominan di DAS Ciwidey adalah perkebunan, kemudian diikuti oleh hutan primer, sawah, ladang/tegalan, kebun campuran, hutan sekunder, permukiman, kawasan pertambangan dan galian, padang rumput/ilalang, danau/situ, dan zona industri

2. Perubahan penggunaan lahan merupakan salah satu penyebab berfluktuasinya debit aliran sungai Ciwidey.

3. Rata-rata debit aliran sungai harian tertinggi sebesar 33.1 terjadi pada bulan April 1998 m3/detik dengan curah hujan bulanan sebesar 11.1 mm.

4. Koefisien aliran permukaan DAS Ciwidey berkisar antara 0.23 hingga 0.84.

Saran

(32)

17

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Pr. _______. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Pr.

Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

As Syakur A.R. 2011. Perubahan Penggunaan Lahan di Provinsi Bali. Ecotrophic vol. 6 no. I [Internet] [ Diunduh 2013 Juni 17] PPLh. Unud.ac.id.wp-content/uploads/2012/02/ perubahan-penggunaan-lahan-diprovinsi-Bali.pdf Bali (ID): Pusat Penelitian Lingkungan Hidup.

Barlowe R. 1978. Land Resources Economics, Third Edition. Prentice Hall Inc. New Jersey(NJ): Englewood cliffs.

Basyar AH. 2009. Evaluasi Penerapan Kebijakan Konversi Hutan untuk Perkebunan Kelapa Sawit. [diunduh 2013 Jul 23]. Tersedia pada: http//www.bappenas.go.id/node/48/2333/evaluasi-penerapan-kebijakan-konversi-hutan-untuk-perkebunan-kelapa-sawit-oleh-a-hakim-basyar. [BPDAS] Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung Departemen Kehutanan.

2008. Laporan Rencana Pengelolaan DAS Citarum Terpadu (Tahap 1). Bandung (ID): Departemen Kehutanan Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.

Bermanakusuma R. 1978. Erosi, Penyebab dan Pengendaliannya. Bandung (ID): Universitas Padjajaran Pres.

Dauwani K N. 2012. Analisis Nilai Koefisien Runoff untuk Pengendalian Direct Runoff (Studi Kasus DAS Citarum Hulu). Bandung (ID): ITB Pres.

Haridjaja O, Murtilaksono K, Soedarmo dan Rachman L.M. 1991. Hidrologi Pertanian. Bogor (ID): IPB Pres.

Haryanto E T, Herwanto T, Kendarto D K. 2010. Perubahan Bentuk Penggunaan Lahan Dan Implikasinya Terhadap Koefisien Air Larian DAS Citarum Hulu Jawa Barat. Bandung (ID): UNPAD Pres.

[Kemenhut]. 2001. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 52/Kpts-II/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Jakarta (ID): Kemenhut.

Murchacke Philip C. 1990. Map Use: Reading, Analysis and Interpretation, J.P., Publication Medison, Wisconsin.

Nuryanto A, Setyawati D, Lidiawati I, Suyana J, Karlinasari L, Nasri M A, Puspaningsih N, dan Yuwono S. 2003. Strategi pengelolaan DAS dalam rangka optimalisasi kelestarian sumber daya air (studi kasus DAS Ciliwung Hulu). Bogor (ID): .Makalah Falsafah Sains Sekolah Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor.

(33)

18

Rahman A. 2009. Pengaruh Luas Pola Penggunaan Lahan dan Kondisi Fisik Lingkungan Terhadap Debit Air dan Sedimentasi Pada Beberapa Daerah

Tangkapan Air (Catchment area) Di Sub DAS Cimanuk Hulu Jawa

Barat.

Schwab GO, Frevert RK, Edminster TW, Barnes KK. 1981. Soil Water Concervation Engineering (thrird edition). New York (US): john Wiley & Sons, Inc.

Suripin E. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta (ID). Andi.

Wahyunto, M.Z. Abidin, A. Priyono, dan Sunaryo. 2001. “Studi Perubahan

Penggunaan Lahan Di Sub DAS Citarik, Jawa Barat dan DAS

Kaligarang, Jawa Tengah”. Prosiding Seminar Nasional Multifungsi

Lahan Sawah. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

(34)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1994-1997 (dalam hektar)

Penggunaan/Penutupan Lahan

Penggunaan /Penutupan Lahan Tahun 1997

Total

Hp Hs ZI PG Kc L/T Pr/I Pk Pm Sw Ds

Pengguna

an

/Penu

tupa

n La

han Tahu

n 1994

Hp 5635.26 5635.26

Hs 471.08 9.00 13.95 494.03

ZI 6.32 6.32

PG 37.71 37.71

Kc 527.68 527.68

L/T 1185.86 1185.86

Pr/I 25.61 25.61

Pk 92.42 11733.62 11.90 11837.93

Pm 196.52 196.52

Sw 32.22 1548.18 1580.40

Ds 21.68 21.68

Total 5635.26 471.08 6.32 37.71 527.68 1287.28 25.61 11733.62 228.74 1574.03 21.68 21549.00

(35)

20

Lampiran 2 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1997-2001 (dalam hektar)

Penggunaan/Penutupan Lahan

Penggunaan /Penutupan Lahan Tahun 2001

Total

Hp ZI PG Kc L/T Pr/I Pk Pm Sw Ds

Pengguna

an

/Penu

tupa

n La

han Tahu

n 1997

Hp 4892.94 176.94 21.87 543.51 5635.26

Hs 310.17 160.92 471.09

ZI 6.32 6.32

PG 37.71 37.71

Kc 485.94 23.38 18.36 527.68

L/T 1185.86 92.42 9.00 1287.28

Pr/I 25.61 25.61

Pk 73.26 11660.35 11733.61

Pm 228.74 228.74

Sw 11.61 278.93 77.31 53.50 100.07 1052.62 1574.03

Ds 21.68 21.68

Total 4892.94 17.93 37.71 1325.23 1263.17 25.61 11829.64 538.96 1596.13 21.68 21549.00

(36)

21

Lampiran 3 Data Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2001-2005 (dalam hektar)

Penggunaan/Penutupan Lahan

Penggunaan /Penutupan Lahan Tahun 2005

Total

Hp ZI PG Kc L/T Pr/I Pk Pm Sw Ds

Pengguna

an

/Penu

tupa

n La

han Tahu

n 2001

HP 4892.94 4892.94

ZI 17.93 17.93

PG 37.71 37.71

Kc 1325.24 1325.24

L/T 84.04 1179.13 1263.17

Pr/I 25.61 25.61

Pk 11808.11 21.53 11829.63

Pm 538.97 538.97

Sw 1596.12 1596.12

Ds 21.68 21.68

Total 4892.94 17.93 37.71 1409.28 1179.13 25.61 11808.11 560.49 1596.12 21.68 21549.00

(37)

22

Lampiran 4 Data Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1994-2005 (dalam hektar)

Penggunaan/Penutupan Lahan Penggunaan /Penutupan Lahan Tahun 2005 Total

Hp ZI PG Kc L/T Pr/I Pk Pm Sw Ds

Pengguna

an

/Penu

tupa

n La

han Tahu

n 1994

Hp 4892.94 176.94 21.87 543.51 5635.26

Hs 310.16 183.87 494.03

ZI 6.32 6.32

PG 37.71 37.71

Kc 485.94 23.38 18.36 527.68

L/T 84.04 1101.82 1185.86

Pr/I 25.61 25.61

Pk 73.26 11743.14 21.53 11837.93

Pm 196.52 196.52

Sw 11.61 278.93 77.31 41.60 118.34 1052.61 1580.40

Ds 21.68 21.68

Total 4892.94 17.93 37.71 1409.27 1179.13 25.61 11808.12 560.49 1596.12 21.68 21549.00

(38)

23

Lampiran 5 Data Curah hujan (CH) (mm) dan debit (m3/detik) harian tahun 1996-2006

Waktu 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

CH Debit CH Debit CH Debit CH Debit CH Debit CH Debit CH Debit CH Debit CH Debit CH Debit

Jan 5.27 - 6.94 15.36 7.03 5.58 7.80 3.49 6.53 5.26 8.43 5.73 12.25 6.46 6.22 5.73 3.82 5.53 1.40 5.21

Peb 0.00 - 11.07 7.70 4.20 20.81 4.74 3.46 6.36 4.09 5.24 6.40 3.60 8.72 7.59 5.88 6.66 6.39 5.39 4.78

Mar 0.00 - 2.61 7.60 8.55 22.35 4.71 2.13 2.92 4.10 5.99 5.85 10.77 8.02 7.29 5.38 7.30 5.65 9.46 5.20

Apr 4.62 - 3.96 7.30 11.07 33.06 6.75 1.89 6.08 4.37 9.30 6.56 8.26 9.95 6.84 5.47 4.37 5.24 4.46 4.94

Mei 5.36 - 3.62 6.54 5.50 16.22 3.66 1.65 3.02 4.18 7.77 4.99 1.11 6.18 2.72 4.79 5.60 5.35 0.21 4.11

Jun 0.00 3.01 0.00 6.87 4.29 9.82 1.89 1.53 1.05 3.99 5.57 3.11 0.64 5.23 1.96 3.67 1.85 3.35 2.33 5.03

Jul 0.53 1.95 0.00 1.58 4.24 15.76 1.31 1.66 1.91 2.86 1.05 2.32 2.74 6.17 0.81 3.46 0.44 3.51 2.35 4.92

Ags 0.46 2.37 0.00 1.30 3.01 8.08 0.08 1.67 1.24 1.91 1.33 3.04 0.13 5.02 1.96 3.29 0.09 3.25 0.33 3.26

Sep 3.35 3.20 0.05 1.48 6.10 4.71 1.24 2.10 2.38 1.62 0.00 2.98 0.03 4.13 4.58 3.31 2.92 2.93 2.52 2.78

Okt 7.35 13.20 2.25 1.42 7.97 8.85 7.73 3.99 8.81 3.95 0.00 5.56 1.07 3.94 8.98 5.28 0.37 3.01 3.64 4.81

Nop 8.23 26.99 4.75 5.37 5.90 9.79 8.58 4.62 8.88 5.23 9.32 9.38 5.18 4.89 5.36 6.05 6.85 4.35 4.27 4.82

Des 5.04 17.14 3.36 3.01 6.60 10.53 4.78 2.79 2.24 4.60 0.96 5.75 10.57 3.72 4.95 5.90 8.08 5.90 5.27 4.96

(39)

24

Lampiran 6 Peta penggunaan lahan Tahun 1994 (a), Tahun 1997(b), Tahun 2001 (c), dan Tahun 2005 (d)

(a) (b)

(40)

25

(c) (d)

(41)

26

Lampiran 7 Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1997 (a), Tahun 1997-2001 (c), Tahun 2001-2005 (b), Dan Tahun 1994-2005(d)

(a) (b)

(42)

27

(c) (d)

(43)

24

Penulis dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 13 Januari 1990 sebagai anak pertama dari pasangan Aan Syamsul Anwar dan R. Suherti. Penulis menyelesaikan studi di SMAN 1 Baregbeg, Ciamis, Jawa Barat pada tahun 2008 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Selama perkuliahan sebagai mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT), dan aktif dalam berbagai kepanitiaan seperti Seminar Nasional Ilmu Tanah IPB (2010), SOILYDARITY (2011), PILMITANAS (2011). Penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum Bioteknologi Tanah (2011).

Gambar

Gambar 1 Diagram alir penelitian
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Tabel 3 Kelas lereng DAS Ciwidey
Tabel 4 Luas penggunaan lahan DAS Ciwidey
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk curah hujan baik pada musim kemarau ataupun musim hujan mamberikan hubungan yang searah yaitu, semakin tinggi curah hujan, maka debit aliran sungai akan semakin tinggi,

Laju aliran atau debit aliran sungai dipengaruhi oleh karakteristik hujan yang jatuh dan karakteristik DAS.Karakteristik hujan meliputi tebal hujan, intensitas, dan

Ahmad Adli Harahap : Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Pada Wilayah Aliran Sungai Serdang…, 2006. USU Repository

Model persamaan perubahan debit aliran sungai DAS Ciliwung hulu yang dihasilkan dari analisis regresi berganda menghasilkan multikolinearitas tinggi antar peubah bebas

Daerah Aliran Sungai Batang Toru Perubahan tutupan lahan yang dominan di wilayah DAS Batang Toru pada pengamatan outlet Hapesong Baru periode 2014-2018 yaitu hutan lahan kering

Mengetahui kemampuan ketersediaan debit aliran sungai dan airtanah terhadap perubahan tata guna lahan DAS Prumpung terhadap kondisi eksisting (skenario 1) dan kondisi

Data curah hujan yang digunakan untuk perhitungan debit banjir adalah hujan yang terjadi pada daerah aliran sungai pada waktu yang sama.. Curah hujan yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengananalisis karakteristik curah hujan (CH harian, bulanan, dan tahunan), menganalisis erosivitas hujan (EI 30 ), dan untuk mengkaji