• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Bisnis Produk Kayu Lapis (Plywood) Di CV Hadir Jaya, Kabupaten Karawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Bisnis Produk Kayu Lapis (Plywood) Di CV Hadir Jaya, Kabupaten Karawang"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

1

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS PRODUK KAYU

LAPIS (

PLYWOOD

) DI CV HADIR JAYA,

KABUPATEN KARAWANG

ASEPT SETIAJI H34096008

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

ABSTRACT

CV Hadir Jaya is a company producing plywood that used as raw materials for the furniture company. The company uses waste from rubber wood in veneer form as raw material for plywood. This study aims to identify the internal and external factors, analyzing alternative business development strategy and recommend priority strategies used in developing the company's business.Research using the IFE, EFE, IE, SWOT and QSP matrix shows that the company's internal

(3)

ABSTRAK

(4)

2

RINGKASAN

ASEPT SETIAJI. Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Produk Kayu Lapis (Plywood) Di CV Hadir Jaya, Kabupaten Karawang. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan YUSALINA).

Kontribusi sektor hutan terhadap PDB nasional menjadikan produk yang berasal dari sektor ini sangat potensial untuk dikembangkan, terutama untuk produk olahan hasil hutan yang memiliki nilai tambah yang cukup tinggi. Perkembangan industri pengolahan kayu di Indonesia setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Salah satu jenis produk olahan kayu adalah kayu lapis (plywood). Kayu lapis merupakan produk komposit yang terbuat dari lembaran-lembaran vinir yang direkat bersama dengan susunan bersilangan tegak lurus. Kayu lapis termasuk kedalam salah satu golongan panel struktural, dimana arah penggunaan kayu lapis ini adalah untuk panel-panel struktural

CV Hadir Jaya adalah perusahaan produksi kayu lapis yang baru berkembang. Perusahaan ini memiliki visi dan misi yang jelas dan perusahaan harus dapat bersaing dengan perusahaan kayu lapis yang telah ada. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan bisnis kayu lapis di CV Hadir Jaya; (2) Merumuskan alternatif strategi pengembangan bisnis yang tepat untuk diterapkan oleh CV Hadir Jaya; dan (3) Merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan bisnis oleh CV Hadir Jaya.

Penelitian ini dilaksanakan pada CV Hadir Jaya yang berlokasi di Desa Suka Makmur, Karawang Jawa Barat. Penentuan responden menggunakan metode purposive sampling yang terdiri dari pihak internal yaitu pemilik perusahaan dan pihak eksternal yaitu pegawai Dinas Perindustrian Industri Tambang dan Energi (Disperintamben) Kabupaten Karawang. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif, dan analisis lingkungan perusahaan melalui analisis tiga tahap formulasi strategi. Alat bantu analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah matriks faktor internal (IFE), matriks faktor eksternal (EFE), matriks IE, analisis SWOT, dan matriks QSP (QSPM).

(5)

3

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS PRODUK KAYU LAPIS (PLYWOOD) DI CV HADIR JAYA,

KABUPATEN KARAWANG

ASEPT SETIAJI H34096008

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

4 Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Bisnis Produk Kayu Lapis (Plywood) Di

CV Hadir Jaya, Kabupaten Karawang Nama : Asept Setiaji

NRP : H34096008

Disetujui, Pembimbing

Dra. Yusalina, M.Si NIP 19650115 199003 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 1958 0908 1984 03 1 002

(7)

i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pengembangan Bisnis Produk Kayu Lapis (Plywood) Di CV Hadir Jaya, Kabupaten Karawang” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2013

(8)

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Asept Setiaji, lahir di Kota Medan, Sumatra Utara pada tanggal 20 September 1988. Anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Hamdani dan Ibunda Karlina.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak pada tahun 1994 di TK Melati Medan Marelan Kota Medan. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Melati Medan Marelan Kota Medan pada tahun 2000. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP Negeri 20 Kota Medan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Negeri 09 Kota Medan diselesaikan pada tahun 2006 dan menyelesaikan pendidikan tingkat Diploma pada Program Keahlian Supervisor Jaminan Mutu pangan di DPD IPB Kota Bogor pada tahun 2009.

(9)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Bisnis Produk Kayu Lapis (Plywood) Di CV Hadir Jaya, Kabupaten Karawang”. Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi pengembangan bisnis produk kayu lapis (plywood) di CV Hadir Jaya, Kabupaten Karawang.

Terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua, Bapak Hamdani dan Ibu Karlina. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dra. Yusalina, M.Si selaku dosen pembimbing, Dr.Ir Nunung Kusnadi, MS dan Ir. Narni Farmayanti, MS. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak A.S Hasibuan (CV Hadir Jaya) dan Bapak M. Nurdin Holis (Disperindagtamben Kabupaten Karawang). Terima kasih kepada seluruh dosen Departemen Agribisnis atas ilmu yang selama ini diberikan. Terima kasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis.

Penulis sangat menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, April 2013

(10)
(11)

v

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA CV

HADIR JAYA ... 59

7.1 Tahap Pemasukan ... 59

7.2 Tahap Pencocokan (Matching Stage) ... 62

7.3 Tahap Keputusan (Decision Stage) ... 69

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

8.1 Kesimpulan ... 72

8.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(12)

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Sumbangan devisa ekspor produk kayu olahan terhadap

devisa ekspor sektor kehutanan (US$ Juta) ... 4

2 Fungsi Dasar Manajemen Produksi ... 20

3 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal dan Eksternal Organisasi ... 28

4 Bentuk Matriks EFE ... 29

5 Bentuk MatriksIFE... 30

6 Matriks SWOT ... 32

7 Matriks QSPM ... 34

8 Komposisi Bahan Perekat (Glue) untuk produksi Kayu lapis ... 38

9 Daftar Harga Produk Kayu lapis pada CV Hadir Jaya 2010-2011 ... 46

10 Investasi Awal CV Hadir Jaya Tahun 2009 ... 47

11 Identifikasi Faktor-Faktor Internal CV Hadir Jaya ... 50

12 Kontribusi Sektor Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya terhadap Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Karawang Tahun 2008-2010 (Juta Rp). ... 51

13 Jumlah Penduduk JABODETABEK Tahun 2007- 2011 ... 52

14 Data pesaing usaha sejenis CV Hadir Jaya Tahun 2012 ... 54

15 Identifikasi Faktor-faktor Eksternal CV Hadir Jaya Tahun 2012 ... 58

16 Analisis Matriks IFE CV Hadir Jaya ... 60

17 Analisis Matriks EFE CV Hadir Jaya ... 61

(13)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Nilai Tambah Perusahaan Pengolahan Kayu Tahun

2001-2008 ... 1

2 Jumlah Perusahaan Pengolahan Kayu Indonesia Tahun 2001-2008 ... 2

3 Contoh Produk Kayu Lapis ... 3

4 Perkembangan Ekspor Kayu Lapis Indonesia (US$) Tahun 2006-2010 ... 4

5 Model Komprehensif Manajemen Strategis ... 16

6 Kerangka Operasional Penelitian ... 25

7 Matriks IE ... 31

8 Bahan baku (vinir) yang digunakan dan penyimpanan ... 38

9 Bahan baku perekat Urea Formaldehida ... 39

10 Produk Kayu Lapis CV Hadir Jaya Tahun 2012 ... 44

11 Proses Pengamplasan dan Pemotongan Kayu Lapis CV Hadir Jaya Tahun 2012 ... 48

12 Matriks Internal – Eksternal (IE) CV Hadir Jaya ... 63

(14)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Penerimaan CV Hadir jaya Tahun 2010 ... 76

2 Penerimaan CV Hadir jaya Tahun 2011 ... 77

3 Pendapatan CV Hadir Jaya Tahun 2010-2011 ... 78

4 Permintaan Produk Kayu Lapis CV Hadir Jaya Tahun 2010-2011 ... 79

5 Lokasi Perusahaan CV Hadir Jaya 2013 ... 80

6 Matriks Banding Berpasangan Untuk Pembobotan Faktor Internal ... 81

7 Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis ... 83

8 Hasil Pembobotan Rata-rata Faktor Internal Stategis pada CV Hadir Jaya ... 85

9 Hasil Rating Rata-rata Faktor Strategis Internal Pada CV Hadir Jaya ... 86

10 Matriks Banding Berpasangan Untuk Pembobotan Faktor Eksternal ... 87

11 Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis Pada CV Hadir Jaya ... 89

12 Hasil Pembobotan Rata-rata Faktor Strategi Eksternal Pada CV Hadir Jaya ... 91

13 Hasil Rating Rata-rata Faktor Strategi Eksternal Pada CV Hadir Jaya ... 92

14 Analisis Matriks QSP (QSPM) Pada CV Hadir Jaya ... 93

15 Potensi perusahaan furniture berbahan baku kayu lapis ... 97

(15)

1

I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Luas hutan Indonesia yang mencapai 138 juta hektare dengan kontribusi PDB dari sektor hutan sebesar dua persen terhadap PDB nasional yaitu 0,77 persen dari kehutanan dan 0,92 persen industri kayu (BPS 2010)1. Kontribusi sektor hutan terhadap PDB nasional menjadikan produk yang berasal dari sektor ini sangat potensial untuk dikembangkan, terutama untuk produk olahan hasil hutan yang memiliki nilai tambah yang cukup tinggi. Nilai tambah yang dihasilkan oleh produk olahan hasil hutan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Nilai Tambah Perusahaan Produk Olahan Kayu (dalam Milyar Rupiah) Tahun 2001 – 2008

Sumber: BPS, 2012 (diolah)

Perkembangan industri pengolahan kayu di Indonesia setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Pergerakan jumlah perusahaan pengolahan kayu dapat dilihat pada Gambar 2. Salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan ini adalah kondisi perekonomian nasional. Krisis moneter yang terjadi pada periode waktu 2007-2008 memberikan imbas cukup sinifikan pada industri olahan kayu nasional.

(16)

2

Gambar 2. Jumlah Perusahaan Pengolahan Kayu Indonesia tahun 2001 - 2008 Sumber: BPS, 2012 (diolah)

Secara umum, perusahaan pengolahan kayu di Indonesia menghasilkan beberapa jenis kayu olahan. Berdasarkan jenis kayu olahan untuk furniture, produk kayu olahan digolongkan ke dalam beberapa jenis, yaitu (1) kayu solid, (2) kayu lapis (Plywood), (3) Blockboard, (4) kayu MDF, dan (5) particle board 2.

Salah satu jenis produk olahan kayu adalah kayu lapis (Gambar 3). Kayu lapis merupakan produk komposit yang terbuat dari lembaran-lembaran vinir yang direkat bersama dengan susunan bersilangan tegak lurus. Kayu lapis termasuk kedalam salah satu golongan panel struktural, dimana arah penggunaan kayu lapis ini adalah untuk panel-panel struktural. Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa, kayu lapis adalah produk panel yang terbuat dengan merekatkan sejumlah lembaran vinir atau merekatkan lembaran vinir pada kayu gergajian, dimana kayu gergajian sebagai bagian intinya/core (yang lebih dikenal sebagai wood core plywood). Arah serat pada lembaran vinir untuk face dan core adalah saling tegak lurus, sedangkan antar lembaran vinir untuk face saling sejajar.

(17)

3 Gambar 3. Contoh Produk Kayu Lapis (Plywood)3

Produk kayu lapis telah banyak dikenal, laju pertumbuhan produksinya bersifat fluktuatif selama 10 tahun terakhir. Laju produksi rata-rata mencapai 27,08 persen (BPS, 2012). Kondisi tersebut disebabkan karena kondisi permintaan terhadap kayu lapis yang bersifat berfluktuatif pula. Permintaan ini berimbas langsung pada penjualan kayu lapis. Salah satu gambaran fluktuasi ini dapat dilihat dari sumbangan devisa ekspor kayu lapis yang mengalami fluktuasi dari tahun 1999 hingga 2009 (Tabel 1). Dengan demikian, secara garis besar perusahaan dihadapkan pada permintaan yang fluktuatif serta dituntut untuk mengantisipasi permintaan pasar tersebut dengan merencanakan strategi pengembangan bisnis kayu lapis tersebut. Disamping itu, saat ini perusahaan-perusahaan mengalami masa pengembangan produk baru yang dihubungkan dengan penambahan atau ekspansi pasar serta perencanaan produksi yang baik.

Sekitar 80 persen pemasaran kayu lapis Indonesia berorientasi pada pasar ekspor4. Perkembangan ekspor kayu lapis nasional dapat dilihat pada Gambar 4. Hal ini merupakan peluang bagi industri kayu lapis nasional untuk meningkatkan kapasitas produksi kayu lapis. Peluang lain tercipta ketika permintaan terhadap kayu lapis meningkat dari kawasan Asia, khususnya negara Jepang untuk memenuhi kebutuhan pembangunan mereka pasca tsunami. Volume ekspor ke

3 www.indonesiafinancetoday.com. Ekspor kayu lapis nasional diperkirakan meningkat diakses pada tanggal 08 Agustus 2012

(18)

4 negara itu diprediksikan akan meningkat sekitar 10 persen menjadi 1,02 juta meter kubik dari tahun lalu sebesar 931.961 meter kubik5.

Gambar 4. Perkembangan Ekspor Kayu Lapis Indonesia (US$) Tahun 2006-2010

Sumber: BPS (2012)

Produk kayu lapis merupakan komponen penting dalam perdagangan ekspor produk kayu olahan. Persentase sumbangan devisa yang dihasilkan oleh kegiatan ekspor kayu lapis selalu memberikan nilai yang signifikan. Sumbangan devisa ekspor produk kayu olahan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sumbangan devisa ekspor produk kayu olahan terhadap devisa ekspor sektor kehutanan (US$ Juta)

Tahun Nilai Ekspor Sektor Kehutanan

Nilai Ekspor Kayu Lapis

(%)

Nilai Ekspor Blockboard

(%)

Nilai Ekspor MDF

(%)

2005 7308.9 29.35 15.43 17.29

2006 7911.4 25.1 11.19 15.28

2007 7616.1 24.31 12.74 15.42

2008 5568.6 27.43 12.32 17.03

2009 5490.6 29.35 15.43 17.29

Sumber: Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian RI, 2012 (diolah)

(19)

5 Salah satu lokasi produksi kayu lapis adalah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan daerah yang berkembang pesat karena perkembangan pada sektor industri dalam skala besar (kawasan industri), sedang dan kecil (zona industri). Luas lahan industri di Kabupaten Karawang, seluruhnya berjumlah ±19.005,1 Ha6. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang produksi kayu lapis ini adalah CV hadir Jaya, CV Puma, dan CV Cahaya Abadi. Perusahaan-perusahaan ini bersaing dalam mengembangkan bisnisnya. Persaingan dalam produksi kayu lapis di Kabupaten Karawang berpotensi meningkat, mengingat Kabupaten Karawang merupakan salah satu pusat kawasan industri terbesar di Indonesia.

1.2Perumusan Masalah

CV Hadir Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang produk olahan kayu yaitu kayu lapis yang berlokasi di kab. Karawang. Bisnis ini mulai didirikan sejak tahun 2010 dan menempati area luas lahan hingga saat ini mencapai 600 m2. Bisnis ini didirikan dengan modal awal Rp. 250.000.000 yang merupakan modal Bapak Hasibuan. Sampai akhir 2012 aset CV Hadir Jaya telah mencapai kurang lebih Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah). Bahan baku kayu lapis yang digunakan oleh CV Hadir Jaya adalah jenis kayu karet (sudah berbentuk veneer) yang merupakan limbah sisa industri yang berasal dari Lampung, Tanggerang, dan Sukabumi. Pemasaran CV Hadir Jaya dilakukan untuk skala lokal. Sampai saat ini CV Hadir Jaya mempunyai target pasar ke perusahaan atau industri yang bergerak di bidang pengolahan kayu dari bahan baku setengah jadi. Saat ini CV Hadir Jaya mempunyai tiga mitra usaha, yaitu Johanes Chair, Teda Chair, dan CV Helindo.

Perusahaan CV Hadir Jaya sejauh ini belum memiliki rencana pengembangan bisnis yang jelas. Hal ini mengakibatkan perusahaan memiliki keterbatasan dalam menjalankan kegiatan bisnis produk kayu lapis. CV Hadir Jaya dituntut untuk mampu bertahan dan mengembangkan bisnis.

(20)

6 Jumlah produk kayu lapis yang diproduksi oleh perusahaan saat ini masih tergantung pesanan kayu lapis yang masuk ke perusahaan, hal ini menyebabkan penerimaan per bulan dari CV Hadir Jaya mengalami fluktuasi (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Pendapatan yang diperoleh CV Hadir Jaya dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami peningkatan (Lampiran 3). Permintaan terhadap produk kayu lapis pada CV Hadir Jaya mengalami kenaikan (Lampiran 4).

Persaingan usaha antar produsen kayu lapis juga terjadi. Para pesaing akan mengambil kesempatan untuk mengambil pasar. Kayu lapis impor dapat dijadikan peringatan bagi persaingan bisnis ini. Para produsen kayu lapis harus dapat menjaga kondisi perusahaan cukup kondusif agar dapat menghadapi persaingan bisnis yang ada.

Akses terhadap informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan adalah suatu kebutuhan bagi perusahaan. Informasi ini seperti perkembangan pasar produk kayu lapis, ketersediaan bahan baku kayu lapis dan perkembangan teknologi dalam bisnis produksi kayu lapis. Keterbatasan akses terhadap informasi dapat mengakibatkan keterbatasan perusahaan dalam mengembangkan bisnisnya.

Kegiatan pemasaran oleh CV Hadir Jaya belum dilakukan dengan baik. Produk kayu lapis yang dihasilkan oleh perusahaan masih terbatas. Saat ini, CV Hadir Jaya hanya memproduksi empat jenis kayu lapis untuk bahan baku furniture berdasarkan ukuran yaitu R1A, R1D, D4 dan D6. Promosi produk kayu lapis yang dilakukan juga masih terbatas. Bapak A.S Hasibuan selaku pemilik perusahaan memanfaatkan jaringan yang dimiliki untuk memasarkan produk kayu lapis. Kawasan pemasaran produk kayu lapis sejauh ini hanya tersebar di daerah jakarta dan tangerang. Jika dilihat dari potensi yang ada, CV Hadir Jaya seharusnya dapat memasarkan produknya ke perusahaan-perusahaan furniture yang lain (lampiran 13).

(21)

7 membantu petani kayu dan juga produsen kayu olahan untuk dapat meningkatkan pendapatan.7

Adanya permasalahan diatas melatar belakangi dilakukannya perumusan strategi pengembangan bisnis yang tepat bagi CV Hadir Jaya untuk menjamin keberlangsungan bisnis serta perkembangan bisnis ke arah yang lebih baik. Untuk itu diperlukan sebuah penelitian mengenai strategi pengembangan bisnis seperti apa yang dapat diterapkan oleh CV Hadir Jaya secara lebih lanjut. Pada CV Hadir Jaya belum pernah dilakukan kajian strategi pengembangan bisnis. Oleh karena itu perumusan masalah pada penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :

1. Faktor-faktor internal dan eksternal apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan bisnis kayu lapis di CV Hadir Jaya ?

2. Strategi apa saja yang dapat dikembangkan dalam upaya mengembangkan bisnis kayu lapis CV Hadir Jaya?

3. Prioritas strategi dan kebijakan apa saja yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan bisnis kayu lapis CV Hadir Jaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menjawab seluruh rumusan permasalahan yang diidentifikasi dalam penelitian. Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan bisnis kayu lapis di CV Hadir Jaya

2. Merumuskan alternatif strategi pengembangan bisnis yang tepat untuk diterapkan oleh CV Hadir Jaya.

3. Merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan bisnis oleh CV Hadir Jaya.

(22)

8

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. CV Hadir Jaya, memberikan masukan untuk menjadi pertimbangan dalam perencanaan, penetapan strategi dan kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan pengembangan bisnis perusahaan.

2. Penulis, Penelitian ini untuk melatih kemampuan dalam menganalisis masalah serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai pengambilan strategi pengembangan bisnis yang tepat.

(23)

9

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Bisnis Kayu Olahan

Penelitian yang berhubungan dengan bisnis kayu olahan sudah banyak dilakukan. Penelitian ini menggambarkan kondisi bisnis kayu lapis yang ada. Santoso (2008), melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kayu lapis indonesia di pasar internasional. Alat analisis yang digunakan adalah EViews (Econometric Views). Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga kayu lapis internasional berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor kayu lapis. Hal ini berarti semakin meningkat harga kayu lapis internasional maka akan menurunkan nilai ekspor kayu lapis. Kurs rupiah berpengaruh positif terhadap nilai ekspor kayu lapis. Hal ini berarti semakin tinggi nilai kurs rupiah maka akan meningkatkan nilai ekspor kayu lapis. Pajak ekspor berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor kayu lapis. Hal ini berarti jika pajak ekspor meningkat maka akan menurunkan nilai ekspor kayu lapis.

Pada penelitian yang lain, dibahas mengenai kemungkinan pengembangan ekspor industri kayu lapis Indonesia. Ginarsa (1996) telah melakukan penelitian mengenai kajian potensi dan permasalahan pengembangan ekspor industri kayu lapis indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah SWOT. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan keunggulan komparatif dari produk kayu lapis Indonesia dan difersivikasi produk merupakan salah satu modal dasar dalam peningkatan ekspor KLI. Strategi kebijakan diferensiasi harga dengan prinsip menjual produk di pasar tertentu. pada waktu tertentu dan ditujukan kepada konsumen tertentu dengan ukuran dan jenis produk tertentu pula. Perbedaan antara penelitian tersebut dengan yang dilakukan penulis adalah alat analisis yang digunakan. Ginarsa (1996) menggunakan alat analisis SWOT sedangkan penulis menggunakan alat analisis IE, SWOT dan QSPM.

(24)

10 berganda dan model fungsi Cobb Douglass, dan dari kedua model tersebut selanjutnya dipilih satu model terbaik berdasarkan asumsi OLS (Ordinary Least square) dan pengujian statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model terbaik untuk menduga fungsi produksi kedua produk adalah model Cobb Douglass dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) dan MSE nya. Faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan adalah tenaga kerja, listrik, dan bahan baku sengon. Kondisi optimal dari produk solid laminating dapat tercapai apabila penggunaan kayu sengon dikurangi 55,84 m3, tenaga kerja ditambah menjadi 3475,62 HK, dan listrik perlu dikurangi menjadi 146.734,5 kwh. Sedangkan untuk produk finger joint stick laminating, penggunaan kayu sengon, tenaga kerja, dan listrik perlu ditingkatkan berturut-turut tingkat optimalnya sebesar 77,85 m3, 2431,8 HK, dan 85,546,71 kwh.

2.2Strategi Bisnis Kayu Olahan

Strategi bisnis banyak menjadi penelitian bagi para peneliti sebelumnya. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan harus dapat mengikuti perubahan lingkungan yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangaan bisnisnya untuk dapat bersaing.

Salah satu penelitian strategi bisnis pada produk kayu olahan telah dilakukan oleh Pramono (2006). Penelitian yang dilakukan oleh Pramono (2006) mengenai analisis strategi pengembangan perusahaan pada hak pengusahaan hutan industri (HPHTI) dengan studi kasus di PT Inhutani II Unit usaha kalimantan Selatan, Sub Unit Hutan Tanaman Industri Semaras. Metode analisis yang digunakan adalah IFE, EFE, IE dan SWOT. Selain itu juga digunakan metode untuk mengukur tingkat kesehatan perusahaan, yakni ROE, ROI, rasio kas, rasio lancar, CP (Collections period), PP (Perputaran Persediaan), TATO (Total Asset Turn Over) ,dan TMS (Total Modal Sendiri) terhadap TA (Total Asset).

(25)

11 kekuatan dan peluang yang dimiliki lebih besar dari ancaman yang dihadapi. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa Sub Unit Hutan Tanaman Industri Semaras perlu menggunakan prioritas alternatif strategi WO ( weaknesses-Opportunities) yaitu melakukan perbaikan dalam upaya pemenuhan permintaan pasar baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas dan melakukan perbaikan sistem pemanenan untuk meningkatkan mutu produk yang dihasilkan.

Penelitian mengenai strategi pengembangan bisnis kayu olahan bertujuan untuk mengetahui kondisi internal dan eksternal bisnis kayu olahan tersebut. Fauziah (2009) telah melakukan penelitian mengenai analisis strategi pengembangan usaha pengolahan vinir sengon CV Cahaya Abadi, Kabupaten Kendal. Tujuannya adalah menganalisis lingkungan internal dan eksternal yang dapat menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi CV Cahaya Abadi. Selain itu penelitian juga bertujuan merumuskan alternatif strategi dan prioritas strategi yang dapat dilakukan oleh CV Cahaya Abadi.

Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan berdasarkan analisa matriks IE dan SWOT diperoleh tujuh alternatif strategi pengembangan usaha CV Cahaya Abadi, yaitu: (a) Meningkatkan promosi; (b) Meningkatkan pelayanan kepada konsumen; (c) Mempertahankan dan meningkatkan hubungan baik dengan pengumpul sengon; (d) Melakukan efisiensi biaya produksi; (e) Membangun hubungan kemitraan dengan petani; (f) Penggunaan teknologi untuk meningkatkan kualitas produk; dan (g) Melakukan grading pada produk. Berdasarkan analisis dengan matriks QSP diperoleh alternatif strategi prioritas yaitu meningkatkan promosi.

(26)

12 dan mengembangkan pangsa pasar, dipengaruhi akan teknik dan pengalaman dari sisi penguasaan dan pemahaman akan perkembangan mengenai perilaku maupun budaya pembeli/pelanggan pengimpor kayu.

Kemampuan produsen/pemasok kayu pada masa mendatang dalam memasuki pasar dunia, yang dipengaruhi oleh adanya usaha memenuhi tuntutan dunia dalam hal lingkungan. Lingkungan itu meliputi adanya keharusan dari mulai penebangan sampai dengan hasil proses produksi. Disamping itu perlu mencantumkan label sebagai pertanda bahwa kayu tebang dan hasil produksinya telah memperhatikan kepedulian dunia dalam hal kepedulian terhadap lingkungan hidup. Besar kecilnya atau tinggi rendahnya hasil penjualan berbagai produk kayu, baik ditinjau dari volume maupun nilai uang yang dicapai oleh Indonesia, dipengaruhi oleh adanya pembatasan ekspor kayu glondongan maupun kayu gergajian, yang diwujudkan melalui tarif pajak ekspor kayu yang tinggi.

Kajian mengenai penelitian terdahulu berguna sebagai acuan dalam merumuskan permasalahan dengan latar belakang permasalahan penelitian mengenai strategi pengembangan bisnis kayu olahan. Pramono (2006) dan Fauziah (2009) memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Kesamaan tersebut terlihat pada beberapa alat analisis yang digunakan. Alat analisis tersebut adalah IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM.

(27)

13

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Manajemen Strategis

Menurut David (2006), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapat tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi.

Manajemen strategis memberikan berbagai manfaat bagi organisasi, karena memungkinkan suatu organisasi untuk proaktif dalam menentukan masa depannya; memungkinkan perusahaan untuk memulai memengaruhi aktivitas organisasinya, sehingga memiliki kontrol terhadap masa depan organisasinya. Secara historis, manfaat utama manajemen strategis telah membantu organisasi memformulasikan strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis dan rasional untuk pilihan strategis.

Secara spesifik, manajemen strategis memiliki dua jenis manfaat, yaitu manfaat finansial dan manfaat nonfinansial. Dari sisi finansial, organisasi yang menerapkan konsep manajemen strategis lebih menguntungkan dan berhasil dibandingkan organisasi lain yang tidak menggunakannya. Hal ini disebabkan perusahaan yang memiliki kinerja tinggi cenderung melakukan perencanaan yang sistematis untuk mempersiapkan fluktuasi dimasa depan dalam lingkungan eksternal dan internalnya. Perusahaan dengan sistem perencanaan yang sangat mirip dengan teori manajemen strategis menunjukkan kinerja keuangan jangka panjang yang lebih baik dibanding industrinya, serta juga menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam penjualan, profitabilitas dan produktivitas dibandingkan dengan perusahaan tanpa aktivitas perencanaan yang sistematis.

(28)

14 karyawan, mengurangi keengganan untuk berubah, dan pengertian yang lebih baik atas hubungan antara kinerja dan penghargaan.

Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki strategi masing-masing untuk menghadapi persaingan. Menurut David (2006), terdapat beberapa alternatif strategi utama yang dapat diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu:

1) Strategi Integrasi

a) Strategi integrasi ke depan, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer perusahaan.

b) Strategi integrasi ke belakang, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pemasok perusahaan.

c) Strategi integrasi horizontal, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pesaing perusahaan.

2) Strategi Intensif

a) Strategi penetrasi pasar, yaitu dimana perusahaan sebaiknya meningkatkan pangsa pasar suatu produk atau jasa melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih besar, misalnya dengan menambah tenaga penjual, biaya iklan, promosi penjualan atau usaha-usaha promosi lainnya. Jadi, tujuan dari strategi ini yaitu untuk meningkatkan pangsa pasar melalui usaha pemasaran yang lebih besar.

b) Strategi pengembangan pasar, yaitu suatu strategi yang bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk atau jasa yang ada sekarang ke daerah-daerah yang secara geografis merupakan daerah-daerah baru. Tujuan dari strategi ini yaitu untuk memperbesar pangsa pasar.

(29)

15 3) Strategi Diversifikasi

a) Strategi diversifikasi konsentrik, yaitu suatu strategi dengan cara menambah produk atau jasa yang baru tetapi masih saling berhubungan dengan produk atau jasa yang lama. Jadi, tujuan strategi ini yaitu untuk membuat produk baru yang berhubungan untuk pasar yang sama.

b) Strategi diversifikasi konglomerat, yaitu suatu strategi dimana perusahaan menambahkan produk atau jasa yang baru namun tidak saling berhubungan dengan produk atau jasa yang lama. Strategi ini bertujuan untuk menambah produk baru yang tidak saling berhubungan untuk pasar yang berbeda

c) Strategi diversifikasi horizontal, yaitu suatu strategi dimana perusahaan menambahkan produk atau jasa pelayanan yang baru, yang tidak saling berhubungan namun untuk konsumen yang sudah ada. Jadi, tujuan dari strategi ini yaitu untuk memuaskan konsumen yang sama melalui penambahan produk atau jasa baru.

4) Strategi Bertahan

a) Strategi penciutan biaya, yaitu dimana perusahaan melakukan pengurangan biaya dan aset perusahaan dengan tujuan menghemat biaya agar keuntungan dapat dipertahankan dengan cara menjual sebagian aset perusahaan.

b) Strategi penciutan usaha, yaitu dimana perusahaan menjual satu divisi atau bagian dari perusahaan untuk menambah modal dari suatu rencana investasi.

(30)

16

3.1.2. Proses Manajemen Strategi

Proses manajemen strategi bersifat dinamis dan berkelanjutan. Adanya suatu peubahan pada komponen utama dalam model, dapat menyebabkan perubahan pada salah satu atau semua komponen lainnya. Model manajemen strategis menggambarkan perubahan pendekatan yang jelas dan praktis mengenai formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi. Hubungan antar bagian utama dalam proses manajemen strategi ditampilkan dalam Gambar 5.

Gambar 5. Model Komprehensif Manajemen Strategis (Sumber : David, 2006)

Menurut David (2006), untuk membuat suatu konsep manajemen strategis yang baik dan dapat diterapkan oleh perusahaan, maka diperlukan suatu proses manajemen strategis yang terdiri dari tiga tahap: formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.

3.1.3. Analisis Lingkungan Internal

Faktor lingkungan internal yaitu segala faktor yang terkait dengan fungsi perusahaan tersebut yang dapat menunjukkan adanya kekuatan atau kelemahan perusahaan yang sifatnya dapat dikendalikan oleh pemimpin perusahaan. Menurut

(31)

17 David (2006), kekuatan dan kelemahan internal merupakan aktivitas organisasi yang dapat dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk. Faktor-faktor internal ini muncul dalam aktivitas manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen dari sebuah bisnis.

1. Manajemen

Fungsi dari manajemen terdiri dari lima dasar aktivitas diantaranya:

a. Perencanaan: semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan. Tugas spesifik termasuk meramalkan, menetapkan sasaran, menentukan strategi, mengembangkan kebijakan dan menetapkan sasaran.

b. Pengorganisasian: termasuk semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur tugas dan hubungan wewenang. Bidang spesifik termasuk desain organisasi, spesialisasi pekerjaan, uraian pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, rentang kendali, kesatuan komando, desain pekerjaan dan analisis pekerjaan. b. Pemotivasian: termasuk usaha yang diarahkan untuk membentuk tingkah laku

manusia. Topik spesial termasuk kepemimpinan, komunikasi, kerja kelompok, modifikasi tingkah laku, delegasi wewenang, pemerkaryaan pekerjaan, kepuasaan pekerjaan, pemenuhan kebutuhan, perubahan organisasi, moral karyawan dan moral manajerial,

c. Pengelolaan staf: aktivitas pengelolaan staf dipusatkan pada manajemen personalia atau sumberdaya. Bagian yang termasuk yaitu: administrasi upah dan gaji, tunjangan karyawan, wawancara, penerimaan, pemecatan, pelatihan, pengembangan manajemen, keselamatan karyawan, tindakan afirmatif (pembenaran) peluang kerja yang sama, pengembangan karier, riset personalia, kebiakan kedisiplinan dan hubungan dengan masyarakat.

(32)

18 2. Aspek Pemasaran

Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa (David, 2006). Dalam rangka inilah, maka setiap perusahaan perlu selalu menetapkan dan menerapkan strategi dan cara pelaksanaan kegiatan pemasarannya. Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah strategi bauran pemasaran, yang merupakan strategi yang dijalankan perusahaan, yang berkaitan dengan penentuan bagaimana perusahaan menjanjikan penawaran produk pada segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarnya.

Variabel strategi bauran pemasaran tersebut adalah: a. Strategi Produk

Strategi produk dalam hal ini adalah menetapkan cara dan penyediaan produk yang tepat bagi pasar yang dituju, sehingga dapat memuaskan para konsumennya sekaligus dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang, melalui peningkatan penjualan dan peningkatan pangsa pasar.

Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu/kualitas, penampilan, pilihan yang ada, gaya, merek, pengemasan, ukuran, jenis, macam, jaminan, dan pelayanan. Sedangkan strategi produk yang dapat dilakukan mencakup keputusan tentang acuan/bauran produk, merek dagang, cara pembungkusan/kemasan produk, tingkat mutu/kualitas dari produk dan pelayanan yang diberikan.

b. Strategi Harga

Strategi penetapan harga sangat penting terutama untuk menjaga dan meningkatkan posisi perusahaan di pasar, yang tercermin dalam pangsa pasar perusahaan, disamping untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan perusahaan.

(33)

19 pengaruh harga terhadap produk substitusi dan produk komplementer, serta potongan harga untuk para penyalur dan konsumen.

c. Strategi Distribusi

Kegiatan distribusi atau penyaluran merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ke konsumen pada waktu yang tepat. Oleh karena itu, kegiatan penyaluran merupakan salah satu kebijakan pemasaran terpadu yang mencakup penentuan saluran pemasaran dan distribusi fisik. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu: saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi, persediaan dan alat transportasi.

d. Strategi Promosi

Suatu produk betapapun bermanfaat akan tetapi jika tidak dikenal oleh konsumen, maka produk tersebut tidak akan diketahui manfaatnya dan mungkin tidak dibeli oleh konsumen. Oleh karena itu dalam menunjang keberhasilan kegiatan pemasaran yang dilakukan dan efektifnya rencana pemasaran yang disusun, maka perusahaan haruslah menetapkan dan menjalankan strategi promosi yang tepat. Unsur-unsur dari strategi promosi terdiri dari: iklan, penjualan personal, promosi penjualan, dan publisitas.

3. Aspek Keuangan atau Akuntansi

Analisis keuangan merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan organisasi dalam area investasi, pendanaan dan deviden. Beberapa hal yang dikaji dalam aspek keuangan yaitu mengenai bagaimana analisis keuangan perusahaan, kemampuan perusahaan menghasilkan modal jangka pendek dan jangka panjang, kecukupan modal perusahaan, prosedur penganggaran modal, kebijakan pembayaran dividen, serta hubungan dengan investor dan pemegang saham.

4. Aspek Produksi atau Operasi

(34)

20

Tabel 2. Fungsi Dasar Manajemen Produksi

Fungsi Deskripsi

Proses Keputusan proses berhubungan dengan desain dari sistem produksi fisik.

Kapasitas Keputusan kapasitas berhubungan dengan penentuan tingkat output yang optimal untuk organisasi.

Persediaan Keputusan persediaan mencakup pengelolaan tingkat bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi.

Tenaga Kerja

Keputusan tenaga kerja berhubungan dengan pengelolaan

karyawan yang terampil, tidak terampil, klerikal, dan manajerial. Kualitas Keputusan kualitas ditujukan untuk memastikan bahwa barang dan

jasa yang diproduksi berkualitas tinggi. Sumber: David,2006

1. Aspek Sumber Daya Manusia

Sumberdaya manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi dapat disebut pekerja, karyawan atau tenaga kerja. Perusahaan akan berjalan dengan lancar apabila didukung juga dengan sumber daya manusia yang baik dan mampu menjalankan sistem tersebut. Kualitas sumber daya manusia yang baik dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan dipandang sebagai aset yang berharga begi perusahaan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menganalisis kemampuan sumberdaya manusia adalah keterampilan karyawan dan modal kerja karyawan, efektifitas insentif yang digunakan untuk memotivasi prestasi.

3.1.4. Analisis Lingkungan Eksternal

Faktor lingkungan eksternal merupakan faktor-faktor yang pada dasarnya terletak di luar dan terlepas dari perusahaan (Umar, 2008). Faktor-faktor lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman yang berada diluar kendali perusahaan seperti :

1. Aspek Politik

(35)

21 keadaan dunia usaha. Beberapa hal terkait dengan faktor politik yang perlu diperhatikan yaitu: undang-undang tentang lingkungan dan berburuhan, peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintahan, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan.

2. Aspek Ekonomi

Menurut Umar (2008), kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan yaitu: siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga kerja.

3. Aspek Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan

Menurut David (2006), perubahan sosial, budaya, demografi dan lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap hampir semua produk, jasa dan pelanggan. Adanya kondisi yang selalu berubah-ubah tersebut sebaiknya diantisipasi oleh perusahaan, misalnya perubahan sikap, gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan.

4. Aspek Teknologi

Menurut Umar (2008), kemajuan perkembangan teknologi yang begitu pesat, baik dibidang bisnis maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis sangat mempengaruhi keadaan usaha suatu perusahaan. Agar setiap kegiatan bisnis dapat terus berjalan terus-menerus, maka perusahaan harus selalu mengikuti perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk dan jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya.

5. Aspek Persaingan

Hakikat persaingan di suatu industri tertentu dapat dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuatan : (1) persaingan antarperusahaan saingan, (2) potensi masuknya pesaing baru, (3) potensi pengembangan produk-produk pengganti , (4) daya tawar pemasok dan (5) daya tawar konsumen (Porter, 1991).

 Persaingan Antar Perusahaan Saingan

(36)

22 persaingan sempurna, biasanya akan memaksa perusahaan menjadi follower termasuk dalam harga produk. Intensitas persaingan antarperusahaan saingan cenderung meningkat ketika jumlah pesaing bertambah, ketika pesaing lebih setara dalam hal ukuran dan kapabilitas, ketika permintaan akan produk industri itu menurun dan ketika potongan harga menjadi lazim. Persaingan juga meningkat manakala konsumen dapat beralih merek dengan mudah; ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi; tatkala biaya tetap tinggi; kala produk bisa rusak atau musnah; ketika perusahaan pesaing beragam dalam hal strategi, asal-usul, dan budaya; serta manakala merger dan akusisi lazim di dalam industri. Saat persaingan antarperusahaan saingan meningkat, laba industri menurun, dalam beberapa kasus sampai pada titik di mana sebuah industri menjadi tidak menarik.

 Potensi Masuknya Pesaing Baru

Sebuah perusahaan yang masuk sebagai pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadi perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas dan pada akhirnya intensitas persaingan antarperusahaan akan meningkat. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang sudah ada.

 Potensi Pengembangan Produk Pengganti

(37)

23

 Daya Tawar Pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi perusahaan dengan kemampuan mereka untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk dan pelayanan. Pemasok atau kelompok pemasok kuat jika memenuhi persyaratan antara lain : jumlah pemasok sedikit, produk atau jasa unik dan atau produk itu memiliki biaya pengganti yang menambah kekuatan, produk pengganti tidak tersedia, pemasok dapat mengintegrasi ke depan dan bersaing secara langsung dengan pelanggan, serta kepentingan pelanggan lebih tinggi.

 Daya Tawar Konsumen

Pembeli mampu mempengaruhi perusahaan melalui kemampuan mereka untuk menekan turunnya harga, permintaan terhadap kualitas mutu dan pelayanan serta memainkan peran untuk melawan satu pesaing dengan lainnya. Beberapa kondisi yang mungkin dihadapi perusahaan sehubungan dengan kekuatan ini antara lain yaitu pembeli membeli sebagaian besar dari produk perusahaan, pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan, sifat produk tidak terdeferensiasi dan banyak pemasok, switching value pemasok kecil, pembeli mempunyai tingkat keuntungan rendah sehingga sensitif terhadap harga dan diferensiasi servis, dan produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli sehingga pembeli mudah mencari subsitusinya. Ketika konsumen berkonsentrasi atau berbelanja atau membeli dalam volume besar, daya tawar mereka dapat mempresentasikan kekuatan besar yang mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Peluang bisnis adalah suatu arena yang menarik untuk tindakan pemasaran produk dimana suatu bisnis dapat meraih keuntungan (Kotler, 2009). Berbagai peluang harus diidentifikasi sesuai dengan daya tarik peluang itu dan kemungkinan keberhasilan yang akan dicapai perusahaan dari setiap peluang.

(38)

24 yaitu di Jakarta, Banten, Bogor, dan Bekasi. Meski pendapatan CV Hadir Jaya meningkat, perusahaan dihadapkan pada beberapa masalah, baik yang bersumber dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) industri. Keberadaan pesaing lokal semakin memperketat persaingan dalam pemasaran produk CV Hadir Jaya sehingga memaksa perusahaan untuk merumuskan strategi terbaik agar tetap bertahan dan bersaing. Akses perusahaan terhadap informasi juga sebagai kendala bagi CV Hadir Jaya dalam menjalankan bisnis produksi kayu lapis.

Agar bisnis kayu lapis yang dilakukan oleh CV Hadir Jaya dapat berkembang dengan baik, diperlukan suatu perumusan strategi pengembangan bisnis yang tepat untuk dapat diterapkan oleh perusahaan. Perumusan strategi pengembangan bisnis ini akan melalui tiga tahap kerangka pengambilan keputusan, yang diawali dengan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi bisnis kayu lapis CV Hadir Jaya tersebut. Analisis lingkungan internal yaitu berupa identifikasi kekuatan dan kelemahan dari bisnis tersebut, yang kemudian dirangkum dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Sedangkan analisis lingkungan eksternal yaitu berupa identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh bisnis tersebut, yang kemudian dirangkum dalam matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE). Tahap berikutnya yaitu menggabungkan antara analisis faktor internal dan faktor-faktor eksternal dalam suatu bentuk matriks SWOT.

(39)

25

Gambar 6. Kerangka Operasional Penelitian Strategi Pengembangan Bisnis Produk Kayu Lapis (Plywood) Di CV Hadir Jaya, Karawang,

 Keterbatsan pada akses informasi bisnis

Analisis Lingkungan Internal

(40)

26

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di CV Hadir Jaya yang berlokasi di Desa Suka Makmur, Karawang Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa CV Hadir Jaya merupakan salah satu unit usaha yang memproduksi kayu lapis dan menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, sehingga perlu melakukan perumusan strategi pengembangan bisnis. Pengambilan data dilakukan pada bulan November hingga Desember 2012.

4.2 Jenis Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, serta berasal dari sumber internal dan eksternal perusahaan. Data primer diperoleh langsung dari pihak manajemen atau pemilik melalui wawancara, laporan internal perusahaan, pengamatan secara langsung (observasi) dan pengisian kuisioner. Pengambilan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive). Responden yang dipilih dari internal dan eksternal Unit Pengolahan yang memahami perkembangan unit usaha terkait. Responden dari pihak internal yaitu pemilik/pimpinan. Pemilik perusahaan sekaligus bertanggung jawab terhadap semua kegiatan manajerial perusahaan. Responden dari pihak eksternal yaitu Dinas Perdagangan Perindustrian Tambang dan Energi (Disperindagtamben). Disperindagtamben memiliki peran mendukung kinerja perusahaan manufaktur termasuk CV Hadir Jaya.

Data sekunder diperoleh melalui literatur ataupun studi pustaka yang mendukung penelitian. Data tersebut bersumber dari data surat kabar, situs-situs internet, Badan Pusat Statistik (BPS), buku teks manajemem strategis, perpustakaan dan data-data dari beberapa instansi terkait lainnya.

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

(41)

27 Proses perumusan strategi didasarkan pada kerangka tiga tahap formulasi strategi yang terdiri dari tahap masukan (input), tahap pencocokan dan tahap keputusan. Analisis tiga tahap formulasi strategi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis lingkungan eksternal dan internal (IFE dan EFE), analisis IE, analisis SWOT, dan analisis QSPM.

4.3.1. Tahap Masukan (Input Stage)

Tahap masukan merupakan tahap memasukkan faktor-faktor yang mempengaruhi suatu usaha yang meliputi analisis lingkungan eksternal, dan analisis lingkungan internal dengan menggunakan matrik EFE dan IFE.

1. Analisis Matriks IFE dan EFE

Analisis internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki CV hadir Jaya. Secara ringkas analisis ini disajikan dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Matriks External Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan. Tahapan-tahapan dalam penyusunan matrik IFE dan EFE adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan

Tahap identifikasi faktor-faktor internal yaitu dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh CV Hadir Jaya. Dalam penyajiannya, faktor yang bersifat positif (kekuatan) ditulis sebelum faktor yang bersifat negatif (kelemahan). Begitu pula dengan tahap identifikasi faktor eksternal perusahaan.

b. Pemberian Bobot Setiap Faktor

Penentuan bobot pada analisis faktor eksternal dan internal CV Hadir Jaya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan pada pihak manajemen CV Hadir Jaya yang mengetahui benar kondisi dan permasalahan pada suatu perusahaan. Penentuan bobot untuk matriks IFE dan matriks EFE dilakukan dengan menggunakan metode Paired Comparison Scales. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian setiap faktor penentu eksternal dan internal.

(42)

28

1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal

Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal dan Eksternal Organisasi

Faktor Strategis Eksternal A B C D …… Total Bobot

Sumber : Kinnear dan Taylor, 1996

Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap faktor terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor. Adapun bobot yang diperoleh akan berada pada kisaran antara 0,0 (tidak penting), sampai 1,0 (terpenting) pada setiap faktor. Tanpa memperdulikan apakah faktor kunci kekuatan atau kelemahan serta peluang dan ancaman perusahaan, faktor-faktor yang dianggap mempunyai pengaruh terbesar pada prestasi perusahaan diberi bobot tertinggi. Jumlah dari seluruh bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0.

Bobot dari setiap faktor diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

c. Penentuan Rating

(43)

29 2 = respon perusahaan rata-rata dan 1 = respon perusahaan jelek. Sedangkan untuk lingkungan internal diberikan skala sebagai berikut : 4 = kekuatan utama, 3 = kekuatan minor, 2 = kelemahan minor, 1 = kelemahan utama.

d. Perkalian Bobot dan peringkat

Langkah selanjutnya, nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total pembobotan. Pada matriks EFE, digunakan skala nilai peringkat (rating) untuk peluang dan ancaman dapat dilihat pada Tabel 6 .

Tabel 4. Bentuk Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)

Faktor-faktor merespon kuat terhadap peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan, rata-rata (2,0 – 2,99) berarti perusahaan merespon sedang terhadap peluang dan ancaman yang ada dan lemah, (1,0 – 1,99) berarti perusahaan tidak dapat merespon peluang dan ancaman yang ada.

(44)

30

Tabel 5. Bentuk Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

Faktor-faktor Internal Bobot Rating Skor

Pembobotan

Tahap yang kedua adalah pemaduan atau pencocokan dengan memasukkan hasil pembobotan EFE dan IFE ke dalam Matriks IE untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Setelah menganalisis matrik IE selanjutnya dilakukan analisis SWOT.

1. Matriks Internal-Eksternal

Matiks IE mempunyai sembilan sel strategi, dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu :

1. Divisi pada sel I, II dan IV disebut Strategi Tumbuh dan Bina. Strategi yang cocok adalah strategi Intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horisontal).

2. Divisi pada sel III, V dan VII disebut Strategi Pertahankan dan Pelihara. Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang banyak dilakukan apabila perusahaan berada dalam sel ini.

(45)

31

Total Nilai IFE Yang Diberi Bobot

Kuat Rata-rata Lemah

Setelah menganalisis dengan matriks IE maka dilakukan berbagai kombinasi dengan menggunakan matriks SWOT. Dengan analisis SWOT dapat diperoleh berbagai alternatif strategi yang dapat dipilih oleh perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (Strategic Planning) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang saat ini. Hal tersebut disebut dengan analisis situasi.

(46)

32 kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Alternatif tersebut dapat dilihat pada pada Tabel 8.

Terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu : 1. Menuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan 2. Menuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan 3. Menuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan 4. Menuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan

5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi SO dalam sel yang tepat.

6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi WO dalam sel yang tepat.

7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi ST dalam sel yang tepat.

8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi WT dalam sel yang tepat.

(47)

33

4.3.3 Tahap Keputusan

Tahapan terakhir dari penyusunan strategi yaitu tahap pengambilan keputusan. Analisis yang digunakan pada tahap ini adalah matrik QSPM. Sumber matriks QSPM diperoleh dari alternatif strategi yang layak yang direkomendasikan melalui analisis SWOT. Responden internal yaitu pemilik perusahaan memiliki proporsi 60 persen dalam menentukan strategi prioritas bagi CV Hadir jaya. Responden eksternal yaitu Disperindagtamben memiliki proporsi 40 persen dalam menentukan strategi prioritas bagi CV Hadir Jaya. Pemilik perusahaan memiliki proporsi lebih besar dibandingkan dengan pihak Disperindagtamben karena pemilik perusahaan adalah pihak yang memiliki wewenang dalam menentukan dan menjalankan strategi bagi perusahaan.

Ada 6 langkah yang harus diikuti untuk membuat matriks QSPM, yaitu :

1. Membuat daftar peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan kunci internal perusahaan

2. Memberikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal yang dipakai dalam matrik IFE dan EFE

3. Mengevaluasi matriks pada tahap dua atau pencocokan dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi atau perusahaan untuk diimplementasikan

4. Menetapkan nilai daya tarik (Attractiveness Score-AS) pada setiap strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif dari suatu strategis atas strategis lain dengan mempertimbangkan faktor penentu. Nilai daya tarik dimulai dari 1 = tidak menarik, 2 = kurang menarik, 3 = menarik, dan 4 = sangat menarik; 5. Menghitung nilai total daya tarik (Total Attractiveness Score-TAS) merupakan

hasil kali dari kolom bobot dan nilai daya tarik (AS) dalam setiap baris. Semakin tinggi nilai TAS, maka semakin menarik alternatif strategi itu.

6. Menghitung jumlah total daya tarik dengan cara menjumlahkan nilai total daya tarik dalam setiap kolom strategi QSPM. Jumlah nilai total daya tarik mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam setiap set strategi.

(48)

34

Tabel 7. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

Faktor Kunci Bobot Alternatif Strategi

Strategi I Strategi II Strategi III

AS TAS AS TAS AS TAS

Peluang -

-

Ancaman -

-

Kekuatan -

-

Kelemahan -

- Total

(49)

35

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Sejarah Singkat

Perusahaan mengontrak di CV Cahaya Abadi yang juga bergerak di bidang produksi kayu lapis sebelum berubah nama menjadi CV Hadir Jaya Kayu lapis. Pemilik perusahaan pada saat itu adalah tiga orang yaitu bapak Hasibuan, Hj. Nana dan Bapak Muhklis. Kegiatan perusahaan dimulai pada bulan januari 2009 dengan kondisi hanya memiliki tiga mesin pres. Namun, karena kondisi pasar yang kurang memungkinkan akhirnya bapak Muklis keluar yaitu pada bulan Maret 2009.

Dua bulan berikutnya yaitu Mei 2009, Hj. Nana juga keluar dengan alasan pangsa pasar yang tidak bergairah. Bapak Dirman datang sebagai penggantinya meneruskan usaha tersebut. Mulai saat itu perusahaan tersebut ditetapkan menjadi nama CV Hadir Jaya Kayu lapis yaitu singkatan dari dua orang pemiliknya yaitu Hasibuan dan Dirman (Hadir). Pada 8 Februari 2010 adalah batas akhir kontrak CV Hadir Jaya Kayu lapis di CV Cahaya Abadi. Pada saat yang bersamaan Dirman tidak lagi bekerjasama dengan Hasibuan dalam menjalankan bisnis tersebut. Pada akhirnya, Bapak Hasibuan menjalkankan kegiatan bisnis CV Hadir Jaya sendirian. CV Hadir Jaya sendiri memiliki lokasi bisnis di daerah Desa Sukamakmur Kec. Teluk Jambe Timur, Dusun pasir panggang, Karawang hingga saat ini.

5.2 Profil Perusahaan

CV Hadir Jaya merupakan bisnis dengan skala home industri dengan produk kayu lapis yaitu sandaran dan dudukan kursi. CV Hadir Jaya mempunyai target pasar ke perusahaan atau industri yang bergerak di bidang pengolahan kayu dari bahan baku setengah jadi.

(50)

36 CV Hadir Jaya memiliki karyawan berjumlah sebelas orang yang di bagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pemotongan, pengempaan, finishing. Karyawan-karyawan tersebut bekerja secara harian, yang upahnya di bayarkan setiap akhir minggu. Untuk menunjang produksinya, CV Hadir Jaya mempunyai 4 mesin kempa berbagai macam ukuran, dari mulai R2D (45x40) sampai D6 (80x60). Kemudian memiliki alat potong vinir sebanyak tiga buah, glue spreader satu buah, glue mixer satu buah, gerinda satu buah, table saw satu buah, band saw satu buah, serta gergaji tangan elektrik satu buah.

5.2.1 Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaan adalah Menciptakan kegiatan usaha yang berkesinambungan (going concern) yang bergerak dinamis untuk mencapai tujuan utama perusahaan yaitu kesejahteraan secara ekonomi dan sosial untuk pemilik modal, pengurus dan karyawan.

Adapun Misi perusahaan adalah sebagai berikut :

 Menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat dan membangun karyawan yang tangguh, ulet, jujur, tanggung jawab dan profesional dalam bidangnya  Membangun kemitraan yang sejajar antara perusahaan dengan rekanan

usaha, perusahaan dengan karyawan dan perusahaan dengan pemerintah  Mendorong dan menggerakkan pertumbuhan ekonomi dari pihak yang

terlibat dengan perusahaan seperti pemerintah, rekanan usaha, karyawan, pengurus dan pemilik modal.

5.2.2Produk

Produk yang dihasilkan adalah produk kayu lapis. Produk kayu lapis dibedakan berdasarkan ukurannya, dan produk yang dihasilkan oleh CV Hadir jaya yaitu R1a, R1D, D4dan D6.CV Hadir Jaya berusaha menggali potensi konten lokal yaitu jenis kayu karet (yang sudah berbentuk veneer) yang merupakan limbah sisa industri.

(51)

37 pemasok di daerah Tangerang dan Lampung sehingga keberadaan bahan baku selalu terjaga. Produk-produk yang dihasilkan oleh CV Hadir Jaya dapat dilihat pada Gambar 1. Produk-produk ini dijual dengan harga yang bervariasi yaitu R1D dijual dengan harga Rp 13.000, R1a dijual dengan harga Rp 11.500, dan D6 dijual dengan harga Rp 19.000. Strategi penetapan harga yang dilakukan di CV Hadir Jaya dengan perhitungan 30 persen merupakan laba yang diinginkan oleh perusahaan dari total biaya produksi kayu lapis.

5.3 Proses Produksi

a. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kayu lapis di CV Hadir Jaya adalah jenis kayu karet (sudah berbentuk vinir) yang merupakan limbah sisa industri yang di datangkan dari Lampung, Tanggerang, Sukabumi. Adapun ukuran bahan baku vinir yang diterima antara lain (15x90), (20x120), (25x120), (30x120), (40x120). Dalam pengadaan bahan baku, CV Hadir Jaya melakukan kemitraan dengan beberapa pemasok yang berada di Lampung, Tangerang, dan Sukabumi. Kemitraan yang terbentuk antara CV Hadir Jaya dan pemasok merupakan kemitraan tanpa kontrak artinya tidak ada ikatan secara legal yang dilandasi oleh hukum yang bisa menyebabkna timbulnya sanksi ketika pihak yang bermitra melanggar kesepakatan yang telah dibuat.

Kebutuhan rata-rata setiap bulannya akan bahan baku kayu mencapai 30 sampai 40 m3, dengan harga per m3 mencapai Rp 800.000 sampai Rp 1.000.000. Harga disesuaikan dengan ketersediaan bahan baku di pasar. Jika bahan baku yang tersedia cukup banyak maka harga bahan baku relatif lebih murah seharga Rp 800.000/m3. Namun, jika ketersediaan bahan baku sangat terbatas maka harga yang bahan baku di pasar mampu mencapai Rp 1.200.000/m3. Untuk mendukung pengembangan usaha, CV Hadir Jaya perlu melakukan kemitraan dengan banyak pemasok tidak hanya di tiga daerah saja, tetapi bisa melakukan kemitraan dengan pemasok yang berasal dari luar Pulau Jawa seperti Palembang, Riau, dan Jambi.

(52)

38 Formaldehyde, tepung tapioka (ekstender), asam NH4Cl (Hardener). Dengan komposisi perekat seperti yang terlihat pada Tabel 10.

Tabel 8. Komposisi Bahan Perekat (Glue) untuk produksi Kayu lapis.

Jenis bahan 1 x proses Harga

(Rp/ kg)

Pemasok

Resin UF 15 kg 22.285 PT Masari

Dwisepakat Fiber

Tepung terigu 2 kg Rp 100.000

/sak

Pasar Johar

Hardener NH4Cl 0,2 kg 11.684 Toko bahan kimia

Sumber: CV Hadir Jaya, 2012

Teknologi yang digunakan dalam pengolahan vinir menjadi Kayu lapis disesuaikan dengan tahapan dalam proses produksi. Tahapan proses produksi untuk memproduksi Kayu lapis yaitu:

1. Persiapan bahan baku

Perencanaan pengadaan bahan baku dilakukan dengan pembelian vinir kayu karet dalam periode yang berkesinambungan, dengan durasi waktu satu minggu sekali tergantung dari order yang ada. Gambar 8 menunjukkan bahan baku yang digunakan oleh CV Hadir Jaya.

Gambar 8. Bahan baku (vinir) yang digunakan CV Hadir Jaya 2012 Sumber: CV Hadir Jaya, 2012

Pemotongan vinir (face dan core)

(53)

39 Ukuran pemotongan vinir pada bagian face mengunakan ukuran lebar vinir 40 cm, 55 cm, 60 cm, dan 50 cm. Pada alat potong itu sendiri, maksimal ukuran pemotongannya adalah 40 cm, untuk mendapatkan ukuran yang sesuai dilakukan penyambungan vinir dengan mengunakan staples. Proses ini dilakukan oleh 2-3 orang yang juga merangkap sebagai pemotong lembaran bahan baku.

Pemotongan vinir bagian core dilakukan menggunakan table saw, pemotongan vinir bagian core itu sendiri tidak ada ukuran khusus, sehingga semua ukuran yang dipotong pada table saw dapat digunakan pada bagian core kayu lapisnya.

Pencampuran Perekat (Glue mixing)

Proses pencampuran perekat dilakukan dengan menggunakan glue mixer. Perekat yang digunakan merupakan campuran dari resin glue, dan tepung tapioka sebagai ekstender ataupun filler, asam NH4Cl sebagai hardener (makin asam maka campuran perekat akan semakin cepat beku). Adapun jenis resin yang digunakan yakni Urea Formaldehyde (UF). Penambahan hardener dilakukan sebelum perekat didistribusikan ke mesin glue spreader untuk mencegah pengerasan perekat yang terlalu cepat.

Gambar 9. Bahan baku perekat Urea Formaldehida pada CV Hadir Jaya Tahun 2012

Sumber: CV Hadir Jaya, 2012

2. Pelaburan Perekat (Glue spreading)

Gambar

Gambar 1. Nilai Tambah Perusahaan Produk Olahan Kayu (dalam Milyar
Gambar 2. Jumlah Perusahaan Pengolahan Kayu Indonesia tahun 2001 - 2008
Gambar 3. Contoh Produk Kayu Lapis (Plywood)3
Gambar 4. Perkembangan Ekspor Kayu Lapis Indonesia (US$) Tahun 2006-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kerajaan diketuai oleh Perdana Menteri yang dipilih daripada parti yang mendapat majoriti dalam pilihan raya umum Perdana Menteri menjalankan kuasa eksekutif dengan dibantu

Program ini digagas berdasarkan studi kasus program One Day No Rice yang telah dicanangkan pemerintah Kota Depok. One Day No Rice di Kota Depok merupakan langkah awal

Berikut pada Gambar 2.1 adalah ilustrasi perbedaan antara neural network sederhana yang hanya menggunakan satu atau dua hidden layer dengan deep learning yang menggunakan

Dayun Dayun Laporan Harian Tim Patroli Terpadu Dan Terukur Daops Siak Regu : 35 Dayun Hari : Minggu Tgl : 31 juli 2016 A.PELAKSANA PATROLI 1..

 PT Campina Ice Cream Industry Tbk membukukan kinerja yang baik sepanjang kuartal pertama 2018, dengan pencapaian penjualan dan laba bersih yang naik secara signifikan,

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1) Interaksi antara jumlah daun dan konsentrasi Rootone-F berbeda nyata terhadap diameter tunas, tetapi

Secara umum peran public relations adalah menjalankan fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan

Paralaks stereoskopis merupakan perbedaan posisi bayangan sebuah titik pada dua buah foto yang bertampalan karena perubahan posisi kamera (Zorn 1984 dalam Pranadita 2013)