• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kualitas Fisik dan Bilangan Asam Pakan Mengandung Tepung Inti Sawit yang Ditambah Pollard atau Dedak selama Penyimpanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Kualitas Fisik dan Bilangan Asam Pakan Mengandung Tepung Inti Sawit yang Ditambah Pollard atau Dedak selama Penyimpanan"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KUALITAS FISIK DAN BILANGAN ASAM PAKAN

MENGANDUNG TEPUNG INTI SAWIT YANG DITAMBAH

POLLARD ATAU DEDAK SELAMA PENYIMPANAN

NANDINI WIDYADHARI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Kualitas Fisik dan Bilangan Asam Pakan Mengandung Tepung Inti Sawit yang Ditambah Pollard atau Dedak selama Penyimpanan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

NANDINI WIDYADHARI. Evaluasi Kualitas Fisik dan Bilangan Asam Pakan Mengandung Tepung Inti Sawit yang Ditambah Pollard atau Dedak selama Penyimpanan. Dibimbing oleh NAHROWI dan PANCA DEWI M.H.K.

Produksi yang tinggi dalam industri minyak kelapa sawit membuka peluang dalam pemanfaatan inti sawit menjadi bahan pakan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakter fisik dan bilangan asam pakan mengandung tepung inti sawit yang disimpan pada suhu kamar. Analisis percobaan yang digunakan yakni RAL Faktorial (2 x 3) dengan faktor A adalah perlakuan pakan yakni R1 (pakan mengandung tepung inti sawit + pollard) dan R2 (pakan mengandung tepung inti sawit + dedak padi), faktor B adalah waktu penimpanan (0, 3, dan 6 minggu) dengan tiga kali ulangan. Karakter fisik yang diamati meliputi berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan, ukuran partikel, daya tahan pellet terhadap benturan, daya ambang, organoleptik dan kadar air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pakan tidak berpengaruh nyata terhadap berat jenis, kerapatan tumpukan, sudut tumpukan, ukuran partikel, dan daya ambang. Peningkatan bilangan asam dan penurunan daya tahan pellet terhadap benturan terjadi pada minggu ke- 3 penyimpanan Kesimpulan penelitian ini adalah kedua pakan tidak dapat disimpan selama lebih dari 3 minggu pada suhu kamar.

Kata kunci: bilangan asam, kualitas fisik, penyimpanan, tepung inti sawit

ABSTRACT

NANDINI WIDYADHARI. Evaluation of Physical Properties and Acid Value of Diets Containing Palm Kernel Powder Which Added Pollard or Rice Brand during Storage. Supervised by NAHROWI and PANCA DEWI M.H.K.

High production in palm kernel oil industry may open opportunities in the utilization of palm kernel into feed ingredients. The study was aimed to determine physical properties and acid value of diets containing palm kernel powder in room temperature. The analysis of experiment which have been used is CRD Factorial (2 x 3) with factor A were (feed containing palm kernel powder + pollard) and R2 (feed containing palm kernel + rice bran), factor B was storage time (0, 3, 6 weeks) with three repetition. The physical properties evaluated were density, bulk density, compacted bulk density, angle of respose, particle size, pellet durability, treshold energy, organoleptic, and water content. The results showed that R1 had a higher compacted bulk density than R2. The diet treatments did not significantly affect the density, bulk density, angle of respose, particle size, and treshold energy. An increase of acid value and decrease of pellet durability was occurred at the 3rd week of storage. In concluded that both of diets could not be stored for more than three weeks at room temperature.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

EVALUASI KUALITAS FISIK DAN BILANGAN ASAM PAKAN

MENGANDUNG TEPUNG INTI SAWIT YANG DITAMBAH

POLLARD ATAU DEDAK SELAMA PENYIMPANAN

NANDINI WIDYADHARI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Evaluasi Kualitas Fisik dan Bilangan Asam Pakan Mengandung Tepung Inti Sawit yang Ditambah Pollard atau Dedak selama Penyimpanan

Nama : Nandini Widyadhari NIM : D24080373

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nahrowi, MSc Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Panca Dewi, MSi Pembimbing II

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan judul Evaluasi Kualitas Fisik dan Bilangan Asam Pakan Mengandung Tepung Inti Sawit yang Ditambah Pollard atau Dedak selama Penyimpanan.

Potensi produksi inti sawit yang sangat tinggi di Indonesia membuka peluang dalam pemanfaatan inti sawit menjadi bahan pakan broiler berupa tepung inti sawit. Kandungan lemak kasar yang tinggi pada tepung inti sawit dapat mempengaruhi kualitas fisik dan bilangan asam pakan, sehingga perlu dilakukan kajian kualitas fisik dan bilangan asam pakan mengandung inti sawit selama penyimpanan. Besar harapan begi penulis agar penelitian ini dapat beranfaat bagi penelitian selanjutnya sebagai acuan dalam pengujian kulaitas fisik dan bilangan asam pakan mengandung tepung inti sawit selama penyimpanan. Produksi inti sawit yang melimpah di Indonesia diharapkan dapat digunakan oleh peternak sebagai bahan pakan lokal dan membantu pemerintah dalam mengurangi ketergantungan bahan pakan impor.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan 2

Alat 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Prosedur Percobaan 2

Persiapan pakan 2

Perlakuan Pakan 3

Penyimpanan 4

Pengamatan 4

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kadar Air 5

Uji Organoleptik 5

Kualitas Fisik 6

Berat Jenis 6

Kerapatan Tumpukan 7

Kerapatan Pemadatan Tumpukan 7

Sudut Tumpukan 8

Ukuran Partikel 9

Daya Ambang 9

Bilangan Asam 11

SIMPULAN 12

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 16

RIWAYAT HIDUP 18

(12)

DAFTAR TABEL

1. Susunan pakan broiler penelitian 3

2. Kandungan nutrien pakan penelitian (% BK) 4

3. Data kadar air pakan selama penelitian 5

4. Data hasil uji organoleptik pakan 6

5. Pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan terhadap berat jenis

pakan (gram mL-1) 6

6. Pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan terhadap kerapatan

tumpukan pakan (gram mL-1) 7

7. Pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan terhadap kerapatan

pemadatan tumpukan pakan (gram mL-1) 8

8. Pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan terhadap sudut

tumpukan pakan (0) 8

9. Pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan terhadap ukuran

partikel pakan (mm) 9

10.Pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan terhadap daya

ambang pakan (m s-1) 10

11.Pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan terhadap durability

pellet (%) 11

12.Pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan terhadap bilangan

asam 12

DAFTAR GAMBAR

1. Alur pembuatan pakan 3

2. Reaksi oksidasi pada minyak menurut Winarno (1992) 12

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil analisis ragam berat jenis 16

2. Hasil analisis ragam kerapatan tumpukan 16

3. Hasil analisis ragam kerapatan pemadatan tumpukan 16

4. Hasil analisis ragam sudut tumpukan 16

5. Hasil analisis ragam ukuran partikel 17

6. Hasil analisis ragam daya ambang 17

7. Hasil analisis ragam durability 17

(13)
(14)

1

PENDAHULUAN

Inti kelapa sawit adalah bagian dari buah tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) yang telah dipisahkan dari daging buah dan tempurung serta dikeringkan (SNI 01-0002-1987). Inti sawit termasuk bagian yang paling rendah yakni sebesar 4%-5% dari tanda buah segar (Aritonang 1984).

Produksi buah inti sawit di Indonesia sangat tinggi. Departemen Pertanian (2012) menyatakan bahwa, produksi kelapa sawit di Indonesia mencapai 23.521.071 ton atau 1.176.054 ton buah inti sawit. Potensi yang dimiliki Indonesia dalam menghasilkan buah inti sawit dapat membuka peluang dalam pemanfaatan buah inti sawit menjadi tepung inti sawit sebagai bahan pakan broiler.

Menurut Saputra (2012), tepung inti sawit mengandung protein kasar 9,02%; lemak kasar 43,88%; serat kasar 27,75%; dan energi 6294 kkal kg-1. Tepung inti sawit mengandung 15,54% lemak kasar lebih tinggi dibandingkan dengan bungkil inti sawit. Kandungan lemak kasar yang tinggi pada tepung inti sawit dapat mempengaruhi kualitas fisik dan bilangan asam pakan selama penyimpanan. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Syamfitri (2012), semakin lama penyimpanan kualitas fisik tepung inti sawit akan semakin menurun. Selanjutnya menurut Saputra (2012), semakin lama proses penyimpanan maka kadar ketengikan tepung inti sawit akan semakin tinggi. Ketengikan yang terjadi pada bahan mengandung minyak dan lemak yaitu ketengikan hidrolisis dan ketengikan oksidasi yang berbeda alam mekanismenya (Gunawan dan Tangendjaja 1986)

Kandungan asam lemak bebas pada tepung inti sawit mencapai 3.5% (Fauzi et al. 2006). Asam lemak bebas akan terhidrolisis dan teroksidasi sehingga terjadi ketengikan sebagai tanda dari kerusakan lemak. Terjadinya kerusakan lemak akibat dari proses oksidasi selama penyimpanan juga dapat ditandai dengan kenaikan bilangan asam. Bilangan asam adalah banyaknya milliliter KOH 0,1 N yang diperlukan untuk menetralkan 10 gram minyak atau lemak (Ketaren 2005).

Penambahan tepung inti sawit yang memiliki lemak kasar tinggi ke dalam pakan dapat mempengaruhi kualitas fisik dan bilangan asam pakan selama penyimpanan. Kajian kualitas fisik dan bilangan asam pakan mengandung tepung inti sawit selama penyimpanan belum pernah dilaporkan sebelumnya, sehingga kajian kualitas fisik dan bilangan asam pakan mengandung tepung inti sawit selama penyimpanan perlu dilakukan, agar kelayakan pakan pada saat diberikan kepada ternak tetap terjaga, dan kerugian akibat kesalahan penanganan pakan dapat dihindari.

(15)

2

METODE

Bahan

Bahan penyusun pakan yakni inti sawit, jagung, bungkil kedelai, MBM (Meat Bone Meal), CGM (Corn Gluten Meal), DCP (Dicalsium Phosphate), garam, metionin, dan antioksidan sintetik. Bahan yang digunakan untuk pengujian kualitas fisik pakan yakni air.

Alat

Alat yang digunakan dalam pembuatan pakan yakni mesin giling (hammer mill) dan mesin pencetak pellet. Karung plastik, jarum jahit, dan benang khusus untuk karung digunakan untuk penyimpanan pakan. Timbangan, gelas ukur, German the Sieve Analysis, stopwatch, seperangkat alat uji sudut tumpukan, digunakan dalam uji kualitas fisik pakan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober 2012. Lokasi pembuatan pakan dan penyimpanan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Percobaan

Persiapan pakan

(16)

3

Gambar 1 Alur pembuatan pakan

Perlakuan Pakan

Perlakuan pakan penelitian sebagai berikut:

R1: pakan mengandung tepung inti sawit + pollard R2: pakan mengandung tepung inti sawit + dedak padi Tabel 1 Susunan pakan broiler penelitian

Bahan Pakan

Pakan Penelitian

Pakan 1 (R1) Pakan 2 (R2) %

Jagung 53.35 53.35

Bungkil kedelai 18 18

MBM 5.9 5.9

CGM 8 8

Inti sawit 7.65 7.65

DCP 0.4 0.4

Garam 0.4 0.4

Metionin 0.3 0.3

Pollard 6 -

Dedak padi - 6

Uji kualitas fisik, kadar air, organoleptik dan uji bilangan asam Penyimpanan

Pengemasan

Pencetakan pakan menjadi pellet Pencampuran inti sawit dengan bahan pakan

Penggilingan inti sawit

Pemisahan antara inti sawit dengan batok Penjemuran inti sawit dibawah sinar matahari

(17)

4

Tabel 2 Kandungan nutrien pakan penelitian (% BK)

Zat Nutrisi Pakan Perlakuan

R1 R2

*) Hasil analisis Laboratorium Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB (2012)

Penyimpanan

Pakan penelitian berbentuk pellet disimpan di dalam gudang berukuran 5×4×3 m selama 6 minggu. Pellet dikemas pada karung plastik berukuran ± 15×

Pengamatan

20 cm dan disimpan secara acak di atas pallet untuk menghindari kontak langsung dengan lantai menggunakan metode tumpukan bata mati. Pengujian fisik dilakukan pada minggu ke-0, 3, dan 6. Uji organoleptik dan bilangan asam dilakukan pada minggu ke-0 dan 3.

Uji fisik pakan meliputi berat jenis, kerapatan tumpukan, dan kerapatan pemadatan tumpukan dilakukan menggunakan metode Khalil (1999a), sudut tumpukan dan daya ambang dilakukan menggunakan metode Khalil (1999b), ukuran partikel dilakukan menggunakan metode Henderson dan Perry (1981), dan durability dilakukan menggunakan metode McEllhiney (1994). Pengujian bilangan asam dilakukan menggunakan metode Ketaren (2005). Pengujian kadar air dilakukan menggunakan metode AOAC (1995), pengujian organoleptik melinatkan 3 orang panelis

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan faktor A adalah perlakuan pakan yakni R1 dan R2. Faktor B adalah waktu penyimpanan (0 minggu, 3 minggu, dan 6 minggu) dan tiga kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analysis of variance

(ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji Kontras Orthogonal (Steel dan Torrie 1991).

Yijk = µ+ αi+ βj+ (αβ)ij + ε

Y

ijk

Keterangan :

ijk

pakan) dan taraf ke-j faktor � (lama penyimpanan) pada ulangan ke-k (k=1,2,3).

μ = Rataan umum

(18)

5 �Ri

�Rj

= Pengaruh taraf ke-i faktor � (perlakuan pakan) (i=1,2,3,4,5,6) �βij = Pengaruh taraf ke-j faktor � (lama penyimpanan) (j=1,2,3,4,5)

εij = Galat percobaan pada ulangan ke-k pada kombinasi �Ri

= Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor α dan taraf ke-j faktor β dengan �Rj

Lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0.01) terhadap kadar air pakan, sedangkan perlakuan pakan dan interaksi antar lama penyimpanan dengan perlakuan pakan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air pakan. Semakin lama pakn disimpan maka kadar air pakan akan semakin meningkat. Peningkatan kadar air pada Pakan 1 (R1) dari minggu ke- 0 ke minggu ke- 3 sebanyak 43.30% dan dari minggu ke- 3 ke minggu ke- 6 sebanyak 17.53%. Peningkatan kadar air pada Pakan 2 (R2) dari minggu ke- 0 ke minggu ke- 3 sebanyak 45.94% dan dari minggu ke- 3 ke minggu ke- 6 sebanyak 14.99%. Menurut Goldblatt (1969), kenaikan kadar air selama penyimpanan diakibatkan oleh pakan yang menyerap uap air dari udara.

Selama penyimpanan, persentase peningkatan kadar air menurun. Hal ini dikarenakan selama penyimpanan kadar air bahan pakan akan bergerak menuju ke kadar air keseimbangan. Menurut Henderson dan Perry (1976) kadar air keseimbangan terjadi pada saat bahan tidak lagi menyerap dan melepaskan uap air. Hott (2007) menyatakan bahwa terhentinya peningkatan kadar air pellet selama penyimpanan diakibatkan oleh kadar air pellet yang telah mengalami keseimbangan dengan kadar air yang ada di atmosfer. Pada penelitian ini, kadar air pakan belum mengalami keseimbangan karena kadar air pakan masih terus meningkat hingga minggu ke- 6.

Tabel 3 Data kadar air pakan selama penelitian

Perlakuan Lama Penyimpanan Rataan

0 3 6

R1 8.800 ± 0.026 12.607 ± 0.627 14.817 ± 1.121 12.074 ± 0.548 R2 8.250 ± 0.286 12.143 ± 0.180 13.957 ± 0.869 11.450 ± 0.371 Rataan 8.525 ± 0.183c 12.375 ± 0.316b 14.378 ± 0.178a

Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (p<0.01), R1= pakan mengandung inti sawit + pollard, R2 = pakan mengandung tepung inti sawit + dedak padi

Uji Organoleptik

(19)

6

agak tengik pada pakan telah terjadi pada minggu ke- 3, hal ini dapat disebabkan oleh lemak yang terkandung dalam pakan dapat rusak selama penyimpanan akibat aktivitas enzimatis dari lipase, sehingga pakan menjadi tengik. Winarno (1992) menyatakan bahwa asam lemak dapat teroksidasi sehingga menjadi tengik. Bau tengik merupakan hasil pembentukkan senyawa-senyawa hasil pemecahan hidroperoksida.

Tabel 4 Data hasil uji organoleptik pakan

Penyimpanan Pellet Pakan 1 (R1) Pellet Pakan 2 (R2)

Warna Aroma Warna Aroma

Minggu ke- 0 + + + +

Minggu ke- 3 + - + -

Keterangan: Warna : (+) cokelat muda

Aroma : (+) normal; (-) agak tengik

Kualitas Fisik

Berat Jenis

Berat jenis, dapat didefinisikan sebagain massa per satuan volume biomassa. Berat jenis penting dalam hal transportasi dan penyimpanan. Semakin besar berat jenis semakin besar massa yang dapat diangkut atau disimpan dalam wadah, seingga dapat meminimalkan biaya transportasi dan iaya penyimpanan (Caroll dan Finnan2012).

Lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0.01) menurunkan berat jenis pakan, sedangkanperlakuan pakan dan interaksi antar lama penyimpanan dengan perlakuan pakan tidak berpengaruh nyata terhadap berat jenis pakan. Semakin lama pakan disimpan, maka nilai berat jenis pakan akan menurun. (Tabel 5). Tabel 5 Pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan terhadap berat jenis

pakan (gram mL-1

Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (p<0.01), R1= pakan mengandung inti sawit + pollard, R2 = pakan mengandung tepung inti sawit + dedak padi

(20)

7 memiliki nilai berat jenis yang rendah. Fasina (2008) menyatakan bahwa, pada umumnya berat jenis pellet menurun secara linear dengan peningkatan kadar air. Kerapatan Tumpukan

Pengukuran kerapatan tumpukan dilakukan untuk menentukan volume ruang pada suatu bahan dengan berat jenis tertentu seperti pengisisan alat pencampur dan elevator (Kolatac 1996). Lama penyimpanan, perlakuan pakan, dan interaksi antar lama penyimpanan dengan perlakuan pakan tidak berpengaruh terhadap kerapatan tumpukan pakan. Apabila dilihat dari rata-rata, selama penyimpanan kerapatan tumpukan pakan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya nilai kadar air (Tabel 3), namun tidak berbeda nyata secara statistik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Johnson (1994) yang menyebutkan bahwa kerapatan tumpukan akan meningkat seiring dengan meningkatnya kadar air. Selain itu, Wiratakusumah et al. (1992) menyatakan bahwa kenaikan kadar air menyebabkan gaya tarik menarik antar partikel semakin besar, sehingga semakin tinggi nilai kadar air maka nilai kerapatan tumpukan akan semakin besar.

Tabel 6 Pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan terhadap kerapatan tumpukan pakan (gram mL-1

Perlakuan

Keterangan: R1= pakan mengandung inti sawit + pollard, R2 = pakan mengandung tepung inti sawit + dedak padi

Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Kerapatan pemadatan tumpukan merupakan pebandingan antara berat bahan dengan volume ruang yang ditempati setelah melalui proses pemadatan. Perlakuan pakan berpengaruh nyata (P<0.01) terhadap kerapatan pemadatan tumpukan ransum, sedangkan lama penyimpanan dan interaksi antar lama penyimpanan dengan perlakuan pakan tidak mempengaruhi kerapatan pemadatan tumpukan pakan(Tabel 7). R1 mempunyai kerapatan pemadatan tumpukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan R2, hal ini dapat dikarenakan kadar air pada R1 lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar air R2. Menurut Suadnyana (1998), penurunan kerapatan pemadatan tumpukan pada saat kandungan air tinggi disebabkan oleh terbukanya pori-pori permukaan partikel bahan tersebut, sehingga pada saat penambahan kandungan air, bahan tersebut mengembang yang menyebabkan volume ruang yang dibutuhkan semakin besar.

(21)

8

pemadatan tumpukan yang lebih rendah dibandingkan dengan R1. Semakin tinggi nilai kerapatan pemadatan tumpukan suatu bahan makan akan semakin kecil ruang penyimpanan yang diperlukan, sehingga dapat diketahui bahwa R1 membutuhkan ruang penyimpanan yang lebih kecil dibandingkan dengan R2. Tabel 7 Pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan terhadap kerapatan

pemadatan tumpukan pakan (gram mL-1 Perlakuan

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (p<0.01), R1= pakan mengandung inti sawit + pollard, R2 = pakan mengandung tepung inti sawit + dedak padi

Sudut Tumpukan

Sudut tumpukan adalah sudut yang terbentuk jika bahan dicurahkanpada bidang datar melalui sebuah corong, dengan satuan (0

Tabel 8 Pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan terhadap sudut tumpukan pakan (

). Lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0.01) terhadap sudut tumpukan pakan, sedangkan perlakuan pakan dan interaksi lama penyimpanan dengan perlakuan pakan tidak mempengaruhi sudut tumpukan pakan (Tabel 8). Semakin lama pakan disimpan maka sudut tumpukan pakan akan semakin meningkat.

0

Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (p<0.01), R1= pakan mengandung inti sawit + pollard, R2 = pakan mengandung tepung inti sawit + dedak padi

Peningkatan sudut tumpukan pakan selama penyimpanan diiringi dengan peningkatan kadar air pakan selama penyimpanan, sehingga dapat diketahui bahwa kadar air pakan mempengaruhi sudut tumpukan. Baryeh (2002) menyatakan bahwa yang mempengaruhi nilai sudut tumpukan yaitu kadar air, semakin tinggi nilai kadar air maka akan meningkatkan nilai sudut tumpukan.

(22)

9 Ukuran Partikel

Ukuran partikel menjadi faktor penentu penumpukan bahan pakan/ pakan dalam bin dan berperan dalam menentukan konversi pakan (Fogo 194). Pengukuran partikel adalah proses penentuan rata-rata ukuran partikel dalam sampel pakan atau bahan pakan.

Lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0.01) terhadap ukuran partikel pakan, sedangkan perlakuan pakan dan interaksi antar lama penyimpanan dengan perlakuan pakan tidak berpengaruh nyata terhadap ukuran partikel

Semakin lama pakan disimpan ukuran partikel pakan akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan kadar air. Fasina (2008) melaporkan pengaruh kadar air terhadap kerapatan tumpukan dan ukuran partikel pellet, peningkatan kadar air pellet mengakibatkan penurunan secara linier terhadap kerapatan tumpukan dan ukuran partikel, selain itu menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Colley et al. (2006) terhadap switchgrass pellets, peningkatan kadar air pellet dari 6.3% menjadi 17% menyebabkan peningkatan diameter pellet sebesar 18%, dan peningkatan panjang pellet sebesar 17%.

Peningkatan ukuran partikel dapat disebabkan juga oleh kondisi pakan yang semakin lama disimpan terjadi penggumpalan sehingga pada proses penyaringan, partikel halus yang tersaring berkurang. Meskipun terjadi peningkatan ukuran partikel selama penyimpanan, pellet penelitian ini masih tergolong kedalam kategori kasar. Menurut Pfost (1976) ukuran partikel pellet ayam broiler yang biasa digunakan dalam industry pakan adalah 4-5 mm.

Tabel 9 Pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan terhadap ukuran partikel pakan (mm)

Perlakuan Lama Penyimpanan Rataan

0 3 6

R1 4.932 ± 0.350 5.278 ± 0.064 5.822 ± 0.129 5.344 ± 0.150 R2 5.218 ± 0.116 5.386 ± 0.201 5.963 ± 0.210 5.522 ± 0.052

Rataan 5.075 ± 0.165c 5.332 ± 0.097b 5.892 ± 0.057a

Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (p<0.01), R1= pakan mengandung inti sawit + pollard, R2 = pakan mengandung tepung inti sawit + dedak padi

Daya Ambang

Daya ambang adalah jarak yang ditempuh oleh suatu partikel bahan jika dijatuhkan dari atas ke bawah selama jangka waktu tertentu (m s-1

Perlakuan pakan, lama penyimpanan, dan interaksi lama penyimpanan dengan perlakuan pakan tidak berpengaruh nyata terhadap daya ambang pakan.

(23)

10

Apabila dilihat dari rata-rata R1 memiliki daya ambang yang lebih tinggi dibandingkan dengan R2. R1 memiliki daya ambang yang lebih tinggi dibandingkan dengan R2 dapat disebabkan oleh nilai kadar air rata-rata R1 lebih besar dibandingkan dengan nilai kadar air rata-rata R2. Suadnyana (1998) menyatakan bahwa kadar air bahan yang semakin tinggi menyebabkan berat partikel bahan menjadi meningkat sehingga akan jatuh lebih cepat karena gaya gravitasi yang dialami menjadi besar.

Tabel 10 Pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan terhadap daya ambang pakan (m s-1

Perlakuan

)

Lama Penyimpanan Rataan

0 3 6

R1 5.142 ± 0.684 4.595 ± 0.367 4.377 ± 0.546 4.705 ± 0.159 R2 4.895 ± 0.395 4.495 ± 0.715 4.029 ± 0.172 4.474 ± 0.273 Rataan 5.019 ± 0.204 4.546 ± 0.246 4.203 ± 0.256

Keterangan: R1= pakan mengandung inti sawit + pollard, R2 = pakan mengandung tepung inti sawit + dedak padi

Durability

Durability merupakan parameter utama yag digunakan untuk menggambarkan kualitas fisik pellet Tabel 11 menunjukkan bahwa lama penyimpanan, perlakuan pakan, dan interaksi antar lama penyimpanan dengan perlakuan pakan berpengaruh nyata (P<0.01) terhadap durabilitypellet. Semakin lama pellet disimpan, maka durability pellet semakin menurun. Penurunan % durability pellet seiring dengan kenaikan ukuran partikel pellet selama penyimpanan. Peningkatan ukuran partikel pellet menyebabkan ruang antar partikel pellet membesar sehingga ikatan antar partikel pellet semakin melemah dan pellet semakin rapuh. Hal ini didukung oleh pernyataan Saenab et al. (2010) yang menyatakan bahwa, semakin kecil ukuran partikel pellet menyebabkan semakin luas permukaan kontak antar partikel di dalam pellet, sehingga semakin kuat ikatan antar partikel penyusun pellet yang menyebabkan pellet tidak mudah hancur.

Perlakuan pakan berpengaruh nyata terhadap durability pellet. Pellet R2 memiliki durability yang lebih besar dibandingkan dengan pellet R1. Hal ini dapat diakibatkan oleh kandungan serat kasar yang terkandung dalam R2 lebih tinggi dibandingkan dengan serat kasar yang terkandung dalam R1 (Tabel 3). Serat dapat diklasifikasikan sebagai zat larut dalam air yang dapat menyebabkan viskositas tinggi (Frolich 1990; Lo 1990). Serat yang larut dalam air seperti

Penurunan durability pellet terjadi seiring dengan peningkatan kadar air pellet selama penyimpanan. Tabil (1996) yang mempelajari tentang efek penyimpanan pada kelembaban yang tinggi terhadap kekerasan dan durability pellet alfalfa menemukan bahwa, peningkatan kadar air pellet dari 6% hingga 10% tidak mempengaruhi durability pellet, namun durability pellet menurun pada saat pellet mempunyai kadar air sebesar 12% hingga 14%.

(24)

11 sebagai pengisi dalam ransum. Selanjutnya, integritas struktur gumpalan yang terdapat dalam ransum menjadi lebih tinggi sehingga menyebabkan durability dan kekuatan pellet semakin tinggi (Thomas et al. 1998).

Tabel 11 Pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan terhadap durability pellet (%)

Perlakuan Lama Penyimpanan

0 3 6

R1 91.905 ± 0.825b 89.048 ± 0.825c 87.619 ± 0.412c R2 96.190 ± 1.650a 88.571 ± 0.000c 87.619 ± 0.825c Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata

(p<0.01), R1= pakan mengandung inti sawit + pollard, R2 = pakan mengandung tepung inti sawit + dedak padi

Nilai durability penelitian ini berkisar antara 87.169%-96.190%. Menurut Dozier (2001) pellet yang memiliki durability minimum 80% tergolong kedalam pellet yang kokoh dan tidak mudah rapuh, sehingga dapat diketahui bahwa meskipun telah mengalami proses penyimpanan selama enam minggu pellet masih tergolong kedalam kategori pellet yang bagus.

Bilangan Asam

Lama penyimpanan dan perlakuan pakan berpengaruh nyata terhadap bilangan asam pakan. Interaksi antar lama penyimpanan dengan perlakuan ransum tidak berpengaruh nyata terhadap bilangan asam pakan (Tabel 13). Semakin lama pakan disimpan, bilangan asam pakan semakin meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh terjadinya proses oksidasi terhadap lemak yang terkandung di dalam pakan. Oksidasi yang umum dijumpai yaitu reaksi oksidasi pada ikatan rangkap dari asam lemak tidak jenuh. Ketengikan oksidatif merupakan reaksi autocatalytic dimana laju reaksi meningkat sejalan dengan meningkatnya waktu penyimpanan. Hal ini disebabkan karena adanya hasil oksidasi awal yang dapat mempercepat reaksi oksidasi selanjutnya, dan reaksi ini dikenal sebagai reaksi berantai (Schultz et al. 1962).

Oksidasi oleh oksigen terjadi secara spontan jika bahan yang mengandung lemak dibiarkan kontak dengan udara. Oksidasi yang umum dijumpai yaitu reaksi oksidasi pada ikatan rangkap dari asam lemak tidak jenuh. Oksidasi dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida dengan pengikatan oksigen pada ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh. Tingkat selanjutnya adalah terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas (Ketaren 1986).

(25)

12

Gambar 2 Reaksi oksidasi pada minyak menurut Winarno (1992)

Tabel 12 Pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan terhadap bilangan asam

Perlakuan Lama Penyimpanan Rataan

0 3

R1 2.553 ± 0.091 3.277 ± 0.285 2.915 ± 0.138b R2 3.217 ± 0.163 4.203 ± 0.022 3.710 ± 0.099a Rataan 2.885 ± 0.051b 3.740 ± 0.185a

Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (p<0.01), R1= pakan mengandung inti sawit + pollard, R2 = pakan mengandung tepung inti sawit + dedak padi

Perlakuan pakan berpengaruh nyata terhadap bilangan asam. R2 yang mengandung dedak padi memiliki bilangan asam yang lebih tinggi dibandingkan dengan R1, hal ini disebabkan oleh dedak padi yang terkandung di dalam R2 memiliki asam lemak tidak jenuh lebih tinggi dibandingkan dengan pollard yang terkandung di dalam R1. Tingginya kandungan asam lemak tidak jenuh pada R2 akan menyebabkan daya simpan R2 lebih rendah dibandingkan dengan R1, hal ini karena R2 akan lebih cepat mengalami kerusakan akibat rekasi oksidasi dibandingkan dengan R1.

SIMPULAN

(26)

13

DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 1995. Official Method of Analysis. Washington DC (US): Assosiation of Official Analytical Chemist.

Aritonang D. 1984. Pengaruh penggunaan bungkil inti sawit dalam ransum babi yang sedang bertumbuh [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Baryeh EA. 2002. Physical properties of millet. J. Food Engineering. 51 (1): 39-46.

Caroll JP, Finnan J. Physical and chemical properties of pellets from energy crops and cereal straws. Biosystems Engineering. 112(2012): 151-172.

Colley Z, Fasina OO, Bransby D, Lee YY. 2006. Moisture effect on the physical characteristics of switchgrass pellets. TASAE (49): 1845–1851.

Departemen Pertanian. 2012. Produksi Kelapa Sawit Menurut Provinsi di Seluruh Indonesia, 2008 – 2012.

Dozier WA. 2001. Pellet quality for most economical poultry meat. J Feed International. 52 (2): 40-42.

Fasina OO, Sokhanasanj. 1993. Effect of moisture content on blk handlingproperties of alfalfa pellets. J. Canad. Agric. Engin. 35(4):269-273. Fasina OO. 2008. Physical properties of peanut hull pellets. Bioresource

Technology. 99 (2008) 1259–1266.

Fauzi Y, Widiastuti YE, Satyawibawa I, Hartono R. 2006. Kelapa Sawit; Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analis Usaha dan Pemasaran. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Fogo W. 1994. Feed Manufacturing Industry. Ed ke- 4. RR McEllhiney, editor. America (US): American Feed Industry Assosiation Inc.

Frolich W. 1990. Chelating properties of dietary fibre and phytate. The role for mineral availability. Di dalam: Furda I, Brine CJ, editor. New Developments in Dietary Fibre. Plenum. New York (US). hlm 83-93.

Goldblatt LA. 1969. Introduction of Aflatoxin. Di dalam: LA. Goldblatt, editor. Aflatoxin Scientitic Background, Control and Implication. New York (US): Academic Press.

Gunawan, Tangendjaja B. 1986. Pengaruh lama penyimpanan dedak padi terhadap kualitas dedak padi bebas minyak untuk ayam pedaging. Ilmu dan Peternakan 2:165-168.

Henderson SM, Perry RL. 1976. Agricultural Processes Engineering. New York (US): John Wiley and Sons Inc.

Hott JM. 2007. The effect of moisture addition with a mold inhibitor on feed manufacture, pellet quality, and broiler performance [tesis]. West Virginia (US): University Morgantown.

Johnson JR. 1994. The realities of bulk solid properties testing. Bulk Solid Handling. 14(1) : 129–134.

Kaliyan N, Morey RV, White MD, Doering A. 2009. Roll-press briquetting and pelleting of corn stover and switchgrass. TASAE (52):543–555.

(27)

14

Khalil. 1999a. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik pakan lokal : kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan berat jenis. Media Petern. 22(1) : 1-11.

Khalil. 1999b. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik pakan lokal: sudut tumpukan, daya ambang dan faktor higroskopis. Media Petern. 22 (1) : 33-42.

Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta (ID): UI Pr.

Ketaren. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta (ID): UI Pr.

Kolatac RP. 1996. Understanding Particulate Solids. In Chemical Procesing 2013].

Lo GS. 1990. Physiological effect and physico-chemical properties of soy cotyledon fibre. Di dalam: Furda I, Brine CJ, editor. New Developments in Dietary Fibre. New York (US): Plenum. hlm 49-66.

Mappa F. 2011. Pengaruh penambahan antioksidan dan lama penyimpanan terhadap ketengikan pakan broiler. [skripsi]. Makasar (ID): Universitas Hassanudin.

McEllhiney RR. 1994. Feed Manufacturing Industry 4th Edition. Arlington (US): American Feed Industry Assosiation Inc.

[NRC] National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Washington DC (US): National Academi of Science.

Patterson HBW. 1989. Handling and Storage of Oil Seeds, Oils, Fats, and Meal. New York (US): Elsevier Applied Science.

Pfost BD. 1976. Feed Manufacturing Technology. Arlington (US): American Feed Manufacturing Association

Retnani YW, Widiarti I, Amiroh L, Herawati, KB Satoto. 2009. Uji daya simpan dan palatabilitas wafer ransum komplit pucuk dan ampas tebu untuk sapi pedet. Media Peternakan. 32(2):130-136.

Saenab A, Laconi EB, Retnani Y, Mas’ud MS. 2010. Quality evaluation of shrimp by-product complete ration pellets. JITV 15(1): 31-39.

Saputra AA. 2012. Kajian kandungan nutrien dan tingkat kerusakan tepung inti sawit sebagai bahan pakan baru bernutrien tinggi selama penyimpanan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Schultz HW, Day EA, Sinnhuber RO. 1962. Simposium on Food : Lipid and Their Oxidation. Westport (US): The AVI Publishing Co, Inc.

Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Bambang S, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Principles and Procedure of Statistic.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1987. SNI Inti Kelapa Sawit 01-0002-1987. Badan Standarisasi Nasional.

Suadnyana IW. 1998. Pengaruh kadar air dan ukuran partikel terhadap perubahan sifat fisik pakan lokal sumber protein. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

(28)

15 Syamsu JA. 2007. Pengaruh waktu penyimpanandan jenis kemasan terhadap

kualitas dedak padi. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak. 1 (2): 75-84. Syarief R, Halid H. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta (ID): Arcan. Tabil LG. 1996. Binding and pelleting characteristics of alfalfa [disertasi].

Department of Agricultural and Bioresource Engineering. Saskatchewan (CA): University of Saskatchewan.

Thomas M, Vliet van T, Poe1 van der AFB. 1998. Physical quality of pelleted animal feed 3. Contribution of feedstuff components. Animal Feed Science Technology. 70(1998):59-78.

Toharmat T, Nursasih E, Nazillah R, Hotimah N, Noerzihad TQ, Sigit NA, Retnani Y. 2006. Sifat fisik pakan kaya serat dan pengaruhnya terhadap konsumsi dan kecernaan nutrien ransum pada kambing. Media Peternakan. 29 (3): 144-154.

Winarno FG, Srikandi F, Dedi F. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta (ID): P.T. Gramedia.

Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.

(29)

16

Lampiran 1 Hasil analisis ragam berat jenis Sumber

Keterangan: ** = sangat berbeda nyata (P<0.01), ns = tidak berbeda nyata

Lampiran 2 Hasil analisis ragam kerapatan tumpukan Sumber

Keterangan: ns = tidak berbeda nyata

Lampiran 3 Hasil analisis ragam kerapatan pemadatan tumpukan Sumber

Keterangan: *= berbeda nyata (P<0.05), ns = tidak berbeda nyata

Lampiran 4 Hasil analisis ragam sudut tumpukan Sumber

(30)

17 Lampiran 5 Hasil analisis ragam ukuran partikel

Sumber

Keterangan: ** = sangat berbeda nyata (P<0.01), ns = tidak berbeda nyata Lampiran 6 Hasil analisis ragam daya ambang

Sumber

Keterangan: ns = tidak berbeda nyata

Lampiran 7 Hasil analisis ragam durability Sumber

Keterangan: ** = sangat berbeda nyata (P<0.01), * = berbeda nyata (P<0.05), ns = tidak berbeda nyata

Lampiran 8 Hasil analisis ragam bilangan asam Sumber

(31)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Oktober 1990 di Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah putri tunggal dari pasangan Drs Ahmad Sodik Siswoutomo dan Ir Emi Sumiarsih, MP. Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Cianjur pada tahun 2002 hingga 2005 kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cilaku-Cianjur pada tahun 2005 yang diselesaikan pada tahun 2008.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Imu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008.

Penulis menjadi anggota organisasi kemahasiswaan Gentra Kaheman (2008-2009) dan berpartisipasi dalam kepanitiaan, seperti Seminar Agribisnis Peternakan (2009), Dekan Cup (2009), dan Fapet Show Time (FST) (2010).

UCAPAN TERIMA KASIH

Gambar

Gambar 1 Alur pembuatan pakan
Gambar 2 Reaksi oksidasi pada minyak menurut Winarno (1992)

Referensi

Dokumen terkait

Figure 2. Temporal variation of out going sediment during rice growth in the wet season 2003-04 and dry season 2004.. Gambar 1 dan 2 mendemonstrasikan bahwa hanya pada

Buka secara penuh valve inlet dan outlet cooling water di water box surface condenser, kemudian buka bleed valve untuk mengeluarkan udara atau gas yang terjebak, kemudian tutup

Banyaknya keluhan pemakai layanan jasa internet terhadap provider Indosat (IM2) dan Telkomsel (Telkomsel Flash) karena adanya ketidakpuasan pengguna terhadap layanan

Paling tidak kita harus menguasai empat jenis keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitu menulis, membaca (bahasa tulisan), mendengar, dan berbicara (bahasa

Usaha yang dapat dilakukan untuk menekan penyakit gummy stem blight adalah penyemprotan fungisida seperti “azoxystrobin and kresoxym-methyl” dan melakukan persilangan

[r]

pada daerah yang memiliki kecepatan arus yang tinggi jumlah jenis. makrozoobenthos yang hidup di dalamnya

Jalan Kolonel H. Bersama ini kami mengundang Bapak/Ibu/Direktur/Direktris atau yang mewakili untuk melakukan konfirmasi Administrasi, Alat dan Personil Inti, serta