EFEK ANTIBAKTERI KONSENTRASI EKSTRAK
BATANG KEMUNING (
MURRAYA PANICULATA
)
TERHADAP
FUSOBACTERIUM NUCLEATUM
SEBAGAI
BAHAN ALTERNATIF MEDIKAMEN
SALURAN AKAR GIGI
(IN VITRO)
SKRIPSI
Oleh :
IQBAL T P SIRAIT NIM : 100600009
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 10 November 2014
Pembimbing: Tanda Tangan
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 10 November 2014
TIM PENGUJI
KETUA : Prof. Trimurni Abidin drg., M.Kes., Sp.KG(K) ANGGOTA : 1. Cut Nurliza drg., M.Kes
2. Nevi Yanti drg., MDSC
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya terkhusus penulis sampaikan kepada ayahanda Sadden Sirait S.Pd dan ibunda Sri Masnila atas segala kasih sayang, bimbingan, doa, dukungan baik moril maupun materiil, dan motivasi yang tiada hentinya kepada penulis selama menempuh pendidikan. Tak lupa pula penulis juga menyampaikan terima kasih kepada saudara penulis, kakak tersayang Nisa L. Sari Sirait atas dukungan yang diberikan.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas izin penelitian yang diberikan.
2. Cut Nurliza, drg., M.Kes, selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi FKG USU atas bimbingan dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp. KG (K) selaku dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis selama pembuatan proposal, penelitian, seminar hasil hingga penyempurnaan skripsi ini.
5. Wandania Farahhany, drg., yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan dan dalam menyelesaikan penulisan ini.
6. Dennis, drg yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat penuh kepada penulis dari awal sampai akhir penyelesaian skripsi.
7. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Konservasi Gigi FKG USU yang telah memberikan saran, masukan, dan bantuan kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi..
8. Dr. Marline Nainggolan, Ms Apt. selaku Ketua Laboratorium Fitokimia FARMASI USU, berserta abangda Ary Ray selaku laboran atas izin bantuan fasilitas dan bimbingan untuk pelaksanaan penelitian ini.
9. Prof. Boy M Bahtiar M.S., Ph.D selaku Ketua Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia atas bimbingan dan arahan selama melaksanakan penelitian.
10. Prof. Dr. Dwi Suryanto, drs., B.Sc., M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas MIPA USU atas bimbingan dan arahannya dalam pelaksanaan skripsi ini.
11. Mba May dan mba Desy selaku laboran Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang telah membantu dalam melakukan penelitian.
12. Ibu Nurmala yang telah membantu dalam mengambil serta mengumpulkan bahan penelitian.
13. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ilmu Konservasi Gigi Anita, Jeje, Faber, Ajeng, Sondi, Nesya, Naftalia, Erda, Vivi, Vika, Joce, Fajar, dan Nurul, serta teman-teman stambuk 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
14. Sahabat-sahabat penulis Eka, Dendy, Yohan, Richardo, Beactris, Aryani, Ivan, Haifa, Jodek, , M Shaleh, Yudi Setiawan yang telah memberikan motivasi dan semangat selama masa penulisan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.
Medan, 10 November 2014
Penulis
Iqbal T P Sirait
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Konservasi Tahun 2014
Iqbal T P Sirait
EFEK ANTIBAKTERI KONSENTRASI EKSTRAK BATANG KEMUNING (MURRAYA PANICULATA) TERHADAP PERTUMBUHAN Fusobacterium nucleatum SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF MEDIKAMEN SALURAN AKAR GIGI (IN VITRO).
vi + 66 halaman
Salah satu kunci keberhasilan perawatan endodonti adalah tindakan pembersihan dan pemberian medikamen, sehingga diperlukan bahan yang dapat mengeliminasi bakteri khususnya Fusobacterium nucleatum yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran akar, juga bahan yang mudah didapat serta terjangkau harganya. Kemuning merupakan tumbuhan yang banyak terdapat di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui efek konsentrasi ekstrak batang kemuning yang mempengaruhi pertumbuhan Fusobacterium nucleatum dan untuk mengetahui pengaruh faktor pengenceran bakteri dengan waktu inkubasi.
koloni bakteri tetap dapat tumbuh pada media dan bakteri ditemukan mati pada konsentrasi esktrak batang kemuning 20% dengan pengenceran bakteri 104 dalam inkubasi 6 jam. Hal tersebut menunjukan bahwa ada pengaruh antara ekstrak bahan dengan konsentrasi bakteri dan waktu inkubasi bakteri.
Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan cakram tidak menghasilkan efektifitas. Pada penghitungan koloni konsentrasi ekstrak bahan yang dicobakan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri.
Kata kunci : medikamen saluran akar, fusobacterium nucleatum, kemuning Daftar Rujukan: 31 (1995-2013)
DAFTAR ISI
Halama n
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR TABEL ... v
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Medikamen Saluran Akar ... 7
2.2. Fusobacterium nucleatum sebagai salah satu bakteri saluran akar 10
2.3. Kemuning (Murraya paniculata) ... 15
2.4. Kandungan yang terdapat pada kemuning ... 17
2.5. Penggunaan bahan herbal untuk mengeliminasi bakteri Fusobacterium nucleatum ... 18
2.6 Kerangka Teori ... 20
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka konsep ... 21
3.2. Hipotesa penelitian ... 22
4.1.1 Rancangan Penelitian ... 23
4.5.3.1 Pembuatan Ekstrak Etanol Batang Kemuning ... 29
4.5.3.2 Pengenceran Bahan Coba ... 34
4.5.3.3 Pembuatan Media Bakteri ... 34
4.5.3.4 Pembiakan Spesimen ... 35
4.5.3.5 Efek Antibakteri Ekstrak Bahan Dengan Metode Difusi Menggunakan Cakram ... 35
4.5.3.6 Cara Pengukuran Zona Bening ... 36
4.5.3.7 Efek Antibakteri Ekstrak Bahan Dengan Metode Perhitungan Koloni Bakteri ... 37
4.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 37
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Ekstrak Kental Batang kemuning ... 38
5.2 Uji Efektivitas Antibakteri Dengan Metode Cakram ... 39
5.3 Uji Efektifitas Antibakteri Dengan Penghitungan Koloni Bakteri .... 41
BAB 6 PEMBAHASAN ... 48
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 53
7.1 Kesimpulan ... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Koloni Fusobacterium n. dibawah scanning electron microscopy ... 12
2. Membran sel bakteri gram negatif ... 13
3. SEM dari sel Fusobacterium n. yang berkoagregasi dengan P. Gingivalis ... 14
4. Tanaman Kemuning (Murraya Paniculata) ... 16
5. Tumbuhan Kemuning yang didapat ... 17
26. Hasil percobaan dengan ekstrak batang kemuning 1% dan 2,5% ... 39
27. Hasil percobaan dengan ekstrak batang kemuning 5% dan 7,5% ... 40
28. Hasil percobaan dengan ekstrak batang kemuning 20% dan kelompok kontrol ... 40
29. Jumlah koloni Bakteri pada pengenceran bakteri 104 dalam inkubasi 3 jam ... 42
30. Jumlah koloni Bakteri pada pengenceran bakteri 104 dalam inkubasi 6 jam ... 43
31. Jumlah koloni Bakteri pada pengenceran bakteri 108 dalam inkubasi 3 jam ... 44
32. Jumlah koloni Bakteri pada pengenceran bakteri 108 dalam inkubasi 6 jam ... 45
34. Diagram jumlah koloni bakteri ... 47 35. Kurva pertumbuhan Fusobacterium nucleatum ... 50
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Bakteri yang diisolasi dari saluran akar denganlesi periapikal ... 11 2. Hasil perhitungan jumlah bakteri Fusobacterium nucleatum pada
pengenceran bakteri 104 dan 108 dalam inkubasi 3 jam dan 6 jam ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Skema Alur Pikir 2. Skema Alur Penelitian
3. Tabel hitung jumlah koloni bakteri pada percobaan ekstrak batang kemuning dengan konsentrasi 1% 2,5% 5% 7,5% dan 20% terhadap Fusobacterium nucleatum dengan pengenceran 104 dan 108 dalam waktu inkubasi 3 jam dan 6 jam.
4. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan
bahan yang mudah didapat serta terjangkau harganya. Kemuning merupakan tumbuhan yang banyak terdapat di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui efek konsentrasi ekstrak batang kemuning yang mempengaruhi pertumbuhan Fusobacterium nucleatum dan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindakan pembersihan dan pemberian medikamen saluran akar adalah salah satu tahap terpenting dalam perawatan endodonti demi suksesnya perawatan tersebut. Cleaning adalah tindakan pengambilan dan pembersihan seluruh jaringan pulpa serta
jaringan nekrotik yang ada. Shaping merupakan tindakan pembentukan saluran akar untuk persiapan pengisian selain itu pemakaian instrumen serta medikamen saluran akar juga perlu diperhatikan. Tindakan preparasi yang masih meninggalkan mikroorganisme dapat mempengaruhi keberhasilan dalam perawatan, untuk itu perlu dilakukan pemberian medikamen yang mampu mengeliminasi mikroorganisme yang merupakan langkah penting dalam perawatan. 1-3 Tindakan pemberian medikamen saat ini tidak banyak alternatifnya, khususnya pada kasus flare-up atau reinfeksi yang membuat bakteri menjadi bertambah dan sulit untuk dieliminasi.
Suatu bahan medikamen saluran akar yang ideal diharapkan mampu mengeliminasi bakteri dalam saluran akar yang tidak tereliminasi pada prosedur pembersihan saluran akar, juga mampu mengurangi rasa sakit maupun inflamasi, mampu mengeliminasi eksudat apikal serta resorpsi akar dan infeksi ulang.1
Bahan medikamen yang digunakan selama ini yakni bahan yang berbasis fenol, seperti formocresol, camphorated monoparachlorophenol(CMCP), metacresyl
acetate, eugenol dan thymol. Formocresol merupakan kombinasi formaline dan
tricresol dengan perbandingan 1:1. Formocresol serta bahan yang berbasis fenol
lainnya memiliki daya hambat terhadap bakteri namun efeknya hanya beberapa waktu saja.2
berpengaruh terhadap sel dan jaringan yang sehat pada rongga mulut. Selain itu, fungsinya sebagai antimikroba hanya sementara saja karena memiliki reaksi antibakteri dalam beberapa waktu saja, sehingga kurang bermanfaat jika digunakan sebagai medikamen pada setiap kunjungan.4
Berbagai macam perawatan saluran akar gigi telah dilakukan untuk mempertahankan gigi-geligi selama mungkin dalam rongga mulut. Namun kegagalan perawatan saluran akar gigi masih menjadi permasalahan utama dalam bidang kedokteran gigi khususnya endodonti. Permasalahan yang sering terjadi pada lingkungan saluran akar gigi adalah adanya mikroorganisme yang masih bertahan hidup setelah perawatan saluran akar. Secara langsung ataupun tidak langsung penyakit pulpa dan jaringan sekitarnya ada hubungannya dengan mikroorganisme. Mikroorganisme yang paling banyak diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi adalah obligat anaerob.5 Data dari kultur penelitian molekuler menunjukkan bahwa mikrobiota yang sering berasosiasi dengan infeksi primer pada perawatan endodontik didominasi oleh bakteri anaerob, terutama dari golongan Treponema, Porphyromonas, Dialister, Tannerella, Prevotella, Filifactor, Fusobacterium,
Peptostreptococcus, Propionibacterium, Actinomyces, Eubacterium, dan
Pseudoramibacter.6 Fusobacterium adalah bakteri anaerob dan bersifat gram negatif (7,8)
dan Sundqvist (1994) melaporkan hasil penelitiannya bahwa Fusobacterium nucleatum mendominasi sejumlah bakteri yang ada di saluran akar.1 Keistimewaan dari Fusobacterium nucleatum adalah kemampuannya untuk beradhesi dengan bakteri gram positif dan negatif pada biofilm plak terisolasi yang ditemukan di daerah periapikal dari gigi yang terinfeksi.7,8
Fusobacterium nucleatum sangat sulit dieliminasi dari saluran akar karena
Fusobacterium nucleatum dapat tumbuh dan berkembang pada pH 6 dan 8,
dan akan semakin berkembang pada pH 8,2. Bakteri ini telah dilaporkan dapat bertahan pada perawatan saluran akar dengan kalsium hidroksida pada pH 9.0 dan biofilm yang terbentuk dapat melindunginya. Formasi biofilm dari bakteri ini dapat memberikan pertahanan ketika bahan medikamen menetralkan saluran akar.
Fusobacterium nucleatum dapat berkembang di biofilm tersebut dan dapat lebih
tahan terhadap sistem imun dari pertahanan tubuh, jika dibiarkan dapat menyebabkan infeksi saluran akar.11
Bahan alami sejak lama sudah digunakan untuk proses pengobatan. World Health Organization (WHO) merekomendasikan penggunaan obat tradisional
termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker.35 Hal ini sesuai dengan prioritas utama dan fokus pembangunan JAKSTRANAS IPTEK 2010-2014 mengenai teknologi kesehatan dan obat yaitu mengembangkan Iptek kesehatan dan obat khususnya obat alami untuk mendukung klaster industri farmasi nasional yang meliputi iptek untuk mendukung kesejahteraan masyarakat dan teknologi sarana kesehatan dan obat.12
Salah satu tanaman herbal yang masih dalam penelitian adalah kemuning (Murraya Paniculata (L) Jack). Tanaman ini merupakan tanaman hutan, tumbuh di semak belukar atau ditanam orang sebagai perdu hias. Tanaman kemuning tumbuh kira-kira sampai setinggi 400 m di atas permukaan laut. Banyak ragam dari tanaman kemuning yang ada yaitu jenis berdaun kecil dan lebat dan tanaman ini biasanya digunakan sebagai pagar. Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daun, buah dan kulit batang.14,15
Siti Kusmardi (1985) menyatakan bahwa tanaman kemuning (Murraya paniculata (L) Jack) sebagai tanaman obat berkhasiat telah lama dikenal di Indonesia.
Kulit batangnya selain digunakan sebagai obat sakit gigi, air rebusannya juga dapat dipakai sebagai obat sakit perut dan masuk angin. Trimurni dkk (1999) berhasil menunjukkan bahwa ekstrak batang kemuning bersifat biokompatibel. Trimurni (2000) telah meneliti dan menemukan bahwa ekstrak batang kemuning dapat meredakan nyeri interdental. 15
Penelitian Steven dan Trimurni (2007) menguji ekstrak batang kemuning dengan konsentrasi 1%, 2,5%, 5% dan 7,5% terhadap Streptococus mutans dengan melihat pertumbuhan bakteri dengan metode zona hambat menggunakan cakram dan melihat zona bening yang terbentuk. Konsentrasi yang digunakan adalah konsentrasi MIC (Minimum Inhibitory Consentration) pada ekstrak batang kemuning digunakan 5% dan dilakukan penambahan konsentrasi diatasnya (7,5%) dan untuk mengetahui pengaruh peningkatan pada setiap konsentrasi ditambahkan konsentrasi 1% dan 2,5%. Hasil dari penelitian tersebut ialah pada masing-masing konsentrasi memiliki zona bening dan zona hambat paling besar terletak pada konsentrasi 7,5%.15 Sampai saat ini belum diketahui bagaimana efek konsentrasi ekstrak batang kemuning yang dicobakan pada penelitian sebelumnya jika dicobakan dengan bakteri lain, maka timbul pemikiran apakah ekstrak bahan tersebut dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan Fusobacterium nucleatum dengan melihat zona hambat dengan metode cakram, mengingat kemuning adalah tanaman lokal yang mudah didapat di Indonesia dan akan lebih ekonomis bila menggunakan batang kemuning jika dapat digunakan sebagai alternatif bahan medikamen saluran akar.
Thilages dan Trimurni (2012) meneliti tentang ekstak daun neem terhadap Fusobacterium nucleatum. Penelitian dilakukan dengan mencari nilai dari kadar
Fusobacterium nucleatum. Pada inkubasi 3 jam dengan semua pengenceran bakteri
didapati nilai yang paling efektif dalam menghambat ialah pada konsentrasi 50% dan 12,5%, tidak dijumpai bakteri mati total. Pada inkubasi 6 jam bakteri ditemukan mati total pada pegenceran bakti 103 pada konsentrasi 6,25% 34
Berawal dari hal diatas, maka tujuan penelitian ini untuk melihat efek konsentrasi ekstrak bahan terhadap pertumbuhan mikroorganisme tersebut menggunakan konsentrasi 1% 2,5% 5% 7,5% 20% dengan melihat pertumbuhan bakteri dengan menggunakan cakram dan perhitungan jumlah koloni bakteri yang dapat tumbuh pada petri. Penambahan konsentrasi 20% dimaksudkan untuk melihat pengaruh pertumbuhan bakteri jika diberikan konsentrasi besar (makro) dan lebih mudah membuat pengenceran ekstrak bahan lainnya. Peneliti juga menggunakan waktu inkubasi 3 jam dan 6 jam dan pengenceran bakteri yang berbeda yaitu 104 dan 108 pada perhitungan jumlah koloni bakteri untuk melihat perbedaan jumlah bakteri yang mati.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka timbul permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh antibakteri dari ekstrak batang kemuning dengan konsentrasi 1% 2,5% 5% 7,5% 20% terhadap pertumbuhan Fusobacterium nucleatum dengan melihat zona hambat dengan penggunaan cakram ?
2. Apakah ada pengaruh antibakteri dari ekstrak batang kemuning dengan konsentrasi 1% 2,5% 5% 7,5% 20% terhadap pertumbuhan Fusobacterium nucleatum dalam mengeliminasi bakteri dengan pengenceran bakteri 104 dan 108 dengan cara menghitung koloni bakteri ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh antibakteri dari ekstrak batang kemuning dengan konsentrasi 1% 2,5% 5% 7,5% 20% terhadap pertumbuhan Fusobacterium nucleatum dengan melihat zona hambat dengan penggunaan cakram
2. Untuk mengetahui pengaruh antibakteri dari ekstrak batang kemuning dengan konsentrasi 1% 2,5% 5% 7,5% 20% terhadap pertumbuhan Fusobacterium nucleatum dalam mengeliminasi bakteri dengan pengenceran bakteri 104 dan 108 dengan cara menghitung koloni bakteri
3. Untuk mengetahui pengaruh waktu inkubasi bila dilakukan selama 3 jam dan 6 jam dalam mengeliminasi Fusobacterium nucleatum dengan pengenceran bakteri 104 dan 108 dengan cara menghitung koloni bakteri
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai manfaat teoritis penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang kedokteran gigi yaitu ilmu konservasi gigi khususnya mikrobiologi saluran akar.
2. Sebagai manfaat praktis dengan penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan potensi pendayagunaan tanaman obat berkhasiat yang ada di Indonesia dalam perawatan saluran akar pada bidang kedokteran gigi khususnya endodonti.
3. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan ekstrak batang kemuning sebagai alternatif bahan medikamen saluran akar dalam penggunaannya pada praktek kedokteran gigi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pemberian medikamen saluran akar bertujuan untuk mengeliminasi bakteri yang mungkin tertinggal setelah proses preparasi dan irigasi. Adapun Fusobacterium nucleatum merupakan bakteri yang masih ditemukan dalam saluran akar meskipun
setelah pemberian medikamen berbahan formokresol. Batang kemuning (Murraya Paniculata) yang banyak terdapat di daerah Indonesia diharapkan dapat
dikembangkan sebagai bahan alternatif bahan medikamen saluran akar.
2.1 Bahan Medikamen Saluran Akar
Fungsi antimikroba dari medikasi intrakanal antar kunjungan adalah hal yang sangat penting. Mikroorganisme yang masih tertinggal akan berkembang biak, dan dapat mempengaruhi dari keberhasilan perawatan, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini bergantung pada medikamen yang diletakkan dalam saluran akar pada waktu perawatan.2,16
Tujuan pemberian medikamen saluran akar adalah untuk (1) menghambat aktivitas antimikroba di pulpa dan periapeks, (2) menetralkan sisa-sisa debris di saluran akar, (3) mengontrol dan mencegah nyeri pasca perawatan.2 Bahan medikamen saluran akar yang telah dipakai selama ini antara lain:
a. Bahan berbasis fenol
dan berkesempatan dan memperbanyak diri dan berada pada sistem saluran akar. Medikamen ini diaplikasikan pada kamar pulpa menggunakan bulatan kapas atau menempatkan paper point pada saluran akar, dengan ala dilepaskan melalui vaporisasi.19, 2
b. Kombinasi antibiotik-steroid
Memiliki efek bakterisida yang kuat terhadap bakteri. Mengandung kortikosteroid yang berguna mengurangi peradangan dan antibiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri saluran akar. Tetapi keberadaan kedua kandungan tersebut perlu diperhatikan mengingat efek samping yang ditimbulkan dari kandungan kortikosteroid akan menurunkan kemampuan regenerasi sel dan jaringan serta menghambat pembentukan fibroblast dan antibodi. Kandungan antibiotikanya juga berakibat kurang baik untuk pemakaian jangka panjang.2
c. Formokresol
Merupakan kombinasi formaline dan tricresol dalam perbandingan 1:2 atau 1:1. Formokresol merupakan bahan medikamen yang tidak spesifik dan sangat efektif terhadap mikroorganisme aerob dan anaerob yang ditemukan dalam saluran akar. Tetapi formokresol disebutkan juga menghasilkan iritasi derajat tinggi dan menyebabkan nekrosis yang bertahan selama 2-3 bulan, sehingga bersifat toksik.2
d. Kalsium hidroksida
Mekanisme antimikroba Ca(OH)2 terjadi dengan pemisahan ion calcium dan hydroxyl ke dalam reaksi enzimatik pada bakteri dan jaringan, menginhibisi replikasi
DNA serta bertindak sebagai barrier dalam mencegah masuknya bakteri dalam sistem saluran akar. Ion hydroxyl akan mempengaruhi kelangsungan hidup bakteri anaerob. Difusi ion hydroxyl (OH-) menyebabkan lingkungan alkaline sehingga tidak kondusif bagi pertahanan bakteri dalam saluran akar. Ion kalcium memberi efek terapeutik yang dimediasi melalui ion channel.16
Walaupun demikian, dari beberapa penelitian, didapati bahwa Ca(OH)2 juga memiliki beberapa kelemahan. Menurut Tam et al, (1989) kalsium hidroksida juga memiliki kelemahan, di antaranya kekuatan kompresif yang rendah sehingga dapat berpengaruh pada kestabilan kalsium hidroksida terhadap cairan di dalam saluran akar yang akhirnya dapat melarutkan bahan medikamen saluran akar. Selain itu, Hapasalo et al dan Porteiner et al melaporkan bahwa dentin dapat menginaktifkan aktivitas antibakteri kalsium hidroksida, hal ini berkaitan dengan kemampuan buffer dentin yang menghambat kerja kalsium hidroksida. Kemampuan buffer dentin menghambat terjadinya kondisi alkaline yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri, juga menghambat penetrasi ion hydroxyl ke jaringan pulpa.17 Begitu juga penelitian Peters et al, (2002) menunjukkan jumlah saluran akar yang positif mengandung bakteri meningkat setelah perawatan saluran akar dengan kalsium hidroksida.17
Gomes et al, 2002 beranggapan bahwa walaupun kalsium hidroksida direkomendasikan sebagai bahan medikasi intrakanal pada perawatan periodontitis apikalis, bukan berarti bahwa pemakaian kalsium hidroksia dapat digunakan secara universal, karena kalsium hidroksida tidak menunjukkan kemampuan yang sama terhadap seluruh bakteri.18
2.2Fusobacterium nucleatum Sebagai Salah Satu Bakteri pada Saluran Akar
Bakteri memegang peranan penting dalam perkembangan penyakit pulpa dan jaringan periapikal.19 Dalam suatu penelitian yang memeriksa gigi utuh yang saluran akarnya terinfeksi, lebih dari 90% bakterinya adalah obligat anaerob.4 Bakteri ini tumbuh dalam keadaan tidak terdapat oksigen dan sensitif terhadap oksigen.9 Data dari kultur penelitian molekuler menunjukan bahwa mikrobiota yang sering berasosiasi dengan infeksi primer pada perawatan endodontik didominasi oleh bakteri anaerob, terutama dari golongan Treponema, Porphyromonas, Dialister, Tannerella, Prevotella, Filifactor, Fusobacterium, Peptostreptococcus, Propionibacterium,
Actinomyces, Eubacterium, dan Pseudoramibacter.6 Fusobacterium adalah bakteri anaerob dan bersifat gram negatif.7,8 Sundqvist (1994) melaporkan hasil penelitiannya menunjukkan Fusobacterium nucleatum mendominasi jumlah bakteri yang ada di saluran akar, yaitu sekitar 48%.1
Berdasarkan taksonominya, Fusobacterium nucleatum diklasifikasikan atas: Kingdom : Bacteria
Filum : Fusobacteria Famili : Bacteroidaceae Genus : Fusobacterium
Tabel 1: Bakteri yang diisolasi dari saluran akar denganlesi periapikal.10
Bakteri Insiden (%)
Fusobacterium nucleatum* Streptococcus sp
Bacteroides sp Prevotella intermedia Peptostreptococcus micros Eubacterium alactolyticum Peptostreptococcus anaerobius Lactobacillus sp
Eubacterium lentum Fusobacterium sp Campylobacter sp Peptostreptococcus sp Actinomyces sp
Fusobacterium nucleatum adalah bakteri gram negatif obligat anaerob, tidak
membentuk spora dan nonmotile, berbentuk batang, ujungnya tajam dan panjangnya 5-10 µm. Fusobacterium nucleatum merupakan bakteri anaerob yang masih tumbuh dengan adanya oksigen hingga 6%.20 Secara normal Fusobacterium nucleatum ditemukan pada rongga mulut,20,22 dan merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi saluran akar yang simtomatik.23 Berdasarkan taksonominya Fusobacterium nucleatum diklasifikasikan ke dalam Kingdom Bacteria, Phylum Fusobacteriaceae,
Gambar 1: Koloni F. nucleatum dibawah Scanning Electron Microscopy (SEM).20
Fusobacterium nucleatum menggunakan asam amino untuk menghasilkan
energi dan glukosa (terdiri dari glukosa, galaktosa, fruktosa, N-asetylneuraminate, sitrat dan gliserol)22 untuk reaksi biosintesis molekul interseluler.20,22 Membran luar Fusobacterium nucleatum mempunyai karakteristik bakteri gram negatif. Lapisan
Gambar 2. Membran sel bakteri gram negatif yang terdiri dari beberapa lapisan 32
Fusobacterium nucleatum memerlukan media yang dapat berkembang biak
dan biasanya tumbuh dengan baik dalam media yang mengandung trypticase, peptone, dan ekstrak ragi. Keberadaan Fusobacterium nucleatum pada infeksi saluran
akar sejauh ini sudah terbukti. Penjalaran menuju daerah periapeks disebabkan produk hasil metabolisme Fusobacterium nucleatum yaitu lipopolisakarida (LPS) yang menghambat proliferasi sel fibroblast gingiva dan mampu beragregasi dengan bakteri lain sebagai penyedia substrat.20,24
Fusobacterium nucleatum akan mengkatabolisme asam amino seperti
aspartat, glutaman, histidin dan lisin untuk menyediakan energinya. Produk utama dari metabolisme pepton atau karbohidrat adalah asam butirat yang mengubah treonin menjadi asam propionat.20,24 Asam butirat yang dihasilkan dapat mengiritasi jaringan dan menyebabkan resorpsi tulang.9,20 Asam butirat juga dapat menghambat proliferasi sel fibroblas pada gingiva dan memberi jalan bagi Fusobacterium nucleatum untuk
Bakteri Gram Positif
melakukan penetrasi ke epitel gingiva,20 yang dijumpai pada kadar yang tinggi dalam plak, yang dapat menyebabkan penyakit periodontal.7,8,20
Menurut Okuda et al (1991) cit Bolstad (1996) Fusobacterium nucleatum pada permukaan gigi berhubungan dengan ditemukannya ekstrak lipopolisakarida bakteri (LPS) yang melekat pada saliva yang mengandung hidroksiapatit. Hal ini menunjukan bahwa lipopolisakarida (LPS) bakteri memegang peranan penting dalam proses perikatan bukan hanya pada epithelium, tetapi juga pada permukaan gigi terutama pada sementum akar. Kompleks lipopolisakarida secara umum dikaitkan sebagai zat endotoksin yang dapat menyebabkan biological effects yaitu komplemen, sitotoksitas, resorpsi tulang.20
Gambar 3. Gambaran SEM dari Sel F. Nucleatum yang berkoagregasi dengan P. Gingivalis.
Fusobacterium nucleatum dapat melepaskan sulfur dari cysteine dan
methionine, yang menghasilkan hidrogen sulphide dan methylmercaptan yang
merupakan penyebab utama halitosis.25 Adanya kombinasi dari Fusobacterium
nucleatum, Prevotella sp. dan Porphyromonas sp., dapat menjadi faktor risiko
terjadinya flare-up endodontik.24 Interaksi koeagregasi antara Enterococcus faecalis
dan Fusobacterium nucleatum meningkatkan kemampuan mikroorganisme tersebut
Fusobacterium nucleatum dapat tumbuh dan berkembang pada pH 6 dan 8,
dan akan semakin berkembang pada pH 8,2. Bakteri ini telah dilaporkan dapat bertahan pada perawatan saluran akar dengan calcium hydroxide pada pH 9.0 dan juga biofilm yang terbentuk oleh bakteri ini dapat melindunginya. Formasi biofilm dari bakteri ini dapat memberikan perlidungan ketika bahan dressing membersihkan saluran akar. Fusobacterium nucleatum tumbuh di biofilm tersebut dan dapat lebih tahan terhadap sistem imun dari pertahanan tubuh, jika dibiarkan dapat menyebabkan infeksi saluran akar.11
2.3 Kemuning (Murraya paniculata)
Secara geografis, tanaman kemuning berasal dari daratan India, Asia Selatan (Iskandar, 2005). Kemuning bersosok perdu dengan tinggi mencapai 8 meter. Selain tumbuh liar di semak belukar, kemuning juga ditanam sebagai tanaman hias. Tempat tumbuhnya dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 400 meter dari permukaan laut.13,15,14, 33
Nama kemuning di setiap daerah berbeda antara lain, kemuning di Melayu, kemunieng di Minangkabau, kamuning atau kumuning di Jawa, di Bali dipanggil kajeni, kemuning atau kemoning, di Maluku dipanggil eseki,tanasa, kamone, kamoni, di Bugis dipanggil papolo. Sementara nama asing kemuning adalah jiu li siang di China, orange jasmine di Inggris.13,15,14, 33
Klasifikasi tanaman kemuning sebagai berikut:14 Kingdom : Plantae (plants)
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Sapindales Family : Rutaceae Genus : Murraya
Kemuning termasuk tanaman semak atau pohon kecil. Pohon kemuning bercabang dan beranting banyak. Tinggi tanaman sekitar 3-8 m, batangnya beralur, tidak berduri. Daunnya majemuk, bersirip ganjil dengan jumlah anak daun antara 3-9 helai dan letaknya berseling, helaian daun bertangkai berbentuk telur dan sungsang. Bunga kemuning warnanya putih dan berbau harum.13,15,14
Gambar 4. Tanaman Kemuning (Murraya paniculata (L) Jack)14
Kemuning bersifat pedas, pahit, dan hangat. Selain berkhasiat sebagai penurun kolesterol, kemuning juga berkhasiat sebagai pemati rasa (anastesia), penenang (sedatif), antiradang, antirematik, antitiroid, penghilang bengkak, pelangsing tubuh, pelancar peredaran darah, dan penghalus kulit.14
Trimurni (1999) telah meneliti ekstrak kulit batang kemuning di Indonesia. dari hasil skrining fitokimia menunjukan kandungan senyawa kimia golongan flavonoid, kumarin, saponin, triterpena atau steroida, alkaloida dan tannin.
Gambar 5 . Tumbuhan kemuning yang didapat (kiri: bunga, tengah: daun dan batang, kanan: buah)
2.4Kandungan yang terdapat pada tumbuhan kemuning
Efek terapeutik batang kemuning erat hubungannya dengan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Trimurni dkk (2000) berhasil menunjukkan bahwa senyawa aktif batang kemuning bersifat biokompatibel. Trimurni juga berhasil menunjukkan bahwa senyawa aktif batang kemuning dapat meredakan nyeri interdental. Trimurni (1999) telah meneliti ekstrak kulit batang kemuning di Indonesia. dari hasil skrining fitokimia menunjukan kandungan senyawa kimia golongan flavonoid, kumarin, saponin, triterpena atau steroida, alkaloida dan tannin.15, 33
Flavonoid merupakan senyawa fenolik alam yang potensial sebagai
antioksidan dan mempunyai bioaktivitas sebagai obat.26 Berfungsi melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, mengurangi kandungan kolesterol serta mengurangi penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah, member efek anti inflamasi (antiradang), berfungsi sebagai antioksidan, membantu mengurangi rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan.27
Kumarin adalah senyawa fenol yang pada umumnya berasal dari tanaman
Saponin merupakan metabolit sekunder tanaman yang terjadi diberbagai jenis
tumbuhan (Hostettmann danMarston, 1995). Saponin disimpan dalam sel tanaman sebagai prekursor tidak aktif tetapi dapat segera dikonversi menjadi antibiotik biologis aktif oleh enzim tanaman yang direspon terhadap serangan patogen, itu dikarenakan enzim tanaman yang mengaktifkan saponin sudah ada dalam jaringan tanaman yang sehat. Peran alami saponin pada tanaman dianggap perlindungan terhadap serangan oleh patogen dan hewan peliharaan. Molekul ini juga diproses sebagai obat-obatan, agen berbusa, pemanis, pengubah rasa dan kosmetik.29
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui
mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan antioksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut (Desmiaty et al., 2008). Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat logam. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis dan sebagai antibakteri.30
2.5 Penggunaan Bahan Herbal Untuk Mengeliminasi Bakteri
Fusobacterium nucleatum
Penelitian terhadap bakteri tersebut telah ada dilaksanakan dengan menggunakan bahan alami dan menghasilkan sifat antibakteri dengan berbagai konsentrasi pada masing-masing bahan seperti pada penelitian Epifeni dan Rasinta Tarigan (2013) dengan menggunakan ekstrak kulit buah manggis untuk membuktikan bahwa bahan tersebut memiliki daya antibakteri dengan menghambat pertumbuhan bakteri tersebut diatas dengan hasil mempunyai daya antibakteri dengan konsentrasi paling rendah nya yaitu 1,5625%.
antibakteri dengan menghambat pertumbuhan bakteri tersebut dengan konsentrasi bahan minimum 6,25%, dan juga mengemukakan bahwa Fusobacterium nucleatum memiliki waktu berdiferensiasi sehingga dilakukan inkubasi pada 3 jam dan 6 jam.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1KERANGKA KONSEP
Penelitian ini menganalisis pengaruh antibakteri konsentrasi ekstrak batang kemuning terhadap Fusobacterium nucleatum dengan menggunakan dua metode. Metode pertama menggunakan cakram dan yang kedua dengan perhitungan koloni bakteri dalam inkubasi 3 jam dan 6 jam pada pengenceran bakteri 104 dan 108.
Ekstrak Batang Kemuning
20% 7,5% 5% 2,5% 1 %
Waktu Inkubasi : 3 dan 6 jam Pengenceran Bakteri
104 dan 108
Pertumbuhan Fusobacterium
nucleatum
dengan metode cakram
dengan perhitungan
3.2 HIPOTESA PENELITIAN
Dari uraian diatas dapat ditegakkan hipotesa bahwa:
1. Ada pengaruh antibakteri dari ekstrak batang kemuning dengan konsentrasi 1% 2,5% 5% 7,5% 20% terhadap pertumbuhan Fusobacterium nucleatum dengan penggunaan cakram.
2. Ada pengaruh antibakteri dari ekstrak batang kemuning dengan konsentrasi 1% 2,5% 5% 7,5% 20% terhadap pertumbuhan Fusobacterium nucleatum dalam mengeliminasi bakteri dengan pengenceran bakteri 104 dan 108 dengan cara menghitung koloni bakteri.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Rancangan dan Jenis Penelitian
4.1.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control group design
4.1.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laboratorium Fitokimia Farmasi USU dan laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2014
4.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah bakteri Fusobacterium nucleatum
4.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah koloni bakteri Fucobacterium nucleatum ATCC 25586 yang telah diisolasi dan dibiakkan dengan
media Brain Heart Infusion (BHI)
4.3.3 Besar Sampel
Terjadi penambahan jumlah konsentrasi ekstrak batang kemuning 20% dan percobaan dengan pengenceran bakteri yang berbeda yaitu 104 dan 108 dalam inkubasi 3 jam dan 6 jam sehingga didapati jumlah sampel sebanyak :
Penentuan Daya Hambat Bakteri :
Kelompok I : ekstrak batang kemuning 1% = 3 sampel
Kelompok II : ekstrak batang kemuning 2,5% = 3 sampel
Kelompok III : ekstrak batang kemuning 5% = 3 sampel
Kelompok IV : ekstrak batang kemuning 7,5% = 3 sampel
Kelompok V : ekstrak batang kemuning 20% = 3 sampel
Kelompok VI : Kelompok kontrol negatif (tidak dilakukan perlakuan) = 3 sampel
Total Sampel = 18 sampel
Penentuan Daya Bunuh Bakteri :
Kelompok I : ekstrak batang kemuning 1% = 8 sampel
Kelompok II : ekstrak batang kemuning 2,5% = 8 sampel
Kelompok III : ekstrak batang kemuning 5% = 8 sampel
Kelompok IV : ekstrak batang kemuning 7,5% = 8 sampel
Kelompok V : ekstrak batang kemuning 20% = 8 sampel
Kelompok V : Kelompok kontrol negatif (tidak dilakukan perlakuan) = 8 sampel
4.4 Variabel dan Definisi Operasional
4.4.1 Variabel Penelitian
Variabel tergantung
Pertumbuhan bakteri Fusobacterium nucleatum
Variabel bebas
Ekstrak Etanol Batang Kemuning 1% 2,5% 5% 7,5% 20%
Variabel terkendali
a. Jenis dan asal Batang Kemuning yang tumbuh liar di daerah Sei Mencirim Medan dan sekitar nya
b. Berat Batang Kemuning (Murraya Paniculata) sebelum pengeringan (1kg) dan setelah pengeringan (500gram)
c. Lama dan suhu pengeringan Batang Kemuning (Murraya Paniculata) (40oC) d. Volume etanol yang dipakai 6 liter e. Konsentrasi etanol yang dipakai (80%) f. Nomor kertas saring yang dipakai (Whatman
No.42)
g. Jumlah kertas saring saat perkolasi (3 lapis) h. Kecepatan tetes cairan dalam perkolator (20
tetes/menit)
i. Suhu penguapan rotavapor (40 oC) j. Waktu penguapan rotavapor (10 jam) k. Media pertumbuhan bakteri yaitu BHI agar l. Sterilisasi alat, bahan coba, dan media
m. Fusobacterium nucleatum ATCC 25586
n. Jumlah bahan coba yang diteteskan ke media (BHI=10µl)
o. Suhu inkubasi (37 oC)
p. Teknik pembiakan F.nucleatum
q. Waktu pengamatan zona bening (24jam) r. Konsentrasi bakteri 104 dan 108
s. Waktu inkubasi 3 jam dan 6 jam t. DMSO (45ml)
u. Pengenceran bakteri 104 dan 108
Variabel tidak terkendali
a. Usia Batang Kemuning (Murraya Paniculata)
4.4.2 Variabel Bebas
Variable bebas pada penelitian ini adalah ekstrak etanol batang kemuning 1% 2,5% 5% 7,5% 20%
4.4.3 Variabel Tergantung
Variable tergantung pada penelitian ini adalah pertumbuhan bakteri Fusobacterium nucleatum.
4.4.4 Variabel Terkendali
Variable terkendali pada penelitian ini terdiri atas:
a. Jenis dan asal Batang Kemuning (Sei Mencirim, Medan, Sumatera Utara, Indonesia)
b. Berat Batang Kemuning (Murraya Paniculata) sebelum pengeringan (1 kg) dan setelah pengeringan (500gram)
c. Lama dan suhu pengeringan Batang Kemuning (Murraya Paniculata) (40oC) d. Volume etanol yang dipakai 6 liter
e. Konsentrasi etanol yang dipakai (80%)
f. Nomor kertas saring yang dipakai (Whatman No.42) g. Jumlah kertas saring saat perkolasi (3 lapis)
h. Kecepatan tetes cairan dalam percolator (20 tetes/menit) i. Suhu penguapan rotavapor (40 oC)
j. Waktu penguapan rotavapor (10 jam) k. Media pertumbuhan bakteri yaitu BHI agar l. Sterilisasi alat, bahan coba, dan media
m. Fusobacterium nucleatum ATCC 25586
n. Jumlah bahan coba yang diteteskan ke media BHI=10µl) o. Suhu inkubasi (37 oC)
p. Teknik pembiakan Fusobacterium nucleatum q. Waktu pengamatan zona hambat (24jam) r. Konsentrasi bakteri 104 dan 108
t. DMSO (45ml)
u. Pengenceran bakteri 104 dan 108
4.4.4 Variabel Tidak Terkendali
Variable tidak terkendali pada penelitian ini terdiri atas: a. Usia Batang Kemuning (Murraya Paniculata)
b. Perlakuan terhadap Batang Kemuning (Murraya Paniculata) selama tumbuh
4.4.5 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Skala
Ukur
Alat Ukur
Variable Bebas
1. Ekstrak Etanol Batang
Kemuning
Larutan yang diperoleh dengan
melakukan ekstraksi Batang
Kemuning dengan pelarut
etanol dalam perkolator dan
dimasukkan ke dalam vacuum
rotavapor sehingga diperoleh
ekstrak Batang Kemuning yang
kental 100%
Dalam satuan gram
dan mililiter
Nominal Timbangan dan
Erlenmeyer
2. Ekstrak Etanol Batang
Kemuning 20%
2 gram ektrak bahan dalam 10
ml larutan DMSO
Dalam satuan gram
dan mililiter
Nominal Timbangan dan
Erlenmeyer
3. Ekstrak Etanol Batang
Kemuning 7,5%
3,75 ml ekstrak cair + 6,25 ml
DMSO
Dalam satuan gram
dan mililiter
Nominal Timbangan dan
Erlenmeyer
4. Ekstrak Etanol Batang
Kemuning 5%
2,5 ml ekstrak cair + 7,5 ml
DMSO
Dalam satuan gram
dan mililiter
Nominal Timbangan dan
Erlenmeyer
5. Ekstrak Etanol Batang
Kemuning 2,5%
1,25 ml ekstrak cair + 8,75 ml
DMSO
Dalam satuan gram
dan mililiter
Nominal Timbangan dan
Erlenmeyer
6 Ekstrak Etanol Batang
Kemuning 1%
0,5 ml ekstrak cair + 9,5 ml
DMSO
Dalam satuan gram
dan mililiter
Nominal Timbangan dan
Erlenmeyer
7 Pengenceran Bakteri
104
Bakteri yang sudah dilakukan
pengenceran 4kali dalam 10ml
BHI
Dalam satuan
mililiter
Nominal Timbangan dan
Erlenmeyer
8 Pengenceran Bakteri
108
Bakteri yang sudah dilakukan
pengenceran 8kali dalam 10ml
Dalam satuan
mililiter
Nominal Timbangan dan
BHI
9 Waktu inkubasi 3 jam Waktu yang digunakan dalam menginkubasi bakteri selama 3
jam
Waktu
10 Waktu inkubasi 6 jam Waktu yang digunakan dalam menginkubasi bakteri selama 6
jam
Waktu
Variable Tergantung
1 Pertumbuhan bakteri
dengan menggunakan
cakram
Terbentuk atau tidaknya
diameter bening diantara
cakram dengan media
bakteri setelah diinkubasi 24
jam
Dalam satuan
milimeter.
Rasio Penggaris/Kali
per
2. Pertumbuhan bakteri
dengan perhitungan
jumlah koloni
Terbentuk atau tidaknya
koloni pada petri media
bakteri setelah diinkubasi
selama 3 jam dan 6 jam
Rasio Visual dengan
bantuan Kaca
Pembesar
(Metode Drop
Plate Miles
Mesra)
4.5Metode Penatalaksanaan Penelitian
4.5.1 Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah
1. Batang Kemuning (Murraya Paniculata) yang digunakan adalah tumbuhan yang hidup liar diambil 1 kg yang diambil di daerah sei. mencirim Medan dan sekitarnya
2. Etanol 80% sebanyak 6 liter (Kimia Farma, Indonesia) 3. Akuades 3 liter (Kimia Farma, Indonesia)
4. Fusobacterium nucleatum ATCC 25586
5. Media BHI Broth dan BHI Agar (Brain Heart Infusion) 6. Cakram (oxoid)
4.5.2 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah 1. Timbangan (Home Line, China)
2. Kertas perkamen 2 kajang 3. Blender (Panasonic, Japan)
4. Kapas 250 gram (Bio Panca, Indonesia) 5. Kertas saring (Whatman no.42, England)
6. Aluminium foil 1 gulungan (Total Wrap, Indonesia 7. Perkolator
8. Erlenmeyer (Pyrex, USA)
9. Vaccum rotavapor (Stuart, 2010)
10.Autoklaf (Tomy, Japan)
11.Vortex ( Iwaki model TM-100, Japan) 12.Inkubator CO2 (Sanyo, Japan)
13.Pipet mikro (Gilson, France) 14.Piring petri (Pyrex, Japan) 15.Ose dan spiritus
16.Kaca pembesar (Ootsuka ENV-CL, Japan)
4.5.3 Prosedur Penelitian
4.5.3.1 Pembuatan ekstrak etanol Batang Kemuning (Murraya Paniculata)
Proses pembuatan ekstrak etanol batang kemuning (Murraya Paniculata L Jack) dilakukan berdasarkan Depkes 1979 dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pembuatan simplisia
Batang kemuning diambil dan ditimbang sebanyak 1 kg. Kemudian, dikeringkan di dalam lemari pengering dengan suhu 40oC Selanjutnya batang Kemuning (Murraya Paniculata) yang telah kering tersebut dihaluskan dengan blender dan didapat serbuk halus (simplisia)
Simplisia sebanyak 500mg yang didapat dimasukkan kedalam bejana tertutup, dituang cairan etanol 80% sampai semua simplisia terendam sempurna dan dibiarkan sekurang-kurangnya selama 3 jam sambil diaduk secara perlahan. Setelah itu pindahkan massa sedikit demi sedikit kedalam perkolator yang telah disiapkan, kemudian tutup perkolator dan biarkan selama 24 jam.
Setelah 24 jam, perkolator dibuka kembali dan cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 tetes per 7-8 detik. Tambahkan etanol 80% secukupnya dengan berulang-ulang sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia, hingga diperoleh ekstrak cair. Sisa simplisia dikeringkan dan diperkolasi kembali dengan prosedur yang sama.
Gambar 6: Batang kemuning yang telah dibersihkan dari kotoran
Gambar 7: Batang kemuning dikeringkan di dalam oven
Gambar 8: Batang kemuning kering diblender
Gambar 9: Simplisia disaring
Gambar 10: Serbuk simplisia yang didapat
Gambar 11: Serbuk simplisia ditimbang sesuai berat yang
Gambar 12: Serbuk simplisia dibasahi etanol 80%
Gambar 13: Simplisia dibasahi sampai semua permukaan tergenang
Gambar 14: Simplisia setelah 3 jam dalam etanol 80%
Gambar 15: Simplisia dipindahkan dalam perkolator
Gambar 16: Setelah 24 jam dilakukan penetesan
Gambar 18: ekstrak cair dalam rotary Gambar 19: ekstrak kemuning didapat
Gambar 20: ekstrak kemuning di keringkan di waterbath
4.5.3.2 Pengenceran Bahan Coba
Ekstrak kental batang Kemuning (Murraya Paniculata) ditimbang dengan timbangan kemudian dibuatkan ekstrak dengan konsentrasi 20% yang nantinya akan dibuatkan ekstrak sesuai dengan yang ingin diujikan yaitu 7,5%, 5% 2,5% dan 1%. Masing-masing ekstrak dibuat dalam 10ml dengan menambahkan DMSO 1ml dan BHI. Penambahan BHI dimaksudkan agar ekstrak bahan dapat menyatu dengan bakteri yang ada di media dan memberikan reaksi yang akan diamati hasilnya.
Gambar 22. Ekestrak batang kemuning yang sudah dilakukan pengenceran
4.5.3.3. Pembuatan Media Bakteri
Gambar 23. Media yang sudah siap
4.5.3.4Pembiakan Spesimen
Fusobacterium nucleatum yang digunakan adalah spesimen stem sel
Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 yang dibiakkan secara murni pada media
BHI dalam suasana anaerob hingga didapatkan pertumbuhan yang sehat yang berarti bahwa bakteri tumbuh subur. Ambil tabung yang sudah disterilkan kemudian masukkan 10ml BHI Brot setelah itu 100µl bakteri kemudian divortex secara perlahan agar bakteri dapat menyatu dengan bahan. Tutup atas tabung dengan kapas kemudian masukan tabung ke dalam wadah setelah itu isi wadah tersebut dengan gas CO2 selama 1 menit dalam posisi wadah tertutup. Pengisian gas dimaksudkan untuk menciptakan suasana wadah menjadi anaerob agar bakteri dapat tumbuh. Setelah 1 menit hentikan pengisian gas yang diikuti dengan pencabutan selang dari wadah setelah itu tutup rapat wadah kemudian masukkan wadah kedalam inkubator.
4.5.3.5Efek Antibakteri Ekstrak Bahan Dengan Metode Difusi
Menggunakan Cakram
Biakan bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah fusobacterium nucleatum. Sebanyak 1-2 ose dari biakan murni yang telah dikultur dan disuspensikan
7,5% 20% dan juga kontrol. Lalu media diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Ekstrak bahan dikatakan efektif apabila zona bening terbentuk.
4.5.3.6 Cara Pengukuran Zona Bening
Zona bening yang terbentuk diukur dua kali, pengukuran berdasarkan garis tengah diagonal, dan hasilnya direratakan. Pengukuran zona bening dengan kaliper.
Gambar 24. cara mengukur zona hambat bakteri pada media BHI setelah 24 jam pengamatan.
D1 (diameter zona terang)
D2 (diameter zona terang)
Cakram berisi ekstrak sampel
Cakram
Zona hambat = D1+D2 2 2
4.5.3.7 Efek Antibakteri Ekstrak Bahan Dengan Metode Perhitungan
Koloni Bakteri
Pada percobaan ini dilakukan penghitungan jumlah koloni menggunakan metode Drop Plates Miles Mesra yaitu setiap konsentrasi ekstrak etanol batang Kemuning (Murraya Paniculata) setelah diinkubasi dalam waktu 3 jam dan 6 jam, kemudian diteteskan dalam petri yang sudah diberi label. Setelah diteteskan lakukan perataan cairan dengan menggunakan plat besi yang dihangatkan pada setiap kali percobaan. Setelah mengering dimasukkan kedalam wadah yang akan diisi oleh gas CO2 kemudian diinkkubasi dalam inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam.
Jumlah koloni bakteri dihitung dengan prinsip satu sel bakteri hidup bila dibiakkan pada media padat akan tumbuh menjadi satu koloni bakteri. Apabila bentuk koloni melebar dianggap berasal dari satu koloni, bila bentuknya dua koloni bersinggungan dianggap sebagai dua koloni. Setelah dihitung jumlah koloni bakteri pada masing-masing tetesan, dikalikan dengan faktor pengenceran dan faktor pengali. Oleh karena pada penelitian konsentrasi yang dilakukan perhitungan jumlah koloni bakteri merupakan konsentrasi awal (sebelum dilakukan dilusi) maka faktor pengenceran dikali 1. Selain itu karena pada penetesan suspensi bahan coba dan bakteri pada media padat sebanyak 50µl, maka hasil perhitungan harus dikali dengan faktor pengali 20 untuk mendapatkan hasil standar (CFU/ml).
4.6Pengolahan dan Analisis Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1Ekstrak Kental Batang Kemuning
Ekstrak etanol batang kemuning diperoleh dari 500 gram batang kemuning yang telah dihaluskan sehingga menjadi serbuk simplisia, kemudian dimaserasi dan diperkolasi dengan melarutkan simplisia pada pelarut etanol 80% sebanyak 5 liter, sehingga dihasilkan maserat cair. Maserat cair kemudian diuapkan dengan vaccum rotary evaporator, sehingga diperoleh ekstrak kental berwarna hijau gelap sebanyak
61 gram. Sebelum digunakan, ekstrak kental tersebut dimasukkan kedalam wadah tertutup dan disimpan dalam freeze dryer.
5.2Uji Efektifitas Antibakteri Dengan Metode Cakram
Pada uji efektifitas antibakteri untuk mengetahui bahan tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau tidak adalah terbentuknya zona bening yang terdapat di sekitar cakram pada petri. Setelah peletakan semua bahan coba yaitu ekstrak batang kemuning 1% 2,5% 5% 7,5% 20% dan kontrol, pada pengamatan setelah 24 jam tidak terlihat zona bening disekitar cakram. Yang dimaksudkan dalam zona bening ini ialah zona yang terbentuk (transparan) diantara cakram dengan media.
Gambar 26. Hasil percobaan setelah 24 jam, tidak terlihat zona bening disekitar cakram yang berisi ekstrak batang kemuning 1% dan 2,5%.
I
II
III
I
Gambar 27. Hasil percobaan setelah 24 jam, tidak terlihat zona bening disekitar cakram yang berisi ekstrak batang kemuning 5% dan 7,5%.
Gambar 28. Hasil percobaan setelah 24 jam, tidak terlihat zona bening disekitar cakram yang berisi ekstrak batang kemuning 20% dan kelompok kontrol.
I II
III
I II
III
I II
III
I II
5.3Uji Efektifitas Antibakteri Dengan Penghitungan Koloni Bakteri
Pada metode ini, dicobakan konsentrasi ekstrak batang kemuning yang dicampur dengan bakteri kemudian diinkubasi selama 3 jam dan 6 jam setelah dilakukan peletakan dan perataan pada media, kemudian diinkubasi selama 24 jam dan dilakukan pengamatan. Dalam pengujian ini digunakan dua kelompok konsentrasi bakteri yaitu pada pengenceran bakteri 104 dan 108 dihitung dalam satuan CFU/mL. Setelah dilakukan perhitungan didapat data keseluruhan.
Tabel 2. Hasil perhitungan jumlah koloni bakteri Fusobacterium nucleatum pada pengenceran bakteri 104 dan 108 dalam inkubasi 3 jam dan 6 jam.
konsentrasi 10
kelompok kontrol terjadi kesalahan operator yang menyebabkan bakteri tetap tumbuh dalam media. Pada pengenceran bakteri 108 dalam inkubasi 6jam tidak terlihat bakteri yang tumbuh pada media.
Gambar 29. Jumlah koloni Bakteri pada petri media A.Kontrol Bakteri, B.ekstrak 20%, C.ekstrak 7,5%, D.ekstrak 5%, E.ekstrak 2,5%, F.ekstrak 1% pada pengenceran bakteri 104 dalam inkubasi 3 jam.
B C
F E
D
A B
I II I II I
II
Gambar 28. Jumlah koloni Bakteri pada petri media A.Kontrol Bakteri, B.ekstrak 20%, C.ekstrak 7,5%, D.ekstrak 5%, E.ekstrak 2,5%, F.ekstrak 1% pada pengenceran bakteri 104 dalam inkubasi 6 jam.
B C
F E
D
A I II
I II I
II
I II I
Gambar 29. Jumlah koloni Bakteri pada petri media A.Kontrol Bakteri, B.ekstrak 20%, C.ekstrak 7,5%, D.ekstrak 5%, E.ekstrak 2,5%, F.ekstrak 1% pada pengenceran bakteri 108 dalam inkubasi 3 jam.
A B C
F
D E
I II I II
I II
Gambar 30. Jumlah koloni Bakteri pada petri media A.Kontrol Bakteri, B.ekstrak 20%, C.ekstrak 7,5%, D.ekstrak 5%, E.ekstrak 2,5%, F.ekstrak 1% pada pengenceran bakteri 108 dalam inkubasi 6 jam.
B C
D I II E I II F
I II
I II I II I II
A
Gambar 31. Diagram jumlah koloni bakteri pada percobaan ekstrak batang kemuning dengan konsentrasi 1% 2,5% 5% 7,5% dan 20% terhadap Fusobacterium nucleatum dengan pengenceran bakteri 104 dalam waktu inkubasi 3 jam dan 6 jam.
Gambar 32. Diagram jumlah koloni bakteri pada percobaan ekstrak batang kemuning dengan konsentrasi 1% 2,5% 5% 7,5% dan 20% terhadap Fusobacterium nucleatum dengan pengenceran bakteri 108 dalam waktu inkubasi 3 jam dan 6 jam.
Pada diagram diatas untuk bakteri yang tumbuh pada media dalam inkubasi 3jam yaitu warna merah dan biru, untuk inkubasi 6jam dengan warna hijau dan ungu. Pada konsentrasi 5% dan 7,5% dan terjadi kesalahan operator yang menyebabkan bakteri tetap tumbuh pada media.Terlihat pada inkubasi 3jam konsentrasi 1% dan 2,5% terdapat sedikit bakteri yang tumbuh dan bisa dikatakan bahwa bakteri tidak dapat tumbuh pada media. Hal tersebut menunjukan bahwa bakteri tidak dapat dapat tumbuh pada petri media. Pada inkubasi 6 jam tidak terdapat bakteri yang pada media, hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh inkubasi bakteri dan pengenceran bakteri dalam memperngaruhi pertumbuhan F.nucleatum.
BAB 6
PEMBAHASAN
Penelitian eksperimental laboratorium secara in vitro mengenai ekstrak batang kemuning (Murraya paniculata (L) Jack) terhadap Fussobacterium nucleatum adalah untuk membuktikan bahwa konsentrasi ekstrak batang kemuning memiliki efek antibakteri dalam menghambat pertumbuhan Fusobacterium nucleatum. dalam eksperimen ini, telah dilakukan prosedur ekstraksi batang kemuning dengan menggunakan pelarut etanol 80%, karena senyawa aktif yang terdapat pada batang kemuning dapat terlarut dengan etanol, 80% dimaksudkan untuk konsentrasi pelarut yang sedang agar pelarut tidak mudah menguap dan tidak susah untuk mengeringkan pelarutnya (terlalu encer). Disamping itu, diketahui bahwa pelarut etanol adalah lebih aman dari metanol. Batang kemuning yang dipakai adalah batang dari tanaman hidup yang segar yang tumbuh bebas yang dijadikan hiasan kemudian diambil batang nya dan dikeringan kedalam lemari pengering untuk menghindari kontaminasi. Batang kemuning yang dipergunakan sebanyak 500 gram karena diperkirakan akan menghasilkan ekstrak kental yang cukup untuk dilakukan pengujian efek antibakteri terhadap Fusobacterium nucleatum.
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara maserasi, dengan tujuan untuk memberi kesempatan simplisia berdifusi ke dalam pelarut. Kemudian dilakukan perkolasi hingga diperoleh maserat cair, kemudian dilakukan penguapan dengan menggunakan Vaccum Rotary Evaporator untuk memisahkan antara ekstrak dengan etanol dan juga menghindari terjadinya kerusakan kandungan kimia dari bahan yang diekstraksi.6, 15
Pada tahap awal, pengujian efek antibakteri suatu bahan dilakukan secara in vitro. Terdapat dua tahap pada pengerjaan yaitu mencari zona hambat bakteri dengan
dan 20% dilakukan penambahan konsentrasi 20% dimaksudkan untuk melihat efek antibakteri dengan konsentrasi makro dan dapat mempermudah pengenceran ekstrak bahan kedalam bentuk konsentrasi lainnya, telah dilakukan peneliti sebelumnya Steven dan Trimurni (2007) menggunakan konsentrasi yang sama yaitu 1% 2,5% 5% 7,5% dan hasil dari penelitian tersebut ialah pada masing-masing konsentrasi memiliki zona bening dan zona hambat paling besar terletak pada konsentrasi 7,5% yang menunjukan bahwa terhambatnya pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Peneliti menggunakan metode pengamatan zona bening pada cakram untuk menentukan kadar hambat bakteri. Penggunaan metode ini dilakukan pada peneliti sebelumnya supaya lebih mudah dalam melihat zona hambat bakteri. Untuk kadar bunuh bakteri digunakan metode perhitungan jumlah koloni bakteri (dilusi) karena bahan coba dapat berkontak langsung dengan bakteri, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. Ekstrak bahan dilakukan pencampuran dengan DMSO 10%, hal tersebut dilakukan karena sifat fisis dari DMSO itu sendiri yang dapat membawa zat atau kandungan kimia yang ada pada ekstrak bahan. Kemudian DMSO memiliki sifat tegangan permukaan yang tinggi yang menyebabkan bakteri tumbuh menjauhi cakram yang sudah diteteskan ekstrak bahan, DMSO juga memiliki sifat cepat menguap sehingga bakteri dapat tumbuh kembali mendekati cakram.15
Peneliti mengkultur Fusobacterium nucleatum dengan menggunakan media Brain Heart Infusion (BHI) karena Fusobacterium nucleatum dapat tumbuh dengan
baik dalam media BHI.21 Penelitian sebelumnya menggunakan media MHA untuk mengkultur bakteri, tetapi disebabkan bakteri yang berbeda, maka peneliti menggunakan media BHI.
3 jam dan 6 jam. Interval waktu ini adalah sesuai dengan kurva pertumbuhan bakteri dimana bakteri akan berada dalam fase pertumbuhan yang optimal.31
Gambar 31. Kurva pertumbuhan Fusobacterium nucleatum 31
Efek Antibakteri Dengan Metode Cakram
Pada penelitian ini, pertumbuhan bakteri masih terdapat pada semua konsentrasi bahan yang diuji cobakan, hal ini ditunjukan dengan tidak terbentuknya zona bening disekitar cakram dan media. Pada konsentrasi 1% tidak terdapat zona bening disekitar cakram yang sudah ditetesi ekstrak batang kemuning, begitu juga pada konentrasi 2,5% 5% 7,5% bahkan pada konsentrasi 20% tidak terdapat zona bening disekitar cakram . Suatu ekstrak bahan dikatakan memiliki daya hambat apabila konsentrasi ekstrak yang dicobakan terdapat zona bening yang terbentuk antara cakram yang sudah ditetesi ekstrak pada petri media yang sudah disuspensikan Fusobacterium nucleatum, pada percobaan tersebut tidak ditemukan. Hal ini berbeda
bening disekitar cakram yang sudah diteteskan ekstrak bahan yang mengakibatkan tidak didapatkannya zona hambat bakteri dengan metode ini.
Efek Antibakteri Bahan Coba Dengan Metode Perhitungan Koloni
Bakteri
Pada penelitian untuk melihat pertumbuhan bakteri, setelah dilakukan inkubasi 3 jam dan 6 jam kemudian dilakukan peletakan pada perti kemudian diinkubasi selama 24 jam dan dilakukan pengamatan, diperoleh hasilnya adalah bakteri tetap dapat tumbuh dan berkembang pada masing-masing konsentrasi ekstrak bahan. Dari hasil penelitian, pada pengenceran bakteri 104 dalam inkubasi 3jam terjadi penurunan jumlah bakteri yang terlihat dari jumlah koloni yang tumbuh, semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin sedikit jumlah koloni yang tumbuh. Pada pengenceran bakteri 104 dalam inkubasi 6 jam terlihat pada sebagian data terjadi penurunan jumlah koloni bakteri, pada percobaan berikutnya terjadi penurunan dan kenaikan jumlah bakteri yang tumbuh sampai pada konsentrasi 20% bakteri tidak dapat tumbuh. Pada pengenceran bakteri 108 dalam inkubasi 3jam terlihat bahwa pada konsentrasi 1% dan 2,5% jumlah koloni bakteri hanya sedikit yang tumbuh dan bisa dikatakan bahwa bakteri tidak dapat tumbuh pada media.
Terdapat perbedaan hasil penelitian yang dilakukan dengan penelitian Steven dengan mencari zona hambat menggunakan cakram, dimana konsentrasi ekstrak bahan 1% 2,5% 5% 7,5% dan 20% yang dicobakan dengan cakram tidak memperlihatkan zona bening yang menunjukan bahwa konsentrasi yang dicobakan tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Fusobacterium nucleatum memiliki keistimewaan pada lapisan selnya yang
membedakan dengan bakteri lain yaitu karakteristik bakteri gram negatif. Lapisan selnya dilindungi oleh membran luar dan membran dalam yang dipisahkan oleh ruang periplasmik yang terdiri atas lapisan peptidoglikan. Lapsisan sel tersebut yang sulit untuk ditembus dari ektrak bahan coba. Pada umumnya membran dalam bakteri gram negatif mengandung phospolipid yang simetris dengan perbandingan yang seimbang antara phospolipid dan protein. Membran luar berfungsi sebagai penyaring molekul dan merupakan membran asimetris yang terdiri dari lapisan phospolipid, lipopolisakarida (LPS), lipoprotein dan protein. Dengan demikian sepertiga dari massa membran Fusobacterial adalah protein.20
Ekstrak batang kemuning memiliki beberapa senyawa aktif yaitu flavonoid, kumarin, saponin, triterpena atau steroida, alkaloid dan tanin. Trimurni (2000)
meneliti dan menemukan bahwa senyawa alkaloid dan kumarin adalah kandungan yang paling tinggi yang terdapat pada batang kemuning dan lebih bersifat meredakan nyeri dari pada mengeliminasi bakteri. Kandungan senyawa lainnya memiliki mekanisme kerja sebagai antibakterial yang mampu berikatan dengan bakteri dan juga mengganggu pertumbuhan bakteri hingga pada kematian sel bakteri. Kandungan ekstrak batang kemuning yang merupakan minyak atsiri (bersifat minyak) sulit untuk dapat menembus membran bakteri pada saat bahan diujicobakan, khusus nya pada percobaan dengan pengenceran bakteri 104 dalam inkubasi 3 jam.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa konsentrasi ekstrak batang kemuning yang dicobakan terhadap Fusobacterium nucleatum dengan menggunakan cakram tidak menghasilkan efektifitas antibakteri.
Pada percobaan dengan metode penghitungan jumlah koloni bakteri konsentrasi ekstrak bahan yang dicobakan dapat mempengaruhi pertumbuhan Fusobacterium nucleatum. Bakteri ditemukan mati pada konsentrasi ekstrak bahan 20% dengan
pengenceran bakteri 104 dalam inkubasi 6 jam. Hal tersebut menunjukan bahwa ada pengaruh antibakteri ekstrak bahan yag dicobakan dengan pengenceran bakteri dan lama waktu inkubasi.
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui KHM dan KBM ekstrak bahan dengan metode yang sama tanpa menentukan konsentrasi ekstrak bahan coba.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui konsentrasi ekstrak bahan yang dapat mempengaruhi membran bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Grossman LI, Ilmu endodontik dalam praktek. Alih bahasa: Rafiah, Sutatmi. eds ke-11. Jakarta: EGC, 1995: 65-6, 248-9, 255-7.
2. Johnson WT, WC Noblett. Cleaning and Shaping In: Torabinejad M, Walton R E eds. Endodontics Principles and Practice 4th. Michigan:Saunders, 2008 : 258-81.
3. Peters OA, Peters CI. Cleaning and shaping of the root canal system In: Cohen S, Hargreaves K M eds. Pathways of the pulp 9th. Canada:Elsevier Inc, 2006 : 290-357
4. Walton RE, Toabinejad M,. Principles and practice of endodontic. 3th ed. Philadelphia: W.B Saunders Company, 2002: 283-7.
5. Squiera JF, IN Rocas. Endodontic Microbiology In: Torabinejad M, Walton R E eds. Endodontics Principles And Practice 4th. Michigan:Saunders, 2008 : 38-46.
6. Bohora A, Hedge V, Kokate S, Comparison of the antibacterial efficiency of neem leaf extract and 2% sodium hypochlorite against E.faecalis, C.albicans
and mixed culture- An in vitro study. Pub Indian Endon Soc June 2010; 22(1):
10-4.
7. Karpathy SE, Qin X, Gioia J,Genome Sequence of Fusobacterium nucleatum Subspecies Polymorphum — a Genetically Tractable Fusobacterium. Pub Lib
Sci 2007; 2(8): 659.
8. Gunnsteinn H,Oral commensal Prevotella species and Fusobacterium nucleatum; Identification and potential pathogenic role.Dissertation.
Helsinki,Finland: University of Helsinki 2005: 1-46.
9. Ingle JI, Bakland LK. Endodontics. 6th ed. London: BC Decker, 2008: 227-8, 281
11. Chew J, Zilm SP, Fuss MJ, Gully J N. A proteomic investigation of fusobacterium nucleatum alkaline-induced biofilms. BMC Microbiology 2012;
12:189.
12. Biro Hukum dan Humas. Keputusan Mentri Ristek RI: Kebijakan strategis nasional dan ilmu pengetahuan dan teknologi (Jakstranas Iptek) 2010-2014. 30
April 2010.
13. Siregar HP. Isolasi Flavonoida Dari Daun Tumbuhan Kemuning (Murraya Paniculaata (L) Jack). Jurusan Kimia FMIPA USU Medan: 13.
14. Sulaksana J, Jayusman DI. Kemuning dan Jati Belanda budidaya dan pemanfaatan untuk obat. Jakarta: Penebar Swadaya, 2005: 10-2, 19-20.
15. Pardamean S, Skripsi: Perbedaan daya antibakteri senyawa aktif batang kemuning (Murraya Paniculata (L) Jack) dengan batang siwak (Salvadora
Persica) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans (penelitian in vitro).
USU Medan 2007: 4, 15-18.
16. Squiera JF, HP Lopez. Mechanism of Antimicrobial Activity of Calcium Hydroxide : a Critical Review. Int Endod J 1999 : 32,361-9.
17. C Sathorn, Parashos P, Messer H. Calcium Hydroxide has Limited Effectiveness in Eliminating Bacteria from Human Root Canal. Int Endodont J 2007 :
40,2-10.
18. Gomes BPFA et al. In Vitro Evaluation of the Antimicrobial Activity of Five Root Canal Sealers. Braz Dent J 2004 : 15(1).
19. Athanassiadis B, Abbout PV, Walsh LJ. The use of calcium hydroxide, antibiotics and biocides as antimicrobial medicaments in endodontics. Aust
Dent J 2007; 52(1): 64-8.
20. Bolstad AL, Jensen HB, Bakken V. Taxonomy, biology and periodontal aspect of Fusobacterium nucleatum. Clin Microbiol Rev 1996; 9(1): 55-71.