• Tidak ada hasil yang ditemukan

asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di Jln. Bajak II H Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di Jln. Bajak II H Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas Kota Medan"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Asu

uhan Kep

Masa

di J

Ke

perawat

alah Keb

Jln. Baja

ec. Meda

tan pada

butuhan

ak II H K

an Ampl

a Ny. A d

Dasar O

Kel. Harj

as Kota

dengan p

Oksigena

josari II

Medan

prioritas

asi

I

s

Ka

arya Tuliss Ilmiah

Dissusun dallam rangk

ka menyelesaikan

P

Program S

Studi DIIII Kepera

awatan

Oleh

h

R

Riky Rach

hmadi

122500043

PROGR

RAM ST

KEP

TUDI DI

PERAW

SUM

III KEP

WATAN

MATERA

2015

ERAWA

UNIVER

A UTAR

5

ATAN F

RSITAS

RA

FAKULT

S

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulisan panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di Jln. Bajak II H Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas Kota Medan” .

Laporan karya tulis ilmiah disusun dengan maksud untuk memenuhi Tugas Akhir sebagai salah satu syarat kelulusan program study Diploma III keperawatan fakultas keperawatan universitas sumatera utara.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis merasa sedikit mengalami hambatan dan kesulitan. Namun bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak maka laporan Karya Tulis Ilmiah ini dapat penulis selesaikan, oleh karena itu, perkenankanlah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku wakil dekan I, Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku wakil dekan II dan bapak ikhsanuddin A. harahap, S.Kp, MNS, selaku wakil dekan III fakultas keperawatan universitas sumatera utara.

3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua prodi DIII keperawatan dan bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kep, selaku sekretaris prodi DIII keperawatan

universitas sumatera utara.

4. Ibu Yesi Ariani, S.Kp, Ns, M.Kep sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Ibu Salbiah, SKp., Ns., M.Kep sebagai dosen penguji yang dengan sabar

menguji dan membimbing penulis.

6. Seluruh staf pengajar serta staf pegawai keperawatan universitas sumatera utara yang telah memberikan ilmu dan nasehat kepada penulis selama dibangku perkuliahan.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta dan keempat saudara tersayang saya yang tidak pernah menyerah dalam memotivasi saya dalam bentuk nasehat, material, dorongan dan do’a.

ii 

(5)

ii 

 

8. Seluruh teman-taman DIII keperawata stanbuk 2012 yang turut membantu penulis dengan memberikan semangat dan dorongan penuh untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis berusaha sedaya dan upaya untuk menyempurnakan penulisan ini. Selanjutnya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan rasa hormat yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga bisa memberikan manfaat bagi kita semua terutama bagi penulis dan juga bagi teman-teman mahasiswa keperawatan khususnya.

Wassalam

Medan, 8 Juli 2015

RIKY RACHMADI

(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan……...………...…..i

Kata Pengantar...……...………...….ii

Daftar Isi………..………...….iv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….………..1

B. Tujuan Penulisan………..………...………..3

C. Manfaat Penulisan……….4

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi. 1. Pengkajian……….……….……..….5

2. Analisa Data…….………….………..12

3. Rumusan Masalah………….………..12

4. Perencanaan……….13

B. Asuhan Keperawatan Kasus pada Ny. A dengan Gangguan Oksigenasi di Jln. Bajak II H Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas Kota Medan. 1. Pengkajian ………..…………14

2. Analisa Data………...……….15

3. Rumusan masalah……….…...16

4. Rancana keperawatan dan rasional……….17

5. Pelaksanaan Keperawatan………...………....20

6. Evaluasi……….………..20

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan………...….23

B. Saran……….……….23

(7)

iv Daftar Pustaka

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menurut Teori Hierarki Maslaw kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan menjadi prioritas utama yang sangat penting dari kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi (Potter & Perry, 2005).

Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting. Tubuh bergantung pada oksigen dari waktu-kewaktu untuk bertahan hidup. Beberapa jaringan, seperti otot skelet, dapat bertahan beberapa waktu tanpa oksigen melalui Metabolisme Anaerob, sebuah proses dimana jaringan ini menyediakan energi

mereka sendiri tanpa adanya oksigen. Jaringan yang melakukan hanya Metabolisme Aerob, prosesnya membentuk energi dengan adanya oksigen, bergantung secara total pada oksigen untuk bertahan hidup (Potter & Perry, 2005).

Oksigenasi dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan. Perawat sering kali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya. Fungsi sistem pernapasan dan jantung adalah menyuplai kebutuhan oksigen tubuh (Potter & Perry, 2006).

Oksigen harus secara adekuat diterima dari lingkungan ke dalam paru-paru, pembuluh darah, dan jaringan. Pada beberapa titik dalam kehidupannya, klien beresiko untuk tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen mereka. Kebutuhan tersebut mungkin akut, seperi pada henti jantung, atau kronik, seperti pada penyakit emfisema. Tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan oksigen mempunyai rentang dari kondisi darurat dengan resusitasi-jantung-paru untuk henti jantung sampai tindakan pendukung seperti pemberian oksigen pada klien dengan penyakit paru selama berolahraga (Potter & Perry, 2005).

Hipertensi (tekanan darah tinggi) dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90mmHg. Pada populaasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut sebagai

(9)

“pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Institute nasional jantung, paru dan darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Brunner & Suddarth, 2002).

Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi; lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi esensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder), seperti penyempitan arteri renalis atau parenkhin ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddarth, 2002).

Hipertensi merupakan risiko morbiditas dan mortalitas prematur, yang meningkaat sesuai dengan peningkatan sistolik dan diastolik. Laporan joint national committee on detectiaon, evaluation, and treatment of high blood

pressure (1993) yang kelima mengeluarkan panduan baru mengenai deteksi, evaluasi, dan penanganan hipertensi. Komite ini juga memberikan klasifikasi tekanan darah pada individu berumur 18 tahun keatas, yang akan sangat berguna

sebagai kriteria tindak lanjut bila digunakan berdasarkan pemahaman behwa diagnosis didasarkan pada rata-rata dua pengukuran yang dilakukan secara terpisah. The American college of physician telah menyusun suatu algoritma yang memaparkan srategi untuk mengukur tekanan darah pada situasi ambulatori oleh orang awam sebagai suatu cara diagnosa hipertensi. The joint national committee juga menyusun petunjuk untuk pemantauan tindak lanjut bagi indivudu yang tekanan darah awalnya tinggi (Brunner & Suddarth, 2002).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan

(10)

penigkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai naokturia (peningkatan nitrogen urea darah [BUN] dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yeng termanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemik, insiden infark otak mencapai 80% (Brunner & Suddarth, 2002).

Tekanan darah tidak konstan namun dipengaruhi oleh banyak faktor secara kontiniu sepanjang hari. Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah antara lain adalah: usia, stress, medikasi, variasi diurnal dan jenis kelamin. Ansietas, takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatik, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Efek stimulasi simpatik menigkatkan tekanan darah. Ansietas, takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulis simpatik, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Efek stimulasi simpatik meningkatkan tekanan darah (Potter & Perry, 2005).

Oleh karenanya, penulis menyadari bahwa sangat penting untuk mengetahui

kebutuhan oksigenasiuntuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, manajemen stres untuk mencegah/ mengurangi faktor penyebab terjadinya kekambuhan tekanan darah tinggi, dan menjaga tubuh tetap dalam keadaan homeostasis.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan Asuhan keperawatan dengan masalah Gangguan Oksigenasi pada Ny.A di lingkungan IX Kelurahan Harjosari II kec. Medan Amplas kota Medan.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien Hipertensi dengan gangguan kebutuhan dasar oksigenisasi di komunitas kelurahan Harjosari

II Kec. Medan Amplas kota Medan.

(11)

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada Ny. A dengan masalah oksigenasi.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. A dengan masalah oksigenasi.

c. Merencanakan tindakan keperawatan pada Ny. A dengan masalah oksigenasi.

d. Melakukan implementasi pada Ny. A dengan masalah oksigenasi. e. Melakukan evaluasi pada Ny. A dengan masalah oksigenasi.

C. Manfaat Penulisan

1. Praktek pelayanan keperawatan.

Hasil penulisan karya tulis ilmiah yang diperoleh dapat menjadi sumber pengetahuan dan strategi bagi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan Oksigenasi.

2. Pendidikan keperawatan.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sangat berguna untuk menambah

wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai penerapan ilmu yang telah diterima selama kuliah.

3. Perawat.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bisa berguna untuk bahan ilmu untuk perkuliahan dan praktek dalam Asuhan keperawatan.

4. Masyarakat.

Hasil Karya Tulis Ilmiah ini bisa menjadi sumber pengetahuan dan pedoman dalam masalah gangguan kebutuhan Oksigenasi dalam masyarakat.

(12)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi.

1. Pengkajian.

Menurut (Potter & Perry, 2006) pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonal klien harus mencakup data yang dikumpulkan dari sumber-sumber riwayat keperawatan fungsi kardiopulmonal normal klien dan fungsi kardiopulmonal saat ini, pemeriksaan fisik status

kardiopulmonal klien, dan peninjauan kembali hasil pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan diagnostik.

a. Riwayat Keperawatan.

Riwayat keperawatan harus berfokus pada kemampuan klien dalam memenuhi kabutuhan oksigen. Riwayat keperawatan untuk mengkaji fungsi jantung meliputi nyeri dan karakteristik nyeri, dispnea, keletihan, sirkulasi perifer, faktor resiko penyakit jantung, dan adanya kondisi-kondisi jantung yang menyertai. Riwayat keperawatan tentang fungsi jantung meliputi pengkajian adanya batuk, sesak napas, mengi, nyeri, pemaparan lingkungan, frekuensi infeksi saluran pernapasan, faktor resiko pulmonary, masalah keperawatan yang lalu, penggunaan obat-obatan saat ini, dan riwayat merokok atau terpapar asap rokok (Potter & Perry, 2006).

Keletihan merupakan sensasi subjektif, yaitu klien melaporkan bahwa ia kehilangan daya tahan. Keletihan pada klien yang mengalami perubahan kardiopulmonar seringkali merupakan tanda awal perburukan proses kronik yang mendasari perubahan. Untuk mengukur keletihan secara objektif, klien dapat diminta untuk menilai keletihan dengan skala 1 sampai 10, dengan angka 10 merupakan angka tingkat keletihan yang paling parah dan angka 1 mewakili keadaan klien tidak merasa letih (Potter & Perry, 2006).

(13)

Riwayat yang lengkap harus diperoleh untuk mengkaji gejala yang menunjukkan apakah sistem tubuh lainnya telah terpengaruh oleh hipertensi (tekanan darah tinggi). Hal itu meliputi tanda seperti perdarahan hidung, nyeri angina, napas pendek, perubahan tajam pandang, vertigo, sakit kepala, atau nokturia. Pemeriksaan fisik juga harus memperlihatkan kecepatan, irama, dan karakter denyut apikal dan perifer untuk mendeteksi efek hipertensi terhadap jantung dan pembuluh darah perifer. Pengkajian menyeluruh dapat memberikan informasi berharga mengenai sejauh mana hipertensi telah mempengaruhi tubuh begitu juga setiap faktor psikologis yang ada hubungannya dengan masalah ini (Brunner dan Suddarth, 2002).

b. Pemeriksaan Fisik.

Menurut Potter & Perry (2006), Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi jaringan klien yang meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar. Teknik inpeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi digunakan dalam pemeriksaan fisik ini.

1) Inspeksi. Saat melakukan teknik inspeksi, perawat melakukan observasi dari kepala sampai ujung kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membran mukosa, penampilan umum tingkat kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistematik, pola pernapasan, dan pergerakan dinding dada. Setiap kelainan harus diperiksa selama palpasi, perkusi, auskultasi.

2) Palpasi. Palpasi dada dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi, jenis dan jumlah kerja thoraks, daerah nyeri tekan dapan diketahui dan perawat dapat mengidentifikasi taktil fremitus, getaran pada dada (thrill), angkat dada (heaves), dan titik impuls jantung maksimal. Palpasi juga memungkinkan perawat untuk mengetahui adanya massa atau benjolan di aksila dan jaringan payudara. Palpasi pada ekstremitas menghasilkan data tentang

(14)

sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperature kulit, warna, dan pengisian kapiler.

3) Perkusi. Perkusi adalah tindakan mengetuk – ngetuk suatu objek untuk menetukan adanya udara, cairan, atau benda padat yang berada di bawah objek tersebut. Perkusi menimbulkan getaran dari daerah di bawah area yang diketuk dengan kedalaman 4 sampai 6 cm. Lima nada perkusi adalah resonansi, hiperesonansi, redup, datar, dan timpani. Perkusi memungkinkan perawat untuk mentukan adanya cairan tidak normal, udara di paru-paru, atau kerja diafragma.

4) Auskultasi. Penggunaan auskultasi memampukan perawat mengindentifikasi bunyi paru dan jantung yang normal maupun yang tidak normal. Auskultasi sistem kardiovaskular harus meliputi pangkajian dalam mendeteksi bunyi S1 dan S2 normal, mendeteksi adanya bunyi S3 dan S4 yang tidak normal , dan bunyi murmur, serta bunyi gesekan. Pemeriksa harus mengidentifikasi lokasi, radiasi, intensitas, nada, dan kualitas bunyi murmur. Auskultasi juga digunakan untuk mengidentifikasi bunyi bruitdi atas arteri karotis,

aorta abdomen, dan arteri femoral.

Auskultasi bunyi perlu dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara di sepanjang lapangan paru: anterior, posterior, dan lateral. Suara napas tambahan terdengar, jika suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan di suatu lapangan paru, atau terjadi obstruksi. Auskultasi juga dilakuakan untuk mengevaluasi respons klien terhadap intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan status pernapasan (Potter and Perry, 2006).

Tabel 1. Inspeksi Status Kardiopulmonar

No Kelainan Penyebab

1 Mata

Xantelasma (lesi lipid kuning di kelopak mata)

Hiperlipidemia

(15)

Tabel 2. Sambungan Inspeksi Status Kardiopulmonar

No Kelainan Penyebab

Arkus kornea(cincin buram agak keputihan di sekeliling sambungan kornea dan sklera)

Hiperlipidemia pada dewasa muda dan dewasa pertengahan, me-rupakan temuan normal pada lansia yang mengalami arkus senilius.

Konjungtiva pucat Anemia

Konjungtiva pada sianosis Hipoksemia

Terdapat petekia di konjungtiva Embolus lemak atau endokarditis akibat bakteri.

2 Mulut dan bibir

Membran mukosa yang sianosis Penurunan oksigenasi

Bernapas dengan mulut Dikaitkan dengan penyakit paru kronik.

3 Vena leher

Distensi Dikaitkan dengan gagal jantung

kanan.

4 Hidung

Pernapasan hidung Megap-megap (air hunger), dispnea

5 Dada

Retraksi Peningkatan kerja pernapasan,

dispnea

Tidak simetris Cedera dinding dada

6 Kulit

Sianosis perifer Vasokonstriksi dan penurunan aliran darah

Sianosis pusat Hipoksemia

Turgor kulit yang berkurang Dehidrasi (temuan normal pada lansia sebagai akibat penurunan elastisitas kulit)

Edema dependen Dikaitkan dengan gagal jantung kiri

(16)

dan gagal jantung kanan.

No Kelainan Penyebab

Edema peritorbital Dikaitkan dengan penyakit ginjal

7 Ujung jari dan bantalan kuku

Sianosis Penurunan curah jantung atau

hipoksia

Hemoragi pada tulang metacarpal (splinter hemorrhages)

Endokarditis akibat bakteri

Jari tabuh (clubbing) Hipoksemia kronik

Tabel 3. Pengkajian Gerakan Dinding Dada yang Abnormal

No Kelainan Penyebab

1 Retraksi-melesak kedalam jaringan lunak dada antara dan disekitar kartilaginosa dan tulang-tulang iga, seperti diruang interkosta, diruang intraklavikular, di trakea, dan didaerah substernum semakin memburuk disertai kebutuhan untuk meningkatkan usaha isnpirasi.

Setiap kondisi yang menyebabkan peningkatan usaha inspirasi (mis, obstruksi jalan napas, asma, trakeobronkitis).

2 Pernapasan paradoks-benapas dengan tidak sinkron, terdapat kontraksi dada selama inspirasi dan ekspansi selama ekspirasi.

Flail chest yang disebabkan fraktur tulang iga akibat trauma dada atau resusitasi jantung paru (RJP).

3 Peningkatan diameter anteroposterior. Emfisema, penyakit paru obstruktif kronik, usia lanjut.

c. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Potter & Perry (2006), pemeriksaan untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi jantung mencakup beberapa pemeriksaan

(17)

yaitu: pemeriksaan dengan menggunakan elektrokardiogram, monitor holter, pemeriksaan stress latihan, dan pemeriksaan elektrofisiologis.

1) Elektrokardiogram (EKG) menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung (aksis jantung).

2) Monitor holter merupakan peralatan yang dapat dibawa (portabel) dan berfungsi merekam aktivitas listrik jantung dan menghasilkan EKG yang terus-menerus selama periode tertentu, misalnya 12 jam atau lebih lama. Monitor holter memungkinkan klien untuk tetap melakukan aktivitas normal mereka sementara aktivitas listrik jantung mereka direkam.

3) Pemeriksaan stress latihan digunakan untuk mengevaluasi respons jantung terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respons miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner. Denyut jantung, aktivitas listrik, dan waktu penyembuhan jantung dicerminkan dihasil

EKG.

4) Pemeriksaan Elektrofisiologis (PEF) merupakan pengukurna invasive aktivitas listrik. Kateter elektroda diinsersi kedalam atrium kanan, biasanya melalui vena femoral. Stimulus listrik kemudian dihantarkan melalui kateter sementara monitor dan komputer EKG merekam respons listrik jantung terhadap stimulus. Disritmia tertentu juga dapat disebabkan menentukanalur yang dilalui jantung, memberikan informasi tentang kesulitan menangani disritmia yang lebih spesifik dan mengkaji keadekuatan obat antidisritmia.

Pemeriksaan untuk mengukur kekuatan ventilasi dan oksigenasi. Pemeriksaan fungsi paru, kecepatan aliran ekspirasi puncak, pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, dan hitung darah lengkap digunakan untuk mengkaji keadekuatan ventlasi dan oksigenasi (Potter & Perry, 2006).

1) Pemeriksaan fungsi paru menentukan kemampuan paru-paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbondioksida secara efisien.

(18)

Pemeriksaan ventilasi dasar dilakukan menggunakan spirometer dan alat pencatat sementara klien bernapas melalui masker mulut (mouthpiece) yang dihubungkan dengan selang penghubung. Pengukuran yang dilakukan mencakup volume tidal (Vt), volume sreserve inspirasi (IRV), volume residual (VR), dan volume ekspirasi yang dipaksa selama satu detik (FEV1).

2) Kecepatan aliran ekspirasi puncak. Kecepatan aliran ekspirasi puncak (peak ekspiratory flow rate PEFR) adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal dan titik ini mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas menjadi besar.

3) Pengukuran gas darah arteri dilakuakan bersama dengan pemeriksaan fungsi paru unutk menentukan konsentrasi ion hydrogen, tekanan parsialoksigen dan karbondioksida, dan saturasi oksi-hemoglobin. Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang difusi gas melalui membran kapiler alveolar dan keadekuatan oksigen jaringan. 4) Pengukuran saturasi oksigen kapiler yang kontiniu dapat dilakukan

dengan menggunakan oksimetri kutaneus. Saturasi oksigen (O2 sat) adalah persentase hemoglobin yang disaturasi oksigen. Keuntungan pengukuran oksimetri transkutaneus meliputi mudah dilakukan, tidak invasive, dan dengan mudah diperoleh. Oksimetri tidak menimbulkan nyeri, jika dibandingkan dengan pungsi arteri. Klien yang mengalami kelainan perfusi/ventilasi, seperti pneumonia, emfisema, bronchitis kronik, asma, embolisme pulmonary, gagal jantung kongestif merupakan kandidat ideal untuk menggunakan oksimetri nadi.

5) Hitung darah lengkap menentukan jumlah dan tipe sel darah merah dan sel darah putih per mm3 darah. Perawat memperoleh contoh darah vena dengan menggunakan fungsi vena. Nilai normal untuk hitung nilai darah lengkap berfariasi menurut usia dan jenis kelamin.

Hitung darah lengkap mengukur kadar hemoglobin dalam sel darah merah (eritrosit). Defisiensi sel darah merah akan menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen karena molekul hemoglobin yang tesedia untuk mengangkut oksigen kejaringan tersedia lebih

(19)

sedikit. Apabila jumlah sel darah merah meningkat misalnya polisitemia pada kondisi paru kronis dan kondisi jantung sirosis kapasitas darah yang mengangkut oksigen meningkat. Namun, peningkatan jumlah sel darah akan meningkatkan kekentalan viskositas darah dan resiko klien terbentuknya thrombus.

2. Analisa Data

Menurut Potter & Perry (2006), berdasarkan hasil pengkajian diatas kemungkinan data yang ditemukan adalah keletihan, sirkulasi perifer, faktor resiko penyakit jantung, dan adanya kondisi-kondisi jantung yang menyertai, konjungtiva pucat, membran mukosa yang sianosis, bernapas dengan mulut, sianosis perifer.

Selain itu menurut Heather (2012), berdasarkan pengkajian diatas didapatkan juga analisa data yang memiliki batasan karakteristik yaitu perubahan frekuensi/irama jantung antara lain: aritmia, bradikardia, perubahan EKG, palpitasi, dan takikardia. Perubahan preload yaitu: penurunan tekanan vena central (CVP), penurunan tekanan baji arteri paru (PAWP), edema, keletihan, peningkatan CVP, peningkatan PAWP, distensi vena jugularis, murmur, dan peningkatan berat badan. Perubahan afterload: kulit lembab, penurunan nadi perifer, penurunan resistensi vaskuler paru (PVR), penurunan resistensi vaskuler sistemik (SVR), dispnea, peningkatan PVR, peningkatan

SVR, oliguria, pengisian kapiler memanjang, perubahan warna kulit, dan fariasi pada pembacaan tekanan darah. Perubahan kontraktilitas: batuk, creckle, penurunan indeks jantung, penurunan fraksi ejeksi, penurunan left ventrikuler stroke work indeks, penurunan stroke volume indeks (SVI), ortopnea, dispnea paroksismal nocturnal, bunyi S3 dan bunyi S4. Perilaku atau emosi: ansietas dan gelisah.

3. Rumusan masalah

Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data diatas, menurut Potter & Perry (2006), contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk disfungsi kardiopulmonal adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang

(20)

berhubungan dengan: gangguan batuk, nyeri insisi, penurunan tingakat kesadaran. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan: penurunan ekspansi paru, adanya sekresi paru, pemasukan oksigen yang tidak adekuat. Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan: imobilitas, depresi ventilasi akibat penggunaan narkotik, kerusakan neuromuscular, obstruksi jalan napas. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan: irama jantung yang tidak teratur, denyut nadi cepat. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan: kelemahan, asupan nutrisi yang tidak adekuat, keletihan.

4. Perencanaan

Menurut Wilkinson dan Ahern (2011), dari hasil data rumusan masalah yang didapat, maka rencana keperawatan yang tepat adalah :

1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan: gangguan frekuensi dan irama jantung, gangguan volume sekuncup: gangguan preload, gangguan afterload, gangguan kontraktilitas.

a. Tujuan : masalah kardiak output teratasi.

b. Kriteria hasil : klien menunjukkan curah jantung yang memuaskan, dibuktikan oleh efektifitas pompa jantung, status sirkulasi, perfusi jaringan (organ abdomen, jantung, serebral, perifer, dan pulmonal), dan perfusi jaringan (perifer), dan status tanda vital, menunjukkan status sirkulasi normal.

c. Intervensi : membatasi kehilangan volume darah selama episode perdarahan, membatasi komplikasi akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard pada pasien yang mengalami gejala kerusakan fungsi jantung, membatasi komplikasi untuk pasien yang sedang mengalami episode ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard yang mengakibatkan kerusakan fungsi jantung, meningkatkan perfusi yang adekuat dan membatasi komplikasi untuk pasien yang mengalami atau beresiko mengalami ketidakadekuatan perfusi serebral, meningkatkan sirkulasi arteri, memberi dukungan temporer sirkulasi melalui penggunaan alat atau

(21)

pompa mekanis, meningkatkan sirkulasi vena, membatasi komplikasi untuk pasien yang mengalami, atau beresiko mengalami sumbatan sirkulsi perifer, membatasi komplikasi untuk pasien yang mengalami, atau beresiko mengalami sumbatan sirkulasi paru, mengoptimalkan frekuensi jantung, preload, afterload, dan kontraktilitas, menurunkan atau meniadakan kehilangan darah yang cepat dan dalam jumlah banyak, memberi atau memantau cairan dan obat intravena, mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi neurologi, meningkatkan keadekuatan perfusi jaringan untuk pasien yang mengalami gangguan fungsi pompa jantung, meningkatkan keadekuatan perfusi jaringan untuk pasien yang mengalami gangguan volume intravaskuler berat, mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskuler, pernapasan, dan suhu tubuh untuk menentukan dan mencegah komplikasi.

B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian

a. Riwayat kesehatan.

Data yang didapat setelah dilakukan pengkajian pada Ny. A oleh penulis, Ny.A mengeluhkan mempunyai riwayat penyakit peningkatan tekanan darah Ny. A mengatakan sering mengalami tekanan darah tinggi. Ditandai dengan merasakan berat dibagian tengkuk, sakit kepala, mata berkunang-kunang, dan kaki terasa kebas. Ny.A mengatakan sedang banyak pikiran. Beberapa hari sebelum dilakukan pertemuan klien mengatakan mengalami peningkatan tekanan darah. Klien melakukan pengukuran tekanan darah di posyandu lansia pada tanggal 13 mei 2015 dan hasilnya TD: 190/100 mmHg, N: 88x/menit, RR: 24x/menit. Ketika saat dilakukan pengkajian pada hari senin tanggal 18 mei 2015 didapat TD: 170/120 mmHg, N: 86x/menit, dan RR:24x/menit.

b. Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik yang didapatkan dari Ny. A pada tanggal 18 mei 2015 adalah Suhu tubuh: 37oc, Takanan darah: 170-120 mmHg, Nadi: 86x/menit, Pernafasan: 22x/menit, Skala nyeri: 5, TB: 141 cm, BB: 51 kg.

(22)

Konjungtiva anemis, mukosa bibir sianosis, terkadang bernapas melalui mulut, vena jugularis teraba dengan jelas, jantung terasa berdebar cepat.

c. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik tidak dapat dilakukan pada Ny. A berhubungan dengan penulis melakukan pengkajian pada lingkup keperawatan komunitas.

2. Analisa data.

Tabel 4. Analisa data dengan masalah penurunan curah jantung

No Data Penyebab Masalah

keperawatan 1 DS :

Ny. A mengatakan mempunyai riwayat keluarga peningkatan tekanan darah, semua anggota keluarga menderita tekanan darah tinggi.

Ny. A mengatakan peningkatan tekanan darah semakin parah diakibatkan karena merasa cemas. Ny. A merasa cemas karena masalah dalam keluarga, yaitu masalah ekonomi dan masalah lainnya. Ny. A mengatakan merasa berat ditengkuknya, dan merasa kelelahan saat tekanan darah meningkat.

Ny. A mengatakan merasa jantungnya berdebar semakin cepat jika tekanan darah meningkat.

Ny. A mengatakan terkadang sering bernapas lewat mulut. DO :

TD : 170/120mmHg RR : 24x/menit N : 88x/menit Konjungtiva : pucat Mukosa bibir : sianosis

Riwayat keturunan penyakit peningkatan tekanan

darah

cemas

peningkatan hormone adrenalin

vasokonstriksi

tekanan darah meningkat

1.penurunan curah jantung

Penurunan curah jantung

Tabel 5. Analisa data dengan masalah deprivasi tidur

(23)

No Data Penyebab Masalah keperawatan

1 DS :

Ny. A mengatakan tidak dapat tidur semalaman karena merasa nyeri didaerah kepala.

Ny. A mengatakan akhir-akhir ini sering terbangun dimalam hari dan tidak dapat tidur lagi. Ny. A mengatakan nyeri yang dirasakan skala 5.

Ny. A mengatakan sedang banyak fikiran masalah didalam keluarga.

Ny. A mengatakan merasa cemas.

Ny. A mengatakan lama tidur 4 jam

Ny. A mengatakan tidak puas dengan tidurnya.

DO :

TD: 170/120mmHg N : 88x/menit RR : 24x/menit Nyeri : skala 5

Tampak sedikit lingkaran hitam dibawah mata Ny. A.

Mata Ny. A tampak sering berair.

Ny. A tampak pucat dan lesu.

Riwayat keturunan penyakit peningkatan

tekanan darah

Nyeri skala 5

Cemas

Tidur tidak nyenyak

Sering terbangun

2. Deprivasi tidur

Deprivasi tidur

3. Rumusan masalah

Berdasarkan pengkajian dan analisa diatas didapatkan dua masalah keperawatan, yaitu :

1. Penurunan curah jantung. 2. Deprivasi tidur

Dengan diagnosa keperawatan yaitu :

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penyakit peningkatan tekanan darah ditandai dengan peningkatan tekanan darah (TD: 170/120mmHg), peningkatan nadi (N: 88x/menit), dan keluhan cemas. 2. Deprivasi tidur berhubungan dengan penyakit peningkatan tekanan darah

yang mengakibatkan nyeri kepala dan stress ditandai dengan nyeri kepala skala 5, banyak pikiran, tekanan darah meningkat (TD: 170/120mmHg).

(24)

4. Perencanaan

Tabel 6. Perencanaan Keperawatan dan Rasional

Hari/ Tanggal

No. Dx Perencanaan keperawatan

Selasa 19 mei 2015 1.Penurunan curah jantung. Tujuan :

Setelah dilakukan pertemuan 2x30 menit, diharapkan masalah kardiak output klien teratasi. Kriteria hasil :

1.Tanda-tanda vital dalam rentang normal. 2.Dapat mentoleransi aktivitas.

3.Tidak ada distensi vena leher (jugularis).

Rencana tindakan Rasional 1. Pantau tanda-tanda vital

klien.

Adanya pucat, dingin, kulit lembab, dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan deskompensasi / penurunan CO.

2. Pantau tanda dan gejala penurunan curah jantung.

Tanda dan gejela penurunan curah jantung seperti adanya keletihan, edema, distensi vena jugularis, kulit dingin dan berkeringat, dispnea, batuk, ansietas dan gelisah.

3. Pantau danya tanda kelebihan cairan (misalnya: edema dependen, kenaikan berat badan) Kelebihan cairan menandakan terjadinya disfungsi kardio-pulmonal.

4. Kaji penyebab yang mendasari penurunan cuarah jantung.

Hipovolemia, disritmia beberapa kondisi yuang mendasari penurunan curah jantung.

5. Kaji adanya nyeri kepala

Rasa nyeri memungkinkan

peningkatan tekanan vaskuler serebral.

6. Anjurkan klien untuk menurunkan stress dengan tekhnik

Menurunkan stress dan ketegangan yang

(25)

relaksasi dan distraksi yaitu :

a. Meditasi.

b. Bayangkan sesuatu yang rileks.

c. Bernapas dalam. d. Minum teh hangat. e. Memijat diri sendiri. f. Berhenti sejenak dari

aktivitas (time-out). g. Mendengar musik.

mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi.

7. Kaji perubahan sensori dan perilaku, contoh bingung, gelisah, agitasi, delirium. Meskipun gangguan psikis dapat ditimbulkan oleh penurunan curah jantung, efek obat, atau

ketidakseimbangan elektrolit, gangguan ini dapat menyebabkan terjadinya patologi yang tidak berhubungan dengan toksisitas obat/ketidakseimbangan

elektrolit. 8. Atur periode latihan dan

istirahat untuk menghindari kelelahan.

Akativitas yang berlebih membutuhkan

oksigen yang banyak sehingga memperberat kerja jantung dan paru. 9. Pendidikan kesehatan

tentang : a. Hipertensi.

b. Tekhnik Relaksasi. c. Aktivitas

pengalihan (distraksi)

Mengajarkan klien untuk melakukan tekhnik relaksasi jika terjadi cemas. Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuaat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.

Tabel 7. Perencanaan keperawatan dan rasional

Hari/ Tanggal

No. Dx Perencanaan keperawatan

Selasa 19 mei 2015

2. Deprivasi tidur

Tujuan:

Setelah dilakukan pertemuan 2x30 menit,

(26)

diharapkan masalah deprivasi tidur klien teratasi. Kriteria hasil :

1.Jumlah jam tidur dalam batas normal. 2.Pola tidur, kualitas dalam batas normal. 3.Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat. 4.Terjaga pada waktu yang tepat.

5.Melaporkan peningkatan rasa sehat dan merasa dapat istirahat.

Rencana tindakan Rasional 1.Kaji adanya gejala

deprivasi tidur seperti: konfusi akut, agitasi, ansietas, gangguan perseptual, reaksi lambat dan iritabilitas.

Untuk menentukan beratnya masalah deprivasi tidur pada pasien.

2.Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat (pendidikan kesehatan kebutuhan tidur)

Pasien lebih dapat mengetahui pentingnya tidur yang adekuat.

3.Ciptakan lingkungan yang nyaman

Pasien akan mampu istirahat lebih baik bila merasa aman.

4.Batasi masukan makanan/minuman yang mengandung kafein.

Kafein dapat memperlambat pasien

untuk tidur dan mempengaruhi tidur

tahap REM, megakibatkan pasien

tidak merasa segar saat bangun.

5.Kaji kepuasan tidur klien.

Kepuasan tidur -menentukan gangguan pada pola tidur.

6.Dukung kelanjutan ritual sebelum tidur, seperti : Berdo’a sebelum tidur.

Meningkatkan relaksasi dan kesiapan untuk tidur.

7.Tangani gejala

deprivasi tidur, sesuai dengan kebutuhan (misalnya: ansietas, gelisah, paranoia sementara, ketidakmampuan untuk konsentrasi). Agar gangguan deprivasi tidur klien dapat teratasi.

(27)

5. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan perencanaan keperawatan yang telah dibuat. Adapun faktor yang mendukung dengan masalah penurunan curah jantung pada Ny. A yaitu: memantau tanda-tanda vital, memantau tanda dan gejala penurunan curah jantng, mengkaji adanya kelebihan cairan, melakukan pengkajian penyebab yang mendasari penurunan curah jantung, Anjurkan klien untuk menurunkan stress dengan tekhnik relaksasi dan distraksi yaitu meditasi, bayangkan sesuatu yang rileks, bernapas dalam, minum

teh hangat, memijat diri sendiri, berhenti sejenak dari aktivitas (time-out),

mendengar musik, mengatur periode latihan dan istirahat untuk menghindari

kelelahan, dan memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang:

peningkatan tekanan darah (hipertensi), tekhnik relaksasi, aktivitas pengalihan

(distraksi). Adapun implementasi untuk masalah deprivasi tidur pada Ny. A yaitu :

mengkaji adanya gejala deprivasi tidur seperti: konfusi akut, agitasi, ansietas, gangguan perseptual, reaksi lambat dan iritabilitas, menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat (pendidikan kesehatan kebutuhan tidur), menciptakan lingkungan yang nyaman, membatasi masukan makanan/minuman yang mengandung kafein, nebgkaji kepuasan tidur klien, memberikan dukungan kelanjutan ritual sebelum tidur, seperti : Berdo’a sebelum tidur, dan menangani gejala deprivasi tidur, sesuai dengan kebutuhan (seperti: ansietas, gelisah, paranoia sementara, ketidakmampuan untuk konsentrasi).

6. Evaluasi

Setelah penulis membahas asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan prioritas masalah oksigenasi, penulis akan membandingkan dengan konsep keperawattan oksigenasi dan masalah-masalah yang penulis temukan pada pasien saat pengkajian maupun intervensi yang perawat berikan, serta evaluasi akhirnya.

Pada saat pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan dalam pengambilan data, karena data yang tersedia lengkap dan keluarga pasien dapat diajak kerja sama dalam pengumpulan data yang diperlukan. Pada

(28)

pengkajian penulis menemukan kesamaan dari data yang ada pada konsep dan data yang diperoleh langsung darri pasien.

Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan penulis pada kasus, maka dilakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan dasar pasien. Pada diagnosa pertama penulis memantau tanda-tanda vital, memantau tanda dan gejala penurunan curah jantng, mengkaji adanya kelebihan cairan, melakukan pengkajian penyebab yang mendasari penurunan curah jantung, Anjurkan klien untuk menurunkan stress dengan tekhnik relaksasi dan distraksi yaitu meditasi,

bayangkan sesuatu yang rileks, bernapas dalam, minum teh hangat, memijat diri

sendiri, berhenti sejenak dari aktivitas (time-out), mendengar musik, mengatur

periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan, dan memberikan

pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang: peningkatan tekanan darah

(hipertensi), tekhnik relaksasi, aktivitas pengalihan (distraksi) . Setelah diberikan

intervensi klien mengatakan adanya sedikit perubahan seperti, tekanan darah menurun dari sebelumnya, jantung tidak terasa berdebar cepat lagi, dan klien

sudah dapat melakukan tekhnik relaksasi dan distrakssi.

Pada diagnos kedua penulis melakukan intervensi seperti mengkaji adanya gejala deprivasi tidur seperti: konfusi akut, agitasi, ansietas, gangguan perseptual, reaksi lambat dan iritabilitas, menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat (pendidikan kesehatan kebutuhan tidur), menciptakan lingkungan yang nyaman, membatasi masukan makanan/minuman yang mengandung kafein, nebgkaji kepuasan tidur klien, memberikan dukungan kelanjutan ritual sebelum tidur, seperti : Berdo’a sebelum tidur, dan menangani gejala deprivasi tidur, sesuai dengan kebutuhan (seperti: ansietas, gelisah, paranoia sementara, ketidakmampuan untuk konsentrasi). Dari hasil pengkajian perawat menemukan bahwa klien mengatakan ada gangguann pada pola tidur dan klien mengatakan tidak puas dengan tidurnya dengan ditandai terdapat lingkaran hitam pada mata klien, mata tampak berair, sehingga penulis memberikan pendidikan kesehatan tentang kebutuhan tidur yang adekuat dan memberikan dukungan sebelum tidur seperti berdo’a sebelum tidur. Dari evaluasi hasil didapatkan adanya perubahan yang positif seperti perubahan pada tanda-tanda vital, kualitas tidur yang meningkat.

(29)

Dalam melakukan implementasi tidak ada ditemukan hambatan yang dialami penulis, pasien dan keluarga sangat kooperative sehingga pada saat implementasi hanya berfokus kepada komunikasi dan tindakan terapeutik. Dari dua masalah yang ditemukan masalah sebagian dapat teratasi pada saat dilakukan evaluasi maka intervensi dilanjutkan oleh keluarga pasien.

(30)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diambil penulis dalam karya tulis ilmiah ini dengan judul Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi adalah:

1. Pada tahap pengkajia penulis menemukan adanya kesamaan antara konsep dan pengkajian langsung yang dilakukan pasien.

2. Diagnosa yang diangkat penulis berdasarkan prioritas kebutuhan dasar pasien hipertensi merupakan diagnosa yang aktual.

3. Perencanaan dilakukan berdasarkan proses masalah yang ditemukan pada pasien saat melakukan pengkajian dan pengumpulan data.

4. Dalam pelaksanaan, penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana asuuhan keperawatan yang dibutuhkan.

5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari klien mengalami banyak perubahan seperti tanda-tanda vital yang membaik dan kepuasan

tidur meningkat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengambil saran dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan, sebagai berikut :

1. Untuk pasien

Mengurangi makan-makanan pencetus terjadinya kenaikan darah tinggi, dan dapat mengontrol rasa cemas yang dapat memicu terjadinya kenanikan tekanan darah dengan cara tekhnik relaksasi dan distraksi.

2. Untuk lingkungan rumah

Diharapkan keluarga dapat melaksanakan perawatan jika terjadi kekambuhan hipertensi pada Ny.A, diaharapkan dapat mengatasi faktor-faktor pencetus terjadinya kenaikan tekanan darah pasien.

(31)

24

3. Untuk peneliti

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: salemba medika.

Doenges, merilynn E, Mary Frances Moorhouse, & Alice C.Geissler. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3). Jakarta: EGC.

Muttaqin, arif. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: salemba medika.

Potter & Perry. (2005). buku ajar fundamental keperawatan (edisi 3). Jakarta: EGC.

Potter & Perry (2006). Buku ajar fundamental keperawatan (edisi 4). Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne. C & Brenda. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal-bedah (volume 2).jakarta: EGC.

Valentina L.brashers. (2008). Aplikasi klinis patofisiologi (edisi 2). Jakarta: EGC.

Wahit Iqbal Mubarak & Nurul Chayatin. (2008). Buku ajar kebutuhan dasar manusia teori dan aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC.

(33)

Lampiran 1

A. Asuhan Keperawatan Kasus pada Ny. A dengan Gangguan Oksigenasi di Jln. Bajak II H kel. Harjosari II kec. Medan Amplas Kota Medan.

1. Pengkajian

I. Biodata

a :

ng Identitas pasien

Nama : Ny.A (asmiati)

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 65 tahun

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : I.R.T

Alamat : Jl. Bajak 2 H, Kelurahan Harjosari II kec. Medan Amplas kota Medan

Golongan darah : O

Tanggal pengkajian : 19 mei 2015

Diagnosa medis : HIPERTENSI

II. Keluhan utam

Ny. A mengatakan sering mengalami tekanan darah tinggi. Ditandai dengan merasakan berat dibagian tengkuk, sakit kepala, mata berkunang-kunang, dan kaki terasa kebas. Ny.A mengatakan sedang banyak pikiran.

III. Riwayat kesehatan sekara A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya :

(34)

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :

Ny. A mengatakan jika sudah merasa sakit kepala maka Ny. A beristirahat dan mengkonsumsi obat dari posyandu lansia ( captopril 12,5 mg).

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan :

Ny. A mengatakan merasa pusing seperti berputar-putar (migran) yang sangat mengganggu, merasa berat didaerah tengkuk, jantung berdebar-debar dan kaki terasa kebas.

2. Bagaimana dilihat :

Klien tampak pucat dan berkeringat, kelopak mata klien tampak hitam.

C. Region

1. Dimana lokasinya

Ny. A mengatakan didaerah kepala dan tengkuk. 2. Apakah menyebar

Ny. A mengatakan tidak menyebar.

D. Severity

Ny.A mengatakan merasa nyeri skala 5. Ny. A mengatakan jika rasa pusing tersebut datang maka sangat mengganggu aktivitas yang mengakibatkan Ny. A tidak dapat melakukan aktivitas.

E. Time

Ny. A mengatakan tidak menentu, dan dapat hilang setelah beristirahat atau berdiam diri sejenak dan mengkonsumsi obat penurun tekanan darah tinggi (captopril 12,5 mg).

IV. Riwayat kesehatan masa lalu : A. Penyakit yang pernah dialami

Ny. A mengatakan pernah mengalami hipertensi, pernah stroke pada usia 47 tahun selama 3 bulan, dan ambeyen pada usia 42 tahun.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan :

Ny. A mengatakan dirawat dirumah sakit dan dioperasi. C. Pernah dirawat/dioperasi:

Ny. A mengatakan pernah dirawat dirumah sakit karena ambeyen pada usia42 tahun selama seminggu dan dioperasi.

D. Lama dirawat

(35)

E. Alergi

Ny. A mengatakan tidak ada riwayat alergi. F. Imunisasi

Ny. A mengatakan tidak tahu. V. Riwayat kesehatan keluarga

A. Orang tua :

Ny. A mengatakan orang tuanya juga menderita hipertensi. B. Saudara kandung :

Ny.A mengatakan semua saudara kandung juga mengalami hipertensi dan bahkan saudara yang pertama juga meninggal karena hipertensi.

C. Penyakit keturunan yang ada :

Ny.A mengatakan penyakit keturunan yang ada hiperetensi. D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa :

Ny.A mengetakan tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Jika ada, hubungannya dengan keluarga : - Gejala :-

Riwayat pengobatan/perawatan :

Ny. A mengagtakan pernah dioperasi ambeyen, dan pernah mengalami stroke.

E. Anggota keluarga yang meninggal

Ny.A mengatakan saudara kandung yang pertama dan yang ketiga. F. Penyebab meninggal

(36)
[image:36.595.113.512.145.516.2]

GENOGRAM

Tabel 8. genogram

Ket : : laki-laki

: perempuan

--- : tinggal serumah

: klien

(37)

VI. Riwayat keadaan psikososial

Gambaran diri

Ideal diri

Harga diri

Peran diri

: Ny.A mengatakan identitasnya adalah seorang istri d

baik dan cooperative saat dikaji. Hubungan sosial

naknya.

‐ Hubungan den engatakan hubungan

dengan anggo

ang lain baik. Hambatan dalam

dengan orang lain.

VII.

t kesadaran : Tingkat kesarada Penampilan :

i. raan :

ormal, mudah untuk dipahami, konsentrasi

:

aan pada Ny.A. Ny.A baik.

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya :

Ny. A mengatakan penyakitnya merupakan penyakit keturunan dan sudah terbiasa dengan penyakit yang dialaminya tersebut.

B. Konsep diri

‐ : Ny.A mengatakan dirinya sudah cukup

tua dan badannya sudah tidak kuat lagi sehingga mudah terserang penyakit.

‐ : Ny.A mengatakan tidak ingin kena

stroke lagi.

‐ : Ny.A mengatakan masih dihargai sama

keluarganya.

‐ : Ny.A mengatakan dia berperan sebagai ibu didalam keluarganya dan tidak ada gangguan peran.

‐ Identitas

ari Tn.S dan seoraang ibu dari kelima anaknya.. C. Keadaan emosional : Ny.A mengatakan pada saat ini mampu

mengontrol emosi dengan

D. :

‐ Orang yang berarti : Ny.A mengatakan orang yang berarti adalah suami dan anak-a

gan keluarga : Ny.A m ta keluarga baik.

‐ Hubungan dengan orang lain : Ny.A mengatakan hubungan dengan or

‐ berhubungan dengan orang lain : Ny.A

mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan

E. Spiritual :

‐ Nilai dan keyakinan : Islam.

‐ Kegiatan ibadah : Ny.A mengatakan rajin beribadah. Status mental

‐ Tingka

n Ny.A kompos mentis. ‐

Penampilan Ny.A terlihat rap ‐ Pembica

Pembicaraan Ny.A n baik saat diwawancarai. ‐ Alam perasaan

(38)

aik. awancara :

i Ny.A baik, tidak ada halusinasi. ‐

ada gangguan isi pikir. ‐

ngalami waham. ‐

mengalami gangguan daya ingat. VIII. Pemeri

m

Ny murung saat dikaji.

ital ‐

ah : 170-120 mmHg : 88x /menit

: 5 TB BB meriksaan epala dan Bentuk Ubun-ubun

Kulit kepa an lembab.

Peny

but putih.

Bau .

Warna kulit

Wajah

‐ Warna kulit : kuning langsat. Struktur wajah : wajah sim Afek :

Afek Ny.A normal dan b ‐ Interaksi selama w

Selama wawancara Ny.A kooperative. Persepsi :

Perseps Proses pikir :

proses pikir Ny.A baik. Isi pikir :

Ny.A tidak Waham : Ny.A tidak me Memori : Ny.A tidak ksaan Fisik A. Keadaan Umu

. A tampak seperti kelelahan dan B. Tanda-Tanda V

Suhu tubuh : 37oc ‐ Takanan dar

‐ Nadi

‐ Pernafasan : 24x/menit ‐ Skala nyeri

‐ : 141 cm

‐ : 51 kg

C. Pe Head To Toe

K rambut

‐ : kepala simetris dan tidak ada teraba benjolan. ‐ : ubun-ubun tidak teraba.

‐ la : kulit kepala bersih d

Rambut

‐ eberan dan keadaan rambut : rambut lebat dan sudah banyak ram

‐ : rambut tidak berbau menyengat

‐ : kuning langsat.

(39)

Mata

Kelengkapan dan kesimetrisan : asang dan simetris antara kiri dan kanan.

ebra : tidak ditemukan kotoran atau benda asing.

Konjungt konjungtiva

anemis.

: pupil bereaksi terhadap rangsangan cahaya, dimeter pupil 3mm.

‐ Kornea dan iris : kornea dan iris terlihat bersih. sus : Ny.A mengalami rabun jauh.

idung

Tulang hidung

Lubang hidung

Bentuk telinga t.

Ukuran telinga

ng telinga : lubang telinga bersih dan tidak ada /benjolan.

aan bibir : keadaan bibir simetris, lentur, mukosa sianosis.

Keadaan gusi dan gig

Keadaan lidah

Orofaring

‐ mata berjumlah sep

‐ Palp

‐ iva dan sklera : sklera berwarna putih dan

‐ Pupil

‐ Vi

‐ Tekanan bola mata : tekanan bola mata kanan dan kiri sama.

H

‐ dan posisi septum nasi : tulang hidung teraba dan posisinya simetris.

‐ : lubang hidung bersih dan tidak ada masa. ‐ Cuping hidung : cuping hidung normal.

Telinga

‐ : sruktur telinga lengkap, teksturnya lembu

‐ : ukuran telinga simetris, telinga

kanan dan kiri sama.

‐ Luba

masa

‐ Ketajaman pendengaran : ketajaman pendengaran sedikit menurun pengaruh usia.

Mulut dan faring

‐ Kead

bibir

‐ i : keadaaan gusi baik, gigi sudah banyak yang tanggal.

‐ : warna lidah merah muda, lentur, tidak ada lesi.

(40)

Leher

‐ Posisi trakea : posisi trakea simetris.

:tidak ada pembengkakan kelenjer thyroid.

ihan : kulit bersih dan lembab.

‐ Kehangatan : kulit terasa hangat sesui dengan suhu tubuh.

: warna kulit kuning langsat. gor : turgor baik <2 detik. Kelembapan

pada kulit : tidak ditemukan kelainan pada kulit.

Tidak dilakuk

Pernafasan (fr

n bernafas : Ny.A mengatakan sedikit mengalami ga

Pemeriksaan paru

‐ Tidak dilakukan pemeriksaan karena tidak memungkinkan.

jantung

, vena jugularis

Perkusi Auskultasi

a keluhan. ‐ Thyroid

‐ Suara : suara terdengar jelas. Kelenjer limfe :tidak ada pembe

‐ ngkakan kelenjer limfe.

‐ Vena jugularis : vena jugularis teraba dengan jelas. Denyut nadi karotis : denyut nadi karotis

‐ teraba.

Pemeriksaan integument

‐ Kebers

‐ Warna

‐ Tur

‐ : kulit lembab.

‐ Kelainan

Pemeriksaan payudara dan ketiak :

‐ an karena tidak ada keluhan.

Pemeriksaan thoraks/dada

‐ ekuensi, irama) : 24x/menit, irama teratur. ‐ Tanda kesulita

ngguan saat bernapas..

Pemeriksaan

‐ Inspeksi : tidak dilakukan. Palpasi : Ny.A m

‐ engatakan jantung terasa berdebar cepat teraba jelas.

‐ : tidak dilakukan. ‐ : tidak dilakukan.

Pemeriksaan abdomen :

(41)

Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya :

Tidak dilakukan karena

IX. ebiasaan sehari-hari

: Ny.A mengatakan makan 2 x sore.

fsu makan pada saat dikaji kurang baik.

: Ny.A mengatakan tidak ada nyeri

Alergi

engatakan tidak merasa m

Wak ore.

anan : satu piring/nasi keras

‐ Waktu pemberian cairan/minum: tidak ada pemberian cairan

‐ asalah makan dan minum (kesulitqan menelan, mengunyah) : ah sedikit terganggu

‐ ebersihan tubuh : Ny.A mengatakan mandi

ulut : Ny.A mengatakan gosok gigi 1x/hari.

engatakan selalu potong kuku jika sudah

Pola kegiatan/aktivitas

i dan makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan

elakukan semua dengan sendiri tanpa bantuan.

t/sakit : Pola eliminasi

. BAB

Pola BAB :

ehari.

‐ tidak ada keluhan.

Pola k

I. Pola makan dan minum ‐ Frekuensi makan/hari

sehari pagi dan

‐ Nafsu/selera makan : Ny.A mengatakan na

‐ Nyeri ulu hati ulu hati.

‐ : Ny.A mengatakan tidak ada

alergi terhadap makanan. Mual dan mun

‐ tah : Ny.A m

ual dan munta h.

‐ tu pemberian makan : Pagi dan s ‐ Jumlah dan jenis mak

khusus. M

tidak ada masalah saat menelan, menguny karena gigi sudah banyak yang tanggal. II. Perawatan diri/personal hygiene

K 2x/hari.

‐ Kebersihan gigi dan m

‐ Kebersidan kuku kaki dan tangan : Ny.A m

panjang dan tidak pernah membiarkan hingga panjang.

III.

‐ Uraian aktivitas pasien untuk mand

secara mandiri, sebahagian, atau total : Ny.A mengatakan masih dapat m

‐ Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawa IV.

1

‐ Ny.A mengatakan BAB satu kali

(42)

‐ engatakan warna kuning segar dan tidak encer.

Karakter feses : Ny.A m

an pagi dihari ketika

Diare : Ny.A

mengatakan tidak ada. 2. BAK

la BAK

sehari. Karakter urine

gatakan

kanan darah tinggi sekali-kali ketika

gatasi masalah : Ny.A mengatakan usyawarah kepada keluarga. Mekanisme kooping

Ny.A menga

Maladaptif

‐ Riwayat perdarahan : Ny.A sebelum operasi ambeyen sering mengalami pendarahan.

‐ BAB terakhir : Ny.A mengatak dilakukan pengkajian.

‐ mengatakan tidak diare.

‐ Penggunaan laksatif : Ny.A

‐ Po : Ny.A mengatakan

BAK 5x dalam

‐ : Ny.A mengatakan

putih kekunig-kuningan.

‐ Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Ny.A men tidak ada.

‐ Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Ny.A mengatakan tidak ada riwayat penyakit ginjal.

‐ Penggunaan diuretik : Ny.A mengatakan

menkonsumsi obat te

hanya merasa tekanan darahnya naik. ‐ Upaya men

mengatasi masalah dengan berm V.

‐ Adaptif

takan ketika ada masalah akan bermusyawarah bersama keluarga.

(43)
[image:43.595.113.513.108.627.2]

Tabel 9. Pelakanaan Keperawatan

Hari/

Tanggal No. dx

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Rabu, 20 mei 2015 1. Penurunan curah jantung.

1. Memantau tanda-tanda vital klien. 2. Pantau tanda dan gejala

penurunan curah jantung.

3. Pantau danya tanda kelebihan cairan (misalnya: edema dependen, kenaikan berat badan).

4. Kaji penyebab yang mendasari penurunan cuarah jantung.

5. Mengkaji adanya nyeri kepala.

6. Menganjurkan klien untuk menurunkan stress.

7. Menyelidiki perubah-an sensori dperubah-an peri-laku, contoh bingung, gelisah, agitasi, deli-rium.

8. Melakukan pendidik-an kesehatpendidik-an hiper-tensi.

9. Melakukan pendidik-an kesehatpendidik-an tekhnik relaksasi/ menganjur-kan klien tekhhnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.

10.Melakukan tekhnik relaksasi yang sudah diajarkan.

S: klien mengatakan jantung masih terasa berdebar cepat, nyeri kepala sedikit berkurang. Ny. A mengatakan akan mencoba

melakukan

tekhnik relaksasi dan distraksi. Ny. A mengatakan perasaan sedikit tenang setelah dilakukan tindakan keperawatan.

O : tanda-tanda vital. TD : 170/120 mmHg

N : 86 x/,menit RR: 24 x/menit Suhu : 37oc. Nyeri : skala 4.

A : masalah sebagian teratasi.

P :intervensi dilanjut-kan:

1.Memantau tanda-tanda vital klien.

(44)

2.Deprivasi tidur.

1.Kaji adanya gejala deprivasi tidur seperti: konfusi akut, agitasi, ansietas, gangguan perseptual, reaksi lambat dan iritabilitas.

2.Kaji kepuasan tidur klien.

3.Menciptakan lingku-ngan yang nyaman.

4.Membatasi masukan makanan/ minuman- yang mengandung kafein.

5.Memberi dukungan kelanjutan ritual se-belum tidur, seperti berdoa.

6.Menjelaskan penting-nya tidur yang adekuat (pendidikan kesehatan kebutuhan tidur).

7.Tangani gejala

deprivasi tidur, sesuai dengan kebutuhan (misalnya: ansietas, gelisah, paranoia sementara, ketidakmampuan untuk konsentrasi).

3.Melakukan tekhnik relaksasi yang telah diajarkan. 4.Mengevaluasi kemampuan dan pengetahuan klien tentang hipertensi dan tekhnik relaksasi dan distraksi.

5.Mengkaji tingkat kepuasan tidur klien. 6.Mengevaluasi pengetehuan klien tentang kabutuhan tidur. Kamis, 21 mei 2015 1. Penurunan caurah jantung

1.Memantau tanda-tanda vital klien.

2.Mengkaji adanya nyeri kepala.

3.Menganjurkan klien untuk menurunkan stress. 4.Mengevaluasi kemampuan dan pengetahuan klien tentang pendidikan kesehatan tentang hipertensi dan tekhnik relaksasi yang telah diberikan.

S : klien mengatakan debaran jantung yang cepat sedikit berkurang. Klien mengatakan berat didaerah tengkuk sedikit berkurang. Klien mengatakan nyeri berkurang. Klien masih sering terbangun

(45)

2.Deprivasi tidur.

1.Kaji kepuasan tidur klien. 2.Mengevaluasi kemampuan dan pengetahuan klien tentang pendidikan kesehatan kebutuhan tidur yang telah diberikan. mengatakan belum puas dengan tidurnya. O : RR :24x/menit TD:170/110mmHg N : 84x/menit Nyeri skala : 3

Lingkaran hitam dibawah mata masih tampak.

A : masalah sebagian teratasi.

P : intervensi dilanjutkan

1.Memantau tanda-tanda vital klien.

2.Mengkaji adanya nyeri kepala. 3.Mengevaluasi kemampuan dan pengetahuan klien tentang hipertensi dan tekhnik relaksasi dan distraksi.

4.Mengkaji tingkat kepuasan tidur klien. 5.Mengevaluasi pengetehuan klien tentang kabutuhan tidur. Jum’at 22 mei 2015 1.Penurunan curah jantung

1.Memantau tanda-tanda vital klien.

2.Mengkaji adanya nyeri kepala.

3.Mengevaluasi

kemampuan dan pengetahuan klien tentang hipertensi dan tekhnik relaksasi dan distraksi.

4.Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan penurunan curah jantung yang telah

S:

Ny. A mengatakan jantung sudah tidak berdebar cepat. Klien mengatakan sudah dapat melakukan tekhnik pengendalian cemas. Klien mengatakan nyeri masih sedikit

(46)

diberikan. mengatakan masih sering terbangun

malam.

O :

TD : 160/110mmHg RR : 22x/menit Nadi : 84x/menit Suhu : 37oc

Masih tampak lingkaran hitam dibawah kelopak mata.

A : te

masalah sebagian ratasi.

P : intervensi anjutkan oleh luarga pasien.

dil ke

1. Mengkaji adanya nyeri kepala.

2. Melakukan tekhnik relaksasi dan distraksi ketika merasa cemas dan nyeri kepala.

3. Mengkaji tingkat kepuasan tidur klien

2.Deprivasi tidur.

1.Kaji kepuasan tidur klien.

2.Mengevaluasi

kemampuan dan pengetahuan klien tentang pendidikan kesehatan kebutuhan tidur yang telah diberikan.

(47)
[image:47.842.318.760.141.507.2]

Tabel 10. CATATAN PERKEMBANGAN

No. Dx

Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan Evaluasi

Hari/tanggal Pukul

1. Penurunan curah jantung

selasa, 20 mei 2015

09.00 wib -11.00 wib

1. Melakukan pengkajian fisik head to toe. 2. Memantau tanda-tanda vital :

TD : 170/120 mmHg RR : 24x/menit Nadi : 88x/menit

3. Mengkaji masalah kesehatan utama pasien. 4.Merencanakan asuhan keperawatan kepada

pasien.

5. kontrak jadwal pertemuan berikutnya.

S : klien mengatakan bersedia untuk menjadi pasien kelolaan selama 5 hari.

O: klien bersedia dilakukan pengkajian.

A:-

P : intervensi dilanjutkan. 2. Deprivasi

(48)

No. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan keperawatan Evaluasi

1. Penurunan

curah jantung

rabu, 21 mei

2015

09.00 wib –

11.00 wib.

1. Memantau tanda-tanda vital klien.

2. Pantau tanda dan gejala penurunan curah jantung. 3. Pantau danya tanda kelebihan cairan (misalnya:

edema dependen, kenaikan berat badan).

4. Kaji penyebab yang mendasari penurunan cuarah jantung.

5. Mengkaji adanya nyeri kepala.

6. Menganjurkan klien untuk menurunkan stress.

7. Menyelidiki perubah-an sensori dan peri-laku, contoh bingung, gelisah, agitasi, deli-rium.

8. Melakukan pendidik-an kesehatan hiper-tensi.

9. Melakukan pendidik-an kesehatan tekhnik relaksasi/ menganjur-kan klien tekhhnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.

10.Melakukan tekhnik relaksasi yang sudah diajarkan.

S: klien mengatakan jantung masih terasa berdebar cepat, nyeri kepala sedikit berkurang. Ny. A mengatakan akan mencoba melakukan tekhnik relaksasi dan distraksi. Ny. A mengatakan perasaan sedikit tenang setelah dilakukan tindakan keperawatan.

O : tanda-tanda vital. TD : 170/120 mmHg N : 86 x/,menit RR: 24 x/menit Suhu : 37oc. Nyeri : skala 4.

A : masalah sebagian teratasi.

P :intervensi dilanjutkan:

1.Memantau tanda-tanda vital klien.

2.Mengkaji adanya nyeri kepala. 3.Melakukan tekhnik relaksasi

yang telah diajarkan.

4.Mengevaluasi kemampuan dan 2.Deprivasi

tidur.

1.Kaji adanya gejala deprivasi tidur seperti: konfusi akut, agitasi, ansietas, gangguan perseptual, reaksi lambat dan iritabilitas.

2.Kaji kepuasan tidur klien.

3.Menciptakan lingku-ngan yang nyaman.

4.Membatasi masukan makanan/ minuman- yang mengandung kafein.

(49)

tidur, seperti berdoa.

6.Menjelaskan penting-nya tidur yang adekuat (pendidikan kesehatan kebutuhan tidur).

7.Tangani gejala deprivasi tidur, sesuai dengan kebutuhan (misalnya: ansietas, gelisah, paranoia sementara, ketidakmampuan untuk konsentrasi).

pengetahuan klien tentang hipertensi dan tekhnik relaksasi dan distraksi.

5.Mengkaji tingkat kepuasan tidur klien.

6.Mengevaluasi pengetehuan klien tentang kabutuhan tidur.

No. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan keperawaatan Evaluasi

1.Penurunan curah jantung.

Kamis, 22 mei 2015

09.00 wib – 11.00 wib.

1.Memantau tanda-tanda vital klien. 2.Mengkaji adanya nyeri kepala.

3.Menganjurkan klien untuk menurunkan stress. 4.Mengevaluasi kemampuan dan pengetahuan

klien tentang pendidikan kesehatan tentang hipertensi dan tekhnik relaksasi yang telah diberikan.

S : klien mengatakan debaran jantung yang cepat sedikit

berkurang. Klien mengatakan berat didaerah

tengkuk sedikit berkurang. Klien mengatakan nyeri berkurang. Klien masih sering terbangun dimalam hari dan tidak dapat tidur lagi. Klien mengatakan belum puas dengan tidurnya.

O :

RR :24x/menit TD:170/110mmHg N : 84x/menit Nyeri skala : 3

Lingkaran hitam dibawah mata masih tampak.

2.Deprivasi tidur.

1.Kaji kepuasan tidur klien.

(50)

A : masalah sebagian teratasi.

P : intervensi dilanjutkan

1.Memantau tanda-tanda vital klien.

2.Mengkaji adanya nyeri kepala. 3.Mengevaluasi kemampuan dan

pengetahuan klien tentang hipertensi dan tekhnik relaksasi dan distraksi.

4.Mengkaji tingkat kepuasan tidur klien.

5.Mengevaluasi pengetehuan klien tentang kabutuhan tidur.

No. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan keperawaatan Evaluasi

1. Penurunan curah jantung

jumat, 23 mei 2015

09.00 wib – 11.00 wib

1.Memantau tanda-tanda vital klien. 2.Mengkaji adanya nyeri kepala.

3.Mengevaluasi kemampuan dan pengetahuan klien tentang hipertensi dan tekhnik relaksasi dan distraksi.

4.Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan penurunan curah jantung yang telah diberikan.

S:

Ny. A mengatakan jantung sudah tidak berdebar cepat. Klien mengatakan sudah dapat

melakukan tekhnik pengendalian cemas. Klien

(51)

2. Deprivasi tidur.

1.Kaji kepuasan tidur klien.

2.Mengevaluasi kemampuan dan pengetahuan klien tentang pendidikan kesehatan kebutuhan tidur yang telah diberikan.

3.Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan deprivasi tidur yang telah diberikan.

sedikit terasa, klien mengatakan masih belum puas dengan tidurnya. Klien mengatakan masih sering terbangun malam.

O :

TD : 160/110mmHg RR : 22x/menit Nadi : 84x/menit Suhu : 37oc

Masih tampak lingkaran hitam dibawah kelopak mata.

A : masalah sebagian teratasi.

P : intervensi dilanjutkan oleh keluarga pasien.

1. Mengkaji adanya nyeri kepala.

2. Melakukan tekhnik relaksasi dan distraksi ketika merasa cemas dan nyeri kepala.

3. Mengkaji tingkat kepuasan tidur klien

(52)

HIPERTENSI

(Tekanan Darah Tinggi)

Program DIII Keperawatan

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2015

Tekanan darah tinggia dalah:

“penyakit dimana tekanan darah batas atas (sistolik) lebihdari 160 mmHg, dan atau tekanan darah batas bawah (diastolic) lebih dari 90 mmHg.

Penyebab :

1. Faktor keturunan. 2. Ciri perseorangan.

a. Umur bertambah maka tekanan darah meningkat.

b. Jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dari perempuan.

c. Ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih.

3. Kebiasaan hidup

a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).

b. Kegemukan. c. Merokok. d. Alcohol. e. Stress.

Tanda dan Gejala Hipertensi :

Sakit kepala

Pusing atau migran.

Mudah lelah dan mata berkunang-kunang.

Mimisan.

Telinga berdenging. Sukar tidur.

Sesak nafas.

Rasa berat di tengkuk. Kebas pada kaki.

Akibat/komplikasi :

a. Gangguan penglihatan sampai buta. b. Pembesaran jantung.

c. Perdarahan di otak. d. Stroke.

e. Gangguan ginjal.

Cara menghindari/mencegah dan mengobati :

1. Terapinon-farmakologik (non-obat). 2. Terapi farmakologik (dengan obat).

Terapi non-farmakologik :

1. Diet

a. Makanan yang dianjurkan :

Serealia, beras, jagung, sagu, nasi, pasta, kentang, roti.

(53)

Tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat dari hipertensi agar penderita dapat tambah kuat.

Mulailah menyadari kesehatan anda

dengan pola hidup sehatMeningkatkan kesehatan

sedini mungkin ! Terapi Dengan Obat :

4. Makan sayur dan buah-buahan

segar.

3. Hindari stress dengan melakukan tekhnik relaksasi.

Unggas, ikan, putih telur dan teh.

b. Makanan yang harus dihindari : Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal,paru, minyak kelapa).

Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik, dan makanan kering yang asin).

Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sossis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan).

Bumbu penyedap.

Susu full cream, mayonnaise, keju, margarine, kuningtelur, kulitayam.

2. Olah Raga

a. Meditasi.

b. Bayangkan sesuatu yang rileks. c. Bernapas dalam.

d. Minum teh hangat. e. Memijat diri sendiri

(54)

Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Program DIII Keperawatan

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2015

Definisi Istirahat

Suatu kondisi yang tenang , rileks tanpa ada stress emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apapun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring diatas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat.

Definisi Tidur

Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relative tenang disertasi peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga (bangun) dan mudah dibangunkan, (Hartman).

Waktu yang dibutuhnkan untuk tidur

-

Gambar

Tabel 1. Inspeksi Status Kardiopulmonar
Tabel 2. Sambungan Inspeksi Status Kardiopulmonar
Tabel 3. Pengkajian Gerakan Dinding Dada yang Abnormal
Tabel 4. Analisa data dengan masalah penurunan curah jantung
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

However, compounds 1 } 3 have been reported from other genera within the Asteraceae (alt. Compositae) and also from other plant families (Dictionary of Natural Products, 1999). As

Segala biaya yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan Nota Kesepakatan Bersama ini akan dibebankan pada Para Pihak sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi dan tidak dicatat pada nilai wajar karena nilai wajarnya

These methods are based on a segmentation process that combines spatial and spectral information to group pixels into homogeneous regions before their classification using new

[r]

(A shadow mask can not be computed accurately and used directly since the correlation DSM calculated from the satellite images is quite noisy, as shown in part 3.4 and figure 3.)

• Pelatihan analisis kualitas air dan udara (biologi, kimia, fisik) • Pelatihan Dasar AMDAL Non Sertifikasi. • Pelatihan Pengolahan Sampah Domestik • Pelatihan Pengolahan