• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesalahan penggunaan kata penghubung dalam penulisan berita utama koran Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014 dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kesalahan penggunaan kata penghubung dalam penulisan berita utama koran Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014 dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

KESALAHAN PENGGUNAAN KATA PENGHUBUNG

DALAM PENULISAN BERITA UTAMA KORAN BANTEN

RAYA EDISI 1 APRIL

31 MEI 2014 DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Maisyatul Wasiah

1110013000099

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

MAISYATUL WASIAH. NIM: 1110013000099. Skripsi. “Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran Banten Raya Edisi 1 April – 31 Mei 2014 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia” Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Dra. Hindun, M.Pd. 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk 1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kata penghubung dalam penulisan berita utama Koran Banten Raya, 2. Mendeskripsikan seberapa banyak total keseluruhan dan kesalahan penggunaan kata penghubung yang paling dominan dalam penulisan berita utama Koran Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode simak catat.

Hasil penelitian mengenai kesalahan penggunaan kata penghubung yang terdapat pada berita utama Koran Banten RayaEdisi 1 April – 31 Mei 2014 terdiri dari kesalahan penggunaan kata namun, tetapi, sedangkan, karena, dan, bahkan,

padahal, dan lain-lain. Banyaknya kesalahan tersebut dalam setiap berita utama

berkisar antara 0 – 6 buah. Total keseluruhan dari edisi April sampai akhir Mei 2014 yaitu 82 buah kesalahan. Kesalahan penggunaan kata penghubung yang paling dominan yaitu kata penghubung namun, tetapi, dan, karena, dan

sedangkan.

(6)

ii

Department of Indonesian Language and Literature Education Faculty of Tarbiyah and Teachers Training Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Supervisor: Dra . Hindun, M.Pd. 2014 .

This study aims to know 1. To describe type errors in the use of conjunction in writing newspaper headlines of Banten Raya, 2. To describe how many errors n errors of using conjunction the most dominant in writing newspaper headlines of Banten Raya 1st edition April 1 - May 31, 2014.

This study uses descriptive analysis using a qualitative approach . Data collection and processing is done in this study using the method see note.

Based on the results of this study, it can be concluded that the errors in using conjunction in writing newspaper headline of Banten Raya 1st edition consisted of words misused such as but, yet, because and others. The number of errors that occurred in each of the headlines ranged between 0 – 6 pieces. The total of whole errors from the beginning of April until the end of May 2014 is 82 pieces of error. Errors in the Use of Conjunction the most dominant is yet, but and, because, and

while.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah, puji syukur penulis

persembahkan kepada Tuhan semesta alam, pencipta jagat raya dan seluruh

isinya, Allah Swt, yang telah memberikan nikmat sehat baik jasmani maupun

rohani kepada penulis. Berkat rahmat dan nikmat Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung

dalam Berita Utama Koran Banten Raya Edisi 1 April - 31 Mei 2014 dan

Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Shalawat dan salam tidak lupa penulis ucapkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, semoga

syafaatnya dapat kita peroleh.

Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya tidak luput dari bantuan, doa,

dan semangat dari berabagai pihak. Berkat doa, bantuan, dan semangat yang

penulis dapatkan dari semua pihak, penulis tidak akan menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih

yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph. D., selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan;

2. Drs. Didin Syafruddin, M.A., Ph. D., selaku PLT ketua jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia;

3. Dra. Hindun, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang selama masa

bimbingan beliau selalu menasehati dan memberi masukan-masukan

kepada penulis;

4. Makyun Subuki, M.Hum., selaku dosen pembimbing akademik yang

selalu membuat mahasiswanya tersenyum dan ceria;

5. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia

(8)

iv

7. Kakak, adik tersayang, kakak ipar, dan keponakan, Izzatul Fatonah, S.Pd.,

Haflatus Solihah, dan sang adik Obey Al Farobi yang telah memberikan

semangat, doa, dan dukungan-dukungan yang sangat luar biasa kepada

penulis. Ahmad Hafid, S.Kom, Fatoni, selaku kakak ipar, terimakasih atas

dukungannya. Afikoh dan Zahwa Qirani Nafeeza selaku keponakan saya

yang sangat lucu dan imut, terimakasih telah membuat saya selalu

tersenyum gembira di saat penulis mengalami kebuntuan dalam proses

mengerjakan skripsi ini;

8. Nenek tersayang Hj. Munawaroh, yang telah mendampingi penulis dan

keluarga hingga dewasa dan tidak letih dalam mendoakan cucu-cucunya;

9. Seluruh keluarga besar H. Sulaiman (Alm) dan Hj. Munawaroh, H.

Mukhlisi dan Hj. Juwailah (Almh), terimakasih telah memberikan semua

dukungan-dukungannya kepada penulis;

10.Sahabat-sahabat saya Six Child, Nurul Aliyah, Rica Dalie Arden, Rizka

Argafani, Titiek Muryani, dan Muhammad Agus Kuswanto, terima kasih

telah mendampingi penulis dalam suka duka menjalani masa-masa kuliah;

11.Anak-anak kosan RAD, Nia Imaniah, S.E. Sy, Wita Andriani, Maisyah

Rahmanita Putri, Uni Dian, terimakasih telah memberikan semangat,

dukungan, dan candaan-candaan selama saya kuliah dan berada di kosan

RAD;

12.Kepada Mawaddah Warahmah, selaku sepupu penulis, terima kasih telah

bersedia menemani bergadang saat penulis mengerjakan skripsi;

13.Orang spesial yang telah memberikan dukungan dan bantuannya kepada

penulis, Rizki Padillah, Mufti Ansori, Yanuar Arisdia Irka, Atma Wijaya,

Nasrudin, Asrori, Andy Afandi, Khairul Iman, Muiyah, Mafazah, dan

kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu;

14.Mahasiswa Kelas C Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

(9)

v

15.Kepada seluruh pihak yang tidak bisa satu persatu saya sebutkan,

terimakasih atas semangatnya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya untuk semua rekan yang

berkecimpung dalam dunia pendidikan dan umumnya untuk semua. Rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya saja tidak cukup untuk rekan-rekan yang telah

memberikan dukungannya terhadap penyelesaian skripsi ini. oleh karena itu,

penulis menerima kritik dan saran dari semuanya.

Jakarta, November 2014

(10)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 8

1. Hakikat kesalahan berbahasa ... 8

2. Kata penghubung ... 9

a. Definisi kata penghubung ... 9

b. Fungsi kata penghubung ... 10

c. Jenis-jenis kata penghubung ... 11

3. Berita ... 18

a. Definisi berita ... 18

b. Jenis berita ... 18

c. Berita utama ... 19

(11)

vii BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek penelitian ... 24

B. Metode penelitian ... 24

C. Sumber data ... 24

D. Pengumpulan data ... 25

E. Analisis data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum objek penelitian ... 26

B. Deskripsi hasil penelitian ... 30

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 63

B. Saran ... 63

C. Implikasi ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran

Banten Raya Edisi April 2014

Tabel 2 Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Berita Utama Koran Banten Raya Edisi 1 April – 31 Mei 2014 Lampiran 2 Lembar Uji Referensi

Lampiran 3 Lembar Pengesahan Uji Referensi

Lampiran 4 RPP

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipakai oleh manusia.

Bahasa juga dapat diartikan dengan segala bentuk bunyi-bunyi atau simbol

yang bermakna yang diucapkan oleh manusia. Bunyi-bunyi atau

simbol-simbol yang diucapkan oleh manusia berfungsi untuk menyampaikan

informasi, ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat seseorang kepada

lawan bicaranya.Bahasa sering diartikan alat yang mencerminkan

kepribadian seseorang. Baik buruknya sifat, sikap, dan kepribadian

seseorang dapat terlihat dari bahasa yang digunakan.Bahasa dapat tercipta

karena adanya interaksi dua arah. Di sinilah letak bahasa yang berfungsi

untuk menyampaikan informasi, maksud, pesan, dan pendapat seseorang,

dan di sini pula dapat dilihat kepribadian seseorang melalui bahasa yang ia

pakai.

Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang

digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya,

dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat

arisan, atau di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia

yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Dalam

situasi resmi dan formal, seperti dalam kuliah, dalam seminar, dalam

sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa

Indonesia yang resmi dan formal, yang selalu memperhatikan norma

bahasa.1

Adakalanya dalam berinteraksi manusia melakukan kesalahan

berbahasa. Corder yang dikutip Nababan menyatakan bahwa analisis

1

(15)

2

kesalahan merupakan suatu aktivitas yang mengkaji kesalahan-kesalahan

yang dibuat oleh seorang pelajar BT dalam proses belajar mengajar BT

tersebut.2 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan dalam bukunya menyatakan bahwa kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai

cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan

bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma

baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa.3 Jadi, dapat dikatakan bahwa kesalahan berbahasa merupakan bentuk kesalahan

dalam menuturkan bahasa yang diucap atau dibuat oleh seseorang.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kerap kali dalam berinteraksi atau

berkomunikasi sering terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam berbahasa,

baik disengaja maupun tidak disengaja. Keadaan yang melatarbelakangi

seseorang melakukan kesalahan berbahasa tentu akan berbeda-beda. Mulai

perbedaan kepribadian, sifat, sikap, genre, suku, keadaan lingkungan dan

sebagainya. Kesalahan berbahasa sering kali disebut dengan sisi yang

mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan.Kesalahan tersebut merupakan

bagian-bagian yang menyimpang dari norma-norma atau kaidah-kaidah

yang berlaku. Hal tersebut terkadang atau bahkan sering dilakukan oleh

seseorang.

Adanya kesalahan penggunaan bahasa bukanlah sesuatu yang

aneh.Sebenarnya, kesalahan umum pemakaian bahasa Indonesia dalam

masyarakat merupakan suatu gejala yang wajar. Kesalahan umum

berbahasa Indonesia timbul dalam masyarakat, antara lain, karena bahasa

Indonesia sedang berkembang. Penggunaan bahasa Indonesia sedang

menuju ke penggunaan bahasa yang standar. Di satu pihak para pakar

bahasa menyarankan pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah, tetapi

2

Sri Utari Subyakto Nababan, Analisis Kontrastif dan Kesalahan: Suatu Kajian dari Sudut Pandang Guru Bahasa, (Jakarta: IKIP, 1994), h. 5.

3

(16)

di pihak lain masyarakat masih terbiasa berbahasa dengan mengabaikan

kaidah.4

Kesalahan merupakan ciri pembelajaran. Ada pepatah mengatakan

“Kalau takut salah jangan memasuki dunia pembelajaran”.Kalimat tersebut dapat menjadi suatu acuan agar kelak seseorang dapat menjadi

yang terbaik. Seorang ilmuwan juga mengatakan bahwa kesalahan

berbahasa berasal dari kesalahan dan kekeliruan. Jika terjadinya kesalahan

disebabkan karena faktor “Kesalahan”yang berarti mutlak berasal dari kesalahan diri seseorang karena ia sama sekali tidak mengetahuinya,

sedangkan kesalahan penggunaan yang disebabkan oleh faktor

“Kekeliruan” yang berarti sebuah penyimpangan yang disebabkan oleh faktor performansi, seperti kehilangan ingatan, kelelahan, dan kondisi

psikologi seseorang pada saat menggunakan bahasa itu, tetapi tidak dapat

menampilkan dengan sempurna.

Meskipun kesalahan merupakan cirri pembelajaran, seperti yang

sudah dipaparkan di atas. Namun, melakukan kesalahan berbahasa dapat

mengakibatkan seseorang salah paham. Baik di dalam bahasa tulisan atau

bahasa lisan.Bahasa lisan digunakan untuk berinteraksi antara satu orang

dengan satu orang lainnya. Jika dalam berinteraksi melakukan kesalahan,

informasi yang ingin disampaikan seseorang kepada seseorang lainnya

akan berbeda dengan apa yang dimaksud oleh seseorang tersebut. Artinya,

kesalahan berbahasa dapat berakibat fatal dalam berinteraksi,

berkomunikasi, dan menyampaikan informasi.

Penulisan berita yang ada di media massa koran terdapat ragam

bahasa tulis yang bervariasi. Akronim, singkatan, kata ulang, sinonim dan

antonim, kata penghubung, kata depan, dan pemenggalan kata merupakan

unsur bahasa yang sering digunakan. Namun, penulisan berita yang

terdapat di media massa biasanya terdapat penulisan-penulisan mengenai

4

(17)

4

akronim, kata ulang, singkatan, pemenggalan yang ditulis dengan tidak

benar atausalah dan tidak mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditentukan.

Keadaan yang seperti itu tentu dapat dicapai bila seluk-beluk kesalahan itu

dikaji secara cermat dan mendalam. Dalam mengakaji dan meneliti sebuah

tulisan atau karya harus dilakukan dengan kritis dan mendalam. Jika dalam

meneliti tidak dilakukan secara serius, tentu hasilnya tidak memuaskan.

Pada penulisan berita utama Koran Banten Raya masih dijumpai

kesalahan penggunaan kata penghubung dan singkatan. Hal ini mungkin

disebabkan karena adanya kesalahan atau kekeliruan dalam penulisan. Jika

dalam penulisan berita Koran Banten Raya terdapat kesalahan yang tidak

berurutan adanya, dapat dikatakan kesalahan itu disebabkan oleh faktor

kekeliruan.Jika kondisi seperti itu terjadi secara berurutan, disebabkan

oleh faktor kesalahan, dan dapat diartikan bahwa berita Koran Banten

Raya tidak mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

Kata penghubung adalah salah satu ragam bahasa tulis yang

digunakan pada setiap tulisan termasuk dalam penulisan berita utama

dalam koran. Kata penghubung merupakan kata-kata yang digunakan

untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau

kalimat dengan kalimat disebut kata penghubung.5 Konjungtor, yang juga dinamakan kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua

satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau

klausa dengan klausa.6 Dari dua paparan di atas dapat dikatakan bahwa kata penghubung merupakan kata yang menghubungkan kata dengan kata

dalam sebuah kalimat, dan kalimat dengan kalimat dalam sebuah

paragraf.Kata penghubung dibagi menjadi dua jenis, yaitu kata

penghubung koordinatif dan suboordinatif. Kata penghubung koordinatif

adalah kata yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang

5

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h. 140.

6

(18)

kedudukannya sederajat atau setara. Kata penghubung suboordinatif yaitu

kata yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang

kedudukannya bertingkat. Untuk lebih jelasnya penulisakan

memaparkannya pada Bab II.

Penelitian ini dilakukan tidak hanya menganalisis atau mengkaji

mengenai kesalahan yang terjadi pada penulisan berita utama Koran

Banten Raya saja, melainkan penulis memikirkan implikasinya terhadap

pembelajaran Bahasa Indonesia. Kesalahan penggunaan bahasa khususnya

kesalahan penggunaan kata penghubung masih seringkali dijumpai pada

karya atau tulisan yang dilakukan oleh siswa. Mengingat kesalahan

tersebut dapat dilakukan oleh para siswa dalam melakukan kegiatan

pembelajaran Bahasa Indonesia, penulis memikirkan implikasinya

terhadap pembelajaran dalam mengkaji kesalahan penggunaan bahasa

tersebut.

Berdasarkan uraian-uraian di atasdapat bahwa dalam bahasa tulis

masih sering kali dijumpai kesalahan. Salah satunya yaitu kesalahan

penggunaan kata penghubung. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

menganalisis secara menyeluruh, kritis, mendalam, dan cermat mengenai

kesalahan penggunaan kata penghubung yang terdapat dalam berita utama

Koran Banten Raya. Penulis melakukan penelitian yang berjudul

“Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran Banten Raya Edisi 1 April – 31 Mei 2014 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Penulis berharap semoga kelak kajian atau tulisan ini bermanfaat bagi guru dan siswa khususnya, umumnya

bermanfaat bagi semuanya.

B. Identifikasi masalah

Dalam berbahasa tulisan, kesalahan masih sering kali dijumpai.

Kesalahan berbahasa itu disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun bentuk

(19)

6

1. Penggunaan kata depan

2. Penggunaan awalan

3. Kata penghubung

4. Akronim

5. Singkatan

6. Imbuhan

7. Pemenggalan kata

8. Kata ulang, dan lain lain.

C. Pembatasan masalah

Dari pemaparan identifikasi masalah di atas bahwa sebenarnya

kesalahan berbahasa atau kesalahan penggunaan bahasa dapat meliputi

banyak hal, salah satunya yaitu kesalahan penggunaan kata penghubung.

Pada kesempatan ini penulis membatasi masalah penelitian mengenai

kesalahan berbahasa yang berfokus pada penggunaan kata penghubung

dalam berita utama, dengan melakukan penelitian yangberjudul

“Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran Banten Raya Edisi 1April – 31 Mei2014. Berita utama yang terdapat di media masa Koran merupakan informasi yang ditunggu-tunggu oleh

pembacanya.

D. Perumusan masalah

1. Bagaimana bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kata penghubung

dalam berita utama Koran Banten Raya edisi 1 April-31 mei 2014?

2. Seberapa banyakdan kesalahan penggunaan kata penghubung apakah

yang paling dominan dalam berita utama Koran Banten Raya?

(20)

E. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kata

penghubung dalam berita utama Koran Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014.

2. Untuk mengetahui seberapa banyakdan kesalahan penggunaan kata

penghubung paling dominan yang terdapat pada Koran Banten Raya.

3. Untuk mengetahui secara konkret implikasi penggunaan kata

penghubung terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.

F. Manfaat penelitian

Sebuah penelitian akan menjadi baik dan bagus jika penelitian

tersebut mengandung dan dapat memberi manfaat kepada semuanya. Baik

itu manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Adapun manfaat teoritis dan

praktis yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu:

1. Manfaat teoretis

a. Dalam penelitian ini diharapkan agar dapat mengetahui tentang

seluk beluk kesalahan berbahasa.

b. Agar dapat mengetahui seluk beluk kata penghubung.

c. Agar dapat mengetahui jenis-jenis kata penghubung.

d. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

2. Manfaat praktis

a. Membantu peneliti untuk dapat mengetahui seluk beluk kata

penghubung dan penggunaannya.

b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk menjadikan

penelitian ini sebagai referensi pembelajaran.

c. Diharapkan kepada semuanya agar tidak melakukan kesalahan

(21)

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hakikat Kesalahan Berbahasa

Corder yang dikutip Nababan menyatakan bahwa analisis

kesalahan merupakan suatu aktivitas yang mengkaji kesalahan-kesalahan

yang dibuat oleh seorang pelajar BT dalam proses belajar mengajar BT

tersebut.1 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan dalam bukunya menyatakan bahwa kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai

cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan

bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma

baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa.2 Dapat dikatakan bahwa kesalahan berbahasa merupakan bentuk kesalahan dalam

menuturkan bahasa yang diucap atau dibuat oleh seseorang.

Kesalahan berbahasa biasanya disebabkan oleh kesalahan dan

kekeliruan. Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor

performansi. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan

menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan

kata, tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan biasanya

bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran linguistik.

Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya, siswa

memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya.

Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis.3

1

Sri Utari Subyakto, Nababan, Analisis Kontrastif dan Kesalahan: Suatu Kajian dari Sudut Pandang Guru Bahasa, (Jakarta: IKIP, 1994), h. 5.

2

Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1988), h. 141.

3

(22)

2. Kata penghubung

Dalam kajian morfologi lazim dibedakan adanya dua macam

kata-kata, yaitu kata-kata dari kelas terbuka dan kata-kata dari kelas tertutup.

Konjungsi atau kata penghubung termasuk ke dalam anggota kelas

tertutup.4 Kata perangkai adalah sekelompok kata yang berfungsi untuk merangkaikan atau menghubungkan kata-kata atau bagian-bagian kalimat,

atau pun kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dan sekaligus

menentukan jenis hubungannya. Hal-hal yang termasuk kata perangkai

adalah kata depan dan kata penghubung, dan keduanya merupakan bentuk

terikat dari secara sintaksis.5

a. Definisi kata penghubung

Kata penghubung merupakan kata-kata yang digunakan untuk

menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat

dengan kalimat disebut kata penghubung.6 Konjungtor, yang juga dinamakan kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua

satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau

klausa dengan klausa.7 Selain pengertian konjungsi tersebut, Abdul Chaer dalam bukunya menjelaskan bahwa konjungsi atau kata penghubung

adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara

kata dengan kata, antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan

kalimat.8 Hal yang sama mengenai kata penghubung atau konjungsi, I Made Purwa mengatakan bahwa, konjungsi adalah kata yang berfungsi

4

Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 48.

5

Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia, Sebuah Analisis Praktis Bahasa Baku, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 80.

6

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h.140.

7

Alwi, Hasan, Soejono D, Hans Lapoliwa dan Anton M. Moeliono, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h.296.

8

(23)

10

sebagai perangkai kata atau perangkai kalimat.9 Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kata penghubung merupakan kata yang

menghubungkan antara kata atau kalimat yang satu dengan yang lainnya.

Nama lain kata penghubung adalah kata sambung. Gorys Keraf

menyatakan bahwa kata sambung adalah kata yang menguhubungkan

kata-kata, bagian-bagian kalimat, atau menghubungkan kalimat-kalimat.10 Hal yang serupa mengenai kata sambung atau kata penghubung ditegaskan

oleh Lamuddin Finoza yang menyatakan bahwa kata sambung adalah kata

tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.11 Berbeda dengan Harimurti Kridalaksana yang menyatakan bahwa

konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang

lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan

lain atau lebih dalam konstruksi.12 Selanjutnya Kunjana Rahardi menyatakan bahwa kata penghubung merupakan kata yang

menghubungkan satuan kata dengan satuan kata, satuan frasa dengan

satuan frasa, dan satuan klausa dengan satuan klausa.13 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kata penghubung merupakan kata yang

berfungsi untuk menghubungkan kata, frasa, klausa, dan kalimat.

b. Fungsi Kata Penghubung

Menurut fungsinya, konjungsi dapat dibedakan menjadi (a)

konjungsi koordinatif, yakni konjungsi yang bertugas menghubungkan

satuan-satuan kebahasaan yang sejajar, (b) konjungsi subordinatif, yakni

konjungsi yang bertugas menghubungkan satuan-satuan kebahasaan yang

tidak sejajar karena yang satu merupakan induk kalimat dan yang lainnya

9

I Made Purwa, I Wayan Sudiartha, dkk, Struktur Bahasa Idate, (Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 1994), h. 48.

10

Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1969), h. 79.

11

Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Muliam 2009), h. 97.

12

Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 102.

13

(24)

merupakan anak kalimat, (c) konjungsi korelatif, yakni konjungsi yang

kehadirannya mensyaratkan kehadiran konjungsi yang lainnya karena

bentuk-bentuk kebahasaan itu memang saling berkorelasi.14

Jenis pertama dapat disebutkan misalnya ‘dan’, ‘maka’, ‘tetapi’,

‘melainkan’, ‘sedangkan’. Jenis yang kedua dapat disebutkan misalnya

‘karena’, ‘sehingga’, ‘jika’, ‘sebab’, ‘ketika’. Adapun jenis yang ketiga dapat disebutkan misalnya ‘antara…dan’, ‘tidak…tetapi’,

‘baik…maupun’, ‘bukan…melainkan’.15

Berdasarkan posisinya, ada yang disebut sebagai konjungsi

intrakalimat dan konjungsi antarkalimat. Kunjana Rahardi menyatakan

bahwa konjungsi intrakalimat merupakan konjungsi yang menghubungkan

entitas kebahasaan yang ada dalam kalimat, sedangkan konjungsi

antarkalimat yaitu konjungsi yang menghubungkan entitas kebahasaan

yang ada dalam sebuah kalimat dengan entitas kebahasaan yang berada di

luar kalimat itu. Baik konjungsi koordinatif, suboordinatif, maupun

korelatif, semuanya termasuk konjungsi intrakalimat kalau diperiksa

berdasarkan posisinya.16 Abdul Chaer menyatakan bahwa konjungsi intrakalimat merupakan konjungsi yang berfungsi menghubungkan kata

dengan kata, frase dengan frase, atau klausa dengan klausa yang berada di

dalam sebuah kalimat. Konjungsi antarkalimat adalah kata atau gabungan

kata yang menghubungkan kalimat dengan kalimat atau paragraf dengan

paragraf berikutnya.17

c. Jenis- jenis Kata Penghubung

Kata penghubung dalam bahasa Indonesia sangat beragam. There

are several conjungtions in Bahasa Indonesia and they are very easy to

14

Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Erlangga, 2009), h. 65.

(25)

12

use. Each of them I’ll show you in a sentence. And (dan), Saya dan Dila akan ke Bali minggu depan. Or (Atau), Saya akan telepon hari ini atau

besok. But ((Te)tapi), Kami mau ikut, tapi tidak ada waktu. Even more

(Bahkan), Dia sudah tahu bahkan sudah mencoba.18 Kata penghubung dapat dibedakan menjadi kata penghubung intrakalimat dan antarkalimat.

a) Kata penghubung intrakalimat

1) Kata Penghubung “Dan”

Kata penghubung (konjungsi) dan berfungsi

menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa

dengan klausa. Misalnya, sapi dan kuda; orang kaya dan rakyat

melarat; murid-murid bermain dan guru mengawasinya. Menurut

contoh di atas, tidak digunakan tanda koma (,) sebelum kata dan,

atau dibelakang kata yang mendahului kata dan itu. Namun ,

menurut EYD, koma digunakan di depan kata dan bila benda, hal,

sifat, yang disebutkan berturut-turut dalam kalimat lebih dari dua.

Bunyi aturan itu sebagai berikut:

“Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu

perincian atau pembilangan.”

Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

Dalam kalimat di atas ini ada benda yang dirinci dan benda

itu lebih dari dua yaitu kertas, pena, tinta. Kalau tanda yang

disebutkan hanya dua buah, tidak digunakan tanda koma pemisah

itu. Misalnya, Amin dan Udin, gedung dan gubuk, penduduk asli

dan orang asing.

18

(26)

Catatan:

Jika yang digabung lebih dari dua kata, maka kata

penghubung dan hanya digunakan di antara dua buah kata yang

terakhir. Contoh:

Kami memerlukan kerta, gunting, lem dan benang.19

2) Kata Penghubung “Dengan”

Kata penghubung dengan dengan fungsi untuk menyatakan „gabungan biasa‟ dapat digunakan di antara dua buah kata benda. Contoh : Ibu dengan ayah pergi ke Bogor.

3) Kata Penghubung “Serta”

Kata penghubung serta dengan fungsi untuk menyatakan

„gabungan biasa‟ digunakan di antara dua buah kata benda.

Contoh: Kakek serta nenek akan datang minggu depan.20

4) Kata penghubung “Atau”

Kata penghubung atau dengan fungsi untuk menyatakan „memilih‟ dapat digunakan di antaranya:

 Dua buah kata benda atau frase benda. Contoh: Nama orang itu Andi atau Andi?

 Dua buah kata kerja. Contoh: Jangan menegur atau mengajak

bicara anak-anak nakal itu.

 Dua buah kata sifat yang berlawanan maknanya. Contoh: Kaya

atau miskin di hadapan Tuhan tidak ada yang berbeda.

 Kata kerja atau kata sifat dengan bentuk ingkarnya. Contoh:

Kamu mau datang atau tidak, itu adalah urusanmu!

19

J. S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar IV, (Jakarta: Gramedia Pustaka Indonesia. 1995), h. 210.

20

(27)

14

 Dua buah klausal dalam sebuah kalimat majemuk setara.

Contoh: Sebaiknya kita berangkat sekarang saja, atau kita

tunggu dulu kedatangan beliau.21

5) Kata Penghubung “Tetapi”

Kata penghubung tetapi dengan fungsi untuk menyatakan „menggabungkan mempertentangkan‟ digunakan di antara:

 Dua buah kata sifat yang berkontras di dalam sebuah kalimat.

Contoh: Anak itu cerdas tetapi malas

 Dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada identitas yang

sama sedangkan predikatnya adalah dua buah kata sifat yang

berkontras. Contoh: Rumah itu besar dan indah tetapi

halamannya sempit

 Dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada identitas yang

tidak sama dengan predikatnya adalah dua buah kata sifat yang

berlawanan. Contoh: Ali sangat pandai tetapi Sudin sangat

bodoh

 Dua buah klausa yang klausa pertama berisi pertanyaan dan klausa kedua berisi pengingkaran dengan kata TIDAK. Contoh:

Saya memang hadir di sana tetapi tidak melihat hal-hal yang

mencurigakan

Catatan:

Kata penghubung tetapi jangan digunakan sebagai

penghubung antarkalimat. Contoh: Saya ingin terus belajar.

Tetapi ayah menyuruh saya bekerja (seharusnya: Saya ingin

terus belajar, tetapi ayah menyruh saya bekerja).22

21

Ibid., h. 143-147

22Ibid

(28)

6) Kata Penghubung “Sedangkan”

Kata penghubung Sedangkan dengan fungsi untuk

menggabungkan mempertentangkan atau mengkontraskan

digunakan di antara dua buah klausa. Contoh: Kami bekerja keras

memperbaiki tanggul yang jebol itu, sedangkan mereka berdua

duduk-duduk saja berpangku tangan.23

7) Kata Penghubung “Malah” atau “Malahan”

Kata penghubung malah atau malahan dengan fungsi untuk „menguatkan mempertentangkan‟ digunakan di antara dua buah klausa yang amanat keduanya bertentangan. Contoh: 1. Dinasehati

baik-baik bukannya menurut, malahan dia melawan kita. 2. Diberi

pertolongan bukannya mengucapkan terima kasih, malah dia

memburuk-burukkan nama kita.

8) Kata Penghubung Apalagi

Kata penghubung Apalagi dengan fungsi untuk menyatakan „menggabungkan menguatkan‟ digunakan pada awal keterangan tambahan atau kalimat tambahan. Contoh: Kamu saja yang lulusan

SMA tidak tahu, apalagi saya yang cuma tamatan SD.

Catatan:

Secara opsional kata penghubung Apalagi dapat diikuti kata

Kalau atau Jika, bila digunakan pada kalimat yang tidak bersubjek.

Contoh: Dia memang nakal, apalagi kalau di sekolah.

Kata penghubung Lebih-lebih pula atau Lebih-lebih lagi dengan fungsi untuk menyatakan „menguatkan‟ dapat digunakan pada awal keterangan tambahan atau kalimat tambahan, sebagai

23Ibid

(29)

16

varian dari kata penghubung Apalagi atau Apalagi kalau. Contoh:

Anak itu memang nakal; lebih-lebih lagi di sekolah.24

9) Kata Penghubung Karena

Kata Penghubung Karena dengan fungsi untuk „menggabungkan menyatakan alasan‟ digunakan di depan kata, frase, atau klausa yang ber-fungsi sebagai keterangan di

dalamsebuah kalimat majemuk setara. Contoh: Dia tidak masuk

sekolah karena hujan.25

b) Kata penghubung antarkalimat dan kata maka

1) Kata Penghubung “Namun”

Kata penghubung namun dengan fungsi „menghubungkan mempertentangkan‟ digunakan di antara dua buah kalimat.Kalimat pertama atau kalimat sebelumnya, berisi pernyataan; dan kalimat

kedua berisi pernyataan yang kontras dengan kalimat pertama.

Contoh: Sejak kecil dia kami asuh, kami didik, dan kami

sekolahkan. Namun, setelah dewasa dan jadi orang besar dia lupa

kepada kami.

Catatan:

Kata penghubung Namun sesungguhnya sama fungsinya

dengan kata penghubung Tetapi. Namun, kata penghubung Tetapi

hanya digunakan sebagai penghubung antarklausa, sedangkan kata

penghubung Namun digunakan sebagai penghubung

antarkalimat.Perhatikan kembali contoh di atas.

24Ibid

.

25Ibid.

(30)

2) Kata Penghubung “Sebaliknya”

Kata penghubung Sebaliknya dengan fungsi untuk menyatakan „menggabungkan mempertentangkan dengan tegas‟ dapat digunakan di antara dua buah klausa dan di antara dua buah

kalimat. Contoh: Di hadapan kita dia memang ramah. Sebaliknya,

jauh dari kita sombongnya bukan main.

3) Kata Penghubung “Bahkan”

Kata penghubung Bahkan dengan fungsi „menggabungkan

-menguatkan‟ dapat digunakan di antara dua buah kalimat. Contoh:

Anak itu memang nakal. Bahkan ibunya sendiri pernah ditipunya.

4) Kata penghubung “Lagipula”

Kata penghubung Lagipula dengan fungsi untuk menyatakan „menggabungkan menegaskan‟ digunakan di dalam kalimat (klausa) tambahan. Contoh: Saya tidak hadir karena sakit.

Lagipula saya tidak diundang.26

Kata maka sering menyertai ungkapan penghubung

antarkalimat, seperti sehubungan dengan itu maka, oleh karena itu

maka, dengan demikian maka, setelah itu maka, jika demikian

maka, sebagaimana terlihat pada contoh-contoh berikut.

 Sehubungan dengan itu maka suatu penlitian harus dibatasi

secara jelas supaya simpulannya terandalkan.

 Oleh karena itu maka perencanaan penelitian harus disusun

berdasarkan observasi lapangan.

 Dengan demikian maka rencana yang disusun dapat

dilaksanakan dengan baik.

(31)

18

 Jika demikian maka penelitian tidak akan menemukan

hambatan.

 Setelah itu maka peneliti dapat menyusun rencana penelitian

tahap berikutnya.

Contoh kalimat-kalimat itu banyak terdapat dalam ragam

bahasa lisan.Kata maka pada kalimat-kalimat itu ditiadakan dan

digunakan tanda koma karena kata maka tidak menyandang fungsi,

atau unsur penghubung antarkalimat itu ditiadakan sehingga kata

maka menjadi penghubung antarkalimat; dan susunan kalimat

menjadi gramatikal. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan maka

ditiadakan dan digantikan dengan tanda koma.27

3. Berita

a. Definisi berita

Berita itu adalah sesuatu yang nyata, news is real.28 M. Lyle Spencer, dalam buku News writing menyebutkan berita merupakan

kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian

besar pembaca. Willard C. Blayer, dalam buku Newspaper Writing and

Editing mengemukakan, berita adalah sesuatu yang termasa dipilih

wartawan untuk dimuat di surat kabar karena ia dapat menarik atau

mempunyai makna bagi pembaca surat kabar atau karena ia dapat menarik

pembaca-pembaca media cetak tersebut.29

b. Jenis berita

Hard news (berita hangat) punya arti penting bagi banyak

pembaca, pendengar dan pemirsa karena biasanya berisi kejadian yang “terkini” yang baru saja terjadi atau akan terjadi di pemerintahan, politik,

27

DR. Dendy Sugono, Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 226.

28

Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Kompas, 2007), h. 52.

29

(32)

hubungan luar negeri, pendidikan, ketenagakerjaan, agama, pengadilan,

pasar finansial, dan sebagainya.

Soft news (berita ringan) biasanya kurang penting karena isinya

menghibur, walaupun kadang juga memberi informasi penting. Berita jenis

ini seringkali bukan berarti terbaru. Di dalamnya memuat berita human

interest atau jenis rubrik feature. Berita jenis ini lebih menarik bagi emosi

ketimbang akal pikiran.30

c. Berita Utama

Harimurti Kridalaksana dalam bukunya Leksikon Komunikasi

menyatakan bahwa berita utama adalah berita penting yang diberi judul

dan ditempatkan secara mencolok.31 Selaras dengan yang dikatakan oleh Kurniawan Djunaedi bahwa berita utama adalah berita yang dianggap

sangat layak dipasang di halaman depan dengan judul yang merangsang

perhatian dan menggunakan tipe huruf yang relative besar. Pendeknya,

berita istimewa.32 Tidak jauh berbeda dengan yang dikatakan AM Hoeta Soehoet bahwa berita utama adalah berita yang menurut penilaian redaksi

surat kabar adalah yang paling penting dari semua berita yang disajikan

dalam surat kabarnya hari itu.33 Dari paparan definisi para ahli mengenai berita utama tersebut, dapat disimpulkan bahwa berita utama adalah berita

yang paling penting, hangat, dan baru dari semua berita yang ada di surat

kabar tersebut.

B. Penelitian yang relevan

Penelitian mengenai penggunaan kata penghubung pernah

dilakukan oleh para peneliti terdahulu yakni:

30

Tom E. Rolnicki, C. Dow tate, Sherri A. Taylor, Pengantar Dasar Jurnalisme, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 2-3.

31

Harimurti Kridalaksana, Leksikon Komunikasi, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), h.

32

Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedia Pers Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 457.

33

(33)

20

1. Erny Widiastuty, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia dalam skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan

Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIII

MTs Daarul Hikmah Pamulang”. Hasil skripsinya menyatakan bahwa

data hasil analisis kesalahan penggunaan konjungsi dalam karangan

deskripsi siswa kelas VIII sebanyak 33 kesalahan penggunaan

konjungsi dalam karangan deskripsi dari 30 siswa. Data kesalahan

penggunaan konjungsi dalam karangan deskripsi menunjukkan bahwa

kesalahan penggunaan konjungsi intrakalimat sebanyak 18 kesalahan

atau 3,31%, kesalahan penggunaan konjungsi antarkalimat sebanyak

15 kesalahan atau 6,94%. Dengan demikian hasil tertinggi dari hasil

analisis kesalahan penggunaan konjungsi adalah konjungsi

intrakalimat dengan 3,31% dari 30 siswa dan hasil terendah dari hasil

analisis kesalahan penggunaan konjungsi antarkalimat dengan 6,94%

dari 30 siswa.

Perbedaan penelitian Erny Widiastuty dengan skripsi ini adalah:

a. Skripsi Erny Widiastuty dilakukan pada tahun 2012, sedangkan

penelitian ini dilakukan pada tahun 2014

b. Terletak pada objek penelitiannya. Objek penelitian Erny

Widiastuty yaitu berupa karangan deskripsi siswa kelas VIII MTs

Daarul Hikmah Pamulang, sedangkan objek penelitian ini adalah

berita utama Koran Banten Raya.

c. Sampel yang digunakan Erny Widiastuty sebanyak 30 Siswa

sedangkan penelitian ini mengambil sampel berita utama dalam

dua bulan, April dan Mei 2014.

2. Rusnia, dalam skripsi yang berjudul “Analisis Penggunaan Kata

Penghubung Dalam Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas

V SD No. 224”. Penelitian tersebut dilakukan oleh Rusnia di daerah

Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros. Hasil skripsinya

(34)

menganalisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk

bahasa Indonesia dengan tepat. Data menunjukkan dari 20 sampel, 16

sampel yang memperoleh skor 13 ke atas dengan nilai 6,5 ke atas.

Selebihnya memperoleh skor 12 ke bawah, yaitu memperoleh nilai

kurang dari 6,5 sebanyak 4 siswa.

Jadi, siswa yang dikatakan mampu menganalisis penggunaan

kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia apabila

memperoleh nilai 6,5 ke atas, yang memperoleh kurang dari 6,5

dikatakan belum mampu. Oleh karena itu, siswa yang mendapat nilai

6,5 ke atas masih perlu diberi pengayaan agar mereka memiliki

wawasan yang luas tentang pelajaran kata penghubung dalam kalimat

majemuk bahasa Indonesia. Dan yang mendapat nilai kurang dari 6,5

masih perlu diberi bimbingan dan latihan yang lebih banyak agar

mereka lebih terampil menganalisis penggunaan kata penghubung

dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia dengan tepat.

Hasil pengolahan data dalam penelitian ini diterima.Dengan

diterimanya hipotesis tersebut, maka kesimpulan yang diperoleh adalah “Analisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia siswa kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros sudah memadai”. Dengan melihat standar yang telah ditentukan atau ditetapkan yaitu jika jumlah

sampel mencapai 85% ke atas mendapat nilai 6,5 ke atas dikatakan

mampu, dan jika jumlah sampel 85% ke bawah mendapat nilai kurang

dari 6,5 dikatakan belum mampu.

Perbedaan penelitian Rusnia dengan skripsi ini adalah:

a. Skripsi Rusnia dilakukan pada tahun 2012, sedangkan penelitian

ini dilakukan pada tahun 2014

b. Terletak pada objek penelitiannya. Objek penelitian Rusnia yaitu

(35)

22

sedangkan objek penelitian ini adalah berita utama Koran Banten

Raya.

c. Sampel yang digunakan Rusnia sebanyak 20 Siswa, sedangkan

penelitian ini mengambil sampel berita utama dalam dua bulan,

April dan Mei 2014.

3. Gita Argianti, dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas

Indonesia pada tahun 2006, dalam penelitian yang berjudul “Pemakaian Konjungsi dalam Wacana Tulisan: Sebuah Studi Kasus Mengenai Anak Penyandang ADHD”. Penelitian tersebut memperoleh

hasil bahwa informan telah memahami dan menggunakan konjungsi

untuk menciptakan rangkaian cerita, kemampuan informan dalam

merangkai ide cerita secara tertulis belum cukup baik. Hal ini terbukti

dari beberapa analisis yang menunjukkan adanya pelompatan ide

dalam cerita. Pelompatan ide ini terlihat melalui banyak fungsi

sintaksis atau klausa yang lesao. Pelesapan klausa atau kata ini juga

sering menimbulkan hubungan semantik dan tidak logis antara ide

cerita. Gita berasumsi pelesapan yang terjadi dalam data tidak

dilakukan dengan sengaja oleh informan, melainkan terjadi karena

faktor ADHD yang dialaminya. Faktor ADHD yang mempengaruhi

karangan informan afalah faktor kesulitan dalam merencanakan dan

mengorganisasikan ide pikiran atau gangguan konsentrasi dan faktor

pelupa.

Perbedaan penelitian Gita Argianti dengan skripsi ini adalah:

a. Skripsi Gita Argianti dilakukan pada tahun 2006, sedangkan

penelitian ini dilakukan pada tahun 2014

b. Terletak pada objek penelitiannya. Objek penelitian Rusnia yaitu

berupa Wacana Tulisan: Sebuah Studi Kasus Mengenai Anak

Penyandang ADHD, sedangkan objek penelitian ini adalah berita

(36)

4. Erika Felga Ferendhika, dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, serang, pada tahun 2010, dalam penelitian yang berjudul “Kepentingan Bisnis dan Politik dalam Penentuan Berita Utama di Banten Raya”. Penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa proses redaksi Banten Raya dalam

menemukan berita utama melalui beberapa tahap yaitu pertama

pengumpulan berita-berita dari para wartawan ke redaktur pelaksana.

Kedua redaktur pelaksana bersama wartawan lainnya mengkaji berita

mana yang layak menempati halaman depan surat kabar. Ketiga, hasil

rapat diserahkan oleh direktur pelaksana ke pemimpin redaksi yang

berfungsi sebagai pemegang keputusan tertinggi mengenai

berita-berita yang naik cetak, terutama berita-berita utama atau Headline.

Perbedaan penelitian Erika dengan skripsi ini adalah:

a. Skripsi Erika dilakukan pada tahun 2010, sedangkan penelitian

skripsi ini dilakukan pada tahun 2014.

b. Terletak pada masalah yang diteliti. Masalah yang diteliti Erika

yaitu kepentingan bisnis dan politik dalam menentukan berita

utama, sedangkan skripsi ini mengangkat masalah mengenai

kesalahan penggunaan kata penghubung dalam penulisan berita

(37)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek penelitian ini yaitu Koran Banten Raya berfokus pada satu

berita utama yang terbit setiap hari di Koran Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Dalam mencari definisi Bogdan dan Taylor

mendefinisikan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati.1 Pada penelitian ini peneliti mendeskripsikan masalah yang ada pada berita utama Koran Banten Raya

Pos Edisi 1 April - 31 Mei 2014.

C. Sumber Data

Lofland menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain lain.2 Data yang digunakan yaitu berupa berita utama yang terdapat pada Koran Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014. Berita utama merupakan kabar atau berita yang ditunggu-tunggu oleh

pembacanya. Oleh karena itu, peneliti tertarik dengan data tersebut untuk

diteliti.

1

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 2.

2Ibid.,

(38)

D. Pengumpulan Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pengumpulan data

dengan cara simak catat. Simak catat merupakan cara yang digunakan

untuk memperoleh data dilakukan dengan cara menyimak penggunaan

bahasa, istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan

bahasa lisan tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis.3 Metode semacam ini pernah dipakai oleh Sri Nadiarti dkk dalam bukunya yang

berjudul Konjungsi Suboordinatif dalam Bahasa Indonesia, bahwa

pengumpulan data dengan cara menyimak penggunaan konjungsi

suboordinatif dalam bahasa Indonesia pada media massa dan dan bahan

bacaan yang lainnya.4 Data ini berupa Koran Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014, maka metode simak dilakukan peneliti yaitu dengan cara

membaca paragraf per paragraf bagian berita utama Koran Banten Raya.

Kemudian metode catat yang peneliti gunakan dilakukan dengan cara

menandai dan mencatat bentuk kesalahan penggunaan kata penghubung

yang terdapat dalam berita utama Koran Banten Raya.

E. Analisis data

Setelah mengumpulkan dan mengolah data, teknik terakhir yang

peneliti gunakan yaitu menganalisis data. Mengingat bahwa penelitian ini

menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif,

maka peneliti menganalisis data yang ada sesuai dengan kaidah-kaidah

tata bahasa baku dalam ilmu sintaksis, kemudian mendeskripsikan atau

menguraikannya dalam bentuk tulisan. Penelitian kualitatif selalu bersifat

deskriptif, artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk

deskripsi fenomena, tidak berupa angka-angka atau koefisien variabel.5

3

Mahsun, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 90.

4

Sri Nadiarti dkk, KonjungsiSubordinatif dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 8.

5

(39)

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Data Singkat Banten Raya

Nama media : Banten Raya

Jumlah halaman : 16 halaman

Bahasa : Indonesia

Waktu terbit : Pagi hari

Periode terbit : 6 kali seminggu

Ukuran : 57,5 cm x 36 cm

Penerbit : PT Wahana Semesta Cilegon

Percetakan : PT Wahana Java Semesta Intermedia

Harga : Rp 2000,- per eksemplar

Alamat : Jl. Ahmad Yani, Komplek Mahkota Mas

Blok C1 No 1, kecamatan Cibeber Kota

Cilegon.

Telepon : 0254 378169

Website : www.bantenraya.com

Email : barayapost@yahoo.com1

Banten Raya Pos terbit pada 23 Agustus 2006. Sama dengan

Koran Jawa Pos yang terbit di beberapa kota lainnya, Koran

merupakan adik dari Radar Banten ini merupakan Community

Newspaper. Community Newspaper atau surat kabar lokal dapat

diartikan sebagai surat kabar dengan ruang lingkup lokal, tetapi segi

1

(40)

pemberitaannya tetap juga mengakomodir isu atau peristiwa nasional.

Format Community Newspaper ini, Banten Raya Pos memberikan

plihan kepada pembaca untuk memilih rubrik mana yang sesuai

dengan komunitas mereka baik dari golongan bawah, menengah

sampai dengan golongan atas.

Banten Raya Pos merupakan salah satu di antara sejumlah

Koran yang terbit di Banten, setelah sebelumnya ada Radar Banten

(dulu Harian Banten), Fajar Banten, Satelit News, dan Tangerang

Tribun. Koran yang diterbitkan PT Wahana Semesta Cilegon Raya ini,

merupakan grup Jawa Pos termasuk pula di dalamnya Radar Banten,

Satelite News, dan Indo Pos yang menerbitkan empat halaman khusus

Banten. Banten Raya Pos adalah pengembangan diri Radar Banten

yang diterbitkan PT Wahana Semesta Banten.

Banten Raya Pos adalah anak perusahaan dari Jawa Pos, karena

sebagai media yang masih bermaung dalam satu grup Jawa Pos. Jawa

Pos termasuk salah satu surat kabar tertua di Indonesia. Saat itu

namanya Java Post lalu pernah juga menjadi Djawa Post, Djawa Pos,

Jawa Pos, dan kemudian Jawa Pos seperti sekarang.Jawa Pos untuk

pertama kalinya didirikan pada 1 Juli 1949. Pada 1950 an, Jawa Pos

dikenal sebagai Harian Melayu Tionghoa karena memiliki tiga surat

kabar yang berbahsa Indonesia, Tionghoa, dan Belanda. Jawa Pos

memiliki 92 penerbitan pers di seluruh Indonesia setelah melalui

pasang surut setelah penerbitan perdana.

Tidak sedikit Koran milik Jawa Pos Grup terbitan yang hanya

beredar di tingkat lokal Keresidenan dan Provinsi. Salah satunya

adalah Banten Raya Pos yang pertama kali terbit pada 23 Agustus

2006. Banten Raya Pos lahir dari kalangan muda berbakat di bidang

(41)

28

bukan hanya memberi saluran aspirasi komunitas lokal tetapi mampu

menumbuhkan informasi global yang modern dan bergaya hidup baru.

Banten Raya Pos diterbitkan dengan tujuan merangkul

pembaca maupun pemasang iklan yang tidak dikuasai Koran yang

sudah diterbitkan sebelumnya.Banten Raya Pos sengaja diterbitkan

untuk merangkul pasar tersebut. Kantornya pun sengaja didirikan di

kota Cilegon karena masyarakat peminat media massa di wilayah

tersebut masih sedikit (Priyo Susilo, direktur utama PT Wahana

Semesta Banten).

2. Visi dan Misi Banten Raya Pos

Banten Raya Pos mempunyai visi menjadi surat kabar yang

bisa diterima oleh masyarakat khususnya masyarakat Banten, sebagai

bacaan yang utama. Adapun misi Banten Raya Pos adalah menjadi

bacaan alternatif masyarakat Banten dan sekitarnya, membuat

angle-angle berita yang cerdas tegas, kritis dan menarik, dan menjadi bacaan

Community Newspaper. Banten Raya Pos juga selalu membuat berita

yang dapat dimengerti dan dicerna oleh masyarakat umum.

Banten Raya Pos juga memiliki prinsip Good News is Good

News dengan berusaha memuat pula tanggapan dari pihak yang merasa

dirugikan atas sebuah pemberitaan atau Both Side Cover. Banten Raya

Pos setiap harinya berusaha menampilkan karya jurnalistik dengan

santun sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3. Rubrik Banten Raya Pos

Jumlah halaman yang diterbitkan Banten Raya Pos adalah 16

halaman pada setiap edisi penerbitan dengan isi dan kategori berbeda

(42)

halaman 1 dan 12.Setiap halaman di Banten Raya Pos menyuguhkan

berita, feature, foto, dan ilustrasi yang cukup menarik.

4. Sasaran Banten Raya Pos

Banten Raya Pos ditujukan bagi semua orang dari mulai

pelajar, mahasiswa, pengusaha, pegawai swasta, pegawai negeri,

BUMN, pensiunan, hingga ibu rumah tangga yang rata-rata usia

mereka berkisar antara 17- 50 tahun. Surat kabar yang memiliki slogan

Menuju Banten Modern dan Jaya memiliki sasaran pembaca

masyarakat golongan menengah ke bawah baik dari sisi ekonomi

maupun tingkat pendidikan.

5. Struktur organisasi Banten Raya Pos

Banten Raya Pos beralamat di Jl. Raya Pondok Cilegon Indah,

Komplek Rukan Cilegon Busines Square Blok A No 18, Kota Cilegon.

Struktur di lingkungan media massa Banten Raya Pos memiliki peran

penting bagi kelancaran manajemennya. Adapun struktur

organisasinya yaitu sebagai berikut:

a. General Manager merupakan pimpinan tertinggi di dalam

perusahaan ini. bertugas untuk mengawasi kerangka organisasi

lainnya lainnya di Banten Raya Pos.

b. Pemimpin Redaksi merupakan pimpinan tertinggi pada divisi

redaksi. Pemimpin redaksi memiliki tugas dan bertanggungjawab

terhadap segala macam kebijakan, manajemen, dan kegiatan

redaksi.

c. Redaktur Pelaksana mempunyai posisi di bawah Pemimpin

redaksi.

d. Sekretaris Redaksi bertugas dan bertanggungjawab terhadap segala

(43)

30

e. Redaktur atau Editor bertanggung jawab untuk mengatur isi

halaman surat kabar.

f. Wartawan dan fotografer yang bertugas mengumpulkan berita serta

foto di lapangan.

g. Koordinator Pracetak yang bertugas untuk mengawasi perwajahan

dan tampilan setiap halaman di Banten Raya Pos.

h. Manager Pemasaran dan Iklan yang bertugas mengawasi bidang

pemasaran serta sirkulasi surat kabar.

i. Staf Pemasaran dan Iklan yang bertugas untuk memasarkan Banten

Raya Pos dan mencari klien pemasang iklan.

j. Kepala Bagian Keuangan yang bertugas mengatur keuangan pada

manajemen Banten Raya Pos.

k. Kepala Bagian umum dan Penagihan yang bertugas melakukan

penagihan baik iklan maupun langganan Koran di Banten Raya

Pos.

l. Kepala Bagian Informasi dan Teknologi yang bertugas mengatur

semua perlengkapan kantor Banten Raya Pos untuk mendukung

kinerja bidang redaksi maupun pemasaran.2

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian berjudul “Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Penulisan Berita Utama Koran Banten Raya Edisi 1

April – 31 Mei 2014 dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia” menyatakan bahwa penulisan berita utama yang terdapat dalam Koran Banten Raya terdapat kesalahan berbahasa yang begitu beragam. Di

dalamnya terdapat kesalahan berbahasa mengenai penggunaan singkatan,

kalimat efektif, pemenggalan, huruf kapital, penggunaan kata penghubung

dan lain-lain. Pada kesempatan ini, sesuai dengan judul penelitian yang

2

Erika Felga Ferendhika dalam

(44)

penulis teliti, penulis hanya akan menguraikan bentuk kesalahan berbahasa

yang berfokus pada penggunaan kata penghubung dalam penulisan berita

utama Koran Banten Raya Edisi 1 April- 31 Mei 2014. Adapun kesalahan

penggunaan kata penghubung pada edisi April – Mei 2014 dapat dilihat

(45)

Tabel 1 Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran Banten Raya Edisi April 2014

Tanggal Terbit Koran

Banten Raya

Banyaknya

kesalahan

Bentuk kesalahan Pembetulan

1 April 2014 * * *

2 April 2014 2 karena, dan

Contoh kutipan

“…hasil dari keduanya

langsung dijual di Rau. Karena itu penataan Rau agar tetap menjadi pasar yang diminati masyarakat luas

perlu dilakukan”. Dan tugas

yang tidak semudah

membalikkan telapak tangan itu tidak bisa dilakukan oleh

hanya sekelompok orang”.

Kata penghubung karena dan dan

merupakan kata penghubung

intrakalimat yang seharusnya

(46)

kepatutan tersebut telah disetujui Mendagri untuk ditetapkan namun belum dapat dibuatkan SK lantaran terkendala tanda tangan Gubernur Banten Rt Atut Chosiyah yang berada di rumah tahanan (rutan) Pondok Bambu, Jakarta karena menjadi tahanan Komisi

Pemberantasan Korupsi

(KPK)”.

kalimat. Kata penghubung namun

dapat diganti dengan

menggunakan kata penghubung

tetapi.

4 April 2014 6 karena, bahkan, tapi, namun

Contoh kutipan

“Akibatnya, pelanggaran

demi pelanggaran terus dilakukan, bahkan

berulang-ulang”.

“Karena itu Punishment-nya jangan hanya administratif.

Kata penghubung karena dan tapi

merupakan kata penghubung

intrakalimat yang seharusnya

digunakan di dalam satu kalimat.

Kata penghubung namun dan

bahkan merupakan kata

(47)

Tapi harus membuat efek

jera”.

“Padahal, itu dilarang karena

membahayakan kesehatan dan keselamatan anak. Namun, selama ini sanksi terhadap

pelanggaran hanya

administratif berupa teguran. Karena hanya ditegur, maka parpol kembali melanggar

aturan”.

“Meski baru isu namun ini harus jadi perhatian agar tidak terjadi. Karena itu harus ada gerakan supaya partisipasi pemilih.”

seharusnya digunakan di antara

dua buah kalimat.

5 April 2014 1 karena

Contoh kutipan

“Salah satu tujuannya agar

siswa dipermudah saat menjawab soal UN. Karena menurutnya keberhasilan tidak hanya ditopang oleh kerja keras dalam bentuk yang terlihat, tetapi juga doa

kepada tuhan”.

Kata penghubung karena

merupakan kata penghubung

intrakalimat. Kata penghubung

karena tidak dapat digunakan pada

(48)

“Hudaya menjelaskan

sebagian dari ijazah sisa tersebut adalah ijazah yang disiapkan untuk cadangan dan sebagian ada kesalahan penulisan. Sedangkan, batasan

untuk perbaikan atau

penggantian ijazah tersebut selama 6 bulan.

“Naskah sudah ada, namun

lokasinya masih kami

rahasiakan untuk keamanan”.

intrakalimat yang seharusnya

ditempatkan di dalam sebuah

kalimat. Kata penghubung namun

merupakan kata penghubung

antarkalimat yang seharusnya

digunakan di antara dua buah

kalimat.

8 April 2014 * * *

9 April 2014 * * *

10 April 2014 1 Namun

Contoh kutipan

“Meski jauh dari sukses,

Kata penghubung namun

merupakan kata penghubung

(49)

namun diakui Agus usaha

betul dianalisis dan

dievaluasi, apa yang

menyebabkan

indikasi-indikasi yang dikaitkan dengan fakta penyimpangan. Dan itu kita harus tahu

menyebabnya…”.

Kata penghubung dan merupakan

kata penghubung intrakalimat

yang seharusnya digunakan di

dalam sebuah kalimat.

merupakan kata penghubung

antarkalimat yang seharusnya

digunakan di antara dua buah

(50)

saya”.

13 April 2014 ** ** **

14 April 2014 2 karena, tetapi

Contoh kutipan

“Ketua Panwaslu Kabupaten

Serang Sabihis, minggu (13/4) mengatakan, kasus itu akan diteruskan penanganannya ke

Gakkumdu (Penegakan

Hukum Terpadu). Karena, tindakan tersebut telah masuk dalam dugaan pelanggaran administrasi, etika hingga

pidana pemilu”.

“Pelanggaran itu juga diduga

ada unsur pidananya apabila dikaitkan dengan pasal 312 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu.

Kata penghubung karena dan

tetapi merupakan kata penghubung

intrakalimat yang seharusnya

digunakan di dalam sebuah

(51)

Tetapi untuk membuktikan dugaan pidana itu, kami butuh proses tambahan, salah satunya nanti yang berwenang adalah kepolisian dan

kejaksaan”.

“Tatang juga menyatakan

bahwa dirinya tidak begitu mengenali Direktur PT Ciboleger H Jahadi yang datang saat penandatanganan kontrak, pakta integritas, dan lain-lain. Karena, menurut

Tatang, saat itu

penandatanganan kontrak dilakukan bersamaan dengan delapan proyek lainnya”.

Kata penghubung karena dan tapi

merupakan kata penghubung

intrakalimat yang seharusnya

digunakan di dalam sebuah

kalimat. Pada contoh kutipan

kalimat pertama dapat diganti

dengan menggunakan kata

(52)

sektor industri pengolahan sebesar 1,90 persen, serta sektor perdagangan, hotel,

restoran dan sektor

pengangkutan dan komunikasi masing-masing berkontribusi sebesar 1,59 persen dan 0,72 persen. Dan aspek permintaan berupa Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 2,72 persen dan konsumsi rumah tangga sebesar 2,14

persen”.

“Walaupun angka

pertumbuhannya di atas rata-rata nasional, namun dilihat dari potensi daerah yang dimiliki tentu sangat

disayangkan”.

Kata penghubung namun

merupakan kata penghubung

antarkalimat yang seharusnya

digunakan di antara dua buah

kalimat. Dalam hal ini, kalimat

tersebut dapat diganti dengan

menggunakan kata penghubung

tetapi yang merupakan kata

(53)

17 April 2014 2 namun, karena dengan pihak keluarga Kelvin. Karena, menurut Milla, dugaan pemukulan yang dilakukan salah satu guru di sekolahnya itu bukan

tanpa alasan”.

Kata penghubung namun

merupakan kata penghubung

antarkalimat yang seharusnya

digunakan di antara dua buah

kalimat. Seharusnya, pada kalimat

tersebut dapat menggunakan kata

penghubung tetapi yang

merupakan kata penghubung

intrakalimat. Pada kalimat kedua,

seharusnya tidak menggunakan

kata penghubung karena. Kata

penghubung karena merupakan

kata penghubung intrakalimat.

18 April 2014 ** ** **

19 April 2014 1 Tapi

Contoh kutipan

“Rata-rata laporannya itu

Pada kutipan kalimat tersebut,

seharusnya menggunakan kata

Gambar

Tabel 1 Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran
Tabel 1 Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran Banten Raya Edisi April 2014
Tabel 2 Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran Banten Raya Edisi 31 Mei 2014

Referensi

Dokumen terkait

Menulis paragraf narasi, seperti juga keterampilan berbahasa yang lain, merupakan proses dan memerlukan banyak latihan dan pengetahuan yang lainnya. Menulis paragraf narasi

Seluruh perlakuan penggunaan isolat bakteri memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap kontrol... Hal ini berkaitan dengan kemampuan sel tanaman dalam merespon

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media puzzle jaring-jaring bangun ruang dapat dan telah dikembangkan lebih efektif untuk pembelajaran matematika materi jaring-

Diharapkan penggunaan LKS dengan model ini dapat membantu siswa dalam memahami materi, mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan menumbuhkan rasa

disimpulkan bahwa profitabilitas dan leverage secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan TJS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Rezultati anketnog istraživanju su pokazali da su ispitanici poprilično neodlični po pitanju odabira resursa na kojem bi se mogla kreirati turistička marka

Terdapat beberapa teknik dasar dalam tolak peluru, diantaranya : Teknik Memegang Peluru Ada 3 teknik memegang peluru : Jari-jari direnggangkan sementara

Mak DIAMBIL DARI 4078.032.521219 Belanja Barang non-operasional lainnya (PNBp) Layanan