KESALAHAN PENGGUNAAN KATA PENGHUBUNG
DALAM PENULISAN BERITA UTAMA KORAN BANTEN
RAYA EDISI 1 APRIL
–
31 MEI 2014 DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Maisyatul Wasiah
1110013000099
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
ABSTRAK
MAISYATUL WASIAH. NIM: 1110013000099. Skripsi. “Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran Banten Raya Edisi 1 April – 31 Mei 2014 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia” Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Dra. Hindun, M.Pd. 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk 1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kata penghubung dalam penulisan berita utama Koran Banten Raya, 2. Mendeskripsikan seberapa banyak total keseluruhan dan kesalahan penggunaan kata penghubung yang paling dominan dalam penulisan berita utama Koran Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode simak catat.
Hasil penelitian mengenai kesalahan penggunaan kata penghubung yang terdapat pada berita utama Koran Banten RayaEdisi 1 April – 31 Mei 2014 terdiri dari kesalahan penggunaan kata namun, tetapi, sedangkan, karena, dan, bahkan,
padahal, dan lain-lain. Banyaknya kesalahan tersebut dalam setiap berita utama
berkisar antara 0 – 6 buah. Total keseluruhan dari edisi April sampai akhir Mei 2014 yaitu 82 buah kesalahan. Kesalahan penggunaan kata penghubung yang paling dominan yaitu kata penghubung namun, tetapi, dan, karena, dan
sedangkan.
ii
Department of Indonesian Language and Literature Education Faculty of Tarbiyah and Teachers Training Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Supervisor: Dra . Hindun, M.Pd. 2014 .
This study aims to know 1. To describe type errors in the use of conjunction in writing newspaper headlines of Banten Raya, 2. To describe how many errors n errors of using conjunction the most dominant in writing newspaper headlines of Banten Raya 1st edition April 1 - May 31, 2014.
This study uses descriptive analysis using a qualitative approach . Data collection and processing is done in this study using the method see note.
Based on the results of this study, it can be concluded that the errors in using conjunction in writing newspaper headline of Banten Raya 1st edition consisted of words misused such as but, yet, because and others. The number of errors that occurred in each of the headlines ranged between 0 – 6 pieces. The total of whole errors from the beginning of April until the end of May 2014 is 82 pieces of error. Errors in the Use of Conjunction the most dominant is yet, but and, because, and
while.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah, puji syukur penulis
persembahkan kepada Tuhan semesta alam, pencipta jagat raya dan seluruh
isinya, Allah Swt, yang telah memberikan nikmat sehat baik jasmani maupun
rohani kepada penulis. Berkat rahmat dan nikmat Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung
dalam Berita Utama Koran Banten Raya Edisi 1 April - 31 Mei 2014 dan
Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Shalawat dan salam tidak lupa penulis ucapkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, semoga
syafaatnya dapat kita peroleh.
Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya tidak luput dari bantuan, doa,
dan semangat dari berabagai pihak. Berkat doa, bantuan, dan semangat yang
penulis dapatkan dari semua pihak, penulis tidak akan menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih
yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph. D., selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan;
2. Drs. Didin Syafruddin, M.A., Ph. D., selaku PLT ketua jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia;
3. Dra. Hindun, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang selama masa
bimbingan beliau selalu menasehati dan memberi masukan-masukan
kepada penulis;
4. Makyun Subuki, M.Hum., selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu membuat mahasiswanya tersenyum dan ceria;
5. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia
iv
7. Kakak, adik tersayang, kakak ipar, dan keponakan, Izzatul Fatonah, S.Pd.,
Haflatus Solihah, dan sang adik Obey Al Farobi yang telah memberikan
semangat, doa, dan dukungan-dukungan yang sangat luar biasa kepada
penulis. Ahmad Hafid, S.Kom, Fatoni, selaku kakak ipar, terimakasih atas
dukungannya. Afikoh dan Zahwa Qirani Nafeeza selaku keponakan saya
yang sangat lucu dan imut, terimakasih telah membuat saya selalu
tersenyum gembira di saat penulis mengalami kebuntuan dalam proses
mengerjakan skripsi ini;
8. Nenek tersayang Hj. Munawaroh, yang telah mendampingi penulis dan
keluarga hingga dewasa dan tidak letih dalam mendoakan cucu-cucunya;
9. Seluruh keluarga besar H. Sulaiman (Alm) dan Hj. Munawaroh, H.
Mukhlisi dan Hj. Juwailah (Almh), terimakasih telah memberikan semua
dukungan-dukungannya kepada penulis;
10.Sahabat-sahabat saya Six Child, Nurul Aliyah, Rica Dalie Arden, Rizka
Argafani, Titiek Muryani, dan Muhammad Agus Kuswanto, terima kasih
telah mendampingi penulis dalam suka duka menjalani masa-masa kuliah;
11.Anak-anak kosan RAD, Nia Imaniah, S.E. Sy, Wita Andriani, Maisyah
Rahmanita Putri, Uni Dian, terimakasih telah memberikan semangat,
dukungan, dan candaan-candaan selama saya kuliah dan berada di kosan
RAD;
12.Kepada Mawaddah Warahmah, selaku sepupu penulis, terima kasih telah
bersedia menemani bergadang saat penulis mengerjakan skripsi;
13.Orang spesial yang telah memberikan dukungan dan bantuannya kepada
penulis, Rizki Padillah, Mufti Ansori, Yanuar Arisdia Irka, Atma Wijaya,
Nasrudin, Asrori, Andy Afandi, Khairul Iman, Muiyah, Mafazah, dan
kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu;
14.Mahasiswa Kelas C Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
v
15.Kepada seluruh pihak yang tidak bisa satu persatu saya sebutkan,
terimakasih atas semangatnya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya untuk semua rekan yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan dan umumnya untuk semua. Rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya saja tidak cukup untuk rekan-rekan yang telah
memberikan dukungannya terhadap penyelesaian skripsi ini. oleh karena itu,
penulis menerima kritik dan saran dari semuanya.
Jakarta, November 2014
vi DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 8
1. Hakikat kesalahan berbahasa ... 8
2. Kata penghubung ... 9
a. Definisi kata penghubung ... 9
b. Fungsi kata penghubung ... 10
c. Jenis-jenis kata penghubung ... 11
3. Berita ... 18
a. Definisi berita ... 18
b. Jenis berita ... 18
c. Berita utama ... 19
vii BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek penelitian ... 24
B. Metode penelitian ... 24
C. Sumber data ... 24
D. Pengumpulan data ... 25
E. Analisis data ... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum objek penelitian ... 26
B. Deskripsi hasil penelitian ... 30
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 63
B. Saran ... 63
C. Implikasi ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran
Banten Raya Edisi April 2014
Tabel 2 Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Berita Utama Koran Banten Raya Edisi 1 April – 31 Mei 2014 Lampiran 2 Lembar Uji Referensi
Lampiran 3 Lembar Pengesahan Uji Referensi
Lampiran 4 RPP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipakai oleh manusia.
Bahasa juga dapat diartikan dengan segala bentuk bunyi-bunyi atau simbol
yang bermakna yang diucapkan oleh manusia. Bunyi-bunyi atau
simbol-simbol yang diucapkan oleh manusia berfungsi untuk menyampaikan
informasi, ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat seseorang kepada
lawan bicaranya.Bahasa sering diartikan alat yang mencerminkan
kepribadian seseorang. Baik buruknya sifat, sikap, dan kepribadian
seseorang dapat terlihat dari bahasa yang digunakan.Bahasa dapat tercipta
karena adanya interaksi dua arah. Di sinilah letak bahasa yang berfungsi
untuk menyampaikan informasi, maksud, pesan, dan pendapat seseorang,
dan di sini pula dapat dilihat kepribadian seseorang melalui bahasa yang ia
pakai.
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya,
dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat
arisan, atau di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia
yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Dalam
situasi resmi dan formal, seperti dalam kuliah, dalam seminar, dalam
sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa
Indonesia yang resmi dan formal, yang selalu memperhatikan norma
bahasa.1
Adakalanya dalam berinteraksi manusia melakukan kesalahan
berbahasa. Corder yang dikutip Nababan menyatakan bahwa analisis
1
2
kesalahan merupakan suatu aktivitas yang mengkaji kesalahan-kesalahan
yang dibuat oleh seorang pelajar BT dalam proses belajar mengajar BT
tersebut.2 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan dalam bukunya menyatakan bahwa kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai
cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan
bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma
baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa.3 Jadi, dapat dikatakan bahwa kesalahan berbahasa merupakan bentuk kesalahan
dalam menuturkan bahasa yang diucap atau dibuat oleh seseorang.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kerap kali dalam berinteraksi atau
berkomunikasi sering terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam berbahasa,
baik disengaja maupun tidak disengaja. Keadaan yang melatarbelakangi
seseorang melakukan kesalahan berbahasa tentu akan berbeda-beda. Mulai
perbedaan kepribadian, sifat, sikap, genre, suku, keadaan lingkungan dan
sebagainya. Kesalahan berbahasa sering kali disebut dengan sisi yang
mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan.Kesalahan tersebut merupakan
bagian-bagian yang menyimpang dari norma-norma atau kaidah-kaidah
yang berlaku. Hal tersebut terkadang atau bahkan sering dilakukan oleh
seseorang.
Adanya kesalahan penggunaan bahasa bukanlah sesuatu yang
aneh.Sebenarnya, kesalahan umum pemakaian bahasa Indonesia dalam
masyarakat merupakan suatu gejala yang wajar. Kesalahan umum
berbahasa Indonesia timbul dalam masyarakat, antara lain, karena bahasa
Indonesia sedang berkembang. Penggunaan bahasa Indonesia sedang
menuju ke penggunaan bahasa yang standar. Di satu pihak para pakar
bahasa menyarankan pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah, tetapi
2
Sri Utari Subyakto Nababan, Analisis Kontrastif dan Kesalahan: Suatu Kajian dari Sudut Pandang Guru Bahasa, (Jakarta: IKIP, 1994), h. 5.
3
di pihak lain masyarakat masih terbiasa berbahasa dengan mengabaikan
kaidah.4
Kesalahan merupakan ciri pembelajaran. Ada pepatah mengatakan
“Kalau takut salah jangan memasuki dunia pembelajaran”.Kalimat tersebut dapat menjadi suatu acuan agar kelak seseorang dapat menjadi
yang terbaik. Seorang ilmuwan juga mengatakan bahwa kesalahan
berbahasa berasal dari kesalahan dan kekeliruan. Jika terjadinya kesalahan
disebabkan karena faktor “Kesalahan”yang berarti mutlak berasal dari kesalahan diri seseorang karena ia sama sekali tidak mengetahuinya,
sedangkan kesalahan penggunaan yang disebabkan oleh faktor
“Kekeliruan” yang berarti sebuah penyimpangan yang disebabkan oleh faktor performansi, seperti kehilangan ingatan, kelelahan, dan kondisi
psikologi seseorang pada saat menggunakan bahasa itu, tetapi tidak dapat
menampilkan dengan sempurna.
Meskipun kesalahan merupakan cirri pembelajaran, seperti yang
sudah dipaparkan di atas. Namun, melakukan kesalahan berbahasa dapat
mengakibatkan seseorang salah paham. Baik di dalam bahasa tulisan atau
bahasa lisan.Bahasa lisan digunakan untuk berinteraksi antara satu orang
dengan satu orang lainnya. Jika dalam berinteraksi melakukan kesalahan,
informasi yang ingin disampaikan seseorang kepada seseorang lainnya
akan berbeda dengan apa yang dimaksud oleh seseorang tersebut. Artinya,
kesalahan berbahasa dapat berakibat fatal dalam berinteraksi,
berkomunikasi, dan menyampaikan informasi.
Penulisan berita yang ada di media massa koran terdapat ragam
bahasa tulis yang bervariasi. Akronim, singkatan, kata ulang, sinonim dan
antonim, kata penghubung, kata depan, dan pemenggalan kata merupakan
unsur bahasa yang sering digunakan. Namun, penulisan berita yang
terdapat di media massa biasanya terdapat penulisan-penulisan mengenai
4
4
akronim, kata ulang, singkatan, pemenggalan yang ditulis dengan tidak
benar atausalah dan tidak mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditentukan.
Keadaan yang seperti itu tentu dapat dicapai bila seluk-beluk kesalahan itu
dikaji secara cermat dan mendalam. Dalam mengakaji dan meneliti sebuah
tulisan atau karya harus dilakukan dengan kritis dan mendalam. Jika dalam
meneliti tidak dilakukan secara serius, tentu hasilnya tidak memuaskan.
Pada penulisan berita utama Koran Banten Raya masih dijumpai
kesalahan penggunaan kata penghubung dan singkatan. Hal ini mungkin
disebabkan karena adanya kesalahan atau kekeliruan dalam penulisan. Jika
dalam penulisan berita Koran Banten Raya terdapat kesalahan yang tidak
berurutan adanya, dapat dikatakan kesalahan itu disebabkan oleh faktor
kekeliruan.Jika kondisi seperti itu terjadi secara berurutan, disebabkan
oleh faktor kesalahan, dan dapat diartikan bahwa berita Koran Banten
Raya tidak mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Kata penghubung adalah salah satu ragam bahasa tulis yang
digunakan pada setiap tulisan termasuk dalam penulisan berita utama
dalam koran. Kata penghubung merupakan kata-kata yang digunakan
untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau
kalimat dengan kalimat disebut kata penghubung.5 Konjungtor, yang juga dinamakan kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua
satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau
klausa dengan klausa.6 Dari dua paparan di atas dapat dikatakan bahwa kata penghubung merupakan kata yang menghubungkan kata dengan kata
dalam sebuah kalimat, dan kalimat dengan kalimat dalam sebuah
paragraf.Kata penghubung dibagi menjadi dua jenis, yaitu kata
penghubung koordinatif dan suboordinatif. Kata penghubung koordinatif
adalah kata yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang
5
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h. 140.
6
kedudukannya sederajat atau setara. Kata penghubung suboordinatif yaitu
kata yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang
kedudukannya bertingkat. Untuk lebih jelasnya penulisakan
memaparkannya pada Bab II.
Penelitian ini dilakukan tidak hanya menganalisis atau mengkaji
mengenai kesalahan yang terjadi pada penulisan berita utama Koran
Banten Raya saja, melainkan penulis memikirkan implikasinya terhadap
pembelajaran Bahasa Indonesia. Kesalahan penggunaan bahasa khususnya
kesalahan penggunaan kata penghubung masih seringkali dijumpai pada
karya atau tulisan yang dilakukan oleh siswa. Mengingat kesalahan
tersebut dapat dilakukan oleh para siswa dalam melakukan kegiatan
pembelajaran Bahasa Indonesia, penulis memikirkan implikasinya
terhadap pembelajaran dalam mengkaji kesalahan penggunaan bahasa
tersebut.
Berdasarkan uraian-uraian di atasdapat bahwa dalam bahasa tulis
masih sering kali dijumpai kesalahan. Salah satunya yaitu kesalahan
penggunaan kata penghubung. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
menganalisis secara menyeluruh, kritis, mendalam, dan cermat mengenai
kesalahan penggunaan kata penghubung yang terdapat dalam berita utama
Koran Banten Raya. Penulis melakukan penelitian yang berjudul
“Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran Banten Raya Edisi 1 April – 31 Mei 2014 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Penulis berharap semoga kelak kajian atau tulisan ini bermanfaat bagi guru dan siswa khususnya, umumnya
bermanfaat bagi semuanya.
B. Identifikasi masalah
Dalam berbahasa tulisan, kesalahan masih sering kali dijumpai.
Kesalahan berbahasa itu disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun bentuk
6
1. Penggunaan kata depan
2. Penggunaan awalan
3. Kata penghubung
4. Akronim
5. Singkatan
6. Imbuhan
7. Pemenggalan kata
8. Kata ulang, dan lain lain.
C. Pembatasan masalah
Dari pemaparan identifikasi masalah di atas bahwa sebenarnya
kesalahan berbahasa atau kesalahan penggunaan bahasa dapat meliputi
banyak hal, salah satunya yaitu kesalahan penggunaan kata penghubung.
Pada kesempatan ini penulis membatasi masalah penelitian mengenai
kesalahan berbahasa yang berfokus pada penggunaan kata penghubung
dalam berita utama, dengan melakukan penelitian yangberjudul
“Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran Banten Raya Edisi 1April – 31 Mei2014. Berita utama yang terdapat di media masa Koran merupakan informasi yang ditunggu-tunggu oleh
pembacanya.
D. Perumusan masalah
1. Bagaimana bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kata penghubung
dalam berita utama Koran Banten Raya edisi 1 April-31 mei 2014?
2. Seberapa banyakdan kesalahan penggunaan kata penghubung apakah
yang paling dominan dalam berita utama Koran Banten Raya?
E. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kesalahan penggunaan kata
penghubung dalam berita utama Koran Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014.
2. Untuk mengetahui seberapa banyakdan kesalahan penggunaan kata
penghubung paling dominan yang terdapat pada Koran Banten Raya.
3. Untuk mengetahui secara konkret implikasi penggunaan kata
penghubung terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.
F. Manfaat penelitian
Sebuah penelitian akan menjadi baik dan bagus jika penelitian
tersebut mengandung dan dapat memberi manfaat kepada semuanya. Baik
itu manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Adapun manfaat teoritis dan
praktis yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu:
1. Manfaat teoretis
a. Dalam penelitian ini diharapkan agar dapat mengetahui tentang
seluk beluk kesalahan berbahasa.
b. Agar dapat mengetahui seluk beluk kata penghubung.
c. Agar dapat mengetahui jenis-jenis kata penghubung.
d. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
2. Manfaat praktis
a. Membantu peneliti untuk dapat mengetahui seluk beluk kata
penghubung dan penggunaannya.
b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk menjadikan
penelitian ini sebagai referensi pembelajaran.
c. Diharapkan kepada semuanya agar tidak melakukan kesalahan
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Kesalahan Berbahasa
Corder yang dikutip Nababan menyatakan bahwa analisis
kesalahan merupakan suatu aktivitas yang mengkaji kesalahan-kesalahan
yang dibuat oleh seorang pelajar BT dalam proses belajar mengajar BT
tersebut.1 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan dalam bukunya menyatakan bahwa kesalahan berbahasa merupakan sisi yang mempunyai
cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan
bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma
baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa.2 Dapat dikatakan bahwa kesalahan berbahasa merupakan bentuk kesalahan dalam
menuturkan bahasa yang diucap atau dibuat oleh seseorang.
Kesalahan berbahasa biasanya disebabkan oleh kesalahan dan
kekeliruan. Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor
performansi. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan
menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan
kata, tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan biasanya
bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran linguistik.
Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya, siswa
memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya.
Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis.3
1
Sri Utari Subyakto, Nababan, Analisis Kontrastif dan Kesalahan: Suatu Kajian dari Sudut Pandang Guru Bahasa, (Jakarta: IKIP, 1994), h. 5.
2
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1988), h. 141.
3
2. Kata penghubung
Dalam kajian morfologi lazim dibedakan adanya dua macam
kata-kata, yaitu kata-kata dari kelas terbuka dan kata-kata dari kelas tertutup.
Konjungsi atau kata penghubung termasuk ke dalam anggota kelas
tertutup.4 Kata perangkai adalah sekelompok kata yang berfungsi untuk merangkaikan atau menghubungkan kata-kata atau bagian-bagian kalimat,
atau pun kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dan sekaligus
menentukan jenis hubungannya. Hal-hal yang termasuk kata perangkai
adalah kata depan dan kata penghubung, dan keduanya merupakan bentuk
terikat dari secara sintaksis.5
a. Definisi kata penghubung
Kata penghubung merupakan kata-kata yang digunakan untuk
menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat
dengan kalimat disebut kata penghubung.6 Konjungtor, yang juga dinamakan kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua
satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau
klausa dengan klausa.7 Selain pengertian konjungsi tersebut, Abdul Chaer dalam bukunya menjelaskan bahwa konjungsi atau kata penghubung
adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara
kata dengan kata, antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan
kalimat.8 Hal yang sama mengenai kata penghubung atau konjungsi, I Made Purwa mengatakan bahwa, konjungsi adalah kata yang berfungsi
4
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 48.
5
Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia, Sebuah Analisis Praktis Bahasa Baku, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 80.
6
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h.140.
7
Alwi, Hasan, Soejono D, Hans Lapoliwa dan Anton M. Moeliono, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h.296.
8
10
sebagai perangkai kata atau perangkai kalimat.9 Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kata penghubung merupakan kata yang
menghubungkan antara kata atau kalimat yang satu dengan yang lainnya.
Nama lain kata penghubung adalah kata sambung. Gorys Keraf
menyatakan bahwa kata sambung adalah kata yang menguhubungkan
kata-kata, bagian-bagian kalimat, atau menghubungkan kalimat-kalimat.10 Hal yang serupa mengenai kata sambung atau kata penghubung ditegaskan
oleh Lamuddin Finoza yang menyatakan bahwa kata sambung adalah kata
tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.11 Berbeda dengan Harimurti Kridalaksana yang menyatakan bahwa
konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang
lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan
lain atau lebih dalam konstruksi.12 Selanjutnya Kunjana Rahardi menyatakan bahwa kata penghubung merupakan kata yang
menghubungkan satuan kata dengan satuan kata, satuan frasa dengan
satuan frasa, dan satuan klausa dengan satuan klausa.13 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kata penghubung merupakan kata yang
berfungsi untuk menghubungkan kata, frasa, klausa, dan kalimat.
b. Fungsi Kata Penghubung
Menurut fungsinya, konjungsi dapat dibedakan menjadi (a)
konjungsi koordinatif, yakni konjungsi yang bertugas menghubungkan
satuan-satuan kebahasaan yang sejajar, (b) konjungsi subordinatif, yakni
konjungsi yang bertugas menghubungkan satuan-satuan kebahasaan yang
tidak sejajar karena yang satu merupakan induk kalimat dan yang lainnya
9
I Made Purwa, I Wayan Sudiartha, dkk, Struktur Bahasa Idate, (Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 1994), h. 48.
10
Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1969), h. 79.
11
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Muliam 2009), h. 97.
12
Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 102.
13
merupakan anak kalimat, (c) konjungsi korelatif, yakni konjungsi yang
kehadirannya mensyaratkan kehadiran konjungsi yang lainnya karena
bentuk-bentuk kebahasaan itu memang saling berkorelasi.14
Jenis pertama dapat disebutkan misalnya ‘dan’, ‘maka’, ‘tetapi’,
‘melainkan’, ‘sedangkan’. Jenis yang kedua dapat disebutkan misalnya
‘karena’, ‘sehingga’, ‘jika’, ‘sebab’, ‘ketika’. Adapun jenis yang ketiga dapat disebutkan misalnya ‘antara…dan’, ‘tidak…tetapi’,
‘baik…maupun’, ‘bukan…melainkan’.15
Berdasarkan posisinya, ada yang disebut sebagai konjungsi
intrakalimat dan konjungsi antarkalimat. Kunjana Rahardi menyatakan
bahwa konjungsi intrakalimat merupakan konjungsi yang menghubungkan
entitas kebahasaan yang ada dalam kalimat, sedangkan konjungsi
antarkalimat yaitu konjungsi yang menghubungkan entitas kebahasaan
yang ada dalam sebuah kalimat dengan entitas kebahasaan yang berada di
luar kalimat itu. Baik konjungsi koordinatif, suboordinatif, maupun
korelatif, semuanya termasuk konjungsi intrakalimat kalau diperiksa
berdasarkan posisinya.16 Abdul Chaer menyatakan bahwa konjungsi intrakalimat merupakan konjungsi yang berfungsi menghubungkan kata
dengan kata, frase dengan frase, atau klausa dengan klausa yang berada di
dalam sebuah kalimat. Konjungsi antarkalimat adalah kata atau gabungan
kata yang menghubungkan kalimat dengan kalimat atau paragraf dengan
paragraf berikutnya.17
c. Jenis- jenis Kata Penghubung
Kata penghubung dalam bahasa Indonesia sangat beragam. There
are several conjungtions in Bahasa Indonesia and they are very easy to
14
Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Erlangga, 2009), h. 65.
12
use. Each of them I’ll show you in a sentence. And (dan), Saya dan Dila akan ke Bali minggu depan. Or (Atau), Saya akan telepon hari ini atau
besok. But ((Te)tapi), Kami mau ikut, tapi tidak ada waktu. Even more
(Bahkan), Dia sudah tahu bahkan sudah mencoba.18 Kata penghubung dapat dibedakan menjadi kata penghubung intrakalimat dan antarkalimat.
a) Kata penghubung intrakalimat
1) Kata Penghubung “Dan”
Kata penghubung (konjungsi) dan berfungsi
menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa
dengan klausa. Misalnya, sapi dan kuda; orang kaya dan rakyat
melarat; murid-murid bermain dan guru mengawasinya. Menurut
contoh di atas, tidak digunakan tanda koma (,) sebelum kata dan,
atau dibelakang kata yang mendahului kata dan itu. Namun ,
menurut EYD, koma digunakan di depan kata dan bila benda, hal,
sifat, yang disebutkan berturut-turut dalam kalimat lebih dari dua.
Bunyi aturan itu sebagai berikut:
“Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
perincian atau pembilangan.”
Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Dalam kalimat di atas ini ada benda yang dirinci dan benda
itu lebih dari dua yaitu kertas, pena, tinta. Kalau tanda yang
disebutkan hanya dua buah, tidak digunakan tanda koma pemisah
itu. Misalnya, Amin dan Udin, gedung dan gubuk, penduduk asli
dan orang asing.
18
Catatan:
Jika yang digabung lebih dari dua kata, maka kata
penghubung dan hanya digunakan di antara dua buah kata yang
terakhir. Contoh:
Kami memerlukan kerta, gunting, lem dan benang.19
2) Kata Penghubung “Dengan”
Kata penghubung dengan dengan fungsi untuk menyatakan „gabungan biasa‟ dapat digunakan di antara dua buah kata benda. Contoh : Ibu dengan ayah pergi ke Bogor.
3) Kata Penghubung “Serta”
Kata penghubung serta dengan fungsi untuk menyatakan
„gabungan biasa‟ digunakan di antara dua buah kata benda.
Contoh: Kakek serta nenek akan datang minggu depan.20
4) Kata penghubung “Atau”
Kata penghubung atau dengan fungsi untuk menyatakan „memilih‟ dapat digunakan di antaranya:
Dua buah kata benda atau frase benda. Contoh: Nama orang itu Andi atau Andi?
Dua buah kata kerja. Contoh: Jangan menegur atau mengajak
bicara anak-anak nakal itu.
Dua buah kata sifat yang berlawanan maknanya. Contoh: Kaya
atau miskin di hadapan Tuhan tidak ada yang berbeda.
Kata kerja atau kata sifat dengan bentuk ingkarnya. Contoh:
Kamu mau datang atau tidak, itu adalah urusanmu!
19
J. S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar IV, (Jakarta: Gramedia Pustaka Indonesia. 1995), h. 210.
20
14
Dua buah klausal dalam sebuah kalimat majemuk setara.
Contoh: Sebaiknya kita berangkat sekarang saja, atau kita
tunggu dulu kedatangan beliau.21
5) Kata Penghubung “Tetapi”
Kata penghubung tetapi dengan fungsi untuk menyatakan „menggabungkan mempertentangkan‟ digunakan di antara:
Dua buah kata sifat yang berkontras di dalam sebuah kalimat.
Contoh: Anak itu cerdas tetapi malas
Dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada identitas yang
sama sedangkan predikatnya adalah dua buah kata sifat yang
berkontras. Contoh: Rumah itu besar dan indah tetapi
halamannya sempit
Dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada identitas yang
tidak sama dengan predikatnya adalah dua buah kata sifat yang
berlawanan. Contoh: Ali sangat pandai tetapi Sudin sangat
bodoh
Dua buah klausa yang klausa pertama berisi pertanyaan dan klausa kedua berisi pengingkaran dengan kata TIDAK. Contoh:
Saya memang hadir di sana tetapi tidak melihat hal-hal yang
mencurigakan
Catatan:
Kata penghubung tetapi jangan digunakan sebagai
penghubung antarkalimat. Contoh: Saya ingin terus belajar.
Tetapi ayah menyuruh saya bekerja (seharusnya: Saya ingin
terus belajar, tetapi ayah menyruh saya bekerja).22
21
Ibid., h. 143-147
22Ibid
6) Kata Penghubung “Sedangkan”
Kata penghubung Sedangkan dengan fungsi untuk
menggabungkan mempertentangkan atau mengkontraskan
digunakan di antara dua buah klausa. Contoh: Kami bekerja keras
memperbaiki tanggul yang jebol itu, sedangkan mereka berdua
duduk-duduk saja berpangku tangan.23
7) Kata Penghubung “Malah” atau “Malahan”
Kata penghubung malah atau malahan dengan fungsi untuk „menguatkan mempertentangkan‟ digunakan di antara dua buah klausa yang amanat keduanya bertentangan. Contoh: 1. Dinasehati
baik-baik bukannya menurut, malahan dia melawan kita. 2. Diberi
pertolongan bukannya mengucapkan terima kasih, malah dia
memburuk-burukkan nama kita.
8) Kata Penghubung Apalagi
Kata penghubung Apalagi dengan fungsi untuk menyatakan „menggabungkan menguatkan‟ digunakan pada awal keterangan tambahan atau kalimat tambahan. Contoh: Kamu saja yang lulusan
SMA tidak tahu, apalagi saya yang cuma tamatan SD.
Catatan:
Secara opsional kata penghubung Apalagi dapat diikuti kata
Kalau atau Jika, bila digunakan pada kalimat yang tidak bersubjek.
Contoh: Dia memang nakal, apalagi kalau di sekolah.
Kata penghubung Lebih-lebih pula atau Lebih-lebih lagi dengan fungsi untuk menyatakan „menguatkan‟ dapat digunakan pada awal keterangan tambahan atau kalimat tambahan, sebagai
23Ibid
16
varian dari kata penghubung Apalagi atau Apalagi kalau. Contoh:
Anak itu memang nakal; lebih-lebih lagi di sekolah.24
9) Kata Penghubung Karena
Kata Penghubung Karena dengan fungsi untuk „menggabungkan menyatakan alasan‟ digunakan di depan kata, frase, atau klausa yang ber-fungsi sebagai keterangan di
dalamsebuah kalimat majemuk setara. Contoh: Dia tidak masuk
sekolah karena hujan.25
b) Kata penghubung antarkalimat dan kata maka
1) Kata Penghubung “Namun”
Kata penghubung namun dengan fungsi „menghubungkan mempertentangkan‟ digunakan di antara dua buah kalimat.Kalimat pertama atau kalimat sebelumnya, berisi pernyataan; dan kalimat
kedua berisi pernyataan yang kontras dengan kalimat pertama.
Contoh: Sejak kecil dia kami asuh, kami didik, dan kami
sekolahkan. Namun, setelah dewasa dan jadi orang besar dia lupa
kepada kami.
Catatan:
Kata penghubung Namun sesungguhnya sama fungsinya
dengan kata penghubung Tetapi. Namun, kata penghubung Tetapi
hanya digunakan sebagai penghubung antarklausa, sedangkan kata
penghubung Namun digunakan sebagai penghubung
antarkalimat.Perhatikan kembali contoh di atas.
24Ibid
.
25Ibid.
2) Kata Penghubung “Sebaliknya”
Kata penghubung Sebaliknya dengan fungsi untuk menyatakan „menggabungkan mempertentangkan dengan tegas‟ dapat digunakan di antara dua buah klausa dan di antara dua buah
kalimat. Contoh: Di hadapan kita dia memang ramah. Sebaliknya,
jauh dari kita sombongnya bukan main.
3) Kata Penghubung “Bahkan”
Kata penghubung Bahkan dengan fungsi „menggabungkan
-menguatkan‟ dapat digunakan di antara dua buah kalimat. Contoh:
Anak itu memang nakal. Bahkan ibunya sendiri pernah ditipunya.
4) Kata penghubung “Lagipula”
Kata penghubung Lagipula dengan fungsi untuk menyatakan „menggabungkan menegaskan‟ digunakan di dalam kalimat (klausa) tambahan. Contoh: Saya tidak hadir karena sakit.
Lagipula saya tidak diundang.26
Kata maka sering menyertai ungkapan penghubung
antarkalimat, seperti sehubungan dengan itu maka, oleh karena itu
maka, dengan demikian maka, setelah itu maka, jika demikian
maka, sebagaimana terlihat pada contoh-contoh berikut.
Sehubungan dengan itu maka suatu penlitian harus dibatasi
secara jelas supaya simpulannya terandalkan.
Oleh karena itu maka perencanaan penelitian harus disusun
berdasarkan observasi lapangan.
Dengan demikian maka rencana yang disusun dapat
dilaksanakan dengan baik.
18
Jika demikian maka penelitian tidak akan menemukan
hambatan.
Setelah itu maka peneliti dapat menyusun rencana penelitian
tahap berikutnya.
Contoh kalimat-kalimat itu banyak terdapat dalam ragam
bahasa lisan.Kata maka pada kalimat-kalimat itu ditiadakan dan
digunakan tanda koma karena kata maka tidak menyandang fungsi,
atau unsur penghubung antarkalimat itu ditiadakan sehingga kata
maka menjadi penghubung antarkalimat; dan susunan kalimat
menjadi gramatikal. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan maka
ditiadakan dan digantikan dengan tanda koma.27
3. Berita
a. Definisi berita
Berita itu adalah sesuatu yang nyata, news is real.28 M. Lyle Spencer, dalam buku News writing menyebutkan berita merupakan
kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian
besar pembaca. Willard C. Blayer, dalam buku Newspaper Writing and
Editing mengemukakan, berita adalah sesuatu yang termasa dipilih
wartawan untuk dimuat di surat kabar karena ia dapat menarik atau
mempunyai makna bagi pembaca surat kabar atau karena ia dapat menarik
pembaca-pembaca media cetak tersebut.29
b. Jenis berita
Hard news (berita hangat) punya arti penting bagi banyak
pembaca, pendengar dan pemirsa karena biasanya berisi kejadian yang “terkini” yang baru saja terjadi atau akan terjadi di pemerintahan, politik,
27
DR. Dendy Sugono, Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 226.
28
Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Kompas, 2007), h. 52.
29
hubungan luar negeri, pendidikan, ketenagakerjaan, agama, pengadilan,
pasar finansial, dan sebagainya.
Soft news (berita ringan) biasanya kurang penting karena isinya
menghibur, walaupun kadang juga memberi informasi penting. Berita jenis
ini seringkali bukan berarti terbaru. Di dalamnya memuat berita human
interest atau jenis rubrik feature. Berita jenis ini lebih menarik bagi emosi
ketimbang akal pikiran.30
c. Berita Utama
Harimurti Kridalaksana dalam bukunya Leksikon Komunikasi
menyatakan bahwa berita utama adalah berita penting yang diberi judul
dan ditempatkan secara mencolok.31 Selaras dengan yang dikatakan oleh Kurniawan Djunaedi bahwa berita utama adalah berita yang dianggap
sangat layak dipasang di halaman depan dengan judul yang merangsang
perhatian dan menggunakan tipe huruf yang relative besar. Pendeknya,
berita istimewa.32 Tidak jauh berbeda dengan yang dikatakan AM Hoeta Soehoet bahwa berita utama adalah berita yang menurut penilaian redaksi
surat kabar adalah yang paling penting dari semua berita yang disajikan
dalam surat kabarnya hari itu.33 Dari paparan definisi para ahli mengenai berita utama tersebut, dapat disimpulkan bahwa berita utama adalah berita
yang paling penting, hangat, dan baru dari semua berita yang ada di surat
kabar tersebut.
B. Penelitian yang relevan
Penelitian mengenai penggunaan kata penghubung pernah
dilakukan oleh para peneliti terdahulu yakni:
30
Tom E. Rolnicki, C. Dow tate, Sherri A. Taylor, Pengantar Dasar Jurnalisme, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 2-3.
31
Harimurti Kridalaksana, Leksikon Komunikasi, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), h.
32
Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedia Pers Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 457.
33
20
1. Erny Widiastuty, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia dalam skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan
Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIII
MTs Daarul Hikmah Pamulang”. Hasil skripsinya menyatakan bahwa
data hasil analisis kesalahan penggunaan konjungsi dalam karangan
deskripsi siswa kelas VIII sebanyak 33 kesalahan penggunaan
konjungsi dalam karangan deskripsi dari 30 siswa. Data kesalahan
penggunaan konjungsi dalam karangan deskripsi menunjukkan bahwa
kesalahan penggunaan konjungsi intrakalimat sebanyak 18 kesalahan
atau 3,31%, kesalahan penggunaan konjungsi antarkalimat sebanyak
15 kesalahan atau 6,94%. Dengan demikian hasil tertinggi dari hasil
analisis kesalahan penggunaan konjungsi adalah konjungsi
intrakalimat dengan 3,31% dari 30 siswa dan hasil terendah dari hasil
analisis kesalahan penggunaan konjungsi antarkalimat dengan 6,94%
dari 30 siswa.
Perbedaan penelitian Erny Widiastuty dengan skripsi ini adalah:
a. Skripsi Erny Widiastuty dilakukan pada tahun 2012, sedangkan
penelitian ini dilakukan pada tahun 2014
b. Terletak pada objek penelitiannya. Objek penelitian Erny
Widiastuty yaitu berupa karangan deskripsi siswa kelas VIII MTs
Daarul Hikmah Pamulang, sedangkan objek penelitian ini adalah
berita utama Koran Banten Raya.
c. Sampel yang digunakan Erny Widiastuty sebanyak 30 Siswa
sedangkan penelitian ini mengambil sampel berita utama dalam
dua bulan, April dan Mei 2014.
2. Rusnia, dalam skripsi yang berjudul “Analisis Penggunaan Kata
Penghubung Dalam Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas
V SD No. 224”. Penelitian tersebut dilakukan oleh Rusnia di daerah
Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros. Hasil skripsinya
menganalisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk
bahasa Indonesia dengan tepat. Data menunjukkan dari 20 sampel, 16
sampel yang memperoleh skor 13 ke atas dengan nilai 6,5 ke atas.
Selebihnya memperoleh skor 12 ke bawah, yaitu memperoleh nilai
kurang dari 6,5 sebanyak 4 siswa.
Jadi, siswa yang dikatakan mampu menganalisis penggunaan
kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia apabila
memperoleh nilai 6,5 ke atas, yang memperoleh kurang dari 6,5
dikatakan belum mampu. Oleh karena itu, siswa yang mendapat nilai
6,5 ke atas masih perlu diberi pengayaan agar mereka memiliki
wawasan yang luas tentang pelajaran kata penghubung dalam kalimat
majemuk bahasa Indonesia. Dan yang mendapat nilai kurang dari 6,5
masih perlu diberi bimbingan dan latihan yang lebih banyak agar
mereka lebih terampil menganalisis penggunaan kata penghubung
dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia dengan tepat.
Hasil pengolahan data dalam penelitian ini diterima.Dengan
diterimanya hipotesis tersebut, maka kesimpulan yang diperoleh adalah “Analisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia siswa kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros sudah memadai”. Dengan melihat standar yang telah ditentukan atau ditetapkan yaitu jika jumlah
sampel mencapai 85% ke atas mendapat nilai 6,5 ke atas dikatakan
mampu, dan jika jumlah sampel 85% ke bawah mendapat nilai kurang
dari 6,5 dikatakan belum mampu.
Perbedaan penelitian Rusnia dengan skripsi ini adalah:
a. Skripsi Rusnia dilakukan pada tahun 2012, sedangkan penelitian
ini dilakukan pada tahun 2014
b. Terletak pada objek penelitiannya. Objek penelitian Rusnia yaitu
22
sedangkan objek penelitian ini adalah berita utama Koran Banten
Raya.
c. Sampel yang digunakan Rusnia sebanyak 20 Siswa, sedangkan
penelitian ini mengambil sampel berita utama dalam dua bulan,
April dan Mei 2014.
3. Gita Argianti, dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas
Indonesia pada tahun 2006, dalam penelitian yang berjudul “Pemakaian Konjungsi dalam Wacana Tulisan: Sebuah Studi Kasus Mengenai Anak Penyandang ADHD”. Penelitian tersebut memperoleh
hasil bahwa informan telah memahami dan menggunakan konjungsi
untuk menciptakan rangkaian cerita, kemampuan informan dalam
merangkai ide cerita secara tertulis belum cukup baik. Hal ini terbukti
dari beberapa analisis yang menunjukkan adanya pelompatan ide
dalam cerita. Pelompatan ide ini terlihat melalui banyak fungsi
sintaksis atau klausa yang lesao. Pelesapan klausa atau kata ini juga
sering menimbulkan hubungan semantik dan tidak logis antara ide
cerita. Gita berasumsi pelesapan yang terjadi dalam data tidak
dilakukan dengan sengaja oleh informan, melainkan terjadi karena
faktor ADHD yang dialaminya. Faktor ADHD yang mempengaruhi
karangan informan afalah faktor kesulitan dalam merencanakan dan
mengorganisasikan ide pikiran atau gangguan konsentrasi dan faktor
pelupa.
Perbedaan penelitian Gita Argianti dengan skripsi ini adalah:
a. Skripsi Gita Argianti dilakukan pada tahun 2006, sedangkan
penelitian ini dilakukan pada tahun 2014
b. Terletak pada objek penelitiannya. Objek penelitian Rusnia yaitu
berupa Wacana Tulisan: Sebuah Studi Kasus Mengenai Anak
Penyandang ADHD, sedangkan objek penelitian ini adalah berita
4. Erika Felga Ferendhika, dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, serang, pada tahun 2010, dalam penelitian yang berjudul “Kepentingan Bisnis dan Politik dalam Penentuan Berita Utama di Banten Raya”. Penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa proses redaksi Banten Raya dalam
menemukan berita utama melalui beberapa tahap yaitu pertama
pengumpulan berita-berita dari para wartawan ke redaktur pelaksana.
Kedua redaktur pelaksana bersama wartawan lainnya mengkaji berita
mana yang layak menempati halaman depan surat kabar. Ketiga, hasil
rapat diserahkan oleh direktur pelaksana ke pemimpin redaksi yang
berfungsi sebagai pemegang keputusan tertinggi mengenai
berita-berita yang naik cetak, terutama berita-berita utama atau Headline.
Perbedaan penelitian Erika dengan skripsi ini adalah:
a. Skripsi Erika dilakukan pada tahun 2010, sedangkan penelitian
skripsi ini dilakukan pada tahun 2014.
b. Terletak pada masalah yang diteliti. Masalah yang diteliti Erika
yaitu kepentingan bisnis dan politik dalam menentukan berita
utama, sedangkan skripsi ini mengangkat masalah mengenai
kesalahan penggunaan kata penghubung dalam penulisan berita
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian ini yaitu Koran Banten Raya berfokus pada satu
berita utama yang terbit setiap hari di Koran Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Dalam mencari definisi Bogdan dan Taylor
mendefinisikan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.1 Pada penelitian ini peneliti mendeskripsikan masalah yang ada pada berita utama Koran Banten Raya
Pos Edisi 1 April - 31 Mei 2014.
C. Sumber Data
Lofland menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain lain.2 Data yang digunakan yaitu berupa berita utama yang terdapat pada Koran Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014. Berita utama merupakan kabar atau berita yang ditunggu-tunggu oleh
pembacanya. Oleh karena itu, peneliti tertarik dengan data tersebut untuk
diteliti.
1
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 2.
2Ibid.,
D. Pengumpulan Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pengumpulan data
dengan cara simak catat. Simak catat merupakan cara yang digunakan
untuk memperoleh data dilakukan dengan cara menyimak penggunaan
bahasa, istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan
bahasa lisan tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis.3 Metode semacam ini pernah dipakai oleh Sri Nadiarti dkk dalam bukunya yang
berjudul Konjungsi Suboordinatif dalam Bahasa Indonesia, bahwa
pengumpulan data dengan cara menyimak penggunaan konjungsi
suboordinatif dalam bahasa Indonesia pada media massa dan dan bahan
bacaan yang lainnya.4 Data ini berupa Koran Banten Raya edisi 1 April – 31 Mei 2014, maka metode simak dilakukan peneliti yaitu dengan cara
membaca paragraf per paragraf bagian berita utama Koran Banten Raya.
Kemudian metode catat yang peneliti gunakan dilakukan dengan cara
menandai dan mencatat bentuk kesalahan penggunaan kata penghubung
yang terdapat dalam berita utama Koran Banten Raya.
E. Analisis data
Setelah mengumpulkan dan mengolah data, teknik terakhir yang
peneliti gunakan yaitu menganalisis data. Mengingat bahwa penelitian ini
menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif,
maka peneliti menganalisis data yang ada sesuai dengan kaidah-kaidah
tata bahasa baku dalam ilmu sintaksis, kemudian mendeskripsikan atau
menguraikannya dalam bentuk tulisan. Penelitian kualitatif selalu bersifat
deskriptif, artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk
deskripsi fenomena, tidak berupa angka-angka atau koefisien variabel.5
3
Mahsun, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 90.
4
Sri Nadiarti dkk, KonjungsiSubordinatif dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 8.
5
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Data Singkat Banten Raya
Nama media : Banten Raya
Jumlah halaman : 16 halaman
Bahasa : Indonesia
Waktu terbit : Pagi hari
Periode terbit : 6 kali seminggu
Ukuran : 57,5 cm x 36 cm
Penerbit : PT Wahana Semesta Cilegon
Percetakan : PT Wahana Java Semesta Intermedia
Harga : Rp 2000,- per eksemplar
Alamat : Jl. Ahmad Yani, Komplek Mahkota Mas
Blok C1 No 1, kecamatan Cibeber Kota
Cilegon.
Telepon : 0254 378169
Website : www.bantenraya.com
Email : barayapost@yahoo.com1
Banten Raya Pos terbit pada 23 Agustus 2006. Sama dengan
Koran Jawa Pos yang terbit di beberapa kota lainnya, Koran
merupakan adik dari Radar Banten ini merupakan Community
Newspaper. Community Newspaper atau surat kabar lokal dapat
diartikan sebagai surat kabar dengan ruang lingkup lokal, tetapi segi
1
pemberitaannya tetap juga mengakomodir isu atau peristiwa nasional.
Format Community Newspaper ini, Banten Raya Pos memberikan
plihan kepada pembaca untuk memilih rubrik mana yang sesuai
dengan komunitas mereka baik dari golongan bawah, menengah
sampai dengan golongan atas.
Banten Raya Pos merupakan salah satu di antara sejumlah
Koran yang terbit di Banten, setelah sebelumnya ada Radar Banten
(dulu Harian Banten), Fajar Banten, Satelit News, dan Tangerang
Tribun. Koran yang diterbitkan PT Wahana Semesta Cilegon Raya ini,
merupakan grup Jawa Pos termasuk pula di dalamnya Radar Banten,
Satelite News, dan Indo Pos yang menerbitkan empat halaman khusus
Banten. Banten Raya Pos adalah pengembangan diri Radar Banten
yang diterbitkan PT Wahana Semesta Banten.
Banten Raya Pos adalah anak perusahaan dari Jawa Pos, karena
sebagai media yang masih bermaung dalam satu grup Jawa Pos. Jawa
Pos termasuk salah satu surat kabar tertua di Indonesia. Saat itu
namanya Java Post lalu pernah juga menjadi Djawa Post, Djawa Pos,
Jawa Pos, dan kemudian Jawa Pos seperti sekarang.Jawa Pos untuk
pertama kalinya didirikan pada 1 Juli 1949. Pada 1950 an, Jawa Pos
dikenal sebagai Harian Melayu Tionghoa karena memiliki tiga surat
kabar yang berbahsa Indonesia, Tionghoa, dan Belanda. Jawa Pos
memiliki 92 penerbitan pers di seluruh Indonesia setelah melalui
pasang surut setelah penerbitan perdana.
Tidak sedikit Koran milik Jawa Pos Grup terbitan yang hanya
beredar di tingkat lokal Keresidenan dan Provinsi. Salah satunya
adalah Banten Raya Pos yang pertama kali terbit pada 23 Agustus
2006. Banten Raya Pos lahir dari kalangan muda berbakat di bidang
28
bukan hanya memberi saluran aspirasi komunitas lokal tetapi mampu
menumbuhkan informasi global yang modern dan bergaya hidup baru.
Banten Raya Pos diterbitkan dengan tujuan merangkul
pembaca maupun pemasang iklan yang tidak dikuasai Koran yang
sudah diterbitkan sebelumnya.Banten Raya Pos sengaja diterbitkan
untuk merangkul pasar tersebut. Kantornya pun sengaja didirikan di
kota Cilegon karena masyarakat peminat media massa di wilayah
tersebut masih sedikit (Priyo Susilo, direktur utama PT Wahana
Semesta Banten).
2. Visi dan Misi Banten Raya Pos
Banten Raya Pos mempunyai visi menjadi surat kabar yang
bisa diterima oleh masyarakat khususnya masyarakat Banten, sebagai
bacaan yang utama. Adapun misi Banten Raya Pos adalah menjadi
bacaan alternatif masyarakat Banten dan sekitarnya, membuat
angle-angle berita yang cerdas tegas, kritis dan menarik, dan menjadi bacaan
Community Newspaper. Banten Raya Pos juga selalu membuat berita
yang dapat dimengerti dan dicerna oleh masyarakat umum.
Banten Raya Pos juga memiliki prinsip Good News is Good
News dengan berusaha memuat pula tanggapan dari pihak yang merasa
dirugikan atas sebuah pemberitaan atau Both Side Cover. Banten Raya
Pos setiap harinya berusaha menampilkan karya jurnalistik dengan
santun sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Rubrik Banten Raya Pos
Jumlah halaman yang diterbitkan Banten Raya Pos adalah 16
halaman pada setiap edisi penerbitan dengan isi dan kategori berbeda
halaman 1 dan 12.Setiap halaman di Banten Raya Pos menyuguhkan
berita, feature, foto, dan ilustrasi yang cukup menarik.
4. Sasaran Banten Raya Pos
Banten Raya Pos ditujukan bagi semua orang dari mulai
pelajar, mahasiswa, pengusaha, pegawai swasta, pegawai negeri,
BUMN, pensiunan, hingga ibu rumah tangga yang rata-rata usia
mereka berkisar antara 17- 50 tahun. Surat kabar yang memiliki slogan
Menuju Banten Modern dan Jaya memiliki sasaran pembaca
masyarakat golongan menengah ke bawah baik dari sisi ekonomi
maupun tingkat pendidikan.
5. Struktur organisasi Banten Raya Pos
Banten Raya Pos beralamat di Jl. Raya Pondok Cilegon Indah,
Komplek Rukan Cilegon Busines Square Blok A No 18, Kota Cilegon.
Struktur di lingkungan media massa Banten Raya Pos memiliki peran
penting bagi kelancaran manajemennya. Adapun struktur
organisasinya yaitu sebagai berikut:
a. General Manager merupakan pimpinan tertinggi di dalam
perusahaan ini. bertugas untuk mengawasi kerangka organisasi
lainnya lainnya di Banten Raya Pos.
b. Pemimpin Redaksi merupakan pimpinan tertinggi pada divisi
redaksi. Pemimpin redaksi memiliki tugas dan bertanggungjawab
terhadap segala macam kebijakan, manajemen, dan kegiatan
redaksi.
c. Redaktur Pelaksana mempunyai posisi di bawah Pemimpin
redaksi.
d. Sekretaris Redaksi bertugas dan bertanggungjawab terhadap segala
30
e. Redaktur atau Editor bertanggung jawab untuk mengatur isi
halaman surat kabar.
f. Wartawan dan fotografer yang bertugas mengumpulkan berita serta
foto di lapangan.
g. Koordinator Pracetak yang bertugas untuk mengawasi perwajahan
dan tampilan setiap halaman di Banten Raya Pos.
h. Manager Pemasaran dan Iklan yang bertugas mengawasi bidang
pemasaran serta sirkulasi surat kabar.
i. Staf Pemasaran dan Iklan yang bertugas untuk memasarkan Banten
Raya Pos dan mencari klien pemasang iklan.
j. Kepala Bagian Keuangan yang bertugas mengatur keuangan pada
manajemen Banten Raya Pos.
k. Kepala Bagian umum dan Penagihan yang bertugas melakukan
penagihan baik iklan maupun langganan Koran di Banten Raya
Pos.
l. Kepala Bagian Informasi dan Teknologi yang bertugas mengatur
semua perlengkapan kantor Banten Raya Pos untuk mendukung
kinerja bidang redaksi maupun pemasaran.2
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian berjudul “Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Penulisan Berita Utama Koran Banten Raya Edisi 1
April – 31 Mei 2014 dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia” menyatakan bahwa penulisan berita utama yang terdapat dalam Koran Banten Raya terdapat kesalahan berbahasa yang begitu beragam. Di
dalamnya terdapat kesalahan berbahasa mengenai penggunaan singkatan,
kalimat efektif, pemenggalan, huruf kapital, penggunaan kata penghubung
dan lain-lain. Pada kesempatan ini, sesuai dengan judul penelitian yang
2
Erika Felga Ferendhika dalam
penulis teliti, penulis hanya akan menguraikan bentuk kesalahan berbahasa
yang berfokus pada penggunaan kata penghubung dalam penulisan berita
utama Koran Banten Raya Edisi 1 April- 31 Mei 2014. Adapun kesalahan
penggunaan kata penghubung pada edisi April – Mei 2014 dapat dilihat
Tabel 1 Kesalahan Penggunaan Kata Penghubung dalam Berita Utama Koran Banten Raya Edisi April 2014
Tanggal Terbit Koran
Banten Raya
Banyaknya
kesalahan
Bentuk kesalahan Pembetulan
1 April 2014 * * *
2 April 2014 2 karena, dan
Contoh kutipan
“…hasil dari keduanya
langsung dijual di Rau. Karena itu penataan Rau agar tetap menjadi pasar yang diminati masyarakat luas
perlu dilakukan”. Dan tugas
yang tidak semudah
membalikkan telapak tangan itu tidak bisa dilakukan oleh
hanya sekelompok orang”.
Kata penghubung karena dan dan
merupakan kata penghubung
intrakalimat yang seharusnya
kepatutan tersebut telah disetujui Mendagri untuk ditetapkan namun belum dapat dibuatkan SK lantaran terkendala tanda tangan Gubernur Banten Rt Atut Chosiyah yang berada di rumah tahanan (rutan) Pondok Bambu, Jakarta karena menjadi tahanan Komisi
Pemberantasan Korupsi
(KPK)”.
kalimat. Kata penghubung namun
dapat diganti dengan
menggunakan kata penghubung
tetapi.
4 April 2014 6 karena, bahkan, tapi, namun
Contoh kutipan
“Akibatnya, pelanggaran
demi pelanggaran terus dilakukan, bahkan
berulang-ulang”.
“Karena itu Punishment-nya jangan hanya administratif.
Kata penghubung karena dan tapi
merupakan kata penghubung
intrakalimat yang seharusnya
digunakan di dalam satu kalimat.
Kata penghubung namun dan
bahkan merupakan kata
Tapi harus membuat efek
jera”.
“Padahal, itu dilarang karena
membahayakan kesehatan dan keselamatan anak. Namun, selama ini sanksi terhadap
pelanggaran hanya
administratif berupa teguran. Karena hanya ditegur, maka parpol kembali melanggar
aturan”.
“Meski baru isu namun ini harus jadi perhatian agar tidak terjadi. Karena itu harus ada gerakan supaya partisipasi pemilih.”
seharusnya digunakan di antara
dua buah kalimat.
5 April 2014 1 karena
Contoh kutipan
“Salah satu tujuannya agar
siswa dipermudah saat menjawab soal UN. Karena menurutnya keberhasilan tidak hanya ditopang oleh kerja keras dalam bentuk yang terlihat, tetapi juga doa
kepada tuhan”.
Kata penghubung karena
merupakan kata penghubung
intrakalimat. Kata penghubung
karena tidak dapat digunakan pada
“Hudaya menjelaskan
sebagian dari ijazah sisa tersebut adalah ijazah yang disiapkan untuk cadangan dan sebagian ada kesalahan penulisan. Sedangkan, batasan
untuk perbaikan atau
penggantian ijazah tersebut selama 6 bulan.
“Naskah sudah ada, namun
lokasinya masih kami
rahasiakan untuk keamanan”.
intrakalimat yang seharusnya
ditempatkan di dalam sebuah
kalimat. Kata penghubung namun
merupakan kata penghubung
antarkalimat yang seharusnya
digunakan di antara dua buah
kalimat.
8 April 2014 * * *
9 April 2014 * * *
10 April 2014 1 Namun
Contoh kutipan
“Meski jauh dari sukses,
Kata penghubung namun
merupakan kata penghubung
namun diakui Agus usaha
betul dianalisis dan
dievaluasi, apa yang
menyebabkan
indikasi-indikasi yang dikaitkan dengan fakta penyimpangan. Dan itu kita harus tahu
menyebabnya…”.
Kata penghubung dan merupakan
kata penghubung intrakalimat
yang seharusnya digunakan di
dalam sebuah kalimat.
merupakan kata penghubung
antarkalimat yang seharusnya
digunakan di antara dua buah
saya”.
13 April 2014 ** ** **
14 April 2014 2 karena, tetapi
Contoh kutipan
“Ketua Panwaslu Kabupaten
Serang Sabihis, minggu (13/4) mengatakan, kasus itu akan diteruskan penanganannya ke
Gakkumdu (Penegakan
Hukum Terpadu). Karena, tindakan tersebut telah masuk dalam dugaan pelanggaran administrasi, etika hingga
pidana pemilu”.
“Pelanggaran itu juga diduga
ada unsur pidananya apabila dikaitkan dengan pasal 312 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu.
Kata penghubung karena dan
tetapi merupakan kata penghubung
intrakalimat yang seharusnya
digunakan di dalam sebuah
Tetapi untuk membuktikan dugaan pidana itu, kami butuh proses tambahan, salah satunya nanti yang berwenang adalah kepolisian dan
kejaksaan”.
“Tatang juga menyatakan
bahwa dirinya tidak begitu mengenali Direktur PT Ciboleger H Jahadi yang datang saat penandatanganan kontrak, pakta integritas, dan lain-lain. Karena, menurut
Tatang, saat itu
penandatanganan kontrak dilakukan bersamaan dengan delapan proyek lainnya”.
Kata penghubung karena dan tapi
merupakan kata penghubung
intrakalimat yang seharusnya
digunakan di dalam sebuah
kalimat. Pada contoh kutipan
kalimat pertama dapat diganti
dengan menggunakan kata
sektor industri pengolahan sebesar 1,90 persen, serta sektor perdagangan, hotel,
restoran dan sektor
pengangkutan dan komunikasi masing-masing berkontribusi sebesar 1,59 persen dan 0,72 persen. Dan aspek permintaan berupa Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 2,72 persen dan konsumsi rumah tangga sebesar 2,14
persen”.
“Walaupun angka
pertumbuhannya di atas rata-rata nasional, namun dilihat dari potensi daerah yang dimiliki tentu sangat
disayangkan”.
Kata penghubung namun
merupakan kata penghubung
antarkalimat yang seharusnya
digunakan di antara dua buah
kalimat. Dalam hal ini, kalimat
tersebut dapat diganti dengan
menggunakan kata penghubung
tetapi yang merupakan kata
17 April 2014 2 namun, karena dengan pihak keluarga Kelvin. Karena, menurut Milla, dugaan pemukulan yang dilakukan salah satu guru di sekolahnya itu bukan
tanpa alasan”.
Kata penghubung namun
merupakan kata penghubung
antarkalimat yang seharusnya
digunakan di antara dua buah
kalimat. Seharusnya, pada kalimat
tersebut dapat menggunakan kata
penghubung tetapi yang
merupakan kata penghubung
intrakalimat. Pada kalimat kedua,
seharusnya tidak menggunakan
kata penghubung karena. Kata
penghubung karena merupakan
kata penghubung intrakalimat.
18 April 2014 ** ** **
19 April 2014 1 Tapi
Contoh kutipan
“Rata-rata laporannya itu
Pada kutipan kalimat tersebut,
seharusnya menggunakan kata