PERAWATAN PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH OLEH
KELUARGA SUKU BATAK DAN SUKU JAWA
DI KELURAHAN LAU CIMBA KABANJAHE
SKRIPSI
Oleh
LAM MURNI BR SAGALA
081121020
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pembimbing
………..………. Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS Nip. 1971035 200112 2 001
Penguji I
………..………. Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS Nip. 1971035 200112 2 001
Penguji II
………..………. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS Nip. 19671215 200003 2 001
Medan, 29 Desember 2009 Pembantu Dekan I
………..………. Erniyati, S.Kp, MNS
Nip. 19671208 199903 2 001
Judul : Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku
Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe.
Nama Mahasiswa : Lam Murni Br Sagala
Nim : 081121020
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Tahun : 2008 / 2009
Tanggal Lulus :
Judul : Perawatan penderita hipertensi di rumah oleh keluarga suku batak dan suku jawa di kelurahan Lau Cimba Kabanjahe.
Nama Mahasiswa : Lam Murni Br Sagala
NIM : 081121020
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Tahun : 2008 / 2009
ABSTRAK
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg). Sedangkan Perawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien terhadap penyakitnya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perawatan hipertensi dirumah oleh keluarga suku batak dan suku jawa. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Tehnik pengambilan sampel yang mengunakan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe.
Hasil analisa menunjukkan perawatan penderita hipertensi oleh keluarga suku batak yang baik ( 46,3% ), sedangkan perawatan penderita hipertensi oleh keluarga suku jawa yang baik ( 48,8 ). Mayoritas usia responden adalah berada pada rentang 41 – 50 tahun dan mayoritas jenis kelamin adalh laki-laki ( 62,5% ).
Prakata
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “
Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa “.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada ibu Siti Zahara Nasution, SKp, MNS selaku dosen pembimbing, ibu Evi Karota
Bukit S.kp, MNS selaku penguji II, Bapak M.Sukri Tanjung Skep, Ns yang dengan
kesabaran telah memberikan banyak waktu dalam membimbing dan mengarahkan serta
memberikan saran, sumbang pikiran kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulis banyak mendapat masukan dan dukungan dari berbagai pihak dalam
menyesaikan skripsi ini oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera utara, ibu Erniyati, SKp, MNS sebagai
pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara serta seluruh staf
dan dosen yang mengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini juga saya sampaikan terima kasih kepada Ramuan Sembiring
selaku Pelaksana Lurah Lau Cimba Kabanjahe, kepada Orang tua, juga kepada
teman-teman di PSIK USU yang selalu dengan setia memberikan dorongan dan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu keperawatan serta pihak-pihak yang
membutuhkan.
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan ... ... i
Abstrak ... ... ii
Prakata ... ... iii
Daftar Isi... iv
BAB. 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... ... 1
2. Pertanyaan Penelitian ... ... 3
3. Tujuan Penelitian ... ... 4
4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Hipertensi... 5
1.1. Pengertian Hipertensi ... ... . ... 5
1.2. Klasifikasi Hipertensi ... ... .. 5
1.3. Etiologi Hipertensi ... . 6
1.4. Patofisiologi hipertensi ... ... 7
1.5. Tanda dan Gejala Hipertensi………..….. 9
1.6.Faktor-faktor Resiko Hipertensi……….…….…. 10
1.7. Komplikasi hipertensi……….…….. 13
BAB.3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual ... ... 18
2. Defenisi Konseptual dan Operasional ... ... 19
BAB.4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... ... 20
2. Desain dan Sampel Penelitian ... ... 20
2.1. Populasi Penelitian... 20
2.2. Sampel Penelitian... 20
3. Lokasi Penelitian ... ... 21
4. Pertimbangan Etik ... ... 21
5. Instrumen Peneltian ... ... 21
6. Pengumpulan Data ... . 23
7. Validitas dan Realibilitas Instrumen... 23
8. Analisa Data ... ... 24
BAB.5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian... .. 25
1.1. Deskripsi Karakteristik Responden... 25
1.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Jawaban Terhadap Perawatan Penderita Hipertensi……..……….…... . 27
1.4. Deskripsi Responden berdasarkan jawaban terhadap pernyataan
mewakli perawatan psikis keluarga kepada penderita hipertensi…… 30
2. Pembahasaan………..………... 31
BAB.6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ……….………..… 34
2. Rekomendasi………... 35
2.1 Untuk Pendidikan Keperawatan……….. 35
2.2 Untuk Penelitian Selanjutnya………... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
LAMPIRAN 1. ... Formulir Persetujuan menjadi Responden………. 38
2. ... Instrumen Penelitian……….. 39
3. ... Riwayat Hidup……….……….. 43
4. ... Surat Izin Penelitian
dari PSIK USU
5. ... Surat Keterangan dari
Judul : Perawatan penderita hipertensi di rumah oleh keluarga suku batak dan suku jawa di kelurahan Lau Cimba Kabanjahe.
Nama Mahasiswa : Lam Murni Br Sagala
NIM : 081121020
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Tahun : 2008 / 2009
ABSTRAK
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg). Sedangkan Perawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien terhadap penyakitnya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perawatan hipertensi dirumah oleh keluarga suku batak dan suku jawa. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Tehnik pengambilan sampel yang mengunakan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe.
Hasil analisa menunjukkan perawatan penderita hipertensi oleh keluarga suku batak yang baik ( 46,3% ), sedangkan perawatan penderita hipertensi oleh keluarga suku jawa yang baik ( 48,8 ). Mayoritas usia responden adalah berada pada rentang 41 – 50 tahun dan mayoritas jenis kelamin adalh laki-laki ( 62,5% ).
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Transisi diet dan kesehatan di Indonesia sudah mengikuti negara maju. Banyak
kebiasaan makan yang telah di adopsi oleh orang Indonesia yang malah memperburuk
keadaan status gizi. Perubahan pola makan sebagai gaya hidup modern dewasa ini
menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi
rendah serat pangan membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit seperti
hipertensi. (Basha,2004)
Di negara maju , seperti di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 50 juta penduduk
Amerika memiliki tekanan darah yang tinggi. Angka kejadian klien hipertensi ini terus
meningkat seiring dengan pertambahan usia dan biasanya penyakit hipertensi ini lebih
sering menyerang usia 65 tahun daripada usia muda ( Mayo,2005).
Di negara – negara berkembang seperti Asia Tenggara, hipertensi juga merupakan
masalah kesehatan yang dialami dengan prevalensi menunjukkan angka 6,3 persen
sampai 9,17 persen. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian
dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena
hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai
komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit
jantung, stroke, dan ginjal ( Depkes 2007 ).
Di samping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang
dan kematian mendadak. Kehadiran hipertensi pada kelompok dewasa muda, akan sangat
membebani perekonomian keluarga, karena biaya pengobatan yang mahal dan
membutuhkan waktu yang panjang, bahkan seumur hidup.). (Depkes,2007)
Dari Survei Kesehatah Rumah Tangga (SKRT) 1995, Prevalensi hipertensi di
Indonesia adalah 8,3%.Menurut WHO prevalensi hipertensi di Jakarta dengan tekanan
darah 160/90 mmHg pada tahun 1988 masing – masing pada pria mencapai 13,6%,
sedangkan pada wanita mencapai 16%, pada tahun 1993 pada pria mencapai
16,5%,sedankan wanita mencapai 17%, dan pada tahun 2000 pada pria mencapai
12%,sedangkan pada wanita mencapai 12,2% (WHO,1988;1993;2000).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit
hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota
rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih banyak menderita hipertensi
dibandingkan dengan pria. Dimana, Prevalensinya di daerah luar Jawa lebih besar
dibandingkan di pulau jawa. Hal tersebut terkait erat dengan pola makan, terutama
konsumsi garam, yang umumnya lebih tinggi di luar Pulau Jawa , misalnya suku Batak
yang cenderung terkena hipertensi karena pola makan dan pada suku Jawa lebih
cenderung karena masalah Psikis termasuk tekanan batin atau stress. Karena itulah,
kepedulian masyarakat terhadap perawatan hipertensi perlu ditingkatkan(Depkes,2007 .
Di Kabanjahe, kelurahan Lau Cimba ditemukan penderita hipertensi sebanyak 50%
dari total populasi. Menurut pengamatan, masyarakat Kelurahan Lau Cimba ditemukan
penderita hipertensi yang tidak berperilaku hidup sehat seperti merokok,tidak pernah
berolah raga,mengkonsumsi makanan sodium dan natrium misalnya MSG, dan tidak
mengontrol tekanan darah. Perawatan yang dilakukan oleh setiap keluarga berbeda –
Suku Batak pada umumnya lebih cenderung terkena hipertensi karena
mengkonsumsi garam yang banyak dalam kehidupan sehari – hari. Setiap makanan yang
dikonsumsi mengandung banyak garam dan setiap resepsi adat selalu menggunakan
makanan yang tinggi kolesrol khususnya daging babi, dan dalam suku batak memotong
daging babi ketika ada resepsi adat adalah pertanda suatu kehormatan. Disamping
itu,suku batak punya satu kebiasaan ketika berkumpul dengan sesama khususnya pria
selalu mengkonsumsi alkohol seperti minuman – minuman keras dan tuak.
Sementara Suku jawa pada umumnya lebih cenderung terkena hipertensi karena psikis
yang stres akibat pekerjaan yang berat maupun stress karena perekonomian dalam
kehidupan. Suku jawa juga biasa terkena hipertensi akibat gaya hidup yang sudah
berubah terkhusus jawa yang tinggal di komunitas suku batak. Mereka akan mengikuti
pola hidup dilingkungan mereka tinggal (Depkes,2007)
Di Kelurahan Lau Cimba penduduk yang terbanyak adalah 550 kepala keluarga suku
batak dan 450 kepala keluarga suku jawa serta 200 kepala keluarga suku karo yang
tinggal dalam satu kelurahan. Namun penelitian tentang perawatan penderita hipertensi
oleh keluarga pada suku batak dan suku jawa pada klien hipertensi di Kabanjahe belum
ada ditemukan laporannya melalui penelusuran tinjauan pustaka. Atas dasar inilah maka
peneliti tertarik melakukan penelitian tentang perawatan hipertensi oleh suku batak dan
suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe.
2. Pertanyaan penelitian
Pertanyaan peneliti dalam penelitian ini adalah bagaimana perawatan penderita
3. Tujuan Penelitian
Untuk menngetahui bagaimanakah perawatan penderita hipertensi di rumah oleh
keluarga suku batak dan suku jawa.
4. Manfaat Penelitian
4.1 Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan masukan bagi perawat tentang
bagaimana perawatan penderita hipertensi di rumah oleh keluarga suku batak dan suku
jawa.
4.2 Pendidikan Keperawatan
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan informasi bagi
pendidikan keperawatan yang berhubungan dengan bagaimana perawatan penderita
hipertensi di rumah oleh keluarga suku batak dan suku jawa sehingga perawat dapat
melakukan penyuluhan kepada keluarga yang anggota keluarganya mengalami hipertensi.
4.3 Penelitian Keperawatan Yang Akan Datang
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan informasi bagi penelitian
selanjutnya sebagai dasar yang berkaitan dengan perawatan penderita hipertensi di rumah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hipertensi
1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Sheps,2005).
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga
melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi
merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Wexler,
2002)
1.2Klasifikasi Hipertensi
1.2.1 Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :
Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang
dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini
tidak diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi (Wibowo, 1999).
Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain
hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari
1.2.2 Berdasarkan bentuk hipertensi,yaitu hipertensi diastolic,campuran,dan sistolik.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa
diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa
muda.Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan
darah pada sistol dan diastol. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu
peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya
ditemukan pada usia lanjut. (Gunawan, 2001)
1.3 Etiologi hipertensi
Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut
jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan
salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf
atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung
kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut
jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga
tidak meninbulkan hipertensi (Astawan,2002)
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat
peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam
dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin
atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air
dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan
volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi pada
peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang
berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial
Resistence, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian
menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh
darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya
berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload
berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrifi (membesar).
Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga
ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi
kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi
panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan
volume sekuncup.( Hayens, 2003 )
1.4 Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi (Corwin,2001)
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetus keadaan hipertensi ( Dekker, 1996 )
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
1.5 Tanda dan Gejala Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah
(BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000 ).
Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang
disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,Penglihatan
kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan langkah yang tidak mantap karena
kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka
merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan
1.6 Faktor-faktor Resiko Hipertensi
Faktor resiko hipertensi meliputi :
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya
umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin
meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di
dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada
yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan
kematian prematur (Julianti, 2005).
Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada
masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita
lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause
Perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita
hipertensi. Dari laporan sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria
dan 11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan
17,4% wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada
wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada
wanita (Gunawan, 2001). (Depkes@gmail.com)
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya
hipertensi hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang
tua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan
Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi
hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal.
Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika
asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%.
Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan
volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004).
Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka sodium lebih
mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan
darah (Sheps, 2000).
Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi gangguan pembuluh
darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika
asupan garam kurang dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi
jika asupan garam 5-15 gram perhari, akan meningkat prevalensinya 15-20%
(Wiryowidagdo, 2004).
Garam mempunyai sifat menahan air. Mengkonsumsi garam lebih atau
makan-makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari
pemakaian garam yang berkebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti
menghentikan pemakaian garam sama sekali dalan makanan. Sebaliknya jumlah garam
yang dikonsumsi batasi (Wijayakusuma, 2000).
Merokok merupaka salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok
dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekana darah karena
nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu
kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembulu darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena
tekanan yang lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokokmenggantikan
iksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah karena jantung dipaksa
memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam orga dan jaringan tubuh
( Astawan, 2002 ).
Aktivitas sangat mempengaruhiterjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kuan
aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi sehingga
otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.Makin keras dan sering
otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri
( Amir, 2002 ).
Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi
dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress
yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal
ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress
yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Dunitz, 2001).
1.7. Komplikasi Hipertensi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2000).
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung,
limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah
atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat
berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2006).
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi
ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan (Corwin, 2000).
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir
keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia
dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2000).
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan
napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema
(Amir, 2002)
Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat.
Neron-neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000).
2. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah
Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan
memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita
hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk
mengurangai efek buruk dari pada hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain
berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi
diet. Dan yang mencakup psikis antara lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat
(Amir, 2002 ).
Merokok sangat besar perananya meningkatkan tekanan darah, hal ini disebabkan
oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon adrenalin yang
menyebabkan tekana darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah
didalam paru dan diedarkan keseluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi penyempitan
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kerja jantung semakin meningkat untuk memompa
darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah yang sempit.
Dengan berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan , disamping itu
jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan bekerja secar optimal dan
Mengurangi berat badan juga menurunkan resiko diabetes, penyakit kardiovaskular,
dan kanker .Secara umum, semakin berat tubuh semakin tinggi tekanan darah, jika
menerapkan pola makan seimbang maka dapat mengurangi berat badan dan menurunkan
tekanan darah dengan cara yang terkontrol .
Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormone –hormon lain yang
membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan natrium dan air.
Minum-minuman yang beralkohol yang berlebih juga dapat menyebabkan kekurangan
gizi yaitu penurunan kadar kalsium.Mengurangi alkohol dapat menurunkan tekanan
sistolik 10 mmhg dan diastolik 7 mmhg.
Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi, tujuan
utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat
mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Secara garis
besar, ada empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan
keadaan tekana darah , yakni : diet rendah garam , diet rendah kolestrol, lemak terbatas
serta tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat baadan ( Astawan,2002 ).
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi.
Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah
edema dan penyakit jantung ( lemah jantung ). Adapun yang disebut rendah garam bukan
hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium
atau natrium ( Na).Oleh karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam
melakukan diet rendah garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup
zat – zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking
powder,MSG( Mono Sodium Glutamat ), pengawet makanan atau natrium benzoat (
Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly ), makanan yang dibuat dari mentega
serta obat yang mengandung natrium ( obat sakit kepala ). Bagi penderita hipertensi,
biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
( Hayens, 2003 ).
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak
yaitu : kolestrol, trigeserida, dan pospolipid.Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan
sehari – hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi
lebih banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi
karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan
tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari setiap makanan ( Amir, 2002 ).
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua jenis
yaitu serat kasar ( Crude fiber ) dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah –
buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang,
beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan
darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan
selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang
dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi ( Mayo, 2005 ).
Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan.Kelebihan berat
badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang
yang berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu
1. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori
untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.
2. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
3. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
Stres tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi stress berat dapat
menyebabkan kenaikan tekanan darah yang nersifat sementara yang sangat tinggi. Jika
periode stress sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh darah,
jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap ( Amir,2002).
Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik seperti jalan kaki, jogging,
berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi. Pada olah raga isotonik
mampu menyusutkan hormone noradrenalin dan hormone – hormone lain penyebab
naiknya tekanan darah. Hindari olah raga Isometrik seperti angkat beban, karena justru
dapat menaikkan tekanan darah ( Mayer,1980).
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam
tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Meluangkan waktu tidak
berarti minta istirahat lebih banyak dari pada bekerja produktif samapai melebihi
kepatuhan.Meluangkan waku istiraha itu perlu dilakukan secara rutin diantara ketegangan
jam sibuk bekerja sehari – hari. Bersantai juga bukan berarti melakukan rekreasi yang
melelahkan,tetapi yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perawatan penderita hipertensi dirumah
oleh keluarga suku batak dan suku jawa di kab.kabanjahe.
Perawatan penderita hipertensi adalah upaya – upaya yang dilakukan untuk
penyembuhan klien hipertensi dengan cara memperhatikan pola hidup dan menjaga
psikis dari anggota keluarga yang menderita hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat
sangat penting pada klien hipertensi guna untuk mengurangai efek buruk dari pada
hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi
kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang mencakup psikis
antara lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat (Amir, 2002 ).
Sesuai dengan tujuan penelitian maka kerangka konsep penelitian dapat di gambarkan
sebagai berikut :
Penderita Hipertensi
Perawatan di rumah oleh keluarga suku Batak:
-Pengaturan pola hidup
-Psikis
Perawatan di rumah oleh keluarga suku Jawa:
-Pengaturan pola hidup
-Psikis
- Baik
2. Defenisi Konseptual dan Operasional
Defenisi Konseptual :
Perawatan adalah metode, dengan upaya-upaya yang dilakukan untuk penyembuhan
klien hipertensi dengan cara memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota
keluarga yang menderita hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada
klien hipertensi guna untuk mengurangai efek buruk dari pada hipertensi. Adapun
cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan,
menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang mencakup psikis antara lain mengurangi
sres, olahraga, dan istirahat (Amir, 2002 ).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia,
dengan umur 60 tahun keatas. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Effendy,1995 )
Defenisi Operasional
Perawatan penderita hipertensi adalah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sesuai dengan konsep Amir 2002 bahwa upaya-upaya yang dilakukan untuk
penyembuhan klien hipertensi dengan cara memperhatikan pola hidup dan menjaga
psikis dari anggota keluarga yang menderita hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat
sangat penting pada klien hipertensi guna untuk mengurangai efek buruk dari pada
hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi
kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang mencakup psikis
BAB 4
METODELOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini desain yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif yang
bertujuan untuk mendeskripsikan tentang perawatan penderita hipertensi di rumah oleh
keluarga suku batak dan suku jawa.
2. Desain dan Sampel penelitian
2.1 Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah keluarga yang memiliki anggota
keluarga menderita hipertensi di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe yaitu sekitar 400
keluarga yang diperoleh dari data Puskesmas.
2.2 Sampel penelitian
Pada penelitian ini penentuan jumlah sampel dilakukan dengan tehnik purposive
sampling yaitu tehnik pemilihan sampel berdasarkan dengan menetapkan subjek yang
mempunyai ciri – ciri atau sifat tertentu dan paling banyak mengandung ciri – ciri yang
terdapat pada populasi .Penentuan jumlah sampel > 100 maka dapat diambil 20 -25 %
dari jumlah populasi ( Arikunto, 2002 ).
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah ; 1) Keluarga yang tinggal
bersama penderita hipertensi ( > 25 tahun), 2) Keluarga yang bersedia menjadi responden,
3) Keluarga yang dapat berkomunikasi dan berbahasa Indonesia dengan baik.
Dari data survei di Kabanjahe, Kelurahan Lau Cimba terdapat keluarga yang tinggal
rumusan tersebut sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 keluarga yang terdiri
dari 40 suku jawa dan 40 suku batak diman anggota keluarganya berusia > 25 tahun..
3. Lokasi penelitian
Penelitian akan di lakukan di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe. Adapun peneliti
memilih lokasi penelitian yang di sebutkan di atas karena pada daerah tersebut banyak
penderita hipertensi yaitu 400 keluarga.
4. Pertimbangan Etik
Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu memberi penjelasan kepada
responden penelitian tentangtujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian.
Apabila calon responden bersedia , maka responden dipersilahkan untuk mengisi
menandatangani informed consent tetapi jika responden tidak bersedia maka calon
responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan
data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi
responden, baik resiko fisik maupun psikologis. Kerahasiaan catatan mengenai data
responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument dan
peneliti memusnahkan instrument penelitian setelah proses penelitian selesai. Data – data
yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner.
Kuesioner ini berisikan pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Kuesioner ini
terdiri dari dua bagian, yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner perawatan penderita
demografi keluarga meliputi usia kepala keluarga, jenis kelamin, agama, suku,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan perbulan dan jumlah anggota keluarga.
Kuesioner perawatan penderita hipertensi oleh keluarga disusun peneliti berdasarkan
tinjauan pustaka ( Depkes, 2007). Pada kuesioner perawatan penderita hipertensi oleh
keluarga menggunakan skala likert dengan pertanyaan yang di mulai dari pertanyaan
dengan jawaban tidak pernah ( TP ) bernilai 1, kadang-kadang ( KD ) bernilai 2, dan
selalu ( SL ) bernilai 3. pertanyaan bernilai 30 butir, yang terdiri dari 20 pertanyaan yang
mewakili pengaturan pola hidup oleh keluarga kepada penderita hipertensi ( no 1-20 ),
sepuluh pertanyaan yang mewakili perawatan psikis keluarga kepada penderita hipertensi
( no 21-30 ) .Total skor adalah 30 – 90.
Semakin tinggi jumlah skor yang didapat maka menunjukkan semakin baik perawatan
penderita hipertensi oleh keluarga. Perawatan penderita hipertensi dibagi dalam dua
kategori, yaitu perawatan yang sangat baik, dan buruk ( Notoatmodjo,2002 )
Rentang
Berdasarkan rumus statistik P =
Banyak kelas
Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang ( nilai tertinggi dikurangi nilai
terendah ) sebesar 60 dan 2 kategori kelas untuk tingkat perawatan lansia oleh keluarga
didapatlah panjang kelas 30
Menggunakan P = 30, nilai terendah 30 sebagai batas bawah kelas interval pertama.
Data perawatan lansia oleh keluarga dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut :
30 – 60 Buruk
6. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah dengan mengisi kuisioner.
Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian
dari institusi pendidikan yaitu program studi ilmu keperawatan fakultas kedokteran USU
dan setelah mendapat surat izin tersebut kepada Lurah Kelurahan Lau Cimba. Setelah
mendapat izin dari Lurah tersebut baru peneliti melakukan penelitian. Pada saat
pengumpulan data peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan
penelitian kepada calon responden dan bersedia berpartisipasi di minta untuk
menandatangani informed concent. Peneliti mengambil data dari responden yang bersedia
dengan mengisi lembar kusioner dengan panduan dan diberi kesempatan bertanya apabila
ada pertanyaan yang tidak di pahami. Setelah selesai pengisian peneliti kemudian
memeriksa kelengkapan data.jika ada data yang kurang,dapat langsung di lengkapi.
7. Validitas dan Realibilitas Instrumen
Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan
dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya
validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang dikumpulkan menyimpang dari
gambaran tentang validitas yang dimaksud. Uji validitas instrumen dilakukan oleh ahli
Keperawatan Keluarga terhadap instrumen tersebut oleh dosen pembimbing.
Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas
instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup
yang sama. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau
Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila
digunakan beberapa kali pada kelompok sampel. Dalam penelitian ini digunakan uji
reliabilitas internal yaitu pemberian instrumen hanya satu kali dengan satu bentuk
instrumen yang diuji cobakan kepada sekelompok responden. Uji reliabilitas ini
dilakukan dengan menggunakan formula Cronbach Alpha untuk kuisioner perawatan
penderita hipertensi di rumah oleh keluarga suku batak dan suku jawa. Uji reliabilitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada 10 orang keluarga di
luar sampel, 5 orang dari Suku Batak dan 5 orang dari Suku Jawa. Kuisioner ini
dikatakan reliabilitas bila reliabilitasnya bernilai lebih dari 0,70. (Arikunto, 2006 )
8. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap
yakni editing dengan mengecek nama, kelengkapan identitas dan data responden serta
memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, koding yaitu member kode
atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan
analisa. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan analisa deskriptif dengan
program komputer. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk persentase untuk
mendiskriptifkan tentang data perawatan penderita hipertensi di rumah oleh keluarga di
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai Perawatan Penderita Hipertensi di
Rumah oleh keluarga suku Batak dan suku jawa di Kelurahan Lau Cimba. Pengumpulan
data dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2009 dan jumlah seluruh
responden dalam penelitian ini sebanyak 80 orang yang terdiri dari 40 orang suku jawa
dan 40 orang suku Batak.
Berikut ini dijabarkan deskripsi dan persentase karakteristik responden dan perawatan
penderita hipertensi di rumah oleh keluarga suku batak dan suku jawa di Kelurahan Lau
Cimba Kabanjahe.
1.1 Deskripsi karakteristik responden
Deskripsi karakteristik responden mencakup usia, jenis kelamin, agama, suku,
pekerjaan, penghasilan perbulan, jumlah anak dan dapat dilihat pada tabel 5.1.
Data yang diperoleh menunjukkan mayoritas responden berada pada rentang
kelompok usia 41 – 50 tahun ( 50,5%). Jenis kelamin mayoritas adalah laki-laki ( 62,5%
), dan separuh responden beragama Kristen ( 50% ), serta mayoritas responden bekerja
sebagai buruh/tani ( 47,5%), dan berpenghasilan Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000 (51,3%),
Tabel 1.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n=80)
1.2 Deskripsi Responden berdasarkan jawaban terhadap perawatan penderita hipertensi
di Rumah oleh keluarga Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe.
Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkkan bahwa responden dari keluarga suku
batak memiliki perawatan baik ( 46,3%) dan perawatan kurang baik ( 3,8%). Sedangkan
responden dari suku jawa memiliki perawatn baik ( 48,8% ) dan perawatan kurang baik
(1,3% ).
Tabel 1.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan perawatan penderita hipertensi
di rumah oleh keluarga suku batak dan suku jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe.
1.3 Deskripsi responden berdasarkan jawaban terhadap pengaturan pola hidup oleh
keluarga suku batak dan suku jawa.
Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan jawaban terhadap pengaturan
pola hidup oleh keluarga suku batak dan suku jawa yaitu keluarga menganjurkan untuk
memperhatikan pola hidup yang sehat, karena pola hidup yang sehat sangat berpengaruh
dalam perawatan penderita hipertensi.
Pengaturan pola hidup yang sehat pada penderita hipertensi sebaiknya memperhatikan
beberapa hal-hal yang harus dianjurkan oleh keluarga antara lain : tidak merokok, tidak
minum kopi, tidak mengkonsumsi minuman yang mengandung soda, tidak menggunakan
penyedap rasa, banyak makanan yang berserat, tidak makan makanan yang mengandung Perawatan penderita Hipertensi di
Rumah oleh keluarga.
Frekuensi Persentase
1. Keluarga suku batak
Baik
Kurang Baik
2. Keluarga suku jawa
banyak minyak, minum jus timun setiap hari, tidak mengkonsumsi daging berlemak,
mengurangi kandungan garam dalam makanan, tidak mengkonsumsi alkohol,
mengontrol berat badan, mengontrol tekanan darah, meminum obat sesuai dengan resep
dokter dan mengkonsumsi air putih 8 liter setiap hari, tidak mengkonsumsi makanan/
minuman yang mengandung zat pewarna, tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung sari gula, menyiapkan makanan yang dimasak secara rebusan dan
mengontrol kesehatan ke puskesmas atau petugas kesehatan.
Tabel 1.3 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jawaban pengaturan pola hidup
oleh keluarga suku batak dan suku jawa.
Pernyataan TP KD SL
F % F % F %
1. Keluarga menganjurkan penderita hipertensi untuk tidak merokok. 2.Keluarga menganjurkan penderita
hipertensi untuk tidak minum kopi. 3.Keluarga mengawasi penderita hipertensi
untuk tidak mengkonsumsi minuman yang mengadung soda
4.Keluarga tidak menggunakan penyedap rasa pada makanan
5.Keluarga memberi banyak makanan yang berserat.
6. Keluarga melarang penderita hipertensi mengkonsumsi makanan yang
mengandung banyak minyak, seperti goreng- gorenganan.
7. Keluarga memberi jus timun setiap hari. 8. Keluarga melarang penderita hipertensi
mengkonsumsi daging berlemak. 9.Keluarga melarang penderita hipertensi
mengkonsumsi alkohol.
10.Keluarga menguragi kandungan garam dalam masakan.
11.Keluarga menganjurkan untuk
mengonrol berat badan setiap bulanya. 12.Keluarga menganjurkan untuk
Pernyataan
13.Keluarga menganjurkan penderita hipertensi minum obat sesuai dengan resep dokter.
14.Keluarga menganjurkan penderita hipertensi minum air putih 8 liter per hari.
15.Keluarga melarang mengkonsumsi makan/ minuman yang mengandung zat pewarna.
16.Keluarga melarang penderita hipertensi mengkonsumsi makan/ minuman yang mengandung sari gula.
17. Keluarga menyiapkan makan yang di masak dengan rebusan.
18. Keluarga menganjurkan penderita hipertensi mengontrol kesehatanya kepuskemas atau petugas kesehatan.
F
1.4 Deskripsi responden berdasarkan jawaban terhadap pernyataan yang mewakli
perawatan psikis keluarga kepada penderita hipertensi.
Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan jawaban responden terhadap
pernyataan yang mewakili perawatan psikis keluarga kepada penderita hipertensi antara
lain menganjurkan penderita tidur di bawah jam 22.00, rajin olahraga, mencegah stress,
menjalin komunikasi yang baik, banyak istirahat, meluangkan waktu untuk rileks,
bersosialisasi, rajin beribadah, mengungkapkan masalah, serta rekreasi ketempat yang
Tabel 1.4 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jawaban responden terhadap
perawatan psikis keluarga terhadap penderita hipertensi.
Pernyataan TP KD SL
F % F % F %
1.Keluarga menganjurkan penderita hipertensi untuk tidur dibawah jam 22.00 wib.
2.Keluarga menganjurkan penderita hipertensi untuk rajin berolah raga.
3.Keluarga membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi untuk mencegah stress.
4.Keluarga menjalin komunikasi yang baik dengan anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi.
5.Keluarga menganjurkan penderita hipertensi untuk banyak istirahat.
6.Keluarga menganjurkan penderita hipertensi untuk rileks seperti menonton televisi, membaca Koran, dll.
7.Keluarga menganjurkan penderita hipertensi untuk meluangkan waktu bersosialisasi dengan masyarakat setempat.
8.Keluarga menganjurkan penderita hipertensi untuk rajin beribadah.
9.Keluarga menganjurkan penderita hipertensi untuk mengungkapkan masalah – masalah yang sedang dihadapi.
10.Keluarga menganjurkan penderita hipertensi untuk rekreasi ketempat yang dapat menenangkan pikiranya.
2. Pembahasan
Dalam pembahasan ini dijabarkan hasil penelitian tentang Perawatan penderita
hipertensi di rumah oleh suku Batak dan suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 41 – 50
tahun, dan berjenis kelamin laki – laki (62.5%), ini terjadi karena perbedaaan gaya hidup
antara laki – laki dan perempuan, dimana laki – laki mempunyai kebiasaan hidup buruk
seperti merokok, minum alkohol dan begadang. Mayoritas agama dari responden adalah
Kristen (50%). Sedangkan pekerjaan responden yang mayoritas adalah buruh/petani, hal
ini mungkin terjadi karena di kabanjahe terdapat banyak kebun dan para buruh sering
kurang minum, kurang istirahat serta stress yang tinggi.
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya
umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin
meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di
dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada
yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan
kematian prematur (Julianti, 2005).
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
penghasilan Rp 1.000.000 – 3.000.000 dan jumlah anak responden mayoritas adalah tiga
orang. Hal ini mungkin menunjukkan kalau tingkat stress yang dialami responden tinggi
karena mempunyai banyak tanggungan dan tuntutan dari pekerjaan dan anak –anaknya.
Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
baik yang dilakukan oleh keluarga suku Jawa ( 48.8%), sedangkan perawatan baik yang
dilakukan keluarga Batak ( 46,3).
Bila dilihat dari aspek Suku Jawa pada umumnya mengalami hipertensi karena faktor
psikologis karena suku jawa lebih cenderung bekerja sebagai karyawan yang membuat
mereka banyak tuntutan dalam kerja yang mengakibatkan stress dalam pekerjaan. Dari
angka stress ditemukan bahwa 41,3 % menunjukkan Stress juga sangat erat merupakan
masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana hubungan antara stress dengan
hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan
tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi (Dunitz, 2001).
Sedangkan Suku Batak cenderung terkena hipertensi akibat pola makan yang
menggunakan banyak garam dalam makanan. Garam berhubungan erat dengan terjadinya
tekanan darah tinggi gangguan pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku
pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika asupan garam kurang dari 3 gram sehari
prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi jika asupan garam 5-15 gram perhari,
akan meningkat prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo, 2004).
Dari hasil penelitian terhadap pengaturan pola hidup menunjukkan bahwa keluarga
suku Jawa dalam melakukan perawatan hanya separuh dari keluarga yang menganjurkan
anggota keluarga yang menderita hipertensi untuk tidak merokok, dan dari keseluruhan
responden juga hanya separuh yang menganjurkan anggota keluarga yang menderita
hipertensi agar tidak minum kopi, dan mayoritas keluarga melarang anggota keluarga
yang menderita hipertensi minum minuman yang mengandung soda. Sedangkan
pengaturan pola hidup yang dilakukan oleh keluarga suku batak masih banyak anggota
Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih banyak keluarga suku Jawa
yang masih menggunakan penyedap rasa dalam makanan (40%), sedikit keluarga yang
memperhatikan makanan yang berserat. Sedangkan sudah banyak keluarga suku Batak
yang memperhatikan makanan berserat (Dunitz, 2001).
Pada keluarga suku Jawa dalam hal mengontrol tekanan darah dan berat badan belum
banyak keluarga yang mengerti akan pentingnya hal tersebut, serta masih banyak
keluarga yang meminum obat tidak dengan resep dokter. Disamping itu juga masih ada
keluarga yang tidak menganjurkan anggota keluarga yang menderita hipertensi untuk
mengontrol kesehatannya ke pelayanan kesehatan yang ada di lingkungannya. Hal ini
mungkin karena kesibukan keluarga dalam kegiatan sehari – hari.
Sedangkan dari hasil penelitian perawatan fisik suku batak menunjukkan bahwa
masih terdapat keluarga yang tidak pernah menganjurkan anggota keluarga yang
menderita hipertensi untuk berolahraga dan istirahat yang teratur, serta masih ada
keluarga suksu Jaawa yang tidak menjalin komunikasi yang baik dengan anggota
keluarga yang menderita hipertensi. Hal tersebut terjadi karena kesibukan keluarga dalam
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan BAB V, dapat diambil kesimpulan dan
rekomendasi mengenai deskriptif dari karakteristik responden, perwatan penderita
hipertensi di rumah oleh keluarga suku batak dan suku jawa di kelurahan Lau Cimba
Kabanjahe.
1. Kesimpulan
Penelitian dilakukan terhadap 80 responden keluarga penderita hipertensi, dimana
terdiri dari 40 dari keluarga suku batak dan 40 dari keluarga suku jawa dimana usia
responden mayoritas pada usia 42 tahun ( 11,3% ), dan mayoritas jenis kelamin
responden adalah laki- laki ( 62,5% ). Sebagian besar besar responden menganut agama
Kristen ( 50% ), responden juga sebagian besar memilki pekerjaan sebagai buruh/ petani (
47,5% ), sedangkan rata- rata penghasilan responden mencapai Rp.3000.000,- per
bulanya, dengan memiliki jumlah anak rata- rata 3 (tiga ) orang ( 40,0% ).
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawatan keluarga terhadap
penderita hipertensi di rumah oleh keluarga suku batak, katagori Baik ( 46,3% ), Kurang
baik ( 3,8% ), sedangkan pada keluarga suku jawa , katagori Baik ( 48,8% ), Kurang baik
2. Rekomendasi
2.1 Untuk Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi informasi baru tentang perawatan
penderita hipertensi di rumah oleh keluarga suku batak dan suku jawa.
2.2 Untuk Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini hanya memperhatikan perawatan hipertensi di rumah oleh keluarga suku
batak dan suku jawa. Maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi
faktor- faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap perawatan yang dilakukan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Amir,N.(2002).Diagnosis dan pelaksanaan depresi pasca stroke. Dibuka pada website
Alimul, H.A. (2003). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi I. Jakarta :
Salemba Medika.
http:/www.A:/%20 20 news % 20 % Energi % 20 chi % 20 % 20 defenisi %
document?e?.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI.
Jakarta : Rineka Cipta.
Astawan, (2002). Cegah Hipertensi dengan pola makan. Dibuka pada website
Basha,A,(2004). Hipertensi : Faktor Resiko dan Penatalaksanaan Hipertensi. Dibuka
pada websit
http:/www.A:/%20 20 news % 20 % Energi % 20 chi % 20 % 20 defenisi %
document 20 % setting /bill-re..
Corwin,E,J(2001).Buku saku Patofisiologi. Jakarta:EGC.
Dekker,E,(1996).Hidup dengan tekanan darah tinggi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Depkes. (2007). Hipertensi di indonesia. Dibuka pada website
Dunitz,M.(2001).Treatrment of hypertension in general practise, Dallas : Blok Well
Sciens Inc.
Gunawan,L,(2001). Hipertensi : Tekanan darah tinngi. Yogyakarta : Percetakan Kanisus.
Gsianturi.(2002). Obat Tradisional untuk Hipertensi. Jakarta : EGC
Harsono,S,P (2001). Modul Analisa Data.Depok : FKM UI.
Julianti, E.D, Nurjana, dan soetrisno. (2005). Bebas Hipertensi dengan terapi jus. Jakarta
; Puspa Suara.
Mayer, P.(1980). Hipertensi Arterial : Mechanisme, Clinique, and Traitement. Greta
Britain : Oxfort University Press.
Mayo.(2005). Mengatasi tekanan darah tinngi. Jakarta : PT Duta Prima.
Notoadmodjo,S.(2002). Metologi penelitian klinis. ( edisi kedua ). Jakarta :EGC.
Nursalam.(2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta : Salemba Medika.
Santoso, S,S,Prasoedjo, & Zalbawi, (2001). Artikel faktor – faktor yang mendorong
penderita hipertensi kepengobatan tradisional. Jakarta : Puslitbang Ekologi
Kesehatan.
Sheps, (2005). Mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta : Intisari Mediatama
Wijayakusuma,H.M (2000). Ramuan Tradisional untuk pengobatan Darah Tinggi.
Jakarta: Swadaya.
Wexler, (2002). Hipertensi ; Encylopedia of Nursing and Alied Health. Dibuka pada
website http;//www.findarticles.com/p/article/mi.
WHO. ( 1998 :” 1993 : 2000). Hipertensi D Dunia. Dibuka pada website http
;//www.ruhyana.Wordpress.com.
Wiryowidagdo,S.(20002). Obat tradisional untuk penyakit jantung, darah tinggi dan
Lampiran 1
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
PERAWATAN PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH OLEH KELUARGA SUKU BATAK DAN SUKU JAWA DI KEL. LAU CIMBA KABANJAHE
Saya bernama Lam Murni br Sagala/081121020 mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang
“ Perawatan penderita hipertensi di rumah oleh keluarga suku batak dan suku jawa ”.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini akan
bermanfaat untuk mengetahui perawatan penderita hipertensi di rumah oleh keluarga suku
batak dan suku jawa.
Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan saudara/i untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya memohon kesediaan saudara/i memberikan
jawaban berdasarkan kuesioner dengan jujur apa adanya. Jika bersedia, silahkan
menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan saudara/i.
Terima kasih atas partisipasi saudara/i dalam penelitian ini.
Medan, Desember 2009
Peneliti, Responden,
Lampiran 2
INSTRUMEN PENELITIAN
Kode :
Tgl / waktu :
Petunjuk pengisian
Bapak/ ibu diharapkan :
1. Menjawab tiap pertanyaan tersedia dengan memberikan tanda (√) checklist pada
tempat yang disediakan.
2. Semua satu pertanyaan harus dijawab.
3. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban.
4. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan pada peneliti.
Data Demografi
1. Usia Responden :……….Tahun
2. Jenis Kelamin :
( ) 1. Laki – laki ( ) 2. Perempuan
3. Agama :
( ) 1.Islam
( ) 2. Kristen
( ) 3. Hindu
4 Suku :
( ) 1. Batak
( ) 2. Jawa
5.Pekerjaan :
( ) 1. Tidak bekerja
( ) 2. Pegawai swasta/Wiraswasta
( ) 3. Buruh/petani
( ) 4. PNS/TNI/POLRI
6.Penghasilan perbulan :
( ) 1.< Rp 500.000
( ) 2. Rp 500.000 – 1.000.000
( ) 3. Rp 1.000 – Rp 3.000.000
( ) 4. > Rp 3.000.000
7. Jumlah Anak :
( ) 1. Satu orang
( ) 2. Dua orang
( ) 3. Tiga orang
2. Kuesioner Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah Oleh Suku Batak Dan jawa
Petunjuk pengisian : isilah data di bawah ini dengan tepat dan benar, berilah tanda (√ )
pada setiap kolom jawaban yang tersedia di bawah ini dengan perawatan yang Bapak/Ibu
berikan kepada anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi.Dimana, TP : tidak
pernah, KD : kadang – kadang dan SL : Selalu.
No Pertanyaan TP KD SL
1. Keluarga menganjurkan anggota keluarga yang menderita
tekanan darah tinggi untuk tidak merokok
2. Keluarga menganjurkan anggota keluarga yang menderita
tekanan darah tinggi untuk tidak minum kopi
3. Keluarga mengawasi anggota keluarga yang menderita
tekanan darah tinggi supaya tidak makan makanan yang banyak mengandung soda seperti coca – cola, sprite, fanta, dll
4 Keluarga dalam menyiapkan makanan untuk anggota keluarga
yang menderita tekanan darah tinggi tidak menggunakan penyedap rasa seperti ajinamoto, masako, dll
5 Keluarga memberi anggota keluarga yang menderita tekanan
darah tinggi banyak makan makanan yang berserat seperti buah –buahan dan sayuran
6 Keluarga melarang anggota keluaraga yang menderita tekanan
darah tinggi memakan makanan yang mengandung banyak minyak seperti goreng - gorengan
7 Keluarga memberi anggota keluarga yang menderita tekanan
darah tinggi minum jus timun setiap hari
8 Keluarga melarang anggota keluarga yang menderita
penderita tekanan darah tinggi makan banyak daging yang berlemak dalam kehidupan sehari – hari
9 Keluarga melarang anggota keluarga yang menderita tekanan
darah tinggi minum- minuman yang mengandung alkohol dalam kehidupan sehari – hari
10 Keluarga mengurangi garam dalam memasak makanan kepada anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi 11 Keluarga menganjurkan kepada anggota keluarga yang
menderita tekanan darah tinggia agar tidak makanan yang tinggi garam dalam kehidupan sehari – hari
12 Keluarga menganjurkan anggoata keluarga yang menderita untuk mengontrol berat badan setiap bulannya
minggu
14 Keluarga melarang anggota keluarga meminum obat – obatan yang dibeli di pasaran
15 Keluarga menganjurkan anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi minum obat dari resep dokter
16 Keluarga menganjurkan anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi minum air putih 8 liter setiap hari
17 Keluarga melarang anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi minum minuman berwarna seperti fanta,
nutrisari, nutri jeruk, dll
18 Keluarga melarang anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi makan makanan yang mengandung banyak sari gula seperti es campur, minuman – minuman kaleng
19 Keluarga dalam menyiapkan makanan untuk anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi lebih banyak
menyiapkan makanan yang dimasak dengan cara rebusan atau di kukus seperti sayur rebus
20 Keluarga menganjurkan anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk kontrol kesehatannya ke puskesmas atau petugas kesehatan
21 Keluarga menganjurkan anggota keluarga yang menderita tekanan darah supaya tidur dibawah jam 22.00 wib
22 Keluarga menganjurkan kepada anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk rajin berolah raga 23 Keluarga membantu anggota keluarga dalam memnyelesaikan
masalah yang dihadapi anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk mencegah stress
24 Keluarga menjalin komunikasi yang baik dengan anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi dalam kehidupan sehari – hari
25 Keluarga menganjurkan anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinngi untuk banyak istirahat
26 Keluarga menganjurkan anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi untuk meluangkan waktu untuk rileks seperti menonton televisi , membaca koran, dll
27 Keluarga menganjurkan anggota keluarga untuk meluangkan waktu bersosialisasi dengan masyarakat setempat
28 Keluarga menganjurkan anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi rajin beribadah
29 Keluarga menganjurkan anggota keluarga yang menderita tekanan darah tinggi mengungkapkan masalah – masalah yang sedang dihadapi
Riwayat Hidup
Nama : Lam Murni Br Sagala
Tempat/ Tanggal Lahir : Kabanjahe/ 02 April 1987
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jln. Irian Gg. Sederhana Kabanjahe
Pendidikan : 1. SD Negeri 040563 Sugihen
2. SLTP Santa Maria Kabanjahe
3. SMU N.2 Kabanjahe
4. Program D III Keperawatan FKep USU