• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA PERDARAHAN ANTEPARTUM YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH

MEDAN TAHUN 2004-2008

SKRIPSI

Oleh :

ERNAWATI GULTOM NIM. 051000052

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA PERDARAHAN ANTEPARTUM YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH

MEDAN TAHUN 2004-2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan masyarakat

Oleh :

ERNAWATI GULTOM NIM. 051000052

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu yang disebabkan plasenta previa, solusio plasenta, dan penyebab lain. Insidens plasenta previa dan solusio plasenta di Indonesia masing-masing 0,5% dan 2%. Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terdapat kasus perdarahan antepartum sebanyak 85 kasus selama tahun 2004-2008.

Untuk mengetahui karakteristik penderita perdarahan antepartum yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel 85 data penderita (total sampling). Data dianalisis secara deskriptif menggunakan uji chi-square, Exact Fisher, t, danKruskal-Wallis

Kecenderungan kunjungan penderita perdarahan antepartum berdasarkan data tahun 2004-2008 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis y = -3,8x + 28,4. Proporsi sosiodemografi tertinggi : umur 20-35 tahun 81,2%, suku Batak 84,7%, agama Kristen Protestan 64,7%, pekerjaan ibu rumah tangga 52,9%, dan daerah asal kota Medan 89,4%. Proporsi mediko obstetri tertinggi : paritas nullipara 34,2%, usia kehamilan >28 minggu 82,4%, penyebab perdarahan plasenta previa 92,9%, ada riwayat kehamilan/persalinan jelek 25,9% yaitu seksio cesarea 50,0%. Proporsi gejala objektif tertinggi : kadar Hb <11 gr% 36,5%, anemia ringan 96,8%, tekanan darah sistolik rendah 58,8% dan diastolik normal 49,4%, tinggi fundus uteri normal 83,5%, dan denyut jantung janin normal 98,8%. Proporsi status rawatan tertinggi : rujukan 71,8% yaitu dokter spesialis kandungan 90,2%, penatalaksanaan medis aktif 77,6%, keadaan bayi lahir hidup 95,5%, dan keadaan ibu sewaktu pulang sembuh 84,7%. Lama rawatan rata-rata ibu 5,79 hari (6 hari). Tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi penatalaksanaanan medis berdasarkan penyebab perdarahan. (p=0,580); lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan penyebab perdarahan (p=0,733); lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan penatalaksanaan medis (p=0,058). Lama rawatan rata-rata penderita yang pulang berobat jalan secara bermakna lebih lama daripada sembuh dan atas permintaan sendiri (F=4,765; p=0,030; 7,67 hari vs 5,68 hari vs 3,50 hari).

Diharapkan dokter dan perawat lebih memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai penyakit dan komplikasi kehamilan dan bagian rekam medik melengkapi pencatatan pada kartu status serta ibu yang mempunyai faktor-faktor resiko agar waspada dan selalu memeriksakan kehamilannya secara teratur.

(5)

ABSTRACT

Antepartum bleeding is bleeding happened after pregnancy 28 weeks which caused by previa placenta, solutio placenta, and other causes. Incidence rate of previa placenta and solutio placenta each 0,5% and 2%. In Elisabeth Hospital Medan there is 85 cases of antepartum bleeding.

In order to know characteristics of antepartum bleeding patients who are hospitalized in Elisabeth Hospital Medan, descriptive study has been done by using case series design. The population and sample were 85 data patients (total sampling). Data was analized descriptively by using test of chi-square, Fisher’s Exact, t, and Kruskal-Wallis.

Based on 2004-2008 data, there is a decreasing tendency of antepartum bleeding cases as it shows by the formula y = -3,8x + 28,4. Socio-demographically, the highest proportion: age 20-35 years 81,2%, Batak ethnic 84,7%, Christian 64,7%, house-keeper 52,9%, dan reside in Medan 89,4%. Medico obstetric, the highest proportion:nullipara 34,2%, age pregnancy >28 weeks 82,4%, caused bleeding is previa placenta 92,9%, there is bad obstetric history 25,9%, the type of bad obstetry history is sectio cesarea 50,0%. Objective symptomp, the highest proportion:Hb not normal 36,5%, soft anemic 96,8%, systolic blood pressure is low 58,8% and diastolic blood pressure is normal 49,4%, high of uteri fundus is normal 83,5%, and heart beat of foetus is normal 98,8%. Status of treatment, the highest proportion:revocation 71,8%, type of revocation is docter of specialist obstetric and ginocology 90,2%, medical act is active 77,6%, condition of baby’s born is life 95,5%, and condition of mother when go home is cure 84,7%. Average length of stay 5,79 days (6 days). There is no significant differences proportion of medical act and caused bleeding (p=0,580); average length of stay and caused bleeding (p=0,733); average length of stay and medical act (p=0058).Average length of stay who clinical recovery and outpatient is longer than cure and discharged of self request (F=4,765; p=0,030; 7,67 days vs 5,68 days vs 3,50 days).

To docters and nurses more give information to pregnant mothers about sickness and complication of pregnancy and medical record to pay more attention to those patients who are suffering from antepartum bleeding by collecting more detail information, and also to mothers who had risk factors in order to conscientious and always take care her pregnancy regularly.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ernawati Gultom

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 9 Juni 1987

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Bersaudara : 6 orang

Alamat Rumah : Jl. Bandar II No.1 Rt 006 Rw 06 Kel, Rawa Badak

Selatan, Kec. Koja, Jakarta Utara

Riwayat Pendidikan :

1. 1993-1999 : SD Tabita Jakarta

2. 1999-2002 : SLTP Negeri 30 Jakarta

3. 2002-2005 : SMA Negeri 13 Jakarta

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih

dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum yang Dirawat Inap di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus, skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua

tercinta, papaku L. Gultom dan mamaku L. Manurung, yang telah membesarkan

penulis dengan penuh kasih sayang, berkorban materi maupun memberikan dorongan

secara moril dan spiritual, dan selalu memberi semangat maupun motivasi bagi

penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Prof.

dr.Nerseri Barus, MPH selaku dosen pembimbing I, Bapak Drs. Jemadi, M.Kes

selaku dosen pembimbing II, Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku dosen pembanding I,

dan juga kepada Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku dosen pembanding II yang

memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak, untuk itu penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih dan

penghargaan yang tulus kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

(8)

2. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH selaku kepala Departemen

Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik.

4. Bapak Direktur Balai Pelayanan Kesehatan RS Santa Elisabeth Medan, Suster

Kepala Bagian Rekam Medik beserta seluruh pegawai di bagian rekam medik RS

Santa Elisabeth Medan yang telah memberikan izin dan bantuan dalam

pelaksanaan penelitian.

5. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan pengajaran selama penulis mengikuti

proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

dan seluruh pegawai serta staff yang telah banyak membantu dalam penyelesaian

skripsi ini.

6. Guru-guru penulis dari SD sampai SMA yang telah mendidik dan mengajar

penulis sehingga bisa menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

7. Abang dan adik-adik penulis (B’Risman, Riyanto, Tika, Siska, dan Eri) buat doa,

motivasi, dan kasih sayangnya, serta sanak keluarga yang telah memberikan

bantuan secara moril maupun materi kepada penulis selama mengikuti pendidikan

di FKM USU dan penyelesaian skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat penulis (Arden Jaya, Rilma, Herty, Lisa, Melfa, Nduma, Fourgel,

Vida, dll), teman-teman peminatan Epidemiologi, dan rekan-rekan mahasiswa

FKM USU angkatan 2005 buat kebersamaannya selama mengikuti pendidikan di

FKM USU.

9. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang membantu

(9)

“Tak Ada Gading yang Tak Retak”. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan

skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juli 2009

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak... ii

2.2.3. Perdarahan yang Belum Jelas Sumbernya ... 10

2.3. Epidemiologi ... 11

2.3.1. Distribusi Frekuensi ... 11

2.3.2. Faktor Determinan ... 12

2.5.5. Auskultasi Denyut Jantung Janin (DJJ) ... 18

2.5.6. Pemeriksaan Inspekulo ... 19

2.5.7. Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung ... 19

2.5.8. Penentuan Letak Plasenta Secara Langsung ... 19

2.6. Pencegahan... 19

2.6.1. Pencegahan Primer... 19

2.6.2. Pencegahan Sekunder ... 21

(11)

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 25

3.1. Kerangka Konsep ... 25

3.2. Defenisi Operasional... 26

BAB 4 METODE PENELITIAN... 32

4.1. Jenis Penelitian... 32

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.2.1. Lokasi Penelitian... 32

4.2.2. Waktu Penelitian ... 32

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

4.3.1. Populasi Penelitian ... 32

4.3.2. Sampel Penelitian... 33

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 33

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 34

5.1. Profil Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ... 34

5.2. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan Tahun ... 36

5.3. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan Sosiodemografi ... 37

5.4. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan Mediko Obstetri ... 38

5.5. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan Gejala Objektif ... 40

5.6. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan Status Rawatan ... 42

5.7. Lama Rawatan Rata-rata Bayi Penderita Perdarahan Antepartum... 43

5.8. Lama Rawatan Rata-rata Ibu yang Mengalami Perdarahan Antepatum ... 43

5.9. Analisa Statistik ... 44

5.9.1. Paritas Berdasarkan Penyebab Perdarahan ... 44

5.9.2. Keadaan Janin Berdasarkan Penyebab Perdarahan... 45

5.9.3. Penatalaksanaanan Medis Berdasarkan Penyebab Perdarahan... 45

5.9.4. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang... 46

5.9.5. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Penyebab Perdarahan... 47

5.9.6. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 48

(12)

BAB 6 PEMBAHASAN ... 50

6.1. Distribusi dan Trend Kunjungan Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Data Tahun 2004-2008... 50

6.2. Distribusi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Sosiodemografi ... 51

6.2.1. Umur ... 51

6.2.2. Suku ... 52

6.2.3. Agama ... 53

6.2.4. Pekerjaan ... 54

6.2.5. Daerah Asal... 55

6.3. Distribusi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Mediko Obstetri ... 57

6.3.1. Paritas... 57

6.3.2. Usia Kehamilan... 58

6.3.3. Penyebab Perdarahan ... 59

6.3.4. Riwayat Kehamilan/Persalinan Jelek... 60

6.3.5. Jenis Riwayat Kehamilan/Persalinan Jelek... 61

6.4. Distribusi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Gejala Objektif ... 62

6.4.1. Kadar Hb ... 62

6.4.2. Anemia ... 63

6.4.3. Tekanan Darah Sistolik ... 64

6.4.4. Tekanan Darah Diastolik... 65

6.4.5. Tinggi Fundus Uteri ... 66

6.4.6. Denyut Jantung Janin ... 67

6.5. Distribusi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Status Rawatan ... 68

6.5.1. Asal Kedatangan ... 68

6.5.2. Jenis Rujukan ... 69

6.5.3. Penatalaksanaan Medis ... 70

6.5.4. Keadaan Bayi Lahir... 71

6.5.5. Keadaan Ibu Sewaktu Pulang ... 73

6.6. Lama Rawatan rata-rata Ibu ... 74

6.7. Analisa Statistik ... 75

6.7.1. Paritas Berdasarkan Penyebab Perdarahan ... 75

6.7.2. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Penyebab Perdarahan... 76

6.7.3. Penatalaksanaa Medis Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang... 77

6.7.4. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penyebab Perdarahan... 79

6.7.5. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 80

(13)

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 83 7.1. Kesimpulan ... 83 7.2. Saran... 85

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 : Master Data

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Tahun yang Dirawat Inap di Rumah Sakit

Santa Elisabeth MedanTahun 2004-2008 ... 36

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Sosiodemografi yang Dirawat Inap di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 37

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Mediko Obstetri yang Dirawat Inap di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 39

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Gejala Objektif yang Dirawat Inap di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 41

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Status Rawatan yang Dirawat Inap di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 42

Tabel 5.6. Lama Rawatan Rata-rata Ibu yang Mengalami Perdarahan Antepartum yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 44

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Paritas Berdasarkan Penyebab

Perdarahan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 44

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Penyebab Perdarahan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 45

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang Dirawat Inap di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 46

Tabel 5.10. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Penyebab Perdarahan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa

(15)

Tabel 5.11. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Penatalaksanaan Medis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan Tahun 2004-2008 ... 48

Tabel 5.12. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Bar Penderita Perdarahan Antepartum

Berdasarkan Data Tahun 2004-2008 di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan... 50

Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan

Antepartum Berdasarkan Umur yang Dirawat Inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 51

Gambar 6.3. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan

Antepartum Berdasarkan Suku yang Dirawat Inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 52

Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan

Antepartum Berdasarkan Agama yang Dirawat Inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 54

Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Pekerjaan yang Dirawat Inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 55

Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan

Antepartum Berdasarkan Daerah Asal yang Dirawat Inap

di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 56

Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan

Antepartum Berdasarkan Paritas yang Dirawat Inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 57

Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan

Antepartum Berdasarkan Usia Kehamilan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2004-2008... 58

Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan

Antepartum Berdasarkan Penyebab Perdarahan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Tahun 2004-2008 ... 59

Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan

Antepartum Berdasarkan Riwayat Kehamilan/Persalinan Jelek yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth

(17)

Gambar 6.11. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Jenis Riwayat Kehamilan/Persalinan Jelek yang Dirawat Inap di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 61

Gambar 6.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan

Antepartum Berdasarkan Kadar Hb yang Dirawat Inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 62

Gambar 6.13. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan

Antepartum Berdasarkan Anemia yang Dirawat Inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 63

Gambar 6.14. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan

Antepartum Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Tahun 2004-2008 ... 64

Gambar 6.15. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan

Antepartum Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Tahun 2004-2008 ... 65

Gambar 6.16. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum yang Dirawat Inap Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2004-2008... 66

Gambar 6.17. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Denyut Jantung Janin yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Tahun 2004-2008 ... 67

Gambar 6.18. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Asal Kedatangan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2004-2008... 68

Gambar 6.19. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan

Antepartum Berdasarkan Jenis Rujukan yang Dirawat Inap

(18)

Gambar 6.20. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Penatalaksanaan Medis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Tahun 2004-2008 ... 70

Gambar 6.21. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan

Antepartum Berdasarkan Keadaan Bayi Lahir yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Tahun 2004-2008 ... 72

Gambar 6.22. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan

Antepartum Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Tahun 2004-2008 ... 73

Gambar 6.23. Diagram Bar Distribusi Proporsi Paritas Berdasarkan

Penyebab Perdarahan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 75

Gambar 6.24. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Penyebab Perdarahan yang Dirawat Inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 76

Gambar 6.25. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan medis Berdasarkan

Keadaan Ibu Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 78

Gambar 6.26. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penyebab

Perdarahan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ... 79

Gambar 6.27. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan

Medis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan Tahun 2004-2008 ... 80

Gambar 6.28. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Ibu

Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Derajat kesehatan penduduk merupakan salah satu indikator kualitas sumber

daya manusia. Pencapaian kualitas sumber daya manusia sejak dini sangat

berhubungan dengan proses kehamilan, persalinan, maupun masa nifas.1

Salah satu tantangan dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat adalah

masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.2 AKI merupakan salah satu

parameter kemampuan suatu negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan

terhadap masyarakat.3

Menurut World Health Organization (2007), pada tahun 2005 AKI di dunia

400 per 100.000 kelahiran hidup, negara maju AKI 9 per 100.000 kelahiran hidup,

dan negara berkembang 450 per 100.000 kelahiran hidup. Di Afrika AKI 820 per

100.000 kelahiran hidup, Asia 330 per 100.000 kelahiran hidup, Amerika Latin dan

Karibia 130 per 100.000 kelahiran hidup, dan Oceania 430 per 100.000 kelahiran

hidup.4

Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992 AKI di

Indonesia 420 per 100.000 kelahiran hidup, 390 per 100.000 kelahiran hidup tahun

1994 dan 373 per 100.000 kelahiran hidup tahun 1995.5

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, AKI di

Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup, artinya lebih dari 18.000 ibu tiap tahun

(20)

persalinan dan nifas. Dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, AKI di

Indonesia adalah tertinggi. Dapat dilihat pada tahun 2002 AKI di Thailand 44 per

100.000 kelahiran hidup, di Brunai 39 per 100.000 kelahiran hidup, dan di Myanmar

255 per 100.000 kelahiran hidup.6

Di Sumatera Utara pada tahun 2002 AKI 360 per 100.000 kelahiran hidup,

tahun 2003 AKI 345 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 AKI 330 per 100.000

kelahiran hidup dan tahun 2005 AKI 315 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini

menunjukkan AKI cenderung menurun tetapi bila dibandingkan dengan target yang

ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 150 per 100.000

kelahiran hidup, maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya

diperkirakan target tersebut di masa mendatang tidak tercapai.1

Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2002 bahwa pada tahun

2000 AKI 172 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2001 AKI 165 per 100.000

kelahiran hidup dan tahun 2002 AKI juga sebesar 165 per 100.000 kelahiran hidup.7

Kematian ibu hamil dapat terjadi dengan tiga peristiwa dalam satu rangkaian,

yaitu seorang wanita hamil, menderita komplikasi obstetrik, dan komplikasi tersebut

menyebabkan kematian.8 Tingginya angka kematian ibu disebabkan oleh trias klasik,

yaitu perdarahan, preeklamsia/eklamsia, dan infeksi yang merupakan penyebab

kematian obstetrik secara langsung dimana penyebab yang paling banyak adalah

perdarahan.9 Menurut SKRT 2001, proporsi penyebab obstetrik langsung 90%,

sebagian besar disebabkan oleh perdarahan dengan proporsi 28%, eklamsia 24%, dan

(21)

Kasus perdarahan sebagai sebab utama kematian maternal dapat terjadi pada

masa kehamilan, persalinan, dan pada masa nifas.11 Perdarahan pada kehamilan harus

selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada masa kehamilan

muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut

perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua

adalah 28 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin di luar uterus.12 Penyebab

perdarahan antepartum antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan

yang belum jelas sumbernya.12,13

Di RSU Palembang dilaporkan 429 kasus perdarahan antepartum yang

disebabkan oleh plasenta previa dari 14.765 persalinan (proporsi 2,9%) selama tahun

1986-1990. Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa di RSU

Banda Aceh tahun 1990 dilaporkan 11 kasus dari 655 persalinan (proporsi 1,7%),

sedangkan yang disebabkan oleh solusio plasenta dilaporkan 2 kasus dari 655

persalinan (proporsi 0,3%).14

Perdarahan antepartum akibat solusio plasenta di RSUD Dr.Moewardi

Surakarta pada tahun 2001-2003 tercatat sebanyak 32 kasus dari 4.878 persalinan

(proporsi 0,65%) atau 1 kasus tiap 154 persalinan.7 Di RSUD Arifin Achmad Pekan

Baru pada tahun 2002-2006 tercatat sebanyak 33 kasus dari 12.709 persalinan

(proporsi 0,26%).15

Menurut penelitian ME Simbolon (2004) di RS Santa Elisabeth Medan selama

kurun waktu 1999-2003. Pada tahun 1999 sebanyak 21 kasus, tahun 2000 sebanyak

28 kasus, tahun 2001 sebanyak 34 kasus, tahun 2002 sebanyak 18 kasus, dan tahun

(22)

previa tercatat 90 kasus dari 116 kasus perdarahan antepartum (proporsi 77,6%),

sedangkan perdarahan antepartum yang disebabkan oleh solusio plasenta tercatat 17

kasus dari 116 kasus perdarahan antepartum (proporsi 14,7%).16

Di RS Dr. Pirngadi Medan selama kurun waktu 2001-2004, FR Bangun

menemukan 126 kasus perdarahan antepartum dari 5040 persalinan (proporsi 2,5%).

Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa tercatat 96 kasus dari

126 kasus perdarahan antepartum (proporsi 76,2%), sedangkan perdarahan yang

disebabkan oleh solusio plasenta tercatat 25 kasus dari 126 kasus perdarahan

antepartum (proporsi 19,8%).17

Pada survei pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan terdapat kasus perdarahan antepartum sebanyak 77 kasus selama

tahun 2004-2008. Pada tahun 2004 sebanyak 18 kasus, tahun 2005 sebanyak 34

kasus, tahun 2006 sebanyak 10 kasus, tahun 2007 sebanyak 14 kasus, dan tahun 2008

sebanyak 9 kasus.

Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui karakteristik penderita perdarahan antepartum yang dirawat inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008.

1.2. Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita perdarahan antepartum yang dirawat

(23)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita perdarahan antepartum yang dirawat

inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

a.Untuk mengetahui trend kunjungan penderita perdarahan antepartum

berdasarkan data tahun 2004-2008.

b.Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita perdarahan antepartum

berdasarkan sosiodemografi (umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan

daerah asal).

c.Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita perdarahan antepartum

berdasarkan mediko obstetri (paritas, keluhan, usia kehamilan, penyebab

perdarahan, dan riwayat kehamilan/persalinan jelek)

d.Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita perdarahan antepartum

berdasarkan gejala objektif (kadar Hb, tekanan darah, tinggi fundus uteri,

keadaan uterus, denyut jantung janin)

e.Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita perdarahan antepartum

berdasarkan status rawatan (asal rujukan, penatalaksanaan medis, keadaan

janin, keadaan bayi, keadaan bayi sewaktu pulang, keadaan ibu sewaktu

pulang).

f. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata bayi penderita perdarahan

(24)

g.Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata ibu yang mengalami perdarahan

antepartum.

h.Untuk mengetahui perbedaan proporsi paritas berdasarkan penyebab

perdarahan.

i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi keadaan janin berdasarkan penyebab

perdarahan.

j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan

penyebab perdarahan.

k.Untuk mengetahui perbedaan proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan

keadaan ibu sewaktu pulang.

l. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan penyebab

perdarahan.

m. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan penatalaksanaan

medis.

n.Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan keadaan ibu sewaktu

pulang.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan tentang karakteristik penderita perdarahan antepartum.

1.4.2. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang perdarahan antepartum

dan sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang dapat dijadikan sebagai

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi

Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 28

minggu.12,18 Karena perdarahan antepartum terjadi pada kehamilan di atas 28 minggu

maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ketiga.19

Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada trimester ketiga, akan

tetapi tidak jarang juga terjadi sebelum kehamilan 28 minggu karena sejak itu segmen

bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah

tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai

membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen

bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat

di situ tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah

terjadi perdarahan.12

Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan

plasenta. Hal ini disebabkan perdarahan yang bersumber pada kelainan plasenta

biasanya lebih banyak, sehingga dapat mengganggu sirkulasi O2 dan CO2 serta nutrisi

dari ibu kepada janin. Sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan

plasenta seperti kelainan serviks biasanya relatif tidak berbahaya. Oleh karena itu,

pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal

(26)

2.2. Klasifikasi

Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta yang secara

klinis biasanya tidak terlalu sukar untuk menentukannya adalah plasenta previa dan

solusio plasenta. Oleh karena itu, klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi

sebagai berikut :12

2.2.1. Plasenta Previa

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat

abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum).12,19,20

Klasifikasi plasenta previa dibuat atas dasar hubungannya dengan ostium uteri

internum pada waktu diadakan pemeriksaan. Dalam hal ini dikenal empat macam

plasenta previa, yaitu :

a. Plasenta previa totalis, apabila seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri

internum) tertutup oleh plasenta.

b. Plasenta previa lateralis, apabila hanya sebagian dari jalan lahir (ostium uteri

internum) tertutup oleh plasenta.

c. Plasenta previa marginalis, apabila tepi plasenta berada tepat pada pinggir

pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal).

d. Plasenta letak rendah, apabila plasenta mengadakan implantasi pada segmen

bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir.

Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan

(27)

Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya pembukaan

jalan lahir. Misalnya plasenta previa marginalis pada pembukaan 2 cm dapat menjadi

plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm. Begitu juga plasenta previa totalis

pada pembukaan 3 cm dapat menjadi lateralis pada pembukaan 6 cm. Maka

penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan keterangan mengenai

besarnya pembukaan, misalnya plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm.20

2.2.2. Solusio Plasenta

Istilah lain dari solusio plasenta adalah ablatio plasentae, abruptio plasentae,

accidental haemorrhage dan premature separation of the normally implanted

placenta.19

Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal

terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.12,19

Berdasarkan gejala klinik dan luasnya plasenta yang lepas, maka solusio

plasenta dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu :

a. Solusio plasenta ringan

Luas plasenta yang terlepas kurang dari 1/4 bagian, perut ibu masih lemas dan

bagian janin mudah teraba, janin masih hidup, tanda persalinan belum ada,

jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml, terjadi perdarahan

pervaginam berwarna kehitam-hitaman.

b. Solusio plasenta sedang

Luas plasenta yang terlepas lebih dari 1/4 bagian tetapi belum sampai 2/3

bagian, perut ibu mulai tegang dan bagian janin sulit diraba, jumlah darah

(28)

mungkin telah jatuh ke dalam syok, janin dalam keadaan gawat, tanda-tanda

persalinan biasanya telah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar 2 jam.

c. Solusio plasenta berat

Luas plasenta yang terlepas telah mencapai 2/3 bagian atau lebih, uterus

sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri, serta bagian janin sulit diraba,

ibu telah jatuh ke dalam syok dan janin telah meninggal, jumlah darah yang

keluar telah mencapai 1000 ml lebih, terjadi gangguan pembekuan darah dan

kelainan ginjal. Pada dasarnya disebabkan oleh hipovolemi dan penyempitan

pembuluh darah ginjal.23,24

2.2.3. Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya12

Perdarahan anterpartum yang belum jelas sumbernya terdiri dari :

a. Pecahnya sinus marginalis

Sinus marginalis adalah tempat penampungan sementara darah

retroplasenter.21 Perdarahan ini terjadi menjelang persalinan, jumlahnya tidak

terlalu banyak, tidak membahayakan janin dan ibunya, karena persalinan akan

segera berlangsung. Perdarahan ini sulit diduga asalnya dan baru diketahui

setelah plasenta lahir.3 Pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit

dan menjelang pembukaan lengkap yang perlu dipikirkan kemungkinan

perdarahan karena sinus marginalis pecah.18

b. Pecahnya vasa previa

Perdarahan yang terjadi segera setelah ketuban pecah, karena pecahnya

pembuluh darah yang berasal dari insersio vilamentosa (keadaan tali pusat

(29)

2.3. Epidemiologi

2.3.1. Distribusi Frekuensi

Perdarahan antepartum terjadi kira-kira 3% dari semua persalinan, yang terdiri

dari plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya.9

Seperti yang dikutip oleh D.Anurogo, Insidence Rate (IR) plasenta previa di

Amerika Serikat terjadi pada 0,3-0,5% dari semua kelahiran.26 Menurut FG

Cuningham di Amerika Serikat (1994) ditemukan IR perdarahan antepartum yang

disebabkan oleh plasenta previa 0,3% atau 1 dari setiap 260 persalinan.27

Di Indonesia, plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 diantara 200 persalinan

(IR 0,5%).28 Menurut penelitian HR Soedarto di RSU Uli Banjarmasin tahun

1998-2001 tercatat proporsi plasenta previa 82,9% atau 92 kasus dari 111 perdarahan

antepartum.29 Di RS Santa Elisabeth Medan (1999-2003), ME Simbolon menemukan

90 kasus plasenta previa dari 116 kasus perdarahan antepartum (proporsi 77,6%)

dengan kematian perinatal 4,4%.16

Perdarahan antepartum yang diakibatkan solusio plasenta di Indonesia terjadi

kira-kira 1 diantara 50 persalinan (IR 2%).12 Menurut penelitian Gunawan di RSU

Padang (1997) dalam FR Bangun ditemukan proporsi solusio plasenta 0,48% atau 1

diantara 210 persalinan.17 Menurut penelitian HR Soedarto di RSU Uli Banjarmasin

tahun 1998-2001 tercatat proporsi solusio plasenta 5,4% atau 6 kasus dari 111

(30)

2.3.2. Faktor Determinan a. Umur

Umur yang lebih tua dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya perdarahan

antepartum.12,19

Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan

persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur kurang dari 20 tahun memiliki

resiko yang lebih tinggi untuk mengalami perdarahan antepartum karena alat

reproduksi belum sempurna atau matang untuk hamil. Selain itu, kematangan fisik,

mental dan fungsi sosial dari calon ibu yang belum cukup menimbulkan

keragu-raguan jaminan bagi keselamatan kehamilan yang dialaminya serta perawatan bagi

anak yang dilahirkannya. Sedangkan umur di atas 35 tahun merupakan faktor yang

dapat meningkatkan kejadian perdarahan antepartum karena proses menjadi tua dari

jaringan alat reproduksi dari jalan lahir, cenderung berakibat buruk pada proses

kehamilan dan persalinannya.12

Perdarahan antepartum lebih banyak pada usia di atas 35 tahun. Wanita yang

berumur 35 tahun atau lebih mempunyai resiko besar untuk terkena dibandingkan

dengan wanita yang lebih muda.9,18

Di RS Sanglah Denpasar Bali (2001-2002) ditemukan bahwa resiko plasenta

previa pada wanita dengan umur ≥35 tahun 2 kali lebih besar dibandingkan dengan

umur <35 tahun. Peningkatan umur ibu merupakan faktor risiko plasenta previa,

karena sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan

(31)

dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang

adekuat.13

b. Pendidikan

Ibu yang mempunyai pendidikan relatif tinggi, cenderung memperhatikan

kesehatannya dibandingkan ibu yang tingkat pendidikannya rendah. Dengan

pendidikan yang tinggi, diharapkan ibu mempunyai pengetahuan dan mempunyai

kesadaran mengantisipasi kesulitan dalam kehamilan dan persalinannya, sehingga

timbul dorongan untuk melakukan pengawasan kehamilan secara berkala dan

teratur.30

c. Paritas

Paritas dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu21,31 :

1) nullipara, yaitu golongan ibu yang belum pernah melahirkan.

2) primipara, yaitu golongan ibu yang pernah melahirkan 1 kali.

3) multipara, yaitu golongan ibu yang pernah melahirkan 2-4 kali.

4) grandemultipara, yaitu golongan ibu yang pernah melahirkan ≥5 kali.

Frekuensi perdarahan antepartum meningkat dengan bertambahnya paritas.10,18

Perdarahan antepartum lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi. Wanita

dengan paritas persalinan empat atau lebih mempunyai resiko besar untuk terkena

dibandingkan dengan paritas yang lebih rendah.9,18

Pada paritas yang tinggi kejadian perdarahan antepartum semakin besar karena

endometrium belum sempat sembuh terutama jika jarak antara kehamilan pendek.

Selain itu kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali

(32)

pertumbuhan plasenta. Akibatnya terjadi persalinan yang disertai perdarahan yang

sanngat berbahaya seperti plasenta previa dan solusio plasenta.18

Penelitian A.Wardhana dan K.Karkata (2001-2002) di RS Sanglah Denpasar,

Bali menemukan bahwa resiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar

dibandingkan primigravida.13

Penelitian FR Bangun di RSU Dr.Pirngadi Medan selama kurun waktu

2001-2004 dengan desain case series menemukan proporsi paritas kelompok resiko rendah

76,2% atau 96 orang dari 126 penderita perdarahan antepartum, sedangkan pada

kelompok resiko tinggi 23,8% atau 30 orang dari 126 penderita perdarahan

antepartum.17

d. Riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu

Riwayat kehamilan dan persalinan yang dialami oleh seorang ibu juga

merupakan resiko tinggi dalam terjadinya perdarahan antepartum. Cedera dalam alat

kandungan atau jalan lahir dapat ditimbulkan oleh proses kehamilan terdahulu dan

berakibat buruk pada kehamilan yang sedang dialami. Hal ini dapat berupa

keguguran, bekas persalinan berulang dengan jarak pendek, bekas operasi (seksio

cesarea) atau bekas kuretase.19

Menurut penelitian A.Wardhana dan K.Karkata di RS Sanglah Denpasar, Bali

selama tahun 2001-2002 menemukan bahwa resiko plasenta previa pada wanita

dengan riwayat abortus adalah 4 kali lebih besar dibandingkan dengan tanpa riwayat

(33)

Pasien dengan plasenta previa menghadapi 4-8% resiko terkena plasenta previa

pada kehamilan berikutnya. Kejadian solusio plasenta juga meningkat di kalangan

mereka yang pernah menderita solusio plasenta (rekurensi). Setiap pasien dengan

riwayat solusio plasenta harus dipertimbangkan mempunyai resiko pada setiap

kehamilan berikutnya.28

e. Kadar Hb

Pada kehamilan anemia relatif terjadi karena volume darah dalam kehamilan

bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia.

Volume darah tersebut mulai bertambah jelas pada minggu ke-16 dan mencapai

puncaknya pada minggu ke-32 sampai ke-34 yaitu kira-kira 25%. Meskipun ada

peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan volume

plasma jauh lebih besar sehingga konsentrasi haemoglobin dalam darah menjadi lebih

rendah.12

Menurut WHO ( 1979 ) kejadian anemia ibu hamil berkisar antara 20% sampai

89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya.12 Ibu hamil yang menderita

anemia lebih peka terhadap infeksi dan lebih kecil kemungkinan untuk selamat dari

perdarahan atau penyakit lain yang timbul selama hamil dan melahirkan. Saat ibu

mengalami perdarahan banyak, peredaran darah ke plasenta menurun. Hal ini

menyebabkan penerimaan oksigen oleh darah janin berkurang yang pada akhirnya

(34)

f. Tekanan darah

Hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan atau yang kronik tidak jarang

ditemukan pada wanita hamil. Hipertensi pada kehamilan adalah apabila tekanan

darahnya antara 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Hipertensi dalam kehamilan

merupakan komplikasi kehamilan sebagai salah satu trias klasik yang merupakan

penyebab kematian ibu. Selain itu, pasien dengan penyakit hipertensi kehamilan

memiliki resiko pelepasan plasenta prematur.32

2.4. Gambaran Klinis12

Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada trimester ketiga atau

setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan

plasenta, yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya

ialah plasenta previa dan solusio plasenta.

Perdarahan antepartum tanpa rasa nyeri merupakan tanda khas plasenta previa,

apalagi jika disertai tanda-tanda lainnya seperti bagian terbawah janin belum masuk

ke dalam pintu panggul atas atau kelainan letak janin. Karena tanda pertamanya

adalah perdarahan, pada umumnya penderita akan segera datang untuk mendapatkan

pertolongan. Beberapa penderita yang mengalami perdarahan sedikit-sedikit,

mungkin tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena

dianggap sebagai tanda persalinan biasa. Setelah perdarahannya berlangsung banyak,

(35)

Lainnya halnya dengan solusio plasenta, kejadiannya tidak segera ditandai oleh

perdarahan pervaginam sehingga penderita tidak segera datang untuk mendapatkan

pertolongan. Gejala pertamanya adalah rasa nyeri pada kandungan yang makin lama

makin hebat dan berlangsung terus menerus. Rasa nyeri yang terus-menerus ini sering

kali diabaikan atau dianggap sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Setelah

penderita pingsan karena perdarahan retroplasenter yang banyak, atau setelah tampak

perdarahan pervaginam, mereka datang untuk mendapatkan pertolongan. Pada

keadaan demikian biasanya janin telah meninggal dalam kandungan.

Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh sinus marginalis, biasanya tanda

dan gejalanya tidak khas. Vasa previa baru menimbulkan perdarahan setelah

pecahnya selaput ketuban. Perdarahan yang bersumber pada kelainan serviks dan

vagina biasanya dapat diketahui apabila dilakukan pemeriksaan dengan spekulum

yang seksama. Kelainan-kelainan yang mungkin tampak adalah erosio portionis

uteris, carcinoma portionis uteris, polypus cervicis uteri, varices vulva, dan trauma.

2.5. Diagnosis

Pada setiap perdarahan antepartum, pertama sekali harus dicurigai bahwa hal

itu bersumber dari kelainan plasenta, dengan penyebab utama yaitu plasenta previa

dan solusio plasenta sampai ternyata dugaan itu salah. Diagnosis ditegakkan dengan

adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan12:

2.5.1. Anamnesis Plasenta Previa

a. Perdarahan pervaginam yang tanpa nyeri.

(36)

Solusio Plasenta

a. Perdarahan pervaginam disertai sakit terus-menerus.

b. Warna darah merah gelap disertai bekuan-bekuan darah.19

2.5.2. Inspeksi

a. Perdarahan yang keluar pervaginam.

b. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemia.

2.5.3. Pemeriksaan fisik ibu

a. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok.

b. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.

c. Pada pemeriksaan dapat dijumpai tekanan darah, nadi, dan perdarahan.18

2.5.4. Palpasi Abdomen Plasenta Previa

a. Tinggi Fundus Uteri (TFU) masih normal

b. Uterus teraba lunak dan lembut

c. Bagian janin mudah diraba

Solusio Plasenta

a. TFU tambah naik karena terbentuknya hematoma retroplasenter.

b. Uterus teraba tegang dan nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.

c. Bagian janin susah diraba karena uterus tegang.19

2.5.5. Auskultasi Denyut Jantung Janin (DJJ)

Plasenta previa : bila keadaan janin masih baik, DJJ mudah didengar

(37)

2.5.6. Pemeriksan inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari

uterus atau dari kelainan serviks dan vagina, seperti erosio porsionis uteri,

karsinoma porsionis uteri, polipus servisis uteri, varises vulva dan trauma.

Apabila perdarahan berasal dari uterus, adanya plasenta previa dan solusio

plasenta harus dicurigai.

2.5.7. Penentuan letak plasenta tidak langsung

Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

radiografi, radioisotop dan ultrasonografi.

2.5.8. Penentuan letak plasenta secara langsung

Untuk menegakkan diagnosa yang tepat maka dilakukan pemeriksaan dalam

yang secara langsung meraba plasenta. Pemeriksaan dalam harus dilakukan di

atas meja operasi dan siap untuk segera mengambil tindakan operasi

persalinan atau hanya memecahkan ketuban.12

2.6. Pencegahan

2.6.1. PencegahanPrimer

Pencegahan primer adalah upaya untuk mempertahankan kondisi orang sehat

agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.

Pengawasan antenatal memegang peranan yang sangat penting untuk

mengetahui dan mencegah kasus-kasus dengan perdarahan antepartum. Beberapa

pemeriksaan dan perhatian yang biasa dilakukan pada pengawasan antenatal yang

(38)

pengobatan anemia kehamilan, menganjurkan ibu untuk bersalin di rumah sakit atau

di fasilitas kesehatan lainnya, memperhatikan kemungkinan adanya kelainan plasenta

dan mencegah serta mengobati penyakit hipertensi menahun dan preeklamsia.12

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

memeriksakan kehamilannya paling sedikit 4 kali, dengan jadwal 1 kunjungan pada

trimester pertama, 1 kunjungan pada trimester kedua, dan 2 kunjungan pada trimester

ketiga. Tetapi apabila ada keluhan, sebaiknya petugas kesehatan memberikan

penerangan tentang cara menjaga diri agar tetap sehat dalam masa hamil. Perlu juga

memberikan penerangan tentang pengaturan jarak kehamilan, serta cara mengenali

tanda-tanda bahaya kehamilan seperti : nyeri perut, perdarahan dalam kehamilan,

odema, sakit kepala terus-menerus, dan sebagainya.32

Para ibu yang menderita anemia dalam kehamilan akan sangat rentan terhadap

infeksi dan perdarahan. Kematian ibu karena perdarahan juga lebih sering terjadi

pada para ibu yang menderita anemia kehamilan sebelumnya. Anemia dalam

kehamilan, yang pada umumnya disebabkan oleh defisiensi besi, dapat dengan mudah

diobati dengan jalan memberikan preparat besi selama kehamilan. Oleh karena itu,

pengobatan anemia dalam kehamilan tidak boleh diabaikan untuk mencegah kematian

ibu apabila nantinya mengalami perdarahan.

Walaupun rumah sakit yang terdekat letaknya jauh, para ibu hamil yang

dicurigai akan mengalami perdarahan antepartum hendaknya diusahakan sedapat

(39)

Untuk kehamilan dengan letak janin yang melintang dan sukar diperbaiki atau

bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul pada minggu-minggu terakhir

kehamilan, dapat juga dicurigai kemungkinan adanya plasenta previa.

Preeklamsia dan hipertensi menahun sering kali dihubungkan dengan

terjadinya solusio plasenta. Apabila hal ini benar, diperlukan pencegahan dan

pengobatan secara seksama untuk mengurangi kejadian solusio plasenta.12

2.6.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah orang yang telah sakit

menjadi semakin parah dan mengusahakan agar sembuh dengan melakukan tindakan

pengobatan yang cepat dan tepat.

Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 28 minggu yang lebih banyak dari

perdarahan yang biasa, harus dianggap sebagai perdarahan antepartum. Apapun

penyebabnya, penderita harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas

untuk transfusi darah dan operasi. Jangan melakukan pemeriksaan dalam di rumah

atau di tempat yang tidak memungkinkan tindakan operatif segera, karena

pemeriksaan itu dapat menambah banyaknya perdarahan.

Pemasangan tampon dalam vagina tidak berguna sama sekali untuk

menghentikan perdarahan, tetapi akan menambah perdarahan karena sentuhan pada

serviks sewaktu pemasangannya.

Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang sekali atau boleh dikatakan tidak

pernah menyebabkan kematian, asalkan sebelumnya tidak dilakukan pemeriksaan

(40)

sakit sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang hampir selalu akan lebih banyak

daripada sebelumnya.

Ketika penderita belum jatuh ke dalam syok, infus cairan intravena harus

segera dipasang dan dipertahankan terus sampai tiba di rumah sakit. Memasang jarum

infus ke dalam pembuluh darah sebelum syok akan jauh lebih memudahkan transfusi

darah apabila sewaktu-waktu diperlukan.

Segera setelah tiba di rumah sakit, usaha pengadaan darah harus segera

dilakukan, walaupun perdarahannya tidak seberapa banyak. Pengambilan contoh

darah penderita untuk pemeriksaan golongan darahnya dan pemeriksaan kecocokan

dengan darah donornya harus segera dilakukan. Dalam keadaan darurat pemeriksaan

seperti itu mungkin terpaksa ditunda karena tidak sempat dilakukan sehingga terpaksa

langsung mentransfusikan darah yang golongannya sama dengan golongan darah

penderita, atau mentransfusikan darah golongan O rhesus positif, dengan penuh

kesadaran akan segala bahayanya.

Pertolongan selanjutnya di rumah sakit tergantung dari paritas, tuanya

kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan ibu, keadaan janin, sudah atau belum

mulainya persalinan dan diagnosis yang ditegakkan.12

Apabila pemeriksaan baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum

inpartum, kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat janin masih dibawah 2500

gram, maka kehamilan dapat dipertahankan dan persalinan ditunda sampai janin

dapat hidup di luar kandungan dengan lebih baik lagi. Tindakan medis pada pasien

dilakukan dengan istirahat dan pemberian obat-obatan seperti spasmolitika, progestin,

(41)

Sebaliknya jika perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan berlangsung

dapat membahayakan ibu dan/atau janinnya, kehamilan juga telah mencapai 37

minggu, taksiran berat janin telah mencapai 2500 gram, atau persalinan telah mulai,

maka tindakan medis secara aktif yaitu dengan tindakan persalinan segera harus

ditempuh. Tindakan persalinan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu persalinan

pervaginam dan persalinan perabdominam dengan seksio cesarea.12,19,20

Pada plasenta previa, persalinan pervaginam dapat dilakukan pada plasenta

letak rendah, plasenta marginalis, atau plasenta previa lateralis anterior (janin dalam

presentasi kepala). Sedangkan persalinan perabdominam dengan seksio cesarea

dilakukan pada plasenta previa totalis, plasenta previa lateralis posterior, dan plasenta

letak rendah dengan janin letak sungsang.

Pada solusio plasenta, dapat dilakukan persalinan perabdominam jika

pembukaan belum lengkap. Jika pembukaan telah lengkap dapat dilakukan persalinan

pervaginam dengan amniotomi (pemecahan selaput ketuban), namun bila dalam 6

jam belum lahir dilakukan seksio cesarea.19

Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta

dan bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung, sehingga

perdarahan berhenti. Seksio cesarea bertujuan untuk secepatnya mengangkat sumber

perdarahan, dengan demikian memberikan kesempatan kepada uterus untuk

berkontraksi menghentikan perdarahan dan untuk menghindari perlukaan serviks dari

(42)

2.6.3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier meliputi rehabilitasi (pemulihan kesehatan) yang ditujukan

terhadap penderita yang baru pulih dari perdarahan antepartum meliputi rehabilitasi

mental dan sosial, yaitu dengan memberikan dukungan moral bagi penderita agar

tidak berkecil hati, mempunyai semangat untuk terus bertahan hidup dan tidak putus

(43)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini

adalah :

Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum

1. Sosiodemografi 2. Mediko Obstetri

Paritas Keluhan

Usia kehamilan Penyebab perdarahan

Riwayat kehamilan/persalinan jelek 3. Gejala objektif

Kadar Hb Tekanan darah Tinggi fundus uteri Keadaan uterus Denyut jantung janin 4. Status Rawatan

Asal Rujukan

Penatalaksanaan Medis Keadaan Janin

Keadaan Bayi Lahir

(44)

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Penderita Perdarahan Antepartum adalah seluruh penderita yang dinyatakan

menderita perdarahan antepartum berdasarkan diagnosa dokter di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

3.2.2. Sosiodemografi penderita perdarahan antepartum dibedakan atas :

a. Umur adalah usia penderita perdarahan antepartum sesuai dengan yang

tercatat pada kartu status, yang dikategorikan atas12 :

1. <20 tahun 2. 20-35 tahun 3. >35 tahun

b. Suku adalah etnik yang melekat pada penderita perdarahan antepartum

sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Batak

c. Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita perdarahan antepartum

sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Islam

2. Kristen Protestan

3. Katolik

4. Hindu

5. Budha

d. Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah dijalani oleh penderita

perdarahan antepartum sesuai dengan yang tercatat pada kartu status,

(45)

1. Tidak Sekolah

2. SD

3. SLTP

4. SLTA

5. Akademi/Perguruan Tinggi

e. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita perdarahan

antepartum sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan

atas :

1. Pegawai Negeri

2. Pegawai Swasta

3. Wiraswasta

4. Ibu Rumah Tangga

5. Mahasiswa

f. Daerah asal adalah tempat tinggal penderita perdarahan antepartum sesuai

dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Kota Medan

2. Luar kota Medan

3.2.3. Mediko Obstetri dibedakan atas :

a. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh penderita

perdarahan antepartum sebelum kehamilan atau persalinan ini sesuai

dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas21,28 :

1. Nullipara 2. Primipara 3. Multipara

4. Grandemultipara

b. Keluhan adalah keluhan yang menyebabkan ibu dibawa berobat ke rumah

sakit sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas:

1. Perdarahan Tanpa Nyeri

(46)

c. Usia kehamilan adalah usia kehamilan penderita perdarahan antepartum

sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. ≤ 28 minggu 2. > 28 minggu

d. Penyebab perdarahan adalah pembagian perdarahan antepartum sesuai

dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Plasenta Previa 2. Solusio Plasenta

3. Penyebab Lain

e. Riwayat kehamilan/persalinan jelek adalah riwayat kehamilan dan

persalinan penderita perdarahan antepartum sebelumnya sesuai dengan

yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Tidak Ada

2. Ada

f. Jenis riwayat kehamilan/persalinan jelek dikategorikan atas :

1. Abortus

2. Seksio Cesarea

3. Prematur

4. Ekstraksi Vacum

3.2.4. Gejala objektif dibedakan atas :

a. Kadar Hb adalah kadar Hb penderita perdarahan antepartum saat dibawa

ke rumah sakit sesuai dengan yang tercatat pada kartu status,

dikategorikan atas12 :

1. ≥ 11 gr% : Tidak Anemia

(47)

b. Anemia dikategorikan atas18 :

1. Anemia Ringan : 9-10 gr%

2. Anemia Sedang : 7-8 gr%

3. Anemia Berat : < 7 gr%

c. Tekanan darah adalah tekanan darah penderita perdarahan antepartum saat

dibawa ke rumah sakit sesuai dengan yang tercatat pada kartu status,

dikategorikan atas30:

Tekanan darah sistolik 1. Rendah : <120 mmHg

2. Normal : 120-140 mmHg

3. Tinggi : >140 mmHg

Tekanan darah diastolik 1. Rendah : <80 mmHg

2. Normal : 80-100 mmHg

3. Tinggi : >100 mmHg

d. Tinggi Fundus Uteri (TFU) adalah keadaan tinggi fundus uteri penderita

perdarahan antepartum saat dibawa ke rumah sakit sesuai dengan yang

tercatat pada kartu status, dikategorikan atas19 :

1. Normal

2. Lebih tinggi

e. Keadaan uterus adalah keadaan uterus pada waktu diraba saat dilakukan

pemeriksaan sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan

atas19 :

1. Lunak dan lembut

(48)

f. Denyut jantung janin adalah keadaan denyut jantung janin saat dilakukan

pemeriksaan sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan

atas19 :

1. Normal

2. Tidak Normal

3.2.5. Status Rawatan dibedakan atas :

a. Asal kedatangan adalah tempat penderita perdarahan antepartum dirawat

sebelum dibawa ke rumah sakit, sesuai dengan yang tercatat pada kartu

status, yang dikategorikan atas :

1. Langsung

2. Rujukan

b. Jenis rujukan dikategorikan atas :

1. Bidan

2. Dokter Spesialis Kandungan

3. Rumah Bersalin

4. Rumah Sakit

c. Penatalaksanaan medis adalah usaha atau tindakan yang dilakukan oleh

dokter terhadap penderita perdarahan antepartum sesuai dengan yang

tercatat pada kartu status, dikategorikan atas20 :

1. Aktif (pervaginam, seksio cesarea) 2. Pasif (istirahat dan pemberian obat)

d. Keadaan janin adalah kondisi janin yang dikandung oleh penderita

perdarahan antepartum pada waktu masuk rumah sakit sesuai dengan yang

tercatat pada kartu status, dikategorikan atas24 :

1. Sehat

2. Fetal stres

(49)

e. Keadaan bayi lahir adalah kondisi bayi setelah dilahirkan penderita

perdarahan antepartum yang dilakukan penatalaksanaan medis secara aktif

sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Hidup

2. Meninggal

f. Keadaan bayi sewaktu pulang adalah kondisi bayi penderita perdarahan

antepartum sewaktu keluar dari rumah sakit sesuai dengan yang tercatat

pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Sehat

2. Meninggal

g. Keadaan ibu sewaktu pulang adalah kondisi penderita perdarahan

antepartum sewaktu keluar dari rumah sakit sesuai dengan yang tercatat

pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Sembuh

2. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

3. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)

3.2.6. Lama rawatan rata-rata bayi adalah jumlah hari rata-rata lama rawatan bayi

penderita perdarahan antepartum sejak dilahirkan sampai keluar rumah sakit

sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

3.2.7. Lama rawatan rata-rata ibu adalah jumlah hari rata-rata lama rawatan

penderita perdarahan antepartum mulai dari hari pertama masuk sampai keluar

(50)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif

dengan desain case series.33

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Pemilihan

lokasi ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa di rumah sakit tersebut

tersedianya data yang dibutuhkan dan belum pernah dilakukan penelitian tentang

karakteristik penderita perdarahan antepartum tahun 2004-2008.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2009 – Juli 2009, dimulai dari

survei pendahuluan, bimbingan proposal, seminar proposal, pengambilan dan

pengolahan data, bimbingan skripsi, dan ujian skripsi.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah data seluruh penderita perdarahan antepartum yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 yang

(51)

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah data seluruh penderita perdarahan

antepartum yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun

2004-2008 yang berjumlah 85 kasus (total sampling).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status

penderita perdarahan antepartum yang dirawat inap yang berasal dari bagian rekam

medis di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008, kemudian dilakukan

pencatatan sesuai dengan jenis variabel yang diteliti.

4.5. Teknik Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan komputer

yang menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) lalu

dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan uji chi-square, Exact Fisher, t, dan

Kruskal-Wallis serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan proporsi,

(52)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Profil Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terletak di Jalan H. Misbah No.7 Medan.

Rumah sakit ini merupakan rumah sakit milik Kongregasi Fransisikanes Santa

Elisabeth Medan.

5.1.2. Visi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Menjadikan Rumah Sakit Santa Elisabeth mampu berperan aktif dalam

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi atas dasar cinta kasih dan

persaudaraan sejati pada era globalisasi.

5.1.3. Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Meningkatkan derajat kesehatan melalui sumber daya manusia yang

profesional, sarana dan prasarana yang memadai dengan tetap memperhatikan

masyarakat Indonesia.

5.1.4. Pelayanan Medis

Rumah sakit ini telah dilengkapi berbagai prasarana yang terdiri dari Poli

Umum, Spesialis, Unit Gawat Darurat (UGD), Intensive Care Unit (ICU).

Masing-masing unit dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

UGD sebagai unit pelayanan kegawatdaruratan, dilengkapi dengan ruang

(53)

memadai. Poli umum dilayani dokter umum yang melayani pasien rawat jalan non

emergensi dan pemeriksaan kesehatan dari perusahaan.

Poli Spesialis rumah sakit melayani penyakit yang berkaitan dengan penyakit

urologi, neurologi/saraf, THT, jantung, paru, anak, onkologi, kulit/kelamin, mata,

gigi, bedah umum, dan bedah saraf. Kamar bedah yang tersedia adalah kamar bedah

digestif, thorax, orthopedi, urologi, saraf, anak, THT, mata, mulut, kebidanan, dan

onkologi. Rumah sakit ini memiliki 4 kamar operasi, 2 kamar tindakan untuk bedah

minor, dan 1 kamar ruang pemulihan (recovery room).

5.1.5. Pelayanan Penunjang Medis

Rumah sakit ini memiliki pelayanan penunjang medis seperti laboratorium,

rontgen, farmasi, fisioterapi, ruang diagnostik, hemodialisa. Laboratorium buka

selama 24 jam. Pemeriksaan di laboratorium dapat dilakukan dengan darurat dan

bukan darurat.

5.1.6. Penunjang Umum

Penunjang umum yang terdapat di rumah sakit ini terdiri dari administrasi,

jaringan komputer, telepon, sumber air, sumber listrik, pengolahan air limbah,

instalasi gizi dan dapur umum, Central Steril Supply Department (CSSD), teknik

(54)

5.2. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan Tahun

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan rincian tahun yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Tahun yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa proporsi penderita perdarahan

antepartum tertinggi pada tahun 2005 sebesar 40% dan terendah pada tahun 2008

sebesar 10,59%.

Kecenderungan penderita perdarahan antepartum yang dirawat

inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan berdasarkan tahun 2004-2008

menunjukkan penurunan dengan persamaan garis y = -3,8x + 28,4. Frekuensi kasus

dari tahun 2004-2008 menurun sebanyak 18-9 = 9 kasus, dengan simpel rasio

penurunan 18

9

= 0,5 kali, serta persentase penurunan sebesar 100% 50%

(55)

5.3. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan Sosiodemografi Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan sosiodemografi yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Sosiodemografi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

No. Sosiodemografi f Proporsi (%)

Ibu Rumah Tangga Mahasiswa Luar kota Medan

76 9

89,4 10,6

(56)

Berdasarkan tabel 5.2. dapat dilihat bahwa karakteristik berdasarkan

sosiodemografi yaitu proporsi umur tertinggi pada kelompok umur 20-35 tahun

81,2% dan terendah pada kelompok umur >35 tahun 18,8%.

Berdasarkan suku, proporsi tertinggi adalah suku Batak 84,7% dan terendah

suku Melayu dan Aceh masing-masing 1,2%. Berdasarkan agama, proporsi tertinggi

adalah agama Kristen Protestan 64,7% dan terendah agama Hindu 2,4%.

Berdasarkan pekerjaan penderita, proporsi tertinggi adalah ibu rumah tangga

52,9% dan terendah mahasiswa 1,2%. Berdasarkan daerah asal penderita, proporsi

tertinggi berasal dari kota Medan yaitu 89,4%. Berdasarkan pendidikan tidak dapat

didistribusikan karena tidak tersedianya data di kartu status.

5.4. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan Mediko Obstetri Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan mediko obstetri yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat

(57)

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Mediko Obstetri yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

No. Mediko Obstetri f Proporsi (%)

3. Penyebab perdarahan

Plasenta Previa

4. Riwayat kehamilan/persalinan jelek

Tidak Ada

5. Jenis riwayat kehamilan/persalinan jelek (N=22)

Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa berdasarkan mediko obstetri yaitu

proporsi paritas tertinggi adalah nullipara 34,2% dan relatif sama dengan primipara

dan multipara masing-masing 32,9%. Berdasarkan usia kehamilan, proporsi tertinggi

Gambar

Tabel 5.2.  Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Sosiodemografi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Tabel 5.3.  Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Mediko Obstetri yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008
Tabel 5.4.  Distribusi Berdasarkan Gejala Objektif yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Gambar 6.1. Diagram Bar Penderita Perdarahan Antepartum  Berdasarkan  Data Tahun 2004-2008 di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

baik, dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. 2) Guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara. profesional, karena guru dapat menilai, merefleksi

Tujuan penelitian ini meliputi (1) Meningkatkan keaktifan siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Geyer Grobogan dalam pembelajar menulis puisi dengan metode inkuiri, (2)

Pada halaman pengujian data, User dapat menguji data pengujian dengan menggunakan bobot yang telah diperoleh dari hasil pelatihan sebelumnya untuk memperoleh hasil prediksi

Peranan usaha kecil di Indonesia memang diakui sangat penting dalam perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek, seperti peningkatan kesempatan kerja, pemerataan..

Hal ini menunjukkan bahwa variabel Lokasi (X1), Merchandise (X2), Harga (X3), Promosi (X4), Atmosfer Dalam Gerai (X5), dan Retail Service (X6) memiliki pengaruh yang

Kimia Farma Plant Medan untuk mendapatkan jumlah pemesanan bahan baku yang ekonomis dan biaya total persediaan yang minimum..

Biaya pakan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan per kilogramnya sehingga diperoleh biaya pakan yang dikonsumsi selama