• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TAMAN KANAK KANAK DALAM MENGEMBANGKAN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI KECAMATAN MARGOYOSO KABUPATEN PATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMETAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TAMAN KANAK KANAK DALAM MENGEMBANGKAN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI KECAMATAN MARGOYOSO KABUPATEN PATI"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

PEMETAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TAMAN

KANAK-KANAK DALAM MENGEMBANGKAN KURIKULUM PENDIDIKAN

ANAK USIA DINI DI KECAMATAN MARGOYOSO KABUPATEN PATI

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh:

SRI WAHYUNI

NIM. 1601409046

JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Kemampuan baik secara keterampilan dan pengetahuan seorang guru

akan mempengaruhi proses pembelajaran di kelas dan menentukan sejauh mana kurikulum dapat diterapkan. (Fennema dan Franke)

 Supaya memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan dalam

memfasilitasi siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya, guru harus melewati proses pendidikan yang bermutu dan memenuhi standar. (Azis Mahfuddin)

 Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara

kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Quran surah Al-Mujadilah (58): 11)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

 Ibu dan papa tersayang yang telah memberikan semangat dan do’a yang

tulus sepanjang waktu.

 Penari kecilku Ira Maya Sika dan my great grandma yang senantiasa

(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemetaan Kompetensi Pedagogik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD di Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati”.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, serta kerjasama yang baik dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Drs. Hardjono, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menempuh pembelajaran di Fakultas Ilmu Pendidikan.

2. Edi Waluyo, M.Pd, Ketua Jurusan PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan sekaligus dosen pembimbing I, yang telah tulus dan sabar membimbing dan mengarahkan penulis serta atas kemudahan yang beliau berikan.

3. Ali Formen, M.Ed, dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Seluruh dosen pengajar Jurusan PG PAUD yang telah memberikan banyak ilmu bagi penulis selama mengikuti perkuliahan.

(7)

vii

6. Ibu dan papa yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat bagi penulis, sehingga penulis dapat menyesaikan proses penyusunan skripsi ini. 7. Oktavika Dwi Saputri yang telah memberikan bantuan, ide, masukan, dan

dukungan bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh kawan di Universitas Negeri Semarang, di Jurusan PG PAUD angkatan 2009 khususnya, yang telah memberikan bantuan dan semangat bagi penulis.

9. Seluruh keluarga di Nia Kos, Dephita Pandiangan dan Ratih Dhum khususnya, yang dengan sabar menyemangati penulis dan senantiansa memberi warna kehidupan bagi penulis.

10.Semua pihak, baik itu saudara, sahabat, dan teman yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam kemajuan dunia pendidikan dan secara umum kepada semua pihak.

Semarang, 2014

(8)

viii ABSTRAK

Wahyuni. Sri. 2013. “Pemetaan Kompetensi Pedagogik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD di Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati”. Skripsi. Jurusan PG PAUD. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Edi Waluyo, S.Pd, M.Pd, II. Ali Formen, S.Pd., M.Ed.

Kata Kunci : Kompetensi Pedagogik Guru TK, Mengembangkan

Kurikulum PAUD.

Proses pengembangan kurikulum bukanlah proses yang dapat berlangsung instan. Kemampuan, kerja keras, dan kreativitas merupakan beberapa faktor yang dibutuhkan untuk mendorong terwujudnya hasil pengembangan kurikulum yang optimal. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah pemetaan kompetensi pedagogik guru TK dalam mengembangkan kurikulum PAUD dan perbedaan kompetensi pendidik dalam mengembangkan kurikulum berdasarkan tingkat pendidikan pendidik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kompetensi guru TK dalam mengembangkan kurikulum PAUD dan perbedaannya berdasarkan tingkat pendidikan pendidik.

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Lokasi yang dijadikan penelitian adalah Taman Kanak-kanak baik formal/informal yang berada di kecamatan Margoyoso kabupaten Pati. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 105 guru. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Porpotionate Stratified Random Sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu metode kuesioner atau angket.

Hasil analisis deskriptif menunjukan sebagian besar guru memiliki kompetensi dalam mengembangkan kurikulum yang tergolong sedang, yaitu 65 orang (61,9 %) berada dalam kategori sedang dan 40 orang (38,1 %) berada dalam kategori tinggi. Terdapat perbedaan yang signifikan pada kompetensi guru TK lulusan S1/D4 dengan SMA (p=0.000) dan guru TK lulusan D1/D2/D3 dengan SMA (p=0.000), sedangkan kompetensi guru TK lulusan S1/D4 dengan D1/D2/D3 tidak memiliki perbedaan yang jauh (p=0,928).

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 9

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 10

1.5Penegasan Istilah ... 11

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 12

2.1Kompetensi Pedagogik Guru Taman Kanak-kanak ... 12

2.1.1 Pengertian Kompetensi ... 12

2.1.2 Kompetensi Pedagogik Guru Taman Kanak-kanak ... 14

2.2 Pengembangan Kurikulum PAUD ... 18

2.2.1 Pengertian Kurikulum ... 18

2.2.2 Pengembangan Kurikulum ... 20

2.2.3 Kurikulum PAUD ... 29

2.2.4 Pengembangan Kurikulum PAUD ... 37

(10)

x

2.4 Tingkat Pendidikan ... 45

2.5Penelitian Sebelumnya ... 46

2.6Kerangka Berpikir ... 49

2.7 Hipotesis Penelitian ... 51

BAB 3 METODE PENELITIAN... 52

3.1Desain Penelitian ... 52

3.2Lokasi Penelitian ... 52

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 53

3.3.1 Populasi Penelitian ... 53

3.3.2 Sampel Penelitian ... 55

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 56

3.4.1 Metode Kuesioner ... 56

3.4.2 Metode Wawancara (Interview) ... 57

3.4.3 Metode Dokumentasi ... 58

3.5 Validitas dan Reliabilitas ... 59

3.5.1 Uji Validitas ... 60

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 65

3.6 Metode Analisis Data ... 66

3.6.1 Analisis Deskriptif ... 66

3.6.2 Uji Asumsi ... 67

3.6.2.1 Uji Normalitas ... 67

3.6.2.2. Uji Homogenitas ... 68

3.6.3 One Way Analysis of Variance (One Way Anova) ... 68

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70

4.1Gambaran Umum Objek Penelitian ... 70

4.1.1 Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati ... 70

4.1.2 Data Responden ... 71

4.2Pelaksanaan Penelitian ... 72

4.3Analisis Kompetensi Pedagogik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD ... 73

(11)

xi

4.3.2 Uji Homogenitas ... 74

4.3.3 Analisis Deskriptif ... 75

4.3.3.1Gambaran Umum Kompetensi Pegadogik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD ... 76

4.3.3.2Gambaran Khusus Kompetensi Pedagogik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD ... 78

4.4Hasil Penelitian kompetensi Pedagodik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD ... 89

4.5Analisis Perbandingan kompetensi Pedagodik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 90

4.5.1 Analisis One Way of Anova... 91

4.6Hasil Penelitian Perbandingan kompetensi Pedagodik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 93

4.7 Pembahasan ... 94

4.5.1 Kompetensi Pedagogik Guru Taman Kanak-kanak dalam Mengembangkan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini di Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati ... 94

4.5.2 Perbedaan Kompetensi Pedagogik Guru Taman Kanak-kanak dalam Mengembangkan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 110

4.6 Keterbatasan Penelitian ... 112

BAB 5 PENUTUP ... 114

5.1Simpulan ... 114

5.2Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 117

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Lembaga TK di Kecamatan Margoyoso... 53

Tabel 3.2 Penilaian pada masing-masing kriteria jawaban ... 57

Tabel 3.3 Item-Total Statistics ... 61

Tabel 3.4 Item Valid dan Gugur ... 63

Tabel 3.5 Reliability Statistics ... 66

Tabel 3.6 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Teoritis ... 67

Tabel 4.1 Data Responden ... 71

Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Hasil Uji Normalitas ... 74

Tabel 4.3 Deskripsi Statistik Uji Homogenitas ... 74

Tabel 4.4 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Teoritis ... 75

Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Kompetensi Pedagogik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD ... 77

Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Kompetensi Guru TK pada Indikator Memahami Prinsip Pengembangan Kurikulum ... 79

Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Kompetensi Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum pada Indikator Menentukan Tujuan Pengembangan yang Mendidik ... 81

Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Kompetensi Guru TK pada Indikator Menentukan Kegiatan Bermain Sambil Belajar yang Sesuai untuk Mencapai Tujuan Pengembangan ... 83

Tabel 4.9 Analisis Deskriptif Kompetensi Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum pada Indikator Memilih Materi Kegiatan Pengembangan yang Mendidik ... 84

Tabel 4.10 Analisis Deskriptif Kompetensi Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum pada Indikator Menyusun Perencanaan Semester, Mingguan dan Harian... 86

(13)

xiii

Tabel 4.12 Rekapitulasi Kompetensi Pedagogik Guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD di Kecamatan Margoyoso ... 90 Tabel 4.13 Tabel Deskripsi Hasil Analisis Varian Kompetensi Pedagogik Guru

(14)

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Jumlah Guru TK Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan di Kecamatan Margoyoso ... 7 Grafik 4.1 Gambaran Umum Kompetensi Pedagogik Guru TK dalam

Mengembangkan Kurikulum ... 78 Grafik 4.2 Gambaran spesifik pada indikator memahami prinsip pengembangan

kurikulum ... 80 Grafik 4.3 Gambaran speksifik pada indikator menentukan tujuan pengembangan

yang mendidik ... 82 Grafik 4.4 Gambaran spesifik pada indikator menentukan kegiatan bermain

sambil belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pengembangan ... 83 Grafik 4.5 Gambaran spesifik pada indikator memilih materi kegiatan

pengembangan yang mendidik ... 85 Grafik 4.6 Gambaran spesifik pada indikator Menyusun Perencanaan Semester,

Mingguan dan Harian ... 87 Grafik 4.7 Gambaran spesifik pada indikator mengembangkan indikator dan

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penelitian ... 121

Lampiran 2 Data Responden ... 122

Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 126

Lampiran 4 Data Hasil Uji Coba Instrument ... 139

Lampiran 5 Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 146

Lampiran 6 Blue Print Kuesioner ... 149

Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas ... 153

Lampiran 8 Hasil Uji Homogenitas ... 153

Lampiran 9 Hasil Analisis of Varians ... 154

Lampiran 10 Data Hasil Penelitian Kuesioner ... 156

(16)

1

1.1

Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Pada era globalisasi ini, pendidikan telah menjadi sesuatu yang tidak dapat terpisahkan dari bagian hidup masyarakat dan terus berkembang untuk memajukan manusia. Tanpa pendidikan, masyarakat sederhana tidak dapat melanjutkan kehidupannya karena melalui proses pendidikanlah para anggotanya diikat oleh kesepakatan-kesepakatan dalam adat istiadat yang diturunkan oleh lingkungan masyarakat (Tilaar dan Riant, 2008: 1). Terdapat beberapa tingkatan pendidikan di Indonesia, antara lain: Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai dengan Perguruan Tinggi.

(17)

dalam jenjang pendidikan formal yang diatur pada pasal 14 yang menyebutkan bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan formal adalah pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Meskipun bukan termasuk dalam jalur pendidikan formal, pendidikan anak usia dini memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena pada masa ini adalah saat yang tepat agar anak dapat berkembang secara optimal dan memaksimalkan potensi dalam diri anak. Kemampuan yang diperoleh anak pada usia dini mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pada masa usia dini perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan, yaitu perkembangan suatu tahap akan berpengaruh terhadap perkembangan tahap berikutnya, dan pola kepribadian anak berkembang menjadi relatif tetap.

(18)

PAUD juga berperan dalam membangun akhlak dan budi pekerti yang baik pada diri setiap anak didiknya sejak dini. Sebagai seseorang yang berperan penting dalam proses pendidikan, seorang guru harus memiliki berbagai kompetensi yang dapat menunjang profesinya.

Widadi Saputra (2011: 36) memaparkan kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Terdapat beberapa kompetensi yang wajib dimiliki oleh para pendidik, khususnya guru pada lembaga PAUD. Menurut Peraturan Menteri No 16 tahun 2007, terdapat empat standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Keempat kompetensi tersebut adalah: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Terdapat berbagai komponen di dalam setiap kompetensi-kompetensi pendidik tersebut. Salah satu komponen yang penting untuk dimiliki oleh setiap pendidik PAUD adalah kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang di ampu.

(19)

perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa kurikulum merupakan acuan dari seluruh pembelajaran yang diberikan di sekolah. Kurikulum merupakan poros dari setiap pengembangan kegiatan belajar. Oleh karena itu, pendidik, khususnya guru PAUD, yang berperan penting dalam kegiatan pembelajaran, sudah selayaknya memiliki keterampilan dalam mengembangkan kurikulum, sehingga setiap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah tersebut dapat tercapai.

Peraturan Menteri No. 58 tahun 2009 menjelaskan bahwa standar proses pembelajaran memiliki 2 tahap yaitu perencanaan dan pelaksanaan. Sebelum proses pelaksanaan berlangsung, guru wajib melakukan proses perencanaan. Proses perencanaan ini terbagi menjadi tiga komponen, yaitu (1) pengembangan rencana pembelajaran, (2) menyesuaikan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak, dan (3) pengorganisasian yang meliputi pemilihan metode, alat dan sumber belajar, serta teknik penilaian yang sesuai. Dalam melaksanakan perencanaan tersebut, pendidik memerlukan kompetensi yang sesuai, yaitu kompetensi dalam mengambangkan kurikulum. Kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum merupakan salah satu komponen penting yang terdapat dalam kompetensi pedagogik.

(20)

kompetensi, kompetensi pedagogik memiliki nilai yang cukup besar, yaitu sebesar 23,31 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Rita Mariyana menyimpulkan bahwa kompetensi pedagogik memiliki pengaruh yang cukup besar bagi eksistensi seorang guru. Salah satu unsur penting yang terkandung dalam kompetensi pedagogik tersebut adalah kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.

Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Rina Istiqomah tentang “Profil Kinerja Pendidik Anak Usia Dini dalam Mengelola Pembelajaran di Kelompok Bermain Anak Cerdas Ungaran”. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan

beberapa faktor yang mempengaruhi lambatnya perkembangan penyelenggaran Kelompok Bermain “Anak Cerdas” antara lain kurangnya jumlah pendidik,

kurangnya kreatifitas pendidik dalam menciptakan alat permainan edukatif, serta pengurus masih memerlukan pengetahuan dan pengalaman lebih banyak dibidang penyelenggaran PAUD. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan dan kreatifitas pendidik dalam merencanakan pembelajaran di lembaga PAUD mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan pada anak usia dini.

(21)

banyak guru yang belum memiliki kemampuan maupun keterampilan yang baik dalam mengembangkan kurikulum.

Beberapa fakta di lapangan memperlihatkan bahwa sebagian besar guru Taman Kanak-kanak (TK) masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan kurikulum. Selain itu, tidak sedikit pula pendidik yang masih memiliki motivasi rendah dalam mengembangkan kurikulum. Para guru TK seringkali hanya menjiplak pengembangan kurikulum yang sudah ada tanpa melakukan pengembangan-pengembangan yang lebih inovatif dan kreatif. Padahal kurikulum merupakan landasan dasar dari suatu sekolah untuk melakukan proses pembelajaran.

Fenomena-fenomena di lapangan yang memperlihatkan kenyataan bahwa sebagian besar guru TK di Indonesia belum memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh pemerintah tersebut disebabkan oleh berbagai hal. Hal-hal yang menjadi faktor penyebabnya, antara lain latar belakang pendidikan dari para pendidik yang belum memenuhi standar kualifikasi akademik, kurangnya pelatihan pengembangan kemampuan guru dari dinas setempat yang terkait dalam mengembangkan kemampuan guru, dan kurangnya tunjangan bagi para guru.

(22)

Grafik 1.1 Jumlah Guru TK Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Grafik 1.1 menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan terakhir guru TK di Kecamatan Margoyoso beragam, yaitu mulai dari tingkat SMP, SMA/SMK, D1/D2/D3, dan S1/D4. Berdasarkan data dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa guru TK dengan tamatan SMP sebanyak 1 (0.7 %). Guru TK dengan tamatan SMA/SMK sebanyak 58 orang (40.56 %). Guru TK dengan latar belakang pendidikan D1/D2/D3 sebanyak 31 (21.68 %), dan sebanyak 53 orang (37.06 %) guru TK dengan latar belakang pendidikan S1/D4. Sebagian besar guru TK di Kecamatan Margoyoso telah memiliki latar belakang pendidikan SMA/SMK, D1/D2/D3, dan S1/D4. Data tersebut melihatkan bahwa guru TK yang sudah memenuhi standar kualifikasi akademik berdasarkan Peraturan Menteri No. 16 tahun 2007 adalah 37 %. Fenomena tersebut menjadi salah satu hal yang cukup menarik untuk dibahas, mengingat pentingnya peran guru bagi proses pendidikan anak usia dini.

Hasil observasi juga menunjukan terdapat 5 pengawas Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) yang juga merangkap sebagai pengawas

1

58

31

53

0 10 20 30 40 50 60 70

SMP SMA D1/D2/D3 S1

(23)

Sekolah Dasar (SD). Dari 5 pengawas sekolah tersebut, semua berasal dari guru dan kepala sekolah SD. Sedangkan pada Peraturan Menteri No. 12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah, menyatakan bahwa untuk menjadi pengawas TK/RA adalah guru TK/RA yang bersertifikasi pendidik sebagai guru TK/RA atau kepala sekolah TK/RA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun. Hal ini berarti bahwa pengawas sekolah untuk TK/RA di Kecamatan Margoyoso kabupaten Pati belum memenuhi standar kualifikasi Pengawas TK/RA. Padahal pengawas sekolah memiliki tugas penting untuk membimbing para guru untuk mengatasi berbagai permasalahan di sekolah.

Berdasarkan fakta dan teori yang peneliti dapatkan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kompetensi yang dimiliki oleh para guru TK dalam mengembangkan kurikulum. Hal ini didasari oleh arti pentingnya pengembangan kurikulum bagi proses pendidikan PAUD. Untuk mempermudah proses penelitian dan penarikan kesimpulan pada hasil penelitian, maka peneliti akan melakukan pemetaan terhadap kompetensi yang dimiliki guru TK dalam mengembangkan kurikulum. Selain melakukan pemetaan terhadap kompetensi guru TK dalam mengembangkan kurikulum, peneliti juga tertarik untuk membandingkan kompetensi guru TK dalam mengembangkan kurikulum tersebut berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki.

(24)

membuat penelitian yang berjudul “Pemetaan Kompetensi Pedagogik Guru

Taman Kanak-kanan (TK) dalam Mengembangkan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kecamatan Margoyoso kabupaten Pati”.

1.2

Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah kompetensi pedagogik guru TK dalam mengembangkan kurikulum PAUD?

b. Apakah ada perbedaan kompetensi pedagogik guru TK dalam mengembangkan kurikulum PAUD berdasarkan tingkat pendidikannya (SMA, D1/D2/D3, dan D4/S1)?

1.3

Tujuan Penelitan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui kompetensi pedagogik guru TK dalam mengembangkan kurikulum PAUD.

(25)

1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian tentang Pemetaan Kompetensi guru TK dalam Mengembangkan Kurikulum PAUD di Kecamatan Margoyoso kabupaten Pati diharapkan bermanfaat dalam pengembangan dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya dalam dunia pendidikan anak usia dini. Selanjutnya penelitian ini diharapkan mampu mendorong penelitian yang sejenis tentang kajian kompetensi pendidik PAUD dalam mengembangkan kurikulum, sehingga kajian tentang penelitian semakin meningkat.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat berupa :

a. Bagi guru, memberikan wawasan dan masukan kepada pendidik PAUD pada umumnya dan guru- guru TK di Kecamatan Margoyoso kabupaten Pati pada khususnya dalam meningkatkan kualitas pengembangan kurikulum PAUD sehingga dapat digunakan sebagai pijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan anak usia dini.

(26)

c. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini akan memberi pengalaman dan wawasan dalam memahami fungsi pendidikan bagi anak dan sebagai semangat untuk mengembangkan penelitian berikutnya.

1.5

Penegasan Istilah

Kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang memiliki hubungan dasar klausal dan kriteria referensi efektifitas atau keunggulan dalam pekerjaan atau situasi tertentu (Maisah, 2010: 1) . Kompetensi dapat diartikan juga sebagai semua kemampuan, kecakapan, kebiasaan, keterampilan, yang diperlukan seseorang dalam kehidupannya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 tahun 2009, pendidik anak usia dini adalah profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, pengasuhan dan perlindungan anak didik. Pendidik PAUD pada jalur pendidikan formal terdiri atas guru dan guru pendamping, sedangkan pendidik PAUD pada jalur pendidikan nonformal terdiri atas guru, guru pendamping, dan pengasuh.

(27)

12

2.1

Kompetensi Pedagogik Guru Taman Kanak-kanak

2.1.1 Pengertian Kompetensi

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Pengertian dasar “kompetensi” dalam bahasa Inggris “competence” adalah kecakapan atau kemampuan. Mc Ashan dalam Mulyasa (2003: 38) menyatakan bahwa kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Menurut keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 45 tahun 2002 kompetensi artinya seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu.

(28)

a. Pengetahuan (Knowledge).

Merupakan pengetahuan seseorang untuk melakukan sesuatu. Misalnya, akan dapat proses proses berfikir ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan manakala dia memiliki pengetahuan yang memadai tentang langkah-langkah berfikir ilmiah.

b. Pemahaman (Understanding).

Pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya, siswa hanya mungkin dapat memecahkan masalah ekonomi manakala dia memahami konsep-konsep ekonomi.

c. Keterampilan (Skill).

Keterampilan merupakan sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas yang dibebankan.

d. Nilai (Value).

Nilai yaitu suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga akan mewarnai dalam segala tindakannya. Misalnya, standar perilaku siswa dalam melaksanakan proses berfikir seperti keterbukaan, kejujuran, demokratis, kasih sayang, dan lain sebagainya.

e. Sikap (Attitude).

(29)

f. Minat (Interest).

Minat yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Misalnya, minat untuk mempelajari dan memperdalam materi pelajaran

2.1.2 Kompetensi Pedagogik Guru Taman Kanak-kanak (TK)

Kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perencanaan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki (Peraturan Menteri No. 16 Tahun 2007). Guru yang baik harus memiliki kemampuan yang cerdas dan kreatif dalam berpikir, memahami peserta didik, dan memiliki kepribadian yang baik. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan pribadi dan profesionalisme (Mulyasa, 2009: 26).Hal ini ditegaskan dalam Bab 1 pasal 1 ayat 10 Undang-undang Guru dan Dosen yang menyebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

(30)

4-6 tahun. Dalam diri seorang guru TK melekat hak dan kewajiban yang sama.

Berdasarkan Peraturan Menteri No. 16 Tahun 2007 menyebutkan bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang berlaku secara nasional. Dalam peraturan tersebut menyebutkan setidaknya terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai pendidik, diantaranya:

a. Kompetensi Pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan palaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. RPP tentang Guru dalam Mulyasa (2009) mengemukakan bahwa dalam kompetensi pedagogik sekurang-kurangnya guru memiliki kemampuan antara lain: (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, (3) pengembangan kurikulum/silabus, (4) perencanaan pembelajaran, (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) pemanfaatan teknologi pembelajaran, (7) evaluasi hasil belajar, (8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

b. Kompetensi Kepribadian, yaitu keribadian guru yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. c. Kompetensi Profesional, yaitu kemampuan guru dalam menguasai materi

(31)

menjabarkan secara umum ruang lingkup kompetensi professional guru antara lain:

1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, dan sosiologis.

2) Mengerti dan dapat menerapakan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.

3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya.

4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. 5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media, dan

sumber belajar yang relevan.

6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. 7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

(32)

guru, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan (4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

Guru TK yang dapat berpatisipasi sebagai subjek penelitian adalah guru yang memiliki keempat kompetensi. Selain mempunyai keempat kompetensi yang ditentukan pemerintah, guru TK harus memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai berikut:

a. Memiliki ketrampilan dalam mengasuh dan merawat anak dengan baik. b. Mendapat pelatihan PAUD khususnya untuk anak usia 0-1 tahun, 2-4 tahun,

4-6 tahun

c. Memiliki kepribadian yang pantas sebagai panutan bagi anak, memahami dan menyayangi anak, ramah, sabar, menghargai, berkomunikasi dengan baik, saling berinteraksi, kreatif.

d. Memahami prinsip-prinsip PAUD

e. Memiliki kemampuan mengelola (merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, membuat laporan) kegiatan/proses pembelajaran PAUD. f. Sehat jasmani dan rohani

(33)

2.2

Pengembangan Kurikulum PAUD

2.2.1 Pengertian Kurikulum

Kurikulum dalam bahasa Yunani kuno berasal dari kata Curir yang artinya pelari, dan Currere yang artinya tempat berpacu. Curriculum di artikan jarak yang harus di tempuh oleh pelari. Hal ini dikarenakan penggunaan kata kurikulum semula dipakai dalam bidang olah raga, kemudian berkembang dan di gunakan dalam bidang pendidikan. Webster 1955 dalam Nasution (2008: 2) memberi arti kurikulum yaitu sebagai jumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk memperoleh ijazah atau tingkat. Kemajuan zaman dan IPTEK turut mengembangkan pemikiran para tokoh-tokoh pendidikan mengenai kurikulum yang dapat meliputi hal-hal yang tidak terencana, spontan, fleksibel, namun turut mengubah perilaku dan kemampuan siswa. Sehingga pengertian kurikulum menjadi lebih luas dan tidak hanya sebatas tentang sejumlah mata pelajaran.

(34)

“Kurikulum diinterpretasikan sebagai pengorganisasian kegiatan kursus, aktivitas, dan pengalaman bagi murid dengan pengawasan dari sekolah, baik berada di dalam kelas atau tidak”

Pemaknaan pandangan kurikulum baru tersebut menjadi lebih luas dari pada kurikulum lama, yaitu tidak hanya bertujuan untuk menyampaikan mata pelajaran, namun pembentukan seluruh pribadi siswa dan belajar cara hidup dalam masyarakat. Kurikulum baru mengacu pada permasalahan di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan, minat, dan kebutuhan individu. Kurikulum merupakan suatu program dalam dunia pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Sekolah wajib menyediakan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk memberikan kesempatan belajar.

Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja atau konsep tertulis, tapi juga meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Dari pengertian diatas, kurikulum memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Berdasarkan analisis sifat dari masyarakat dan kebudayaan dengan sekolah sebagai institusi sosial, Oemar Hamalik (2009) menentukan tiga peranan kurikulum, yaitu peranan konservasi, peranan kritis, peranan evaluatif.

(35)

Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah menyalurkan dan menerangkan warisan sosial kepada generasi muda. Dengan demikian sekolah merupakan lembaga sosial yang menjadi wadah pengenalan budaya sehingga mampu mempengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai nilai budaya yang ada berkembang dalam masyarakat.

b. Peranan Kritis

Sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan memilih dan memilah kebudayaan yang ada. Dalam hal ini, kurikulum mengedepankan pemikiran kritis terhadap kebudayaan masa depan. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai dengan masa mendatang akan dihilangkan, serta diadakan modifikasi dan perbaikan.

c. Peranan Evaluatif

Kurikulum berperan dalam menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan masa depan, yaitu kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berfikir, kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi masyarakat.

2.2.2 Pengembangan Kurikulum

(36)

aspek ilmu pengetahuan dan teknologi yang perlu diimbangi dengan perkembangan pendidikan. Dalam pengembangan kurikulum harus didasarkan pada faktor-faktor yang konstan. Faktor-faktor konstan yang dimaksud adalah dalam pengembangan kurikulum harus didasarkan pada tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar, dan evaluasi yang tergambar dalam proses pengembangan tersebut.

Menurut Jo Ann Brewer (2007: 106) dalam mengembangkan kurikulum hal pertama yang harus diperhatikan oleh guru adalah tujuan dari kurikulum itu sendiri. Dalam penentuan tujuan guru menganalisis cara untuk mencapai tujuan tersebut, misalnya dengan mendatangkan seseorang ke kelas, melakukan demonstrasi dan pengalaman, melibatkan anak dalam aktivitas langsung, penyelesaian masalah, membaca dengan keras, melakukan pekerjaan tangan dan lainnya. Kemudian guru menentukan materi kegiatan dan kemampuan apa yang akan ditingkatkan dari kegiatan tersebut dan memilih kegiatan yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. Pemilihan materi harus menarik perhatian anak dan mendorong anak untuk melakukan aktifitas tersebut. Jika anak-anak mulai merasa jenuh dengan kegiatan yang diberikan, maka guru harus memberikan kegiatan yang berbeda tapi masih dalam satu materi yang sama. Brewer (2007:107) mengatakan

“Although the sequence of designing curriculum has been presented as a

linear process, in reality it is usually more recursive. Theacher plan content

and activities, adapt them for individual children, select other activities,

(37)

Dengan arti meskipun dalam rangkaian desain kurikulum memperlihatkan proses yang tetap, namun dalam kenyataannya merupakan proses yang berulang. Guru merencanakan materi dan aktifitas, memilih aktifitas yang lain, evaluasi, dan merencanakan lagi. Hal ini berarti bahwa dalam pengembangkan kurikulum terus berkelanjutan untuk menciptakan pengalaman belajar yang baru lagi untuk meningkatkan kemampuan anak. Dalam mengembangkan kurikulum diperlukan proses pengembangan yang tepat dan memiliki tingkat relevansi dengan perkembangan IPTEK yang kuat. Untuk membantu lembaga dalam pengembangan tersebut diperlukan suatu model pengembangan kurikulum yang sesuai. Model pengembangan ini merupakan ulasan teoritis suatu proses kurikulum secara total atau hanya sebagian. Abdullah Idi (2011:177) mengungkapkan ada beberapa model pengembangan kurikulum, antara lain: a. Ralph Tyler

Tyler menanamkan perlunya hal yang lebih rasional, sistematik, menganalisis, menginterpretasikan kurikulum dan program pengajaran dari suatu lembaga pendidikan.

Menurut Tyler untuk mengembangkan suatu kurikulum harus menempatkan empat pertanyaan berikut:

1) Apa yang seharusnya dicari oleh lembaga untuk mencapai tujuan pendidikan? (Tujuan)

(38)

3) Bagaimanakah cara mengatur pengalaman pendidikan secara efektif? (Mengatur Pengalaman Pembelaran)

4) Bagaimanakah kita menentukan tujuan-tujuan tersebut menjadi suatu pencapaian. (Penilaian dan Evaluasi).

b. Hilda Taba

Hilda Taba memodifikasi model dasar Tyler menjadi lebih representatif terhadap pengembangan kurikulum di berbagai sekolah. Taba menganjurkan untuk menggunakan pertimbangan ganda terhadap isi dan individu pelajar, serta penyusunann kurikulum bersumber dari elemen-elemen dasar. Langkah-langkah dalam proses pengembangan kurikulum menurut Taba yaitu:

1) Diagnosis kebutuhan 2) Formulasi pokok 3) Seleksi isi 4) Organisasi

5) Seleksi pengalaman belajar

6) Penentu evaluasi dan cara untuk melakukannya. c. D.K Wheeler

Pendekatan yang digunakan D.K Wheeler dalam pengembangan kurikulum memiliki bentuk rasional. Setiap langkahnya merupakan pengembangan secara logis terhadap model sebelumnya. Wheeler mengembangkan lebih lanjut tentang langkah-langkah yang dilakukan oleh Tyler dan Taba. Langkah-langkah hasil pengembangan Wheeler yaitu:

(39)

2) Seleksi pengalaman belajar untuk membantu mencapai maksud, tujuan, dan sasaran.

3) Seleksi isi melalui tipe-tipe tertentu dari pengalaman yang mungkin ditawarkan.

4) Organisasi dan integrasi pengelaman belajar dan isi yang berkenaan dengan proses belajar mengajar.

5) Evaluasi setiap fase dan masalah tujuan-tujuan. d. Audery dan Howard Nicholls

Audery dan Howard Nicholls mendefinisikan kembali metode Tyler, Taba, dan Wheeler dengan menekankan pada kurikulum proses yang bersiklus dan berbentuk lingkaran, dan ini dilakukan untuk langkah awal, yaitu analisis situasi. Kedua penulis tersebut mengungkapkan ada lima langkah yang perlu dilakukan dalam proses pengembangan secara berkesinambungan, yaitu: 1) Situational analysis (analisis situasi)

2) Selection of objectives (seleksi tujuan)

3) Selection of organization of Content (seleksi dan organisasi isi) 4) Selection of organization of methods (seleksi dan organisasi mode) 5) Evaluation (evaluasi)

(40)

e. Deckler Walker

Deckler Walker menganalisis laporan proyek kurikulum seperti CHEM studi, BSCS dan SMSG, serta partisipasi pribadinya dalam proyek kurikulum bidang kesenian. Model pengembangan kurikulum yang dihasilkan oleh Walker terdiri dari tiga langkah, yaitu:

1) Pertama Walker berargumen bahwa pernyataan platform diorganisasikan oleh para pengembang kurikulum dan pernyataan tersebut berisi ide, preferensi atau pilihan, pendapat, keyakinan, dan nilai-nilai yang dimiliki kurikulum.

2) Kedua dalam pengembang kurikulum tidak memulai tugas dari keadaan kosong. Ide-ide, nilai-nilai, konsepsi, dan hal lain yang pengembang kurikulum gunakan untuk proses pengembangan kurikulum mengindikasikan adanya kesukaan dan perlakuan sebagai dasar mengembangkan kurikulum.

3) Ketiga pengembang kurikulum membuat keputusan tentang berbagai komponen proses atau elemen-elemen. Keputusan ini dicapai dari diskusi mendalam dan dirundingkan oleh individu lain. Keputusan ini kemudian dijadikan basis data untuk dokumen kurikulum atau materi kurikulum yang telah spesifik

f. Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)

(41)

mencakup bahan, kegiatan belajar, dan sumber-sumber yang sangat luas. Sumber unit digunakan sebagai sumber untuk satuan pelajaran yang aktual yang dipelajari oleh anak di kelas.

Selain mengacu model pengembangan kurikulum di atas, proses pengembangan kurikulum juga sangat berkaitan erat dengan manajemen kurikulum. Manajemen kurikulum merupakan keseluruhan proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan sungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Sutomo, 2009:41).

Hamalik (2009: 171) menerangkan dalam mengembangkan kurikulum, langkah awal yang sangat penting untuk diakukan adalah kegiatan perencanaan kurikulum. Perencanaan kurikulum adalah suatu proses ketika peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi mengajar-belajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut (Hamalik, 2009: 171). Perencanaan kurikulum secara umum disusun berdasarkan beberapa prinsip, yaitu berkenaan dari pengalaman para siswa, berdasarkan keputusan tentang konten dan proses, mengandung keputusan tentang berbagai isu dan topik, dalam pembuatannya melibatkan banyak kelompok, dilaksanakan pada berbagai tingkatan, dan merupakan suatu proses yang berkelanjutan.

(42)
(43)

Langkah

kesatu

Merumuskan tujuan

umum (goals) dan

tujuan khusus

Berdasarkan

kebutuhan sosial,

emosional, dan

Pengembangan

kurikulum Di mana Bagaimana

Apa

Menilai prerekuisit

keterampilan,

pengetahuan dan

Pengembangan

kurikulum Langkah

kedua

Penilaian awal siswa

terhadap tujuan

Belajar dan mengajar,

pusat belajar modular,

pengajaran berdasarkan

pengalaman, pengajaran

berdasarkan inkuiri, Pelaksanaan urutan

pembelajaraan

Prinsip-prinsip

belajar, analisis

tugas, manajemen

kelas, dan alternatif Langkah

ketiga

Menilai tingkat

performans terkait

dengan tujuan dan

[image:43.595.79.552.106.707.2]

Evaluasi Menilai pengajaran Produk siswa Tingkah laku siswa Langkah keempat

(44)

2.2.3 Kurikulum PAUD

Kurikulum PAUD adalah suatu program pendidikan yang ditujukan kepada anak usia dini yang disesuaikan dengan tumbuh kembang dan karakteristik anak. Selama ini yang menjadi rujukan kurrikulum TK/RA dan KB/TPA sebagian besar mengacu pada kurrikulum 2004 Standar Kompetensi TK/RA, Menu Pembelajaran Generik, Pedoman Pengembangan Silabus untuk TK/RA, Pedoman Pembelajaran untuk TK/RA, Pedoman Penilaian, dan Peraturan Menteri No. 58 tahun 2009. Ruang lingkup Kurikulum TK, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini meliputi aspek perkembangan berikut dan pengembangannya: a. Bidang pengembangan: Bidang Pengembangan Pembiasaan dan Bidang

Pengembangan Kemampuan dasar (berbahasa, kognitif, dan fisik/motorik) b. Muatan lokal: berisi tentang jenis, Strategi Pemilihan dan pelaksanaan

Mulok yang diselenggarakan oleh sekolah. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah.

(45)

d. Pengaturan beban belajar: berisi tentang jumlah beban belajar pada tiap bidang pengembangan, mingguan, semesteran, dan per tahun pelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Sekolah dapat mengatur alokasi waktu untuk setiap bidang pengembangan pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun pelajaran sesuai dengan Kebutuhan, tetapi jumlah Beban belajar per tahun secara keseluruhan tetap.

e. Pengelompokan anak didik. Kriteria pengelompokan disesuaikan dengan usia perkembangan anak didik, yaitu usia 4-5 tahun masuk dalam kelompok A, usia 5-6 tahun masuk dalam kelompok B.

f. Perpindahan kelompok. Perpindahan kelompok dilaksanakan pada setiap akhir tahun pembelajaran dan apabila anak sudah cukup umur (kelompok A ke kelompok B, kelompok B ke Sekolah Dasar)

g. Pendidikan kecakapan hidup, yaitu kompetensi yang berisi pendidikan kecakapan hidup yang diintegrasikan ke bidang pengembangan yang ada, seperti mandi sendiri, makan sendiri, gosok gigi sendiri, BAB sendiri, dan memakai pakaian sendiri.

h. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global, yaitu kompetensi yang merupakan keunggulan lokal dan daya saing global yang mana materi yang disediakan tidak bisa masuk ke bidang pengembangan yang ada. Misal bahasa Inggris, bahasa Arab, dan komputer.

(46)

tujuan lembaga. Berikut ini penulis paparkan secara lebih rinci tentang jenis kurikulum yang sering digunakan di lembaga PAUD:

a. Kurikulum nasional

Kurikulum nasional merupakan kurikulum yang disusun berdasarkan kajian dan konvensi yang dilakukan pemerintah melalui pusat kurikulum dan departemen pendidikan nasional bersama kalangan praktisi, asosiasi profesi (khususnya ikatan guru PAUD), dan kalangan akademisi yang membidangi kajiana anak usia dini, serta hasil kajian (kurikulum) diberlakukan secara massal untuk dijadikan acuan atau panduan dalam penyelenggaraan dan pembinaan tingkat daerah maupun nasional.

b. Program kegiatan belajar (PKB) TK 1994 (Kurikulum 1994)

1) Landasan, program dan rambu-rambu pengembangan (landasan, isi program, prinsip, rambu-rambu pengembangan)

2) Garis-garis besar program kegiatan belajar (GPPKB) TK merupakan penjabaran dari program: pengembangan bahasa, daya pikir, keterampilan, jasmani dan perilaku

3) Agar lebih bermakna KBM dilakukan melalui pembahasan “Tema”.

4) Tujuan tema: menyatukan isi program dalam satu kesatuan yang lebih berarti, memperkaya perbendaharaan kata anak, menambah pengetahuan anak tehadap hal-hal tertentu.

(47)

masing-masing caturwulan, waktu untuk masing-masing tema yang dipindah, pemindahan kemampuan yang diharapkan dicapai dari tema. 6) Pedoman kegiatan belajar mengajar (dalam penyusunan SKH dan SKM)

yang terdiri dari (a) pembukaan: do’a dan salam, Tanya jawab, pengorganisasian kelas secara klasikal, (b) kegiatan inti: mengaktifkan perhatian kemampuan dan sosio emosional anak melalui bermain, (c) istirahat/makan: bermain bebasa, (d) kegiatan penutup: diisi dengan kegiatan yang menenangkan anak (membaca cerita, tanya jawab, dll) 7) Pedoman evaluasi (tujuan, prinsip dan prosedur evaluasi)

8) Pedoman administrasi (bidang, proses, dan bentuk kegiatan serta pelaporan)

9) Pedoman bimbingan (tujuan, fungsi, prinsip dan bentuk pelayanan bimbingan)

10)Pedoman sarana (petunjuk tentang jenis dan penataan sarana dan prasarana)

c. KBK 2004

1) Kurikulum dan hasil belajar (perencanaan, pengembangan kompetensi, hasil belajar dan indikator).

2) Penilaian berbasis kelas (berkelanjutan, konsisten, dan akurat)

3) KBM (gagasan pengelolaan pembelajaran agar bermakna dan menyenangkan)

(48)

d. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006

1) Tujuan pendidikan disesuaikan dengan jenjang satuan pendidikan (Visi, Misi dan Tujuan Sekolah)

2) Program tahunan dan Program semester merupakan program pembelajaran yang berisi jaringan tema, bidang pngembangan, tingkat pencapaian perkembangan, capaian perkembangan dan indikator yang disusun secara urut dan sistimatis dan alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema dan sebarannya kedalam semester 1 dan semester 2.

3) Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam 1 minggu sesuai keluasan pembahasan tema dan sub tema. RKM dapat disusun sesuai dengan model pembelajaran yang dipakai: model kelompok dengan sudut pengaman, model sudut, model area dan model BCCT (sentra).

4) Rencana Kerja Harian (RKH) merupakan penjabaran dari RKM . RKH memuat kegiatan pembelajaran dalam 1 hari. RKH terdiri dari kegiatan pembukaan (awal), Kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan akhir (penutup). e. Kurikulum nasional plus atau kurikulum integrasi

(49)

f. Kurikulum mandiri atau kurikulum berciri khas

Kurikulum mandiri merupakan kurikulum yang dibuat dan dikembangkan oleh penyelenggaran PAUD sendiri terlepas dari panduan yang disusun pemerintah. Kurikulum yang dipergunakan ada yang murni dikembangkan berdasarkan visi, misi, dan tujuan pendidikan dari lembaga penyelenggara dan ada juga yang mengacu atau membeli dari lembaga-lembaga penyelenggara PAUD negara maju.

Di dalam mengembangkan kurikulum PAUD, terdapat berbagai komponen yang perlu diperhatikan. Beberapa komponen tersebut dalam kerangka dasar kurikulum PAUD Depdiknas (2007) antara lain:

a. Anak

Sasaran layanan pendidikan Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Pengelompokan anak didasarkan pada usia sebagai berikut: (1) Kelompok Bermain usia 3-4 tahun, (2) TK-A usia 4-5 tahun, dan (3) TK-B usia 5-6 tahun.

b. Guru

(50)

c. Pembelajaran

Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh guru dengan menyiapkan materi, dan proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok usia. Materi usia 0-3 tahun, dan usia 3 sampai 6 tahun. Berikut ini adalah paparan materi sesuai dengan kelompok usianya:

1) Materi Usia lahir sampai 3 tahun meliputi:

a) Pengenalan diri sendiri (Perkembangan konsep diri) b) Pengenalan perasaan (Perkembangan emosi)

c) Pengenalan tentang Orang lain (Perkembangan Sosial) d) Pengenalan berbagai gerak (perkembangan Fisik) e) Mengembangkan komunikasi (Perkembangan bahasa) f) Ketrampilan berfikir (Perkembangan kognitif)

2) Materi untuk anak usia 3-6 tahun meliputi :

a) Keaksaraan mencakup peningkatan kosa kata dan bahasa, kesadaran phonologi, wawasan pengetahuan, percakapan, memahami buku-buku, dan teks lainnya.

b) Konsep Matematika mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan, geometri dan kesadaran ruang, pengukuran, pengumpulan data, pengorganisasian, dan mempresentasikannya.

c) Pengetahuan Alam lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan, bumi dan lingkungan.

(51)

Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup manusia, dan hubungannya antara tempat yang satu dengan yang lain, juga hubungannya dengan orang banyak. Anak-anak mempelajari tentang dunia dan pemetaannya, misalnya dalam rumah ada ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang belajar, di luar rumah ada taman, garasi, dll. Setiap rumah memiliki tetangga dalam jarak dekat atau jauh.

e) Seni mencakup menari, musik, bermain peran, menggambar dan melukis. Menari merupakan mengekspresikan ide ke dalam gerakan tubuh dengan mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan. Musik adalah mengkombinasikan instrumen untuk menciptakan melodi dan suara yang menyenagkan. Drama adalah mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog, atau keduanya. Seni juga mencakup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, modeling, membentuk dengan tanah liat atau materi lain, menyusun bangunan, membuat boneka, mencap dengan stempel, dll.

f) Teknologi mencakup alat-alat dan penggunaan operasi dasar. Kesadaran Teknologi. Komponen ini membahas tentang alat-alat teknologi yang digunakan anak-anak di rumah, di sekolah, dan pekerjaan keluarga. Anak-anak dapat mengenal nama-nama alat dan mesin yang digunakan oleh manusia sehari-hari.

(52)

informasi yang mewakili. Proses pembelajaran anak usia dini dilakukan melalui sentra atau area main. Sentra atau area tersebut bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi dari masing-masing satuan Pendidikan. d. Penilaian (Assesmen)

Assesmen adalah proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar dan perkembangan anak. Assesmen dilakukan melalui : observasi, konfrensi dengan para guru, survei, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak, dan unjuk kerja. Keseluruhan penilaian /assesmen dapat di buat dalam bentuk portofolio.

e. Pengelolaan Pembelajaran

Pengelolaan Pembelajaran meliputi keterlibatan anak dan layanan program. Layanan program merupakan waktu yang disediakan lembaga untuk mengadakan kegiatan pembelajaran di sekolah.

f. Melibatkan Peranserta masyarakat

Pelaksanaan pendidikan anak usia dini hendaknya dapat melibatkan seluruh komponen masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dapat dilakukan oleh swasta dan pemerintah, yayasan maupun perorangan.

2.2.4 Pengembangan Kurikulum PAUD

(53)

Bredekamp dan Rosegrant dalam Suyanto (2003: 155), menyarankan agar pengembangan kurikulum untuk PAUD mengikut pola sebagai berikut:

a. Berdasarkan keilmuan PAUD

Kurikulum PAUD didasarkan atas ilmu terkini dari PAUD dan hasil-hasil tentang belajar dan pembelajaran.

b. Mengembangkan anak secara menyeluruh

Tujuan kurikuler hendaknya ditujukan untuk mengembangkan anak secara menyeluruh (the whole child), meliputi aspek fisik-motorik, sosial, moral, emosional, dan kognitif.

c. Relevan, menarik, dan menantang

Isi kurikulum hendaknya relevan, menarik, dan menantang anak untuk melakukan eksplorasi, memecahkan masalah, mencoba, dan berpikir.

d. Mempertimbangkan kebutuhan anak

Perencanaan kurikulum hendaknya mempertimbangkan kebutuhan anak, perkembangan anak, kebutuhan masyarakat, dan ideologi bangsa secara nasional.

e. Mengembangkan kecerdasan

Kurikulum hendaknya mengembangkan kemampuan anak dalam berpikir, menalar, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah.

f. Menyenangkan

(54)

g. Fleksibel

Kurikulum bersifat fleksibel, baik tentang isi maupun waktu agar dapat disesuaikan dengan perkembangan, minat, dan kebutuhan setiap anak

h. Unified dan intergrated

Kurikulum untuk TK bersifat Unified dan intergrated artinya tidak mengajarkan bidang studi sendiri-sendiri atau secara terpisah, tetapi secara terpadu dan terintegrasi melalui tematik unit.

Pada tiap jenjang sekolah tentu memiliki cara yang berbeda dalam mengembangkan kurikulum. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan karakteristik dan tugas perkembangan peserta didik yang harus dicapai. Dalam pengembangan kurikulum ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan. Menurut Suyadi (2011: 97) berdasarkan pengembangan teori dari tokoh-tokoh pendidikan, sedikitnya ada tiga pendekatan kurikulum yang dapat dilakukan di PAUD, antara lain:

a. Pendekatan pematangan

Pendekatan pertama dilakukan dengan model proses pematangan (maturational models). Pendekatan ini didasarkan pada teori yang dikembangkan oleh Gessel, Freud dan Erikson. Pandangan ini anak memiliki pola tingkah laku (tugas-tugas perkembangan). Perubahan perilaku terjadi akibat kematangan psikologis dan pengaruh lingkungan.

b. Pendekatan tingkah laku lingkungan

(55)

tersebut, anak-anak dilahirkan dengan suatu batu tulis kosong (blank slate), tingkah laku anak yang pasif dibentuk oleh kondisi lingkungan. Perubahan tingkah laku terjadi sebagai hasil dari penguatan peristiwa yang terencana dan yang tidak terencana.

c. Pendekatan model interaksi

Pendekatan ketiga dilakukan dengan menggunakan model interaksi yang didasarkan pada teori Piaget dan Vygotsky. Model ini beranggapan bahwa perkembangan anak merupakan hasil perpaduan antara heriditas dan pengaruh lingkungan. Perkembangan akan terjadi pada seseorang ketika orang melakukan pengorganisasian diri yang dicapai pada tahap optimal oleh peristiwa yang dieksperientasikan.

2.3

Kompetensi Pengembangan Kurikulum PAUD

Pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan pengembangan komponen-komponen yang membentuk sitem kurikulum itu sendiri, yaitu tujuan, isi, organisasi kurikulum, dan evaluasi. Komponen kurikulum tersebut harus dikembangkan sehingga tercapai tujuan sekolah secara keseluruhan dan tujuan pada setiap bidang studi. Dalam hal ini, komponen kurikulum menjadi acuan dasar dalam aspek pengembangan kurikulum.

(56)

a. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan (goals dan general objective) yang jelas. Jadi hal pertama yang harus di lakukan oleh guru dalam

mengembangkan kurikulum adalah menentukan tujuan.

b. Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah, merupakan bagian dari kurikulum yang direncanakan selaras dengan prosedur pengembangan kurikulum.

c. Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses belajar yang baik, kerena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa.

d. Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong diversitas diantara pelajar.

e. Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar-mengajar, seerti tujuan, konten, aktivitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yang menjulang.

f. Rencana kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa pengguna.

g. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk memungkinkan terjadinya perencanaan guru-siswa.

h. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas yang memungkinkan masuknya ide-ide spontan selama terjadinya interaksi antara guru dan siswa dalam situasi belajar yang khusus.

(57)

Lembaga PAUD merupakan lembaga pendidikan tingkat paling dasar, sehingga secara tidak otomatis berfungsi sebagai peletak berbagai kemampuan dan potensi dasar pada anak. Oleh sebab itu, seorang guru TK dalam berbagai perencanaan pembelajaran bagi anak harus mengerti tentang karakteristik peserta didik. Pada Peraturan Menteri No. 16 tahun 2007 merangkum kemampuan yang perlu dimiliki seorang pendidik PAUD dalam mengembangkan kurikulum antara lain:

1. Memahami prinsip pengembangan kurikulum.

(58)

mengembangkan lebih lanjut kurikulum yang sudah berjalan setelah ada pelaksanaan dan sudah diketahui hasilnya.

2. Menentukan tujuan pengembangan yang mendidik.

Tujuan dalam sebuah komponen kurikulum merupakan dasar untuk menentukan sasaran yang ingin dicapai. Hasil yang diinginkan inilah yang akan memberikan arah dan fokus untuk program pendidikan. Hamalik (2008: 122) merumuskan beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan patokan dalam menentukan tujuan kurikulum, yaitu (1) tujuan pendidikan nasional, (2) kesesuaian antara tujuan kurikulum dengan tujuan lembaga pendidikan, (3) kesesuaian tujuan kurikulum dengan kebutuhan masyarakat atau lapangan kerja, (4) kesesuaian tujuan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, dan (5) kesesuaian tujuan dengan sistem nilai dan aspirasi yang berlaku dalam masyarakat.

3. Menentukan kegiatan bermain sambil belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pengembangan.

Bermain merupakan faktor penting dalam kegiatan pembelajaran, di mana esensi bermain harus menjadi jiwa dari setiap kegiatan pembelajaran anak usia dini (Suyanto, 2003: 130). Esensi dari bermain antara lain meliputi perasaan merdeka, menyenangkan gembira, bebas memilih, dan merangsang anak terlibat.

(59)

Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Jenis bidang studi ditentukan atas dasar tujuan institusional sekolah yang bersangkutan. Isi kurikulum tidak hanya meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut, tetapi juga berisikan pengalaman-pengalaman yang akan diberikan kepada anak.

5. Menyusun perencanaan tahunan, semester, mingguan dan harian dalam berbagai kegiatan pengembangan di TK/PAUD.

Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam 1 minggu sesuai keluasan pembahasan tema dan sub tema. Rencana Kerja Harian (RKH) merupakan penjabaran dari RKM. RKH memuat kegiatan pembelajaran dalam 1 hari. RKH terdiri dari kegiatan pembukaan (awal), Kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan akhir (penutup).

6. Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.

(60)

evaluasi konteks, evaluasi dokumen, evaluasi proses, dan evaluasi produk atau hasil. Guru biasanya mengevaluasi bahan ajar yang digunakan dan hasil yang dicapai anak didik. Hasil yang dimiliki anak didik inilah yang akan dijadikan barometer atas keberhasilan proses pengajaran pada suatu sekolah (Idi, 2011: 60).

2.4

Tingkat Pendidikan

Menurut Buchori dalam Ismanto (2007), yang dimaksud dengan tingkat pendidikan adalah tingkatan pendidikan yang diperoleh secara formal yang dibuktikan dengan ijazah formal, ijazah adalah tanda pengakuan bahwa seseorang telah menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu. Dengan demikian ijazah dapat digunakan untuk menunjukkan kemampuan seseorang. Menurut Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 14, menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Serta pasal 19 ayat 1 menyebutkan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.

(61)

dan doktor yang dimaksud di sini masing-masing sama artinya dengan Sarjana Strata Satu (S1), S2, dan S3.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007, menyatakan bahwa guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Tingkat pendidikan guru TK di Kecamatan Margoyoso adalah guru dengan pendidikan terakhir SMA/SMK sebanyak 58 orang, guru dengan pendidikan terakhir D1/D2/D3 sebanyak 31 orang, dan sebanyak 53 orang guru dengan pendidikan terakhir S1/D4. Data diatas melihatkan bahwa guru TK yang sudah memenuhi standar kualifikasi akademik berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 adalah 53 orang (37 %).

2.5

Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang kedua dilakukan oleh Rina Istiqomah (2009) yang meneliti tentang “Profil Kinerja Pendidik Anak Usia Dini dalam Mengelola

(62)

banyak dibidang penyelenggaran PAUD. Hal ini menunjukan bahwa kesuksesan tercapainya tujuan pendidikan pada anak usia dini terletak pada kemampuan dan kreatifitas pendidik dalam merencanaakan pembelajaran di sekolah.

Pada jurnal yang berjudul “Teacher’s Competencies” yang ditulis oleh

(63)

diharapkan memiliki kompetensi tersebut untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan sekolah.

Pada jurnal yang ditulis oleh Ho Choi Wa Dora yang berjudul “On Curriculum Change: the Developing Role of Preschool Heads in Hong Kong” (2005), bertujuan untuk menguji signifikansi, kesulitan, dan isu-isu dalam proses mengubah inovasi kurikulum, serta peran kepemimpinan kepala sekolah baik di sekolah formal dan informal dalam memfasilitasi proses pembelajaran prasekolah di Hong Kong. Ho Choi Wa Dora mengungkapkan hubungan penting antara kepemimpinan dan inovasi kurikuler. Dikatakan bahwa mengembangkan peran kepemimpinan dalam menciptakan struktur untuk partisipasi kolaboratif dan mempromosikan budaya sekolah, merupakan hal yang fundamental dalam konteks pendidikan yang cepat berubah. Dari perspektif yang lebih luas, pembangunan berkelanjutan bidang prasekolah seharusnya tidak dan tidak bisa sepenuhnya bergantung pada upaya masing-masing sekolah. Penyelarasan strategis dukungan eksternal dari lembaga pusat dan kemitraan dengan lembaga pendidikan tinggi merupakan faktor penting yang berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sekolah.

(64)

pelatihan guru. Hongzhuan Song juga menyimpulkan bahwa kurikulum disiplin saat ini bekerja di pendidikan guru Cina harus bergeser ke kurikulum trans-disiplin untuk menghasilkan lulusan yang berorientasi pada masa depan dan disiapkan lulusan negara yang siap dalam usahanya untuk memainkan peran penting di panggung internasional. Hal ini menunjukan kepedulian yang kuat dari pemerintahan Cina terhadap kompetensi pendidik PAUD. Kompetensi guru merupakan pilar dari kesuksesan tujuan lembaga. Semakin baik kompetensi yang dimiliki guru, makan semakin baik pula pengelolaan dan kualitas lembaga.

2.6

Kerangka Berpikir

(65)

Guru dapat memilih materi

kegiatan pengembangan

yang mendidik yaitu

kegiatan bermain sambil Guru dapat menentukan

kegiatan bermain sambil

belajar yang sesuai untuk

mencapai tujuan

pengembangan.

Guru memahami

prinsip-prinsip

pengembangan

kurikulum

Guru mampu

mengembangkan

indikator dan

instrumen penilaian Guru mampu memilih

materi kegiatan

pengembangan yang

mendidik yaitu kegiatan

bermain sambil belajar

Guru mampu menyusun

perencanaan semester,

mingguan dan harian dalam

berbagai kegiatan

[image:65.595.83.547.124.716.2]

pengembangan di

Gambar 2.2 Kerangka berpikir

Kompetensi

Pendidik TK dalam

Mengembangkan

(66)

2.7

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Fathoni, 2006: 20). Sugiyono (20010: 96) juga mengungjapkan bahwa hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dari data. Berdasarkan dari kerangka berpikir dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Kompetensi pedagogik guru TK dalam mengembangkan kurikulum PAUD di Kecamatan Margoyoso kabupaten pati masih kurang.

(67)

52

3.1

Desain Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Metode kuantitatif adalah metode yang menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan mempunyai tata cara, pengambilan keputusan, interprestasi dan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analisis statistik (Sugiyono, 2009: 7). Metodologi penelitian kuantitatif bisa bersifat eksploratif, deskriptif atau eksplanatif. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri (Sugiyono, 2010: 56), baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Metode deskriptif digunakan untuk mengkaji sesuatu seperti apa adanya dan mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Metode statistik deskriptif berkenaan dengan bagaimana cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data sehingga mudah dipahami.

3.2

Lokasi Penelitian

(68)

Taman Kanak-kanak baik formal/informal yang berada di Kecamatan Margoyoso kabupaten Pati.

Gambar

Grafik 1.1 Jumlah Guru TK Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Grafik 1.1 menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan terakhir guru
Gambar 2.1 Proses pengembangan kurikulum
Gambar 2.2 Kerangka berpikir
Tabel 3.1 Data lembaga TK pada bulan Oktober tahun 2013 di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Tingkat pemahaman kompetensi pedagogik guru di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.2) Pelaksanaan kompetensi pedagogik guru dalam

Kompetensi pedagogik memiliki 8 indikator yang harus dipahami oleh seorang guru, yaitu pemahaman wawasan dan landasan kependidikan dengan memahami wawasan dan

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru yakni diantaranya rendahnya tingkat kompetensi pedagogik mereka. Penguasaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru SD se Kecamatan Kretek yang mencakup: (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan oleh guru,

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui angket dan observasi, dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru Taman Kanak-kanak di Kecamatan

Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, sekurang-kurangnya memiliki

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui angket dan observasi, dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru Taman Kanak-kanak di Kecamatan

Rancangan Penelitian Variabel Bebas X Kompetensi Pedagogik guru Indikator Unsur-unsur kompetensi pedagogik guru: - Pemahaman terhadap peserta didik - Perencanaan pembelajaran -