PENGARUH KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN PISANG
RAJA BULU (
Musa
sp. AAB group) DI BOGOR,
JAWA BARAT
Oleh
MOHAMMAD ADI PUTRO A34304027
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
JAWA BARAT
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
MOHAMMAD ADI PUTRO A34304027
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
MOHAMMAD ADI PUTRO. Pengaruh Kalium Terhadap Pertumbuhan Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB group) di Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh SOBIR dan EDI SANTOSA.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk KCl
terhadap pertumbuhan pisang Raja Bulu yang dilaksanakan di kebun pisang di
Kampung Ciherang Kaum, Desa Ciherang, Kecamatan Darmaga, Bogor, Jawa
Barat pada bulan Desember 2007 – Juni 2008.
Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak satu faktor,
yaitu dosis pupuk KCl yang terdiri dari 0 g/tanaman, 100 dan 225 g/tanaman, 200
dan 450 g/tanaman, 300 dan 675 g/tanaman, serta 400 dan 900 g/tanaman.
Percobaan ini diulang sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 15 satuan percobaan.
Pisang Raja Bulu yang digunakan berasal dari anakan bonggol berumur
tiga bulan. Pemupukan dilakukan saat 2 Bulan Setelah Tanam (2 BST) dan 5
BST. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pupuk di sekeliling tanaman
dan kemudian ditimbun dengan tanah.
Perlakuan dosis pupuk KCl yang diberikan tidak berpengaruh terhadap
tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan tanaman pisang Raja Bulu.
Perlakuan dosis pupuk KCl juga tidak berpengaruh terhadap lingkar batang
tanaman pisang Raja Bulu, kecuali pada 35 dan 37 MST. Pada 35 dan 37 MST,
tanaman pisang Raja Bulu dengan perlakuan dosis pupuk KCl 200 dan 450
g/tanaman secara signifikan memiliki lingkar batang yang lebih besar
dibandingkan perlakuan lainnya.
Hasil analisis kimia pada daun pisang Raja Bulu menunjukkan bahwa
perlakuan dosis pupuk KCl hingga 400 dan 900 g/tanaman menghasilkan
kandungan kalium pada daun pisang yang masih berada di bawah batas
kecukupan. Hal ini mengindikasikan bahwa kalium yang diberikan belum
memenuhi kebutuhan kalium tanaman pisang Raja Bulu.
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan dosis KCl sampai
dengan 400 dan 900 g/tanaman tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pisang
MOHAMMAD ADI PUTRO. Influence of Potassium on Growth of Raja Bulu Banana (Musa sp. AAB group) in Bogor, West Java. Supervised by SOBIR and EDI SANTOSA.
This experiment was conducted to assess the effect of potassium chloride
fertilizer doses differences on growth of Raja Bulu banana in Kampung Ciherang
Kaum, Ciherang Village, Kecamatan Darmaga, Bogor, West Java since December
2007 until June 2008.
This experiment based on Fully Randomized Group Design with one
factor, potassium chloride doses, which consist of 0 g/plant, 100 and 225 g/plant,
200 and 450 g/plant, 300 and 675 g/plant, and 400 dan 900 g/plant. Each
treatment were repeated three times.
The Raja Bulu banana used in this research were planted from three
months old suckers. The fertilizer was applied twice, at 2 Months After Planting
(MAP) and 5 MAP. The fertilizer was spread around banana plant and then piled
with soil.
Potassium chloride doses applied did not affect the height, leaf number and
sucker number of Raja Bulu banana. They also did not affect the plant girth of
Raja Bulu banana, except at 35 and 37 Weeks After Planting (WAP). Raja Bulu
banana which fertilized with 200 and 450 g/plant potassium chloride significantly
had the biggest plant girth at 35 and 37 WAP.
The result of Raja Bulu banana leaf chemical analysis showed that the
doses of potassium chloride applied were not enough to supply the Raja Bulu
banana need of potassium.
The conclusion of this experiment is that application of potassium chloride
Judul : PENGARUH KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN PISANG RAJA BULU (Musa sp. AAB group) DI BOGOR, JAWA BARAT Nama : Mohammad Adi Putro
NRP : A34304027
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr Ir Sobir, MSi Dr Edi Santosa, SP, MSi
NIP. 131 841 754 NIP. 132 146 237
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof Dr Ir Didy Sopandie, MAgr NIP. 131 124 019
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Juli 1986. Penulis merupakan
anak pertama dari Bapak Adi Sofyan dan Ibu Ni Made Sutiasih.
Tahun 1994 penulis pindah dari Sekolah Republik Indonesia Tokyo ke SD
Harapan Indonesia. Tahun 1998 penulis lulus dari SD Harapan Indonesia. Penulis
menyelesaikan studi di SLTPN 1 Bekasi pada tahun 2001, kemudian lulus dari
SMAN 1 Bekasi pada tahun 2004. Tahun 2004 penulis diterima di IPB melalui
jalur USMI sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Pada tahun 2005/2006 penulis menjadi anggota Dewan Perwakilan
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, hidayah dan barakah sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Judul penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah Pengaruh Kalium
Terhadap Pertumbuhan Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB group) di Bogor, Jawa
Barat. Penelitian ini dilandaskan oleh rendahnya kualitas buah pisang di
Indonesia. Pertumbuhan tanaman pisang yang baik diharapkan dapat
meningkatkan kualitas buah yang dihasilkan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr Ir Sobir, MSi dan Dr Edi Santosa, SP, MSi sebagai dosen pembimbing
skripsi atas bimbingan, arahan, motivasi dan waktu yang diluangkan
hingga terselesaikannya skripsi ini,
2. Ir Ketty Suketi, MS sebagai penguji atas masukan, kritik dan sarannya,
3. Bapak Hariyanto beserta staf kebun lainnya yang telah memberikan
bantuan tenaga selama pelaksanaan penelitian,
4. Pihak Pusat Kajian Buah-buahan Tropika yang telah membantu dalam
pengadaan pupuk,
5. Kedua orang tua dan kedua adik penulis yang telah memberikan dukungan
moril maupun materiil, serta
6. Kurnia Dewi Pamungkas, atas bantuan dan masukan selama pelaksanaan
penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, Desember 2008
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Botani Pisang ... 3
Morfologi Pisang ... 5
Syarat Tumbuh ... 7
Kebutuhan Nutrisi Tanaman Pisang ... 7
Nitrogen ... 8
Fosfor ... 9
Kalium ... 10
BAHAN DAN METODE ... 12
Waktu dan Tempat ... 12
Bahan dan Alat ... 12
Metode Penelitian ... 12
Pelaksanaan Penelitian ... 13
Pengamatan ... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16
Kondisi Umum ... 16
Tinggi Tanaman ... 18
Lingkar Batang ... 19
Jumlah Daun ... 20
Jumlah Anakan ... 21
Komponen Reproduktif ... 22
Pembahasan Umum ... 23
KESIMPULAN DAN SARAN ... 26
Kesimpulan ... 26
Saran ... 26
DAFTAR PUSTAKA ... 27
Nomor Halaman
Teks
1. Karakteristik yang Digunakan untuk Skor Taksonomi Kultivar Pisang ... 3
2. Dosis Pupuk KCl Menurut Perlakuan ... 12
3. Organisme Pengganggu Tanaman Selama Percobaan ... 16
4. Rekapitulasi Sidik Ragam Terhadap Perlakuan Dosis Pupuk KCl. ... 17
5. Lingkar Batang Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl ... 19
6. Kandungan Kimia Daun Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl ... 24
Lampiran 1. Data Analisis Tanah ... 31
2. Data Iklim... 31
3. Data Analisis Daun ... 32
4. Sidik Ragam Analysis of Covariance Tinggi Tanaman Pisang Raja Bulu pada 16 – 36 MST ... 33
5. Sidik Ragam Analysis of Covariance Lingkar Batang TanamanPisang Raja Bulupada 27 – 37 MST ... 35
6. Sidik Ragam Jumlah Daun Pisang Raja Bulu pada 8 – 36 MST ... 36
7. Sidik Ragam Jumlah Anakan Pisang Raja Bulu pada 14 – 36 MST ... 38
8. Sidik Ragam Analisis Kimia Daun Pisang Raja Bulupada 6 BST... 39
9. Tinggi Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl ... 40
10. Jumlah Daun Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl ... 40
Teks
1. Tinggi Tanaman Pisang Raja Bulu pada 14 – 36 MST ... 18
2. Jumlah Daun Pisang Raja Bulu pada 8 – 36 MST ... 20
3. Jumlah Anakan Pisang Raja Bulu pada 14 – 32 MST ... 22
4. Komponen Reproduktif Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl saat 49 MST ... 23
Lampiran 1. Kondisi Awal Lahan Kebun Pisang ... 42
2. Hama yang Menyerang Tanaman Pisang Raja Bulu... 42
(a) Ulat kecil-kecil ... 42
(b) Ulat bulu hijau ... 42
3. Penyakit yang Menyerang Tanaman Pisang Raja Bulu Selama Penelitian ... 42
(a) Banana Leaf Speckle ... 42
(b) Banana Bunchy Top Virus ... 42
PENGARUH KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN PISANG
RAJA BULU (
Musa
sp. AAB group) DI BOGOR,
JAWA BARAT
Oleh
MOHAMMAD ADI PUTRO A34304027
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
JAWA BARAT
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
MOHAMMAD ADI PUTRO A34304027
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
MOHAMMAD ADI PUTRO. Pengaruh Kalium Terhadap Pertumbuhan Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB group) di Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh SOBIR dan EDI SANTOSA.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk KCl
terhadap pertumbuhan pisang Raja Bulu yang dilaksanakan di kebun pisang di
Kampung Ciherang Kaum, Desa Ciherang, Kecamatan Darmaga, Bogor, Jawa
Barat pada bulan Desember 2007 – Juni 2008.
Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak satu faktor,
yaitu dosis pupuk KCl yang terdiri dari 0 g/tanaman, 100 dan 225 g/tanaman, 200
dan 450 g/tanaman, 300 dan 675 g/tanaman, serta 400 dan 900 g/tanaman.
Percobaan ini diulang sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 15 satuan percobaan.
Pisang Raja Bulu yang digunakan berasal dari anakan bonggol berumur
tiga bulan. Pemupukan dilakukan saat 2 Bulan Setelah Tanam (2 BST) dan 5
BST. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pupuk di sekeliling tanaman
dan kemudian ditimbun dengan tanah.
Perlakuan dosis pupuk KCl yang diberikan tidak berpengaruh terhadap
tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan tanaman pisang Raja Bulu.
Perlakuan dosis pupuk KCl juga tidak berpengaruh terhadap lingkar batang
tanaman pisang Raja Bulu, kecuali pada 35 dan 37 MST. Pada 35 dan 37 MST,
tanaman pisang Raja Bulu dengan perlakuan dosis pupuk KCl 200 dan 450
g/tanaman secara signifikan memiliki lingkar batang yang lebih besar
dibandingkan perlakuan lainnya.
Hasil analisis kimia pada daun pisang Raja Bulu menunjukkan bahwa
perlakuan dosis pupuk KCl hingga 400 dan 900 g/tanaman menghasilkan
kandungan kalium pada daun pisang yang masih berada di bawah batas
kecukupan. Hal ini mengindikasikan bahwa kalium yang diberikan belum
memenuhi kebutuhan kalium tanaman pisang Raja Bulu.
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan dosis KCl sampai
dengan 400 dan 900 g/tanaman tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pisang
MOHAMMAD ADI PUTRO. Influence of Potassium on Growth of Raja Bulu Banana (Musa sp. AAB group) in Bogor, West Java. Supervised by SOBIR and EDI SANTOSA.
This experiment was conducted to assess the effect of potassium chloride
fertilizer doses differences on growth of Raja Bulu banana in Kampung Ciherang
Kaum, Ciherang Village, Kecamatan Darmaga, Bogor, West Java since December
2007 until June 2008.
This experiment based on Fully Randomized Group Design with one
factor, potassium chloride doses, which consist of 0 g/plant, 100 and 225 g/plant,
200 and 450 g/plant, 300 and 675 g/plant, and 400 dan 900 g/plant. Each
treatment were repeated three times.
The Raja Bulu banana used in this research were planted from three
months old suckers. The fertilizer was applied twice, at 2 Months After Planting
(MAP) and 5 MAP. The fertilizer was spread around banana plant and then piled
with soil.
Potassium chloride doses applied did not affect the height, leaf number and
sucker number of Raja Bulu banana. They also did not affect the plant girth of
Raja Bulu banana, except at 35 and 37 Weeks After Planting (WAP). Raja Bulu
banana which fertilized with 200 and 450 g/plant potassium chloride significantly
had the biggest plant girth at 35 and 37 WAP.
The result of Raja Bulu banana leaf chemical analysis showed that the
doses of potassium chloride applied were not enough to supply the Raja Bulu
banana need of potassium.
The conclusion of this experiment is that application of potassium chloride
Judul : PENGARUH KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN PISANG RAJA BULU (Musa sp. AAB group) DI BOGOR, JAWA BARAT Nama : Mohammad Adi Putro
NRP : A34304027
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr Ir Sobir, MSi Dr Edi Santosa, SP, MSi
NIP. 131 841 754 NIP. 132 146 237
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof Dr Ir Didy Sopandie, MAgr NIP. 131 124 019
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Juli 1986. Penulis merupakan
anak pertama dari Bapak Adi Sofyan dan Ibu Ni Made Sutiasih.
Tahun 1994 penulis pindah dari Sekolah Republik Indonesia Tokyo ke SD
Harapan Indonesia. Tahun 1998 penulis lulus dari SD Harapan Indonesia. Penulis
menyelesaikan studi di SLTPN 1 Bekasi pada tahun 2001, kemudian lulus dari
SMAN 1 Bekasi pada tahun 2004. Tahun 2004 penulis diterima di IPB melalui
jalur USMI sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Pada tahun 2005/2006 penulis menjadi anggota Dewan Perwakilan
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, hidayah dan barakah sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Judul penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah Pengaruh Kalium
Terhadap Pertumbuhan Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB group) di Bogor, Jawa
Barat. Penelitian ini dilandaskan oleh rendahnya kualitas buah pisang di
Indonesia. Pertumbuhan tanaman pisang yang baik diharapkan dapat
meningkatkan kualitas buah yang dihasilkan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr Ir Sobir, MSi dan Dr Edi Santosa, SP, MSi sebagai dosen pembimbing
skripsi atas bimbingan, arahan, motivasi dan waktu yang diluangkan
hingga terselesaikannya skripsi ini,
2. Ir Ketty Suketi, MS sebagai penguji atas masukan, kritik dan sarannya,
3. Bapak Hariyanto beserta staf kebun lainnya yang telah memberikan
bantuan tenaga selama pelaksanaan penelitian,
4. Pihak Pusat Kajian Buah-buahan Tropika yang telah membantu dalam
pengadaan pupuk,
5. Kedua orang tua dan kedua adik penulis yang telah memberikan dukungan
moril maupun materiil, serta
6. Kurnia Dewi Pamungkas, atas bantuan dan masukan selama pelaksanaan
penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, Desember 2008
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Botani Pisang ... 3
Morfologi Pisang ... 5
Syarat Tumbuh ... 7
Kebutuhan Nutrisi Tanaman Pisang ... 7
Nitrogen ... 8
Fosfor ... 9
Kalium ... 10
BAHAN DAN METODE ... 12
Waktu dan Tempat ... 12
Bahan dan Alat ... 12
Metode Penelitian ... 12
Pelaksanaan Penelitian ... 13
Pengamatan ... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16
Kondisi Umum ... 16
Tinggi Tanaman ... 18
Lingkar Batang ... 19
Jumlah Daun ... 20
Jumlah Anakan ... 21
Komponen Reproduktif ... 22
Pembahasan Umum ... 23
KESIMPULAN DAN SARAN ... 26
Kesimpulan ... 26
Saran ... 26
DAFTAR PUSTAKA ... 27
Nomor Halaman
Teks
1. Karakteristik yang Digunakan untuk Skor Taksonomi Kultivar Pisang ... 3
2. Dosis Pupuk KCl Menurut Perlakuan ... 12
3. Organisme Pengganggu Tanaman Selama Percobaan ... 16
4. Rekapitulasi Sidik Ragam Terhadap Perlakuan Dosis Pupuk KCl. ... 17
5. Lingkar Batang Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl ... 19
6. Kandungan Kimia Daun Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl ... 24
Lampiran 1. Data Analisis Tanah ... 31
2. Data Iklim... 31
3. Data Analisis Daun ... 32
4. Sidik Ragam Analysis of Covariance Tinggi Tanaman Pisang Raja Bulu pada 16 – 36 MST ... 33
5. Sidik Ragam Analysis of Covariance Lingkar Batang TanamanPisang Raja Bulupada 27 – 37 MST ... 35
6. Sidik Ragam Jumlah Daun Pisang Raja Bulu pada 8 – 36 MST ... 36
7. Sidik Ragam Jumlah Anakan Pisang Raja Bulu pada 14 – 36 MST ... 38
8. Sidik Ragam Analisis Kimia Daun Pisang Raja Bulupada 6 BST... 39
9. Tinggi Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl ... 40
10. Jumlah Daun Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl ... 40
Teks
1. Tinggi Tanaman Pisang Raja Bulu pada 14 – 36 MST ... 18
2. Jumlah Daun Pisang Raja Bulu pada 8 – 36 MST ... 20
3. Jumlah Anakan Pisang Raja Bulu pada 14 – 32 MST ... 22
4. Komponen Reproduktif Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl saat 49 MST ... 23
Lampiran 1. Kondisi Awal Lahan Kebun Pisang ... 42
2. Hama yang Menyerang Tanaman Pisang Raja Bulu... 42
(a) Ulat kecil-kecil ... 42
(b) Ulat bulu hijau ... 42
3. Penyakit yang Menyerang Tanaman Pisang Raja Bulu Selama Penelitian ... 42
(a) Banana Leaf Speckle ... 42
(b) Banana Bunchy Top Virus ... 42
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pisang merupakan buah yang penting di daerah tropis. Produksi pisang
Indonesia menduduki posisi kelima dunia sebesar 5.04 juta ton. Berdasarkan data
Departemen Pertanian (2008), luas panen pisang Indonesia pada tahun 2006
sebesar 94 144 hektar, menurun 7 321 hektar dari tahun sebelumnya.
Produktivitas pisang Indonesia mencapai 53.51 ton/ha pada tahun 2006.
Pisang sangat baik untuk kesehatan. Pisang memiliki kandungan vitamin C
dua kali lebih banyak daripada apel. Selain itu, pisang kaya akan mineral kalsium
(Ca) sehingga mengkonsumsi pisang setelah makan akan membantu menetralisir
efek negatif konsumsi garam dan MSG yang berlebih. Pisang juga mengandung
kalium (K) yang berfungsi menjaga keseimbangan air tubuh, kenormalan tekanan
darah, fungsi jantung dan kerja otot (Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, 2008).
Salah satu pisang yang dibudidayakan di Indonesia ialah pisang Raja Bulu
(Musa sp. AAB Group). Menurut Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (2008),
pisang Raja Bulu merupakan salah satu jenis pisang raja yang ukurannya sedang
dan gemuk. Bentuk buahnya silindris melengkung dengan pangkal buah agak
bulat. Kulitnya tebal berwarna kuning berbintik cokelat. Daging buahnya sangat
manis (PTT 28-30 °Brix), berwarna kuning kemerahan, bertekstur lunak, dan
tidak berbiji. Panjang buah antara 16-17 cm dengan bobot rata-rata 175-185 g.
Setiap tandan memiliki 5-7 sisir dengan tiap-tiap sisir berisi 14-15 buah. Buah
umumnya dipanen 10-12 Bulan Setelah Tanam (BST).
Pisang membutuhkan unsur hara yang banyak untuk pertumbuhan tanaman
dan produksi buah. Menurut Nakasone dan Paull (1998) sebagian besar unsur hara
tersebut diperoleh dari tanah dan pembusukan bahan tanaman serta sisanya dapat
ditambahkan melalui pemberian bahan organik dan pupuk. Kebutuhan rata-rata
tanaman pisang terhadap unsur hara adalah 388 kg/ha nitrogen (843.48 kg/ha Urea
dengan 46% N), 52 kg/ha fosfor (144.44 kg/ha SP-36 dengan 36% P2O5) dan
Kalium dibutuhkan tanaman untuk menjaga turgiditas dan potensial
osmosis sel. Dengan jumlah kalium yang cukup, dinding sel akan lebih tebal dan
stabil. Hal ini berpengaruh terhadap ketahanan terhadap serangan hama dan
penyakit. Selain itu, dengan jumlah kalium yang cukup, buah dan sayur
mempunyai umur simpan yang lebih panjang (Bennett, 1996). Kalium merupakan
unsur yang paling banyak terdapat dalam pisang, baik bagian vegetatif maupun
generatifnya. Hal ini mengakibatkan diperlukannya pemupukan kalium yang tepat
bagi tanaman pisang.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian pupuk KCl
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Pisang
Secara taksonomi, pisang (Musa sp.) temasuk ke dalam kingdom Plantae,
divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, ordo
Zingiberales, family Musaceae dan genus Musa (Purseglove, 1972; Pusat Kajian
Buah-buahan Tropika, 2008).
Genus Musa merupakan tanaman utama pada dataran rendah tropis,
menghendaki suhu, kelembaban dan intensitas cahaya yang tinggi. Genus ini tidak
toleran terhadap persaingan akar, terutama dengan rumput, drainase yang buruk
dan penggenangan (Purseglove, 1972).
Genus Musa terbagi menjadi empat bagian, yaitu Eumusa, Rhodochlamys,
Callimusa dan Australimusa. Pisang yang dapat dimakan termasuk ke dalam
bagian Eumusa dan diturunkan dari Musa acuminata dan Musa balbisiana
(Purseglove, 1972).
Musa acuminata (genom A) dan Musa balbisiana (genom B) memiliki
beberapa karakteristik yang berbeda (Tabel 1) yang digunakan untuk menentukan
skor dari ploidi yang dihasilkan dari persilangan kedua genom tersebut. Pisang
dengan karakteristik yang sama dengan Musa acuminata diberi skor 1, sedangkan
pisang dengan karakteristik seperti Musa balbisiana diberi skor 5. Karakteristik
pisang yang berada di antara keduanya diberi skor 2, 3 dan 4 sesuai dengan
tingkatannya. Pisang AAB memiliki skor 24 – 46 (Robinson, 1999).
Tabel 1. Karakteristik yang Digunakan untuk Skor Taksonomi Kultivar Pisang (Robinson, 1999).
Karakteristik Musa acuminata Musa balbisiana
Warna batang semu Berbintik coklat atau hitam lebih banyak
Sedikit atau tidak berbintik
Saluran tangkai daun Tepi terbuka atau melebar, tidak
membentuk batang semu yang rapat
Tepi tertutup dan membentuk batang semu yang rapat
Pedunkel Biasanya berbulu atau berambut
Glabrous
Tabel 1. Lanjutan…
Karakteristik Musa acuminata Musa balbisiana
Ovul Dua baris regular pada
tiap lokul
Empat baris iregular pada tiap lokul
Lebar jantung Biasanya tinggi dengan rasio x/y < 0.28
Biasanya rendah dengan rasio x/y > 0.30
Gulungan jantung Jantung menggulung ke arah luar saat terbuka
Jantung tidak menggulung saat terbuka
Bentuk jantung Berbentuk seperti telur ramping dengan ujung meruncing
Berbentuk seperti telur dan tidak meruncing
Bentuk ujung jantung Tajam Tumpul
Warna jantung Merah, ungu muda atau kuning di luar; merah muda, ungu muda atau kuning di dalam
Ungu kecoklatan di luar; merah tua cerah di dalam
Pemudaran warna Di dalam jantung warna memudar menjadi kuning menuju pangkal
Di dalam jantung warna tetap hingga pangkal
Luka helaian jantung menonjol Sedikit menonjol
Mahkota bunga jantan Berombak (corrugated) dekat ujung
Sangat jarang seperti ombak (corrugated)
Warna bunga jantan Putih kekuningan Merah dengan merah muda
Warna stigma Jingga atau kuning Krem, kuning pucat atau merah muda pucat
Menurut Purseglove (1972) dan Robinson (1999), grup pisang AAB
memiliki beberapa subgrup, yaitu Plantain, Mysore, Silk, Pome, Pisang Raja dan
Maia Maoli. Pisang Raja merupakan klon yang terkenal di Malaysia dan
Indonesia, namun tidak dikenal di India dan Afrika. Di Malaysia, pisang ini sering
dimasak terlebih dahulu sebelum dimakan. Tanaman Pisang Raja kuat, buahnya
manis dan dimakan mentah, memiliki perhiasan bunga berwarna kuning jingga,
bunga jantan dan jantung persisten, memiliki 6-9 sisir per tandan, serta tahan
Morfologi Pisang
Menurut Purseglove (1972), tanaman pisang dapat mencapai tinggi 2 - 9
m, dengan bonggol yang berada di bawah tanah dan batang semu yang terbentuk
dari sarung daun. Robinson (1999) menambahkan bahwa tanaman pisang
merupakan tanaman tahunan yang bersifat monokotiledon, herba dan evergreen.
Sistem perakaran tanaman pisang berupa akar adventif yang lunak. Akar
primer muncul secara berkelompok tiga atau empat, dari permukaan silinder pusat
sepanjang rhizome. Akar primer memiliki ketebalan 5 – 8 mm serta berwarna
putih saat masih muda dan sehat. Rhizome yang sehat dapat menghasilkan 200
hingga 500 akar primer. Dari akar-akar primer berkembang sistem perakaran
sekunder dan tersier, yang lebih tebal dan pendek daripada akar primer. Di dekat
ujung akar dari akar primer dan lateral tumbuh rambut akar. Rambut akar ini
bertanggung jawab dalam sebagian besar pengangkutan air dan mineral untuk
tanaman. Efektivitas dari daya serap tanaman ditentukan oleh jumlah akar primer
dan daya tembus akar dalam tanah (Purseglove, 1972; Robinson, 1999).
Distribusi akar sangat dipengaruhi oleh jenis, kerapatan dan drainase
tanah. Sistem perakaran adventif pisang secara horizontal dapat mencapai jarak 5
m, walaupun pada umumnya hanya sekitar 1 – 2 m. Zona perakaran vertikal
pisang sangat dangkal dengan hanya 40% volume akar pada kedalaman 100 mm
dan 85% pada kedalaman di atas 300 mm. Perakaran primer pisang jarang
menembus tanah hingga di bawah 600 mm (Robinson, 1999).
Batang tanaman pisang yang sesungguhnya berada sebagian atau
seluruhnya di dalam tanah yang dikenal sebagai „tuberous rhizome‟. Rhizome
yang telah dewasa memiliki diameter dan tinggi sekitar 300 mm walaupun akan
berbeda menurut vigor dan kondisi tanaman. Rhizome pisang memiliki ruas yang
sangat pendek dan tertutup oleh daun. Rhizome merupakan organ penyimpanan
penting untuk mendukung pertumbuhan buah dan perkembangan anakan
(Purseglove, 1972; Robinson, 1999).
Setelah panen, bagian atas tanaman pisang umumnya ditebang atau mereka
akan roboh secara alami. Tanaman akan berkembang biak dengan memproduksi
anakan yang merupakan perkembangan dari tunas vegetatif pada rhizome selama
pedang yang memiliki daun yang sempit dan dasar rhizome yang lebar, dan
anakan air yang memiliki daun yang lebar dan dasar rhizome yang sempit.
Anakan pedang memiliki hubungan yang kuat dengan tanaman induk dan
biasanya terbentuk dari tunas aksilar bagian bawah rhizome induk. Anakan air
berkembang dari tunas yang dangkal dekat dengan permukaan tanah atau bahkan
di atas permukaan tanah, dan juga berasal dari rhizome yang sudah tua. Anakan
air ini memiliki hubungan yang lemah dengan tanaman induk sehingga tidak dapat
berkembang menjadi tanaman yang kuat dan vigor (Robinson, 1999).
Daun tanaman pisang terbentuk secara spiral ke arah kiri dengan filotaksi
satu pertiga saat tanaman muda dan secara bertahap menjadi empat persembilan
saat tanaman dewasa (Purseglove, 1972). Daun pertama yang dihasilkan oleh
meristem tengah dari anakan yang berkembang ialah scale leaves, diikuti oleh
daun pedang yang ramping dan daun yang lebih lebar dengan lamina yang
semakin lebar secara bertahap hingga tanaman dewasa, daun berukuran penuh
dihasilkan setelah sekitar enam bulan. Daun terbesar dihasilkan saat menjelang
pembungaan. Lapisan daun akan menjadi rapat dan tebal untuk membentuk „batang‟ atau batang semu tanaman pisang, yang akan memanjang seiring dengan bertambahnya jumlah daun yang muncul, mencapai tinggi maksimal saat
munculnya bunga. Walaupun batang semu dewasa cukup kokoh dan mampu
menyangga bobot tandan hingga lebih dari 50 kg, namun sangat berair mengingat
95% bagiannya berupa air (Purseglove, 1972; Robinson, 1999).
Daun pisang yang sudah dewasa dapat memiliki panjang 1.5 - 2.8 m dan
lebar 0.7 – 1.0 m pada kultivar Cavendish. Stomata terdapat pada kedua
permukaan daun dengan intensitas pada permukaan bawah (sekitar 140 mm-2) sekitar tiga kali permukaan atas daun. Pisang dengan genom triploid memiliki
Syarat Tumbuh
Menurut Nakasone dan Paull (1998), untuk memperoleh pertumbuhan
yang baik dan produktivitas yang tinggi, pisang sebaiknya ditanam pada tanah
dengan kandungan bahan organik dan kesuburan yang tinggi. Pisang dapat
ditanam pada tanah dengan pH 4.5 – 7.5, dengan rekomendasi 5.8 – 6.5. Tekstur
tanah dapat berupa pasir hingga liat berat. Sebagian besar pisang yang diekspor
ditanam di tanah lempung aluvial. Tanah yang kaya akan humus akan baik untuk
pertumbuhan dan produksi pisang.
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan pisang berkisar 1500 - 3800
mm/tahun dengan 6 bulan basah (Samson, 1986). Pisang memerlukan pasokan air
yang setara atau sedikit melebihi laju evaporasi air. Jika curah hujan di bawah
evaporasi, maka diperlukan sistem irigasi yang baik (Nakasone and Paull, 1998).
Menurut Samson (1986), suhu udara harian yang baik untuk pertanaman
pisang berkisar 22.8°C – 32.4°C. Nakasone dan Paull (1998) menambahkan pada
sebagian besar area produksi pisang, suhu udara berkisar 15 – 38°C, dengan suhu
optimum sekitar 27°C. Suhu optimum untuk akumulasi bahan kering dan
pemasakan buah sekitar 20°C dan untuk inisiasi daun baru sekitar 30°C.
Menurut Nakasone dan Paull (1998), cahaya matahari penuh diperlukan
untuk pertumbuhan yang terbaik, walaupun buah dapat terbakar, terutama jika
pasokan air rendah. Naungan dapat memperpanjang siklus pertumbuhan hingga
tiga bulan dan mengurangi ukuran buah.
Kebutuhan Nutrisi Tanaman Pisang
Pisang membutuhkan jumlah nutrisi yang besar untuk pertumbuhan dan
produksi buahnya. Nutrisi atau unsur hara ini sebagian besar diperoleh dari tanah
dan bahan tanaman yang membusuk, sedangkan sisanya diperoleh dari pemberian
bahan organik dan pemupukan. Menurut Purseglove (1972), jumlah hara yang
terambil oleh tanaman pisang dengan produktivitas 25 ton/ha ialah 17-28 kg N/ha,
6-7 kg P2O5/ha dan 56-78 kg K2O/ha. Menurut Nakasone and Paull (1998),
kebutuhan nitrogen tanaman pisang sekitar 388 kg/ha/tahun, fosfor 52
kg/ha/tahun, kalium 1438 kg/ha/tahun, kalsium 227 kg/ha/tahun dan magnesium
tanah berat seperti di Afrika Selatan dengan pencucian hara yang minimum ialah
150 kg/ha/tahun. Di Costa Rica, dengan produktivitas dan curah hujan yang
tinggi, terdapat aliran permukaan serta pencucian tanah yang tinggi, nitrogen
diaplikasikan 300 hingga 450 kg/ha/tahun. Fosfor diaplikasikan dalam bentuk
superfosfat 50 kg P/ha/tahun. Aplikasi kalium di daerah subtropis dengan
produktivitas kurang lebih 50 ton/ha sebesar 400 hingga 500 kg/ha/tahun,
sedangkan untuk daerah yang miskin kandungan kalium tanahnya, dapat
diaplikasikan hingga 1 200kg/ha/tahun.
Menurut Samson (1980) gejala-gejala defisiensi unsur hara pada pisang
adalah sebagai berikut:
N warna pucat, ukuran daun mengecil, pertumbuhan lambat
P warna gelap, waktu kemunculan daun yang lambat, klorosis marjinal
K penurunan pertumbuhan, klorosis pada daun tua
S klorosis pada daun muda
Mg bintik-bintik ungu pada petiol („le bleu‟)
Fe klorosis interveinal pada daun muda
Mn klorosis interveinal marjinal pada daun muda
Zn daun memendek, perumbuhan terhambat
Cu drooping, daun menyerupai payung
Nitrogen
Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk nitrat (NO3) dan amonium
(NH4+). Amonium umumnya diserap dan digunakan oleh tanaman saat masih
muda, sedangkan nitrat diperlukan saat pertumbuhan cepat.
Nitrat yang diserap tanaman akan diubah menjadi bentuk amina (NH2-)
yang merupakan penyusun asam amino. Dua puluh asam amino merupakan
prekursor dari rantai polipeptida yang menyusun protein, sedangkan dua asam
amino lainnya, glisin dan glutamat merupakan prekursor basa nitrogen. Selain
pembentukan asam amino, protein dan basa nitrogen, nitrogen juga berperan
dalam pembentukan asam nukleat, nukleotida, amida dan amina. Selain itu,
nitrogen juga penting dalam penyusunan molekul klorofil dan dinding sel
Robinson (1999) menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur kunci
dalam kebutuhan hara pisang dan tambahan nitrogen harus diberikan secara
berkala bahkan pada tanah yang subur. Tanaman pisang tidak dapat menyimpan
nitrogen sehingga jika terjadi ketidakcukupan dalam pertumbuhan tanaman, gejala
defisiensi akan timbul dengan cepat. Gejala defisiensi nitrogen pada pisang berupa
pemucatan daun pisang dengan tangkai daun, midrib dan sarung daun menjadi
sedikit berwarna pink kemerahan. Sedangkan jika terjadi kelebihan nitrogen,
warna daun pisang akan menjadi hijau gelap.
Menurut Plaster (2003), jika terjadi kelebihan nitrogen, tanaman akan
menjadi lunak, lemah, mudah terluka, mudah terserang hama dan penyakit serta
memperlambat proses penuaan dan pemasakan. Resh (2004) menambahkan gejala
kelebihan nitrogen yaitu daun berwarna hijau gelap dengan daun yang sangat
banyak. Di lain pihak, pertumbuhan akar tanaman akan terhambat.
Fosfor
Fosfor diserap tanaman dalam satu di antara dua bentuk, yaitu ion
monovalen fosfat (H2PO4-) atau ion divalent fosfat (HPO42-). Bentuk ion yang
diserap bergantung kepada kondisi pH tanah. H2PO4- mendominasi pada tanah
dengan pH kurang dari 7.2, sedangkan HPO42- pada pH lebih dari 7.2 (Bennett,
1996).
Bennett (1996) juga menjelaskan bahwa fosfor sangat berperan dalam
siklus hidup tanaman dan penting dalam pertumbuhan reproduktif. Fosfor
mempromotori kematangan yang lebih cepat dan berpengaruh terhadap kualitas
buah.
Robinson (1999) menyatakan bahwa kebutuhan fosfor tanaman pisang
tidak sebesar nitrogen dan kalium. Tanaman pisang mengakumulasi fosfor yang
dibutuhkan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Tanaman pisang menyerap
sebagian besar kebutuhan fosfor pada fase vegetatif, antara tiga hingga sembilan
bulan setelah tanam. Selama fase reproduktif, penyerapan fosfor berkurang 80%.
Tanaman pisang yang mengalami defisensi fosfor akan menunjukkan gejala
pengkerdilan tanaman, pertumbuhan akar yang lemah, terjadi klorosis marjinal
Plaster (2003) menjelaskan bahwa kekurangan fosfor dapat menyebabkan
pertumbuhan daun yang lambat, sedikit dan lebih kecil. Tanaman dapat menjadi
lebih hijau gelap dibandingkan dengan yang normal. Tanaman yang kekurangan
fosfor sering memiliki daun dan batang yang berwarna ungu, dimulai dari daun
yang lebih bawah dan tua. Sementara kelebihan fosfor dapat mengikat beberapa
unsur hara tanaman, seperti besi.
Resh (2004) menjelaskan bahwa sampai saat ini belum ditemukan adanya
gejala utama pada kasus kelebihan fosfor. Gejala yang muncul biasanya
menunjukkan gejala kekurangan tembaga dan seng.
Kalium
Kalium dibutuhkan tanaman untuk menjaga turgiditas dan potensial
osmosis sel. Dengan jumlah kalium yang cukup, dinding sel akan lebih tebal dan
stabil. Hal ini berpengaruh terhadap ketahanan terhadap serangan hama dan
penyakit. Selain itu, dengan jumlah kalium yang cukup, buah dan sayur
mempunyai umur simpan yang lebih panjang (Bennett, 1996).
Menurut Lægreid et al. (1999) penggunaan kalium oleh tanaman tidak
hanya bergantung pada ketersedian kalium di tanah, tetapi juga pada hara lainnya,
jumlah NH4+ atau Mg2+ yang berlebih menghalangi penyerapan kalium oleh
tanaman.
Kalium umumnya diambil tanaman tidak berlebih. Pada jeruk misalnya,
buah yang terbentuk akan memiliki mutu yang rendah pada tingkat kalium yang
tinggi. Kelebihan kalium dapat menyebabkan defisiensi magnesium, mangan,
seng atau besi (Resh, 2004).
Menurut Robinson (1999), kalium merupakan unsur terpenting bagi
tanaman pisang. Penyerapan kalium dari tanah bergantung pada konsentrasi
kalium tanah dan fase perkembangan tanaman. Batas maksimal kalium tanah yang
dapat diserap dipengaruhi oleh iklim, kecepatan tumbuh, vigor akar, status air
tanah, penyakit dan kelebihan atau kekurangan kation lainnya. Penyerapan lebih
tinggi saat awal fase perkembangan vegetatif dibandingkan selama perkembangan
Gejala defisiensi kalium pada pisang ialah terjadinya klorosis berwarna
kuning-jingga dan kematian yang cepat pada daun yang tua. Selain itu, defisiensi
kalium juga menyebabkan penyusutan ukuran daun, penundaan inisiasi jantung,
penurunan jumlah buah per tandan dan penyusutan ukuran buah (Robinson,
1999). Defisiensi kalium dapat pula menghambat kemampuan tanaman untuk
menyerap nitrogen, sehingga meningkatkan kemampuan pencucian nitrat
(Lægreid et al., 1999). Gejala defisiensi kalium yang lain adalah “bekas terbakar
yang menyeluruh”, atau ujung daun tua yang terbakar. Pada beberapa kasus,
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai awal Desember 2007 hingga Juni 2008.
Penelitian dilaksanakan di kebun pisang milik petani di Kampung Ciherang
Kaum, Desa Ciherang, Kecamatan Darmaga, Bogor, Jawa Barat dengan
ketinggian tempat sekitar 240 m dpl.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman pisang Raja
Bulu berumur 2 Bulan Setelah Tanam (2 BST), pupuk urea, SP-36 dan KCl.
Tanaman pisang yang digunakan berasal dari bibit pisang Raja Bulu hasil anakan
bonggol berumur tiga bulan yang ditanam pada jarak 3 m x 3 m. Dosis pupuk
yang digunakan adalah 300 g/tanaman Urea, 200 g/tanaman SP-36 dan dosis
pupuk KCl sesuai perlakuan.
Alat yang digunakan adalah timbangan, meteran untuk mengukur tinggi
tanaman pisang Raja Bulu dan meteran kain untuk mengukur lingkar batang
pisang Raja Bulu.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) faktor tunggal dosis pupuk KCl dengan lima taraf perlakuan seperti yang
tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Dosis Pupuk KCl Menurut Perlakuan.
Perlakuan 2 Bulan Setelah Tanam 5 Bulan Setelah Tanam Total 1 Tahun ---g/tanaman---
K1 0 0 0
K2 100 225 775
K3 200 450 1 550
K4 300 674 2 325
Taraf tersebut diperoleh dari 0 kali, ½ kali, 1 kali, 1 ½ kali dan 2 kali dosis
pupuk KCl yang tertera dalam Acuan Standar Operasional Produksi Pisang (Pusat
Kajian Buah-Buahan Tropika, 2007). Masing-masing taraf perlakuan dibagi
menjadi tiga kelompok sehingga terdapat 15 satuan percobaan.
Model linier penelitian ini adalah sebagai berikut: Yij = μ + αi + βj + εij Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan pada kelompok ke-i dan dosis pupuk KCl ke-j (i=1,2,3;
j=1,2,3,4,5)
µ = Nilai rataan umum
αi = Pengaruh kelompok ke-i (i=1,2,3)
βj = Pengaruh dosis pupuk KCl ke-j (j=1,2,3,4,5)
εij = Pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-i dan dosis pupuk KCl ke-j Hasil yang diperoleh diuji dengan uji F. Jika hasil yang diperoleh berbeda nyata
maka dilanjutkan dengan analisis uji lanjut Duncan (Duncan’s Multiple Range
Test) pada taraf α = 5 %. Pengujian dilakukan menggunakan dua program, yaitu
program SAS versi 6.12 untuk pengujian Analysis of Variance dan MINITAB 14
untuk pengujian Analysis of Covariance.
Pelaksanaan Penelitian
Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada 2 BST (Desember
2007) dan 5 BST (Maret 2008). Untuk setiap pemupukan diaplikasikan 150
g/tanaman Urea dan 100 g/tanaman SP-36 serta KCl sesuai dengan perlakuan.
Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pupuk di sekeliling tanaman pisang
Raja Bulu dan kemudian ditimbun dengan tanah.
Pemeliharaan tanaman pisang Raja Bulu meliputi penyiangan, penjarangan
anakan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Penyiangan dilakukan
beberapa kali selama periode penelitian. Penjarangan anakan dilakukan satu kali
selama periode penelitian yaitu pada 32 Minggu Setelah Tanam (MST).
Pengendalian organisme pengganggu tanaman dilakukan dengan pemangkasan
Pengamatan
Pengamatan dilakukan dua minggu sekali. Pengamatan dilakukan terhadap
10 tanaman contoh tiap satuan percobaan. Peubah yang diamati antara lain:
1. Tinggi tanaman,
Tinggi tanaman diukur dari 15 cm dari permukaan tanah sampai
percabangan daun tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai 14
MST hingga 36 MST. Hasil pengukuran tinggi tanaman dianalisis
menggunakan Analysis of Covariance.
2. Lingkar batang,
Lingkar batang diukur pada ketinggian 15 cm dari permukaan tanah
Pengukuran lingkar batang mulai dilakukan saat pemupukan kedua (25 MST)
hingga 37 MST. Hasil pengukuran lingkar batang dianalisis menggunakan
Analysis of Covariance.
3. Jumlah daun dalam satu pohon,
Jumlah daun yang dihitung ialah jumlah daun yang sehat dengan
maksimal 50 % area terserang penyakit. Pengamatan jumlah daun pisang Raja
Bulu dilakukan mulai 8 MST hingga 36 MST. Hasil penghitungan jumlah daun
dianalisis menggunakan Analysis of Variance.
4. Jumlah anakan,
Jumlah anakan dihitung sejak pertama kali muncul anakan (14 MST)
hingga 36 MST. Penghitungan jumlah anakan tidak berdasarkan jenis
anakannya. Hasil penghitungan jumlah anakan dianalisis menggunakan
Analysis of Variance.
5. Kandungan kimia pada daun,
Pengukuran kandungan kimia pada daun dilakukan dengan
menganalisis daun ketiga pada tanaman ke-10 tiap satuan percobaan saat 6
BST. Analisis dilaksanakan di Service Laboratory BIOTROP, Tajur. Hasil
pengukuran kandungan kimia kemudian dianalisis menggunakan Analysis of
6. Komponen reproduktif.
Pengukuran komponen reproduktif dilakukan saat 49 MST. Pengukuran
yang dilakukan meliputi penghitungan jumlah jantung, jumlah jantung yang
telah membuka dan jumlah sisir per tandan. Jumlah sisir per tandan dihitung
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Lokasi kebun pisang terletak di Desa Ciherang dengan dikelilingi
kebun-kebun milik petani lainnya. Lahan yang digunakan merupakan lahan bekas sawah
yang telah diberakan selama tiga tahun (Gambar Lampiran 1).
Hasil analisis tanah (Tabel Lampiran 1) menunjukkan bahwa tanah lahan
percobaan bersifat masam dengan pH H2O 5.4 dan pH KCl 4.4. Kandungan
nitrogen total dan kalium tergolong rendah, masing-masing sebesar 0.12% dan
0.23 me/100 g tanah. Kandungan fosfor tanah sangat tinggi. Nilai Kapasitas Tukar
Kation tergolong sedang, yaitu 18.07 me/100 g tanah. Hal tersebut menunjukkan
bahwa lahan percobaan memiliki tingkat kesuburan yang relatif rendah.
Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Darmaga
(Tabel Lampiran 2), lokasi kebun memiliki suhu rata-rata 25.4ºC dengan suhu
terendah 24.4ºC pada Februari 2008 dan tertinggi 25.8ºC pada Mei 2008.
Kelembaban nisbi (RH) rata-rata 85.9% dengan RH terendah 82% pada bulan Mei
2008 dan tertinggi 90% pada bulan Februari 2008. Curah hujan rata-rata di
wilayah Darmaga ialah 393.3 mm/bulan dengan curah hujan terendah 172
mm/bulan (Juni 2008) dan tertinggi 673 mm/bulan (Maret 2008). Nilai rata-rata
curah hujan ini tergolong tinggi untuk pertumbuhan tanaman pisang.
Selama percobaan, terjadi serangan organisme pengganggu tanaman
seperti yang terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Organisme Pengganggu Tanaman Selama Percobaan.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Tingkat Kerusakan
Ulat penggulung daun (Erionota thrax) 25% tanaman
Ulat kecil-kecil (Gambar Lampiran 2a) 3.33% tanaman
Ulat bulu hijau (Gambar Lampiran 2b) 20% tanaman
Banana Leaf Speckle (Gambar Lampiran 3a) 30% tanaman
Banana Bunchy Top Virus (Gambar Lampiran 3b) 2% tanaman
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk KCl
tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan,
maupun kandungan kimia pada daun pisang Raja Bulu. Perlakuan dosis pupuk
KCl juga tidak berpengaruh nyata terhadap lingkar batang tanaman pisang Raja
[image:37.595.115.507.213.549.2]Bulu, kecuali pada 35 dan 37 MST (Tabel 4).
Tabel 4. Rekapitulasi Sidik Ragam Terhadap Perlakuan Dosis Pupuk KCl
MST Tinggi Tanaman Lingkar Batang Jumlah Daun Jumlah Anakan Kandungan Kimia pada Daun
8 - - tn - -
10 - - tn - -
12 - - tn - -
14 tn - tn tn -
16 tn - tn tn -
18 tn - tn tn -
20 tn - tn tn -
22 tn - tn tn -
24 tn - tn tn -
25 - tn - - -
26 tn - tn tn -
27 - tn - - -
28 tn - tn tn -
29 - tn - - -
30 tn - tn tn tn
31 - tn - - -
32 tn - tn tn -
33 - tn - - -
35 tn * tn tn -
36 tn - tn tn -
37 - * - - -
Keterangan:
MST : Minggu Setelah Tanam tn : Tidak berbeda nyata
Tinggi Tanaman
Pada percobaan ini, perlakuan dosis pupuk KCl hingga 400 & 900
g/tanaman tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman pisang Raja Bulu (Tabel
Lampiran 4). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Weerasinghe dan Premalal
(2002) pada pisang Embul dan Susilaningsih (2005) pada pisang Ambon Kuning.
Hasil penelitian Weerasinghe dan Premalal (2002) menunjukkan bahwa perlakuan
K2O hingga 240 g /tanaman (480 g KCl/tanaman, 50% K2O) tidak berpengaruh
terhadap tinggi tanaman pisang Embul yang ditanam di tanah rhodudalfs yang
diberi irigasi. Hasil penelitian Susilaningsih (2005) juga menunjukkan bahwa
pemupukan KCl hingga 600 g/tanaman tidak berpengaruh terhadap pertambahan
tinggi tanaman pisang Ambon Kuning. Pada Gambar 1 terlihat bahwa tinggi
tanaman pisang Raja Bulu meningkat seiring dengan waktu. Menurut Purseglove
[image:38.595.115.510.368.607.2](1972), tinggi tanaman pisang dapat mencapai 2 – 9 meter.
Lingkar Batang
Pada percobaan ini, perlakuan dosis pupuk KCl tidak berpengaruh
terhadap lingkar batang tanaman pisang Raja Bulu kecuali saat 35 dan 37 MST
(Tabel Lampiran 5). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Weerasinghe dan
Premalal (2002) pada pisang Embul, namun tidak sesuai dengan hasil penelitian
Susilaningsih (2005) pada pisang Ambon Kuning. Hasil penelitian Weerasinghe
dan Premalal (2002) menunjukkan bahwa penambahan kalium dapat
meningkatkan lingkar batang tanaman pisang Embul yang ditanam di tanah
rhodudalfs yang diberi irigasi, namun pengaruhnya lebih terlihat pada tanaman
anakan. Hasil penelitian Susilaningsih (2005) menunjukkan bahwa pemupukan
KCl hingga 600 g/tanaman tidak berpengaruh terhadap pertambahan lingkar
batang tanaman pisang Ambon Kuning.
Pada Tabel 5 terlihat bahwa pada 35 MST, perlakuan dosis pupuk KCl 200
& 450 g/tanaman menunjukkan lingkar batang terbesar walaupun tidak berbeda
secara signifikan dengan perlakuan lainnya. Saat 37 MST, perlakuan dosis pupuk
KCl 200 & 450 g/tanaman menunjukkan lingkar batang terbesar di antara
perlakuan lainnya.
Tabel 5. Lingkar Batang Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl.
MST
Perlakuan 0
g/tanaman
100 & 225 g/tanaman
200 & 450 g/tanaman
300 & 675 g/tanaman
400 & 900 g/tanaman ---cm---
27 34.13a 36.38aa 37.58a 34.04aa 34.58a
29 38.22a 40.05aa 42.00a 37.58aa 39.16a
31 41.11a 43.21aa 45.60a 41.18aa 43.28a
33 45.36a 47.35aa 49.93a 46.35aa 48.66a
35 48.74b 50.49aa 53.34a 50.38ab 52.05a
37 51.42c 53.02bc 59.07a 53.14bb 55.37b
Pada tanaman yang kekurangan kalium, pertambahan panjang ruas batang
dan juga diameter batang akan menurun. Penurunan diameter batang disebabkan
oleh penurunan aktivitas kambium. Sel serat sklerenkim dan sel kayu parenkim
pada batang tanaman yang kekurangan kalium membentuk dinding sel yang tipis
dan miskin lignin. Penurunan diameter batang dan kurangnya lignin pada elemen
struktural membuat tanaman yang kekurangan kalium rentan terhadap lodging
(Beringer, 1985).
Jumlah Daun
Hasil analisis statistik percobaan ini menunjukkan bahwa perlakuan dosis
pupuk KCl tidak berpengaruh terhadap jumlah daun pisang Raja Bulu (Tabel
Lampiran 6). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Weerasinghe dan Premalal
(2002) pada pisang Embul dan Susilaningsih (2005) pada pisang Ambon Kuning.
Hasil penelitian Weerasinghe dan Premalal (2002) menunjukkan bahwa perlakuan
K2O hingga 240 g /tanaman (480 g KCl/tanaman, 50% K2O) tidak berpengaruh
terhadap jumlah daun pisang Embul yang ditanam di tanah rhodudalfs yang diberi
irigasi. Hasil penelitian Susilaningsih (2005) juga menunjukkan bahwa
pemupukan KCl hingga 600 g/tanaman tidak berpengaruh terhadap jumlah daun
[image:40.595.114.512.495.732.2]tanaman pisang Ambon Kuning.
Pada Gambar 2 terlihat bahwa saat 14 MST terjadi penurunan jumlah daun
yang cukup besar. Hal ini dikarenakan saat 14 MST dilakukan pemotongan daun
pisang yang terkena serangan organisme pengganggu tanaman yang cukup parah
(serangan bercak daun Cordana mencapai > 50% area daun). Robinson (1999)
menyatakan bahwa pemotongan daun pada tanaman pisang biasanya dilakukan
karena tiga alasan utama, yaitu:
1. Daun dengan lebih dari 50 % area menunjukkan penyakit bercak daun
dipangkas untuk mengurangi penyebaran penyakit.
2. Daun tua yang telah mengalami senesen dengan petiol yang patah dan telah
menggantung pada batang tidak lagi berguna bagi tanaman. Jika daun yang
telah mengalami senesen dibiarkan menggantung di sekitar batang, maka
penetrasi cahaya menuju anakan dan tanah akan berkurang.
3. Satu atau dua daun muda sehat yang menggesek dan melukai buah pisang
yang sedang berkembang boleh dipotong untuk meningkatkan kualitas buah
jika tidak menggunakan penutup buah.
Selain alasan tersebut di atas, pemotongan daun pisang juga perlu
memperhatikan kebutuhan jumlah daun pisang untuk produksi yang optimum.
Sebaiknya tersedia minimal 12 daun sehat pada saat pembungaan dan sembilan
pada saat panen untuk memperoleh pengisian buah pisang yang maksimum dan
masa simpan yang lebih lama.
Jumlah Anakan
Anakan pisang terbagi atas empat jenis, yaitu anakan bonggol, anakan
pedang, anakan tombak dan anakan dewasa. Anakan tombak dan anakan pedang
lebih baik untuk dijadikan bibit karena mempunyai masa vegetatif yang lebih
lama. Anakan dewasa walaupun ukurannya kecil, namun telah melewati masa
vegetatif. Pada percobaan ini anakan dihitung seluruhnya tanpa membedakan
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk KCl
tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan pisang Raja Bulu (Tabel Lampiran 7).
Hal ini diduga karena kandungan kalium tanah dan pH lahan percobaan tergolong
rendah sehingga kalium tanah kurang tersedia bagi tanaman dan dosis pupuk
kalium yang diberikan belum mampu memenuhi kebutuhan kalium pisang.
Saat 32 MST terjadi penurunan jumlah anakan pisang Raja Bulu. Hal ini
dikarenakan saat 32 MST dilakukan penjarangan anakan dengan menyisakan satu
[image:42.595.114.511.260.498.2]hingga dua anakan tiap tanaman pisang Raja Bulu (Gambar 3).
Gambar 3. Jumlah Anakan Pisang Raja Bulu pada 14 – 32 MST.
Komponen Reproduktif
Jantung pisang muncul pertama kali saat 41 MST pada perlakuan dosis
pupuk KCl 100 & 225 g/tanaman dan 200 & 450 g/tanaman. Pada masing-masing
perlakuan, jumlah jantung pisang yang muncul sebanyak 3.33% atau setara
dengan satu jantung tiap satuan pengamatan. Pada Gambar 4 terlihat bahwa
tanaman pisang Raja Bulu dengan perlakuan dosis pupuk KCl 200 & 450
g/tanaman menghasilkan jumlah jantung dan jumlah jantung yang telah membuka
yang terbanyak, yaitu sekitar 53.33% dan 43.33% saat 49 MST. Tanaman pisang
Raja Bulu pada semua perlakuan memiliki jumlah sisir yang sama, yaitu tujuh
Keterangan:
Gambar 4. Komponen Reproduktif Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl saat 49 MST.
Menurut Bennett (1996) dan Plaster (2003) kalium berperan dalam
pembentukan dan transportasi zat pati atau glukosa hasil fotosintesis, sehingga
kalium penting dalam perkembangan dan pemasakan buah. Selain itu, kalium juga
dianggap sebagai unsur kualitas karena buah yang berkembang dengan kalium
yang cukup akan memiliki masa simpan yang lebih lama.
Pembahasan Umum
Perlakuan dosis pupuk KCl tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun dan jumlah anakan pisang Raja Bulu. Perlakuan dosis pupuk KCl
juga tidak berpengaruh terhadap peubah lingkar batang tanaman pisang, kecuali
pada 35 dan 37 MST yang memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini didukung
oleh hasil analisis kimia pada daun pisang Raja Bulu. = Tanaman yang Berjantung (%)
= Tanaman yang Belum Berjantung (%)
Analisis kimia daun pisang dilakukan dengan menganalisis daun pisang
ketiga dari titik tumbuh sebanyak satu daun per satuan percobaan saat 6 BST
dengan total 15 contoh daun. Freiberg (1966) menyatakan bahwa daun ketiga
termuda pada tanaman paling menunjukkan kandungan hara pada tanaman karena
daun ketiga mengandung konsentrasi nitrogen, fosfor dan kalium tertinggi.
Analisis kimia daun yang dilakukan meliputi analisis kandungan N total,
Ca total dan K total. Hasil sidik ragam (Tabel Lampiran 8) menunjukkan bahwa
perlakuan dosis KCl tidak berpengaruh terhadap kandungan N total, Ca total dan
K total pada daun.
Tabel 6. Kandungan Kimia Daun Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl.
Perlakuan Kadar Air N Total
(%)
Ca Total (%)
K Total (%) BKU (%) BKM (%)
0 g/tanaman 29.37 43.38 4.00 0.19 2.49
100 & 225 g/tanaman 12.58 15.24 3.44 0.17 2.22 200 & 450 g/tanaman 19.84 25.86 3.46 0.14 2.57 300 & 675 g/tanaman 32.14 47.97 3.79 0.20 2.90 400 & 900 g/tanaman 36.24 61.26 3.51 0.16 3.05
Batas Kecukupan 3.00 – 3.50 0.60 – 0.90 3.33 – 4.00 Keterangan:
BKU : Bobot Kering Udara BKM : Bobot Kering Mutlak
Pada Tabel 6 terlihat bahwa kandungan N Total pada daun pisang Raja
Bulu telah mencukupi, sedangkan kandungan Ca Total dan K Total pada daun
berada di bawah batas kecukupan masing-masing hara, yaitu 0.60% untuk Ca dan
3.33% untuk K (Blackburn and Traynor, 2008). Hal ini mengindikasikan bahwa
kalium yang diberikan belum memenuhi kebutuhan kalium tanaman pisang Raja
Bulu.
Menurut Robinson (1999), konsentrasi hara pada jaringan tanaman pisang
dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya:
1. Pasokan hara, baik dari tanah maupun pemupukan.
2. Konsentrasi hara berbeda menurut organ.
Nitrogen memiliki konsentrasi 3.5 % pada bahan kering jaringan daun
yang belum membuka, sedangkan pada daerah rhizome sebesar 0.5 %.
Kalium memiliki konsentrasi 20 % pada tandan, namun kurang dari 1% pada
3. Konsentrasi hara dapat berbeda-beda dalam satu organ.
Kalium, fosfor, besi dan kalsium terkonsentrasi dekat pangkal daun,
sedangkan nitrogen, magnesium dan mangan terkonsentrasi dekat ujung daun.
4. Konsentrasi hara dapat meningkat atau menurun menurut usia daun.
Pada tanaman yang sehat, konsentrasi N, P, K, Cu dan Na menurun
seiring dengan usia daun, seentara terjadi peningkatan konsentrasi untuk Ca,
Mg, Fe, Mn dan Zn.
5. Konsentrasi hara berbeda menurut kultivar dan genom pisang.
Kultivar yang memiliki genom dari Musa acuminata (genom A)
memiliki konsentrasi hara yang lebih tinggi dibandingkan genom B (genom
dari Musa balbisiana). Pisang grup AAA memiliki konsentrasi hara lebih
tinggi dari pisang grup AAB dan pisang grup AAB memiliki konsentrasi hara
lebih tinggi dibandingkan pisang grup ABB.
6. Penyakit dan nematoda.
Infeksi layu Fusarium dapat menurunkan konsentrasi kalium secara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan dosis pupuk KCl sampai dengan 400 & 900 g/tanaman tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan pisang Raja Bulu. Hal ini terlihat dari hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk KCl sampai dengan
400 & 900 g/tanaman tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
jumlah anakan dan kandungan kimia pada daun pisang Raja Bulu. Perlakuan dosis
pupuk KCl juga tidak berpengaruh terhadap lingkar batang tanaman pisang Raja
Bulu kecuali saat 35 dan 37 MST. Pada 35 dan 37 MST, tanaman pisang Raja
Bulu dengan perlakuan dosis pupuk KCl 200 & 450 g/tanaman secara signifikan
memiliki lingkar batang yang lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya.
Saran
Berdasarkan hasil perhitungan secara ekonomi (Lampiran 1), untuk
meningkatkan kandungan kalium yang tersedia bagi tanaman pisang Raja Bulu di
Ciherang, Bogor, Jawa Barat aplikasi kapur pertanian (CaCO3) lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Bennett, W. F. 1996. Plant nutrient utilization and diagnostic plant symptoms, p. 2 – 4. In: W. F. Bennett (Ed.). Nutrient Deficiencies and Toxicities In Crop Plants. The American Phytopathological Society. Minnesota.
Beringer, H. and F. Nothdurft. 1985. Effects of potassium on plant and cellular structures, p. 351-364. In: R. D. Munson (Ed.). Potassium in Agriculture. American Society of Agronomy, Inc. Madison.
Blackburn, K. and M. Traynor. Banana Nutrient Monitoring.
http://www.nt.gov.au/dpifm/Primary_Industry/Content/File/horticulture/fr uit/PAGES+FROM+TB257BANANA+NUTRIENT.pdf. 20 September 2008.
Departemen Pertanian. http:// www.hortikultura.deptan.go.id/. 3 Agustus 2008.
Freiberg, S. R. 1966. Banana nutrition, p. 77 – 100. In: N. F. Childers (Ed.). Nutrition of Fruit Crops. Tropical, Sub-tropical, Temperate, Tree and Small Fruits. Horticultural Publications. New Jersey.
Lægreid, M., O. C. Bøckman and O. Kaarstad. 1999. Agriculture, Fertilizers and the Environment. CABI Publishing. New York. 294 p.
Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CABI Publishing. New York. 445 p.
Plaster, E. J. 2003. Soil Science and Management. Forth Edition. Delmar Learning. New York. 384 p.
Purseglove, J. W. 1972. Tropical Crops Monocotyledons 2. Longman Group Limited. London. 607 p.
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2007. Acuan Standar Operasional Produksi Pisang. Bogor. 79 hal.
--- . http://rusnasbuah.or.id/. 11 November 2008.
Resh, H. M. 2004. Hydroponic Food Production: a definitive guidebook of soilless food-growing methods. Sixth Edition. Newconcept Press, Inc. New Jersey. 567 p.
Robinson, J. C. 1999. Bananas and Plantains. CABI Publishing. New York. 238 p.
Susilaningsih, T. 2005. Respon Pertumbuhan Tanaman Pisang Ambon Kuning Terhadap Pemupukan Kalium. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 41 hal.
Lampiran 1.
PERHITUNGAN BIAYA PENGAPURAN DAN PENAMBAHAN
DOSIS PUPUK KCl
1. Biaya Pengapuran Berdasarkan Netralisasi Al-dd
Kapur yang digunakan ialah kapur pertanian dengan 100% CaCO3 dengan
harga Rp 1 250,-/kg. Kandungan aluminium tanah pada kedalaman 20-40
sebesar 1.12 me/100 g tanah. Jika bobot isi tanah sebesar 1 kg/dm3, maka jumlah kapur yang diperlukan:
Bobot tanah satu hektar = (1 ha x 40 cm) x bobot isi tanah
= 4 x 106 dm3 x 1 kg/dm3 = 4 x 106 kg
1.12 me Al/ 100 g tanah = 1.12 me CaCO3/ 100 g tanah
=
= 56 mg CaCO3/ 100 g tanah
= 560 mg CaCO3/ kg x bobot tanah
= 560 mg CaCO3/ kg x (4 x 106 kg/ha)
= 2 240 x 106 mg CaCO3/ ha = 2 240 kg CaCO3/ ha
↔ Rp 2 800 000,-/ ha
2. Biaya Penambahan Dosis Pupuk KCl
Jika pada penelitian ini pemupukan KCl (50% K2O) hingga 3 100
g/tanaman/tahun belum memberikan pengaruh yang nyata, maka dosis
tersebut perlu ditingkatkan.
Kebutuhan K2O = 50% x 3 100 g/tanaman/tahun = 1 550 g/tanaman/tahun
Dengan kepadatan 1 000 tanaman/ha, maka kebutuhan K2O menjadi 1 550
kg/ha/tahun.
Pupuk KCl yang tersedia di pasar memiliki kandungan K2O kurang lebih
20%, sehingga kebutuhan pupuk KCl menjadi 7 750 kg/ha/tahun. Dengan
harga pupuk KCl saat ini Rp 8 000,-/kg, maka biaya pupuk KCl tersebut
Tabel Lampiran 1. Data Analisis Tanah
Aspek Metode Kedalaman Status
0-20 cm 20-40 cm
pH H2O 4.80 5.40 Masam
pH KCl 3.90 4.40 Masam
C-Organik (%) Walkley & Black 1.56 1.38 Rendah
N Total (%) Kjeldhal 0.14 0.12 Rendah
P (ppm) Bray I 12.50 2.00 Sangat tinggi
P (ppm) HCl 25% 170.30 32.60 Sangat tinggi
Ca (me/100 g) N NH4OAc pH 7.0 3.79 6.35 Rendah-sedang
Mg (me/100 g) N NH4OAc pH 7.0 0.42 0.82 Rendah
K (me/100 g) N NH4OAc pH 7.0 0.15 0.23 Rendah
Na (me/100 g) N NH4OAc pH 7.0 0.33 0.34 Rendah
KTK (me/100 g) N NH4OAc pH 7.0 20.82 18.07 Sedang
KB (%) 22.53 42.83 Rendah-sedang
Al (me/100 g) N KCl 2.05 1.12 Sangat rendah
H (me/100 g) N KCl 0.36 0.32
Fe (ppm) 0.05 N HCl 4.48 2.96
Cu (ppm) 0.05 N HCl 2.48 1.80
Zn (ppm) 0.05 N HCl 5.68 9.00
Mn (ppm) 0.05 N HCl 29.84 32.80
Tekstur (%)
Pasir 9.83 15.85
Debu 18.38 22.09
Liat 71.79 62.06
Tabel Lampiran 2. Data Iklim
Bulan Tahun Suhu (ºC) Kelembaban
nisbi (%)
Curah hujan (mm/bulan)
Desember 2007 25.3 89 476
Januari 2008 25.7 84 251
Februari 2008 24.4 90 377
Maret 2008 25.1 87 673
April 2008 25.6 86 527
Mei 2008 25.8 82 277
Juni 2008 25.6 83 172
Tabel Lampiran 3. Data Analisis Daun
Perlakuan Kelompok Kadar Air N Total Ca Total K Total
BKU (%) BKM (%) (%) (%) (%)
0 g/tanaman
1 17.72 21.53 3.50 0.20 2.36
2 34.94 53.71 4.32 0.17 2.66
3 35.44 54.90 4.17 0.20 2.45
100 & 225 g/tanaman
1 22.90 29.71 3.96 0.15 2.43
2 7.40 7.98 3.18 0.19 2.09
3 7.45 8.04 3.18 0.18 2.15
200 & 450 g/tanaman
1 9.64 10.67 3.24 0.13 2.26
2 21.89 28.03 3.42 0.15 2.71
3 28.00 38.89 3.72 0.14 2.73
300 & 675 g/tanaman
1 29.11 41.06 3.95 0.22 2.71
2 29.09 41.01 3.60 0.20 2.86
3 38.21 61.84 3.82 0.17 3.12
400 & 900 g/tanaman
1 43.32 76.43 4.03 0.13 3.10
2 44.95 81.64 3.70 0.19 3.50
3 20.45 25.71 2.80 0.15 2.55
Keterangan:
Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Analysis of Covariance Tinggi Tanaman Pisang Raja Bulu pada 16 – 36 MST.
MST Sumber
Keragaman db
Jumlah
Kuadrat F Hit Pr > F KK (%) 16 Tinggi 14 MST 1 919.77 168.86 0.000 4.057
Kalium 4 21.85 1.84 0.226
Kelompok 2 5.39 0.78 0.496
Galat 7 24.28
Total Koreksi 14 971.29
18 Tinggi 14 MST 1 1148.04 64.05 0.000 6.659
Kalium 4 18.13 0.53 0.717
Kelompok 2 23.92 0.99 0.420
Galat 7 84.96
Total Koreksi 14 1275.05
20 Tinggi 14 MST 1 1092.02 47.90 0.000 7.086
Kalium 4 14.35 0.35 0.834
Kelompok 2 67.05 2.01 0.204
Galat 7 116.60
Total Koreksi 14 1290.02
22 Tinggi 14 MST 1 1108.82 31.20 0.001 8.001
Kalium 4 52.31 0.58 0.689
Kelompok 2 210.87 3.54 0.087
Galat 7 208.68
Total Koreksi 14 1580.67
24 Tinggi 14 MST 1 1105.84 28.24 0.001* 8.693
Kalium 4 87.11 0.76 0.581*
Kelompok 2 522.81 6.05 0.030*
Galat 7 302.35
Total Koreksi 14 2018.10
26 Tinggi 14 MST 1 1233.83 27.63 0.001* 8.815
Kalium 4 98.56 0.76 0.583*
Kelompok 2 698.13 6.75 0.023*
Galat 7 362.17
Total Koreksi 14 2392.69
28 Tinggi 14 MST 1 1605.67 26.72 0.001* 8.829
Kalium 4 391.21 1.74 0.246*
Kelompok 2 1172.31 6.92 0.022*
Galat 7 593.15
Total Koreksi 14 3762.34
30 Tinggi 14 MST 1 1607.00 24.75 0.002* 8.936
Kalium 4 386.80 1.54 0.288*
Kelompok 2 1670.40 8.32 0.014*
Galat 7 703.10
Tabel Lampiran 4. Lanjutan...
MST