• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Pertanian Tanaman Pangan Di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Pertanian Tanaman Pangan Di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

ARAHAN PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN

PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL

PROVINSI PAPUA

MARIANUS KERATOROP

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

(4)

RINGKASAN

MARIANUS KERATOROP. Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Di bimbing oleh WIDIATMAKA dan SUWARDI.

Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup petani dan kesejahteraan masyarakat. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional maupun daerah. Sektor ini dapat menopang pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Data BPS Boven Digoel tahun 2012 menunjukkan bahwa berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Boven Digoel tahun 2012, kontribusi sektor pertanian sebesar 13,99%. Kontribusi ini berada pada urutan ketiga terhadap PDRB Kabupaten Boven Digoel. Pada sector pertanian tersebut, subsektor tanaman pangan memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Boven Digoel sebesar 1,13%.

Kabupaten Boven Digoel memiliki bentang alam yang beragam antara dataran rendah, bergelombang, perbukitan sampai pegunungan dan memiliki potensi sumberdaya alam yang besar. Potensi sumberdaya alam tersebut merupakan peluang untuk pengembangan pertanian, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Potensi lahan pertanian tersebut, saat ini baru tergarap untuk subsektor tanaman pangan seluas 250 ha (BPS Boven Digoel 2012). Komoditas pertanian tanaman pangan yang diusahakan adalah ubi kayu, ubi jalar, padi, jagung, kacang tanah dan kacang hijau. Luas panen ubi kayu saat ini adalah 16 ha dengan produksi 109 ton, ubi jalar memiliki luas panen 18 ha dengan produksi sebanyak 88 ton, tanaman padi seluas 22 ha dengan produksi 7 ton, dan kacang hijau seluas 4 ha dengan produksi 3 ton. Luas lahan yang sudah digarap saat ini sangat kecil dibandingkan dengan luas lahan keseluruhan. Perluasan pengusahaan pertanian tanaman pangan Kabupaten Boven Digoel diarahkan pada komoditas-komoditas strategis dan unggulan. Pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan perlu dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, ekologi dan sosial agar mendukung keberlanjutan pembangunan sektor pertanian.

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memberikan arahan dan strategi pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Boven Digoel. Untuk mencapai tujuan utama tersebut, ditetapkan 4 tujuan antara sebagai berikut: (1) mengidentifikasi dan menetapkan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan, (2) mendelineasi lahan tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan, (3) menilai kesesuaian lahan pada lahan tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan, dan (4) menyusun arahan pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Location Quotient (LQ) dan Differential Shitf (DS) dalam Shitf Share Analysis (SSA), analisis ketersediaan lahan, analisis kesesuaian lahan, analisis presepsi stakeholder dengan metode SWOT dan penyusunan arahan penggunaan lahan untuk komoditas unggulan pertanian tanaman pangan.

(5)

kacang tanah, padi dan jagung. Lahan tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan berdasarkan pada ketentuan formal pada pola ruang RTRWK dan peta status kawasan hutan adalah seluas 36.227 ha. Karena kecilnya lahan tersedia, diusulkan perubahan pada RTRWK dan pemanfaatan hutan produksi konversi. Usulan pertama adalah memasukkan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) dalam peta status kawasan hutan sebagai lahan tersedia. Jika ini dapat dilakukan, maka berdasarkan usulan 1 ini, lahan yang tersedia untuk pengembangan komoditas tanaman pangan adalah seluas 43.401 ha. Usulan kedua adalah dengan memasukkan lahan HPK dari pola ruang dalam RTRWK Boven Digoel sebagai lahan tersedia. Jika ini dilakukan, maka lahan yang tersedia berdasarkan usulan 2 ini adalah seluas 610.990 ha. Kedua usulan tersebut berimplikasi pada usulan untuk merevisi RTRW Kabupaten Boven Digoel. Analisis kesesuaian lahan dilakukan pada lahan tersedia untuk komoditas unggulan pertanian tanaman pangan utama yaitu ubi kayu, ubi jalar dan padi. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan pada komoditas utama pada lahan tersedia adalah kelas lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) dan tidak sesuai (N).

Dalam hal arahan pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan, komoditas ubi kayu diarahkan pengembangannya pada lahan tersedia di 11 distrik yaitu Distrik Arimop, Fofi, Iniyandit, Jair, Ki, Kombut, Mandobo, Mindiptana, Ninati, Subur dan Waropko. Komoditas ubi jalar diarahkan pada 9 distrik yaitu Distrik Ambatkwi, Arimop, Iniyandit, Jair, Kombut, Mandobo, Mindiptana, Ninati, dan Waropko. Komoditas padi diarahkan pengembangan pada 11 distrik yaitu Distrik Arimop, Fofi, Iniyandit, Jair, Ki, Kombut, Mandobo, Mindiptana, Ninati, Subur dan Waropko. Selain itu distrik yang diarahkan pengembangannya lebih dari satu jenis komoditas yaitu ubi kayu dan atau padi di Distrik Fofi, Jair, Ki, Mandobo, dan Subur. Komoditas ubi kayu dan atau ubi jalar pengembangannya diarahkan pada Distrik Iniyandit, Jair, Subur dan Waropko.

(6)

SUMMARY

MARIANUS KERATOROP. Direction of Development for Agricultural Commodities Crops in Boven Digoel Regency, Papua Province. Supervised by WIDIATMAKA and SUWARDI.

The development of agriculture is one of the goals to improve the living standard of farmers and people welfare. The agricultural sector has a strategic role in the development of national and regional economy. It is one sector that can sustain the economic growth in Boven Digoel Regency. Based on the Gross Regional Domestic Product (GRDP) of Boven Digoel in 2012, the contribution of the agricultural sector was 3.99%, lower than those of other sectors to GRDP. However, the agricultural sector still ranks third in the contribution to GRDP of Boven Digoel. In the GDP of the agricultural sector, the sub-sector of food crops contributed economic growth to the GRDP of Boven Digoel by 1.13% of the agricultural sector (BPS Digoel 2012).

Boven Digoel has a landscape varying from lowlands, undulating, and hills to mountains, which is potential natural resources. It is potential for the development of food crops on both lowland and highland. It covers a large area of potential agricultural land of 27108 ha, giving a tremendous opportunity for the agricultural commodity crops-based development of the region. The agricultural land already cultivated for food crops covers an area of 250 ha (BPS Digoel 2012). The food crops cultivated are cassava, sweet potatoes, rice, corn, peanuts and green beans, with the harvested area and production of food crops, respectively, 16 ha and 109 tons (cassava), 18 ha and 88 tons (sweet potato), 22 ha and 7 tons (rice), and 4 ha and 3 tons (green beans). These land acreage and the production of food crops that have been cultivated are at present not proportional to the condition of the land area. Expansion and increased production of food crops in Boven Digoel are directed or recommended toward strategic and high-priority commodities. The development of these commodities needs to consider the economic, ecological and social aspects for the sustainable development of the agricultural sector.

The purpose of this study in general is to provide directions and strategies for the regional development based on the leading commodity of food crops in the Boven Digoel Regency. This study set out four objectives to achieve the general goal: (1) to identify and determine the high-priority commodity of food crops, (2) to delineate the land available for the development of high-priority commodity of food crops, (3) to assess the suitability of the land available for the development of high-priority commodity of food crops and (4) to formulate directions or recommendations in the development of high-priority commodity of food crops in Boven Digoel Regency. The methods used in this research are the analysis of Location Quotient (LQ) and components of Differential Shift (DS) in Shift Share Analysis (SSA), land availability analysis, land suitability analysis, analysis of

stakeholder’s perception using the SWOT method and formulation of directions or

recommendation in land use for high-priority commodity of food crops.

(7)

commodities of food crops is based on the formal regulation on the pattern of the Spatial Planning in Boven Digoel Regency (RTRWK) and the forest area is 36,227 ha, while the first proposed land area is 43,401 ha and the second proposed area is 610,990 ha. The resulted analysis of the land suitability categories for the major foods indicated that the land is suitable for cassava, sweet potatoes and rice as high-priority commodities. The land suitability categories for the primary commodities are very suitable (S1), adequately suitable (S2), marginally suitable (S3) and not suitable (N). Cassava is on land of S1, S2 and S3 categories. The sweet potatoes are on land of S1, S2, S3 and N categories, while rice is only on land of S3 category (marginally suitable).

The directed or recommended development of high-priority commodities of food crops in Boven Digoel Regency on the existing land points to cassava, sweet potatoes and rice. Cassava is recommended for development on the available land in 11 Districts: namely, Arimop, Fofi, Iniyandit, Jair, Ki, Kombut, Mandobo, Mindiptana, Ninati, Subur and Waropko. Sweet potato is recommended in nine Districts: Ambatkwi, Arimop, Iniyandit, Jair, Kombut, Mandobo, Mindiptana, Ninati, and Waropko. Rice is recommended for development in 11 Districts: Arimop, Fofi, Iniyandit, Jair, Ki, Kombut, Mandobo, Mindiptana, Ninati, Subur and Waropko. In addition, the Districts recommended to develop more than one type of commodities, namely cassava and rice are Fofi, Jair, Ki, Mandobo, and Subur. Cassava and or sweet potatoes are directed for development in the Districts of Iniyandit, Jair, Subur and Waropko.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

ARAHAN PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN

PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN

BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Allah Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih pada tesis ini adalah Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua. Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis komoditas pertanian tanaman pangan unggulan, lahan tersedia dan kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan, dan arahan pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Boven Digoel.

Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr Ir Widiatmaka, DAA dan bapak Dr Ir Suwardi, M.Agr selaku dosen, ketua dan anggota komisi pembimbing dengan kesabaran dan ikhlas dalam membimbing sehingga membuka wawasan penulis dalam menyelesaikan tesis. 2. Ibu Dr Dra Khursatul Munibah, M.Sc selaku dosen penguji luar komisi yang

telah memberikan saran dan arahan untuk penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Dr Ir Ernan Rustiadi, M.Agr selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah yang dengan ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis selama perkuliahan dan penulisan tesis/karya ilmiah.

4. Bapak Ir Isran Noor, M.Si Bupati Kutai Timur, dengan iklas dan penuh kesabaran dalam memberikan biaya studi kepada penulis selama studi hingga penulis menyelesaikan tesis ini.

5. Pemerintah Kabupaten Jayapura yang telah memberikan tugas belajar kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pascasarjana di IPB Bagor.

6. Bupati Boven Digoel yang telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian di wilayah Kabupaten Boven Digoel.

7. Rekan-rekan PWL 2012 kelas reguler dan semua pihak yang namanya tidak tercantum juga telah memberikan andil secara iklas membantu penulis dalam studi di IPB hingga penyelesaian tesis ini.

Terima kasih yang istimewa khusus penulis sampaikan kepada kedua orangtua Ayahanda Karolus M. Komanik (almarhum) dan Ibunda Katarina K. Mukuron, yang telah melahirkan, membesarkan, memelihara, mendidik, dan mendoakan, serta pengorbanan yang sangat besar dalam kehidupan penulis. Kepada kakanda Walter Djan Komanik (almarhum), Yosephina Komanik, dan adik-adik Selestina Komanik, Anselma Komanik, Antonia Komanik dan Agusta Komanik (almarhumah), bapak adik Lukas Komanik, Willem Komanik dan istri terkasih Ancelina K. Ukarop, S.Sos, MAP. Serta anak-anak keponakan Selviana Botowop, Selestinus N. Komanik, Loisa Beteop, Gerardus Beteop, dan Abraham Beteop, dimana semua keluarga, senantiasa memberikan dorongan, semangat serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2016

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Kerangka Pemikiran 5

2 TINJAUAN PUSTAKA 7

Konsep Pertanian 7

Komoditas Unggulan Pertanian Tanaman Pangan 7

Pengembangan Wilayah 9

Sistim Informasi Geografis 12

Evaluasi Kesesuaian Lahan 13

3 METODE PENELITIAN 15

Lokasi dan Waktu Penelitian 15

Bahan dan Alat 15

Jenis dan Sumber Data 15

Metode Pengumpulan Data 15

Metode Analisis Data 18

4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 24

Sejarah Singkat Kabupaten Boven Digoel 24 Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 25

Kondisi Fisik Wilayah 27

Kondisi Demografi 32 Potensi Sektor Pertanian Kabupaten Boven Digoel 33

Perekonomian Kabupaten Boven Digoel 34

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 36

Komoditas Unggulan Pertanian Tanaman Pangan 36

Lahan Tersedia 39

Ketersediaan Lahan Pengembangan Komoditas Unggulan PertanianTanaman Pangan 44 Evaluasi Kesesuain Lahan Komoditas Unggulan Pertanian Tanaman Pangan

Arahan Wilayah dan Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan

(16)

6 SIMPULAN DAN SARAN 66

Simpulan 66

Saran 67

DAFTAR PUSTAKA 68

LAMPIRAN 72

(17)

DAFTAR TABEL

1 2

Jenis data, sumber data, analisis dan hasil

Rata-rata luas panen komoditas tanaman pangan di Kabupaten Boven Digoel

17 20 3 Kriteria ketersediaan lahan berdasarkan peta RTRWK, peta status

kawasan hutan, penggunaan lahan eksisting Kabupaten Boven Digoel 21 4 Kualitas dan karakteristik lahan dalam evaluasi lahan 22

5 Matriks SWOT 24

6 Luas dan persentase wilayah Kabupaten Boven Digoel menurut distrik 26 7 Luas dan persentase wilayah menurut kemiringan kelas lereng 27 8 Curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara Kabupaten Boven

Digoel Tahun 2013 28

9 Panjang dan lebar sungai utama yang melintasi wilayah Kabupaten Boven Digoel

30

10 Jenis tanah di Kabupaten Boven Digoel 30

11 Luas dan persentase jenis tanah di Kabupaten Boven Digoel 31 12 Jumlah, jenis kelamin dan sebaran kepadatan penduduk menurut distrik

di Kabupaten Boven Digoel Tahun 2013 32

13 Luas panen dan produksi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Boven

Digoel Tahun 2009 dan 2013 34

14 Luas panen dan produksi tanaman hortikultura di Kabupaten Boven

Digoel Tahun 2009 dan 2013 34

15 Distribusi dan persentase PDRB Kabupaten Boven Digoel, atas dasar

harga berlaku (ADHK) dirinci menurut lapangan usaha Tahun 2008-2012 35 16 Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Boven Digoel, atas dasar harga

berlaku (ADHK) dirinci menurut lapangan usaha Tahun 2008-2012 35 17 Nilai LQ dan DS dalam SSA komoditas unggulan pertanian tanaman

pangan Kabupaten Boven Digoel 37

18 Daftar komoditas unggulan pertanian tanaman pangan hasil LQ dan SSA 38 19 Jenis, luas dan persentase penggunaan lahan eksisting Kabupaten Boven

Digoel Tahun 2013 39

20 Jenis, luas dan persentase penggunaan lahan pola ruang RTRW

Kabupaten Boven Digoel Tahun 2011-2031 40

21 Jenis, luas dan persentase penggunaan lahan kawasan hutan Kabupaten

Boven Digoel Tahun 2012 43

22 Ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian

tanaman pangan, perdistrik di Kabupaten Boven Digoel 47 23 Kelas kesesuaian lahan komoditas ubi kayu pada lahan tersedia 50 24

25

Kelas kesesuaian lahan komoditas ubi jalar pada lahan tersedia Kelas kesesuaian lahan komoditas padi, pada lahan tersedia

53 55 26 Distrik dan luas arahan pengembangan komoditas unggulan pertanian

tanaman pangan pada lahan tersedia usulan 2 58

27 Faktor-faktor internal dan eksternal pengembangan komoditas unggulan

(18)

28 29

Hasil analisis matriks Internal Strategy Factors Analysis Summary (IFAS) Hasil analisis matriks Eksternal Strategy Factors Analysis Summary (EFAS)

61 62

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 6

2 Bagan alir penelitian dan pengolaan data 18

3 Foto penjara Boven Digoel yang dibangun Pemerintah Hindia Belanda 25

4 Peta administrasi Kabupaten Boven Digoel 26

5 Peta kelas lereng Kabupaten Boven Digoel 28

6 Peta curah hujan Kabupaten Boven Digoel 29

7 Grafik distribusi curah hujan Kabupaten Boven Digoel 29

8 Peta jenis tanah Kabupaten Boven Digoel 31

9 Matriks kuadran kombinasi analisis LQ-SSA 38

10 Peta penggunan lahan eksisting Kabupaten Boven Digoel Tahun 2013 41 11 Peta pola ruang RTRW Kabupaten Boven Digoel 2011-2031, Tahun 2011 41 12 Beberapa gambar penggunaan lahan eksisting Kabupaten Boven Digoel 42 13 Peta status kawasan hutan Kabupaten Boven Digoel Tahun 2012 44

14 Peta lahan tersedia 48

15 Peta lahan tersedia usulan 1 48

16 Peta lahan tersedia usulan 2 49

17 Peta sebaran kelas lahan komoditas ubi kayu pada lahan tersedia 51 18 Peta sebaran kelas lahan komoditas ubi kayu pada lahan tersedia usulan 1 51 19 Peta sebaran kelas lahan komoditas ubi kayu pada lahan tersedia usulan 2 52 20 Peta sebaran kelas lahan komoditas ubi jalar pada lahan tersedia 53 21 Peta sebaran kelas lahan komoditas ubi jalar pada lahan tersedia usulan 1 54 22 Peta sebaran kelas lahan komoditas ubi jalar pada lahan tersedia usulan 2 54 23 Peta sebaran kelas lahan komoditas padi pada lahan tersedia 55 24 Peta sebaran kelas lahan komoditas padi pada lahan tersedia usulan 1 56 25 Peta sebaran kelas lahan komoditas padi pada lahan tersedia usulan 2 56 26 Peta arahan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan, pada lahan

tersedia 59

27 Hasil analisis matriks internal-ekternal 63

28 Hasil analisis matriks space 64

29 Hasil analisis matriks SWOT 65

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kriteria lahan komoditas ubi kayu (Manihot esculenta) 73 2 Kriteria lahan komoditas ubi jalar (Ipomea batatas) 74

3 Kriteria lahan komoditas padi (Oryza sativa) 75

4 5 6

Peta sebaran pengambilan sampel tanah Kabupaten Boven Digoel Peta jenis tanah Kabupaten Boven Digoel pada lahan tersedia Peta SPL Kabupaten Boven Digoel pada lahan tersedia

(19)

7 8 9 10

Tabel data fisik lahan dan kimia tanah pada lokasi penelitian Hasil penilaian kesesuaian lahan komoditas ubi jalar

Hasil penilaian kesesuaian lahan komoditas ubi kayu Hasil penilaian kesesuaian lahan komoditas padi

(20)
(21)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup petani dan kesejahteraan masyarakat. Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional saat ini. Pembangunan selalu menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi, yang berimpit pada pemusatan pembangunan pada sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat hasil pembangunan yang telah dilakukan dan bertujuan menentukan arah dan kebijakan pembangunan di masa yang akan datang. Salah satu sektor yang dapat mendukung dan menunjang pembangunan ekonomi adalah sektor pertanian. Pada sektor pertanian tersebut, subsektor pertanian tanaman pangan merupakan salah satu prioritas utama bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sektor pertanian ikut memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian nasional dan daerah. Untuk itu, sudah sewajarnya sektor pertanian secara umum dan subsektor tanaman pangan secara khusus dijadikan sebagai motor penggerak pembangunan. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi nasional maupun daerah harus diletakkan pada pembangunan sektor pertanian

sehingga benar-benar menghasilkan sektor pertanian yang kuat. Pertanian

memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam kehidupan manusia, sebagai penyedia pangan bagi masyarakat agar tercipta ketahanan pangan nasional.

(22)

2

merupakan komoditas yang mempunyai permintaan yang kuat baik untuk pasar domestik maupun pasar internasional dan keunggulan kompetitif.

Kabupaten Boven Digoel merupakan daerah otonom baru yang dibentuk pada tahun 2002 berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun

2002, melalui pemekaran dari Kabupaten Merauke. Karakteristik perekonomian

kabupaten didominasi oleh sektor pertanian (subsektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan darat dan kehutanan). Struktur perekonomian Kabupaten Boven Digoel yang digambarkan dari distribusi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) menunjukkan bahwa pertanian merupakan sektor yang masih menjadi unggulan. Meskipun demikian, sektor pertanian baru menduduki urutan ketiga berdasarkan lapangan usaha pada PDRB dalam memberikan nilai tambah bagi perekonomian kabupaten. Peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Boven Digoel terhadap PDRB tahun 2012 sangat besar yakni sebesar 255.470,47 juta rupiah. Tingginya peranan sektor pertanian ditopang oleh beberapa subsektor yaitu perkebunan yang berkontribusi sebesar 45,84%, kehutanan dengan kontribusi sebesar 34,48%. Subsektor tanaman bahan makanan kontribusinya sebesar 8,64%, lebih tinggi dari subsektor lain seperti, peternakan dan perikanan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Kabupaten Boven Digoel masih mengandalkan pada sektor pertanian secara umum dan tanaman pangan secara khusus.

Data BPS Kabupaten Boven Digoel (2012) menunjukkan bahwa sebagian penduduk Kabupaten Boven Digoel memiliki mata pencaharian di sektor pertanian yaitu sebanyak 53,65% dari jumlah penduduk yang bekerja. Dengan demikian keberhasilan pembangunan daerah antara lain sangat ditentukan oleh sektor pertanian. Pentingnya sektor pertanian di Kabupaten Boven Digoel juga tercermin dari luas wilayah kabupaten yang sebagian besar merupakan lahan potensial untuk pengembangan pertanian. Kabupaten Boven Digoel memiliki potensi lahan pertanian yang cukup besar, namun lahan yang dialokasikan untuk pengembangan pertanian tanaman pangan berdasarkan peraturan daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Boven Digoel tahun 2011 hanya seluas 20.979 ha. Secara teknis, Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel (2013) menyebutkan bahwa baku lahan eksisting seluas 349.212 ha untuk lahan pertanian, terdiri dari lahan tanaman pangan seluas 328.931 ha, hortikultura seluas 134 ha dan baku lahan eksisting untuk perkebunan seluas 20.147 ha.

(23)

3 Berdasarkan potensi lahan pertanian yang dimiliki Kabupaten Boven Digoel, maka pengembangan sektor pertanian tanaman pangan dapat dilakukan melalui pendekatan penetapan komoditas pertanian unggulan berdasarkan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh setiap komoditas di setiap distrik. Dalam pengembangan komoditas unggulan, perlu diperhatikan kesesuaian biofisik lahan, dukungan sumberdaya, kebijakan pemerintah dan kesesuaian dengan prospektif makro ekonomi. Dengan kata lain, perencanaan pengembangan komoditas unggulan perlu dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan ekologi agar kegiatan pertanian tanaman pangan dapat berkelanjutan (sustainable). Dalam pengembangan potensi wilayah untuk sektor pertanian, keragaman sifat lahan akan sangat menentukan jenis komoditas yang dapat diusahakan serta tingkat produktivitasnya. Menurut Djaenuddin et al. (2002) setiap jenis komoditas memerlukan persyaratan sifat lahan yang spesifik untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal. Hal ini berarti suatu wilayah dapat saja hanya sesuai dengan komoditas tertentu, tetapi tidak dengan yang lain. Dengan demikian tidak selalu semua jenis komoditas dapat diusahakan di setiap wilayah apabila persyaratan tumbuhnya dari segi lahan tidak terpenuhi. Pengembangan komoditas pertanian tanaman pangan bertujuan untuk memperoleh produksi optimal secara fisik dan secara ekonomi menguntungkan sehingga perlu diusahan di lahan yang sesuai dan memiliki peluang pasar (Djaenuddin 2008; Akbar 2014).

Peningkatan produksi pertanian tanaman pangan Kabupaten Boven Digoel diarahkan pada komoditas-komoditas strategis dan unggulan untuk mendukung ketahanan pangan dan peningkatan produktivitas. Hal ini telah ditetapkan dalam strategi operasional Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Boven Digoel. Pengembangan komoditas pertanian tanaman pangan di Kabupaten Boven Digoel perlu dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, ekologi dan sosial sehingga dapat mendukung aspek keberlanjutan pembangunan sektor pertanian.

Perumusan Masalah

(24)

4

diantisipasi. Oleh karena itu diperlukan kebijakan pemerintah menetapkan kawasan atau wilayah tertentu sebagai lahan yang disediakan untuk pengembangan subsektor pertanian tanaman pangan. Potensi lahan pertanian di Kabupaten Boven Digoel sangat luas sementara komoditas pertanian tanaman pangan yang diusahakan luasannya sangat sedikit dari luas lahan kabupaten dan belum ada komoditas pertanian yang menjadi komoditas andalan yang diusahakan secara kontinyu.

Pengembangan sektor pertanian memerlukan sumberdaya lahan yang memadai untuk peningkatan produksi pertanian tanaman pangan. Dalam rangka penyediaan bahan pangan, maka diperlukan perencanaan ketersediaan lahan sesuai Undang-undang No. 41 Tahun 2009. Untuk perencanaan pembangunan pertanian di Kabupaten Boven Digoel diperlukan penetapan kawasan atau wilayah tertuntu, sebagai wilayah pengembangan subsektor pertanian tanaman pangan. Perencanaan pengembangan pertanian memerlukan karakterisasi biofisik wilayah termasuk lahan yang tersedia dan sesuai. Ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan merupakan hal yang mutlak untuk diketahui dalam perencanaan pembangunan komoditas pertanian tanaman pangan. Untuk itu diperlukan kajian lebih mendalam, untuk mengetahui kondisi agroekologi wilayah pengembangan pertanian tanaman pangan. Pengembangan pertanian tanaman pangan Kabupaten Boven Digoel dilakukan dengan memaksimalkan potensi sumberdaya lahan sehingga pengembangan wilayah dalam konteks pembangunan sektor pertanian dapat terlaksana dengan baik dan terencana. Upaya peningkatkan produksi dan produktivitas tanaman memerlukan dukungan sumberdaya lahan, sarana-prasarana dan infrastruktur yang memadai. Penyediaan sarana-prasarana dan infrastruktur pembangunan pertanian merupakan kewajiban pemerintah daerah untuk peningkatan produksi pertanian agar meningkatkan perekonomian daerah dan kesajahteraan bagi petani. Produksi dan produktivitas komoditas pertanian tanaman pangan ditentukan pula oleh beberapa faktor yaitu lahan yang tersedia, kesuburan tanah, iklim, kesesuaian lahan sehingga dapat menunjang pengembangan komoditas pertanian tanaman pangan.

Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel memiliki program pengembangan berbagai ragam jenis komoditas pertanian. Hal ini untuk mendukung visi dan program pemerintah Kabupaten Boven Digoel. Dalam pelaksanaan program pengembangan komoditas pertanian tanaman pangan memerlukan kerjasama antara semua stakeholder. Peran dan partisipasi stakehoder sangat diperlukan untuk pengembangan pertanian tanaman pangan sesuai aspirasi dan keberlanjutan. Pengembangan komoditas pertanian memerlukan strategi dan arahan pengembangan komoditas unggulan, sehingga pendapat atau persepsi stakeholder perlu menjadi dasar pertimbangan. Berdasarkan pada hasil analisis komoditas unggulan, ketersediaan lahan dan tingkat kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan, maka dapat disusun strategi dan arahan pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan.

Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan beberapa permasalahan yang menjadi permasalahan penelitiaan di Kabupaten Boven Digoel sebagai berikut:

(25)

5 2. Belum diketahuinya lahan tersedia untuk pengembangan komoditas

unggulan pertanian tanaman pangan.

3. Belum diketahuinya kesesuaian lahan komoditas pertanian tanaman

pangan .

4. Belum adanya arahan penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memberikan arahan dan strategi pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Boven Digoel. Untuk mencapai tujuan utama tersebut, ditetapkan 4 (empat) tujuan antara yaitu:

1. Mengidentifikasi dan menetapkan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan.

2. Mendelineasi lahan tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan.

3. Menilai kesesuaian lahan pada lahan tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan.

4. Menyusun arahan pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Boven Digoel.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi masyarakat dan semua stakeholder di Kabupaten Boven Digoel. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan masukan kepada pemerintah daerah Kabupaten Boven Digoel sebagai pertimbangan dalam menyusun dan menetapkan arahan pengembangan pewilayahan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam penelitian-penelitian lanjutan di Kabupaten Boven Digoel.

Kerangka Pemikiran

(26)

6

membangun sektor pertanian yang lebih kuat, berdaya saing tinggi dan berproduktivitas tinggi sehingga mencapai pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

Pembangunan pertanian sebaiknya didasarkan pada kondisi biofisik wilayah yaitu tersedianya lahan yang sesuai. Lahan tersedia yang sesuai untuk komoditas pertanian merupakan faktor utama dalam peningkatan produksi dan produktivitas pertanian. Menurut Rustiadi et al. (2011), perencanaan pengembangan wilayah harus ditunjang oleh empat pilar pokok yaitu (1) inventarisasi, klasifikasi dan evaluasi sumberdaya, (2) aspek ekonomi, (3) aspek kelembagaan (institusi) dan (4) aspek lokasi atau spasial (ruang). Oleh sebab itu perencanaan pengembangan wilayah dalam aspek pembangunan pertanian hendaknya dimulai dari kajian potensi sumberdaya lahan yang dimiliki wilayah tersebut. Identifikasi sumberdaya lahan wilayah dapat dilakukan dengan mendeliniasi lahan tersedia, mengevalualiasi kesesuaian lahannya serta mengidentifikasi komoditas unggulan pertanian tanaman pangan secara komparatif dan kompetitif.

(27)

7

2 TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Pertanian

Pertanian memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam kehidupan manusia, sebagai penyedia pangan masyarakat untuk menciptakan ketahanan pangan nasional. Pertanian dipandang sebagai sektor yang memiliki kemampuan khusus dalam memadukan pertumbuhan dan pemerataan (growth with equity) atau pertumbuhan yang berkualitas (Daryanto dan Hafizrianda 2009). Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima subsektor yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sebagian besar hasil pertanian adalah bahan makanan terutama beras yang dikonsumsi sendiri dan seluruh hasil perkebunan adalah ekspor. Wilayah pedesaan yang bercirikan pertanian sebagai basis ekonomi sedangkan wilayah perkotaaan bercirikan aktivitas ekonomi sekunder baik yang sifatnya industri, perdagangan maupun jasa.

Dengan kemajuan yang dicapai sektor pertanian tanaman pangan, maka pembangunan sektor industri yang didukung sektor pertanian juga semakin maju (Alkadri 1999). Menurut Dumairy (1996) subsektor tanaman pangan juga disebut subsektor pertanian rakyat karena tanaman pangan biasanya diusahakan oleh rakyat bukan oleh perusahan atau pemerintah. Subsektor ini mencakup komoditas tanaman bahan makanan seperti jagung, padi, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kedelai, sayur-sayuran dan buah-buahan. Lahan pertanian memiliki peran dan fungsi strategis bagi masyarakat yang bercorak agraris, yang menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Oleh karena itu lahan merupakan sumber daya pokok dalam usaha pertanian, terutama bagi yang sebagian besar bidang usahanya masih bergantung pada pola pertanian berbasis lahan.

Komoditas Unggulan Pertanian Tanaman Pangan

Pengalokasian dan pengembangan sumber daya alam berupa komoditas unggulan pertanian dapat dijadikan sebagai motor penggerak pembangunan suatu daerah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Suatu komoditas pertanian untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal memerlukan kualitas dan karakteristik lahan serta manajemen tertentu (FAO 1976; Djaenuddin et al. 2003).

Menurut Sudaryanto dan Syafa’at (2002) pengembangan komoditas pertanian

yang sesuai secara biofisik dan menguntungkan secara ekonomi sangat penting dalam perencanaan pengkajian teknologi untuk pengembangan komoditas unggulan dengan mempertimbangkan kemampuan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan kelembagaan, sehingga pengembangan komoditas tersebut berkelanjutan. Konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing (keunggulan) potensial dalam arti daya saing yang akan dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi. Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dikatakan pula memiliki efisiensi secara ekonomi.

(28)

8

campuran, (multiple land utilization types) maupun individual (compound utilization types) agar mampu berproduksi optimal (Djaenuddin et al. 2002). Keunggulan komparatif suatu komoditas bagi suatu negara atau daerah adalah bahwa komoditas itu lebih unggul secara relatif dengan komoditas lain di daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah riil. Keunggulan komparatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang secara perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan daerah (Tarigan 2005). Sedangkan sektor unggulan menurut Tumenggung (1996) adalah sektor yang memiliki keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif dengan produk sektor sejenis dari daerah lain, serta memberikan nilai manfaat yang besar. Sektor unggulan juga memberikan nilai tambah dan produksi yang besar, memiliki multiplier effect yang besar terhadap perekonomian lain, serta memiliki permintaan yang tinggi baik pasar lokal maupun pasar ekspor (Mawardi 1997).

Ambardi (2002) mengemukakan bahwa ada beberapa ciri komoditas unggulan antara lain komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama (prime mover) pembangunan yang artinya mempunyai kontribusi yang menjanjikan pada peningkatan produksi dan pendapatan, memiliki keterkaitan kedepan yang kuat, baik secara komoditas unggulan maupun komoditas lainnya, mampu bersaing dengan produksi sejenis dari wilayah lain dipasar nasional baik dalam harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan, maupun aspek-aspek lainnya, memiliki keterkaitan dengan daerah lain baik dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasok bahan baku, karena mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya. Pengembangan komoditas unggulan harus mendapat dukungan, misalnya sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan, agar pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.

Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Kecukupan pangan bagi setiap orang setiap saat merupakan hak azasi manusia maka pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk menjadi sasaran utama kebijakan pemerintah (Suryana 2005). Menurut Badan Litbang Pertanian (2003) komoditas unggulan merupakan komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk dikembangkan di suatu wilayah yang penetapannya didasarkan pada berbagai pertimbangan baik secara teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat. Selanjutnya menurut Saragih (2011) komoditas unggulan pertanian tanaman pangan diartikan sebagai komoditas basis adalah komoditas yang dihasilkan secara berlebihan dalam pengertian lebih untuk digunakan dalam suatu wilayah tertentu, sehingga kelebihan tersebut dapat dijual keluar wilayah tersebut.

(29)

9 ketersediaan pangan yang mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi kesehatan. (b) terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman dalam arti bebas dari pencemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia serta aman menurut kaidah agama, (c) terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata dalam arti pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata diseluruh tanah air dan (d) terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau dimana pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau. Friyatno (2001) menyatakan bahwa keberhasilan peningkatan produktifitas usahatani tanaman pangan dipengaruhi beberapa faktor yaitu (a) perbaikan teknologi usahatani; (b) tersedianya anggaran pemerintah yang cukup untuk membiayai berbagai proyek dan program pengembangan teknologi usahatani serta proses sosialisasi ditingkat petani dan (c) pengembangan infrastruktur seperti; irigasi, lembaga penyuluhan dan sebagainya.

Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah (regional development) merupakan upaya untuk memacu perkembangan ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi sosial ekonomi, budaya dan geografis yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada dasarnya pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan wilayah yang bersangkutan (Riyadi. 2002). Menurut Firman (1999) pengembangan wilayah (regional development) juga merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosio-ekonomi, mengurangi kesenjangan, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah, sangat diperlukan karena kondisi sosial-ekonomi, budaya dan geografis yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Utomo dan Sugeng (1999) mengemukan bahwa tujuan pengembangan wilayah mengandung dua sisi yang saling berkaitan. Dari sisi sosial ekonomi, pengembangan wilayah adalah upaya memberikan kesejahteraan kualitas hidup masyarakat, misalnya menciptakan pusat-pusat produksi, memberikan kemudahan prasarana, dan pelayanan logistik. Dari sisi lain secara ekologis, pengembangan wilayah juga bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan sebagai akibat dari campur tangan manusia terhadap lingkungan.

(30)

10

kelembagaan petani dan pasar. Sistem perwilayahan komoditas dapat meningkatkan efisiensi sistem produksi dan distribusi komoditas, karena perwilayahan komoditas pada dasarnya adalah suatu upaya memaksimalkan

comparative advantage” setiap wilayah.

Kebutuhan akan informasi yang akurat tentang potensi dan kondisi wilayah sangat diperlukan untuk dapat melakukan analisis wilayah. Dalam pemanfaatan potensi wilayah, perlu dipertimbangkan agar tidak mengeksploitasi sumberdaya tetapi lebih kepada upaya optimalisasi sumberdaya dengan tanpa mengorbankan sumberdaya dimasa mendatang (Munir 2002). Karenanya ada enam upaya penting yang perlu dilakukan yaitu: (1) melakukan deskripsi jenis-jenis potensi wilayah secara sistematis, misalnya potensi wilayah yang berkaitan dengan pertanian, pariwisata, kehutanan, perikanan, pertambangan dan tenaga kerja; (2) melakukan klasifikasi jenis-jenis potensi wilayah secara sistematis, misalnya pengelompokan potensi wilayah dibidang perikanan, pertanian, pariwisata; (3) melakukan deskripsi dimana setiap potensi wilayah berada, yaitu melakukan deskripsi dimana setiap potensi wilayah yang sudah diklasifikasikan tersebut; (4) melakukan deskripsi jumlah ketersediaan potensi wilayah, yaitu melakukan identifikasi dengan memberikan deskripsi berapa jumlah jenis potensi wilayah yang sudah diklasifikasikan disetiap lokasi; (5) melakukan deskripsi pengembangan potensi wilayah yaitu melakukan identifikasi dengan memberikan deskripsi pengembangan potensi wilayah yang telah dikembangkan dengan orientasi pemikiran akan adanya nilai tambah terhadap potensi wilayah; (6) melakukan deskripsi perubahan-perubahan atas potensi wilayah yang telah diidentifikasi, yaitu melakukan identifikasi dengan memberi deskripsi terhadap jenis potensi wilayah yang telah berubah (Munir 2002). Pengenalan wilayah merupakan hal penting agar dapat melakukan pengembangan wilayah, karena wilayah terbentuk melalui keterkaitan antar aktifitas yang ada didalamnya melalui suatu hubungan fungsional antar aktifitas tersebut. Dalam pengembangan wilayah setidak-tidaknya ada dua tujuan yang hendak dicapai yaitu pertumbuhan wilayah dan keseimbangan wilayah (Munir 2002).

Pengembangan wilayah perlu dilaksanakan dengan mengoptimalkan beberapa prinsip yaitu (1) mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia, mulai dari sumberdaya alam, sumberdaya manusia, maupun sumberdaya sosial dengan tujuan keuntungan komparatif; (2) pengembangan wilayah memerlukan desentralisasi fungsi, yakni adanya distribusi kegiatan; (3) apabila pengembangan kegiatan ekonomi pada suatu wilayah ditujukan sebagai basis

ekspor dengan pemasaran luar negeri, diperlukan aksesibilitas yang tinggi. Dalam

pengembangan wilayah ada tiga sasaran utama yang banyak dicanangkan baik oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas kesempatan berusaha serta menjaga agar pembangunan dapat tetap berjalan secara berkesinambungan (Alkadri 1999).

(31)

11 mendukung sektor industri, baik industri hulu maupun industri hilir. Karenanya sektor pertanian juga mampu menyediakan tenaga kerja yang bekerja disektor industri ini; (3) ekspor hasil pertanian yang semakin meningkat menyumbang devisa yang semakin besar.

(32)

12

mengenai tiap waktu kebijaksanaan dan kegiatan yang mempengaruhi pembangunan pertanian selama jangka waktu tertentu.

Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu cara baru yang berkembang saat ini untuk menyajikan dan melakukan analisis data spasial dengan komputer. Selain mempercepat proses analisis, SIG juga bisa membuat model yang dilakukan secara manual (Barus dan Wiradisastra 2000). Konsep dasar SIG merupakan suatu sistem yang terpadu yang mengorganisir perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan data yang selanjutnya dapat menggunakan sistem penyimpanan, pengolahan maupun analisis data secara simultan sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek spasial. Elemen dasar SIG yang beroperasi pada sistem yang terpadu tersebut meliputi hardware, software, pemasukan data, serta sumberdaya manusia yang bertanggung jawab terhadap masalah desain, implementasi, dan penggunaan dari SIG. Keluaran yang dihasilkan dari keempat elemen tersebut berupa informasi keruangan yang jelas dalam bentuk peta, grafik, tabel ataupun laporan ilmiah.

SIG dapat mendukung fungsi sebagai berikut: (1) menyediakan struktur basis data untuk penyimpanan dan pengaturan data dalam area yang luas; (2) mampu mengumpulkan atau memisahkan data regional, landscap dan skala plot; (3) mampu membantu dalam pengalokasian plot studi dan atau secara ekologi area yang sensitif; (4) meningkatkan kemampuan ekstraksi informasi penginderaan jauh; (5) mendukung analisis statistik spasial pada distribusi ekologi dan (6) menyediakan input data/parameter untuk pemodelan ekosistem. Menurut Aronoff (1993) menguraikan SIG memiliki atas beberapa subsistem yang saling terkait yaitu (1) data input, yang bertanggungjawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-format data kedalam format yang digunakan oleh SIG; (2) data output, sebagai subsistem yang menampilkan atau menghasilkan sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti tabel, grafik, peta dan lain-lain; (3) data manajemen, yang mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut kedalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah di update dan diedit, (4) data manipulasi dan analisis, sebagai subsistem yang menentukan informasi-informasi yang dihasilkan oleh SIG. Selain itu juga melakukan manipulasi dan permodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. Penyajian data spasial dari fenomena geografis didalam komputer dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu raster (grid cell) dan vektor. Bentuk raster adalah penyajian obyek dalam bentuk rangkaian elemen gambar (pixel) yang menampilkan semua obyek dalam bentuk sel-sel. Sedangkan vektor disajikan dalam bentuk titik atau segmen garis karena model data vektor lebih banyak berkaitan dengan bentuk obyek pada peta.

(33)

13 dan analisis multi-kriteria ideal dalam pengambilan keputusan dalam pengembangan wilayah.

Evaluasi Kesesuaian Lahan

Lahan merupakan sumberdaya fisik wilayah utama yang sangat penting untuk diperhatikan dalam perencanaan tataguna lahan (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007), sehingga evaluasi lahan sangat diperlukan untuk penggunaan lahan pertanian yang produktif dan lestari (Wirosoedarmo et al. 2011). Menurut FAO (1976) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Menurut Undang-undang No. 41 Tahun 2009, lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia. Kesesuaian lahan adalah perencanaan pertanian pangan berkelanjutan dan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan yang dilakukan kepada lahan yang secara biofisik terutama dari aspek kelerengan, iklim, sifat fisik, kimia dan biologi cocok untuk dikembangkan pertanian pangan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan. Menurut Djaenudin (2009) suatu komoditas pertanian dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal memerlukan lahan dengan kualitas, karakteristik, dan menejeman tertentu.

Istilah kemampuan lahan (land capability) dan kesesuaian lahan (suitability) digunakan oleh banyak sistem klasifikasi lahan, terutama oleh Soil Conservation Service, USDA (Klingebiel & Montgomery 1961 dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007). Kemampuan lahan (land capability) merupakan kapasitas suatu lahan untuk berproduksi, sedangkan kesesuaian (suitability) merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk penggunaan tertentu. Kemampuan lahan (land capability) adalah potensi lahan yang didasarkan atas kecocokan lahan untuk penggunaan pertanian secara umum yaitu daerah pertanian, padang penggembalaan (ternak), hutan, dan cagar alam. Sedangakan kesesuaian lahan (land suitability) adalah potensi lahan yang didasarkan atas kesesuaian lahan untuk penggunaan pertanian secara lebih khusus.

Kesesuaian lahan merupakan penggambaran tingkat kecocokan

(adaptability) sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu (Permentan 2013).

Menurut Sitorus (2004) Evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya berhubungan

(34)

14

dibagi menjadi dua yaitu ordo S “sesuai” dan N “tidak sesuai”, (2) kelas

menunjukkan tingkat kesesuaian dari masing-masing ordo. Ada tiga kelas dari

ordo tanah yang sesuai yaitu S1 “sangat sesuai”, S2 “cukup sesuai” dan S3 “sesuai

marjinal/bersyarat”. Sedangkan untuk ordo yang tidak sesuai ada dua kelas yaitu

N1 “tidak sesuai saat ini” dan N2 “tidak sesuai permanen”, (3) sub kelas:

menunjukkan jenis faktor penghambat pada masing-masing kelas. Satu subkelas dapat mempunyai lebih dari satu faktor penghambat dan jika ini terjadi maka faktor penghambat yang paling dominan dituliskan paling depan; dan (4) unit: menunjukkan kesesuaian lahan dalam tingkat unit yang merupakan pembagian lebih lanjut dari sub-kelas berdasarkan atas besarnya faktor penghambat. Di lihat dari aspek ekonomi komoditas yang dihasilkan harus mempunyai peluang pasar, baik sebagai komoditas domestik maupun ekspor. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka komoditas harus dikembangkan pada lahan yang paling sesuai sehingga akan mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif. Pada umumnya setiap tanaman dan atau kelompok tanaman mempunyai persyaratan tumbuh yang spesifik untuk dapat berproduksi secara optimal. Hal ini menunjukkan bahwa suatu wilayah kemungkinan hanya memiliki kesesuaian untuk komoditas tertentu tetapi tidak untuk yang lain. Sehingga apabila persyaratan tumbuhnya dari segi lahan tidak terpenuhi maka tidak selalu setiap jenis komoditas dapat diusahakan disetiap wilayah. Perbedaan karakteristik lahan yang mencakup iklim terutama suhu udara dan curah hujan, tanah (sifat fisik, morfologi, kimia tanah), topografi (elevasi, lereng), dan sifat fisik lingkungan lainnya dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk seleksi awal dalam menyusun zonasi pengembangan komoditas pertanian. Penyusunan tata ruang pertanian melalui pendekatan pewilayahan komoditas (Djufry 2010), dengan mempertimbangkan daya dukung lahan akan dapat menjamin produktivitas lahan yang berkelanjutan tanpa merusak lingkungan (Widiatmaka et al. 2015). Baehaqi (2010) melakukan penelitian untuk menentukan komoditas unggulan tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah dengan menggunakan metode LQ, trend luas lahan dan analisis penyediaan dan konsumsi pangan yang menghasilkan komoditas tanaman pangan teripilih yaitu padi, ubi kayu, dan jagung. Selanjutnya dilakukan pula penentuan lahan tersedia dan kesesuaian lahan komoditas tersebut dengan arahan pengembangan komoditas terpilih yaitu padi, ubi kayu, dan jagung.

(35)

15

3

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Secara geografis Kabupaten Boven Digoel terletak pada koordinat 4ᴼ98´ dan 7ᴼ10 Lintang Selatan dan 139ᴼ90´ sampai 141ᴼ Bujur Timur. Penelitian dilaksanakan selama 8 bulan dimulai dari bulan april 2014 sampai bulan maret 2016, meliputi penyusunan proposal hingga penyelesaian tesis.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini mencakup beberapa bahan berupa data yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengisian kuisioner yang disebarkan kepada responden. Responden terdiri dari petani, petugas Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, BAPPEDA Kabupaten Boven Digoel, penyuluh pertanian, tokoh masyarakat, seluruhnya sebanyak 10 responden. Data sekunder bersumber dari BPS Kabupaten Boven Digoel, BAPPEDA, BMKG Kabupaten Boven Digoel, Dinas Pertanian Kabupaten Boven Digoel, citra Landsat 8 Tahun 2013, peta administrasi skala 1:250.000, peta tanah Kabupaten Boven Digoel skala 1:100.000, peta RTRWK Boven Digoel skala 1:50.000, peta lereng skala 1:100.000 dan data iklim (curah hujan) Kabupaten Boven Digoel, peta status kawasan hutan Kabupaten Boven Digoel skala 1:250.000. Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat tulis, printer, kamera digital dan seperangkat laptop yang telah terpasang softwareMicrosoft OfficeExcell 2010 dan ArcGIS 10.2

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari hasil kuesioner dari responden dan pengamatan langsung di lapangan, serta dokumentasi berupa gambar atau foto. Data sekunder diperoleh dari sumber tertulis yang di telaah dari instansi pemerintah Kabupaten Boven Digoel. Jenis data dan sumber data secara terperinci disajikan pada Tabel 1 dan alur analisis data disajikan pada Gambar 2.

Metode Pengumpulan Data

Urutan pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Data primer: pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner dan survey lapangan.

(36)

16

b. Survey lapangan dilakukan saat melaksanakan penelitian di lokasi secara

langsung dan melihat langsung keadaan lokasi terhadap pengembangan pertanian tanaman pangan didaerah penelitian.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan teknik porposive sampling untuk menentukan responden. Responden atau narasumber dari pihak pemerintah daerah adalah BAPPEDA, Dinas Pertanian, petugas penyuluh pertanian. Responden yang dipilih merupakan personil yang dinilai memiliki kompentesi dibidang pengembangan pertanian tanaman pangan. Kelompok responden mencakup: pemerintah daerah (kelompok yang menetapkan kebijakan pengembangan pertanian tanaman pangan), penyuluh pertanian (kelompok yang melakukan pendidikan (education) dan pelatihan pengembangan pertanian tanaman pangan), petani dan tokoh masyarakat (kelompok yang secara langsung melakukan kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan), dengan jumlah responden 10 orang.

2. Data sekunder: data diperoleh melalui permohonan resmi dari peneliti kepada lembaga/instasi pemerintah atau swasta. Instansi atau lembaga pemerintah dan atau swasta yang dimaksud adalah instansi pemerintah Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua, atau lembaga pemerintah pusat yang berkaitan dengan penelitian. Sumber data dari pemerintah Kabupaten Boven Digoel yaitu: BPS, Bappeda, Dinas Pertanian, BMKG, dan BPTP Papua.

(37)

Tabel 1 Jenis data, sumber data, analisis dan output/hasil

No Tujuan Jenis Data Sumber Data Analisis Output yang

diharapkan 1 Mengidentifikasi dan menetapkan

komoditas unggulan pertanian

2 Mendelineasi lahan tersedia untuk pengembangan komoditas unggalan

1.Bappeda Kabupaten Boven Digoel

3 Menilai kesesuaian lahan pada lahan tersedia untuk pengembangan

(38)

18

Alur analisis penelitian di Kabupaten Boven Digoel.

Gambar 2 Bagan alir penelitian dan pengolaan data.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Identifikasi dan penetapan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Boven Digoel.

Metode Location Quotient (LQ) dan komponen Differential Shift (DS) dalam Shift Share Analysis (SSA) digunakan untuk mengindentifikasi dan menetapkan komoditas pertanian tanaman pangan yang menjadi komoditas unggulan.

a. Analisis Location Quotient

Untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan basis dan non basis dapat digunakan metode LQ, yang merupakan perbandingan relatif antara kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas dalam suatu wilayah

(Rustiadi et al. 2011). Analisis LQ merupakan salah satu pendekatan tidak

langsung yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu sektor yang merupakan

Peta kesesuaian lahan komoditas unggulan

Analisis LQ dan SSA Overlay Overlay

Arahan pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan Kabupaten Boven Digoel

Analisis kesesuaian lahan (matching) Komoditas pertanian

tanaman pangan

Satuan lahan. Peta ketersediaan lahan

Analisis SWOT presepsi stakeholder

(39)

19

sektor basis atau non basis (Hendayana 2003). Nilai LQ akan memberikan

indikasi kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan suatu komoditas.

Data yang digunakan dalam analisis LQ adalah data luas panen komoditas pertanian tanaman pangan per-distrik di Kabupaten Boven Digoel (Tabel 2). Secara matematis persamaan LQ (Hendayana 2003) adalah:

dimana:

LQ: Total aktifitas pada sub wilayah ke-i terhadap aktifitas total terhadap wilayah yang diamati. pi: Luas panen komoditas i pada tingkat distrik, pt: Total luas panen subsektor tanaman pangan pada tingkat distrik, Pt: Luas panen komoditas i pada tingkat kabupaten, Pi: Total luas panen subsektor tanaman pangan pada tingkat kabupaten. Menurut Hendayana (2003) kriteria yang muncul dari perhitungan LQ adalah: (1) Jika LQ >1: sektor basis; artinya komoditas i di daerah penelitian memiliki keunggulan komparatif. (2) Jika LQ = 1: sektor non basis; artinya komoditas i didaerah penelitian tidak memiliki keunggulan komparatif, produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan di daerah penelitian sendiri dan (3) Jika LQ < 1: sektor non basis; artinya komoditas i didaerah penelitian tidak dapat memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri sehingga diperlukan pasokan /impor dari luar daerah.

b. Shift ShareAnalysis

Shift Share Analysis (SSA) merupakan salah satu teknik kuantitatif yang biasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Keunggulan suatu komoditas perlu dievaluasi tidak hanya secara

komparatif tetapi dievaluasi juga secara kompetitf. Shift Share Analysis mampu

memberikan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu aktivitas disuatu wilayah (Panuju dan Rustiadi 2005). Untuk tujuan tersebut, analisis ini menggunakan 3 informasi dasar yang berhubungan satu sama lain yaitu:

1. Komponen laju pertumbuhan wilayah (regional growth). Komponen ini menyatakan pertumbuhan komoditas total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total wilayah.

2. Komponen pergeseran proporsional (komponen proporsional shift). Komponen ini menyatakan pertumbuhan komoditas total sektor/jenis output tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum. 3. Komponen pergeseran differensial (differential shift). Ukuran ini menjelaskan

(40)

20

X... =Nilai total aktifitas dalam total wilayah;

X.i =Nilai total aktifitas tertentu dalam total wilayah;

Xij = Nilai aktifitas tertentu dalam unit wilayah tertentu; tl = titik tahun akhir dan

t0 = titik tahun awal.

Suatu komoditas pertanian tanaman pangan memiliki nilai DS dalam SSA positif (> 0) komoditas tersebut dapat dikatakan memiliki keunggulan kompetitif untuk dapat dikembangkan di Kabupaten Boven Digoel. Tabel 2 Rata-rata luas panen komoditas tanaman pangan di Kabupaten Boven

(41)

21

2. Delineasi lahan tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Boven Digoel

Delineasi lahan tersedia merupakan kegiatan utama dalam perencanaan tataguna lahan. Ketersediaan lahan dapat memberikan informasi tentang lokasi dan luas lahan yang tersedia untuk pengembangan pertanian tanaman pangan (Baehaqi 2010). Lahan tersedia untuk pengembangan pertanian tanaman di Kabupaten Boven Digoel didelineasi pada peta pola ruang dalam RTRWK, peta penunjukan kawasan hutan dan peta penggunaan lahan eksisting tahun 2013. Peta-peta tersebut di-tumpang tindih-kan (overlay) guna mendapatkan lahan tersedia.

Dari hasil overlay tiga jenis peta tersebut diperoleh lahan tersedia, setelah dikeluarkannya penggunaan lahan yang bersifat konstrain. Penggunaan lahan yang dikeluarkan dari tiga jenis peta untuk mendapatkan lahan tersedia yaitu hutan lindung, tubuh air/rawa, mangrove, hutan dan permukiman. Pada tahap berikutnya, skenario disusun apabila pada peta RTRWK dan peta status kawasan hutan tidak sinkron terhadap alokasi lahan kawasan budidaya. Kriteria yang menjadi dasar untuk penetapan ketersediaan lahan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kriteria ketersediaan lahan berdasarkan pada peta RTRWK, peta status kawasan hutan dan penggunaan lahan eksisting di Kabupaten Boven Digoel. terbatas, HPK = hutan produksi dapat dikonversi

3. Identifikasi kesesuaian lahan pada lahan tersedia untuk komoditas unggulan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Boven Digoel.

Analisis Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan metode FAO (1976) dengan cara membandingkan antara karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh komoditas pertanian tanaman pangan. Analisis ini akan dapat menghasilkan

peta kesesuaian lahan dengan bantuan sistem informasi geografis (SIG).

(42)

22

ditetapkan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP 2011), dan Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007). Kelas

kesesuaian lahan dibagi menjadi 4 kelas yaitu (1) kelas S1, sangat sesuai

(highly suitable). Lahan kelas ini tidak mempunyai pembatas (penghambat) yang serius atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti; (2) kelas S2, cukup sesuai (moderately suitable). Lahan pada kelas ini mempunyai pembatas (penghambat) yang agak serius untuk suatu penggunaan. Pembatas ini akan meningkatkan tingkatan perlakuan yang diperlukan; (3) kelas S3, sesuai marginal (marginally suitable). Lahan pada kelas ini mempunyai pembatas (penghambat) yang serius untuk suatu penggunaan. Pembatas akan meningkatkan masukan atau perlakuan yang diperlukan dan (4) kelas N, tidak sesuai (not suitable). Lahan kelas ini mempuyai pembatas (penghambat) permanen sehingga mencegah penggunaan tertentu.

Evaluasi lahan dilakukan berdasarkan ketersediaan data karakteristik lahan. Beberapa jenis kualitas dan karakteristik lahan yang dipertimbangkan dalam analisis disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Kualitas dan karakteristik lahan dalam evaluasi lahan No Kualitas Lahan Karakteristik Lahan Satuan 1 Temperatur * -Temperatur rata-rata * oC

2 Ketersediaan air* -Curh hujan* mm/tahun

-Kelembaban %

3 Media perakaran* -Drainase* drainase

-Tekstur* tekstur

9 Bahaya Sulfidik -Kedalaman Sulfidik cm

10 Bahaya Erosi* -Lereng * %

-Batuan permukaan kelas

11 Penyiapan lahan -Singkapan batuan %

-Konsistensi, berat butir %

12 Bahaya banjir -Genangan kelas

Sumber: Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) dan BBSDLP (2011)

(43)

23

4. Penyusunan Arahan dan Strategi Pengembangan Wilayah untuk Komoditas Unggulan Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Boven Digoel.

a. Arahan Wilayah Pengembangan Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Arahan pengembangan wilayah komoditas unggulan dilakukan menggunakan analisis LQ, DS dalam SSA dan kesesuaian lahan pada lahan tersedia dengan bantuan sistim informasi geografis (SIG). Penyusunan strategi pengembangan komoditas unggulan dilakukan dengan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) berbasis pada presepsi stakeholder melalui jawaban pada kuesoner.

Penentuan wilayah distrik yang akan dijadikan arahan pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan dilakukan dengan membuat peta arahan pengembangan komoditas unggulan. Peta arahan didasarkan pada analisis LQ-SSA dan kesesuaian lahan pada lahan tersedia. Pembuatan peta arahan pengembangan wilayah komoditas unggulan dilakukan dengan bantuan SIG. Penetapan wilayah distrik yang menjadi arahan komoditas unggulan didasarkan pada beberapa kriteria sebagai berikut: (1) merupakan wilayah basis komoditas unggulan tanaman pangan dengan nilai LQ > 1, SSA > 0. (2) berdasarkan hasil evaluasi kesesuain lahan pada lahan tersedia memiliki kelas kesesuaian lahan S1, S2 dan S3.

b. Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan

Strategi pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan dirumuskan berdasarkan metode analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats)

(Rangkuti 2009). Analisis tersebut dilakukan berbasis pada persepsi stakehoder

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan Kabupaten Boven Digoel. Analisis SWOT bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor peluang, ancaman, kekuatan dan meminimumkan kelemahan serta menghindari ancaman. Hasil analisis ini digunakan untuk menyusun strategi pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan yang efektif. Proses analisis SWOT dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengumpulan data, analisis dan pengambilan keputusan (dicision stage) untuk menghasilkan matriks SWOT. Menurut Marimin (2008), analisis SWOT adalah membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) agar dapat diambil suatu keputusan strategis.

Gambar

Tabel 1 Jenis data, sumber data, analisis dan output/hasil
Gambar 2 Bagan alir penelitian dan pengolaan data.
Gambar 4 Peta administrasi Kabupaten Boven Digoel.
Gambar 5 Peta kelas lereng Kabupaten Boven Digoel (2013)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama memperoleh persentase 67,85% dengan kategori cukup, pada pertemuan kedua mengalami peningkatan dengan persentase

bentuk penelitan yang peneliti gunakan adalah (Quasi Experimental ) Adapun rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian imi adalah nonequivalent control group

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan pembelajaran berbasis projek terhadap hasil menulis karangan narasi

Berdasarkan Criticality Analysis dengan menggunakan metode Reliability Centered Spares (RCS), komponen dan part yang termasuk dalam grup A (High Critical) yaitu

permasalahan diatas, kajian tentang gerusan lokal di sekitar abutmen jembatan yang terdapat pada sungai akibat adanya pengaruh debit perlu mendapat perhatian secara

Pemanfaatan Kulit Pisang Hasil Fermentasi dengan Rhyzopus oligosporus dalam Ransum terhadap Pertumbuhan Ayam Pedaging.. Natura

Penelitian ini menggunakan penginderaan jauh dalam pengumpulan data-data yang berkaitan dengan variabel potensi penyebab banjir, dan didukung oleh Sistem Informasi