• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% dalam pengobatan veruka vulgaris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% dalam pengobatan veruka vulgaris"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN EFIKASI KLINIS ANTARA ELEKTRODESIKASI DISERTAI KURETASE DENGAN PENGOLESAN LARUTAN

FENOL 80% DALAM PENGOBATAN VERUKA VULGARIS

TESIS

Oleh

DINA ARWINA DALIMUNTHE NIM : 077105006

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERBANDINGAN EFIKASI KLINIS ANTARA ELEKTRODESIKASI DISERTAI KURETASE DENGAN PENGOLESAN LARUTAN

FENOL 80% DALAM PENGOBATAN VERUKA VULGARIS

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Dokter Spesialis dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis bidang

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Oleh

DINA ARWINA DALIMUNTHE NIM : 077105006

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Tesis : Perbandingan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai

kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% dalam

pengobatan veruka vulgaris

Nama : Dina Arwina Dalimunthe

Nomor Induk : 077105006

Program Studi : Pendidikan Dokter Spesialis

Bidang : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Menyetujui :

Pembimbing I

(dr. Remenda Siregar, SpKK)

Pembimbing II

(dr. Chairiyah Tanjung, SpKK(K))

Ketua Program Studi

(dr. Chairiyah Tanjung, SpKK(K))

Ketua Departemen

(Prof.DR.dr.Irma D.Roesyanto-Mahadi,SpKK(K))

(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah penulis nyatakan dengan benar

Nama : Dina Arwina Dalimunthe

NIM : 077105006

(5)

ABSTRAK

Veruka vulgaris adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi human papiloma virus (HPV). Terdapat banyak modalitas pengobatan untuk veruka vulgaris. Dua diantaranya adalah elektrodesikasi disertai kuretase yang merupakan tindakan bedah dan pengolesan larutan fenol 80% yang merupakan pengobatan topikal. Penelitian ini bertujuan membandingkan efikasi klinis kedua metode pengobatan tersebut. Penelitian dengan disain uji klinis terbuka dilaksanakan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dan di RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Februari sampai Juni 2013 terhadap 17 pasien veruka vulgaris. Pada masing-masing pasien dilakukan kedua metode pengobatan yang dimulai pada hari yang sama. Pada pengamatan akhir minggu ke-3 dan akhir minggu ke-6 terlihat bahwa veruka vulgaris yang diberi pengobatan elektrodesikasi disertai kuretase lebih banyak yang sembuh (76,5%, 100%) dibandingkan yang diberi pengobatan pengolesan larutan fenol 80% (11,8%, 64,7%). Hasil uji chi-square dan eksak Fisher menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara proporsi kesembuhan veruka vulgaris yang diberi pengobatan elektrodesikasi disertai kuretase dengan yang diberi pengolesan larutan fenol 80% pada akhir minggu ke-3 (p< 0,001) dan pada akhir minggu ke-6 (p=0,018). Disimpulkan terdapat perbedaan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% pada pengobatan veruka vulgaris dimana elektrodesikasi disertai kuretase hasilnya lebih baik. Disarankan penelitian selanjutnya dapat menemukan konsentrasi dan selang waktu pengolesan larutan fenol yang lebih tepat agar pengobatan ini mempunyai efikasi klinis yang tidak berbeda dengan elektrodesikasi disertai kuretase, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu pilihan pengobatan pada veruka vulgaris.

(6)

ABSTRACT

Common warts are skin diseases which caused by infection with human papillomavirus (HPV). There are many treatment modalities for common warts. Two of them are electrodesiccation and curettage that classified as surgery and apply of 80% phenol solution that classified as topical treatment. This study aims to compare clinical efficacy between the two treatment methods. Open clinical trial was done at Dr.Pirngadi General Hospital Medan and H.Adam Malik General Hospital Medan from February to June 2013 on 17 patients with common warts. Both of treatments were performed on patients respectively which began at the same day. On follow up after three weeks and after six weeks was known that common warts cure rate was higher in electrodesiccation and curettage (76.5%, 100%) than in apply of 80% phenol solution (11.8%, 64.7%). Results of chi-square and Fisher’s exact test show there was statistically significant difference common warts cure rate between electrodesiccation and curettage and apply of 80% phenol solution after three weeks (p<0.001) and after six weeks (p=0.018). In conclusion there was clinical efficacy difference between electrodesiccation and curettage and apply of 80% phenol solution on treatment of common warts where electrodesiccation and curettage has better result. Suggest to further study can find out concentration and time interval of apply of phenol solution which more accurate in order to this treatment has no difference clinical efficacy to electrodesiccation and curettage so it can be used as common warts treatment of choice.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar keahlian dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.

Dalam menjalani pendidikan spesialis ini, berbagai pihak telah turut berperan serta sehingga terlaksana seluruh rangkaian kegiatan pendidikan ini. Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. dr. Remenda Siregar, SpKK, selaku pembimbing utama tesis ini, yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta dengan penuh kesabaran selalu membimbing, memberikan nasehat, masukan, koreksi dan motivasi kepada saya selama proses penyusunan tesis ini.

2. dr. Chairiyah Tanjung, SpKK selaku pembimbing kedua tesis ini dan sebagai Ketua Program Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta dengan penuh kesabaran selalu membimbing, memberikan nasehat, masukan, koreksi dan motivasi kepada saya selama proses penyusunan tesis ini maupun selama menjalani pendidikan sehari-hari. 3. Prof. Dr. dr. Irma D.Roesyanto-Mahadi, SpKK(K), sebagai Ketua Departemen

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan sebagai anggota tim penguji tesis saya yang telah memberikan bimbingan dan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini.

4. Prof. DR. Syahril Pasaribu, SpA(K), DTM&H, Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, dan Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, SpA(K), DTM&H, Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara pada saat saya diterima sebagai peserta program pendidikan dokter spesialis yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.

5. Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. dr. Oratna Ginting, SpKK dan dr. Salia Lakswinar, SpKK, sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini.

(8)

pendidikan spesialis di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

8. Para Guru Besar, Prof. Dr. dr. Marwali Harahap, SpKK(K), Prof. dr. Mansur A. Nasution, SpKK(K), serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini. 9. Bapak Direktur RSUP H.Adam Malik Medan dan Direktur RSUD Dr.

Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian

10.Seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, baik di RSUP H.Adam Malik Medan, RSUD Dr. Pirngadi Medan, terima kasih atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini. 11.Kedua orangtua saya tercinta Prof. dr. Darwin Dalimunthe, PhD dan dr. Ria

Masniari Lubis, MSi yang dengan penuh cinta kasih, keikhlasan, doa, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa untuk mengasuh, mendidik, dan membesarkan saya, serta tidak bosan-bosannya memotivasi saya untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kiranya hanya Allah SWT yang dapat membalas segalanya.

12.Bapak dan Ibu mertua saya Drs. Idham Khalid dan Sabariah, B.Sc, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada saya.

13.Suami saya tercinta Alex Prabudi, ST terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala pengorbanan, kesabaran, pengertian, dukungan, doa, semangat serta bantuan di setiap saat hingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.

14.Adik saya tercinta, dr. Naomi Niari Dalimunthe, Mked(PD), saudara ipar saya, Heni Agnesia, AMd, Ice Yunika, SH dan Eni Syahfitri, AMd, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada saya selama ini.

15.Sahabat-sahabat saya tersayang, dr. Sevina Marisya, Mked(Ped), SpA dan Beryl, ST, MT yang telah menjadi teman berbagi cerita suka dan duka selama menjalani masa pendidikan dan menyelesaikan tesis ini.

16.Teman seangkatan saya tersayang, dr. Sufina F. Nasution, dr. Olivia Anggrenni, dr. Margaret NO Sibarani, Mked(KK), SpKK, dan dr. Rudyn Reymond Panjaitan, Mked(KK), SpKK, terima kasih untuk kerja sama, kebersamaan, waktu dan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan selama menjalani pendidikan ini.

17.dr. Khairur Rahmah, SpKK, dr. Sudarsono, Mked(KK), SpKK, dr. Khairina, SpKK, dr. Riana Miranda Sinaga, SpKK, dr. Nova Zairina Lubis, dr. Rini AC Saragih, dr. Wahyuni, dr. Cut Putri, dr. Irina Damayanti, dr. T. Sy. Dessi Indah Sari AS, Mked(KK), SpKK, dr. Sri Naita Purba, Mked(KK), SpKK, dr. Oliviti Natali, Mked(KK), SpKK, dr. Herlin Novita Pane, Mked(KK), SpKK, dr. Riska Apriyani, dr. Syarifah Uliana yang telah menjadi teman berbagi cerita suka dan duka selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini.

(9)

19.Seluruh keluarga dan handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan, kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan tesis dan selama saya menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama menjalani pendidikan, kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Medan, September 2013 Penulis

(10)

DAFTAR ISI 2.2 Elektrodesikasi Disertai Kuretase ... 2.3 Larutan fenol 80% ...

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Disain Penelitian ... 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 3.3 Populasi Penelitian ... 3.4 Sampel Penelitian ... 3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...

3.5.1 Kriteria inklusi ... 3.5.2 Kriteria eksklusi ... 3.6 Identifikasi Variabel ... 3.7 Defenisi Operasional ...

(11)

3.7.1 Veruka vulgaris ... 3.7.2 Jenis pengobatan veruka vulgaris ... 3.7.3 Efikasi klinis ... 3.8 Alat dan Bahan, Cara Kerja dan Pengamatan ...

3.8.1 Alat dan bahan ...

3.8.2 Cara kerja ... 3.8.3 Pengamatan (follow up) ... 3.9 Kerangka Operasional ... 3.10 Pengolahan dan Analisa Data ... 3.11 Persetujuan Komite Etik Penelitian ...

17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Subyek Penelitian ... 4.2 Lokasi Veruka Vulgaris ... 4.3 Hubungan Metode Pengobatan dengan Kesembuhan pada

Akhir Minggu ke-3 ... 4.4 Hubungan Metode Pengobatan dengan Kesembuhan pada

Akhir Minggu ke-6 ... 4.5 Hubungan Lokasi Veruka Vulgaris dengan Kesembuhan

Pada Akhir Minggu ke-3 pada Elektrodesikasi Disertai Kuretase ...

4.6 Hubungan Lokasi Veruka Vulgaris dengan Kesembuhan Pada Akhir Minggu ke-6 pada pengolesan larutan fenol 80% ...

4.7 Pendapat Pasien Mengenai Metode Pengobatan ... 23

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 2.1 Pilihan Pengobatan pada Veruka di Kulit ... 9

2. Tabel 4.1 Jenis Kelamin Subyek Penelitian ……… 23

3. Tabel 4.2 Umur Subyek Penelitian ………... 24

4. Tabel 4.3 Lokasi Veruka Vulgaris ……….... 24

5. Tabel 4.4 Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-3 Berdasarkan Metode Pengobatan ………... 25 6. Tabel 4.5 Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-6 Berdasarkan Metode Pengobatan ………... 26 7. Tabel 4.6 Komplikasi pada Akhir Minggu ke-6 Berdasarkan Metode Pengobatan ... 27

8. Tabel 4.7 Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-3 pada Elektrodesikasi Disertai Kuretase Berdasarkan Lokasi Veruka Vulgaris ……… 27

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 2.1 Diagram Kerangka Teori ... 14

2. Gambar 2.2 Diagram Kerangka Konsep ……… 14

3. Gambar 3.1 Diagram Kerangka Operasional ……… 21

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lampiran 1 Naskah Penjelasan Kepada Pasien/Orang Tua/Keluarga

Pasien ………. 34

2. Lampiran 2 Lembar Persetujuan Ikut Serta Dalam Penelitian …….. 37

3. Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) ………. 38

4. Lampiran 4 Status Pasien ……… 39

5. Lampiran 5 Persetujuan Komisi Etik Penelitian ……….. 42

6. Lampiran 6 Data Penelitian ………. 43

7. Lampiran 7 Hasil Analisa Statistik ……… 46

(15)

ABSTRAK

Veruka vulgaris adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi human papiloma virus (HPV). Terdapat banyak modalitas pengobatan untuk veruka vulgaris. Dua diantaranya adalah elektrodesikasi disertai kuretase yang merupakan tindakan bedah dan pengolesan larutan fenol 80% yang merupakan pengobatan topikal. Penelitian ini bertujuan membandingkan efikasi klinis kedua metode pengobatan tersebut. Penelitian dengan disain uji klinis terbuka dilaksanakan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dan di RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Februari sampai Juni 2013 terhadap 17 pasien veruka vulgaris. Pada masing-masing pasien dilakukan kedua metode pengobatan yang dimulai pada hari yang sama. Pada pengamatan akhir minggu ke-3 dan akhir minggu ke-6 terlihat bahwa veruka vulgaris yang diberi pengobatan elektrodesikasi disertai kuretase lebih banyak yang sembuh (76,5%, 100%) dibandingkan yang diberi pengobatan pengolesan larutan fenol 80% (11,8%, 64,7%). Hasil uji chi-square dan eksak Fisher menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara proporsi kesembuhan veruka vulgaris yang diberi pengobatan elektrodesikasi disertai kuretase dengan yang diberi pengolesan larutan fenol 80% pada akhir minggu ke-3 (p< 0,001) dan pada akhir minggu ke-6 (p=0,018). Disimpulkan terdapat perbedaan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% pada pengobatan veruka vulgaris dimana elektrodesikasi disertai kuretase hasilnya lebih baik. Disarankan penelitian selanjutnya dapat menemukan konsentrasi dan selang waktu pengolesan larutan fenol yang lebih tepat agar pengobatan ini mempunyai efikasi klinis yang tidak berbeda dengan elektrodesikasi disertai kuretase, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu pilihan pengobatan pada veruka vulgaris.

(16)

ABSTRACT

Common warts are skin diseases which caused by infection with human papillomavirus (HPV). There are many treatment modalities for common warts. Two of them are electrodesiccation and curettage that classified as surgery and apply of 80% phenol solution that classified as topical treatment. This study aims to compare clinical efficacy between the two treatment methods. Open clinical trial was done at Dr.Pirngadi General Hospital Medan and H.Adam Malik General Hospital Medan from February to June 2013 on 17 patients with common warts. Both of treatments were performed on patients respectively which began at the same day. On follow up after three weeks and after six weeks was known that common warts cure rate was higher in electrodesiccation and curettage (76.5%, 100%) than in apply of 80% phenol solution (11.8%, 64.7%). Results of chi-square and Fisher’s exact test show there was statistically significant difference common warts cure rate between electrodesiccation and curettage and apply of 80% phenol solution after three weeks (p<0.001) and after six weeks (p=0.018). In conclusion there was clinical efficacy difference between electrodesiccation and curettage and apply of 80% phenol solution on treatment of common warts where electrodesiccation and curettage has better result. Suggest to further study can find out concentration and time interval of apply of phenol solution which more accurate in order to this treatment has no difference clinical efficacy to electrodesiccation and curettage so it can be used as common warts treatment of choice.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi human papiloma virus (HPV) merupakan hal yang umum dan

sebagian besar manusia pernah mengalaminya.1 Manifestasi yang paling umum

dari infeksi HPV adalah veruka vulgaris.2 Veruka vulgaris dapat terjadi pada

semua usia, umumnya terdapat pada anak-anak dan dewasa muda sebanyak

sekitar 25%.

Belum ada data pasti mengenai jumlah penderita veruka vulgaris di

Indonesia. Berdasarkan data dari rekam medis RSUP H.Adam Malik Medan dari

5644 pasien yang datang berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin sepanjang tahun

2011, 23 orang diantaranya (0,41%) adalah pasien dengan veruka vulgaris. Di

RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011 dari 6908 pasien yang datang berobat

ke Poliklinik Kulit dan Kelamin terdapat 121 pasien veruka vulgaris (1,75%).

1,3

Pengobatan pada veruka vulgaris bertujuan mengobati ketidaknyamanan

pasien baik fisik maupun psikologis, dan mencegah penyebaran infeksi.

Pengobatan sebaiknya nyaman bagi pasien dengan komplikasi yang minimal.4

Terdapat banyak modalitas pengobatan yang dapat dilakukan untuk pengobatan

veruka vulgaris, baik berupa pengobatan topikal, pengobatan sistemik dan

tindakan bedah.3,4,5

Salah satu tindakan bedah adalah elektrodesikasi disertai kuretase yang

merupakan pilihan pengobatan paling sering digunakan untuk veruka vulgaris di

(18)

Dr. Pirngadi Medan. Sebagian pasien ada yang merasa kurang nyaman dengan

pengobatan ini, karena diperlukannya pemberian injeksi anastesi lokal yang

menimbulkan rasa sakit.

Pengobatan topikal dapat menjadi pilihan untuk menghindari hal tersebut,

selain cara dan alat yang dibutuhkan juga lebih sederhana. Ada beberapa

pengobatan topikal untuk veruka vulgaris seperti pemberian asam salisilat, asam

laktat dan antralin. Tinjauan Cochrane (2009) dan Sam Gibbs dkk (2002) tidak

menunjukkan adanya pengobatan topikal yang paling baik untuk veruka

vulgaris.

6

Fenol adalah senyawa yang diperoleh dari isolasi tar yang telah banyak

digunakan pada kehidupan sehari-hari.

7,8

9

Pada konsentrasi rendah (2-3%) fenol

dapat digunakan sebagai antiseptik dan antimikroba sedang pada konsentrasi

tinggi (80-90%) fenol dapat bersifat kaustik.9,10,11 Banihashemi dkk (2008)

melakukan percobaan pengobatan topikal dengan menggunakan larutan fenol 80%

yang dibandingkan dengan bedah beku pada pengobatan veruka vulgaris.

Hasilnya ternyata tidak ada perbedaan bermakna diantara kedua modalitas

pengobatan tersebut.12 Belum adanya penelitian di Indonesia yang menggunakan

larutan fenol 80% sebagai pengobatan pada veruka vulgaris menyebabkan peneliti

berminat melakukan penelitian untuk membandingkan efikasi klinis antara

elektrodesikasi disertai kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% dalam

(19)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana perbandingan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai

kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% dalam pengobatan veruka

vulgaris?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui perbandingan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai

kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% dalam pengobatan veruka vulgaris.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui proporsi kesembuhan pengobatan veruka vulgaris dengan

elektrodesikasi disertai kuretase pada akhir minggu ke-3 dan akhir

minggu ke-6.

b. Mengetahui proporsi kesembuhan pengobatan veruka vulgaris dengan

pengolesan larutan fenol 80% pada akhir minggu ke-3 dan akhir minggu

ke-6

1.4 Hipotesis

Terdapat perbedaan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai kuretase

dengan pengolesan larutan fenol 80% dalam pengobatan veruka vulgaris.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dokter dan menjadi

pilihan alternatif pengobatan veruka vulgaris yang lebih mudah, aman

(20)

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data bagi penelitian

(21)

`BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Veruka Vulgaris 2.1.1 Definisi

Veruka vulgaris adalah infeksi HPV pada epidermis dengan gambaran

klinis berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan kulit, permukaan

kasar dan berbatas tegas, dapat tunggal maupun berkelompok. Predileksi

terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan jari-jari.4,5,13,14

2.1.2 Etiologi

Veruka vulgaris disebabkan oleh infeksi HPV pada epidermis. Sub tipe

HPV yang telah diketahui menyebabkan veruka vulgaris adalah sub tipe HPV 1,

2, 4, 7, 27, 29, 57 dan 63.1,5

2.1.3 Epidemiologi

Sebagian besar orang pernah terinfeksi dengan HPV dalam

kehidupannya.14 Veruka vulgaris merupakan gambaran infeksi HPV yang paling

umum, terdapat paling banyak pada usia 5-20 tahun dan hanya 15% yang terdapat

pada usia diatas 35 tahun.1,5,13 Veruka vulgaris dapat mengenai seluruh ras. Di

Amerika Serikat, frekuensi veruka vulgaris pada ras kulit putih mendekati 2 kali

lipat dibandingkan ras kulit hitam maupun Asia, dantidak ada perbedaan antara

pria dan wanita.

Sering terpapar dengan air merupakan faktor resiko untuk terjadinya

veruka vulgaris. Tukang daging dan tukang ikan memiliki insiden yang lebih

(22)

tinggi terjadinya veruka vulgaris pada tangan, prevalensinya mencapai hingga

50% bagi yang sering kontak dengan daging dan ikan.1 Terjadi juga peningkatan

insiden veruka vulgaris pada perenang yang sering menggunakan kolam renang

umum.5

2.1.4 Patogenesis

Human papiloma virus ditularkan secara kontak langsung antara orang

dengan orang (kulit dengan kulit) atau secara tidak langsung dari benda-benda

yang dapat menjadi sumber penularan. Virus dapat bertahan pada lingkungan

hangat dan lembab, misalnya lantai kamar ganti kolam renang, lantai pinggir

kolam renang, lantai tempat mandi pancuran dan sebagainya.3,13,15,16

Autoinokulasi juga merupakan cara penularan yang penting dimana Massing dan

Epstain menemukan peningkatan insiden dan resiko infeksi berulang pada orang

yang telah mendapat veruka vulgaris sebelumnya.

Transmisi virus biasanya terjadi pada tempat trauma atau bagian kulit yang

terdapat abrasi, maserasi atau fisura.

15,16

13,16

Virus akan mengadakan inokulasi pada

epidermis melalui defek pada epitelium.

Agar dapat menyebabkan infeksi, virus tampaknya harus memasuki sel

punca atau merubah sel yang terinfeksi menjadi menyerupai sel punca. Setelah

masuk, sebuah salinan atau beberapa salinan dari genom viral berperan sebagai

plasmid ekstrakromosom atau episom di dalam nukleus sel basal epitel yang

terinfeksi. Ketika sel ini membelah viral genom juga bereplikasi dan mengambil

tempat pada sel anakan, yang akan mengantarkan infeksi virus ke lapisan-lapisan

epitelium berikutnya.

5

(23)

Masa inkubasi dari inokulasi hingga menimbulkan veruka bervariasi dari

1-6 bulan atau lebih.13,15

2.1.5 Gambaran klinis

Gambaran klinis veruka vulgaris berupa papul, nodul berbentuk kubah

sewarna dengan kulit dengan permukaan kasar, berbatas tegas, dapat tunggal

ataupun berkelompok. Predileksi terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan

jari-jari.4,5,13,14 Biasanya asimtomatik, tetapi dapat mengganggu secara kosmetik.15

2.1.6 Histopatologi

Veruka vulgaris memberikan gambaran histopatologi berupa epidermal

akantosis dengan papilomatosis, hiperkeratosis dan parakeratosis. Terdapat

pemanjangan rete ridge pada bagian tengah veruka. Pembuluh darah kapiler

dermis menonjol dan dapat terjadi trombosis.5,15

2.1.7 Diagnosis

Diagnosis veruka vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis

dan anamnesis.5 Lesi veruka vulgaris yang khas jarang membutuhkan

pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada kasus-kasus

yang memerlukan konfirmasi.1 Selain histopatologi, jika diagnosis veruka vulgaris

meragukan, dapat dilakukan pemotongan sedikit permukaan lesi veruka vulgaris

dengan mata pisau bedah nomor 15 dan dilihat karakteristik berupa bintik hitam

(24)

2.1.8 Penatalaksanaan

Tujuan dari penatalaksanaan veruka vulgaris adalah untuk mengobati

ketidaknyamanan pasien baik fisik maupun psikologis dan untuk mencegah

penyebaran infeksi.4 Hal ini dilakukan dengan menghilangkan lesi pada kulit

dengan kerusakan seminimal mungkin pada kulit sehat.17 Veruka vulgaris dapat

mengalami resolusi spontan dalam 2-3 tahun.2 Satu penelitian pada tahun 1963

mengatakan hanya sekitar 40% pasien dengan veruka vulgaris yang dapat

mengalami resolusi spontan setelah 2 tahun.

Pemilihan pengobatan dilakukan berdasarkan lokasi, ukuran dan jumlah

lesi veruka vulgaris; usia, kerjasama pasien dan keinginan pasien; serta

pengalaman dokter.

18

17

Nyeri, ketidaknyamanan, resiko terjadi parut dan

untung-rugi bagi pasien harus dipertimbangkan.5 Indikasi dilakukannya pengobatan pada

veruka berdasarkan The American Academy of Dermatology Committe and

Guidelines of Care adalah keinginan pasien untuk diobati, terdapat gejala berupa

nyeri, berdarah, gatal atau rasa terbakar, lesi yang mengganggu secara kosmetik

maupun fungsi, lesi banyak atau besar, pasien ingin mencegah penularan veruka

kepada dirinya sendiri atau orang lain dan keadaan pasien imunosupresif.

Pengobatan yang ideal sebaiknya dapat mengeliminasi lesi veruka tanpa

rasa nyeri, pengobatan dapat diselesaikan dalam 1-3 kali pengobatan, tidak

menimbulkan parut, dapat mencegah timbulnya kekambuhan dan dapat

diaplikasikan pada seluruh pasien.

18

18

Kebanyakan pengobatan veruka vulgaris

secara dekstruksi fisik sel yang terinfeksi. Ada beberapa modalitas pengobatan

(25)

bedah, pengobatan sistemik, hipnoterapi dan pengobatan dengan agen

imunosupresif (Tabel 2.1).19

Tabel 2.1 Pilihan Pengobatan pada Veruka di Kulit*

Pengobatan Modaliti Tipe veruka secara klinis Tingkat

bukti Terapi lini pertama

Asam salisilat Argentum nitrat Glutaraldehid Formaldehid Tretinoin

Terapi lini kedua Krioterapi Terapi lini ketiga Bleomisin Fluorourasil Levamisol

Terapi fotodinamik

Kuretase, cauterisasi, pembedahan Laser

Imunoterapi kontak Simetidin

Interferon

Imunoterapi dengan antigen mumps atau kandida

Hipnoterapi

Terapi panas terlokalisir Imikuimod Vulgaris multipel

Vulgaris UKT = uji klinis terbuka ; UAT = uji acak terkontrol

*Dikutip dengan perubahan dari kepustakaan no. 19

2.2 Elektrodesikasi Disertai Kuretase

Elektrodesikasi dan kuretase adalah prosedur yang sudah sangat dikenal

pada bidang dermatologi sebagai terapi neoplasma jinak dan superfisial.

Elektrodesikasi adalah salah satu bagian dari bedah listrik. Pada

elektrodesikasi elektroda aktif bersentuhan pada kulit untuk menghancurkan

jaringan.

20

21

Jaringan mengalami kehancuran karena panas yang diterimanya

mengakibatkan jaringan kehilangan air, menjadi kering dan menyebabkan

kerusakan serta kematian jaringan.22,23 Besarnya tingkat kerusakan tergantung

(26)

modalitas terapi yang efektif untuk tumor papula dan menyerupai plak di

epidermis seperti keratosis seboroik, veruka dan moluskum.

Elektrodesikasi harus dihindari pada pasien pengguna alat pacu jantung

dan memiliki riwayat skar keloid.

23,24

25,26

Pada kulit yang akan dilakukan tindakan

elektrodesikasi sebaiknya dibersihkan dengan antiseptik yang tidak mudah

terbakar atau tunggu hingga benar-benar kering jika menggunakan alkohol untuk

menghindari luka bakar yang tidak diinginkan.

Kuret adalah alat yang telah lama menjadi peralatan standar dermatologi.

Kuret digunakan untuk mengangkat berbagai lesi kulit, misalnya veruka, keratosis

seboroik dan moluskum kontangiosum.

25

Elektrodesikasi disertai kuretase mengindikasikan elektrodesikasi sebagai

komponen penghancur lesi yang utama, dan kuretase untuk mengangkat lesi yang

telah didesikasi serta mendeteksi adanya bagian-bagian lesi yang masih

memerlukan desikasi lagi. Teknik ini biasa digunakan pada veruka dan skin

tag.

26

Setelah elektrodesikasi disertai kuretase selesai dilakukan luka dibersihkan

kemudian diberi antibiotik topikal 2 kali sehari. Membiarkan luka terbuka

berhubungan dengan hasil penyembuhan yang baik.

24,26

25

Nyeri yang dirasakan

dengan tindakan ini minimal dan dapat diatasi dengan analgetik. Penyembuhan

luka terjadi dalam waktu 2-4 minggu.25 Penelitian oleh Ginting (1988)

memperlihatkan penyembuhan 95% dari seluruh pasien veruka vulgaris di kulit

(27)

2.3 Larutan Fenol 80%

Fenol dikenal juga dengan berbagai nama seperti asam karbolik, benzenol,

hidroksi benzen, mohidroksibenzen, monofenol, asam fenik, asam fenilik, fenilik

alkohol, fenil hidroksida, fenil hidrat dan oksibenzen adalah molekul dengan

rumus kimia C6H6O. Molekul ini memiliki berat molekul 94,11 g/mol, berat jenis

1,065, titik leleh pada 43°C dan titik didih pada 181,8°C.11,28,29 Bentuk fenol

berupa kristal putih higroskopis dengan bau yang sedikit aromatis.11,28,29

Penyimpanannya harus dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.

Pada tahun 1834 seorang ahli kimia berkebangsaan Jerman bernama

Friedlieb Runge menemukan asam karbolik yang diperolehnya dari mengisolasi

tar batubara.

11

30,31

Kemudian senyawa ini diperkenalkan dengan nama fenol oleh

Charles Frederick Gerhardt seorang ahli kimia berkebangsaan Perancis di tahun

1841.

Senyawa ini dan turunannya banyak digunakan dalam kehidupan

sehari-hari, di rumah tangga, industri dan pengobatan.

32

28

Dalam bidang pengobatan fenol

digunakan sebagai antiseptik untuk luka pada manusia pertama sekali oleh

Lemaire di Perancis pada tahun 1864 kemudian Lister di Skotlandia pada tahun

1867.31 Lima tahun kemudian Lister merekomendasikan penggunaaan larutan

fenol konsentrasi 1:40 sebagai antiseptik untuk tindakan operasi dengan khasiat

bakterisidal dan fungisidal dengan mekanisme kerja denaturasi sel bakteri dan

jamur.9,10,31

Fenol dalam konsentrasi rendah (2-3%) dapat menyebabkan rasa terbakar

(28)

merupakan agen kautik, menimbulkan krusta putih pada permukaan kulit dan

dapat berpenetrasi ke jaringan.

Fenol telah lama digunakan sebagai pengobatan dalam bidang

dermatologi.

9,12

32

Sekitar 100 tahun yang lalu kepala Departemen Dermatologi dan

Sifilislogi New York, Goerge Miller McKee telah menggunakan fenol untuk

pengelupasan kimia dan bersama dengan koleganya Florentine L Karp telah

mempublikasikan pengalaman mereka selama 10 tahun menggunakan

pengelupasan fenol untuk skar akne.

Penggunaan fenol sebagai terapi untuk berbagai kelainan dalam bidang

dermatologi semakin berkembang. Saat ini fenol fenol telah digunakan sebagai

terapi antara lain untuk moloskum kontangiosum, keratosis aktinik, penyakit

bowen, veruka vulgaris, vitiligo, alopesia areata, ingrowing nail dan mengatasi

penuaan, melasma, hiperpigmentasi setelah inflamasi, akne, skar, nevus dan

xantelasma.

32

Banyak produk yang mengandung fenol secara alami, seperti pada tanaman

maupun hewan, sehingga fenol juga merupakan komponen normal yang terdapat

dalam urin.

12,30,33-37

31

Tubuh manusia memiliki tiga mekanisme untuk memetabolisme

fenol, secara konjugasi, oksidasi dan ekskresi. Semua fenol yang terdapat dalam

makanan akan dikonjugasi di usus menjadi fenil sulfat dan glukoronida sebelum

diabsorbsi ke aliran darah.31 Konjugasi fenol juga terjadi di ginjal, hati dan sel

darah merah.31 Dari pengamatan hewan coba, terlihat sekitar 25-50% fenol

dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air dan sebagian kecil mengalami oksidasi

menjadi katekol dan kuinilon.31 Pada akhirnya fenol yang telah mengalami proses

(29)

Fenol dapat diabsorbsi melalui kulit dan mukosa.31 Banyaknya absorbsi

tergantung dari luas area yang terlibat, waktu terpapar dan konsentrasi.31 Fenol

dapat melalui plasenta dan ditemukan pada air susu ibu.

Fenol dapat menyebabkan toksisitas.

38

39

Belum ada dosis toksik yang pasti

untuk fenol, namun diperkirakan oleh Nothnagel dan Rossbach mengonsumsi

8-15 gram fenol dapat menyebabkan kematian.39 Menurut Benatar diperlukan

1 gram fenol dalam darah untuk menyebabkan kematian dan Sax melaporkan

bahwa kematian dapat terjadi bila luas area yang terlibat sebesar 64 inci2.40

Tanda-tanda dari keracunan fenol dapat berupa takhikardi, hipotensi, aritmia,

(30)

2.4 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Teori

2.5 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Diagram Kerangka Konsep

Efikasi klinis

- Elektrodesikasi disertai kuretase - Pengolesan larutan

fenol 80%

Jenis pengobatan veruka

vulgaris

- Elektrodesikasi disertai kuretase

- Pengolesan larutan fenol 80%

Elektrodesikasi disertai kuretase

Jaringan mati Panas

Bersifat asam, korosif

Jaringan mati Denaturasi protein Veruka

vulgaris

Pengolesan larutan fenol

80%

Jaringan kehilangan air

Veruka vulgaris

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode uji klinis terbuka (open clinical

trial).42,43

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai Juni 2013.

3.2.2 Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Poliklinik Divisi Bedah Kulit Ilmu Kesehatan Kulit

dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.3 Populasi Penelitian 3.3.1 Populasi target

Pasien dengan veruka vulgaris.

3.3.2 Populasi terjangkau

Pasien dengan veruka vulgaris yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan

Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.4 Sampel Penelitian

Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi sejak bulan Februari 2013 hingga besar sampel terpenuhi

(consecutive sampling). Besar sampel dihitung menggunakan rumus besar sampel

(32)

2

= besar sampel minimum untuk tiap kelompok

96

P proporsi kesembuhan veruka vulgaris dengan cara elektrodesikasi disertai

kuretase = 0,95 (Ginting, 1988)

=

proporsi kesembuhan veruka vulgaris dengan menggunakan larutan fenol

80% = 0,13 ( Banihashemi dkk, 2008 )

Dari hasil perhitungan diperoleh n1 = n2 = 5,3 digenapkan menjadi 6.

Pasien veruka vulgaris multipel yang diikutsertakan dalam penelitian ini sebanyak

17 orang. Setiap pasien diberi kedua jenis pengobatan.

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1 Kriteria inklusi :

a. Pasien dengan veruka vulgaris multipel

b. Berusia > 8 tahun

c. Bersedia ikut dalam penelitian

3.5.2 Kriteria eksklusi :

a. Pasien hamil atau menyusui

b. Pasien pemakai alat pacu jantung

(33)

3.6 Identifikasi Variabel

Variabel bebas: jenis pengobatan veruka vulgaris

Variabel terikat: efikasi klinis

3.7 Definisi Operasional 3.7.1 Veruka vulgaris

Veruka vulgaris adalah penyakit kulit berupa proliferasi jinak kulit yang

disebabkan oleh HPV. Diagnosis klinis veruka vulgaris ditegakkan dengan

ditemukannya papul atau nodul dengan permukaan yang kasar, sewarna dengan

kulit, berbatas tegas, dapat tunggal ataupun berkelompok. Predileksi terutama di

daerah jari, tangan, siku, lutut dan kaki.

3.7.2 Jenis pengobatan veruka vulgaris

Jenis pengobatan veruka vulgaris adalah elektrodesikasi disertai kuretase

dan pengolesan larutan fenol 80%.

3.7.2.1 Elektrodesikasi disertai kuretase

Elektrodesikasi adalah salah satu varian dari bedah listrik yang

menggunakan energi panas yang dihasilkan oleh sirkuit untuk merusak jaringan di

mana ujung elektrode bersentuhan langsung dengan jaringan. Kuretase adalah

proses mengangkat jaringan yang telah rusak akibat elektrodesikasi dengan

menggunakan alat kuret.

3.7.2.2 Pengolesan larutan fenol 80%

Pengolesan larutan fenol 80% adalah pemberian secara topikal larutan

fenol 80% pada lesi veruka vulgaris. Larutan fenol 80% adalah fenol dalam

(34)

3.7.3 Efikasi klinis

Efikasi klinis adalah sembuh secara klinis, yaitu terdapat keadaan dimana

lesi veruka vulgaris telah menghilang dan luka menutup sempurna dan keadaan

kulit mendekati kulit normal.

3.7.4 Usia

Usia pasien adalah umur pasien yang diperoleh dari data identitas pasien.

3.7.5 Hamil

Hamil adalah masa dimana seorang wanita membawa janin dalam

tubuhnya.

3.7.6 Menyusui

Menyusui adalah proses pemberian air susu kepada bayi dengan air susu

ibu dari payudara ibu.

3.7.7 Alat pacu jantung

Alat pacu jantung adalah sebuah alat kecil yang dipasang dibawah kulit

dekat jantung untuk membantu mengontrol detak jantung.

3.7.8 Skar keloid

Skar keloid adalah parut yang timbul pada bekas luka yang besarnya

melewati batas luka dan dapat disertai rasa gatal.

3.8 Alat dan Bahan, Cara Kerja dan Pengamatan 3.8.1 Alat dan bahan

3.8.1.1 Alat dan bahan pengobatan dengan elektrodesikasi disertai kuretase

a. Sarung tangan

(35)

c. Kain kasa steril

d. Semprit 1 ml dangan jarum no 20

e. Anastesi lokal lidokain 2% cum adrenalin

f. Anastesi lokal lidokain 2%

g. Alat kuret untuk kulit

h. Alat bedah listrik monotermal, Lamidey France

i. Gentamisin ointment

3.8.1.2 Alat dan bahan pengobatan dengan pengolesan larutan fenol 80%

a. Sarung tangan

b. Lidi kapas

c. Tusuk gigi

d. Vaselin

e. Larutan fenol 80%

3.8.2 Cara kerja

3.8.2.1 Diagnosis klinis

Diagnosis klinis ditegakkan oleh peneliti bersama dengan pembimbing di

Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan dan

RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.8.2.2Pencatatan data dasar

Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di Poliklinik Ilmu Kesehatan

Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Pencatatan data dasar meliputi identitas penderita, anamnesis, dan pemeriksaan

(36)

3.8.2.3 Persetujuan tindakan medis

Pasien menandatangani persetujuan tindakan medis, setelah diberikan

penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien.

3.8.2.4 Prosedur pengobatan veruka vulgaris dengan elektrodesikasi disertai

kuretase (dilakukan oleh peneliti dengan pengawasan pembimbing)

a. Pasien dibaringkan di tempat tidur

b. Lesi pada veruka vulgaris dan sekitarnya dibersihkan dengan povidon

iodine

c. Diinjeksikan lidokain 2% cum adrenalin dengan cara infiltrasi pada

sekitar lesi, kecuali lesi di akral dilakukan tanpa adrenalin

d. Ditunggu selama 10-15 menit

e. Dilakukan elektrodesikasi dari bagian tengah lesi hingga ke pinggirnya

f. Digunakan alat kuret untuk mengangkat lesi hingga ke dasarnya

g. Setelah bersih diberi gentamisin ointment

3.8.2.5 Prosedur pengobatan veruka vulgaris dengan pengolesan larutan fenol

80% (dilakukan oleh peneliti dengan pengawasan pembimbing)

a. Pasien duduk atau berbaring

b. Diberi vaselin pada sekitar lesi dengan menggunakan tusuk gigi

c. Dioleskan larutan fenol 80% dengan menggunakan lidi kapas pada lesi

hingga berwarna putih

d. Prosedur pengobatan dilakukan seminggu sekali hingga sembuh,

(37)

3.8.3 Pengamatan (follow up)

Pengamatan dilakukan untuk melihat kesembuhan secara klinis dan adanya

komplikasi. Waktu pengamatan untuk pengobatan elektrodesikasi disertai

kuretase adalah 2 hari setelah tindakan dan kemudian setiap minggu sampai luka

sembuh, maksimum 6 minggu. Waktu pengamatan untuk pengobatan pengolesan

larutan fenol 80% adalah setiap minggu sampai sembuh, maksimum 6 minggu.

Hasil pengamatan dikonfirmasi dengan pembimbing dan difoto untuk

dokumentasi.

Pada kunjungan pasien yang terakhir kali ditanyakan pendapat mereka

mengenai kedua metode pengobatan yang telah diterimanya, metode manakah

yang lebih disukai dan apa alasannya.

3.9 Kerangka Operasional

Gambar 3.1 Diagram Kerangka Operasional Elektrodesikasi

disertai kuretase

Follow up

• 2 hari

• Setiap minggu sampai sembuh setiap minggu sampai sembuh, maksimum 6

minggu

Follow up

• Setiap minggu sampai sembuh

(38)

3.10 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul kemudian diolah dan selanjutnya disajikan dalam

bentuk tabel. Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui perbedaan proporsi

kesembuhan antara kelompok yang diberi pengobatan dengan metode

elektrodesikasi disertai kuretase dengan kelompok yang diberi pengobatan dengan

metode pengolesan larutan fenol 80% pada akhir minggu ke-3 dan akhir minggu

ke-6. Analisis statistik menggunakan uji chi-square dan uji eksak Fisher dengan

tingkat kemaknaan 0,05.46

3.11 Persetujuan Komite Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari Komite Etik

(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan pengobatan terhadap 17 orang subyek

penelitian, yaitu pasien yang mempunyai veruka vulgaris minimum 2 buah. Jika

pada seorang pasien dijumpai veruka vulgaris lebih dari 2 buah, maka dipilih 2

buah veruka vulgaris yang lokasinya relatif sama.

Pada masing-masing subyek penelitian dilakukan kedua metode

pengobatan, yaitu elektrodesikasi disertai kuretase dan pengolesan larutan fenol

80% yang dimulai pada hari yang sama. Pengolesan larutan fenol 80% dilanjutkan

seminggu sekali hingga sembuh, maksimum 6 minggu. Empat belas subyek

penelitian mendapat pengobatan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dan 3 lainnya di

RSUP H.Adam Malik Medan. Pengamatan dilakukan setiap akhir minggu mulai

minggu pertama sampai minggu ke-6 untuk melihat kesembuhan secara klinis dan

komplikasi. Penelitian dimulai bulan Februari 2013 dan selesai bulan Juni 2013.

4.1 Karakteristik Subyek Penelitian

Karakteristik subyek penelitian ditampilkan berdasarkan jenis kelamin,

dan umur yang dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Subyek Penelitian

Jenis kelamin n %

Laki-laki Perempuan

10 7

58,8 41,2

Total 17 100,0

Pada penelitian ini didapati subyek laki-laki (58,8%) lebih banyak dari

(40)

Leiden dijumpai prevalensi pasien veruka lebih besar pada perempuan (58,9%)

dari pada laki-laki (41,1%).47

Tabel 4.2 Umur Subyek Penelitian

Umur (tahun) n %

Subyek penelitian terbanyak berumur 9-13 tahun (52,9%) diikuti umur

19-23 tahun (29,4%). Pada penelitian oleh Bruggink, dkk (2012) di Leiden, pasien

veruka terbanyak adalah dengan umur 4-11 tahun (43,5%).47 Menurut Kilkenny,

dkk (1998) di Australia pasien veruka terbanyak berumur 4-12 tahun (59,0%).48

4.2 Lokasi Veruka Vulgaris

Pada penelitian ini dijumpai lesi veruka vulgaris pada beberapa lokasi di

tubuh, dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Lokasi Veruka Vulgaris

Lokasi veruka vulgaris n %

Lesi veruka vulgaris dijumpai pada jari tangan, tangan, kaki, lutut, siku dan

mata kaki, terbanyak pada jari tangan (64,7%), diikuti lesi pada tangan sebanyak

(41)

terbanyak di tangan (58,1%), menurut Kilkenny, dkk (1998) di Australia, lokasi

yang terbanyak adalah pada anggota gerak atas (84,2%) dan menurut Theng, dkk

(2004) di Singapura lokasi veruka paling banyak dijumpai di tangan (39,1%).6,47,48

Lokasi veruka vulgaris banyak pada tempat yang sering mendapat trauma oleh

karena lesi merupakan hasil inokulasi virus pada kerusakan kecil di epitelium.49

Anggota gerak atas terutama jari tangan adalah bagian tubuh yang paling banyak

digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan berpeluang paling besar untuk

mendapat trauma.

4.3 Hubungan Metode Pengobatan dengan Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-3

Setelah dilakukan pengobatan dengan kedua metode, dilakukan

pengamatan kesembuhan lesi pada akhir minggu ke-3 pada masing-masing

metode pengobatan yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-3 Berdasarkan Metode Pengobatan

Kesembuhan

Metode Pengobatan

p Elektrodesikasi disertai

Kuretase

Pengolesan larutan fenol 80%

n % n %

Sembuh 13 76,5 2 11,8

< 0,001

Tidak sembuh 4 23,5 15 88,2

Total 17 100,0 17 100,0

Pada pengamatan pada akhir minggu ke-3 terlihat bahwa veruka vulgaris

yang diobati dengan metode elektrodesikasi disertai kuretase lebih banyak yang

sembuh (76,5%) dibandingkan veruka vulgaris yang diobati dengan metode

(42)

(p < 0,001) yang berarti terdapat perbedaan efikasi klinis antara elektrodesikasi

disertai kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80%.

Pada penelitian Ginting (1988) di Medan persentase kesembuhan pada

akhir minggu ke-3 pada 39 pasien yang diobati dengan elektrodesikasi disertai

kuretase adalah 95%.27 Menurut Banihashemi, dkk (2008) di Iran persentase

kesembuhan pada akhir minggu ke-3 pada 23 pasien yang diberi pengobatan

pengolesan larutan fenol 80% adalah 13%.12

4.4 Hubungan Metode Pengobatan dengan Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-6

Pada akhir minggu ke-6 dilakukan kembali pengamatan untuk melihat

kesembuhan dan komplikasi, hasilnya tercantum pada tabel 4.5 dan tabel 4.6.

Tabel 4.5 Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-6 Berdasarkan Metode Pengobatan

Kesembuhan

Metode Pengobatan

p Elektrodesikasi disertai

Kuretase

Pengolesan larutan fenol 80%

n % n %

Sembuh 17 100,0 11 64,7

0,018

Tidak sembuh 0 0,0 6 35,3

Total 17 100,0 17 100,0

Pada pengamatan di akhir minggu ke-6 terlihat bahwa veruka vulgaris

yang diberi pengobatan dengan metode elektrodesikasi disertai kuretase lebih

banyak yang sembuh (100,0%) dibandingkan veruka vulgaris yang diberi

pengobatan pengolesan larutan fenol 80% (64,7%). Perbedaan ini bermakna

secara statistik (p = 0,018) yang berarti terdapat perbedaan efikasi klinis antara

elektrodesikasi disertai kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80%. Menurut

(43)

pada 23 pasien yang diberi pengobatan pengolesan larutan fenol 80% adalah

82,6%.

Tabel 4.6 Komplikasi pada Akhir Minggu ke-6 Berdasarkan Metode Pengobatan

Pengolesan larutan fenol 80%

n % n %

Hipopigmentasi 3 17,7 0 0,0

Tidak ada 14 82,3 17 100,0

Total 17 100,0 17 100,0

Walaupun yang mendapat pengobatan dengan elektrodesikasi disertai

kuretase semuanya sembuh di akhir minggu ke-6, tetapi terdapat komplikasi

hipopigmentasi pada 3 orang (17,7%), sedangkan yang diobati dengan pengolesan

larutan fenol 80% tidak ada yang mengalami komplikasi.

4.5 Hubungan Lokasi Veruka Vulgaris dengan Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-3 pada Elektrodesikasi Disertai Kuretase

Dengan metode elektrodesikasi disertai kuretase didapati kesembuhan

sebanyak 76,5 % pada akhir minggu ke-3 dan dilakukan uji eksak Fisher untuk

mengetahui hubungannya dengan lokasi veruka vulgaris dengan hasil yang dapat

dilihat pada table 4.7.

Tabel 4.7 Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-3 pada Elektrodesikasi Disertai Kuretase Berdasarkan Lokasi Veruka Vulgaris

Kesembuhan Lokasi veruka vulgaris p

Jari tangan Bukan jari tangan

n % n %

Sembuh 10 90,9 3 50,0

0,099

Tidak sembuh 1 9,1 3 50,0

(44)

Dengan metode elektrodesikasi disertai kuretase pada pengamatan akhir

minggu ke-3 terlihat bahwa veruka vulgaris yang lokasinya di jari tangan lebih

banyak yang sembuh (90,9%) dibandingkan veruka vulgaris yang lokasinya bukan

di jari tangan (50%). Perbedaan ini tidak bermakna secara statistik (p = 0,099).

4.6 Hubungan Lokasi Veruka Vulgaris dengan Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-6 pada Pengolesan Larutan Fenol 80%

Dengan metode pengolesan larutan fenol 80% veruka vulgaris yang

sembuh pada akhir minggu ke-6 adalah 64,7% dan dilakukan uji eksak Fisher

untuk mengetahui hubungannya dengan lokasi veruka vulgaris dengan hasil yang

dapat dilihat pada table 4.8.

Tabel 4.8 Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-6 pada Pengolesan Larutan Fenol 80% Berdasarkan Lokasi Veruka Vulgaris

Kesembuhan Lokasi veruka vulgaris p

Jari tangan Bukan jari tangan

n % n %

Sembuh 6 54,5 5 83,3

0,333

Tidak sembuh 5 45,5 1 16,7

Total 11 100,0 6 100,0

Dengan metode pengolesan larutan fenol 80% pada pengamatan akhir

minggu ke-6 terlihat bahwa veruka vulgaris yang lokasinya bukan di jari tangan

lebih banyak yang sembuh (83,3%) dibandingkan veruka vulgaris yang lokasinya

di jari tangan (54,5%). Perbedaan ini tidak bermakna secara statistik (p = 0,333).

4.7 Pendapat Pasien Mengenai Metode Pengobatan

(45)

Tabel 4.9 Pendapat Pasien Mengenai Metode Pengobatan

Pendapat pasien mengenai metode pengobatan yang lebih disukai

n %

Elektrodesikasi disertai kuretase 9 53,0

Pengolesan larutan fenol 80% 4 23,5

Elektrodesikasi disertai kuretase sama saja

dengan pengolesan larutan fenol 80% 4 23,5

Total 17 100,0

Enam pasien lebih menyukai elektrodesikasi disertai kuretase karena

proses pengobatan lebih praktis (tidak berulang kali), 2 orang mengatakan lebih

cepat sembuh serta tidak berulang kali serta 1 orang karena lebih cepat sembuh.

Tiga pasien lebih menyukai pengolesan larutan fenol 80% karena merasa

takut dengan metode elektrodesikasi, yaitu mereka takut melihat peralatannya dan

takut disuntik, sedangkan yang 1 orang lagi beralasan karena pada metode

elektrodesikasi pasien harus menjaga agar luka tidak basah selama 2 hari yang

tidak sesuai dengan pekerjaannya yang mengharuskan pasien sering mencuci

tangan (siswa akademi kebidanan).

Empat pasien yang mengatakan kedua metode sama saja, 3 orang beralasan

karena mereka tidak merasa kesulitan dengan pengolesan larutan fenol 80%

berulang kali pada dan juga tidak merasa takut dengan metode elektrodesikasi

disertai kuretase, sedangkan yang 1 orang lagi mengatakan tergantung pada

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai kuretase

dengan pengolesan larutan fenol 80% pada pengobatan veruka vulgaris,

dimana efikasi klinis elektrodesikasi disertai kuretase lebih baik daripada

pengolesan larutan fenol 80%.

2. Proporsi kesembuhan veruka vulgaris dengan pengobatan elektrodesikasi

disertai kuretase pada akhir minggu ke-3 adalah 76,5% dan pada akhir

minggu ke-6 adalah 100%.

3. Proporsi kesembuhan veruka vulgaris dengan pengobatan pengolesan

larutan fenol 80% pada akhir minggu ke-3 adalah 11,8% dan pada akhir

minggu ke-6 adalah 64,7%.

5.2 Saran

1. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk menemukan konsentrasi

larutan fenol dan selang waktu pengolesan larutan fenol yang lebih tepat

agar diperoleh efikasi klinis metode pengolesan larutan fenol yang tidak

berbeda dengan efikasi klinis metode pengobatan elektrodesikasi disertai

kuretase, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu pilihan

pengobatan pada veruka vulgaris yang lebih sederhana dan lebih mudah.

2. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk membandingkan terjadinya

kekambuhan veruka vulgaris setelah pengobatan antara elektrodesikasi

(47)

DAFTAR PUSTAKA

1. Viral disease. Dalam: James WD, Berger TG, Elston DM, editor. Andrews’ Diseases of the skin clinical dermatology. Edisi ke-10. Filadelfia. Saunders Elsevier.2006.h:367-420

2. Berman B, Weinstein A. Treatment of warts. Dermatologic Therapy 2000;13:290-304

3. Warts, Herpes simplex and other viral infection. Dalam: Habif TP, editor. Clinical dermatology a color guide to diagnosis and therapy. Edisi ke-4. Filadelfia. Mosby.2004.h:368-408

4. Yelverton CB. Warts. Dalam: Arndt KA, Hsu JTS, editor. Manual of dermatology theurapeutic. Edisi ke-7. Filadelfia. Lippincott Williams & Wilkins.2007.h:233-42

5. Androphy EJ, Lowy DR.Warts. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi ke-7.New York: McGraw-Hill.2008.h:1914-23

6. Theng TSC, Goh BK, Chong WS, Chan YC, dkk. Viral warts in children seen at a tertiary referral center. Ann Acad Med Singapore 2004; 33:53-6

7. Gibbs S, Harvey I. Topical treatment for cutaneous warts (Review). The Cochrane collaboration.2009;3:1-86

8. Gibbs S, Harvey I, Sterling J, Stark R. Local treatment for cutaneous warts: systematic review. BMJ 2002;325:1-8

9. Phenol-Phenol, U.S.P. (Acidum carbolicum, Pharm. 1890) C6H5OH. Diunduh

dari:

10.Desinfektan. Dalam: Tjay TH, Rahardja K.,editor. Obat-obat penting: Kasiat, penggunaan dan efek-efek sampingnya. Edisi ke-6. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.2000.h:242-55

11.Phenolum liquidum: Fenol cair. Dalam: Farmakope Indonesia. Edisi ke-5. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995.h:664

12.Banihashemi M, Pezeshkpoor F, Yazdanpanah MJ, Family S. Efficacy of 80% phenol solution in comparation with cryotherapy in the treatment of common warts of hand. Singapore Med J 2008;49(12):1035-7

13.Viral diases of the skin. Dalam: Paller AS, Mancini AJ, editor. Hurwitz Clinical pediatric dermatology: A textbook of skin disorders of childhood and adolescence. Edisi ke-4. Filadelfia. Saunders Elsevier.2011.h:348-69

14.Sterling JC, Handfield-Jones S, Hudson PM. Guidelines for the management of cutaneous warts. Br J Dermatol 2001; 144:4-11

15.Shenefelt PD. Warts, non genital. Diunduh dari:

14 Oktober 2009

(48)

17.Guerra-Tapia A, Gonzalez–Guera E, Rodriguez-Cerdeira C. Common clinical manifestation of Human papilloma virus (HPV) infection. The Open Dermatology Journal2009;3:103-10

18.Kuykendall-Ivy TD, Johnson SM. Evidence–based review of management of nongenital cutaneous warts. Cutis2003;71:213-22

19.Micali G, Dall’Oglio F, Nasca MR, Tedeschi A. Management of cutaneous warts: An Evidence-based approach. Am J Clin Dermatol 2004; 5(5):311-17

20.Soon SL, Washington CV. Electrosurgery, electrocoagulation,

electrofulguration, electrodesiccation, electrosection, electrocautery. Dalam: Robinson JK, Sengelmann RD, Hanke CW, Siegel DM, editor. Surgery of the skin procedural dermatology. Filadelfia: Elsevier Mosby. 2005.h:177-90 21.Hainer BL, Usatine RB. Electrosurgery for the skin. Am Fam Physician

2002;7(66):1259-66

22.Vujevich JJ, Goldberg LH. Cryosurgery and Electrosurgery. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi ke-7.New York: McGraw-Hill.2008.h:2331-6

23.Abramovits W. Cryosurgery or electrodesiccation. Diunduh dari:

2012

24.Dermatology surgery. Dalam: James WD, Berger TG, Elston DM, editor. Andrews’ Diseases of the skin clinical dermatology. Edisi ke-10. Filadelfia. Saunders Elsevier.2006.h:869-88

25.Graham GF. Electrodesiccation and curettage. Dalam: MacFarlane, editor. Skin cancer management. New York. Springer Science.2010.h:79-82

26.Sheridan AT, Dawber RPR. Curettage, electrosurgery and skin cancer: Personal review. Australas J Dermatol 2000;41:19-30

27.Ginting O. Perbandingan efektivitas pengobatan veruka di kulit dengan kuretase saja dan kuretase disertai elektrodesikasi. Laboratorium Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 1988

28.Phenol: Chemistry, formulation and adjuvant. Dalam: Deprez P, editor. Textbook of chemical peels.London: Informa Healthcare.2007.h:193-202

29.NIOSH skin notation pfofile. Phenol. Diunduh dari:

tanggal: 5 April 2013

30.Vallejo RBB, Iglesias MEL, Tirado FV, Pardo SR. Cauterization of the germinal nail matrix using phenol application of differing duration: A histologic study. J Am Acad Dermatol 2012;67(4):706-11

31.Pardoe R, Minami RT, Sato RM, Schlesinger SL. Phenol burns.Burns 1976;3(1):29-41

32.Landau M. Deep chemical peels (phenol). Dalam: Tosti A, Grimes PE, Padova MPD, editor. Color atlas of chemical peels. Edisi ke-2. Heildelberg.Springer.2012.h:41-55

(49)

34.Kaminaka C, Yamamoto Y, Yonei N, Kishioka A, Kondo T, Furukaw F. Phenol peels as anovel therapeutic approach for actinic keratosis and Bowen disease: Prospective pilot trial with assessement of clinical, histologic and imunohistochemical correlations. J Am Acad Dermatol 2009;60(4):615-25 35.Weller R, O’Callaghan CJ, McSween RM, White MI. Scarring in molluscum

contangiosum: comparation of physical expression and phenol ablation. BMJ 1999;319:1540

36.Savant S S, Shenoy S. Chemical peeling with phenol : For the treatment of stable vitiligo and alopecia areata. Indian J Dermatol Venereol Leprol 1999;65:93-8

37.Phenol: indication. Dalam: Deprez P, editor. Textbook of chemical peels.London: Informa Healthcare.2007.h:233-47

38. Barlow J, Johnson JAP.Breast cancer & the enviroment research centers early life exposure to phenol and breast cancer risk in later years fact sheet on

phenol. Diunduh dari:

2013

39.Toxicity of phenol: cause, prevention and treatment. Dalam: Deprez P, editor. Textbook of chemical peels.London: Informa Healthcare.2007.h:213-23 40.Lewin JF, Clearly WT. An accidental death case by the absorption of phenol

trough skin. A case report. Forensic Science Internasional 1982;19: 177-9 41.Horch R, Spilker G, Stark GB. Phenol burns and intoxication. Burns

1994;20(1):45-50

42.Randomized clinical trial. Dalam: Riegelman RK. Studying a study & testing a test: How to read the medical evidence. Edisi ke-5. Filadelfia: Lippincott Williams & Wilkins.2005.h:67-88

43.Harun SR, Putra ST, Chair I, Sostroasmoro S. Uji klinis. Dalam: Sostroasmoro S, Ismael S, editor. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.2008.h:166-92

44.Menentukan rumus besar sampel. Dalam: Dahlan MS. Besar sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: PT. Arkans. 2006.h:14-8

45.Ukuran sampel untuk proporsi. Dalam: Murti B. Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif di bidang kesehatan. Yogyakarta. 2006.h:110-8

46.Research question about two separate or independent groups. Dalam: Dawson B, Trapp RG. Basic & Clinical Biostatistics. Edisi ke-3. Singapura: Lange medical book/ McGraw-Hill.2001.h:132-60

47.Bruggink SC, de Koning MNC, Gussekloo J, Egberts PF, dkk. Cutaneous warts-associated HPV types: Prevalence and relation with patient characteristic. Journal of Clinical Virology 2012; 55: 250-5

48.Kilkenny M, Merlin K, Young R, Marks R. The prevalence of common skin condition in Australian school student: 1. Common, plane and plantar warts. British Journal of Dermatology 1998; 138: 840-5

(50)

LAMPIRAN 1

NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN / ORANGTUA / KELUARGA PASIEN

Selamat pagi/siang.

Perkenalkan nama saya dr. Dina Arwina Dalimunthe. Saat ini saya sedang

menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan

Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Progam

Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang saya jalani, saya melakukan

penelitian dengan judul “PERBANDINGAN EFIKASI KLINIS ANTARA

ELEKTRODESIKASI DISERTAI KURETASE DENGAN PENGOLESAN

LARUTAN FENOL 80% DALAM PENGOBATAN VERUKA

VULGARIS”.

Tujuan penelitian saya adalah untuk membandingkan hasil pengobatan

kutil di kulit antara elektrodesikasi disertai kuretase dibandingkan dengan

pengobatan menggunakan larutan fenol 80%. Elektrodesikasi adalah suatu

tindakan bedah listrik yang menggunakan panas yang dihasilkan oleh listrik

melalui suatu alat untuk menghancurkan jaringan. Kuretase adalah tindakan

dengan menggunakan suatu alat yang menyerupai sendok untuk mengangkat

jaringan yang telah dihancurkan sebelumnya dengan elektrodesikasi. Larutan

fenol 80% adalah suatu larutan yang terdiri dari 80% fenol dan 20% air yang

bersifat kaustik, bila dioleskan pada jaringan maka jaringan tersebut akan hancur.

Jika Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i bersedia untuk ikut serta dalam

penelitian ini, maka saya akan melakukan tanya jawab terhadap

Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i untuk mengetahui identitas pribadi secara lebih

lengkap, keadaan kesehatan secara umum. Setelah itu akan dilakukan terapi

terhadap kutil di kulit yang diderita Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i

menggunakan cara elektrodesikasi disertai kuretase dan dengan pengolesan

(51)

Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i akan mendapat pengobatan berupa

elektrodesikasi disertai kuretase maka kutil di kulit akan dibersikan dengan

antiseptik, kemudian diberi suntikan bius menggunakan larutan lidokain 2% cum

adrenalin disekitar kutil. Kemudian ditunggu hingga 10-15 menit, setelah itu

dilakukan elektrodesikasi dengan menyentuhkan ujung alat pada kutil. Setelah

jaringan kutil hancur akan diangkat dengan alat menyerupai sendok yang disebut

kuret. Luka yang timbul diberi salap antibiotik. Setiap hari

Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i diharapkan mengoleskan salap antibiotik yang

saya berikan pada luka sebanyak 2 kali sehari dan menjaga luka tetap kering.

Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i diharapkan datang untuk kontrol 2 hari

kemudian untuk melihat penyembuhan luka, kemudian setiap 1 minggu, sampai

luka sembuh.

Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i akan mendapat pengobatan kutil di kulit

dengan pengolesan larutan fenol 80%, maka kulit disekitar kutil diolesi vaselin.

Kemudian larutan fenol 80% akan dioleskan pada kutil dengan menggunakan lidi

kapas sampai kutil berubah warna menjadi putih. Bapak/Ibu/Kakak/Adik/

Saudara/i diharapkan datang kontrol setiap 1 minggu untuk melihat kemajuan

terapi dan pemberian pengobatan lanjutan bila kutil belum hilang seluruhnya.

Bila Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i ada mengeluhkan luka yang terus

berdarah, rasa nyeri yang tidak hilang dengan obat anti nyeri, rasa terbakar pada

kulit, maka Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i dapat segera menghubungi saya

melalui telepon di 061-8213676 atau 08126047411, atau di alamat Jln. Dr.

Sumarsono no. 1 Medan, atau pergi ke rumah sakit terdekat dengan terlebih

dahulu menghubungi saya.

Setelah terapi elektrodesikasi disertai kuretase terkadang dapat dijumpai

sedikit nyeri, dan setelah terapi dengan pengolesan larutan fenol 80% kadang

dijumpai kulit kemerahan, dan sedikit nyeri, namun biasanya hal ini bersifat

sementara, dan apabila diperlukan, Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i akan

diberikan pengobatan untuk menangani hal tersebut.

Peserta penelitian tidak akan dikutip biaya apapun dalam penelitian ini.

(52)

Keikutsertaan Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i dalam penelitian ini adalah

bersifat sukarela. Bila tidak bersedia, Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i berhak

untuk menolak diikutsertakan dalam penelitian ini. Jika Bapak/Ibu/Kakak/

Adik/Saudara/i bersedia dan menyetujui tindakan pengobatan ini, mohon untuk

menandatangani lembar persetujuan ikut serta dalam penelitian.

Jika Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i masih memerlukan penjelasan lebih

lanjut dapat menghubungi saya.

(53)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

Setelah mendapat penjelasan, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Alamat :

Nama orang tua/wali :

Umur :

Alamat :

dengan ini menyatakan diri saya/anak saya SETUJU secara sukarela untuk ikut

serta dalam penelitian dan mengikuti berbagai prosedur pemeriksaan seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah surat pernyataan persetujuan ini dibuat

dengan sebenarnya dalam keadaan sadar tanpa ada paksaan dari siapapun.

Medan, 2013

Yang menyetujui

(54)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Alamat :

Nama orang tua/wali :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dan memahami mengenai tindakan yang akan

dilakukan, maka saya dengan penuh kesadaran menyatakan SETUJU untuk

dilakukan tindakan tersebut pada diri saya/anak saya.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat, agar dapat dipergunakan

seperlunya.

Medan, 2013

Dokter Yang menyetujui

(55)

LAMPIRAN 4

STATUS PASIEN

Nomor :

Tanggal :

Nomor Rekam Medis :

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Telepon :

Veruka vulgaris

Jumlah :

Warna :

Bentuk ruam :

Lokasi :

Lama menderita :

Pengobatan sebelumnya :

Dokumentasi sebelum diterapi :

Terapi elektrodesikasi disertai kuretase

Lokasi :

Terapi pengolesan larutan fenol 80%

(56)

Komplikasi elektrodesikasi disertai kuretase

nyeri

perdarahan

parut

hiperpigmentasi/hipopigmentasi

Komplikasi pengolesan larutan fenol 80%

nyeri

parut

hiperpigmentasi/hipopigmentasi

Follow up

Elekrtodesikasi disertai

kuretase Pengolesan larutan fenol 80%

Hari ke 2

Minggu 1

Minggu 2

Minggu 3

Minggu 4

Minggu 5

(57)

Pada pengobatan kutil ini, saudara mendapat 2 metode pengobatan yang berbeda,

manakah yang lebih saudara sukai ?

Eletrodesikasi disertai kuretase, alasan ...

Pengolesan larutan fenol 80%, alasan ...

(58)

Gambar

Tabel 2.1 Pilihan Pengobatan  pada Veruka di Kulit*
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Teori
Gambar 3.1 Diagram Kerangka Operasional
Tabel 4.2  Umur Subyek Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait