• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Narasi Film “My Name Is Khan” Dalam Perspektif Komunikasi Antaragama Dan Budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Narasi Film “My Name Is Khan” Dalam Perspektif Komunikasi Antaragama Dan Budaya"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NARASI FILM “MY NAME IS KHAN” DALAM PERSPEKTIF

KOMUNIKASI ANTARAGAMA DAN BUDAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:

Mega Nur Fitriana

NIM: 109051000238

JURUSAN KOMUNIKASI & PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

iii

ABSTRAK

Nama : Mega Nur Fitriana

Judul Skripsi : Analisis Narasi Film My Name Is Khan dalam Perspektif Komunikasi Antaragama dan Budaya

Karya film adalah ciptaan yang sangat imajinatif, baik lisan maupun setiap adegannya. Sebagai media komunikasi, film adalah salah satu bentuk karya yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau nilai dari suatu karya. Kebenaran dalam karya seni adalah kebenaran yang dianggap ideal oleh pengarangnya. Hal inilah yang menjadikan penulis ingin mengetahui elemen apa saja yang membuat sebuah film dapat dengan efektif menyampaikan informasi di dalamnya, khususnya mengenai analisis narasi.

Berdasarkan latar belakang di atas, muncul pertanyaan: Bagaimana pesan KAB dinarasikan di dalam film “My Name Is Khan” berdasarkan konsep analisis narasi Tvzetan Todorov? Adapun pertanyaan minornya adalah: Bagaimana analisis alur narasi menurut awal cerita film „My Name Is Khan’ dikaitkan dengan KAB?Bagaimana analisis narasi berdasarkan alur tengah cerita film „My Name Is Khan’ dikaitkan dengan KAB? Bagaimana analisis narasi berdasarkan alur akhir cerita film „My Name Is Khan’dikaitkan dengan KAB?

Pesan KAB lebih banyak dinarasikan pengarang dalam bentuk dialog antar tokoh serta paparan kejadian atau peristiwa yang dialami. Bahasa narasi digunakan dengan lugas dan sesekali menggunakan perumpamaan. Nilai komunikasi antaragama dan budaya yang terdapat dalam film ini mengenai aspek dalam kehidupan sehari-hari.

Model analisis yang digunakan oleh penelitian adalah model Tvzetan Todorov. Akan tetapi, ada beberapa paparan karakter tokoh-tokoh model Vladimir Propp. Menurut peneliti narasi tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata. Inti analisis narasi adalah menggabungkan dua dimensi narasi yaitu tokoh dan alur kedalam satu kesatuan analisis.

Metodologi penelitian yang digunakan skripsi ini adalah kualitatif melalui analisis narasi yaitu studi tentang struktur pesan atau telaah mengenai analisis komunikasi antaragama dan budaya pada alur permulaan, pertengahan, dan akhir cerita. Teori KAB menurut Joseph A. DeVito, yaitu: Komunikasi antaretnis yang berbeda, komunikasi antarkelompok agama yang berbeda, komunikasi antarsubkultur yang berbeda, komunikasi antara suatu subkultur dan kultur yang berbeda, dan komunikasi antarjenis kelamin yang berbeda.

Tokoh-tokoh yang ada dalam film My Name Is Khan adalah Rizvan Khan dan Mandira. Mereka sebagai tokoh utama. Alur yang diceritakan dalam film My

Name Is Khan menggunakan alur maju dan alur mundur. Namun, lebih banyak

menggunakan alur maju.

Narasi pesan komunikasi antaragama dan budaya pada film My Name Is

Khan adalah suatu kajian dan informasi. Penulis mendeskripsikan dan

menjabarkan ujaran-ujaran melalui paparan cerita yang mengandung pesan-pesan komunikasi antaragama dan budaya.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahirabbil’alamin, penulis panjatkan puji serta syukur yang tak terhenti kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat iman, sehingga memberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi tantangan dan hambatan dalam penyelesaian skripsi ini. Dengan segala usaha dan doa, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan karya ini dengan baik. Ini semua berkat arahan, bantuan, petunjuk serta motivasi yang mereka berikan kepada penulis. Tanpa mereka, dengan keterbatasan yang penulis miliki, maka sulit hidayah Allah SWT ini dapat terwujud.

Untuk itu, terimakasih kepada orang tua yang penulis sayangi H. Suroso (Papa) dan Hidayat Yuni Praptomo, MM, (Bapak), Mama yang penulis sayangi Hj. Janiah (Mama) dan Ibu Susi (Ibu), beserta Nenekku tersayang Hj. Masanih dan juga Adik-adik penulis tersayang Anggita Wulandari AM, Keb, Ihsani Robby Wibowo, M. Raihan Naufal, yang selalu memberikan do‟a maupun dukungan dan juga memberi semangat kepada penulis setiap harinya.

Terima kasih juga disampaikan kepada:

1. Prof. Andi Faisal Bakti, Ph. D, MA, Pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan inspirasinya dan do‟a

(6)

v

2. Dr. Arief Subhan, M.Ag, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed. Wakil Dekan I; Drs. Jumroni, M.Si. Wakil Dekan II; Drs. Sunandar, M.Ag. Wakil Dekan III.

3. Rachmat Baihaky, MA, Ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Ibu Umi Musyarofah, MA, sekretaris jurusan Komunikasi dan penyiaran Islam.

4. Bapak Fauzun Jamal, Lc, Pembimbing Akademik KPI G 2009 yang selalu menyempatkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk mendengar keluh kesah kami dan memberikan pengarahan dari semester satu hingga saat ini.

5. Segenap dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Pimpinan beserta staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu ramah melayano kebutuhan literatur.

7. Pimpinan beserta staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN syarif Hidayatullah Jakarta, yang banyak memberikan bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

(7)

vi

9. Dosen sekaligus kakak untukku, ka Ana Sabhana Azmy yang selalu memberikan do‟a dan support untuk penulis.

10.Tante dan Om penulis, Baba Nunung, Baba Awih, Baba Juki, Baba Uur, Mama Rom, Budhe Paike, Cing Nisa, Tante Riri, Budhe Tuti, Tante Nining, Tante Dini, Tante Ria, dan Om Wiwied, Mama Yeni, Bunda Kuki, yang selalu memberi motivasi.

11.Sepupuku tersayang Fitri Amaliyah, Nurul, Tia, Hana, Fahri, Reza, Azis, Nanda, Kai, Purity, Unique, Shifa, Dipta, dan Mas Qkie, yang senantiasa menanyakan kapan penulis selesai.

12.Sahabatku Bolang Lovers, Aisyah Nuraeni, Taufik Halily, Isra Makkiyah, dan Khoirunnisyah, yang selalu menemani dalam keadaan galau.

13.Teman-Teman dekatku, Hidayati Nur Fajrina, dr. Fatimah Azzahra, Rima Suciyani, Aini, Sri, Dhidi, Kiki, Bushairi, Hendra Waluyo, Ka Gilang, Sherly Liyana Lacuba, Kadek, Shita, Dea, Mba puput, dan Feby yang menghibur penulis ketika kesepian.

14.Sahabatku Abdie Arzuq, Zhi, Anggi, Qonit, Lia, Uyuy, Santi, Iin, Astri, dan Hani, yang selalu memberikan do‟a tulusnya kepada penulis.

15. Sahabat KKN Sukses Farhan, Dahlia, Ani, Rizal, Nani, Yuli, Aida, Faizah, Deni, Ridwan, Zaky, Husen, Erik, Dogol, dan Noufal, yang menjalin keakraban selama di lokasi.

(8)

vii

Surya, Hakim, Saipul, Mursanih, Ovi, Ade, Yono, Soleh, Tata, Faisal, Rayando, Rijal, Nida, Aisyah, Isti, Andri, Nisa, dan semua teman penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga kita menjadi orang-orang-orang yang sukses di masa depan. Amiin… !!!

Pada akhirnya, tiada yang sempurna kecuali kesempurnaan itu milik Allah. Tentu banyak sekali kekurangan dalam penelitian ini, namun kekurangan itu suatu saat bisa diperbaiki di kemudian hari. Sehingga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 23 Januari 2014

(9)

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB1: PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 11

E. Bingkai Teori dan Metodologi Penelitian ...12

F. Sistematika Penulisan ...16

BAB II: TINJAUAN TEORITIS ... 18

A. Teori Narasi ... 18

B. Tinjauan Umum tentang Film... 23

C. Komunikasi Antaragama dan Antarbudaya ... 29

D. Kesukaran Memahiri Komunikasi Antarbudaya ... 31

E. Bentuk-bentuk Komunikasi Antarbudaya ... 32

F. Pelaku Kebudayaan ... 32

G. Hubungan Antaragama ... 35

BAB III: GAMBARAN UMUM FILM ‘MY NAME IS KHAN’...... 42

A. Sekilas Cerita tentang Islam dalam Film „My Name Is Khan’....... 42

B. Produksi Film „My Name Is Khan‟... 44

C. Sinopsis Film „My Name Is Khan‟... 49

(10)

ix

BAB IV: ANALISIS NARASI TERHADAP FILM “MY NAME IS KHAN”

DALAM PERSPEKTIF KAB ... 56

A. Pandangan KAB terhadap Analisis Alur Awal Cerita Film My Name Is Khan ... 56

B. Pandangan KAB terhadap Analisis Alur Tengah Cerita Film My Name Is Khan ... 74

C. Pandangan KAB terhadap Analisis Alur Akhir Cerita Film My Name Is Khan ... 95

D. Diskusi: KAB dalam Pesan Islam di dalam Film My Name is Khan ... 106

BAB V: PENUTUP ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran-saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ...114

(11)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang Masalah

Komunikasi memainkan peran krusial dalam interaksi antarmanusia. Sebagian berpendapat, bahwa media massa dapat dilihat sebagai sarana mencari keuntungan semata demi memperoleh komersialisme.1 Oleh karena itu, mereka juga akan membuat program acara yang dapat menjaring banyak pemasang modal untuk mendukung suksesnya sebuah acara. Namun, iklan yang disajikan cenderung tidak memiliki nilai positif, karena mereka lebih mengutamakan keuntungan atau profit.

Selain koran, tabloid, radio dan televisi, film tidak hanya menjadi sarana hiburan, seni, ataupun bisnis semata. Namun, film juga bisa menjadi bagian dari komunikasi. Bahkan merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang menyampaikan pesan dengan menggunakan audio dan visual. Film dapat menggambarkan dan merefleksikan realitas kehidupan manusia. Selain dapat menyampaikan pesan kepada masyarakat luas dan secara satu arah, film juga dapat memberikan efek komunikasi yang sangat besar. Meskipun komunikasi satu arah tidak memberikan efek secara langsung, namun film dapat memberikan efek yang sangat mendalam terhadap penonton. Apa yang diproduksi oleh media (film)

1

(12)

2

dalam hal ini merupakan representasi realitas sosial yang merupakan jendela untuk memahami seperti apa realitas itu dan bagaimana ia bekerja.

Sadar akan kemampuan potensi media film dalam konstruksi pesan, akhir-akhir ini di Indonesia muncul film yang bernuansa dakwah atau paling tidak film tersebut bergenre Islami. Pesan dakwah merupakan pesan agama yang universal. Hal ini sejalan dengan pemahaman bahwa dakwah merupakan proses yang berjalan (makro proses) dan holistik.2 Inilah yang menjadikan film bisa lebih menarik dan berkesan ketimbang media komunikasi massa lainnya. Adanya sistem cerita di dalamnya dan bagaimana kisah, pesan-pesan, intrik dan realitas dikemas di dalam film itulah yang menjadikannya menarik dan berkesan. Penonton tidak akan mudah bosan menyaksikan film yang dikemas dengan alur cerita yang baik dan menarik. Tentu saja, dengan berbagi keunggulan dan keunikan dari media film tersebut, pesan yang ada dalam film akan lebih mudah diterima dan tersampaikan maknanya.

Film sebagai media komunikasi massa, tentu saja merupakan media untuk menyampaikan isi pesan kepada khalayak dengan cara menyaksikannya dengan seksama. Dengan menyaksikan itulah, kita dapat menerima pesan yang terkandung di dalamnya. Film telah digunakan sebagai media penyampaian pesan moral, keagamaan, dan juga kritik sosial. Atau dalam beberapa kasus, film juga dapat menjadi media propaganda. Film juga sebagai sarana penyampaian pesan kultural, bila di dalam film tersebut disisipkan materi pesan dan nasihat kultural

2

(13)

3

yang terkandung di dalamnya. Biasanya nasihat itu, divisualisasikan dalam alur cerita berupa kejadian dalam film ataupun dialog tokoh kultural dalam film. Begitu juga dalam penyampaian pesan agama, propaganda atau kritik sosial, pesan divisualisasikan dalam adegan-adegan visual ataupun suara dalam film. Namun, terkadang makna yang terkandung dalam film tersebut kurang disadari oleh para penonton pada umumnya. Mengenai makna, Devito mengatakan, “Isyarat mempunyai kebebasan makna (arbitrary); mereka tidak memiliki karakteristik atau sifat dari benda atau hal yang mereka gambarkan, suatu kata memiliki arti atau makna yang mereka gambarkan, karena kitalah yang secara bebas menentukan arti atau maknanya.”3

Salah satu film yang menarik dikaji karena muatannya sebagai pesan kultural, moral dan kritik sosial ialah film “My Name Is Khan” dan secara mengagetkan memecahkan rekor box office. Dengan biaya produksi sekitar Rp. 110 miliar, dalam waktu sepekan saja penjualan karcis sudah mencapai Rp. 185 miliar. Film tersebut diproduksi oleh Dharma Productions, bekerjasama dengan Red Chillies Entertainment dan didistribusikan oleh Fox Star Studios. Film ini dirilis di Mumbai, kota utama dan pusat perfilman India. Film ini disutradarai oleh Karan Johar, beliau adalah sutradara film, produser, dan selebriti India. Karan Johar berasal dari Mumbai, Maharashtra, India. Beliau juga yang membuat dan memproduksi film-film terkenal, salah satunya adalah Film “Kuch-Kuch

Hotahai.” Mereka kembali bekerja sama dengan Shahrukh Khan sebagai bintang

3

(14)

4

utama film tersebut, memerankan Rizvan Khan, seorang muslim India yang memerankan seseorang yang mengidap sindrom asperger, bagian dari spektrum autis, sehingga sulit berkomunikasi dalam pergaulan sosial.4

Pada tanggal 9/112001 pada pukul 08:46 pagi waktu New York tiba-tiba sebuah pesawat American Airlines penerbangan 11 menabrak sisi utara, menara utara gedung World Trade Center (WTC 1) dengan kecepatan diperkirakan 790 km/jam atau 219 m/detik, di antara lantai 93 dan 99. Pada pukul 09:02 American

Airlines penerbangan 175 menabrak sisi selatan, menara selatan (WTC 2) dengan

kecepatan diperkirakan 950 km/jam atau 298 m/detik, di antara lantai 77 dan 85. Pada pukul 10:03 United Airlines penerbangan 93 jatuh ke tanah, padahal penerbangan 93 ini diperkirakan ingin menabrakkan pesawat ke gedung putih. Sungguh tragedi ini membuat perselisihan antara warga AS (AS) dengan umat muslim pada saat itu, karena warga AS berpikir bahwa Al-qaidah itu orang Islam. Atas nama jihad, Al-qaidah melakukan penyerangan WTC tersebut yang mengakibatkan korban berjatuhan dan mereka yang tidak bersalah menjadi sasarannya. Peristiwa ini dikenal dengan tragedi 9/11.5

Film “My Name Is Khan” mengangkat isu rasial keagamaan dan kultural

paska tragedi 9\11, di mana paska pengeboman menara kembar WTC, telah terjadi diskriminasi dan penyerangan-penyerangan terhadap muslim di AS. Dalam film ini, digambarkan masyarakat AS seolah menyalahkan warga muslim atas

4

Http://id.globalvoiceonline.org/2 diakses pada tanggal 26 Februari 2013 pukul 19:15 WIB.

5

(15)

5

peristiwa tersebut. Karena adanya peristiwa tersebut, maka terjadilah perpecahan yang menyebabkan orang Islam dimusuhi. Umat Islam yang tinggal di AS pada saat itu banyak sekali menerima teror dari masyarakat AS yang tidak menerima atas kejadian hancurnya menara kembar WTC tersebut. Namun, dengan adanya Rizvan Khan dalam film ini, telah membuat banyak perubahan dalam pemikiran-pemikiran mereka yang salah dan kritis terhadap Islam dan muslim.

Pengangkatan tema mengenai sistem keagamaan dan kebudayaan merupakan suatu hal yang sangat beresiko tinggi. Karena, jika di dalam tema yang mengenai sistem keagamaan dan kebudayaan tersebut menyinggung perasaan pihak lain, maka akan timbul konflik. Konflik yang ditimbulkan menyebabkan kecaman kepada pihak yang telah membuat film tersebut. Jika banyak protes mengenai hal tersebut, maka akan timbul konflik, pada akhirnya film tersebut akan dicabut dari peredaran karena mengandung sistem konflik pada khalayak.6

Karena itu, selain isu SARA, film ini juga memuat isu sosial yang melibatkan Islam dan warga AS di dalamnya. Serta, itu juga menyebabkan pemahaman umum terhadap Islam dan berbagai aspek yang mengunggulkan film ini. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mendalam terhadap film tersebut, khususnya narasi komunikasi antaragama warga sekuler/ atheis barat di dalam film tersebut, dengan kata lain bagaimana umat Islam dan Hindu digambarkan dalam film tersebut. Lebih jauh , peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian ilmiah yang akan ditulis dalam skripsi yang berjudul:

6

(16)

6

“Analisis Narasi ‘Film My Name Is Khan’ dalam Perspektif Komunikasi AntarAgama dan Budaya.”

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Sebelum membatasi masalah, penulis akan terlebih dahulu memberikan identifikasi masalah seputar judul yang diangkat. Masalah yang ditemukan penulis dalam judul ini adalah seputar analisis narasi dalam perspektif komunikasi Antaragama dan Budaya yang terdapat dalam film “My Name Is Khan.” Untuk mengetahui narasi yang lebih mendalam dalam perspektif komunikasi antaragama dan budaya yang ada dalam film tersebut, maka diperlukan suatu analisis, yaitu analisis narasi.

Penulis menemukan bahwa teori yang tepat untuk dijadikan rujukan adalah teori komunikasi antaragama dan budaya menurut Joseph A. Devito, yaitu komunikasi antara etnis yang berbeda, Komunikasi Antarkelompok agama yang berbeda, Komunikasi Antarsubkultur yang berbeda, komunikasi antara suatu subkultur dan kultur yang berbeda, dan Komunikasi Antarjenis kelamin yang berbeda.7 Teori tersebut dapat menjadi pijakan yang kuat untuk mengangkat permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti.

7

(17)

7

2. Batasan Masalah

Untuk membatasi masalah agar tidak terlalu luas pembahasan dalam skripsi ini, maka permasalahan hanya dibatasi berdasarkan pada analisis narasi dalam film „My Name Is khan' dengan perspektif komunikasi antaragama dan budaya dengan menggunakan metode analisis narasi. Menurut Branston dan Stafford klasifikasi narasi terdiri atas: 8

a) Menurut Joseph Campbell menyatakan bahwa narasi meliputi cerita mitos.

b) Menurut Tvzetan Todorov bahwa suatu cerita pasti memiliki alur cerita awal, tengah dan akhir.

c) Menurut Vladimir Propp bahwa dalam suatu cerita memiliki delapan karakter tokoh, yaitu: karakter penjahat, sang pahlawan, sang pendonor, sang penolong, karakter ayah, yang mengantarkan pertolongan, dan pahlawan palsu.

d) Menurut Claude Levi-Strauss, bahwa suatu cerita memiliki sifat-sifat yang berlawanan.

Penelitian ini hanya dibatasi pada pada klasifikasi narasi menururt Tvzetan Todorov. Todorov mengatakan bahwa suatu cerita memiliki bagian awal bagian tengah dan bagian akhir. Atau disebut dengan istilah alur cerita. Penelitian ini ingin mengkaji makna bagaimana realitas kehidupan dalam film tersebut dikhususkan pada bagian adegan yang berkaitan dengan konsep dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yang ditampilkan oleh aktor pemeran utama serta

(18)

8

bagaimana kajiannya dalam perspektif bentuk Komunikasi antaragama dan budaya, menurut Devito di atas. Namun, secara sepintas teori Propp akan digunakan pada Bab 3, untuk sekedar mengidentifikasi perilaku dan karakteristik masing-masing.

3. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan menjadi objek penelitian ini adalah: Bagaimana bentuk pesan komunikasi antaragama dan budaya dinarasikan di dalam film “My Name Is Khan” berdasarkan konsep analisis narasi Tvzetan Todorov? Adapun pertanyaan turunannya adalah:

a. Bagaimana analisis alur narasi menurut awal cerita film „My Name Is Khan’ dikaitkan dengan komunikasi antaragama dan budaya?

b. Bagaimana analisis narasi berdasarkan alur tengah cerita film „My

Name Is Khan’ dikaitkan dengan komunikasi antaragama dan budaya?

c. Bagaimana analisis narasi mengikuti alur akhir cerita film „My Name

Is Khan’ dikaitkan dengan komunikasi antaragama dan budaya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(19)

9

a. Untuk mengetahui bagaimana analisis narasi menurut alur awal cerita film „My Name Is Khan’ dikaitkan dengan komunikasi antaragama dan budaya.

b. Untuk mengetahui bagaimana analisis narasi berdasarkan alur tengah cerita film „My Name Is Khan’ dikaitkan dengan komunikasi antaragama dan budaya.

c. Untuk mengetahui bagaimana analisis narasi mengikuti alur akhir cerita film „My Name Is Khan’ dikaitkan dengan komunikasi antaragama dan budaya.

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dalam menangkap makna-makna yang dinarasikan dalam suatu film. Selain itu, makna film yang diceritakan dalam film ini dapat menjadi suatu cerminan akan suatu hal yang baik dan buruk, sehingga dapat diikuti dan tidak diikuti. Diharapkan juga semoga penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian yang bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswi UIN Jakarta, khususnya program studi Komunikasi Penyiaran Islam.

2. Pernyataan Penelitian

(20)

10

yang mereka alami. Dalam film ini, banyak sistem komunikasi antaragama dan budaya yang akan digambarkan oleh sutradara melalui penarasian dalam bentuk dialog antar tokoh serta paparan dari kejadian yang dialami.

Film „My Name Is Khan’ berdasarkan analisis narasi Tvzetan Todorov memiliki alur awal, tengah, dan akhir. Alur awal adalah ketika tokoh utama dalam film ini saling berkenalan. Alur tengahnya ketika konflik faktor beda agama yang terjadi, karena mereka menjalin cinta hingga menikah. Dan alur cerita akhir ketika mereka bisa melewati konflik yang terjadi dari perjalanan cinta mereka hingga dapat bersatu kembali. Dan film ini mencoba meluruskan stigma negatif Muslim di AS, di mana Islam dianggap sebagai agama teroris. Film ini juga menjelaskan tentang pengaruh komunikasi antaragama dan budaya yang muncul di Barat.

3. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dibagi dalam dua aspek yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis.

Manfaat akademis:

a). Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya bidang studi ilmu komunikasi berkaitan dengan pembelajaran mengenai narasi dan sistem-sistem dalam sebuah film, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Dakwah Komunikasi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam.

(21)

11

antar budaya AS dan India, antara Barat dan Timur (Islam) dan juga dapat memberikan wawasan kepada pembaca mengenai perbedaan antara teologi Hindu dan Islam. Manfaat ini lebih khusus lagi bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Program studi Komunikasi Penyiaran Islam, utamanya tentang analisis narasi film.

Manfaat Praktis:

a). Penulis berharap dapat menambah wawasan mengenai narasi pesan dalam sebuah film bagi para mahasiswa di bidang penyiaran dan sejenisnya.

b). Penulis berharap dapat menambah ilmu tentang cara penarasian film bagi para mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, khususnya, serta mahasiswa lain yang mempunyai minat di bidang penyiaran dan film pada umumnya.

D. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini penulis juga menggunakan skripsi yang memiliki beberapa persamaan dengan penelitian ini. Berbagai referensi atau rujukan berguna bagi penulis dalam merumuskan permasalahan. Sebagai referensi tambahan, penulis gunakan koran, artikel, dan buku. Adapun beberapa judul penelitian yang penulis dapatkan adalah sebagai berikut:

(22)

12

penelitian ini dalam objek pembahasannya, yaitu film ini sendiri. Namun, karya Farouk ini memiliki perbedaan dalam hal penggunaan metode analisis. Bila Farouk menggunakan analisis semiotik, maka penelitian ini dengan analisis narasi.9

Titut Yuliastari, menemukan adanya teori yang sama terhadap analisis narasi makna gaya hidup TKW di Indonesia dalam film “Minggu Pagi di Victoria

Park.” Persamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan teori yang sama. Sebaliknya perbedaan dari penelitian ini adalah pada objek penelitiannya. Titut Yuliastari membahas film “Minggu Pagi di Victoria Park” yang menekankan penelitiannya pada gaya hidup TKW di Indonesia. Sedangkan, penulis membahas film “My Name Is Khan” dalam aspek KAB.10

Meskipun penelitian ini mendapat rujukan dari skripsi di atas dan sama meneliti tentang film, akan tetapi skripsi ini memiliki perbedaan dari skripsi di atas yaitu pada fokus penelitiannya. Penelitian ini fokus bagaimana Perspektif Komunikasi antaragama dan budaya yang ditampilkan dalam film “My Name Is Khan.” Selain itu, penelitian ini menggunakan analisis narasi menurut Tvzetan Todorov yang terdiri atas alur cerita awal, tengah, dan akhir. Selain itu, pada Bab Tiga teori Vladimir Propp digunakan sepintas untuk identifikasi delapan karakter

9

Farouk Kahlil Gibran Bagawi, “Analisis Semiotik Wajah Islam dalam Film „My Name

Is Khan’ (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, 2011).

10

Titut Yuliastari, Analisis Narasi Makna Gaya Hidup TKW di Indonesia dalam film

(23)

13

tokoh. Penelitian ini ingin mengkaji kehidupan dalam film tersebut yang dinarasikan dalam film “My Name Is Khan.

E. Metodologi Penelitian

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menyesuaikan pada metodologi penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis narasi deskriptif. Analisis ini merupakan suatu metode analisis narasi pesan dalam suatu film yang sistematis dan menjadi petunjuk mengamat serta menganalisis pesan-pesan tertentu yang disampaikan oleh komunikator. Dalam pendekatan ini, penulis menggunakan metode yang tidak melihat pada angka-angka, tetapi langsung dinarasikan dalam bentuk penjelasan kualitatif tentang fenomena yang dibahas. Pendekatan ini bertujuan untuk memahami makna sehingga menghasilkan gaya deskriptif yang dapat menggambarkan secara luas tentang isi dari film “My Name

Is Khan” sebagai salah satu sarana dakwah.

1. Subjek dan Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah film “My Name Is Khan,” sedang subjek penelitiannya adalah potongan adegan visual ataupun narasi dialog dalam film

My Name Is Khan” yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya yang ingin

disampaikan di dalam film “My Name Is Khan.”

1. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

(24)

14

Rekaman berasal dari youtube ini kemudian dibagi per scene dan dipilih adegan-adegan yang sesuai rumusan masalah, yang digunakan untuk penelitian. 2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen atau literatur-literatur yang mendukung data primer seperti buku-buku, yang sesuai dengan penelitian, artikel koran, catatan kuliah, kamus, Internet, dan lain sebagainya, yang membahas tentang film secara umum dan khusus film ini, atau tentang narasi itu sendiri.

b. Teknik pengolahan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara. Pertama adalah observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan bebas terhadap objek penelitian dan unit analisis. Ini dilakukan dengan cara menonton dan mengamati adegan-adegan dan dialog dalam film “My Name Is Khan.” Kemudian, penulis memilih dan

menganalisis sesuai dengan model penelitian yang diinginkan, dalam hal ini, dikaitkan dengan komunikasi antaragama dan budaya.

Kedua, studi dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data melalui telaah dan mengkaji berbagai literatur yang sesuai, atau ada hubungannya dengan film ini, yang kemudian dijadikan sebagai bahan argumentasi, seperti buku-buku, artikel koran, arsip, kamus istilah, Internet, dan sebagainya.

c. Teknik Analisis Data

(25)
(26)

16

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembatasan skripsi ini, secara sistematis penulisannya dibagi ke dalam lima bab serta sub-babnya sebagai berikut:

Pendahuluan, penulis letakkan pada Bab 1, yang meliputi latar belakang masalah yang membahas film sebagai media komunikasi, sekilas tentang film

My Name Is Khan” juga tentang peristiwa 9/11 pengeboman menara kembar

World Trade Center yang melatar belakangi isu rasial pembuatan film tersebut. Kemudian bab ini juga mencakup pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Menyusul Tinjauan Teoritis, pada Bab Dua, yang memuat teori-teori yang menunjang dan mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini. Dimulai dengan penjelasan mengenai konsep sebuah film, jenis-jenis film, hingga film sebagai media komunikasi massa. Bab ini juga mengandung penjelasan konsep umum analisis narasi menurut Joseph Campbell, Tvzetan Todorov, Vladimir Propp, Claude Levi-Strauss, dan teori komunikasi antaragama dan budaya. Namun, hanya teori Tvzetan Todorov yang akan digunakan dalam penelitian ini di Bab Empat, dan sepintas teori Propp di Bab Tiga

Selanjutnya, Gambaran Umum Film “My Name Is Khan,” ditempatkan

pada Bab Tiga, yang menjelaskan secara umum segala sesuatu mengenai film

(27)

17

tanggapan mengenai film tersebut. Dan teori Vladimir Propp akan digunakan sebagai panduan dalam bab ini.

Sebagai inti skripsi, Analisis Data disuguhkan pada bab empat, yaitu berupa analisis narasi terhadap data dari film “My Name Is Khan,” dan tentang

penarasian pesan mengenai perspektif komunikasi antaragama dalam film tersebut.

(28)

18 Propp, suatu cerita pasti memiliki karakter tokoh, c) sementara menurut Levis-Strauss, suatu cerita memiliki sifat-sifat yang berlawanan, d) terakhir narasi Joseph Campbell, yang kaitannya membahas narasi dengan mitos.1 Namun, penulis hanya menggunakan teori narasi menurut Todorov, karena film ini masuk kategori drama, ini akan digunakan di Bab empat nanti, sedangkan teori Propp akan digunakan secara sepintas di Bab tiga.

1. Teori Narasi Menurut Tvzetan Todorov

Narasi berisi penjelasan bagaimana cerita disampaikan, bagaimana materi dari suatu cerita dipilih dan disusun untuk mencapai efek tertentu kepada khalayak.2 Narasi adalah proses dan efek dari merepresentasikan waktu dalam teks.3 Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan pada kesinambungan peristiwa dalam narasi itu dalam hubungan sebab akibat. Ada bagian yang mengawali narasi, ada bagian yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari situasi awal, dan ada bagian yang mengakhiri narasi itu. Alurlah yang

1

Gill Branston and Roy Stafford. 2003. The Media Student’s Book (London and New York: Routledge), h. 56-57.

2 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s, h.38.

(29)

19

Awal tengah akhir

menandai kapan sebuah narasi itu mulai dan kapan berakhir.4 Menurut Todorov, pada bagian awal ada interaksi situasi dasar dan kemudian di tengah menimbulkan konflik dan pada akhirnya biasanya akan berakhir bahagia. Tentu saja itu melalui intervensi dari produk yang akan dijual. Tidak perlu dipersoalkan, bahwa akhir narasi masih menimbulkan persoalan baru lagi. Alur ditandai oleh puncak atau klimaks dari perbuatan dramatis dalam rentang laju narasi. Secara skematis alur dapat digambarkan sebagi berikut:

Diagram 2.1

Diagram Alur Film5

Banyak pendapat dan kritikan mengenai pembagian waktu dalam sebuah cerita, tetapi kritikan tidak bisa meniadakan pembagian waktu itu. Misalnya, ada

pendapat yang mengatakan, bahwa sebenarnya apa yang disebut “penyelesaian”

itu sebenarnya tidak ada, karena akhir dari suatu kejadian atau peristiwa akan menjadi awal dari kejadian yang lain, atau akhir dari tragedi itu merupakan sebuah diskusi, yang pada gilirannya menjadi bagian pendahuluan dari kisah berikutnya.6 Sebab itu, narasi harus diberi batasan yang lebih jelas, yaitu rangkaian tindakan yang terdiri atas tahap-tahap yang penting dalam sebuah struktur yang terikat oleh

4 Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, h. 36.

5 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 145.

(30)

20

waktu. Di mana waktu ini dibagi menjadi tiga waktu, yaitu bagian awal atau pendahuluan, bagian tengah atau perkembangan, dan bagian akhir atau bagian peleraian. Berikut rincian dari ketiga bagian tadi sebagai berikut:

1. Alur Cerita Awal

Suatu perbuatan atau tindakan tidak akan muncul begitu saja dari kehampaan. Perbuatan itu lahir dari suatu situasi. Situasi itu harus mengandung sistem-sistem yang mudah meledak atau mampu meledakkan. Setiap saat situasi dapat menghasilkan suatu perubahan yang dapat membawa akibat atau perkembangan lebih lanjut di masa depan. Ada situasi yang sederhana, tetapi ada juga situasi yang kompleks. Kesederhanaan atau kekompleksannya tergantung dari matra yang berbeda. Kompleks tidaknya situasi dapat diukur dari kaitan-kaitan antara satu faktor dengan faktor yang lain, dapat diukur dari jumlah faktornya, dan dapat pula diukur dari akibat-akibat yang ditimbulkannya serta rangkaian-rangkaian kejadian selanjutnya.7

Jadi bagian pendahuluan menyajikan situasi dasar yang harus memungkinkan pembaca atau penonton memahami adegan-adegan selanjutnya.8 Bagian pendahuluan menentukan daya tarik dan selera pembaca atau penonton terhadap bagian-bagian berikutnya, maka penulis harus menggarapnya dengan sungguh-sungguh secara seni. Bagian pendahuluan harus merupakan seni tersendiri yang berusaha menjaring minat dan perhatian pembaca atau penonton.

7

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 150-151. 8

(31)

21

2. Alur Cerita Tengah

Bagian perkembangan adalah bagian batang tubuh yang utama dari seluruh tindak-tanduk para tokoh. Bagian ini merupakan rangkaian dari tahap-tahap yang membentuk seluruh proses narasi. Bagian ini mencakup adegan-adegan yang berusaha meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan komplikasi yang berkembang dari situasi asli.9

Bagian tubuh cerita sudah melepaskan dirinya dari situasi umum atau situasi awal, dan sudah mulai memasuki tahap konkritisasi.10 Konkritisasi diungkapkan dengan menguraikan secara terperinci peranan semua sistem narasi, perbuatan atau tindak-tanduk tokoh-tokoh, interelasi antara tokoh-tokoh dan tindakan mereka yang menimbulkan benturan kepentingan. Konflik yang ada hanya dapat dimengerti dan dipahami dengan baik, jika situasi awal dalam bagian pendahuluan sudah disajikan secara jelas.

3. Alur Cerita Akhir

Akhir suatu cerita bukan hanya menjadi titik yang menjadi pertanda berakhirnya suatu tindakan. Lebih tepat jika dikatakan, bahwa akhir dari perbuatan merupakan titik di mana tenaga-tenaga atau kekuatan-kekuatan yang diemban dalam situasi yang tercipta sejak semula membersit keluar dan menemukan pemecahannya.11

Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, h. 56. 11

(32)

22

seluruh narasi itu memperoleh maknanya yang bulat dan penuh.12 Bagian ini merupakan titik di mana para penonton terangsang untuk melihat seluruh makna cerita. Bagian ini sekaligus merupakan titik di mana struktur dan makna memperoleh fungsi sepenuhnya. Dengan kata lain, bagian penutup merupakan titik di mana penonton sepenuhnya merasa, bahwa struktur dan makna sebenarnya merupakan sistem dari persoalan yang sama.

Nama teknis bagian terakhir dari suatu narasi disebut juga peleraian atau denouement.13 Dalam bagian ini konflik akhirnya dapat diatasi dan diselesaikan. Namun demikian tidak selalu terjadi, bahwa bagian peleraian benar-benar memecahkan masalah yang dihadapi. Pada bagian ini dalam pengertian alur, dalam peleraian tetap dicapai akhir dari rangkaian tindakan. Bahwa akhir dari tindakan ini menjadi awal dari persoalan berikutnya dan itu merupakan alur dari peristiwa berikutnya.

Secara sederhana, skema pembagian tiga waktu alur cerita dalam narasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gill Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book, h. 56. 13

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 155. 14

(33)

23

Sekilas tentang Tvzetan Todorov

Tzvetan Todorov, lahir 1 Maret 1939 di Sofia Bulgaria. Ia seorang filsuf dan kritikus budaya. Dia tinggal di Perancis sejak 1963 dan sekarang tinggal di sana bersama istrinya Nancy Huston dan dua anak mereka. Ia menulis buku dan esai tentang teori sastra, berpikir sejarah dan budaya teori.15

Dua karya utama Todorov pada semiotika adalah Teori Simbol dan Interpretasi. Teorinya mendefinisikan hubungan antara sejarah, wacana dan ucapan, dan mengusulkan definisi simbolisme bahasa didasarkan pada pembedaan ia membuat antara bahasa dan wacana. Todorov juga mendefinisikan perbedaan antara tanda dan simbol, yang didasarkan pada makna langsung teks dan konten langsung, masing-masing.

Gambar 2.116

Tvzetan Todorov

15

Tzvetan Todorov, Tata Sastra, Jakarta (Jakarta: IKAPI, 1985). 16

(34)

24

B. Tinjauan Umum Tentang Film

1. Film

Film merupakan karya seni yang diproduksi secara kreatif dan mengandung suatu nilai baik positif ataupun negatif, sehingga mengandung suatu makna yang sempurna. Namun, terkadang makna yang terkandung dalam film tersebut itu kurang disadari oleh para penonton pada umumnya.

Makna yang terkandung dalam suatu film, kita dapat melihat dari sistem-sistem pembentuk film itu sendiri. Seperti apa yang digambarkan oleh Thompson dan Bordwell17 sebagai berikut:

Bagan 2.1

Sistem-sistem dalam film

Sumber: (Thompson and Bordwell, 2006:118).

Bagan 2.1 di atas merupakan unsur-unsur pembentuk film yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu sistem formal dan sistem

(35)

25

gaya (stylistic). Sistem formal mencakup film dalam sistem naratif (cerita) dan non naratif (non cerita). Film naratif merupakan kategori film yang memiliki rangkaian suatu sebab-akibat yang terjadi dalam sewaktu-waktu. Kemudian, film non naratif, sebaliknya merupakan kategori film yang tidak memiliki susunan cerita tertentu, seperti film dokumentasi, film experimental, dan sebagainya. Namun, penulis tidak menggunakan unsur sistem non-naratif ini, karena film yang diteliti ini adalah masuk kategori naratif. Suatu film, baik formal atau gaya biasanya memiliki cerita dramatik, yaitu memiliki problem-problem yang kuat dan menarik.18

Sistem gaya (stylistic) atau bisa disebut dengan unsur sinematis terdiri atas empat macam sistem sinematis pembangun film, yakni mise en scene, cinematography, editing, dan sound. Mise en scene merupakan segala hal yang terletak di depan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah produksi film. Mise en scene terdiri atas empat aspek utama yaitu: Setting (latar), kostum dan tata rias wajah (make-up), pencahayaan (lighting), dan pelakonan (acting).19

Cinematography merupakan hal-hal yang dilakukan para pekerja film

berkaitan dengan kamera dan stok roll film mereka. Dalam hal ini bisa dikatakan para pekerja film menggambar apa yang terjadi di luar kamera menjadi sebuah satuan cerita secara utuh melalui alat kamera. Cinematography terdiri atas aspek

18

Sumarno, Marseli. Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), h. 48-49.

19

(36)

26

pengambilan gambar (shot), framing setiap adegan, dan durasi (duration) adegan.20

Editing merupakan tahap pemilihan shot-shot yang telah diambil dipilih, diolah, dan dirangkai sehingga menjadi suatu film yang utuh.21 Dalam tahap

editing, shot merupakan materi utama dalam proses editing. Berdasarkan

aspeknya, editing dibagi menjadi dua jenis yaitu: dialog, musik, efek suara.

Sound merupakan aspek sinematis yang tidak kalah pentingnya dengan

aspek lain. Melalui sound adegan yang terekam dalam kamera akan terasa lebih hidup dan nyata. Sound memiliki beberapa aspek yaitu: dialog, musik, dan efek suara.22

Namun, penulis tidak menggunakan sistem gaya (stylistic) dalam penelitian ini sebagai alat analisis. Selain itu, dalam sistem gaya (stylistic) peneliti merasa adanya keterbatasan untuk menganalisis sistem gaya ini. Tidak hanya itu,

hal ini dikarenakan dalam penelitian ini lebih kepada analisis narasi film “My

Name Is Khan” dalam perspektif komunikasi antaragama dan budaya.

2. Jenis dan Klasifikasi Film

Pada dasarnya film telah terbagi menjadi beberapa jenis, karakter-karakter yang ditampilkan pun mengakibatkan munculnya pengelompokan tersebut. Jenis film menurut penelitian Askrufai Baksin yaitu:

20Sumarno, Marseli. Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 168.

(37)

27 1. Drama

Drama ini merupakan tema yang mengetengahkan aspek-aspek human interest, sehingga yang dituju adalah perasaan penonton untuk dapat meresapi setiap kejadian yang menimpa tokoh dalam adegan tersebut. Tema ini pula bisa dikaitkan dengan latar belakang kejadiannya. Jika kejadiannya tersebut di sekitar keluarga, maka disebut dengan drama keluarga.

2. Action

Pada istilah ini action seringkali berkaitan dengan adegan berkelahi, bertengkar, dan tembak-menembak. Sehingga, tema ini bisa dikatakan sebagai

film yang berisi “pertarungan” atau “perkelahian” fisik yang dilakukan oleh peran

protagonis dengan antagonis.

3. Komedi

Komedi ini merupakan tema yang sebaiknya bisa dibedakan dengan lawakan. Sebab, jika dalam lawakan biasanya yang berperan adalah para pelawak. Dalam komedi itu tidak dilakonkan oleh para pelawak, melainkan pemain film biasa saja. Inti dari tema komedi selalu menawarkan sesuatu yang membuat penontonnya tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak. Biasanya juga, film yang berkaitan dengan komedi ini merupakan suatu sindiran pada fenomena sosial atau kejadian tertentu yang sedang terjadi.

4. Horor

(38)

28

horor dalam film itu bisa dibuat dengan cara animasi, special effect, atau bisa langsung diperankan oleh tokoh-tokoh dalam film tersebut.

5. Tragedi

Pada tema ini, tragedi menitikberatkan pada nasib manusia. Jika sebuah film dengan akhir cerita sang tokoh selamat dari kekerasan, perampokan atau bencana alam dan lainnya, bisa disebut dengan tragedi.

6. Drama Action

Tema ini merupakan gabungan dari dua tema, yaitu: drama dan action. Pada tema drama action ini biasanya menyuguhkan suasana drama dan juga adegan-adegan berupa “petengkaran fisik.” Untuk menandainya, dapat dilihat dengan cara melihat alur cerita film. Biasanya film dimulai dengan suasana drama, lalu setelah itu alur meluncur dengan menyuguhkan suasana tegang, biasanya berupa pertengkaran-pertengkaran.

7. Komedi tragis

Suasana komedi biasanya ditonjolkan terlebih dahulu, kemudian menyusul dengan adegan-adegan yang tragis. Suasana yang dibangun memang getir, sehingga penonton terbawa dengan emosinya dalam suasana tragis. Akan tetapi terbungkus dalam suasana komedi.

8. Komedi horor

(39)

29

ini menampilkan film horor yang berkembang, kemudian diplesetkan menjadi komedi.

9. Parodi

Tema parodi ini merupakan duplikasi dari tema film tertentu. Tetapi diplesetkan, sehingga ketika film parodi ditayangkan, para penonton akan melihat satu adegan film tersebut dengan tersenyum dan tertawa. Penonton berbuat demikian tidak sekedar karena film yang ditayangkan itu lucu, tetapi karena adegan yang ditonton pernah mucul di film-film sebelumnya. Tentunya para penikmat film parodi akan paham kalau sering menonton film, sebab parodi selalu mengulang adegan film yang lain dengan pendekatan komedi. Jadi, tema parodi itu berdimensi duplikasi film yang sudah ada, kemudian dikomedikan.

Adapun film My Name Is Khan masuk pada kategori film drama, karena aktor dan aktrisnya berkisar pada cerita keluarga, antara Rizvan dengan adiknya Zakir, juga pacarnya yang kemudian menjadi istrinya. Mandira, seorang janda beranak satu, kemudian terjadi konflik, karena anaknya meninggal akibat stigma agama (Islam) yang melekat padanya. Mereka pun pisah, lalu akhirnya rujuk lagi.

C. Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya biasanya juga mencakup komunikasi antaragama.

1. Pentingnya Komunikasi Antarbudaya

(40)

30

berikutnya.23 Saat ini komunikasi antarbudaya semakin penting dan semakin vital daripada di masa-masa sebelumnya. Menurut Joseph Devito, beberapa faktor yang menyebabkan komunikasi antarbudaya ini penting adalah:24

a. Mobilitas

Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sekarang sedang mencapai puncaknya. Perjalanan dari satu negara ke negara lain dan dari satu benua ke benua lain banyak dilakukan. Saat ini orang sering kali mengunjungi budaya-budaya lain untuk mengenal daerah baru dan orang-orang yang berbeda serta untuk menggali peluang-peluang ekonomis. Hubungan antarpribadi kita semakin menjadi hubungan antarbudaya.

b. Saling Kebergantungan Ekonomi

Saat ini, kebanyakan negara bergantung pada negara lain secara ekonomi. Hubungan ekonomi suatu negara bergantung pada kemampuan suatu bangsa untuk berkomunikasi secara efektif dengan kultur-kultur yang berbeda itu. Hal yang sama juga terjadi pada bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia.

c. Teknologi Komunikasi

Adanya kemajuan teknologi komunikasi telah membawa kultur luar yang adakalanya asing masuk ke kebudayaan kita. Film-film impor yang ditayangnya di televisi telah membuat kita mengenal adat kebiasaan dan riwayat bangsa-bangsa lain. Kita juga setiap hari membaca di media-media berita tentang

23

Ilya Sunarwinadi, Komunikasi Antar Budaya (Jakarta:UI), h. 9. 24

(41)

31

ketegangan rasial, pertentangan agama, diskriminasi seks, dan secara umum, masalah-masalah yang disebabkan kegagalan komunikasi antarbudaya.

d. Pola Imigrasi

Di hampir setiap kota besar di seluruh dunia kita menjumpai orang-orang dari bangsa lain. Kita bergaul, bekerja, atau bersekolah dengan orang-orang yang sangat berbeda dari kebudayaan kita. Pengalaman sehari-hari itulah yang membuat kita telah menjadi semakin terlibat dalam komunikasi antarbudaya.

e. Kesejahteraan Politik

Kesejahteraan politik suatu bangsa sekarang ini sangat bergantung pada kesejahteraan politik kultur atau negara lain. Komunikasi dan saling pengertian antarbudaya saat ini terasa lebih penting daripada sebelumnya.25

D. Kesukaran Memahami Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya merupakan bidang yang sulit untuk dipelajari dan diriset serta lebih sukar lagi dimahiri. Menurut Joseph DeVito, dua kesulitan utama mengapa komunikasi antarbudaya sulit dipahami dan dimahari adalah sebagai berikut:26

a. Etnosentrisme

Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk mengevaluasi nilai, kepercayaan, dan perilaku dalam kultur sendiri sebagai lebih baik, lebih logis, dan lebih wajar

25

Joseph A. DeVito, Komunikasi Antarmanusia, h. 530-532. 26

(42)

32

daripada kultur lain. Yang perlu kita sadari adalah bahwa kita dan orang lain memang berbeda tetapi setara, tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi.

b. Kesadaran (Mindfulness) dan Ketidaksadaran (Mindlessness)

Saat kita berhubungan dengan orang lain dari kultur yang berbeda kita sering kali berada dalam keadaan ketidaksadaran (mindlessness) diri dan karenanya bertindak tidak rasional dalam banyak hal. Kita menyadari bahwa orang lain dan sistem kultur lain memang berbeda, tetapi tidak lebih buruk atau lebih baik daripada sistem kita. Inilah yang disebut dengan kesadaran (mindfulness).27

E. Persepsi dan Budaya

Faktor-faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu aspek persepsi, twtapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideologi, tingkat intelektualitas, tingkat ekonomi, pekerjaan, dan cita rasa sebagai faktor-faktor internal jelas mempengaruhi persepsi orang terhadap realitas. Dengan demikian, persepsi itu terikat budaya (culture-bound).28

F. Bentuk-bentuk Komunikasi Antarbudaya

Istilah komunikasi antarbudaya secara luas untuk mencakup semua bentuk komunikasi di antara orang-orang yang berasal dari kelompok yang berbeda selain juga secara lebih sempit yang mencakup bidang komunikasi antara kultur yang

27

Joseph A. DeVito, Komunikasi Antarmanusia, h. 534. 28

(43)

33

berbeda. Model komunikasi antarbudaya dapat digambarkan dengan gambar berikut:

Skema 2.2

Model Komunikasi Antarbudaya dan Agama29

Pesan

Keterangan: S: Sumber P: Penerima

Dari gambar model gambar di atas, komunikasi antarbudaya mencakup semua bentuk berikut:

a. Komunikasi antarwarganegara, misalnya, komunikasi antara orang Cina dan Portugis, atau antara orang Prancis dengan orang Norwegia.

b. Komunikasi antarras yang berbeda (kadang-kadang dinamakan komunikasi antarras), misalnya, komunikasi antara orang kulit hitam dan orang kulit putih.

c. Komunikasi antarkelompok etnis yang berbeda (kadang-kadang dinamakan

komunikasi antaretnis), misalnya, komunikasi antara orang AS keturunan

Italia dan orang AS keturunan Jerman.

29

Joseph A. DeVito, Komunikasi Antarmanusia, h. 536.

(44)

34

d. Komunikasi antarkelompok agama yang berbeda, misalnya, antara orang Katolik Roma dan Episkopal, atau antara orang Islam dan orang Yahudi. e. Komunikasi antarbangsa yang berbeda (kadang-kadang dinamakan

komunikasi internasional), misalnya, komunikasi antara AS dan Meksiko,

atau antara Prancis dan Italia.

f. Komunikasi antarsubkultur berbeda, misalnya, komunikasi antara dokter dan pengacara, atau antara tunanetra dan tunarungu.

g. Komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan, misalnya, komunikasi antara kaum homoseks dan kaum heteroseks, atau antara kaum manula dan kaum muda.

h. Komunikasi antarjenis kelamin berbeda, misalnya, komunikasi antara pria dan wanita.

Dari delapan bentuk aktor komunikasi antarbudaya dan agama karena sesuai dengan objek penelitian penulis. Devito juga mengatakan bahwa setidaknya ada lima bentuk dari delapan bentuk aktor komunikasi antarbudaya dan agama yang dapat terjadi dalam hubungan antarbudaya dan agama.30

Dalam penelitian skripsi ini, penulis hanya menggunakan lima bentuk yaitu:

1. Komunikasi antarkelompok etnis yang berbeda. 2. Komunikasi antarkelompok agama yang berbeda. 3. Komunikasi antarsubkultur yang berbeda.

4. Komunikasi antara suatu subkultur dengan kultur yang dominan.

30

(45)

35

5. Komunikasi antarjenis kelamin yang berbeda.

G. Pelaku Kebudayaan

Di dalam film My Name Is Khan terjadiinteraksi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan dan berbeda agama. Orang-orang yang berinteraksi tersebut disebut juga sebagai pelaku kebudayaan. Terjadi hubungan komunikasi antara para tokoh yang memiliki agama dan latar belakang budaya yang berbeda. Agama-agama yang saling berinteraksi itu adalah Islam, Kristen Katolik, dan Hindu. Sedangkan kebudayaan yang saling berinteraksi dalam film ini adalah budaya Pusthun (India dan campuran Pakistan) dan Barat (AS). Kedua budaya ini yang paling sering muncul dalam film ini. Penulis akan menjelaskan unsur agama dan budaya tersebut sebagai berikut:

H. Hubungan Antaragama

1. Islam

Secara bahasa, Islam berarti damai dan tunduk.31 Yang dimaksud damai adalah kedamaian dengan alam sekitar sebagai makhluk Allah dan yang dimaksud dengan tunduk adalah tunduk hanya kepada Allah SWT. Al-qur’an adalah kitab suci agama Islam. Secara garis besar isi seluruh Al-qur’an dapat dibagi dalam dua tugas pokok, yakni:

1) Bagaimana berdamai dengan sesama manusia dan alam sekitar. 2) Bagaimana beriman (tunduk) yang benar kepada Allah.

Setiap pemeluk agama Islam wajib mengetahui dan mempercayai enam perkara, yaitu:

(46)

36

1. Percaya kepada Allah, Tuhan yang menciptakan.

2. Percaya kepada Rasul-rasul dan Nabi-nabi yang diutus Allah. 3. Percaya kepada para Malaikat Allah.

4. Percaya adanya (kiamat) Hari Akhirat. 5. Percaya adanya Kitab-kitab suci Allah. 6. Percaya kepada Takdir baik dan buruk Allah.

2. Hindu

Dalam agama Hindu terdapat lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan itu adalah:32

1) Widhi Tattwa yaitu percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala

aspeknya.

2) Atma Tattwa yaitu percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk.

3) Karmaphala Tattwa yaitu percaya dengan adanya hukum sebab akibat

dalam setiap perbuatan.

4) Punarbhava Tattwa yaitu percaya dengan adanya proses kelahiran kembali

(reinkarnasi).

5) Moksa Tattwa yaitu percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan

tujuan akhir manusia.

3. Kristen Katolik

Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus atau Isa Almasih. Agama

32

I Gusti Putu Phalgunadi, “Evolusi Agama Hindu dan Budayanya,”

(47)

37

ini meyakini Yesus Kristus sebagai anak Tuhan. Mereka beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab. Agama Kristen dalam garis besar dibagi menjadi dua, yaitu: Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Karena dalam film My

Name Is Khan pelaku kebudayaannya beragama Kristen Katolik, maka penulis

akan merinci beberapa ajaran pokok Kristen Katolik, yaitu:33

- Menganggap bahwa Paus dan pendeta berhak menerima penebusan dosa dengan pembayaran yang disukainya.

- Melarang pendeta-pendetanya menikah.

- Mengorganisir gereja Katolik dan semua penganutnya tunduk kepada seorang Paus di Roma.

- Terdapat perbedaan antara orang biasa dan pendeta-pendeta dalam perjamuan suci.

4. Sikh

Sejarah Sikh bermula ketika anak benua Indo-Pakistan tercatat sebagai tempat kelahiran berbagai agama besar. Salah satu diantaranya ialah agama Sikh, tepatnya wilayah bagian Punjab, yang dalam literatur-literatur Barat disebut The Sikh Religion atau The Religion of Sikh atau Sikhism yang bisa diterjemahkan menjadi Sikhisme. Agama-agama lainnya adalah Hinduisme, Jainisme, Buddhisme, dan sejumlah besar aliran atau sekte keagamaan lainnya.34

33

Bs. Mariatmaja SJ, Teologi Katolik, Http://id.m.wikipedia.org/wiki/Teologikatolik . diakses pada tanggal 16 Mei 2013 pukul 23:59 WIB.

34

(48)

38

Tempat ini pula Ahmadiyah muncul pada pertengahan abad ke-19. Hingga sekarang daerah Punjab merupakan wilayah kediaman sebagian besar pengikut agama Sikh atau Sikha, yang menurut catatan paling akhir berjumlah sekitar 16 juta jiwa atau sekitar 2% dari seluruh penduduk India saat ini.35

Orang-orang Sikh adalah suatu ras yang luar biasa. Jumlah seluruhnya di dunia ini kurang lebih ada 10 juta orang. Segala sesuatu tentang mereka ini luar biasa, pakaian mereka, sejarah mereka, dan terutama sekali adalah kelahiran mereka.

Sebelum diadakan pemisahan India, kebanyakan orang Sikh hidup di daerah Punjab (daerah yang mempunyai lima sungai), suatu propinsi yang luas, terletak di bagian utara India. Sejak pemisahan India di tahun 1974, lebih dari 2 juta orang Sikh harus meninggalkan rumah dan kampung halaman dan kekayaan mereka di daerah yang diserahkan kepada Pakistan. Mayoritas orang Sikh sekarang berada di Punjab Timur yang menjadi milik India.

Agama Sikh bermula di Sultanpur, berhampiran Amritsar di wilayah Punjab, India. Pengasas agama ini ialah Guru Nanak (1469-1539), Selepas beliau meninggal dunia, penggantinya juga diberi pangkat guru. Sebanyak sepuluh guru telah mengambil alih tempat beliau dan secara perlahan-lahan. Rangkaian ini berakhir pada tahun 1708 selepas kematian Gobind Singh yang tidak meninggalkan pengganti manusia tetapi meninggalkan satu himpunan skrip suci yang dipanggil Adi Granth. Skrip ini kemudian diberi nama Guru Granth Sahib.

(49)

39

Gobind Singh juga telah menumbuhkan sebuah persatuan “Persaudaraan Khalsa Sikh” dan memulakan pemakaian seragam untuk lelaki Sikh yang taat kepada agamanya yang diberi gelaran “Lima K.”Agama Sikhisme adalah agama keenam terbesar di dunia, dengan lebih daripada 23 juta penganut.36

Kepercayaan Sikh, atau lebih dikenal dengan nama “Khlasa” atau “yang murni” berasal dari agama Hindu, muncul dalam tahun 1699 M dan dianggap sebagai kepercayaan yang paling kontemporer di dunia ini.37

Agama Sikh lahir dan mulai berkembang bersamaan waktunya dengan kelahiran agama Protestan di Eropa, yaitu di akhir abad ke-19 M. Guru Nanak sendiri hanya empat belas tahun lebih tua dari pada Martin Luther, pendiri Agama Protestan itu. motivasi kelahirannya juga senada dengan kelahiran Protestan. Kalau Protestan lahir sebagai reaksi terhadap eksistensi dan kekuasaan gereja Katolik Roma di daratan Eropa, maka Agama Sikh lahir sebagai reaksi terhadap Agama Brahma atau Hinduisme.

Agama Sikh semenjak kelahirannya sekitar lima abad yang lalu, sampai sekarang masih tetap menarik perhatian para peminat penelitian agama. Hal ini bukan saja karena keunikan tokoh pendirinya, perjalanan sejarah

36

Sagita Catur Pamungkas, “Pengetahuan Agama Sikh,” Http://pengetahuan-mengenai-agama-sikh.html diakses pada tanggal 5 Mei 2013 Pukul 13:45 WIB.

37

(50)

40

perkembangannya dan seluk-beluk hubungannya dengan berbagai agama lain, tetapi juga karena peristiwa-peristiwa sejarah, baik yang bersifat keagamaan maupun politik, yang langsung diperankannya.

Agama Sikh itu bermakna: para murid. Agama Sikh bermakna Agama para Murid. Dimaksudkan ialah para murid dari pembangun agama Sikh itu. Oleh karena sang Guru itu pada masa belakangan dikultuskan sebagai penjelmaan Tuhan di bumi maka pengertian para Murid itu dimaknakan dengan Murid Tuhan.

Sikh berarti murid, dan Sikha berarti murid atau pengikut Sikh. Ada juga yang

mengartikan Sikh sebagai “suatu masyarakat agama di India dan Pakistan” atau suatu sekte keagamaan yang berasal dari penyelewengan terhadap “ Bramanis-Hinduisme.” Agama Sikh dikatakan juga sebagai agama “sinkretis” karena ia didirikan dengan maksud “memperdamaikan antara Islam dan Hinduisme.” Di India Islam menggabungkan diri dengan agama Hindu dengan menciptakan agama Sikh.38

Agama Sikh bersifat sinkronisasi antara agama Hindu dengan agama Islam. Dewasa ini, anak benua India berada di bawah kekuasaan imperium Moghul (1526-1858 M), imperium Islam yang berkedudukan di ibukota Delhi. Sebelum kedatangan Guru Nanak itu maka ikhtiar ke arah sinkronisasi antara agama Hindu

(51)

41

dengan agama Islam itu telah dimulai lebih dahulu oleh Kabir (1488-1512 M), seorang penyair India, hingga himpunan sajaknya dimasukkan menjadi bagian di dalam Kitab Suci agama Sikh itu.39

Lambang khusus para penganut agama Sikh itu adalah Lima Kukka, yaitu: Kes (rambut- panjang tak dicukur, yang dililit dengan kain), Kunga (sisir-kayu, bagi keperluan rambut tersebut), Kach (celana-dalam berwarna putih, celana panjang lutut yang khusus untuk kelincahan), Kara (gelang besi di tangan untuk pengekangan diri), dan Khanda (pisau belati bermata dua untuk pertahanan diri). Lambang khusus itu ditaati oleh setiap penganut agama Sikh.

Memang, baik dari segi sosial dan politik, maupun dari sudut pandangan agama, agama Sikh sungguh-sungguh menentang pengaruh Brahmana dan sistem kasta yang diajarkannya. Mungkin pendapat yang mengatakan bahwa ia lebih dekat kepada Islam daripada Hinduisme ada benarnya.40

39

(52)

42

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM ‘MY NAME IS KHAN

A. Sekilas cerita tentang Islam dalam Film ‘My Name Is Khan’

1. Islam di AS

Pada paska peristiwa 9/11 itu, di AS sedang terjadi gelombang ketidakpercayaan terhadap komunitas Muslim,. Rizvan merupakan imigran muslim yang tak luput dari kecurigaan, terlebih dengan Sindrom Asperger yang dideritanya menyebabkan perilakunya tampak aneh dan semakin memancing kecurigaan dari otoritas bandara dan ketidaknyamanan orang-orang yang berada di sekelilingnya. Oleh karena itu AS sangat waspada terhadap pengunjung yang datang ke negaranya dan melalakukan pemeriksaan yang sangat ketat terhadap semua orang yang mereka curigai. Pada saat itu ada beberapa petugas bandara yang mencurigai sikap aneh Rizvan, ketika Rizvan ingin melakukan perjalanan ke AS untuk menemui Presiden AS.1

Lalu para petugas menangkap dan memeriksa Rizvan. Oleh karena tingkah lakunya yang mencurigakan. Rizvan diperiksa didalam ruangan tertutup oleh otoritas bandara, dan melalui proses yang sangat menyudutkan dirinya. Ia diperlakukan layaknya sebagai seorang kriminal yang tertangkap basah. Pada

scene ini terungkap sistem keamanan di AS yang menyudutkan Rizvan sebagai

seorang muslim yang dianggap sebagai teroris. Prosedur standar pemeriksaan

1

Widya Prasty N, Analisis Film My Name Is Khan,

(53)

43

bandara di AS meliputi pemeriksaan sinar X untuk sepatu, baju, sepatu, jaket hingga pemeriksaan online. Penumpang melepas sepatu beberapa kali dan dilakukan juga pemeriksaan terpisah untuk komputer/laptop.

2. Islam di India

Sejak kecil, Rizvan terlahir dengan latar belakang hidup yang penuh dengan kerusuhan antara Hindu dan Muslim di India pada tahun 1983. Hal seperti itu mengisahkan bahwa konflik antaragama sudah sering terjadi di dunia. Dalam film ini tergambar tentang kehidupan Rizvan yang menjadi ironi nantinya. Pada tahap berikutnya, di masa yang akan datang, Rizvan harus mengalami konflik seperti ini lagi, dan ternyata ia mengalami hal yang serupa ketika ia pindah ke AS. Pada scene ini pula Rizvan diajarkan dan ditanamkan nilai-nilai kebaikan oleh ibunya. Ia dididik untuk memahami bahwasanya kebaikan tidak dibatasi oleh agama tetapi lebih condong kepada tingkah laku manusia. Begitulah nasihat yang dilontarkan ibunya Rizvan terhadap Rizvan. “ ... In this world there are only two kinds of people, Good people who does good things. And bad people who does bad things. That’s the only difference between human. Nothing else. Good people

and bad peolple and there is no difference.”

(54)

44

B. Produksi Film ‘My Name Is Khan

1. Sekilas Alur Cerita Film ‘My Name Is Khan

Film “My Name Is khan” ini diproduksi oleh Dharma Productions, bekerjasama dengan Red Chillies Entertainment dan didistribusikan oleh Fox Star Studios. Film ini dirilis pada tanggal 12 Februari 2010 di India. Produser film

My Name Is Khan” adalah Hiroo Yash Johar,2 beliau juga yang mendirikan

Dharma Productions pada tahun 1976, dan telah memproduksi film-film India

yang lainnya, di antaranya: Dostna (1980), Kuch Kuch Hota Hai (1998). Kemudian, disusul dengan film yang lainnya, diantaranya: Kabhi Khusi Kabhi Gham (2001), Kaal Ho Na Ho (2003), dan Kabhi Alvida Na Kehna (2006).

Film “My Name Is Khan” disutradarai oleh Karan Johar yang sebelumnya

pernah sukses menggarap film box office India “Kuch Kuch Hota Hai” yang kemudian kembali untuk bekerjasama dengan Sharukh Khan sebagai bintang utama film tersebut, dengan memerankan sebagai Rizvan Khan, seorang muslim India yang mengidap sindrom asperger, bagian dari spektrum autis yang tinggal di AS.

Film “My Name Is Khan” mengangkat isu rasial keagamaan paska

peristiwa 9\11, ketika paska pengeboman menara kembar WTC, telah terjadi diskriminasi dan penyerangan-penyerangan terhadap muslim di AS. Dalam film ini, digambarkan bahwa masyarakat AS seolah menyalahkan warga muslim atas peristiwa tersebut 9\11. Karena adanya peristiwa tersebut, maka terjadilah

2

My Name Is Khan, http://www.bollywoodhungama.com/moviemicro/cast/id/502816

(55)

45

perpecahan yang menyebabkan orang Islam dimusuhi. “My Name Is Khan” dirilis

pertama kali di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada tanggal 10 Februari 2010. Dua hari kemudian barulah film ini beredar di Eropa, AS, Kanada, Australia, dan belahan bagian dunia lainnya. Diputar di berbagai tempat, film ini dikabarkan memecahkan rekor penonton film India terbesar di dunia, seperti di Inggris, Australia, Asia dan AS.

2. Klasifikasi Tokoh Pemeran dalam Film ‘ My Name Is Khan

Menurut Vladimir Propp ada delapan karakter tokoh, diantaranya:

The Villain atau Penjahat (Arif Zakaria).

Menurut Vladimir Propp, The Villain atau Penjahat dalam cerita rakyat adalah seorang tokoh yang memerankan peran penjahat atau antagonis.3

Dalam film My Name is Khan, Arif Zakaria berperan sebagai Dr. Faisal Rahman yang menjadi pemimpin retorika kekerasan atau provokator.

The Hero atau Pahlawan (Shahrukh Khan)

Menurut Vladimir Propp, The Hero atau pahlwan, yaitu salah satu istilah yang tidak berarti sama dalam teori seperti halnya dalam kehidupan di luar, di mana pahlawan biasanya mengacu pada laki-laki, dan heroik, memiliki konotasi moral mengagumkan atau baik moralnya.4

Gambar

Gambar 2.116
Pesan visual: Gambar 4.1 Pandangan curiga petugas bandara terhadap Rizvan.
Gambar 4.3: Gambaran lingkungan masyarakat Islam yang ada di India pada masa
Gambar 4.4 Gambar 4.4: Gambar ibu dari Rizvan Khan sedang mendidik anaknya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis penelitian, dihasilkan bahwa dalam film ini sifat dan sikap yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat dilihat dari kostum, aktifitas, properti, setting, dialog,

Dari hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 29 responden (68,1%) menyatakan bahwa mereka setuju Tema yang diangakat pada Penayangan Film My Name Is Khan berpengaruh

Dari hasil analisis penelitian, dihasilkan bahwa dalam film ini sifat dan sikap yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat dilihat dari kostum, aktifitas, properti, setting, dialog,