• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Wanita Menopause dalam Upaya Pencegahan Penyakit Gout di Kelurahan Pisangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Wanita Menopause dalam Upaya Pencegahan Penyakit Gout di Kelurahan Pisangan"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN

DENGANPERILAKU WANITA MENOPAUSE DALAM

UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT

GOUT

DI KELURAHAN PISANGAN

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhiPersyaratanMemperolehGelarSarjanaKeperawatan (S. Kep)

Oleh:

HamidatuUlfiyah

109104000047

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

(2)

i

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN

DENGAN PERILAKU WANITA MENOPAUSE DALAM

UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT GOUT

DI KELURAHAN PISANGAN

Telah di setujui dan diperiksa pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun oleh:

HAMIDATU ULFIYAH NIM: 109104000047

Pembimbing I Pembimbing II

Tien Gartinah, MN Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS NIP. 19770401 200912 2003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

ii

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Pembimbing I Pembimbing II

Tien Gartinah, MN Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS NIP. 19770401 200912 2003

Penguji I Penguji II

Maftuhah, M.Kep., Ph.D Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS NIP. 19680808 200604 2001 NIP. 19770401 200912 2003

Penguji III

(4)

iii

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Ciputat, Januari 2014

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM NIP. 19790520 200901 1 012

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(5)

iv

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi saya ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, November 2013

(6)

v

Nama : Hamidatu Ulfiyah

Tempat, Tgl lahir : Lampung, 17 Oktober 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Desa Muara Jaya, RT 003/002 Kec. Sukadana, Kab. Lampung Timur Prov. Lampung 34194

Hp : 085714292124

Email : a.ulfy@yahoo.com / ulfy90@gmail.com

Riwayat Pendidikan:

1. TK PGRI Muara Jaya (1996-1998)

2. SD N1 Muara Jaya (1998-2003)

3. SMP N1 Purbolinggo (2003-2006)

4. SMA Ma’arif NU 05 Purbolinggo (2006-2009)

5. S-1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013)

Pengalaman Seminar dan Workshop:

1. Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permasalahannya di Indonesia” Tahun 2009

2. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok” Tahun

(7)

vi

3. Seminar “Culturral Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era

Tahun 2009

4. Diskusi Publik “Profil Ideal Dokter Muslim dan Implementasi Islam dalam Etika Kedokteran” Tahun 2010

5. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah

Tahun 2010

6. Diskusi Publik “Ostheoarthritis” Tahun 2011

7. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan Peran

dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” Tahun

2012

8. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health

Tahun 2012

(8)

vii

JAKARTA

Skripsi, Oktober 2013

Hamidatu Ulfiyah, NIM: 109104000047

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Wanita Menopause dalam Upaya Pencegahan Penyakit Gout di Kelurahan Pisangan

xix + 72 halaman + 13 tabel + 3 bagan + 7 lampiran ABSTRAK

Gout diartikan sebagai suatu penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopouse dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling pada wanita menopouse di RW 06 dan 08 Kelurahan Pisangan dengan usia dibawah 70 tahun sebanyak 76 responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan baik 88,2% dan mempunyai perilaku pencegahan penyakit gout yang baik sebesar 51,3%. Hasil uji statistik menggunakan uji Spearmen rank dengan α=0,05 diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopouse dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan (p value=0,256) dengan nilai r=0,132. Berdasarkan penelitian ini, direkomendasikan untuk tenaga kesehatan supaya dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya perempuan terutama menjelang menopouse tentang penyakit gout dan cara pencegahannya. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menggali faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku pencegahan penyakit gout.

Kata kunci: Pengetahuan, Perilaku Pencegahan Gout, Wanita Menopouse, Gout

(9)

viii

SCHOOL OF NURSING

ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Undergraduated Thesis, October 2013 Hamidatu Ulfiyah, 109104000047

The Relationship between The Level of Knowledge and Behavior of Menopousal Women in Effort of Gout Prevention in Kelurahan Pisangan xix + 72 pages + 13 tables + 3 charts + 7 attachments

ABSTRACT

Gout is one of the illnesses which can happen because of build up of uric acid in the body excessively, either due to increased production, decreased disposal, or due to increased intake of purine-rich foods.

This research is aimed to know the correlation between menopausal women’s knowledge and their behavior in order to prevent gout in Kelurahan Pisangan. This research uses quantitative method with cross sectional approach. It uses cluster random sampling technique to menopausal women in RW 06 and 08, Kelurahan Pisangan. There were 76 menopausal women as the respondents and their ages were less than 70 years old.

The result of this research shows that 88,2 % of the respondents have a good knowledge of gout and 51, 3 % of them have a good preventive behavior of gout. Statistic test result which uses Spearman rank test with α=0,05 obtains the result

that there is no significant relationship between knowledge of the menopousal women and their behaviour in order to prevent gout in Kelurahan Pisangan (p value=0,256) with r=0,132. Based on this research, it is recommended to the health sectors workers to give health education for the society, especially to the menopausal women, about gout and its preventive ways. The writer hopes for the next researchers can continue this research in other factors which can influence menopusal women’s behaviour in order to prevent gout.

Keywords : Knowledge, preventive behavior of Gout, menopausal women, Gout

(10)

ix

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Wanita Menopause dalam Upaya Pencegahan Penyakit Gout Di Kelurahan Pisangan” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi. Namun, karena mendapatkan dukungan dan bantuan yang luar biasa dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini, penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang tidak terhingga, kepada:

1. Prof. Dr. dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.

3. Ns. Eni Nuraini, S.Kep, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan.

(11)

x

5. Ns. Uswatun Khasanah S.Kep, MNS selaku dosen pembimbing kedua. Terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu, tenaga, arahan, serta kesabaran selama membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan.

7. Seluruh staf karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universita Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Segenap staf Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi ini.

9. Ucapan terima kasih peneliti haturkan secara istimewa untuk Ayahanda H. Anam, S.Ag dan Ibunda Hj. Siti Alkamah yang telah mencurahkan kasih sayang tiada tara dan senantiasa mendo’akan keberhasilan penulis serta dukungan baik moril maupun materiil selama proses penyelesaian skripsi ini. 10.Saudaraku Mbak Fauziah, Mas Aji, Mbak Elfa, adek Amel dan keponakanku

Tama yang selalu memberikan do’a dan semangat yang luar biasa selama proses penyelesaian skripsi ini.

11.Kementrian Agama yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12.Kelurahan Pisangan yang telah memberi izin peneliti untuk melakukan penelitian ini.

(12)

xi

Astuti, Mala, Rafita, Fitri dan Qoys) yang telah memberikan do’a, dukungan

dan semangat dikala penulis mulai lelah dalam penyelesaian skripsi ini.

15.Teman-teman PSIK angkatan 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih telah memberikan inspirasi, semangat dan kebersamaan yang indah selama ini.

Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat bermanfaat dan diamalkan dengan baik.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ciputat, November 2013

(13)

xii

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Pertanyaan penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum ... 7

(14)

xiii

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Menopause ... 9

1. Definisi ... 9

2. Perubahan yang terjadi selama menopause ... 9

B. Gout ... 11

1. Pengertian Gout ... 11

2. Faktor penyebab dan faktor risiko Gout ... 11

3. Tanda dan gejala Gout ... 13

4. Komplikasi Gout ... 15

5. Perjalanan penyakit Gout ... 15

6. Stadium Gout ... 17

7. Penatalaksanaan Gout ... 18

8. Pencegahan Gout ... 19

C. Pengetahuan ... 22

1. Pengertian ... 22

2. Tingkat pengetahuan ... 22

3. Variabel yang mempengaruhi pengetahuan ... 24

4. Cara mengukur pengetahuan ... 26

D. Perilaku ... 26

1. Pengertian ... 26

2. Perilaku kesehatan ... 28

(15)

xiv

4. Domain perilaku ... 30

E. Kerangka teori ... 31

F. Penelitian terkait ... 32

BAB III: KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 33

B. Definisi Operasional... 34

C. Hipotesis ... 36

BAB IV : METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 37

B. Waktu penelitian ... 37

C. Lokasi penelitian ... 37

D. Populasi dan sampel ... 38

E. Teknik pengambilan sampel ... 40

F. Instrumen penelitian ... 41

G. Prosedur pengumpulan data ... 43

H. Hasil uji validitas dan reliabilitas ... 44

I. Pengolahan data ... 47

J. Analisis data ... 48

K. Etika penelitian... 49

BAB V : HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum tempat penelitian ... 51

B. Karakteristik responden ... 52

C. Analisis univariat ... 54

(16)

xv

1. Karakteristik responden ... 59 2. Gambaran tingkat pengetahuan responden ... 61 3. Gambaran perilaku responden ... 64 B. Analisis bivariat: hubungan antara tingkat pengetahuan

dengan perilaku pencegahan penyakit gout ... 67 C. Keterbatasan penelitian ... 69 BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 70 B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA

(17)

xvi

Nomor Bagan Judul Bagan hal

2.1 Perjalanan penyakit gout ... 16

2.2 Kerangka teori ... 31

(18)

xvii

Nomor Tabel Judul Tabel hal

3.1 Definisi operasional ... 34

4.1 Indikator pengetahuan ... 42

4.2 Indikator perilaku ... 43

5.1 Distribusi frekuensi responden menurut usia ... 52

5.2 Distribusi frekuensi responden menurut tingkat pendidikan ... 52

5.3 Distribusi frekuensi responden menurut pekerjaan ... 53

5.4 Distribusi frekuensi responden menurut IMT ... 53

5.5 Distribusi frekuensi menurut pengetahuan responden di Kelurahan Pisangan ... 54

5.6 Distribusi frekuensi menurut pengetahuan per-item responden di Kelurahan Pisangan ... 55

5.7 Distribusi frekuensi menurut perilaku pencegahan responden di Kelurahan Pisangan ... 56

5.8 Distribusi frekuensi menurut perilaku pencegahan per-item responden di Kelurahan Pisangan ... 56

(19)

xviii

(20)

xix

Lampiran 1 Lembar persetujuan responden

Lampiran 2 Petunjuk pengisian kuesioner

Lampiran 3 Lembar kuesioner penelitian

Lampiran 4 Surat-surat Penelitian

(21)

1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kemajuan berbagai bidang, terutama perkembangan dalam bidang kesehatan akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan usia harapan hidup bagi masyarakat. Di satu sisi kita patut bergembira karena usia harapan hidup perempuan dan laki-laki meningkat, namun di sisi lain yang harus kita waspadai, mereka harus melewati usia tua dengan berbagai gangguan kesehatan sebagai dampak dari kekurangan hormon estrogen dan progesteron. Bagi wanita yang memasuki usia menopause dan beberapa tahun sesudahnya akan mengalami berbagai keluhan dan permasalahan kesehatan diantaranya adalah masalah sendi seperti gout (Pujiastuti, 2003).

Pada wanita menopause akan rentan terserang penyakit gout karena pada wanita menopause mengalami penurunan estrogen. Salah satu fungsi dari estrogen adalah meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Menurunnya estrogen pada wanita menopause mengakibatkan kadar asam urat darah akan meningkat didalam tubuh dan risiko untuk terkena gout akan lebih tinggi (Manuaba, 2009).

(22)

11,7% mengalami hiperurisemia atau kadar asam urat tinggi dan 0,05% wanita di antara mereka sudah sampai pada tahap gout (Darmawan dalam Damayanti, 2012).

Gout atau yang popular disebut penyakit asam urat merupakan penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin (Naga, 2012). Pada wanita, penyakit gout sering terjadi pada usia 55 tahun atau setelah mengalami menopause (Damayanti, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Hak dkk (2010) menunjukkan bahwa wanita menopause berisiko tinggi terkena penyakit gout dibandingkan wanita yang belum mengalami menopause.

Obesitas, kurang olahraga, dan kurang minum air putih juga bisa menjadi faktor risiko terserang penyakit gout. Mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi sangat berpengaruh pada peningkatan kadar asam urat dalam darah yang akhirnya dapat menyebabkan penyakit gout (Damayanti, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Festy dkk (2010), menunjukkan ada hubungan antara pola makan tinggi purin dengan kadar asam urat darah pada wanita postmenopause di posyandu lansia Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya pada bulan Juni 2010.

(23)

yang sehat dan bergizi diistilahkan dengan halalan thayyiban (halal dan baik atau bergizi). Al-Qur’an menjelaskan bahwa perlu untuk menerapkan pola makan dengan gizi yang seimbang seperti dalam surat Al-A’raf ayat 31:

َ ْ ِ ِ ْ ُ ْا ُ ِ ُ َ َ ِ ْ ُ ِ ْ ُ َ َ ْ ُ َ ْا َ ْ ُ ُ َ

.

Artinya: “Makanlah dan minumlah kalian, tapi jangan berlebihan. Sesungguhnya

Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS Al-A’raf (7) :31)

Surat Al-A’raf ayat 31 diatas menjelaskan tentang pentingnya implementasi gizi seimbang. Dimana ketika menerapkan pola makan gizi seimbang dalam kehidupan serta jenis-jenis makanan yang sehat, maka kelebihan dalam mengonsumsi makanan tidak terjadi. Maksud makan dan minum yang tidak berlebihan yang disebutkan diatas yaitu harus disesuaikan dengan batas tertentu. Jadi, ayat tersebut memerintahkan mengkonsumsi makanan dan minuman secara proporsional (Tebba, 2004).

(24)

lama. Pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi diantaranya melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Penyuluhan atau pendidikan kesehatan menjadi salah satu peran perawat yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat membantu individu meningkatkan kesehatannya yang terkait dengan pencegahan dan perawatan sehingga individu ataupun keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Berdasarkan peran tersebut, perawat diharapkan dapat mendukung individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam mencapai tujuan perubahan perilaku untuk hidup sehat dan mencegah terjadinya penyakit gout (Kusnanto, 2004).

(25)

melakukan gerakan sholat misalnya dari sujud ke posisi berdiri. Keluhan yang dirasakan mereka adalah rasa pegal dan linu pada bagian sendi-sendi kaki. Alasan lain peneliti ingin meneliti wanita karena dilihat dari dinamika jumlah penduduk bahwa wanita lebih banyak dari pada pria dan wanita memiliki peran dalam keluarga yaitu menyediakan makanan. Sehingga makanan yang dimakan oleh keluarga tergantung dari para wanita dalam menyediakan makanan.

Dari uraian diatas, dapat diperoleh informasi bahwa sebagian wanita menopause mengalami keluhan pada bagian sendi terutama sendi kaki. Pemeriksaan kadar asam urat ke pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa mereka khawatir mengalami peningkatan kadar asam urat darah yang berisiko menyebabkan penyakit gout. Dari sini dapat dilihat bahwa perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan wanita menopause tentang penyakit gout dan perilaku pencegahan yang dilakukan.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Wanita Menopause

dalam Upaya Pencegahan Penyakit Gout Di Kelurahan Pisangan”. B.Rumusan Masalah

(26)

darah yang dapat berisiko terkena penyakit gout. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa wanita menopause tentang gout dan pencegahannya menyatakan bahwa sebagian dari mereka memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakit gout tetapi mereka masih berperilaku kurang dalam pencegahan diantaranya mereka masih mengkonsumsi makanan tinggi purin dalam jumlah banyak. Hasil penelitian Sudaryanto dan Hastuti (2010) menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap lansia dalam upaya pencegahan penyakit asam urat di desa Ganten kecamatan Kerjo Karanganyar. Pengetahuan dan perilaku seseorang dalam pencegahan terhadap penyakit gout perlu diketahui lebih dalam.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan.

C.Pertanyaan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana karakteristik usia, pendidikan, pekerjaan, dan Indeks Masa Tubuh (IMT) wanita menopouse di Kelurahan Pisangan?

2. Bagaimana tingkat pengetahuan tentang penyakit gout pada wanita menopause di Kelurahan Pisangan?

3. Bagaimana perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout

(27)

4. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan? D.Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, dan IMT.

b. Mengidentifikasi pengetahuan tentang penyakit gout pada wanita menopause di Kelurahan Pisangan.

c. Mengidentifikasi perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan.

d. Mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan.

E.Manfaat Penelitian a. Untuk Pendidikan

Sebagai referensi untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan pengetahuan tentang penyakit gout. Selain itu juga sebagai masukan untuk pengembangan ilmu keperawatan mengenai penyakit sendi khususnya penyakit

(28)

b. Untuk Pelayanan Kesehatan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tenaga kesehatan sehingga berguna untuk pertimbangan dilakukannya penyuluhan kesehatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

c. Untuk Peneliti Lain

Sebagai pengetahuan dan sebagai sumber referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

(29)

9

TINJAUAN PUSTAKA

A.Menopause 1. Pengertian

Menopause merupakan penghentian permanen menstrusi dimana berakhirnya masa reproduksi yang diakibatkan karena hilangnya aktivitas folikular ovarium (Brashers, 2008). Dalam perjalanan hidupnya seorang wanita yang mencapai umur sekitar 45 tahun mengalami penuaan indung telur sehingga kadar hormon estrogen makin menurun. Seorang wanita dikatakan menopause jika telah mengalami amenore atau tidak haid selama 12 bulan (Baziad, 2003).

2. Perubahan yang Terjadi Selama Menopause

Wanita yang telah masuk masa menopause akan mengalami perubahan-perubahan diantaranya:

a) Perubahan fisik

(30)

pembakaran. Perubahan sistem jantung akan mengalami perubahan karena adanya perubahan metabolisme tubuh (Manuaba, 2009).

b) Perubahan hormon

Perubahan hormon yang terjadi seperti menurunnya hormon estrogen. Estrogen merupakan hormon yang dapat membantu meningkatkan pengeluaran kadar asam urat darah dan kemudian dikeluarkan melalui urin. Rendahnya estrogen serta tingginya FSH dan LH dapat menimbulkan perubahan pada pembuluh darah. Pada wanita menopause akan mengalami penurunan estrogen sehingga kadar asam urat darah akan meningkat didalam tubuh dan risiko untuk terkena gout akan lebih tinggi (Manuaba, 2009). c) Perubahan psikologis

Perubahan psikologis yang dialami wanita menopause meliputi merasa tua, rasa tertekan karena menjadi tua, tidak menarik lagi, rasa takut tidak dapat memenuhi keinginan seksual. Mereka juga merasa sudah tidak berguna lagi, tidak dapat menghasilkan sesuatu dan merasa memberatkan tanggungan keluarga dan orang lain.

(31)

B.Gout

1. Pengertian

Gout diartikan sebagai suatu penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Gout ditandai dengan peningkatan kadar asam urat, serangan berulang dari artriris yang akut, kadang-kadang disertai pembentukan kristal natrium urat besar yang dinamakan tofus, deformitas sendi, dan cedera pada ginjal (Naga, 2012). Untuk memeriksa kadar asam urat dalam darah maka dilakukan pemeriksaan terhadap serum darah. Kadar asam urat normal untuk pria dewasa berkisar 3,5-7,0 mg/dl dan untuk wanita dewasa 2,6-6,0 mg/dl. Apabila kadar melebihi nilai normal inilah yang nantinya menyebabkan gout (Damayanti, 2012).

2. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Gout

Damayanti (2012), menyebutkan faktor-faktor penyebab terjadinya gout

dapat dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: a. Faktor umum

(32)

Penumpukan asam laktat di dalam tubuh dapat mencegah pengeluaran asam urat melalui urin.

b. Faktor dari dalam

Faktor dari dalam lebih banyak terjadinya akibat proses penyimpangan metabolisme yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana usia diatas 40 tahun pada pria dan setelah menopause pada wanita berisiko besar terkena asam urat. Gout pada pria terjadi pada usia lebih muda dari pada wanita karena pada pria tidak memiliki hormon estrogen dimana salah satu fungsi hormon estrogen adalah dapat meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Genetik atau riwayat keluarga juga merupakan faktor risiko penyebab penyakit gout (Sustrani, 2007). Faktor genetik yang dapat berisiko menjadi penyebab gout diantaranya seperti kondisi Lesch Nyhan Syndrome

yang disebabkan karena defisiensi enzim hypoxanthine phosphoribosyl transferase (HPRT), terdapat suatu kelainan yang disebut familial juvenile gout atau familial juvenile hyperuricaemic nephropaty (FJHN). Sindrom Lesh-Nyhan disebabkan karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT yang diturunkan secara X-linked dan bersifat resesif, sedangkan kelainan FJHN diakibatkan kemungkinan karena kelainan pada gen yang menyebabkan penurunan pengeluaran asam urat melalui ginjal, melalui kelainan

(33)

c. Faktor dari luar

Faktor dari luar dapat berupa konsumsi makanan dan minuman yang dapat merangsang pembentukan asam urat seperti makanan yang mempunyai kadar protein tinggi diantaranya kacang-kacangan, emping, melinjo, cokelat, dan minuman cola. Mengkonsumsi makanan yang tinggi purin akan menyebabkan meningkatnya kadar asam urat dalam darah, yang menyebabkan terjadinya pengkristalan dalam sendi. Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah diantaranya adalah hati, ginjal, otak, paru, dan limpa (Helmi, 2012).

d. Faktor lain

Faktor lain penyebab gout adalah penyakit ginjal. Jika seseorang mempunyai penyakit ginjal maka pembuangan asam urat akan berkurang sehingga kadar asam urat dalam darah akan meningkat (Kertia, 2009). Selain itu penyebab lainnya adalah obesitas, kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang tinggi. Benda-benda keton yang tinggi akan menyebabkan kadar asam urat ikut meningkat (Damayanti, 2012).

3. Tanda dan Gejala Gout

Damayanti (2012) menyebutkan tanda-tanda seseorang menderita gout

adalah sebagai berikut:

(34)

b. Thopus terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.

c. Tanda-tanda lain diantaranya:

1) Lebih dari sekali mengalami serangan artitis akut. 2) Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari. 3) Oligoartitis (jumlah sendi yang meradang kurang dari 4). 4) Kemerahan disekitar sendi yang meradang.

5) Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau membengkak.

6) Serangan satu sisi pada sendi metatarsophalangeal pertama. 7) Serangan satu sisi pada sendi tarsal (jari kaki).

8) Tofus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi.

9) Hiperurisemia (> 7,5 mg/dL).

10) Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja).

Damayanti (2012) menyebutkan bahwa gejala yang sering muncul pada penderita gout adalah:

a. Kesemutan dan linu

b. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur

(35)

4. Komplikasi

Komplikasi terjadi apabila penderita gout tidak melakukan pengobatan secara teratur. Misnadiarly (2007) menyebutkan bahwa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita gout adalah:

a. Penderita akan mengalami radang sendi akut berulang dan kekambuhannya semakin lama akan semakin sering.

b. Sendi yang sakit akan bertambah banyak

c. Tofi yang terbentuk semakin besar bahkan bisa pecah.

d. Timbul batu pada saluran kemih bahkan bisa menyebabkan gagal ginjal. 5. Perjalanan Gout

(36)

mengendap diperifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Nefrolitiasis urat dapat terjadi akibat penumpukan urat (Smeltzer, 2002).

Bagan 2.1 Perjalanan Penyakit Gout

diet tinggi purin, penyakit ginjal, obesitas, genetik, usia diatas 40 tahun pada pria dan wanita menopause.

Ekskresi asam urat menurun, produksi asam urat berlebihan

Kadar asam urat dalam semua cairan tubuh

Kristal asam urat akan mengendap

Pada sendi jari-jari tangan dan kaki

Nyeri, bengkak pada sendi dan kemerahan Terjadi radang pada sendi

Dalam waktu lama terjadi tofus dan fibrosis

Deformitas Perubahan bentuk tulang dan sendi

Kristal jarum mengaktifkan faktor XII dengan menghasilkan kemoatraktan dan mediator inflamasi

(37)

6. Stadium Gout

Damayanti (2012), membagi tingkatan gout terdiri atas beberapa stadium. Tingkat keparahan kasus gout terdiri dari empat tahapan yaitu:

a. Stadium I: tahap asimtomatik

Tanda-tanda gout pada stadium I atau permulaan biasanya ditandai dengan peningkatan kadar asam urat tetapi tidak dirasakan oleh penderita karena tidak merasakan sakit sama sekali dan tidak disertai gejala nyeri, artitis, tofus, maupun batu urat di saluran kemih. Misnadiarly (2007), menyebutkan bahwa hanya 20% dari penderita hiperurisemia asimtomatik yang menjadi serangan gout akut.

b. Stadium II: tahap akut

Gout stadium II biasanya terjadi serangan radang sendi disertai dengan rasa nyeri yang hebat, bengkak, merah, dan terasa panas pada pangkal ibu jari kaki. Biasanya serangan muncul pada tengah malam dan menjelang pagi hari. Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artitis yang khas dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5-7 hari. Pada serangan akut yang tidak berat, keluhan-keluhan dapat hilang dalam beberapa jam atau hari. Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stres, pemakaian obat diuretik, dan adanya peningkatan atau penurunan asam urat (Sudoyo, 2006). c. Stadium III: tahap interkritikal

(38)

ditemukan pada sel sinovia, vakuola sel sinovia, dan pada vakuola sel mononuklear leukosit. Biasanya terjadi serangan kedua setelah satu sampai dua tahun kemudian. Serangan tersebut bisa terjadi karena tidak diobati secara terus-menerus.

d. Stadium IV: tahap kronik

Tahapan kronik ini ditandai dengan terbentuknya tofi dan deformasi

atau perubahan sendi-sendi yang tidak dapat berubah ke bentuk seperti semula, ini disebut gejala irreversibel atau arthritis gout kronis. Pada kondisi ini frekuensi kambuh akan semakin sering dan disertai rasa sakit terus-menerus yang lebih menyiksa dan suhu badan bisa tinggi. Hal tersebut dapat menyebabkan penderita tidak bisa berjalan atau lumpuh karena sendi menjadi kaku.

7. Penatalaksanaan Gout

Secara umum penanganan gout adalah dengan memberikan edukasi, pengaturan diet, istirahatkan sendi, dan pengobatan. Apabila terjangkit gout, maka pengobatan medis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Obat anti peradangan nonsteroid,

b. Jika penyakit ini mengenai 1-2 sendi, suatu larutan kristal kortikosteroid bisa disuntikkan langsung ke dalam sendi,

c. Obat pereda nyeri ditambahkan untuk mengendalikan nyeri, dan

(39)

Pengobatan gout harus dilakukan secara dini untuk mencegah terjadinya kerusakan sendi atau terjadinya komplikasi. Pengobatan pada tahap akut bertujuan untuk menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan. Pada stadium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan kadar asam urat sampai pada kadar normal (Sudoyo, 2006).

8. Pencegahan Gout

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari segala sesuatu yang dapat menjadi pencetus serangan gout (Damayanti, 2012 dan Naga, 2012).

a. Batasi asupan purin

Makanan yang mengandung purin dapat meningkatkan kadar asam urat darah. Untuk mencegah terjadinya peningkatan kadar asam urat, maka konsumsi makanan yang mengandung purin harus dikurangi. Menurut kadar kandungan purin, jenis makanan bisa dibedakan menjadi 3 kelompok:

1) Kelompok I

Kadar purin tinggi (100-1000 mg purin/100 mg bahan pangan). Bahan makanan yang tergolong dalam kelompok ini seperti otak, hati, jantung, ginjal, jeroan, ekstrak daging/kaldu, bebek, burung dara, sarden, makarel, remis, kerang, ikan teri, alkohol, ragi, makanan yang diawetkan. 2) Kelompok II

(40)

olahannya seperti tahu, tempe, asparagus, bayam, kembang kol, kangkung, daun dan buah melinjo, buncis, kapri, dan jamur.

3) Kelompok III

Kadar purin rendah (0-<50 mg purin/100 mg bahan pangan). Golongan makanan ini seperti nasi, jagung, mie, susu rendah lemak, telur, buah-buahan (kecuali durian dan alpukat), dan sayuran (kecuali sayuran dalam kelompok II).

b. Kurangi makanan tinggi lemak

Lemak dapat menghambat pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi makanan yang digoreng, bersantan sebaiknya dikurangi. Daging dan jeroan selain mengandung purin tinggi keduanya juga mengandung lemak tinggi sehingga harus dikonsumsi dalam jumlah terbatas.

c. Banyak minum air putih setiap hari

(41)

d. Hindari dan kurangi minuman beralkohol dan soft drink

Soft drink seperti minuman cola sebaiknya dikurangi karena dapat memicu peningkatan asam urat darah. Alkohol akan meningkatkan kadar asam urat darah karena minuman yang mengandung alkohol akan dimetabolisme menjadi asam laktat. Asam laktat akan menghambat pembuangan asam urat melalui urin (Anies, 2006).

e. Pertahankan berat badan ideal

Obesitas akan meningkatkan produksi asam urat. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya produksi senyawa keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.

f. Olahraga teratur

Olahraga yang teratur dapat memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi serta memperkecil risiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi. Selain itu juga olahraga dapat menghangatkan tubuh dengan memperlancar peredaran darah dan mencegah pengendapan asam urat pada ujung-ujung tubuh yang dingin karena kurang pasokan darah. Olahraga yang cukup dapat dilakukan dengan memenuhi prinsip FIT (Frequency, Intensity, and Time). FIT yang baik adalah frekuensi 3 kali dalam seminggu (Bequni dan Narila, 2004).

g. Tidur teratur

(42)

dalam tubuh akan sempurna. Jika seseorang mengalami tidur yang kurang, asam laktat belum sempurna diuraikan sehingga terjadi penumpukan asam laktat di dalam tubuh.

C.Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan menurut Soekidjo Notoatmodjo (2010) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

2. Tingkat Pengetahuan

Effendi & Makhfudli (2009) dan Notoadmodjo (2010) menyebutkan terdapat 6 tingkat pengetahuan yaitu:

1) Tahu (know). Tahu diartikan sebagai pengingat akan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

(43)

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4) Analisis (analysis). Ananlisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis). Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Sedangkan indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi:

1) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi: a) Penyebab penyakit

b) Gejala atau tanda-tanda penyakit

(44)

e) Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya. 2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,

meliputi:

a) Jenis-jenis makanan yang bergizi

b) Manfaat makan yang bergizi bagi kesehatan c) Pentingnya olahraga bagi kesehatan

d) Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba, dan sebagainya

e) Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya 3) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

a) Manfaat air bersih

b) Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, teremasuk pembuangan kotoran yang sehat, dan sampah

c) Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat

d) Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2007).

3. Variabel yang Mempengaruhi Pengetahuan

Mubarak, dkk (2007), menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

(45)

banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

b) Media massa / informasi. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang.

c) Kebudayaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

d) Pekerjaan. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena ada atau tidaknya interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

(46)

untuk melupakannya, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

f) Usia. Dengan bertambahnya usia seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis. Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, pertama perubahan ukuran, kedua perubahan proporsi, ketiga hilangnya ciri-ciri lama, keempat timbulnya ciri-ciri baru. Hal tersebut terjadi karena pematangan fungsi organ, pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.

g) Minat. Minat adalah suau kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. 4. Cara Mengukur Pengetahuan

Notoadmodjo (2007) dan Maulana (2009), dalam bukunya menyebutkan bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Wawancara yang dilakukan bisa dengan cara wawancara terstruktur maupun wawancara mendalam.

D.Perilaku

1) Pengertian

(47)

luar). Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon. Skinner membedakan adanya dua respon.

a) Responden respons atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation

karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

b) Operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua:

a) Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b) Perilaku terbuka (overt behaviour)

(48)

Penelitian Rogers (1974 dalam Notoadmodjo 2010) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni:

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Perilaku Kesehatan

Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner diatas, maka perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:

a) Perilaku pemeliharaan kesehatan

Merupakan perilaku atau usaha-usaha seseoarang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan jika sakit. Perilaku kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu:

1) Perilaku pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan.

(49)

3) Perilaku gizi makanan dan minuman b) Perilaku pencarian pengobatan

Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

c) Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespon lingkunagn, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatanya. dengan kata lain, bagaimana seseorang mengelola lingkunganya sehingga tidak mengganggu kesehatanya sendiri, keluarga atau masyarakat.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Berdasarkan teori Green (1980 dalam Notoadmodjo 2007), perilaku manusia terbentuk dari 3 faktor, yaitu:

a) Faktor-faktor predisposisi, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b) Faktor-faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

c) Faktor-faktor pendorong, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

(50)

petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat tebentuknya perilaku.

4. Domain Perilaku

Perilaku merupakan bentuk stimulus, namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor lain dari orang yang bersangkutan. hal ini berarti meskipun stimulusnya sama akan tetapi respon setiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Determinan atau faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan seperti kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

(51)

E.Kerangka Teori

Bagan 2.2 Modifikasi teori dari (Lawrence Green, 1980), (Misnadiarly, 2007), dan

(Baziad, 2003) Perilaku pencegahan gout Faktor predisposisi 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. kepercayaan 4. keyakinan 5. nilai-nilai Faktor pendukung Fasilitas pelayanan kesehatan Faktor pendorong Pendidikan kesehatan dari tenaga kesehatan Menopause

hormon estrogen menurun

Pengeluaran asam urat melalui urin menurun Kadar asam urat

dalam darah meningkat Faktor penyebab dan

faktor risiko peningkatan kadar asam urat:

 Genetik  Usia

 Jenis kelamin  Mengkonsumsi

makanan tinggi protein/ purin  Aktivitas berlebih  Obesitas, trigliserida

tinggi

 Penyakit ginjal

Penumpukan pada sendi

Gout tidak terjadi

Nyeri, bengkak, kemerahan pada sendi yang terkena

Atresia folikel

(52)

F. Penelitian Terkait

1. Penelitian Diantari dan Aryu Candra (2013) tentang pengaruh asupan purin dan cairan terhadap kadar asam urat wanita usia 50-60 tahun di Kecamatan Gajah Mungkur, Semarang. Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional

kepada 40 responden dengan menggunakan pengolahan data uji regresi linier. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara asupan purin terhadap kadar asam urat (p<0,05) dan tidak ada pengaruh antara cairan dengan kadar asam urat (p>0,05).

2. Penelitian Festy dkk (2010) tentang hubungan pola makan dengan kadar asam urat darah pada wanita postmenopause di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian dilakukan dengan pendekatan

cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 50 lansia dengan analisa data menggunakan Chi Square dengan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan kadar asam urat darah pada wanita postmenopause di posyandu lansia Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya. 3. Penelitian Sudaryanto dan Martina Dwi Hastuti (2010) tentang hubungan

(53)

33

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A.Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan sintesis dari telaah literatur (tinjauan pustaka) yang memuat masalah yang dipersoalkan. Pembuatan kerangka konsep akan semakin memperjelas keberadaan variabel-variabel yang akan diteliti, hubungan dan keterkaitan diantaranya (Wasis, 2008).

Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah variabel independen yang terdiri dari Pengetahuan. Sedangkan variabel dependen yang akan diteliti adalah perilaku pencegahan penyakit gout. Sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagan 3.1 kerangka konsep

Pengetahuan  Definisi gout

 Faktor penyebab gout

 Tanda dan gejala gout

 Komplikasi gout

 Pengobatan gout

 Pencegahan gout

Perilaku pencegahan penyakit gout

 Membatasi makanan tinggi purin

 Kurangi makanan tinggi lemak

 Mempertahankan BB ideal

 Olahraga teratur

 Minum air putih yang cukup setiap hari

(54)

B.Definisi operasional

[image:54.612.116.579.132.687.2]

Definisi operasional adalah suatu definisi ketika variabel-variabel penelitian menjadi bersifat operasional (Wasis, 2008).

Table 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

Pengetahuan tentang penyakit gout

Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang dimiliki oleh wanita menopause tentang penyakit

gout (definisi, penyebab, faktor risiko, tanda dan gejala, komplikasi, pencegahan, serta pengobatan) Menggunakan kuesioner B yang terdiri dari 25 pernyataan

menggunakan skala

Guttman dengan alternatif dua jawaban.

Pernyataan (+) : Benar = 1 Salah = 0 Pernyataan (-) : Benar = 0 Salah = 1

Kuesioner 0.Kurang

(skor ≤55%)

1.Cukup (skor 56-74%) 2.Baik

(skor ≥75%)

(Arikunto, 2006)

(55)

Perilaku pencegahan penyakit gout

Perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout

(membatasi makanan tinggi purin dan lemak, mempertahankan BB ideal, olahraga teratur, dan minum air putih yang cukup atau setara dengan 8 gelas dalam sehari)

Menggunakan kuesioner C yang terdiri dari 20 pernyataan

menggunakan skala

Likert dengan alternatif lima jawaban.

Pernyataan (+) : Selalu = 4 Sering = 3

Kadang-kadang = 2 Tidak pernah = 1 Pernyataan (-) : Selalu = 1 Sering = 2

Kadang-kadang = 3 Tidak pernah = 4

Kuesioner 0.Buruk (jika jumlah skor responden

≤ median)

1.Baik (jika jumlah skor responden > median)

(56)

C.Hipotesis

Ha = Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita

menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan.

Ho = Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita

(57)

37 BAB IV

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan wanita menopause tentang gout dan perilaku dalam upaya pencegahan penyakit gout. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Cross sectional merupakan desain penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) (Hidayat, 2007).

B.Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus - September 2013 C.Lokasi Penelitian

(58)

D.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita menopause yang tidak menderita maupun yang menderita penyakit gout yang berada di Kelurahan Pisangan.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian wanita menopause yang tidak menderita maupun yang menderita penyakit gout yang berada di Kelurahan Pisangan.

Kriteria Inklusi:

a. Wanita menopause b. Usia < 70 tahun

c. Dapat membaca, menulis, dan berbahasa indonesia d. Dapat berkomunikasi dengan baik dan kooperatif. e. Bersedia menjadi responden penelitian.

Kriteria Eksklusi:

(59)

Jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan uji 2 proporsi dengan rumus:

� = [Z1

2 2PQ + Z1− P1Q1+ P2Q2 ]

2

[ P1−P2 ]2

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

Z1-α/2 = 1,96 (Derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval dengan (α)

sebesar 5%)

Z1-ß = 1,28 (Kekuatan uji sebesar 90%)

P = 0,524 = proporsi dari penelitian Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam Pencegahan Penyakit Asam Urat Di Desa Ganten Kecamatan kerjo Karanganyar  pengetahuan kurang (Sudaryanto dan Hastuti, 2010) P = 0,161 = proporsi dari penelitian Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam

Pencegahan Penyakit Asam Urat Di Desa Ganten Kecamatan kerjo Karanganyar  pengetahuan baik (Sudaryanto dan Hastuti, 2010) P = (P +P )/2 (0.524+0,161)/2= 0,343

Q = (1-P) = 1-0,343= 0,657 Q1 = (1-P1) = 1-0,524 = 0,476

Q2 = (1-P2)= 1-0,161 = 0,839

� = [Z1

2 2PQ + Z1− P1Q1+ P2Q2 ]

2

(60)

� =[1,96 2 0,343 0,657 + 1,28 0,524 0,476 + 0,161 (0,839) ]

2

[ 0,524−0,161 ]2

= [1,96 0,450 + 1,28 0,249 + 0,135 ]

2

(0,363)2

= [1,3148079707698 + 0,7931869893033 ]

2

(0,363)2

= 33,7 = 38 Responden

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan jumlah sampel 38 responden. Hasil perhitungan dikalikan dua 38 x 2 = 76 responden.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2007). Sampel diambil secara probability sampling yaitu setiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah dengan teknik cluster random sampling yaitu pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi populasi (Nursalam, 2008).

(61)

terpilih menjadi tempat penelitian karena memiliki jumlah wanita menopause yang cukup banyak.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner atau angket. Kuesioner berisi beberapa pertanyaan tertutup yang langsung diajukan kepada responden. Kuesioner yang telah dibuat mencakup variabel independen yaitu pengetahuan tentang penyakit gout dan variabel dependen yaitu perilaku wanita menopause dalam upaya pencegahan penyakit gout. Instrumen ini terdiri dari tiga bagian.

Bagian pertama berisi data demografi responden berupa usia, pendidikan, dan

pekerjaan. Selain itu juga berisi pertanyaan “apakah anda sudah menopause?” dan “apakah anda menderita penyakit gout atau asam urat?”. Pertanyaan tersebut

diajukan untuk memenuhi kriteria sampel penelitian.

Bagian kedua berisi variabel pengetahuan tentang penyakit gout. Jenis pertanyaan pada bagian ini menggunakan skala Guttman dengan ketentuan:

Pernyataan positif (Favorable) Pernyataan negatif (Unfavorable)

Jika benar : 1 Jika benar : 0

(62)
[image:62.612.126.550.44.419.2]

Tabel 4.1

Indikator pengetahuan

No Sub variabel

Jumlah soal

No soal

Favorable Unfavorable

1 Definisi gout 3 1, 13 6

2 Penyebab dan faktor risiko gout 5 2, 4, 10, 12 16

3 Tanda dan gejala gout 3 9, 11, 19

4 Komplikasi gout 2 20 7

5 Pengobatan gout 2 18 17

6 Pencegahan gout 5 3, 5, 8, 14 15

Jumlah 20 15 5

Bagian ketiga berisi variabel perilaku pencegahan penyakit gout. Pada bagian ini menggunakan skala Likert yang mempunyai alternatif jawaban selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Dikatakan selalu jika dilakukan terus-menerus, tidak pernah ditinggalkan, dikatakan sering jika kerap dilakukan tetapi tidak terus-menerus, dikatakan kadang-kadang jika dilakukan sesekali saja, dan dikatakan tidak pernah jika tidak pernah dilakukan (http://kbbi.web.id/).

Pertanyaan positif (Favorable):

Selalu = 4

Sering = 3

(63)

Tidak pernah = 1 Pertanyaan negatif (Unfavorable):

Selalu = 1

Sering = 2

Kadang-kadang = 3

[image:63.612.127.555.44.591.2]

Tidak pernah = 4

Tabel 4.2

Indikator perilaku

No Sub variabel

Jumlah soal

No soal

Favorable Unfavorable

1 Membatasi makanan tinggi purin 3 1, 3, 4

2 Mengurangi makanan tinggi lemak 3 5, 6, 8

3 Mempertahankan BB ideal 2 9 10

4 Olahraga teratur 2 11, 12

5 Minum air putih yang cukup setiap hari 2 14, 15

6 Hindari/mengurangi soft drink 1 16

7 Tidur yang cukup (6-8 jam/hari) 3 2, 7 13

Jumlah 20 12 4

E.Prosedur Pengumpulan Data

(64)

a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Melakukan pendataan kepada calon responden dengan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian.

c. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian.

d. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner.

e. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.

f. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.

g. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi responden kepada peneliti.

F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

(65)

1. Uji Validitas

Validitas adalah. Hasil dari perhitungan tiap-tiap item kuesioner dibandingkan dengan tabel nilai r product moment. Jika r hitung didapatkan lebih besar dari r tabel pada taraf signifikan 5%, maka instrumen yang diuji coba dinyatakan valid (Hidayat, 2008).

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner ini dilakukan pada tanggal 8 Juli 2013. Uji ini dilakukan di RW 01 Kelurahan Pisangan pada 30 responden. Hasil uji kuesioner dianalisis menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment

[image:65.612.131.547.44.473.2]

dengan software SPSS pada komputer. Dari hasil analisis tersebut didapatkan r tabel = 0,31 dan pada hasil analisis kuesioner yang menunjukkan bahwa nilai r hitung > r tabel yaitu berjumlah 9 pertanyaan.

a. Hasil uji validitas kuesioner pengetahuan

(66)

b. Hasil uji validitas kuesioner perilaku pencegahan gout

Jumlah pernyataan sebanyak 20 pernyataan. Dari 20 pernyataan tersebut hanya terdapat 5 pernyataan yang dinyatakan valid. Sehingga pernyataan yang tidak valid berjumlah 15 pernyataan. Sama dengan kuesioner variabel pengetahuan, untuk pernyataan yang tidak valid pada kuesioner ini pun dilakukan validitas konten. Hasilnya, sebanyak 4 pernyataan dieliminasi karena sudah diwakili oleh pernyataan yang lain. Sehingga total pernyataan kuesioner variabel perilaku pencegahan gout

berjumlah 16 pernyataan. 2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika menunjukkan nilai Alpha Cronbach > 0,6 (Hidayat, 2008).

Hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Alpha Cronbach dari variabel pengetahuan sebesar 0,463, dan sebelum dilakukan validitas konten didapatkan nilai Alpha Cronbach sebesar 0,405. Sedangkan variabel perilaku pencegahan

(67)

G.Pengolahan Data

Menurut Setiadi (2007) dalam proses pengolahan data penelitian menggunakan langkah-langkah diantaranya:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk mengevaluasi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian antara kriteria data yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau menjawab tujuan penelitian.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama dalam rangka pengolahan data, baik secara manual, menggunakan kalkulator, maupun dengan menggunakan komputer.

3. Entry Data

Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi.

4. Cleaning data

(68)

H.Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk memudahkan interpretasi dan menguji hipotesis penelitian. Analisa dalam penelitian ini meliputi analisa univariat dan bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan secara deskriptif, yaitu menampilkan tabel frekuensi tentang karakteristik responden sebagai variabel independen dalam penelitian ini berdasarkan pengetahuan. Sedangkan variabel dependen yaitu perilaku pencegahan penyakit gout.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan independen. Tehnik analisa yang dilakukan yaitu dengan menggunakan uji Spearman yaitu untuk melakukan analisa apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan antara variabel yang berskala ordinal. Selain itu juga untuk melihat kemaknaan perhitungan jika nilai P (p value) < 0,05 berarti terdapat hubungan bermakna (signifikan) antara variabel yang diteliti. Jika nilai p value > 0,05 berarti tidak ada hubungan bermakna antara variabel yang diteliti.

Rumus Spearman:

= 1− 6 �

2

�(�2−1)

Keterangan:

(69)

d2 = selisih setiap pasangan Rank

n = jumlah pasangan Rank untuk Spearman I. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007), etika dalam melakukan penelitian meliputi: 1. Prinsip Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian khususnya menggunakan subjek penelitian adalah manusia, maka prinsip yang harus dipahami adalah:

a) Prinsip manfaat

Penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat untuk kepentingan manusia. Prinsip ini bisa ditegakkan dengan membebaskan, tidak menimbulkan kekerasan, dan tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi.

b) Prinsip menghormati manusia

Berdasarkan prinsip ini manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian.

c) Prinsip keadilan

(70)

2. Masalah Etika Penelitian

a) Informed consent

Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed consent ini merupakan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian

informed consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.

b) Anonymity (tanpa nama)

Anonymity berarti dalam menggunakan subjek penelitian tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data. Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data tersebut.

c) Confidentiality (kerahasiaan)

(71)

51

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan pengumpulan data mulai dari tanggal 29 Agustus - 20 September 2013 di wilayah Kelurahan Pisangan yaitu pada RW 06 dan RW 08, masing-masing RW responden diambil dari RT 002 dan RT 003. Hasil penelitian akan dijabarkan mulai dari gambaran umum tempat penelitian, karakteristik responden, analisis univariat yang terdiri dari tingkat pengetahuan dan perilaku, serta analisis bivariat yaitu hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku wanita menopouse dalam upaya pencegahan penyakit gout di Kelurahan Pisangan.

A.Gambaran Umum Tempat Penelitian

(72)

B.Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diambil dalam penelitian ini adalah karakteristik sampel penelitian menurut usia, pendidikan, pekerjaan, dan Indeks Masa Tubuh (IMT).

1. Usia

[image:72.595.129.539.63.473.2]

Usia responden yang dipilih dalam penelitian adalah usia menopouse yang tidak lebih dari 70 tahun, berjumlah 76 responden.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia (n=76)

Usia Frekuensi Persentase (%)

40-50 51-60 61-70 8 46 22 10,5 60,5 29,0

Total 76 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, didapatkan bahwa usia 51-60 tahun merupakan responde

Gambar

Table 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Indikator pengetahuan
Tabel 4.2 Indikator perilaku
tabel = 0,31 dan pada hasil analisis kuesioner yang menunjukkan bahwa nilai r
+7

Referensi

Dokumen terkait

pervaginam. a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan. c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan. d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,

Persen proteksi yang dihasilkan memiliki perbedaan bermakna terhadap kontrol positif (71,83 ± 2,46 %), sehingga dapat disimpulkan pada dosis II efek analgesik

of teaching lower semester students in developing their teaching skills. The researcher found that the real students and the real teaching learning situation indeed created

Program- program yang dikembangkan dalam pelaksanaan PPL/Magang III difokuskan pada komunitas civitas internal sekolah (guru, karyawan, siswa, dan Komite Sekolah). Mata

Ukuran bobot badan ayam PSKB, PSBK, dan BKPS mulai menunjukkan bobot badan yang lebih berat dari ayam kampung sejak umur 6 minggu baik pada jantan maupun betina.. Grafik

LP360 Tutorials. GIS and Decision Making in Local Government. Redlands, California, USA. Making Better Use of Acuracy Data in Land Change Studies: estimating Accuracy and

Daerah DKI Jakarta selama periode 2009 sampai dengan 2011 yang diperoleh dari.. Dinas Pelayanan Pajak Provinsi

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Leverage,