• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerolehan Jenis Kata Pada Anak Usia Lima Tahun Di Taman Kanak-Kanak Kartika 1—17 Yon Armed Delitua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemerolehan Jenis Kata Pada Anak Usia Lima Tahun Di Taman Kanak-Kanak Kartika 1—17 Yon Armed Delitua"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMEROLEHAN JENIS KATA PADA ANAK USIA LIMA TAHUN

DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1—17 YON ARMED

DELI TUA

SKRIPSI OLEH

MANNA MARIA SOPIANA MANALU NIM 100701033

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacuh dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar yang saya peroleh.

Medan, Maret 2015

Hormat Saya,

(3)

iii

PEMEROLEHAN JENIS KATA PADA ANAK USIA LIMA TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1—17 YON ARMED DELITUA

OLEH

MANNA MARIA SOPIANA MANALU NIM 100701033

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana ilmu budaya dan telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Sugihana Br. Sembiring, M.Hum. Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum. NIP 19600307 198601 2 001 NIP 19600725 198601 1 002

Diketahui Oleh: Departemen Sastra Indonesia

Ketua,

(4)

i

PEMEROLEHAN JENIS KATA PADA ANAK USIA LIMA TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1—17 YON ARMED DELI TUA

OLEH

MANNA MARIA SOPIANA MANALU ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pemerolehan Jenis Kata Pada Anak Usia Lima Tahun di Taman Kanak-Kanak Kartika 1—17 Yon Armed Deli Tua”. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan jenis kata yang sudah diperoleh dan jenis kata yang sering digunakan oleh anak usia lima tahun. Penelitian ini menggunakan teori psikolinguistik adalah studi tentang proses mental dalam pemakaian bahasa. sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasanya dan teori yang digunakan selanjutnya adalah kognitif bahwa otak manusia dipersiapkan secara genetik untuk berbahasa. Untuk itu otak manusia telah dilengkapi oleh struktur bahasa universal dan disebut oleh Languge Acquisition Device (LAD). Dalam proses pemerolehan bahasa, LAD ini menerima ucapan-ucapan dan data-data lain yang berkaitan melalui pancaindra sebagai masukan dan membentuk rumus-rumus linguistik berdasarkan masukan itu yang kemudian dinuranikan sebagai keluaran dan jenis kata merupakan pembagian kata berdasarkan jenisnya. Kata dibagi menjadi sepuluh jenis yaitu kata benda, kata kerja, kata keadaan, kata ganti orang, kata keterangan, kata bilangan, kata sambung, kata depan, kata sandang, dan kata seru. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode observasi, metode simak dan menggunakan teknik sadap, teknik simak libat cakap, dan teknik catat. Dalam analisis data digunakan metode padan dan menggunakan teknik pilah unsur penentu dan teknik hubung banding menyamakan. Dari data yang diperoleh tentang pemerolehan jenis kata pada anak usia lima tahun dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan jenis kata anak-anak di Taman Kanak-Kanak Kartika 1—17 Yon Armed Deli Tua sudah memperoleh kata benda (donat, cokelat, bombon, dll), kata kerja (duduk, tidur, kerja, dll), kata keadaan (panas, hujan, dingin, dll), kata ganti orang (aku, dia, kalian, mereka, dll), kata keterangan (kebun binatang, tahun 2009), kata bilangan (semua, ke-2, satu, dua, tiga, dll), kata sambung (dan, tapi), kata depan (di, ke, dari), kata sandang (si), dan kata seru (aduh). Jenis kata yang paling sering digunakan oleh anak usia lima tahun adalah kata benda.

(5)

ii

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………...………….4

1.3.1 Tujuan Penelitian ………...4

1.3.2 Manfaat Penelitian ……….….…...5

1.3.2.1 Manfaat Teoretis……….5

1.3.2.2 Manfaat Praktis ………...5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ……...6

2.1 Konsep ……….……....6

(6)

iii

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ……….…....15

3.1.1 Lokasi Penelitian ………...15

3.1.2 Waktu Penelitian ………....15

3.2 Sumber Data ………...15

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ……….…...15

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ……….…..…..16

BAB IV PEMBAHASAN ……….19

4.1 Pemerolehan Jenis Kata pada Anak Usia Lima Tahun ……….19

4.1.1 Pemerolehan Kata Benda pada Anak Usia Lima Tahun ………...20

4.1.2 Pemerolehan Kata Kerja pada Anak Usia Lima Tahun ……….…....27

4.1.3 Pemerolehan Kata Keadaan pada Anak Usia Lima Tahun ………30

4.1.4 Pemerolehan Kata Ganti pada Anak Usia Lima Tahun ………....35

4.1.4.1 Pemerolehan Kata Ganti Orang pada Anak Usia Lima Tahun ………..36

4.1.4.2 Pemerolehan Kata Ganti Penunjuk pada Anak Usia Lima Tahun ………….37

4.1.4.3 Pemerolehan Kata Ganti Tempat pada Anak Usia Lima Tahun ………38

4.1.5 Pemerolehan Kata Keterangan pada Anak Usia Lima Tahun ………...38

4.1.6 Pemerolehan Kata Bilangan pada Anak Usia Lima Tahun ……….…….39

4.1.7 Pemerolehan Kata Sambung pada Anak Usia Lima Tahun ………...40

4.1.8 Pemerolehan Kata Depan pada Anak Usia Lima Tahun ………...42

4.1.9 Pemerolehan Kata Sandang pada Anak Usia Lima Tahun ………...42

(7)

iv

4.2 Penggunaan Tiap Jenis Kata ……….43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………..…….….45

DAFTAR PUSTAKA

(8)

v

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dari tahap awal sampai akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya USU. Adapun judul skripsi ini adalah Pemerolehan Jenis Kata Pada Anak Usia Lima Tahun di Taman Kanak-Kanak

1—17 Yon Armed Deli Tua.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan baik berupa dukungan, perhatian, bimbingan, nasihat, dan juga doa. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah menyediakan fasilitas pendidikan bagi penulis.

2. Bapak Dr. M.Husnan Lubis, M.A., sebagai Pembantu Dekan I, Drs. Samsul Tarigan sebagai Pembantu Dekan II, Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A., sebagai Pembantu Dekan III.

3. Bapak Prof. Dr. Ikhwabuddin Nasution, M.Si., sebagai ketua Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya USU, Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP., sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya USU. 4. Ibu Dra. Sugi Hana br. Sembiring, M.Hum., sebagai dosen pembimbing I yang

(9)

vi

banyak memberi dukungan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah banyak memberikan bekal dan pengetahuan baik dalam bidang linguistik, serta bidang-bidang umum lainnya, memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Pak Slamet, yang telah membantu penulis dalam hal administrasi di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU.

6. Kedua orang tua tersayang, Ayahanda E.Manalu dan Ibunda J.br Tampubolon yang telah memberikan dukungan moral, material, dan kasih sayang tanpa batas kepada penulis. Terima kasih buat kesabarannya dalam mendidik saya selama ini. Terima kasih juga buat adik-adik saya Anggiat Marbukti Sahat Manalu, Sheba Adelia Natalia Manalu, Togi Pedro Elfortman Manalu, Evita Liebe Manalu buat doa dan semangat yang diberikan.

7. Kepada Resimen Mahasiswa Indonesia khususnya Resimen Mahasiswa Yon A USU/KP untuk doa dan dukungannya yang tiada henti, anggota Menwa (Devi, Tias, Vencius, Samuel, Zulvia, Roni, Ranyco, Apri, Pesta, Wanna) buat dukungan dan doanya.

8. Rekan-rekan pendidikan Kursus Pelatih Nasional Resimen Mahasiswa Mahawarman Batalyon II Universitas Padjajaran Angkatan II 2013 untuk motivasi dan doanya.

9. Sahabat-sahabatku (Johana Sihotang, Ruperla Purba, Neni Sinaga, Jansen Butar-Butar) dan untuk teman-teman seperjuangan stambuk 2010 terima kasih sudah memberikan dukungan dan semangat penulis menyayangi kalian ; adik-adik stambuk (Basar, Fritz, Boby, dll).

10.Boyle Thermolen Sipahutar, S.Pt., yang dari jauh selalu menasehati, membimbing, memotivasi, dan mendoakanku.

(10)

vii

12.Kepala Taman Kanak-Kanak Kartika 1—17 Yon Armed Deli Tua yang telah memberi izin meneliti dan memberi banyak bantuan kepada penulis selama meneliti, dan adik-adik yang menjadi subjek penelitian, tanpa kalian skripsi ini tidak akan berarti apa-apa.

Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan isi skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai pemerolehan jenis kata.

Medan, Maret 2015 Penulis,

(11)

i

PEMEROLEHAN JENIS KATA PADA ANAK USIA LIMA TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1—17 YON ARMED DELI TUA

OLEH

MANNA MARIA SOPIANA MANALU ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pemerolehan Jenis Kata Pada Anak Usia Lima Tahun di Taman Kanak-Kanak Kartika 1—17 Yon Armed Deli Tua”. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan jenis kata yang sudah diperoleh dan jenis kata yang sering digunakan oleh anak usia lima tahun. Penelitian ini menggunakan teori psikolinguistik adalah studi tentang proses mental dalam pemakaian bahasa. sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasanya dan teori yang digunakan selanjutnya adalah kognitif bahwa otak manusia dipersiapkan secara genetik untuk berbahasa. Untuk itu otak manusia telah dilengkapi oleh struktur bahasa universal dan disebut oleh Languge Acquisition Device (LAD). Dalam proses pemerolehan bahasa, LAD ini menerima ucapan-ucapan dan data-data lain yang berkaitan melalui pancaindra sebagai masukan dan membentuk rumus-rumus linguistik berdasarkan masukan itu yang kemudian dinuranikan sebagai keluaran dan jenis kata merupakan pembagian kata berdasarkan jenisnya. Kata dibagi menjadi sepuluh jenis yaitu kata benda, kata kerja, kata keadaan, kata ganti orang, kata keterangan, kata bilangan, kata sambung, kata depan, kata sandang, dan kata seru. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode observasi, metode simak dan menggunakan teknik sadap, teknik simak libat cakap, dan teknik catat. Dalam analisis data digunakan metode padan dan menggunakan teknik pilah unsur penentu dan teknik hubung banding menyamakan. Dari data yang diperoleh tentang pemerolehan jenis kata pada anak usia lima tahun dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan jenis kata anak-anak di Taman Kanak-Kanak Kartika 1—17 Yon Armed Deli Tua sudah memperoleh kata benda (donat, cokelat, bombon, dll), kata kerja (duduk, tidur, kerja, dll), kata keadaan (panas, hujan, dingin, dll), kata ganti orang (aku, dia, kalian, mereka, dll), kata keterangan (kebun binatang, tahun 2009), kata bilangan (semua, ke-2, satu, dua, tiga, dll), kata sambung (dan, tapi), kata depan (di, ke, dari), kata sandang (si), dan kata seru (aduh). Jenis kata yang paling sering digunakan oleh anak usia lima tahun adalah kata benda.

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa sudah dimiliki orang sejak lahir, walaupun dalam bentuk ocehan. Ocehan tersebut kemudian berkembang menjadi kata demi kata sampai pada pengucapan kalimat (Dardjowidjojo, 2003: 241). Bahasa yang pertama kali dimiliki oleh seorang anak akan disebut bahasa pertama atau bahasa ibu.

Pemerolehan bahasa pertama bersifat “primer” karena bahasa pertama dapat digunakan seumur hidup untuk berkomunikasi pada sesama. Walaupun pada saat ini banyak yang mempelajari bahasa lebih dari satu, bahasa pertama akan lebih dibutuhkan untuk berinteraksi.

Proses penguasaan bahasa yang dilakukan anak secara alami pada waktu anak belajar bahasa ibunya (native language) disebut pemerolehan bahasa (Dardjowidjojo, 2005: 225). Selanjutnya, (Chaer, 2003: 167) mengatakan bahwa, pemerolehan bahasa merupakan proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa pertama itu terjadi apabila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa, yaitu bahasa ibunya.

(13)

2

memperoleh suatu bahasa yaitu bahasa pertama atau bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama kehidupannya.

Pada usia lima tahun, anak-anak mulai memasuki tahap kompetensi penuh. Pada umur ini anak-anak normal pada umumnya telah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya. Bagaimanapun perbendaharaan katanya (kosakatanya) masih termasuk miskin tetapi terus tumbuh dengan kecepatan yang menakjubkan (Simanjuntak, 2009: 123). Anak-anak pada usia lima tahun ini, sudah bisa menggunakan bahasanya dengan baik. Contohnya: Budi bermain mobil-mobilan. Dari contoh tersebut bahwa anak usia lima tahun mengeluarkan beberapa jenis kata, yaitu kata kerja (bermain), dan kata benda (mobil-mobilan).

Menurut Kridalaksana (2008: 141), leksikal merupakan yang bersangkutan dengan kata. Menurut Alisyahbana (1974: 78), kata adalah kesatuan kumpulan fonem atau huruf yang terkecil yang mengandung pengertian. Kata merupakan bentuk bebas terkecil yang mempunyai kesatuan fonologis dan kesatuan gramatis yang mengandung suatu pengertian. Menurut jenisnya kata dapat dibagi sepuluh macam. Kesepuluh kata tersebut adalah kata benda, kata keadaan, kata ganti orang, kata kerja, kata bilangan, kata sandang, kata depan, kata keterangan, kata sambung, dan kata seru.

(14)

3

guru, buku, meja, pensil, kursi, kata sifat, contoh: cantik, jelek, manis, pahit, kecil, bagus, kecil, enak, kata bilangan tertentu, contoh: satu, dua, tiga, empat, kata ganti orang, contoh: saya, aku, kau, dia, mereka. Anak-anak yang bersekolah di Taman Kanak-kanak Kartika ini umumnya berlatar belakang orangtua seorang anggota prajurit TNI-AD di Batalyon 2/105 Artileri Medan dan juga sebagian dari masyarakat sipil yang berdomisili di sekitar Kecamatan Deli Tua. Anak-anak yang bersekolah di Taman Kanak-kanak Kartika 1—17 ini diajarkan PBB (Peraturan Baris Berbaris) umum, misalnya “Siap Gerak” , “Hadap Kanan” , “Hadap Kiri” , “Balik Kanan”. Setiap hari senin pagi mereka baris di depan kelasnya masing-masing dengan memakai seragam loreng hijau. Dari pengamatan saya, sekolah Taman Kanak-kanak Kartika ini disiplin, dan diajarkan mandiri. Dari sekolah Taman Kanak-kanak mereka sudah dibiasakan disiplin dan kemandirian. Anak-anak yang bersekolah di Taman Kanak-kanak Kartika 1—17 ini dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pemerolehan jenis kata pada anak usia lima tahun di Taman Kanak-kanak Kartika 1—17 Yon Armed Deli Tua.

1.2Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, pokok masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1) Jenis kata apa yang sudah diperoleh anak usia lima tahun?

(15)

4

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mendeskripsikan jenis kata yang sudah diperoleh oleh anak usia lima tahun.

2) Mendeskripsikan jenis kata yang sering digunakan oleh anak usia lima tahun.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat Teoretis

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1) Penelitian ini diharapkan dapat memperluas ilmu pengetahuan mengenai psikolinguistik, khususnya pemerolehan jenis kata pada anak usia lima tahun.

(16)

5

1.3.2.2Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini sebagai berikut:

1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi para guru di Taman Kanak-kanak Kartika 1—17 Yon Armed Deli Tua.

(17)

6

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsepadalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, 2008: 117). Konsep dari penelitian ini adalah pemerolehan bahasa.

2.1.1 Pemerolehan Bahasa

Menurut (Chaer, 2003: 167) mengatakan pemerolehan bahasa merupakan proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa pertama itu terjadi apabila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa, yaitu bahasa ibunya.

(18)

7

2.1.2 Anak Usia Lima Tahun

Pada umur lima tahun, seorang anak mulai memasuki peringkat kompetensi penuh. Pada umur ini anak-anak normal pada umumnya telah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya. Bagaimanapun perbendaharaan katanya (kosakatanya) masih termasuk miskin tetapi terus tumbuh dengan kecepatan yang menakjubkan (Simanjuntak, 2009: 123).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Psikolinguistik

Secara etimologi kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda, yang masing - masing berdiri sendiri, dengan prosedur dan metode yang berlainan. Namun, keduanya sama - sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hanya objek materinya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji perilaku berbahasa atau proses berbahasa.

Psikolinguistik adalah studi tentang proses mental dalam pemakaian bahasa. Sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasa (Dardjowidjojo, 2003: 7).

(19)

8

pembicara/pemakai suatu bahasa membentuk atau membangun atau mengerti kalimat-kalimat bahasa tersebut.

2.2.2 Kognitif

Chomsky (dalam Chaer, 2009: 108) mengatakan bahwa teori kognitif didasarkan pada satu hipotetsis bahasa yang disebut hipotesis nurani (the innateness hypothesist). Hipotesis ini mengatakan bahwa otak manusia dipersiapkan secara genetik untuk berbahasa. Untuk itu otak manusia telah dilengkapi dengan struktur bahasa universal dan disebut Language Acquisition Device (LAD). Dalam proses pemerolehan bahasa, LAD ini menerima ucapan-ucapan dan data-data lain yang berkaitan melalui pancaindra sebagai masukan dan membentuk rumus-rumus linguistik berdasarkan masukan itu yang kemudian dinuranikan sebagai keluaran. Chomsky berpendapat tidak mungkin seorang anak mampu menguasai bahasa ibunya dengan mudah yaitu tanpa diajar dan begitu cepat dengan masukan yang sedikit (kalimat-kalimat tidak lengkap, berputus-putus, salah, dan sebagainya) tanpa adanya struktur universal dan LAD itu di dalam otaknya secara genetik.

(20)

9

kerja LAD ini dapat dijelaskan sebagai berkut: apabila sejumlah ucapan yang cukup memadai dari suatu bahasa (bahasa apa saja: Sunda, Batak, Cina, dan sebagainya) “diberikan” kepada LAD seorang kanak-kanak sebagai masukan (input), maka LAD itu akan membentuk salah satu tata bahasa formal sebagai keluaran (out put) nya.

Jadi:

Input Output

2.2.3 Jenis Kata

Menurut Alisyahbana (1974: 79), kata adalah kesatuan kumpulan fonem atau huruf yang terkecil yang mengandung pengertian atau arti. Menurut jenisnya kata dibagi sepuluh macam, yaitu:

1. Kata benda adalah kata yang menyatakan tentang benda. Kata benda dibagi dua yaitu: kata benda kongkret merupakan kata benda yang nyata yang dapat dilihat atau diraba, contoh: buku, meja, jendela dan kata benda abstrak merupakan kata benda yang tidak dapat dilihat atau diraba, tetapi dapat dirasakan, contoh: sayang, benci, cinta.

2. Kata kerja adalah kata yang menyatakan pekerjaan atau perbuatan. Kata kerja dapat dibagi dua macam, yaitu kata kerja transitif yaitu kata kerja yang dapat diberi objek,

Ucapan –Ucapan bahasa X

LAD Tata bahasa

(21)

10

contoh: memasak, mencuci, menulis dan kata kerja intransitif yaitu kata kerja yang tidak dapat diberi objek, contoh: berdiri, mandi, terbang.

3. Kata keadaan adalah kata yang menyatakan situasi atau keadaan, contoh: aman, dingin, maju.

4. Kata ganti orang adalah kata yang berfungsi sebagai pengganti orang. Kata ganti ada tiga macam, yaitu: kata ganti orang I, contoh: saya dan aku (tunggal), kami dan kita (jamak), kata ganti orang II, contoh: kau dan kamu (tunggal), kalian (jamak), kata ganti orang III, contoh: ia dan dia (tunggal), mereka (jamak).

5. Kata keterangan adalah kata yang berfungsi untuk menyatakan keterangan. Kata keterangan dapat dibagi enam macam, yaitu: kata keterangan tempat, contoh: Adik mencuci piring di kamar mandi, kata keterangan waktu, contoh: Hotel itu dibangun pada tahun 2012, kata keterangan keadaan, contoh: Paman sudah berangkat ke Bandung, kata keterangan subjek, contoh: Daniel, yang rajin itu, mendapat penghargaan mahasiswa terbaik, keterangan predikat, contoh: Kakak belajar, mengemudi, mobil, keterangan objek, contoh: Ibu memotong sayur, bayam, di dapur.

6. Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah atau bilangan. Kata bilangan dibagi tiga macam, yaitu kata bilangan tertentu, contoh: satu, dua, tiga, empat, kata bilangan tidak tertentu, contoh: beberapa, sebanyak, sebagian, kata bilangan bertingkat, contoh: ke-22, ke-27.

(22)

11

sedangkan, daripada, walaupun, kata sambung antarkalimat, contoh: dengan demikian, oleh sebab itu.

8. Kata depan adalah kata yang berfungsi sebagai penunjuk pada keterangan tempat, contoh: ke, dari, di.

9. Kata sandang adalah kata yang berfungsi sebagai penegas kata-kata tertentu, contoh: sang, yang, si.

10. Kata seru adalah kata yang berfungsi untuk menyatakan seruan, contoh: aduh, wah, oh, aduh, dan lain-lain.

2.2 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber untuk dikaji dalam penelitian ini, adapun sumbernya adalah sebagai berikut:

Kaseng (1986) dalam penelitiannya yang berjudul “Pemerolehan Struktur Bahasa Anak-Anak Prasekolah (Eka Bahasa Bugis)” , Kaseng meyimpulkan bahwa untuk memahami bahasa Bugis diperlukan daya asosiasi yang tinggi serta diperlukan dukungan konteks situasi atau objek, mengingat sifat-sifat kejiwaan yang dimiliki si anak, potensi alat ucap dan pengetahuan serta pengalaman yang dimilikinya. Berdasarkan analisis penelitian yang telah dilakukan bahwa peneliti mendapat informasi dari skripsi ini.

(23)

12

pragmatik. Pemerolehan bahasa juga mengatakan bahwa pemerolehan bahasa tidak dapat terjadi hanya karena adanya bekal kodrati (innate properties) belaka. Pemerolehan bahasa juga tidak mungkin terjadi hanya karena adanya faktor lingkungan saja, kedua-duanya diperlukan sebagai proses penguasaan bahasa. berdasarkan analisis penelitian yang telah dilakukan bahwa peneliti mendapat informasi yaitu pemerolehan bahasa terjadi karena adanya bekal kodrati (innate properties) dan adanya faktor lingkungan.

Fauzi (2000) dalam skripsinya yang berjudul “Pemerolehan Bahasa Anak-Anak Usia 0-5 Tahun: Analisis Psikolinguistik, membahas tentang tahap-tahap pemerolehan bahasa yang terdiri atas tahap perkembangan prasekolah dan tahap perkembangan kombinatori. Tahap perkembangan sekolah meliputi, tahap meraba, tahap holofrastik, tahap kalimat dua kata, tahap pengembangan tata bahasa, dan tahap kombinasi penuh. Tahap perkembangan kombinatori meliputi perkembangan negatif, dan perkembangan sistem bunyi. Fauzi juga membahas tentang perkembangan bahasa dan perkembangan kognitif. Berdasarkan analisis penelitian yang telah dilakukan bahwa teori psikolinguistik dan kognitif di landasan teori dapat digunakan sebagai bahan referensi menyangkut masalah yang dikaji.

(24)

13

dilakukan bahwa peneliti mendapat informasi dari skripsi ini yaitu lingkungan sangat mempengaruhi dalam menghasilkan bahasa.

Susanti (2005) menyatakan bahwa anak yang berbahasa Jawa dalam pemerolehan bahasanya mengikuti perkembangan anak secara umum dan tidak semua anak yang berbahasa Jawa mampu membentuk kalimat sederhana. Anak usia 1-3 tahun belum bisa membentuk kalimat tapi anak 3-5 tahun sudah mampu membentuk kalimat sederhana. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode observasi, metode simak dan menggunakan teknik rekam, catat, dan teknik gambar. Dalam analisis data digunakan metode padan dan digunakan teknik pilah dan teknik hubung banding membedakan. Berdasarkan analisis penelitian yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa teori psikolinguistik dan kognitif di landasan teori dapat digunakan sebagai bahan referensi menyangkut masalah yang dikaji dan metode yang digunakan untuk kajian penelitian.

Marpaung (2006) dalam skripsinya yang berjudul “Pemerolehan Bahasa Batak Toba Anak Usia 1-5 Tahun”, menyimpulkan bahwa tahap-tahap perkembangan pemerolehan bahasa anak adalah tahap holofrastik (tahap linguistik pertama), tahap ucapan-ucapan dua kata, tahap perkembangan tata bahasa, tahap tata bahasa menjelang dewasa dalam bahasa Batak Toba. Berdasarkan analisis penelitian yang telah dilakukan bahwa peneliti mendapat informasi dari skripsi ini.

(25)

14

(26)

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi adalah letak atau tempat (Alwi, dkk 2003: 680). Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak Kartika 1—17 Yon Armed Deli Tua Kecamatan Sibiru-biru Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu merupakan seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau langsung (Alwi, 2005: 1267). Penelitian ini dilakukan mulai dari tanggal 15 Desember 2014 sampai tanggal 15 Januari 2015.

3.2 Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data tersebut diperoleh (KBBI, 2003: 994). Sumber data dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bersekolah di Taman Kanak-kanak Kartika 1—17 Yon Armed Deli Tua Kecamatan Sibiru-biru Kabupaten Deli Serdang. Peneliti mengamati sepuluh orang anak untuk dijadikan narasumber, lima orang berjenis kelamin perempuan dan lima orang anak berjenis kelamin laki-laki. Setiap anak yang diteliti harus berusia lima tahun, sehat jasmani dan rohani.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

(27)

16

anak-anak yang bersekolah di Taman Kanak-Kanak Kartika tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode simak yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Peneliti menyimak tuturan yang akan disampaikan oleh anak usia lima tahun di Taman Kanak-Kanak Kartika Yon Armed Deli Tua.

Adapun teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sadap. Penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan, maksudnya menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang (Sudaryanto, 1993: 133). Metode simak ini memiliki teknik lanjutan yaitu teknik simak libat cakap (Sudaryanto, 1993: 134). Peneliti terlibat langsung dalam dialog, konversasi, imbal wicara atau ikut serta dalam proses pembicaraan anak-anak yang saling berbicara. Hal ini berarti bahwa peneliti memperhatikan perkataan yang digunakan oleh si anak. Peneliti juga melakukan teknik bercerita untuk menghasilkan kosakata yang lebih banyak. Teknik catat sebagai teknik akhir dari metode simak dengan tujuan untuk mencatat kata-kata yang diucapkan oleh para informan (si anak).

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, mulailah dilakukan analisis terhadap data untuk menyelesaikan permasalahan penelitian yang telah ditetapkan. Data dianalisis dengan menggunakan metode padan. Metode padan merupakan metode yang alat penentunya diluar dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13).

(28)

17

kerja, kata keadaan, kata ganti orang, kata keterangan, kata bilangan, kata sambung, kata depan, kata sandang, dan kata seru. Kemudian dilanjutkan dengan teknik lanjutan yaitu teknik hubung banding menyamakan (Sudaryanto, 1993: 27). Teknik hubung banding menyamakan yaitu menyamakan dan membandingkan jumlah jenis kata yang sudah diperoleh dan sering digunakan oleh anak usia lima tahun tersebut.

Contoh: 1. Pelosotan

Arlani: “Main pelosotan

Dari contoh (1) di atas Arlani mengucapkan beberapa jenis kata, yaitu kata kerja (main) dan kata benda (pelosotan).

Kata kerja adalah kata yang menyatakan pekerjaan atau perbuatan. Kata main merupakan kata kerja, karena menyatakan perbuatan atau pekerjaan. Kata main merupakan kata kerja transitif yaitu kata kerja yang dapat diberi objek, sedangkan kata

pelosotan merupakan kata benda kongkret yaitu kata benda yang nyata yang dapat

dilihat atau diraba. Pada data (1) Arlani sudah menggunakan sufiks nominal {-an}.

2. Makan, nasi, kue, enak

Arlani: “Makan nasi sama kue” Arlani: “Enak..”

(29)

18

(30)

19

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pemerolehan Jenis Kata pada Anak Usia Lima Tahun

Dalam proses perkembangannya, semua anak normal pasti akan memperoleh suatu bahasa yang ilmiah. Dengan kata lain, setiap anak yang normal atau pertumbuhannya yang wajar, memperoleh suatu bahasa yaitu “bahasa pertama atau “bahasa ibu” dalam tahun-tahun pertama kehidupannya sehari-hari. Bahasa ibu atau

native language adalah bahasa pertama yang dikuasai atau diperoleh anak

(Dardjowidjojo, 2003: 241). Bahasa inilah yang awalnya dikenal dan dipergunakan anak dalam kehidupannya sehari-hari sebagai alat komunikasi.

(31)

20

4.1.1 Pemerolehan Kata Benda pada Anak Usia Lima Tahun

Kata benda adalah kata yang menyatakan tentang benda. Kata benda dibagi dua, yaitu: kata benda kongkret dan kata benda abstrak. Anak usia lima tahun sudah memperoleh kata benda kongkret dan kata benda abstrak.

A. Kata Benda Kongkret

Contoh:

1. Donat

Pada data (1) Zakira: “Jajan donat

2. Cokelat dan bombon

Pada data (2) Oka: “Belik cokelat sama bombon

3. Donat dan cokelat

Pada data (4) Zakira: “Iya, donat enak banyak cokelat”

Data 1 sampai data 3 menunjukkan bahwa Zakira, Oka mampu menguasai benda-benda disekelilingnya. Benda-benda-benda seperti donat, cokelat dan bombon merupakan kata benda kongkret.

4 .Buku

Pada data (5) Zikri: “Ada buku kak”

(32)

21

Pada data (6) Trisan: “Aku ada pinsil sama kelil kak”. (aku ada pensil sama kelir

kak)

6. Bontot

Pada data (8) Aurel: “Aku ada bontot”

7. Buku, pensil, dan topi

Pada data (9) Jeri: “Aku enggak ada bontot kak, cuma buku, pensil sama topi kak”

8. Roti

Pada data (11) Nazran: “Aku ada loti”. (aku ada roti)

9. Ibu

Pada data (15) Jeri: “Aku mau nulis IBU kak”.

10. Bebek

Pada data (16) Sifa: “Aku mau gambal bebek kak”. (aku mau gambar bebek kak)

11. Kursi

Pada data (17) Aurel: “Ada kulsi kak”. (ada kursi kak)

12. Meja dan bangku

Pada data (18) Frans: “ Ada meja sama bangku

(33)

22 Pada data (19) Zikri: ” Ada bola kak

14. Sapu

Pada data (20) Nazran: “Ada sapu kak

15. Spidol

Pada data (21) Aurel: “Ada spidol kak

16. Lemari

Pada data (22) Aurel: “Ada lemali kak”. (ada lemari kak)

17. Tas

Pada data (23) Sifa: “Ada tas kak

18. Jendela

Pada data (24) Aurel: “Ada jendela kak

19. Pintu

Pada data (28) Nazran: “Ada pintu kak”

20. Rol

Pada data (30) Aurel: “Ada lol kak” (ada rol kak)

(34)

23 Pada data (31) Nazran: “Ada lampu kak

Data 4 sampai data 21 menunjukkan bahwa Zikri, Trisan, Aurel, Jeri, Nazran, Sifa, Frans mampu menguasai benda-benda di dalam kelasnya walaupun lafal pengucapannya belum jelas tetapi masih dapat dimengerti oleh peneliti. Benda-benda seperti buku, pensil, kelir, bontot, topi, roti, ibu, spidol, bebek, meja, kursi, bangku, bola, sapu, lemari, tas, jendela, pintu, rol, lampu merupakan kata benda kongkret.

22. Kodok

Pada data (32) Arlani: “Ada kodok

23. Karet

Pada data (33) Zakira: “Karet kak

24. Capung

Pada data (34) Oka: “Mau tangkap capung

25. Batu

Pada data (35) Jeri: “Mau dilempar batu sama Nazran

26. Ember dan gayung

Pada data (37) Sifa: “Ada embel, gayung kak”. (ada ember, gayung kak)

(35)

24 Pada data (38) Arlani: “Pita kak

28. Rambut

Pada data (39) Arlani: “Untuk di pakek dirambut kak”. (untuk dipakai dirambut)

29. Tali

Pada data (40) Jeri: “Tali kak

30. Pohon

Pada data (41) Jeri: “Untuk diikat di pohon

31. Bunga

Pada data (42) Aurel: “Ambil bunga

Data 22 sampai data 31 menunjukkan bahwa Arlani, Zakira, Oka, Jeri, Sifa sudah mampu menguasai benda-benda yang ada di luar kelasnya. Benda-benda seperti kodok, karet, capung, batu, ember, gayung, pita, rambut, tali, pohon, bunga merupakan kata benda kongkret.

32. Boneka Barbie

Pada data (43) Aurel: “Aku semalam dibeliin boneka belbi sama

mamakku”. (aku semalam dibelikan boneka Barbie sama mamakku)

33. Barbie

(36)

25 suruh nanti mamakku beli barbie juga)

34. Boneka princes

Pada data (45) Arlani: “Aku juga ada boneka princes

35. Rumah

Pada data (49) Trisan: “Di rumahku lah

36. Sepeda

Pada data (52) Frans: “Sepedaku ada di rumah

37. Kreta/Sepeda motor

Pada data (53) Nazran: “Aku juga ada sama keeta mamaku ada” (aku

juga ada sama kreta mamaku ada)

38. Kucing

Pada data (54) Sifa: “Iiii… kucing

39. Bakso

Pada data (55) Zikri: “Belik bakso yok, sipa

(37)

26

boneka Barbie, boneka princes, rumah, sepeda, sepeda motor, kucing, bakso merupakan kata benda kongkret.

40. Ayunan

Pada data (3) Frans: “Main ayunan

41. Mainan

Pada data (29) Jeri: “Ada mainan kak

Data 40 sampai data 41 menunjukkan bahwa Frans dan Jeri sudah menggunakan sufiks nominal {-an}.

42. Tempat minum

Pada data (9) Sifa: “Aku ada tempat minum sama kelil juga kak”. (aku ada

tempat minum sama kelir juga kak)

43. Mie goreng

Pada data (12) Aurel: “Bontotku mie goleng kak di masak mamak tadi”. (bontotku mie goreng kak di masak mamak tadi)

44. Papan tulis

Pada data (14) Jeri: “Aku mau nulis di papan tulis kak

45. Foto presiden

(38)

27 46. Burung garuda

Pada data (26) Nazran: “Ada gambal bulung galuda kak”. (ada gambar burung garuda kak)

47. Foto pahlawan

Pada data (27) Frans: “Ada poto pahlawan

48. Kamar mandi

Pada data (36) Sifa: “Ke kamal mandi kak” (ke kamar mandi kak)

49. Rumah-rumahan

Pada data (46) Arlani: “ Perinces puteri salju sama ada rumah-

rumahannya

50. Masak-masakan

Pada data (47) Aurel: ” Lumah-lumahan belbiku juga ada sama masak-masakanku

banyak dibeliin mamaku” (rumah-rumahan berbiku juga ada sama

masak-masakanku banyak dibelikan mamaku)

51. Mobil-mobilan

Pada data (48) Trisan: “Pulang sekolah kita main mobil-mobilan ya

(39)

28

Pada data (50) Oka: “Aku jugak ada mobil-mobilanku sama pesawat terbangku

53. Truk pasir

Pada data (51)Trisan: “Mainanku banyak di lumah, ada mobil-mobilan,

pesawat terbang, motol tluk bawak pasil” (mainanku banyak di rumah

ada mobil-mobilan, pesawat terbang, motor truk pasir)

54. Pisang goreng

Pada data (56) Sifa: “Aku sukak pisang goleng” (aku suka pisang goreng)

Data 42 sampai data 54 menunjukkan bahwa Sifa, Aurel, Jeri, Trisan, Oka, Sifa sudah menggunakan frasa nomina. Kata-kata seperti tempat minum, mie goreng, papan tulis, foto presiden, burung garuda, foto pahlawan, kamar mandi, truk pasir, pisang goreng, pesawat terbang merupakan kata benda kongkret. Pada data 49 sampai data 51 menunjukkan bahwa anak sudah memperoleh kata ulang yang menyatakan kata benda, misalnya masak-masakan, mobil-mobilan, rumah-rumahan.

B. Kata Benda Abstrak

Contoh:

55. Angin

Pada data (57) Sifa: “Anginnya kencang kak semalam

56 .Udara

(40)

29

Data 55 sampai data 56 menunjukkan bahwa Sifa dan Arlani sudah menguasai kata benda abstrak. Benda-benda seperti angin, udara merupakan kata benda abstrak.

4.1.2 Pemerolehan Kata Kerja Pada Anak Usia Lima Tahun

Kata kerja adalah kata yang menyatakan pekerjaan atau perbuatan. Kata kerja dapat dibagi dua macam, yaitu kata kerja transitif yaitu kata kerja yang dapat diberi objek dan kata kerja intransitif yaitu kata kerja yang tidak dapat diberi objek. Anak usia lima tahun sudah memperoleh kata kerja.

A. Kata Kerja Intransitif

Contoh:

57. Duduk

Pada data (59) Aurel: “ Duduk kak

58. Berdiri

Pada data (62) Nazran: “Aku beldili kak”. (aku berdiri kak)

59. Tidur

Pada data (71) Zakira: “Tidurlah

60. Nangis

(41)

30 61. Kerja

Pada data (75) “Kerja kak

62. Pergi

Pada data (84) Zakira: “Pigi sana!” (pergi sana!)

63. Menari

Pada data (68) Frans: “Aku mau menari

Data 57 sampai data 63 menunjukkan bahwa Aurel, Nazran, Zakira, Frans memperoleh kata benda intransitif.

B. Kata Kerja Transitif

Contoh:

64. Menulis

Pada data (60) Jeri: “Aku nulis” (aku menulis)

65. Menggambar

Pada data (61) Sifa: “Aku gambal kak”. (aku menggambar kak)

(42)

31

Pada data (63) Frans: “Hapus papan tulis”. (menghapus papan tulis)

67. Makan

Pada data (64) Nazran: “Makan

68. Minum

Pada data (67) Nazran: “ Aku mau minum kak

69. Angkat

Pada data (69) Trisan: “Aku mau angkat kursi

70. Menyapu

Pada data (73) Frans: “Nyapu dia

71. Beli

Pada data (77) Nazran: “Belik es yok disana

72. Buat

Pada data (79) Aurel: “Aku mau buat kapal laut

73. Gunting

(43)

32

Data 64 sampai data 73 menunjukkan bahwa Jeri, Sifa, Nazran, Trisan memperoleh kata kerja transitif.

74. Warnai

Pada data (65) Sifa: “Warnai bebek kak

75. Nempelkan

Pada data (83) Aurel: “Aku mau nempelkan kapal di dinding” (aku mau menepelkan kapal di dinding)

Data 74 dan data 75 menunjukkan bahwa Sifa dan Aurel sudah menggunakan sufiks {-i} dan sufiks {-kan}.

76. Bernyanyi

Pada data (66) Jeri: “Bernyanyi”

77. Dimasak

Pada data (70) Aurel: “Bontotku mie goreng kak dimasak tadi mamak

78. Mengajar

Pada data (76) Frans: “Mengajar guru

Data 76 sampai data 78 menunjukkan bahwa Jeri, Frans, Aurel sudah menggunakan prefiks {ber-}, prefiks {me-}, {di-}.

(44)

33

Pada data (78) Frans: “Gak lah, nanti aku dimarahi sama mamakku

Data 79 menunjukkan bahwa Frans sudah menggunakan afiks {di-i}.

4.1.3 Pemerolehan Kata Keadaan pada Anak Usia Lima Tahun

Kata keadaan adalah kata yang menyatakan situasi atau keadaan, contoh: aman, dingin, maju. Anak usia lima tahun sudah memperoleh kata keadaan.

Contoh:

80. Panas

Pada data (87) Sifa: “Gak kak panas”.

81. Hujan

Pada data (88) Zikri: “Iya kak tapi semalam hujan

82. Dingin

Pada data (89) Sifa: “Semalam waktu hujan dingin kali

83. Cantik

Pada data (90) Zikri: “Sipa, aku punya masya cantik…

84. Paling cantik

Pada data (91) Zikri: “Punyaku paling cantik…”

(45)

34

Pada data (92) Zikri: “Terus kan kalo sore-sore aku mandikan dia makanya dia

wangi

86. Baik

Pada data (93) Sifa: “Itu mamakku yang baik…”

87. Sakit

Pada data (94) Arlani: “Kakiku sakit kak” (sambil memegang kakinya)

88. Takut

Pada data (95) Arlani: “Gak ah kak, takut…”

89. Pedih

Pada data (96) Arlani: “Nanti dikasih obat, pedih…”

90. Pahit

Pada data (97) Arlani: “Pahit kak obatnya nanti

91. Manis dan asem

Pada data (98) Arlani: “Iya kak, sirup rasanya manis kayak rasa jeruk tapi ada

asemnya juga

(46)

35

memperoleh kata keadaan yaitu panas, hujan, dingin, cantik, wangi, baik, sakit, takut, pedih, pahit, manis, asem. Pada umumnya anak lebih suka memakai paling daripada {teR-} terlihat pada data 84.

4.1.4 Pemerolehan Kata Ganti pada Anak Usia Lima Tahun

Kata ganti adalah kata yang berfungsi sebagai pengganti. Kata ganti orang terbagi tiga macam, yaitu: kata ganti orang I, kata ganti orang II, kata ganti orang III. Anak usia lima tahun sudah memperoleh kata ganti.

4.1.4.1Pemerolehan Kata Ganti Orang pada Anak Usia Lima Tahun

a. Kata Ganti Orang Pertama

Contoh:

92. Aku

Pada data (99) Jeri: “Aku mau nulis di papan tulis”

93. Kami

Pada data (100) Arlani: Kami makan kue kak”

Data 92 sampai data 93 menunjukkan bahwa Jeri, Arlani memperoleh kata ganti orang pertama tunggal dan orang pertama jamak.

b. Kata Ganti Orang Kedua

94. Kau

(47)

36 95. Kalian

Pada data (104) Oka: “Kalian ngapain?”

Data 94 sampai data 95 menunjukkan bahwa Sifa, Oka memperoleh kata ganti orang kedua tunggal dan kedua jamak.

c. Kata Ganti Orang Ketiga

96. Mereka

Pada data (103) Sifa: “Mau kemana mereka?”

97. Dia

Pada data (102) Aurel: “Dia mau lempar aku kak”

98. Dia

Pada data (105) Sifa: “Aku sama dia makan kue”

Data 96 sampai data 98 menunjukkan bahwa Sifa, Aurel memperoleh kata ganti orang ketiga tunggal dan ketiga jamak.

4.1.4.2Pemerolehan Kata Ganti Penunjuk pada Anak Usia Lima Tahun

99. Ini

Pada data (106) Arlani: “Ini jajanku banyak dibelik semalam”

100. Itu

(48)

37 sembunyi di kelas)

Data 99 sampai data 100 menunjukkan bahwa Arlani, Sifa sudah

memperoleh kata ganti penunjuk seperti ini, itu.

4.1.4.3 Pemerolehan Kata Ganti Tempat pada Anak Usia Lima Tahun

101. Di sana

Pada data (108) Oka: “Di sana dia sembunyi”

102. Di sini

Pada data (109) Jeri: “Baa…. Aku di sini”

Data 101 sampai data 102 menunjukkan bahwa Oka, Jeri memperoleh

kata ganti tempat seperti disana, disini.

4.1.5 Pemerolehan Kata Keterangan pada Anak Usia Lima Tahun

Kata keterangan adalah kata yang berfungsi untuk menyatakan keterangan. Kata keterangan dapat dibagi enam macam, yaitu: kata keterangan tempat, kata keterangan waktu, kata keterangan keadaan, kata keterangan subjek, keterangan predikat, keterangan objek. Anak usia lima tahun sudah memperoleh kata keterangan.

Contoh:

(49)

38

Pada data (110) Arlani: “Semalam kami ke kebun binatang kak”.

104. Polonia

Pada data (111) Arlani: “Main-main, lihat-lihat binatang” terus siap itu kami ke

polonia kak liat pesawat terbang

105. Tahun 2009

Pada data (112) Aurel: “Tahun 2009

Data 103 sampai data 105 menunjukkan bahwa Arlani, Aurel memperoleh kata keterangan yaitu kebun binatang, polonia (kata keterangan tempat), tahun 2009 (kata keterangan waktu).

4.1.6 Pemerolehan Kata Bilangan pada Anak Usia Lima Tahun

Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah atau bilangan. Kata bilangan dibagi tiga macam, yaitu kata bilangan tertentu, kata bilangan tidak tertentu, kata bilangan bertingkat. Anak usia lima tahun sudah memperoleh kata bilangan.

a. Kata Bilangan Tidak Tertentu

Contoh:

106. Semua

Pada data (113) Zakira: “Kami semua ke kebun binatang kak”.

(50)

39

Pada data (114) Zakira: “Banyak kak, ada burung, gajah, kuda

Data 106 sampai data 107 menunjukkan bahwa Zakira memeperoleh kata bilangan tidak tertentu.

b. Kata Bilangan Bertingkat

Contoh:

108. Ke-2

Pada data (115) Arlani: “Ke-2 kak

Data 108 menunjukkan bahwa Arlani sudah memperoleh kata bilangan bertingkat.

c. Kata Bilangan Tertentu

Contoh:

109. Tiga

Pada data (116) Aurel: “Aku duduk di bangku tiga

110. Satu, dua, tiga, empat, lima, …….

Pada data (117) Arlani: “Aku bisa kak…. Satu, dua, tiga, empat, lima,

enam, tujuh, lapan, sembilan, sepuloh” (sambil menghitung menggunakan

jari-jarinya)

Aurel: “Aku juga bisa kakak…. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, lapan,

(51)

40

4.1.7 Pemerolehan Kata Sambung pada Anak Usia Lima Tahun

Kata sambung adalah kata yang berfungsi untuk menyambungkan antara bagian pertama dan bagian berikutnya. Kata sambung dibagi tiga macam, yaitu kata sambung antara kata atau kelompok kata, kata sambung dalam kalimat, kata sambung antarkalimat. Anak usia lima tahun sudah memperoleh kata sambung.

a. Kata Sambung antar kata atau kelompok kata

Contoh:

111. Dan

Pada data (118) Oka: “Aku dan Jeri mau main guli kak

b. Kata Sambung dalam kalimat

Contoh:

112. Tapi

Pada data (119) Nazran: “Aku mau gambar kak tapi aku enggak punya pinsil” (aku mau gambar kak tapi aku enggak punya pensil)

4.1.8 Pemerolehan Kata Depan pada Anak Usia Lima Tahun

Kata depan adalah kata yang berfungsi sebagai penunjuk pada keterangan tempat. Anak usia lima tahun sudah memperoleh kata depan.

Contoh:

(52)

41

Pada data (120) Arlani: “Mau ke kamar mandi kak”.

114. Di

Pada data (121) Trisan: “Dia berdiri di atas meja”.

115. Dari

Pada data (122) Zakira: “Jeri udah keluar dari kelas”.

Data 113-115 menunjukkan bahwa Arlani, Trisan, Zakira memperoleh kata depan.

4.1.9 Pemerolehan Kata Sandang pada Anak Usia Lima Tahun

Anak usia lima tahun sudah memperoleh kata sandang.

116. Si

Pada data (123) Arlani: “Ibu, si Jeri gangguin aku terus”.

Arlani: “Aku digangguin terus sama Jeri kak

Arlani: “Bu guru tadi cerita si kancil kak.

4.1.10 Pemerolehan Kata Seru pada Anak Usia Lima Tahun

Kata seru adalah kata yang berfungsi untuk menyatakan seruan. Anak usia lima tahun sudah memperoleh kata seru.

(53)

42 117. Aduh

Pada data (124) Zikri: “Aduh!Sakit”

Data 117 menunjukkan bahwa Zikri memperoleh kata seru.

4.2 Penggunaan Tiap Jenis Kata

Jenis kata yang diperoleh paling banyak adalah kata benda dan kata yang diperoleh paling sedikit adalah kata sandang dan kata seru. Anak usia lima tahun yang bersekolah di Taman Kanak-Kanak Kartika 1—17 Yon Armed Deli Tua lebih banyak melihat benda-benda yang ada disekitarnya, misalnya di lingkungan sekolah, rumah dan gurunya lebih banyak memperkenalkan dan mengajarkan yang berkaitan dengan benda. Maka, jenis kata yang sudah diperoleh oleh anak usia lima tahun adalah kata benda, kata kerja, kata keadaan, kata ganti orang, kata keterangan, kata bilangan, kata sambung, kata depan, kata sandang, dan kata seru.

Dari seluruh pemerolehan jenis kata di atas dapat dijumlahkan kata anak usia lima tahun melalui tabel berikut:

No. Jenis Kata Jumlah Kata

1. Kata Benda 58

2. Kata Kerja 31

3. Kata Keadaan 14

(54)

43

5. Kata Keterangan 4

6. Kata Bilangan 5

7. Kata Sambung 2

8. Kata Depan 3

9. Kata Sandang 1

10. Kata Seru 1

(55)

44

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian mengenai pemerolehan jenis kata pada anak usia lima tahun, dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan jenis kata anak-anak di Taman Kanak-Kanak Kartika 1—17 Yon Armed Deli Tua memperoleh kata benda (donat, cokelat, bon-bon, ayunan, dll) ; kata kerja (duduk, menulis, menggambar, dll) ; kata keadaan (panas, hujan, dingin, dll) ; kata ganti orang (aku, kami, kau, dll) ; kata keterangan (kebun binatang, tahun 2009) ; kata bilangan (semua, ke-2, tiga) ; kata sambung (dan, tapi) ; kata depan (ke, di, dari) ; kata sandang (si) ; kata seru (aduh). Jumlah penggunaan setiap jenis kata dalam tuturan anak usia lima tahun di Taman Kanak-Kanak Kartika 1—17 Yon Armed Deli Tua berbeda-beda.

(56)

45

5.2 Saran

Penelitian ini berusaha menyajikan tentang pemerolehan jenis kata yang dikuasai oleh anak usia lima tahun di Taman Kanak-Kanak 1—17 Yon Armed Deli Tua. Kajian tentang pemerolehan bahasa harus lebih ditingkatkan karena setiap pemerolehan bahasa akan terus berkembang seiring dengan lingkungan disekitar anak.

(57)

46

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Alisyahbana, Sutan Takdir. 1974. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikoliguistik: Pengantar Pehamanan Bahasa

Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa

Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Fauzi, Ahmad. 2000. “Pemerolehan Bahasa Anak-Anak Usia 0-5 Tahun: Analisis Psikolinguistik” (Skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Kaseng, Syahruddin dkk. 1986. Pemerolehan Struktur Bahasa Anak-anak Prasekolah

(Eka Bahasa Bugis). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Lumbanraja, Novelina. 2011. “Pemerolehan Leksikal Nomina Angkola Anak Usia 3-4 Tahun” (Skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

Marpaung, Hurty. 2006. “Pemerolehan Bahasa Batak Toba Anak Usia 1-5 Tahun”

(Skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

(58)

47

Putrayasa, Bagus Ida. 2008. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional). Bandung: Refika Aditama.

Simanjuntak, Mangantar. 2009. Pengantar Neuropsikolinguistik. Medan: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Susanti, Yus. 2005. “Pemerolehan Bahasa Jawa Pada Anak Usia 1-5 tahun” (Skripsi). Medan: Fakultas Sastra USU.

(59)

48

LAMPIRAN 1

A. Kata Benda

a. Kata Benda Kongkret

Peneliti: “Kira, mau kemana?” Zakira: “Mau jajan”

Peneliti: “Jajan apa, kira?”

1. Zakira: “Jajan donat”.

Peneliti: “Oka, dari mana?”

2. Oka: “Belik cokelat sama bombon”.

Peneliti: “Mau kemana adek?”

3. Frans: “Main ayunan

Peneliti: “Kira, suka donat ya?”

4. Zakira: “Iya, donat enak banyak cokelat” Peneliti: “Oka, suka cokelat ya?”

Oka: “Iya, aku juga suka bombon, cokelat panjang

Zakira: “Ibu tadi buatin banyak jajanku terus nanti aku mau belik jajan banyak

Oka: “Bagilah…”

Zakira: “Beliklah jajanmu…”

(60)

49

Mamakku kan baik…”

Zakira: “Mamakku juga baik kok, cantik lagi wekkkk….” (sambil mengejek) Oka: “Mamakku cantik juga” (sambil mengejek juga dan berlari)

Peneliti: “Apa saja yang ada di dalam tas kalian dek?”

5. Zikri: “Ada buku kak”.

6. Trisan: “Aku ada pinsil sama kelil kak”. (aku ada pensil sama kelir kak) 7. Sifa: “Aku ada tempat minum sama kelil juga kak”. (aku ada tempat

minum sama kelir juga kak) 8. Aurel: “Aku ada bontot”

9. Jeri: “Aku enggak ada bontot kak, cuma buku, pensil sama topi kak” 10.Aurel: “Bontotku mie goleng kak di masak mamak tadi”. (bontotku mie

mie goreng kak di masak mamak tadi)

11.Nazran: “Aku ada loti”. (aku ada roti) 12.Jeri: “Aku mau nulis di papan tulis kak

Peneliti: “ Menulis apa jeri?”

15. Jeri: “Aku mau nulis IBU kak”.

Sifa: “Aku juga mau gambal kak” (aku juga mau gambar kak)

Peneliti: “Menggambar apa sifa?”

16. Sifa: “Aku mau gambal bebek kak”. (aku mau gambar bebek kak)

(61)

50 17. Aurel: “Ada kulsi kak”. (ada kursi kak)

18. Frans: “ Ada meja sama bangku”.

19. Zikri: ” Ada bola kak”.

20. Nazran: “Ada sapu kak”.

21. Aurel: “Ada spidol kak”.

Peneliti: “Ada apa lagi adek-adek?”

22. Aurel: “Ada lemali kak”. (ada lemari kak)

23. Sifa: “Ada tas kak”.

24. Aurel: “Ada jendela kak”.

25. Jeri: “Ada poto presiden kak”.

26. Nazran: “Ada gambal bulung galuda kak”. (ada gambar burung garuda

kak)

27. Frans: “Ada poto pahlawan

28. Nazran: “Ada pintu kak”.

29. Jeri: “Ada mainan kak

30. Aurel: “Ada lol kak”. (ada rol kak)

(62)

51

Peneliti: “Kenapa kamu lari?”

32. Arlani: “Ada kodok”.

Peneliti: “Apa yang kamu bawa itu?”

33. Zakira: “Karet kak”.

Peneliti: “Mau kemana kalian?”

34. Oka: “Mau tangkap capung”.

Peneliti: “Kenapa kalian semua lari?”

35. Jeri: “Mau dilempar batu sama Nazran”.

36. Sifa: “Ke kamal mandi kak” (ke kamar mandi kak)

Peneliti: “Ada apa saja di kamar mandi Sifa?”

37. Sifa: “Ada embel, gayung kak”. (ada ember, gayung kak)

Peneliti: “Apa yang kamu pegang itu?”

38. Arlani: “Pita kak”.

Peneliti: “Untuk apa?”

39. Arlani: “Untuk di pakek dirambut kak”. (untuk dipakai dirambut)

(63)

52 40. Jeri: “Tali kak

Peneliti: “Untuk apa itu?”

41. Jeri: “Untuk diikat di pohon”.

Peneliti: “ Kamu lagi apa?”

42. Aurel: “Ambil bunga”.

43. Aurel: “Aku semalam dibeliin boneka belbi sama mamakku”. (aku

semalam dibelikan boneka Barbie sama mamakku)

44. Zakira: “Kusuruh nanti mamakku belik berbi juga

45. Arlani: “Aku juga ada boneka princes

Aurel: “Pelinces apa?” (princes apa?)

46. Arlani: “ Perinces puteri salju sama ada rumah-rumahannya

47. Aurel: ” Lumah-lumahan belbiku juga ada sama masak-masakanku

banyak dibeliin mamaku” (rumah-rumahan berbiku juga ada sama

masak-masakanku banyak dibelikan mamaku)

48. Trisan: “Pulang sekolah kita main mobil-mobilan ya

Oka: “Dimana?”

49. Trisan: “Di rumahku lah

(64)

53

51. Trisan: “Mainanku banyak di lumah, ada mobil-mobilan, pesawat

terbang, motol tluk bawak pasil” (mainanku banyak di rumah,

ada mobil-mobilan, pesawat terbang, motor truk pasir)

52. Frans: “Sepedaku ada di rumah

53. Nazran: “Aku juga ada sama keeta mamaku ada” (aku juga ada sama

kreta mamaku ada)

Frans: “Kreta mamaku juga ada

54. Sifa: “Iiii… kucing

55. Zikri: “Belik bakso yok, sipa

` Sifa: “Gak sukak bakso

Zikri: “Jadinya suka apa?”

56. Sifa: “Aku sukak pisang goleng” (aku suka pisang goreng)

b. Kata Benda Abstrak

57. Sifa: “Anginnya kencang kak semalam

58. Arlani: “Tadi pagi udaranya segar kali

B. Kata Kerja

Peneliti: “Apa yang sedang kalian lakukan?”

(65)

54 (60) Jeri: “Aku nulis”. (aku menulis)

(61) Sifa: “Aku gambal kak”. (aku menggambar kak)

(62) Nazran: “Aku beldili kak”. (aku berdiri kak)

Peneliti: “Kamu sedang apa?”

(63) Frans: “Hapus papan tulis”. (menghapus papan tulis)

Peneliti: “Kemana Oka?”

(64) Nazran: “Makan”.

Peneliti: “Apa yang kamu lakukan?”

(65) Sifa: “Warnai bebek kak”.

Peneliti: “Kalian mau apa?”

(66) Jeri: “Bernyanyi”.

(67) Nazran: “ Aku mau minum kak”.

(68) Frans: “Aku mau menari”.

(69) Trisan: “Aku mau angkat kursi”.

(70) Aurel: “Bontotku mie goreng kak dimasak tadi mamak”.

(71) Zakira: “Tidurlah”.

(66)

55 (72) Frans: ” Nangis dia kak

Peneliti: “Apa yang dilakukan Zakira, Frans?”

(73) Frans: “Nyapu dia

(74) Nazran: “Aku mau ambil mainan di lemari”.

Peneliti: “Dimana ayah dan ibumu, Frans?”

(75) Frans: “Kerja kak”.

Peneliti: “Kerjanya apa?”

(76) Frans: “Mengajar guru

(77) Nazran: “Belik es yok disana

(78) Frans: “Gak lah, nanti aku dimarahi sama mamakku

(79) Aurel:”Aku mau buat kapal laut

(80) Zakira: “Pake apa?

(81) Aurel: “Pake kertas

(82) Zakira: “Aku mau gunting kertas lah” (aku mau menggunting kertas lah)

(83) Aurel: “Aku mau nempelkan kapal di dinding” (aku mau menempelkan

kapal di dinding)

(67)

56 (85) Aurel: “Oka ganggui terus!”

(86) Oka: “Aku mau pinjam guntingnya”

C. Kata Keadaan

Peneliti: “Kamu tidak main-main ke luar, Ifa?”

(87) Sifa: “Gak kak panas”.

Peneliti: “Hari ini panas sekali ya?”

(88) Zikri: “Iya kak tapi semalam hujan”.

(89) Sifa: “Semalam waktu hujan dingin kali”.

(90) Zikri: “Sipa, aku punya masya cantik…

Sifa: “Sapa yang belik?”

Zikri: “Mamakku lah…”

Sifa: “Aku juga ada masya kok…. Cantik punyaku

(91) Zikri: “Punyaku paling cantik…”

Sifa: “Punyaku lah…”

(92) Zikri: “Terus kan kalo sore-sore aku mandikan dia makanya dia wangi

Sifa: “Aku juga lah nanti mandikan dia bial wangi juga

(68)

57 (93) Sifa: “Itu mamakku yang baik…”

Zikri: “Mamakku juga baik kok cantik lagi…”

Sifa: “Aku pulang yaaa… besok kita main masya”

Zikri: “Iyaaaa, dada….” (sambil melambaikan tangan)

Peneliti: “Kamu kenapa lani?”

(94) Arlani: “Kakiku sakit kak” (sambil memegang kakinya)

Peneliti: “Gara-gara apa?”

Arlani: “Kenak duri semalam”

Peneliti: “Udah dikasih tahu sam bu guru?”

(95) Arlani: “Gak ah kak, takut…”

Peneliti: “Takut kenapa?”

(96) Arlani: “Nanti dikasih obat, pedih…”

Peneliti: “Gak apa-apa lah biar cepat sembuh, nanti kita biar beli

permen atau cokelat. Kamu mau yang mana?”

Arlani: “Aku mau dua-duanya kak

Peneliti: “Terus nanti sampai di rumah minum obat lagi ya? Bar cepat

(69)

58 (97) Arlani: “Pahit kak obatnya nanti

Peneliti: “Gak apa-apa lah, tapi mau cepat sembuh. Kalau gak gini aja

nanti suruh mama beli obatnya yang rasa sirup”

(98) Arlani: “Iya kak, sirup rasanya manis kayak rasa jeruk tapi ada

asemnya juga

Peneliti: “Lani, nanti banyak makan juga ya rajin juga minum obatnya”

Arlani: “Iya kak”

D. Kata Ganti

a. Kata Ganti Orang

(99) Jeri: “Aku mau nulis di papan tulis”

Peneliti: “Apa yang kalian makan?”

(100) Arlani: Kami makan kue kak”

(101) Sifa: “Kau jahat kali lah!”

(102) Aurel: “Dia mau lempar aku kak”.

(103) Sifa: “Mau kemana mereka?”

(104) Oka: “Kalian ngapain?”

(70)

59 Oka: “Jeri sama Nazran dimana?”

Aurel: “Mereka main-main di luar”

b. Kata Ganti Penunjuk

(106) Arlani: “Ini jajanku banyak dibelik semalam”

(107) Sifa: “Itu si Jeli lali sembunyi di kelas” (Itu si Jeri lari sembunyi di kelas)

c. Kata Ganti Tempat

Trisan: “Dimana Jeri sembunyi, Oka?”

(108) Oka: “Disana dia sembunyi”

(109) Jeri: “Baa…. Aku disini”

E. Kata Keterangan

Peneliti: “Kemana kalian semalam?”

(110) Arlani: “Semalam kami ke kebun binatang kak”.

Peneliti: “Apa saja yang kalian lakukan?”

(111) Arlani: “Main-main, lihat-lihat binatang” terus siap itu kami ke polonia

kak liat pesawat terbang”

Peneliti: “Tahun berapa Aurel lahir?”

(71)

60

Peneliti: “Mama dan papanya tahun berapa?”

Aurel: “Gak tau”

Peneliti: “Adiknya tahun berapa?”

Aurel: “Tahun berapa ya? Gak tau kak, adekku masih bayi”

F. Kata Bilangan

Peneliti: “Kemana kalian semalam?”

(113) Zakira: “Kami semua ke kebun binatang kak”.

Peneliti: “Apa saja yang kalian lihat disana?”

(114) Zakira: “Banyak kak, ada burung, gajah, kuda

Peneliti: “Ada apa lagi?”

Zakira: “Ada ular, buaya, harimau, monyetnya kan kak teriak-teriak di

kandangnya terus lompat-lompat

Peneliti: “Kamu anak ke berapa, lani?”

(115) Arlani: “Ke-2 kak”.

Peneliti: “Kalau Aurel anak ke berapa?”

Aurel: “Anak ke-3 kak

(72)

61 Aurel: “Ada empat kak

Peneliti: “Kalau lani berapa bersaudara?”

Arlani: “Kami tiga bersaudara

Peneliti: “Aurel duduk di bangku nomor berapa?”

(116) Aurel: “Aku duduk di bangku tiga”.

Peneliti: “Kalo kamu lani duduk di bangku nomor berapa?”

Arlani: “Di bangku nomor dua kak

Peneliti: “Bu guru sudah mengajari hitung angka kan?” Hayo… siapa

yang bisa?”

(117) Arlani: “Aku bisa kak…. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh,

lapan, sembilan, sepuloh” (sambil menghitung menggunakan

jari-jarinya)

Aurel: “Aku juga bisa kakak…. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh,

lapan, sembilan, sepuluh” (sambil menghitung menggunakan

jari-jarinya)

(73)

62

G. Kata Sambung

Peneliti: “Mau kemana kalian?”

(118) Oka: “Aku dan Jeri mau main guli kak”.

Peneliti: “Kamu lagi apa Nazran?”

(119) Nazran: “Aku mau gambar kak tapi aku enggak punya pinsil”.

Peneliti: “Ini pakai punya kakak, emang kamu mau menggambar apa?”

Nazran: “Aku mau gambar bunda, ayah, aku, dan adek terus mau aku

kasih sama bunda”

Peneliti: Oh…

H. Kata Depan

Peneliti: “Mau kemana kamu, lani?”

(120) Arlani: “Mau ke kamar mandi kak”.

Peneliti:”Kenapa Oka, Trisan?”

(121) Trisan: “Dia berdiri di atas meja”.

Peneliti: “Kenapa?”

Trisan: “Nakal kali dia kak, nanti dia dihukum sama ibuk guru berdiri

(74)

63

(122) Zakira: “Jeri udah keluar dari kelas”.

Peneliti: “Kemana jeri pergi kira?”

Zakira: “Gak tau kak, lari dia

I. Kata Sandang

(123) Arlani: “Ibu, si Jeri gangguin aku terus”.

Peneliti: “Kenapa kamu lani?”

Arlani: “Aku digangguin terus sama Jeri kak

Peneliti: “Tadi waktu di kelas bu gurunya bercerita tentang apa?”

Arlani: “Bu guru tadi cerita si kancil kak.

Peneliti: “Bagaimana ceritanya?”

Arlani: “Seru kak

J. Kata Seru

(75)

64

LAMPIRAN 2

1. Nama : Nazran Fahreza Usia : 5 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki Pekerjaan Orangtua : Karyawan

2. Nama : Jeri Laurensius Barus Usia : 5 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki Pekerjaan Orangtua : TNI-AD

3. Nama : Arlani Aqira Cahya Usia : 5 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan Orangtua : TNI-AD

4. Nama : Sifa Nayla Siagian Usia : 5 tahun

(76)

65 5. Nama : Zakira Abinaya

Usia : 5 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan Orangtua : TNI-AD

6. Nama : Oka Amar Zaki Usia : 5 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki Pekerjaan Orangtua : TNI-AD

7. Nama : Trisan Perma Setia Barus Usia : 5 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki Pekerjaan Orangtua : Perawat

8. Nama : Frans Hipasdul Pandiangan Usia : 5 tahun

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini terdiri dari satu model kerangka pemikiran yang menjelaskan pengaruh antara variabel bebas yang terdiri dari persepsi harga, aksesibilitas, fasilitas

Hasil penelitian menyatakan bahwa (1) Pada jenis kesalahan membaca siswa melakukan kesalahan yang disebabkan ketika siswa tidak bisa membaca soal secara benar

Sebagai unsur utama Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Negara mempunyai peranan yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Sosok PNS yang

Hubungan antara potensi kerja pemulung dengan kondisi barang bekas sebagai hasil mulungnya dan kemitraan dengan pembuatan alat peraga edukatif untuk lembaga PAUD menjadi

Adapun judul skripsi ini adalah “PENGARUH PERSEPSI WAJIB PAJAK ATAS SANKSI PERPAJAKAN, PELAYANAN FISKUS, DAN PEMAHAMAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

“ Boerhavia diffusa (Punarnava) Root Extract as green Corrosion Inhibitor for Mild Steel in Hydrochloric Acid Solution: Theoritical and Electrochemical Studies.”

Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah dimana jaringan longgar berada, seperti daerah mata, leher atau pada orang yang lanjut usia, maka

Penelitian ini berujuan untuk mengevaluasi kinerja mesin pompa satu silinder berbahan bakar LPG dalam memanfaatkan air tanah dangkal untuk irigasi sawah pada musim kering..