• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan disiplin beribadah (shalat lima waktu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan disiplin beribadah (shalat lima waktu)"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Studi kasus di SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh : Tri Marganingsih NIM: 106011000198

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTASILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNUVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

dalam Meningkatkan Disiplin Beribadah (shalat lima waktu) di SMP Sejahtera 2, Bogor.

Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Mei 2010.

Kegiatan salat merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan di SMP Sejahtera 2, sebagai langkah pembiasaan dalam berdisplin melaksanakan shalat lima waktu serta tambahan nilai pelajaran agama di kelas, untuk menanamkan nilai-nilai disiplin beribadah kepada siswa. Kegiatan shalat berjamaah ini merupakan salah satu cara yang dilakukan pihak sekolah sebagai pembinaan disiplin beribadah. Sekolah sangat berharap bahwa kegiatan tersebut akan membantu bidang studi pendidikan agama Islam dalam rangka membentuk para siswa berkepribadian muslim yang taat dalam melaksanakan ibadah terutama shalat lima waktu.

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur efektifitas pendidikan agama Islam dalam meningkatkan disiplin beribadah (shalat lima waktu).

Metode yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif yaitu kombinasi pengamatan lapangan dengan kualifikasi data. Peneliti menggambarkan mengenai status suatu pendekatan kualitatif dan kemudian dilakukan interpretasi dan penjabaran data dari informasi lapangan yang didapatkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Dan teknik analisis datanya antara lain melalui tahap pengeditan, tabulasi, diberi skor, dianalisis, kemudian data yang telah diperoleh di interpretasi.

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa pengetahuan Siswa mengenai pembelajaran fiqh mampu memberikan dorongan dalam melaksanakan ibadah terutama shalat dan membantu siswa dalam meningkatkan shalat berjama’ah di sekolah.

Hal ini bisa ditunjukkan pada hasil pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh dari hasil angket kemudian diperkuat dengan hasil wawancara dan observasi yang menunjukkan hasil yang cukup baik nilainya. Dengan demikian efektifitas pendidikan agama Islam dalam meningkatkan disiplin beribadah masih menunjukkan hasil yang cukup baik.

(3)

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji syukur bagi Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya dan tidak lupa salawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan para sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah suatu pekerjaan yang mudah karena untuk menjelaskannya memerlukan persiapan yang matang baik fisik, materi maupun mental spiritual. Namun dengan niat, doa dan semangat yang tinggi maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta beserta seluruh stafnya.

3. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag dan Bapak. Abdul Ghofur, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan arahan dan meluangkan waktunya untuk penulis.

(4)

pengetahuan.

5. Bapak Agus Fahmi, S.Ag, selaku Kepala Sekolah SMP Sejahtera 2, Bogor yang telah membantu memfasilitasi, dan memberikan izin kepada penulis serta dewan guru yang telah membantu dalam mengadakan penelitian serta seluruh sisiwa-siswi kelas VII yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi responden sehingga penulis dengan mudah mendapatkan data. 6. Perpustakaan Utama Dan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani, memfasilitasi dan meminjamkan buku-bukunya yang penulis butuhkan selama penulisan skripsi ini.

7. Segenap keluarga tercinta ibu (Sudarminah), bapak (Djoko Widodo), dan kakak-kakak tersayang mas Rony, mas Didik, dan mbak Upit yang selalu memberi kasih sayang yang tak terhingga baik moril maupun materi’il, motivasi serta doa yang selalu dipanjatkan setiap saat bagi kelancaran dan kesuksesan studi penulis, serta saudara-saudaraku (pakde, om, bude, bule) yang selalu member semangat kepada penulis.

8. Egri Alfa Delicta yang telah melayani dan membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku PAI kelas E angkatan 2006: Dede, Fatia, Hikmah, Syifa, Sofi, Ning, Ana, Yuni, Sayidah, Wiwin, Yuli, Emi, dan lainnya serta sahabat-sahabatku di kost (Egri, Any, Dida, K’rina, dkk) yang selalu

(5)

10.Seluruh pihak yang tidak disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikit pun rasa terimakasih atas segala bantuan dan dukungan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, tidak banyak yang bisa penulis lakukan untuk membalas segala kebaikan mereka semua kecuali ungkapan doa. Semoga mereka semua mendapatkan limpahan rahmat dan berkah dari Allah swt. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi yang berkepentingan.

Amin ya robbal’alamin.

Ciputat, Agustus 2010 M

Syawal 1431 H

Penulis

Tri Marganingsih

               

(6)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Efektifitas Pendidikan Agama Islam ... 5

B. Pendidikan ... 7

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 7

2. Batasan Pendidikan Islam ... 8

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 9

4. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 9

5. Visi, Misi dan Sifat Pendidikan Agama Islam ... 18

6. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 18

(7)

D. Pengertian Salat dan Tatacara Pelaksanaan Shalat ... 21

E. Sebab-sebab orang Islam tidak melaksanakan shalat... 24

F. Kerangka Berfikir ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

B. Metode Penelitian ... 27

C. Definisi Operasional Variabel ... 28

D. Populasi dan Sampel penelitian ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 33

B. Sruktur Organisasi ... 34

C. Visi, Misi, Strategi dan Motto Sekolah ... 34

D. Sarana dan Prasarana... 36

E. Pengolahan dan Analisis Data ... 37

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55  

 

(8)

  vii

Tabel 2 Pelaksanaan Shalat Berjamaah ... 38

Tabel 3 Ketertiban Dalam Melaksanakan Shalat ... 39

Tabel 4 Meninggalkan Shalat Fardhu (shalat lima waktu) ... 39

Tabel 5 Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Setiap Waktu ... 40

Tabel 6 Mengulur-ngulur Waktu Shalat... 41

Tabel 7 Kepemilikan Buku Paket Fiqh ... 41

Tabel 8 Pelaksanaan Pembelajaran Fiqh di Sekolah ... 42

Tabel 9 Perubahan Shalat Siswa Setelah Memperoleh Pembelajaran Fiqh ... 43

Tabel 10 Peningkatan Pengamalan Shalat setelah Memperoleh Pembelajaran Fiqh ... 44

Tabel 11 Perasaan Malas Mengerjakan Shalat Lima Waktu... 44

Tabel 12 Terpaksa Dalam Melaksanakan Shalat Lima Waktu ... 45

Tabel 13 Perasaan Senang Dalam Mengerjakan Shalat Lima Waktu ... 45

Tabel 14 Perasaan Rugi jika Tidak Melaksanakan Shalat Lima Waktu ... 46

Tabel 15 Berdo’a Setelah Melaksanakan Shalat ... 47

Tabel 16 Berdo’a Setelah Berwudhu ... 47

Tabel 17 Pengetahuan Tatacara Shalat ... 48

Tabel 18 Perasaan Takut Bila Tidak Mengerjakan Shalat ... 49

Tabel 19 Perasaan Setelah Melaksanakan Shalat ... 49

(9)

Studi kasus di SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh : Tri Marganingsih NIM: 106011000198

Dibawah :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Rusdi Jamil, MA H. Abdul Ghofur, MA NIP: 196212311995031005 NIP: 196812081997031003

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTASILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNUVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama Islam merupakan satu diantara sarana pembudayaan (enkulturasi) masyarakat karena ajaran Islam tidak hanya membahas mengenai satu aspek saja tetapi mencakup semua aspek kehidupan baik ibadah,

syari’ah, mu’amalah,dan aspek yang lainnya sehingga dengan pendidikan agama Islam pola hidup dan perilaku masyarakat menjadi terarah sesuai dengan ajaran dan nilai–nilainya yang luhur. Sebagai suatu sarana, pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia, (sebagai makhluk pribadi dan sosial) kepada harapan dan tujuan yang merupakan titik optimal kemampuan seorang hamba yaitu untuk memperoleh kesejahteraan hidup baik lahir maupun bathin di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.1Untuk mencapai tujuan hidup tersebut diperlukan adanya upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif karena sudah menjadi sunnatullah bahwa suatu kesuksesan hanya akan dapat diraih setelah melewati berbagai halangan atau rintangan yang menghadang sebagaimana perjuangan sang revolusioner dunia pembawa risalah Ilahi Rasulullah Muhammad saw yang sukses merubah peradaban dunia dengan ajaran Islam yang mulia setelah 23 tahun berjuang keras agar Islam dapat diterima di tengah-tengah masyarakat jahiliyah sekaligus diaplikasikan dalam

1

Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 1999), Cet ke-2.h.14

(11)

kehidupan sehari-hari. Sebagai nabi dan rasul yang terakhir diutus oleh Allah swt, di antara tugas beliau adalah menyampaikan ajaran agama Islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmatan lil ‘alamin, sekaligus sebagai pelaksana pendidikan Islam secara umum yang menuntun umat dari kegelapan menuju jalan yang terang untuk menggapai rida Allah swt.

Secara umum fungsi Pendidikan Agama Islam adalah untuk mengarahkan perkembangan hidup manusia ke arah jalan yang lurus sebagaimana tuntunan dan ajaran Islam sehingga umat Islam tidak tersesat di jalan yang salah, maka dari itu untuk mencapai arah tersebut dibutuhkan kegiatan yang nyata dan efektif bagi umat sebagai manifestasi dari keimannya karena hakikat iman bukan hanya diyakini dalam hati dan diucapkan dengan lisan tetapi harus diamalkan juga dengan perbuatan. Pendidikan Agama Islam diakui sebagai bagian dari ajaran Islam, dan di antara wujud nyata dari pendidikan tersebut adalah penjelasan mengenai asfek ibadah ritual ubudiyah yang mengatur dan menjelaskan mengenai hubungan seorang hamba dengan Tuhannya dalam bingkai hubungan vertikal. Efektifitas berarti menunjukkan tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu telah mencapai tujuannya.2 Dengan kata lain terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki.

Ibadah merupakan salah satu pelajaran yang dapat diambil dalam Pendidikan Agama Islam. Menurut Yusuf Qardawi ibadah adalah ketaatan terhadap suatu yang maha besar, yang objeknya tidak dapat ditangkap oleh panca indera. Dapat diartikan suatu ketaatan terhadap objek yang tidak kongkrit, seperti pada penguasa termasuk ibadah, sedangkan yang dapat ditangkap panca indera belum tentu dikatakan ibadah.3

Shalat ialah rukun-rukun khusus dan bacaan-bacaan tertentu dengan ikatan waktu yang sudah ditentukan, dapat ditentukan juga ucapan-ucapan dan perbuatan yang sudah dibuka dengan niat dan takbir serta diakhiri dengan

2

Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ikhtiar Baru-Van Hoeve). Jilid 2, h.883 3

(12)

salam.4

Melakukan kewajiban shalat termasuk rukun Islam, diwajibkan ketika Rasulullah saw mi’raj. Tetapi kewajiban shalat yang merupakan rukun Islam ini sering diabaikan dan dianggap tidak penting, hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya manusia yang tidak mengerjakan shalat, siswa yang kurang disiplin dalam melaksanakan shalat. Guru yang merupakan pembimbing mereka sering kali tidak didengar, seakan-akan mereka tidak takut dengan keberadaan Allah swt yang selalu mengawasi makhlukNya di muka bumi ini.

Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya melaksanakan ibadah terutama shalat wajib lima waktu, maka penulis tertarik untuk menela’ah mengenai “EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BERIBADAH (shalat lima waktu), studi kasus di SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor.” Dengan adanya disiplin beribadah siswa diharapkan dapat meningkatkan keimanannya kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan shalat lima waktu secara rutin.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu:

1. Adanya anggapan bahwa shalat kurang penting sehingga sebagian orang termasuk kalangan pelajar mengabaikan kewajiban ini. Dengan adanya Pendidikan Agama Islam di sekolah diharapkan mengikis anggapan tersebut

2. Ibadah shalat lima waktu merupakan kewajiban dan ritual terhadap objek yang tidak konkret, maka peran pendidik dalam menyampaikan Pendidikan Agama Islam diharapakan efektif untuk mencapai tujuan

3. Pendidikan Agama Islam sangatlah urgen untuk mendisiplinkan siswa dalam menjalankan ibadah shalat lima waktu dalam kehidupan sehari-hari.

4

(13)

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah hanya pada :

1. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil pelaksanaan ibadah shalat.

2. Pendidikan agama Islam dibatasi pada bidang mata pelajaran fiqh semester genap tahun ajaran 2010/2011.

3. Ibadah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah shalat lima waktu di sekolah SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Disiplin menjalankan shalat lima waktu”.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1 Untuk mengetahui kegiatan siswa sehari-hari pada waktu pelaksanaan shalat lima waktu.

2 Untuk mengetahui sejauh mana disiplin siswa dalam beribadah.

3 Untuk mengetahui bagaimana efektifitas pendidikan agama islam dalam meningkatkan disiplin beribadah.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat atau kegunaan baik yang bersifat akademis maupun praktis, yaitu:

1. Berguna untuk menyumbangkan pemikiran bagaimana upaya untuk meningkatkan disiplin beribadah.

2. Menjadi referensi tambahan bagi sekolah yang diteliti.

(14)

BAB II

DESKRIPTIF TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Pengertian Efektifitas

Di dalam ensiklopedia Indonesia kata efektifitas berarti “menunjukkan tercapainya suatu tujuan, suatau usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai tujuannya”.5

Sedangkan dalam ensiklopedia administrasi, kata efektifitas adalah “ suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki”.6

Dalam kamus lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris karangan Prof. Drs. S. Wojo Wasito dan Drs. Tito Wasito W. Effective adalah berhasil, berarti mencapai tujuannya.7

Dengan demikian berarti efektifitas Pendidikan Agama Islam adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran Agama Islam dalam meningkatkan disiplin beribadah (shalat lima waktu).

Dalam dunia pendidikan efektifitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu: segi efektifitas guru dan segi efektifitas murid. Efektifitas mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik, sedangkan efektifitas belajar murid terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui

5

Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ichtiar Baru- Van Hoeve). Jilid 2, h. 883

6

Panata Wasna (ed), Ensiklopedia Administrasi, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989), h. 126

7

S . Wojo Wasito & Tito Wasito W, Kamus Lengkap (Inggeris-Indonesia, Indonesia-Inggeris), (Bandung : Hasta, 1980 ), cet ke-15, h. 49

(15)

kegiatan-kegiatan yang telah ditempuh.8

Sedangkan ditinjau dari jangka waktu, indikator efektifitas terbagi menjadi tiga, yaitu:

• Efektifitas jangka pendek, meliputi efisiensi (eficiencty) dan kepuasan (satisfaction)

• Efektifitas jangka menengah, meliputi kemampuan menyesuaikan diri (Adaptiveness) dan mengembangkan diri (development)

• Efektifitas jangka panjang, keberlangsungan

Indikator ibadah meliputi sholat/ sembahyang, berdoa sendiri, berdoa bersama, upacara suci/sakral selain ibadah rutin. Dimensi ini diukur dengan item-item: (1) frekuensi pergi sembahyang ke tempat ibadah (masjid, gereja, pura, vihara, klenteng; (2) frekuensi mengikuti kegiatan keagamaan di rumah (3) frekuensi berdoa sendiri setiap hari sesuai ajaran agama; (4) keagamaan (zakat/sepersepuluhan/dana punia/dana amal/dana paramitha); (6) frekuensi mengikuti upaca suci/sakral selain ibadah rutin (sholat/sembahyang/kebaktian mingguan/Puja Trisandhya/Namaskara)?

Indikator komitman meliputi kecintaan terhadap Kitab Suci, perasaaan bersalah/berdosa saat tidak menjalankan perintah agama, bantuan keuangan, bantuan tenaga, keterlibatan dalam kegiatan kema-nusiaan, dan membangun semangat persaudaran seagama. Dimensi ini diukur dengan item-item: (1) intensitas menjadikan Kitab Suci sebagai pedoman hidup sesuai perintah agama; (2) frekuensi bertindak sesuai dengan ajaran/perintah agama; (3) frekuensi melanggar kewajiban perintah agama dalam kehidupan sehari-hari; (4) frekuensi menyumbang (dana) untuk kegiatan keagamaan yang diadakan di rumah/tempat ibadah (masjid, gereja, pura, vihara, dan klenteng atau organisasi keagamaan; (5) frekuensi keterlibatan sebagai panitia kegiatan keagamaan yang diadakan oleh rumah/tempat ibadah/organisasi keagamaan; (6) keterlibatan dalam kegiatan kemanusiaan/bakti sosial (membantu korban bencana alam, atau orang kurang mampu; (7) frekuensi keikutsertaan dalam kegiatan membangun kelompok/

8

(16)

ke-persaudaraan seagama9. B. Pendidikan

1. Pendidikan Agama Islam

Menurut undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal satu menyatakan bahwa “ pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.10

Menurut Drs. Ahmad D. Marimba “Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.11

Menurut Zakiyah Darajat “ Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan usaha terhadap anak agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).12 Selain itu Oemar Muhammad al-Toumy al-Saebani menyatakan bahwa “Pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu yang dilandasi oleh nilai-nilai Islam dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan”.13

1,h. 63 9

www.google.com, 14/09/2010 10

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 ), cet ke-6, h.4

11

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1992 ), cet ke-8, h. 9

12

(17)

2. Batasan Pendidikan Islam

Untuk mempermudah pembahasan-pembahasan mengenai pendidikan Islam maka harus ada batsan-batasan yang jelas, dan secara garis besarnya pendidikan Islam mempunyai batasan-batasan yang terbagi menjadi 2 (dua ) bagian, yaitu batasan yang sempit dan batasan luas terbatas.

Batasan yang sempit adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal (madrasah/sekolah). Dalam batasan sempit ini pendidikan Islam muncul dalam bentuk sistem yang lengkap dan sistematis. Sedangkan yang dimaskud dengan batasan luas terbatas adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan di lembaga pendidikan formal (sekolah) dan non-formal (masyarakat) dan in-formal (keluarga) dan dilaksanakan sepanjang hayat, dalam rangka mempersiapkan peserta didik agar berperan dalam berbagai kehidupan. Pendidikan dalam pengertian yang sempit sudah mempunyai sistem namun sistem tersebut terutama di lembaga pendidikan non-formal dan in-formal tidak begitu terikat secara secara ketat dengan peraturan yang berlaku.

Karakteristik pendidikan dalam arti luas terbatas adalah: (1) masa pendidikan sepanjang hayat namun kegiatan pendidikan ternbatas pada waktu tertentu, (2) lingkungan pendidikan juga terbatas, (3) bentuk kegiatan pendidikan berbentuk pendidikan, pengajaran dan latihan, (4) dan tujuan pendidikan merupakan kombinasi antara pengembangan potensi peserta didik dengan sosial demand.14

13

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2006), cet ke-2, h. 9

14

(18)

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan agama Islam secara umum adalah meningkatkan keimanan, pemahaman, pengamalan peserta didik tentang agama islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, dan bertakwa kepada Allah swt serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.15 Adapun menurut Dr. Zakiyah Darajat tujuan pendidikan Islam adalah kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam islam disebut “mutaqun”. Karena itu pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertakwa”.16

Selain itu dalam kurikulum 1994 disebutkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam di sekolah umum adalah : “Meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama Islam dan bertakwa kepada Allah swt, serta berakhlaq mulia, dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi”.17 Dari perumusan di atas dapat dikembangkan penafsiran sebagai berikut : diharapkan para siswa mampu memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam.

4. Dasar Pendidikan Agama Islam

Setelah penulis membahas tujuan pendidikan agama Islam, selanjutnya yang akan penulis bahas adalah dasar dari pendidikan agama Islam itu sendiri, menurut A.D Marimba : “Dasar-dasar Pendidikan agama Islam adalah semua ketentuan dan ajaran yang berasal dari firman Allah swt dan sunnah Rasul-Nya”.18

15

Muhaimin, M.A, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001), h. 3-4

16

Zakiyah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi, 1983), h. 60

17

Mastuhu, Memberdayakan System Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), cet ke-2, h. 87-88

18

(19)

Dalam perkembangan selanjutnya dasar Pendidikan Islam dapat dibagi kepada tiga kategori yaitu (1) dasar pokok, (2) dasar tambahan, dan (3) dan dasar operasional.

a. Dasar Pokok 1) Alquran

Dasar pokok adalah dasar yang utama sebagai acuan atau referensi dalam menyikapi suatu hal sebelum mengacu kepada sumber lainnya. Dalam agama Islam al-quran merupakan dasar pokok yang tak terbantahkan karena ia merupakan kitab suci sekaligus pedoman hidup dalam semua sendi kehidupan.

Adapun mengenai definisi Alquran itu sendiri terdapat beberapa pendapat yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah Abdul Wahab Khallaf. Beliau mendefinisikan kitab suci Alquran sebagai berikut: “ Kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada hati Rasulullah Muhammad saw anak Abdullah dengan lafaz Bahasa Arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan penunjuknya serta beribadah membacanya”. Definisi yang hampir serupa menurut jumhur ulama mengenai Alquran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw yang pembacaannya merupakan suatu ibadah.

(20)

Mengenai fungsi utama Alquran, Allah SWT menjelaskan di dalam firman-Nya yang berbunyi:

Artinya: “Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (Q.S. AL-Nahl : 64)

Jika kita menela’ah ayat tersebut maka minimal ada tiga fungsi utama kitab suci Alquran, yaitu :

a) Penjelas

Diantara keistimewaan Alquran adalah adanya penjelasan-penjelasan yang menjawab berbagai persoalan menyangkut kehidupan manusia, dengan keistimewaan tersebut Alquran memecahkan problem kemanusiaan dalam berbagai segi kehidupan, baik rohani, jasmani, sosial, ekonomi, maupun politik dengan penjelasan dan pemecahan yang bijaksana karena ia diturunkan oleh yang Maha bijaksana dan Maha Terpuji. Pada setiap problem itu Alquran meletakkan sentuhannya yang mujarab dengan dasar-dasar yang umum yang dapat dijadikan landasan untuk langkah-langkah manusia dan yang sesuai pula buat semua zaman.

Dengan demikian Alquran selalu memperoleh kelayakannya di setiap waktu dan tempat karena Islam adalah agama yang abadi. b) Petunjuk

(21)

tengah-tengah gelapnnya sistem-sistem dan prinsip prinsip lain. Mereka harus menjauhkan diri dari segala kegemerlapan yang palsu, mereka harus membmbing manusia yang kebingungan dengan Alquran sehingga terbimbing ke pantai keselamatan Seperti halnya kaum muslimin dahulu mempunyai negara dengan melalui Alquran, maka tidak boleh tidak pada masa kini pun mereka harus memiliki negara dengan berlandaskan Alquran pula.

c) Rahmat

Rahmat bisa diartikan sebagai karunia atau pemberian sebagai bukti kasih sayag Allah kepada makhluk-Nya. Alangkah Islam adalah suatu sistem yang lengkap;ia dapat mengatasi segala gejala kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, atau pemerintah dan bangsa. Ia adalah moral dan potensi dan potensi atau ramat dan keadilan. Ia adalah materi dan kekayaan,atau pendapatan dan kesejahteraan. Ia adalah jihad dan dakwah atau tentara dan ide. Begitu pula ia adalah akidah yang benar dan ibadah yang sah”. 2) Sunah

(22)

Mengenai hal ini Allah swt menjelaskannya di dalam Alquran, yang berbunyi:

Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S Al-Ahzab: 21)

Alquran maupun sunnah Rasulullah adalah pedoman hidup yang bersifat global bagi seluruh umat Islam, keduanya membuka kemungkinan penafsiran atau pemahaman yang berkembang untuk itu diperlukan ijtihad sebagai upaya untuk menggali nilai-nilai atau hukum yang lebih terperinci yang terkandung dalam Alquran dan sunnah Rasulullah saw. Dengan demikian yang menjadi dasar atau landasan dari Pendidikan Agama Islam ialah Alquran sebagai pedoman hidup manusia, ditambah dengan sunnah Nabi sebagai penyempurna serta ijtihad untuk memperjelas apa yang telah ada yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut dalam pelaksanaanya.

b. Dasar Tambahan

1) Perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat

Pada masa al-khulafa al-Rasyidin sumber pendidikan dalam Islam sudah mengalami perkembangan yang pesat. Selain Alquran dan Sunnah juga perkataan, sikap dan perbuatan para sahabat. Perkataan mereka dapat dijadikan pegangan karena Allah sendiri di dalam Alquran yang memberikan pernyataan.

Firman Allah :

(23)

Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (Q.S. at-Taubah: 100)

Para sahabat yang hidup di zaman nabi Muhammad Saw khususnya al-khulafa al-Rasyidin adalah orang-orang shaleh yang tidak diragukan lagi ketakwaannya kepada Allah swt. Mereka beriman dengan sepenuh hati dan jiwa raga tanpa ada keraguan karena keimanan di dalam diri mereka sudah terbukti semasa rasulullah masih hidup dan ketika menjadi khalifah (pemimpin umat Islam setelah rasulullah wafat). Mereka termasuk golongan al-sabiqunal awwalun (golongan yang pertama masuk Islam), maka pendapat dan kebijakan yang mereka terapkan bukan berdasarkan nafsu manusiawi tetapi berdasarkan Alquran dan ajaran rasulullah swt. Oleh karena itu, dalam menentukan suatu hukum jika tidak ada ketentuan nash yang jelas dari Alquran dan Sunnah maka perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat bisa dijadikan rujukan

2) Ijtihad

(24)

Para fuqaha mengartikan ijtihad dengan berfikir menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmu syariat Islam dalam hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Alquran dan hadits dengan syarat-syarat tertentu yang tidak bertentangan dengan akal, Alquran dan sunnah.

3) Mashlahah Mursalah (kemaslahatan umat)

Mashlahah Mursalah yaitu : “menetapkan peraturan atau ketetapan undang-undang yang tidak disebutkan dalam Alquran dan sunnah atas pertimbangan penarikan kebenaran dan menghindarkan kerusakan.”

Di antara contoh maslahah mursalah ialah usaha khalifah Abu Bakar mengumpulkan Al-Qur’an yang terkenal dengan jamul Quran. Pengumpulan al-Quran ini tidak disinggung sedikit pun oleh syara tidak ada nash yang memerintahkan dan tidak ada nash yang melarangnya. Umar bin Khattab melihat kemaslahatan yang sangat besar mengumpulkan al-Quran itu, bahkan menyangkut kepentingan agama. Seandainya tidak dikumpulkan, dikhawatirkan al-Quran akan hilang dari permukaan dunia. Contoh lain dalam pendidikan Agama Islam adalah tentang penetapan teori-teori ilmu tajwid.

4) Urf (nilai-nilai dan adat istiadat masyarakat)

M. Kamaluddin Imam menyatakan bahwa: “ sesuatu yang tertanam dalam jiwa yang diperoleh melalui kesaksian akan diterima oleh tabiat.”

(25)

haruslah sesuai dengan dua ketentuan, yaitu:

a) Tidak bertentangan dengan ketentuan nash baik Alquran maupun sunnah.

b) Tradisi yang berlaku tidak bertentangan dengan akal sehat dan tabiat yang sejahtera, serta tidak mengakibatkan kedurhakaan, kerusakan dan kemudaratan.

Ketentuan ini sangat sejalan dengan tujuan pendidikan Islam yaitu dalam rangka menata kehidupan yang lebih baik dengan alam, manusia dan Allah swt. Contoh dari ‘Urf adalah mencium tangan orang tua atau orang yang kita hormati

c. Dasar Operasional Pendidikan

Dasar operasional pendidikan Islam adalah “dasar yang terbentuk sebagai aktualisasi dari dasar ideal”. Menurut Hasan Langgulung.

1) Dasar Historis

Dasar Historis adalah dasar yang memberikan andil kepada pendidikan dari hasil pengalaman masa lalu berupa peraturan dan budaya masyarakat. Dasar historis bisa dijadikan acuan atau pedoman untuk membuat konsep atau seperangkat aturan di masa kini dan mendatang, biasanya sebelum membuat sesuatu yang baru diadakan evaluasi dan kajian agar dapat menentukan langkah-langkah strategis dalam bidang pendidikan

2) Dasar Sosial

Dasar sosial yaitu dasar yang memberikan kerangka budaya dimana pendidikan itu berkembang, seperti memindahkan, memilih dan mengembangkan kebudayaan. Pada dasaranya unsur-unsur pendidikan bertolak atau bergerak dari kerangka kebudayaan yang ada baik memindahkan memilih dan mengembangkan kebudayaan itu sendiri sehingga dalam tataran yang lebih luas antara budaya dan pendidikan terjadi hubungan yang sinkron atau berkaitan erat dan tak dapat dipisahkan.

3) Dasar Ekonomi

(26)

terhadap potensi manusia berupa materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya yang bertanggung jawab terhadap anggaran pembelajaannya. Asfek ekonomi sangatlah penting dalam pengembangan pendidikan karena sebagus apapun konsep yang dirancang akan menjadi timpang jika tidak memperhatikan asfek ekonomi. Disisi lain pelaku sistem dalam pendidikan adalah manusia yang selalu bergantung dengan ekonomi, maka dasar ekonomi mutlak ada dalam pendidikan

4) Dasar Politik

Dasar politik yaitu dasar yang memberikan bingkai dan ideologi dasar yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat. Politik merupakan upaya untuk memepengaruhi dan mengendalikan individu, kelompok pihak tertentu agar sesuai dengan keinginan yang mengendalikan sehingga dalam realitasnya para stakeholderlah yang mampu mengendalikan arah pendidikan dengan kebijakan-kebijakan yang dibuatnya.

5) Dasar Psikologis

Dasar psikologis yaitu dasar yang memberi informasi tentang watak pelajar-pelajar, guru-guru, cara-cara terbaik dalam praktek, pencapaian, penilaian, dan pengukuran serta bimbingan. Diantara asfek yang ditumbuhkembangkan dalam pendidikan adalah asfek afektif yang mencakup hati, attitude (sikap), dan akhlak para pelaku pendidikan. Dasar psikologis perlu mendapat perhatian agar dalam pelaksanaan pendidikan bisa menentukan metode dan pendekatan yang tepat sehingga tujuan yang telah ditetapkan bisa dicapai sesuai dengan target yang telah dicanangkan

6) Dasar Fisiologis

(27)

arah kepada semua dasar-dasar operasional lainnya.19

5. Visi, Misi, dan Sifat Pendidikan Islam20

a. Visi pendidikan islam sesungguhnya melekat pada visi ajaran Islam itu sendiri yang terkait pada visi kerasulan para nabi, mulai dari visi kerasulan Nabi Adam hingga kerasulan Nabi Muhammad saw, yaitu membangun sebuah kehidupan yang patuh dan tunduk kepada Allah swt.

b. Sejalan dengan visi pendidikan Islam, maka misi pendidikan Islam juga erat kaitannya dengan misi ajaran Islam berdasarkan petunjuk Alquran, yaitu: memperjuangkan, menegaskan, melindungi, mengembangkan, menyantuni, dan membimbing tercapainya tujuan kehadiran agama bagi manusia.

c. Sifat pendidikan Islam pada dasarnya adalah sama dengan sifat dari ajaran agama Islam, diantaranya: terbuka, fleksibel (cocok dan berlaku di setiap zaman), seimbang (pertengahan), rabbaniyah (sesuai dengan niali-nilai yang terdapat dalam Alquran) dan demokratis (dapat diselenggarakan oleh siapa saja)

d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Jika ditela’ah lebih mendalam, maka ruang Lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:

a. Hubungan manusia sebagai makhluk dengan Khaliq, Sang Pencipta Allah swt.

(Hablun min-Allah atau hubungan yang bersifat vertikal/transendental) b. Hubungan manusia dengan sesama manusia

(Hablun min al-nas atau hubungan yang bersifat horizontal

c. Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkunganya.

19

Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008 ), cet ke-7, h. 122-131

20

(28)

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menegah Pertama (SMP berfokus pada aspek:

a. Keimanan b. Alquran/Hadits c. Akhlaq

d. Fiqh/Ibadah e. Tarikh/Sejarah21

C. Disiplin & Ibadah

1. - Disiplin dalam kamus besar Bahasa Indonesia, mengandung beberapa arti, yaitu:

a. Tata tertib (di sekolah kemiliteran, dsb)

b. Ketaatan (kepatuhan) kepada ketentuan tata tertib

c. Tata tertib dibidang studi yang mempunyai objek system dan metode tertentu.22

- Disiplin menurut Komarudin, yaitu: “suatu keadaan yang menunjukkan suasana tertib dan teratur yang dihasilkan oleh orang-orang yang berbeda di bawah naungan sebuah organisasi karena peraturan-peraturan yang berlaku dihormati dan diikuti.”23 Sedangkan makna disiplin secara istilah berasal dari istilah bahasa Inggris, yaitu:”Dicipline berarti: 1) Tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri. 2) Latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagian kemampuan mental atau karakter moral. 3) Hukuman yang diberikan untuk melatih memperbaiki. 4) Kumpulan atau system peraturan-peraturan bagi tingkah laku.24

21

Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan

Agama Islam Untuk Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,

2003).h.5 22

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990). H. 208

23

Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet ke 1. H 239 24

(29)

- Ibadah berasal dari kata ‘abada, yu’aabidu, ‘ibadatan, artinya menyembah, mempersembahkan, tunduk, patuh, taat. Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri, dan hina dihadapan yang disembah disebut “abid” (yang beribadah). Budak disebut abid karena dia harus tunduk, patuh, dan merendahkan diri kepada majikannya. Menurut Abu al A’la al Maududi, secara kebahasaan kata ‘abada pada mulanya mempunyai pengertian ketundukan seseorang kepada orang lain dan orang tersebut menguasainya.

Menurut Yusuf Qardhawi, ibadah adalah ketaatan terhadap sesuatu yang maha besar, yang objeknya tidak dapat ditangkap oleh panca indera. Di kalangan orang arab ibadah diartikan sebagai puncak ketundukan yang tertinggi, yang timbul dari kesadaran hati sanubari dalam rangka mengagungkan yang disembah.

Menurut ulama tauhid dan hadits, ibadah adalah mengesahkan dan mengagungkan Allah sepenuhnya, serta menghinakan diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya. Menurut mereka ibadah sama dengan tauhid. Sedangkan menurut ahli akhlak, ibadah adalah mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan menyelenggarakan segala syariat (hukum). Menurut mereka, akhlak dan segala tugas hidup (kewajiban-kewajiban) yang dibebankan kepada setiap individu, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat, termasuk dalam pengertian ibadah.

Ahli tauhid, ahli tafsir dan ahli hadits mengartikan ibadah sebagai berikut:

1. Ibadah adalah mengesakan Allah, menta’zimkannya dengan sepenuh ta’zim, serta menghinakan diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya (menyembah Allah sendirinya).

2. Ibadah adalah tauhid (mengesakan Allah sekalian alam). 3. Segala lafaz ibadah dalam Alquran diartikan dengan tauhid.

(30)

Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz-Zariat: 56)

Juga firman Allah:

Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. (An-Nisa’: 36)

Secara istilah ibadah terdapat beberapa pengertian diantaranya:

1. Berhidmat kepada Allah, melakukan segala sesuatu yang diridhai-Nya, taat kepada-Nya

2. Melakukan segala sesuatu yang disukai Allah, diridhai-Nya, baik perkataan, perbuatan, lahir dan batin.

3. Tafakkur kepada Allah, yaitu memperhatikan kebesaran Allah, memperhatikan ni’mat-Nya yang terdapat di alam ini.

4. Melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan Allah SWT dalam: syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji (rukun Islam).25

Dari uraian di atas dapat dipahami, disiplin beribadah berarti ketertiban, keteraturan, ketaatan dalam beribadah serta menyempurnakan ibadah dengan melaksanakan segala peraturan yang berlaku.

D. Pengertian Shalat dan Tata cara pelaksanaan Shalat

(31)

shalat, berarti ia telah menghancurkan agama. Diantara firman Allah swt mengenai ibadah shalat adalah sebagaimana yang tertera di dalam Alquran surat An-Nisa ayat 103, yaitu:

Artinya: “ Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

Hadits Nabi SAW

ةﻼﱠﺼﻟا

دﺎﻤﻋ

ﻦْﻳﱢﺪﻟا

“shalat itu tiangnya agama”

Pilar seluruh agama adalah shalat, yang merupakan konsekuensi dari iman, karena iman yang sesungguhnya adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan melaksanakan dengan perbuatan,dan secara umum tidak ada satupun syariat samawi yang lepas dari ritual ubudiyah yaitu hubungan dalam bentuk ibadah seorang hamba terhadap tuhannya. Secara etimology, shalat berarti do’a yaitu sebuah ungkapan permohonan dan harapan yang diucapkan seseorang terhadap yang dituju. Adapun pengertian shalat secara terminology syar’i adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang dibuka dengan niat tertentu dan takbir serta diakhiri dengan salam,dan Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar ketika shalat memperhatikan beberapa hal yang harus dilaksanakan agar shalat itu menjadi syah dan diterima oleh Allah swt yakni syarat dan rukun-rukunnya karena pelaksanaan ibadah ini

25

(32)

tidak bisa lepas dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sebagaimana telah dijelskan di dalam kitab suci al-quran, al-hadits, ijma’ maupun qiyas.26

Secara garis besarnya, shalat terbagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. Shalat wajib

Pengertian shalat wajib dalam agama Islam adalah shalat yang harus dilakukan oleh setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan jika telah aqil baligh dan hukumnya wajib, apabila ibadah ini dilaksanakan sesuai dengan ketentuannya maka mendapat ganjaran atau pahala dari Allah swt tetapi bila ditinggalkan mendapat dosa. Yang dimaksud shalat wajib adalah shalat lima waktu sehari semalam terdiri dari subuh (2 raka’at), dhuhur (4 raka’at), ashar (4 raka’at, maghrib (3 raka’at), dan isya (4 raka’at), jumlah keseluruhan adalah 17 raka’at.Adapun yang membedakan antara satu shalat dengan shalat lainnya adalah dalam hal niat dan jumlah raka’at saja sesuai dengan aturannya yang bersifat tetap dan mutlak

2. Shalat sunnah

Selain shalat wajib lima waktu, dalam agama Islam ada juga shalat yang sifatnya sunnah yaitu shalat yang apabila dilaksanakan mendapat ganjaran atau pahala tetapi apabila tidak dilaksanakan tidak mendapat dosa, dan pada dasarnya semua shalat sunnah tidak mengikat. Contoh shalat sunnah: shalat rawatib,Tarawih,Tahiyatul masjid, dan sebagainya.

Bila kita memperhatikan keadaan masyarakat di sekitar kita maka nampaklah suatu realitas yang menyedihkan yaitu fenomena masyarakat yang beramai-ramai hilir-mudik dikala adzan berkumandang dengan tetap melaksanakan aktifitas tanpa merasa bersalah seakan-akan adzan bukan panggilan untuk menghadap Allah. Kenyataan seperti ini nampak terasa

26

(33)

khususnya pada waktu adzan maghrib berkumandang dikala pergantian siang dengan malam yang seharusnya diisi dengan ibadah kepada Allah. Selain ketika shalat maghrib, fenomena yang nampak juga adalah ketika datang waktu shalat jum’at yang notabene merupakan ibadah wajib yang tidak boleh diabaikan. Mereka terang-terangan tidak melaksanakan shalat, tidak mau beribadah kepada Allah swt yang telah memberikan kekuatan serta ni’mat yang sangat berlimpah. Mereka tidak menghiraukan shalat dan ibadah-ibadah yang lain. Padahal cara pelaksanaan shalat itu bermacam-macam, bisa dilaksanakan sendiri (munfarid) ataupun bersama orang lain (berjama’ah), dengan demikian adanya dua cara pelaksanaan shalat secara tekhnis lebih memudahkan dalam beribadah.

Shalat berjama’ah ialah shalat yang dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua orang, seorang berperan menjadi imam dengan posisi berada di depan, dan seorang lagi menjadi makmum dengan posisi di belakang imam. Adapun pahala bagi orang yang melaksanakan shalat berjama’ah lebih besar daripada yang melaksanakan shalat sendiri, yaitu 27 derajat sedangkan yang shalat sendiri hanya satu derajat.27

Shalat munfarid atau shalat sendiri adalah shalat yang dilaksanakan secara sendiri oleh masing-masing individu. Bagi perempuan lebih baik melaksanakan shalat di rumah secara individu, sedangkan bagi laki-laki di masjid secara berjama’ah.

E. Sebab-sebab tidak melaksanakan shalat

Shalat merupakan kewajiban yang tidak bisa dihindari bagi seluruh umat Islam baik laki-laki maupun perempuan sejak mulai baligh sampai akhir hayat. Kewajiban ini mutlak dan bersifat mengikat tanpa bisa ditawar, namun sungguh sangat disayangkan ada sebagian umat Islam yang lalai bahkan sengaja tidak melaksanakan ibadah wajib ini. Pewajiban ibadah ini sesungguhnya merupakan bagian dari ujian ketaatan kepada Allah swt yang dapat membedakan antara yang benar-benar beriman dan yang kafir,sehingga jika seseorang mengaku beragama Islam tetapi tidak mau shalat, maka

27

(34)

sesungguhnya ia belum benar-benar beriman. Berbagai macam penyebab yang menyebabkan mereka lalai atau tidak melaksanakan shalat, diantaranya:

1. Salah sangka dan salah menempatkan, disini mereka beranggapan shalat itu hanya untuk meluruskan akhlaq dan budi pekerti. Bila mereka sudah berakhlaq, cerdas dan memiliki ilmu pengetahuan berarti tidak harus melaksanakan shalat. Karena menurut mereka shalat hanya untuk orang-orang tertentu: pak haji, pak tani dan pak penghulu.

Anggapan ini adalah angggapan yang keliru dan perlu diluruskan karena pada hakikatnya ritual ibadah shalat hukumnya wajib bagi setiap muslim dalam situasi dan kondisi bagaimanapun. Keringanan atau pengecualian hanya berlaku pada tataran niat dan tata cara pelaksanaannya

2. Tidak mengetahui pengertian tentang shalat

Golongan ini beranggapan shalat tidak perlu dilaksanakan karena mereka lahir, hidup dan besar dikalangan keluarga yang tidak pernah melaksanakan shalat. Tidak pernah melihat orang tua mereka melakukan shalat. Tapi yang mereka lihat adalah selamatan-selamatan secara kecil- kecilan dan besar-besaran, jadi beragama menurut mereka adalah mengadakan selamatan-selamatan, tasyakuran dan sebagainya.

Anggapan inipun keliru dan perlu diluruskan karena shalat bukanlah suatu kegiatan hura-hura melainkah suatu kewajiban yang wajib dilaksanakan bagi setiap individu sesuai dengan ketentuan dan tuntunaan agama Islam. 3. Kemalasan yang sangat mempengaruhi, golongan ini terang-terangan tidak

shalat karena rasa malas padahal mereka tahu shalat merupakan ibadah wajib.

4. Keremajaan dan kemudaan, golongan ini beranggapan bahwa ibadah itu hanya dilakukan bagi orang-orang yang sudah tua untuk mendekatkan diri pada Allah swt, sedangkan bagi yang muda bersenang-senang dengan kehidupan dunia saja, merasa masih muda dan hidupnya lama.

5. Pengaruh kacaunya perasaan, golongan ini sengaja meninggalkan shlat karena rusuh hati, tertimpa kesedihan dan kesusahan.

(35)

melaksanakan shalat nanti diganggu oleh iblis, karena takut akan hilang sakti dan mandra yang sedang diamalkan.28

F. Kerangka Berpikir

Pendidikan agama Islam merupakan pondasi yang mendasari umat Islam dalam menjalankan kehidupanya, sehingga dalam sekolah pendidikan agama sangatlah penting dan harus dimulai sejak dini atau pada jenjang pendidikan taman kanak-kanak. Mendidik siswa sangatlah sulit apalagi dalam hal menyangkut ibadah sesuatu yang mungkin tidak kasat mata hasilnya dan tidak ada satu orangpun yang tahu mengenai kekhusyu’anya. Hanya Allah swt yang megetahui ibadah seorang hamba-Nya. Dari sisi inilah seseorang menganggap ibadah itu sebagai suatu hal yang tidak penting dan sering melalaikanya, terutama pada usia sekolah.

Oleh karena itu sebagai pendidik harus dapat mengatasi perilaku anak didik terutama dalam hal ibadah apakah mereka sudah menjalankan dengan benar sesuai ajaran yang telah di dapat atau sebaliknya. Dalam menyikapi hal ini salah satu yang harus diperhatikan adalah disiplin beribadah. Dengan adanya disiplin beribadah secara otomatis ada pembelajaran bagi siswa untuk meningkatkan ibadahnya kepada Allah swt sebagai makhluk-Nya.

28

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian yang baik adalah penelitian yang fokus dengan objek kajian sesuai degan topik yang telah ditentukan, dan diantara upaya untuk bisa fokus adalah penentuan tempat.. Tempat penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor-Jawa Barat. Adapun waktu penelitian ini dilakukan mulai tanggal 8 maret 2010 sampai dengan 19 april 2010 pada semester genap tahun ajaran 2010/2011.

B. Metode Penelitian

Dalam rangka mempersiapkan untuk mendapatkan data yang berhubungan serta mendukung dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu memecahkan masalah-masalah yang muncul dan kemudian dianalisis berdasarkan teori untuk alternative yang bisa dianggap sebagai jalan keluar dari masalah yang dihadapi.

Menurut Lexy J. Moleong penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.29

29

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010), cet ke 7. h 6

(37)

C. Definisi Operasional Variable

Suatu penelitian agar dapat dioperasionalkan dan dapat diteliti secara empiris maka diubah menjadi variable. Variable adalah karakter dari unit observasi yang mempunyai variasi atau segala sesuatu yang dijadikan objek peneliti.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.30

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor, tahun pembelajaran 2010/2011 sebanyak 337 siswa.

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajarinya semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi, untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).31

Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling. Menurut Sugiyono Simple Random Sampling adalah pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.32

Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel yaitu sebanyak 74 siswa dari populasi yang berjumlah 337 siswa, terdiri dari kelas VII, tahun pembelajaran 2010/2011.

30

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: alfabeta, 2004), h. 90 31

Sugiyono, Metode Penelitian…, h.91 32

(38)

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, digunakan cara atau metode sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan dipergunakan untuk memperoleh konsep-konsep ilmiah dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yang meliputi buku-buku, karya ilmiah, artikel-artikel, koran, majalah, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Riset lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian dengan cara mengamati langsung objek penelitian untuk memperoleh data dan informasi yang akurat.

a. Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung yakni teknik mengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan yang khusus diadakan.33 Selain itu observasi juga dilengkapi dengan format atau blanko pengamatan sebagai instrument. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.34 Adapun observasi ini di lakukan di SLTP Sejahtera 2, Cileungsi – Bogor – Jawa Barat

b. Interview/wawancara, menghendaki komunikasi langsung antara peneliti dengan subjek atau sampel. Interview dapat dibagi-bagi menurut tujuannya, ada interview survey dan interview diagnostik.35 Dalam wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi, ialah: pewawancara, responden, topik penelitian

33

Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1998, Cet ke-8.

hal 162 34

Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktik), Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, cet ke-13, hal 229

35

(39)

yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara.36 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik interview survey, yang dilakukan kepada guru pengajar PAI dan beberapa siswa kelas VII SLTP Sejahtera 2, Bogor pada tahun ajaran 2009/2010.

c. Angket, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui komunikasi dengan sumber data. Metode angket ini penulis tujukan kepada siswa SMP Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor, kelas VII dengan populasi yang telah dijadikan sampel sebanyak 74 siswa.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Jawaban yang diberikan dalam kuesioner dinilai dengan menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono yang dimaksud dengan skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social.

Dari jawaban-jawaban yang dihimpun penulis melakukan langkah-langkah sebagi berikut:

a. Pemeriksaan hasil angket yang telah disebarkan. b. Mengelompokkan jawaban yang sesuai dan ditabulasi.

c. Jawaban questioner tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel yang akan berisi jumlah dan persentasi pendapat responden dari sampel yang diambil.

36

(40)

Kisi-kisi Instrumen Angket

Variabel Indikator No. Item Pertanyaan Jumlah (+) (-) 3. Tatacara shalat lima

waktu

2. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang telah terkumpul, kemudian dianalisa, dibandingkan, ditafsirkan dan selanjutnya disimpulkan yang hasilnya merupakan suatu data yang kongkrit.

Dalam hal ini penulis memerlukan dua jenis data, yaitu:

a. Data kualitatif yaitu; dengan cara menguraikan keadaan ke dalam bahasa yang mudah dipahami, dimengerti dan logis sesuai dengan masalah yang dihadapi.

b. Data kuantitatif yaitu; dengan cara mengadakan:

(41)

dengan nomer terakhir.

2) Tabulasi yaitu; memindahkan jawaban responden ke dalam tabel frekuensi.

Mengadakan perhitungan rata-rata dengan menggunakan rumus persentasi sebagai berikut:

P = ×100%

N F

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasinya

N = Number of case (jumlah frekuensi/banyaknya individu) P = Angka Persentasi.

(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sejahtera 2, Cileungsi-Bogor adalah suatu yayasan pendidikan yang diadakan untuk memberikan pendidikan dan pengajaran kepada masyarakat khususnya anak didik berupa pengetahuan yang sistematis dan ilmiah dengan kurikulum yang terencana dari Departemen Pendidikan Nasional.

Sekolah ini dirintis dan didirikan pada tahun 1979 atas permintaan masyarakat sekitar yang membutuhkan lembaga pendidikan bagi putra/putrinya.Minimnya lembaga pendidikan formal untuk jenjang SMP di daerah Cileungsi menyebabkan masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya sehingga bagi mereka yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan tingkat dasar (SD/MI) dan ingin melanjutkan ke tingkat SMP harus rela menempuh jarak yang cukup jauh di tengah minimnya alternatif pilihan lembaga pendidikan formal.

Melihat realitas yang berkembang di masyarakat, maka lahirlah SMP Sejahtera 2 Cileungsi –Bogor – Jawa barat yang diprakarsai oleh Bapak Agus Fahmi Subekti dan kawan-kawan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sarana pendidikan tingkat menengah .

Awal mula berdirinya lembaga ini dimulai dengan membuka dua kelas yang terdiri dari 120 orang siswa/i, dan seiring dengan berjalannya waktu lembaga ini semakin mendapat kepercayaan masyarakat yang

(43)

memasukkan putra/putrinya untuk dididik di SMP 2 Sejahtera dan terbukti dari tahun ke tahun jumlah siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan,sampai tahun 2010 ini jumlah siswa tercatat sebanyak 925 orang siswa. Di samping itu untuk menunjang berjalannya proses pendidikan dan pengajaran di SMP Sejahtera 2 sarana dan prasarana terus ditingkatkan sehingga jumlah fasilitas yang sudah ada cukup memadai. Sedangkann untuk legalitas formal, SMP Sejahtera 2 Cileungsi-Bogor telah mendapat izin resmi dari Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) dengan diterbitkannya Surat Keputusan (SK) No 003 tahun 2005

1. Struktur Organisasi

Organisasi adalah kumpulan orang yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama. Dalam rangka mecapai tujuan itulah suatu organisasi yang baik mempunyai struktur yang teratur sesuai dengan tugas dan wewenangnya agar semua rencana tau tujuan dapat tercapai sesuai harapan.maka untuk memudahkan administrasi dan program kerja, kepengurusan SMP Sejahtera 2 telah ditetapkan dalam susunan organisasi yang terstruktur. Adapun strukturnya adalah sebagai berikut:

a. A.Sukandar : Ketua Komite b. Agus Fahmi Subekti, S.Pd : Kepala Sekolah c. Teresia Purba : Wakil Kepala Sekolah d. Ahmad Patria : Kepala Tata Usaha e. Dra. Ai Suhartijah : Unit Laboratorium f. dan Perpustakaan

2. Visi, Misi, Strategi dan Motto Sekolah

Sebagai pedoman dan bahan acuan dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai, maka perumusan visi, misi, strategi dan motto sekolah merupakan unsur yang sangat urgen dan tidak bisa diabaikan. SMP Sejahtera 2 adalah sebuah lembaga pendidikan dan telah mempunyai konsep yang jelas untuk tujuan tersebut, hal ini sebagaimana tertuang dalam visi, misi,strategi dan motto sekolah, yaitu:

(44)

- Visi : Terwujudnya sekolah yang berprestasi berdasarkan iman dan taqwa, melalui semangat kebersamaan dalam kebhinekaan.

Jika melihat visi sekolah maka SMP Sejahtera 2 berkeinginan untuk mngukir prestasi semaksimal mungkin dengan berlandaskan nilai-nilai iman dan takwa sebagai dasr filosofi yang harus dipertahankan.. Dengan kata lain prestasi harus diraih tapi akhlak, moral, dan ibadah harus tetap ditanamkan dalam jiwa anak didik sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari

- Misi

Misi merupakan tujuan dan target yang ingin dicapai sebagai bukti dari eksistensi suatu lembaga, dan. tanpa misi yang jelas maka akan sulit untuk survive atau berkembang. Adapun misi SMP Sejahtera 2 adalah:

1. Membangkitkan semangat untuk berprestasi dalam pengetahuan dan keterampilan bagi warga sekolah

2. Memotivasi peserta didik dalam menggali potensi untuk dikembangkan secara optimal

3. Melakukan tindakan pro aktif dalam meningkatkan Pengamalan Agama

4. Meningkatkan kesejahteraan Guru dan Staf Administrasi (Tata Usaha)

5. Menumbuhkan rasa kepedulian dalam segala hal untuk menciptakan keharmonisan dan memperlancar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

6. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat dalam Penerimaan siswa baru

- Strategi :

(45)

mustahil akan sepi peminat atau ditinggalkan masyarakat. Oleh karena itu, pihak SMP Sejahtera 2 Cileungsi–Bogor mencanangkan beberapa strategi yaitu:

1. Disiplin dan efektivitas dalam melaksanakan kegiatan Belajar. 2. Motivasi tinggi dalam melaksanakan tugas.

3. Partisipasi warga sekolah dan orang tua digunakan. 4. Responsif dan Antisipatif terhadap kebutuhan. - Motto : SERASI (SEMANGAT RAIH PRESTASI) Jenis-jenis kegiatan keagamaan:

Pendidikan yang efektif bukan hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa semata tetapi harus diimbangi pula dengan berbagai aktifitas atau kgiatan keagamaan karena pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memperhatikan 3 ranah pendidikan yaitu asfek kognitif, afektif, dan psikomotorik

B. Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang keberhasilan pendidikan sesuai dengan progrm dan tujuan yang telah dicanangkan diperlukan sarana dan prasarana sebagai media pendukung, bahkan dalam hal tertentu menjadi kebutuhan primer.

SMP Sejahtera 2 sebagai lembaga pendidikan formal saat ini telah mempunyai berbagai fasilitas, diantaranya:

No Jenis fasilitas Jumlah Luas (m2)

1. Ruang Kelas 15 1057

2. Ruang Perpustakaan 1 30

3. Ruang BP/BK 1 63

4. Ruang Kepala Sekolah 1 15

5. Ruang Guru 1 56

6. Ruang TU 1 30

7. Ruang Osis 1 12

(46)

9. Kamar Mandi/WC Siswa 6 36

10. Gudang 1 108

11. Ruang Ibadah 1 63

C. Pengolahan dan Analisis Data

Untuk memperoleh hasil yang objektif dari penelitian ini, data yang diperoleh disajikan dalam beberapa tabel mencakup beberapa unsur yang berkaitan dengan efektifitas pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan disiplin ibadah siswa-siswi SMP Sejahtera 2 Cileungsi-Bogor. Tabel yang disajikan merupakan jawaban siswa atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, yaitu :

Tabel 1

Kewajiban Melaksanakan Shalat Lima Waktu

Untuk tabel yang pertama adalah tentang data siswa yang melaksanakan shalat lima waktu atau shalat fardhu, hal ini dimaksudkan agar diketahui dampak dari pengajaran dan Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentasi

A Selalu 11 14,9 %

B Sering 43 58,1 %

C Kadang-kadang 20 27 %

D Tidak pernah - -

Jumlah N= 74 100 %

(47)

walaupun masih ada sebagian siswa yang melaksanakannya hanya sewaktu-waktu atau kadang-kadang.

Tabel 2

Pelaksanaan Shalat Berjamaah

Shalat berjama’ah merupakan salah satu cara melaksanakan ritual ibadah kepada Allah SWT yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih. Untuk melaksanakan shalat berjama’ah dibutuhkan kesadaran individu yang tinggi disamping keimanan.

Berikut ini adalah tabel mengenai cara pelaksanaan ibadah shalat menurut kebiasaan siswa/i SMP Sejahtera 2, yaitu sebagai berikut:

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentasi

A Selalu 13 17,6%

B Sering 49 66,2 %

C Kadang-kadang 6 8, 1 %

D Tidak pernah 6 8,1 %

Jumlah N= 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 49 orang responden (66,2 %) menjawab sering, kemudian 13 orang responden (17,6%) menjawab selalu shalat berjama’ah, selanjutnya 6 orang responden (8,1%) menjawab kadang-kadang, serta 6 orang lainnya menjawab tidak pernah (8,1 %). Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada kesadaran yang cukup tinggri dalam diri siswa dalam pelaksanaan shalat berjama’ah sebagai suatu kegiatan yang rutin dilakukan. Jika digabungkan antara siswa yang menjawab selalu dan sering maka akan diperoleh data sebanyak 62 orang siswa (83,8 % ) dari jumlah total siswa yang melaksanakan shalat berjamaa’h.

(48)

Tabel 3

Ketertiban Dalam Melaksanakan Shalat

Tertib adalah teratur, berurutan sesuai dengan urutannya dan merupakan bagian dari rukun shalat yang tidak bisa dipisahkan dari rangkaian kegiatan shalat. Seseorang bisa tidak mendapatkan pahala jika dalam pelaksanaan shalatnya tidak tertib.

Tabel dibawah ini adalah jawaban responden dari para siswa SMP Sejahtera 2 tentang ketertiban dalam melaksanakan ibadah shalat

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentasi

A Selalu 46 62,1 %

B Sering 15 20,3 %

C Kadang-kadang 13 17,6 %

D Tidak pernah - -

Jumlah N= 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa 46 orang responden (62,1 %) selalu tertib ketika menjalankan ibadah shalat, selanjutnya 15 orang responden (20,3) menjawab sering,13 orang menjawab kadang-kadang (17,6%) sedangkan yang menjawab tidak pernah tertib dalam melaksanakan shalat adalah 0 %. Dari data dan fakta di atas dapat dinyatakan bahwa hampir seluruh siswa selalu tertib dalam melaksanakan shalat, hal ini terbukti dengan jumlah siswa yang mayoritas menjawab selalu dan sering tertib walaupun ada beberapa siswa yang kadang-kadang tidak tertib ketika shalat namun hal tersebut tidak mempengaruhi keefektifan pendidikan agama Islam

Tabel 4

Meninggalkan Shalat Fardhu (shalat lima waktu)

(49)

diisi oleh siswa SMP Sejahtera 2 Cileungsi -Bogor:

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentasi

A Selalu - -

B Sering 11 14,9 %

C Kadang-kadang 11 14,9 %

D Tidak pernah 52 70,2 %

Jumlah N = 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada satu orang siswapun yang menjawab selalu meninggalkan shalat fardhu dengan persentase 0%. Siswa sebanyak 52 orang atau 70,2 % menjawab tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu, kemudian yang menjawab sering sebanyak 11 orang (14,9%), sedangkan 11 orang responden atau 14,9 % menjawab kadang-kadang. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesadaran untuk melaksanakan kewajiban shalat fardhu sudah cukup tinggi dalam diri siswa SMP Sejahtera 2

Tabel 5

Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Setiap Waktu

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentasi

A Malas 3 4 %

B Tidak 8 10,9 %

C Jarang-jarang 17 17 %

D Rajin 46 62,1 %

Jumlah N = 74 100 %

(50)

waktu cukup tinggi, dilihat dari banyaknya persentase siswa yang menjawab rajin. Jika dalam diri siswa sudah ada kesadaran untuk berdisiplin dalam melaksanakan shalat lima waktu yang notabene meruapakan kewajiban setiap muslim maka pendidikan agama Islam di SMP Sejahtera 2 bisa dinyatakan cukup efektif

Tabel 6

Mengulur-ngulur Waktu Shalat

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentasi

A Selalu 5 6,7 %

B Sering 6 8,1 %

C Kadang-kadang 51 69 %

D Tidak pernah 12 16,2 %

Jumlah N = 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan 51 orang atau 69 % dari total responden menjawab kadang-kadang, 12 orang responden atau 16,2 % responden tidak pernah mengulur-ngulur waktu shalat., kemudian 6 orang responden atau 8,1 % sering mengulur-ngulur waktu shalat, sedangkan 5 orang atau 6,7 % dari responden selalu mengulur-ngulur waktu shalat.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa siswa SMP Sejahtera 2 sebagai responden memiliki kesadaran shalat walaupun kadang-kadang masih mengulur waktu dalam melaksanakan shalat.

Tabel 7

Kepemilikan Buku Paket fiqh

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentasi

(51)

B Punya sendiri-sendiri 34 46 % C Punya dah dicoret-coret 2 2,7 % D Pinjem perpustakaan 2 2,7 %

Jumlah N = 74 100 %

Tabel di atas menunjukkan 48,6 % dari responden tidak memiliki buku paket Fiqh, 46% punya sendiri-sendiri, 2,7 % punya tapi sudah dicoret-coret, sedangkan 2,7 % lagi pinjem di perpustakaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden rata-rata memiliki buku walaupun ada beberapa yang pinjam.

Tabel 8

Pelaksanaan Pembelajaran Fiqh di Sekolah

Diantara pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sejahtera 2 adalah Pendidikan Agama Islam yang di dalamnya terdapat pembelajaran tentang keislaman seperti akidah-akhlak, Quran-hadits, dan Fiqh.

Fiqh menurut bahasa adalah pemahaman, sedangkan menurut istilah adalah ilmu yang membahas mengenai hukum dan tatacara ibadah baik manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, maupun manusia dengan Tuhan dengan berlandaskan dalil dan syari’at Islam. Khusus mengenai ibadah selain dijelaskan dalam al-quran dan sunnah secara global, di dalam fiqih dibahas dengan lebih detail. Tabel di bawah ini adalah pendapat siswa tentang manfaat pembelajaran fiqh di sekolah

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentasi A Sangat bermanfaat 45 60,8 % B Cukup bermanfaat 29 39,2 %

C Kurang bermanfaat - -

D Tidak bermanfaat - -

(52)

Tabel di atas menunjukkan 45 orang responden (60,8 %) menyatakan bahwa pembelajaran fiqh di sekolah sangat bermanfaat, sedangkan 29 orang lainnya (39,2 %) menyatakan cukup bermanfaat. Merujuk kepada data di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran fiqh sangat bermanfaat bagi siswa terutama dalam meningkatkan ibadah baik dalam hal wawasan pengetahuan maupun dalam tataran praktis.

Tabel 9

Perubahan Shalat Siswa Setelah Memperoleh Pembelajaran Fiqh Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah terutama siswa di sekolah, pembelajaran fiqh mutlak dibutuhkan, dan berdasarkan data sebelumnya bahwa 100 % responden menyatakan bahwa pembelajaran fiqh bermanfaat bagi mereka. Data di bawah ini menggambarkan mengenai perubahan shalat siswa setelah memeperoleh pembelajaran fiqh. Jika pernyataan siswa sesuai dengan perubahan shalat siswa, maka pembelajaran fiqh dan pendidikan agama Islam dapat dinyatakan efektif

No Alternatife Jawaban Frekuensi Persentase A Ibadah menjadi meningkat 62 83,8 %

B Ibadah menjadi biasa-biasa aja 12 16,2 %

C Ibadah menjadi menurun - -

D Ibadah menjadi malas - -

Jumlah N = 74 100 %

Gambar

Tabel  1 Kewajiban  Melaksanakan Shalat Lima Waktu
Tabel 4
Tabel di atas menunjukkan bahwa 62,1 % siswa SMP Sejahtera 2 rajin
Tabel 7 Kepemilikan Buku Paket fiqh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian menunjukkan bahwa valuasi ekonomi sumber daya genetik padi penting untuk dilakukan supaya dapat menjadi acuan bagi para pemulia padi dalam merakit varietas

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun Afrika ( Vernonia amygdalina Del.) terhadap penurunan glukosa darah dan penurunan

Berdasarkan hasil analisa nilai mean antar variabel yang didapatkan dari hasil rekapitulasi kuisioner didapatkan pembagian variabel berdasarkan tingkat pengaruh pada

Hal ini menunjukan bahwa penelitian dengan siklus II sudah cukup dan kesimpulan yang didapat adalah bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pokok

Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk mengidentifikasi faktor resiko kekurangan asupan vitamin D dan meningkatkan pengetahuan lansia yang

Pada tahap awal kegiatan pelaksanaan penelitian peneliti memberikan soal pretest yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan awal siswa, memberikan perlakuan yaitu

Untuk semua pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih, mohon maaf jika saya

Menurut penafsiran Finlay dan Wilkinson (1963) dari nilai koefisien regresi dan rata- rata hasil kedelapan varietas bawang merah yang diuji (Tabel 2) dapat diketahui bahwa