• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT (ELAEIS GUINEENSIS JACQ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT (ELAEIS GUINEENSIS JACQ)."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

Oleh:

Siti Hawa NIM 4122210005 Program Studi Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

Siti Hawa (NIM 4122210005)

ABSTRAK

Pemanfaatan limbah pelepah kelapa sawit selama ini belum optimal. Padahal, setiap tahun luas areal perkebunan kelapa sawit terus meningkat dan mengakibatkan volume limbah pelepah kelapa sawit menjadi sangat melimpah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan limbah pelepah kelapa sawit adalah menjadikannya sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik cair. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan pupuk organik cair berbahan baku limbah pelepah kelapa sawit dan mendeskripsikan kadar N, P, K, dan C-organik pada pupuk organik cair yang dihasilkan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor yaitu dengan memvariasikan komposisi bahan untuk membuat pupuk organik cair (P) dan waktu fermentasi (Q). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan unsur hara yang terdapat pada setiap kombinasi perlakuan pembuatan pupuk organik cair dari limbah pelepah kelapa sawit berbeda-beda. Untuk perlakuan P1Q1 (N = 0,08 %, P = 0,11 %, K = 0,24 %, dan C-organik = 1,75 %), P2Q1 (N = 0,11 %, P = 0,13 %, K = 0,19 % dan C-organik = 2,21 %), P1Q2(N = 0,11 %, P = 0,15 %, K = 0,29 % dan C-organik = 0,85 % serta P2Q2 (N = 0,14 %, P = 0,18 %, K = 0,22 % dan C-organik = 1,21 %). Walaupun semua pupuk organik cair yang dibuat dari limbah pelepah kelapa sawit belum memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/SR.140/10/2011 mengenai Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik Cair, namun hampir semua perlakuan pada pembuatan pupuk organik cair ini memiliki kandungan unsur hara makro dan karbon organik yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pupuk organik cair komersil yang dijual dipasaran seperti pupuk organik cair Golden Harvest dan pupuk organik cair Alam Natural 1.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya kepada penulis sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Skripsi yang berjudul “Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah

Pelepah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)” ini, disusun untuk memperoleh

gelar Sarjana Sains, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, mulai dari

pengajuan proposal sampai penyusunan skripsi, diantaranya yaitu kepada Bapak

Drs. Jasmidi, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan

dorongan, bimbingan, dan saran, mulai dari penyusunan proposal penelitian,

pelaksanaan sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada Bapak Dr. Ayi Darmana, M.Si, Ibu Dr. Ir. Nurfajriani, M.Si,

dan Ibu Ratna Sari Dewi, S.Si, M.Si, selaku dosen penguji, yang telah

memberikan masukan dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. Selain itu,

penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Gulmah Sugiharti, M.Pd

selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam

perkuliahan, Alm. Bapak Drs. Rahmat Nauli, M.Si yang telah berbagi ilmu dan

memberi saran serta motivasi kepada penulis dan kepada seluruh dosen serta staf

pegawai jurusan kimia FMIPA Unimed yang sudah membantu penulis selama ini.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua

tercinta yaitu Ayahanda Gumanti dan Ibunda Suriati, yang berjuang keras dalam

mendidik dan menyekolahkan serta selalu memberikan semangat, motivasi, cinta,

kasih sayang dan selalu mendoakan penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Terima kasih juga kepada Adinda Masyitah, Nur Ahmad Rinaldi,

dan M. Taufiq yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, pengorbanan dan

(5)

v

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pakde Subari S, S.Pd,

Bukde Siti Nurhidayah, Uwak Poniah, Buklek Suparmi, S.Pd, Uwak Hendrik

Hutagaol, Uwak Legino, Kakek Suratman, Kakek Keliman, Nenek Kasni, Mbak

Endang Sri Wardani, S.Pd, Mbak Nurli Asmanidar, S.Pd, Bang M. Khairi S.Pd,

Kak Asiah Fitri Hutagaol, serta seluruh keluarga besar yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu atas segala dorongan, kasih sayang, pengorbanan baik moril

maupun materil dan doa yang diberikan selama ini.

Terima kasih juga saya sampaikan kepada sahabat-sahabat tercinta Dewi

Triana Nasution, Nisfa Hanim, Citra Hazanah Simatupang, Bella Chintya Dewi

Purba, Reka Mustika Sari, Lia Afriana, Liya Lestari, Lia Febrina, Primajogi

Hasibuan, Hanum Fauziah, Devi Putri Oktavia S, Robertus Sormin, Histo

Apriando Gultom, Noni Angelina Br. Ginting, dan teman-teman di kelas Kimia

Non Dik 2012, kakak-kakak dan abang-abang Kimia Non Dik 2010 dan 2011

serta seluruh mahasiswa kimia yang namanya tidak dapat saya sebutkan

satu-persatu yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian

skripsi ini serta dengan sukarela berbagi ilmu kepada penulis.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi khususnya menuju pertanian berkelanjutan.

Medan, Juni 2016

Siti Hawa

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Kelapa Sawit 4

2.2 Pelepah Kelapa Sawit 5

2.4 Pupuk Organik 7

2.4 Pupuk Organik Cair 8

2.5 Effective Microorganisme 4 (EM4) 11

2.6 Kotoran Sapi 12

2.7 Nitrogen, Fosfor dan Kalium 13

2.8 Metode Kjeldahl 14

2.9 Penentuan Kandugan Karbon Organik 16

2.10 Instrumentasi 17

2.10.1 Spektrofotometer UV-Vis 17

(7)

vii

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 21

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 21

3.2 Populasi dan Sampel 21

3.3 Alat dan Bahan 21

3.4 Rancangan Penelitian 22

3.5 Prosedur Penelitian 22

3.5.1 Pembuatan Pupuk Organik Cair 22

3.5.2 Pembuatan Pereaksi untuk Penentuan Nitrogen dengan Metode

Kjeldhal 23

3.5.3 Pembuatan Pereaksi dan Larutan Standar untuk Penentuan Posfor

sebagai P2O5 secara Spektrofotometri 23

3.5.4 Pembuatan Larutan untuk Penentuan Kalium sebagai K2O 24

3.5.5 Penentuan Kadar Nitrogen Total dengan Metode Kjeldahl 24

3.5.6 Penentuan Kadar Fosfor secara Spektrofotometri 25

3.5.7 Penentuan Kalium sebagai K2O dengan AAS 26

3.5.8 Penentuan Kadar C-Organik 27

3.6 Diagram Alir Penelitian 28

3.6.1 Pembuatan Pupuk Organik Cair 28

3.6.2 Pembuatan Pereaksi untuk Penentuan Nitrogen dengan Metode

Kjeldhal 29

3.6.3 Pembuatan Pereaksi dan Larutan Deret Standar untuk Penentuan

Fosfor sebagai P2O5secara Spektrofotometri 31

3.6.4 Pembuatan Larutan Pereaksi dan Larutan Deret Standar untuk

Penentuan Kalium sebagai K2O 32

3.6.5 Penentuan Kadar Nitrogen Total dengan Metode Kjeldahl 34

3.6.6 Penentuan Fosfor sebagai P2O5secara Spektrofotometri 35

3.6.7 Penentuan Kalium sebagai K2O dengan AAS 36

3.6.8 Penentuan Karbon Organik 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 38

4.1 Pembuatan Pupuk Organik Cair 38

4.2 Kandungan Nitrogen Pupuk Organik Cair 42

(8)

4.4 Kandungan Kalium Pupuk Organik Cair 46

4.5 Kandungan C-Organik Pupuk Organik Cair 47

4.6 Kualitas Pupuk Organik Cair dari Limbah Pelepah Kelapa Sawit 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51

5.1 Kesimpulan 51

5.2 Saran 51

DAFTAR PUSTAKA 52

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Limbah Pelepah Kelapa Sawit 6

Gambar 3.1 Skema Pembuatan Pupuk Organik Cair 28

Gambar 3.2 Pembuatan Larutan NaOH 40 % 29

Gambar 3.3 Pembuatan Larutan Indikator Conway 29

Gambar 3.4 Pembuatan Larutan H3BO31 % 30

Gambar 3.5 Pembuatan Larutan H2SO40,05 N 30

Gambar 3.6 Pembuatan Larutan Ammonium Molibdovanadat 31

Gambar 3.7 Pembuatan Larutan Deret Standar P2O5 31

Gambar 3.8 Pembuatan Larutan Supresor Kalium (CsCl) 32

Gambar 3.9 Pembuatan Larutan Standar Kalium 100 ppm 32

Gambar 3.10 Pembuatan Larutan Deret Standar Kalium 33

Gambar 3.11 Penentuan Kadar Nitrogen Total dengan Metode Kjeldahl 34

Gambar 3.12 Penentuan Kadar Posfor secara Spektrofotometri 35

Gambar 3.13 Penetapan Kadar Kalium sebagai K2O dengan AAS 36

Gambar 3.14 Penetapan Karbon Organik 37

Gambar 4.1 Grafik Kandungan Nitrogen Total pada Pupuk Organik Cair 44

Gambar 4.2 Grafik Kandungan Fosfor pada Pupuk Organik Cair 45

Gambar 4.3 Grafik Kandungan Kalium pada Pupuk Organik Cair 46

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik Cair

Menurut Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan

/SR.140/10/2011 11

Tabel 4.1 Kadar Nitrogen total pada POC yang difermentasi

selama 1 bulan 43

Tabel 4.2 Kadar Nitrogen total pada POC yang difermentasi

selama 1,5 bulan 43

Tabel 4.3 Kadar Fosfor pada POC yang difermentasi selama 1

bulan 45

Tabel 4.4 Kadar Fosfor pada POC yang difermentasi selama 1,5

bulan 45

Tabel 4.5 Kadar Kalium pada POC yang difermentasi selama 1

bulan 46

Tabel 4.6 Kadar Kalium pada POC yang difermentasi selama 1,5

bulan 46

Tabel 4.7 Kadar C-organik pada POC yang difermentasi selama 1

bulan 47

Tabel 4.8 Kadar C-organik pada POC yang difermentasi selama

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pembuatan Larutan 56

Lampiran 2. Penentuan Kadar Nitrogen 60

Lampiran 3. Penentuan Kadar P sebagai P2O5 62

Lampiran 4. Penentuan Kadar K sebagai K2O 65

Lampiran 5. Penentuan Kadar C-Organik 68

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian 71

Lampiran 7. Surat Keterangan Dosen PS 74

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian 75

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya

bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu tanaman yang banyak ditanam

oleh para petani dari tahun ke tahun adalah kelapa sawit. Kelapa sawit sebagai

tanaman penghasil minyak kelapa sawit (CPO-Crude Palm Oil) merupakan salah

satu tanaman unggulan perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa

non-migas bagi Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014), luas areal

perkebunan rakyat di Indonesia yang ditanami kelapa sawit terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, luas areal perkebunan kelapa

sawit milik rakyat adalah 4.356.087 Ha dan pada tahun 2014 meningkat menjadi

4.551.854 Ha. Khusus untuk Provinsi Sumatera Utara, luas areal perkebunan

kelapa sawit milik rakyat adalah 417.838 Ha.

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berpotensi

untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Secara umum, kondisi perkebunan

kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara berkembang dengan baik. Hal ini terbukti

dengan terus bertambahnya areal perkebunan baik perkebunan rakyat, swasta

asing, maupun nasional dan perkebunan negara (PTPN).

Pada saat panen tandan buah segar, 1-2 helai pelepah kelapa sawit dipotong

dengan tujuan memperlancar penyerbukan dan mempermudah panen berikutnya.

Produksi pelepah kelapa sawit yang telah berproduksi dapat mencapai 40-50

pelepah/pohon per tahun. Dalam satu hektar kelapa sawit diperkirakan dapat

menghasilkan 6.400-7.500 pelepah per tahun (Simanihuruk, dkk., 2007).

Akibat dari peningkatan jumlah perkebunan kelapa sawit tersebut, setiap kali

panen kelapa sawit dihasilkan limbah pelepah kelapa sawit yang melimpah.

Volume pelepah kelapa sawit yang ada, semakin hari semakin meningkat

sedangkan usaha yang dilakukan untuk menanggulanginya belum efektif. Para

petani biasanya hanya menumpukkan pelepah tersebut di pinggiran pohon kelapa

sawit tanpa melakukan proses pemanfaatan lebih lanjut. Akibatnya tumpukan

(13)

2

Keberadaan limbah pelepah kelapa sawit dapat mengakibatkan

ketidaknyamanan dalam proses kegiatan pemanenan dan mengganggu keindahan

lingkungan. Padahal, pelepah kelapa sawit bagian dalam mengandung fosfor

0,08 % dan protein kasar 3,07 % (Elisabeth, dkk., 2003). Salah satu bagian dari

pelepah kelapa sawit yaitu daun kelapa sawit. Daun kelapa sawit mengandung

protein kasar 11,98 % (Batubara, 2002). Selain itu, kandungan unsur hara fosfor

pada daun kelapa sawit berkisar antara 0,139 % - 0,150 % (Syahfitri, 2008).

Berdasarkan penelitian Mucra dan Azriani (2012), kandungan protein kasar

dari hasil fermentasi daun pelepah kelapa sawit menggunakan inokulum feses sapi

adalah 12,49 %. Di dalam protein kasar ini terkandung unsur nitrogen yang

berguna sebagai unsur hara dalam pupuk organik.

Selama ini telah banyak penelitian yang mengkaji tentang pemanfaatan

pelepah kelapa sawit sebagai pakan ternak. Selain itu, ada juga penelitian tentang

pembuatan kompos dari pelepah kelapa sawit. Berdasarkan penelitian Rhys

(2015) kompos yang dihasilkan dari penambahan MOL jeruk, MOL mangga,

MOL nenas, dan MOL pepaya sesuai dengan SNI : 19-7030-2004. Sundari (2011)

telah membuktikan bahwa kompos pelepah kelapa sawit yang dibuat

menggunakan EM4 dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman pakchoy

(Brassica chinensis L).

Sebagian besar petani lebih mengandalkan pupuk anorganik dibanding

dengan pupuk organik karena biaya untuk mengangkut pupuk organik ke lahan

pertanian cukup besar. Namun, penggunaan pupuk anorganik dalam jangka yang

relatif lama akan berakibat buruk pada kondisi tanah sehingga perlu dicari

alternatif pupuk yang dapat meningkatkan hasil pertanian dan ramah lingkungan

dengan biaya pengangkutan yang murah. Salah satu alternatifnya yaitu dengan

membuat pupuk organik cair. Oleh karena itu, di dalam penelitian ini akan

dilakukan pembuatan pupuk organik cair dari limbah pelepah kelapa sawit dan

(14)

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapakah kandungan N, P, K, dan C-organik pupuk organik cair dari

limbah pelepah kelapa sawit yang dihasilkan ?

2. Apakah pupuk organik cair dari limbah pelepah kelapa sawit memenuhi

persyaratan teknis minimal pupuk organik cair menurut Peraturan Menteri

Pertanian No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 ?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah pupuk organik cair dari limbah

pelepah kelapa sawit dibuat dengan variasi komposisi bahan yaitu tanpa

penambahan feses sapi dan dengan penambahan feses sapi serta variasi waktu

fermentasi selama 1 bulan dan 1,5 bulan.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kandungan N, P, K, dan C-organik pupuk organik cair dari

limbah pelepah kelapa sawit.

2. Mengetahui kualitas pupuk organik cair dari limbah pelepah kelapa sawit

berdasarkan persyaratan teknis minimal pupuk organik cair menurut

Peraturan Menteri Pertanian No. 70/Permentan/SR.140/10/2011.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang cara pembuatan pupuk

organik cair dari limbah pelepah kelapa sawit.

2. Meningkatkan nilai ekonomis pelepah kelapa sawit yang selama ini

dianggap sebagai limbah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis

sehingga pemanfaatannya lebih optimal.

3. Mengatasi masalah lingkungan dengan memanfaatkan limbah pelepah

kelapa sawit menjadi pupuk organik cair.

(15)

51

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Pupuk organik cair dari limbah pelepah kelapa sawit memiliki kandungan

unsur hara makro yang berbeda-beda tergantung dari komposisi bahan

yang digunakan untuk membuat pupuk organik cair dan waktu fermentasi.

Untuk perlakuan P1Q1 kandungan unsur haranya yaitu N = 0,08 %,

P = 0,11 %, K = 0,24 %, dan C-organik = 1,75 %, perlakuan P2Q1

memiliki kandungan unsur N = 0,11 %, P = 0,13 %, K = 0,19 % dan

C-organik = 2,21 %, P1Q2 memiliki kandungan unsur N = 0,11 %,

P = 0,15 %, K = 0,29 % dan C-organik = 0,85 % serta perlakuan P2Q2

memiliki kandungan unsur N = 0,14 %, P = 0,18 %, K = 0,22 % dan

C-organik = 1,21 %. Pupuk organik cair terbaik dihasilkan pada perlakuan

P2Q2 karena memiliki kandungan unsur hara yang paling tinggi

dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

2. Pupuk organik cair dari limbah pelepah kelapa sawit belum memenuhi

persyaratan teknis minimal pupuk organik cair menurut Peraturan Menteri

Pertanian No. 70/Permentan/SR.140/10/2011. Namun, hampir semua

perlakuan pada pembuatan pupuk organik cair ini memiliki kandungan

unsur hara makro dan C-organik yang lebih tinggi jika dibandingkan

dengan pupuk organik cair komersil yang dijual dipasaran seperti pupuk

organik cair Golden Harvest dan Natural Alam 1.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penentuan kandungan

unsur hara mikro yang terdapat pada pupuk organik cair yang telah dibuat

dari limbah pelepah kelapa sawit.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh variasi EM4,

gula merah, air dan bahan tambahan yang dapat meningkatkan unsur hara

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F., Hairiah, K., dan Mulyani, A., (2011), Pengukuran Cadangan Karbon Tanah Gambut. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Bogor.

Anwar, Kamariah, Rangga, M. F., Kifli, H., Ridha, I. M., Lestari, P., Wulandari, H., (2008), Kombinasi Limbah Pertanian dan Peternakan sebagai Alternatif Pembuatan Pupuk Organik Cair Melalui Proses Fermentasi Anaerob. Prosiding Seminar Nasional Teknoin Bidang Teknik Kimia, ISBN978-979-3980-15-7.

Ardilla, Y., (2014), Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik, (2014), Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2014, http:// www.bps.go.id (diakses Januari 2016)

Badan Standardisasi Nasional, (2012), Cara Uji Pupuk NPK Padat, SNI 2803-2012, BSN, Jakarta.

Batubara, L. P., (2002), Potensi Biologis Daun Kelapa Sawit sebagai Pakan Basal dalam Ransum Sapi Potong, Seminar Nasional Teknologi dan Veteriner : 135-138.

Bintang, Maria, (2010), Biokimia Teknik Penelitian, Erlangga, Jakarta.

Budiaman, I. G. S., Kholisoh, S. D., Marsetyo, M. M., dan Putranti, M., (2010), Pengaruh Jenis Starter, Volume Pelarut, dan Aditif terhadap Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga menjadi Pupuk Kompos secara Anaerob,

Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”,ISSN 1693-4393.

Dewanto, F.G., Londok, J.J.M.R., Tuturong, R.A.V., dan Kaunang, W.B., (2013), Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik terhadap Produksi Tanaman Jagung sebagai Sumber Pakan, Jurnal Zootek 32 (5) : 1-8.

Duaja, M. D., Gusniwati, Gani, Z. F., Salim, H., (2012), Pengaruh Jenis Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Selada (Lactuca sativa L.), Jurnal Agroteknologi 1 (3) : 154-158, ISSN 2302-6472.

Elisabeth, J., dan Ginting, S. P., (2003), Pemanfaatan Hasil Samping Industri Kelapa Sawit sebagai Pakan Ternak Sapi Potong, Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi, PPKS, Medan.

Fatmawaty, (2011), Metode Kjedahl, http://www.chem-is-try.org (diakses Januari 2016)

(17)

53

Harmita, (2009), Analisis Fisiokimia Potensiometri dan Spektroskopi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Hidayati, Y. A., Kurnani, Tb.B.A., Marlina, E.T., dan Harlia, E., (2011), Kualitas Pupuk Organik Cair Hasil Pengolahan Feses Sapi Potong Menggunakan Saccharomyces cereviceae, Jurnal Ilmu Ternak 11 (2) : 104-107.

Huda, M. K., (2013), Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Urin Sapi dengan Aditif Tetes Tebu (Molasses) Metode Fermentasi, Skripsi, FMIPA, Unnes, Semarang.

Latifah, R. N., Winarsih, dan Rahayu, Y. S., (2012), Pemanfaatan Sampah Organik untuk Pertumbuhan Tanaman Bayam Merah (Alternanthera ficoides), Jurnal Lentera Bio 1 (3) : 139-144.

Menteri Pertanian, (2011), Permentan No.70/permentan/SR.140/10/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah, Departemen Pertanian, Jakarta.

Mucra, D. A dan Azriani, (2012), Komposisi Kimia Daun Kelapa Sawit yang difermentasi dengan Feses Sapi dan Feses Kerbau, Jurnal Peternakan 9 (1) : ISSN 1829-8729.

Ohorella, Z., (2012), Pengaruh Dosis Pupuk Organik Cair (POC) Kotoran Sapi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Hijau (Brassica sinensis L.), Jurnal Agroforestri VII (1) : 43-49, ISSN 1907-7556.

Oktiawan, W., Sarminingsih, A., Purwono3, Afandi, M., (2015), Strategi Produksi Pupuk Organik Cair Komersial dari Limbah Rumah Potong Hewan (RPH) Semarang, Jurnal Presipitasi 12 (2) : 89-94, ISSN 1907-187X.

Pancapalaga, W., (2011), Pengaruh Rasio Penggunaan Limbah Ternak dan Hijauan terhadap Kualitas Pupuk Cair, Jurnal Gamma 7 (1): 61-68.

Pardosi, A. H., Irianto, dan Mukhsin, (2014), Respons Tanaman Sawi terhadap Pupuk Organik Cair Limbah Sayuran pada Lahan Kering Ultisol, Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal, ISBN : 979-587-529-9.

Permana, D., (2011), Kualitas Pupuk Organik Cair dari Kotoran Sapi Pedaging yang Difermentasi Menggunakan Mikroorganisme Lokal, Skripsi, Fakultas Peternakan, IPB, Bogor.

Rahmah, A., Izzati, M., Parman, S., (2014), Pengaruh Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar Limbah Sawi Putih (Brassica Chinensis L.) terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. Var. Saccharata), Buletin Anatomi dan Fisiologi XXII (1) : 65–71.

(18)

Riniarti, D., Kusumastuty, A., dan Utoyo, B., (2012), Pengaruh Bahan Organik, Pupuk P, dan Bakteri Pelarut Phosfat terhadap Keragaan Tanaman Kelapa Sawit pada Ultisol, Jurnal Penelitian Pertanian Terapan 12 (3): 187-195, ISSN 1410-5020.

Santi, S. S., (2010), Kajian Pemanfaatan Limbah Nilam untuk Pupuk Cair Organik dengan Proses Fermentasi, Jurnal Teknik Kimia 4 (2) : 337-339.

Sedayu, B. B., Erawan, I. M. S., dan Assadad, L, (2014), Pupuk Cair dari Rumput Laut Eucheuma cottonii, Sargassum sp. dan Gracilaria sp. Menggunakan Proses Pengomposan, JPB Perikanan 9 (1): 61-68.

Siboro, E.S., Surya, E., dan Herlina, N., (2013), Pembuatan Pupuk Cair Dan Biogas dari Campuran Limbah Sayuran, Jurnal Teknik Kimia USU 2 (3) : 40-43.

Simanihuruk, K., Junjungan, Tarigan, A., (2007), Pemanfaatan Pelepah Kelapa Sawit sebagai Pakan Basal Kambing Kacang Fase Pertumbuhan, Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 417-424.

Sinurat, A. P., (1999), Penggunaan Bahan Pakan Lokal dalam Pembuatan Ransum Ayam Buras, Jurnal Wartazoa 9 (1): 12-20.

Sundari, E., Sari, E., dan Rinaldo, R., (2012), Pembuatan Pupuk Organik Cair menggunakan Bioaktivator Biosca dan EM4, PROSIDING SNTK TOPI, ISSN 1907-0500.

Sundari, I., Maruf, W. F., dan Dewi, E. N, (2014), Pengaruh Penggunaan Bioaktivator EM4 dan Penambahan Tepung Ikan Terhadap Spesifikasi Pupuk Organik Cair Rumput Laut Gracilaria sp., Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan 3 (3) : 88-94.

Sundari, S., (2011), Pengaruh Pemberian Kompos Pelepah Kelapa Sawit dengan Berbagai Dekomposer terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoy (Brassica chinensis L), Fakultas Pertanian Universitas Riau, Riau.

Syafira, L. I., (2012), Pembuatan Pupuk Bokashi dari Limbah Organik dan Analisis Kandungan Unsur Nitrogen, Karbon, Fosfor dan Kalium, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Syahfitri, M. M., (2008), Analisa Unsur Hara Fosfor (P) pada Daun Kelapa Sawit secara Spektrofotometri di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Laporan Hasil Penelitian, FMIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(19)

55

Utomo, A. R. P., (2015), Pemanfaatan Kulit Kacang Tanah dan Rumen Sapi untuk Pembuatan Pupuk Organik Cair dengan Penambahan Jamur Trichoderma (Trichoderma sp.), Skripsi, FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Wikipedia, (2015), Kelapa Sawit, https://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit (diakses Januari 2016)

Gambar

Tabel 2.1 Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik Cair

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan tugas akhir ini adalah menghasilkan pupuk organik cair dari limbah cair ( effluent ) biogas PLT-Biogas Rantau Sakti dan pengaplikasian pada tanaman kelapa sawit,

Tujuan tugas akhir ini adalah menghasilkan pupuk organik cair dari limbah cair (effluent) biogas PLT-Biogas Rantau Sakti dan pengaplikasian pada tanaman kelapa sawit,

Dengan penggunaan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) diharapkan. dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman kelapa sawit,

Tulisan ini merupakan Skripsi dengan judul “Perancangan dan Pabrikasi Pembuatan Pupuk Organik Aktif dari Effluent Pengolahan Lanjut Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS)

Perlakuan limbah cair peternakan sapi juga dapat meningkatkan pertambahan tinggi bibit kelapa sawit, hal tersebut terlihat pada pemberian limbah cair peternakan

Penelitian mengenai pemanfaatan pelepah kelapa sawit sudah pernah dilakukan oleh [22] dengan menggunakan zat perekat tepung tapioka (kanji). Variabel – variabel yang

Interaksi pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) dan pupuk N, P, K pada tanah PMK berpengaruh nyata terhadap peningkatan tinggi bibit, diameter

Tulisan ini merupakan Skripsi dengan judul “ Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit Menggunakan Pupuk Organik Aktif Dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit : Pengaruh Lubang