UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU EKONOMI
MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW MELALUI SUPERVISI KLINIS DENGAN
PENDEKATAN KOLABORATIF DI SMA NEGERI 1 SUMBUL
DAN SMA NEGERI 1 SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI
T E S I S
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
ELFINE TAMPUBOLON
NIM: 8146132010PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
ELFINE TAMPUBOLON. Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Ekonomi Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Supervisi Klinis dengan Pendekatan Kolaboratif di SMA Negeri 1 Sumbul dan SMA Negeri 1 Silahisabungan Kabupaten Dairi. Tesis. Medan; Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Januari 2017.
ii ABSTRACT
ELFINE TAMPUBOLON. The Efforts to Improve Economy Teacher’s Abilities in Implementing Cooperative Learning Model Jigsaw Type Through Clinical Supervision by Collaborative Approach in SMA Negeri 1 Sumbul and SMA Negeri 1 Silahisabungan Dairi Regency. Theses. Medan; Education Administration Program, Postgraduate Program, State University of Medan, January 2017.
The purpose of this study is to determine the improvement of the economy teacher’s ability in implementing cooperative learning model jigsaw type through clinical supervision by collaborative approach in SMA Negeri 1 Sumbul and SMA Negeri 1 Silahisabungan Dairi Regency. The subject of this research are the economy teachers in SMA Negeri 1 Sumbul and SMA Negeri 1 Silahisabungan Dairi Regency number five teachers. The research focusing in implementing clinical supervision by collaborative approach to improve the economy teacher’s abilities in arranging lesson plan and implementing cooperative learning model jigsaw type. The research design is school action research that was done in two cycles. Each cycle consists of four phases, that are planning, action, observation and reflection. The research instrument used to collect data are research instrument lesson plans and research teacher observation sheet of capability in implementing cooperative learning model jigsaw type. The research results showed that in the first cycle the average value of the teacher’ ability in arranging lessons plan is 81,25 which categorized good, and the average
value of the teachers’ ability in implementing cooperative learning model jigsaw
type is 75,00 which categorized enough. In the second cycle, the average value of the teacher’ ability in arranging lessons plan is 93,23 which categorized very
good, and the average value of the teachers’ ability in implementing cooperative
learning model jigsaw type is 89,09 which categorized good. In conclusion the result of the research showed that using clinical supervision by collaborative approach can improve economy teacher’s abilities in implementing cooperative learning model jigsaw type in SMA Negeri 1 Sumbul and SMA Negeri 1 Silahisabungan Dairi Regency.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan kasihNya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Ekonomi Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw melalui Supervisi Klinis dengan Pendekatan Kolaboratif di SMA Negeri 1 Sumbul dan SMA Negeri 1 Silahisabungan Kabupaten Dairi”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.
3. Dr. Darwin, M.Pd selaku Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
4. Dr. Sukarman Purba M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus sebagai penguji.
5. Prof. Dr. Sumarno M. Pd selaku pembimbing I dan Dr. Saut Purba, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memotivasi dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
6. Prof. Dr. Paningkat Siburian, M.Pd dan Prof. Dr. Benyamin Situmorang, M.Pd selaku penguji yang telah memberikan saran dan koreksi kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
7. Para dosen dan staf pegawai Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
8. Dra. Rosema Silalahi selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi. 9. Drs. Karmel selaku Pengawas Mata Pelajaran Ekonomi Dinas Pendidikan
iv
10. Drs. Manihar Tumanggor, M.Pd selaku mantan kepala SMA Negeri 1 Sumbul yang telah memotivasi dan memberikan dukungan yang sangat besar kepada penulis sejak awal penulis mengikuti pendidikan S-2 ini.
11. Drs. Silas Sahat Sihombing selaku Kepala SMA Negeri 1 Sumbul sebagai pimpinan di unit kerja tempat penulis bertugas yang telah memberikan motivasi dan dukungan yang sangat besar bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini.
12. Drs. Sadiman Sigiro, M.Si selaku Kepala SMA Negeri 1 Silahisabungan yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Silahisabungan dan memberikan dukungan bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini.
13. Rekan-rekan guru ekonomi sebagai guru latih sekaligus seluruh rekan-rekan guru dan staf pegawai di SMA Negeri 1 Sumbul dan SMA Negeri 1 Silahisabungan yang telah sangat membantu dan mendukung penulis dalam kegiatan penelitian ini.
14. Abang, Kakak dan seluruh keponakan penulis yang selalu menyemangati, membantu dan mendukung penulis dengan tulus iklas dalam menjalani pendidikan S2 ini hingga selesai.
15. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan angkatan 2014.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan.
Medan, Januari 2017 Penulis,
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Sekolah ... 48 Gambar 4.1 Diagram Batang Kemampuan Guru Ekonomi dalam
Proses Pembelajaran Pra Siklus ... 59 Gambar 4.2 Diagram Batang Kemampuan Guru Ekonomi dalam
Proses Pembelajaran Siklus I ... 69 Gambar 4.3 Diagram Batang Kemampuan Guru Ekonomi dalam
Prose Pembelajaran Siklus II ... 75 Gambar 4.4 Diagram Batang Kemampuan Guru Ekonomi (G1) dalam
Proses Pembelajaran Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 78 Gambar 4.5 Diagram Batang Kemampuan Guru Ekonomi (G2) dalam
Proses Pembelajaran Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 78 Gambar 4.6 Diagram Batang Kemampuan Guru Ekonomi (G3) dalam
Proses Pembelajaran Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 79 Gambar 4.7 Diagram Batang Kemampuan Guru Ekonomi (G4) dalam
Proses Pembelajaran Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 79 Gambar 4.8 Diagram Batang Kemampuan Guru Ekonomi (G5) dalam
Proses Pembelajaran Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 80 Gambar 4.9 Diagram Batang Rata-rata Nilai Kemampuan Guru Ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan investasi masa depan suatu bangsa. Pendidikan
yang berkualitas tinggi akan membentuk generasi penerus yang mampu
membangun negara menjadi lebih baik. Untuk mencapai pendidikan yang
berkualitas tinggi, setiap komponen pendidikan itu harus memberikan performa
terbaik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
Pancasilais yang dimotori oleh pengembangan diri, mencintai prestasi tinggi,
punya etos kerja, kreatif dan produktif serta puas akan sukses yang dicapai.
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal yaitu segala sesuatu yang bertalian
dengan perkembangan manusia mulai dari perkembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada perkembangan
iman yang semuanya ditangani oleh pendidik. Berarti mendidik bermaksud
membuat manusia menjadi lebih sempurna, lebih meningkat hidupnya dari
kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Dengan kata lain mendidik adalah
membudayakan manusia.
Untuk mengembangkan manusia (peserta didik) agar menjadi matang
tidak cukup bila ia hanya dilatih, tetapi ia juga harus dididik. Peserta didik harus
dididik untuk berpikir realistis, mengakui kehidupan yang multi-dimensional,
tidak seragam dan diajak menghayati kebinekaan yang saling melengkapi
persaudaraan yang sehat, menghargai hak dan kewajiban sosial yang saling
2
Menurut Sahertian (2009:1), salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha
meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen
sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik. Menurut Undang-Undang RI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Bab IV pasal 8, guru yang baik bukan saja harus menguasai spesialisasi ilmunya,
akan tetapi harus mengenal proses belajar manusia, cara-cara mengajar,
penggunaan alat-alat peraga, teknik penilaian dan sebagainya. Oleh karena itu,
sebagai pendidik profesional, guru berkewajiban untuk mengembangkan
kompetensi diri agar kompetensi yang dimiliki sesuai dengan peraturan
perundang-undangan atau kebijakan pendidikan nasional serta perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Namun kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang belum sesuai dengan
yang diharapkan. Hasil penelitian Balitbang (2011) menunjukkan bahwa kinerja
guru Sumatera Utara tergolong rendah ditinjau dari kelayakan mengajarnya di
sekolah sebagai berikut: guru yang layak mengajar di SD negeri dan swasta hanya
28,49%, guru SMP negeri 44,30% dan guru SMP swasta 60,99%, guru SMA
negeri 65,00% dan guru SMA swasta 64,73% dan guru SMK negeri dan swasta
55,90%.
Dalam hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) guru tahun 2014 terlihat bahwa
Propinsi Sumatera Utara termasuk Kabupaten Dairi masih mengalami
3
Kabupaten Dairi adalah 54,11 sementara standar minimal yang diharapkan adalah
55,50.
Rendahnya kinerja guru ini diduga karena rendahnya penguasaan materi
pembelajaran dan keterampilan mengajar. Menurut Sagala (2011:38) selama ini
guru hanya melaksanakan tugasnya hanya sebagai kegiatan rutin sehingga jarang
melakukan inovasi dalam pembelajaran. Hasil survei awal peneliti melalui
wawancara dengan pengawas mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Sumbul
Kabupaten Dairi menyatakan bahwa sekitar 60% dari guru binaannya masih
melakukan copy paste dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dimana RPP tersebut didapat dari internet atau file guru dari sekolah lain.
Guru bersangkutan tidak berupaya untuk mengembangkan metode pembelajaran
sesuai kondisi di kelas. Selain masalah RPP, diungkapkan oleh pengawas, masih
ada guru yang tidak mau disupervisi atau sengaja menghindar bila pengawas
datang ke sekolah. Di samping itu, pengawas mata pelajaran Ekonomi di SMA
Negeri 1 Sumbul Kabupaten Dairi juga menyatakan bahwa sekitar 50% guru
masih mengajar dengan metode pembelajan konvensional. Hal ini dapat
mengakibatkan pembelajaran menjadi monoton dan membosankan bagi siswa.
Pembelajaran seperti ini tentulah tidak efektif sehingga tujuan pembelajaran
tidak akan tercapai dengan maksimal.
Kadar kualitas guru ternyata dipandang sebagai penyebab kadar kualitas
output sekolah. Menurut Imron (2012:3), rendah dan merosotnya mutu
pendidikan sebagaimana disinyalir oleh banyak media massa, hampir selalu
disertai dengan menuding gurunya. Ternyata yang disoroti rendah mutunya bukan
4
pertama maupun atas, baik umum maupun kejuruan. Rendahnya nilai murni siswa
sekolah menengah, banyaknya lulusan sekolah menengah yang tidak dapat
bekerja sesuai bidangnya dan kurangnya kesempatan kerja yang tersedia
dibanding jumlah angkatan kerja adalah sedikit dari persoalan yang bersentuhan
dengan kualitas pendidikan.
Imron (2012: 4-5) menambahkan bahwa tidak semua guru betul-betul
profesional dalam melaksanakan tugasnya. Hal inilah yang dinyatakan oleh
Jacobson bahwa tidak semua guru berada dalam keadaan well trained dan well
qualified. Oleh karena itu, guru harus selalu memutakhirkan kemampuannnya
agar tidak ketinggalan dengan perkembangan iptek yang demikian cepat. Menurut
Adler (1982) dalam Imron 2012: 5, pernah memberikan rekomendasi agar guru
adalah orang yang sedang berada dalam perjalanan menuju terdidik, di mana ia
harus memanifestasikan kompetensinya sebagai orang yang sedang belajar dan
menunjukkan minat yang besar untuk menjadi guru.
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru adalah kompetensi
pedagogik. Menurut Sarimaya (2008: 19), kompetensi pedagogik merupakan
segala kemampuan guru yang berkaitan dengan pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.
Salah satu unsur dari perancangan dan pelaksanaan pembelajaran adalah
pemilihan model pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat
dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, juga dipengaruhi oleh
5
peserta didik. Di samping itu pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai
tahap-tahap (sintaks) yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Oleh
karena itu guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model
pembelajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
Guru harus mampu menyajikan proses pembelajaran dengan melibatkan
langsung peran siswa secara aktif. Guru harus mampu mengemas secara apik
dalam penyampaian substansi materi ajar agar siswa tidak menjadi jenuh, bosan
dan kurang antusias dalam proses pembelajaran. Untuk itu guru harus mampu
meramu pembelajarannya menjadi menarik, efektif, inovatif sehingga mampu
mendorong aktivitas dan kreativitas para siswa.
Salah satu model pembelajaran yang telah umum digunakan dalam proses
belajar mengajar di sekolah adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut
Hamruni (2012: 119), model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dalam model
pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi dan pendekatan di mana salah
satu di antaranya adalah tipe jigsaw.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah model pembelajaran yang
dikembangkan agar dapat membangun kelas sebagai komunitas belajar yang
menghargai semua kemampuan siswa. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
menjadikan siswa termotivasi untuk belajar karena skor-skor yang dikontribusikan
para siswa kepada tim didasarkan pada sistem skor perkembangan individual dan
para siswa yang skor timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau
6
untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok
ahli mereka supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan
baik (Slavin, 2006:5).
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan. Menurut Arends
(2001: 23), bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model
pembelajaran tipe jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu: (a) mempermudah
pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya; (b) pemerataan penguasaan materi
dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat; (c) melatih siswa untuk lebih aktif
dalam berbicara dan berpendapat; (d) siswa yang lemah dapat terbantu dalam
menyelesaikan masalah,menerapkan bimbingan sesama teman, rasa harga diri
siswa yang lebih tinggi dan memperbaiki kehadiran; (e) pemahaman materi lebih
mendalam, meningkatkan motivasi belajar; (f) dalam proses belajar mengajar
siswa saling ketergantungan positif; (g) dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bekerjasama dengan kelompok lain; (h) setiap siswa saling mengisi
satu sama lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengawas mata pelajaran Ekonomi
Kabupaten Dairi pada bulan Nopember 2015, didapatkan data awal berdasarkan
hasil supervisi yang dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016
terhadap guru ekonomi pada SMA Negeri 1 Sumbul dan SMA Negeri
Silahisabungan. Hasil supervisi pengawas menunjukkan bahwa secara umum
kemampuan guru masih rendah dalam merencanakan pembelajaran terutama
7
pembelajaran yang dipakai dan guru tidak mengikuti prosedur atau
langkah-langkah pembelajaran yang dituangkan dalam RPP.
Data tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dan observasi awal yang
dilakukan oleh peneliti terhadap lima orang guru ekonomi yang masing-masing
terdiri dari tiga orang guru ekonomi di SMA Negeri 1 Sumbul dan dua orang guru
ekonomi SMA Negeri 1 Silahisabungan Kabupaten Dairi pada Januari 2016. Dari
hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kelima (100%) guru ekonomi
tersebut sudah memahami model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dari
jumlah tersebut, sebanyak dua orang (40%) guru sudah pernah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sedangkan tiga orang (60%) guru belum
pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam proses
belajar mengajar. Data ini didukung dengan uraian langkah-langkah kegiatan
pembelajaran dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat
guru, dimana pada metode pembelajaran guru mencantumkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, tetapi pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang
disusun belum memuat langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan sintaks
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Selanjutnya pada observasi awal di kelas pada proses pembelajaran
ternyata guru belum mampu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dengan baik. Dari kelima guru yang diobservasi, diperoleh hasil rata-rata
kemampuan guru ekonomi dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw adalah sebesar 50,91 (Lampiran 5). Itu artinya kemampuan guru masih
8
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang masih bersifat klasikal dan belum
memuat langkah-langkah pelaksanaan model pembelajara kooperatif tipe jigsaw.
Dari data di atas dapat simpulkan bahwa secara umum kemampuan guru
dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran secara umum masih relatif
rendah. Namun ada juga RPP yang telah disusun guru sudah baik dan lengkap,
tetapi pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran tidak memuat tahapan-tahapan
sesuai dengan model pembelajaran yang dipilih.
Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu ada upaya yang
sungguh-sungguh dalam rangka membantu para guru dalam menerapakan strategi dan
model pembelajaran serta keterampilan mengajar yang sesuai dengan kebutuhan
materi pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui
kegiatan supervisi.
Menurut Pidarta (1992:10), kegiatan supervisi diharapkan dapat
meningkatkan kualitas guru dan mencari solusi atas masalah yang dihadapi oleh
guru. Jacobson dalam Sahertian (2010: 1) menyatakan bahwa perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengharuskan guru untuk belajar terus. Oleh
karena itu kemampuan mengajar guru harus senantiasa ditingkatkan antara lain
melalui supervisi pendidikan (Imron 2012:1).
Dunia pendidikan tidak dapat terlepas dari supervisi pendidikan karena
ilmu dan teknologi pendidikan selalu berkembang yang memungkinkan para guru
menjadi tertinggal jika tidak dibantu oleh supervisor. Dalam dunia pendidikan,
supervisi selalu mengacu kepada kegiatan memperbaiki proses pembelajaran.
Proses pembelajaran ini sudah tentu berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang lain,
9
berkomunikasi dan bergaul, baik dengan warga sekolah maupun dengan
masyarakat dan upaya membantu kesejahteraan mereka. Kegiatan-kegiatan di atas
juga tidak terlepas dari tujuan akhir setiap sekolah yaitu menghasilkan lulusan
yang berkualitas Pidarta (2009:1).
Fokus utama dalam supervisi pendidikan adalah untuk memperbaiki dan
membina proses pembelajaran guru sehingga menghasilkan pendidikan yang
berkualitas. Supervisi pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam upaya peningkatan baik mutu pelajaran dan mutu penyelenggaraan sekolah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan supervisi itu adalah untuk
memberikan layanan dan bantuan dalam meningkatkan kualitas mengajar guru di
kelas yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Layanan dan
bantuan yang diberikan tersebut tidak saja untuk memperbaiki kemampuan
mengajar guru namun juga untuk mengembangkan potensi kualitas guru itu
sendiri.
Namun persepsi guru terhadap supervisi masih kurang tepat. Masih
banyak guru yang memahami supervisi sebagai pengawasan (inspeksi) untuk
mencari-cari kesalahan. Menurut Sahertian (2010:35) hal ini akan mengakibatkan
rasa tidak puas dalam diri guru dalam pelaksanaan supervisi sehingga muncul dua
sikap yang dalam kinerja guru yaitu (1) acuh tak acuh (masa bodoh) dan (2)
menantang (agresif).
Seperti telah dijelaskan kata kunci dari supervisi adalah memberikan
layanan dan bantuan kepada guru-guru, maka tujuan supervisi adalah memberikan
layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang
10
kontribusi berupa bantuan dan binaan terhadap guru dalam proses pembelajaran
dan mengevaluasi guru dalam capaian kompetensi dasar mengajar.
Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan
pendidikan adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan
korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap yang menciptakan
situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai
subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu supervisi harus dilaksanakan
berdasarkan data dan fakta yang objektif.
Seyogyanya supervisor diharapkan mampu meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan guru dalam menjalankan profesinya.
Kendala-kendala yang dihadapi guru akan dapat diketahui dan diatasi sendiri oleh guru
bersangkutan dengan bimbingan supervisor. Supervisor diharapkan tidak
mendikte, menggurui ataupun mengatur guru namun mengambil tindakan untuk
menyadarkan sehingga dengan sendirinya guru mengetahui kelemahannya dan
menemukan sendiri cara untuk mengatasi kendala yang dihadapinya.
Menurut Sahertian (2010:34), terdapat beberapa model, pendekatan dan
teknik supervisi dalam pendidikan yaitu: Berdasarkan modelnya, supervisi dibagi
menjadi 4 (empat) yaitu supervisi konvensional, supervisi ilmiah, supervisi klinis
dan supervisi artistik. Berdasarkan pendekatannya, supervisi dibagai menjadi 3
(tiga) yaitu supervisi dengan pendekatan direktif, pendekatan non-direktif dan
pendekatan kolaboratif. Sedangkan berdasakan tekniknya, supervisi dibedakan
menjadi supervisi yang bersifat individual dan supervisi yang bersifat kelompok.
Selama ini, menurut pengamatan penulis di lapangan, model supervisi
11
model supervisi konvensional. Pengawas datang ke sekolah dengan kondisi antara
lain: (1) melakukan supervisi tanpa ada kesepakatan waktu sebelumnya; (2)
mengisi instrumen penilaian pada saat guru mengajar tanpa ada pemberitahuan
hasil penilaiannya; (3) melakukan supervisi tanpa adanya tindak lanjut. Sementara
guru menginginkan supervisor yang dekat dengan mereka yang dapat membantu
mereka dalam mengembangkan profesionalitas mereka dalam mengajar.
Melihat kenyataan tersebut, model supervisi yang tepat adalah supervisi
klinis. Tekanan dan pendekatan yang diterapkan bersifat khusus melalui tatap
muka dengan guru pengajar. Inti bantuan terpusat pada perbaikan penampilan dan
perilaku mengajar guru (Acheson & Gall dalam Sahertian 2010:37). Sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kolaboratif. Pendekatan
kolaboratif dalam supervisi klinis adalah suatu pendekatan yang memadukan
pendekatan direktif (langsung) dan pendekatan non-direktif (tidak langsung)
menjadi suatu pendekatan yang baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun
guru bersama-sama dan bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria
dalam membahas masalah yang dihadapi oleh guru. Dengan demikian diharapkan
supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif ini akan dapat meningkatkan
kemampuan mengajar guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi permasalahan
12
1. Metode mengajar guru yang digunakan pada mata pelajaran Ekonomi masih
konvensional.
2. Kualifikasi pendidikan yang masih rendah sehingga mutu guru juga rendah.
3. Kurangnya frekuensi supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan
pengawas.
4. Implementasi supervisi akademik model klinis belum pernah dilakukan
5. Pendekatan/model supervisi yang kurang tepat yang digunakan oleh
supervisor.
6. Pelaksanaan supervisi tidak didasarkan pada kesadaran dan kesepakatan antara
guru dan supervisor.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada penerapan
supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif yang diperkirakan dapat
meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran ekonomi SMA Negeri 1 Sumbul
dan SMA Negeri Silahisabungan di Kabupaten Dairi dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah
yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: Apakah penerapan supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif
13
Sumbul dan SMA Negeri Silahisabungan di Kabupaten Dairi dalam menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk melihat peningkatan kemampuan guru
mata pelajaran ekonomi SMA Negeri 1 Sumbul dan SMA Negeri Silahisabungan
di Kabupaten Dairi dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw setelah dilakukannya supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang bersifat
teoretis maupun praktis.
1. Manfaat teoritis
a. Menambah pengetahuan khususnya dalam ilmu pendidikan baik kepada
pendidik (guru), tenaga kependidikan, kepala sekolah maupun supervisor
untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru dan mengatasi
permasalahan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran.
b. Menambah khazanah bacaan ilmiah dan rujukan bagi peneliti lain dalam
penerapan supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif.
2. Manfaat praktis
a. Bagi pengawas sekolah, sebagai referensi dalam melaksanakan tugas
kepengawasan/supervisi akademik dalam rangka meningkatkan
14
b. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada guru sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan khususnya mutu proses belajar mengajar
di sekolah.
c. Bagi guru, sebagai upaya pengembangan dan peningkatan kemampuan
mengajar guru dalm proses belajar mengajar serta mengevaluasi diri
melalui supervisi klinis yang dilakukan oleh supervisor di sekolah.
d. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian
85 BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya,
dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan supervisi klinis dengan pendekatan
kolaboratif dapat meningkatkan kemampuan guru ekonomi di SMA Negeri 1
Sumbul dan SMA Negeri 1 Silahisabungan Kabupaten Dairi dalam menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan uraian sebagai berikut:
1. Rata-rata nilai kemampuan guru dalam menyusun RPP dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw meningkat. Hal itu dibuktikan dengan
hasil penelitian dimana pencapaian pada pra siklus hanya mencapai 53,75
dengan kategori sangat kurang, pada siklus I meningkat menjadi 81,25
dengan kategori baik dan pada siklus II meningkat menjadi 93,23 dengan
kategori amat baik.
2. Rata-rata nilai kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw meningkat. Hal itu dibuktikan dengan hasil penelitian
dimana pencapaian pada pra siklus hanya mencapai 43,64 dengan kategori
sangat kurang, pada siklus I meningkat menjadi 75,00 dengan kategori cukup
dan pada siklus II meningkat menjadi 89,09 dengan kategori baik.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian, maka implikasi penelitian ini diantaranya:
1. Penerapan supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif yang terbukti dapat
86
Negeri 1 Silahisabungan Kabupaten Dairi dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
mengimplikasikan perlunya upaya-upaya sosialisasi model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw terhadap guru-guru baik guru ekonomi maupun guru
yang mengampu mata pelajaran yang lain dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Penerapan supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif yang telah terbukti
dapat meningkatkan kemampuan guru ekonomi di SMA Negeri 1 Sumbul dan
SMA Negeri 1 Silahisabungan Kabupaten Dairi dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memungkinkan pula untuk diterapkan
pada model-model pembelajaran lainnya.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian di atas, maka
disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi guru agar:
a. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam penyusunan
perangkat pembelajaran dengan mengikuti berbagai pelatihan yang
berkaitan dengan perangkat pembelajaran.
b. Terbuka dan bersedia menerima pembaharuan dan perkembangan terkait
dengan model-model pembelajaran.
2. Bagi kepala sekolah agar menghimbau para guru untuk menerapkan berbagai
model pembelajaran kooperatif dimana salah satu di antaranya adalah model
87
3. Bagi pengawas sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
informasi dan alternatif dalam rangka menjalankan tugas pembimbingan dan
pembinaan bagi para guru binaannya.
4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
rujukan untuk melakukan penelitian lebih mendalam terutama yang
berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan supervisi
88
DAFTAR PUSTAKA
Aedi, Nur. 2014. Pengawasan Pendidikan: Tinjauan Teori dan Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arends, Richard I. 1997. Classroom Instructional Management. New York: The Mc-Graw Hill Company.
. 2001. Learning to Teach. New York: The Mc-Graw Hill Company.
Awalyatun, Rafiqah. 2015. Implementasi Supervisi Klinis oleh Pengawas Sekolah pada Guru Mata Pelajaran Matematika SMA Negeri di Kota Takengon. Tesis: Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana - Universitas Negeri Medan.
Cogan, Morris. 1973. Clinical Supervision. Boston: Houghton Mifflin, Co.
Dalman, H. 2012. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Rajawali Pers.
Glickman, Carl D, et al. 2010. Supervision and Instructional Leadership: Eight Edition. Boston: Pearson.
Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan-Madani.
Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Imron, Ali. 2012. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Istarani, 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
Johnson DW & Johnson, R, T. 1991. Learning Together and Alone. Massachussetts: Allin and Bacon.
Kardi, S dan Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press.
89
Lovell, John & Wiles Kimball. 1983. Supervision for Better Schools: Fifth edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Rosdakarya.
Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
__________. 2011. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Musfah, Jejen. 2012. Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta: Kencana.
Pidarta, Made. 1992. Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
___________. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta.
Prasojo, Lantip Diat dan Sudiyono. 2011. Supervisi Akademik. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Robbins, Stephen P & Timothy A. Judge. 2008. Prilaku Organisasi. Terjemahan oleh Diana Angelica dkk. Jakarta: Salemba Empat.
Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran: Dalam Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
_____________. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
_____________. 2012. Supervisi Pembelajaran: dalam Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Sahertian, P. 2010. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2010. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
90
Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan – Teori dan Praktik. Terjemahan oleh Marianto Samosir. Jakarta: Indeks.
Sergiovanni, T. J. 1982. Supervision of Teaching. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.
Sudarwan. 2012. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Sudjana, Nana. 2009. Standar Kompetensi Pengawas Dimensi dan Indikator. Bekasi : Binamitra Publishing.
. 2012. Supervisi Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas Sekolah. Bekasi: Binamitra Publishing.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada.