• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Sosial keluarga dengan Stres pada Pasien Stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Dukungan Sosial keluarga dengan Stres pada Pasien Stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

F

UNI

SKRIPSI

Oleh Miftahus Sa’adah

111101013

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)
(4)

melimpahkan rahmat dan karuniannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Dukungan Sosial keluarga dengan Stres pada

pasien Stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan”. Sebagai tugas akhir yang

harus dipenuhi untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Pada saat penyelesaian skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta dorongan kepada penulis.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada yang terhormat :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. H. Edwan Effendi, M. Sc selaku Direktur Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan.

3. Ibu Erniyati S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Nunung Febriany Sitepu, S.Kep. Ns, MNS sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, bimbingan, ilmu, serta memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini dan juga motivasi serta dukungan kepada saya selama proses penyelesaian skripsi ini.

(5)

8. Ibu Siti Zahara Nasution, S.kp., MNS, Ibu Lufthiani S.kep. Ns., M.kep dan Bapak Walter, S.Kep, Ns., M.Kep, Sp. Kep J yang telah memvalid kan kuisioner peneliti dan memberikan masukan berharga terhadap penelitian ini. 9. Seluruh responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian selama proses

berlangsung.

10. Teristimewa kepada kedua orangtua ku tercinta, Ayahanda Muhammad Syafri S. Pd.I dan Ibunda Mawar Lina Nasution S.Pd, yang telah memberikan doa, nasehat, dan dukungan baik moril maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta terimakasih untuk adik-adikku tersayang Afifah Ulya, Ahmad Zawir Akmal dan Izzahtul Mardiah yang telah mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini

11. Teman - teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Khususnya teman-teman stambuk 2011 yang telah memberikan semangat dan masukkan dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam menyelesaikan skripsi maupun menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(6)

Medan, Juli 2015

(7)

Prakata ... iii

Daftar isi... vi

Daftar tabel ... x

Daftar skema ... xi

Abstrak ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1. Latar belakang... 1

2. Rumusan masalah ... 5

3. Tujuan penelitian ... 6

4. Pertanyaan penelitian ... 6

5. Manfaat penelitian ... 6

5.1. Pendidikan keperawatan ... 6

5.2. Pelayanan keperawatan ... 6

5.3. Penelitian keperawatan ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 8

1. Konsep dukungan sosial keluarga... 8

1.1. Definisi dukungan sosial keluarga ... 8

1.2. Definisi keluarga ... 8

1.3. Dukungan sosial keluarga ... 9

1.4. Bentuk dukungan sosial keluarga ... 10

(8)

2.4. Proses adaptasi terhadap stres ... 15

2.4.1. Indikator fisiologis... 15

2.4.2. Indikator perkembangan ... 16

2.4.3. Indikator perilaku emosional ... 17

2.4.4. Indikator intelektual... 17

2.4.5. Indikator sosial ... 17

2.4.6. Indikator spiritual ... 18

2.5. Tanda dan Gejala Stres ... 18

2.6. Stres dan Penyakit... 19

3. Konsep stroke... 20

3.1. Definisi... 20

3.2. Etiologi... 20

3.3. Patofisiologi ... 22

3.4. Tanda dan gejala ... 24

3.5. Dukungan dan peran keluarga pada penderita stroke .... 24

3.6. Stres pada penderita stroke ... 25

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN... 27

1. Kerangka penelitian ... 27

2. Definisi operasional ... 28

3. Hipotesis penelitian... 29

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 30

1. Desain penelitian... 28

2. Populasi, sampel dan tehnik sampling ... 30

(9)

5. Instrumen penelitian... 34

5.1. Data demografi... 34

5.2. Kuisioner dukungan sosial keluarga ... 34

5.3. Kuisioner stres ... 35

6. Uji validitas dan reliabilitas ... 36

6.1. Uji validitas ... 36

6.2. Uji reliabilitas... 37

7. Prosedur pengumpulan data ... 37

8. Analisa data... 39

8.1. Analisa univariat ... 40

8.2. Analisa bivariat ... 40

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 41

1. Hasil ... 42

1.1. Distribusi karakteristik data demografi responden ... 43

1.2. Dukungan sosial keluarga pasien... 43

1.3. Stres pada pasien stroke ... 44

1.4. Hubungan dukungan sosial keluarga dengan stres ... 44

2. Pembahasan ... 45

2.1. Dukungan sosial keluarga pasien... 45

2.2. Stres pada pasien stroke ... 48

2.3.Hubungan dukungan sosial keluarga keluarga dengan kualitas hidup ... 50

(10)

2. Saran ... 54

2.1. Bagi pasien dan keluarga ... 54

2.2. Pendidikan keperawatan ... 54

2.3. Pelayanan keperawatan ... 54

2.4. Penelitian keperawatan ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN 1.Informed consent ... 59

2. Instrumen penelitian ... 60

3. Jadwal penelitian ... 64

4. Taksasi dana ... 65

5. Lembar persetujuan uji validitas ... 66

6. Lembar izin reliabilitas ... 69

7. Lembar izin penelitian ... 71

8. Lembar izin komisi etik ... 73

9. Lembar bukti bimbingan ... 74

10. Analisa reliabilitas instrumen... 75

11. Analisa pengelolaan data dengan komputerisasi ... 79

12. Abstrak ... 97

(11)

Tabel 5.1 Tabel data demografi ... 40

Tabel 5.2 Tabel distribusi frekuensi dukungan sosial keluarga ... 42

Tabel 5.3 Tabel distribusi frekuensi stres ... 43

(12)
(13)

Faculty : Nursing

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Family social support is very important to increase health emotion and status, especially in stroke patients in order to avoid the incidence of stress which can decrease their health status. The objective of the study was to find out the

correlation between family social support and stroke patients’ stress at the

Polyclinic of RSUD dr. Pirngadi, Medan. The study used descriptive correlation method. The samples were 35 respondents, taken by using purposive sampling technique from May 11 to June 11, 2015. The data were gathered by distributing

questionnaires about demographic data, family’s social support, and stress. The result of the study showed that 18 respondents (50%) had family’s social support in moderate category, 3 respondents (8.3%) were in bad category, 15 respondents (41.7%) underwent mild stress, 15 respondents (41.7%) underwent moderate stress. And 5 respondents (13.9%) underwent serious stress. It was also found that p-value = 0.000 (p < 0.05) and correlation (r) value = -0.845 which indicated that there was significant but negative correlation between family social support and stress. It is recommended that families should increase social support like moral, emotional, and instrumental support, and evaluation.

(14)

Nim : 111101013

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2015

ABSTRAK

Dukungan sosial keluarga merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan emosional dan status kesehatan individu, salah satunya pada pasien stroke, hal ini diperlukan untuk menghindari terjadinnya keadaan stres yang dapat mengakibatkan penurunan status kesehatan pada pasien stroke itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan stres pada pasien stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasidengan pengambilan sampel

purposive sampling, yang dilakukan pada tanggal 11 Mei sampai dengan 11 Juni 2015 dengan jumlah responden 35 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner data demografi, kuisioner dukungan sosial keluarga dan kuisioner stres. Hasil penelitian diuji dengan spearman rho dan menunjukkan mayoritas dukungan sosial keluarga pasien dalam kategori cukup sebesar 50,0% (18 orang) dan kategori kurang sebesar 8,3% (3 orang) dan stres pada pasien dalam kategori ringan sebesar 41,7%(15 orang),kategori sedang 41,7% (15 orang) dan kategori berat 13,9% (5 orang). Dari hasil penelitian didapat nilai p = 0,000 (p<0,05) dengan nilai korelasi (r) = -0,845 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan sosial keluarga dengan stres dengan kekuatan korelasi sangat kuat berpola negatif. Dari penelitian ini disarankan keluarga untuk lebih meningkatkan dukungan sosial keluarga berupa dukungan informasi,emosional,instrumental dan penilaian

(15)

Faculty : Nursing

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Family social support is very important to increase health emotion and status, especially in stroke patients in order to avoid the incidence of stress which can decrease their health status. The objective of the study was to find out the

correlation between family social support and stroke patients’ stress at the

Polyclinic of RSUD dr. Pirngadi, Medan. The study used descriptive correlation method. The samples were 35 respondents, taken by using purposive sampling technique from May 11 to June 11, 2015. The data were gathered by distributing

questionnaires about demographic data, family’s social support, and stress. The result of the study showed that 18 respondents (50%) had family’s social support in moderate category, 3 respondents (8.3%) were in bad category, 15 respondents (41.7%) underwent mild stress, 15 respondents (41.7%) underwent moderate stress. And 5 respondents (13.9%) underwent serious stress. It was also found that p-value = 0.000 (p < 0.05) and correlation (r) value = -0.845 which indicated that there was significant but negative correlation between family social support and stress. It is recommended that families should increase social support like moral, emotional, and instrumental support, and evaluation.

(16)

Nim : 111101013

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2015

ABSTRAK

Dukungan sosial keluarga merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan emosional dan status kesehatan individu, salah satunya pada pasien stroke, hal ini diperlukan untuk menghindari terjadinnya keadaan stres yang dapat mengakibatkan penurunan status kesehatan pada pasien stroke itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan stres pada pasien stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasidengan pengambilan sampel

purposive sampling, yang dilakukan pada tanggal 11 Mei sampai dengan 11 Juni 2015 dengan jumlah responden 35 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner data demografi, kuisioner dukungan sosial keluarga dan kuisioner stres. Hasil penelitian diuji dengan spearman rho dan menunjukkan mayoritas dukungan sosial keluarga pasien dalam kategori cukup sebesar 50,0% (18 orang) dan kategori kurang sebesar 8,3% (3 orang) dan stres pada pasien dalam kategori ringan sebesar 41,7%(15 orang),kategori sedang 41,7% (15 orang) dan kategori berat 13,9% (5 orang). Dari hasil penelitian didapat nilai p = 0,000 (p<0,05) dengan nilai korelasi (r) = -0,845 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan sosial keluarga dengan stres dengan kekuatan korelasi sangat kuat berpola negatif. Dari penelitian ini disarankan keluarga untuk lebih meningkatkan dukungan sosial keluarga berupa dukungan informasi,emosional,instrumental dan penilaian

(17)

1. Latar Belakang.

(18)

Junaidi (2011) menyatakan stroke merupakan masalah medis yang utama bagi masyarakat modern saat ini, diperkirakan 1 dari 3 orang akan terserang stroke dan 1 dari 7 orang akan meninggal karena stroke. Stroke dapat terjadi pada setiap usia, dari bayi baru lahir sampai pada usia sangat lanjut, namun angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia makin banyak kemungkinan untuk mendapatkan stroke, rata-rata dapat dikatakan bahwa angka kejadian (insiden) stroke adalah 200 per 100.000 penduduk, dalam satu tahun, diantara 100.000 penduduk, maka 200 orang akan mendapat stroke (Lumbantobing, 2004).

Lumbantobing (2004) menyatakan, bila angka kejadian stroke menurut usia dikelompokkan sebagai berikut : Pada usia 35-44 tahun, insiden ialah 0,2 per-seribu, pada kelompok usia 45-54 tahun 0,7 perper-seribu, kelompok usia 55-64 tahun : 1,8 perseribu, kelompok usia 65-74 tahun : 2, 7 perseribu, 75– 84 tahun : 10,4

perseribu dan 85 tahun keatas 13,9 perseribu, di taksir bahwa dari 1000 orang yang berusia 55- 64 tahun, dalam satu tahun 1,8 orang atau kira kira 2 orang mendapat stroke.

(19)

kemudian dari data didapatkan bahwa sekitar 55.000 lebih banyak perempuan dari pada laki-laki menderita stroke setiap tahunnya.

Jumlah pasien stroke di Indonesia setiap tahun semakin meningkat terlihat pada Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) jumlah penderita stroke di tahun 2007 usia 45-54 sekitar 8 persen, sedangkan pada tahun 2013 mencapai 10 persen. Selanjutnya jumlah penderita stroke usia 55-64 tahun pada Riskesdas 2007 sebanyak 15 persen, sedangkan pada Riskesdas 2013 mencapai 24 persen. Pada Riskesdas 2013 jumlah penderita stroke pada usia 15-24 tahun sudah ada yakni 0,2 persen dan ini termasuk tinggi. Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyebutkan angka kejadian stroke menurut data dasar rumah sakit sekitar 63 per 100.000 penduduk usia diatas 65 tahun terserang stroke, sedangkan jumlah penderita yang meninggal dunia lebih dari 125.000 jiwa pertahun (Junaidi, 2011).

(20)

faktor paling berpengaruh terhadap terjadinya stroke, hasil studi dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa stres merupakan salah satu faktor utama pemicu hipertensi, yang merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya serangan stroke Herke (2006 dalam Adienta, 2012). Dalam hasil penelitian Adienta dan Handayani (2012) juga menyebutkan bahwa kejadian stres pada pasien stroke di RSUP. Dr. Kariadi Semarang cukup tinggi, dari 90 responden yang diteliti terdapat 71 orang mengalami stres. Kemudian dari fakta inilah yang menjadi salah satu alasan bahwa stres perlu mendapatkan perhatian khusus dari setiap penderita stroke.

Taylor, Peplau, & Sears (2009) menyatakan pengalaman stres dapat menjadi masalah bukan hanya karena menimbulkan tekanan emosional dan ketegangaan fisik, tetapi bisa menimbulkan penyakit. Terjadinya serangan stroke berulang pada penderita stroke umumnya dipicu dari spikologis pasien yang merasa menyerah terhadap penyakit dan kondisi tubuhnya yang mengalami kecacatan atau kelumpuhan jangka panjang pasca stroke, sehingga penderita tidak dapat melakukan aktivitas dan berperan seperti sebelumnya, hal ini juga dapat menimbulkan stres pada pasien stroke.

(21)

memberikan perhatian emosional yang diekspresikan melalui rasa suka, cinta, atau empati, dan dukungan sosial ini juga menurunkan kemungkinan sakit dan mempercepat pemulihan dari sakit (Taylor, et all., 2009). Selain dengan memberikan perhatian emosional dukungan sosial juga dapat diberikan dengan memberikan perhatian melalui dukungan informasi, dukungan instrumental dan dukungan penilaian. Dukungan sosial dapat diberikan oleh siapa saja terutama keluarga dimana keluarga sebagai orang terdekat. Dengan memberikan dukungan sosial dalam situasi penuh stres, teman-teman dan keluarga dapat menenangkan bahwa ia adalah orang yang berharga yang dicintai oleh orang lain. Orang-orang dengan dukungan sosial tinggi dapat memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi yang membuat mereka tidak mudah diserang stres Abdullah & Amrullah (2014). Rusmini (2003 dalam Hasan & Rufaidah, 2013) juga menyatakan bahwa dukungan dari lingkungan sosial keluarga dapat meringankan rasa sakit pada penderita stroke sebagai bentuk pengobatan secara psikis bagi penderita. Oleh karena itu terlihat bahwa dukungan sosial berperan penting terhadap pemulihan penyakit kemudian dapat menurunkan dan mencegah stres bagi seseorang terutama mereka yg terkena penyakit tertentu seperti stroke.

2. Rumusan Masalah.

(22)

3. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan penelitian yaitu :

3.1. Untuk mengidentifikasi dukungan sosial keluarga pada pasien stroke.

3.2. Untuk mengidentifikasi stres pada pasien stroke

3.3. Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan stres pada pasien stroke

4. Pertanyaan Penelitian.

Adapun pertanyaan penelitian yaitu :

4.1. Bagaimana dukungan sosial keluarga pada pasien stroke ?

4.2. Bagaimana stres pada pasien stroke?

4.3. Adakah hubungan dukungan sosial keluarga dengan stres pada pasien stroke?

5. Manfaat Penelitian.

5.1. Pendidikan keperawatan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa keperawatan dan untuk penelitian selanjutnya tentang hubungan dukungan sosial keluarga terhadap stres pasien stroke.

5.2. Pelayanan keperawatan.

(23)

poli stroke tentang bagaimana hubugan dukungan sosial keluarga terhadap stres yang dialami pasien stroke.

5.3. Penelitian keperawatan.

(24)

1.Konsep Dukungan Sosial Keluarga

1.1. Defenisi Dukungan Sosial

King (2010) menyatakan dukungan sosial (sosial support) adalah informasi dan umpan balik dari orang lain menunjukkan bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai, dan dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban yang timbal balik. Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Abdullah dan Amrullah, 2014).

Dukungan sosial bisa diberikan melalui beberapa cara, pertama perhatian emosional yang diekspresikan melalui rasa suka, cinta, atau empati (Taylor, et all., 2009). Kajian psikologi kesehatan menunjukkan bahwa hubungan yang suportif secara sosial juga bisa meredam efek stres, membantu orang mengatasi stres dan menambah kesehatan (Sarason & Gurung, 1997 dalam taylor, et all., 2009).

1.2. Definisi Keluarga

(25)

perkawaninan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya, keluarga dijadikan unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga yang ada disekitarnya atau dalam konteks luas berpengaruh terhadap negara.

Keluarga merupakan sistem sosial karena terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai peran sosial yang berbeda dengan ciri saling berhubungan dan tergantung antar individu (Suprajitno, 2004). Dalam Friedman (1998) menyatakan bahwa keluarga menunjukkan kepada dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

1.3. Dukungan Sosial Keluarga.

Friedman (1998) menyatakan bahwa dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.

(26)

siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami/ istri atau dukungan dari saudara kandung, sedangkan dukungan sosial eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan sosial keluarga), Sebuah jaringan sosial keluarga secara sederhana adalah jaringan kerja sosial keluarga inti itu sendiri (Friedman, 1998).

Wade dan Travis (2007) menyatakan dukungan sosial dari teman, keluarga dan oranglain sangat berperan dalam mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan emosional, Orang yang memiliki teman- teman baik, kontak sosial yang luas, dan jejaring dengan anggota masyarakat lain memiliki kesehatan yang lebih baik dan berumur lebih panjang dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliknya.

1.4. Bentuk Dukungan Sosial Keluarga.

Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami/ istri atau dukungan dari saudara kandung. Smet (1994 dalam Setiadi, 2008) menyatakan, setiap bentuk dukungan sosial keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain:

(27)

b. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik, empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhan, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.

c. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan dan lain-lain.

d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang pada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian positif.

2.Konsep Stres

2.1. Definisi Stres

(28)

mengubah stresor atau dengan mengakomodasi efeknya (Baum, 1990 dalam Taylor, et all., 2009).

Stres adalah isu kesehatan utama karena ia menyebabkan tekanan psikologis dan dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan, tetapi stres tidak tergantung dalam situasi, namun merupakan konsekuensi dari penilaian seseorang atas situasi. Kejadian yang negatif, tidak dapat dikontrol, ambigu, dan tidak dapat dipecahkan adalah kejadian yang paling mungkin dianggap sebagai penyebab stres (Taylor, et all., 2009).

Jadi dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu respon tubuh terhadap tekanan yang berasal dari luar maupun diri sendiri yang dapat menyebabkan terganggunya sistem tubuh baik secara fisik, psikologis, sosial maupun spiritual.

2.2. Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Stres

(29)

2.3. Respon Terhadap Stres.

2.3.1. Respon Fisiologis.

Menurut Selye (1976 dalam Potter & Perry, 2005) menyatakan bahwa terdapat dua respon fisiologis terhadap stres, sindrom adaptasi local (LAS) dan sindrom adaptasi umum (GAS). LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres karena trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya, Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dan respon terhadap tekanan. Ada beberapa karakteristik LAS yaitu, respon yang terjadi adalah setempat (tidak melibatkan seluruh sistem tubuh), responnya adaptif (stresor di perlukan untuk menstimulasinya), jangka pendek (tidak terdapat terus menerus) dan restoratif (LAS membantu dalam memulihkan hemeostasis bagian tubuh),

(30)

a. Tahap pertama yaitu reaksi peringatan yang termasuk disini adalah efek aktivasi sistem saraf otonom dan mempunyai karakteristik adanya penurunan resistensi tubuh terhadap stres.

b. Tahap kedua resistensi dimana hipofisis terus mengeluarkan ACTH, yang kemudian merangsang korteks adrenal untuk mensekresi glukokortikoid, yang penting untuk resistensi terhadap stres karena glukokortikoid merangsang konversi lemak dan protein menjadi glukosa yang menghasilkan energi untuk mengatasi stres.

c. Tahap ketiga yaitu tahap kelelahan dimana ketika stres yang khusus tersebut terus berlanjut, kemampuan tubuh untuk menahannya dan untuk menghindari stres yang lain pada akhirnya akan gagal.

2.3.2. Respon Psikologis.

Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa ketika seseorang terpajan pada stresor, maka kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan darah terganggu. Gangguan atau ancaman ini, baik yang aktual atau yang di serap, menimbulkan frustasi, ansietas, dan ketegangan. Perilaku adaptif psikologi individu membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi stresor.

(31)

menerima stres (Lazarus 1966 dalam Niven 2002). Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa perilaku adaptif psikologis disebut juga sebagai mekanisme koping. Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan tehnik pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman, atau dapat juga mekanisme pertahanan ego yang tujuannya adalah untuk mengatur distres emosional dan dengan demikian memberikan perlindungan individu terhadap ansietas dan stres. Mekanisme pertahanan ego adalah metode koping terhadap stres secara tidak langsung.

2.4. Proses Adaptasi Terhadap Stres.

2.4.1. Indikator Fisiologis

(32)

a. Situasi stres ringan adalah stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur, seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan, situasi seperti ini biasa nya berlangsung beberapa menit atau jam.

b. Situasi stres sedang, berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga.

c. Situasi stres berat adalah situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun seperti, perselisihan yang terus menerus, kesulitan finansial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan semakin lama nya situasi stres maka makin tinggi risiko kesehatan yang di timbulkan (Wiebe & Williams, 1992 dalam Potter & Perry, 2005)

2.4.2. Indikator Perkembangan

(33)

2.4.3. Indikator Perilaku Emosional.

Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien, stres mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Reaksi terhadap stres yang berkepanjangan di tetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stresor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran , konsep diri dan ketabahan, yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stres.

2.4.4. Indikator Intelektual

kemampuan individu untuk mendapatkan pengetahuan atau keterampilan baru mengalami gangguan dan penilaian koqnitif individu terhadap yang situasi juga mungkin menjadi tidak akurat. Selain itu, kemampuan klien untuk secara efektif memecahkan masalah menurun. Stres intelektual akan menganggu persepsi dan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah Abdullah & Amrullah (2014).

2.4.5. Indikator Sosial

(34)

2.4.6. Indikator Spiritual

orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stres dalam banyak cara, tetapi stres dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stres yang berat dapat mengakibatkan kemarahan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stresor sebagai hukuman.

2.5. Tanda dan Gejala Stres

Looker & Gregson (2005) membagi tanda-tanda stres menjadi dua yaitu tanda stres yang baik (eustress) dan stres yang buruk (distres). Tanda- tanda distress dibagi menjadi tanda fisik dan mental.

a. Tanda fisik yang dirasakan seperti merasakan detak jantung berdebar-debar, sesak nafas, mulut, nausea, diare, sembelit, perut kembung, ketegangan otot kegelisahan, hiperaktif, mengigit kuku, mengetok jari, meremas-remas tangan, lelah, capek, lesu, sulit tidur, merasa sedih, sakit kepala, sering sakit flu, berkeringan khususnya ditelapak tangan dan bibir atas, merasa gerah, tangan dan kaki dingin, sering ingin kencing, makan berlebihan, kehilangan selera makan, lebih banyak merokok.

(35)

sulit berfikir jernih, berkonsentrasi dan membuat keputusan, rentan berbuat kesalahan dan melakukan kecelakaan, punya banyak hal untuk dikerjakan dan tidak tahu dimana memulainya sehingga mengakhiri segala sesuatunya tanpa hasil dn beralih dari satu tugas ke tugas lainnya, marah, melawan, agresif, pelupa, kurang kreatif, irrasional, menunda-nunda pekerjaaan, dll.

Kemudian tanda-tanda eustress atau stres yang baik seperti euforik, terangsang, tertantang, bersemangat, membantu, memahami, ramah, akrab, mencintai, bahagia, tenang, terkontrol, yakin, kreatif, efektif, efisien, jelas dan rasional dalam pikiran dan keputusan, bekerja keras, senang, produktif, riang, dan sering tersenyum (Looker & Gregson , 2005)

2.6. Stres dan Penyakit

(36)

3.Konsep Stroke

3.1. Definisi

Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak (Junaidi, 2011). MenurutNational Stroke Association (2007) stroke atau serangan otak terjadi ketika sebuah gumpalan darah menyumbat pembuluh darah arteri (pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh) atau pembuluh darah vena (sebuah pipa yang memindahkan darah ke jantung dari tubuh) keduanya istirahat, mengganggu aliran darah ke otak.

Shimberg (1998) menyatakan stroke adalah hasil penyumbatan yang tiba-tiba saja terjadi, yang disebabkan oleh penggumpalan, perdarahan, atau penyempitan pada pembuluh darah arteri, sehingga menutup aliran darah ke bagian-bagian otak.

3.2. Etiologi

(37)

Menurut Muttaqin (2008) penyebab terjadinya stroke antara lain:

a. Trombosis Serebral.

Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orangtua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis sering kali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.

b. Hemoragi.

(38)

c. Hipoksia Umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah hipertensi yang parah, henti jantung paru-paru dan curah jantung akibat aritmia.

d. Hipoksia Setempat.

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid dan vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.

3.3. Patofisiologi

(39)

Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Suplai darah ke otak dapat berubah ( makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vascular) atau karena gangguan umum ( hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Ateroskleroris sering sebagai factor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak aterosklerosis, atau darah dapat beku pada area stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi (Muttaqin, 2008)

Batticaca (2008) menyatakan, perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau kedalam jaringan otak sendir. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan degenaratif pembuluh darah yang dapat menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada pembuluh darah otak. Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan thrombus oleh fibrin trombosit dan oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai direabsorbsi. Ruptur ulang merupakan resiko serius yang terjadi sekitar 7- 10 hari setelah perdarahan pertama.

(40)

3.4. Tanda dan Gejala.

Junaidi (2011) menyatakan serangan awal stroke umumnya berupa gangguan kesadaran tidak sadar, bigung, sakit kepala, sulit konsentrasi, disorientasi, atau dalam bentuk lain, gangguan kesadaran dapat muncul dalam bentuk lain berupa perasaan ingin tidur, sulit mengingat, penglihatan kabur, dan sebagainya.

Lumbantobing (2004) menyatakan, bila bagian- bagian dari otak ini terganggu, misalnya suplai darah berkurang, maka tugasnya pun dapat terganggu, bila bagian yang berpartisipasi dalam berbicara yang terganggu, maka penderitanya menjadi tidak dapat berbicara, demikian juga halnya bila bagian-bagian lain yang terganggu, dapat mengakibatkan penderitanya menjadi lumpuh separuh badan, tidak merasa separuh badan, bicara menjadi pelo, pelupa dan lain sebagainya.

3.5. Dukungan dan Peran Keluarga Pada Penderita Stroke.

(41)

yang penting dalam mempertahankan kehidupan keluarga dalam menghadapi keadaan baru (Junaidi, 2011). Kemudian keluarga sangat berperan penting sebagai salah satu sumber pendukung bagi pasien stroke. Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa di sini keluarga dapat memberikan dorongan pada pasien untuk datang ke kelompok stroke yang ada dikomunitas pasien untuk memberikan perasaan saling memiliki dan kebersamaan dengan orang lain, dan berikan dorongan untuk meneruskan hobi, minat–minat rekreasional dan

hiburan, serta berhubungan dengan teman untuk mencegah isolasi sosial.

Junaidi (2011) menyatakan, ada beberapa cara yang dapat anda lakukan untuk berkomunikasi dan mengurangi kekuatiran yaitu dengan cara sering berkunjung saja sudah merupakan suatu yang sangat berguna bagi pasien, anda mungkin tidak perlu banyak bicara anda bisa bawakan bahan bacaan untuknya dan mungkin foto keluarga yang juga dapat dibawa, kemudian saat bertemu jangan bicara terus-menerus, tetapi beritahukanlah hal-hal yang terjadi disekitar anda dan dirumah, layaknya anda berbicara kepada orang yang sehat.

3.6. Stres Pada Penderita Stroke

(42)
(43)

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian adalah suatu hubungan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang akan diteliti (Setiadi, 2007). Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dukungan sosial keluarga dengan stres pada pasien stroke di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan. Adapun kerangka penelitian hubungan dukungan sosial keluarga dengan stres adalah:

Skema 3.1 Kerangka penelitian hubungan dukungan sosial keluarga dengan stres pada pasien stroke rawat jalan di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan

Ket :

: Variabel yang di teliti : Hubungan yang di teliti Dukungan Sosial Keluarga

Pasien Stroke dalam bentuk : • Baik

• Cukup

• Kurang

Stres pada Pasien Stroke: • Ringan

(44)

2. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan dukungan sosial keluarga dengan stres pada pasien stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan. No

.

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur hasil Ukur Skala

1. Dukungan sosial keluarga pada pasien stroke.

Dukungan sosial keluarga adalah dukungan yang nyata atau perilaku seseorang yang diberikan keluarga atau orang terdekat terhadap pasien stroke yang bersifat selalu memberikan pertolongan

dan memberikan

keuntungan emosional yang berpengaruh terhadap tingkah laku

penerima dan

menunjukkan peningkatan

kesehatan pada

penerimannya,yang terdiri dari beberapa komponen

yaitu: dukungan sosial keluarga di nyatakancukup 3. Jika skor jawaban responden 41 - 60 maka dukungan sosial keluarga di nyatakanbaik.

Ordinal

2. Stres pada pasien Stroke

(45)

dalam bentuk fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.

kadang-kadang = 1,sering = 2, sering sekali = 3.

dialami adalah sedang

3. Jika skor jawaban responden 35-51 maka stres yang dialami adalahberat

3. Hipotesa Penelitian.

Hipotesa dalam penelitian ini adalah :

- Ho = tidak ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan stres yang di alami pada pasien stroke.

- Ha = ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan stres yang di alami pada pasien stroke.

(46)

1. Desain Penelitian.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif yaitu jenis penelitian yang memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap suatu situasi dan menunjukkan hubungan antara berbagai variabel, dengan mengidentifikasi berbagai variabel yang ada pada responden yang sama (Nasution, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan sosial keluarga terhadap stres pada pasien stroke yang menjalani pengobatan rawat jalan di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan.

2. Populasi, Sampel dan Tehnik sampling.

2.1. Populasi Penelitian.

(47)

2.2. Sampel dan Tehnik Sampling.

Sampel merupakan bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2009). Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, pengambilan sample secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan pada pasien yang sedang menjalani pengobatan rawat jalan di Poli Stroke Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan, Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin yaitu :

= N

1 + N( )

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Ketetapan relatif yang ditetapkan oleh peneliti 0,1 (10%)

Diketahui :

N = 52

d = 0,1

(48)

= 52 1 + 52(0.1)

= 52

1 + 52(0.01)

= 52 1,52

= 34,21 atau 35

Maka sampel pada penelitian ini adalah 35 responden

Kriteria Inklusi sampel adalah :

a. Pasien stroke yang menjalani pengobatan rawat jalan di Poli Stroke RSUD. Dr. pirngadi.

b. Pasien yang baru pertama kali terserang stroke (stroke hemoragik dan non hemoragik).

c. Pasien stroke yang mampu berkomunikasi dengan baik dan benar.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian.

(49)

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Pengumpulan data dilakukan setelah terlebih dahulu peneliti mengajukan permohonan ijin pelaksanann penelitian pada institusi pendidikan yaitu di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan kemudian permohonan ijin penelitian yang telah diperoleh dikirimkan ke bagian bidang penelitian yang berada di RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Hidayat (2007) menyatakan bahwa ada pertimbangan etik yang perlu diperhatikan pada saat penelitian yaitu: 1. inform consent, peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian, maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 2. Anonymity, dalam penelitian ini tidak mencantumkan nama responden pada lembar persetujuan data, tetapi memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan, 3.Confidentially, penelitian menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

(50)

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan skala likert. Proses penyusunan kuesioner mengacu kepada penelitian-penelitian sebelumnya dan disesuaikan serta dikembangkan oleh peneliti dengan melihat kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen penelitian berupa kuesioner terdiri dari tiga bagian yang berisi data demografi, dukungan sosial keluarga dan kuesioner untuk mengetahui tingkat stres pasien stroke.

5.1. Kuisioner data demografi.

Data demografi digunakan untuk memperoleh data demografi responden yang terdiri dari kode responden, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan lama pasien menderita stroke.

5.2. Kuisioner dukungan keluarga

Pengukuran dalam kuisioner dukungan sosial keluarga menggunakan skala

(51)

– 60 , jika semakin tinggi skornya maka semakin tinggi dukungan sosial

keluarga pasien.

Berdasar kan rumus statistik menurut Hidayat (2007), i =

Dimana i merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi di kurang nilai terendah) sebesar 60 dan banyak kelas di bagi atas 3 kategori kelas untuk dukungan sosial keluarga (kurang, cukup, baik), maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 20 . Dengan i = 20 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka dukungan sosial keluarga di kategorikan atas kelas nya sebagai berikut :

a. Dukungan sosial keluarga kurang jika total skor 0–20

b. Dukungan sosial keluarga cukup jika total skor 21–40

c. Dukungan sosial keluarga baik jika total skor 41 - 60

5.3. Kuisioner stres pada pasien stroke.

Kuisioner stres ini adalah kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti sesuai dengan tinjauan pustaka kemudian pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala likert , kuisioner ini dilakukan untuk mengetahui stres yang dialami pasien stroke. Kusioner ini terdiri dari 18 pernyataan yang disajikan dengan pernyataan positif (no 1-5, 7-9, 11-14, 17) dan pernyataan

(52)

(KD), skor 2 menyatakan sering (S) dan pada skor 3 menyatakan sangat sering (SS). Pada kuisioner baku ini terdapat 3 kategori kelas untuk stres yaitu ringan, sedang dan berat, untuk penentuan penilaian seluruh skor instrumen dengan menggunakan rumus Hidayat (2007) yaitu sebagai berikut:

a. Ringan jika total skor 0-17

b. Sedang jika total skor 18-34

c. Berat jika total skor 35-51

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen.

6.1. Uji Validitas.

(53)

Uji validitas di lakukan kepada 3 orang dosen di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu oleh Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS , Lufthiani S.kep., Ns, M.Kep dan Walter, S.Kep, Ns., M.kep, Sp. Kep J, dengan hasil CVI untuk kuisioner dukungan sosial keluarga adalah 0,856 dan hasil CVI untuk kuisioner stres adalah 0,944. Dari hasil CVI yang diperoleh menunjukkan kuesioner dukungan sosial keluarga dan stres pada pasien stroke dapat dikatakan valid.

6.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Suatu alat ukur dikatakana reliable bila alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Uji reliabilitas ini dilakukan setelah melakukan uji validitas.

Uji reliabilitas dilakukan kepada beberapa orang pasien stroke yang menjalani pengobatan rawat jalan di Poliklinik Rumah Sakit Haji Medan pada bulan Maret 2015, diambil 30 sampel dari 35 sampel responden kemudian data yang didapatkan akan dianalisa dengan menggunakan komputerisasi dengan rumus alpha cronbach (α). Dan setelah di uji didapatkan bahwa kuisioner

(54)

7. Prosedur Pengumpulan Data.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengisi kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mendapat rekomendasi izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian mengirim surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan ke tempat penelitian yaitu RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Setelah mendapatkan izin penelitian dari rumah sakit maka peneliti mengantarkan surat izin tersebut ke Poli Stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

(55)

8. Analisa Data.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap dalam Setiadi (2007), yaitu: Editing yaitu memeriksa kelengkapan data responden dan memastikan bahwa semua jawaban terisi. Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke dalam kategori misalnya seperti mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan, selanjutnya peneliti memberikan kode pada masing-masing variabel dalam kuesioner. Processing yaitu peneliti memasukkan (entry) data kuesioner yang telah di isi oleh responden ke komputer. Data berupa jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang berbentuk “kode” (angka atau huruf)

dimasukkan ke dalam program atau perangkat lunak komputer.Cleaningyaitu hal yang dilakukan tahap ini adalah pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan kepaket komputer. Peneliti melihat kembali kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan lain-lain. Dari data yang telah dimasukkan sebelumnya tidak ada missing (data yang hilang).

(56)

a. Analisa Univariat

Pada penelitian ini analisa data dengan metode statistik univarat yaitu menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk menganalisa data demografi dan variabel independen (dukungan keluarga) serta variabel dependen (stres pada penderita stroke). Untuk menganalisa variabel dukungan keluarga dan stres pada penderita stroke ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

b. Analisa Bivariat

(57)

Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan dukung sosial keluarga dengan stres pasien stroke yang menjalani rawat jalan di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

1. Hasil

(58)

1.1 Data Demografi

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi berdasarkan karakteristik responden pasien stroke yang menjalani rawat jalan di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan (n=35)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Pegawai Negeri Sipil 14 40

Pegawai Swasta 1 2.9

(59)

sebanyak 19 responden (54,3 %). Kemudian mayoritas memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 20 responden (57,1 %) dan sebagian besar dari mereka mempunyai riwayat stroke selama 1 – 3 tahun sebanyak 17 orang (48,6 %).

1.2 Dukungan Sosial Keluarga

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat dukungan sosial keluarga pada pasien stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan (n= 35)

Dukungan Sosial Keluarga

Frekuensi Persentase (%)

Kurang 3 8,3

Cukup 18 50,0

Baik 14 38,9

(60)

1.3 Stres pada pasien stroke

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase stres yang terjadi pada pasien stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan (n=35) Stres pada pasien stroke Frekuensi Persentase (%)

Ringan 15 41,7

Cukup 15 41,7

Berat 5 13,9

Data distribusi frekuensi stres yang dialami pasien stroke dipoliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan dijelaskan pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa mayoritas stres yang dialami pasien stroke adalah stres ringan dan sedang, stres ringan yang dialami pasien stroke sebanyak 15 responden dengan persentase 41,7% dan stres sedang yang dialami pasien stroke juga sebanyak 15 responden yaitu dengan persentase 41,7%, sedangkan pasien yang menunjukkan mengalami stres berat sebanyak 5 orang responden dengan persentase 13,9 %.

1.4 Hubungan dukungan sosial keluarga dengan stres pasien stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

(61)

Analisa hubungan dukungan sosial keluarga dengan stres pasien stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan diukur dengan menggunakan uji korelasi spearman rho.Analisa data dilakukan dengan uji korelasi spearman rho didapat koefisien korelasi (r) antara Hubungan dukungan sosial keluarga dengan stres pasien stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan yaitu (r) -0,845 dengan tingkat signifikan (p) 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan dukungan sosial keluarga dengan stres pada pasien stroke yang menjalani rawat jalan, dengan kekuatan hubungannya sangat kuat yang berpola negatif dalam arti semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka semakin rendah stres yang dialami pasien stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

2. Pembahasan

2.1 Dukungan sosial keluarga pada pasien stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan

(62)

Hasil analisa data mengenai dukungan sosial keluarga pada penderita stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan terhadap 35 responden, seluruh responden yang ditemukan dalam penelitian ini adalah responden lanjut usia, batas usia pada lanjut usia menurut WHO yaitu: usia pertengahan (middle age) 45- 59 tahun, usia lanjut (elderly) 60-74 tahun, usia lanjut tua (old) 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) >90 tahun (Nugroho,2006 dalam Wati, 2012). Pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas memiliki dukungan sosial keluarga yang cukup yaitu sebanyak 18 responden dengan persentase yakni 50%, dan yang memiliki dukungan sosial keluarga baik terdapat sebanyak 14 responden dengan persentase yakni 38,9 %, sedangkan pasien yang memiliki dukungan sosial keluarga yang kurang hanya 3 orang responden dengan persentase yakni 8,3 %. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasan dan Rufaidah (2013) yang menyatakan bahwa dalam penelitiannya pasien stroke memiliki dukungan sosial keluarga yang cukup dan menurut peneliti bahwa adanya interaksi atau hubungan yang diberikan pada penderita stroke dari lingkungan sosial penderita dalam bentuk pemberian saran, informasi, nasehat, perhatian, dan persetujuan. Dukungan sosial yang cukup bermanfaat untuk menurunkan kemungkinan sakit dan mempercepat kesembuhan baik secara fisik maupun secara psikologis (Rufaida dalam Hasan dan Rufaidah, 2013).

(63)

membantu memperkuat fungsi kekebalan tubuh mengurangi respon fisiologis terhadap stres dan memperkuat fungsi untuk merespon penyakit kronis dan dukungan sosial juga dapat mempengaruhi kebiasaan sehat dan perilaku sehat.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Amelia (2013) bahwa dalam penelitiannya terdapat dukungan keluarga yang baik yang diberikan pada penderita stroke. Dukungan sosial yang baik yang diberikan oleh keluarga akan sangat mempengaruhi proses penyembuhan kesehatan pasien stroke, Menurut Setiadi (2008) efek dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi koqnitif, fisik, dan kesehatan emosi.

(64)

meningkatkan kesejahteraan hidup bagi individu yang bersangkutan. Dalam Pandith, Hamzah dan Anggina (2010) juga mengatakan bahwa faktor usia dapat mempengaruhi dukungan sosial yang diberikan keluarga dimana rentang usia 41-65 tahun menunjukan pada tahap perkembangan dewasa akhir yang sudah mulai menua atau memasuki tahap perkembangan usia lansia. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap penurunan fungsi tubuh sehingga keluarga menjadi semakin khawatir dengan keadaan pasien. Oleh karena itu keluarga mereka merasa sangat memberikan dukungan yang positif terhadap pasien baik dukungan informasional, emosional, instrumental dan penilaian (appraisal)

Riwayat stroke yang di derita pasien stroke mayoritas sebanyak 69,5 % mengalami stroke mulai dari 1 tahun sampai dengan 10 tahun menderita stroke, menurut penelitian Sembiring (2010) menyatakan bahwa penderita stroke yang memiliki riwayat lama terserang stroke dari 1- 10 tahun berdasarkan pemilihan coping individu dalam menyelesaikan masalah responden lebih banyak memilih strategi coping Problem Focused yaitu Coping Stress yang dengan mekanisme penyesuaian diri terhadap tekanan atau kesulitan yang dihadapi dengan cara mencari dukungan sosial, menghambat tingkah laku destruktif dan penggunaan akal yaitu melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih produktif.

2.2. Stres yang dialami pasien stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

(65)

tergantung dalam situasi, namun merupakan konsekuensi dari penilaian seseorang atas situasi. Kejadian yang negatif, tidak dapat dikontrol, ambigu, dan tidak dapat dipecahkan adalah kejadian yang paling mungkin dianggap sebagai penyebab stres (Taylor, et all., 2009). Riset menunjukkan bahwa stres dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Situasi stres ringan biasanya tidak mengakibatkan kerusakan fisiologis kronis, tetapi stres sedang dan berat dapat menimbulkan risiko penyakit medis atau memburuknya penyakit kronis (Kline-Leidy, 1990 dalam Potter & Perry, 2005).

(66)

Sedangkan lima responden yang mengalami stres berat bisa disebabkan oleh beberapa hal, menurut Luckman dan Sorensen (1993 dalam Hariyati at.,all., 2004) menyatakan bahwa Stres dapat pula muncul pasca serangan akut stroke berupa penolakan diri, rendah diri, marah, depresi, dan dihantui bayang-bayang kegagalan fungsi dan kematian. Stres pada pasien dan keluarga umumnya disebabkan karena kecemasan dan ketidaktahuan tentang kondisi penyakitnya, kondisi ini akan lebih berat jika pasien tidak mendapat dukungan dari keluarga. Dari hasil penelitian terlihat bahwa lima orang pasien yang mengalami stres berat mempunyai dukungan sosial keluarga yang cukup dan kurang.

Stres dapat dipengaruhi beberapa faktor dari karakteristik demografi dalam penelitian ini, karakteristik yang dapat diuraikan peneliti adalah usia, stroke dapat terjadi pada setiap usia namun angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia. Puncak kasus stroke ada pada usia 35-60 tahun, usia juga berpengaruh terhadap terjadi nya stres menurut Indrawati Saputri bahwa usia lanjut lebih rentan terkena depresi diakibat kan tingginya stressor dan peristiwa-peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan.

2.3 Hubugan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Pada Pasien Stroke di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

(67)

terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan sosial keluarga dengan stres yang dialami penderita stroke yang menjalani pengobatan rawat jalan dan didapat korelasi r = - 0,845 , dengan interpretasi hubungan sangat kuat yang berarti semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka semakin rendah stres yang dialami penderita stroke yang menjalani rawat jalan di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Dari hasil penelitian tersebut terdapat hipotesa alternatif (Ha) diterima dan hipotesa nol (Ho) ditolak yaitu terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan stres penderita stroke yang menjalani rawat jalan.

(68)
(69)

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

1. Kesimpulan

Dukungan sosial keluarga pada penelitian ini menunjukkan mayoritas pasien stroke memiliki dukungan sosial keluarga yang cukup yaitu terdapat 18 responden (50,0 %) dan pasien stroke yang memiliki dukungan sosial keluarga yang kurang sebanyak 3 orang responden (8,3 %). Kemudian stres yang dialami pasien stroke pada penelitian ini mayoritas stres yang dialami adalah stres ringan dan sedang yaitu stres ringan sebanyak 15 responden (41, 7 %) dan stres sedang sebanyak 15 responden (41,7 %). Sedangkan yang mengalami stres berat terdapat 5 orang responden dengan persentase 13,9 %. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara dukungan sosial keluarga dengan stres pada pasien stroke rawat jalan di Poliklinik RSUD. Dr. Pirngadi Medan dengan nilai probabilitas (r) -0, 845 dengan tingkat signifikan (p) 0.000 (< 0,05)

2. Saran

2.1 Bagi pasien dan keluarga

(70)

Keluarga diharapkan dapat lebih meningkatkan dukungan sosial kepada penderita agar mencegah terjadinya keadaan stres yang berat yang dapat mempengaruhi kesehatan penderita stroke.

2.2 Pendidikan keperawatan

Bagi pendidikan keperawatan diharapkan hasil ini dapat digunakan sebagai Evidence Base Practice dan masukan dalam pengembangan keperawatan khususnya keperawatan keluarga dan keperawatan Jiwa sehingga dapat menjadi tambahan referensi tentang dukungan sosial keluarga dan stres penderita stroke

2.3 Pelayanan keperawatan

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien stroke baik pasien stroke rawat jalan dan rawat inap, hendaknya perawat memiliki pemahaman tentang pentingnya dukungan sosial keluarga yang dapat berpengaruh terhadap kejadian stres sehingga perawat dapat memberikan dorongan kepada keluarga agar keluarga lebih memperhatikan keadaan kesehatan pasien stroke tersebut.

2.4 Penelitian keperawatan

(71)
(72)

Stres pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan. Diunduh dari http://www.e-skripsi.stikesmuh-pkj.ac.idPada tanggal 4 Oktober 2014

Adienta & handayani. (2012).Stres pada Kejadian Stroke. Jurnal Nursing studies (Vol 1). Di unduh dari http// e-journal-s1.Undip.ac.id/ index.php.jnursing pada tanggal 9 September 2014

Amelia, adiesta. (2013). Hubungan Pengetahuan Keluarga Tetang Penyakit Stroke Dengan Dukungan Keluarga dalam Merawat Pasien Stroke di Ruang Rawat R4. RSUP. H. Adamalik Medan.skripsi

Battacica, Fransisca. (2008).Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Dahlan, Sopiyudin M. (2008). Statistik Untuk Kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Dahlan, Sopiyudin M. (2008). Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.

Friedman, Marilyn M. (1998).Teori dan Praktik Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Hariyati, Sumarwati dan Handiyani. (2004). Pengaruh Menejemen Stres Terhadap Kesiapan Pasien Stroke dan Keluarga dalam Merencanakan Perilaku Adaptif Pasca perawatan di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Indonesia Vol. 8, No. 1

Hasan, Iqbal. (2008).Analisa Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Hasan & Rufaidah. (2013). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Strategi Coping pada Penderita Stroke RSUD. Dr. Moewardi Surakarta Vol. II,

No.1,Februari 2013. Di unduh dari

http://jurnal.usahidsolo.ac.id/index.php/talenta/article/view/65pada tanggal 4 Oktober 2014

(73)

Jacob, George. (2001). Stroke. Clinical Trials Research Unit, Auckland. New Zeland.

Junaidi, Iskandar. (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : C.V. ANDI OFFSET.

King, Laura A. (2010). Psikologi Umum sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.

Laksono & Muhlisin. (2011). Analisis Pengaruh Faktor Stres Terhadap

Kekampbuhan Penderita Hipertensi di Puskesmas Bendosari

Sukoharjo.Di unduh dari

Lumbantobing, S.M. (2004).Stroke Bencana Peredaran Darah ke Otak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Nasir dan Muhith . (2011). Dasar - Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Nasution, S. (2011). Metode Reasearch (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

National Safety Council. (2004).Manajemen Stres. Jakarta: EGC. Notoadmodjo, S. (2010).Metodelogi penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Pandith, Hamzah dan Anggina. (2010). Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Dalam Melaksankan Program Diet di Poli Penyakit Dalam RSU. Cibabat Cimahi.Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik (Volume 1) (Edisi 4). Jakarta: EGC

Riskesdas. (2007). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. Di unduh dari http://www.litbang.depkes.go.id/search/node/stroke, di unduh pada tanggal 12 Oktober 2014.

(74)

Sembiring, Agustin. (2010). Coping Stres Pada Insan Pasca Stroke yang Mengikuti Klub Stroke Di Rumah sakit Jakarta. Jurnal psikologi Volume 8 Nomor 1

Setiadi. (2008).Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu

Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan. Yogjakarta, Graha Ilmu Shimberg, E,F. (1998). Stroke Petunjuk Penting bagi Keluarga. Jakarta: PT.

Pustaka Delapratasa

Siswanto. (2007). Kesehatan Mental : Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta : ANDI OFFSET.

Smeltzer ,S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

(Volume 1) (Edisi 8). Jakarta: EGC.

Suprajitno. (2004).Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC..

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.

Taylor, Peplau, & Sears. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Wade & Travis. (2007).Psikologi (Jilid 2) (Edisi 9).Jakarta : Penerbit Erlangga. Wati, Sasliza. (2012). Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi Usia Pertengahan Yang Melakukan senam Lansia Dengan Yang Tidak Melakukan Senam Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pakan Kamis Kab. Agam Tahun 2012. Di Unduh dari

http://repository.unand.ac.id/17849/1/SASLIZAWATI.pdfpada tanggal 13 Agustus 2015

World Health Organization. Di unduh dari

(75)

Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP STRES

PADA PASIEN STROKE DI POLIKLINIK RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN

Oleh: Miftahus Sa’adah

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan dukungan sosial keluarga terhadap stres pada pasien stroke yang menjalani pengobatan rawat jalan di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan jawaban atau tanggapan sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu sendiri. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara Bapak/Ibu. Informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan Ilmu Keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu bebas untuk menerima atau menolak menjadi peserta penelitian ini. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan Bapak/Ibu menandatangani formulir ini.

(76)

Lampiran 2 Instrumen Penelitian

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Stres Pada pasien Stroke di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan

Petunjuk pengisian Bapak/Ibu diharapkan :

1. Mengisi semua pertanyaan dengan benar dan lengkap.

2. Pada data demografi, mengisi sesuai kondisi Bapak/Ibu, dengan memberikan tanda checklist (√) pada tempat yang disediakan dan mengisi titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab.

3. Pada kuisoner stres pasien stroke diisi dengan memberikan tanda checklist (√)pada kolom yang disediakan.

4. Pada kuisioner dukungan sosial keluarga diisi dengan memberikan tanda (√)pada kolom yang disediakan.

A. Kuisioner data demografi

Inisial :

Usia responden :

Jenis kelamin : Laki Perempuan

Pendidikan terakhir : SD SMP

SMA PerguruanTinggi

Pekerjaan : PNS Wiraswasta

Tenaga Kesehatan Karyawan Swasta

(77)

A. Kuisioner Dukungan Sosial Keluarga

Petunjuk pengisian:Berilah tandaceklist(√) pada setiap kolom jawaban yang

tersedia di bawah ini dengan kondisi dan situasi yang dialami. Keterangan

TP : Tidak Pernah KD : Kadang- kadang

S : Sering

SS : Sering Sekali

NO. Pernyataan TP KD S SS

1. Keluarga memberikan saya nasehat, usulan, saran, petunjuk dan memberikan informasi tentang kesehatan saya.

2. Keluarga memakai bahasa yang sederhana dalam melakukan komunikasi kepada saya. 3. Keluarga mendengarkan secara cermat apa

yang saya katakana kepada mereka

4. Keluarga menyarankan saya untuk berbagi cerita kepada anggota keluarga maupun teman dekat atau orang yang di percaya.

5. Keluarga selalu menanyakan bagaimana keadaan saya setiap hari nya.

6. Keluarga memberikan dukungan terhadap proses penyembuhan penyakit yang saya derita .

7. Keluarga ikut memberikan perhatian yang lebih terhadap persoalan yang saya hadapi mengenai penyakit saya.

(78)

segala bentuk keluhan yang saya rasakan mengenai sakit stroke yang saya alami.

10. Pada saat saya merasa cemas dan tidak berdaya dengan penyakit yang saya derita keluarga menghibur dan memberika semangat kepada saya.

11. Keluarga menyediakan perlengkapan yang saya butuhkan.

12. Keluarga melakukan pijatan menggunakan lotion untuk memberikan kenyamanan kepada saya.

13. Keluarga membantu saya untuk menggunakan bagian tubuh yang lemah dalam kegiatan harian.

14. Keluarga membantu saya dalam menjaga kebersihan tubuh saya misalnya mandi, sikat gigi, membersihkan kulit kepala.

15. Keluarga membantu saya agar terhindar dari serangan stroke berulang dengan cara mengubah pola gaya hidup sehat.

16. Keluarga memberikan perhatian dan pujian jika ada perkembangan yg positif dalam proses penyembuhan penyakit stroke yang saya alami.

17. Keluarga dapat memahami apa yang saya inginkan.

18. keluarga menanggapi dan memahami semua keluhan pasien terhadap penyakit yang diderita nya.

19. Keluarga akan memarahi saya ketika saya tidak mau menjalani serangkaian pengobatan.

Gambar

Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan dukungan sosial keluarga denganstres pada pasien stroke di Poliklinik RSUD
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi berdasarkan karakteristik
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase stres yang terjadi padapasien stroke di Poliklinik RSUD

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Program-program yang disusun tersebut merupakan program prioritas pembangunan yang berhubungan urusan pemerintah dengan SKPD terkait beserta program

Icblh-lcbih yoac scn^at ocnarik pcrhation soya untuk ncnyuaun ekripai ini, yaitu karcna tidclt Joranenjra kita Jua- pai botam acorsno anak yanc bdua cukup uouraya tolah euacptp

Perkembangan kehidupan kelamin yang tidak wajar ini akan menimbulkan pengaruh pada anak laki-laki dan juga pada anak perempuan, bahkan pengaruh itu tidak hanya terjadi di masa

Hasil penelitian yang di lakukan oleh peneliti didapatkan sebagian besar responden pola pemberian ASInya masih dalam kategori cukup, yaitu 17 (42,5%) ibu menyusui, menyusui

Percobaan yang ttlah dilckukan dlmakendkan untnk meaqparoleh sedlklt gaabaran tentang adanya kentinRklnan kenalkan kadar Pb dalam air sent dari subyek yang sa- ring kontak

Perzinaan, pornogra/, pelecehan seksual (termasuk terhadap pasangan, terhadap anak-anak, dan orangtua), perzinaan dengan saudara kandung (insest), praktikpraktik homoseksual

Perbankan merupakan bagian dari sistem keuangan yang memegang peranan penting bagi kehidupan perekonomian di Indonesia dalam mengerakkan pembangunan.Dalam menjalankan