PENGARUH KEPRIBADIAN DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA PENGUSAHA KERIPIK APEL DI KOTA BATU
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Derajat Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Dian Prasetya Fajar Subekti 08610203
JURUSAN MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Dian Prasetya Fajar Subekti
NIM : 08610203
Jurusan : Manajemen
Fakultas : Ekonomi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :
1. Skripsi dengan judul “Pengaruh Kepribadian dan Locus Of Control Terhadap Kinerja Pengusaha Kripik Apel di Kota Batu” adalah hasil karya saya dan didalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah
diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan
Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah diteliti atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah
ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur
PLAGIASI saya bersedia SKRIPSI INI DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN. Serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Skripsi ini dapat dijadikan sebagai sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTI NON EKSKLUSIF.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk digunakan
sebagaimana mestinya.
Malang, 12 Agustus 2014
Yang menyatakan
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat pada waktunya.
Skripsi yang berjudul “PENGARUH KEPRIBADIAN DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA PENGUSAHA KERIPIK APEL DI KOTA BATU” disusun untuk memenuhi serta melengkapi syarat memperoleh gelar Kesarjanaan di bidang Ekonomi, program studi Manajemen pada
Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis berusaha memberi sebaik mungkin
namun demikian, penulis menyadari akan kemampuan dan keterbatasan
pengetahuan serta pengalaman penulis. Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa
adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Nazaruddin Malik, SE, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Dr. H. Marsudi, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Universitas
Muhammadiyah Malang.
3. Dra. Siti Nurhasanah, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah sudi
meluangkan waktuya untuk mengoreksi serta memberikan petunjuk yang
4. Dra. Titiek Ambarwati, MM, selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
penuh kesabaran telah memberikan bimbingan serta petunjuk hingga
selesainya penulisan skripsi ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini baik materiil maupun spirituil.
Akhirnya segala amal baik yang telah mereka berikan kepada penulis semoga
mendapat balasan dari Allah SWT. dan penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Malang, Agustus 2014
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
KARTU KENDALI KONSULTASI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Batasan Masalah... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 9
B. Landasasan Teori... 12
1. Teori Kepribadian ... 12
2. Teori Locus of Control ... 16
3. Teori Kinerja ... 23
C. Hubungan Kepribadian dan Locus Of Control Dengan Kinerja ... 29
D. Kerangka Pikir Penelitian ... 30
E. Hipotesis ... 31
BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 32
B. Jenis Penelitian ... 32
C. Variabel dan Definisi operasional ... 32
D. Pengukuran Data ... 33
E. Populasi dan Sampel ... 33
F. Jenis dan Sumber Data ... 35
G. Teknik Pengumpulan Data ... 35
H. Pengujian Instrumen... 37
I. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 46
1. Keadaan Geografis Desa Mojorejo Kecamatan Junrejo Kota Batu ... 46
2. Sejarah Industri Kecil Keripik Apel di Desa Mojorejo Kecamatan Junrejo Kota Batu ... 47
3. Lokasi Industri Kecil ... 48
4. Saluran Distribusi ... 48
5. Daerah Pemasaran ... 49
6. Hasil Produksi ... 49
B. Gambaran Karakteristik Responden ... 49
1. Tingkat Usia Responden ... 49
2. Jenis Kelamin Responden ... 50
3. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden ... 51
4. Lama Usaha Responden ... 52
C. Uji Instrumen ... 53
1. Uji Validitas ... 53
2. Uji Reliabilitas ... 55
D. Hasil Analisis Rentang Skala ... 56
1. Kepribadian Pengusaha ... 57
2. Locus of control ... 62
3. Variabel Kinerja Pengusaha (Y) ... 64
4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 65
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75
B. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Karakteristik Individu Berdasarkan Locus of Control ... 22
Tabel 3.1 Skala Likert ... 33
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen... 37
Tabel 3.3 Penilaian Variabel Berdasarkan Hasil dari Rentang Skala ... 42
Tabel 4.1 Saluran Distribusi Industri Kecil Makanan Ringan ... 48
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 51
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha ... 52
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Kepribadian ... 54
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Locus of Control ... 55
Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Kinerja Pengusaha ... 55
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 56
Tabel 4.9 Kepribadian Pengusaha ... 57
Tabel 4.10 Locus of control ... 62
Tabel 4.11 Kinerja Pengusaha ... 64
Tabel 4.12 Hasil Nilai Koefisien Determinasi (R2)... 66
Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 67
Tabel 4.14 Hasil Uji F ... 68
Tabel 4.15 Hasil Uji t ... 69
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran:
1. Angket Penelitian
2. Skor Hasil Penelitian
3. Hasil Distribusi Frekuensi
4. Hasil Uji Validitas
5. Hasil Reability
DAFTAR PUSTAKA
Algifari, 2003. Statistik Induktif, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Andre Hardjana, 2008. Audit Komunikasi Teori dan Praktek, Jakarta: Grasindo,
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dayakisni & Yuniardi, 2008. Psikologi Lintas-Budaya, Malang: UMM
Dwi Priyatno, 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom.
Entrialgo, M., Fernandez, E., and Vazquez, C.J, 2000, Psychological Characteristics and Process: The Role of Entrepreneurship in Spanish SMEs. Europian Journal of Innovation management, 3: 137-149.
Ferdinand, A.T. 2006, Metode Penelitian Manajemen, Semarang: BP Undip.
Ghufron, M.Nur., Risnawita.S, Rini. 2011. Gaya Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hisrich, R.D., Peters, M.P., Shepherd, D.A, 2005, Entrepreneurship. 6th Edition, McGraw-Hill: New York.
Hanurawan, Fattah. 2010. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung : Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Hisrich, R dan Peters, M. 2000. Entrepreneurship. 4th edition. Singapore: McGraw-Hill Companies, Inc.
Kasali, Rhenald. 2003. Manajemen Public Relations & Aplikasinya di. Indonesia. Jakarta : PT. Grafiti.
Kriyantono, Rahmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Prenada Group.
Kuncoro M., 2004, Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi, AMP YKPN, Yogyakarta
Kreitner, Robert dan Kinicki. 2009. Organizational Behavior 8th ed. Boston: McGraw-Hill. Woods
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Saat ini persaingan bisnis cukup ketat, baik di bidang jasa maupun barang
yang dapat dilihat dari semakin banyaknya usaha-usaha kecil menengah, dan
perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang usaha lainnya. Dalam setiap
mendirikan usaha tidak lepas dari peranan konsumen yang dituju, yaitu dengan
memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhannya sangatlah penting.
Pembangunan usaha atau industri kecil amatlah penting untuk dilakukan hingga
saat ini, mengingat fungsinya yang sangat strategis. Pembangunan industri kecil
merupakan bagian dari usaha pembangunan dalam rangka merombak struktur
ekonomi sekaligus sebagai pemecahan masalah ekonomi masyrakat kecil serta
menengah ke bawah. Dengan adanya pendapatan usaha/ industri kecil pada
akhirnya ditujukan pada pemulihan perekonomian dan pemupukan pertambahan
pendapatan, karena pertambahan pendapatan suatu daerah sangat ditentukan oleh
pertumbuhan pendapatan dari masyarakat di daerah tersebut, maka dengan
tumbuhnya industri kecil sudah barang tentu akan sangat membantu pemulihan
keberadaan ekonomi masyarakat di daerah yang bersangkutan.
Kewirausahaan yang tumbuh dalam keluarga atau kelompok masyarakat
merupakan suatu aset yang sangat berharga karena akan sangat membantu
perekonomian Indonesia yang masih belum stabil. Masyarakat masih banyak yang
2
kebutuhan akan modal yang banyak ditepis oleh para wirausahawan. Para
pengusaha yang telah berhasil menyatakan bahwa berwirausaha tidak selalu harus
dimulai dengan modal yang besar.
Hasil penelitian Taormina dan Lao (2007) menyatakan bahwa kesuksesan
sebuah bisnis ditentukan oleh karakteristik individual. Karakteristik individual
bersifat melekat dalam diri individu yang bisa berubah-ubah atau stabil sepanjang
waktu. Karakteristik individu yang dapat berubah-ubah terbentuk karena adanya
situasi tertentu atau pengalaman tertentu. Contohnya adalah kepribadian dan locus
of control. Hisrich, et al (2005) menyatakan bahwa beberapa karakteristik
individual seperti locus of control memiliki peran yang penting terhadap
kesuksesan kinerja suatu entitas bisnis seperti UMKM. Entrialgo, et al (2000)
menyatakan bahwa kepribadian individual berpengaruh signifikan terhadap
kesuksesan organisasi bisnis UMKM. Green, et al (1996) menyatakan bahwa
karakteristik individual seperti kepribadian dan locus of control dapat menentukan
kesuksesan seorang entrepeneur dalam pengelolaan bisnisnya.
Secara kepribadian sikap negatif terhadap wirausaha baik usaha kecil
maupun usaha rumahan merupakan salah satu sifat yang menghambat untuk
berwirausaha, kenyataannya banyak bisnis besar dimulai dari dapur atau garasi.
Faktor penghambat lain yaitu yang bisa disebut sebagai “sindroma formalitas”,
banyak individu merasa belum mantap berwirausaha bila belum memiliki kantor,
status perusahaan, dan staff yang memadai. Untuk merintis jalan sebagai
wirausahawan tidak perlu menunggu punya uang dulu baru berbisnis, juga tidak
3
sekretaris, dan sebagainya bukan penghambat untuk memulai bisnis, demikian
dikatakan Khasali (Suwandi, 2006).
Menurut Kirzner dan Schumpeter dalam Rambat Lupiyoadi (2004)
menggambarkan peran seseorang pengusaha seperti keputusan untuk
mengarahkan input kedalam proses tertentu daripada proses lainnya. Rhenald
Kasali (2003) menyatakan pembangunan spirit kewirausahaan di Indonesia
menjadi suatu kebutuhan yang mendesak karena modal sosial bangsa dan
perekonomian Indonesia telah semakin terpuruk pasca krisis moneter pada akhir
tahun 90-an. Keputusan yang diambil oleh manajemen dalam rangka mencapai
tujuan perusahaan harus efektif dan efisien. Ketika suatu keputusan yang diambil
oleh manajer itu efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi maka dapat
dikatakan kinerja wirausaha itu baik.
Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, pertumbuhan UMKM di Kota
Batu terbilang pesat. Dari 4.183 unit usaha pada 2009, bertambah menjadi 6.700
unit usaha pada 2010. Pada 2011 jumlah ini kembali meningkat menjadi 8.300
unit usaha dan terus bergerak naik menjadi 11.000. Hingga pertengahan Desember
2012 jumlah UMKM di Kota Batu sudah mencapai 11.862 unit usaha. Sesuai data
BPS, pertumbuhan ekonomi Kota Batu hingga pada akhir 2012 mencapai 6,74%.
Sementara pertumbuhan ekonomi di Jatim sekitar 6,5%. Artinya, pertumbuhan
ekonomi lebih baik dibandingkan kota lain. (Harian SINDO, 19 Desember 2013)
Sedangkan perkembangan industri keripik apel selama empat tahun terakhir
mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2010 terdapat 10 industri, tahun 2011
4
industri, terakhir pada tahun 2013 menjadi 15 industri keripik apel. (Dinas
Perindustrian Kota Batu, 2013
Seperti halnya pengusaha di Kota Batu yang bergerak dalam bidang
industri makanan ringan yang mengolah bahan baku berupa apel yang cukup
melimpah di Kota Batu sebagai makanan ringan yang lebih berdaya guna tinggi
dan nilai ekonomis yang lebih meningkat. Peningkatan nilai guna apel ini melalui
pengolahan apel menjadi aneka produk oleh-oleh antara lain sebagai sari apel,
dodol apel, jenang apel maupun keripik apel. Dalam perkembangannya produk
dari home industri ini kemudian meningkat jenis-jenisnya menjadi 7 macam jenis
produksi. Yaitu, keempat produk diatas ditambah dengan keripik nangka, keripik
nanas, keripik salak serta keripik wortel.
Dari beberapa lokasi atau tempat usaha industri kecil di Kota Batu, Desa
Mojorejo dan Beji merupakan desa yang memiliki potensi yang tinggi dalam
upaya pengembangan usaha industri kecil. Namun demikian apabila dikaitkan
dengan pencapaian kinerja menunjukkan adanya penurunan, dimana diindikasikan
terjadinya penurunan jumlah produksi yang dihasilkan oleh pengusaha di kedua
desa tersebut, penurunan tersebut dapat disajikan pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Jumlah Produksi
UMKM di Desa Mojorejo dan Beji Tahun 2011-2013 (Dalam Kg)
Tahun Jumlah Penurunan
2011 47.226 -
2012 45.520 (3,612%)
2013 44.124 (3,066%)
5
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan adanya penurunan atas kemampuan
atau kinerja para pengusaha keripik apel di Kota Batu. Hambatan-hambatan yang
dijumpai pada para pengusaha, tidak sedikit menimbulkan kegagalan dikarenakan
masalah sumber daya manusianya. Saat ini sebagian para pengusaha dalam
mengelola pemasarannya, mengandalkan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat
naluriah dan perkiraan. Persaingan semakin ketat oleh karena itu pengelolaan
pemasaran harus didasarkan atas fakta-fakta yang nyata dan data-data yang
memadai. Adapun teknologi yang digunakan umumnya sangat sederhana karena
sebagian besar pekerjaan masih dilakukan secara nominal atau dengan
menggunakan peralatan tradisional yang tidak memerlukan tenaga ahli. Akibatnya
produktivitas kerja masih rendah dan kualitas produk tidak standar.
Dengan demikian, evaluasi diri merupakan upaya untuk mencari dan
mengenali kesalahan maupun keberhasilan yang dilakukan para pengusaha
sendiri, sehingga seharusnya jika para pengusaha sudah sering melakukan, mereka
menjadi pintar dalam mengambil sikap dan hati-hati terhadap setiap perilaku para
pengusaha. Pentingnya aspek kepribadian berarti kemauan diri sendiri untuk
menata aspek internal diri atau sikap batin, dan aspek perilaku eksternal diri, yaitu
cara wirausahawan menampilkan diri atau tampak sisi luar diri di persepsi orang
lain. Untuk itu wirausahawan harus mampu bersikap proaktif untuk meningkatkan
kesadaran diri, pengetahuan diri, kecerdasan diri, identitas diri, bakat dan potensi
diri, kualitas diri, serta memenuhi mimpi dan tujuan hidup dengan visi yang jelas.
Termasuk, memiliki keperibadian yang unggul untuk mengambil tanggung jawab
6
Dari hasil observasi yang dilakukan penulis, mengenai aspek evaluasi diri
dalam hal kepribadian pengusaha keripik apel di Kota Batu dalam memberikan
pelayanan terhadap konsumen dilakukan dengan ramah, konsistensi, dan penuh
kesabaran. Artinya, tidak ada jalan instan untuk merancang diri menuju
pertumbuhan pribadi yang unggul. Efektifitas kepribadian pengusaha ini dapat
dilihat dari peningkatan omset, khususnya pada saat liburan atau hari besar. Dari
hasil wawancara awal dengan pengusaha keripik di Kota Batu, bahwa kepribadian
pengusaha dan letak usaha yang strategis memperngaruhi besarnya omset yang
diterima. Kondisi ini menjadikan kepribadian seorang pemilik usaha dapat
mendukung atas usaha yang dilakukan, namun demikian para pemilik usaha
belum sepenuhnya mencerminkan upaya maksimal dalam pencapaian keuntungan,
dimana para pengusaha belum sepuhnya menekuni bidang usaha yang selama ini
dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menguji secara
empiris mengenai pengaruh kepribadian dan locus of control terhadap kinerja
pengusaha keripik apel di Kota Batu.
B.Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah kepribadian dan locus of control serta kinerja pengusaha
keripik apel di Kota Batu ?
2. Apakah kepribadian dan locus of control berpengaruh terhadap kinerja
pengusaha keripik apel di Kota Batu?
3. Diantara kepribadian dan locus of control variabel mana yang paling
7
C.Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu hanya terbatas pada para
pengusaha yang terdapat di Kota Batu, khususnya Desa Mojorejo dan Beji.
Pemilihan kedua lokasi penelitian dikarenakan merupakan pusat atau sentra
industry di Kota Batu.
D.Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan kepribadian dan locus of control serta kinerja
pengusaha keripik apel di Kota Batu.
2. Untuk menganalisis pengaruh kepribadian dan locus of control terhadap
kinerja pengusaha keripik apel di Kota Batu.
3. Untuk menganalisis diantara variabel kepribadian dan locus of control yang
paling berpengaruh terhadap kinerja pengusaha keripik apel di Kota Batu
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai sarana untuk menerapkan teori yang diperoleh di perkuliahan.
b. Melatih penulis untuk berpikir secara kritis, sisitematis, dan analistik
dalam menghadapi permasalahan yang terjadi.
2. Bagi Perguruan Tinggi
a. Meningkatkan kualitas penulisan karya tulis tingkat perguruan tinggi.
b. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi pembaca dan peneliti
8
3. Bagi Perusahaan
a. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang pentingnya kepribadian
dan locus of controldalam menentukan kinerja pengusaha.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian mengenai hubungan struktur tugas dengan Locus of
Control pada perusahaan Big Six (sekarang Big Four) (Hyatt dan Prawitt, 2001),
menyatakan bahwa bagi para auditor yang berasal dari perusahaan yang
cenderung tidak terstruktur, auditor yang memiliki kecenderungan Locus of
Control internal (keyakinan bahwa hasil lebih didasari oleh perilaku atau input
mereka) berkinerja lebih baik daripada auditor dengan Locus of Control eksternal.
Hyatt dan Prawitt (2001) juga menyatakan bahwa Locus of Control internal secara
signifikan berhubungan dengan tingkat pengalaman untuk perusahaan yang
cenderung tidak terstruktur, namun tidak demikian pada perusahaan yang lebih
terstruktur. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara Locus of Control dan
tingkat pengalaman di dalam perusahaan yang tidak terstruktur bisa menjadi
fungsi adanya kepuasan kerja yang lebih tinggi bagi auditor yang memiliki Locus
of Control internal dalam lingkungan perusahaan yang tidak terstruktur.
Hasil penelitian Indra Gunawan, (2013) mengenai pengaruh Komitmen
organisasional dan locus of control terhadap kinerja karyawan pada PT. Nikkatsu
Electric Works Bandung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komitmen
organisasional memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan
pada PT. Nikkatsu Electric Works Bandung. Komitmen organisasional
10
kinerja karyawan, dimana semakin baik Komitmen Organisasional yang dilakukan
maka akan meningkatkan Kinerja Karyawan. Locus of control memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Nikkatsu Electric
Works Bandung. dimana locus of control membuat masing-masing tepat dan lebih
baik terhadap tipe-tipe tertentu atau terhadap tipe-tipe khusus dalam posisi-posisi
atau dalam kedudukan tertentu. Komitmen organisasional dan locus of control
secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
karyawan pada PT. Nikkatsu Electric Works Bandung. secara bersama-sama
Komitmen organisasional dan locus of control memberikan kontribusi/pengaruh
yang berada dalam kategori baik terhadap kinerja karyawan baik langsung
maupun tidak langsung Diantara kedua variabel independen, komitmen
organisasional memberi pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja karyawan
dibandingkan dengan locus of control.
Berdasarkan hasil penelitian teradahulu oleh Ratno Purnomo (2010) dalam
Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), September 2010, Hal. 144 – 160 dengan judul
“Pengaruh kepribadian, self-efficacy, dan locus of control terhadap persepsi
kinerja UMKM”. Jumlah kuesioner yang disebar adalah 150 eksemplar.
Kuesioner diberikan kepada sejumlah pengusaha mikro, kecil dan menengah yang
berada di wilayah Banyumas. Jumlah kuesioner yang kembali ke peneliti adalah
111 eksemplar, atau memiliki response rate sebesar 74 persen. Sejumlah
kuesioner yang kembali tersebut kemudian di saring dan diteliti kelengkapan
datanya. Jumlah kuesioner yang digunakan untuk pengolahan data adalah 105
11
Berdasarkan hasil survei, pelaku usaha didominasi oleh pria dengan modal
awal kebanyakan dari modal sendiri atau kombinasi modal sendiri dan pinjaman.
Jenis usaha yang paling banyak adalah toko seperti took kelontong, pakaian, atau
toko pulsa. Salah satu temuan penting berdasarkan aspek demografis responden
tersebut adalah masih rendahnya keikutsertaan para pelaku usaha dalam kegiatan
pelatihan-pelatihan kewirausahaan. Hal ini tentu saja dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi para akademisi dan pengambil kebijakan untuk memacu
program pelatihan bagi para pelaku usaha di daerah Banyumas. Selain itu, juga
ditemukan bahwa masih sedikitnya pelaku usaha dari kalangan muda karena
rata-rata usia responden adalah 47 tahun.
Hasil pengujian dengan menggunakan analisa regresi berganda
menunjukan bahwa kesuksesan UMKM ditentukan oleh kepribadian
agreeableness dan self-efficacy yang dimiliki para pengusaha. Agreeableness
adalah kepribadian yang menggambarkan bahwa individu memiliki sifat-sifat
antara lain suka bekerja sama, dapat dipercaya, penuh perhatian dan baik pada
orang lain, suka menolong, tidak mementingkan diri sendiri, pemaaf, dan tidak
suka berselisih dengan orang lain. Hal ini menunjukan bahwa pengusaha yang
mampu mencapai kesuksesan usahanya adalah individu yang terbuka, mudah
bergaul, dan penuh toleransi di dalam masyarakat. Hal ini tentu menjadi sangat
wajar karena pengusaha yang menjadi responden berada di wilayah Banyumas
dengan budaya yang penuh dengan toleransi, keterbukaan, dan saling
12
dalam menjalankan usaha karena dalam jangka waktu panjang para pengusaha
akan banyak berinteraksi dengan orang lain.
Selain itu, kinerja UMKM juga ditentukan oleh self-efficacy atau yang
dikenal dengan keyakinan diri seseorang dalam menjalankan suatu pekerjaan.
Artinya, para pengusaha yang memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu
menjalankan usaha tertentu atau dirinya yakin bahwa kemampuan yang
dimilikinya dapat digunakan untuk menjalankan usaha akan cenderung untuk bisa
mencapai kesuksesan dalam usaha yang dijalankannya itu. Keyakinan diri para
pengusaha itu sendiri ditentukan oleh salah satu kepribadian kepribadian yaitu
neuroticism yang rendah. Neuroticism adalah kepribadian individu yang
menggambarkan sifat-sifat sering merasa tertekan, penuh ketegangan dan
kekhawatiran, mudah murung dan sedih, dan mudah gelisah. Individu dengan
kepribadian ini dikatakan memiliki emosi yang tidak stabil. Artinya, keyakinan
diri para pengusaha UMKM itu akan sulit muncul apabila individu masih belum
menstabilkan emosinya tersebut. Sebaliknya, individu dengan emosi yang stabil
memiliki kepribadian antara lain: dapat mengatasi stress dengan baik, tidak mudah
kecewa, tenang dalam situasi menegangkan, dan tidak mudah tertekan akan
cenderung untuk memiliki keyakinan diri dalam menjalankan usahanya.
B.Landasasan Teori 1. Teori Kepribadian
a. Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan
13
istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Menurut Agus
Sujanto dkk (2004:98), menyatakan bahwa kepribadian adalah suatu totalitas
psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya
yang unik.
Sedangkan pengertian Kepribadian (personality) menurut Kartini Kartono
dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006:43) adalah sifat dan tingkah laku khas
seseorang yang membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari
struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendiriran, kemampuan dan potensi
yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana
diketahui oleh orang lain.
Sjarkawim (2006:44) juga mendefinisikan kepribadian sebagai susunan
sistem-sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan
penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud
Allport dalam Sjarkawim (2006:45) meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan,
keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai
dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik
yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang
kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian
diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam
14
a. Tipe-Tipe Kepribadian Pengusaha
1) The Improver
Pengusaha tipe ini menjalankan bisnisnya dengan menonjolkan gaya
improver atau ingin selalu memperbaiki. Pengusaha tipe ini memiliki
kemampuan yang kokoh dalam menjalankan usaha. Mereka juga
memiliki intergritas dan etika yang tinggi.
2) The Advisor
Tipe kepribadian pengusaha seperti ini bersedia memberikan bantuan
dan saran tingkat tinggi bagi para pelanggannya. Motto dari
wirausahawan ini yaitu pelanggan adalah benar dan kita harus
melakukan apa saja untuk menyenangkan mereka.
3) The Superstar
Inilah wirausahawan yang pusatnya dikelilingi oleh karisma dan
energi tinggi. Wirausahawan dengan kepribadian seperti ini biasanya
membangun usaha mereka dengan personal brand mereka sendiri.
4) The Artist.
Kepribadian pengusaha seperti ini biasanya senang menyendiri tapi
memiliki kreativitas yang tinggi. Mereka biasanya sering kali
ditemukan di bisnis yang membutuhkan kreativitas seperti perusahaan
periklanan, web design, dll.
5) The Visionary
Sebuah usaha yang dibangun oleh seorang visioner biasanya
15
memiliki keingintahuan yang tinggi untuk mengerti dunia di sekeliling
mereka dan akan membuat rencana untuk menghindari segala macam
rintangan.
6) The Analyst
Pengusaha tipe ini biasanya memfokuskan pada penyelesaian masalah
dalam suatu cara sistematis. Seringkali berbasis pada ilmu
pengetahuan, keahlian teknis atau komputer, seorang analis
biasanya hebat dalam memecahkan masalah.
7) The Fireball
Pengusaha tipe ini biasanya bekerja dengan penuh hidup, energi dan
optimisme. Hal ini akan membuat pelanggan merasa dilayani dengan
tingkah laku yang menyenangkan.
8) The Hero
Pengusaha tipe ini memiliki kemauan dan kemampuan yang luar biasa
dalam memimpin dan menjalankan usaha melalui segala macam
tantangan. Mereka adalah inti dari usahanya.
9) The Healer
Pengusaha tipe ini biasanya bersifat pengasuh dan penjaga
keharmonisan dalam usaha. Mereka memiliki kemampuan bertahan
16
2. Teori Locus of Control a. Definisi Locus of Control
Locus of control menurut Rotter (dikutip Suwarsi & Budianti, 2009)
adalah suatu hal yang dipastikan memberikan kontribusi terhadap kualitas kinerja
pada seseorang, yaitu respon awal sebagai dasar dari respon yang akan dilakukan
selanjutnya. Locus of control menurut Spector (dikutip Munir & Sajid, 2010)
didefinisikan sebagai cerminan dari sebuah kecendrungan seorang individu untuk
percaya bahwa dia mengendalikan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya
(internal) atau kendali atas peristiwa yang terjadi dalam hidupnya itu berasal dari
hal lain, misalnya kuasa orang lain (eksternal).
Locus of control menurut Erdogan (dikutip Kutanis, Mesci & Ovdur,
2011) mencakup gagasan bahwa individu sepanjang hidup mereka, menganalisis
peristiwa sebagai hasil dari perilaku mereka atau mereka percaya bahwa peristiwa
tersebut merupakan hasil dari kebetulan, nasib atau kekuatan di luar kendali
mereka. Locus of control menurut Lee-Kelley (dikutip April, Dharani & Peters,
2012) digambarkan sebagai dimensi dengan dua sisi yang berlawanan. Dimensi
yang mencerminkan sejauh mana orang percaya bahwa apa yang terjadi kepada
mereka adalah dalam kendali mereka atau di luar kendali mereka.
Locus of control menurut Demirtas & Günes (dikutip Hamedoglu, Kantor
& Gulay, 2012) dapat didefinisikan sebagai kekuatan yang mengendalikan
tindakan diri karyawan dan hal-hal yang dilakukan terhadap mereka, selain itu
locus of control dianggap sebagai persepsi orang tentang siapa atau apa yang
17
mereka. Locus of control menurut Robbins (2007) adalah tingkat di mana individu
yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Faktor internal adalah
individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-apa
yang terjadi pada diri mereka, sedangkan faktor eksternal adalah individu yang
yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan
luar seperti keberuntungan dan kesempatan. Locus of control menurut Dayakisni
& Yuniardi (2008) adalah kondisi bagaimana individu memandang perilaku diri
mereka sebagai hubungan mereka dengan orang lain serta lingkungannya.
Locus of Control menurut Hiriyappa (2009) mengacu pada keyakinan
seseorang bahwa apa yang terjadi adalah karena kendali dirinya yaitu internal atau
di luar kendali dirinya yaitu eksternal. Locus of control menurut Hanurawan
(2010) adalah kecendrungan orang untuk mencari sebab suatu peristiwa pada arah
tertentu. Dapat dikategorikan kedalam locus of control internal dan eksternal.
Locus of control menurut Ghufron & Risnawita (2011) adalah gambaran pada
keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya. Locus of control
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perilaku individu.
Berdasarkan pandangan beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa locus of control merupakan suatu konsep yang menunjukkan pada
keyakinan individu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.
Locus of control mengarah pada suatu ukuran yang menunjukkan bagaimana
seseorang memandang kemungkinan adanya hubungan antara perbuatan yang
dilakukan dengan akibat atau hasil yang diperoleh. Jadi, locus of control adalah
18
berbagai kegiatan dalam hidupnya yang disebabkan oleh kendali dirinya atau
kendali di luar dirinya.
b. Dimensi-Dimensi Locus of Control 1) Locus of control internal
Menurut Rotter (dikutip Karimi & Alipour, 2011) locus of control
internal mengacu pada orang-orang yang percaya bahwa hasil,
keberhasilan dan kegagalan mereka adalah hasil dari tindakan dan
usaha mereka sendiri. Menurut Kreitner & Kinicki (2009) individu
yang memiliki kecendrungan locus of control internal adalah
individu yang memiliki keyakinan untuk dapat mengendalikan
segala peristiwa dan konsekuensi yang memberikan dampak pada
hidup mereka. Contohnya seorang mahasiswa memiliki IPK yang
tinggi dikarenakan keyakinan atas kemampuan dirinya dalam
menjawab soal-soal ujian yang diberikan.
Menurut Hanurawan (2010) orang dengan locus of control internal
sangat sesuai untuk menduduki jabatan yang membutuhkan inisiatif,
inovasi, dan perilaku yang dimulai oleh diri sendiri seperti peneliti,
manajer atau perencana.
Menurut Robbins (2007) locus of control internal adalah individu
yang percaya bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa
pun yang terjadi pada diri mereka. Individu dengan locus of control
internal mempunyai persepsi bahwa lingkungan dapat dikontrol oleh
19
dengan keinginannya. Faktor internal individu yang di dalamnya
mencakup kemampuan kerja, kepribadian, tindakan kerja yang
berhubungan dengan keberhasilan bekerja, kepercayaan diri dan
kegagalan kerja individu bukan disebabkan karena hubungan dengan
mitra kerja.
2) Locus of control eksternal
Menurut Rotter (dikutip Karimi & Alipour, 2011) locus of control
eksternal mengacu pada keyakinan bahwa kesempatan, nasib,
manajer, supervisor, organisasi dan hal-hal yang lainnya dapat lebih
kuat untuk membuat keputusan tentang kehidupan dan hasil dari
seorang individu.
Menurut Kreitner & Kinicki (2009) individu yang memiliki
kecendrungan locus of control eksternal adalah individu yang
memiliki keyakinan bahwa kinerja adalah hasil dari peristiwa di luar
kendali langsung mereka. Contohnya seorang pekerja mampu
melewati tes tertulis dikarenakan keyakinannya akan hal yang
bersifat eksternal misalnya soal tes yang mudah atau sedang bernasib
baik.
Menurut Hanurawan (2010) orang dengan locus of control eksternal
sangat sesuai dengan jabatan-jabatan yang membutuhkan
pengarahan dari orang lain, seperti karyawan dan mekanik kelas
bawah. Menurut Robbins (2007), individu yang berkeyakinan bahwa
20
luar seperti keberuntungan atau kesempatan, dikatakan sebagai
individu yang memiliki locus of control eksternal. Individu dengan
locus of control eksternal tinggi cenderung akan pasrah terhadap apa
yang menimpa dirinya tanpa usaha untuk melakukan perubahan,
sehingga cenderung untuk menyukai perilaku penyesuaian diri
terhadap lingkungan agar tetap bertahan dalam situasi yang ada.
Faktor eksternal individu yang di dalamnya mencakup nasib,
keberuntungan, kekuasaan atasan dan lingkungan kerja.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Locus of Control
Dari beberapa hasil penelitian dapat disimpulkan faktor-faktor yang
mempengaruhi locus of control seorang individu yaitu:
1) Faktor keluarga
Menurut Kuzgun (dikutip Hamedoglu, Kantor & Gulay, 2012)
lingkungan keluarga tempat seorang individu tumbuh dapat
memberikan pengaruh terhadap locus of control yang dimilikinya.
Orangtua yang mendidik anak, pada kenyataannya mewakili
nilai-nilai dan sikap atas kelas sosial mereka. Kelas sosial yang disebutkan
di sini tidak hanya mengenai status ekonomi, tetapi juga memiliki
arti yang luas, termasuk tingkat pendidikan, kebiasaan, pendapatan
dan gaya hidup. Individu dalam kelas sosial ekonomi tertentu
mewakili bagian dari sebuah sistem nilai yang mencakup gaya
membesarkan anak, yang mengarah pada pembangunan karakter
21
Dalam lingkungan otokratis di mana perilaku di bawah kontrol yang
ketat, anak-anak tumbuh sebagai pemalu, suka bergantung. (locus of
control eksternal). Di sisi lain, ia mengamati bahwa anak-anak yang
tumbuh dalam lingkungan yang demokratis, mengembangkan rasa
individualisme yang kuat menjadi mandiri, dominan, memiliki
keterampilan interaksi sosial, percaya diri, dan rasa ingin tahu yang
besar (locus of control internal).
2) Faktor motivasi
Menurut Forte (dikutip Karimi & Alipour, 2011), kepuasan kerja,
harga diri, peningkatan kualitas hidup (motivasi internal) dan
pekerjaan yang lebih baik, promosi jabatan, gaji yang lebih tinggi
(motivasi eksternal) dapat mempengaruhi locus of control seseorang.
Reward dan punishment (motivasi eksternal) juga berpengaruh
terhadap locus of control menurut Mischel (dikutip Nevid, 2009).
3) Faktor pelatihan
Program pelatihan telah terbukti efektif mempengaruhi locus of
control individu sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan
peserta pelatihan dalam mengatasi hal-hal yang memberikan efek
buruk. Pelatihan adalah sebuah pendekatan terapi untuk
mengembalikan kendali atas hasil yang ingin diperoleh. Pelatihan
diketahui dapat mendorong locus of control internal yang lebih
tinggi, meningkatkan prestasi dan meningkatkan keputusan karir
22
d. Perbedaan Karakteristik Locus of Control
Ada beberapa perbedaan karakter individu yang memiliki locus of control
internal dan eksternal menurut Andre (2008), yaitu:
Tabel 2.1
Karakteristik Individu Berdasarkan Locus of Control No Locus of Control Internal Locus of Control Eksternal
1 Memiliki kontrol terhadap
perilaku diri yang lebih baik,
perilaku dalam bekerja lebih
positif
Memiliki kontrol terhadap perilaku
diri yang buruk
2 Lebih aktif dalam mencari
informasi dan pengetahuan
yang berhubungan dengan
situasi yang dihadapi
Kurang aktif dalam mencari
informasi dan pengetahuan yang
berhubungan dengan situasi yang
dihadapi
3 Memiliki self-esteem yang
lebih tinggi
Memiliki self-esteem yang lebih
rendah
4 Memiliki kepuasan kerja
yang lebih tinggi
Memiliki kepuasan kerja yang lebih
rendah
5 Memiliki kemampuan yang
lebih baik untuk mengatasi
stress dan kesulitan lainnya
dalam pekerjaan
Tidak mampu untuk mengatasi
stress dan kesulitan dalam
pekerjaan dengan cara yang tepat
6 Meyakini reward dan
punishment yang mereka
terima berhubungan dengan
kinerja yang mereka hasilkan
Meyakini reward dan punishment
yang mereka terima sebagai
kekuatan yang berubah-ubah dan
tidak tentu.
23
3.Teori Kinerja a. Definisi Kinerja
Untuk menunjang tujuan strategik organisasi, mendefinisikan kinerja
dengan benar merupakan sesuatu yang harus dilakukan. Dengan definisi
kinerja yang benar, maka salah satu komponen yang sangat penting dari
manajemen kinerja yaitu penetapan sasaran yang jelas bagi masing-masing
karyawan akan dapat ditentukan dengan baik. Kinerja sumber daya manusia
merupakan istilah yang berasal dari kata Job Performance atau Actual
Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai
seseorang). Performance diterjemahkan menjadi kinerja, juga berarti
prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, unjuk kerja,
atau penampilan kerja (LANRI, 2005:3).
Definisi kinerja seorang pegawai adalah “Perbandingan hasil yang
dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu, lazimnya per jam”
(Kusriyanto, 1991:3). Selain itu pengertian kinerja (performance) adalah
“Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masingmasing, dalam rangka pencapaian tujuan organisasi (Prawirosentono,
1999:2). “Kinerja pegawai (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”
24
Dari beberapa definisi kinerja tersebut, kesimpulannya yaitu kinerja
adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas
yang dicapai sumber daya manusia per satuan periode waktu dalam
melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
b. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja harus dipahami secara luas, karena dapat
dilakukan melalui berbagai cara sehingga akan dijumpai beraneka macam
kinerja. Kuncinya adalah dengan melakukan pengukuran kinerja, maka akan
diperoleh beberapa informasi yang dapat digunakan untuk koreksi kinerja
pada suatu periode waktu. Kinerja setiap unit kerja harus diukur dengan
metode statistik, khususnya tentang mutu suatu produksi. Para manajer
harus menerima tanggung jawab atas kinerja bawahannya. Bila bawahan
berkinerja buruk, jangan sekedar menyalahkan bawahan saja. Oleh karena
itu para manajer harus memonitor setiap bawahannya berdasarkan kendali
secara statistik” (Prawirosentono, 1999: 193).
Disamping itu dikemukakan juga bahwa pengukuran kinerja
dilakukan pada akhir kurun waktu (periode) yang ditetapkan, yakni pada
saat melakukan penilaian yang merupakan perbandingan antara hasil yang
sebenarnya diperoleh dengan yang direncanakan. Sasaran tersebut harus
diteliti satupersatu, mana yang telah dicapai sepenuhnya, mana yang diatas
25
Dari penjelasan yang telah diuraikan mengenai pengukuran kinerja
tersebut, maka kesimpulannya adalah seorang manajer harus selalu
memonitor para bawahannya untuk mengetahui kinerja mereka apakah telah
sesuai dengan sasaran yang diharapkan atau belum, dan pengendalian ini
dapat dilakukan untuk mengukur kinerja karyawan pada akhir periode
waktu.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja
Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor
kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation) yang dirumuskan
sebagai berikut (Mangkunegara, 2000:67):
Human Performance = Ability x Motivation
Motivation = Attitude x Situation
Ability = Knowledge x Skill
Penjelasan:
1) Faktor kemampuan (ability)
Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi
IQ dan kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya, pimpinan dan
karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) apalagi IQ
superior, very superior, gifted, dan genius dengan pendidikan yang
memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan
26
2) Faktor motivasi (motivation)
Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan
terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka
yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan
motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif
(kontra) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang
rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan
kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola
kepemimpinan kerja, dan kondisi kerja.
d. Standar Pengukuran Kinerja
Kinerja yang diukur adalah kinerja orang-orang yang ada dalam
organisasi (Prawirosentono, 1999:186). Pada awalnya pengukuran kinerja
dilakukan dengan mengukur kinerja seluruh organisasi, kemudian unit-unit
organisasi yang mendukungnya, dan akhirnya pengukuran juga pada kinerja
orang-orang yang ada didalamnya. Dalam pengukuran kinerja terdapat
aspek-aspek standar kinerja antara lain sebagai berikut (Mangkunegara,
2005:17):
a. Aspek kuantitatif:
1) Proses kerja dan kondisi pekerjaan
2) Waktu yang digunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan
3) Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan
27
b. Aspek kualitatif:
1) Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan
2) Tingkat kemampuan dalam bekerja
3) Kemampuan menganalisis data atau informasi, kemampuan atau
kegagalan menggunakan mesin atau peralatan
4) Kemampuan mengevaluasi (keluhan atau keberatan konsumen)
e. Tujuan Penilaian Kinerja
Standar kinerja dapat dibandingkan dengan apa yang diharapkan
dilakukan seseorang dengan apa yang sesungguhnya dikerjakan, seorang
supervisor dapat menentukan level kinerja karyawan. Mengembangkan
standar kinerja yang jelas dan realistis dapat mengurangi problem
komunikasi dalam umpan balik penilaian kinerja antara manajer, supervisor,
dan karyawan. Tujuan dari penilaian atau evaluasi kinerja adalah sebagai
berikut dikemukakan oleh (Sunyoto dalam Mangkunegara 2005:10):
a. Meningkatkan saling pengertian antar karyawan tentang persyaratan
kinerja.
b. Mencatat dan mengakui hasil kinerja seorang karyawan, sehingga mereka
termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya
berprestasi sama dengan prestasi yang dulu.
c. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan
atau aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau kepada
28
d. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga
karyawan termotivasi sesuai dengan potensinya.
e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan
kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui
rencana itu jika ada hal-hal yang perlu diubah.
Setiap fungsi dari penilaian adalah penting. Pentingnya
masing-masing fungsi ini tergantung pada perspektif yang diterapkan. Sebagian dari
fungsi ini sangat berhubungan dengan keputusan manajemen personalia.
Akan tetapi kepentingan tersebut berada didalam perilaku organisasi.
Kesimpulannya, penilaian kinerja didasarkan perannya sebagai faktor
penentu alokasi penghargaan. Sedangkan tujuan penilaian kinerja adalah:
a. Untuk menentukan dasar upah.
b. Dapat menentukan jenjang karir.
c. Dapat dipakai sebagai dasar promosi, mutasi, rotasi, demosi, bahkan juga
dapat dilakukan untuk pemberhentian hubungan kerja.
d. Sebagai dasar pemberian semangat kerja bagi karyawan.
Bentuk penilaian dapat bersifat terbuka dan tertutup, bila terbuka
penilaian dapat diketahui oleh kedua belah pihak sedangkan penilaian
tertutup merupakan penilaian yang hanya diketahui oleh penilai saja.
Kesulitan dalam penilaian yang disebabkan karena standar penilaian
biasanya dilakukan oleh manajemen, dimana dalam menentukan target
sebelum keduanya melakukan aktivitas terlebih dahulu disepakati mengenai
29
C. Hubungan Kepribadian dan Locus Of Control Dengan Kinerja
Kepribadian yang dimiliki oleh seseorang dapat menentukan tingkat
keberhasilan dalam pencapaian suatu target yang telah ditetapkan, dimana
keperibadian seorang karyawan dapat menentukan tingkat kemempuan dan
potensi yang dimiliki. Menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam
Sjarkawim (2006:43) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang
membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari
struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang
dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana
diketahui oleh orang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kepribadian yang dimiliki seseorang dapat menentukan tingkat pencapaian
kinerja dalam melakukan aktivitas diperusahaan.
Selanjutnya seperti yang dijelaskan pada teori pengharapan
(expectancy theory) yang menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku individu
(seperti locus of control) dipengaruhi oleh hubungan antara usaha dan
prestasi (path-goal) dengan valensi dari hasil (goal attractiveness). Individu
akan memperoleh kepuasan dan produktif ketika melihat adanya hubungan
kuat antara usaha dan prestasi yang mereka lakukan dengan hasil yang
mereka capai dengan nilai tinggi. Locus of control menurut Robbins (2007)
adalah tingkat di mana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib
mereka sendiri. Faktor internal adalah individu yang yakin bahwa mereka
merupakan pemegang kendali atas apa-apa yang terjadi pada diri mereka,
30
terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti
keberuntungan dan kesempatan. Locus of control menurut Dayakisni &
Yuniardi (2008) adalah kondisi bagaimana individu memandang perilaku diri
mereka sebagai hubungan mereka dengan orang lain serta lingkungannya.
Kenyataan ini menunjukan terdapat keterkaitan secara jelas mengenai locus
of controldengan upaya untuk memaksimalkan pencapain kinerja seseorang.
D.Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian merupakan alur penelitian yang akan
dilakukan, sehingga kerangka pikir penelitian dapat memberikan gambaran
secara jelas mengenai tujuan penelitian yang akan dilakukan. Kerangka pikir
[image:42.595.186.477.429.715.2]yang digunakan dalam penelitian ini dapat disajikan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1
Kerangka Pikir Penelitian
Sumber: Data diolah
Locus of control - Internal
- Eksternal Kepribadian -The Improver -The Advisor -The Superstar -The Artist -The Visionary -The Analyst -The Fireball
-The Hero
-The Healer
Kinerja Pengusaha Keripik
31
Berdasarkan gambar 2.1 dapat diketahui bahwa terdapat keterkaitan
antara kepribadian dan locus of control dengan kinerja pengusaha keripik
apel di Kota Batu, sehingga dengan adanya perubahan kepribadian dan locus
of control maka dengan sendirinya kinerja pengusaha keripik apel di Kota
Batu juga mengalami perubahan.
E.Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Kepribadian dan locus of control berpengaruh signifikan terhadap kinerja
pengusaha keripik apel di Kota Batu.
2. Locus of control paling berpengaruh terhadap kinerja pengusaha keripik