• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PRODUK YANG BERWAWASAN HIJAU TERHADAP MINAT BELI PRODUK AIR MINUM DALAM KEMASAN MEREK ADES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PRODUK YANG BERWAWASAN HIJAU TERHADAP MINAT BELI PRODUK AIR MINUM DALAM KEMASAN MEREK ADES"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPRIBADIAN DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA PENGUSAHA KERIPIK APEL DI KOTA BATU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai

Derajat Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Dian Prasetya Fajar Subekti 08610203

JURUSAN MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dian Prasetya Fajar Subekti

NIM : 08610203

Jurusan : Manajemen

Fakultas : Ekonomi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :

1. Skripsi dengan judul “Pengaruh Kepribadian dan Locus Of Control Terhadap Kinerja Pengusaha Kripik Apel di Kota Batu” adalah hasil karya saya dan didalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah

diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan

Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah diteliti atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah

ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur

PLAGIASI saya bersedia SKRIPSI INI DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN. Serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Skripsi ini dapat dijadikan sebagai sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTI NON EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk digunakan

sebagaimana mestinya.

Malang, 12 Agustus 2014

Yang menyatakan

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi yang berjudul “PENGARUH KEPRIBADIAN DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA PENGUSAHA KERIPIK APEL DI KOTA BATU” disusun untuk memenuhi serta melengkapi syarat memperoleh gelar Kesarjanaan di bidang Ekonomi, program studi Manajemen pada

Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis berusaha memberi sebaik mungkin

namun demikian, penulis menyadari akan kemampuan dan keterbatasan

pengetahuan serta pengalaman penulis. Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa

adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Nazaruddin Malik, SE, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. H. Marsudi, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Universitas

Muhammadiyah Malang.

3. Dra. Siti Nurhasanah, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah sudi

meluangkan waktuya untuk mengoreksi serta memberikan petunjuk yang

(6)

4. Dra. Titiek Ambarwati, MM, selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang

penuh kesabaran telah memberikan bimbingan serta petunjuk hingga

selesainya penulisan skripsi ini.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu terselesaikannya skripsi ini baik materiil maupun spirituil.

Akhirnya segala amal baik yang telah mereka berikan kepada penulis semoga

mendapat balasan dari Allah SWT. dan penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, Agustus 2014

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

KARTU KENDALI KONSULTASI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 9

B. Landasasan Teori... 12

1. Teori Kepribadian ... 12

2. Teori Locus of Control ... 16

3. Teori Kinerja ... 23

C. Hubungan Kepribadian dan Locus Of Control Dengan Kinerja ... 29

D. Kerangka Pikir Penelitian ... 30

E. Hipotesis ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 32

B. Jenis Penelitian ... 32

C. Variabel dan Definisi operasional ... 32

D. Pengukuran Data ... 33

E. Populasi dan Sampel ... 33

F. Jenis dan Sumber Data ... 35

G. Teknik Pengumpulan Data ... 35

H. Pengujian Instrumen... 37

I. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 41

(8)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 46

1. Keadaan Geografis Desa Mojorejo Kecamatan Junrejo Kota Batu ... 46

2. Sejarah Industri Kecil Keripik Apel di Desa Mojorejo Kecamatan Junrejo Kota Batu ... 47

3. Lokasi Industri Kecil ... 48

4. Saluran Distribusi ... 48

5. Daerah Pemasaran ... 49

6. Hasil Produksi ... 49

B. Gambaran Karakteristik Responden ... 49

1. Tingkat Usia Responden ... 49

2. Jenis Kelamin Responden ... 50

3. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden ... 51

4. Lama Usaha Responden ... 52

C. Uji Instrumen ... 53

1. Uji Validitas ... 53

2. Uji Reliabilitas ... 55

D. Hasil Analisis Rentang Skala ... 56

1. Kepribadian Pengusaha ... 57

2. Locus of control ... 62

3. Variabel Kinerja Pengusaha (Y) ... 64

4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 65

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Karakteristik Individu Berdasarkan Locus of Control ... 22

Tabel 3.1 Skala Likert ... 33

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen... 37

Tabel 3.3 Penilaian Variabel Berdasarkan Hasil dari Rentang Skala ... 42

Tabel 4.1 Saluran Distribusi Industri Kecil Makanan Ringan ... 48

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 51

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha ... 52

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Kepribadian ... 54

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Locus of Control ... 55

Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Kinerja Pengusaha ... 55

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 56

Tabel 4.9 Kepribadian Pengusaha ... 57

Tabel 4.10 Locus of control ... 62

Tabel 4.11 Kinerja Pengusaha ... 64

Tabel 4.12 Hasil Nilai Koefisien Determinasi (R2)... 66

Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 67

Tabel 4.14 Hasil Uji F ... 68

Tabel 4.15 Hasil Uji t ... 69

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran:

1. Angket Penelitian

2. Skor Hasil Penelitian

3. Hasil Distribusi Frekuensi

4. Hasil Uji Validitas

5. Hasil Reability

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Algifari, 2003. Statistik Induktif, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Andre Hardjana, 2008. Audit Komunikasi Teori dan Praktek, Jakarta: Grasindo,

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dayakisni & Yuniardi, 2008. Psikologi Lintas-Budaya, Malang: UMM

Dwi Priyatno, 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom.

Entrialgo, M., Fernandez, E., and Vazquez, C.J, 2000, Psychological Characteristics and Process: The Role of Entrepreneurship in Spanish SMEs. Europian Journal of Innovation management, 3: 137-149.

Ferdinand, A.T. 2006, Metode Penelitian Manajemen, Semarang: BP Undip.

Ghufron, M.Nur., Risnawita.S, Rini. 2011. Gaya Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hisrich, R.D., Peters, M.P., Shepherd, D.A, 2005, Entrepreneurship. 6th Edition, McGraw-Hill: New York.

Hanurawan, Fattah. 2010. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung : Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Hisrich, R dan Peters, M. 2000. Entrepreneurship. 4th edition. Singapore: McGraw-Hill Companies, Inc.

Kasali, Rhenald. 2003. Manajemen Public Relations & Aplikasinya di. Indonesia. Jakarta : PT. Grafiti.

Kriyantono, Rahmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Prenada Group.

Kuncoro M., 2004, Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi, AMP YKPN, Yogyakarta

Kreitner, Robert dan Kinicki. 2009. Organizational Behavior 8th ed. Boston: McGraw-Hill. Woods

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Saat ini persaingan bisnis cukup ketat, baik di bidang jasa maupun barang

yang dapat dilihat dari semakin banyaknya usaha-usaha kecil menengah, dan

perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang usaha lainnya. Dalam setiap

mendirikan usaha tidak lepas dari peranan konsumen yang dituju, yaitu dengan

memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhannya sangatlah penting.

Pembangunan usaha atau industri kecil amatlah penting untuk dilakukan hingga

saat ini, mengingat fungsinya yang sangat strategis. Pembangunan industri kecil

merupakan bagian dari usaha pembangunan dalam rangka merombak struktur

ekonomi sekaligus sebagai pemecahan masalah ekonomi masyrakat kecil serta

menengah ke bawah. Dengan adanya pendapatan usaha/ industri kecil pada

akhirnya ditujukan pada pemulihan perekonomian dan pemupukan pertambahan

pendapatan, karena pertambahan pendapatan suatu daerah sangat ditentukan oleh

pertumbuhan pendapatan dari masyarakat di daerah tersebut, maka dengan

tumbuhnya industri kecil sudah barang tentu akan sangat membantu pemulihan

keberadaan ekonomi masyarakat di daerah yang bersangkutan.

Kewirausahaan yang tumbuh dalam keluarga atau kelompok masyarakat

merupakan suatu aset yang sangat berharga karena akan sangat membantu

perekonomian Indonesia yang masih belum stabil. Masyarakat masih banyak yang

(14)

2

kebutuhan akan modal yang banyak ditepis oleh para wirausahawan. Para

pengusaha yang telah berhasil menyatakan bahwa berwirausaha tidak selalu harus

dimulai dengan modal yang besar.

Hasil penelitian Taormina dan Lao (2007) menyatakan bahwa kesuksesan

sebuah bisnis ditentukan oleh karakteristik individual. Karakteristik individual

bersifat melekat dalam diri individu yang bisa berubah-ubah atau stabil sepanjang

waktu. Karakteristik individu yang dapat berubah-ubah terbentuk karena adanya

situasi tertentu atau pengalaman tertentu. Contohnya adalah kepribadian dan locus

of control. Hisrich, et al (2005) menyatakan bahwa beberapa karakteristik

individual seperti locus of control memiliki peran yang penting terhadap

kesuksesan kinerja suatu entitas bisnis seperti UMKM. Entrialgo, et al (2000)

menyatakan bahwa kepribadian individual berpengaruh signifikan terhadap

kesuksesan organisasi bisnis UMKM. Green, et al (1996) menyatakan bahwa

karakteristik individual seperti kepribadian dan locus of control dapat menentukan

kesuksesan seorang entrepeneur dalam pengelolaan bisnisnya.

Secara kepribadian sikap negatif terhadap wirausaha baik usaha kecil

maupun usaha rumahan merupakan salah satu sifat yang menghambat untuk

berwirausaha, kenyataannya banyak bisnis besar dimulai dari dapur atau garasi.

Faktor penghambat lain yaitu yang bisa disebut sebagai “sindroma formalitas”,

banyak individu merasa belum mantap berwirausaha bila belum memiliki kantor,

status perusahaan, dan staff yang memadai. Untuk merintis jalan sebagai

wirausahawan tidak perlu menunggu punya uang dulu baru berbisnis, juga tidak

(15)

3

sekretaris, dan sebagainya bukan penghambat untuk memulai bisnis, demikian

dikatakan Khasali (Suwandi, 2006).

Menurut Kirzner dan Schumpeter dalam Rambat Lupiyoadi (2004)

menggambarkan peran seseorang pengusaha seperti keputusan untuk

mengarahkan input kedalam proses tertentu daripada proses lainnya. Rhenald

Kasali (2003) menyatakan pembangunan spirit kewirausahaan di Indonesia

menjadi suatu kebutuhan yang mendesak karena modal sosial bangsa dan

perekonomian Indonesia telah semakin terpuruk pasca krisis moneter pada akhir

tahun 90-an. Keputusan yang diambil oleh manajemen dalam rangka mencapai

tujuan perusahaan harus efektif dan efisien. Ketika suatu keputusan yang diambil

oleh manajer itu efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi maka dapat

dikatakan kinerja wirausaha itu baik.

Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, pertumbuhan UMKM di Kota

Batu terbilang pesat. Dari 4.183 unit usaha pada 2009, bertambah menjadi 6.700

unit usaha pada 2010. Pada 2011 jumlah ini kembali meningkat menjadi 8.300

unit usaha dan terus bergerak naik menjadi 11.000. Hingga pertengahan Desember

2012 jumlah UMKM di Kota Batu sudah mencapai 11.862 unit usaha. Sesuai data

BPS, pertumbuhan ekonomi Kota Batu hingga pada akhir 2012 mencapai 6,74%.

Sementara pertumbuhan ekonomi di Jatim sekitar 6,5%. Artinya, pertumbuhan

ekonomi lebih baik dibandingkan kota lain. (Harian SINDO, 19 Desember 2013)

Sedangkan perkembangan industri keripik apel selama empat tahun terakhir

mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2010 terdapat 10 industri, tahun 2011

(16)

4

industri, terakhir pada tahun 2013 menjadi 15 industri keripik apel. (Dinas

Perindustrian Kota Batu, 2013

Seperti halnya pengusaha di Kota Batu yang bergerak dalam bidang

industri makanan ringan yang mengolah bahan baku berupa apel yang cukup

melimpah di Kota Batu sebagai makanan ringan yang lebih berdaya guna tinggi

dan nilai ekonomis yang lebih meningkat. Peningkatan nilai guna apel ini melalui

pengolahan apel menjadi aneka produk oleh-oleh antara lain sebagai sari apel,

dodol apel, jenang apel maupun keripik apel. Dalam perkembangannya produk

dari home industri ini kemudian meningkat jenis-jenisnya menjadi 7 macam jenis

produksi. Yaitu, keempat produk diatas ditambah dengan keripik nangka, keripik

nanas, keripik salak serta keripik wortel.

Dari beberapa lokasi atau tempat usaha industri kecil di Kota Batu, Desa

Mojorejo dan Beji merupakan desa yang memiliki potensi yang tinggi dalam

upaya pengembangan usaha industri kecil. Namun demikian apabila dikaitkan

dengan pencapaian kinerja menunjukkan adanya penurunan, dimana diindikasikan

terjadinya penurunan jumlah produksi yang dihasilkan oleh pengusaha di kedua

desa tersebut, penurunan tersebut dapat disajikan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Jumlah Produksi

UMKM di Desa Mojorejo dan Beji Tahun 2011-2013 (Dalam Kg)

Tahun Jumlah Penurunan

2011 47.226 -

2012 45.520 (3,612%)

2013 44.124 (3,066%)

(17)

5

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan adanya penurunan atas kemampuan

atau kinerja para pengusaha keripik apel di Kota Batu. Hambatan-hambatan yang

dijumpai pada para pengusaha, tidak sedikit menimbulkan kegagalan dikarenakan

masalah sumber daya manusianya. Saat ini sebagian para pengusaha dalam

mengelola pemasarannya, mengandalkan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat

naluriah dan perkiraan. Persaingan semakin ketat oleh karena itu pengelolaan

pemasaran harus didasarkan atas fakta-fakta yang nyata dan data-data yang

memadai. Adapun teknologi yang digunakan umumnya sangat sederhana karena

sebagian besar pekerjaan masih dilakukan secara nominal atau dengan

menggunakan peralatan tradisional yang tidak memerlukan tenaga ahli. Akibatnya

produktivitas kerja masih rendah dan kualitas produk tidak standar.

Dengan demikian, evaluasi diri merupakan upaya untuk mencari dan

mengenali kesalahan maupun keberhasilan yang dilakukan para pengusaha

sendiri, sehingga seharusnya jika para pengusaha sudah sering melakukan, mereka

menjadi pintar dalam mengambil sikap dan hati-hati terhadap setiap perilaku para

pengusaha. Pentingnya aspek kepribadian berarti kemauan diri sendiri untuk

menata aspek internal diri atau sikap batin, dan aspek perilaku eksternal diri, yaitu

cara wirausahawan menampilkan diri atau tampak sisi luar diri di persepsi orang

lain. Untuk itu wirausahawan harus mampu bersikap proaktif untuk meningkatkan

kesadaran diri, pengetahuan diri, kecerdasan diri, identitas diri, bakat dan potensi

diri, kualitas diri, serta memenuhi mimpi dan tujuan hidup dengan visi yang jelas.

Termasuk, memiliki keperibadian yang unggul untuk mengambil tanggung jawab

(18)

6

Dari hasil observasi yang dilakukan penulis, mengenai aspek evaluasi diri

dalam hal kepribadian pengusaha keripik apel di Kota Batu dalam memberikan

pelayanan terhadap konsumen dilakukan dengan ramah, konsistensi, dan penuh

kesabaran. Artinya, tidak ada jalan instan untuk merancang diri menuju

pertumbuhan pribadi yang unggul. Efektifitas kepribadian pengusaha ini dapat

dilihat dari peningkatan omset, khususnya pada saat liburan atau hari besar. Dari

hasil wawancara awal dengan pengusaha keripik di Kota Batu, bahwa kepribadian

pengusaha dan letak usaha yang strategis memperngaruhi besarnya omset yang

diterima. Kondisi ini menjadikan kepribadian seorang pemilik usaha dapat

mendukung atas usaha yang dilakukan, namun demikian para pemilik usaha

belum sepenuhnya mencerminkan upaya maksimal dalam pencapaian keuntungan,

dimana para pengusaha belum sepuhnya menekuni bidang usaha yang selama ini

dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menguji secara

empiris mengenai pengaruh kepribadian dan locus of control terhadap kinerja

pengusaha keripik apel di Kota Batu.

B.Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah kepribadian dan locus of control serta kinerja pengusaha

keripik apel di Kota Batu ?

2. Apakah kepribadian dan locus of control berpengaruh terhadap kinerja

pengusaha keripik apel di Kota Batu?

3. Diantara kepribadian dan locus of control variabel mana yang paling

(19)

7

C.Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu hanya terbatas pada para

pengusaha yang terdapat di Kota Batu, khususnya Desa Mojorejo dan Beji.

Pemilihan kedua lokasi penelitian dikarenakan merupakan pusat atau sentra

industry di Kota Batu.

D.Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan kepribadian dan locus of control serta kinerja

pengusaha keripik apel di Kota Batu.

2. Untuk menganalisis pengaruh kepribadian dan locus of control terhadap

kinerja pengusaha keripik apel di Kota Batu.

3. Untuk menganalisis diantara variabel kepribadian dan locus of control yang

paling berpengaruh terhadap kinerja pengusaha keripik apel di Kota Batu

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

a. Sebagai sarana untuk menerapkan teori yang diperoleh di perkuliahan.

b. Melatih penulis untuk berpikir secara kritis, sisitematis, dan analistik

dalam menghadapi permasalahan yang terjadi.

2. Bagi Perguruan Tinggi

a. Meningkatkan kualitas penulisan karya tulis tingkat perguruan tinggi.

b. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi pembaca dan peneliti

(20)

8

3. Bagi Perusahaan

a. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang pentingnya kepribadian

dan locus of controldalam menentukan kinerja pengusaha.

(21)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian mengenai hubungan struktur tugas dengan Locus of

Control pada perusahaan Big Six (sekarang Big Four) (Hyatt dan Prawitt, 2001),

menyatakan bahwa bagi para auditor yang berasal dari perusahaan yang

cenderung tidak terstruktur, auditor yang memiliki kecenderungan Locus of

Control internal (keyakinan bahwa hasil lebih didasari oleh perilaku atau input

mereka) berkinerja lebih baik daripada auditor dengan Locus of Control eksternal.

Hyatt dan Prawitt (2001) juga menyatakan bahwa Locus of Control internal secara

signifikan berhubungan dengan tingkat pengalaman untuk perusahaan yang

cenderung tidak terstruktur, namun tidak demikian pada perusahaan yang lebih

terstruktur. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara Locus of Control dan

tingkat pengalaman di dalam perusahaan yang tidak terstruktur bisa menjadi

fungsi adanya kepuasan kerja yang lebih tinggi bagi auditor yang memiliki Locus

of Control internal dalam lingkungan perusahaan yang tidak terstruktur.

Hasil penelitian Indra Gunawan, (2013) mengenai pengaruh Komitmen

organisasional dan locus of control terhadap kinerja karyawan pada PT. Nikkatsu

Electric Works Bandung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komitmen

organisasional memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan

pada PT. Nikkatsu Electric Works Bandung. Komitmen organisasional

(22)

10

kinerja karyawan, dimana semakin baik Komitmen Organisasional yang dilakukan

maka akan meningkatkan Kinerja Karyawan. Locus of control memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Nikkatsu Electric

Works Bandung. dimana locus of control membuat masing-masing tepat dan lebih

baik terhadap tipe-tipe tertentu atau terhadap tipe-tipe khusus dalam posisi-posisi

atau dalam kedudukan tertentu. Komitmen organisasional dan locus of control

secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

karyawan pada PT. Nikkatsu Electric Works Bandung. secara bersama-sama

Komitmen organisasional dan locus of control memberikan kontribusi/pengaruh

yang berada dalam kategori baik terhadap kinerja karyawan baik langsung

maupun tidak langsung Diantara kedua variabel independen, komitmen

organisasional memberi pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja karyawan

dibandingkan dengan locus of control.

Berdasarkan hasil penelitian teradahulu oleh Ratno Purnomo (2010) dalam

Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), September 2010, Hal. 144 – 160 dengan judul

“Pengaruh kepribadian, self-efficacy, dan locus of control terhadap persepsi

kinerja UMKM”. Jumlah kuesioner yang disebar adalah 150 eksemplar.

Kuesioner diberikan kepada sejumlah pengusaha mikro, kecil dan menengah yang

berada di wilayah Banyumas. Jumlah kuesioner yang kembali ke peneliti adalah

111 eksemplar, atau memiliki response rate sebesar 74 persen. Sejumlah

kuesioner yang kembali tersebut kemudian di saring dan diteliti kelengkapan

datanya. Jumlah kuesioner yang digunakan untuk pengolahan data adalah 105

(23)

11

Berdasarkan hasil survei, pelaku usaha didominasi oleh pria dengan modal

awal kebanyakan dari modal sendiri atau kombinasi modal sendiri dan pinjaman.

Jenis usaha yang paling banyak adalah toko seperti took kelontong, pakaian, atau

toko pulsa. Salah satu temuan penting berdasarkan aspek demografis responden

tersebut adalah masih rendahnya keikutsertaan para pelaku usaha dalam kegiatan

pelatihan-pelatihan kewirausahaan. Hal ini tentu saja dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi para akademisi dan pengambil kebijakan untuk memacu

program pelatihan bagi para pelaku usaha di daerah Banyumas. Selain itu, juga

ditemukan bahwa masih sedikitnya pelaku usaha dari kalangan muda karena

rata-rata usia responden adalah 47 tahun.

Hasil pengujian dengan menggunakan analisa regresi berganda

menunjukan bahwa kesuksesan UMKM ditentukan oleh kepribadian

agreeableness dan self-efficacy yang dimiliki para pengusaha. Agreeableness

adalah kepribadian yang menggambarkan bahwa individu memiliki sifat-sifat

antara lain suka bekerja sama, dapat dipercaya, penuh perhatian dan baik pada

orang lain, suka menolong, tidak mementingkan diri sendiri, pemaaf, dan tidak

suka berselisih dengan orang lain. Hal ini menunjukan bahwa pengusaha yang

mampu mencapai kesuksesan usahanya adalah individu yang terbuka, mudah

bergaul, dan penuh toleransi di dalam masyarakat. Hal ini tentu menjadi sangat

wajar karena pengusaha yang menjadi responden berada di wilayah Banyumas

dengan budaya yang penuh dengan toleransi, keterbukaan, dan saling

(24)

12

dalam menjalankan usaha karena dalam jangka waktu panjang para pengusaha

akan banyak berinteraksi dengan orang lain.

Selain itu, kinerja UMKM juga ditentukan oleh self-efficacy atau yang

dikenal dengan keyakinan diri seseorang dalam menjalankan suatu pekerjaan.

Artinya, para pengusaha yang memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu

menjalankan usaha tertentu atau dirinya yakin bahwa kemampuan yang

dimilikinya dapat digunakan untuk menjalankan usaha akan cenderung untuk bisa

mencapai kesuksesan dalam usaha yang dijalankannya itu. Keyakinan diri para

pengusaha itu sendiri ditentukan oleh salah satu kepribadian kepribadian yaitu

neuroticism yang rendah. Neuroticism adalah kepribadian individu yang

menggambarkan sifat-sifat sering merasa tertekan, penuh ketegangan dan

kekhawatiran, mudah murung dan sedih, dan mudah gelisah. Individu dengan

kepribadian ini dikatakan memiliki emosi yang tidak stabil. Artinya, keyakinan

diri para pengusaha UMKM itu akan sulit muncul apabila individu masih belum

menstabilkan emosinya tersebut. Sebaliknya, individu dengan emosi yang stabil

memiliki kepribadian antara lain: dapat mengatasi stress dengan baik, tidak mudah

kecewa, tenang dalam situasi menegangkan, dan tidak mudah tertekan akan

cenderung untuk memiliki keyakinan diri dalam menjalankan usahanya.

B.Landasasan Teori 1. Teori Kepribadian

a. Pengertian Kepribadian

Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan

(25)

13

istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Menurut Agus

Sujanto dkk (2004:98), menyatakan bahwa kepribadian adalah suatu totalitas

psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya

yang unik.

Sedangkan pengertian Kepribadian (personality) menurut Kartini Kartono

dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006:43) adalah sifat dan tingkah laku khas

seseorang yang membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari

struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendiriran, kemampuan dan potensi

yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana

diketahui oleh orang lain.

Sjarkawim (2006:44) juga mendefinisikan kepribadian sebagai susunan

sistem-sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan

penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud

Allport dalam Sjarkawim (2006:45) meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan,

keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai

dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik

yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang

kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian

diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam

(26)

14

a. Tipe-Tipe Kepribadian Pengusaha

1) The Improver

Pengusaha tipe ini menjalankan bisnisnya dengan menonjolkan gaya

improver atau ingin selalu memperbaiki. Pengusaha tipe ini memiliki

kemampuan yang kokoh dalam menjalankan usaha. Mereka juga

memiliki intergritas dan etika yang tinggi.

2) The Advisor

Tipe kepribadian pengusaha seperti ini bersedia memberikan bantuan

dan saran tingkat tinggi bagi para pelanggannya. Motto dari

wirausahawan ini yaitu pelanggan adalah benar dan kita harus

melakukan apa saja untuk menyenangkan mereka.

3) The Superstar

Inilah wirausahawan yang pusatnya dikelilingi oleh karisma dan

energi tinggi. Wirausahawan dengan kepribadian seperti ini biasanya

membangun usaha mereka dengan personal brand mereka sendiri.

4) The Artist.

Kepribadian pengusaha seperti ini biasanya senang menyendiri tapi

memiliki kreativitas yang tinggi. Mereka biasanya sering kali

ditemukan di bisnis yang membutuhkan kreativitas seperti perusahaan

periklanan, web design, dll.

5) The Visionary

Sebuah usaha yang dibangun oleh seorang visioner biasanya

(27)

15

memiliki keingintahuan yang tinggi untuk mengerti dunia di sekeliling

mereka dan akan membuat rencana untuk menghindari segala macam

rintangan.

6) The Analyst

Pengusaha tipe ini biasanya memfokuskan pada penyelesaian masalah

dalam suatu cara sistematis. Seringkali berbasis pada ilmu

pengetahuan, keahlian teknis atau komputer, seorang analis

biasanya hebat dalam memecahkan masalah.

7) The Fireball

Pengusaha tipe ini biasanya bekerja dengan penuh hidup, energi dan

optimisme. Hal ini akan membuat pelanggan merasa dilayani dengan

tingkah laku yang menyenangkan.

8) The Hero

Pengusaha tipe ini memiliki kemauan dan kemampuan yang luar biasa

dalam memimpin dan menjalankan usaha melalui segala macam

tantangan. Mereka adalah inti dari usahanya.

9) The Healer

Pengusaha tipe ini biasanya bersifat pengasuh dan penjaga

keharmonisan dalam usaha. Mereka memiliki kemampuan bertahan

(28)

16

2. Teori Locus of Control a. Definisi Locus of Control

Locus of control menurut Rotter (dikutip Suwarsi & Budianti, 2009)

adalah suatu hal yang dipastikan memberikan kontribusi terhadap kualitas kinerja

pada seseorang, yaitu respon awal sebagai dasar dari respon yang akan dilakukan

selanjutnya. Locus of control menurut Spector (dikutip Munir & Sajid, 2010)

didefinisikan sebagai cerminan dari sebuah kecendrungan seorang individu untuk

percaya bahwa dia mengendalikan peristiwa yang terjadi dalam hidupnya

(internal) atau kendali atas peristiwa yang terjadi dalam hidupnya itu berasal dari

hal lain, misalnya kuasa orang lain (eksternal).

Locus of control menurut Erdogan (dikutip Kutanis, Mesci & Ovdur,

2011) mencakup gagasan bahwa individu sepanjang hidup mereka, menganalisis

peristiwa sebagai hasil dari perilaku mereka atau mereka percaya bahwa peristiwa

tersebut merupakan hasil dari kebetulan, nasib atau kekuatan di luar kendali

mereka. Locus of control menurut Lee-Kelley (dikutip April, Dharani & Peters,

2012) digambarkan sebagai dimensi dengan dua sisi yang berlawanan. Dimensi

yang mencerminkan sejauh mana orang percaya bahwa apa yang terjadi kepada

mereka adalah dalam kendali mereka atau di luar kendali mereka.

Locus of control menurut Demirtas & Günes (dikutip Hamedoglu, Kantor

& Gulay, 2012) dapat didefinisikan sebagai kekuatan yang mengendalikan

tindakan diri karyawan dan hal-hal yang dilakukan terhadap mereka, selain itu

locus of control dianggap sebagai persepsi orang tentang siapa atau apa yang

(29)

17

mereka. Locus of control menurut Robbins (2007) adalah tingkat di mana individu

yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Faktor internal adalah

individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-apa

yang terjadi pada diri mereka, sedangkan faktor eksternal adalah individu yang

yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan

luar seperti keberuntungan dan kesempatan. Locus of control menurut Dayakisni

& Yuniardi (2008) adalah kondisi bagaimana individu memandang perilaku diri

mereka sebagai hubungan mereka dengan orang lain serta lingkungannya.

Locus of Control menurut Hiriyappa (2009) mengacu pada keyakinan

seseorang bahwa apa yang terjadi adalah karena kendali dirinya yaitu internal atau

di luar kendali dirinya yaitu eksternal. Locus of control menurut Hanurawan

(2010) adalah kecendrungan orang untuk mencari sebab suatu peristiwa pada arah

tertentu. Dapat dikategorikan kedalam locus of control internal dan eksternal.

Locus of control menurut Ghufron & Risnawita (2011) adalah gambaran pada

keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya. Locus of control

merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perilaku individu.

Berdasarkan pandangan beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa locus of control merupakan suatu konsep yang menunjukkan pada

keyakinan individu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.

Locus of control mengarah pada suatu ukuran yang menunjukkan bagaimana

seseorang memandang kemungkinan adanya hubungan antara perbuatan yang

dilakukan dengan akibat atau hasil yang diperoleh. Jadi, locus of control adalah

(30)

18

berbagai kegiatan dalam hidupnya yang disebabkan oleh kendali dirinya atau

kendali di luar dirinya.

b. Dimensi-Dimensi Locus of Control 1) Locus of control internal

Menurut Rotter (dikutip Karimi & Alipour, 2011) locus of control

internal mengacu pada orang-orang yang percaya bahwa hasil,

keberhasilan dan kegagalan mereka adalah hasil dari tindakan dan

usaha mereka sendiri. Menurut Kreitner & Kinicki (2009) individu

yang memiliki kecendrungan locus of control internal adalah

individu yang memiliki keyakinan untuk dapat mengendalikan

segala peristiwa dan konsekuensi yang memberikan dampak pada

hidup mereka. Contohnya seorang mahasiswa memiliki IPK yang

tinggi dikarenakan keyakinan atas kemampuan dirinya dalam

menjawab soal-soal ujian yang diberikan.

Menurut Hanurawan (2010) orang dengan locus of control internal

sangat sesuai untuk menduduki jabatan yang membutuhkan inisiatif,

inovasi, dan perilaku yang dimulai oleh diri sendiri seperti peneliti,

manajer atau perencana.

Menurut Robbins (2007) locus of control internal adalah individu

yang percaya bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa

pun yang terjadi pada diri mereka. Individu dengan locus of control

internal mempunyai persepsi bahwa lingkungan dapat dikontrol oleh

(31)

19

dengan keinginannya. Faktor internal individu yang di dalamnya

mencakup kemampuan kerja, kepribadian, tindakan kerja yang

berhubungan dengan keberhasilan bekerja, kepercayaan diri dan

kegagalan kerja individu bukan disebabkan karena hubungan dengan

mitra kerja.

2) Locus of control eksternal

Menurut Rotter (dikutip Karimi & Alipour, 2011) locus of control

eksternal mengacu pada keyakinan bahwa kesempatan, nasib,

manajer, supervisor, organisasi dan hal-hal yang lainnya dapat lebih

kuat untuk membuat keputusan tentang kehidupan dan hasil dari

seorang individu.

Menurut Kreitner & Kinicki (2009) individu yang memiliki

kecendrungan locus of control eksternal adalah individu yang

memiliki keyakinan bahwa kinerja adalah hasil dari peristiwa di luar

kendali langsung mereka. Contohnya seorang pekerja mampu

melewati tes tertulis dikarenakan keyakinannya akan hal yang

bersifat eksternal misalnya soal tes yang mudah atau sedang bernasib

baik.

Menurut Hanurawan (2010) orang dengan locus of control eksternal

sangat sesuai dengan jabatan-jabatan yang membutuhkan

pengarahan dari orang lain, seperti karyawan dan mekanik kelas

bawah. Menurut Robbins (2007), individu yang berkeyakinan bahwa

(32)

20

luar seperti keberuntungan atau kesempatan, dikatakan sebagai

individu yang memiliki locus of control eksternal. Individu dengan

locus of control eksternal tinggi cenderung akan pasrah terhadap apa

yang menimpa dirinya tanpa usaha untuk melakukan perubahan,

sehingga cenderung untuk menyukai perilaku penyesuaian diri

terhadap lingkungan agar tetap bertahan dalam situasi yang ada.

Faktor eksternal individu yang di dalamnya mencakup nasib,

keberuntungan, kekuasaan atasan dan lingkungan kerja.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Locus of Control

Dari beberapa hasil penelitian dapat disimpulkan faktor-faktor yang

mempengaruhi locus of control seorang individu yaitu:

1) Faktor keluarga

Menurut Kuzgun (dikutip Hamedoglu, Kantor & Gulay, 2012)

lingkungan keluarga tempat seorang individu tumbuh dapat

memberikan pengaruh terhadap locus of control yang dimilikinya.

Orangtua yang mendidik anak, pada kenyataannya mewakili

nilai-nilai dan sikap atas kelas sosial mereka. Kelas sosial yang disebutkan

di sini tidak hanya mengenai status ekonomi, tetapi juga memiliki

arti yang luas, termasuk tingkat pendidikan, kebiasaan, pendapatan

dan gaya hidup. Individu dalam kelas sosial ekonomi tertentu

mewakili bagian dari sebuah sistem nilai yang mencakup gaya

membesarkan anak, yang mengarah pada pembangunan karakter

(33)

21

Dalam lingkungan otokratis di mana perilaku di bawah kontrol yang

ketat, anak-anak tumbuh sebagai pemalu, suka bergantung. (locus of

control eksternal). Di sisi lain, ia mengamati bahwa anak-anak yang

tumbuh dalam lingkungan yang demokratis, mengembangkan rasa

individualisme yang kuat menjadi mandiri, dominan, memiliki

keterampilan interaksi sosial, percaya diri, dan rasa ingin tahu yang

besar (locus of control internal).

2) Faktor motivasi

Menurut Forte (dikutip Karimi & Alipour, 2011), kepuasan kerja,

harga diri, peningkatan kualitas hidup (motivasi internal) dan

pekerjaan yang lebih baik, promosi jabatan, gaji yang lebih tinggi

(motivasi eksternal) dapat mempengaruhi locus of control seseorang.

Reward dan punishment (motivasi eksternal) juga berpengaruh

terhadap locus of control menurut Mischel (dikutip Nevid, 2009).

3) Faktor pelatihan

Program pelatihan telah terbukti efektif mempengaruhi locus of

control individu sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan

peserta pelatihan dalam mengatasi hal-hal yang memberikan efek

buruk. Pelatihan adalah sebuah pendekatan terapi untuk

mengembalikan kendali atas hasil yang ingin diperoleh. Pelatihan

diketahui dapat mendorong locus of control internal yang lebih

tinggi, meningkatkan prestasi dan meningkatkan keputusan karir

(34)

22

d. Perbedaan Karakteristik Locus of Control

Ada beberapa perbedaan karakter individu yang memiliki locus of control

internal dan eksternal menurut Andre (2008), yaitu:

Tabel 2.1

Karakteristik Individu Berdasarkan Locus of Control No Locus of Control Internal Locus of Control Eksternal

1 Memiliki kontrol terhadap

perilaku diri yang lebih baik,

perilaku dalam bekerja lebih

positif

Memiliki kontrol terhadap perilaku

diri yang buruk

2 Lebih aktif dalam mencari

informasi dan pengetahuan

yang berhubungan dengan

situasi yang dihadapi

Kurang aktif dalam mencari

informasi dan pengetahuan yang

berhubungan dengan situasi yang

dihadapi

3 Memiliki self-esteem yang

lebih tinggi

Memiliki self-esteem yang lebih

rendah

4 Memiliki kepuasan kerja

yang lebih tinggi

Memiliki kepuasan kerja yang lebih

rendah

5 Memiliki kemampuan yang

lebih baik untuk mengatasi

stress dan kesulitan lainnya

dalam pekerjaan

Tidak mampu untuk mengatasi

stress dan kesulitan dalam

pekerjaan dengan cara yang tepat

6 Meyakini reward dan

punishment yang mereka

terima berhubungan dengan

kinerja yang mereka hasilkan

Meyakini reward dan punishment

yang mereka terima sebagai

kekuatan yang berubah-ubah dan

tidak tentu.

(35)

23

3.Teori Kinerja a. Definisi Kinerja

Untuk menunjang tujuan strategik organisasi, mendefinisikan kinerja

dengan benar merupakan sesuatu yang harus dilakukan. Dengan definisi

kinerja yang benar, maka salah satu komponen yang sangat penting dari

manajemen kinerja yaitu penetapan sasaran yang jelas bagi masing-masing

karyawan akan dapat ditentukan dengan baik. Kinerja sumber daya manusia

merupakan istilah yang berasal dari kata Job Performance atau Actual

Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai

seseorang). Performance diterjemahkan menjadi kinerja, juga berarti

prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, unjuk kerja,

atau penampilan kerja (LANRI, 2005:3).

Definisi kinerja seorang pegawai adalah “Perbandingan hasil yang

dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu, lazimnya per jam”

(Kusriyanto, 1991:3). Selain itu pengertian kinerja (performance) adalah

“Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang

dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

masingmasing, dalam rangka pencapaian tujuan organisasi (Prawirosentono,

1999:2). “Kinerja pegawai (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”

(36)

24

Dari beberapa definisi kinerja tersebut, kesimpulannya yaitu kinerja

adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas

yang dicapai sumber daya manusia per satuan periode waktu dalam

melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

b. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja harus dipahami secara luas, karena dapat

dilakukan melalui berbagai cara sehingga akan dijumpai beraneka macam

kinerja. Kuncinya adalah dengan melakukan pengukuran kinerja, maka akan

diperoleh beberapa informasi yang dapat digunakan untuk koreksi kinerja

pada suatu periode waktu. Kinerja setiap unit kerja harus diukur dengan

metode statistik, khususnya tentang mutu suatu produksi. Para manajer

harus menerima tanggung jawab atas kinerja bawahannya. Bila bawahan

berkinerja buruk, jangan sekedar menyalahkan bawahan saja. Oleh karena

itu para manajer harus memonitor setiap bawahannya berdasarkan kendali

secara statistik” (Prawirosentono, 1999: 193).

Disamping itu dikemukakan juga bahwa pengukuran kinerja

dilakukan pada akhir kurun waktu (periode) yang ditetapkan, yakni pada

saat melakukan penilaian yang merupakan perbandingan antara hasil yang

sebenarnya diperoleh dengan yang direncanakan. Sasaran tersebut harus

diteliti satupersatu, mana yang telah dicapai sepenuhnya, mana yang diatas

(37)

25

Dari penjelasan yang telah diuraikan mengenai pengukuran kinerja

tersebut, maka kesimpulannya adalah seorang manajer harus selalu

memonitor para bawahannya untuk mengetahui kinerja mereka apakah telah

sesuai dengan sasaran yang diharapkan atau belum, dan pengendalian ini

dapat dilakukan untuk mengukur kinerja karyawan pada akhir periode

waktu.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja

Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor

kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation) yang dirumuskan

sebagai berikut (Mangkunegara, 2000:67):

Human Performance = Ability x Motivation

Motivation = Attitude x Situation

Ability = Knowledge x Skill

Penjelasan:

1) Faktor kemampuan (ability)

Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi

IQ dan kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya, pimpinan dan

karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) apalagi IQ

superior, very superior, gifted, dan genius dengan pendidikan yang

memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan

(38)

26

2) Faktor motivasi (motivation)

Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan

terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka

yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan

motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif

(kontra) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang

rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan

kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola

kepemimpinan kerja, dan kondisi kerja.

d. Standar Pengukuran Kinerja

Kinerja yang diukur adalah kinerja orang-orang yang ada dalam

organisasi (Prawirosentono, 1999:186). Pada awalnya pengukuran kinerja

dilakukan dengan mengukur kinerja seluruh organisasi, kemudian unit-unit

organisasi yang mendukungnya, dan akhirnya pengukuran juga pada kinerja

orang-orang yang ada didalamnya. Dalam pengukuran kinerja terdapat

aspek-aspek standar kinerja antara lain sebagai berikut (Mangkunegara,

2005:17):

a. Aspek kuantitatif:

1) Proses kerja dan kondisi pekerjaan

2) Waktu yang digunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan

3) Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan

(39)

27

b. Aspek kualitatif:

1) Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan

2) Tingkat kemampuan dalam bekerja

3) Kemampuan menganalisis data atau informasi, kemampuan atau

kegagalan menggunakan mesin atau peralatan

4) Kemampuan mengevaluasi (keluhan atau keberatan konsumen)

e. Tujuan Penilaian Kinerja

Standar kinerja dapat dibandingkan dengan apa yang diharapkan

dilakukan seseorang dengan apa yang sesungguhnya dikerjakan, seorang

supervisor dapat menentukan level kinerja karyawan. Mengembangkan

standar kinerja yang jelas dan realistis dapat mengurangi problem

komunikasi dalam umpan balik penilaian kinerja antara manajer, supervisor,

dan karyawan. Tujuan dari penilaian atau evaluasi kinerja adalah sebagai

berikut dikemukakan oleh (Sunyoto dalam Mangkunegara 2005:10):

a. Meningkatkan saling pengertian antar karyawan tentang persyaratan

kinerja.

b. Mencatat dan mengakui hasil kinerja seorang karyawan, sehingga mereka

termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya

berprestasi sama dengan prestasi yang dulu.

c. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan

atau aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau kepada

(40)

28

d. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga

karyawan termotivasi sesuai dengan potensinya.

e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan

kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui

rencana itu jika ada hal-hal yang perlu diubah.

Setiap fungsi dari penilaian adalah penting. Pentingnya

masing-masing fungsi ini tergantung pada perspektif yang diterapkan. Sebagian dari

fungsi ini sangat berhubungan dengan keputusan manajemen personalia.

Akan tetapi kepentingan tersebut berada didalam perilaku organisasi.

Kesimpulannya, penilaian kinerja didasarkan perannya sebagai faktor

penentu alokasi penghargaan. Sedangkan tujuan penilaian kinerja adalah:

a. Untuk menentukan dasar upah.

b. Dapat menentukan jenjang karir.

c. Dapat dipakai sebagai dasar promosi, mutasi, rotasi, demosi, bahkan juga

dapat dilakukan untuk pemberhentian hubungan kerja.

d. Sebagai dasar pemberian semangat kerja bagi karyawan.

Bentuk penilaian dapat bersifat terbuka dan tertutup, bila terbuka

penilaian dapat diketahui oleh kedua belah pihak sedangkan penilaian

tertutup merupakan penilaian yang hanya diketahui oleh penilai saja.

Kesulitan dalam penilaian yang disebabkan karena standar penilaian

biasanya dilakukan oleh manajemen, dimana dalam menentukan target

sebelum keduanya melakukan aktivitas terlebih dahulu disepakati mengenai

(41)

29

C. Hubungan Kepribadian dan Locus Of Control Dengan Kinerja

Kepribadian yang dimiliki oleh seseorang dapat menentukan tingkat

keberhasilan dalam pencapaian suatu target yang telah ditetapkan, dimana

keperibadian seorang karyawan dapat menentukan tingkat kemempuan dan

potensi yang dimiliki. Menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam

Sjarkawim (2006:43) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang

membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari

struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang

dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana

diketahui oleh orang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

kepribadian yang dimiliki seseorang dapat menentukan tingkat pencapaian

kinerja dalam melakukan aktivitas diperusahaan.

Selanjutnya seperti yang dijelaskan pada teori pengharapan

(expectancy theory) yang menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku individu

(seperti locus of control) dipengaruhi oleh hubungan antara usaha dan

prestasi (path-goal) dengan valensi dari hasil (goal attractiveness). Individu

akan memperoleh kepuasan dan produktif ketika melihat adanya hubungan

kuat antara usaha dan prestasi yang mereka lakukan dengan hasil yang

mereka capai dengan nilai tinggi. Locus of control menurut Robbins (2007)

adalah tingkat di mana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib

mereka sendiri. Faktor internal adalah individu yang yakin bahwa mereka

merupakan pemegang kendali atas apa-apa yang terjadi pada diri mereka,

(42)

30

terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti

keberuntungan dan kesempatan. Locus of control menurut Dayakisni &

Yuniardi (2008) adalah kondisi bagaimana individu memandang perilaku diri

mereka sebagai hubungan mereka dengan orang lain serta lingkungannya.

Kenyataan ini menunjukan terdapat keterkaitan secara jelas mengenai locus

of controldengan upaya untuk memaksimalkan pencapain kinerja seseorang.

D.Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian merupakan alur penelitian yang akan

dilakukan, sehingga kerangka pikir penelitian dapat memberikan gambaran

secara jelas mengenai tujuan penelitian yang akan dilakukan. Kerangka pikir

[image:42.595.186.477.429.715.2]

yang digunakan dalam penelitian ini dapat disajikan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1

Kerangka Pikir Penelitian

Sumber: Data diolah

Locus of control - Internal

- Eksternal Kepribadian -The Improver -The Advisor -The Superstar -The Artist -The Visionary -The Analyst -The Fireball

-The Hero

-The Healer

Kinerja Pengusaha Keripik

(43)

31

Berdasarkan gambar 2.1 dapat diketahui bahwa terdapat keterkaitan

antara kepribadian dan locus of control dengan kinerja pengusaha keripik

apel di Kota Batu, sehingga dengan adanya perubahan kepribadian dan locus

of control maka dengan sendirinya kinerja pengusaha keripik apel di Kota

Batu juga mengalami perubahan.

E.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Kepribadian dan locus of control berpengaruh signifikan terhadap kinerja

pengusaha keripik apel di Kota Batu.

2. Locus of control paling berpengaruh terhadap kinerja pengusaha keripik

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

yaitu bocor, coldshut, inklusi keramik , kurang cairan , patah terbentur , patah tidak kuat , porosity, keramik jatuh, salah komposisi kimia , dan penetrasi

XI. 11)Merencanakan dan mengendalikan pembangunan dengan menyusun RDTR dan ZR serta RTBL yang lebih dapat diandalkan dalam menata dan mengatur pembangunan di wilayah Kota

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ PELATIHAN PENERAPAN GAYA BELAJAR VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR IPA SISWA

Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh baik dari suplementasi mineral esensial dalam ransum induk terhadap air susu yang dihasilkan dan dikonsumsi oleh anak kelinci sehingga bobot

Dari analisis Cochran Q-Test setelah melakukan pengujian dan perhitungan dengan melewati beberapa tahap dapat disimpulkan bahwa dari sembilan faktor pendorong konsumen membeli

mengangkat beban yang seimbang antara tangan kanan dan kiri c.. posisi berjongkok bila mengangkat beban yang sangat berat

Bermain di rumah sakit dapat memperbaiki konsep - konsep yang salah tentang penggunaan dan peralatan dalam prosedur medis karena sambil bermain perawat menjelaskan