• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU PEMILIH PRAGMATIS ( Studi Kasus Pemilu Legislatif 2009 Di Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU PEMILIH PRAGMATIS ( Studi Kasus Pemilu Legislatif 2009 Di Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Bangsa Indonesia telah sukses melaksanakan Pemilu Legislatif langsung pada April 2009 lalu. Seputar pemilu 2009 menarik untuk terus di pantau perkembangannya karena ini adalah pesta Demokrasi terbesar bangsa Indonesia. Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "Luber" yang merupakan singkatan dari "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Asal "Luber" sudah ada sejak zaman Orde Baru. Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan. Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, kemudian Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri.

Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan singkatan dari "Jujur dan Adil". Asas jujur mengandung arti bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih. Asas adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau

(2)

pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu.

Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007 pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu.1 Di tengah masyarakat, istilah "pemilu" lebih sering merujuk kepada pemilu legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali.

Disetiap pelaksanaan Pemilu, bangsa ini tidak luput dengan Golput yang terus berkembang setiap periodenya di Indonesia. Menurut Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), angka golput menembus 34% dan menjadi jumlah golput tertinggi dalam 10 tahun terakhir, yang tertinggi sejak pemilu 1999. Pemilu saat ini angka golputnya 34% dibandingkan pemilu 2004 yang lalu sekitar 26%. Sedangkan pemilu 1999 sekitar 20%.2 Berdasarkan siaran

       1

 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 

2 http://www.inilah.com/read/detail/97648/lp3es-rekor-golput-2009-fantastis/ update 20 Maret 2010

(3)

pers LSI Saiful Mujani, secara umum tingkat partisipasi dalam pemilu legislatif hanya mencapai 71,96%. Dengan demikian, tingkat golput mencapai pada kisaran 28%, jauh lebih tinggi dibanding pada pemilu legislatif 2004 di mana jumlah golput hanya 16%. Berbeda pada hasil rekapitulasi perolehan suara KPU Kota Mojokerto angka golput hanya mencapai 19,30%, atau setara dengan 17.286 suara. DPT di wilayah mencapai 89.552 pemilih, dan yang hadir mencontreng ke TPS ada 72.266 pemilih, hal ini jauh berbeda dengan perolehan pemilu pada sebelum-sebelumnya di kota Mojokerto.3 Ada beberapa hal yang menjadi penyebab angka golput cukup tinggi. pertama, masyarakat masih tidak mengetahui siapa calegnya. Mulai dari visi dan misinya sampai rekam jejak (track records). Ini, lanjutnya, yang dinamakan golput sadar. Selain itu, sosialisasi KPU mengenai pemilu ke masyarakat sangat minim.

Rendahnya partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu memang tidak selalu mengartikan kegagalan proses demokratisasi. Amerika yang dikenal sebagai ikon demokrasi saja, pada Pemilu 2006 hanya dihadiri oleh 36,5% pemilih. Persoalan tidak terletak pada tinggi rendahnya kehadiran, tapi perubahan pola perilaku pemilih. Mengedepankan politik uang dan menjatuhkan pilihan politik tanpa pertimbangan serius. Sikap pragmatisme ini juga berlanjut ketika berlangsung Pemilu Walikota 2008 secara langsung dipilih oleh rakyat di Kota Mojoketo, dimana para Calon Walikota kala itu membagi-bagikan uang sebagai bentuk imbalan atas memilih dalam Pemilu. Uniknya, para calon yang berlaga dalam       

3

(4)

Pemilu Legislatif 2009 juga menuruti tradisi yang berlangsung juga memberi imbalan uang (money politics) kepada calon pemilih. Alasannya boleh dibilang logis, sebagai ganti penghasilan pekerjaan harian yang mereka tinggalkan gara-gara kegiatan mencoblos. Sehingga ketika para caleg mendatangi rakyat di dapil yang bersangkutan tersebut mereka terkena getahnya. Mereka “ditodong” untuk memberi imbalan uang kepada calon pemilih yang besarnya sama dengan uang yang pernah didapat saat Pemilu Walikota 2008. Rakyat negeri ini dipastikan memiliki catatan dengan sudut pandang mereka tentang pesta demokrasi yang sudah berlangsung di Negeri ini , Sistem ”Pesta demokrasi” sudah berubah dan tentunya hal itu tetap mengandung beberapa konsekuensi logis, misalnya dengan dibukanya aturan penetapan peraih kursi berdasarkan suara terbanyak, bukan nomor urut. Hal ini, membuat perilaku aktor politik dan pemilih ”berubah”, perubahan perilaku dilevel aktor sangat jelas terlihat di beberapa daerah. Kita bisa melihat perilaku dari Aktor Politik, dalam hal ini Caleg, dengan hadirnya sistem suara terbanyak maka konsekuensi yang terjadi adalah persaingan terbuka antar aktor internal (dalam satu partai) dan eksternal partai dalam berebut dukungan suara dari masyarakat.

Kecenderungan memudarnya kekuatan partai-partai mapan (Partai Persatuan Pembangunan, Partai Golkar, dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) Pada Pemilu 2009, bisa jadi berpusar pada dua kemungkinan karakteristik yaitu pemilih memang cenderung labil atau perilaku pemilih yang lebih retrospektif. Voters are not fools! Demikian kata Valdimer O Key.4 Pemilih yang menggunakan hak       

4 

(5)

pilihnya dengan sadar, secara langsung atau tidak langsung, menetapkan pilihan mereka secara retrospektif.

Gambaran perilaku pemilih yang cenderung evaluatif dalam memilih partai politik juga tampak dari hasil survei nasional Kompas yang dilakukan menjelang Pemilu Legislatif 2009 terhadap 3.000 responden di 33 provinsi. Nilai-nilai evaluatif, di antaranya, adalah pandangan dan pengetahuan responden soal kinerja partai, citra partai yang bersih korupsi, pengenalan tokoh parpol, prestasi, serta perilaku pemimpin partai, menjadi faktor-faktor yang memengaruhi pilihan politik responden. Memang tidak sepenuhnya preferensi terhadap faktor pengaruh ini secara langsung berimplikasi terhadap pilihan parpol. Bagaimanapun, aspek evaluatif ini mengandung bermacam penilaian lainnya, terutama dalam hal tokoh parpol. Selain itu Arus informasi yang semakin terbuka memungkinkan pemilih saat ini jadi semakin terbuka untuk menentukan arah pilihan politik mereka. Keterbukaan informasi ini yang memperlebar pintu kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan evaluasi terhadap lembaga-lembaga politik yang ada. Ambil contoh pengenalan dan pemahaman partai. Beragam berita terkait kasus korupsi hingga skandal moral anggota DPR dari parpol tertentu memapar masyarakat lewat media cetak atau elektronik. Arus informasi semacam ini menjadi bahan evaluasi pemilih menentukan pilihan mereka.

(6)

politik didasarkan pada aspek rasional yang bersifat evaluatif. Meski demikian, kondisi tersebut tidaklah berjalan di ruang hampa. Apalagi, menurut Anthony Downs, pada dasarnya manusia adalah juga homo economicus alias makhluk ekonomi dalam (Dieter Roth, 2008). Dalam konteks berpolitik, menurut Downs, pemilih rasional hanya ”menuruti” kepentingannya sendiri, dan kalaupun tidak, akan mendahulukan kepentingannya sendiri di atas kepentingan orang lain (egois) karena mereka ingin mengoptimalkan kesejahteraan mereka. Momentum pemilu akan mendorong pemilih memilih partai yang paling menjanjikan keuntungan. Pemilih pada umumnya tidak terlalu tertarik pada konsep politis sebuah partai, melainkan pada keuntungan lebih besar yang dapat ia peroleh jika partai yang dipilihnya itu menduduki kursi pemerintahan dibandingkan jika partai lain yang menguasai pemerintahan. Dalam koridor pandang demikian, kebijakan pragmatis seperti pembagian bantuan langsung tunai (BLT), yang dikritik sementara pihak sebagai ”tidak mendidik”, menjadi terlegitimasi, bahkan menjadi pemikat yang efektif. Demikian juga penurunan harga BBM hingga tiga kali menjelang 2009, menjangkau efektif hingga jauh ke dalam relung-relung basis massa konstituen parpol.

(7)

dalam kualitas komunikasi politik. Sehingga pada Pemilu legislatif 9 April 2009 menjadi tamparan keras bagi partai politik dan para Calegnya. Parpol dan Caleg dibuat bulan-bulanan oleh perilaku pragmatis masyarakat pemilih. Perlu ada penyikapan yang bijaksana terhadap perubahan perilaku pemilih tersebut. Pragmatisme pemilih harus bisa dibaca sebagai 'pemberontakan' grass root terhadap Parpol yang selama ini dirasa statis dan jumud. Juga sebagai balas dendam atas perilaku tidak bermoral (korupsi, cabul dan lainnya) yang seringkali dipertontonkan oleh sebagian oknum parlemen dan Parpol. Yang terjadi selama ini, kehadiran Parpol sama sekali tidak dirasakan oleh pemilih selain ketika waktu sudah mendekati pelaksanaan Pemilu. Perubahan politik tersebut juga tidak menghasilkan spektrum pilihan politik yang meluas dan perilaku politik bermoral-bermartabat. Sebaliknya, perubahan itu justru memberi ruang pada primordialisme dan tumbuhnya perilaku politik instan yang hanya berorientasi pada kepentingan pragmatis, jauh dari moralitas umum.

(8)

politik sesaat, yang kurang memerhatikan permanensi aturan main yang jangka panjang.

Oleh karena itu beberapa hal yang menarik yang perlu diamati adalah faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku pragmatis pemilih dalam Pemilu Legislatif 2009, serta bentuk – bentuk perilaku pragmatis pemilih dalam Pemilu Legislatif 2009. Berdasarkan pertimbangan latar belakang ini, penulis tertarik untuk mengkaji fenomena partisipasi politik masyarakat lebih mendalam di Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto, dengan judul: PERILAKU PEMILIH PRAGMATIS ( Studi Kasus Pemilu Legislatif 2009 Di Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto).

1.2. Perumusan masalah

  Berdasarkan paparan latar belakang tersebut dia atas, maka dapat

dirumuskan permasalahannya yaitu:

1. Bagaimana bentuk – bentuk perilaku pragmatis pemilih dalam Pemilu Legislatif 2009 ?

(9)

1.3. Tujuan

Penelitian

Adapun tujuan dari penulis melakukan penelitian diatas adalah :

1. Untuk mendeskripsikan bentuk – bentuk perilaku pragmatis pemilih dalam Pemilu Legislatif 2009.

2. Untuk menelusuri faktor – faktor yang mempengaruhi pemilih berperilaku pragmatis dalam Pemilu Legislatif 2009.

1.4.

Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan memiliki manfaat yang cukup besar baik untuk masyarakat bawah pada umumnya maupun masyarakat yang menggeluti dunia politik dan juga bagi pemerintahan pada khususnya, antara lain :

1). Manfaat teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kotribusi dalam pengembangan konsep perilaku pemilih.

(10)

3). Bagi Pemerintahan dan Penyelenggara Pemilu, memberikan kontribusi bagi peningkatkan kinerja dalam menindak oknum-oknum partai yang melakukan kecurangan, agar tujuan demokrasi dapat berjalan sesuai dengan fungsinya, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan dan juga partai politik menjadi meningkat, serta memberikan Sosialisasi bagi masyarakat politik dalam penyelenggaraan Pemilu sehingga berdampak pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam Pemilu.

4). Bagi peneliti lanjutan, sebagai bahan kajian selanjutnya oleh para peneliti yang tetarik dengan permasalahan ini, baik itu yang mendukung dari hasil penelitian ini maupun yang bertolak belakang dari penelitian ini hingga menjadi sempurna hasilnya.

1.5.

Definisi Konseptual

Sebelum masuk pada inti permasalahan di pembahasan ini, akan penulis jelaskan beberapa pengertian yang digunakan secara garis besar dalam penelitian ini, yaitu Perilaku Pemilih Pragmatis ( Studi Kasus Pemilu Legislatif 2009 Di Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto).

1). Perilaku Pemilih

(11)

eksistensi suatu kelompok lain. Perilaku pemilih partai tertentu adalah masyarakat yang telah berhak untuk ikut pemilu atau memberikan suaranya kepada partai yang di pilihnya.

2). Pragmatisme

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu tersebut. Jadi pada Pemilu Legislatif 2009 kampanye yang dilakukan oleh elit politik merupakan sikap pragmatis membagi-bagikan sembako, uang, menjanjikan kekuasaan serta jabatan, terdapat adanya simbiosis mutualisme praktis dalam praktek pragmatis politik ini. Politik sekarang ini sudah tidak lagi murni berisikan politik. Sudah banyak paham serta landasan didalamnya.

3). Pemilu

(12)
(13)

 

PERILAKU PEMILIH PRAGMATIS

( Studi Kasus Pemilu Legislatif 2009 Di Kecamatan Prajurit Kulon

Kota Mojokerto)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2

Program Studi Magister Sosiologi

DIAJUKAN OLEH

SILVIA ELYA ROSA

07250041

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

PROGRAM PASCASARJANA SOSIOLOGI

(14)

ii   

T E S I S

Dipersiapkan dan disusun oleh

SILVIA ELYA ROSA

Nim : 07250041

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal,

3 Agustus 2011

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. ACHMAD HABIB, MA _____________________

Sekretaris : Drs. ASEP NURJAMAN, M.Si _____________________

Penguji I : Dr. VINA SALVIANA DS, M.Si _____________________

(15)

iii   

PERILAKU PEMILIH PRAGMATIS

( Studi Kasus Pemilu Legislatif 2009 Di Kecamatan Prajurit Kulon

Kota Mojokerto)

Yang diajukan oleh :

SILVIA ELYA ROSA

Nim : 07250041

Telah disetujui

Tanggal

Agustus 2011

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. ACHMAD HABIB, MA Drs. ASEP NURJAMAN, M.Si

Direktur Ketua Program Studi

Program Pascasarjana Magister Sosiologi

(16)

iv   

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang 10 Agustus 2011

(17)

 

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul

”PERILAKU PEMILIH PRAGMATIS ( Studi Kasus Pemilu Legislatif 2009 Di

Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto)”.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh derajat Sarjana

S-2 Program Studi Magister Sosiologi pada Universitas Muhammadiyah Malang.

Tesis ini tersusun atas bantuan dan dorongan berbagai pihak, oleh karena itu

Penulis mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang sebesar – besarnya

kepada :

1. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Malang

2. Dr. Latipun, M.Kes Selaku Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Malang

3. Dr. Achmad Habib, MA selaku pembimbing utama atas segala bimbingan dan

pengetahuan yang diberikan

4. Drs. Asep Nurjaman, M.Si selaku pembimbing pendamping atas segala

bimbingan dan pengetahuan yang diberikan

5. Dr. Vina Salviana DS, M.Si selaku Ketua Program Sosiologi serta Anggota

(18)

vi   

6. Drs. Oman Sukmana, M.Si selaku Dewan Penguji Pendamping

7. Segenap dosen pengajar, serta semua Civitas Akademika Universitas

Muhammadiyah Malang

8. Kepada seluruh informan dan subjek penelitian di Kec Prajurit Kulon Kota

Mojokerto yang terlibat dalam pemberian informasi, Tokoh Masyarakat, Elit

Politik, Ketua KPU yang telah banyak memberikan informasi dan masukan

kepada Penulis selama melaksanakan Penelitian

9. Kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil dalam

penulisan Tesis ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Malang, 10 Agustus 2011

Penulis

(19)

vii   

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku H. M Sochib dan Hj. Nargis Ferah Nieke, S.Pd yang telah

mencurahkan kasih sayang dan memberikan moriil maupun materiil dalam

penyelesaian Tesis ini.

2. Suamiku Meyndra Lidyatma, SE tercinta yang selalu mendukung dan

(20)

viii   

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SUSUNAN DEWAN PENGUJI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAKSI ... viii

ABSTRACTION ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

(21)

ix 

2.8. Teori Interaksionisme Simbolik ... 48

BAB III METODE PENELITIAN

4.2. Pragmatisme Politik Pemilih di Kecamatan Prajurit Kulon ... 76

(22)

 

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Kecamatan Prajurit Kulon ... 69

Tabel 2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Kecamatan Prajurit Kulon ... 70

Tabel 3 Rekapitulasi Daftar pemilih Tetap Pemilu Legislatif 2009 Kecamatan Prajurit Kulon ... 71

Tabel 4 Data pemilih dan Penggunaan Hak Pilih

Kecamatan Prajurit Kulon ... 72

Tabel 5 Suara Sah dan Tidak Sah Kecamatan Prajurit Kulon ... 73

Tabel 6 Jumlah Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2009 ... 74

Tabel 7 Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik Dapil I

Kecamatan Prajurit Kulon ... 75

Tabel 8 Bentuk – Bentuk Perilaku Pragmatis ... 89

(23)

xi   

DAFTAR LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Transkrip Wawancara Kondisi Politik Dalam Pemilu Legislatif

Transkrip Wawancara Perilaku Individu Pemilih

Transkrip Wawancara Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

(24)

xii   

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, 1981, Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia, Jakarta, PT Gramedia.

Ali, Novel, 1999, Peradaban Komunikasi Politik, Bandung, PT. Remaja

Rosdakarya.

Aliman, Zamroni, 1992, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, Yogyakarta,

Tiara Wacana.

Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.

Budiardjo, Miriam, 1981, Patisipasi dan Partai Politik Sebuah Bunga Rampai,

Jakarta, Gramedia.

_______________, 1982, Dasar – dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia.

_______________, 1998, Partisipasi Dan Pratai Politik, Jakarta, Yayasan Obor

Indonesia.

Bulkin, Farchan, 1985, Analisa Kekuatan Politik Indonesia, Jakarta, LP3S.

Faisal, Sanafiah, 1992, Metodologi Penelitian Masyarakat, Jogyakarta, Fisipol

Universitas Gajahmada.

Firmanzah, 2007, Marketing Politik, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.

Giddens, Anthony, 1982, New Rules Of Sociological Method, London,

1-lurchinson Library.

Http://www.inilah.com/read/detail/97648/lp3es-rekor-golput-2009-fantastis/ update 20 Maret 2010

Huntington, Samuel dan Jean Nelson, 1980 No Easy Choise Political Participation

in Developing Countries, diterjemahkan oleh Drs. Afan Gaffar, Partisipasi

Politik, Fak. Sosial dan Politik, Yogyakarta.

Kantaprawira, Rusadi, 1985, Sistem Politik Indonesia, Suatu Model Pengantar,

Bandung, Sinar Baru.

Karim, M. Rusli, 1991, Pemilu demokratis Kompetitif, Yogyakarta, Tiara- Wacana.

(25)

xiii   

Koirudin, 2004, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Yogyakarta,

Pustaka Pelajar.

KPUD Kota Mojokerto

Kusumah, Mulyana W. dkk, 2000, Menata Po!itik Paska Reformasi, Jakarta,

KIPP.

Maleong, Lexy J., 1995, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja

Rosdakarya.

Mas’oed, Mochtar dan Nasikun, 1987, Sosiologi Politik, Yogyakarta, PAU Studi

Sosial UGM.

Ritzer, George, Alamanda (penerjemah), 1992, Sosiologi Ilmu Pengelahuan

Berparadigma Ganda, Jakarta, CV. Rajawali, Gramedia.

Rae, Douglas W, 1967, The Political Conquences of Electoral Laws, New Haven :

Yale University Press.

Rush, Michael dan Philip Althoff, 1990, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta, Raja

Grafindo Persada.

Saefulloh Fatah, Eep, 1999, Membangun Oposisi : Agenda-agenda Perubahan

Politik Masa Depan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Samego, Indrea, 1998, Demitologisasi Politik Indonesia, Jakarta, PT Cides.

Soekanto, Soerjono, 1987. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Press.

_______________, 1983, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur

Masyarakat, Jakarta, Rajawali.

_______________, 1982, Teori Sosiologi tentang Masyarakat, Jakarta, Penerbit

PT Ghana Indonesia.

_______________, 2000, Pengantar Sosiologi, Jakarta, PT. Rajawali Grafindo.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Pemilihan Umum.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pemilihan Umum.

Zamroni, 1992, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, Yogyakarta, Tiara

Gambar

Tabel 1    Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Referensi

Dokumen terkait

merupakan Gereja besar hadir dengan pemahaman tentang Minum Roh Kudus yang belum. dikenal oleh Gereja

Kehidupan social adalah kehidupan yang penuh dengan nilai – nilai. Orang yang memiliki sifat disiplin terlihat dari kesediaan untuk mereaksi dan bertindak terhadap nilai – nilai

Skripsi yang berjudul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Diare terhadap Tindakan Pemberian Cairan Rehidrasri pada Anak Balita Diare (Studi Kasus di

Mahasiswa juga dikenalkan teknik reka rakit yaitu tenun sederhana dengan teknik, alat dan bahan yang paling sederhana seperti teknik batik tulis, teknik jumputan, teknik dasar

Kegiatan dalam analisis data terdiri dari: mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan

Pembangunan transportasi diarahkan pada terwujudnya transportasi yang handal, berkemampuan tinggi serta tertib, lancar, aman, nyaman dan efisisen

Dari hasil wawancara yang dilakukan dapat dijelaskan bahwa penilaian masyarakat terhadap prinsip-prinsip koperasi dan pelaksanaannya di Koperasi Manunggal Karsa kurang

Hasil: Ditemukan hubungan yang bermakna antara nilai pH kulit dengan derajat keparahan dermatitis popok pada bayi dan anak (p = 0,0001, r (korelasi) = 0,667) Kesimpulan :