Lampiran 1. Flowchart Pelaksanaan Penelitian
Mulai di i
Pendeskripsian Jaringan Irigasi
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Analisa Data
− Kondisi fisik dan fungsional infrastruktur jaringan irigasi
− Kinerja pelayanan air
− Kinerja kelembagaan pemerintah
− kinerja kelembagaan petani
Selesai
− Letak dan luas daerah irigasi
Lampiran 2. Daftar inventarisasi keadaan jaringan irigasi kewenangan pusat
Nama Daerah Irigasi : Daerah Irigasi Bandar Sidoras
Luas : 3017 Ha
Kecamatan : Percut Sei Tuan
Kabupaten : Deli Serdang
Tingkat Jaringan : T/ST/Sd
JENIS INFRASTRUKTUR SAT JUMLAH Baik Rusak Ringan Pintu bangunan bagi sadap Bh
Bangunan sadap Bh
Pintu bangunan sadap Bh Bangunan pelengkap Bh
305,00 √
Pintu bangunan pelengkap Bh Sumber : Dinas PSDA, 2015.
Keterangan : 1. B : Baik; RR : Rusak Ringan; RB : Rusak Berat
Lampiran 3. Analisa data kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi Bandar
Sidoras
Dik : a. Bangunan Utama : Kondisi Rusak Ringan (10 – 20 %)
Total bangunan utama (But) = 2
Bangunan utama yang rusak = 20 % x 2 = 0.4
Bangunan utama berfungsi baik (Buf) = 2 – 0.4 = 1.6
b. Saluran Irigasi : Kondisi Rusak Ringan (10 – 20 %)
Total panjang saluran (St) = 103.4 Km
Panjang saluran yang rusak = 20 % x 103.4 = 20.68 Km
Panjang saluran berfungsi Baik (Sf) = 103.4 – 20.68 = 82.72 Km
c. Bangunan pada Saluran : Kondisi Rusak Ringan (10 – 20 %)
Total bangunan (Bt) = 547
Bangunan yang rusak = 20 % x 547 = 109.4
Bangunan yang berfungsi baik (Bf) = 547 – 109.4 = 437.6
Dit : Kondisi Fisik Infrastruktur ?
Jawab :
a.Bangunan Utama (Bu) = Buf
But
x bobot
= 1.6
2 x 38.65%
= 30.92 %
b. Saluran Irigasi (Is) = Sf
St x bobot
= 82.72Km
103.4Km x 31.65%
c. Bangunan Pada Saluran (Ib) = Bu
Bt x bobot
= 437.6
547 x 29.65%
= 23.72 %
Jadi Kondisi Fisik Infrastruktur jaringan irigasi Bandar Sidoras ialah :
= Bu + Is + Ib
= 30.92 % + 25.32 % + 23.72 %
= 79.96 % baik
Yang berarti 20.04 % kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi Bandar Sidoras
Lampiran 4. Analisa data kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi Bandar
Sidoras
Dik : a. Saluran Irigasi : Kondisi Rusak Ringan (10 – 20 %)
Total panjang saluran (St) = 103.4 Km
Panjang saluran yang rusak = 20 % x 103.4 = 20.68 Km
Panjang saluran berfungsi Baik (Sf) = 103.4 – 20.68 = 82.72 Km
b. Bangunan pada Saluran : Kondisi Rusak Ringan (10 – 20 %)
Total bangunan (Bt) = 547
Bangunan yang rusak = 20 % x 547 = 109.4
Bangunan yang berfungsi baik (Bf) = 547 – 109.4 = 437.6
Dit : Kondisi Fungsional Infrastruktur ?
Jawab :
a. Saluran Irigasi (Is) = Sf
St x bobot
= 82.72Km
103.4Km x 100 %
= 80 %
b. Bangunan Pada Saluran (Ib) = Bu
Bt x bobot
= 437.6
547 x 100 %
Jadi Kondisi Fungsional Infrastruktur jaringan irigasi Bandar Sidoras ialah :
= Is+Ib 2
= 80 % +79.89 % 2
= 79.94 % baik
Yang berarti 20.05 % kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi Bandar
Lampiran 5. Personalia Sumber Daya Manusia DI Bandar Sidoras
Nama Daerah Irigasi : Daerah Irigasi Bandar Sidoras
Luas : 3017 Ha
Kecamatan : Percut Sei Tuan
Kabupaten : Deli Serdang
Tingkat Jaringan : T/ST/Sd
SDM Kebutuhan
Yang Ada
Kekurangan PNS Non
PNS
Jumlah
Ranting/Pengamat/UPTD 1 1 - 1 -
Staf Ranting 4 - 4 4 -
Mantri/Juru 2 - 2 2 -
Petugas Pintu Air 19 - 19 19 -
Lampiran 6. Iuran P3A musim tanam April-September Bandar Sidoras
Nama Daerah Irigasi : Daerah Irigasi Bandar Sidoras
Luas : 3017 Ha
Kecamatan : Percut Sei Tuan
Kabupaten : Deli Serdang
Tingkat Jaringan : T/ST/Sd
Nama P3A Luas Lahan (Ha)
Jumlah Anggotta
Iuran/(Ha) Hasil Pendapatan (Rp)
Air Jernih 231 401 Rp 175.000 40.425.000
Saroha 255 476 RP 175.000 44.625.000
Sipitu Ribu 131 209 Rp 175.000 22.925.000
Sei Tuan 85 220 Rp 175.000 14.875.000
Dos Roha 81 137 Rp 175.000 14.175.000
Jumlah 137.025.000
Lampiran 7. Hasil wawancara terhadap petugas operasi bendung Irigasi Bandar
Sidoras
Mahasiswa : Apa saja tugas anda sebagai petugas
operasi bendung ?
Petugas Operasi Bendung : Mengatur keluarnya air ke sawah-sawah petani
dengan cara membuka dan menutup pintu utama
sesuai jadwal yang direncanakan dan
membersihkan sampah di sekitar bendung.
Mahasiswa : Dalam sehari berapa kali anda membuka dan
menutup pintu utama saluran?
Petugas Operasi : Tidak ada ketentuan, tergantung dari permintaan
petani pada masa tanam atau sesuai jadwal
pemberian air.
Mahasiswa : Apakah debit air yang dialirkan dari bendungan
dapat mencukupi kebutuhan air pada petak-petak
sawah ?
Petugas Operasi Bendung : Debit air yang dialirkan ke petak-petak sawah
mencukupi.
Mahasiswa :Bagaimana cara untuk menjaga dan
mempertahankan kondisi bendung dan jaringan
irigasi lainnya agar tetap dalam kondisi yang
Petugas Operasi Bendung : Dilakukan pengontrolan untuk melihat kondisi
bendung dan memperhatikan jika ada sampah
yang masuk ke pintu utama.
Mahasiswa : Kapan saja kegiatan pembersihan dan perawatan
tersebut dilakukan ?
Petugas Operasi Bendung : Setiap hari dilakukan pengamatan kondisi
bendung dan membersihkan sampah yang ada
pada saluran primer. Untuk saluran sekunder
sudah ada petugasnya.
Mahasiswa :Bagaimana metode yang dilakukan dalam
melakukan kegiatan pembersihan dan
pemeriksaan bangunan irigasi tersebut ?
Petugas Operasi Bendung : Dengan cara manual dan menggunakan alat
seperti mesin babat untuk membabat rumput.
Mahasiswa : Apakah menggunakan dana pada saat
melakukan kegiatan perawatan dan pembersihan
jaringan irigasi?
Petugas Operasi Bendung : Ada juga menggunakan dana, tapi dalam bentuk
Mahasiswa : Jika dalam kegiatan perawatan menggunakan
dana, apakah dana berasal dari pemerintah atau
dari para petani atau dari instansi lain?
Petugas Operasi Bendung : Dana berasal dari petugas P3A. Dana berasal
dari pemerintah yaitu kantor biaya O&P Balai
Wilayah Sungai Sumatera II.
Medan, 10 Februari 2015
Petugas Operasi Bendung Bandar Sidoras
Lampiran 8. Hasil wawancara terhadap Ketua GP3A Bandar Sidoras
Mahasiswa : Apa saja tugas Bapak sebagai ketua GP3A
Bandar Sidoras Kanan ?
Ketua GP3A : Mengkoordinir/mengkordinasi pengurus P3A
dan kelompok tani untuk melaksanakan tugas di
wilayah masing-masing.
Mahasiswa : Selama bapak menjadi ketua GP3A, apakah
struktur organisasi berjalan dengan baik?
Ketua GP3A : Ya berjalan dengan baik sesuai dengan program
kerja.
Mahasiswa : Bagaimanakah mengenai kinerja kelembagaan
petani seperti (AD/ART) program kerja,
prasarana dan keaktifan anggota. Apakah berjalan
sesuai rencana?
Ketua GP3A : untuk struktur kelembagaan petani, AD/ART
ada dan tersedia. Untuk keaktifan anggota sekitar
80 % dan program kerja sampai saat ini sesuai
rencana.
Mahasiswa : Berapa kali dalam setahun DI Bandar Sidoras
mampu menanam padi?
Ketua GP3A : Dalam setahun daerah Bandar Sidoras mampu
menanam padi sebanyak 2 kali yaitu musim
Mahasiswa : Bagaimana jadwal pemberian air untuk setiap
P3A ? Apakah sesuai dengan jadwal ?
Ketua GP3A : Pemberian air sesuai dengan jadwal yang
dikeluarkan Camat Percut Sei Tuan/UPT Percut
Sei Tuan. Dan pemberian air dengan sistem
serentak
Mahasiswa : Bagaimana kegiatan operasi dan pemeliharaan
dilaksanakan?
Ketua GP3A : Dilakukan masing-masing P3A dengan sistem
swadaya dan biasanya gotong royang oleh para
petani untuk menjaga kondisi jaringan irigasi dan
prasara yang digunakan.
Mahasiswa : Jika dalam kegiatan perawatan menggunakan
dana, apakah dana berasal dari pemerintah atau
dari para petani atau dari instansi lain?
Ketua GP3A : Dana berasal dari pengutipan iuran petani yang
dikumpulkan oleh P3A masing-masing. Dana
tersebut untuk kegiatan O&P. Sementara dana
dari pemerintah kami belum perna terima. Tetapi
jika untuk pembangunan, dana dari pemerintah
ada.
Medan, 10 Februari 2015 Ketua GP3A Bandar Sidoras Kanan
Lampiran 9. Kinerja O&P jaringan irigasi Medan Krio
Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Medan Krio
Komponen Penilain
Kriteria Penilaian Bobot (%)
DAFTAR PUSTAKA
Ambler, J. S., 1992. Irigasi Di Indonesia Dinamika Kelembagaan Petani. LP3ES. Jakarta.
Dinas PSDA, 2013. Infrastruktur Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2014. Dinas Pengelolaan Sumbar Daya Air, Provinsi Sumater Utara.
Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, 2014. Panduan Teknis Pemberdayaan Kelembagaan. Kementerian Pertanian, Jakarta.
Ginting, M., 2014. Rekayasa Irigasi Teori dan Perencanaan. USU Press. Medan.
GP3A Bandar Sidoras, 2015. Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air. Bandar Sidoras kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
GP3A Deli Serdang, 2014. Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air. Bandar Sidoras kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Harian Kompas tanggal 11 Desember 2014, hal 18 kolom 3-6.
Hariany, S., B. Rosadi dan A. Nur, 2011. Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi di Saluran Sekunder pada Berbagai Tingkat Pemberian Air di Pintu Ukur. Jurnal Rekayasa Vol 15, No. 3.
Hasibuan, G. M., 2004. Pengairan dengan Beberapa Aspek Permasalahannya.
Harsoyo, B dan Suhadi. 1982. Irigasi dan Drainase I. Departemem Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Menengah Kejuruan. Jakarta.
Hidayat. T., Koesmaryono dan Pramudia., 2006. Analisis Neraca Air untuk Penetapan Periode Tanam Tanaman Pangan di Propinsi Banten. Jurnal Agromet Indonesia. Vol. 20, No. 1.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 498 Tahun 2005 Tentang Penguatan Masyarakat Petani Pemakai Air Dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi.
Majuar, E., 2013. Partisipasi Petani Dalam Sistem Pengambilan Keputusan Peningkatan Kinerja Jaringan Irigasi. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Mansoer S., 2013. Penilaian Kinerja Sistem Jaringan Irigasi. Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air, Palangkaraya.
Pasandaran, E., 1991. Irigasi Indonesia Strategi dan Pengembangan. Penerbit LP3ES anggota IKAPI. Jakarta.
Pemkab Deli Serdang, 2013. Deli Serdang Lumbung Padi Sumatera Utara. Diakses melalui: [21.15 WIB].
Pemprovsu, 2012. Sumatera Utara Diprogramkan Jadi Lumbung Beras Nasional. Diakses melalui
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Operasi Jaringan Irigasi.
Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2006 Tentang Irigasi.
Prihatman. K., 2000. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. BAPPENAS, Jakarta.
Rahajeng, E., 2001. Kinerja Sistem Irigasi Daerah Irigasi Krisak Kabupaten Wonogiri. [Tesis]. Program Studi Magister Teknik Sipil Konsentrasi Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surabaya.
Sebayang, M. S., 2014. Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Medan Krio Di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Setyawan, C., S. Susanto dan Sukirno., 2011. Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi. Jurnal Teknotan Vol. 7, No. 2 .
Sudarmanto, B., 2013. Tata Cara O & P Jaringan Irigasi dan Bendung. Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Sumber Daya Air, Palangkaraya.
Sumaryanto, M. Siregar, D. Hidayat, dan M. Suryadi, 2006. Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi dan Upaya Perbaikannya. Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Supriyadi, E., 2008. Hubungan Dinamika Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Dengan Tindakan Perbaikan Infrastruktur Irigasi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Suryono, M., S. S. Arif dan Sukirno, 2003. Penggunaan Peta Digital untuk Evaluasi Pengelolaan Sistem Irigasi Secara Spasial DI Sistem Mataram. Seminar Tahunan Teknik Pertanian FTP UGM, Yogyakarta.
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari hingga Maret 2015 di
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah : deskripsi jaringan
irigasi yang diperoleh dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) dan peta
jaringan irigasi yang diperoleh dari Dinas PSDA pula.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah observasi lapangan dengan
mengamati parameter yang diteliti. Pengumpulan data primer dan sekunder pada
sistem irigasi yang ditinjau, selanjutnya dievaluasi untuk menilai kinerja sistem
Irigasi Bandar Sidoras di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Prosedur Penelitian
1. Pendeskripsian Daerah Irigasi yang meliputi :
a. Letak dan luas daerah irigasi.
b. Kondisi bangunan irigasi
2. Pengumpulan data primer yang diperoleh dengan cara melakukan
wawancara langsung dengan :
2.1. Ketua GP3A, yang meliputi :
b. Kinerja kelembagaan petani yang meliputi : struktur kelembagaan,
prasarana dan keaktifan anggota.
2.2. Petugas Operasi Bendung yang meliputi : jadwal inspeksi jaringan
irigasi.
3. Dikumpulkan data sekunder dari dinas atau pemerintah setempat dalam hal
ini ialah Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA), yang meliputi :
a. Kondisi fisik infrastruktur dan kondisi fungsional infrastruktur.
b. Tingkat kecukupan dan tingkat ketepatan pemberian air.
c. Kinerja kelembagaan pemerintah yang meliputi : manajemen kelemba-
gaan, ketersediaan dana dan SDM.
4. Dilakukan analisa data dengan menggunakan Persamaan (1).
5. Ditentukan kriteria kinerja O & P sistem irigasi berdasarkan Tabel 3.
Parameter Penelitian
1. Kinerja fungsional infrastruktur jaringan irigasi yang meliputi :
a. Kondisi fisik infrastruktur yang dianalisis dengan menggunakan
Tabel 5.
b. Kondisi fungsional infrastruktur yang dianalisis dengan menggunakan
Tabel 7.
2. Kinerja pelayanan air yang meliputi : tingkat kecukupan air dan tingkat
ketepatan pemberian air
3. Kinerja kelembagaan pemerintah yang meliputi :
a. Manajemen kelembagaan yang dianalisis berdasarkan data dengan
pemberian nilai dengan kriteria tertentu dalam Tabel 2.
c. Sumber Daya Manusia yang dianalisis berdasarkan data dengan
pemberian nilai dengan kriteria tertentu dalam Tabel 2.
4. Kinerja kelembagaan petani yang meliputi : struktur kelembagaan
(AD/ART, anggota dan program kerja), prasarana dan keaktifan anggota
yang dianalisis berdasarkan data dengan pemberian nilai dengan kriteria
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daerah Irigasi Bandar Sidoras merupakan salah satu daerah irigasi yang
terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Daerah Irigasi ini
memiliki luas sekitar 3017 Ha, dimana Daerah Irigasi tersebut dibagi menjadi
2 bagian, yaitu persawahan sebelah kanan dengan luas 1.969 Ha dan persawahan
sebelah kiri dengan luas 1048 Ha. Sumber pengairan irigasi daerah tersebut
dengan memanfaatkan aliran air sungai percut dan dibendung dengan bendung
yang terbuat dari karet. Sumber pengairan irigasi dapat dimanfaatkan pada
persawahan yang memiliki 5 P3A yaitu : P3A Air Jernih, P3A Saroha, P3A Sipitu
Ribu, P3A Sei Tuan dan P3A Dos Roha. Kerena air yang dibutuhkan untuk
penanaman sangat mencukupi, maka untuk pemberian air pada petak-petak sawah
setiap P3A dilakukan dengan sistem serentak (GP3A Bandar Sidoras, 2015).
Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Bandar Sidoras
Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah skor untuk kinerja Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigsi Bandar Sidoras ialah 3.36 dan dapat dikatagorikan
sangat baik. Nilai tersebut sesuai dengan kriteria Operasi dan Pemeliharaan yang
disajikan pada Tabel 3. Dimana berdasarkan literatur Setyawan, dkk., (2011) yang
menyatakan bahwa rentang jumlah skor untuk kinerja Operasi dan Pemeliharaan
beberapa komponen yang dinilai berada pada kisaran 3 – 4 dikatagorikan sangat
baik. Namun jika dilihat untuk setiap komponen yang dinilai, ada beberapa
Hasil penelitian evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi
Bandar Sidoras dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Bandar Sidoras
Komponen Penilain
Kriteria Penilaian Bobot (%)
Berdasarkan hasil penelitian bahwa jumlah skor kinerja Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi Bandar Sidoras ialah 3.36 dan dikatagorikan sangat
baik. Pada hasil penelitian sebelumnya oleh Muhammad Satria Sebayang (2014).
Dimana pada hasil penelitiannya yang menunjukkan jumlah skor kinerja Operasi
dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Medan Krio ialah 2.22 dan dapat dikatagorikan
baik. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 9, sehingga dapat diketahui bahwa hasil
kinerja Operasi dan Pemeliharaan pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras berbeda
dengan hasil kinerja Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Medan Krio. Setiap
komponen penilaian banyak hasil yang berbeda, bahkan untuk komponen
juga komponen penilaian yang hasilnya sama seperti : Manajemen kelembagaan
yang nilainya 4 dan dikatagorikan sangat baik. Komponen lainnya yang sama
pada SDM dengan nilai 3 dan dikatagorikan memadai. Berikut ini dapat
dijelaskan penilaian untuk setiap komponen kinerja Operasi dan Pemeliharaan
Daerah Irigasi Bandar Sidoras.
Kondisi Fisik Infrastruktur Jaringan Irigasi
Tabel 8 memperlihatkan bahwa kondisi fisik infrastruktur Jaringan Irigasi
Bandar Sidoras ialah baik sehingga nilai komponennya ialah 3. Dari analisis data
yang dilakukan untuk penilaian kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi maka
diperoleh kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi Bandar Sidoras dalam
keadaan baik 79.96 % yang berarti bahwa 20.04 % kondisi infrastruktur jaringan
irigasi Bandar Sidoras dalam keadaan rusak dan perhitungannya dapat dilihat pada
Lampiran 3, sehingga dapat diklasifikasikan kondisi fisik infrastruktur jaringan
irigasi Bandar Sidoras rusak ringan dan butuh pemeliharaan berkala. Hal ini
sesuai dengan Tabel 4, yang bersumber Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007
yang menyatakan bahwa jika tingkat kerusakan fisik jaringan irigasi 10 – 20 %
maka dapat diklasifikasikan rusak ringan dan perlu pemeliharaan berkala.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa kondisi fisik
jaringan irigasi Bandar Sidoras dalam kondisi rusak ringan. Kondisi fisik
infrastruktur jaringan irigasi dapat dilihat pada Lampiran 2. Dalam hal ini juga
dapat diketahui diperlukannya pemeliharaan rutin pada jaringan irigasi Bandar
Sidoras untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi dalam kondisi rusak ringan atau
berat, serta adanya penanganan dan perbaikan jika terjadi kerusakan pada jaringan
dalam pemeliharaan jaringan irigasi terdapat kegiatan inspeksi jaringan irigasi,
yaitu : pemeriksaan jaringan irigasi yang dilakukan secara rutin setiap periode
tertentu yaitu 7 hari sekali untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi.
Kondisi Fungsional Infrastruktur Jaringan Irigasi
Kondisi fungsional infrastruktur berkaitan dengan kondisi fisik
infrastruktur jaringan irigasi, pada Tabel 8 yang memperlihatkan bahwa kondisi
fungsional infrastruktur jaringan irigasi Bandar Sidoras dikatagorikan baik dengan
nilai komponen 3. Dari analisis data yang dilakukan untuk penilaian kondisi
fungsional infrastruktur jaringan irigasi maka diperoleh kondisi fungsional
infrastruktur jaringan irigasi Bandar Sidoras dalam keadaan baik 79.94 % yang
berarti 20.05 % kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasinya dalam keadaan
rusak dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4, sehingga dapat
diklasifikasikan kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi Bandar Sidoras
rusak ringan.
Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi ini erat kaitannya dengan
kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi. Kondisi fisik Jaringan Irigasi Bandar
Sidoras yang mengalami rusak ringan mengakibatkan kondisi fungsional jaringan
irigasi Bandar Sidoras mengalami rusak ringan juga. Namun pada kondisi
kerusakan ringan ini, dengan persentase kerusakan 10 – 20 % berdasarkan Tabel 7
maka masih dapat dikatagorikan baik. Hanya saja pada kerusakan ringan ini perlu
adanya pemeliharaan berkala untuk mengetahui kondisi selanjutnya dan dapat
memperbaikinya bila terjadi kerusakan. Hal ini sesuai dengan literatur Mansoer
(2013) yang menyatakan bahwa dalam pemeliharaan jaringan irigasi terdapat
dilakukan secara rutin setiap periode tertentu yaitu 7 hari sekali untuk mengetahui
kondisi jaringan irigasi.
Tingkat Kecukupan Air
Tingkat kecukupan air dapat diketahui dengan cara berikut ini. Jika dalam
satu tahun pada suatu areal sawah tertentu dapat ditanami padi 3 kali dan air yang
dialirkan memadai, maka tingkat kecukupan airnya dapat dikatagorikan sangat
cukup, jika areal sawah dapat ditanami dua kali, maka tingkat kecukupan airnya
dapat dikatagorikan cukup. Jika areal sawah hanya dapat ditanami padi satu kali
dalam setahun meskipun air yang dialirkan sangat memadai, tingkat kecukupan
airnya dapat dikatagorikan kurang dan jika suatu areal sawah hanya dapat satu
kali ditanami padi dalam satu tahun serta air yang dialirkan tidak memadai, maka
tingkat kecukupan air pada suatu daerah irigasi dapat dikatagorikan sangat
kurang.
Pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa tingkat kecukupan air jaringan irigasi
Bandar Sidoras ialah cukup, dengan nilai komponennya ialah 3. Tingkat
kecukupan air pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras menggunakan sistem pengairan
serentak. Sistem pengairan serentak ialah pemberian air ke petak-petak sawah
secara bersamaan sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan Camat Percut Sei Tuan
atau UPT Percut Sei Tuan. Hal ini dapat dilakukan karena debit air dari bendung
irigasi Bandar Sidoras mencukupi bahkan melebihi untuk memenuhi kebutuhan
air petak-petak sawah. Daerah Irigasi Bandar Sidoras ini mengairi persawahan
sebelah kanan dan sebelah kiri. Persawahan sebelah kanan mengairi lima P3A,
Roha, sementara itu persawahan sebelah kiri sudah banyak perumahan, jadi
persawahan sebelah kiri tidak seluas persawahan sebelah kanan.
Areal sawah untuk masing-masing P3A di Daerah Irigasi Bandar Sidoras
dapat melakukan penanaman padi 2 kali dalam setahun. Ditinjau dari segi
kecukupan air, Daerah Irigasi Bandar Sidoras perlu dilakukan penanaman padi 3
kali dalam setahun atau 5 kali dalam 2 tahun. Untuk itu perlu dirancang kembali
sistem atau pola penanaman padinya. Hal ini sesuai dengan literatur Prihatman
(2000) yang menyatakan bahwa, pada areal beririgasi lahan dapat ditanami padi 3
kali dalam setahun, tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan pergiliran
tanaman dengan palawija.
Dari keterangan di atas maka dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan air
untuk Daerah Irigasi Bandar Sidoras memiliki kriteria cukup yaitu penanaman
dapat dilakukan 2 kali dalam setahun dan air yang dibutuhkan mencukupi.
Tingkat Ketepatan Pemberian Air
Tingkat ketepatan pemberian air dapat dianalisis dengan cara berikut ini.
Jika pemberian air telah sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama,
maka tingkat ketepatan pemberian airnya dapat dikatagorikan sangat tepat. Jika
jadwal pemberian air terlambat beberapa jam dari jadwal yang telah disepakati
bersama, maka tingkat ketepatan pemberian airnya masih dapat dikatagorikan
tepat. Jika jadwal pemberian air terlambat lebih dari satu hari, maka tingkat
ketepatan pemberian airnya dikatagorikan terlambat dan jika jadwal pemberian
airnya terlambat hingga lebih dari 3 hari, maka tingkat ketepatan pemberian
Pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa tingkat ketepatan pemberian air
jaringan irigasi Bandar Sidoras ialah sangat tepat, dengan nilai komponennya
ialah 4. Tingkat ketepatan pemberian air Daerah Irigasi Bandar Sidoras sesuai
dengan jadwal yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan jadwal yang
dikeluarkan Camat Percut Sei Tuan/UPT Percut Sei Tuan. Untuk pemberian air
irigasi ke petak-petak sawah dengan sistem serentak. Apabila air dirasa kurang,
maka pintu air dapat dibuka dan begitu pula apabila air dirasa berlebih maka pintu
air dapat ditutup.
Adapun jadwal pemberian air pada masing-masing P3A Daerah Irigasi
Bandar Sidoras dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jadwal pemberian air irigasi pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras
No Nama P3A Jadwal Pemberian Air
1 Air Jernih April-September Oktober-Maret
2 Saroha April-September Oktober-Maret
3 Sipitu Ribu April-September Oktober-Maret
4 Sei Tuan April-September Oktober-Maret
5 Dos Roha April-September Oktober-Maret
Sumber : Ketua GP3A Bandar Sidoras, 2015. Manajemen Kelembagaan
Manajemen kelembagaan dapat dianalisis dengan cara berikut ini. Apabila
kepala ranting, petugas mantri, staf ranting, POB dan PPA tersedia dalam suatu
sistem irigasi maka manajemen kelembagaannya dapat dikatagorikan sangat baik,
jika salah satu petugas tidak tersedia, maka masih dapat dikatagorikan manajemen
kelembagaan irigasi tersebut baik. Jika dua dari lima kategori petugas di atas tidak
tersedia, maka manajemen kelembagaannya dapat dikatagorikan buruk dan jika
lebih dari dua petugas tidak tersedia dalam suatu sistem irigasi, maka dapat
Tabel 8 memperlihatkan bahwa manajemen kelembagaan jaringan irigasi
Bandar Sidoras ialah sangat baik dengan nilai komponen 4. Setiap elemen yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Bandar
Sidoras telah tersedia. Dari hasil penelitian dan data dari dinas PSDA, dapat
diketahui manajemen kelembagaan yang meliputi elemen-elemen yang terkait
operasi dan pemeliharaan sistem irigasi pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras
adalah sebagai berikut :
a. Kepala Ranting/Pengamat/UPTD
Pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras ini, terdapat Kepala Ranting. Adapun
tugas dari kepala ranting ialah rapat di kantor Kepala Ranting/
Pengamat/UPTD untuk mengetahui permasalahan O&P dan menghadiri rapat
di kecamatan atau dinas PSDA kabupaten.
b. Petugas Mantri/Juru Pengairan
Pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras ini, terdapat Petugas Mantri/Juru
Pengairan. Adapun tugas dari Petugas Mantri/Juru Pengairan ini ialah
membantu kepala ranting/pengamat/UPTD dalam tugas-tugas yang berkaitan
dengan O&P dan melaksanakan instruksi dari Kepala Ranting.
c. Staf Ranting
Pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras ini terdapat Staf Ranting. Adapun
tugas dari Staf Ranting ini ialah membantu Kepala Ranting/Pengamat/UPTD
d. Petugas Operasi Bendung
Pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras ini terdapat Petugas Operasi Bendung.
Adapun tugas dari Petugas Operasi Bendung ini ialah membuka dan menutup
pintu pengambilan utama sesuai jadwal yang direncanakan.
e. Petugas Pintu Air
Pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras ini terdapat Petugas Pintu Air.
Adapun tugas dari Petugas Pintu Air ini ialah membuka dan menutup pintu air
pada saluran sekunder maupun tersier sesuai kebutuhan dan memeriksa kondisi
pintu air apakah masih dapat berfungsi baik atau tidak.
Ketersediaan Dana
Ketersediaan dana dapat dianalisis dengan cara berikut ini. Jika alokasi
biaya pemeliharaan bersumber dari APBN atau APBD, kontribusi biaya
pemeliharaan oleh P3A dan biaya dari badan usaha atau sumber lainnya telah
sesuai dengan yang direncanakan, maka ketersediaan dana pada suatu sistem
irigasi dapat dikatagorikan sangat memadai, jika biaya yang bersumber dari
APBN atau APBD dan biaya dari P3A telah sesuai dengan yang direncanakan
namun alokasi biaya dari badan usaha tertentu belum sesuai maka ketersediaan
dana suatu sistem irigasi dapat dikatagorikan memadai. Jika ketersediaan dana
hanya bersumber dari APBN dan APBD, namun biaya yang bersumber dari P3A
dan badan usaha tertentu tidak sesuai dengan rencana, maka ketersediaan dana
dalam sistem irigasi tersebut dapat dikatagorikan kurang memadai dan jika
ketersediaan dana dari APBN atau APBD, P3A dan sumber lain tidak tersedia
atau tidak sesui dengan yang direncanakan, maka ketersediaan dana dari sistem
Dari hasil penelitian secara langsung ke lapangan dan dari hasil
wawancara yang dilakukan kepada ketua GP3A Bandar Sidoras, maka diketahui
bahwa dana yang dibutuhkan untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan berasal
dari pengutipan iuran petani pada waktu panen dan pengutipan dilakukan
masing-masing P3A. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6. Sementara itu hasil dari
wawancara yang dilakukan kepada Petugas Operasi Bendung dapat diketahui
bahwa untuk melakukan kegiatan pembersihan dan perawatan menggunakan
mesin babat rumput dan mendapatkan dana berupa uang bensin sebanyak 10 liter
per bulan. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 7, yang menjelaskan dana
berasal dari pemerintah, yaitu dari kantor Balai Wilayah Sungai Sumatera II.
Dari keterangan di atas maka dapat diketahui pada Tabel 8 yang
memperlihatkan ketersediaan dana untuk Daerah Irigasi Bandar Sidoras ialah
memadai, dengan nilai komponennya 3. Hal tersebut karena ketersediaan dana
berasal dari pengutipan petani oleh P3A dan berasal dari pemerintah (APBN).
Walaupun hanya sedikit berupa uang bensin 10 liter per bulan untuk mesin babat
rumput yang diberikan pemerintah, dana sudah dapat dikatakan berasal dari
APBN. Untuk meningkatkan penilaian ketersediaan dana yang tinggi dari katagori
memadai, diperlukan juga dana dari badan usaha atau sumber lainnya untuk
menambah dana dalam kegiatan Operasi dan Pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa, sumber-sumber
pembiayaan pemeliharaan jaringan irigasi berasal dari APBN, kontribusi
Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia dapat dianalisis dengan cara berikut ini. Apabila
jumlah petugas pada masing-masing katagori telah terpenuhi, maka SDM sangat
memadai. Jika kategori petugas telah terpenuhi namun personil petugasnya belum
memenuhi hal di atas, maka SDM masih dapat dikategorikan memadai, jika satu
hingga dua kategori petugas tidak terpenuhi, maka SDM dikategorikan kurang
memadai dan jika lebih dari dua kategori petugas yang tidak terpenuhi, maka
SDM dikategorikan sangat buruk.
Tabel 8 memperlihatkan bahwa sumber daya manusia pada Daerah Irigasi
Bandar Sidoras ialah memadai dengan nilai komponennya ialah 3. Untuk setiap
petugas, meskipun telah tersedia, namun ketersediaan personil petugasnya belum
terpenuhi. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 5. Dimana untuk katagori petugas
Kepala Ranting, seharusnya ketersediaan personilnya ialah 1 orang + 5 staf,
namun untuk daerah irigasi ini hanya memiliki Kepala Ranting 1 orang dengan 4
orang staf saja. Pekerja lainnya yaitu Pekerja/Pekarya Saluran di Daerah Irigasi
Bandar Sidoras ialah Petugas Pintu Air juga. Hal tersebut sudah ditentukan dari
Dinas PSDA Provinsi Sumut. Dari hasil penelitian di lapangan dan data yang di
peroleh dari dinas PSDA, maka dapat diketahui ketersediaan sumber daya
manusia yang terkait dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi pada
Daerah Irigasi Bandar Sidoras adalah sebagai berikut :
a. Kepala Ranting/Pengamat/UPTD
Pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras, memiliki 1 orang Kepala Ranting dan
4 orang Staf, dimana 1 orang Kepala Ranting merupakan PNS dan 4 orang staf
b. Petugas Mantri/Juru Pengairan
Pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras ini terdapat 2 orang Petugas
Mantri/Juru pengairan, dimana keduanya bukan PNS.
c. Petugas Operasi Bendung
Pada Daeah Irigasi Bandar Sidoras ini, terdapat 1 orang Petugas Operasi
Bendung, dimana Petugas Operasi Bendung tersebut Bukan PNS.
d. Petugas Pintu Air
Pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras ini, terdapat 19 orang Petugas Pintu
Air yang masing-masing ditempatkan pada pintu-pintu tertentu, dimana semua
Petugas Pintu Air tersebut bukan PNS.
e. Pekerja/Pekarya Saluran
Pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras ini, Pekerja/Pekarya Saluran
merupakan Petugas Pintu Air juga. Hal tersebut dapat terjadi karena sudah di
tentukan dari Dinas PSDA Provinsi Sumut. Jadi Pekerja/Pekarya Saluran
berjumlah 19 orang dan bukan PNS.
Untuk meningkatkan penilaian sumber daya manusia yang belum
dikatagorikan sangat memadai, maka diperlukan penambahan 1 orang staf dalam
membantu Kepala Ranting. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri No. 32
Tahun 2007 yang menyatakan bahwa untuk petugas pelaksana Operasi dan
Pemeliharaan yaitu Kepala Ranting 1 orang di tambah 5 staf.
Kinerja Kelembagaaan Petani
Kinerja kelembagaan petani dapat dianalisis dengan cara berikut ini.
Apabila struktur kelembagaan, prasarana dan keaktifan anggota memadai,
seperti peralatan bertani, gudang dan lain sebaiknya lengkap serta anggota turut
aktif dalam kegiatan yang menyangkut irigasi maka kinerja kelembagaan petani
dapat dikatagorikan sangat baik. Jika salah satu elemen tidak memadai, misalnya
buruknya kondisi prasarana, maka kelembagaan petani masih dapat dikatakan
baik, jika dua diantara elemen kelembagaan petani tidak berjalan dengan baik
maka dikatakan kinerja kelembagaan petani ialah buruk dan jika ketiga elemen
tesebut tidak tersedia, maka kinerja kelembagaan petani tersebut dikatagorikan
sangat buruk.
Pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa Kinerja Kelembagaan Petani pada
Daerah Irigasi Bandar Sidoras ialah sangat baik, dengan nilai komponennya 4.
Kinerja Kelembagaan Petani Bandar Sidoras ditandai dengan adanya struktur
kelembagaan petani. Dalam hal ini menyangkut partisipasi P3A. Pada Daerah
Irigasi Bandar Sidoras terdapat 5 P3A, yaitu : P3A Air Jernih, P3A Saroha, P3A
Sipitu Ribu, P3A Sei Tuan dan P3A Dos Roha. Tingkat partisipasi dari semua
P3A bisa dikatakan sangat aktif. Hal tersebut di tandai dengan adanya Gabungan
Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) dan memiliki struktur organisasi GP3A,
dengan adanya ketua, sekretaris, bendahara, pelaksana teknis dan anggota.
Ditambah lagi dengan adanya AD/ART dan program kerja yang berjalan dengan
baik. Untuk keaktifan anggota P3A Bandar Sidoras Kanan pada saat ini mencapai
80 %. Hal tersebut sudah sangat cukup untuk menunjang kegiatan P3A. Adanya
prasarana yang memadai seperti kantor, perlengkapan komputer, kendaraan dan
lainnya, menjadi pendukung dalam kegiatan P3A maupun GP3A. Hal ini sesuai
dengan Direktorat Pengelolaan Air Irigasi (2014) yang menyatakan bahwa
petani yang dapat manfaat secara langsung dari pengelolaan air dan jaringan
irigasi, air permukaan, air tanah untuk mewujudkan sistem pengembangan dan
pengelolaan air irigasi yang baik dan pada akhirnya mampu meningkatkan
produksi pertanian dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani. Berikut
keberadaan P3A pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Keberadaan P3A Bandar Sidoras
No Nama P3A Desa Sumber : Ketua GP3A Bandar Sidoras, 2015.
Tabel 10 menunjukkan bahwa semua P3A di Desa Cinta Damai pada
Daerah Irigasi Bandar Sidoras dapat dikatakan aktif. Hal ini dapat dilihat pada
keaktifan rata-rata anggota P3A mencapai 82.41 %. Adanya P3A, memiliki
struktur organisasi yang baik, tersedianya AD/ART dan program kerja, maka dapat
dikatakan kinerja kelembagaan petani Daerah Irigasi Bandar Sidoras sangat baik.
Dengan adanya Kelembagaan Petani yang sangat baik pada Daerah Irigasi
Bandar Sidoras ini, pada tahun 2014 Daerah Irigasi Bandar Sidoras mendapatkan
piagam penghargaan yang diberikan oleh Gubernur Sumatera utara, karena
Daerah Irigasi tersebut menjadi juara 1 pada lomba GP3A tingkat provinsi
Sumatera Utara tahun 2014. Piagam penghargaan dapat dilihat pada Lampiran 15.
Hal tersebut tidak terlepas dari Kinerja Kelembagaaan Petani yang meliputi
struktur kelembagaan (AD/ART), program kerja, prasarana dan keaktifan anggota,
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Bandar Sidoras ialah sangat
baik, dengan jumlah skor pada masing-masing indikator berada pada rentang
jumlah skor 3 – 4, yaitu tepatnya : 3.36.
2. Kondisik fisik infrastruktur jaringan irigasi Bandar Sidoras ialah baik dengan
nilai komponennya 3 dimana persentase kondisi fisik jaringan dalam keadaan
baik 79.96 %. dan 20.04 % dalam keadaan rusak. Sedangkan untuk kondisi
fungsional infrastruktur jaringan irigasi Bandar Sidoras juga dikatagorikan baik
dengan nilai komponennya 3, dimana persentase kondisi fungsional jaringan
dalam keadaan baik 79.94 % atau 20.05 % dalam keadaan rusak.
3. Tingkat kecukupan air pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras ialah cukup dengan
nilai komponen 3, serta untuk ketepatan memperoleh air pada Daerah Irigasi
Bandar Sidoras dikatagorikan sangat tepat dengan nilai komponen 4.
4. Kinerja kelembagaan pemerintah yang meliputi : manajemen kelembagaan
pada Daerah Irigasi Bandar Sidoras ialah sangat baik dengan nilai komponen 4,
ketersediaan dana dikatagorikan memadai dengan nilai komponen 3 dan SDM
dikatagorikan memadai dengan nilai komponen 3.
5. Kinerja kelembagaan petani Daerah Irigasi Bandar Sidoras dikatagorikan
Saran
1. perlu pemeliharaan jaringan irigasi secara berkala untuk menjaga kondisi
jaringan irigasi dan mengetahui kondisi selanjutnya agar dapat memperbaiki
bila terjadi kerusakan.
2. perlu peningkatan pola penanaman padi untuk meningkatkan kriteria tingkat
kecukupan air menjadi sangat cukup.
3. perlu penambahan ketersediaan dana untuk meningkatkan kriteria menjadi
sangat memadai.
4. perlu penambahan staf dalam sumber daya manusia untuk meningkatkan
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Irigasi
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2006, pengertian irigasi
merupakan usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa,
irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Harsoyo dan Suhadi
(1982) mengemukakan bahwa tujuan utama dari irigasi adalah membasahi tanah
guna menciptakan keadaan lembab pada daerah perakaran untuk memenuhi
kebutuhan air bagi tanaman. Di samping tujuan utama tersebut, tersedianya air
irigasi akan memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut :
a) Mempermudah pengelolaan tanah sawah. b) Memberantas tumbuhan
penggangu. c) Mengatur suhu tanah dan tanaman. d) Memperbaiki kesuburan
tanah. e) Membantu proses pencucian tanah (Supriyadi, 2008).
Sistem irigasi merupakan sistem saluran, yang dipergunakan untuk
mendistribusikan air dari sumber berupa sungai, danau atau sumur bor (air tanah)
ke unit-unit irigasi. Pada daerah irigasi yang kecil satun saluran saja mungkin
sudah cukup. Pada daerah irigasi yang luas diperlukan sistem saluran yang lebih
kompleks. Saluran biasanya dibuat dari timbunan tanah disekitarnya dan di lapisi
dengan beton atau plastik (Ginting, 2014).
Sistem irigasi dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu : prasarana fisik,
produktifitas tanam, sarana penunjang, organisasi personalia, dokumentasi, dan
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Bangunan irigasi mengalami penurunan
Jaringan Irigasi
Berdasarkan Keputusan Menteri PU No. 498 Tahun 2005 Jaringan irigasi
adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu
kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan,
dan pembuangan air irigasi. Rencana operasi jaringan irigasi merupakan
rancangan upaya untuk memanfaatkan air dan jaringan irigasi secara optimal
seperti pengaturan pintu-pintu pada bangunan air (bendung, bangunan, dll) untuk
menyadap air dari sumber air, mengalirkan air kedalam jaringan irigasi,
memasukkan air ke petak-petak sawah serta membuang kelebihan air ke saluran
pembuang.
Jaringan irigasi berfungsi untuk mendistribusikan air dari sumbernya ke
areal pertanian. Irigasi dimaksudkan untuk menjamin target produksi dapat
dicapai dan penggunan air sesuai dengan keperluan air tanaman dengan biaya
operasi dan pemeliharaan minimal (Majuar, 2013).
Dilihat dari segi konstruksi jaringan irigasinya, Direktorat Jendral
pengairan mengklasifikasikan sistem irigasi menjadi tiga macam, yaitu:
a) Irigasi sederhana, yaitu sistem irigasi yang konstruksinya dilakukan dengan
sederhana, tidak di lengkapi dengan pintu pengaturan dan alat pengukur sehingga
air irigasinya tidak dapat diatur dan tidak terukur, dan efisiensinya rendah.
b) Irigasi setengah teknis, yaitu suatu sistem irigasi dengan konstruksi pintu
pengatur dan alat pengukur pada bangunan pengambilan saja, sehingga air hanya
teratur dan terukur pada bangunan pengambilan saja dan efisiensinya sedang.
c) Irigasi teknis, yaitu suatu sistem irigasi yang dilengkapi alat pengatur dan
sehingga air terukur dan teratur sampai bangunan bagi dan sadap, diharapkan
efisiensinya tinggi (Supriyadi, 2008).
Saluran irigasi di daerah irigasi teknis dibedakan menjadi saluran irigasi
pembawa dan saluran pembuang. Ditinjau dari jenis dan fungsinya saluran irigasi
pembawa dapat dibedakan menjadi saluran primer, sekunder, tersier serta kuarter.
Ditinjau dari letaknya, saluran irigasi pembawa dapat pula dibedakan menjadi
saluran garis tinggi/kontur dan saluran garis punggung (Mawardi, 2007).
Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen serta
bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat
pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran
dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier. Untuk memudahkan
sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi petak
yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter dan
petak sawah sebagai satuan terkecil. Pembagian air, eksploitasi dan perneliharaan
di petak tersier menjadi tanggungjawab para petani yang mempunyai lahan di
petak yang bersangkutan dibawah bimbingan pemerintah. Petak sekunder terdiri
dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder.
Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda
topografi yang jelas misalnya saluran drainase. Luas petak sukunder dapat
berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah yang bersangkutan. Petak
primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari
saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil
Kinerja Sistem Irigasi
Kinerja jaringan irigasi adalah fungsi dari sejumlah variabel teknis, fisik,
sosial dan ekonomi. Satu variabel indikator tidak dapat digunakan untuk
mengukur semua aspek kinerja ataupun tindakan yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja. Indikator kinerja diperhitungkan berdasarkan aspek
organisasian P3A, infrastruktur jaringan dengan sub indikator saluran pembawa,
bangunan bagi/sadap dan jalan usaha tani, dan pengaturan air dengan sub
indikator pendistribusian air, pengawasan penggunaan air dan pemeliharaan
jaringan (Majuar, 2013).
Kinerja jaringan irigasi tercermin dari kemampuannya untuk mendukung
ketersediaan air irigasi pada areal layanan irigasi (command area) yang kondusif
untuk penerapan pola tanam yang direncanakan. Kinerja jaringan irigasi yang
buruk mengakibatkan luas areal sawah yang irigasinya baik menjadi berkurang.
Secara umum, kinerja jaringan irigasi yang buruk mengakibatkan meningkatnya
water stress yang dialami tanaman (baik akibat kekurangan ataupun kelebihan air)
sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman tidak optimal. Kerugian
yang timbul akibat water stress tidak hanya berupa produktivitas tanaman sangat
menurun, tetapi mencakup pula mubazirnya sebagian masukan usaha tani yang
telah diaplikasikan (pupuk, tenaga kerja, dan lain-lain). Perbaikan kinerja
jaringan irigasi mencakup perangkat lunak maupun perangkat kerasnya. Secara
normatif, monitoring dan evaluasi kinerja jaringan di level primer dan sekunder
telah dilakukan oleh instansi terkait dan program rehabilitasinya telah pula
Setiap komponen indikator kinerja sistem irigasi memiliki rentang nilai 1
hingga 4. Komponen-komponen indikator kinerja sistem irigasi dalam Setyawan,
dkk., (2011) dapat dilihat pada Tabel 2. Komponen indikator yang telah diketahui
nilai atau skornya, dikalikan dengan bobotnya, kemudian dijumlahkan sehingga
diperoleh jumlah nilai total komponen-komponen indikator dengan rentang
nilai 1 hingga 4. Setelah itu ditentukan kriteria kinerja sistem irigasi berdasarkan
Tabel 3. Secara sederhana perhitungan jumlah nilai total komponen-komponen
indikator kinerja sistem irigasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Σ I = I1 x B1 + I2 xB2 … … + In x Bn ………(1)
dimana :
I = Jumlah nilai total komponen indikator kinerja sistem irigasi
I = Nilai komponen Indikator
B = Bobot indikator ( % )
Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi
Operasi Jaringan Irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan
pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi,
menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana
pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data,
memantau dan mengevaluasi (Direktorat Pengolahan Air Irigasi, 2014).
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2006
Tentang Irigasi menyatakan bahwa : Pasal 1 (38) Pemeliharaan jaringan irigasi
berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan
mempertahankan kelestariannya.
Adapun kegiatan operasi jaringan irigasi dalam Sudarmanto (2013) ialah :
- Pengumpulan data (debit, curah hujan, luas tanam, dan lain-lain).
- Membuat rencana penyediaan air tahunan, rencana tata tanam tahunan, rencana
pengeringan dan lain-lain.
- Melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk pekerjaan membuat
laporan permintaan air, mengisi papan operasi dan mengatur bukaan pintu).
- Mengatur pintu-pintu air pada bendung berkaitan dengan datangnya debit sungai
banjir.
- Mengatur pintu kantong lumpur untuk menguras endapan lumpur.
- Koordinasi antar instansi terkait
- Monitoring dan evaluasi kegiatan operasi jaringan irigasi.
- Kalibrasi alat pengukur debit.
Pemeliharaan jaringan irigasi dapat dibagi menjadi beberapa kategori,
yaitu pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan pemeliharaan mendadak.
Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi yang
dilaksanakan tiap hari secara teratur oleh petugas O&P. Kegiatan tersebut
meliputi pekerjaan teknis, administrasi dan manajemen. Pemeliharaan berkala
hampir sama dengan rutin, hanya bedanya waktu pelaksanaan tidak tiap hari,
tetapi hanya beberapa hari/minggu/bulan sekali, dan dikerjakan juga secara
teratur oleh petugas O&P tingkat seksi ke bawah. Pemeliharaan jaringan irigasi
secara mendadak diadakan kalau terjadi ketimpangan atau kerusakan bangunan
bumi dan sebainya. Pekerjaan dilaksanakan baik petugas O&P tingkat seksi
atas, maupun oleh pihak ketiga kontraktor (Pasandaran, 1991).
Komponen, kriteria dan katagori penilaian kinerja Operasi dan
Pemeliharaan (O& P) Irigasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komponen penilaian kinerja O & P sistem irigasi
Komponen Penilaian Kriteria Penilaian Kategori Penilaian
Kinerja fungsional Infrastruktur jaringan irigasi
Kondisi Fisik Infrastruktur Baik, Rusak Sedang, Rusak Berat
Kondisi Fungsional Infrastruktur
Baik, Terganggu Ringan, Terganggu Berat
Kinerja Pelayanan Air Tingkat Kecukupan Air Berlebih, cukup, kurang
Tingkat Ketepatan Pemberian Air
Tepat, kadang terlambat, Sering Terlambat
Kinerja Kelembagaan
Pemerintah Manajemen Kelembagaan Baik, Cukup, Kurang Ketersediaan Dana Berlebih, cukup, kurang
SDM Berlebih, cukup, kurang
Kinerja Kelembagaan Petani
Struktur Kelembagaan (AD/ART, anggota, Program Kerja), Prasarana (fasilitas dan dana) dan keaktifan anggota
Baik, Cukup, Kurang
Sumber : Setyawan, dkk., 2011.
Manajemen Operasi dan Pemeliharaan (O&P) yang meliputi perencanaan,
pengawasan dan evaluasi merupakan suatu kesatuan yang utuh dan merupakan
sistem proses. Manajemen O&P yang optimal membutuhkan monitoring yang
kontiniu untuk mendapatkan data dan informasi sebagai landasan evaluasi untuk
menentukan langkah atau tindakan selanjutnya agar dapat dipertahankan
keberlanjutan fungsi dan manfaat jaringan-jaringan irigasi tersebut sesuai dengan
tujuan pengolahannya. Evaluasi sebagai bagian dalam Operasi dan Pemeliharaan
(O&P) sistem irigasi merupakan umpan balik (feedback) dalam manajemen irigasi
Dalam Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 Operasi dan
Pemeliharaan jaringan irigasi dilaksanakan sesuai dengan norma, standar,
pedoman, dan manual yang ditetapkan oleh Menteri. Pasal 56 (1) Operasi dan
Pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dan
tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya. (2) Perkumpulan petani pemakai air dapat
berperan serta dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan
sekunder sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. (3) Perkumpulan petani
pemakai air dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder. (4) Operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi primer dan sekunder dilaksanakan atas dasar rencana tahunan
operasi dan pemeliharaan yang disepakati bersama secara tertulis antara
pemerintah, perkumpulan petani pemakai air, dan pengguna jaringan irigasi di
setiap daerah irigasi. (5) Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tersier menjadi
hak dan tanggung jawab P3A.
Program pembangunan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan
pengelolaan sumber daya air dalam Dinas PSDA (2013) adalah sebagai berikut :
a. Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, rawa, dan jaringan pengelolaan
sumber daya air yang merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahun
pada daerah irigasi dan rawa untuk luasan 1000 sampai dengan 3000 Ha atau
daerah lintas kabupaten/kota.
b. Rehabilitasi atau perbaikan dan pembangunan infrastruktur jaringan irigasi,
rawa dan jaringan pengelolaan sumber daya air untuk luasan 1000 sampai
c. Pembinaan dan pembiayaan organisasi pemakai air dalam pengelolaan jaringan
pengelolaan sumber daya air untuk luasan 1000 sampai dengan 3000 Ha atau
daerah lintas kabupaten/kota.
Untuk menilai kinerja operasi dan penilaian kinerja operasi dan
pemeliharaan sistem irigasi, maka perlu diketahui bobot penilaian kinerja operasi
dan pemeliharaan sistem irigasi untuk setiap kriteria penilaian. Bobot penilaian
operasi dan pemeliharaan kinerja sistem irigasi, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bobot penilaian kinerja O & P sistem irigasi
Setelah bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi
diketahui, maka dapat dianalisis kriteria kinerja operasi dan pemeliharaan sistem
irigasi, dengan menggunakan Tabel 3.
Tabel 3. Kriteria O & P sistem irigasi
No Jumlah Skor Kriteria
1. 3 – 4 Sangat Baik
2. 2 – 2,9 Baik
3. 1 – 1,9 Sedang
4. < 1 Buruk
Sumber : Setyawan, dkk., 2011
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32 Tahun 2007 dinyatakan
bahwa : Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar
pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan
perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara
terus menerus. Ruang lingkup kegiatan pemeliharaan jaringan meliputi :
a. Inventarisasi kondisi jaringan irigasi.
b. Perencanaan.
c. Pelaksanaan.
d. Pemantauan dan evaluasi.
Kinerja Fungsional dan Infrastruktur Jaringan Irigasi
Kinerja Fungsional dan Infrastruktur Jaringan Irigasi meliputi kondisi fisik
infrastruktur dan kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi. Berdasarkan
Peraturan Menteri No. 32 tahun 2007 Tentang Operasi dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi dinyatakan bahwa inventarisasi jaringan irigasi dilakukan untuk
mendapatkan data jumlah, dimensi, jenis, kondisi dan fungsi seluruh aset irigasi
setiap daerah irigasi. Inventarisasi jaringan irigasi dilaksanakan setiap tahun
mengacu pada ketentuan/pedoman yang berlaku. Untuk kegiatan pemeliharaan
dari inventarisasi tersebut yang sangat diperlukan adalah data kondisi jaringan
irigasi yang meliputi data kerusakan dan pengaruhnya terhadap areal pelayanan.
Kondisi Fisik Infrastruktur Jaringan Irigasi
Pengertian infrastruktur irigasi merujuk pada sistem fisik dalam
menyediakan pengairan untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Sistem
infrastruktur irigasi dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau
struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan
dibutuhkan untuk berfungsinya sistem irigasi dalam menumbuhkan sistem
ekonomi masyarakat. Persoalan infrastruktur irigasi dapat menjadi masalah yang
besar. Setelah krisis ekonomi, perbaikan dan penambahan infrastruktur irigasi
tidak terjadi (Supriyadi, 2008).
Pemeliharaan jaringan irigasi meliputi : perawatan, perbaikan, pencegahan
dan pengamanan. Dalam pemeliharaan jaringan irigasi juga terdapat kegiatan
inspeksi jaringan irigasi, yaitu : pemeriksaan jaringan irigasi yang dilakukan
secara rutin setiap periode tertentu yaitu 7 hari sekali untuk mengetahui kondisi
jaringan irigasi (Mansoer, 2013).
Kondisi fisik jaringan irigasi menyangkut jumlah, dimensi, jenis dan
keadaan fisik suatu jaringan irigasi. Dalam Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007
kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi dapat diklasifikasikan seperti yang
Tabel 4. Klasifikasi kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi
No. Tingkat Kerusakan Jaringan Klasifikasi Keterangan
1. < 10 % Kondisi Baik Pemeliharaan rutin
2. 10- 20 % Kondisi Rusak Ringan Pemeliharaan berkala 3. 21-40 % Kondisi Rusak Sedang Pemeliharaan berat 4. >40 % Kondisi Rusak Berat Rehabilitasi Sumber : Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007
Sedangkan untuk kriteria kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi
No. Kondisi Fisik Infrastruktur Kriteria
1. Tingkat kerusakan < 10 % Sangat Baik
2. Tingkat kerusakan 10% - 20 % Baik
3. Tingkat kerusakan 21% - 40 % Buruk
4. Tingkat kerusakan > 40 % Sangat Buruk
Penilaian kondisi fisik infrastruktur dalam Mansoer (2013) dapat diketahui
dengan cara berikut :
- Indikator Bangunan utama (Bu) : Mercu bendung, penguras, intake dan kantong
lumpur yang berfungsi baik (Buf) / jumlah total Bangunan utama (But)
kemudian dikali bobotnya.
Atau : Bu = Buf
But
x bobot
………...………(2)Bangunan utama terdiri dari : bendung, bendungan, free intake ataupun pompa.
- Indikator saluran irigasi (Is) : panjang saluran berfungsi baik (Sf) / panjang
saluran total (St) kemudian dikali dengan bobotnya.
Atau : Is = Sf
St
x bobot
………...………(3)Saluran yang dimaksud ialah saluran primer, sekunder dan tersier.
- Indikator bangunan (Ib) : Jumlah bangunan yang berfungsi baik (Bf) / jumlah
bangunan total (Bt) kemudian dikali dengan bobotnya.
Atau : Ib = Bf
Bangunan yang dimaksud ialah mencakup bangunan-bangunan yang menunjang
kegiatan irigasi di suatu daerah irigasi. Bangunan-bangunan tersebut dapat
berupa : bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan talang, siphon,
gorong-gorong, jembatan dan lain sebagainya.
Setelah nilai masing-masing indikator diketahui, maka dihitung persentase
kondisi fisik infrastruktur dengan rumus :
Kondisi fisik infrastruktur = Bu + Is + Ib ………...………(5)
Bobot indikator untuk menentukan kriteria kondisi fisik jaringan irigasi,
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Bobot indikator kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi
No. Indikator Bobot (%)
1. Bangunan Utama 38.65
2. Saluran Pembawa 31.65
3. Bangunan pada Saluran 29.65
Sumber : Mansoer (2013)
Kondisi Fungsional Infrastruktur Jaringan Irigasi
Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi erat kaitannya terhadap
kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi. Jika kondisi fisik infrastruktur baik,
maka hampir dapat dipastikan kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasinya
juga demikian. Penilaian kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi dapat
dilakukan dengan cara berikut :
- Indikator saluran irigasi (Is) : panjang saluran berfungsi baik (Sf)/panjang
saluran total (St) kemudian dikali 100%.
Atau : Is = Sf
St
x 100%
………...………(6)- Indikator bangunan irigasi (Ib) : Jumlah bangunan irigasi yang berfungsi baik
Atau : Ib = Bf
Bt
x 100%
………...………(7)Setelah nilai masing-masing indikator diketahui, maka dihitung persentase
kondisi fisik infrastruktur dengan rumus :
Kondisi fungsional infrastruktur = Is+Ib
2
……….…..(8)
Kriteria kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi, seperti yang
disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi
No. Kondisi Fungsional Infrastruktur Kriteria 1. Tingkat kerusakan fungsional jaringan < 10 % Sangat Baik 2. Tingkat kerusakan fungsional jaringan 10% - 20 % Baik 3. Tingkat kerusakan fungsional jaringan 21% - 40 % Buruk 4. Tingkat kerusakan fungsional jaringan> 40 % Sangat Buruk
Tindakan Perbaikan Infrastruktur Irigasi merupakan upaya perbaikan
dalam hal; a) perbaikan jaringan irigasi (Tindakan Perbaikan Infrastruktur Irigasi
ini bertujuan untuk memperbaiki jaringan-jaringan irigasi yang telah rusak dan
kurang perawatan), b) perbaikan jaringan irigasi teknis, perbaikan jaringan irigasi
setengah teknis, c) perbaikan jaringan irigasi sederhana, d) pengembangan irigasi
baru (perbaikan irigasi melalui pengembangan irigasi baru seperti pembangunan
waduk atau bendungan), e) pengembangan irigasi tata air mikro, dan
pengembangan irigasi pompa (Supriyadi, 2008).
Menurut Pasandaran (1991), untuk menjaga kondisi fungsional
infrastruktur jaringan irigasi dapat dilakukan melalui tindakan pengelolaan
jaringan irigasi di antaranya dengan kegiatan operasi jaringan, pemeliharaan, serta
Kinerja Pelayanan Air
Indikator kinerja pelayanan air meliputi : tingkat kecukupan air dan tingkat
ketepatan pemberian air.
Tingkat kecukupan air
Masalah air bagi tanaman pangan tidak hanya didominasi oleh daerah
beriklim kering. Di daerah beriklim basah air juga merupakan faktor pembatas
terhadap tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman. Keberhasilan suatu kegiatan
pertanian sangat ditentukan oleh perimbangan antara jumlah air yang tersedia di
lahan dengan jumlah air yang dibutuhkan tanaman selama masa pertumbuhannya.
Jumlah air yang tersedia pada suatu lahan pertanian dapat dilihat dari kondisi
curah hujan, sedangkan jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman dapat
digambarkan dengan jumlah air yang dibutuhkan untuk evapotranspirasi. Jumlah
air yang tersedia dan jumlah air yang dibutuhkan akan mengalami fluktuasi dari
waktu ke waktu, sehingga pada suatu peiode dapat terjadi kelebihan air dan pada
periode lainnya dapat terjadi kekurangan air bagi tanaman (Hidayat, dkk., 2006).
Tingkat kecukupan air ditandai dengan kemampuan suatu sumber air
untuk memenuhi kebutuhan air untuk keperluan tertentu. Pada areal beririgasi,
lahan dapat ditanami padi 3 kali dalam setahun, tetapi pada sawah tadah hujan
harus dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija. Pergiliran tanaman ini juga
dilakukan pada lahan beririgasi. Biasanya setelah satu tahun menanam padi,
untuk meningkatkan produktivitas lahan, seringkali dilakukan tumpang sari
antara ubi kayu dan kacang tanah. Pada pertanaman padi sawah, tanaman tumpang
sari ditanam di pematang sawah, berupa kacang-kacangan (Prihatman, 2000).
Tingkat Ketepatan Pemberian Air
Dampak perubahan perilaku kekeringan memunculkan masalah dalam
kegiatan pertanian, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan air tanaman. Data
lapangan juga menunjukkan kekeringan agronomis tidak hanya terjadi pada lahan
kering dan tadah hujan, tetapi juga melanda lahan sawah beririgasi, baik irigasi
semiteknis maupun teknis. Sehingga kondisi ini memunculkan masalah baru pula
terutama dalam hal ketepatan waktu pemberian air ke areal lahan. Penentuan
kebutuhan air tanaman didasarkan pada jenis tanaman yang ada dan atau rencana
tanam untuk masa yang akan datang. Sedangkan ketersediaan air didasarkan pada
potensi air hujan, air sungai dan sumber air lainnya. Faktor kehilangan air,
disamping untuk tanaman itu sendiri juga diperhitungkan kehilangan air karena
perkolasi, evapotranspirasi serta efisiensi penyampaian atau penyaluran air dari
sungai atau bendungan (Suprapto, dkk., 2008).
Rencana Pembagian Air (RPA) berdasarkan Keputusan Menteri PU No.
498 Tahun 2005 adalah rencana pemberian air pada setiap pintu ukur tersier dan
pintu ukur pada bangunan bagi/pengontrol, selama 1 tahun, berdasarkan Rencana
Tata Tanam yang telah disepakati oleh Lembaga Pengelola Irigasi yang
berwenang. RPA akan memudahkan pelaksanaan pembagian air, terlebih untuk
Daerah Irigasi Besar adalah mutlak dan sangat diperlukan. Jika debit sungai
tersedia cukup dan petani melaksanakan tanam sesuai rencana (waktu dan luas),
penyimpangan terhadap Rencana Tata Tanam, misalnya : debit sungai mengecil
(tak sesuai rencana), petani menanam di luar rencana. Tingkat ketepatan
pemberian air erat kaitannya terhadap tingkat kecukupan air. Jika tingkat
kecukupan air ditandai dengan kemampuan suatu sumber air untuk memenuhi
kebutuhan air untuk keperluan tertentu, maka tingkat ketepatan pemberian air
dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi untuk menyatakan kesesuaian waktu
pemberian air sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama.
Kinerja Kelembagaan Pemerintah
Indikator kelembagaan pemerintah dapat meliputi : manajemen
kelembagaan, ketersediaan dana dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Manajemen Kelembagaan
Berdasarkan Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007 Manajemen
kelembagaan meliputi elemen-elemen yang terkait dalam kegiatan O & P sistem
irigasi serta tugas yang dimilikinya.
a. Kepala ranting/pengamat/Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)/cabang
dinas/korwil.
− Mempersiapkan penyusunan Rencana Tata Tanam Global (RTTG) dan
Rencana Tata Tanam Detail (RTTD) sesuai usulan Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A), Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A)
atau Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A).
− Rapat di kantor ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil setiap
pengairan, Petugas Pintu Air (PPA), Petugas Operasi Bendung (POB)
serta P3A/GP3A/IP3A.
− Menghadiri rapat di kecamatan dan Dinas PSDA kabupaten.
− Membina P3A/GP3A/IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
operasi.
− Membantu proses pengajuan bantuan biaya operasi yang diajukan P3A/
GP3A/IP3A.
− Membuat laporan kegiatan operasi ke dinas.
b. Petugas mantri/juru pengairan
− Membantu kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil untuk
tugas-tugas yang berkaitan dengan operasi.
− Melaksanakan instruksi dari ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil
tentang pemberian air pada tiap bangunan pengatur.
− Memberi instruksi kepada PPA untuk mengatur pintu air sesuai debit yang
ditetapkan.
− Memberi saran kepada petani tentang awal tanam & jenis tanaman.
− Pengaturan giliran.
− Mengisi papan operasi/eksploitasi.
− Membuat laporan operasi.
− Pengumpulan data debit.
− Pengumpulan data tanaman & kerusakan tanaman.
− Pengumpulan data curah hujan (sesuai kebutuhan daerah).
− Menyusun data mutasi baku sawah (sesuai kebutuhan daerah).
− Melaporkan kejadian banjir kepada ranting/pengamat.
− Melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis kepada pengamat.
c. Staf ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil
− Membantu kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil dalam
pelaksanaan operasi jaringan irigasi.
d. Petugas Operasi Bendung (POB)
− Melaksanakan pengaturan pintu penguras bendung terhadap banjir yang
datang.
− Melaksanakan pengurasan kantong lumpur.
− Membuka dan menutup pintu pengambilan utama, sesuai debit dan jadwal
yang direncanakan.
− Mencatat besarnya debit yang mengalir atau masuk ke saluran induk pada
blangko operasi.
− Mencatat elevasi muka air banjir.
e. Petugas Pintu Air (PPA)
− Membuka dan menutup pintu air sehingga debit air yang mengalir sesuai
dengan perintah juru/mantri pengairan.
Ketersediaan Dana
Dalam Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 mengenai pembiayaan
pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi tanggung jawab
Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya. Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder