• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penapisan Varietas Kedelai Toleran (Glycine max (L) Merill)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penapisan Varietas Kedelai Toleran (Glycine max (L) Merill)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PENAPISAN VARIETAS KEDELAI TOLERAN (Glycine max (L.) Merril) TERHADAP CEKAMAN SALINITAS

SKRIPSI

OLEH :

ANDRIANUS BANGUN

050307019/BDP-PEMULIAAN TANAMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENAPISAN VARIETAS KEDELAI TOLERAN (Glycine max (L.) Merril) TERHADAP CEKAMAN SALINITAS

SKRIPSI

OLEH :

ANDRIANUS BANGUN

05007019/BDP- PEMULIAAN TANAMAN

Proposal sebagai salah satu syarat untuk melakukan

penelitian di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara,

Medan

Disetujui oleh : Dosen Komisi Pembimbing

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2009 Ketua

(Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS) NIP. 131 415 963

Anggota

(3)
(4)

ABSTRAK

Andrianus Bangun : Penapisan Varietas Kedelai Toleran (Glycine max (L) Merill) dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Rosmayanti, MS dan Ir. Yusuf Husni.

Penapisan varietas kedelai kedelai toleran pada tanah salin belum banyak banyak diketahui di daerah ini, untuk itu suatu penelitian dilakukan di Desa Tanjung Rejo (± 3 mdpl). Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang, Provinsi Sumatera Utara, pada Januari – April 2010 menggunakan rancangan acak kelompok non factorial dengan tiga ulangan dan 20 varietas ( Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Wilis, bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir,Agromulyo, Sinabung, Panderman, Malabar, grobongan, Seulewah dan Kawi). Parameter yang diamati adalah Tinggi Tanaman, luas Daun, jumlah Stomata, Tebal Kutikula, bobot Kering Akar, Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering !0 Biji, Produksi Pertanaman dan jumlah Klorofil.

Hasil penelitian menunjukan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap Tinggi Tanaman, Luas Daun, Tebal Kutikula, Bobot Kering Akar, Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering 10 Biji, Produksi Pertanaman dan Jumlah Klorofil

Kata kunci : kedelai, Penapisan, Varietas, Salinitas

ABSTRACT

Andrianus Bangun : Filtering of Soybean varieties (Glycine max (L) Merill). Supervised by Prof. Dr. Ir. Rosmayati MS and

Ir. Yusuf Husni.

Filtering of Soybean varieties in Salinity Soil have been researched in this region, therefore, the research has been conducted at desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang, North Sumatera, at January - April 2010 using non random factorial black design using three raplications, and 20 varieties (Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Wilis, bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir,Agromulyo, Sinabung, Panderman, Malabar, grobongan, Seulewah dan Kawi). The measured parameters were plant heigh, leaf area, total of stomata, cuticle thickness, root dry weight, crown dry weight, 10 seed dry weight, plant production and total of chlorophyll.

The result showed that varieties significantly effected on plant height, leaf area,total of stomata, cuticle thickness, foot day weight, crown dry weight, 10 seed dry weight, plant production and total of chlorophyll.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Andrianus Bangun dilahirkan di desa Petumbukan pada tanggal 22 oktober

1987. Anak ke dua dari empat bersaudara, putra pasangan ayah handa H Bangun

dan Ibunda N Tarigan.

Pendidikan Formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah : tahun 1999

penulis yamat dari SD 101972 Kotangan, tahun 2002 tamat dari SMP N 1

Jaharun, pada tahun 2005 tamat dari YP Raksana Medan.

Penulis terdaftar Sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara Medan tahun 2005, pada jurusan Budidaya Pertanian dengan

Program study Pemuliaan Tanaman melalui jalur SPMB.

Pengalaman dibidang kemasarakatan, penulis peroleh saat mengikuti

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Penelitian Karet Sei Putih Galang

(6)

KATA PENGHANTAR

Puji dan sukur bagi Tuhan yang Maha Esa ataas berkatn-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Judul dari skripsi ini adalah “Penapisan Varietas Kedelai Toleran

(Glycine max (L.) Merril) terhadap cekaman salinitas”, yang merupakan salah

satu syarat untuk dapat mendapat gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu

Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak

Ir.Yusuf Husni selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi

masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini dan kepada ibuk

Ninik Rahmawati SP. MP yang telah memberi banyak masukan dan saran dalam

proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Ungkapan syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahhanda

H. Bangun dan Ibunda N. Tarigan yang telah menyayangi, mendidik dan

mengasuh penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman

BDP-05 yang memberikan masukan dan dukungan kepada penulis dan terkusus

kepada Valentina Br Ginting yang banyak memberikan motivasi kepada penulis.

Akhir kata penulis juga mengharapkan saran dan keritik dari semua pihak

demi kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang. Semoga ini bermanfaat bagi

pembaca, terima kasih.

Medan, 19 Februari 2011

(7)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Rataan luas daun terhadap penapisan beberapa varietas kedelai di lahan salin

. ... 17

2. Rataan produksi pertanaman terhadap penapisan bebrapa varietas tanaman kedelai di lahan salin...18

3. Rataan tinggi tanaman pada 2MST – 6 MST terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di lahan salin...... 19

4. Rataan bobot 10 biji terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di lahan salin...20

5. Rataan bobot kering tajuk terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di lahan salin...21

6. Rataan bobot kering akar terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di lahan salin...22

7. Rataan jumlah klorofil terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di lahan salin...23

8. Rataan jumlah stomata terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di lahan salin...24

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Bagan lahan penelitian ... 33

2. Foto dokumentasi penelitian ... 34

3. Data tinggi tanaman 2 MST (cm)... 36

4. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 2 MST ... 36

5. Data tinggi tanaman 3 MST (cm)... 37

6. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 3 MST ... 37

7. Data tinggi tanaman 4 MST (cm)... 38

8. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ... 38

9. Data tinggi tanaman 5 MST (cm)... 39

10.Tabel sidik ragam tinggi tanaman 5 MST ... 39

11.Data tinggi tanaman 6 MST (cm)... 40

12.Tabel sidik ragam tinggi tanaman 6 MST ... 40

13.Produksi pertanaman (gr)...41

14.Data luas daun (cm2) ... 41

15.Tabel sidik ragam luas daun ... 42

16.Data bobot kering tajuk 3 MST (gr)...42

17.Tabel sidik ragam bobotkering tajuk 3 MST (gr)...43

18.Data bobot kering tajuk 4 MST (gr)...43

19.Tabel sidik ragam bobotkering tajuk 4 MST (gr)...44

20.Data bobot kering tajuk 5 MST (gr)...45

21.Tabel sidik ragam bobotkering tajuk 5 MST (gr)...45

(9)

23.Tabel sidik ragam bobot kering tajuk 6 MST (gr)...46

24.Data bobot kering akar 3 MST (gr)...47

25.Tabel sidik ragam bobot kering akar 3 MST (gr)...47

26.Data bobot kering akar 4 MST (gr)...48

27.Tabel sidik ragam bobot kering akar 4 MST (gr)...48

28.Data bobot kering akar 5 MST (gr)...49

29.Tabel sidik ragam bobot kering akar 5 MST (gr)...49

30.Data bobot kering akar 6 MST (gr)...50

31.Tabel sidik ragam bobot kering akar 6 MST (gr)...50

32.Data jumlah klorofil ... 51

33.Tabel sidik ragam jumlah klorofil daun ... 51

34.Data jumlah stomata...52

35.Tabel sidik ragam jumlah stomata...52

36.Data tebal kutikua ...52

37.Tabel sidik ragam tebal kutikula ...52

38.Deskripsi Kedelai Varietas Cikurai………53

39.Deskripsi Kedelai Varietas Bromo……….54

40.Deskripsi Kedelai Varietas Agromulyo.………55

41.Deskripsi Kedelai Varietas Ijen ………56

42.Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro ……….57

43.Deskripsi Kedelai Varietas Bromo ………58

44.Deskripsi Kedelai Varietas Burangrang ………59

45.Deskripsi Kedelai Varietas Detam 2 ………60

(10)

47.Deskripsi Kedelai Varietas Wilis ……….….62

48.Deskripsi Kedelai Varietas Kawi………...63

49.Deskripsi Kedelai Varietas Kaba ….……….64

50.Deskripsi Kedelai Varietas Sibayak ……….65

51.Deskripsi Kedelai Varietas Tanggamus ………66

52.Deskripsi Kedelai Varietas Sinabung ….……….67

53.Deskripsi Kedelai Varietas Ratai ……….……….68

54.Deskripsi Kedelai Varietas Gumitir …..………69

55.Deskripsi Kedelai Varietas Panderman ……….70

56.Deskripsi Kedelai Varietas Sulewah ……….71

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN Latar belakang ... 1

Tujuan penelitian ... 3

Hipotesis penelitian ... 3

Kegunaan penelitian... 3 Tempat dan waktu penelitian ... 10

Bahan dan alat ... 10

Metode penelitian ... 10

Pelaksanaan Penelitian ... 12

Persiapan lahan ... 12

Pengamatan Parameter ... 14

(12)

Jullah klorofil ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17

Luas daun (cm2) ... 17

Produksi pertanaman (gr) ... 18

Tinggi tanaman ... 19

Bobot 10 biji (gr) ... 20

Bobot kering tajuk (gr) ... 21

Bobot kering akar (gr) ... 22

Jumlah klorofil daun ... 23

Jumlah stomata ... 24

Tebal kutikula ... 24

Pembahasan ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29

Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(13)

ABSTRAK

Andrianus Bangun : Penapisan Varietas Kedelai Toleran (Glycine max (L) Merill) dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Rosmayanti, MS dan Ir. Yusuf Husni.

Penapisan varietas kedelai kedelai toleran pada tanah salin belum banyak banyak diketahui di daerah ini, untuk itu suatu penelitian dilakukan di Desa Tanjung Rejo (± 3 mdpl). Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang, Provinsi Sumatera Utara, pada Januari – April 2010 menggunakan rancangan acak kelompok non factorial dengan tiga ulangan dan 20 varietas ( Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Wilis, bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir,Agromulyo, Sinabung, Panderman, Malabar, grobongan, Seulewah dan Kawi). Parameter yang diamati adalah Tinggi Tanaman, luas Daun, jumlah Stomata, Tebal Kutikula, bobot Kering Akar, Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering !0 Biji, Produksi Pertanaman dan jumlah Klorofil.

Hasil penelitian menunjukan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap Tinggi Tanaman, Luas Daun, Tebal Kutikula, Bobot Kering Akar, Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering 10 Biji, Produksi Pertanaman dan Jumlah Klorofil

Kata kunci : kedelai, Penapisan, Varietas, Salinitas

ABSTRACT

Andrianus Bangun : Filtering of Soybean varieties (Glycine max (L) Merill). Supervised by Prof. Dr. Ir. Rosmayati MS and

Ir. Yusuf Husni.

Filtering of Soybean varieties in Salinity Soil have been researched in this region, therefore, the research has been conducted at desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang, North Sumatera, at January - April 2010 using non random factorial black design using three raplications, and 20 varieties (Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Wilis, bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir,Agromulyo, Sinabung, Panderman, Malabar, grobongan, Seulewah dan Kawi). The measured parameters were plant heigh, leaf area, total of stomata, cuticle thickness, root dry weight, crown dry weight, 10 seed dry weight, plant production and total of chlorophyll.

The result showed that varieties significantly effected on plant height, leaf area,total of stomata, cuticle thickness, foot day weight, crown dry weight, 10 seed dry weight, plant production and total of chlorophyll.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai (Glycine max (L.) Merril) adalah tanaman yang sangat potensial

untuk dibudidayakan, mengingat kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama

yang diperlukan sebagai pangan murah dan bergizi, pakan ternak serta bahan baku

industri. Kebutuhan akan komoditi kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun

sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan meningkatnya

kesadaran masyarakat akan gizi makanan. Kedelai merupakan sumber bahan

makanan yang mengandung protein tinggi, rendah kolesterol dan harga

terjangkau. Kedelai merupakan sumber protein nabati bagi penduduk Indonesia,

sehingga pemerintah mengharapkan dapat tercapai swasembada kedelai

(Deptan, 1996).

Produksi kedelai nasional hingga saat ini belum dapat memenuhi

kebutuhan dalam negeri sehingga masih harus mengimpor. Menurut Badan Pusat

Statistik (2002), produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2001 adalah 1 juta ton

dengan luas panen 827 ribu hektar. Kebutuhan kedelai dalam negeri pada tahun

2001 tersebut adalah 3,2 juta ton. Impor kedelai terus meningkat setiap tahun

karena kebutuhan kedelai untuk konsumsi per kapita per tahun penduduk

Indonesia yaitu 52 kg di perkotaan dan 104 kg di pedesaan Salah satu usaha untuk

meningkatkan produksi kedelai Indonesia adalah perluasan areal penanaman

kedelai. Perluasan penanaman kedelai mengalami kendala, di mana tanah-tanah

produktif banyak digunakan untuk areal industri dan perumahan. Di sisi lain

masih banyak tanah di Indonesia belum dimanfaatkan akibat keterbatasan teknik

(15)

luas untuk kegiatan budidaya tanaman, hal ini disebabkan adanya efek toksik dan

peningkatan tekanan osmotik akar yang mengakibatkan terganggunya

pertumbuhan tanaman (Slinger and Tenison, 2005).

Luas lahan rawa di Sumatera Utara 317.675 hektar dengan luas lahan

pasang surut sebesar 247.293 hektar dan lahan lebak seluas 70.382 hektar. Luas

areal yang sudah direklamasi 147.500 hektar dengan areal persawahan seluas

93.990 hektar. Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki areal pasang surut potensial

seluas 2.100 hektar yang digunakan untuk lahan pertanian dan pertambakan

dengan irigasi sepanjang 41.931 meter baru. Diakses 13 November 2009). Di

Kecamatan Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang terdapat lahan yang potensial

untuk pertanaman pangan, namun banyak dialihfungsikan sebagai tambak yang

dianggap lebih menguntungkan, karena tanah kurang subur akibat salinisasi

(www.pu.go.id/satminkal/.../pprofilebalai%20sumatera%20II)

Kadar garam pada jumlah tertentu mempunyai dampak bagi pertumbuhan

tanaman. Kadar garam tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam 3

cara, yaitu : garam dapat mendesak pengaruh osmotik untuk mencegah tanaman

dalam pengambilan air dari tanah, ion tertentu dapat menyebabkan keracunan

pada tanaman sebagai contoh konsentrasi Cl yang tinggi dalam air irigasi dapat

menyebabkan terbakarnya daun, khususnya pada pengaplikasian air ke daun, dan

efek tanah tertentu yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman karena

degradasi struktur tanah atau peningkatan yang terdiri dari tiga proses yang

menyebabkan pertumbuhan awal tanaman tergantung pada keadaan itu

(16)

Salinitas tanah adalah keadaan tinggi rendahnya garam di dalam tanah.

Garam dapur (NaCl) merupakan garam yang dominan, namun garam-garam

Na2SO4, MgSO4, NaHCO3,Na2CO3, CaSO4, CaCO3 juga menentukan salinitas

tanah. Semakin tinggi konsentrasi garam-garam ini pada larutan tanah, semakin

tinggi pula daya hantar listrik (DHL) larutan tanah. Tanah dengan DHL >4 dS/m

tergolong tanah salin (www.Suara-merdeka.com, 2004).

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kedelai adalah dengan

penggunaan varietas unggul. Untuk mendapatkan varietas unggul dapat dilakukan

melalui program pemuliaan tanaman (sumarno, 1985). Di bengkulu upaya untuk

meningkatkan produksi kedelai dilakukan dengan merakit varietas kedelai

sehingga dihasilkan galur-galur harapan yang berpotensi tinggi dan toleran

erhadap P (Slinger and Tenison, 2005).

Penanaman galur kedelai yang toleran di lahan salin dengan konsentrasi

NaCl tinggi merupakan suatu alternatif dalam pengembangan dan peningkatan

budidaya dan pertanaman tanaman kedelai (Slinger and Tenison, 2005).

Tujuan Penelitian

Untuk mendapatkan tanaman yang mampu hidup pada tanah salin dengan

kadar DHL 5,6.

.Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh pertumbuhan dan perkembangan beberapa varietas kedelai

(17)

Kegunaan Penelitian

- Sebagai bahan penyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara Medan

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar

tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada

akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemak bebas (N2) dari udara yang

kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).

Batang kedelai berasal dari poros janin. Bagian yang terpenting dari poros

janin ialah : hipokotil dan bakal akar, yang merupakan sebagian dari poros

hipokotil akar. Jaringan batang dan daun terbentuk dari pertumbuhan dan

perkembangan plumula. Kuncup-kuncup ketiak tumbuh membentuk cabang ordo

pertama dari batang utama tergantung pada reaksi genotipe terhadap panjangnya

hari dan dari tipe tumbuh, determinan atau indeterminan(Hidayat, 1985 dalam

Somaatmadja, dkk).

Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe

determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini

didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe

determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman

mulai berbunga (Adisarwanto, 2005).

Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia

kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai

(19)

masa perkecambahan. Umumnya, bentuk dan daun kedelai ada dua, yaitu bulat

(oval) dan lancip (lanceolate). Kedelai bentuk tersebut dipengaruhi oleh faktor

genetik (Adisarwanto, 2005).

Bunga kedelai berwarna putih, ungu pucat dan ungu. Bunga dapat

menyerbuk sendiri. Saat berbunga bergantung kepada kultivar (varietas) dan

iklim. Suhu mempengaruhi proses pembungaan. Semakin pendek penyinaran dan

semakin tinggi suhu udaranya, akan semakin cepat berbunga (Rubatzky dan

Yamaguchi, 1998).

Polong kedelai muda berwarna hijau warna polong matang beragam antara

kuning hingga kuning kelabu, coklat atau hitam. Jumlah polong tiap tanaman dan

ukuran biji ditentukan secara genetik, namun jumlah nyata polong dan ukuran

nyata biji yang terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan semasa proses pengisian

biji (Hidayat dalam Somaatmadja, dkk, 1985).

Buah kedelai berbentuk polong, setiap buah berisi 1-4 biji. Rata-rata berisi

2 biji. Polong kedelai mempunyai bulu, berwarna kuning kecokelatan atau

abu-abu. Polong yang sudah masak berwarna lebih tua, warna hijau berubah

menjadi kehitaman, keputihan atau kecokelatan. Bila polong telah kuning mudah

pecah dan biji-bijinya melenting keluar (Suprapto, 1999).

Biji kedelai terbagi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio).

Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna cokelat,

hitam atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang

terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai

dari kuning, hijau cokelat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna

(20)

Syarat Tumbuh

Iklim

Melihat kondisi iklim di negara kita maka kedelai umumnya ditanam pada

musim kemarau, yakni setelah panen padi musim hujan. Banyaknya musim hujan

sangat mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen namun

ketergantungan ini dapat diatasi, asalkan selama 30-40 hari suhu di dalam dan di

permukaan pada musim panas sekitar 350-390 C, dengan kelembaban sekitar

60-70 % (Andrianto dan Indarto, 2004).

Tanaman kedelai yang ditanam pada suhu dibawah 210C dan diatas 320C

dapat mengurangi munculnya bunga dan terbentuknya polong. Suhu ekstrem

diatas 400C akan merusak produksi biji. Jika air tersedia, kedelai dapat ditanam

sepanjang tahun didaerah tropik dan subtropik (Maesen dan Somaatmadja, 1993).

Penyerapan air oleh kedelai mencapai 7,6 mm/hari, untuk panen yang baik

diperlukan curah hujan 500 mm/tahun. Gangguan kekeringan selama masa

pembungaan akan mengurangi pembentukan polong, tetapi pengurangan produksi

lebih terasa pada tahap pengisian polong daripada tahap pembungaan

(Maesen dan Somaatmadja, 1993).

Kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya,

terutama pada saat pengisian biji. Curah hujan yang optimal untuk budidaya

kedelai adalah 100-200 mm / bulan, sedangkan tanaman kedelai dapat tumbuh

baik didaerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm / bulan

(21)

Tanaman dapat tumbuh dengan curah hujan 100-400 mm/bulan, suhu

udara 230C – 300C, kelembaban 60% - 70%, pH tanah 5,8 - 7 dan ketinggian

kurang dari 600 m dpl (Prabowo, 2007).

Kedelai merupakan tanaman hari pendek, yakni tidak akan berbunga bila

lama penyinaran (panjang hari) melampaui batas kritis. Setiap varietas

mempunyai penjang hari kritis. Apabila lama penyinaran kurang dari batas kritis,

maka kedelai akan berbunga. Dengan lama penyinaran 12 jam, hampir semua

varietas kedelai dapat berbunga dan tergantung dari varietasnya, umumnya

berbunga beragam dari 20 hingga 60 hari setelah tanam. Apabila lama penyinaran

melebihi periode kritis, tanaman tersebut akan meneruskan pertumbuhan

vegetatifnya tanpa berbunga (Baharsjah, dan Las dalam Somaatmadja dkk, 1985).

Tanah

Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah. Namun

demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktvitas yang optimal,

kedelai harus ditanam pada jenis yang bertekstur lempung berpasir atau liat

berpasir. Hal ini tidak hanya terkait dengan ketersediaan air untuk mendukung

pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain

(Adisarwanto, 2005).

Tanaman kedelai dapat tumbuh di tanah yang agak asam akan tetapi pada

pH yang terlalu rendah bisa menimbulkan keracunan Al dan Fe. Nilai pH tanah

yang cocok berkisar antara 5,8-7,0. Pada pH dibawah 5,0 pertumbuhan bakteri

(22)

Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (tinggi 70-150 cm),

menyemak, berbulu halus, dengan sistem perakaran luas. Tanaman ini umumnya

dapat beradaptasi dengan berbagai jenis tanah, dan menyukai tanah yang

bertekstur ringan hingga sedang, dan berdraenasi baik. Tanah ini peka terhadap

kondisi salin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase

dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan

tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol,

grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur hara)

dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik dan

pengapuran (www.wikipedia.com, 2009).

Tanah Salin

Tanah salin adalah tanah garam (salty soils) biasanya bertekstur halus,

berdrainase jelek karena dipengaruhi pasang surutnya air laut, serta bahan liat

marin termasuk di dalamnya. Tanah salin berkembang baik di sepanjang pantai

dan Teluk Bintuni (www.Suara-merdeka.com, 2004).

Pada tanah salin, tanaman tidak bisa mengambil air yang banyak dari

tanah. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi garam yang

menyebabkan aliran alami air dari tanah masuk ke perakaran tanaman, air menjadi

berkurang dan berkurang pula air yang masuk ke akar. Kenyataannya ketika

tingkat salinitas cukup tinggi air dalam akar akan tertarik ke luar tanah.

(23)

Kadar garam pada jumlah tertentu akan mempunyai dampak bagi

pertumbuhan tanaman. Kadar garam dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman

dalam 3 cara, yaitu : garam dapat mendesak pengaruh osmotik untuk mencegah

tanaman dalam pengambilan air dari tanah, ion tertentu dapat menyebabkan

keracunan pada tanaman sebagai contoh konsentrasi Cl yang tinggi dalam air

irigasi dapat menyebabkan terbakarnya daun, khususnya pada pengaplikasian air

ke daun, dan efek tanah tertentu yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman

oleh karena degradasi struktur tanah atau peningkatan yang terdiri dari tiga

proses yang menyebabkan pertumbuhan awal tanaman tergantung pada keadaan

itu (Slinger and Tenison, 2005).

Salinitas tanah adalah keadaan tinggi rendahnya garam di dalam tanah.

Garam dapur (NaCl) merupakan garam yang dominan, namun garam-garam

Na2SO4, MgSO4, NaHCO3,Na2CO3, CaSO4, CaCO3 juga menentukan salinitas

tanah. Semakin tinggi konsentrasi garam-garam ini pada larutan tanah, semakin

tinggi pula daya hantar listrik (DHL) larutan tanah. Tanah dengan DHL >4 dS/m

(24)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang,

dengan ketinggian tempat 3 m dpl, yang dilaksanakan mulai Januari 2010 hingga

Maret 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 varietas kedelai,

fungisida Dithane M-45 untuk mengendalikan jamur, insektisida Decis 25 EC

untuk mengendalikan hama, pupuk Urea, KCL dan TSP sebagai pupuk dasar dan

bahan-bahan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.

Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,

meteran, digunakan untuk pengolahan tanah dan pembukaan lahan, gembor untuk

menyiram tanaman, handspryer digunakan untuk mengendalikan hama, timbangan

untuk menimbang kebutuhan pupuk dan produksi tanaman, buku tulis, pulpen,

dan penggaris sebagai alat untuk mengambil data serta alat alat lain yang

mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non

faktorial yang terdiri dari 20 varietas :

V1 : Daetam 1 V11 : Burangrang

V2 : Detam 2 V12 : Tanggamus

(25)

V4 : Cikuray V14 : Argomulyo

Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan

Jarak tanam : 20cm x 30cm

Jumlah 1 varietas per blok : 50 tanaman Jumlah sampel per varietas : 10 tanaman Jumlah seluruh sampel : 300 tanaman Jarak antara ulangan : 50 cm Luas lahan seluruhnya : 34 m x 14 m

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier aditif sebagai berikut :

Yij =μ +άi + βj + εij

I = 1,2,3 j = 1,2,3...20

Dinama :

Yij : Hasil pengamatan perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j

μ : Nilai rata-rata

ά : Efek ulangan ke-i

β : Efek perlakuan ke-j

ε : Galat dari blok ke-i, varietas ke-j

Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam rancangan acak kelompok

(RAK) non faktorial. Jika efek perlakuan berbeda nyata dilanjutkan dengan uji

(26)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Areal

Areal penelitian dibersihkan dari gulma dan sampah lainnya. Lahan diukur

dan dilakukan pembuatan blok dengan ukuran 10 x 8,4 cm dengan jarak antar

blok 50 cm. Dilakukan pada 2 minggu sebelum tanam.

Pemupukan Dasar

Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran, kebutuhan pupuk

kedelai yaitu 100 kg urea/ha (0,3 gr/lubang tanam), 200 kg TSP/ha (0,6 g/lubang

tanam), dan 100 kg KCl/ha (0,3 gr/lubang tanam). Pemupukan dilakuakan sehari

sebelum benih ditanam dan hanya sekali dilakukan.

Penanaman

Penanaman dilakukan langsung ke tanah dengan melubangi tanah sedalam

± 3 cm, kemudian memasukkan 2benih/lobang tanam dan ditutup dengan tanah,

kemudian diberi jarak antara antara tanaman 20 cm x 40 cm. Dilakukan pada

minggu ke 3.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan dengan meninggalkan satu tanaman yang

pertumbuhannya paling baik diantara benih yang tumbuh. Dilakukan 1 minggu

setelah tanam (MST).

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman.

Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari atau

(27)

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang tidak tumbuh

dengan tanaman cadangan yang masih hidup pada umur yang sama. Dilakukan

pada saat tanaman berumur 2 MST.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang berada

dalam polibag dan menggunakan cangkul untuk gulma yang berada pada plot.

Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Decis 2

EC dengan dosis 0,5-2 cc/liter air, disemprotkan pada saat tanaman menunjukkan

gejala serangan. Sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan

menyemprotkan fungisida dengan dosis 1 cc/liter air pada saat tanaman berumur

2 MST. Aplikasi dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Panen

Panen dilakukan setelah tanaman menunjukkan kriteria panen yaitu

ditandai dengan kulit polong sudah berwarna coklat dan daun telah berguguran

tetapi bukan karena adanya serangan hama atau penyakit. Panen dilakukan dengan

cara dipetik satu persatu dengan menggunakan tangan atau membongkar seluruh

(28)

Pengamatan Parameter

Luas Daun (cm2)

Total luas daun dihitung dengan menggunakan alat Leaf Area Meter.

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari ukuran pasak sampel hingga titik

tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman

dilakukan sejak tanaman berumur 2 MST hingga 6 MST. Pengukuran tinggi

tanaman dihitung 1 minggu sekali.

Tebal Kutikula (μm)

Untuk mengukur tebal kutikula diambil dari daun yang segar dengan

mengiris tipis secara melintang dibagian atas dan bawah epidermis lalu diletakkan

diatas objek glass kemudian ditetesi dengan etanol dan sodium hipoklorit. Setelah

itu diwarnai dengan larutan sudan IOV dan ditutup dengan kaca penutup lalu

diamati dengan mikroskop cahaya. Pengamatan dilakukan untuk tanaman sampel

pada mg ke 6 dan 10 mst.

Bobot Kering Tajuk (g)

Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar dengan cara memotong pada

bagian pangkal batang lalu tajuk tersebut dibersihkan dari kotoran yang ada.

(29)

Produksi Biji per Tanaman (g)

Produksi biji per tanaman dihitung dengan menimbang produksi biji

seluruh sampel tanaman kemudian dirata-ratakan. Biji yang ditimbang adalah biji

yang telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari.

Bobot Kering Akar (g)

Akar yang diukur adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dsan

dibersihkan dari kotoran lalu diovenkan dengan suhu 1050 C selama 24 jam lalu

ditimbang.

Bobot Kering 10 biji (g)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang 10 biji kedelai yang telah

dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari dari masing-masing perlakuan.

Untuk memperoleh 100 biji kedelai dilakukan pengambilan biji secara acak.

Jumlah Klorofil (unit/6 mm3)

Jumlah klorofil daun kedelai dihitung dengan menggunakan alat

chloropyll meter. Daun yang dihitung jumlah klorofilnya adalah daun yang paling

tengah. Pengukuran dilakukan pada bagian pangkal, tengah, dan ujung daun lalu

diratakan. Pengukuran dilaksanakan pada saat tanaman mulai berbunga.

Jumlah Stomata (mm2)

Jumlah stomata diamati dengan cara sebagai berikut : Daun difiksasi

dalam alkohol 75%, kemudian larutan fiksatif dibuang diganti dengan aquadest.

(30)

menghancurkan jaringan mesofil. Sebelum disayat menggunakan silet, daun

tersebut terlebih dahulu dicuci dengan aquadest.

Untuk menghilangkan klorofil dan mesofil yang terikat, sayatan epidermis

direndam dalam larutan bayclin selama 1 – 5 menit kemudian dicuci

menggunakan aquadest. Sayatan epidermis yang telah didapatkan kemudian

diwarnai dengan pewarna safrain selama satu menit kemudian dicuci

menggunakan aquadest. Objek berupa lapisan epidermis dilletakkan di atas objek

kemudian ditetesi gliserin 10% dan ditutup dengan gelas penutup. Paremeter yang

diamati adalah jumlah stomata tiap bidang pandang pada tanaman sampel pada

umur 6 dan 10 mst :

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pengamatan sidik ragam menunjukan bahwa, varietas berpengaruh

nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter tinggi tanaman pada 2 MST – 6

MST, luas daun, tebal kutikula, jumlah klorofil, bobot kering tajuk pada umur 3

MST dan 6 MST, bobot kering akar mulai umur 3 MST – 6 MST dan produksi

pertanaman, bobot 10 biji.

Luas daun

Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 41) menunjukan bahwa

varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter rataan luas

daun. Luas daun tanaman kedelai dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas daun kedelai

Varietas Luas Daun

V1 = Detam 1 73.50 bcd

(32)

Luas. Dari table 2 dapat kita lihat bawwa rataan luas daun terluas terdapat

pada varietas Tanggamus 96,63 terendah terdapat pada varietas Grobongan 65,39.

Tinggi tanaman

Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 35 - 39) menunjukan

bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter

tinggi tanaman. Tinggi tanaman kedelai dapat dilihat pada table 1.

table 1. Tinggi tanaman

Varietas Minggu Setelah Tanam (MST)

2 3 4 5 6

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Pada umur 2 MST rata-rata varietas tertinggi terdapat pada V3 Anjasmoro

yaitu 8,20 dan rata-rata varietas yang terendah terdapat pada V20 Kawi yaitu

7,13. Pada 3 MST varietas tertinggi terdapat pada varietas V3 Anjasmoro yaitu

10,60 dan rata-rata varietas yang terendah terdapat pada V5 Sibayak yaitu 8,42.

Pada 4 MST rata-rata varietas teringgi terdapat pada V18 Grobongan yaitu 26,39

(33)

rata-rata varietas tertinggi terdapat pada varietas V18 Grobongan yaitu 38,28 dan

yang rata-rata yang terendah terdapat pada V9 Wilis yaitu 30,73. Pada 6 MST

rata-rata varietas tertinggi terdapat pada V18 Grobongan yaitu 47,08 dan rata-rata

yang terendah terdapat pada V20 Kawi yaitu 40.02.

Tebal kutikula

Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 52) menunjukan bahwa

varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter rataan tebal

kutikula. Tebal \kutikula dapat dilihat pada Table 4.

Table 4. tebal kutikula

Varietas Tebal Kutikula

V1 = Detam 1 2.73 bc

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 4 dapat dilihat bahwa kutikula yang tebal terdapat pada varietas

(34)

Bobot kering tajuk

Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 42 - 45) menunjukan

bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter

rataan bobot kering tajuk pada umur 3 MST dan 6 MST, sedangkan pada 4 MST

dan 5 MST tidak berpengaruh nyata. Bobot kering tajuk dapat dilihat pada Table

5.

Table 5. bobot kering tajuk

Varietas Minggu Setelah Tanam (MST)

3 4 5 6

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 5 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap

bobot kering tajuk pada umur 3MST dan 6 MST, sedangkan pada 4 MST dan 5

MST tidak berpengaruh nyata. Pada umur 3 MST berat kering tajuk tertinggi

terdapat pada varietas anjasmoro yaitu 0,26 dan yang terendah terdapat pada

varietas burangrang dan sinubung yaitu 0,14. Pada umur 4 MST berat kering

tajuk tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro dan gerobongan yaitu 3,32

(35)

kering tajuk tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro 0,37terendah terdapat pada

varietas burangrang 0,20. Pada umur 6 MST berat kering tajuk tertinggi terdapat

pada varietas grobongan 0,43 dan terendah terdapat pada varietas burangrang

0,25.

Produksi pertanaman

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 40) menunjukan

bahwa, varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter

rataan produksi pertanaman. Rataan produksi pertanaman dapat dilihat pada table

Table 7. produksi pertanaman

Varietas Produksi/tanaman

V1=Detam 1 0 c

V2=Detam 2 0 c

V3=Anjasmoro 1.21 b

V4=Cikuray 0 c

V11=Burangrang 0 c

V12=Tanggamus 0 c

V18=Grobogan 1.98 a

V19=Seulawah 0 c

V20=Kawi 0 c

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 7 dapat di lihat bahwa produksi tertinggi terdapat pada varietas

grobongan yaitu 1,98 dan yang terendah terdapat pada varietas bromo yaitu 1,18.

Bobot kering akar

Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran 46 - 49) menunjukan bahwa,

(36)

bobot kering akar 3 MST-6MST. Bobot kering akar kedelai pada masing-masing

varietas dapat dilihat pada table 6.

Table 6. bobot kering akar

Varietas Minggu Setelah Tanam (MST)

3 4 5 6

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 6 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap

cekaman salinitas pada parameter rataan bobot kering akar pada umur 3 MST – 6

MST. Pada umur 3 MST bobot kering akar yang tertinggi grobongan yaitu 0,8 dan

terandah terdapat pada varietas wilis, burangrang dan kawi yaitu 0,02, dan. Pada

umur 4 MST bobot kering akar yang tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro

yaitu 0,12, terendah terdapat pada varietas wilis yaitu 0,4 Pada 5 MST bobot

kering akar yang tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro 0,16 dan yang

terendah terdapat pada varietas wilis dan ijen 0,6 dan. Pada umur 6 MST bobot

kering akar yang tertinggi terdapat pada varietas grobongan yaitu 0,21 dan

(37)

Bobot10 biji

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran 55) menunjukan bahwa,

varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter rataan

bobot 10 biji. Bobot 10 biji dapat dapat dilihat pada table 8.

Table 8. bobot 10 biji

Varietas Bobot 10 biji

V1 =Detam 1 0 c

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 8 dapat dilihat bahwa bobot 10 biji ter besar terdapat pada

varietas grobongan yaitu 1,0967 dan yang terendah terdapat pada varietas bromo

(38)

jumlah klorofil

Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lempira hal 50) menunjukan

bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter

jumlah klorofil dapat dilihat pada table 9

Table 9. jumlah klorofil

Varietas Jumlah Klorofil

V1 = Detam 1 36.58 f

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.

Dari table 9.dapat dilihat bahwa jumlah klorofil terbesar terdapat pada

varietas grobogan yaitu 42,48 dan yang terendah terdapat pada varietas

burangrang yaitu 30,70.

Jumlah stomata

Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 51n ) menunjukan bahwa

varietas tidak berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter

rataan jumlah stomata. Jumlah stomata pada masung-masing varietas

(39)

Table 3. jumlah stomata

Varietas Jumlah Stomata

V1 = Detam 1 262.00

V11 = Burangrang 294.67

V12 = Tanggamus 283.67

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%).

Dari table 3 dapat dilihat bahwa perlakuan varietas tidak tidak tidak

berpengaruh nyata terhadap rataan jumlah stomata. Dari table 2 dapat kita lihat

bahwa jumlah stomata terendah terdapat pada varietas Anjasmoro 244,00 dan

(40)

Pembahasan

Hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukan bahwa varietas

berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter tinggi tanaman 2

MST – 6 MST, luas daun, tebal kutikula, jumlah klorofil, bobot kering tajuk pada

umur 3 MST dan 6 MST, bobot kering akar mulai umur 3 MST – 6 MST,

produksi pertanaman dan bobot 10 biji. Hal ini dipengaruhi oleh lahan salin yang

memiliki kandungan Na+ dan Cl- yang membawa efek negatif bagi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti yang di kemukakan Sipayung

(2003) Persoalan lahan salin yang utama adalah tingginya kandungan Na+

dan Cl- dari medium perakaran tanaman sehingga tekanan osmotik larutan

tanah naik. Hal tersebut mengakibatkan gangguan terhadap penyerapan air

dan unsur hara yang dapat cepat menurunkan laju pertumbuhan tanaman.

Pertumbuhan akar, batang dan luas daun berkurang karena cekaman garam, yaitu

ketidakseimbangan metabolik yang disebabkan oleh keracunan ion, cekaman

osmotik dan kekurangan hara.

Dari hasil pengamatan yang di lakukan dapat diketahui bahwa varietas

berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter luas daun. Hal ini

di pengaruhi oleh lahan salin yang mengakibatkan tanaman mengalami kesulitan

dalam penyerapan air dan unsure hara, sehingga memeksa tanaman untuk

beradaptasi dengan lingkungan hal ini sesuai dengan pendapat Nguyen et al

(1997) mekanisme toleransi pada tanaman sebagai respon adanya cekaman

kekeringan meliputi kemampuan tanaman tetap tumbuh pada kondisi kekurangan

(41)

Dari hasil sidik ragam dan pengamatan yang dilakukan dapat di simpulkan

bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter

bobot 10 biji. Seperti yang di ketahui bahwa air memiliki peranan penting dalam

proses produksi. Dengan dipengaruhi oleh faktor salin maka tanaman mengalami

kesulitan dalam memenuhi kebutahan air untuk pertumbuhan dan perkembangan

tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Scoot at al (1987) yang

menyatakan bahwa cekaman kekeringan yang terjadi pada saat pertumbuhan

generatif, misalnya saat pengisian polong akan menurunkan produksi. Kekeringan

dapat juga menurunkan bobot biji, sebab bobot biji sangan di pengaruhi oleh

jumlah air yang diberikan dalam musim tanam. Balittan Malang melaporkan

bahwa pemberian air yang intensif akan berpengaruh terhadab hasil produksi biji

kedelai.

Dari data pengamatan dapat di lihat pada parameter produksi banyak

tanaman yang tidak sampai panen, hal ini mungkin di pengaruhi oleh faktor

salinitas yang tinggi yang mengakibatkan akar tidak mampu menyerap air dari

dalam tanah. Hal ini di dukung oleh pendapat dari Sutoro dkk (1998) yang

menyatakan bahwa air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karna

berfungsi sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis.

Pada periode kekeringan tanaman sering mendapatkan cekaman kekeringan, karna

kurang nya suplay air di daerah perakaran atau laju transpirasi melebihi laju

absorbsi air oleh tanaman. Apabila cekaman kekeringan berkepanjangan maka

tanaman akan mati.

Dilihat data hasil pengamatan dan sidik ragam maka di ketahui bahwa

(42)

kering akar. Dengan dipengaruhi oleh faktor salinitas maka mengakibatkan

menurunnya kemanpuan akar dalam menyerap air dalam tanah sehingga

mengakibatkan pertumbukan akar tergangu. Hal ini sesuai dengan pendapat

Santosa (1995) yang menyatakan bahwa rendahnyha jumlah air akan

menyebabkan terbatasnya pperkembangan akar sehingga mengangu penyerapan

unsur hara oleh akar tanaman.

Dilihat data hasil pengamatan dan sidik ragam maka di ketahui bahwa

varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter tebal

kutikula. Seperti di ketahui bahwa tebal tipisnya lapisan kutikula berpengaruh

dalam peroses penguapan pada tanaman, sehingga pada tanaman yang kekurangan

air akan melakukan adaptasi fisiologi yaitu dgn mempertebal lapisan kutikula. Hal

ini sesuai dengan pendapat Courtois dan Lafitte (1999) yang menyatakan bahwa

tanaman yang tahan kekringan mengembangkan sejumlah strategi yang

berhubungan dengan proses fisiologi. Mekanisme ketahanan kekeringan tersebut

di bagi menjadi tiga katagori yaitu escape, avoidan dan toleran. Yang termasuk

dalam escape yaitu meliputi perkembangan daun menjadi lebih sempit dan

mempunyai lapisan kutikula yang tebal dan kemampuan stomata menutup dengan

cepat.

Dari data dan sidik ragam yang diamati varietas berpengaruh nyata

terhadap cekaman salinitas pada parameter produksi pertanaman. Hal ini terjadi

karna salinitas menyebabkan tanaman mengalami kesulitan dalam melakuan

pernyerapan air dan unsur hara yang di butuhkan tanaman untuk perkembangan

generative maupun vegetative sehingga mengakibatkan tidak maksimaknya

(43)

menyatakan bahwa air yang cukup akan mendukung peningkatan luas daun

sehingga berhubungan dengan tingkat produksi tanaman. Rendahnya jumlah air

akan menyebabkan terbatasnya perkembangan akar, sehingga menganggu

penyerapan unsure hara oleh akar tanaman.

Dalam kondisi cekaman kekeringan tanaman mengalami kesulitan untuk

melakukan penyerapa air hal ini mungkin mempengaruhi proses membuka dan

menutup stomata atau jumlah stomata maupun besar kecilnya stomata. Hal ini

sesui dengan pendapat Biswal & Biswal (1999) yang menyataan bahwa Stress air

dapat menghambat membukanya stomata. Stress air yang ringan kecil

pengaruhnya terhadap menutupnya stomata. Bila stress air ini berlangsung lebih

hebat akan mengurangi penyerapan CO2, lebih dari itu fotofosforilasi dan fotolisis

(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Varietas berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai yaitu

pada parameter tinggi tanaman, luas daun, tebal kutikula, jumlah klorofil,

bobot kering tajuk pada 3 MST dan 6 MST dan berat kering akar.

2. Salinitas sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi beberapa

varietas kedelai

3. Varietas yang mampu mencapai masa vegetatif sampai minggu ke 6

sebanyak 17 varietas tetapi 17 varietas tidak mampu mencapai masa

generatif.

4. Varietas yang mampu mencapai masa generatif sebanyak 3 varietas yaitu

V3 : anjasmoro, V9 : wilis dan V17 : Grobongan

Saran

Ada 3 vartietas yang dapat dilanjutkan untuk seleksi berikutnya pada lahan

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T; 2005. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Andrianto, T.T dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usahatani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta.

Bangun, M.K. 1991. Perancangan Percobaaan. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Biswal,B.andBiswal,U.C.1999.Phot o synthesis Under Stress In Handbook of Plant and Crop Stress.2 nd Ed.

Baharsjah, J.S, D. Suardi, dan I.Las, 1985 dalam S. Somaatmadja, M. I. Sumarno, M. Syam, S.O Manurung, Yuswadi. Kedelai. Bahan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Courtois, B, and R. Lafitte, 1999. Improving Rice for Droughty-prone Upland evinronements. In Ito-O’Toole, J. And B. Hardy (ends) Genetic improvments. Los Blanos: International Rice Research Institute

Deptan, Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1996. Budidaya Tanaman Palawija Pendukung Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS), Jakarta.

Hidayat O.O., 1985 dalam S. Somaatmadja, M. I. Sumarno, M. Syam, S.O Manurung, Yuswadi. Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Nguyen, H.T, R.C. Babu, and Blum, 1997. Breeding for Brought Resistence in rice Phsycology and Molekuler Genetic Considerative crop science 37:1426-1434.

Prabowo, 2007. Budidaya Kedelai. Dikutip dari Agrokomplek. Jakarta.

Provin and Pitt, 1980. Managing Soil Salinity. Texas Agricultural Extension Service. Dikutip dari 2009.

Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi dan Gizi. Edisi Kedua. Penerjemah C. Herison. ITB Press, Bandung.

Santoso. 1990. Fisiologi Tumbuhan. Metabolisme dan Pertumbuhan Tanaman Tingkat Tinggi. Yogyakarta.

(46)

Sipayung, R., 2003. Stres Garam Dan Mekanisme Toleransi Tanaman. Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Digitazed by usu digital library.

Slinger, D. and Tenison, K. 2005. Salinity Glove Box Guide - NSW Murray and Murrumbidgee Catchments. An initiative of the Southern Salt Action Team, NSW Department of Primary Industries.

Suprapto.H.S; 1999. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutoro, Iskandar Soerdiredjja dan Susanto Tirtoutomo 1989. Pengaruh Cekaman Air dan reaksi Pemulihan Tanaman Jagung dan Sorgum Pada Vase pertumbuhan vegetatif

Diakses tanggal 21 januari 2009

(47)

V18 Grobongan

(48)

V20 kawi Penyemprotan

insektisida decis 25 EC

Produksi V18 grobongan

Stomata V18

(49)

Rata data tinggi tanaman 2 MST

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(50)

Rataan data tinggi tanamn 3 MST

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(51)

Rataan data tinggi tanaman 4 MST

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(52)

Rataan data tinggi tanaman 5 MST

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(53)

Rataan data tinggi tanaman 6 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

(54)

Data rataan produksi pertanaman (gr)

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(55)

Data ratan luas daun (mm

3 )

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(56)

Data rataan bobot kering tajuk 3 MST(gr)

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(57)

Data rataan bobot kering tajuk 4 MST(gr)

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(58)

Data rataan bobot kering tajuk 5 MST(gr)

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(59)

Data rataan bobot kering tajuk 6 MST(gr)

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(60)

Data rataan bobot kering akar 3 MST(gr)

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(61)

Data rataan bobot kering akar 4 MST(gr)

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(62)

Data rataan bobot kering akar 5 MST(gr)

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(63)

Data rataan bobot kering akar 6 MST(gr)

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(64)

Data rataan jumlah Klorofil

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(65)

Data rataan jumlah stomata

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(66)

Data rataan tebal kutikula

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas

(67)

Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas Rataan 0.30381 0.302857 0.281905 0.1555

(68)

Deskripsi Kedelai Varietas Cikuray

Nama Varietas : Cikuray

Kategori : Varietas unggul nasional (released variety)

SK : 616/Kpts/TP.240/11/92 tanggal 3 November 1992

Tahun : 1992

Tetua : Hasil seleksi keturunan persilangan kedelai No. 630 dan No. 1343

(Orba)

Potensi Hasil : 1,7 ton/ha biji kering

Pemulia : Sumarno, Soegito, Rodiah, Darman M. Arsyad, dan Ono Sutrisno

Nomor galur : 630/1343-4-1

Warna kulit polong masak : Coklat tua

Warna hilum biji : Putih

Tipe tumbuh : Determinate, bentuk daun lebar

Umur berbunga : 35 hari

(69)

Deskripsi Kedelai Varietas Bromo

Nama Varietas : Bromo

Tahun : 1998

Asal : Introduksi dari Filipina, oleh PT Nestle Indonesia pada tahun 1988

dengan nama asal Manchuria

Rataan Hasil : 1,68 – 2,5 ton / ha

Pemulia : Sumarno, Rodiah S., G. Sunyoto, Chamdi Ismail, Ir. Noerrachman

Nomor galur : BPTP Krp-2

Warna hipokotil : Ungu

Warna bunga : Ungu

Warna biji : Kuning mengkilat

Warna hilum biji : Coklat muda

Warna bulu : Putih / abu

Tipe tumbuh : Determinate

Tinggi tanaman : 60 - 70 cm

: Tolerang terhadap penyakit karat

Keterangan : Sesuai untuk bahan baku susu kedelai, tempe dan tahu

(70)

Deskripsi Kedelai Varietas Argomulyo

Nama Varietas : Argomulyo

Tahun : 1988

Asal : Introduksi dari Thailand

Tetua : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia dengan nama

asal Nakhon Sawan I

Rataan Hasil : 1,5 - 2 ton/ha

Pemulia : Rodiah S., C. Ismail, Gatot Sunyoto, Sumarno

Warna hipokotil : Ungu

Warna bunga : Ungu

Warna biji : Kuning

Warna hilum biji : Putih terang

Warna bulu : Coklat

Tipe tumbuh : Determinate

Tinggi tanaman : 40 cm

: Toleran terhadap penyakit karat

Keterangan : Sesuai untuk bahan baku susu kedelai

Pemulia : Rodiah S., C. Ismail, Gatot Sunyoto, dan Sumarno

Penyedia Breeder Seed : BPTP Karangploso, Malang

(71)

Deskripsi Kedelai Varietas Ijen

Nama Varietas : Ijen

SK : 384/Kpts/SR.120/8/2003

Tahun : 2003

Asal : Indonesia

Tetua : Silang balik varietas Wilisdengan Himeshirazu

Potensi Hasil : 2,15 - 2,49 t/ha

Karakter Khusus : agak tahan ulat grayak

Pemulia : M. Muchlish Adie, K. Igita

Warna kulit biji : kuning agak mengkilap Warna polong masak : coklat tua

(72)

Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro

Nama Varietas : Anjasmoro

Kategori : Varietas unggul nasional (released variety)

SK : 537/Kpts/TP.240/10/2001 tanggal 22 Oktober tahun 2001

Tahun : 2001

Tetua : Seleksi massa dari populasi galur murni MANSURIA

Potensi Hasil : 2.25-2.03 ton/ha

Pemulia : Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaluddin M, Susanto, Darman

M.Arsyad, Muchlish Adie

Tipe pertumbuhan : Determinate

Bentuk daun : Oval

Kandungan lemak : 17.12-18.60%

(73)

Deskripsi Kedelai Varietas Burangrang

Nama Varietas : Burangrang

Kategori : Varietas unggul nasional (released variety)

SK : 766/Kpts/TP.240/6/99 tanggal Juni 1999

Tahun : 1999

Tetua : Segregat silang alam , diambil dari tanaman petani di Jember

Rataan Hasil : 1,6-2,5 t/ha

Pemulia : R. P. P. Rodiah, Ono Sutrisno, Gatot Kustiyono, Sumarno, Soegito

Nomor : C1-1-2/KPR-3

Warna hipokotil : Ungu

Warna bunga : Ungu

Warna biji : Kuning

Warna hilum biji : Terang

Warna bulu : Coklat kekuningan

Tipe tumbuh : Determinate

Tinggi tanaman : 60-70 cm

Bentuk daun : Oblong, ujung runcing

Percabangan : 1-2 cabang

(74)

Deskripsi Kedelai Varietas DETAM 2

Nama Varietas : DETAM 2

SK : 9837/W-D-5-211

Tahun : 2008

Tetua : Seleksi persilangan galur Introduksi 9837 dengan Wilis Rataan Hasil : 2.96

Potensi Hasil : 2.46

Pemulia : M.Muchlis Adie,

Deskripsi Kedelai Varietas Grobogan

Nama Varietas : Grobogan

SK : 238/Kpts/SR.120/3/2008

Tahun : 2008

Tetua : Pemurnian populasi Lokal Malabar Grobogan

Rataan Hasil : 3,40 ton/ha Potensi Hasil : 2,77 ton/ha Karakter

Khusus

: polong masak tidak mudah pecah, dan pada saat panen daun luruh 95–100% saat panen >95% daunnya telah luruh

Pemulia : Suhartina, M. Muclish Adie, T. Adisarwanto, Sumarsono, Sunardi,

Tjandramukti, Ali Muchtar, Sihono, SB. Purwanto, Siti Khawariyah, Murbantoro, Alrodi, Tino Vihara, Farid Mufhti, dan Suharno

Tipe

(75)

Deskripsi Kedelai Varietas Wilis

Nama Varietas : Wilis

SK : TP 240/519/Kpts/7/1983 tanggal 21 Juli 1983

Tahun : 1983

Tetua : Seleksi keturunan persilangan Orba x No. 1682

Potensi Hasil : 1,6 ton/ha biji kering

Pemulia : Sumarno, Darman M. Arsyad, Rodiah, Ono Sutrisno

Nomor induk : B 3034

Sifat-sifat lain : Tahan rebah

(76)

Deskripsi Kedelai Varietas Kawi

Nama Varietas : Kawi

SK : 878/Kpts/TP.240/11/98

Tahun : 1998

Tetua : Galur MSC 9050-C-7-2 galur murni keturunan galur introduksi AVRDC,

Taiwan G 10050 x MSC 8306-1-M

Rataan Hasil : 1.55 - 2.80 t/ha

Pemulia : Soegito

Nomor galur : MSC 9050-C-7-2

None : Galur MSC 9050-C-7-2, adalah galur murni hasil seleksi keturunan galur

introduksi AVRDC, Taiwan G 10050 x MSC 8306-1-M

Warna hypokotil : Ungu

Tipe tumbuh : Determinate

Tinggi tanaman : 60-70 cm

Keterangan : Sesuai untuk jenis tanah Aluvial, Grumusol, Regosol dan Latosol

(77)

Deskripsi Kedelai Varietas Kaba

Nama Varietas : Kaba

Kategori : Varietas unggul nasional (released variety)

SK : 532/Kpts/TP.240/10/2001 tanggal 22 Oktober 2001

Tahun : 2001

Tetua : Silang ganda 16 tetua

Potensi Hasil : 2,13 ton/ha

Pemulia : M. Muchlish Adie Soegito, Darman M. Arsyad, Arifin

Nomor galur : MSC 9524-IV-C-7

Tipe tumbuh : Determinate

Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Hijau

Warna bunga : Ungu

Warna daun : hijau tua

Warna bulu : Coklat

Warna kulit polong masak : Coklat

Warna kulit biji : Kuning

(78)

SIBAYAK

Tanggal dilepas 22 Oktober 2001

(79)

TANGGAMUS

Tanggal dilepas : 22 Oktober 2001

SK Mentan : 536/Kpts/TP.240/10/2001

No. Galur : K3911-66

Asal : Hibrida (persilangan tunggal):Kerinci x No.

3911

(80)

SINABUNG

Dilepas tahun : 22 Oktober 2001

SK Mentan : 533/Kpts/TP.240/10/2001

Nomor galur : MSC 9526-IV-C-4

Ketahanan thd penyakit : Agak tahan karat daun

Sifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah

Wilayah adaptas i : Lahan sawah

(81)

RATAI

Dilepas tahun : 17 Maret 2004

SK Mentan : 168/Kpts/LB.240/3/2004

Nomor galur : Galur W3465-27-2

Ketahanan thd penyakit : Agak tahan penyakit karat daun (Phakospora pachyrizi Syd)

Wilayah adaptasi : Lahan kering masam Sumbar Barat, Lampung dan Kalsel

Mitra kerja : Asadi (Balitbiogen)., Azran Tanjung Tasman Naim (BPTP

Sumbar), Yustisia dan M. Syarif (BPTP Sumsel), Eddy William (Balitra)

Pemulia : DM. Arsyad, Heru Kuswantoro, M. Muchlis Adie, Purwantoro,Amin

(82)

GUMITIR

Dilepas tahun : 11 April 2005

SK Mentan : 203/Kpts./SR.120/4/2005

Nomor galur : K-25

Asal : Introduksi dari Taiwam (GC 86019-190-1N)

Daya hasil : 2,41 t/ha

Ketahanan terhadap hama : Agak tahan lalat kacang dan pengisap polong, peka ulat grayak

Ketahanan thd penyakit : Peka virus daun (CMMV)

Keterangan : Rendemen tahu 409% dan rendemen tempe 211%

Pemulia : M. Muchlis Adie, Nasir Saleh dan Gatut Wahyu AS

Pengusul : Hani Soewanto, Teguh Agus CP, dan Joko S. Wahono (PT

(83)

PANDERMAN

Dilepas tahun : 5 Agustus 2003

SK Mentan : 395/Kpts/SR.120/8/2003

Nomor galur : GC 87032-10-1

Asal : Introduksi dari Taiwan

Potensi hasil : 2,37 t/ha

Ketahanan terhadap hama : Agak tahan ulat grayak Ketahanan thd penyaki : -

Ketahanan rebah : Tahan rebah

Mitra kerja : Chen II Tsung (plant pathologist)

Pemulia : M. Muchlis Adie, Muhammad Maksum, Lena Wahyu Marwati, M.

(84)

SEULAWAH

Dilepas tahun : 17 Maret 2004

SK Mentan : 169/Kpts/LB.240/3/2004

Nomor galur : Galur W3898-14-3

Ketahanan thd penyakit : Tahan penyakit karat daun (Phakospora pachyrizi Syd)

Wilayah adaptasi : Lahan kering masam Sumatera Barat, Lampung dan Kalimantan

Selatan

Mitra kerja : Asadi (Balitbiogen)., Azran Tanjung, Tasman Naim (BPTP

Sumbar), Yustisia dan M. Syarif (BPTP Sumsel), Eddy William (Balitra)

Pemulia : Darman M. Arsyad, Heru Kuswantoro, M. Muchlis Adie,

(85)

MALABAR

Dilepas tahun : 3 November 1992

SK Mentan : 618/Kpts/TP.240/11/92

Nomor galur : B 8217-II-12-13

Asal : Persilangan varietas No. 1592 x Wilis

Hasil rata-rata : Lahan sawah 1,27 t/ha biji kering - Lahan kering 0,79 t/ha biji kering

Ketahanan thd penyakit : Agak tahan karat daun

Keterangan : Daya adaptasi baik dan cukup luas. Cocok untuk dataran

rendah bekas padi sawah atau lahan tegalan akhir musim hujan

Pemulia : Darman MA., Sumarno, Asadi, Rodiah, Ono Sutrisno, dan

Gambar

Tabel 2. Luas daun kedelai  Varietas
table 1. Tinggi tanaman Varietas
Table 4. tebal kutikula Varietas
Table 5. bobot kering tajuk Varietas
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak ganggang cokelat berpengaruh nyata meningkatkan jumlah dan bobot bintil akar, berat kering tajuk dan akar, jumlah dan berat biji,

Pemberian berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, cabang produktif, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobot

Pengaruh Waktu Pencucian dan Varietas terhadap Bobot Kering Batang, Daun, Akar dan Bintil pada 6 MST. Perlakuan

Penyebaran karakter panjang tajuk, nisbah panjang tajuk akar, bobot basah akar, bobot basah tajuk, bobot kering akar, dan bobot kering tajuk yang tidak membentuk sebaran

Hasil kajian di atas disimpulkan bahwa Organ vegetatif yang berperan dalam menentukan produksi kedelai adalah tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat kering

Aplikasi pupuk bokashi berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 3-6 MST, umur berbunga, jumlah polong berisi, bobot kering tajuk, dan bobot biji per

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2,3,5 dan 6 mst, bobot 100 biji dan bobot biji per plot dan sumber N

Hasil penelitian menunjukan bahwa dua varietas lada perdu yang di gunakan memiliki respon yang sama pada bobot kering tajuk, bobot kering akar, total luas daun.. Perlakuan cekaman