PENAPISAN VARIETAS KEDELAI TOLERAN (Glycine max (L.) Merril) TERHADAP CEKAMAN SALINITAS
SKRIPSI
OLEH :
ANDRIANUS BANGUN
050307019/BDP-PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENAPISAN VARIETAS KEDELAI TOLERAN (Glycine max (L.) Merril) TERHADAP CEKAMAN SALINITAS
SKRIPSI
OLEH :
ANDRIANUS BANGUN
05007019/BDP- PEMULIAAN TANAMAN
Proposal sebagai salah satu syarat untuk melakukan
penelitian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara,
Medan
Disetujui oleh : Dosen Komisi Pembimbing
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2009 Ketua
(Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS) NIP. 131 415 963
Anggota
ABSTRAK
Andrianus Bangun : Penapisan Varietas Kedelai Toleran (Glycine max (L) Merill) dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Rosmayanti, MS dan Ir. Yusuf Husni.
Penapisan varietas kedelai kedelai toleran pada tanah salin belum banyak banyak diketahui di daerah ini, untuk itu suatu penelitian dilakukan di Desa Tanjung Rejo (± 3 mdpl). Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang, Provinsi Sumatera Utara, pada Januari – April 2010 menggunakan rancangan acak kelompok non factorial dengan tiga ulangan dan 20 varietas ( Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Wilis, bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir,Agromulyo, Sinabung, Panderman, Malabar, grobongan, Seulewah dan Kawi). Parameter yang diamati adalah Tinggi Tanaman, luas Daun, jumlah Stomata, Tebal Kutikula, bobot Kering Akar, Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering !0 Biji, Produksi Pertanaman dan jumlah Klorofil.
Hasil penelitian menunjukan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap Tinggi Tanaman, Luas Daun, Tebal Kutikula, Bobot Kering Akar, Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering 10 Biji, Produksi Pertanaman dan Jumlah Klorofil
Kata kunci : kedelai, Penapisan, Varietas, Salinitas
ABSTRACT
Andrianus Bangun : Filtering of Soybean varieties (Glycine max (L) Merill). Supervised by Prof. Dr. Ir. Rosmayati MS and
Ir. Yusuf Husni.
Filtering of Soybean varieties in Salinity Soil have been researched in this region, therefore, the research has been conducted at desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang, North Sumatera, at January - April 2010 using non random factorial black design using three raplications, and 20 varieties (Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Wilis, bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir,Agromulyo, Sinabung, Panderman, Malabar, grobongan, Seulewah dan Kawi). The measured parameters were plant heigh, leaf area, total of stomata, cuticle thickness, root dry weight, crown dry weight, 10 seed dry weight, plant production and total of chlorophyll.
The result showed that varieties significantly effected on plant height, leaf area,total of stomata, cuticle thickness, foot day weight, crown dry weight, 10 seed dry weight, plant production and total of chlorophyll.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Andrianus Bangun dilahirkan di desa Petumbukan pada tanggal 22 oktober
1987. Anak ke dua dari empat bersaudara, putra pasangan ayah handa H Bangun
dan Ibunda N Tarigan.
Pendidikan Formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah : tahun 1999
penulis yamat dari SD 101972 Kotangan, tahun 2002 tamat dari SMP N 1
Jaharun, pada tahun 2005 tamat dari YP Raksana Medan.
Penulis terdaftar Sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan tahun 2005, pada jurusan Budidaya Pertanian dengan
Program study Pemuliaan Tanaman melalui jalur SPMB.
Pengalaman dibidang kemasarakatan, penulis peroleh saat mengikuti
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Penelitian Karet Sei Putih Galang
KATA PENGHANTAR
Puji dan sukur bagi Tuhan yang Maha Esa ataas berkatn-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Judul dari skripsi ini adalah “Penapisan Varietas Kedelai Toleran
(Glycine max (L.) Merril) terhadap cekaman salinitas”, yang merupakan salah
satu syarat untuk dapat mendapat gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak
Ir.Yusuf Husni selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi
masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini dan kepada ibuk
Ninik Rahmawati SP. MP yang telah memberi banyak masukan dan saran dalam
proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Ungkapan syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahhanda
H. Bangun dan Ibunda N. Tarigan yang telah menyayangi, mendidik dan
mengasuh penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
BDP-05 yang memberikan masukan dan dukungan kepada penulis dan terkusus
kepada Valentina Br Ginting yang banyak memberikan motivasi kepada penulis.
Akhir kata penulis juga mengharapkan saran dan keritik dari semua pihak
demi kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang. Semoga ini bermanfaat bagi
pembaca, terima kasih.
Medan, 19 Februari 2011
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Rataan luas daun terhadap penapisan beberapa varietas kedelai di lahan salin
. ... 17
2. Rataan produksi pertanaman terhadap penapisan bebrapa varietas tanaman kedelai di lahan salin...18
3. Rataan tinggi tanaman pada 2MST – 6 MST terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di lahan salin...... 19
4. Rataan bobot 10 biji terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di lahan salin...20
5. Rataan bobot kering tajuk terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di lahan salin...21
6. Rataan bobot kering akar terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di lahan salin...22
7. Rataan jumlah klorofil terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di lahan salin...23
8. Rataan jumlah stomata terhadap penapisan beberapa varietas tanaman kedelai di lahan salin...24
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Bagan lahan penelitian ... 33
2. Foto dokumentasi penelitian ... 34
3. Data tinggi tanaman 2 MST (cm)... 36
4. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 2 MST ... 36
5. Data tinggi tanaman 3 MST (cm)... 37
6. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 3 MST ... 37
7. Data tinggi tanaman 4 MST (cm)... 38
8. Tabel sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ... 38
9. Data tinggi tanaman 5 MST (cm)... 39
10.Tabel sidik ragam tinggi tanaman 5 MST ... 39
11.Data tinggi tanaman 6 MST (cm)... 40
12.Tabel sidik ragam tinggi tanaman 6 MST ... 40
13.Produksi pertanaman (gr)...41
14.Data luas daun (cm2) ... 41
15.Tabel sidik ragam luas daun ... 42
16.Data bobot kering tajuk 3 MST (gr)...42
17.Tabel sidik ragam bobotkering tajuk 3 MST (gr)...43
18.Data bobot kering tajuk 4 MST (gr)...43
19.Tabel sidik ragam bobotkering tajuk 4 MST (gr)...44
20.Data bobot kering tajuk 5 MST (gr)...45
21.Tabel sidik ragam bobotkering tajuk 5 MST (gr)...45
23.Tabel sidik ragam bobot kering tajuk 6 MST (gr)...46
24.Data bobot kering akar 3 MST (gr)...47
25.Tabel sidik ragam bobot kering akar 3 MST (gr)...47
26.Data bobot kering akar 4 MST (gr)...48
27.Tabel sidik ragam bobot kering akar 4 MST (gr)...48
28.Data bobot kering akar 5 MST (gr)...49
29.Tabel sidik ragam bobot kering akar 5 MST (gr)...49
30.Data bobot kering akar 6 MST (gr)...50
31.Tabel sidik ragam bobot kering akar 6 MST (gr)...50
32.Data jumlah klorofil ... 51
33.Tabel sidik ragam jumlah klorofil daun ... 51
34.Data jumlah stomata...52
35.Tabel sidik ragam jumlah stomata...52
36.Data tebal kutikua ...52
37.Tabel sidik ragam tebal kutikula ...52
38.Deskripsi Kedelai Varietas Cikurai………53
39.Deskripsi Kedelai Varietas Bromo……….54
40.Deskripsi Kedelai Varietas Agromulyo.………55
41.Deskripsi Kedelai Varietas Ijen ………56
42.Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro ……….57
43.Deskripsi Kedelai Varietas Bromo ………58
44.Deskripsi Kedelai Varietas Burangrang ………59
45.Deskripsi Kedelai Varietas Detam 2 ………60
47.Deskripsi Kedelai Varietas Wilis ……….….62
48.Deskripsi Kedelai Varietas Kawi………...63
49.Deskripsi Kedelai Varietas Kaba ….……….64
50.Deskripsi Kedelai Varietas Sibayak ……….65
51.Deskripsi Kedelai Varietas Tanggamus ………66
52.Deskripsi Kedelai Varietas Sinabung ….……….67
53.Deskripsi Kedelai Varietas Ratai ……….……….68
54.Deskripsi Kedelai Varietas Gumitir …..………69
55.Deskripsi Kedelai Varietas Panderman ……….70
56.Deskripsi Kedelai Varietas Sulewah ……….71
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
PENDAHULUAN Latar belakang ... 1
Tujuan penelitian ... 3
Hipotesis penelitian ... 3
Kegunaan penelitian... 3 Tempat dan waktu penelitian ... 10
Bahan dan alat ... 10
Metode penelitian ... 10
Pelaksanaan Penelitian ... 12
Persiapan lahan ... 12
Pengamatan Parameter ... 14
Jullah klorofil ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17
Luas daun (cm2) ... 17
Produksi pertanaman (gr) ... 18
Tinggi tanaman ... 19
Bobot 10 biji (gr) ... 20
Bobot kering tajuk (gr) ... 21
Bobot kering akar (gr) ... 22
Jumlah klorofil daun ... 23
Jumlah stomata ... 24
Tebal kutikula ... 24
Pembahasan ... 26
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29
Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 31
ABSTRAK
Andrianus Bangun : Penapisan Varietas Kedelai Toleran (Glycine max (L) Merill) dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Rosmayanti, MS dan Ir. Yusuf Husni.
Penapisan varietas kedelai kedelai toleran pada tanah salin belum banyak banyak diketahui di daerah ini, untuk itu suatu penelitian dilakukan di Desa Tanjung Rejo (± 3 mdpl). Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang, Provinsi Sumatera Utara, pada Januari – April 2010 menggunakan rancangan acak kelompok non factorial dengan tiga ulangan dan 20 varietas ( Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Wilis, bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir,Agromulyo, Sinabung, Panderman, Malabar, grobongan, Seulewah dan Kawi). Parameter yang diamati adalah Tinggi Tanaman, luas Daun, jumlah Stomata, Tebal Kutikula, bobot Kering Akar, Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering !0 Biji, Produksi Pertanaman dan jumlah Klorofil.
Hasil penelitian menunjukan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap Tinggi Tanaman, Luas Daun, Tebal Kutikula, Bobot Kering Akar, Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering 10 Biji, Produksi Pertanaman dan Jumlah Klorofil
Kata kunci : kedelai, Penapisan, Varietas, Salinitas
ABSTRACT
Andrianus Bangun : Filtering of Soybean varieties (Glycine max (L) Merill). Supervised by Prof. Dr. Ir. Rosmayati MS and
Ir. Yusuf Husni.
Filtering of Soybean varieties in Salinity Soil have been researched in this region, therefore, the research has been conducted at desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang, North Sumatera, at January - April 2010 using non random factorial black design using three raplications, and 20 varieties (Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Wilis, bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir,Agromulyo, Sinabung, Panderman, Malabar, grobongan, Seulewah dan Kawi). The measured parameters were plant heigh, leaf area, total of stomata, cuticle thickness, root dry weight, crown dry weight, 10 seed dry weight, plant production and total of chlorophyll.
The result showed that varieties significantly effected on plant height, leaf area,total of stomata, cuticle thickness, foot day weight, crown dry weight, 10 seed dry weight, plant production and total of chlorophyll.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L.) Merril) adalah tanaman yang sangat potensial
untuk dibudidayakan, mengingat kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama
yang diperlukan sebagai pangan murah dan bergizi, pakan ternak serta bahan baku
industri. Kebutuhan akan komoditi kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun
sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan gizi makanan. Kedelai merupakan sumber bahan
makanan yang mengandung protein tinggi, rendah kolesterol dan harga
terjangkau. Kedelai merupakan sumber protein nabati bagi penduduk Indonesia,
sehingga pemerintah mengharapkan dapat tercapai swasembada kedelai
(Deptan, 1996).
Produksi kedelai nasional hingga saat ini belum dapat memenuhi
kebutuhan dalam negeri sehingga masih harus mengimpor. Menurut Badan Pusat
Statistik (2002), produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2001 adalah 1 juta ton
dengan luas panen 827 ribu hektar. Kebutuhan kedelai dalam negeri pada tahun
2001 tersebut adalah 3,2 juta ton. Impor kedelai terus meningkat setiap tahun
karena kebutuhan kedelai untuk konsumsi per kapita per tahun penduduk
Indonesia yaitu 52 kg di perkotaan dan 104 kg di pedesaan Salah satu usaha untuk
meningkatkan produksi kedelai Indonesia adalah perluasan areal penanaman
kedelai. Perluasan penanaman kedelai mengalami kendala, di mana tanah-tanah
produktif banyak digunakan untuk areal industri dan perumahan. Di sisi lain
masih banyak tanah di Indonesia belum dimanfaatkan akibat keterbatasan teknik
luas untuk kegiatan budidaya tanaman, hal ini disebabkan adanya efek toksik dan
peningkatan tekanan osmotik akar yang mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan tanaman (Slinger and Tenison, 2005).
Luas lahan rawa di Sumatera Utara 317.675 hektar dengan luas lahan
pasang surut sebesar 247.293 hektar dan lahan lebak seluas 70.382 hektar. Luas
areal yang sudah direklamasi 147.500 hektar dengan areal persawahan seluas
93.990 hektar. Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki areal pasang surut potensial
seluas 2.100 hektar yang digunakan untuk lahan pertanian dan pertambakan
dengan irigasi sepanjang 41.931 meter baru. Diakses 13 November 2009). Di
Kecamatan Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang terdapat lahan yang potensial
untuk pertanaman pangan, namun banyak dialihfungsikan sebagai tambak yang
dianggap lebih menguntungkan, karena tanah kurang subur akibat salinisasi
(www.pu.go.id/satminkal/.../pprofilebalai%20sumatera%20II)
Kadar garam pada jumlah tertentu mempunyai dampak bagi pertumbuhan
tanaman. Kadar garam tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam 3
cara, yaitu : garam dapat mendesak pengaruh osmotik untuk mencegah tanaman
dalam pengambilan air dari tanah, ion tertentu dapat menyebabkan keracunan
pada tanaman sebagai contoh konsentrasi Cl yang tinggi dalam air irigasi dapat
menyebabkan terbakarnya daun, khususnya pada pengaplikasian air ke daun, dan
efek tanah tertentu yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman karena
degradasi struktur tanah atau peningkatan yang terdiri dari tiga proses yang
menyebabkan pertumbuhan awal tanaman tergantung pada keadaan itu
Salinitas tanah adalah keadaan tinggi rendahnya garam di dalam tanah.
Garam dapur (NaCl) merupakan garam yang dominan, namun garam-garam
Na2SO4, MgSO4, NaHCO3,Na2CO3, CaSO4, CaCO3 juga menentukan salinitas
tanah. Semakin tinggi konsentrasi garam-garam ini pada larutan tanah, semakin
tinggi pula daya hantar listrik (DHL) larutan tanah. Tanah dengan DHL >4 dS/m
tergolong tanah salin (www.Suara-merdeka.com, 2004).
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kedelai adalah dengan
penggunaan varietas unggul. Untuk mendapatkan varietas unggul dapat dilakukan
melalui program pemuliaan tanaman (sumarno, 1985). Di bengkulu upaya untuk
meningkatkan produksi kedelai dilakukan dengan merakit varietas kedelai
sehingga dihasilkan galur-galur harapan yang berpotensi tinggi dan toleran
erhadap P (Slinger and Tenison, 2005).
Penanaman galur kedelai yang toleran di lahan salin dengan konsentrasi
NaCl tinggi merupakan suatu alternatif dalam pengembangan dan peningkatan
budidaya dan pertanaman tanaman kedelai (Slinger and Tenison, 2005).
Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan tanaman yang mampu hidup pada tanah salin dengan
kadar DHL 5,6.
.Hipotesa Penelitian
Ada pengaruh pertumbuhan dan perkembangan beberapa varietas kedelai
Kegunaan Penelitian
- Sebagai bahan penyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara Medan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar
tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada
akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum
yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemak bebas (N2) dari udara yang
kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).
Batang kedelai berasal dari poros janin. Bagian yang terpenting dari poros
janin ialah : hipokotil dan bakal akar, yang merupakan sebagian dari poros
hipokotil akar. Jaringan batang dan daun terbentuk dari pertumbuhan dan
perkembangan plumula. Kuncup-kuncup ketiak tumbuh membentuk cabang ordo
pertama dari batang utama tergantung pada reaksi genotipe terhadap panjangnya
hari dan dari tipe tumbuh, determinan atau indeterminan(Hidayat, 1985 dalam
Somaatmadja, dkk).
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe
determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini
didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe
determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman
mulai berbunga (Adisarwanto, 2005).
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia
kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai
masa perkecambahan. Umumnya, bentuk dan daun kedelai ada dua, yaitu bulat
(oval) dan lancip (lanceolate). Kedelai bentuk tersebut dipengaruhi oleh faktor
genetik (Adisarwanto, 2005).
Bunga kedelai berwarna putih, ungu pucat dan ungu. Bunga dapat
menyerbuk sendiri. Saat berbunga bergantung kepada kultivar (varietas) dan
iklim. Suhu mempengaruhi proses pembungaan. Semakin pendek penyinaran dan
semakin tinggi suhu udaranya, akan semakin cepat berbunga (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998).
Polong kedelai muda berwarna hijau warna polong matang beragam antara
kuning hingga kuning kelabu, coklat atau hitam. Jumlah polong tiap tanaman dan
ukuran biji ditentukan secara genetik, namun jumlah nyata polong dan ukuran
nyata biji yang terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan semasa proses pengisian
biji (Hidayat dalam Somaatmadja, dkk, 1985).
Buah kedelai berbentuk polong, setiap buah berisi 1-4 biji. Rata-rata berisi
2 biji. Polong kedelai mempunyai bulu, berwarna kuning kecokelatan atau
abu-abu. Polong yang sudah masak berwarna lebih tua, warna hijau berubah
menjadi kehitaman, keputihan atau kecokelatan. Bila polong telah kuning mudah
pecah dan biji-bijinya melenting keluar (Suprapto, 1999).
Biji kedelai terbagi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio).
Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna cokelat,
hitam atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang
terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai
dari kuning, hijau cokelat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna
Syarat Tumbuh
Iklim
Melihat kondisi iklim di negara kita maka kedelai umumnya ditanam pada
musim kemarau, yakni setelah panen padi musim hujan. Banyaknya musim hujan
sangat mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen namun
ketergantungan ini dapat diatasi, asalkan selama 30-40 hari suhu di dalam dan di
permukaan pada musim panas sekitar 350-390 C, dengan kelembaban sekitar
60-70 % (Andrianto dan Indarto, 2004).
Tanaman kedelai yang ditanam pada suhu dibawah 210C dan diatas 320C
dapat mengurangi munculnya bunga dan terbentuknya polong. Suhu ekstrem
diatas 400C akan merusak produksi biji. Jika air tersedia, kedelai dapat ditanam
sepanjang tahun didaerah tropik dan subtropik (Maesen dan Somaatmadja, 1993).
Penyerapan air oleh kedelai mencapai 7,6 mm/hari, untuk panen yang baik
diperlukan curah hujan 500 mm/tahun. Gangguan kekeringan selama masa
pembungaan akan mengurangi pembentukan polong, tetapi pengurangan produksi
lebih terasa pada tahap pengisian polong daripada tahap pembungaan
(Maesen dan Somaatmadja, 1993).
Kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya,
terutama pada saat pengisian biji. Curah hujan yang optimal untuk budidaya
kedelai adalah 100-200 mm / bulan, sedangkan tanaman kedelai dapat tumbuh
baik didaerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm / bulan
Tanaman dapat tumbuh dengan curah hujan 100-400 mm/bulan, suhu
udara 230C – 300C, kelembaban 60% - 70%, pH tanah 5,8 - 7 dan ketinggian
kurang dari 600 m dpl (Prabowo, 2007).
Kedelai merupakan tanaman hari pendek, yakni tidak akan berbunga bila
lama penyinaran (panjang hari) melampaui batas kritis. Setiap varietas
mempunyai penjang hari kritis. Apabila lama penyinaran kurang dari batas kritis,
maka kedelai akan berbunga. Dengan lama penyinaran 12 jam, hampir semua
varietas kedelai dapat berbunga dan tergantung dari varietasnya, umumnya
berbunga beragam dari 20 hingga 60 hari setelah tanam. Apabila lama penyinaran
melebihi periode kritis, tanaman tersebut akan meneruskan pertumbuhan
vegetatifnya tanpa berbunga (Baharsjah, dan Las dalam Somaatmadja dkk, 1985).
Tanah
Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah. Namun
demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktvitas yang optimal,
kedelai harus ditanam pada jenis yang bertekstur lempung berpasir atau liat
berpasir. Hal ini tidak hanya terkait dengan ketersediaan air untuk mendukung
pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain
(Adisarwanto, 2005).
Tanaman kedelai dapat tumbuh di tanah yang agak asam akan tetapi pada
pH yang terlalu rendah bisa menimbulkan keracunan Al dan Fe. Nilai pH tanah
yang cocok berkisar antara 5,8-7,0. Pada pH dibawah 5,0 pertumbuhan bakteri
Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (tinggi 70-150 cm),
menyemak, berbulu halus, dengan sistem perakaran luas. Tanaman ini umumnya
dapat beradaptasi dengan berbagai jenis tanah, dan menyukai tanah yang
bertekstur ringan hingga sedang, dan berdraenasi baik. Tanah ini peka terhadap
kondisi salin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase
dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan
tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol,
grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur hara)
dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik dan
pengapuran (www.wikipedia.com, 2009).
Tanah Salin
Tanah salin adalah tanah garam (salty soils) biasanya bertekstur halus,
berdrainase jelek karena dipengaruhi pasang surutnya air laut, serta bahan liat
marin termasuk di dalamnya. Tanah salin berkembang baik di sepanjang pantai
dan Teluk Bintuni (www.Suara-merdeka.com, 2004).
Pada tanah salin, tanaman tidak bisa mengambil air yang banyak dari
tanah. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi garam yang
menyebabkan aliran alami air dari tanah masuk ke perakaran tanaman, air menjadi
berkurang dan berkurang pula air yang masuk ke akar. Kenyataannya ketika
tingkat salinitas cukup tinggi air dalam akar akan tertarik ke luar tanah.
Kadar garam pada jumlah tertentu akan mempunyai dampak bagi
pertumbuhan tanaman. Kadar garam dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
dalam 3 cara, yaitu : garam dapat mendesak pengaruh osmotik untuk mencegah
tanaman dalam pengambilan air dari tanah, ion tertentu dapat menyebabkan
keracunan pada tanaman sebagai contoh konsentrasi Cl yang tinggi dalam air
irigasi dapat menyebabkan terbakarnya daun, khususnya pada pengaplikasian air
ke daun, dan efek tanah tertentu yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman
oleh karena degradasi struktur tanah atau peningkatan yang terdiri dari tiga
proses yang menyebabkan pertumbuhan awal tanaman tergantung pada keadaan
itu (Slinger and Tenison, 2005).
Salinitas tanah adalah keadaan tinggi rendahnya garam di dalam tanah.
Garam dapur (NaCl) merupakan garam yang dominan, namun garam-garam
Na2SO4, MgSO4, NaHCO3,Na2CO3, CaSO4, CaCO3 juga menentukan salinitas
tanah. Semakin tinggi konsentrasi garam-garam ini pada larutan tanah, semakin
tinggi pula daya hantar listrik (DHL) larutan tanah. Tanah dengan DHL >4 dS/m
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang,
dengan ketinggian tempat 3 m dpl, yang dilaksanakan mulai Januari 2010 hingga
Maret 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 varietas kedelai,
fungisida Dithane M-45 untuk mengendalikan jamur, insektisida Decis 25 EC
untuk mengendalikan hama, pupuk Urea, KCL dan TSP sebagai pupuk dasar dan
bahan-bahan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.
Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,
meteran, digunakan untuk pengolahan tanah dan pembukaan lahan, gembor untuk
menyiram tanaman, handspryer digunakan untuk mengendalikan hama, timbangan
untuk menimbang kebutuhan pupuk dan produksi tanaman, buku tulis, pulpen,
dan penggaris sebagai alat untuk mengambil data serta alat alat lain yang
mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non
faktorial yang terdiri dari 20 varietas :
V1 : Daetam 1 V11 : Burangrang
V2 : Detam 2 V12 : Tanggamus
V4 : Cikuray V14 : Argomulyo
Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan
Jarak tanam : 20cm x 30cm
Jumlah 1 varietas per blok : 50 tanaman Jumlah sampel per varietas : 10 tanaman Jumlah seluruh sampel : 300 tanaman Jarak antara ulangan : 50 cm Luas lahan seluruhnya : 34 m x 14 m
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier aditif sebagai berikut :
Yij =μ +άi + βj + εij
I = 1,2,3 j = 1,2,3...20
Dinama :
Yij : Hasil pengamatan perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j
μ : Nilai rata-rata
ά : Efek ulangan ke-i
β : Efek perlakuan ke-j
ε : Galat dari blok ke-i, varietas ke-j
Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam rancangan acak kelompok
(RAK) non faktorial. Jika efek perlakuan berbeda nyata dilanjutkan dengan uji
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Areal
Areal penelitian dibersihkan dari gulma dan sampah lainnya. Lahan diukur
dan dilakukan pembuatan blok dengan ukuran 10 x 8,4 cm dengan jarak antar
blok 50 cm. Dilakukan pada 2 minggu sebelum tanam.
Pemupukan Dasar
Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran, kebutuhan pupuk
kedelai yaitu 100 kg urea/ha (0,3 gr/lubang tanam), 200 kg TSP/ha (0,6 g/lubang
tanam), dan 100 kg KCl/ha (0,3 gr/lubang tanam). Pemupukan dilakuakan sehari
sebelum benih ditanam dan hanya sekali dilakukan.
Penanaman
Penanaman dilakukan langsung ke tanah dengan melubangi tanah sedalam
± 3 cm, kemudian memasukkan 2benih/lobang tanam dan ditutup dengan tanah,
kemudian diberi jarak antara antara tanaman 20 cm x 40 cm. Dilakukan pada
minggu ke 3.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan meninggalkan satu tanaman yang
pertumbuhannya paling baik diantara benih yang tumbuh. Dilakukan 1 minggu
setelah tanam (MST).
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman.
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari atau
Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang tidak tumbuh
dengan tanaman cadangan yang masih hidup pada umur yang sama. Dilakukan
pada saat tanaman berumur 2 MST.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang berada
dalam polibag dan menggunakan cangkul untuk gulma yang berada pada plot.
Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Decis 2
EC dengan dosis 0,5-2 cc/liter air, disemprotkan pada saat tanaman menunjukkan
gejala serangan. Sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan
menyemprotkan fungisida dengan dosis 1 cc/liter air pada saat tanaman berumur
2 MST. Aplikasi dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Panen
Panen dilakukan setelah tanaman menunjukkan kriteria panen yaitu
ditandai dengan kulit polong sudah berwarna coklat dan daun telah berguguran
tetapi bukan karena adanya serangan hama atau penyakit. Panen dilakukan dengan
cara dipetik satu persatu dengan menggunakan tangan atau membongkar seluruh
Pengamatan Parameter
Luas Daun (cm2)
Total luas daun dihitung dengan menggunakan alat Leaf Area Meter.
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari ukuran pasak sampel hingga titik
tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan sejak tanaman berumur 2 MST hingga 6 MST. Pengukuran tinggi
tanaman dihitung 1 minggu sekali.
Tebal Kutikula (μm)
Untuk mengukur tebal kutikula diambil dari daun yang segar dengan
mengiris tipis secara melintang dibagian atas dan bawah epidermis lalu diletakkan
diatas objek glass kemudian ditetesi dengan etanol dan sodium hipoklorit. Setelah
itu diwarnai dengan larutan sudan IOV dan ditutup dengan kaca penutup lalu
diamati dengan mikroskop cahaya. Pengamatan dilakukan untuk tanaman sampel
pada mg ke 6 dan 10 mst.
Bobot Kering Tajuk (g)
Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar dengan cara memotong pada
bagian pangkal batang lalu tajuk tersebut dibersihkan dari kotoran yang ada.
Produksi Biji per Tanaman (g)
Produksi biji per tanaman dihitung dengan menimbang produksi biji
seluruh sampel tanaman kemudian dirata-ratakan. Biji yang ditimbang adalah biji
yang telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari.
Bobot Kering Akar (g)
Akar yang diukur adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dsan
dibersihkan dari kotoran lalu diovenkan dengan suhu 1050 C selama 24 jam lalu
ditimbang.
Bobot Kering 10 biji (g)
Penimbangan dilakukan dengan menimbang 10 biji kedelai yang telah
dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari dari masing-masing perlakuan.
Untuk memperoleh 100 biji kedelai dilakukan pengambilan biji secara acak.
Jumlah Klorofil (unit/6 mm3)
Jumlah klorofil daun kedelai dihitung dengan menggunakan alat
chloropyll meter. Daun yang dihitung jumlah klorofilnya adalah daun yang paling
tengah. Pengukuran dilakukan pada bagian pangkal, tengah, dan ujung daun lalu
diratakan. Pengukuran dilaksanakan pada saat tanaman mulai berbunga.
Jumlah Stomata (mm2)
Jumlah stomata diamati dengan cara sebagai berikut : Daun difiksasi
dalam alkohol 75%, kemudian larutan fiksatif dibuang diganti dengan aquadest.
menghancurkan jaringan mesofil. Sebelum disayat menggunakan silet, daun
tersebut terlebih dahulu dicuci dengan aquadest.
Untuk menghilangkan klorofil dan mesofil yang terikat, sayatan epidermis
direndam dalam larutan bayclin selama 1 – 5 menit kemudian dicuci
menggunakan aquadest. Sayatan epidermis yang telah didapatkan kemudian
diwarnai dengan pewarna safrain selama satu menit kemudian dicuci
menggunakan aquadest. Objek berupa lapisan epidermis dilletakkan di atas objek
kemudian ditetesi gliserin 10% dan ditutup dengan gelas penutup. Paremeter yang
diamati adalah jumlah stomata tiap bidang pandang pada tanaman sampel pada
umur 6 dan 10 mst :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil pengamatan sidik ragam menunjukan bahwa, varietas berpengaruh
nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter tinggi tanaman pada 2 MST – 6
MST, luas daun, tebal kutikula, jumlah klorofil, bobot kering tajuk pada umur 3
MST dan 6 MST, bobot kering akar mulai umur 3 MST – 6 MST dan produksi
pertanaman, bobot 10 biji.
Luas daun
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 41) menunjukan bahwa
varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter rataan luas
daun. Luas daun tanaman kedelai dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas daun kedelai
Varietas Luas Daun
V1 = Detam 1 73.50 bcd
Luas. Dari table 2 dapat kita lihat bawwa rataan luas daun terluas terdapat
pada varietas Tanggamus 96,63 terendah terdapat pada varietas Grobongan 65,39.
Tinggi tanaman
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 35 - 39) menunjukan
bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter
tinggi tanaman. Tinggi tanaman kedelai dapat dilihat pada table 1.
table 1. Tinggi tanaman
Varietas Minggu Setelah Tanam (MST)
2 3 4 5 6
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.
Pada umur 2 MST rata-rata varietas tertinggi terdapat pada V3 Anjasmoro
yaitu 8,20 dan rata-rata varietas yang terendah terdapat pada V20 Kawi yaitu
7,13. Pada 3 MST varietas tertinggi terdapat pada varietas V3 Anjasmoro yaitu
10,60 dan rata-rata varietas yang terendah terdapat pada V5 Sibayak yaitu 8,42.
Pada 4 MST rata-rata varietas teringgi terdapat pada V18 Grobongan yaitu 26,39
rata-rata varietas tertinggi terdapat pada varietas V18 Grobongan yaitu 38,28 dan
yang rata-rata yang terendah terdapat pada V9 Wilis yaitu 30,73. Pada 6 MST
rata-rata varietas tertinggi terdapat pada V18 Grobongan yaitu 47,08 dan rata-rata
yang terendah terdapat pada V20 Kawi yaitu 40.02.
Tebal kutikula
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 52) menunjukan bahwa
varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter rataan tebal
kutikula. Tebal \kutikula dapat dilihat pada Table 4.
Table 4. tebal kutikula
Varietas Tebal Kutikula
V1 = Detam 1 2.73 bc
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.
Dari table 4 dapat dilihat bahwa kutikula yang tebal terdapat pada varietas
Bobot kering tajuk
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 42 - 45) menunjukan
bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter
rataan bobot kering tajuk pada umur 3 MST dan 6 MST, sedangkan pada 4 MST
dan 5 MST tidak berpengaruh nyata. Bobot kering tajuk dapat dilihat pada Table
5.
Table 5. bobot kering tajuk
Varietas Minggu Setelah Tanam (MST)
3 4 5 6
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.
Dari table 5 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap
bobot kering tajuk pada umur 3MST dan 6 MST, sedangkan pada 4 MST dan 5
MST tidak berpengaruh nyata. Pada umur 3 MST berat kering tajuk tertinggi
terdapat pada varietas anjasmoro yaitu 0,26 dan yang terendah terdapat pada
varietas burangrang dan sinubung yaitu 0,14. Pada umur 4 MST berat kering
tajuk tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro dan gerobongan yaitu 3,32
kering tajuk tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro 0,37terendah terdapat pada
varietas burangrang 0,20. Pada umur 6 MST berat kering tajuk tertinggi terdapat
pada varietas grobongan 0,43 dan terendah terdapat pada varietas burangrang
0,25.
Produksi pertanaman
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 40) menunjukan
bahwa, varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter
rataan produksi pertanaman. Rataan produksi pertanaman dapat dilihat pada table
Table 7. produksi pertanaman
Varietas Produksi/tanaman
V1=Detam 1 0 c
V2=Detam 2 0 c
V3=Anjasmoro 1.21 b
V4=Cikuray 0 c
V11=Burangrang 0 c
V12=Tanggamus 0 c
V18=Grobogan 1.98 a
V19=Seulawah 0 c
V20=Kawi 0 c
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.
Dari table 7 dapat di lihat bahwa produksi tertinggi terdapat pada varietas
grobongan yaitu 1,98 dan yang terendah terdapat pada varietas bromo yaitu 1,18.
Bobot kering akar
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran 46 - 49) menunjukan bahwa,
bobot kering akar 3 MST-6MST. Bobot kering akar kedelai pada masing-masing
varietas dapat dilihat pada table 6.
Table 6. bobot kering akar
Varietas Minggu Setelah Tanam (MST)
3 4 5 6
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.
Dari table 6 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap
cekaman salinitas pada parameter rataan bobot kering akar pada umur 3 MST – 6
MST. Pada umur 3 MST bobot kering akar yang tertinggi grobongan yaitu 0,8 dan
terandah terdapat pada varietas wilis, burangrang dan kawi yaitu 0,02, dan. Pada
umur 4 MST bobot kering akar yang tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro
yaitu 0,12, terendah terdapat pada varietas wilis yaitu 0,4 Pada 5 MST bobot
kering akar yang tertinggi terdapat pada varietas anjasmoro 0,16 dan yang
terendah terdapat pada varietas wilis dan ijen 0,6 dan. Pada umur 6 MST bobot
kering akar yang tertinggi terdapat pada varietas grobongan yaitu 0,21 dan
Bobot10 biji
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran 55) menunjukan bahwa,
varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter rataan
bobot 10 biji. Bobot 10 biji dapat dapat dilihat pada table 8.
Table 8. bobot 10 biji
Varietas Bobot 10 biji
V1 =Detam 1 0 c
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.
Dari table 8 dapat dilihat bahwa bobot 10 biji ter besar terdapat pada
varietas grobongan yaitu 1,0967 dan yang terendah terdapat pada varietas bromo
jumlah klorofil
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam (lempira hal 50) menunjukan
bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter
jumlah klorofil dapat dilihat pada table 9
Table 9. jumlah klorofil
Varietas Jumlah Klorofil
V1 = Detam 1 36.58 f
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%) dengan uji lanjutan BNJ.
Dari table 9.dapat dilihat bahwa jumlah klorofil terbesar terdapat pada
varietas grobogan yaitu 42,48 dan yang terendah terdapat pada varietas
burangrang yaitu 30,70.
Jumlah stomata
Hasil pengamatan dan sidik ragam (lampiran hal 51n ) menunjukan bahwa
varietas tidak berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter
rataan jumlah stomata. Jumlah stomata pada masung-masing varietas
Table 3. jumlah stomata
Varietas Jumlah Stomata
V1 = Detam 1 262.00
V11 = Burangrang 294.67
V12 = Tanggamus 283.67
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05 (atau 5%).
Dari table 3 dapat dilihat bahwa perlakuan varietas tidak tidak tidak
berpengaruh nyata terhadap rataan jumlah stomata. Dari table 2 dapat kita lihat
bahwa jumlah stomata terendah terdapat pada varietas Anjasmoro 244,00 dan
Pembahasan
Hasil pengamatan dan sidik ragam menunjukan bahwa varietas
berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter tinggi tanaman 2
MST – 6 MST, luas daun, tebal kutikula, jumlah klorofil, bobot kering tajuk pada
umur 3 MST dan 6 MST, bobot kering akar mulai umur 3 MST – 6 MST,
produksi pertanaman dan bobot 10 biji. Hal ini dipengaruhi oleh lahan salin yang
memiliki kandungan Na+ dan Cl- yang membawa efek negatif bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti yang di kemukakan Sipayung
(2003) Persoalan lahan salin yang utama adalah tingginya kandungan Na+
dan Cl- dari medium perakaran tanaman sehingga tekanan osmotik larutan
tanah naik. Hal tersebut mengakibatkan gangguan terhadap penyerapan air
dan unsur hara yang dapat cepat menurunkan laju pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan akar, batang dan luas daun berkurang karena cekaman garam, yaitu
ketidakseimbangan metabolik yang disebabkan oleh keracunan ion, cekaman
osmotik dan kekurangan hara.
Dari hasil pengamatan yang di lakukan dapat diketahui bahwa varietas
berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter luas daun. Hal ini
di pengaruhi oleh lahan salin yang mengakibatkan tanaman mengalami kesulitan
dalam penyerapan air dan unsure hara, sehingga memeksa tanaman untuk
beradaptasi dengan lingkungan hal ini sesuai dengan pendapat Nguyen et al
(1997) mekanisme toleransi pada tanaman sebagai respon adanya cekaman
kekeringan meliputi kemampuan tanaman tetap tumbuh pada kondisi kekurangan
Dari hasil sidik ragam dan pengamatan yang dilakukan dapat di simpulkan
bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter
bobot 10 biji. Seperti yang di ketahui bahwa air memiliki peranan penting dalam
proses produksi. Dengan dipengaruhi oleh faktor salin maka tanaman mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutahan air untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Scoot at al (1987) yang
menyatakan bahwa cekaman kekeringan yang terjadi pada saat pertumbuhan
generatif, misalnya saat pengisian polong akan menurunkan produksi. Kekeringan
dapat juga menurunkan bobot biji, sebab bobot biji sangan di pengaruhi oleh
jumlah air yang diberikan dalam musim tanam. Balittan Malang melaporkan
bahwa pemberian air yang intensif akan berpengaruh terhadab hasil produksi biji
kedelai.
Dari data pengamatan dapat di lihat pada parameter produksi banyak
tanaman yang tidak sampai panen, hal ini mungkin di pengaruhi oleh faktor
salinitas yang tinggi yang mengakibatkan akar tidak mampu menyerap air dari
dalam tanah. Hal ini di dukung oleh pendapat dari Sutoro dkk (1998) yang
menyatakan bahwa air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karna
berfungsi sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis.
Pada periode kekeringan tanaman sering mendapatkan cekaman kekeringan, karna
kurang nya suplay air di daerah perakaran atau laju transpirasi melebihi laju
absorbsi air oleh tanaman. Apabila cekaman kekeringan berkepanjangan maka
tanaman akan mati.
Dilihat data hasil pengamatan dan sidik ragam maka di ketahui bahwa
kering akar. Dengan dipengaruhi oleh faktor salinitas maka mengakibatkan
menurunnya kemanpuan akar dalam menyerap air dalam tanah sehingga
mengakibatkan pertumbukan akar tergangu. Hal ini sesuai dengan pendapat
Santosa (1995) yang menyatakan bahwa rendahnyha jumlah air akan
menyebabkan terbatasnya pperkembangan akar sehingga mengangu penyerapan
unsur hara oleh akar tanaman.
Dilihat data hasil pengamatan dan sidik ragam maka di ketahui bahwa
varietas berpengaruh nyata terhadap cekaman salinitas pada parameter tebal
kutikula. Seperti di ketahui bahwa tebal tipisnya lapisan kutikula berpengaruh
dalam peroses penguapan pada tanaman, sehingga pada tanaman yang kekurangan
air akan melakukan adaptasi fisiologi yaitu dgn mempertebal lapisan kutikula. Hal
ini sesuai dengan pendapat Courtois dan Lafitte (1999) yang menyatakan bahwa
tanaman yang tahan kekringan mengembangkan sejumlah strategi yang
berhubungan dengan proses fisiologi. Mekanisme ketahanan kekeringan tersebut
di bagi menjadi tiga katagori yaitu escape, avoidan dan toleran. Yang termasuk
dalam escape yaitu meliputi perkembangan daun menjadi lebih sempit dan
mempunyai lapisan kutikula yang tebal dan kemampuan stomata menutup dengan
cepat.
Dari data dan sidik ragam yang diamati varietas berpengaruh nyata
terhadap cekaman salinitas pada parameter produksi pertanaman. Hal ini terjadi
karna salinitas menyebabkan tanaman mengalami kesulitan dalam melakuan
pernyerapan air dan unsur hara yang di butuhkan tanaman untuk perkembangan
generative maupun vegetative sehingga mengakibatkan tidak maksimaknya
menyatakan bahwa air yang cukup akan mendukung peningkatan luas daun
sehingga berhubungan dengan tingkat produksi tanaman. Rendahnya jumlah air
akan menyebabkan terbatasnya perkembangan akar, sehingga menganggu
penyerapan unsure hara oleh akar tanaman.
Dalam kondisi cekaman kekeringan tanaman mengalami kesulitan untuk
melakukan penyerapa air hal ini mungkin mempengaruhi proses membuka dan
menutup stomata atau jumlah stomata maupun besar kecilnya stomata. Hal ini
sesui dengan pendapat Biswal & Biswal (1999) yang menyataan bahwa Stress air
dapat menghambat membukanya stomata. Stress air yang ringan kecil
pengaruhnya terhadap menutupnya stomata. Bila stress air ini berlangsung lebih
hebat akan mengurangi penyerapan CO2, lebih dari itu fotofosforilasi dan fotolisis
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Varietas berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai yaitu
pada parameter tinggi tanaman, luas daun, tebal kutikula, jumlah klorofil,
bobot kering tajuk pada 3 MST dan 6 MST dan berat kering akar.
2. Salinitas sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi beberapa
varietas kedelai
3. Varietas yang mampu mencapai masa vegetatif sampai minggu ke 6
sebanyak 17 varietas tetapi 17 varietas tidak mampu mencapai masa
generatif.
4. Varietas yang mampu mencapai masa generatif sebanyak 3 varietas yaitu
V3 : anjasmoro, V9 : wilis dan V17 : Grobongan
Saran
Ada 3 vartietas yang dapat dilanjutkan untuk seleksi berikutnya pada lahan
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T; 2005. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.
Andrianto, T.T dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usahatani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta.
Bangun, M.K. 1991. Perancangan Percobaaan. Fakultas Pertanian USU, Medan.
Biswal,B.andBiswal,U.C.1999.Phot o synthesis Under Stress In Handbook of Plant and Crop Stress.2 nd Ed.
Baharsjah, J.S, D. Suardi, dan I.Las, 1985 dalam S. Somaatmadja, M. I. Sumarno, M. Syam, S.O Manurung, Yuswadi. Kedelai. Bahan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Courtois, B, and R. Lafitte, 1999. Improving Rice for Droughty-prone Upland evinronements. In Ito-O’Toole, J. And B. Hardy (ends) Genetic improvments. Los Blanos: International Rice Research Institute
Deptan, Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1996. Budidaya Tanaman Palawija Pendukung Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS), Jakarta.
Hidayat O.O., 1985 dalam S. Somaatmadja, M. I. Sumarno, M. Syam, S.O Manurung, Yuswadi. Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Nguyen, H.T, R.C. Babu, and Blum, 1997. Breeding for Brought Resistence in rice Phsycology and Molekuler Genetic Considerative crop science 37:1426-1434.
Prabowo, 2007. Budidaya Kedelai. Dikutip dari Agrokomplek. Jakarta.
Provin and Pitt, 1980. Managing Soil Salinity. Texas Agricultural Extension Service. Dikutip dari 2009.
Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi dan Gizi. Edisi Kedua. Penerjemah C. Herison. ITB Press, Bandung.
Santoso. 1990. Fisiologi Tumbuhan. Metabolisme dan Pertumbuhan Tanaman Tingkat Tinggi. Yogyakarta.
Sipayung, R., 2003. Stres Garam Dan Mekanisme Toleransi Tanaman. Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Digitazed by usu digital library.
Slinger, D. and Tenison, K. 2005. Salinity Glove Box Guide - NSW Murray and Murrumbidgee Catchments. An initiative of the Southern Salt Action Team, NSW Department of Primary Industries.
Suprapto.H.S; 1999. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutoro, Iskandar Soerdiredjja dan Susanto Tirtoutomo 1989. Pengaruh Cekaman Air dan reaksi Pemulihan Tanaman Jagung dan Sorgum Pada Vase pertumbuhan vegetatif
Diakses tanggal 21 januari 2009
V18 Grobongan
V20 kawi Penyemprotan
insektisida decis 25 EC
Produksi V18 grobongan
Stomata V18
Rata data tinggi tanaman 2 MST
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Rataan data tinggi tanamn 3 MST
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Rataan data tinggi tanaman 4 MST
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Rataan data tinggi tanaman 5 MST
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Rataan data tinggi tanaman 6 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
Data rataan produksi pertanaman (gr)
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Data ratan luas daun (mm
3 )Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Data rataan bobot kering tajuk 3 MST(gr)
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Data rataan bobot kering tajuk 4 MST(gr)
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Data rataan bobot kering tajuk 5 MST(gr)
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Data rataan bobot kering tajuk 6 MST(gr)
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Data rataan bobot kering akar 3 MST(gr)
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Data rataan bobot kering akar 4 MST(gr)
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Data rataan bobot kering akar 5 MST(gr)
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Data rataan bobot kering akar 6 MST(gr)
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Data rataan jumlah Klorofil
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Data rataan jumlah stomata
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Data rataan tebal kutikula
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas
Perlakuan Blok Total Rataan Rataan Varietas Rataan 0.30381 0.302857 0.281905 0.1555
Deskripsi Kedelai Varietas Cikuray
Nama Varietas : Cikuray
Kategori : Varietas unggul nasional (released variety)
SK : 616/Kpts/TP.240/11/92 tanggal 3 November 1992
Tahun : 1992
Tetua : Hasil seleksi keturunan persilangan kedelai No. 630 dan No. 1343
(Orba)
Potensi Hasil : 1,7 ton/ha biji kering
Pemulia : Sumarno, Soegito, Rodiah, Darman M. Arsyad, dan Ono Sutrisno
Nomor galur : 630/1343-4-1
Warna kulit polong masak : Coklat tua
Warna hilum biji : Putih
Tipe tumbuh : Determinate, bentuk daun lebar
Umur berbunga : 35 hari
Deskripsi Kedelai Varietas Bromo
Nama Varietas : Bromo
Tahun : 1998
Asal : Introduksi dari Filipina, oleh PT Nestle Indonesia pada tahun 1988
dengan nama asal Manchuria
Rataan Hasil : 1,68 – 2,5 ton / ha
Pemulia : Sumarno, Rodiah S., G. Sunyoto, Chamdi Ismail, Ir. Noerrachman
Nomor galur : BPTP Krp-2
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning mengkilat
Warna hilum biji : Coklat muda
Warna bulu : Putih / abu
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 60 - 70 cm
: Tolerang terhadap penyakit karat
Keterangan : Sesuai untuk bahan baku susu kedelai, tempe dan tahu
Deskripsi Kedelai Varietas Argomulyo
Nama Varietas : Argomulyo
Tahun : 1988
Asal : Introduksi dari Thailand
Tetua : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia dengan nama
asal Nakhon Sawan I
Rataan Hasil : 1,5 - 2 ton/ha
Pemulia : Rodiah S., C. Ismail, Gatot Sunyoto, Sumarno
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning
Warna hilum biji : Putih terang
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 40 cm
: Toleran terhadap penyakit karat
Keterangan : Sesuai untuk bahan baku susu kedelai
Pemulia : Rodiah S., C. Ismail, Gatot Sunyoto, dan Sumarno
Penyedia Breeder Seed : BPTP Karangploso, Malang
Deskripsi Kedelai Varietas Ijen
Nama Varietas : Ijen
SK : 384/Kpts/SR.120/8/2003
Tahun : 2003
Asal : Indonesia
Tetua : Silang balik varietas Wilisdengan Himeshirazu
Potensi Hasil : 2,15 - 2,49 t/ha
Karakter Khusus : agak tahan ulat grayak
Pemulia : M. Muchlish Adie, K. Igita
Warna kulit biji : kuning agak mengkilap Warna polong masak : coklat tua
Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro
Nama Varietas : Anjasmoro
Kategori : Varietas unggul nasional (released variety)
SK : 537/Kpts/TP.240/10/2001 tanggal 22 Oktober tahun 2001
Tahun : 2001
Tetua : Seleksi massa dari populasi galur murni MANSURIA
Potensi Hasil : 2.25-2.03 ton/ha
Pemulia : Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaluddin M, Susanto, Darman
M.Arsyad, Muchlish Adie
Tipe pertumbuhan : Determinate
Bentuk daun : Oval
Kandungan lemak : 17.12-18.60%
Deskripsi Kedelai Varietas Burangrang
Nama Varietas : Burangrang
Kategori : Varietas unggul nasional (released variety)
SK : 766/Kpts/TP.240/6/99 tanggal Juni 1999
Tahun : 1999
Tetua : Segregat silang alam , diambil dari tanaman petani di Jember
Rataan Hasil : 1,6-2,5 t/ha
Pemulia : R. P. P. Rodiah, Ono Sutrisno, Gatot Kustiyono, Sumarno, Soegito
Nomor : C1-1-2/KPR-3
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning
Warna hilum biji : Terang
Warna bulu : Coklat kekuningan
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 60-70 cm
Bentuk daun : Oblong, ujung runcing
Percabangan : 1-2 cabang
Deskripsi Kedelai Varietas DETAM 2
Nama Varietas : DETAM 2
SK : 9837/W-D-5-211
Tahun : 2008
Tetua : Seleksi persilangan galur Introduksi 9837 dengan Wilis Rataan Hasil : 2.96
Potensi Hasil : 2.46
Pemulia : M.Muchlis Adie,
Deskripsi Kedelai Varietas Grobogan
Nama Varietas : Grobogan
SK : 238/Kpts/SR.120/3/2008
Tahun : 2008
Tetua : Pemurnian populasi Lokal Malabar Grobogan
Rataan Hasil : 3,40 ton/ha Potensi Hasil : 2,77 ton/ha Karakter
Khusus
: polong masak tidak mudah pecah, dan pada saat panen daun luruh 95–100% saat panen >95% daunnya telah luruh
Pemulia : Suhartina, M. Muclish Adie, T. Adisarwanto, Sumarsono, Sunardi,
Tjandramukti, Ali Muchtar, Sihono, SB. Purwanto, Siti Khawariyah, Murbantoro, Alrodi, Tino Vihara, Farid Mufhti, dan Suharno
Tipe
Deskripsi Kedelai Varietas Wilis
Nama Varietas : Wilis
SK : TP 240/519/Kpts/7/1983 tanggal 21 Juli 1983
Tahun : 1983
Tetua : Seleksi keturunan persilangan Orba x No. 1682
Potensi Hasil : 1,6 ton/ha biji kering
Pemulia : Sumarno, Darman M. Arsyad, Rodiah, Ono Sutrisno
Nomor induk : B 3034
Sifat-sifat lain : Tahan rebah
Deskripsi Kedelai Varietas Kawi
Nama Varietas : Kawi
SK : 878/Kpts/TP.240/11/98
Tahun : 1998
Tetua : Galur MSC 9050-C-7-2 galur murni keturunan galur introduksi AVRDC,
Taiwan G 10050 x MSC 8306-1-M
Rataan Hasil : 1.55 - 2.80 t/ha
Pemulia : Soegito
Nomor galur : MSC 9050-C-7-2
None : Galur MSC 9050-C-7-2, adalah galur murni hasil seleksi keturunan galur
introduksi AVRDC, Taiwan G 10050 x MSC 8306-1-M
Warna hypokotil : Ungu
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 60-70 cm
Keterangan : Sesuai untuk jenis tanah Aluvial, Grumusol, Regosol dan Latosol
Deskripsi Kedelai Varietas Kaba
Nama Varietas : Kaba
Kategori : Varietas unggul nasional (released variety)
SK : 532/Kpts/TP.240/10/2001 tanggal 22 Oktober 2001
Tahun : 2001
Tetua : Silang ganda 16 tetua
Potensi Hasil : 2,13 ton/ha
Pemulia : M. Muchlish Adie Soegito, Darman M. Arsyad, Arifin
Nomor galur : MSC 9524-IV-C-7
Tipe tumbuh : Determinate
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Hijau
Warna bunga : Ungu
Warna daun : hijau tua
Warna bulu : Coklat
Warna kulit polong masak : Coklat
Warna kulit biji : Kuning
SIBAYAK
Tanggal dilepas 22 Oktober 2001
TANGGAMUS
Tanggal dilepas : 22 Oktober 2001
SK Mentan : 536/Kpts/TP.240/10/2001
No. Galur : K3911-66
Asal : Hibrida (persilangan tunggal):Kerinci x No.
3911
SINABUNG
Dilepas tahun : 22 Oktober 2001
SK Mentan : 533/Kpts/TP.240/10/2001
Nomor galur : MSC 9526-IV-C-4
Ketahanan thd penyakit : Agak tahan karat daun
Sifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah
Wilayah adaptas i : Lahan sawah
RATAI
Dilepas tahun : 17 Maret 2004
SK Mentan : 168/Kpts/LB.240/3/2004
Nomor galur : Galur W3465-27-2
Ketahanan thd penyakit : Agak tahan penyakit karat daun (Phakospora pachyrizi Syd)
Wilayah adaptasi : Lahan kering masam Sumbar Barat, Lampung dan Kalsel
Mitra kerja : Asadi (Balitbiogen)., Azran Tanjung Tasman Naim (BPTP
Sumbar), Yustisia dan M. Syarif (BPTP Sumsel), Eddy William (Balitra)
Pemulia : DM. Arsyad, Heru Kuswantoro, M. Muchlis Adie, Purwantoro,Amin
GUMITIR
Dilepas tahun : 11 April 2005
SK Mentan : 203/Kpts./SR.120/4/2005
Nomor galur : K-25
Asal : Introduksi dari Taiwam (GC 86019-190-1N)
Daya hasil : 2,41 t/ha
Ketahanan terhadap hama : Agak tahan lalat kacang dan pengisap polong, peka ulat grayak
Ketahanan thd penyakit : Peka virus daun (CMMV)
Keterangan : Rendemen tahu 409% dan rendemen tempe 211%
Pemulia : M. Muchlis Adie, Nasir Saleh dan Gatut Wahyu AS
Pengusul : Hani Soewanto, Teguh Agus CP, dan Joko S. Wahono (PT
PANDERMAN
Dilepas tahun : 5 Agustus 2003
SK Mentan : 395/Kpts/SR.120/8/2003
Nomor galur : GC 87032-10-1
Asal : Introduksi dari Taiwan
Potensi hasil : 2,37 t/ha
Ketahanan terhadap hama : Agak tahan ulat grayak Ketahanan thd penyaki : -
Ketahanan rebah : Tahan rebah
Mitra kerja : Chen II Tsung (plant pathologist)
Pemulia : M. Muchlis Adie, Muhammad Maksum, Lena Wahyu Marwati, M.
SEULAWAH
Dilepas tahun : 17 Maret 2004
SK Mentan : 169/Kpts/LB.240/3/2004
Nomor galur : Galur W3898-14-3
Ketahanan thd penyakit : Tahan penyakit karat daun (Phakospora pachyrizi Syd)
Wilayah adaptasi : Lahan kering masam Sumatera Barat, Lampung dan Kalimantan
Selatan
Mitra kerja : Asadi (Balitbiogen)., Azran Tanjung, Tasman Naim (BPTP
Sumbar), Yustisia dan M. Syarif (BPTP Sumsel), Eddy William (Balitra)
Pemulia : Darman M. Arsyad, Heru Kuswantoro, M. Muchlis Adie,
MALABAR
Dilepas tahun : 3 November 1992
SK Mentan : 618/Kpts/TP.240/11/92
Nomor galur : B 8217-II-12-13
Asal : Persilangan varietas No. 1592 x Wilis
Hasil rata-rata : Lahan sawah 1,27 t/ha biji kering - Lahan kering 0,79 t/ha biji kering
Ketahanan thd penyakit : Agak tahan karat daun
Keterangan : Daya adaptasi baik dan cukup luas. Cocok untuk dataran
rendah bekas padi sawah atau lahan tegalan akhir musim hujan
Pemulia : Darman MA., Sumarno, Asadi, Rodiah, Ono Sutrisno, dan