HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU
SEKSUAL REMAJA DI KELURAHAN SIMALINGKAR B
KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
MEYANA MARBUN
105102029
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Meyana Marbun
Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan
ix + 41 Hal + 4 Tabel + 1 Skema + 9 Lampiran
Abstrak
Pola asuh sangat mempengaruhi peran dan fungsi keluarga. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangat besar karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi, tempat anak belajar, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial. Keluarga juga dapat memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan kepada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi deskriptif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang tinggal serumah dengan orangtuanya di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan. Pengambilan sampel dengan simple
random sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2011 dan menggunakan
kuesioner yang terdiri dari data demografi, kuesioner pola asuh orang tua dan kuesioner perilaku seksual remaja. Data hasil penelitian di uji menggunakan program SPSS versi 12,0 dengan menggunakan deskriptif analyze dan ditampilkan dalam bentuk kategorik. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa mayoritas responden (76,1%) memiliki pola asuh demokrasi, Perilaku seksual remaja mayoritas responden dalam kategori positif ((95,5%). Analisis statistik diperoleh bahwa hubungan yang tidak signifikan antara pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual remaja nilai p = 0,223. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual remaja dan menggunakan lebih banyak responden dan meneliti dibeberapa tempat yang berbeda agar hasilnya lebih representatif.
Daftar Pustaka : 21 (1993 – 2010)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang tua terhadap Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan 2011’’ yang diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D
IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan,
masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
2. Nur Asnah Sitohang, SKp, Mkep, selaku Ketua Program D- IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
3. Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, NS, M.Kep selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah
4. Kepala Lurah Kelurahan Simalingkar B kecamatan Medan Tuntungan
5. Seluruh staf dan Dosen Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
6. Orang Tua, Kakak, dan Adik yang penulis cintai yang telah memberikan
dukungan serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilimiah ini masih terdapat kekurangan,
untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhirnya Penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis.
Medan, Juni 2011 Penulis
c. ... Menurut
1. Pengertian Perilaku Seksual Remaja ... 16
2. Faktor-faktor Perilaku Seksual Remaja ... 16
3. Tugas-tugas Perkembangan Perilaku Seksual Remaja ... 17
D. Faktor-faktor Keluarga Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja ... 19
BAB III. KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 21
B. Hipotesis ... 21
C. Definisi Operasiosional ... 22
I. Analisis Data ... 28 BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1 Hasil Penelitian ... 31 2 Pembahasan ... 34
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
1 Kesimpulan ... 38 2 Saran ... 38
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Remaja di Kelurahan
Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan ... 31
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua di Kelurahan
Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan ... 32 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan
Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan ... 33 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap
Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar CVI
Lampiran 2 : Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Instrumen Penelitian
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5 : Master Data Penelitian Lampiran 6 : Hasil Out Put Data Penelitian
Lampiran 7 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 8 : Surat Balasan dari BALITBANG
PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Meyana Marbun
Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan
ix + 41 Hal + 4 Tabel + 1 Skema + 9 Lampiran
Abstrak
Pola asuh sangat mempengaruhi peran dan fungsi keluarga. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangat besar karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi, tempat anak belajar, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial. Keluarga juga dapat memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan kepada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi deskriptif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang tinggal serumah dengan orangtuanya di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan. Pengambilan sampel dengan simple
random sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2011 dan menggunakan
kuesioner yang terdiri dari data demografi, kuesioner pola asuh orang tua dan kuesioner perilaku seksual remaja. Data hasil penelitian di uji menggunakan program SPSS versi 12,0 dengan menggunakan deskriptif analyze dan ditampilkan dalam bentuk kategorik. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa mayoritas responden (76,1%) memiliki pola asuh demokrasi, Perilaku seksual remaja mayoritas responden dalam kategori positif ((95,5%). Analisis statistik diperoleh bahwa hubungan yang tidak signifikan antara pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual remaja nilai p = 0,223. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual remaja dan menggunakan lebih banyak responden dan meneliti dibeberapa tempat yang berbeda agar hasilnya lebih representatif.
Daftar Pustaka : 21 (1993 – 2010)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk pola asuh orang tua terhadap anak merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan, mendidik, membimbing, dan
mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norrma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2000, hlm.15).
Pola asuh sangat mempengaruhi peran dan fungsi keluarga. Pengaruh keluarga
dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangat besar karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat berinteraksi, tempat anak
belajar, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial. Keluarga juga dapat memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan kepada anak (Kartono, 2010, hlm.57-58).
Menurut David (1992 : hal 33-39) suatu keluarga ditandai dengan adanya orangtua, baik ayah maupun ibu. Orang tua sebagai koordinator keluarga harus
berperilaku proaktif. Jika anak menentang otoritas, segera ditertibkan karena didalam keluarga terdapat aturan-aturan. Di antara anggota keluarga saling mendengarkan jika bicara bersama, melalui teladan dan dorongan orang tua (Shochib, 2000, hlm.18).
Orang tua sering mengeluh karena tidak adanya rasa tanggung jawab, terutama sekali sulit mengharapkan agar orang tua mempunyai tanggung jawab dalam perilaku
tentang masalah seks, pertanyaan itu seharusnya dijawab dengan sebenarnya dan diberi
informasi tertulis yang benar, termasuk dengan gambar. Jadi orang tua harus selalu menekankan bahwa seks adalah fungsi alamiah tapi mengandung tanggung jawab kepada orang lain (Soelaeman, 1988, hlm.27).
Perilaku seksual ini lebih baik diketahui dari orang tuanya, dari pada si anak mendapatkannya dari pendapat atau khayalan sendiri, teman, buku-buku, atau pun
film-film porno yang kini dijual bebas. Dari khayalan itu mereka dapat saja menyalah gunakan arti dan fungsi organ seksualnya. Dengan demikian salah satu yang mungkin bisa mengontrol perilaku seksual anak remaja adalah monitoring orang tua. Jadi orang
tua mempunyai peranan penting karena yang pertama sekali remaja tumbuh di keluarganya sendiri. Artinya orang tua harus menyediakan waktu yang ekstra untuk
memperhatikan anak remajanya terutama dalam perilaku seksual. (Dianawati, 2003, hlm.9).
Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja sangat
merugikan remaja itu sendiri, termasuk keluarganya. Penelitian yang dilakukan oleh
National Surveys of Family Growth pada tahun 1988 di Amerika Serikat dilaporkan
bahwa 80% laki-laki dan 70% perempuan melakukan hubungan seksual. Ada sekitar 53% yang berumur 15-19 tahun melakukan hubungan seksual pada masa remaja, dan 50% kelompok remaja melahirkan anaknya.
Pada tahun 1997 angka kehamilan remaja di Amerika Serikat (AS) sebanyak 840.000 dan 79% adalah kehamilan tidak disengaja. Sebesar 10% setiap tahunnya
Penelitian Puslit Ekologi Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Depkes R.I tahun
1990 terhadap remaja di Jakarta dan Yogyakarta yang menyebutkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi remaja untuk melakukan perilaku seksual yang menyimpang adalah membaca buku porno dan menonton film biru/ blue film 54,39% di Jakarta, dan 49,2%
di Yogyakarta. Pusat Studi Kriminologis Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta menemukan 26,35% dari 846 peristiwa pernikahan telah melakukan hubungan seksual
sebelum menikah di mana 50% di antaranya menyebabkan kehamilan. Dari berbagai penelitian menunjukkan perilaku seksual pada remaja ini mempunyai korelasi dengan sikap remaja yang menyimpang terhadap perilaku seksualnya.
Penelitian sahabat remaja tentang perilaku seksual remaja tentang perilaku seksual remaja di empat kota menunjukkan 3,6% remaja di kota Medan, 8,5% remaja di
kota Yogyakarta, 3,4% remaja di kota Surabaya, dan 31,1% remaja di kota Kupang yang terlibat hubungan seks secara aktif ( Sugiharta, 2000, hlm.139).
Penelitian Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), pada tahun 2001,
PKBI meneliti di dua kota yaitu Palembang, dan Singkawang. Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 16,46% dari remaja yang berumur 15-24 tahun mengaku telah
melakukan hubungan seksual (Ariyanto, 2008, ¶, 2)
Survei pendahuluan peneliti lakukan pada bulan Oktober 2010 terhadap 10 orang remaja yang memiliki pengalaman perilaku-perilaku seksual di wilayah Kelurahan
Simalingkar, peneliti mencari data dan menemukan fenomena mengenai perilaku-perilaku seksual remaja yang menyimpang dan kaitannya dengan pola asuh orangtua
Dari uraian tersebut, peneliti menarik kesimpulan bahwa perilaku seksual yang
menyimpang yang terjadi pada remaja disebabkan karena kondisi pengasuhan dari keluarga khususnya orangtua dalam hal pengasuhan anak. Kesalahan pengasuhan ini dapat berupa pola asuh yang tidak tepat sehingga berdampak terhadap perilaku seksual
remaja.Variabel perilaku seksual remaja meliputi kurangnya pemahaman yang disebabkan berbagai macam seperti adat istiadat, budaya, agama, dan kurangnya
informasi dari sumber yang benar.Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang tua terhadap Perilaku Remaja di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2010.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut yang menjadi perumusan masalah adalah: “Bagaimanakah Hubungan Pola Asuh Orang tua terhadap perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B,kecamatan Medan Tuntungan”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola asuh Orang tua terhadap perilaku seksual remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pola asuh orang tua di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan
b. Mengetahui perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan
Medan Tuntungan
c. Mengetahui hubungan pola asuh orangtua terhadap perilaku seksual remaja
di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Pelayanan Kebidanan
Dapat mengetahui lebih dalam mengenai perilaku seksual remaja khususnya kesehatan reproduksi sehingga dapat membantu di dalam pemberian pelayanan
yang tepat apabila berhadapan dengan pengguna jasa pelayanan kebidanan khususnya remaja.
2. Untuk Pendidikan Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan untuk persiapan materi penyuluhan yang berguna untuk meningkatkan kualitas
pendidikan kebidanan. 3. Bagi Penelitian Kebidanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai konsep dari pola asuh orangtua dan
perilaku remaja. Dimana konsep-konsep ini akan membantu dalam menjelaskan mengenai hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual remaja.
A. Pola Asuh Orangtua
1. Pengertian Pola Asuh Orangtua
Pengasuhan menurut (Schochib,2000, hlm.15) adalah orang yang melaksanakan tugas membimbing, memimpin, atau mengelola. Pengasuhan yang dimaksud di sini
adalah mengasuh anak. Menurut Darajat mengasuh anak maksudnya adalah mendidik dan memelihara anak itu, mengurus makan, minum, pakaiannya, dan keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai dewasa. Dengan pengertian diatas dapatlah
dipahami bahwa pengasuhan anak yang dimaksud adalah kepemimpinan, bimbingan, yang dilakukan terhadap anak berkaitan dengan kepentingan hidupnya.
Pengertian pola asuh orang tua terhadap anak merupakan bentuk interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai
kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat. Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga, mengajar,
nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pola asuh yang ditanamkan
tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Hal ini tergantung dari pandangan pada diri tiap orang tua (Gunarsa, 2002, hlm. 86).
2. Tipe Pola Asuh Orang tua
Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu diantaranya mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anak, orang tua dipengaruhi oleh budaya
yang ada dilingkungannya. Disamping itu, orang tua diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbeda-beda, karena orangtua
mempunyai pola pengasuhan tertentu.(Tarmuji, 1991). Tipe pola asuh terdiri dari dua dimensi perilaku yaitu Directive Behavior dan Supportive Behavior. Directive Behavior
melibatkan komunikasi searah di mana orangtua menguraikan peran anak dan memberitahu anak apa yang harus mereka lakukan, di mana, kapan, dan bagaimana melakukan suatu tugas. Supportive Behavior melibatkan komunikasi dua arah di mana
orang tua mendengarkan anak, memberikan dorongan, membesarkan hati, memberikan teguran positif dan membantu mengarahkan perilaku anak.(Shochib, 2000, 117)
Menurut Bernhard (1964: 31) sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anaknya. Orang tua jugadapat merealisasikan dan menciptakan situasi dan kondisi yang
dihayati anak-anaknya agar memiliki dasar-dasar dalam pengembangan diri. Dengan upaya ini berarti orang tua telah merealisasikan pelaksanaan undang-undang No.11
yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kepada anggota
keluarga yang bersangkutan.
Menurut Wayson (1964 : 229) anak yang disiplin diri memiliki keteraturan diri berdasarkan nilai agama, nilai budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup, dan
sikap hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara. Artinya, tanggung jawab orang tua adalah mengupayakan agar anak berdisiplin diri
untuk melaksanakan hubungan dengan Tuhan yang menciptakannya, dirinya sendiri, sesama manusia, dan lingkungan alam dan mahkluk hidup lainnya berdasarkan nilai moral. Orang tua yang mampu berprilaku seperti diatas, berarti mereka telah
mencerminkan nilai-nilai moral dan bertanggung jawab untuk mengupayakannya (Shochib, 2000, hlm.3).
Beberapa pendapat mengenai tipe pola asuh orang tua diantaranya sebagai berikut: a. Tipe pola asuh menurut Baumrind (1991) (dalam Parke & Locke, 1999) terdiri
dari dua tipe yaitu: 1. Pola Asuh Otoriter
Menurut Baumrind (dalam Parke & Locke) pola asuh otoriter adalah bentuk pola
asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua atau kontrol yang ditujukan kepada anak untuk mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, dictator, dan memaksa anak untuk selalu mengikuti orangtua tanpa banyak
alasan. Perilaku orangtua dalam berinteraksi dengan anak bercirikan tegas, suka menghukum, anak dipaksa untuk patuh terhadap aturan-aturan yang diberikan oleh
terlatih untuk berinisiatif ( kurang berinisiatif), selalu tegang, cenderung ragu, tidak
mampu menyelesaikan masalah (kemampuan problem solving-nya buruk), kemampuan komunikasinya buruk serta mudah gugup, akibat seringnya mendapat hukuman dari orang tua. Anak menjadi tidak disiplin dan nakal, pola asuh seperti ini anak
diharuskan untuk berdisiplin karena keputusan dan peraturan ada ditangan orang tua. 2). Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang bercirikan adanya hak dan kewajiban orang tua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab dan menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdiplin. Menurut
Shochib (dalam yuniati, 2003) orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk berbuat keputusan secara bebas,
berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk memiliki kebebasan sehingga anak mempunyai kepuasan sedikit menggunakan hukuman badan untuk mengembangkan disiplin. Pola asuh demokratis dihubungkan dengan tingkah laku
anak-anak yang memperlihatkan emosional positif, sosial, dan pengembangan kognitif.
Teori sistem keluarga menjelaskan bahwa penting di dalam sosialisasi seorang
anak tidak hanya erat hubungan dengan keluarga, tetapi keseluruhan kombinasi dari tingkah laku tersebut (Parke & Locke, 1999). Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu diantaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh
anak, orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Di samping itu, orang tua diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing dan
otoriter, demokratis, dan permissive .Kemudian tiga pengasuhan ini dikembangkan oleh
Maccoby dan Martin (1993) dengan menambah tipe pola asuh yang keempat, yaitu
uninvolved parenting ( Parke & Locke, 1999).
b. Tipe Pola Asuh menurut Hoffman (1970) (dalam Garliah, 2003), terdiri atas tiga tipe
yaitu :
1). Pola asuh bina kasih
Adalah suatu teknik disiplin dimana orangtua memberi penjelasan atau alasan mengapa anak harus mengubah perilakunya. Pada tipe asuh seperti ini dijumpai perilaku orang tua yang directive dan supportive tinggi.
2). Pola asuh unjuk kuasa
Adalah perilaku orangtua tertentu yang menghasilkan tekanan-tekanan
eksterivenal pada anak agar mereka berperilaku sesuai dengan keinginan orangtua. Pada tipe pola asuh ini dijumpai perilaku orangtua yang directive-nya tinggi dan supportive rendah.
3). Pola asuh lepas kasih
Adalah pertanyaan-pertanyaan nonfisik dari rasa dan sikap tidak setuju
orangtua terhadap perilaku anak dengan implikasi tidak diberikannya lagi kasih saying sampai anak merubah perilakunya. Pada tipe pola asuh ini dijumpai perilaku orangtua yang directive dan supportive rendah.
c. Tipe Pola Asuh menurut Hersey dan Blanchard (1978) (dalam Garliah & Sary, 2005),
1). Telling
Perilaku orang tua yang directive-nya tinggi dan supportive rendah disebut dengan telling, karena dikarasteristikkan dengan komunikasi satu arah antara orangtua dengan anak. Di mana orang tua menentukan peran anak dan
mengatakan apa, bagaimana, kapan dan di mana anak harus melakukan berbagai tugas.
2). Selling
Perilaku orang tua yang directive dan supportive tinggi disebut dengan selling, karena sebahagian besar arahan yang ada diberikan oleh orang tua. Orang tua
juga berusaha melalui komunikasi dua arah yang membolehkan anak untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan dukungan serta dorongan.
3). Participating
Perilaku orangtua yang directive-nya rendah dan supportive tinggi disebut
participating, karena orangtua dan anak saling berbagi dalam membuat
keputusan melalui komunikasi dua arah. Anak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk berbagi ide tentang bagaimana suatu masalah itu dipecahkan
dan membuat kesepakatan dengan orangtua apa yang harus dilakukan. 4). Delegating
Perilaku orangtua yang directive dan supportive rendah disebut dengan
delegating, karena meskipun orang tua tetap menetapkan apa yang harus
dilakukan dalam menghadapi suatu masalah, namun anak diperbolehkan untuk
Konsep dari keempat pola ini mempunyai arti yang sama dengan ketiga pola
asuh yang dikemukakan oleh Baumrind (1991) yaitu pola asuh otoriter, demokrasi, dan
permessive (Parke & Locke, 1999), serta neglectful oleh Maccoby dan Martin (1983)
B. Remaja
1. Pengertian remaja menurut WHO (World Health Organization ), adalah
suatu masa di mana :
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekunder sampai saat ia mencapai pematangan seksual.
2) Individu mengalami psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa
3) Terjadi peralihan dan ketergantungan sosial ekonomi yang penuh dengan
keadaan yang relatif lebih mandiri.
WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Dengan
membagi menjadi 2 bagian dimana remaja awal pada usia 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun (Sarwono, 2010, hlm. 11-12)
Definisi remaja untuk masyarakat Indonesia sama sulitnya dengan menetapkan definisi secara umum. Masalahnya adalah Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat, dan tingkatan sosial-ekonomi maupun pendidikan. Walaupun demikian, sebagai
pedoman umum dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut
b. Masyarakat Indonesia, usia 11 tahun tidak diperlakukan lagi seperti anak-anak
baik menurut adat maupun agama (kriteria sosial)
c. Pada usia 21 tahun mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa, seperti tercapainya identitas diri, tercapainya fase genital dari perkembangan
psikoseksual dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral (kriteria
psikososiologi)
d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orangtua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat/tradisi). Status
perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara menyeluruh. Seseorang yang sudah menikah pada usia berapa
pun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga. Karena itu remaja dibatasi khusus untuk yang belum menikah. (Hurlock, 2006, hlm. 92-93)
2. Tahap Perkembangan Remaja :
Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap
perkembangan remaja :
a. Remaja awal (Early Adolescence)
Remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perrubahan yang terjadi pada
tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Pada tahap remaja ini sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia sangat senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecendrungan “ narcictis”, yaitu mencintai diri sendiri.
c. Remaja Akhir (Late Adoloscence)
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan
pencapaian lima hal berikut ini:
1). Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2). Mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru.
3). Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
4). Egosentrisisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain)
5). Tumbuh “ dinding” yang memisahkan diri pribadinya dengan masyarakat
umum (Sarwono, 2010, hlm.30-31 ).
3. Teori Remaja menurut Kurt Lewin, Menggambarkan tingkah laku-tingkah
laku yang menurut pendapatnya akan selalu terdapat pada remaja : a. Pemalu dan perasa, tetapi sekaligus juga cepat marah dan agresif
b. Remaja terus menerus merasakan pertentangan antar sikap, nilai,
ideologi, dan gaya hidup. Keadaan ini remaja yang berada diambang peralihan antara masa anak-anak dan dewasa, sehingga ia dapat disebut
manusia maginal (dalam arti: anak bukan, dewasa pun bukan).
c. Konfilk sikap, nilai, dan ideologi tersebut diatas muncul dalam bentuk
d. Ada kecendrungan pada remaja untuk mengambil posisi yang sangat
ekstrem dan mengubah kelakuannya secara drastis, akibatnya sering muncul tingkah laku radikal dan memberontak dikalangan remaja.
e. Bentuk-bentuk khusus dari tingkah laku remaja pada berbagai individu
yang berbeda-beda akan ditentukan oleh sifat (Sarwono, 2010, hlm. 52-53).
4. Kondisi yang mempengaruhi konsep diri remaja adalah : a. usia kematangan
b. Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan seperti orang yang
hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik.
c. Penampilan diri
Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik.
d. Kepatutan seks
Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan perilaku membantu
remaja mencapai konsep diri yang baik. Ketidak patutan seks membuat remaja sadar diri dan hal ini memberikan buruk pada perilakunya.
e. Hubungan keluarga
Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasi diri dengan orang lain, dan ingin
f. Teman sebaya
Sangat mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara : yang pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-temannya tentang dirinya, yang kedua, ia berada dalam
tekanan untuk mengembangkan cirri-ciri kepribadian g. Kreativitas
Remaja yang semasa anak-anak didorong untun kreatif dalam bermain dan dalam tugas-tugas akademisnya, mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang pengruh yang baik tentang konsep diri
(Hurlock, 2006, hlm. 235).
C. Perilaku Seksual Remaja
1. Pengertian Perilaku Seksual Remaja
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik
dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bias bermacam-macam mulai perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu
dan bersenggama. Objek seksualnya bias orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa terutama jika ada akibat fisik atau sosial yang dapat di timbulkan. Tetapi pada sebagian perilaku
seksual yang lain dampak bias cukup serius, seperti perasaan salah, depresi, dan marah-marah.
2. Faktor yang sering dicurigai disebut sebagai pendorong perilaku seksual adalah:
b. Perbedaan jenis kelamin
c. Kampanye Keluarga Berencana (KB)
d. Faktor sosial ekonomi, seperti rendahnya pendapatan dan taraf pendidikan,
besarnya keluarga dan rendahnya nilai agama dimasyarakat yang
bersangkutan.
e. Citra diri yang menyangkut keadaan tubuh (body images) dan control diri (
Sarwono, 2010)
Agar seseorang dapat membuat keputusan yang penting tentang seks, mau melakukannya, dan siapa pasangannya , dia banyak membutuhkan banyak informasi.
Orang juga harus belajar untuk membuat keputusan sendiri dan tidak terpaksa melakukan sesuatu yang tidak mereka kehendaki atau sesuatu yang belum pasti. Yang
paling penting , orang seharusnya merasa senang terhadap diri mereka dan tubuh mereka sendiri.( Darvill, 2005)
3. Tugas-tugas perkembangan perilaku seksual remaja Secara rinci, Havighurst tahun
(1961) menjelaskan adalah sebagai berikut:
a) Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif
b) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa
lainnya
c) Mencapai suatu hubungan dan pergaulan yang lebih matang
f) Mempersiapkan diri untuk memiliki karier atau pekerjaan yang memiliki
konsekuensi ekonomi dan financial
g) Mempersiapkan perkawinan dan membentuk keluarga
h) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku sesuai dengan norma yang ada dimasyarakat (Hurlock, 2006, hlm. )
Dari berbagai hasil studi disimpulkan bahwa masalah seksualitas pada remaja timbul karena faktor-faktor berikut yaitu :
1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkat hasrat seksual (libido seksualitas)
remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.
2. Penyaluran itu tidak dapat dilakukan karena adanya penundaan perkawinan, baik
secara hukum karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan
batas usia menikah sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria.
3. Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana seseorang
dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah
4. Kecendrungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran
informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya
teknologi canggih.
5. Orang tua sendiri, baik karena ketidak tahuannya maupun karena sikapnya yang
mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak,
6. Dipihak lain, tidak dapat di ingkari adanya kecendrungan pergaulan yang makin
bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria (Sarwono, 2010, hlm. 187-188)
D. Faktor-faktor Keluarga Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja
1. Peranan dan fungsi keluarga
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang
diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Apabila mengaitkan peranan keluarga
dengan upaya memenuhi kebutuhan individu dari Maslow, maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut
2. Status Sosial Ekonomi
Keadaan sosial-ekonomi mempunyai peranan terhadap perkembangan psikososial anak. Apabila perekonomian keluarga cukup, maka lingkungan material
yang dihadapi remaja didalam keluarganya itu lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat dicapai apabila tidak ada alat-alatnya. Orang tua dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendalam kepada pendidikan
anaknya apabila tidak disulitkan dengan perkara kebutuhan-kebutuhan primer kehidupan manusia.
3. Keutuhan Keluarga
pertama-tama keutuhan dalam struktur keluarga, yaitu bahwa didalam keluarga itu adanya
ayah disamping , adanya ibu dan anak-anaknya. Apabila tidak ada ayahnya atau ibunya atau kedua-duanya, maka struktur keluarga sudah tidak utuh lagi. Selain keutuhan dalam struktur keluarga, dimaksudkan pula keutuhan dalam interaksi
keluarga, jadi bahwa didalam keluarga berlangsung interaksi sosial yang wajar (harmonis).
4. Sikap dan Kebiasaan Orang tua
Cara-cara dan sikap-sikap yang ditanamkan orangtua dirumah memegang peranan yang penting dalam pergaulan anak. Hal ini disebabkan karena keluarga
merupakan sebuah kelompok sosial dengan tujuan-tujuan, struktur, norma-norma, dinamika kelompok, termasuk dinamika kepemimpinannya, yang sangat
mempengaruhi kehidupan individu yang menjadi anggota kelompok tersebut. Cara-cara bertingkah laku orangtua yang dalam hal ini menjadi pimpinan kelompoknya, sangat mempengaruhi suasana interaksi keluarga, dan dapat merangsang
perkembangan ciri-ciri tertentu pribadi anaknya. 5. Status Anak
Status anak juga berperan sebagai suatu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan psikososialnya didalam keluarganya. Yang dimaksud status anak ialah kedudukan anak didalam keluarga, seperti anak tunggal, anak sulung, atau anak
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Konsep adalah abtraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara dua variabel independen
dan dependen (Nursalam, 2008, hal. 55). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh orangtua sedangkan variabel dependennya perilaku seksual remaja.
Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian
sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 1. Kerangka Konsep
B. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu :
- Ada hubungan pola asuh orang tua sterhadap perilaku seksual remaja Perilaku seksual
C. Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi yaitu untuk mengetahui hubungan yang terjadi pada sebuah fenomena dengan
mengidentifikasi hubungan yang terjadi pada dua variabel (Suyanto & Salamah, 2009, hal. 33-34).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah remaja di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan, selama bulan Mei sampai Oktober 2010 yaitu sebanyak 114 orang remaja.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi. Menentukan sampel
dengan menggunakan ketetapan absolute dan menggunakan rumus :
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
Jadi sampel dalam penelitian ini adalah :
Diketahui : N = 114 d = 0,05
n = 88
Jumlah sampel yang diperoleh adalah 88 orang. Jadi jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 88 orang remaja.
Teknik pengambilan sampel menggunakan pendekatan secara simple random
sampling yaitu pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
pada populasi tersebut. Dilakukan dengan cara membuat undian pada kertas-kertas kecil,
yang telah ditulis nama-nama remaja pada satu kertas undian. Kemudian kertas undian diambil secara acak sebanyak 88 buah.
Adapun Kriteria sampel yang dipakai adalah :
1. Remaja yang berusia 12-20 tahun, karena pada usia ini merupakan masa
Terjadinya perilaku seksual pada remaja, sehingga hasilnya diharapkan lebih representatif.
2. Orang tua yang memiliki remaja 3. Tinggal serumah dengan orang tua
4. Bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Simalingkar B kecamatan Medan Tuntungan. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena lokasi mudah dijangkau oleh
peneliti, adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan responden, serta dilokasi ini juga belum pernah ada penelitian yang sama sebelumnya.
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada September 2010 sampai dengan April tahun 2011.
E. Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Institusi Pendidikan
yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara dan izin dari kepala lingkungan setempat (Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan
responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani
informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden
berhak untuk menolak dan mengundurkan diri dalam penelitian. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Responden memiliki
kebebasan dari tindakan yang merugikan atau resiko, dan mendapat keadilan tanpa adanya diskriminasi, apabila responden tidak bersedia atau dikeluarkan dari
penelitian.Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen, tetapi menggunakan inisial. Data – data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini terdiri dari 3 macam kuesioner :
1. Kuesioner data demografi remaja (identitas remaja) di Kelurahan Simalingkar B,
Kecamatan Medan Tuntungan yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, dan suku.
Kuesioner ini digunakan untuk melihat distribusi demografi dari responden saja dan tidak dianalisis.
2. Kuesioner untuk pola asuh orang tua, maka peneliti membuat kuesioner tentang pola
asuh orang tua 20 soal dengan menggunakan, dengan 10 pertanyaan pola asuh otoriter, dan 10 pertanyaan pola asuh demokrasi, dengan menggunakan skala likert. 3. Kuesioner untuk perilaku seksual remaja, maka peneliti membuat kuesioner tentang
perilaku seksual remaja 10 soal, dengan 5 pertanyaan positif, dan 5 pertanyaan
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas (kesahihan) adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur aspek yang perlu diukur. Semakin tinggi validitas suatu alat test tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya
diukur.
Menurut Davies dan Hodnett (2002 ), ( dalam Williams & Wilkins, 2004, hal.
312) besarnya sebuah koefisien menunjukkan bagaimana kesahan sebuah instrumen. Rentang koefisien, antara 0,00 sampai 1,00, dengan nilai yang lebih tinggi menunjukkan kriteria ke validan yang lebih besar. Nilai koefisien yang diharapkan adalah 0,70 atau
lebih.
Uji validitas sudah dilakukan secara conten validity kepada ahli dibidangnya.
Dalam penelitian ini, peneliti telah berkonsultasi dengan salah satu staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, yaitu Dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc. , CMFM, hasilnya signifikan yaitu 0,80.
Reliabilitas (keandalan) adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur
memperlihatkan hasil yang relatif sama dalam beberapa kali pengukuran terhadap
sekelompok subjek yang sama. Hasil pengukuran yang relatif sama menunjukkan bahwa ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran tersebut. Apabila dari waktu kewaktu perbedaan sangat besar, maka hasil
pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan tidak reliabel.
Menurut Burn dan Grove (2001) suatu instrumen yang menggunakan pengukuran
Uji reliabilitas diujikan sebelum penelitian berlangsung, dan dilakukan kepada
10 orang remaja di kelurahan kuala berkala dengan memakai uji reliabilitas, yang mempunyai kriteria yang sama dengan responden yang diteliti. Skor korelasi setiap diuji coba dicari dan dilihat signifikannya. Hasilnya signifikan yaitu 0.982.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Institusi Pendidikan (Program Studi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara), kemudian permohonan izin yang diperoleh dikirim ke tempat penelitian di
Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan. Setelah mendapat izin dari Kepala Lurah Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan, peneliti melakukan
pengumpulan data penelitian. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang dibuat sebelumnya. Peneliti menemukan calon responden yang memenuhi kriteria cukup banyak maka peneliti memilih calon responden secara acak. Setelah mendapat
calon responden, selanjutnya peneliti menjumpai responden dari rumah ke rumah dan di bantu Bapak Kepala Lingkungan dan kebanyakan responden dijumpai pada siang dan
malam hari, setelah itu peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta proses pengisian kuesioner. Kemudian calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan sebagai responden dalam penelitian ini. Setelah itu
responden diminta mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Responden diberi kesempatan untuk bertanya selama pengisian kuesioner, bila ada yang tidak dimengerti
I. Analisis Data
Setelah seluruh data terkumpul, maka analisis data dilakukan melalui pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Editing
Pada tahap ini dilakukan untuk memeriksa atau meneliti data yang telah
diperoleh, dilakukan pembetulan data yang keliru/salah dan melengkapi data yang kurang.
2. Tabulating
Di mana pada tahap ini peneliti memindahkan data dari daftar pertanyaan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan.
3. Processing
Yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS versi 12,0.
4. Cleaning
Dimana pada tahap ini peneliti memeriksa atau mengecek kembali data yang
telah dimasukkan (di-entry) untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. 5. Analisis Data
Analisis data yang dipakai ada dua, yaitu:
a. Univariat
Data demografi dianalisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
remaja dianalisa dalam bentuk skala nominal, yaitu skor data hasil kuesioner
didistiribusikan kedalam 2 kategori, positif dan negatif.
Untuk analisa Perilaku remaja dengan rentang sebesar 10 dan jumlah kategori 2 maka diperoleh panjang kelas sebesar 5. Dengan P = 10 dan nilai terendah = 5 sebagai batas
bawah kelas interval pertama, pemberian skor adalah sebagai berikut :
Pertanyaan Negatif Nilai
Sangat Setuju : SS 1
Setuju : 2
Tidak Setuju : TS 3
Sangat Tidak Setuju : STS 4
Pertanyaan Positif:
Sangat Setuju : SS 4
Setuju : 3
Tidak Setuju : TS 2
Sangat Tidak Setuju : STS 1
b. Bivariat
Hubungan pola asuh orangtua terhadap perilaku remaja dianalisa dengan menguji hipotesi penelitian, kemudian ditarik kesimpulan dari hasil penelitian.
Hipotesa diuji dengan menggunakan teknik analisis Chi-square. Teknik analisis korelasi ini digunakan untuk mencari koefisien korelasi atau kekuatan hubungan.
Jika data probabilitas (p) < 0.05 maka H0 ditolak, apabila (p) > 0,05 maka H0
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
1. HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan pola asuh orangtua terhadap perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B kec Medan Tuntungan,
yang didapat dari pengumpulan data pada bulan 2011 di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan. Adapun jumlah seluruh responden dalam penelitian ini adalah 88
responden yang terdiri dari 43 responden laki-laki dan 45 responden perempuan.
Berikut ini merupakan penjabaran deskripsi dan persentase karakteristik responden serta hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual remaja di Kelurahan
Simalingkar B Kec Medan Tuntungan.
1.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1 yang terdiri atas usia remaja,
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden
Data Demografi Frekuensi Persentase Umur
Kristen Protestan 46 52,3
Kristen Katolik 18 20,4
1.2 Pola Asuh Orang tua di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan
Data yang terkumpul menunjukkan bahwa mayoritas pola asuh orang tua
responden adalah demokrasi (76,1%).
Tabel 5.2. Pola Asuh Orang tua di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan
Pola asuh Frekuensi Persentase
Otoriter 23 26,1
Demokrasi 65 73,9
1.3 Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingakar B Kec Medan
Tuntungan
Data yang terkumpul menunjukkan bahwa mayoritas perilaku seksual remaja adalah berperilaku positif (95,5%).
Tabel 5.3. Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan
Perilaku Seksual Remaja Frekuensi Persentase
Positif 84 95,5
Negatif 4 4,5
Total 88 100
1.4. Hubungan Pola Asuh Orang tua Otoriter terhadap Perilaku Seksual Remaja
di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan
Analisis hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual remaja diukur
dengan menggunakan uji chi-square. Dari hasil analisis data didapat p= 0,569 ( α = 0,05) yang berarti Ho gagal ditolak, artinya bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara pola asuh orangtua dengan perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan.
Tabel 5.4. Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan
2. PEMBAHASAN
2.1 Pola Asuh Orang Tua di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan
Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pola asuh orang tua demokrasi yaitu 67 responden (76,1%).
Hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari Endang (2007) yang menunjukkan bahwa dari 144 responden, sebanyak 135
responden (93,75%) yang memiliki pola asuh orang tua demokrasi. Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh demokrasi banyak digunakan oleh orang tua.
Menurut Shocib (dalam yuniati, 2003), orang tua yang menerapkan pola asuh
demokrasi banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk berbuat keputusan secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk memiliki kebebasan
sehingga anak mempunyai kepuasan, dan sedikit menggunakan hukuman badan untuk mengembangkan disiplin.
Menurut Astuti (2005), pola asuh demokrasi dapat mendorong anak untuk
mandiri, tapi orang tua tetap menetapkan batas dan kontrol serta memiliki dampak positif yaitu anak-anak akan merasa bahagia, mempunyai kontrol diri dan rasa percaya
dirinya terpupuk, bisa mengatasi stress, punya keinginan untuk berprestasi dan bisa berkomunikasi dengan baik. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis akan berusaha mengajak anak agar terbiasa menerima konsekuensi secara logis dalam setiap
2.2 Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar B Kec. Medan
Tuntungan
Hasil penelitian mengenai perilaku seksual remaja di Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan dari 84 responden (95,5%) mayoritas berperilaku positif.
Hasil penelitian mengenai perilaku seksual remaja didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari Endang (2007), bahwa dari 144 responden, 125 responden
(86,8%) yang memiliki perilaku remaja yang positif.
Dan hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth Estin (2009), dari 53 responden, 46 responden (86,8%) memiliki perilaku
seksual positif.
Menurut Sarwono (2007), perilaku seksual merupakan tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentik tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tetarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Sebagian dari tingkah laku itu
memang tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya. Akan tetapi, pada sebagian perilaku seksual yang lain dampaknya
bisa cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah, ketegangan mental, dan kebingungan akan peran sosial.
2.3 Hubungan Pola Asuh Orangtua terhadap Perilaku Seksual Remaja di
Kelurahan Simalingkar B Kec Medan Tuntungan
Dari analisis statistika diperoleh nilai significance (p value) sebesar 0,569
sehingga lebih besar dari (α) = 0,05. Ini berarti Ho gagal ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan pola asuh orangtua terhadap perilaku seksual remaja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari
Endang (2007), bahwa dari analisis statistika diperoleh nilai signifikan (p value) sebesar
0,700 sehingga lebih besar dari nilai (α) = 0,05. Hal ini menunjukkan Ho gagal ditolak
sehingga disimpulkan tidak ada hubungan pola asuh orangtua terhadap perilaku seksual remaja.
Dari hasil penelitian di atas, berbading terbalik dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Elizabeth Estin (2009), bahwa dari analisis statistika diperoleh nilai signifikan (p value) sebesar 0,000 sehingga lebih kecil dari nilai (α) = 0,05. Hal ini
berarti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual remaja.
Menurut pendapat Lauritsen (1994) bahwa pola asuh orang tua baik otoriter
maupun demokrasi tidak ada hubungan yang signifikan terhadap perilaku seksual remaja. Karena seperti pola asuh otoriter yang diterapkan di kalangan keluarga yang
artinya berdampak buruk pada remaja, ketika diteliti bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter tidak berdampak apa-apa pada anak remajanya. Remaja tersebut juga tidak ada berpengaruh terhadap pergaulan bebas, yang berhubungan dengan perilaku
seksual remaja.
Sebaliknya, orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis didalam teori
baik, tetapi dari hasil penelitian orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis pada
anak remaja, mengakibatkan remaja tersebut menjadi ketergantuan terhadap orangtuanya. Tidak bisa mengambil keputusan atau pun tindakan yang tepat untuk dirinya. Anak remaja tersebut karena banyak nasehat tentang perilaku-perilaku remaja
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden berusia antara 17 – 20 tahun (39,8%), dengan jenis kelamin perempuan (51,1%), agama Kristen
Protestan (52,3%), dengan suku Batak Karo (46,7%), jenjang pendidikan SMA (54,5%). Pola asuh yang digunakan orang tua responden mayoritas memiliki pola asuh demokratis yaitu sebanyak 67 responden.
Perilaku seksual remaja mayoritas berperilaku positif sebanyak 84 responden. Hasil uji chi-square diperoleh nilai probabilitas (p = 0,252) > 0,05 maka Ho
gagal ditolak, sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua dengan perilaku seksual remaja.
2. Saran
2.1 Untuk Pelayanan Kebidanan
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan, diharapkan bidan lebih meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kebidanan yang mencakup memberikan pendidikan kesehatan dan penyuluhan kepada remaja-remaja dalam mencegah penyimpangan
seksual yang tidak diinginkan seperti penyuluhan perilaku seksual apa yang sepantasnya dilakukan dan tidak dapat dilakukan oleh remaja. Tujuannya agar remaja dapat
2.2 Untuk Pendidikan Kebidanan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu cerminan agar remaja khususnya diinstitusi pendidikan lebih mengetahui perilaku-perilaku remaja yang menyimpang, untuk itu mahasiswa kebidanan, melalui pendidikan kebidanan terdorong
untuk melakukan kegiatan pencegahan penyimpangan perilaku seksual remaja dalam kegiatan praktek kebidanan dan dapat mengaplikasikan ilmunya khususnya tentang
kesehatan reproduksi pada remaja dimasyarakat.
2.3 Untuk Peneliti Kebidanan
Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 88 orang dikelurahan. Jumlah ini dirasakan peneliti belum cukup untuk mewakili remaja-remaja lainnya yang
DAFTAR PUSTAKA
Abineno, J.L.Ch. (2002). Seksualitas dan Pendidikan Seksual. PT BPK Gunung Mulia. Ariyanto. (2008). Penelitian Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. Dari
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0205/10/iptek/rema33/htm Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Bronckopp, D.Y, dan Hastings, M.T. (2000). Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Jakarta : EGC
Dianawati ajen. (2003). Pendidikan Seks untuk Remaja. Jakarta : PT.Kawan Pustaka Endang, L. (2006). Tipe Pola Asuh Orangtua terhadap Moral Remaja di SMU Negeri 1
Medan. Medan : Universitas Sumatra Utara.
Elizabeth Estin. (2009). Hubungan Monitoring Parenteral dengan Perilaku Seksual
Remaja di Kelurahan Kebun Sayur. Pematang Siantar : Politeknik Kesehatan
Medan
Garliah, Lili. (2003). Disertasi : Peran Pola Asuh Orangtua dengan Penalaran Moral
dalam Kepemimpinan Transformasi Remaja SMU Negeri 1 di Medan. PPS
UNPAD. Bandung : Program Studi Psikologi Perkembangan
Gunarsa, Singgih D. (1993). Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta : PT. BPK.Gunung Mulia
Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Hurlock,E.B. (1999).Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Edisi 5. Jakarta : Erlangga
Kartono, Kartini. (2010).Kenakalan Remaja. Jakarta : PT. Rajagravindo Persada Notoatmodjo, S. (2005).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :RinekaCipta
Nursalam.(2008). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta :SalembaMedika
Sarwono W. Sarlito. (2010). Psikologi Remaja.Jakarta : PT. Rajagravindo Persada
Sastroasmoro, S. (2006). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto
Shochib, moh. (2000). Pola Asuh Orangtua. Jakarta : Rineka Cipta.
Suyanto, Salamah. (2009). Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Jogjakarta : Mitra Cendekia.
Tarmudji, Tarsis. Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Agresivitas Remaja. 14 april, 2008, Dari http://www.depdiknas.go.id/jurnal/37/hubungan-pola-asuh-orangtua.htm.
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bernama Meyana Marbun/105102029 adalah mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat
ini sedang melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang tua terhadap
Perilaku seksual Remaja.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan remaja untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dalam memberikan jawaban atas kuesioner sesuai dengan pendapat remaja tanpa di pengaruhi oleh orang lain. Jika bersedia,
silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Remaja. Partisipasi remaja dalam penelitian ini bersifat sukrela, sehingga bebas
mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apa pun. Identitas pribadi remaja dan semua informasi yang remaja berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan ini saja. Terimakasih atas partisipasi remaja dalam penelitian ini.
Peneliti Medan, Februari 2011
Responden
LEMBARAN KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERILAKU
SEKSUAL REMAJA DI KELURAHAN SIMALINGKAR B.
KEC. MEDAN TUNTUNGAN
Petunjuk pengisian : Saudara diharapkan :
1. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda ceklist (√ )
dan menjawab titik pada tempat yang disediakan. 2. Semua pertanyaan harus dijawab
3. Tiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban
4. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanya kepada peneliti.
A. Kuesioner Data Demografi Remaja (Identitas Remaja)
1. Usia : ………Tahun
2. Jenis Kelamin : ( ) laki-laki ( ) perempuan
3. Agama : ( ) Islam ( ) Budha
( ) Kristen protestan ( ) Hindu
( ) Katolik
4. Suku : ( ) Batak ( ) Jawa ( ) Aceh
Kuesioner Pola Asuh Orangtua Dikelurahan Simalingkar B. Kecamatan Medan Tuntungan
Petunjuk
Pada halaman-halaman berikut terdapat sejumlah pertanyaaan yang menyangkut
cara-cara yang mungkin digunakan orangtua anda sehari-hari dalam usaha mendidik dan menanamkan disiplin. Untuk setiap pernyataan berikanlah tanda X ditempat yang
menggambarkan keberlakuan pernyataan tersebut dalam kehidupan anda sehari-hari. Keberlakuan untuk setiap pernyataan dapat dinyatakan sebagai berikut :
Sering terjadi : ST
Jarang terjadi : JT Tidak pernah terjadi : TPT
No Pernyataan ST JT TPT
1 Bapak / Ibu dengan keras melarang bergaul dengan anak-anak remaja lainnya, baik laki-laki maupun perempuan karena dapat menimbulkan kenakalan remaja 2 Bapak / Ibu dengan keras melarang anaknya bertanya
tentang pendidikan seks bagi remaja karena dianggap tabu. 3 Orangtua dengan keras melarang anaknya, tidak boleh
berpacaran
4 Orangtua menghukum anaknya, jika ketahuan menonton film-film yang berbaur pornografi
5 Orangtua dengan keras melarang anaknya bergaul dengan lawan jenis
6 Orangtua menghukum anaknya jika ketahuan terlambat pulang dari sekolah
7 Orangtua menekankan dengan keras bahwa anaknya tidak boleh meninggalkan/ melalaikan kewajiban untuk beribadah kepada Tuhan YME
8 Orangtua dengan keras menghukum anaknya jika ketahuan menonton film porno
9 Orangtua melarang keras jika anaknya menginap/ tidur ditempat teman
kosmetik yang berlebihan
11 Bapak / Ibu pernah menyampaikan informasi tentang perilaku seksual yang dapat membahayakan remaja
12 Bapak / Ibu membaca artikel tentang seks yang baik dan buku-buku pendidikan seks kepada anak, dan menerangkan hal tersebut kepada anak remaja anda
13 Orangtua mengajarkan anaknya bagaimana bergaul dengan teman-teman sesama jenis maupun lawan jenis 14 Bapak / Ibu mengizinkan anak remaja anda berpacaran
dengan alasan harus diketahui oleh orangtua
15 Bapak / Ibu pernah menjelaskan tentang organ-organ reproduksi kepada anak remaja anda
16 Bapak / Ibu pernah menjelaskan tentang bahaya atau resiko berpacaran yang melewati batas kepada anak remaja anda
17 Bapak/ ibu setuju jika anaknya tidur dirumah temannya, dengan alasan harus permisi pada orangtua
18 Bapak/ibu pernah menjelaskan bahaya narkoba kepada anak remajanya.
19 Bapak/ibu setuju jika anak remajanya mengikuti kemajuan tekhnologi, dengan alas an harus dalam batas yang wajar
20 Bapak/ibu sering menjelaskan hal-hal yang sering terjadi/ problema di usia remaja
B. Kuesioner Perilaku Seksual Remaja Dikelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan
Petunjuk Pengisian :
Saudara diharapkan :
1. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda ceklist
(√) dan menjawab titik yang disediakan
2. Semua pertanyaan harus dijawab
3. Tiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban
N
1 Apakah anda pernah berpegangan tangan saat pacaran?
2 Apakah anda pernah mencium pipi pacar anda?
3 Apakah anda pernah memeluk pacar anda? 4 Apakah anda pernah jalan berdua ke mol
dengan pacar anda?
5 Apakah anda pernah makan berdua dengan pacar anda?
6 Apakah anda pernah memegang alat kelamin pacar anda diatas baju?
7 Apakah anda pernah bersetubuh dengan pacar anda?
8 Apakah anda menyukai sesama jenis?
9 Apakah anda sering melakukan onani/ mansturbasi?
1 0
No Pertanyaan SKORE
POLA ASUH ORANG TUA 0.1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 ,0
1
Bapak / Ibu dengan keras melarang bergaul dengan
Bapak / Ibu dengan keras melarang anaknya bertanya tentang pendidikan seks bagi remaja karena dianggap tabu.
√
terlambat pulang dari sekolah
√
7
Orangtua menekankan dengan keras bahwa anaknya tidak boleh meninggalkan/
Orangtua dengan keras menghukum anaknya jika ketahuan menonton film porno
√
9
Orangtua melarang keras jika anaknya menginap/ tidur ditempat teman
√
10
tentang perilaku seksual yang dapat membahayakan remaja
12
Bapak / Ibu membaca artikel tentang seks yang baik dan buku-buku pendidikan seks kepada anak, dan menerangkan hal tersebut kepada anak remaja anda
√
13
Orangtua mengajarkan anaknya bagaimana bergaul dengan teman-teman sesama jenis maupun lawan jenis
√
14
Bapak / Ibu mengizinkan anak remaja anda berpacaran dengan alasan harus diketahui oleh orangtua
√
15
Bapak / Ibu pernah menjelaskan tentang organ-organ reproduksi kepada anak remaja anda
√
16
Bapak / Ibu pernah menjelaskan tentang bahaya atau resiko berpacaran yang melewati batas kepada anak remaja anda
√
17
Bapak/ ibu setuju jika anaknya tidur dirumah temannya, dengan alasan harus permisi pada orangtua
√
Bapak/ibu setuju jika anak remajanya mengikuti kemajuan tekhnologi, dengan alas an harus dalam batas yang wajar
√
20
Bapak/ibu sering menjelaskan hal-hal yang sering terjadi/ problema di usia remaja
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Meyana Marbun
Tempat/Tanggal Lahir : Simangonai, 23 Mei 1988
Nama Ayah : S.Marbun
Nama Ibu : M. Saragi
Anak Ke : 4 (Empat)
Alamat : P. Siantar
Pendidikan Formal :
SD : SD Simangonai Tahun 1994 - 2000
SMP : SMP Sultan Agung Tahun 2000-2003
SMA : SMA Sultan Agung Tahun 2003-2006
D3 : Diploma III (Tiga) Kebidanan Politeknik Kesehatan Depkes
Pematang siantar Tahun 2006-2009