PERUMAHAN TEPI AIR BANDA ACEH
( ARSITEKTUR TEPI AIR )LAPORAN PERANCANGAN
TKA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010/2011
PERUMAHAN TEPI AIR BANDA ACEH
NIP:1958 0224 1986 01 1002
Dosen Pembimbing II
Imam Faisal Pane, ST.MT
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR
(SHP2A)
Nama : Cut Nadia Wulandari
NIM : 070406070
Judul Proyek Tugas Akhir : Perumahan Tepi Air Banda Aceh
Tema : Arsitektur Tepi Air
Rekapitulasi Nilai :
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Laporan Tugas Akhir ini, sebagai syarat yang diwajibkan setiap mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dengan judul tugas akhir yang saya ajukan adalah Perumahan Tepi Air Banda Aceh di Ulhee Lhue.
Perumahan sebagai sarana manusia melakukan kegiatan mempunyai peranan penting dalam produktivitas kerja dan pembentukan pola perilaku serta jati diri manusia. Atas dasar alasan ini penyelenggaraan Perumahan perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, termasuk mewujudkan Perumahan yang seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
Perumahan merupakan bangunan yang selalu dibutuhkan oleh masyarakat ketika mereka harus tinggal disuatu tempat yang memungkinkan mereka untuk tinggal di daerah tersebut dengan jangka waktu yang lama. Dengan segala fasilitasnya, Perumahan juga dituntut untuk dapat memberikan kenyamanan kepada para pemakainya. Perumahan pun memiliki banyak jenis tergantung dari besaran ruang. Seiring dengan perkembangan teknologi, manusia dapat tinggal diatas tanah, tetapi juga dapat tinggal diatas laut atau dipinggiran laut. Hal ini lah yang mendorong munculnya perencanaan perancangan Perumahan Tepi Air Banda Aceh sebagai terobosan baru dalam bidang arsitektur dan bisnis Perumahan tentunya. Dengan berlokasi di Ulhee Lheu, diharapkan dapat menjadi Perumahan yang memberikan suasana baru kepada pemakainya.
Saya mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah mendukung kelancaran penulisan laporan ini. Saya tetap mengharapkan berbagai masukan, kritik dan saran, demi perbaikan laporan ini agar dapat menjadi lebih baik di masa mendatang
Terimakasih sebesar-besarnya tidak lupa saya ucapkan kepada :
Bapak Ir.Rudolf Sitorus, MLA. sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingannya yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.
Bapak Imam Faisal Pane, ST.MT sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna.
Bapak Ir.N. Vinky Rahman, MT. Sebagai Ketua Jurusan dan Koodinator Studio Tugas Akhir Semester B TA. 2010/2011.
Kepada kedua orang tua saya, Adik-adik saya dan saudara – saudara saya.
Para staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di lingkungan Fakultas Teknik Departemen Arsitektur USU.
Tunangan saya; Hendra Iskandar ( Abue ) yang selalu menemani di saat suka dan duka.
Abang-abang dan kakak-kakak saya; stambuk 2003 dan 2004. Yang banyak membantu dan memberi masukan dari awal kuliah sampai ke tugas akhir ini.
Teman – teman satu stambuk 2007 ; Shintia, Sheila, Tifany, Tenia, Sonny, Claudia, Bane, Shantos, dan banyak lainnya yang tidak bias saya sebutkan satu persatu.
Medan,22 Juni 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
1.4. PENEKANAN DALAM PERANCANGAN ... 4
1.5. PERMASALAHAN ... 4
1.6. FASILITAS DALAM PROYEK ... 4
1.7. ASUMSI ... 5
1.8. METODA PEMBAHASAN ... 5
1.9. LINGKUP KAJIAN ... 5
1.10. PENDEKATAN... 5
1.11. KERANGKA BERFIKIR ... 7
1.12. SISTEMATIKA PENULISAN ... 8
BAB II DESKRIPSI PROYEK ... 10
2.1. TERMINOLOGI JUDUL……… ... 10
2.2. LOKASI SITE………... .. 10
2.3. LUAS DAN KONDISI LAHAN………. 13
2.4. LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK ... 15
2.5. LETAK DAN GEOGRAFIS ... 16
2.5.2. Topografi ... 17
2.5.3. Hidrologi ... 17
2.5.4. Klimatologi ... 18
2.6. KAJIAN TERHADAP PERUMAHAN TEPI AIR ... 18
2.6.1. Teritorial ... 19
3.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN TEMA ... 22
3.2. PENGERTIAN TEMA ... 22
3.3. TINJAUAN TEORITIS ... 23
3.3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan waterfront . 23 3.3.2. Jenis Pemanfaatan Waterfront ... 24
3.3.3. Aspek mempengaruhi keberhasilan bangunan waterfront ... 24
3.4. INTERPRETASI TEMA... 25
3.5. STUDI BANDING TEMA SEJENIS ... 26
3.5.1. Pengembangan Daerah Tepi Air di Australia ... 26
3.5.2. Studi Kasus di Indonesia ... 27
3.6. JENIS-JENIS RUMAH ... 28
3.6.1. Rumah Bergandengan ... 28
4.1. ANALISA KONDISI TAPAK DAN LINGKUNGAN ... 31
4.1.1. Analisa Lokasi dan Keadaan Site ... 31
4.1.4. Analisa Matahari ... 33
4.4.5. Analisa Angin... 33
4.4.6. Analisa View Keluar ... 34
4.4.7. Analisa Kebisingan ... 35
4.4.7. Analisa Kebisingan………...35
4.2. ANALISA FUNGSIONAL ... 37
4.2.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan………..……… .. 37
5.3. KONSEP SIRKULASI DAN PENCAPAIAN ... 60
5.4. KONSEP HIRARKI RUANG LUAR ... 61
5.5. KONSEP ORIENTASI BANGUNAN ... 62
5.6. KONSEP MASSA BANGUNAN ... 64
5.6.1. Konsep Massa Bangunan Cluster Sitahoun ... 65
5.6.2. Konsep Massa Bangunan Cluster Jeumpa ... 66
5.6.4. Konsep Massa Bangunan Cluster Meulu ... 70
5.6.5. Konsep Massa Bangunan Cluster Ranup ... 72
BAB VI LAMPIRAN ... 74
6.1. GAMBAR PERANCANGAN ... 74
6.1.30. Detail Pondasi 1 Cluster Ranup ... 103
6.1.31. Detail Pondasi 2 Cluster Ranup ... 104
6.1.32. Rencana Pembalokan Cluster Ranup ... 105
6.1.33. Detail Pembalokan Cluster Ranup... 106
6.1.34. Rencana Atap dan Cluster Ranup ... 107
6.1.35. Detail Atap 1 Cluster Ranup ... 108
6.1.36. Detail Atap 2 Cluster Ranup ... 109
6.1.37. Rencana Sanitasi Cluster Ranup... 110
6.1.38. Rencana Elektrikal Cluster Ranup... 111
6.1.39. Detail Trafe 1 Cluster Ranup ... 112
6.1.40. Detail Trafe 2 Cluster Ranup ... 113
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. PetA Aceh ... 12
Gambar 2.2. Peta Kota Banda Aceh ... 12
Gambar 2.3. Peta Banda Aceh... 12
Gambar 2.4.Peta Lokasi ... 12
Gambar 2.5. Peta Ulhee Lheu…... 12
Gambar 2.6. Peta Site ... 13
Gambar 2.7. Lahan Kosong ... 13
Gambar 2.8. Taman Umum ... 13
Gambar 2.9. Lahan Kosong ... 14
Gambar 2.10. Lahan Kosong... 14
Gambar 2.11. Muara Syiah Kuala ... 14
Gambar 2.12. Lahan Kosong... 14
Gambar 2.13. Jalan Pelabuhan ... 14
Gambar 2.14. Muara Syiah Kuala ... 14
Gambar 2.15. Muara Buatan ... 15
Gambar 2.16. Laut Banda Aceh ... 15
Gambar 2.17. Peta Kabupaten Aceh Besar ... 16
Gambar 3.1. Perumahan Pantai Indah Kapuk ... 28
Gambar 3.2. Rumah Bergandengan ... 28
Gambar 3.3. Rumah yang Berderet ... 29
Gambar 3.4. Rumah yang Halamannya Berkebun ... 29
Gambar 3.5. Rumah Berbaris ... 30
Gambar 3.6. Rumah Perkotaan... 30
Gambar 4.1.Analisa Site ... 31
Gambar 4.2.Jalan Pelabuhan ... 31
Gambar 4.3.Danau Buatan ... 31
Gambar 4.4.Danau Syiah Kuala ... 31
Gambar 4.5.Danau Syiah Kuala ... 31
Gambar 4.6.Analisa Pencapaian ... 32
Gambar 4.7.Analisa Matahari ... 33
Gambar 4.9.Analisa View Keluar ... 34
Gambar 4.10.Jalan Pebahuna ... 34
Gambar 4.11.Danau ... 34
Gambar 4.12.Danau Syiah Kuala ... 34
Gambar 4.13.Danau Syiah Kuala ... 34
Gambar 4.14.Analisa Kebisingan ... 35
Gambar 4.15.Analisa Vegetasi ... 36
Gambar 4.16.Pohon Cemara ... 36
Gambar 4.17.Pohon Perdu ... 36
Gambar 4.18.Pohon Kelapa ... 36
Gambar 4.19.Pohon Palem ... 36
Gambar 4.20.Pohon Cemara ... 36
Gambar 4.21.Pohon Cemara ... 36
Gambar 5.1.Konsep Tapak ... 59
Gambar 5.2.Konsep Sirkulasi ... 60
Gambar 5.3.Konsep Hirarki Ruangan... 61
Gambar 5.4.Konsep Orientasi Cluster Sitahoun ... 62
Gambar 5.5.Konsep Orientasi Cluster Jeumpa ... 62
Gambar 5.6.Konsep Orientasi Cluster Seulanga ... 63
Gambar 5.7.Konsep Orientasi Cluster Meulu ... 63
Gambar 5.8.Konsep Orientasi Cluster Ranup ... 64
Gambar 5.9.Konsep Denah Bnagunan Cluster Sitahoun ... 65
Gambar 5.10.Konsep Tampak Bangunan Cluster Sitahoun ... 65
Gambar 5.11.Konsep Denah Bangunan Cluster Jeumpa ... 66
Gambar 5.12.Konsep Tampak Bangunan Cluster Jeumpa ... 67
Gambar 5.13.Konsep Denah Bangunan Cluster Seulanga ... 68
Gambar 5.14.Konsep Tampak Bangunan Cluster Seulanga ... 69
Gambar 5.15.Konsep Denah Bangunan Cluster Meulu ... 70
Gambar 5.16.Konsep Tampak Massa Bangunan Cluster Meulu ... 71
Gambar 5.17.Konsep Denah Bangunan Cluster Ranup ... 72
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Laju Pertumbuhan Penduduk Banda Aceh ... 15
Tabel 2.2. Luas dan Prosentase Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh 17 Tabel 2.3. Sungai di Kota Banda Aceh ... 18
Tabel 4.1. Deskripsi Kegiatan di Kantor Pemasaran ... 37
Tabel 4.2. Deskripsi Kegiatan di Mini Market ... 37
Tabel 4.3. Deskripsi Kegiatan di Club House ... 38
Tabel 4.4. Deskripsi Kegiatan di Mushalla ... 38
Tabel 4.5. Deskripsi Kegiatan di Fishing Area ... 38
Tabel 4.6. Deskripsi Kegiatan di Hunian Cluster Sitahoun ... 39
Tabel 4.7. Deskripsi Kegiatan di Hunian Cluster Jeumpa ... 40
Tabel 4.8. Deskripsi Kegiatan di Hunian Cluster Seulanga ... 40
Tabel 4.9. Deskripsi Kegiatan di Hunian Cluster Meulu ... 41
Tabel 4.10. Deskripsi Kegiatan di Hunian Cluster Ranup ... 42
Tabel 4.11. Kebutuhan Ruang di Kantor Pemasaran ... 43
Tabel 4.12. Kebutuhan Ruang di Mini Market ... 43
Tabel 4.13. Kebutuhan Ruang di Club House ... 43
Tabel 4.14. Kebutuhan Ruang di Mushalla ... 44
Tabel 4.15. Kebutuhan Ruang di Fishing Area ... 45
Tabel 4.16. Kebutuhan Ruang di Hunian Cluster Sitahoun ... 45
Tabel 4.17. Kebutuhan Ruang di Hunian Cluster Jeumpa ... 46
Tabel 4.18. Kebutuhan Ruang di Hunian Cluster Seulanga... 46
Tabel 4.19. Kebutuhan Ruang di Hunian Cluster Meulu ... 47
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1. Kerangka Berfikir ... 7
Diagram 4.1. Organisasi Ruang Cluster Sitahoun ... 49
Diagram 4.2. Organisasi Ruang Cluster Jeumpa ... 51
Diagram 4.3. Organisasi Ruang Cluster Seulanga ... 53
Diagram 4.4. Organisasi Ruang Cluster Meulu ... 55
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pengembangan dan pembenahan sebuah kota sekarang ini tidak hanya berfokus pada daerah pusat kota saja, hal ini disebabkan tanah kosong di pusat perkotaan sudah mulai langkah dan tinggi harganya. Disamping itu, pengembangan dan pembenahan kota menyebabkan daerah pinggiran kota akan menjadi daerah yang akan diperrebutkan, apalagi daerah tersebut terdapat potensi untuk investasi. Ditambahkan dengan pembenahan kota maka kota tersebut akan bersolek menjadi sebuah kota yan mempunyai image, cirri khas dan daya tarik tersendiri, baik untuk menarik investor ataupun wisatawan. Dengan dengan demikian, penduduk kota tersebut akan bangga memiliki kota unik tersebut, yang mana akan memberi motivasi kepada penduduk kota tersebut untuk turut menjaga dan melestarikan kotanya.
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alamnya , terutama di daerah perairan, dalam hal ini penulis lebih memfokuskan kepada pengembangan daerah tepi air di daerah Banda Aceh. Pengembangan dan pembenahan dimaksud adalah disektor property berupa “waterfront housing” (perumahan tepi air) dan fasilitas public yang terdapat di dalam areal tepi air. “waterfront housing” (perumahan tepi air) ini dimaksut sebagai sarana/fasilitas perumahan elite yang bernuansa “Air”. Tempat rekreasi dimaksudkan sebagai taman, tempat bermain anak – anak dan dewasa, permenade, dsb
depan, perkembangan di daerah tepi air akan semakin diperebutkan, karena memang daerah ini mempunyai daya tarik yang cukup besar dan banyak permintaannya.
Kita ketahui keadaan kota sekarang ini semakin padat, penuh dengan hal – hal yang memusingkan dan stress yang mengakibatkan ketegangan tubuh dan pikiran, walaupun kita beradaptasi dengan kehidupan yang sedemikian rupa, harus kita ketahui juga bahwa tingkat polusi di daerah perkotaan sudah sampai pada tahap dimana dapat meracuni tubuh kita, memperngaruhi kekebalan tubuh dan tingkat stress kita. Hal – hal inilah yang memacu para penghuni kota untuk melirik perumahan yang nyaman, jauh dari masalah – masalah tersebut diatas.
Ditambah lagi dengan berbagai keuntungan dan fasilitas yang dapat ditawarkan dari perumahan tepi air ini seperti:
Akses kedalam dan keluar lokasi perumahan yang dicapai melalui dua jalur, air dan darat
Air, dengan pencahayaan yang cukup dapat menjadi cermin yang merefleksikan keberadaan perumahaan tersebut, ini mampu memperkaya dimensi baru ruang – ruang arsitektual. Kesan ini dapat menarik dan menghidupkan suasana.
Fasilitas – fasilitas yang mendukung, seperti maria club, yacht club, golf club, dsb, juga menurut lamaran di bidang properti akan ada kenaikan harga yang besar pada asset property tepi air. Terlepas dari hal yang berhubungan dengan harga property tepi air ini, semua ini pada dasarnya berhubungan dengan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya, dan ini telah berlangsung sejak manusia itu ada, banyak hal yang menjadi pendorong terhadap usaha pemenuhan kebutuhan tersebut, diantaranya dorongan yang bersifat alamiah, baik dorongan untuk mempertahankan diri, mengembangkan diri, maupun doronganm untuk mempertahankan kelompok. Semua dorongan itu terlihat dalam bentuk hasrat, kehendak dan kemauan, baik itu manusia tersebut secara pribadi maupun dalam bentuk kelompok social dan kebutuhan hasrat tersebut.
1.2 Maksud dan Tujuan
Mengembangkan dan menata sector perumahan yang berada pada daerah tepi air areal reklamasi di kodya Banda Aceh.
Memanfaatkan potensi alam “Air” sebagai daya tarik utama dari perumahan ini.
Mengelolah area tepi air untuk turut menjaga, melestarikan dan mengembangkan potensi alam tepi air.
Sebagai motivator agar pengembangan dan pembenahan di sector perumahan juga difokuskan pada daerah tepi air.
Memberi lokasi hunian dan public space di tepi air yang nyaman.
Sebagai sarana Rekreasi tepi air.
1.3 Landasan Hukum
Beberapa landasan hokum tentang tata perumahan di Indonesia adalah sebagai berikut :
Dalam Pasal 5 ayat (1) UU Perumahan dan Permukiman No. 4/1992 ditegaskan bahwa setiap warga Negara mempunyai hak untuk menempati dan/ atau menikmati dan/ atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan sehat, aman, seasi dan teratur. Rumah yang layak adalah bangunan rumah yang minimal memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuni, sedang lingkungan sehat, aman, serasi dan teratur adalah lingkungan yang memenuhi persyaratan penataan ruang, persyaratan penggunaan tanah, pemilikan tanah dan kelayakan prasarana, serta sarana lingkungannya.
Dalam Pasal 7 ayat (1) dikemukakan bahwa untuk mewujudkan hal tersebut, maka pembangunan rumah dan perumahan wajib memenuhi persyaratan – persyaratan berikut:
Persyaratan teknis berkaitan dengan keselamatan dan keamanan bangunan, dan keandalan sarana dan prasarana lingkungan
Persyaratan ekologis berkaitan dengan keserasian dan keseimbangan, baik antara lingkungan buatan dengan lingkungan social budaya, termasuk nilai – nilai budaya bangsa yang perlu dilestarikan.
Pengertian bahwa pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan pedesaan maupun kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Pengertian bahwa persyaratan pembakuan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan dan rencana tata ruang lingkungan tempat tinggal/ hunian untuk membangun hanya dapat terwujud di atas sebidang tanah yang disebut kavling tanah matang.
1.4 Penekanaan Dalam Perancangan
Dengan tema “Arsitektur Tepi Air”, maka dalam hal perancangan baik itu perancangan tapak maupun bangunan sedapatnya ditekankan dalam hal penataan, pengelolaan dan pengembangan potensi alam tepi air.
Dalam hal fungsi, bangunan ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat hunian. Untuk bentuk fisik bangunan adalah bangunan di daerah tropis sesuai dengan alam tepi air.
1.5 Permasalahan
Bagaimana memadukan fungsi social dan komersial dengan memanfaatkan lingkungan dalam konteks rencana umum dan tata ruang kota.
Bagaimana menciptakan suasana yang nyaman bagi pemilik bangunan maupun masyarakat umum, namun tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan ikut berpartisipasi dalam penataan kota.
Bagaimana menciptakan urban maupun arsitektur tepi air yang dapat membudayakan aktivitas komesil dan rekreasi kota dengan orientasi air.
1.6 Fasilitas Dalam Proyek
1.7 Asumsi
Taraf hidup dan masyarakat Indonesia telah menuju perkembangan ke tahap yang lebih baik, Indonesia telah terbebas dan krisis moneter.
Sektor property berupa perumahan di daerah pinggiran kota, khususnya pada daerah tepi air banyak peminatnya
Sesuai dengan rencana umum tata ruang kota, sector property tepi air memang akan dikembangkan
Dalam perancangan ini perancang dalam studinya berperan sebagai professional yang membuat proposal (dalam peringkat yang dapat dianologikan dengan studi perancangan), sehingga asumsi kelayakan ini bersifat usulan yang berdasar.
1.8 Metoda Pembahasan
Dalam perancangan ini perancang menggunakan metode pembahasan secara deduktif, yaitu dari hal – hal yang umum ke hal – hal yang lebih khusus. Mencari dan mengumpulkan data – data yang diperlukan, dengan cara mencari studi literature, interview, media informasi internet, survey lapangan, dsb. Kemudian diadakan penyeleksian untuk merangkumnya agar menjadi data – data yang diperlukan dan diinginkan.
1.9 Lingkup Kajian
Lingkup kajian dalam studi ini adalah pengembangan konsep perencanaan dan perancangan. Kajian – kajian yang dilakukan dimaksudkan untuk mendapatkan dasar – dasar informasi yang mendukung konsep – konsep perencanaan dan perancangan, dengan beberapa asumsi kelayakan sampai dengan program.
1.10 Pendekatan
Pendekatan dalam pengembangan konsep dan perencanaan fasilitas diawali dengan melakukan studi pustaka dan studi banding, guna pengindentifikasian masalah dan menghasilkan criteria – criteria umum bagi perencaan dan perancangan.
Studi pustaka dan studi banding yang dilakukan dimaksudkan untuk mempertajam pemahaman tentang.
Arsitektur tepi air, sebagai sebuah morfologi, pengembangan dan sumbangannya bagi manusia dan lingkungan.
Tanjung Balai UTara, khususnya pada areal reklamasi tepi sungai Asahan sebagai lokasi proyek, berkaitan dengan pengembangan permasalahan dan latar belakang, analisa fisik dan non-fisik konteks lingkungan.
1.11 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah konsep yang meliputi proses pola berfikir dalam melaksanakan sebuah kegiatan sebagai gambaran perencanaan dari seluruh kegiatan yang akan di lakukan. Berikut adalah kerangka berpikir dalam mewujudkan Perumahan Tepi Air Banda Aceh :
Mengembangkan dan menata sector perumahan yang berada pada daerah tepi air areal reklamasi di kodya Banda Aceh.
Bagaimana memadukan fungsi social dan komersial dengan memanfaatkan
lingkungan dalam konteks rencana umum
dan tata ruang kota.
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alamnya, terutama di daerah perairan, dalam hal ini lebih memfokuskan kepada
pengembangan daerah tepi air di daerah Banda Aceh. Pengembangan dan pembenahan dimaksud adalah disektor property berupa “waterfront housing”
Perumahan Tepi Air Banda Aceh
1.13 Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika Penulisan laporan adalah tata cara penulisan laporan sebagai pedoman agar laporan dapat tersusun dengan benar. Berikut adalah sistematika penulisan laporan Batam Float Resort;
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang kajian latar belakang, maksud dan tujuan, permasalahan, pendekatan,lingkup batasan,asumsi kelayakan dan sistematika laporan.
BAB II DESKRIPSI PROYEK
Berisi tentang pengertian Batam Float Resort Hotel, lokasi, tinjauan fungsi dan studi banding terhadap Kasus Proyek sejenis yang lain.
BAB III ELABORASI TEMA
Berisi tentang kajian mengenai pengertian ,interpretasi dan keterkaitan tema dengan judul serta studi banding terhadap bangunan-bangunan yang menerapkan tema yang sama.
BAB IV ANALISIS
Berisi tentang kajian analisis terhadap lokasi dari tapak perancangan, potensi dan kondisi lingkungan, pemakai, dan aktivitasnya dan berisi tentang dasar-dasar pemrograman fasilitas yang direncanakan, meliputi kebutuhan ruang, besaran dan persyaratan ruang, hubungan antar ruang yang bersifat analisa.
BAB V KONSEP PERANCANGAN
Berisi konsep-konsep perancangan yang sesuai dengan lingkungan kajian.
BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai bahan literatur dalam perencanaan ini.
LAMPIRAN
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1 Terminologi Judul
Judul Proyek adalah Perumahan Tepi Air Banda Aceh yang artinya, sebagai berikut :
Waterfront :
• Land at the water edge, especially the part of town facing the sea, the habour, a lake etc
• The water edge a seashore, river banks or line side – has come to be known as the waterfront.
Housing : Perumahan, hunian, pemukiman
Jadi waterfront dalam terjemahan bebas dapat diartikan sebagai lahan atau areal yang terletak berbatasan dengan air, terutama bagian kota yang berorientasi ke laut, sungai, danau, dan sejenisnya.
“Daerah tepi air pada suatu kota merupakan daerah yang memiliki suatu kebudayaan tersendiri, daerah itu unik karena terdapat beragam kegiatan seperti ekonomi, pembangunan, tempat – tempat rekreasi dan indentitas kota”
“… sebuah kota mempunyai kesempatan untuk memberikan kepada masyarakatnya suatu kondisi yang menyenangkan dimana mereka dapat menikmati air dengan berjalan – jalan dan duduk – duduk di tepiannya dan menikmati kehidupan yang ada diatasnya, dimana mereka juga dapat menikmati udara dan langit secara bebas…, yang hasilnya dapat memperoleh kota itu sendiri, kesehatandan kebahagiaan dari masyarakatnya dan menimbulkan kebanggaan bagi masyarakatnya..”
2.2. Lokasi Site
Lokasi Perancangan proyek Perumahan Tepi Air Banda Aceh berada dikawasan Ulhe Lheue Banda Aceh dengan sudut pandang pesona keindahan Laut Syiah Kuala yang luas.
a. Judul Proyek : Perumahan Tepi Air Banda Aceh b. Fungsi Proyek : Perumahan Penduduk
c. Tema : Arsitektur Tepi Air d. Status Proyek : Fiktif
e. Lokasi Proyek : Jl.Pelabuhan Ulee Lheue
f. Data Penunjang : Studi literature dan studi banding
g. Asumsi : Diasumsikan dana proyek ini dari Pemerintah Kota Banda Aceh
h. Luas Site : 5 Ha. i. Batas – batas Site :
• Sebelah Utara : Jalan Pelabuhan Ulee Lheue • Sebelah Timur : Laut Banda Aceh
Gambar 2.1 Peta Aceh
Gambar 2.2 Peta Kota Banda Aceh Gambar 2.3 Peta Banda Aceh
Gambar 2.4 Peta Lokasi Gambar 2.5 Peta Ulhee Lhee PETA ACEH
PETA BANDA ACEH PETA BANDA ACEH
2.3 Luas dan Kondisi Lahan
Kondisi lahan datar tidak berkontur, dengan luas lahan sekitar 5 Ha.Pada saat ini lahan merupakan lahan yang separuh kosong dan separuhnya dibangun taman kecil yang tidak terpakai dan dipergunakan sesuai dengan fungsinya.
Gambar 2.6 Peta Kota Banda Aceh
Gambar 2.9 Lahan Kosong Gambar 2.10 Lahan Kosong
Gambar 2.11 Muara Syiah Kuala Gambar 2.12 Lahan Kosong
Gambar 2.13 Jalan Pelabuhan Gambar 2.14 Muara Syiah Kuala
3 4
5 6
Gambar 2.15 Muara Buatan Gambar 2.16 Laut Banda Aceh
2.4 Laju Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 laju pertumbuhan penduduk Banda Aceh mempunyai angka laju pertumbuh penduduk yang tinggi. Dibawah ini adalah table laju pertumbuhan penduduk tahun 2010.
Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Banda Aceh
2.5 Letak dan Geografis
2.5.1 Geografi
Letak geografis Kota Banda Aceh antara 5°30’ – 05035’ LU dan 95°30’ – 99016’ BT. Tinggi rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut, dengan luas wilayah 61,36 km2. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Utara : Selat Malaka
Selatan : Kecamatan Darul Imarah dan Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar
Barat : Kecamatan Peukan Bada , Kabupaten Aceh Besar
Timur : Kecamatan Barona Jaya dan Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar
Adapun Wilayah administrasi Kota Banda Aceh meliputi 9 Kecamatan, 70 desa
dan 20 kelurahan dengan pembagian tiap kecamatan seperti pada Gambar 2.17. Sedangkan luas dan prosentase untuk tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1 di
bawah ini.
NO KECAMATAN LUAS ( Km²) PERSENTASE (%)
1. Baiturrahman 7,258 11,83
2. Kuta Alam 4,539 7,40
Tabel 2.2 Luas dan Prosentase Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh
2.5.2 Topografi
Kota Banda Aceh secara geologi merupakan dataran banjir Krueng Aceh dan 70% wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 10 meter dari permukaan laut. Ke arah hulu dataran ini menyempit dan bergelombang dengan ketinggian hingga 50 m di atas muka laut. Dataran ini diapit oleh perbukitan terjal di sebelah Barat dan Timur dengan ketinggian lebih dari 500 m, sehingga mirip kerucut dengan mulut menghadap ke laut.
2.5.3 Hidrologi
Ada delapan sungai yang melalui Kota Banda Aceh yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air (Catchment Area) dan sumber air baku, kegiatan perikanan, dan sebagainya. Wilayah Kota Banda Aceh memiliki air tanah yang bersifat asin, payau dan tawar. Daerah dengan air tanah asin terdapat pada bagian utara dan timur kota sampai ke tengah kota. Air payau berada di bagian tengah kota membujur dari timur ke barat. Sedangkan wilayah yang memiliki air tanah tawar berada di bagian selatan kota membentang dari kecamatan Baiturrahman sampai kecamatan Meuraxa. Berikut pada
NAMA SUNGAI LUAS DAERAH RESAPAN ( KM2)
Tabel 2.3 Sungai di Kota Banda Aceh
II.5.4 Klimatologi
Banda Aceh memiliki suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25,50Cº hingga 27,50Cº dengan tekanan (minibar) 1008-1012. Sedangkan untuk suhu terendah dan tertinggi bervariasi antara 18,00Cº hingga 20,00Cº dan antara 33,00Cº hingga 37,00Cº.
Curah hujan kota Banda Aceh yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Blang
Bintang menunjukkan bahwa curah hujan yang terjadi selama tahun 1986 sampai dengan 1998 berkisar antara 1.039 mm sampai dengan 1.907 mm dengan curah hujan
tahunan rata-rata 1.592 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret, Oktober dan Nopember, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Januari, Februari dan Agustus. Jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan agustus yaitu 20-21 hari dan terendah pada bulan februari dan maret dengan jumlah hari hujan hanya 2 – 7 hari. Kelembaban udara di Kota Banda Aceh sangat bervariasi tergantung pada
keadaan iklim pada umumnya. Kelembaban udara dari data tahun 1998 berkisar antara 75% - 87 %. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada bulan juni. Kecepatan angin bertiup antara 2 – 28 knots.
2.6 Kajian Terhadap Perumahan Tepi Air
2.6.1 Teritorial
Teritorial adalah ruang – ruang hunian yang bersifat pribadi yang merupakan milik keluarga yang menghuni seperti taman depan, balkon, teras, dan sebagainya.
Biasanya territorial dibatasi dengan pemagaran, deretan pepohonan, pembedaan tinggi lantai, dinding – dinding setempat atau bentuk – bentuk rumah itu sendiri serta skala ruang antara yang satu dengan ruang yang lain.
2.6.2 Orientasi
Orientasi yang dimaksud disini adalah pemandangan / view yang bersifat kualitatif ( sinar matahari, angin dan pemandangan ) sebagai gaya – gaya dinamis. Untuk itu, baik itu tampak atau denah rumah haruslah tanggap dan peka terhadap kualitas – kualitas dinamis guna menjamin para penghuni atas kualitas lingkungan tempat tinggal yang menyenangkan.
2.6.3 Privasi
Pada perumahan yang berkepadatan menengah, keleluasaan pribadi diciptakan terutama oleh penghalang / pembatas yang dipakai bersama, seperti dinding, partisi, lantai dan pagar. Hal mengenai keleluasaan pribadi pada bagian dalam ruangan biasanya diciptakan dengan cara mendirikan kamar – kamar dengan pintu dan jendela dan bukaan lainnya yang tidak mudah untuk dilihat kearah yang dilindungi.
2.6.4 Identitas
Faktor utama pada bentuk perumahan dan pemukiman adalah social budayanya, bukan hanya iklim, bahan ataupun teknologi bangunan yang bersangkutan. Untuk mencari identitas rumah biasanya lebih condong kepada pemilihan suatu gaya bangunan. Bentuk – bentuk rumah yang beraneka ragam dan akrobatis telat timbul untuk menciptakan suatu identitas individual yang menyolok.
2.6.5 Kemudahan
lingkungan perumahan oleh semua anggota keluarga penghuni dapat dianggap sebagai kebutuhan dasar manusia. Aksesibilitas tidak dapat disamaratakan, harus secara hati – hati disesuaikan kepada kebutuhan – kebutuhan dari kelompok pemakai yang dimaksud dan aspek aksesibilitas harus mudah untuk ditangani dan dapat bermanfaat bagi semua orang.
2.6.6 Keselamatan
Keselamatan adalah suatu rasa keamanan pada tempat tinggal seseorang, baik siang ataupun malam hari. Rasa aman juga termasuk dalam hal terhindar dari bermacam gangguan baik itu yang dapat mengancam keselamatan manusia ataupun keamanan terhadap harta benda.
Dalam perancangan dan perencanaan perumahan tepi air, tidak terlepas kepada pengkajian terhadap calon penghuni. Sasaran utama terhadap perumahan ini adalah :
Penghuni yang bermata pencaharian disektor perairan misalnya pengusaha transportasi air, dan sebagainya.
Penghuni yang berasal dari golongan menengah ke atas.
Penghuni dengan ukuran keluarga sebagai tipe penghuninya, yaitu:
Pasangan muda, pasangan muda dengan anak-anak kecil, pasangan pertengahan usia dengan anak-anak belasan tahun dan pasangan pertengahan usia dengan anak – anak remaja.
Perumahan ini direncanakan untuk kalangan yang berpenghasilan menengah keatas dikarenakan dalam perancangan perumahan tepi air ini bertujuan untuk menciptakan suatu kawasan hunian elite, yang mana akan dilengkapi dengan fasilitas – fasilitas pendukung yang mewah pula.
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1. Latar Belakang Pemilihan Tema
Letak lahan berada di ulee lheue tepi pantai syiah kuala banda aceh, yang membutuhkan penanganan khusus baik dari segi arsitektural, ekologi maupun strukturnya. Pembangunan sebuah kawasan Perumahan Tepi Air Banda Aceh diharapkan dapat mewadahi kegiatan rekreasi baik aktif maupun pasif, hubungan antar ruang dan manusia baik didalam maupun luar gedung, jumlah dan karakteristik fasilitas yang terdapat di dalamnya sekaligus menampilkan citra kota tersendiri yang membedakannya dengan kota lain.
3.2. Pengertian Tema
Pengertian tema “ Arsitektur Tepi Air “ adalah : Arsitektur adalah :
Lingkungan binaan
Suatu hal yang membahas tenteng fungsi, struktur, dan estetika. Metode gdan gaya rancngan suatu konstruksi bangunan.
Tepi Air adalah :
Lahan atau areal yang terletak berbatasan dengan air, terutama bagian kota yang menghadap laut, sungai, danau atau sejenisnya.
Batas perairan sebuah pantai, tepi sungai di sepanjang aliran dikenal dengan wilayah tepi air.
Jadi “ Arsitektur Tepi Air “ merupakan arsitektur yang perkembangannnya mengarah pada massa bangunan dengan berorientasikan pada tepi air. Namun perlu diketahui bahwa di dalam pengembangan arsitektur tepi air perlu diperhatikan antara lain : iklim, arah angina, arah arus laut, tingksh lsku air,perbedaan pasang surut, topografi, geografi, struktur tanah, vegetasi, lanscapr, dan lain – lain.
Dari segi estetika : Sebuah bangunan yang dibangun di tepi air mempunyai hubungan dengan sitenya. Bangunan tersebut bersifat statis dimana sitenya mengandung unsure air yang dalam, luas, dan selalu bergerak.
Dari segi sosiologi : Suara, pencahyaan dan kelembaban akibat adanya kehidupan didekat air dapat mengubah keterikatan antara manusia dengan unsure tanah. Pemandangan dan suara air dapat mengurangi stress yang ditimbulkan oleh jalan – jalan besar dan kebisingan kota setiap hari.
Dari segi ekonomi : Sebuah bangunan yang berada di dekat air dapat menarik para wisatawan untuk memakai dan membayar lebih untuk bangunan itu sendiri.
3.3. Tinjauan teoritis
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kasus proyek Perumahan Tepi Air Bnada Aceh ermasuk kategori tourism karena merupakan pembangunan kawasan tepi air baru untuk kebutuhan tempat tinggal penduduk di kawasan Banda Aceh.
3.3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan waterfront
Beberapa faktor yang berhubungan, yaitu :
1. Letak geografis dari waterfront, yaitu veriable yang mendasar yang membedakan sebuah waterfront dengan waterfront lainnya. Letak geografis ini sangat penting karena dapat mendefinisikan banyak karakteristik lingkungan yang berhubungan dengan air, daratan dan iklim serta mempengaruhi bentuk fisik dan budaya dari waterfront.
Aspek-aspek yang termasuk dalam factor geografis dari waterfront adalah:
Sumber air (water resource), yang perlu diperhatikan adalah dimensi dan
konfigurasi dari badan air, dinamika sumber air dan kualitas yang akan mempengaruhi desain, dan konstruksi rancangan.
Sumber lahan (land resources), yang perlu diperhatikan adalah sumber dan
karakteristik lahan dalam hal konfigurasi kondisi dan kepemilikan.
Iklim (climate), kondisi iklim seperti musim, suhu, cuaca dan angina akan
berpengaruh terhadap penggunaan dan bentuk rancangan waterfront.
Factor-faktor yang mempengaruhi Urban Context antara lain:
Pengguna waterfront (waterfront constituency), karakteristik pengguna waterfront yang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
i. Sebuah kelompok pengguna waterfront sebagai tempat tinggal, tempat bekerja atau berekreasi.
ii. Sebuah kelompok yang hanya sekali-kali datang ke waterfront tanpa terlibat langsung didalamnya tetapi peduli terhadapnya dan merasakan bahwa tepi air adalah Public Resource.
Warisan waterfront (waterfront heritage), peninggalan kotanya yang kaya akan sumber-sumber sejarah dan signifikan akan budaya.
Akses ke waterfront (waterfront acces), system irkulasi dan jaringan transportasi yang mendukung waterfront sehingga aksesibilitas menjadi optimal, cepat dan nyaman.
Karekter visual (visual character), setiap waterfront memiliki keunikan visual tersendiri baik dari segi bentuk, tekstur dan cirri-ciri istimewanya.
3. Hukum yang berlaku (government jurisdictions), berpengaruh besar terhadap pengelolaan dan pengambangan proyek-proyek waterfront dengan kerangka kerja hokum-hukum yang berlaku.
3.3.2. Jenis Pemanfaatan Waterfront
1. proyek pengembangan yang bertujuan menghidupkan kembali nilai-nilai budaya yang tertinggal di waterfront untuk kenyamanan ruang manusia.
2. proyek yang sama sekali baru dan bertujuan memasukkan air kedalam penataan lingkungan dalam wujud penyediaan sarana rekreasi air.
3.3.3. Aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan bangunan waterfront
1. Tema, dengan tema suatu bangunan di tepi perairan akan mempunyai kekhasan
yangspesifik sehingga berbeda dari lokasi tepi air lainnya. Tema yang di maksud antara lain kekhasan ekologi, iklim, sejarah ataupub budaya setempat.
2. image, merupakan factor penting dalam perencanaan fasilitas dan pelayanan kegiatan
3. pengalaman, daerah tepi air seharusnya mampu menawarkan dan memberikan suatu
pengalaman yang mengasikkan mengenai karakter atau cirri khas air.
4. fungsi, merupakan suatu tuntutan bahwa tepi air harus mampu menjalankan fungsinya
secara baik ditinjau dari segi aksesbilitas, sirkulasi dalam dan luar ruang, kemudahan dan kenyamanan (pergerakan pejalan kaki dan pengalaman yang mengasikkan bagi pengunjung), menciptakan lingkungan ekologis yang memenuhi syarat, serta menyediakan fasilitas (hunian, rekreasi, olahraga, perbelanjaan), dan sebagainya.
5. opini masyarakat, pembangunan daerah tepi air seharusnya diinformasikan secara jelas
dan lengkap kepada masyarakat sehingga konflik interest dapat dihindari. Masyarakat memahami tujuan dan manfaat pembangunan daerah tepi air tersebut.
6. penilaian lingkungan, pembangunan daerah tepi air ditujukan untuk perlindungan alam
dan lingkungan serta pemanfaatan lahan tidak produktif. Untuk itu diperlukan penelitian cermat untuk memecahkan dampak negatif pembangunan daerah tepi air terhadap lingkungan.
7. Aspek teknologi, penerapan teknologi dan penggunaan bahan.
3.4. Interpretasi Tema
Tema yang dipergunakan dalam kasus pokok proyek ini adalah “Arsitektur Tepi Air”, dimana dikembangkan dari “Waterfront Architecture” Pengertian “Waterfront” sebenarnya hanya dengan arti, tepi, badan ataupun badan air. Untuk mengkaji lebih dalam tinjauan teoritis mengenai “Waterfront” dapat kita telah dengan menganalisa beberapa uraian berikut.
“ Kawasan waterfront merupakan sumber daya alam yang khas dan unik dalam potensinya untuk menghasilkan kesempatan yang beraneka ragam bagi pertumbuhan ekonomi, kesenangan umum dan identitas masyarakat.
3.5. Studi banding tema sejenis
3.5.1 Pengembangan Daerah Tepi Air di Australia
Menurut laporan media massa di Australia mengenai kenaikan nilai property,
“Waterfront is a liquid gold”. Itu adalah fenomena terkini yang sedang hangat – hangatnya dibicarakan, seperti yang dilaporkan oleh Terry Ryder, reporter harian “The Post”.
Seperti yang umumnya kita ketahui yang menjadi hal primer mengenai nilai
property adalah harga dari daratan, kunci utama yang membuat keuntungan bagi banyak investor ternyata bukanlah daratan, melainkan perairan.
Di Australia air menjadi obsesi utama dari pengembangan real estate, jika berada di daerah tepian pantai, sungai, canal, danau, ataupun memiliki view kearah perairan, paling tidak nilai lebih yang didapatkan adalah harga jual yang cukup tinggi.
Menurut survey yang dilakukan oleh Bernald Salt pakar statistic Australia “ jika diberikan kesempatan kepada warga Australia yang hidup di kehidupan kota, apa yang mereka pilih, maka hasil yang didapatkan adalah mereka memilih untuk membagi hari – hari mereka pada pekerjaan mereka dan pantai.”
Di Melbourne, daerah yang berkembang secara pesat adalah daerah pinggiran kota yang memiliki pelabuhan, seperti pelabuhan Melbourne, Yaraville, dan Williamstown. Sedangkan di daerah Brisbane perkembangan daerah pinggiran kota dipimpin daerah bagian barat, yang berorientasi pada daerah tepian sungai seperti Kangaroo Point dan Bulimba.
Jika anda dapat memiliki lokasi di tepi pantai dan akses yang dekat untuk menuju ke kota maka anda telah mendapatkan asset yang bernilai tinggi, seperti di Adelaide daerah pinggiran kota yang dekat tepi laut yang terletak di radius 10 km dari pusat kota memiliki harga jual yang sangat tinggi, seperti Henley Beach dan Glenelg.
Kepala perbankan MacQuarie dari devisi penelitian property: Rod Cornish mengatakan:
Pengembangan property pada daerah tepi pelabuhan telah dimulai pada era 80-an, tapi daerah pantai telah lebih berkembang sejak saat itu.
Di Perth mereka berbicara tentang “Golden Triangle” yang terbentang dari CBD ke Pantai – pantai local seperti pantai Cottesloe dan pantai Scarborough, performa dari nilai property yang terbaik adalah di daerah segitiga ini.
menginspirasi orang – orang untuk membeli property tepi pantai “banyak dari pembeli daerah tepi pantai ini berasal dari tepian kota bagian barat, hanya untuk mendapatkan suhu udara yang lebih sejuk. Banyak sekali alasan lainnya, banyak orang yang menginginkan tinggal dekat dengan pusat kota, tapi ada juga yang menginginkan lebih banyak ruang untuk kehidupan yang lebih nyaman”, dan dengan pantai anda dapat lebih berinteraksi dengan alam. Anda dapat tiduran di pantai, berjalan sepanjang garis pantai, mendengar ombak, berenang darn surfing, pantai menyediakan banyak jenis rekreasi.
3.5.2 Studi Kasus Di Indonesia
Di Indonesia proyek pengembangan kawasan waterfront dapat kita lihat contohnya pada kawasan perumahan Pantai Indah Kapuk, kawasan ini adalah kawasan pemukiman modern dimana juga tersedia berbagai jenis fasilitas pendukung, kawasan ini sebagian besar lokasinya adalah areal reklamasi, adapun luasan kawasan pemukiman Pantai Indah Kapuk, untuk luasan lautnya seluas 361,625 m2, dan daratan seluas 977,895 m2, total area lebih kurang 150 ha. Untuk areal reklamasi 4,600.000 m3 dibutuhkan timbunan sejumlah 1,920,000 m3 pasir yang diambil dari hasil pengerukan atoll di dasar laut. Pada kawasan perumahan ini juga disediakan fasilitas lapangan Golf, yang didesain oleh Arsitek Robert Trent Jones Jr. Luasan lapangan golf adalah 80 ha. Fungsi lapangan golf ini selain untuk fasilitas bermain golf, juga difungsikan sebagai daerah terbuka untuk peresapan air.
Gambar 3.1 Perumahan Pantai Indah Kapuk
Gambar waduk memperlihatkan kita akan tempat pengolahan limbah cair dari PIK, dan merupakan tempat buangan air sementara, sebelum dibuang kelaut melalui kanal - kanal Gambar
3.6 Jenis – Jenis Rumah
Menurut Ernast Neufert, Data Arsitek Hal 237 – 238, lima jenis rumah berikut :
3.6.1 Rumah Bergandengan
Kebebasan yang besar dalam pembentukan rancangan dan penyesuaian terhadap penyinaran matahari. Sering tipe rumah bervariasi sama dari cara membangun yang individu, jarang dari rumah yang sama. Garasi atau tempat bekerja sering bersebelahan pada batas rumah luas minimum dari lahan 375 m2.
3.6.2 Rumah Yang Berderet
Bentuk bangunan bersifat kolektif, sebagian besar merupakan konsep rancangan yang teratur (cara menopang), sangat jarang sebagai penambahan dari bangunan sendiri (individu) penyalarasan yang mengandung unsur seni bangunan perubahan yang perlu. Cara pembangunan secara terbuka (maksimum 50 m) atau tertutup, dapat menarik manfaat dari nilai rumah (bangunan) yang tinggi, garasi atau tempat parkir (didalam halaman) diatas tanah tersendiri atau tanah bersama, menghemat tempat dan mungkin ekonomis, luas minimum 225 m2.
Gambar 3.3 Rumah Yang Berderet
3.6.3 Rumah Yang Halamannya Berkebun
Sebagai bangunan individu (penyelarasan yang berseni atau perubahan yang perlu) atau cara menopang yang sama atau variasi tipe rumah yang tak berarti sama sekali. Cara membangun yang terbuka dan tertutup, mungkin menarik pada nilai bangunan (rumah) yang baik. Bagian – bagian kecil dan penawaran sangat menarik dengan nilai rumah yang baik. Luas minimum 270 m2 / rumah. Garasi atau tempat parker berada diatas lahan sendiri atau bersama.
3.6.4 Rumah Berbaris/Susun
Bentuk rumah yang sama terdiri dari barisan yang sama atau variasi tipe rumah yang selaras, cara membangun yang terbuka atau tertutup, menarik dari nilai bangunan, bentuk rumah yang ekonomis dan khusus. Garasi/tempat parker berada dih
Gambar 3.5 Rumah Berbaris / Susun
3.6.5 Rumah Perkotaan
Bentuk rumah yang sama terdiri dari baris – baris yang sama atau selaras, atau terdiri dari barisan rancangan rumah yang individual (penyelarasan yang bersifat seni, atau perubahan yang penting), cara membangun yang tertutup, menarik dari nilai bangunan, garasi atau tempat khusus dihalaman pada lahan sendiri, tepi jalan atau lahan bersama.
BAB 1V
ANALISA
4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan
4.1.1 Analisa Lokasi dan Keadaan Site
Gambar 4.2 Jalan Pelabuhan Gambar 4.3 Danau Buatan
Gambar 4.1 Analisa Site
Lokasi Site berada di daerah Ulhee Lheu, Banda Aceh. Untuk penataan dan pengembangan kota, daerah ini akan dirancang ulang.
Keadaan Site pada saat ini adalah merupakan tempat rekreasi di pinggir pantai Ulhee Lheu. Luas Site diperkirakan ± 8 Ha. Lokasi site berbatasan dengan :
4.1.4 Analisa Matahari
Matahari merupakan bagian penting dalam merancang pemanfaatan sinar matahari yang baik dan dapat mendukung bangunan baik dari segi fisik maupun juga fungsionalnya.
Gambar 4.7 Analisa Matahari
Site berada di pinggiran pantai dan terkena matahri langsung. Sinar matahari sebagai ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energy yang bersih.
4.1.6 Analisa View Keluar
Gambar 4.10 Jalan Pelabuhan Gambar 4.11 Danau
Gambar 4.9 Analisa View Keluar
Gambar 4.12 Danau Syiah Kuala Gambar 4.13 Danau Syiah Kuala View ke Utara terlihat Danau buatan
yang digunakan untuk rekreasi View ke Utara terlihat Jalan
Pelabuhan Ulhee Lhe
View ke Selatan terlihat Laut Syiah Kuala
4.1.7 Analisa Kebisingan
Sumber Kebisingan Utama adalah berasal dari bunyi kendaraan bermotor yang melalui jalan Pelabuhan Ulhee Lheu. Sumber kebisingan yang kedua berasal dari kapal para nelayan yang melintasi perairan disekitar site.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengontrol dan mengurangi kadar polusi suara pada tapak adalah :
Diberi jarak / space antara peletakan bangunan dan sumber kebisingan.
Penerapan penggunanaan material bangunan yang dapat mengurangi kadar kebisingan, seperti dinding bata, kaca dan sebagainya.
Pemanfaatan jalur hijau / vegetasi sebagai buffer yang diletakkan anatara sumber kebisingan dan hunian.
Memanfaatkan potensi alam, yaitu memperhatikan arah angin yang berasal dari sumber kebisingan, sedapatnya disusahakan untuk dihindari banyak bukaan pada daerah
tersebut. dari Kapal para nelayan yang
melintasi perairan yang ada disekitar site. Kebisingan ini jarang terjadi karena tidak setiap
4.1.8 Analisa Vegetasi
Gambar 4.15 Analisa Vegetasi
Gambar 4.16 Pohon Cemara Gambar 4.17 Pohon Perdu
Gambar 4.18 Pohon Kelapa Gambar 4.19 Pohon Palem
Gambar 4.20 Pohon Cemara Gambar 4.21 Pohon Cemara
4.2 Analisa Fungsional
4.2.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan
1. Kantor Pemasaran
Ruang Sifat Ruang Fungsi Ruang Kegiatan
Recepcionist Publik - - Melayani Tamu
Tabel 4.1 Deskripsi Kegiatan di Kantor Pemasaran
2. Mini Market
Ruang Sifat Ruang Fungsi Ruang Kegiatan
Area
Tabel 4.2 Deskripsi Kegiatan di Mini Market
3. Club House
Ruang Sifat Ruang Fungsi Ruang Kegiatan
Hall Publik - - Ruang Berinteraksi
R.Penerima Publik - - R.Menerima Para tamu
Aula Publik - - Pelaksanaan Acara
Toilet Privat - - Buang Air
Tabel 4.3 Deskripsi Kegiatan di Club House
4. Mushalla
Ruang Sifat Ruang Fungsi Ruang Kegiatan
R.Shalat Publik - - Shalat
TempatWudhu Privat - - Tempat Wudhu
Toilet Privat - - Buang Air
Tabel 4.4 Deskripsi Kegiatan di Mushalla
5. Fishing Area
Ruang Sifat Ruang Fungsi Ruang Kegiatan
R.Penyewa Publik - - Menyewa Alat
Tabel 4.5 Deskripsi Kegiatan di Fishing Area
Cluster Sitahoun Type
Ruang Sifat Ruang Fungsi Ruang Kegiatan
R.Tidur Privat - - Tidur
Tabel 4.6 Deskripsi Kegiatan di Hunian Cluster Sitahoun
Cluster Jeumpa Type
Ruang Sifat Ruang Fungsi Ruang Kegiatan
R.Shalat Publik - - Shalat - Ngaji
Tabel 4.7 Deskripsi Kegiatan di Hunian Cluster Jeumpa
Cluster Seulanga Type
Ruang Sifat Ruang Fungsi Ruang Kegiatan
R.Tidur Privat - - Tidur
Tabel 4.8 Deskripsi Kegiatan di Hunian Cluster Seulanga
Cluster Meulu Type
Ruang Sifat Ruang Fungsi Ruang Kegiatan
- Santai
Tabel 4.9 Deskripsi Kegiatan di Hunian Cluster Meulu
Cluster Ranup Type
Ruang Sifat Ruang Fungsi Ruang Kegiatan
Barang
Tabel 4.10 Deskripsi Kegiatan di Hunian Cluster Ranup
Pelaku kegiatan yang terlibat dalam fasilitas Perumahan Tepi Air Banda Aceh, yaitu : Pemilik Hunian
Pengunjung / Tamu pemilik Hunian
Pengelola : General Manager, Karyawan kantor, Teknisi, Pengelola, Security, Pemilik fasilitas – fasilitas umum.
4.2.2. Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang
1. Kantor Pemasaran
2. Mini Market
Tabel 4.12 Kebutuhan Ruang di Mini Market
3. Club House
4. Mushalla
Tabel 4.14 Kebutuhan Ruang di Mushalla
20%
SUBTOTAL 267,48
Tabel 4.15 Kebutuhan Ruang di Fishing Area
6. Unit Hunian
Tabel 4.16 Kebutuhan Ruang di Hunian Cluster Sitahoun
R.Tamu - 1 ASS 10,5 10,5
Tabel 4.17 Kebutuhan Ruang di Hunian Cluster Jeumpa
Tabel 4.18 Kebutuhan Ruang di Hunian Cluster Seulanga
Tabel 4.19 Kebutuhan Ruang di Hunian Cluster Meulu
R.Makan - 1 ASS 12 12
Tabel 4.20 Kebutuhan Ruang di Hunian Cluster Ranup
4.2.3. Analisa Hubungan Ruang dan Organisasi Ruang
Analisa hubungan dan diagram ruang hanya dilakukan pada bangunan utama.
BAB V
KONSEP
5.1 Konsep Dasar
Konsep dasar adalah konsep yang menjadi dasar pengembangan kawasan Ulhee Lheu. Konsep ini akan berhubungan dengan penerapan tema sebagai pendekatan perancangan, dimana konsep pada Arsitektur Tepi Air adalah yang perkembangannnya mengarah pada massa bangunan dengan berorientasikan pada tepi air.
Berdasarkan hasil survey, belum terdapat perumahan tepi air yang dibangun di Kota Banda Aceh. Untuk menarik para peminat, pada konsep perancangan perumahan ini akan disediakan speed boat bagi setiap unit rumah, dan menjadikan perumahan ini lain dari perumahan yang lainnya yang ada di banda aceh. Untuk itu juga merupakan daya tarik tersendiri untuk para pembeli.
5.2 Konsep Tapak
Tapak berada si sekitar Perairan Laut Banda Aceh, di kecamatan Ulhee Lheu Banda Aceh. Tapak merupakan areal yang akan direklamasikan, berada pada daerah yang terpengaruh oleh pasang surut.
Volume timbunan untuk areal ini diperkirakan sebanyak ± 155.000 m3.
Lahan yang telah ditimbun akan dijadikan sebagai
lahan hunian. Tanah timbunan diambil dari
Pengorekan tanah untuk pembuatan bendungan.
Volume timbunan untuk lahan hunian diperkirakan
sebanyak ± 155.000 m3.
Bendungan yang dicoak mengikuti arah
aliran arus laut, hal ini dilakukan untuk
mempermudah arus lalu lintas speed boat.
5.3 Konsep Sirkulasi dan Pencapaian
Sirkulasi bagi pejalan kaki di area public.
Untuk pejalan kaki disediakan pedestrian
yag nyaman dan ditanami pepohonan yang
rindang, untuk melindungi para pejalan
kaki dari teriknya panas matahari.
Sirkulasi kendaraan umum. Sirkulasi
utama menuju perumahan ini yaitu Jalan
Pekabuhan Ulhee Lheu. Jalan ini
menghubungkan ke Pelabuhan Ulhee
5.4 Konsep Hirarki Ruang Luar
Ruang luar meyebar keseluruh kawasan, dan kompelks hunian menyebar keseluruh kawasan.
5.5 Konsep Orientasi Bangunan
Gambar 5.4 Konsep Orientasi Cluster Sitahoun
Gambar 5.5 Konsep Orientasi Cluster Jeumpa
Orientasi CLUSTER SITAHOUN kearah jalan complex dan
arah dermaga
Orientasi CLUSTER
JEUMPA , kearah
Utara-Selatan, kearah dermaga,
kearah danau syiah kuala,
kearah jalan, dan kearah
Gambar 5.6 Konsep Orientasi Cluster Seulanga
Gambar 5.7 Konsep Orientasi Cluster Meulu
Orientasi CLUSTER SEULANGA kearah jalan complex dan
arah dermaga
Orientasi CLUSTER
MEULU , kearah
dermaga dan kearah
Gambar 5.8 Konsep Orientasi Cluster Ranup
5.6 Konsep Massa Bangunan
Konsep massa bangunan mengacu pada bentuk bangunan Modern Minimalis, yang merupakan bentuk bangunan yang simple dan unik, selain itu juga menerapkan elemen – elemen fisik atau unsure – unsure pada bangunan minimalis modern. Seperti menerapkan model fasad yang minimalis.Selain itu adanya penerapan ragam bunga hias khas aceh dalam penentuan Cluster dalam komplek dan menentukan besaran ruang atau type rumah berdasarkan latar belakang masing-masing bunga khas aceh.
Orientasi CLUSTER RANUP kearah Danau dan kearah
5.6.1 Konsep Massa Bangunan Cluster Sitahoun
Gambar 5.9 Konsep Denah Bangunan Cluster Sitahoun
Konsep denah CLUSTER SITHAOUN sangatlah sederhana, ini diambil dari salah satu cirri khas bunga
aceh, yaitu bunga SITHAOUN. Bunga sitahun melambangkan
kesederhanaan, rendah hati dan ramah
Konsep fasad Cluster Sitahoun menggunakan batu alam dan kayu yang telah
dipernis. Hanya berlantai satu, namun menarik dipandang mata dengan
adanya beragam ornament minimalis yang diletakkan. Sesuai dengan nama
bunga SITAHOUN, rumah type ini terlihat sederhana.
5.6.2 Konsep Massa Bangunan Cluster Jeumpa
Konsep denah Cluster Jeumpa sesuian dengan cirri khas bunga JEUMPA, yaitu Bunga berwarna kuning tua, harum, berukuran agak besar dan tersusun dalam untaian yang tumbuh pada ketiak daun. Bunga ini melambangkan besaran ruang untuk hunian type ini, bentuk yang agak besar tapi mempunyai banyak ruang.
Gambar 5.12 Konsep Tampak Bangunan Cluster Jeumpa
Konsep fasad pada hunian type ini, banyak
menggunakan batu alam dan relling besi. Batu alam
diletakkan hamper disetiap fasad dan kolom bagunan.
Bentuk bangunan ini mengikuti denah bangunanya,
5.6.3 Konsep Massa Bangunan Cluster Seulanga
Gambar 5.13 Konsep Denah Cluster Sulanga
Konsep denah type ini sesuai dengan cirri khas bunga SEULANGA, yaitu : Berukuran sedang, berwarna mencolok, harum, memiliki banyak kelopak bunga dan penetral untuk campuran bunga
Gambar 5.14 Konsep Tampak Bangunan Cluster Seulanga
Konsep fasad pada type ini menggunakan jendela
minimalis, kayu sebagai ornament utamnya, batu alam
yang terletak di bagian sudut dinding dan alumunium
sebagai ornamen pelindung cahaya matahari yang
5.6.4 Konsep Massa Bangunan Cluster Meulu
Konsep denahtype ini mengikuti cirri khas bunga MEULU, yaitu bunga yang harum, walau kecil, tetapi didalamnya terlihat lebar,
dengan adanya kelopak bunga yang bayak dan melebar. Konsep ini diterapkan pada
rumah tpe Meulu, dimana Tampak bangunan dan denah terlihat lebar dan luar.
Gambar 5.15 Konsep Denah Cluster Meulu
Gambar 5.16 Konsep Tampak Bangunan Cluster Meulu
Fasad hunian type ini banyak menggunakan batu alam, kayu yang
dipernis, dan reling besi. Bangunan ini bangunan no 2 yang paling
besar diantara lainnya. Banyak ornament-ornamen minimalis yang
digunakan, sesuai nama bunga MEULU tampak fasadnya terlihat
5.6.5 Konsep Massa Bangunan Cluster Ranup
Konsep denah type hunian ini terisnpirasi dari daun ranup khas aceh, symbol dari daun ranup ini adalah kemuliaan (pemulia
jamee), penenang dalam menyatukan pendapat dalam suatu musyawarah (sapeu kheun ngon buet), dan penyambung silaturrahmi sesamanya (meu-uroh). Ranub melambangkan sifat
rendah hati, cinta kasih, serta memiliki derajat yang tinggi. Ini adalah type rumah yang paling besar, dikomplek Perumahan Tepi
Air Banda Aceh
Gambar 5.17 Konsep Denah Cluster Ranup
Gambar 5.18 Konsep Tampak Bangunan Cluster Ranup
Bentuk Massa bangunan tpe hunian ini lain dari type
hunian yang lainnya, bentuk massa bangunan type ini
berirama, ada massa bangunan yang tinggi dan ada
mssa bangunan yang rendah. Seperti rangkaian daun
BAB VI
HASIL PERANCANGAN
DAFTAR PUSTAKA
De Chiara, Yoseph. Time Saver Standards for Building Types.New York : Mc.Graw HillBook Company.
Neufert, Ernst. 1993. Data Arsitek I. Jakarta : Erlangga. Neufert, Ernst. 1993. Data Arsitek II. Jakarta : Erlangga.
2003.The Architects’ Handbook. USA : Blackwell Publishing Company.